bab i pendahuluan 1.1 latar belakang masalah di indonesia

222
1 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/ BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia akibat adanya krisis ekonomi sejak pertengahan tahun 1997 dan terus berlanjut hingga kini telah menyebabkan tingkat pendapatan penduduk menurun drastis yang diikuti dengan terjadinya tingkat inflasi yang tinggi. Hal tersebut bukan saja menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat sangat tajam yang di tunjukkan oleh meningkatnya penduduk miskin yang pada akhir tahun 1998 diperkirakan mencapai 49,5 juta jiwa atau bertambah sekitar 27 juta jika di bandingkan awal tahun 1996. Indonesia yang merupakan negara agraris ini nampaknya masih saja mengalami permasalahan ekonomi dalam sektor pertanian dan perkebunannya. Keadaan pertanian dan perkebunan di Indonesia kini tak sebaik dulu yang dapat mengekspor hasil pertanian dan perkebunan ke luar negeri. Ujung tombak dari sektor pertanian dan perkebunan ini berpusat pada petani. Tak dapat dipungkiri bahwa petani yang sekian tahun bekerja menggeluti dunia pertanian ini harus berbesar hati dalam menjalani kehidupannya yang serba kekurangan. Secara umum, petani didefinisikan sebagai orang yang bekerja di sektor pertanian dan sebagian besar penghasilannya berasal dari sektor pertanian. Ada dua kata dalam bahasa Inggris berkenaan dengan “petani” yang memiliki konotasi dan atribut yang sangat berbeda,yaitu “peasant”dan “farmer”. Secara mudahnya, “peasant” adalah gambarandari petani yang subsisten, sedangkan“farmer” adalah petani modern yang berusahatani dengan menerapkan

Upload: phungthien

Post on 10-Dec-2016

241 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

1 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di Indonesia akibat adanya krisis ekonomi sejak pertengahan tahun 1997

dan terus berlanjut hingga kini telah menyebabkan tingkat pendapatan penduduk

menurun drastis yang diikuti dengan terjadinya tingkat inflasi yang tinggi. Hal

tersebut bukan saja menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat sangat tajam

yang di tunjukkan oleh meningkatnya penduduk miskin yang pada akhir tahun

1998 diperkirakan mencapai 49,5 juta jiwa atau bertambah sekitar 27 juta jika di

bandingkan awal tahun 1996.

Indonesia yang merupakan negara agraris ini nampaknya masih saja

mengalami permasalahan ekonomi dalam sektor pertanian dan perkebunannya.

Keadaan pertanian dan perkebunan di Indonesia kini tak sebaik dulu yang dapat

mengekspor hasil pertanian dan perkebunan ke luar negeri. Ujung tombak dari

sektor pertanian dan perkebunan ini berpusat pada petani. Tak dapat dipungkiri

bahwa petani yang sekian tahun bekerja menggeluti dunia pertanian ini harus

berbesar hati dalam menjalani kehidupannya yang serba kekurangan.

Secara umum, petani didefinisikan sebagai orang yang bekerja di sektor

pertanian dan sebagian besar penghasilannya berasal dari sektor pertanian. Ada

dua kata dalam bahasa Inggris berkenaan dengan “petani” yang memiliki konotasi

dan atribut yang sangat berbeda,yaitu “peasant”dan “farmer”. Secara

mudahnya, “peasant” adalah gambarandari petani yang subsisten,

sedangkan“farmer” adalah petani modern yang berusahatani dengan menerapkan

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

2 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

teknologi modern serta memiliki jiwa bisnis yang sesuai dengan tuntutan

agribisnis. Peasant adalah suatu kelas petani yang merupakan petani kecil,

penyewa (tenants), penyakap(sharecroppers), dan buruh tani.

Berkaitan dengan masalah pertanian yang dihadapi oleh para petani

tersebut, menurut James C Scootdalam hubungan masyarakat petani juga dikenal

adanya hubungan patron-klien. Patron adalah petani kaya, sedangkan klien adalah

petani miskin. Keduanya berhubungan saling berinterdependensi dalam perkejaan

bertani. Hal ini sangat berbeda dengan keadaan sekarang yang mana sudah tidak

lagi para petani kaya bertindak sebagai patron mengayomi para buruhnya. Petani

kaya cenderung menguras secara berlebihan tenaga para buruhnya dengan dalih

untuk dapat menghasilkan hasil pertanian yang melimpah ruah. Berdasarkan

pengalaman peneliti dalam meneliti tentang hubungan patron klien di semester

sebelumnya, nampaknya dapat menggambarkan bagaimana hubungan yang terjadi

antara petani kaya dan buruhnya. Ditemukan data bahwa buruh tani acapkali

dianggap remeh oleh majikannya , sehingga buruh sering mendapatkan perlakuan

dari majikannya yang dinilainya kurang begitu manusiawi. Majikan memerintah

buruhnya semaunya sendiri tanpa mempedulikan kesejahteraan buruhnya.

Eksploitasi buruh tani pun akan nampak jelas di sini tetapi mungkin pada buruh

tani itu tidak di rasakan. Yang majikan lakukan hanya memberikan upah dalam

jumlah yang relatif sedikit kepada buruhnya, sedangkan buruh harus mengikuti

semua apa yang telah majikannya perintahkan. Dari hal ini kami tertarik untuk

meneliti tentang eksploitasi buruh tani dalam hubungan kerjanya diperkebunan

tembakau.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

3 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Beralih dari konsep patron klien yang ditelah kita jelaskan diatas, suatu

pekerjaan atau profesi dalam masyarakat pastilah tidak terlepas dari kajian Marx

tentang kelas. Seperti hanya pekerjaan di bidang pertanian yang telah dijelaskan di

atas. Marx sendiri membagi kelas menjadi dua yaitu kelas borjuis dan kelas

proletar. Marx menjelaskan kelas borjuis yaitu kelas yang menguasai sekaligus

memiliki segala aset produksi, sedangkan proletar merupakan kelas yang dikuasai

dan tidak memiliki aset produksi. Berkaitan dengan pembagian kelas, Marx juga

menjelaskan pola hubungan didalamnya yaitu diantaranya eksploitasi, alienasi,

dan perjuangan kelas. Namun pada penelitian ini fokus masalah lebih menyorot

pada eksploitasi yang terjadi pada buruh tani yang dilakukan oleh majikan. Oleh

Karl Marx, Buruh dijelaskan sebagai manusia emansipatif. Mereka adalah tuan

terhadap dirinya sendiri, dan tidak sedang terbelenggu. Di sini terdapat aspek

humanism, di mana Buruh dapat bebas, berpikir dan bersandar menurut kemauan

mereka sendiri. Namun ternyata, menurut Karl Marx, ada Alienasi. Alienasi yang

dimaksud, adalah mereka yang teralienasi oleh pekerjaan, teralienasi dari hasil

pekerjaan, mereka yang teralienasi oleh diri sendiri, dan mereka yang teralienasi

dari orang lain. Yang dimaksud teralienasi oleh pekerjaan, yakni ketika apa yang

dikerjakan oleh Buruh, sebenarnya tidak sesuai dengan minat dan

kemampuannya. Oleh karenanya, Buruh menjadi tidak betah, dan kemudian

merasa terbelenggu. Mereka yang teralienasi dari hasil pekerjaan, yakni ketika

surplus waktu kerja yang sebenarnya dimiliki, justru dinikmati oleh majikan.

Artinya, hasil pekerjaan telah mengontrol para Buruh. Sementara mereka yang

teralienasi oleh diri sendiri, dapat dijelaskan melalui upah yang rendah. Upah

rendah, diartikan sebagai besaran yang hanya cukup digunakan untuk membeli

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

4 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

makan pada hari itu saja. Alienasi dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana

manusia dikuasai oleh kekuatan-kekeuatan yang tercipta oleh kreasinya sendiri,

yang merupakan kekuatan yang melawan manusia itu sendiri.Semua itu terjadi

dalam kehidupan buruh. Termasuk eksploitasi yang sering tidak di rasakan oleh

buruh tani. Yang kenyataannya jika di kaitkan dengan teori Marx semua itu akan

dapat di katakana sebagai ekploitasi yang terjadi pada buruh tani oleh majikannya.

Salah satu potret dari eksploitasi adalah majikan biasanya membayar para buruh

dengan gaji lebih sedikit daripada yang diharapkan oleh para buruh sedangkan

sisanya disimpan untuk kepentingan kaum kapitalis. Di mana biasanya dengan

waktu kerja yang lebih lama.

Pada masyarakat Desa Mayang sebagian besar bekerja di sektor pertanian.

Mereka tidak memiliki banyak kesempatan kerja seperti umumnya masyarakat

kota. Mereka mayoritas tidak memiliki kemampuan untuk bekerja di sektor lain

selain pertanian. Ketidak mampuan mereka untuk bekerja di sektor lain selain ini

disebabkan karena minimnya fasilitas pendidikan yang ada. Hal tersebut

menjadikan masyarakat Desa Mayang berpendidikan rendah dan kurang

kompetitif dalam memperoleh pekerjaan.

Bagi para pemuda yang tinggal di Desa Mayang lebih memilih untuk pergi

ke kota mencoba peruntungan dengan bekerja di kota. Mereka pikir dengan

mereka bekerja di kota , mereka mendapatkan upah yang jauh lebih besar dari

pada mereka bekerja di desa sebagai petani. Maka dari itu di Desa Mayang hampir

jarang ditemukan pemuda yang memilih untuk bekerja di sektor pertanian.

Pekerjaan buruh tani ini telah menjadi pekerjaan yang sudah menjadi

pekerjaan turun temurun. Anak buruh tani mengikuti orang tuanya untuk

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

5 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

melanjutkan pekerjaan orang tuanya sebagai buruh tani. Jarang sekali buruh tani

yang menyuruh anaknya untuk bersekolah lebih tinggi. Anggapan orang tua buruh

tani tersebut bahwa sekolah tidak perlu tinggi tinggi, lebih baik bekerja membantu

orang tua di sawah.

Buruh tani yang telah lama mengabdi pada majikannya ini terkadang tidak

merasakan adanya eksploitasi majikan terhadap dirinya. Mereka menganggap hal

tersebut merupakan sebuah kewajiban yang memang sudah pantas mereka terima

dan sudah sepantasnya buruh patuh terhadap perintah dari majikannya. Dengan

upah yang minim dan tidak sesuai dengan pekerjaan yang dilakoni ini pun buruh

mengganggapnya wajar. Adanya paksaan dalam bekerja ketika mereka sakit pun

dianggap sudah menjadi kewajibannya untuk bekerja. Padahal sudah jelas jelas

kita dapati hal tersebut merupakan bentuk eksploitasi yang dilakukan oleh

majikan terhadap buruhnya.

1.2 Fokus Penelitian

Untuk dapat memahami masalah tentang buruh tani tersebut maka

dirumuskan Fokus permasalahnya adalah: Bagaimana para buruh tani

mengkonstruksikan eksploitasi yang dilakukan oleh majikan?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Secara umum penelitian ingin mengetahui hubungan kerja buruh tani lebih

rinci dari tujuan penelitian buruh tani adalah :

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

6 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

1. Untuk menjelaskan lebih mendalam tentang kondisi buruh tani di

agroindustri perkebunan tembakau.

2. Untuk menjelaskan tentang konstruksi para buruh tani tembakau terhadap

eksploitasi yang dilakukan oleh majikan

1.4 Kerangka Teoritik

1.4.1 Konstruksi Sosial-Peter L. Berger

Realitas sosial tentang eksploitasi yang terjadi pada buruh tani yang

ada di Desa mayang, Kecamatan Mayang, Kabupaten Jemberpasti memiliki

pemahaman yang berbeda antara buruh tani yang satu dengan buruh tani yang

lain, untuk memahami realitas sosial tentangeksploitasi yang terjadi pada

buruh tani yang ada di Desa mayang, peneliti lebih melihat realitas sosial

tersebut dari sisi proses bagaimana lahirnya konstruksi sosial buruh tani

terhadap eksploitasi yang dilakukan oleh majikannya, apakah merasa

tereksploitasi dan merasa tereksploitasi. Setiap individu pasti memiliki

perbedaan dalam mengkonstruksi sebuah realitas sosial yang terjadi dalam

kehidupannya, untuk memahami realitas sosial tentang fenomena eksploitasi

yang terjadi pada buruh tani yang ada di Desa mayang,peneliti memahaminya

dengan pendekatan konstruksi sosial dari Peter L.Bergerdan Thomas

Luckman.

Pendekatan konstruksi sosial Peter L. Berger menggambarkan bahwa

sebuah proses sosial melalui tindakan dan interaksi seseorang individu dimana

seseorang menciptakan secara terus menerus sebuah realitasnya secara

subyektif. Cara pandang dari perspektif pemikiran Peter L. Berger dalam

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

7 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

melihat fenomena sosial yang terjadi bahwa semua manusia memiliki makna

dan berusaha untuk hidup dalam satu dunia yang bermakna. Realitas sosial

tentang eksploitasi yang terjadi pada buruh tani yang ada di Desa

mayang,dapat dipahami secara mendalam dan beragam dari sudut pandang sisi

subyektif dari orang yang diteliti. Makna realitas sosial eksploitasi yang

terjadi pada buruh tani yang ada di Desa mayang,manusia pada dasarnya tidak

hanya dapat dipahami oleh mahasiswa yang kuliah sambil bekerja, akan tetapi

juga dapat dipahami oleh orang lain yang mengetahui dan mengerti relitas

sosialeksploitasi yang terjadi pada buruh tani yang ada di Desa mayang, hal

ini tidak berarti bahwa semua makna yang dilahirkan seseorang dapat dengan

mudahnya untuk dipahami orang lain.

1.4.2 Pengertian Buruh

Di dalam sistem produksi, buruh adalah salah satu tenaga penggerak

produksi yang mempunyai kekhususan tersendiri yang tidak dapat di samakan

dengan unsur – unsur lain di dalam proses produksi. Buruh adalah satu –

satunya unsur di dalam proses produksi yang mempunyai tujuan kehendak

yang secara sadar dapat menahan pekerjaan atau meningkatkannya.

Menurut hukum , istilah buruh tersebut tidak dapat dipertukarkan.

Istilah buruh, paling tidak ada Undang - Undang yang secara tegas memberi

batasan, yaitu Undang – Undang No.33 tahun 1947 tentang kecelakaan dan

Undang – Undang No.22 tahun 1957 tentang Penyelesaian Perselisiahan

Perburuhan. Pasal 6 ayat (1) Undang –Undang No.33 tahun 1947 menegaskan

bahwa buruh ialah setiap orang yang bekerja pada majikan di perusahaan yang

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

8 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

diwajibkan di beri tunjangan dengan mendapat upah. Sedangakan pasal 1 ayat

(1) Undang – Undang No.22 tahun 1957 menegaskan bahwa buruh ialan

barang siapa bekerja pada majikan dengan menerima upah.1

Menurut Marx seorang buruh bukan hanya sekedar bekerja, tapi juga

beraktivitas dan berkreasi. Sayangnya, dalam sistem kapitalis, fungsi buruh

direduksi sedemikian rupa sehingga tak lebih dari sekedar alat penghasil uang.

Buruh hanya salah satu bagian saja dari keseluruhan faktor produksi, antara

lain tanah, mesin, dan bahan baku. Penyebabnya adalah dalam sistem kapitalis

buruh bekerja pada pemilik alat produksi untuk menghasilkan produk yang

hanya dilihat kuantitasnya atau alat tukarnya. Penyebab kedua, produk yang

dihasilkan bukanlah milik si buruh, tapi milik penguasa alat produksi lalu

kemudian milik pembeli setelah diperdagangkan.Buruh tak lagi bekerja untuk

menghasilkan nilai guna yang bisa digunakan bersama-sama.

1.4.3 Eksploitasi

Menurut Karl Marx eksploitasi merupakan bagian penting dalam

ekonomi kapitalis, paksaan jarang berupa paksaan terang-terangan akan tetapi

malah berupa kebutuhan pekerja itu sendiri, yang kini dapat dipenuhi dengan

kerja upahan. Para pekerja nampaknya sebagai buruh bebas yang sedang

terjalin kontrak bebas dengan kaum kapitalis. Marx percaya bahwa buruh

harus taat dan mematuhi syarat-syarat yang dibuat oleh para kaum kapitalis

yang ditawarkan kepada mereka. Menurut Marx kapitalisme benar-benar

menciptakan apa yang dinamakan pasukan cadangan pengangguran, jika

1http://indososio.wordpress.com/2012/10/02/nilai-buruh-dan-kapitalisme/

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

9 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

seorang buruh tidak mau mentaati syarat-syarat dan gaji yang diberikan oleh

kaum kapitalis maka masih banyak orang lain yang bersedia untuk menerima

syarat-syarat dan besar gaji yang ditentukan kaum kapitalis. Kaum kapitalis

membayar para pekerja dengan gaji lebih sedikit daripada yang diharapkan

oleh para pekerja sedangkan sisanya disimpan untuk kepentingan kaum

kapitalis sendiri.

Marx membuat satu poin tentang modal ” Modal ada dan bisa ada

karena banyak modal ”, artinya bahwa kapitalisme selalu digerakkan oleh

persaingan yang tidak kenal henti, kaum kapitalis terlihat berada dalam

keadaan yang terkendali akan tetapi sebenarnya mereka berada pada

persaingan ketat diantara para pemilik modal (sesama kaum kapitalis). Kaum

kapitalis terdorong untuk selalu bersaing, berlomba-lomba untuk menumpuk

modal sebanyak-banyaknya, hasrat yang dimiliki kaum kapitalis adalah hasrat

untuk mendapat keuntungan dan nilai surplus untuk dapat melakukan

ekspansi, sehingga para kapitalis berusaha untuk mengeksploitasi pekerja

sebanyak mungkin. Marx pada dasarnya berargumen bahwa struktur dan etos

kapitalisme mendorong kaum kapitalisme ke arah penumpukan modal yang

semakin banyak. Berdasarkan pandangan Marx bahwasanya tenaga kerja

adalah sumber nilai, para kapitalis terdorong untuk memperkuat eksploitasi

kaum proletar.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

10 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

1.5 Metode Penelitian

1.5.1 Lokasi Penelitian

Sesuai dengan kerangka teoritik sebagaimana diuraikan diatas dan

fokus penelitian yang diteliti maka penelitian ini dilakukan di Desa Mayang

Kecamatan Mayang Kabupaten Jember. Alasan memilih lokasi tersebut

sebagai tempat penelitian ini yaitu karena di desa tersebut terdapat banyak

perkebunan tembakau yang proses pengolahannya dikerjakan oleh para buruh

tani. Dimana desa ini kebanyakan bekerja sebagai petani, dan buruh tani.

Sementara itu penelitian ini dilakukan pada tanggal 29 November 2013.

1.5.2 Tipe Penelitian

Penelitian tentang eksploitasi buruh tani dalam hubungan kerja di

perkebunan Jember ini, menggunakan metode penelitian kualitatif, dimana

metode penelitian ini merupakan sebuah metode penelitian yang menghasilkan

data bertipe deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah

laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti.

Alasan menggunakan metode penelitian kualitatif dalam mengkaji

masalah ini yaitu karena kami ingin memahami secara rinci dan mendalam

kaitannya dengan dinamika kehidupan sosial masyarakat petani miskin dalam

mengkonstuksikan ekploitasi yang dilakukan oleh pengusaha. Hal tersebut

kami maksutkan agar kami dapat menggambarkan dan menginterpretasi

persoalan tersebut secara utuh sesuai dengan kenyataanya (apa adanya) tanpa

menyederhanakannya kedalam variabel-variabel.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

11 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Penelitian ini dilakukan dalam sifatnya yang deskriptif dalam

pengertian untuk mendeskripsikan konstruksi sosial buruh tani terhadap

eksploitasi yang dilakukan oleh majikan. Dengan sifat penelitian sedemikian

ini, maka tidak dirumuskan hipotesis yang hendak diuji kebenarannya, dan

kesimpulan yang diperoleh merupakan hasil analisa kualitatif dari deskripsi

yang diajukan dari data – data yang diperoleh yaitu data primer, sehingga kita

lebih memperkaya data dan lebih memahami suatu konstruksi sosial yang di

teliti menambahkan informasi kualitatif.

Diharapkan dari mmetode ini diperoleh data dan gambaran (deskripsi)

yang jelas dan lengkap dengan analisa – analisa yang komprehensif tentang

konstruksi sosial buruh tani dalam memaknai eksploitasi yang dilakukan oleh

majikannya. Dengan menggunakan metode analisa kualitatis ini dapat

menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis orang – orang dan

perilaku yang dapat di amati.

1.5.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu

teknik indepth interview (wawancara mendalam). Teknik indepth interview

merupakan proses pengumpulan data (informasi yang dibutuhkan) dengan cara

tanya jawab (tatap muka secara langsung) antara pewawancara dengan

informan, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di

mana pewawancara dan informan terlibat dalam interaksi sosial yang relatif

lama dan cukup intensif (Arikunto, 2002).

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

12 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Alasan memilih teknik wawancara mendalam dalam peneltian ini

yaitu data yang diperoleh dapat menjawab fokus permasalahan secara rinci,

utuh, dan mendalam, sehingga kami akan dapat mengungkap konstruksi para

buruh tani terhadap eksploitasi yang dilakukan oleh pengusaha tembakau.

1.5.4 Teknik Pemilihan Informan

Dalam penelitian ini informan yang diambil adalah individu –

individu yang relevan dalam menjawab suatu permasalahan yang terkait

dengan kajian eksploitasi buruh tani. Sehingga teknik penentuan informan yang

kami gunakan dalam penelitian ini yaitu purposive sampling. Purposive

sampling merupakan teknik penentuan informan dengan mengambil informan

hanya yang sesuai dengan tujuan penelitian (Suyanto dkk., 2011). Kelebihan

dari teknik ini adalah terletak pada ketepatan peneliti memilih sumber data

(informan) sesuai dengan permasalahan yang diteliti (Arikunto, 2002).

Alasan memilih teknik penentuan informan ini karena informan yang

digunakan sebagai sumber informasi hanyalah orang-orang yang sesuai dengan

kriteria yang kami butuhkan. Dengan kata lain tidak semua orang bisa kami

jadikan sebagai informan untuk menjawab permasalahan yang kami ajukan.

1.5.5 Teknik Analisis Data

Analisis data yang dilalukan dalam penelitian ini melalui beberapa

tahap, yang pertama yaitu tahap Scalling Measurement, kemudian tahap

Empirical Generalization, dan terakhir tahap Logical Induction.

Dalam tahap Scalling Measurement, langkah awal yang harus

dilakukan yaitu membuat “Transkrip”. Transkrip adalah uraian dalam bentuk

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

13 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

tulisan yang rinci dan lengkap mengenai apa yang dilihat dan didengar baik

secara langsung maupun dari hasil rekaman. Untuk wawancara mendalam,

transkrip harus dibuat dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan hasil

wawancara (bahasa daerah, bahasa asing, bahasa „khusus‟ dan lain sebagainya)

(Suyanto dkk., 2011).

Kemudian langkah selanjutnuya adalah melakukan Empirical

Generalization yaitu analisis terhadap isi transkrip. Adapun analisis yang

dilakukan terhadap isi transkrip yaitu:

1. Menangkap makna dari teks untuk menunjukkan bagaimana makna

dominan yang ada dalam teks dan makna yang dapat dipertentangkan yg

bersifat spesifik.

2. Menunjukkan makna-makna yang melekat dalam suatu teks, utamanya

makna tersembunyi yang terkandung dalam teks.

3. Menganalisis bagaimana teks berkaitan dengan kehidupan, pengalaman,

kenyataan, dan hal-hal yg bermakna tentang subyek penelitian (Suyanto

dkk., 2011).

Lalu langkah selanjutnya adalah melakukan Logical Induction,

dengan mencari pemahaman mendalam terhadap realitas sosial yang diteliti

sebagaimana realitas sosial tersebut dipahami oleh subyek penelitian, serta

melakukan Interpretasi terhadap makna dibalik perkataan & tingkah laku

subyek penelitian (Suyanto dkk., 2011).

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

14 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

15 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Dalam bab ini akan di jelaskan tentang umum lokasi penelitian yang

menjelaskan tentang deskripsi umum lokasi penelitian akan diuraikan mengenai

beberapa hal yang berkaitan dengan desa Mayang kabupaten Jember. Diantaranya,

dijelaskan tentang kondisi fisik lingkungan desa Mayang dan kondisi penduduk

desa Mayang. Kondisi fisik lingkungan yang berkaitan dengan letak dan kondisi

geografis desa Mayang.

2.1 LETAK DAN KONDISI GEOGRAFIS

Letak geografis Kecamatan Mayang mempunyai luas wilayah 63,79 Km2

dengan ketinggian rata-rata 200 m dari atas permukaan laut. Kecamatan Mayang

terdiri dari 7 desa yaitu: Seputih, Sidomukti, Sumber Kejayan, Tegal Waru,

Mayang, Mrawan dan Tegalrejo. Seluruh Desa Berkualifikasi Desa Swakarya.

Jarak dari pusat kota sekitar 12 Km. Jumlah penduduk menurut mata pencarian :

petani 1.171, buruh tani 1.738, buruh bangunan 8, PNS/ABRI 33, pensiunan 11,

swasta 10. Tingkat pendidikan : Tidak tamat SD 1.225, Tamat SD 2.186, Tamat

SMP 917, Tamat SMU 733, Sarjana S1 138. Jumlah sarana dan prasarana

kesehatan: Puskesmas 1, Posyandu 3. Jumlah tempat peribadatan : Masjid 9,

Langgar atau mushollah 18. Jumlah penduduk menurut agama yang dianut :

Katolik 47, Kristen 116, Hindu 9, Budha 2.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

16 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

2.2 BATAS-BATAS WILAYAH KECAMATAN

Utara : Kecamatan Pakusari

Timur : Kecamatan Silo

Barat : Kecamatan Kalisat

Selatan : Kecamatan Pakusari

2.3 DESA MAYANG KECAMATAN MAYANG

Desa Mayang adalah salah satu desa yang ada di kecamatan mayang,

bentangan lahan pertanian banyak ditemui di desa ini. Maka tak heran kalau

sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai petani. Sektor pertanian merupakan

tempat pencaharian yang banyak di tekuni masyarakat di desa ini. Petani di sini

pada umumnya seperti petani – petani yang ada di tempat lain, yaitu ada petani

pemilik tanah, petani penggarap dan buruh tani. Desa Mayang ini mempunyai 3

dusun, yaitu dusun Kerajan, dusun Kelayu, dan dusun Tegal gusi. Jumlah

penduduk desa Mayang ini adalah 7880 jiwa, dengan jumlah wanita berjumlah

3974 dan laki – laki berjumlah 3906. Jumlah KK yang tercatat adalah 2794.

Mayoritas agama yang ada di desa Mayang adalah beragama Islam. Di desa ini

ada perkumpulan cina di daerah tertentu. Mayoritas pendidikan masyarakat desa

Mayang mayoritas pendidikan terakhir adalah SD dan SMP. Sedikit sekali yang

sampai tingkat SMA karena faktor ekonomi dan sarana yang mendukung di desa

ini.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

17 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Daerah yang menjadi tempat mencari responden berada di Dusun

Tegalgusi Mayang Kecamatan Mayang Kabupaten Jember. Dengan sebagian

besar mayoritas penduduknya adalah mereka yang berasal dati suku Madura.

Srhingga rtnis madira lebih banyak mendominasi dari pada etnis jawa. Hal ini di

buktikan di dusun ini banyak penduduk yang memiliki logat bicara maduranya.

Tak banyak yang memahami bahasa jawa. Umumnya para warga dusun tersebut

hanya menggunakan bahasa nadura dan bahasa Indonesia saja. Sebagian besar

warga di daerah tegal gusi menggantungkan hidupnya kepada alam. Mereka

bermata pencaharian sebagai petani.Namun tak sedikit pula mereka yang menjadi

buruh tani.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

18 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Ini adalah salah satu aktifitas yang dilakukan oleh buruh tani yang

dilakukannya setiap hari. Mulai dari menggarap sawah sampai pulang tengah hari

dengan membawa tanaman yang dirasa dapat mengganggu keberadaan tanaman di

ladangnya. Pada musim hujan di sana tanaman yang pada umumnya di tanam

adalah Padi, dan ketika musim kemarau ladang tersebut di tanami tembakau. Pada

dasarnya sistem penanaman seperti ini tergantung pada pemilik lahan yang

memutuskan ditanami apa ladangnya. Tergantung modal yang mendukung dalam

pertanian.

Dengan keadaan alam yang begitu subur masyarakat di dusun tegal gusi

menggantungkan hidupnya di lahan tersebut. Apapun yang mereka dapatkan saat

panen mereka selalu bersyukur. Pada bulan ini petani menanam padi. Biasanya

juga menanam tembakau, itupun bisa dilakukan tiga sampai lima kali masa tanam

tembakau setiap tahummya.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

19 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Secara infrastuktur dusun tegal gusi memang kurang baik. Bisa dilihat dari

jalam perkampumgan yang masih kurang layak. Banyak ditemui jalan – jalan

yang seperti gambar diatas di temui di dusun ini. Jalannya hanya bisa dilewati

oleh satu kendaraan beroda empat. Sehingga sulit kalau harus bersimpangan

dengan dua kendaraan beroda empat. Apalagi di dusun ini tidak ada bangunan

sekolah. Sehingga warga menyekolahkan anaknya di daerah lain yang jarak

tempuhnya lumayan jauh. Hal tersebut terkadang membuat warga malas untuk

menyekolahkan anakanya. Tidak banyak dari orang tua dulu yang tidak

berpendidikan di dusun ini. Selain jarah tempuh yang jauh, ekonomi pun menjadi

hambatan untuk menuntut ilmu.

2.4. LATAR BELAKANG BURUH TANI MEMILIH MENEKUNI

PEKERJAANNYA

Dalam bagian ini kami akan mengemukakan riwayat kehidupan buruh tani

dari berbagai aspek sosial yang melatar belakangi mereka memilih bekerja

sebagai buruh tani yang secara teoritis rawan terhadap aksi eksploitasi. Penjelasan

pada bagian ini bersumber dari informasi yang kami dapatkan dari indepth

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

20 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

interview yang kami lakukan terhadap para buruh tani di Desa Mayang,

Kecamatan Mayang, Kabupaten Jember.

Secara umum mereka menjelaskan bahwa kehidupan menjadi seorang

buruh tani sebenarnya tidak mereka inginkan, mereka bekerja sebagai buruh tani

tersebut karena keadaan yang memaksa mereka harus memilih bekerja sebagai

buruh tani. Hal tersebut diakibatkan karena pendidikan mereka yang rendah

(bahkan tidak bersekolah sama sekali) dan mereka merasa dengan pendidikan

yang rendah tersebut mereka tidak bisa bekerja di sektor lain termasuk di sektor

perkantoran (pagawai) yang selama ini mereka idam idamkan.

Hal yang membuat mereka tidak bisa memperoleh pendidikan ke jenjang

yang tinggi masalahnya yaitu karena kondisi ekonomi orang tua mereka dahulu

yang rendah dan tidak mampu menyekolahkan anaknya. Selain itu pada jaman

dahulu menempuh pendidikan di sekolah merupakan aktivitas yang tidak umum

dan hanya dikerjakan oleh mereka yang memeiliki ekonomi tinggi (kelas borjuis).

Alasan lain yang menyebabkan mereka harus bekerja menjadi buruh tani

yaitu karena mereka tidak memiliki ketrampilan lain. Orang tuanya dahulu hanya

mengajarkan mereka cara bekerja di sektor pertanian tanpa memberikan

ketrampilan bekerja disektor lain sehingga mereka merasa hanya bisa bekerja

disektor pertanian. Selain itu, di daerah tempat tinggal mereka, sektor pekerjaan di

bidang pertanian merupakan pekerjaan yang umum yang dilakukan oleh

masyarakat. Hal itulah yang menyebabkan mereka mau tidak mau harus bekerja di

sektor pertanian.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

21 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Para buruh tani tersebut sebenarnya sangat ingin bekerja di katoran yang

menurut bayangan mereka pekerjaan tersebut merupakan pekerjan yang bagus,

mulia, gajinya besar, dan nyaman. Namun pekerjaan tersebut menurut mereka

hanyalah impian semata yang tidak mungkin mereka dapatkan. Sebenarnya

mereka sangat menginginkan anaknya dapat bekerja di perkantoran agar bisa

mewujudkan cita-cita orang tuanya dan mengubah nasib orang tuanya tersebut.

Namun karena masalah ekonomi mereka tidak bisa menyekolahkan anaknya

kejenjang yang lebih tinggi sehingga impian mereka untuk menjadikan anak

mereka bekerja di perkantoran terpaksa harus mereka buang karena tidak mungkin

terjadi.

Walaupun anak-anak mereka tidak mendapatkan pendidikan yang tinggi,

namun mereka tidak mau bekerja sebagai buruh tani. Anak-anak mereka

mengangap bekerja sebagai buruh tani adalah pekerjaan rendahan yang tidak

pantas dikerjaan oleh anak muda sehingga mereka gengsi bekerja sebagai buruh

tani. Para anak buruh tani tersebut lebih memilih bekerja di luar kota sebagai kuli

bangunan karena dianggap lebih mulia dibanding bekerja sebagai buruh tani.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

22 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

BAB III

SEKILAS GAMBARAN KEHIDUPAN BURUH TANI

III.1. Bapak Rudi (Buruh Tani)

Seperti yang kita ketahui bahwa negara Indonesia merupakan negara

agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di sektor pertania.

Namun, nampaknya hal itu sekarang menjadi kurang diperhatikan mengingat

banyaknya lahan pertanian yang berkurang dan semakin menyempit sementara

rakyat dari kalangan bawah yang tak memiliki skill semakin banyak dan sangat

bergantung pada sektor pertanian. Sebagian besar dari mereka yang

mengandalkan sektor pertanian hanyalah berkutat sebagai buruh tani, sementara

pemiliki hamparan lahan pertanian yang luas adalah para pemilik modal. Buruh

tanipun harus tunduk terhadap para majikan apabila mereka tak ingin kehilangan

pekerjaanya dan menjadi penganguran, sementara roda perekonomian keluarga

buruh tani terus berlangsung dalam kesehariannya.

Sama halnya dengan yang terjadi pada Bapak Rudi yang bekerja sebagai

buruh tani. Rudi yang tak pernah mengenyam bangku pendidikan menyebabkan

posisinya kurang diakui dalam dunia kerja. Sehingga mau tak mau hanyalah

sektor pertanian yang diandalkannya. Apalagi almarhum orang tua Rudi juga

merupakan seorang buruh tani. Sejak kecil secara tak langsung Rudi tersosialisasi

akan segala sesauatu yang berbau pertanian. Namun karena minimnya modal

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

23 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

(dalam hal ini modal berupa materi, relasi, dan pendidikan) menjadikan Rudi

hanya sebagai seorang buruh tani biasa.

Selama kurang lebih dua puluh tahun Rudi bekerja sebagai buruh tani,

selama itu pula Rudi mengabdikan diri pada petani berdasi (Pemiliki Lahan

Pertanian).Dalam kurun waktu dua puluh tahun bekerja sebagai buruh tani lantas

tak membuat kehidupan Rudi sekeluarga menjadi semakin membaik. Rumah yang

terbuat dari anyaman bambu (gedeg-dalam bahasa jawa), sementara

lantainyamasih dari plesteran-belum keramik atau tekel- dan hanya seluas enam

puluh meter persegi menjadi salah satu indikator bahwa kehiupan Rudi sebagai

buruh tani jauh dari kata layak.

Rudi dalam sehari bekerja mulai pukul tujuh pagi hingga pukul dua belas.

Jika masih ada yang harus diselesaikan maka Rudi harus kembali lagi bekerja

setelah Dhuhur atau berkisar pukul satu siang hingga menjelang Ashar atau

sekitar pukul tiga sore. Jam kerja yang demikian menjadikan Rudi memiliki

penghasilan yang sekarang hanya berkisar antara dua puluh ribu rupiah hingga

tiga puluh lima ribu rupiah membuatnya harus pandai-pandai menghemat

pengeluaran. Tak jarang Rudi sekeluarga harus menahan diri untuk tidak membeli

sesuatu yang dinginkan seperti menahan untuk membeli pakaian yang dinginkan,

atau semacam peralatan rumah tangga yang dinginkan. Mengurangi jatah makan

sehari-hari dan menggantikan makanan pokok dengan makanan seadanya sudah

biasa dilakukan oleh keluarga Rudi. Sungguh ironi apa yang terjadi dalam

kehidupan buruh tani. Mereka menanam tembakau tapi tak dapat menikmati hasil

dari apa yang ditanamnya. Mereka menanam padi tapi mereka harus bersusah

payah memperoleh makanan pokok. Tak jarang pula Rudi dan keluarganya harus

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

24 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

makan seadanya bergantung pada seberapa besar uang yang ada pada hari itu.

kendati istri Rudi dan anaknya telah bekerja, hal itu tak membuat kondisi

perekonomian keluarga Rudi kunjung membaik. Istrinya yang terkadang

membantu sebagai buruh petani apabila dibutuhkan menjadikan penghasilan yang

didapat tak bisa diandalkan. Begitupula dengan anak Rudi yang bekerja sebagai

kuli bangunan. Apabila tak ada yang sedang membangun rumah dsb maka anak

dari Rudi tersebut terpaksa menganggur di rumah.

Rudi beberapa kali berpindah majikan dan berpindah lahan pertanian. Dari

yang semula menjadi buruh tani untuk sawah –dalam hal ini menghasilkan padi-

hingga menjadi buruh tani untuk perkebunan tembakau. Rudi bekerja menjadi

buruh tani padi saat musim tembakau sudah berlalu kemudian menjadi buruh tani

tembakau saat musim tembakau tiba yaitu sekitar bulan April hingga Juni.

Penghasilan yang diperoleh dari bekerja sebagai buruh tani tersebut hampir sama.

Saat menjadi buruh tani padi berkisar dua puluh ribu begitu juga pada saat

menjadi buruh tani tembakau juga berkisar dua puluh hingga tiga puluh ribu per

hari.

Sistem kerja yang dilakukan Rudi sebagai buruh tani dimulai dari

menanam, merawat, hingga memanen dari apa yang telah ditanamnya. Sementara

peralatan mulai dari benih, pupuk, trkator dan peralatan pertanian lainnya telah

disediakan oleh pemiliki lahan-dalam hal ini majikan- yang mempekerjakannya.

Sangat terlihat sekali kesenjangan dalam hal penghasilan yang diperoleh antara

buruh tani dan petani pemiliki. Buruh tani yang bekerja setiap hari mencucurkan

keringat hingga jam kerja mereka terkadang melebihi jam kerja buruh pabrik atau

pekerja lainnya tapi memperoleh penghasilan yang sedikit sehingga tak bisa

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

25 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

mendongkrak perekonomian mereka dan terperangkap dalam kemiskinan,

sementara para petani pemilik hanya menyediakan lahan dan biasanya disebut

“ongkang-ongkang kaki” tapi menerima penghasilan yang banyak. Dalam sistem

upah yang lain adalah ketika panen biasanya hasil panen tersebut dibagikan

beberapa kilo kepada buruh tani yang bekerja bergantung pada majikannya.

Namun, ketika gagal panen, buruhpun tak mendapatkan pembagian hasil dari

panen tersebut.

Rudi terlihat sangat beruntung karena ia tetap bisa berinteraksi dengan

masyarakat sekitar yang merupakan tetangganya dan sanak saudaranya juga. jika

kita bandingkan dengan para pekerja kantoran atau eksekutif muda yang terlihat

sangat sibuk sehingga waktu yang mereka gunakan hanya seputar bekerja hingga

larut malam-pulang masuk ke dalam rumah-tidur-bangun tidur-bekerja lagi.

Siklus tersebut terus nerulang sehingga membuat manusia tak dapat berinteraksi

dengan tetangga sekitarnya dan membuat mereka terasingkan dari kehidupan

sosialnya. Namun, hal tersebut rupanya tak terjadi pada Rudi.

Rudi yang telah bekerja puluhan tahun sebagai buruh tani lantas merasa

bahwa pertanian adalah bagian dari hidupnya. Sempat ia tuturkan pada saat

mencoba pekerjaan lain di luar sektor pertanian maka hasil yang didapat tidaklah

sesuai dengan apa yang diharapkannya, bahkan ia tak semangat menjalankan

pekerjaan di luar sektor pertanian. Rudi lebih semangat jika bekerja di sektor

pertanian meskipun Cuma sekedar menjadi buruh. Hal tersbut mungkin

dikarenakan pekerjaan dalam sektor pertanian telah mendarah daging dalam benak

keluarga Rudi sehingga apa yang dilakukanya kini menjadi sebuah pekerjaan atas

dasar kesenangan, semangat dan keikhlasan dari hatinya. Rudipun tak pernah

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

26 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

mengeluh atas apa yang diperolehnya dan menyatakan penghasilan yang

didapatnya dari hasil bertani sudah sangat cukup dalam pemenuhan kebutuhan

pokok untuk kehidupan sehari-hari. Keihlasan yang ada dalam diri Rudi tak lepas

dari agama yang dianutnya, Islam. Dalam Islam mengajarkan bahwa bekerja

untuk menghidupi keluarga adalah bagian dari jihad di Jalan-NYA sehingga

balasan yang didapatkan adalah pahala. Dan dengan bersyukur maka rejeki akan

tak pernah habis dan tercukupi.

Rudi juga bercerita tentang jenis tembakau yang sering ditanam dan

digarap olehnya dan rekan-rekan tani lainnya. Di tempat Rudi berasal tembakau

yang ditanam dibedakan menjadi tiga kelas. Kelas A, B, dan C, entah atas dasar

apa pembedaan tersebut dilakukan dengan abjad tidak dengan sebuah nama.

Tembakau yang paling bagus menurutnya adalah tembakau dari kelas A yang

biasanya diborong oleh tengkulak dan disetorkan kepada pabrik Gudang Garam

yang kemudian diolah menjadi rokok bermerk Gudang Garam dengan berbagai

varian jenis. Sementara tembakau dari kelas B biasanya diborong oleh tengkulak

dan disetorkan kepada pabrik rokok Sampoerna. Rudi menjelaskan mengapa

Sampoerna membeli tembakau dari kelas B tidak dari kelas A padahal tembakau

yang baik berasal dari kelas A. Itu dikarenakan pabrik Sampoerna memiliki resep

khusus untuk mengolah tembakau dari kelas B jika pabrik Sampoerna diberi

tembakau kelas A maka rokok yang dihasilkan tidak akan seenak biasanya karena

resepnya tidak cocok. Tembakau yang diolah menjadi rokok tersebut kemudian

dijual kepada masyarakat dan menghasilkan untung yang berlebih bagi para

pengusaha, padahal mereka tak hanya duduk di atas meja sementara petani

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

27 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

tembakau yang memeras keringat tetap memiliki penghasilan yang jauh di bawah

rata-rata dan berkutat dalam lingkaran kemiskinan tanpa disadarinya.

Pernah beberapa kali Rudi mengalami musibah saat ia tak bisa bekerja

untuk sementara waktu lantaran ia sakit. Roda perekonomian keluarga Rudi

menjadi berputar sangat lamban, dan terpaksa sang istri harus menggantikan Rudi

bekrerja sementara waktu. Pada saat itu pula Rudi tak memiliki biaya untuk

berobat. Jaminan kesehatan yang dimilikinya sama sekali tak berguna ketika ia

berobat ternyata ia tetap ditarik biaya oleh pihak rumah sakit meskipun dengan

dalih dari pihak rumah sakit biaya tersebut sudah lebih ringan dan lebih murah

dari seharusnya. Dengan terdesak akhirnya Rudi memutuskan untuk meminjam

uang kepada majikannya kala itu, dan majikan tersebut meberikan pinjaman uang

kepada Rudi bahkan ketika uang tersebut tak dianggap hutang oleh majikan

sehingga tak wajib bagi Rudi untuk mengembalikan uang tersebut.

Rudi dalam kesehariannya juga tergabung dalam kelompok tani di tempat

tinggalnya. Di kelompok tani, Rudi hanya menjabat sebagai anggota. Dalam

kegiatan rutin kelompok tani tersebut ada yang namanya rapat. Dalam agenda

rapat tersebut yang seringkali dibahasa adalah mengenai harga pupuk, harga benih

dan peralatan pertanian yang sempat melonjak harganya. Tak jarangpula dalam

kelompok tani tersebut mengupayakan agar bagaimana para petani bisa

memperoleh subsidi baik hanya berupa pupuk, benih, hingga alat-alat pertanian.

Namun sangat disayangkan dalam kelompok tani tersebut jarang sekali dibahas

mengenai upah yang seharusnya layak diterima oleh para buruh tani. Buruh tani

menjadi cenderung pasrah dan tak ada usaha untuk memperjuangkan hak atas

kesejahteraan atas dirinya dan keluarganya. Akibatnya, terjadi disparitas yang

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

28 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

sangat nampak pada kondisi perekonomian antara buruh tani dan para pemilik

modal.

Pengalaman yang mumpuni dalam sektor pertanian seharusnya bisa

menjadikan Rudi seorang yang ahli dan paham dalam bidang pertanian sehingga

ia seharusnya bisa mengembangkannya dan memperoleh kehidupan yang layak

dari sektor pertanian tersebut sehingga dimungkinkan untuk mengalami mobilitas

sosial secara vertikal ke atas. Dan setidaknya dapat bekerja di sektor pertanian

yang lebih tinggi dan lebih canggih. Sangat bertolak belakang sekali dengan para

ilmuwan petanian yang terkadang memiliki ilmu secara teoritik namun tak bisa

praktiknya. Namun kembali lagi pada apa yang mungkin dikatakan sebagai awal

permasalahan yang dihadapi oleh Rudi yaitu masalah modal (dalam hal ini modal

berupa materi, pendidikan dan relasi).

Rudi tentunya memiliki harapn ke depannya seperti manusia pada

umumnya. Rudi berharap suatu saat nanti bisa keluar anak-anaknya meperoleh

pekerjaan yang layak. Harapan yang besar terletak pada anak terakhirnya yang

sekarang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Harapnya kelak

sang anak mampu melanjutkan sekolah hingga jenjang perguruan tinggi sehingga

memiliki keterampilan dan modal pendidikan yang mampu bersaing untuk

mendapatkan pekerjaan yang layak sehingga mampu mendongkrak perekonomian

keluarga.

Harapan yang besar juga disematkannya pada pemerintah agar lebih

memperhatikan rakyat kecil yang memiliki tingkat status ekonomi sosial yang

rendah. Pesannya agar pemerintah tak hanya memberi bantuan berupa uang yang

jumlahnya masih tergolong sangatlah rendah, tapi juga bantuan berupa modal dan

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

29 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

pelatihan sehingga rakyat kecil ini juga memiliki keterampilan yang dapat

digunakan untuk meningkatkan pendapatan yang nantinya berujung pada semakin

baiknya status ekonomi sosial mereka. Khusunya pada kaum tani yang

menurutnya kurang diperhatikan padahal sektor pertanian juga membantu dalam

kelangsungan hidup rakyat Indonesia.

III. 2. Ibu Junit (Buruh Tani)

Pada suatu pagi yang sedikit mendung saya dan kelompok stratifikasi

saya, memulai kegiatan dengan mencari informan. Kali ini saya mendapat bagian

untuk melakukan wawancara mendalam terhadap buruh tani tembakau di desa

Mayang. Penelitian ini dilakukan di desa Mayang kecamatan Mayang kabupaten

Jember. Kami mulai jalan mencari informan pada hari jumat pukul 11.00 WIB.

Setibanya di lokasi, saya langsung bergegas menemui pak moden dirumahnya

untuk menunjukkan dimana tempat atau rumah buruh tani tembakau. Saya

diberitahukan oleh beliau buruh tani tembakau yaitu ibu Junit. Kemudian saya pun

berbegas menuju rumah bu Junit yang tidak jauh dari rumah pak Moden. Pada

pencarian informan ini saya ditemani oleh rekan kelompok saya yaitu Adi.

Sesampainya saya di halaman rumah bu Junit, saya mulai

memperhatikan kondisi halaman dan rumah bu Junit. Saat itu saya melihat

halaman rumah bu Junit cukup luas. Namun dihalaman rumah bu Junit hanya

ditumbuhi oleh satu pohon mangga yang belum terlalu besar dan berbuah. Saat

saya memasuki halaman rumah bu Junit, saya mendengar suara-suara obrolan

tetangga bu Junit dengan bahasa khas Madura. Obrolan mereka menyambut saya

menuju ke rumah bu Junit. Mereka menyambut dengan senyum dan sapa. Selain

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

30 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

itu di halaman rumahnya terdapat sepeda roda tiga milik cucu bu Junit. Rumah

sebelah rumah bu Junit ternyata itu adalah rumah milik anaknya yang kini sudah

berkeluarga. Pada depan rumah anaknya tersebut terdapat satu sepeda motor

warna hitam. Tak lama memperhatian kondisi rumah bu Junit, muncullah bu Junit

beserta anaknya yang mempersilahkan saya masuk ke rumahnya. Saat itu yang

saya lihat, kondisi bu Junit dalam keadaan yang sehat. Saya pun saat itu mulai

memastikan apakah benar saya bertemu dengan bu Junit. Selanjutnya saya dan

Adi kemudian masuk ke ruang tamu bu Junit. Ketika saya masuk dan kemudian

duduk, saya pun juga mulai melihat dan merasakan kondisi rumah bu Junit ini.

pada ruang tamunya saya melihat terdapat tempat duduk tamu yang terbuat dari

bahan busa dan terdapat meja tamu. Selain itu saya juga melihat satu buah motor

yang lusung namun masih bisa terpakai. Di samping motor terdapat satu buah

lemari tempat tv, fas bunga, guci, dan semacamnya. Lantai rumah bu Junit terbuat

dari bahan semen atau ubin. Rumah bu Junit tidak memiliki plavon. Jadi ketika

kita melihat ke atas, maka kita akan melihat langsung rusuk-rusuk kayu yang

menopang dan menjadi kerangka atap rumah bu Junit. Saya pun memulai untuk

wawancara mendalam bersama bu Junit. Ketika itu ternyata musim panen

tembakau baru saja selesai.

Bu Junit adalah wanita berusia sekitar 50 tahun yang bekerja sebagai

buruh tani tembakau di desa Mayang kecamata Mayang kabupaten Jember. Beliau

menekuni profesi sebagai buruh tani tembakau ini sudah sejak usia dini atau

waktu beliau masih masa-masa yang terhitung remaja. Beliau setiap hari memulai

kegiatannya dengan memasak ketika pagi hari setelah beliau bangun tidur. Beliau

sudah terbiasa bangun pagi-pagi sekali. Beliau berangkat kerja mulai jam 07.00

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

31 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

pagi WIB. Waktu kerja bu Junit tidak bisa dipastikan kapan harus pulang.

Terkadang jika ada pekerjaan yang harus dikerjakan maka beliau harus nglembur

untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Biasanya jam lembur bu Junit saat

bekerja hingga pukul 16.00 WIB. Pekerjaan bu Junit sebagai buruh tani tembakau

biasanya adalah pada waktu panen. Saat itu bu Junit memilih daun tembakau yang

bagus dan yang jelek. Jadi bu Junit selalu teliti dalam memilih daun tembakau. Bu

Junit bekerja sebagai buruh tani tembakau sudah sekitar 30 tahun. Beliau pernah

bekerja di tetangganya sendiri yang memiliki tanah atau ladang tembakau, yaitu

pak Aan. Beliau merasa senang karena beliau dengan pak Aan sangat akrab

sebagai tetangga. Pak juga sering mempekerjakan bu Junit untuk menggarap

sawah miliknya. Sudah sering bu Junit mendapat panggilan dari seseorang untuk

menggarap sawahnya. Namun disini yang paling sering mempekerjakan bu Junit

adalah pak Lurah desa. Selain bekerja di bidang buruh tembakau, baliau juga

pernah dipekerjakan oleh pak lurah untuk memasukan pasir atau tanah ke dalam

plastik untuk kemudian pasir tersebut digunakan sebagai tempat penanaman

bunga atau tanaman lainnya. Beliau tidak pernah mengeluh akan pekerjaan yang

di jalaninya itu. Bu Junit dalam hal memenuhi kebutuhan menurut beliau terbilang

sulit. Karena biaya hidup atau kebutuhan bu Junit ditanggung oleh beliau sendiri,

kecuali kepentingan yang sudah mendesak. Bu Junit memiliki 3 anak. Anak

pertama dan kedua kini sudah berada jauh dari bu Junit. Namun anak ketiganya

masih tinggal dekat dengan bu Junit yaitu rumahnya berada disamping rumah bu

Junit. Anak beliau kini hanya sibuk dengan urusan keluarganya masing-masing.

Anak beliau yang kini tinggal dekat dengan beliau memiliki satu anak. Sedangkan

suaminya sering bekerja diluar kota. Apalagi Suami dari bu Junit sudah lama

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

32 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

meninggal. Jadi mau tidak mau bu Junit harus menopang kebutuhan hidupnya

sendirian. Beliau merasa tidak enak hati atau sungkan jika harus meminta biaya

tambahan dari anaknya. Karena beliau sadar bahwa anaknyapun memiliki

kesulitan ekonomi sendiri. Bu Junit bekerja sebagai buruh tani tembakau

mendapatkan upah sekitar Rp 25.000 per hari untuk setengah hari kerja. Setengah

hari tersebut dihitung dari pukul 07.00 sampai pukul 12.00 WIB. Sedangkan

untuk satu hari penuh atau waktu nglembur, Bu Junit mendapatkan upah sekitar

Rp 30.000 per harinya. Secara pribadi menurut bu Junit dengan upah sebesar itu

masih kurang cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Kabutuhan yang begitu

banyak membuat upah sebesar itu tidak cukup. Namun dalam hal ini Bu Junit

lebih memprioritaskan terpenuhinya kebutuhan pangan. Mungkin dari upah

tersebut hanya cukup untuk mencukupi kebutuhan makan sehari-hari saja.

Biasanya untuk kebutuhan makan sehari bu Junit hanya membeli beras dan lauk

tempe tahu. Untuk beras biasanya beliau hanya membeli seperempat kilo saja per

harinya. Kemudian untuk makan dengan lauk ikan atau ayam beliau dalam satu

bulan hanya bisa merasakannya satu sampai dua kali saja. Karena harga ikan

menurut beliau terasa cukup mahal. Misalnya saja harga ikan tongkol mencapi

Rp 5000. Sedangkan untuk kebutuhan diluar itu bu Junit sudah tidak sanggup

memenuhi dengan upah sebesar itu. Beliau semasa masih muda atau masih dalam

usia remaja masih sering bekerja lembur. Bekerja lembur tersebut tidak lagi

bekerja di sawah, namun bekerja di gudang tempat pengumpulan hasil panen

tembakau. Di dalam gudang para buruh mulai memisahkan mana tembakau yang

kualitasnya baik dan tembakau mana yang kualitasnya jelek. Di gudang biasanya

para karyawan bekerja dengan mesin-mesin yang canggih. Buruh hany bekerja

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

33 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

dengan tenaga fisik atau otot sendiri. Namun karena usia bu Junit yang semakin

tua dan kondisi tubuh beliau yang tidak memungkinkan untuk bekerja keras

seperti itu, maka kini bu Junit hanya bekerja di bagian sawah dan tidak lagi

pernah melakukan jam lembur. Menurut beliau jika beliau bekerja terlalu keras

seperti di gudang yang harus lembur, bisa-bisa beliau mengalami jatuh sakit.

Karena biaya ketika baliau sakit tersebut harus ditangguung oleh beliau sendiri.

Beliau pernah meminta gaji tambahan untuk biaya berobat kepada majikannya

namun oleh majikannya tidak diberi. Kebanyakan kesepakatan atau kontrak yang

disepakati antara majikan dan buruh di desa Mayang, yaitu segala kerugian panen

akan ditangungg oleh majikan itu sendiri. Begitu pula dengan sakit yang terjadi

pada buruh. Mau tidak mau mereka harus menanggungnya sendiri. Seperti hanya

bu Junit tersebut yang harus mebiayai biaya berobat jika beliau mengalami jatuh

sakit. Bu Junit dalam sehari mampu menghasilkan sekitar 300 pasir atau tanah

yang dimasukkan kedalam plastik untuk ditanami cabai. Jadi untuk mencapai

1000 bungkus pasir bu Junit harus mencicil dan memerlukan waktu yang tidak

singkat. Terkadang selain kerja memasukkan pasir dalam plastik, bu Junit juga

pernah kerja pada bagian penanaman cabai pada ladang pak Lurah tersebut. Bu

Junit kini bekerja biasanya hanya dua hari sekali. Itu pun jika ada garapan di

ladang atau sawah. Jika tidak ada maka beliau hanya bisa terima keadaan. Pada

masa baliau masih muda beliau sangat sering bekerja setiap hari. Beliau saat itu

masih sangat bugar dan masih mampu bekerja keras dan cekatan. Kondisi fisik

beliau yang tua membuat beliau harus mengurangi kegiatan kerjanya. Menurut

beliau bekerja sebagai buruh tani tembakau sangat lah menguras tenaga. Sehingga

tak jarang bu Junit merasa lelah dan capek. Dengan istirahat saja, hal tersebut

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

34 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

dapat mengembalikan tenaga dalam diri bu Junit sendiri. Namun menurut beliau

bekerja sebagai buruh tani tembakau merupakan kegiatan yang menyenangkan.

Beliau merasa senang dan ikhlas menjalani pekerjaan sebagai buruh tani

tembakau. Bekerja di ladang membuat beliau memiliki banyak relasi kerja atau

bisa disebut dengan teman. Bekerja dengan diiringi berbincang – bincang dengan

rekan kerja, membuat bu Junit lupa akan rasa lelah dan selalu merasa senang

dalam bekerja.

Bekerja sebagai buruh tani tembakau upah yang diterima untuk per

harinya yaitu sekitar Rp 25.000. Sedangakan untuk jam lembur para buruh tani ini

mendapat upah sebesar Rp 30.000. Khusus untuk buruh tani yang bekerja pada

musim cabai, bu Junit mendapat upah Rp 20.000 jika menghasilkan 1000 biji

pasir yang dimasukkan ke dalam plastik. Bu Junit pernah dalam sebulan

menghasilkan 10.000 biji pasir yang disukkan ke dalam plastik, sehingga beliau

mendapat upah Rp 200.000. Pasir tersebut berguna sebagai wadah untuk

menanam cabai. Dalam menjalani pekerjaan sebagai buruh tani, bu Junit juga

pernah suatu ketika jatuh sakit. Beliau yang paling sering sakit yaitu sakit panas

dan pilek. Namun disamping itu kini kaki beliau juga mengalami masalah

kesehatan. Beliau merasa kakinya begitu sakit. Beliau tidak tau apa nama penyakit

yang menyerang kakinya tersebut. Bu Junit sering merasakan sakit pada kakinya.

Hal tersebut membuat saat itu beliau tidak kuat berjalan. Beliau pernah berobat ke

puskesmas dan dikenakan biaya Rp 35.000. Harga sebesar itu menurut beliau

terlalu mahal. Selain itu juga hal tersebut sangat mengganggu stabilitas

pemenuhan kebutuhan makan sehari-hari. Segala kerugian atau derita buruh tani

dalam hubungan kerja bu Junit dengan majikannya sesuai kontrak yaitu bahwa

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

35 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

musibah tersebut yang menanggung adalah buruh itu sendiri. Majikan tidak ikut

campur dalam hal tersebut. Begitu pula sebaliknya, para buruh tani tidak ikut

campur atau dengan kata lain para buruh tani ini tidak ikut menangungg resiko

jika hasil panen rusak, harga jual rendah, dan kerugian yang di terima oleh

majikan. Bu Junit pernah meminta tolong kepada salah satu masjikannya dahulu,

namun beliau tidak mendapat respon alias tidak diberi bertolongan. Hal tersebut

termasuk pada biaya berobat para buruh yang harus ditanggung oleh para buruh

itu sendiri. Dalam hubungan kerja ini bu Junit tidak pernah mendapat bonus

tambahan. Namun sesekali pak Lurah membeerikan beberapa ribu uang untuk bu

Junit di rumahnya. Karena pak Lurah senang dengan pekerjaan bu Junit di ladang.

Di luar itu secara pribadi bu Junit tidak pernah mendapatkan bonus tambahan dari

majikan manapun. Maka bu Junit pun mau tidak mau harus bertahan hidup

dengan upah sebesar tersebut untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari dan

biaya berobat kakinya. Namun untuk sekarang ini bu Junit sudah jarang sekali

berobat ke puskesmas untuk mengobati kakinya itu. Karena dirasa biaya berobat

kakinya tersebut cukup mahal baginya. Menurut beliau uang berobat lebih baik

digunakan untuk makan saja dari pada berobat namun tak segera kunjung sembuh.

Jadi dengan kata lain bu Junit lebih memaksimalkan upah atau hasil kerjanya

tersebut hanya untuk emenuhi kebutuhan maka sehari-hari saja.

Pekerjaan sebagai buruh tani tembakau ini snagatlah cukup berat.

Dirasa berat karena pekerjaan ini sangat menguras tenaga atau menuntut fisik

untuk selalu bertahan dan menyelesaikan pekerjaan. Belum lagi jika majikan

marah yang dikarenakan hasil kerja yang kurang memuaskan. Menurut bu Junit,

dalam proses kerja diladang terkadang majikan malakukan pengontrolan sekaligus

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

36 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

memeberikan evaluasi terhadap para pekerjanya. Seperti hanya bu Junit yang

bekerja di ladang milik pak Lurah. Terkadang sesekali pak Lurah melakukan

kontrol atas pekerjaan para buruh yang menggarap ladangnya tersebut. Pak lurah

juga memeberi kan peringatan terhadap buruhnya yang mungkin salah. Namun

dimata bu Junit dan buruh lainnya, pak Lurah dalam proses kontrol kerja ini

cukup sabar. Sangat jarang pak Lurah marah terhadap para buruhnya.

Pada hasil panen tembakau, biasanya setelah itu hasil panen di

kumpulakan di gudang untuk dilakukan penyortiran kualitas tembakau.

Penyortiran ini dilakukan untuk mengetahui tembakau mana yang baik dan

tembakau mana yang jelek pada kualitasnya. Setelah melalui penyortiran ini

kemudian hasil panen tembakau ini akan dijual pada pabrik-pabrik rokok.

Menurut bu Junit dalam hal panen para buruh tani tidak berhak untuk mendapat

bagian dari hasil panen tersebut. Seperti apa yang di alami Bu Junit itu sendiri.

Bahwasannya beliau tidak pernah mendapat bagian hasil panen baik hasil panen

tembakau maupun hasil panen dari tandur cabai. Semua hasil panen menurut bu

Junit merupakan hak majikan atau pemilik ladang tersebut. Jikalau beliau diberi

hasil panen maka beliau pun juga menerima. Namun secara pribadi bu Junit juga

tidak pernah meminta hasil panen tersebut. Jadi dalam hubungan kerja ini buruh

tani hanya tau soal kerja dan mendapatkan upah dari majikan. Di luar itu para

buruh tidak memikirnya. Bu Junit sendiri memiliki prinsip dalam bekerja, yaitu

beliau harus bekerja yang baik sesuai dengan kontrak yang telah disepakati. Di

samping itu beliau juga menerima resiko apa pun selama itu tidak menyangkut

masalah kerugian hasil panen. Beliau dalam bekerja selalu serius, tekun, jujur dan

dikerjakan secara baik. Meskipun beliau dengan bekerja keras seperti itu, beliau

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

37 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

masih belum bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari khususnya makan dan di

samping itu kebutuhan sandang, namun beliau tetap teguh dengan prinsip

kerjanya tersebut. Bu Junit takut jika bekerja secara curang atau tidak jujur. Bu

Junit tidak mau menanggung resiko yang lebih besar apabila bekerja secara

curang atau tidak baik. Beliau takut jika menerima musibah yang tak terduga.

Menurutnya memenuhi kebutuhan makan sehari-hari itu saja sudah sulit, apalagi

jika bekerja yang tidak baik. Bekerja yang tidak baik merupakan pekerjaan yang

tidak berkah. Beliau lebih mengutamakan berkah dalam bekerja. Beliau lebih

memilih bekerja keras dan mendapat upah yang belum bisa memenuhi kebutuhan

hidup namun barokah, daripada harus bekerja secara curang atau tidak baik

namun tidak barokah. Beliau tidak pernah mengeluh akan pekerjaan yang di

jalaninya itu. Bu Junit dalam hal memenuhi kebutuhan menurut beliau terbilang

sulit. Karena biaya hidup atau kebutuhan bu Junit ditanggung oleh beliau sendiri,

kecuali kepentingan yang sudah mendesak. Jadi beliau selalu banya syukur atas

barokah yang didapatnya.

Keinginan atau cita – cita bu Junit sebenarnya adalah ingin memiliki

kerja sampingan dengan berdagang, khususnya berdagang sayuran di pasar.

Namun sepertinya keadaan tidak mendukung hal tersebut. Beliau tidak memiliki

modal untuk berdagang. Beliau pun juga tidak ada niatan untuk berhutang kepada

siapapun termasuk tetangga ataupun anaknya sendiri. Beliau lebih menikmati

hidup seperti sekarang ini yaitu dengan apa adanya. Jika memang ada rejeki untuk

bu Junit maka baliau pun akan bersyukur. Jadi beliau hanya pasrah dengan

keadaan jika beliau tidak bisa mewujudkan keinginannya tersebut. Beliau akan

terus menyambung hidup dengan bekerja sebagai buruh tani. Di samping itu

Page 38: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

38 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

baliau juga berfokus untuk menyembuhkan kakinya yang kini sedang sakit.

Kondisi fisik beliau yang tua membuat beliau harus mengurangi kegiatan

kerjanya. Menurut beliau bekerja sebagai buruh tani tembakau sangat lah

menguras tenaga. Apalagi Suami dari bu Junit sudah lama meninggal. Jadi mau

tidak mau bu Junit harus menopang kebutuhan hidupnya sendirian. Beliau merasa

tidak enak hati atau sungkan jika harus meminta biaya tambahan dari anaknya.

Setelah berpanjang lebar saya melakukan wawancara mendalam

bersama bu Junit, waktu pun tak terasa menunjukkan hampir pukul 12.00 WIB.

Hal ini pertanda saya harus segera kembali pulang dan menjalankan ibadah sholat

jumat. Saya pun bersama rekan saya Adi, berpamitan pada bu Junit dan anaknya

yang saat itu kebetulan berada di luar rumah beliau. Kemudian bu Junit dengan

ramah juga mempersilahkan saya untuk kembali pulang. Namun sebelum pulang

saya memeberikan kenang- kenangan sebuah gelas cantik kepada beliau. beliau

tersenyum dan berterima kasih. Kamudian saya dan Adi mulai berjalan keluar dan

pulang serta berkumpul kembali bersama teman – teman kelompok stratifikasi

sosial saya.

III. 3. Bapak Suheri (Buruh Tani)

Waktu itu tepatnya pukul jam delapan pagi setelah usai sarapan pagi saya

beserta kelompok saya berangkat dari penginapan kita yang berada di secaba

menuju Desa Mayang kecamatan mayang kabupaen jember. Dimana tempat

tersebut adalah tempat kediaman para informan kita. Jarak yang ditempuh dari

penginapan kita memang lumayan jauh. Dengan membawa mobil kami

Page 39: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

39 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

sekelompok menuju daerah tersebut. Jalan yang kami lalui sungguh indah akan

pemandangan alamnya. Sepanjang jalan yang kami temui adalah deretan pohon-

pohon yang mungkin usianya sudah tua, ukurannya yang sangat tinggi dengan

dedaunan yang rimbun. Membawa hawa dalam perjalanan kami terasa sangat

menyejukkan hati. Keceriaan tumbuh di tengah-tengah anggota kelompok kami.

Hingga akhirnya kami sampai di balai desa Mayang untuk meminta izin lagi

untuk mencari informan ke Desa Mayang. Setelah itu kami menuju dusun tegal

gusi dimana kami akan menemui para informan. Memang letak dusun tersebut

dari balai desa memang lumayan cukup jauh. Dan sekali lagi untuk menuju dusun

tegal gusi di sepanjang perjalanan kami terbentang pemandangan alam yakni

sawah-sawah dan perbukitan yang hijau dan membuat saya tak henti-hentinya

selalu memuji kebesaran sang pencipta.

Setelah sampai saya dan teman saya menuju rumah informan temn saya

terlebih dahulu yang sudah kami ketahui sebelumya dari bapak ketua RT

setempat. Beberapa menit kemuudian wawancara teman saya berakhir dan

kamipun menuju rumah responden saya. kemudian sesampai di depan pintu

rumah pak suheri saya mengucapkan salam dan di balas dengan jawaban salam

pula. Namun oleh sesosok wanita yang kira-kira umurnya dua puluh lima tahun ke

atas menghampiri saya. dia bernama irma. Irma ini adalah anak dari pak suheri

yang kedua. Anak yang pertama bekerja dan menetap bersama keluarganya di

kalimantan. Saya menyampaikan bahwa saya dari mahasiswa universitas

airlangga yang ingin belajar dari petani tembakau di daerah sini. Yang saya

rasakan saat di rumah bapak suheri adalah bau yang tidak enak, sehingga saya

sendiri tidak bisa mengkondisikan diri saya senyaman mungkin. Mungkin bisa

Page 40: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

40 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

dimaklumi karena dalam rumah tersebut terdapat anak-anak. Saya sekali lagi

menanyakan kepada mbak irma apakah pak suherinya ada. Diapun menjawab

bahwa pak suheri sedang tidur dan akan di bangunkan. Saat berada di ruang

tamu tersebut juga ada suami mbak irma yang namanya adalah rofik. Mas rofik

tersebut masuk ke dalam dan membangunkan pak suheri yang sedang tertidur.

Sambil menunggu pak suheri yang dibangunkan saya melakukan percakapan

dengan mbak Irma. Mbak irma tinggal disini sama keluarganya sudah dari kecil.

Meskipun mereka berjiwa Madura tapi dari kecil mereka tinggal di sini. Ya

meskipun bahasa Madura masih kental pada diri mereka , soalnya di sini

mayoritas juga orang-orang dari Madura. Dengan menggunakan bahasa Madura

yang saya tidak tahu akhirnya mbak irma saya beritahu bahwa saya tidak mengerti

dengan apa yang di katakannnya dan saya mengarahkan agar mbaknya berbahasa

Indonesia saja.

Kemudian saya menanyakan alamat rumah yang di tempati pak suheri

yang saya kurang tahu sebenarnya. Dengan mengambil sebuah KTP milik mbak

irma, mbak irma menjelaskan bahwa alamat rumahnya dusun tegal gusi RT:01

RW:02 Mayang. Tak lama kemudian sering sepuluh menitan akhirnya pak suheri

keluar dan duduk bersama kami di ruang tamu. Yang saya lihat pak suheri sudah

sangat tua dan secara fisikpun beliau cukup rentan.Dengan sikap yang masih agak

lemas usai bangun tidur pak suheri menghampiri saya dan teman saya. kemudian

saya menanyakan umur beliau, dan beliaupun menjawab umurnya sekarang sudah

enam puluh tujuh tahun. Beliau berbahasa Madura dan sekali lagi saya tidak

faham apa yang di cakapkan beliau. Sehingga mbak irma saya minta untuk

menerjemahkan dalam bahasa Indonesia. Pendidikan pak suheri hanya samapai

Page 41: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

41 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

SD saja itupun tidak sampai lulus. Hanya samapai kelas tiga saja beliau tak

meneruskannya lagi karena memang tak ada biaya lagi untuk meneruskannya.

Selanjutnya saya menanyakan sejak kapan beliau menjadi seorang petani.

Beliau menerangkan bahwa beliau sudah lama menjadi petani hampir lewat

setengah abad sekitar enam puluh tahun menjadi petani dan hidup dengan alam

terutama persawahan. Karena memang di situ tak ada pekerjaan lain ya beliau

menjadi seorang buruh tani yang bekerja di lahan orang. Pak suheri ke lahan

garapannya mulai berangkat jam 07.00 pagi sampai jam 12.00 siang. Itupun

dilakukannya setiap hari. Nggak ada hari libur atau apa gitu. Ya setiap hari harus

ke ladang. Untuk uppah atau penghasilan yang di dapat beliau memaparkan kalau

upah yang di terimanya itu perhari. Perhari itu ya kadang 20.000 kadang juga

25.000. kalau dapat upahnya itu tiap panen tidak bisa mencukupi kebutuhannya.

Ya kalau hasil panennya bagus, kalau tidak itu yang menyusahkan buruh tani.

Kalau nanam tembakau setahun bisa nanam 5x. kalau pengairannya mudah. Kalau

pengairannya biasanya mendapat uang lebih soalnya menjaga pengairan masuk ke

sawah bisa sampai jam 17.00 sore. Ya dapatnya sekitar 40.000-50.000 perharinya

itu mulai dari pagi. Itupun kalau airnya mudah itu bisa dapat 500.000 setiap kali

panen, tapi kalau air lagi sulit ya Cuma dapat 150.000 saja tiap kali panen. Dan

itupun kalau beliau menggarap di lahannya pak husein, tapi kalau di pak taufik

tidak bisa begitu. Pak Suheri menggarap dua lahan orang. Memang dua orang ini

sangat terkenal dengan kekayaannya di sini. Tapi lebih kaya pak husein daripada

pak taufik. Dua orang ini memiliki perwatakan yang sangat berbeda. Pak taufik itu

sosok yang jahat, kalau memberi upah itu tidak setiap hari mbak. Meskipun

melihat pak suheri ada di lahan ya di biarkan saja, jangankan memberi upah bisa

Page 42: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

42 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

tiap hari, memberi makanan atau air minum saja tidak pernah. Walaupun pak

suheri sakit tidak dijenguk. Di kasih uang untuk membeli obat saja tidak. Selain

itu kalau hari raya tidak dikasih apa-apa ya hitung-hitung buat THRan. Pak taufik

ini jahat dan agak kasar orangnya. Suka marah-marah kalau ada yang salah. Beda

dengan pak husein memang dia kaya tapi beliau sangat baik hati. Upah

diberikannya tiap hari kepada para buruh-burhnya. Beliau juga sering ngasih

makanan kecil kalau buruhnya ada di lahan. Walaupun tidak setiap hari tapi

setidaknya beliau masih peduli dengan buruhnya. Dan ketika pak suheri sakit anak

buah atau suruhan pak husein datang ke rumah saya dan memberi uang untuk pak

suheri belikan obat. Selain itu pada hari raya pak husein membagikan beras 5-10

kg kepada buruh-buruh tani di lahannya. Meskipun pak taufik sosok orang yang

tidak ramah kepada buruhnya namun Pak suheri masih tetap mau bekerja

padanya karena sebuah alasan orang butuh kerja. Ya harus dibetah-betahkan saja.

Kalau tidak di betahin dari mana penghasilan yang di dapat untuk membiayai

hidup pak suheri. Nggak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-

hari. Kalauuntuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pak suheri sering diberi oleh

tetangganya meskipun jumlahnya tidak banyak. Kadang-kadang mereka

nyumbang 10.000-20.000 untuk pak suheri. Walaupun anaknya kerja di

Kalimantan tapi dia tak pernah mengirimi uang, karena dia di sana saja tinggal

bersama keluarganya. Kalau pulang ke kampung halamannya saja baru ngasih

uang. Sedangkan suami si irma juga kerjanya tidak menentu ikut orang di sini.

Kalau dia di ajak orang kirim barang ya dia dapat upah kalau tidak ada yang

ngajak ya nganggur di rumah. Ya mereka juga kan memiliki anak yang usianya 7

tahun. Ya mau tak mau ya pak suheri ikut membantu menghidupi kehidupan

Page 43: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

43 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

anaknya. Untung saja istri pak suheri tak begitu cerewet, orangnya terima apa

adanya saja. Tapi pak suheri juga sempat merasa iba di dalam hati ini dan beliau

kepikiran kapan beliau bisa menyenangkan hari istrinya. Ingin hati membelikan

perhiasan tapi uangnya itu yang tidak ada. Buat makan sehari-hari saja sudah pas-

pasan.

Saat panen tiba para majikan tidak pernah memberi bonus atau upah

tambahan karena buruh sudah di gaji tiap harinya. Kalaupun majikan-najikannya

dapat panen melimpah, mereka tak akan memberikan bonus pada buruhnya.

Sedangkan apabila panennya gagal yang menanggung majikannya, karena

semuanya di modalin mereka. Para buruh hanya merawatnya. Apalagi sekarang

saja tikus itu merajalela. Hampir tanaman penduduk yang di habiskan tikus.

Karena tikus itu adalah hama bagi kehidupan tanamannya.

Pak suheri mengungkapkan bahwa beliau merasa tidak nyaman sebenarnya

menjadi seorang buruh tani. Namanya kerja ikut oranng. Tapi ya mau gimana lagi

kalau gak kerja ya gak dapat uaang. Kalau kerja lain di sini ya gak ada. Adapun

orang-orang sini yang meajut bambu untuk dijual hasilnya. Tapi karena

keterbatasan fisik dan keahlian yang pak suheri tidak bisa ya dan pak suheri hanya

menggeluti menjadi buruh tani mbak. Ya semuanya di syukuri saja, yang penting

dapat makan sehari-hari saja sudah cukup.

Setelah informasi yang saya butuhkan sudah cukup saya menyudahi

percakapan saya dengan pak suheri. Saya meminta maaf apabila kedatangan saya

merepotkan dan mengganggu waktu beliau. Kemudian saya menjabat tangannya

dan mengucapkan terimaksih dan salam. Dan pak suheripun menjawab salam saya

Page 44: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

44 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

dan mengantarkan saya sampai keluar pintu. Segera saya tinggalkan rumah pak

suheri. Dan menuju tempat parkir kendaraan kita untuk segera kembali ke

penginapan.

III. 4. Bapak Edip (Buruh Tani)

Buruh tani yang bernama bapak Edip adalah seorang buruh tani yang

sudah berumur 50 tahun,beliau bekerja sebagai buruh tani untuk mencukupi

kebutuhan keluarga dan kewajibannya sebagai kepala rumah tangga yang

membiayai seorang istri dan dua orang anak . Sesungguhnya Pak Edip adalah

pemilik lahan,tetapi dia tidak mengakuinya saat saya bertanya tentang

pekerjaannya. Berdasarkan informasi dari warga sekitar desa Mayang salah satu

orang yang menjadi pemilik lahan didesa Mayang adalah Pak Edip. Pak Edip

memiliki dua orang anak perempuan yang salah satunya sudah bekerja sebagai

buruh pabrik di luar kota,dan anak yang kedua hanyalah seorang siswi dari

Sekolah Menengah Pertama di desa Mayang. Dan istrinya hanyalah seorang ibu

rumah tangga yang mengurusi anak-anaknya dan mengurusi pekerjaan rumah

tangga. Dengan adanya bantuan dari anak pertamanya yang sekarang sudah

bekerja dapat meringankan beban dari pak edip dalam mencari nafkah untuk

memenuhi kebutuhan keluarganya.

”ya bagi saya sudah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari

hari,karena saya merasa dibantu oleh anak saya yang pertama yang bekerja

buruh pablik diluar kota,meskipun hasil gak seberapa tapi paling nggak bisa

mencukupi kehidupan keluarga dan bantu bayar sekolah anak saya yang kecil.”

Page 45: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

45 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Sesungguhnya pak Edip memiliki sebuah impian dalam menentukan

pekerjaan tetapi pak Edip merasa putus asa karena tuntutan pendidikan yang

membuat pak Edip merasa tidak mampu untuk mencapai impiannya. Pak Edip

berkeinginan untuk bekerja seperti orang kota seperti dikantor tapi karena kondisi

ekonomi yang tidak mencukupi maka pak Edip tidak dapat melanjutkan ke

jenjang pendidikan yang lebih tinggi untuk mencapai cita-citanya.

“iya semua orang pasti punya mimpi mau kerja jadi apa,kalo saya dulu iya

pengen kerja dikota mbak,jadi orang kantoran tapi karena saya pikir lulusan

SMP itu bisa kerja apa selain jadi buruh pabrik atau buruh tani seperti saya

sekarang ini.”

Pak Edip pun berharap bahwa kelak anak-anaknya dapat menjadi orang

yang berguna bagi orang banyak dan dapat membanggakan keluarga. Pak Edip

berjuang mati-matian dalam mencari nafkah agar anaknya kelak akan menjadi

orang yang berguna. Tetapi dalam kondisi pekerjaan yang dikerjakan oleh Pak

Edip sangat menguras tenaga,dia harus mengerjakan lahan pertanian orang

lain,dia hanya memperoleh upah yang sedikit, tidak adanya jaminan kesehatan

dari pemilik lahan ,

“gak ada kalo dari pemilik lahan tapi kita dapet pelayanan kesehatan gratis dari

pemerintah.”

Pak Edip merasa tidak bisa bebas dalam bekerja karena pekerjaannya terikat

dengan adanya perjanjian,dia harus bekerja selama tiga kali dalam seminggu

padahal pak Edip membutuhkan upah yang cukup banyak untuk mencukupi

kehidupan keluarganya.

Page 46: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

46 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

“iya ada ikatan, ikatannya itu kalo saya ikatan kerjanya dalam seminggu hanya

kerja tiga kali.”

Dan tidak ada bonus upah kerja itu pula yang membuat pak Edip merasa kurang

dalam mencukupi kehidupan keluarganya . Dia hanya bisa bekerja dilain tempat

untuk menambah penghasilannya. Pak Edip bekerja dari pagi hingga siang,dan

jika ada pekerjaan lain dia bekerja kembali pada sore harinya.

“gak ada bonus upah kerja”

Dengan kondisi seadanya pak Edip berusaha untuk melakukan

kewajibannya sebagai kepala rumah tangga yang harus mencukupi kebutuhan

rumah tangga,dan harus menjaga keluarganya agar tetap utuh dan harmonis. Pak

Edip pun berusaha agar anak-anaknya tidak mengikuti jejak ayahnya yang bekerja

hanya sebagai buruh tani yang pendapatannya tak sesuai dengan tenaga yang

dikeluarkan saat bekerja. Dalam melakukan pekerjaannya pak Edip tidak merasa

ada yang perlu dikeluhkan dalam bekerja karena baginya bekerja untuk

menghidupi keluarganya sudah menjadi kewajibannya sebagai kepala rumah

tangga.

“tidak ada keluhan selama saya bekerja menjadi buruh tani,karena menurut saya

pekerjaan yang saya dapat itu pekerjaan yang pantas buat saya dan mencari

nafkah itu adalah kewajiban saya sebagai kepala rumah tangga.”

Pak Edip berusaha agar anak-anaknya tidak melihatnya susah,dia

melakukan apapun agar anaknya bahagia,Pak Edip merasa senang dan lega jika

melihat keluarganya bahagia dan senang saat keluarganya dapat merasakan hasil

jerih payahnya meskipun tak sebanyak yang diharapkan,dan keluarganya dapat

Page 47: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

47 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

menerima kondisi yang sedang dialami sekarang,tak ada keluh kesah yang

keluarga Pak Edip rasakan. Mereka merasa senang meskipun kondisi mereka

sangat minim,bagi mereka kebersamaan keluarga itu yang sangat penting,dan

saling menghargai antara anggota keluarga.

Pak Edip sangat mencintai keluarganya lebih dari apapun,Pak Edip rela

melakukan apapun untuk menyenangkan keluarganya.

“tapi saya akan melakukan apapun demi kebahagiaan keluarga saya,karena

keluarga bagi saya itu yang paling utama”

Keluarga Pak Edip sangat menghargai seluruh usaha pak Edip untuk

mencukupi kehidupan keluarga meskipun pak Edip hanya bisa bekerja seadanya

dan memberikan nafkah secukupnya. Karena mereka mengetahui betapa pak Edip

sayang kepada mereka.seperti yang dilakukan oleh pak Edip sekarang ini,dia

bekerja dari pagi sampai siang bekerja dilahan pertanian orang dan jika ada

pekerjaan lain pak Edip melanjutkan kerja pada sore harinya. Pak Edip bekerja

dari jam 7 pagi hingga 12 siang dan tidak ada waktu lemburan.

“iya kalo udah,iya pekerjaan yang lain sorenya itupun kalo ada,ttapi saya gak

ada.”

Bagi pak Edip adanya waktu lemburan itu ada untung dan ruginya bagi

pak Edip,yaitu kerugian yang dirasakan oaeh pak Edip adalah tidak bisa

meluangkan waktu untuk keluarga,tetapi keuntungan yang diproleh pak Edip

adalah dapat menambah penghasilan untuk mencukupi kehidupan sehari-hari.

“ya ada rugi dan untungnya,ya kalo ruginya ya gak bisa kumpul sama keluarga

waktunya kurang gitu,tapi untungnya bisa dapet pendapatan lebih.”

Page 48: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

48 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Tapi pak Edip sangat beruntung memiliki keluarga yang selalu

mendukung keadaannya atau posisinya sebagai buruh tani,dengan tenaga yang

dikeluarkan dan usahanya untuk menghidupi keluarganya. Sampai-sampai

anaknya yang sudah bekerja melarang pak Edip untuk bekerja lagi karena

kekhawatirannya dengan kondisi bapaknya yang sudah berumur tak muda lagi,dan

memang waktunya untuk beristirahat dan memamg waktunya seorang anak yang

membiayai kekurangan kebutuhan hidup selama anak-anaknya mampu.

“ya mereka setuju aja,karena ya mereka tau kalo saya kerja itu untuk biaya

sehari-hari kayak makan,jajan,biaya sekolah,tapi iya kadang-kadang juga

dibantu sama anak saya yang udah kerja itu. Tapi sebenernya anak saya yang

kerja itu saya disuruh gak boleh kerja lagi karena saya sudah tua dia takut saya

kenapa-kenapa,tapi iya mau gimana lagi dia jauh disana,kalo pulang juga

jarang,paling iya telfon-telfonan,kirim uang gitu aja.”

Selain Pak Edip bekerja sebagai buruh tani tetapi dia juga mengikuti

organisasi kelompok tani yang dimana organisasi ini kegiatannya salah satunya

melatih para petani untuk menanam bibit tani dengan bagus agar tidak

mendapatkan kerugian.

“iya diajari,menanam dan mengolah pertanian dengan baik biar gak rugi”

Dari kegiatan organisasi itulah pak Edip mendapatkan ilmu bertani yang

benar,dan dengan mengikuti organisasi itulah pak Edip mendapatkan solusi dari

segala pertanyaan yang menjadi pertanyaan pak Edip dan dengan mengikuti

organisasi itu pak Edip dan warga-warga lain menjadi akrab dan silahturahminya

sangat terjaga antara satu dengan yang lain,bisa saling tukar pendapat dan

Page 49: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

49 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

pikiran,sama-sama bisa mencari solusi bersama,bisa juga menimbulkan

kebersamaan yang kuat di desa Mayang tersebut. Oleh karena itu,saat saya

berkunjung ke desa Mayang saya merasakan keadaan yang harmonis,mereka

saling mengenal satu sama lain,tak mengenal apapun pekerjaan disekeliling

mereka,mereka saling tegur sapa. Dengan begitu kehidupan di desa Mayang terasa

harmonis,tentram,aman dan damai. Seperti yang diharapkan oleh masyarakat

banyak

III.5. Bapak Sum (Buruh Tani)

Berdasarkan data yang kami perolehdari hasil wawancara dengan beberapa buruh

tani yang ada di Desa Mayang, salah satu buruh tani yang telah kami jadikan

informan adalah Bapak Sum, yang berumur sekitar 46 Tahun, dia bertempat

tinggal pada sebuah bangunan rumah yang sangat sederhana yang masih berupa

plasteran, dengan seorang istrinya dan dua orang anaknya, anak yang pertamanya

berjenis kelamin laki-laki sekarang anak pertama dari informan sudah bekerja

diluar kota, akan tetapi walaupun bekerja di luar kota tapi jenis pekerjaannya itu

juga sebagai buruh tani seperti halnya informan, yang membedakan hanyalah

lokasinya saja. Sedangkan anak yang keduanya berjenis kelamin perempuan yang

usianya msaih balita. Informan bekerja sebagai buruh tani sudah hampir lama

yaitu kurang lebih sudah sepuluh tahun, awal mula Informan bekerja sebagai

buruh tani karena pada awalnya dulu Bapak Sum tidak memiliki pekerjaan,

sehingga memilih untuk bekerja sebagai buruh tani bukanlah kemauan dirinya

sendiri, ceritanya pada suatu hari Informan berjalan-jalan ke sawah dan pda saat

Page 50: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

50 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

itu informan bertemu dengan salah satu orang yang bertempat tinggal di Desa

mayang, Jember, orang tersebut merupakan salah satu tuan tanah atau dapat

dikatakan sebagai juragan tanah di Desa Mayang, tanah yang dimilikinya tidaklah

hanya 1 (satu) petak tetapi berhektar-hektar. Orang tersebut bernama Bapak Haji

Husein. Bapak Haji Husein sebelum menawari informan sebagai buruh taninya

dia sudah memiliki banya buruh tani, hampir sebagai orang yang

bermatapencaharian sebagai buruh tani di desa mayang Jember menjadi buruh tani

pada Bapak Husein. Karena pada saat informan bertemu dengan Bapak Husein

keadaan informan ketika itu sedang menganggur alia tidak memiliki pekerjaan

sehingga kerika ditawari Bapak Husein untuk bekerja sebagai buruh tani di lahan

miliknya informan langsung menyetujuinya, walaupun hanya sebagai buruh tani

tetapi informan merasa bersyukur karena masih ada orang yang membantu dirinya

dalam memberikan pekerjaan. Alasan lain informan mau bekerja sebagai buruh

tani di lahan milik Bapak Husein karena informan sadar bahwasanya tidak

memiliki ketrampilan selain buruh tani, pendidikannya masih terbilang sangat

rendah, yaitu informan hanya bisa merasakan dan memperoleh pendididkan hanya

pada tingkat sekolah dasar.

Tidak hanya informan saja yag berpendidikan rendah akan tetapi juga

banyak yang dialami buruh tani yang lain yang bernasib sama dengan informan

yaitu hanya mengenyam pendidikan di sekolah dasar. Diketahui bahwasanya

matapencaharian di bidang pertanian yang ada di Desa mayang, Jember

merupakan jenis matapencaharian yang paling utama bahkan mayoritas,

metapencaharian buruh tani di Desa mayang sudah menjadi suatu budaya yang

turun temurun artinya, dalam satu keluarga mulai dari kakek sampai cucu laki-

Page 51: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

51 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

lakinya juga bekerja pada bidang yang sama sebagai buruh petani. Hal ini juga

seperti halnya yang dialami Bapak Sum, dimana Bapak Sum yang merupakan

seorang bapak yang sudah bekerja sebagai buruh tani juga memiliki seorang anak

(anak yang pertama) yang bekerja juga sebagai buruh tani. Kehidupan informan

saat ini sangatlah jauh dari hidup yang layak. Hampir setiap hari keluarga

informan merasa mengalami kekurangan, apalagi informan memiliki anak yang

masih berita yang masih memerlukan asupan gizi, karena kondisi keuangan

keluarga informan sangat sedikit sehigga tidak segan-segan informan terkadang

mencari pekerjaan di bidang lain agar dapat menambah pendapatannya dalam

menoopang kehidupan keluarganya.

Dalam setiap harinya informan bekerja mulai dari pukul 6 (enam) pagi

sampai dengan pukul 10 (sepuluh) siang dan terkadang pada pukul 11 (sebelas)

siang, Sebelum informan bekerja di hari pertamanya, Bapa Husein selaku

majukan yang memiliki tanah membuat kontrak kerja atau kesepakatan kerja yang

harus di taati dan di patuhi oleh informan. Jika informan tidak mematuhi aturan

kerja yang dibuat oleh Bapak Husein maka secara tidak segan-segan Bapak

Husein untuk memecat informan sebagai buruh taninya. Informan yang berposisi

sebagi pekerja buruh tani tidak diberi kesempatan oleh Bapak Husein untuk

mengusulkan berbagai pendapat dalam kontrak kerja. Penghasilan yang diterima

informan setiap harinya hanya sebesar Rp.25.000,00 itu saja akan dapat

diterimanya ketika dia bekerja dengan bagus dan masuk tiap harinya, jika suatu

ketika informan tidak masuk kerja akibat sakit atau akibat yang lainnya, maka

informan harus meminta izin terlebih dahulu kepada bapak Husein, akan tetapi

untuk masalah penghasilannya maka secara otomatis jika informan tidak bekerja

Page 52: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

52 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

penghasilannya juga akan dipotong sejumlah besarnya penghasilan normalnya

(yaitu sehari Rp 25.000,00). Jika terkena penyakit pada tanaman yang ditanam di

lahan Bapak Husein maka secara otomatis akan berdampak pula pada penghasilan

yang diterima informan dan pastinya penghasilan yang diperoleh informan kurang

dari Rp 25.000,00. Akan tetapi jika hasil tanamannya bagus tau melimpah ruah

maka informan tidaklah mendapatkan sebagaian kecil hasil dari tanaman yang

ditanam tadi, hanya penghasilan pokok yang iterima informan.

Kesepakatan kerja yang disepakati antara Bapak Husein (selaku majikan

pemilik lahan) dan Bapak Sum (selaku buruh majikannya) kurang lebih isinya

tentang: (1) menyangkut permodalan. semua modal mulai dari tanah, bebarapa

jenis tanaman yang nantiya disemaikan di lahan (baik itu tanaman tembakau, padi

ataupun jenis tanaman yag lainya), bahkan semua biaya-biaya yang berkaitan

dengan permodalan semuanya Bapak Haji Husein selaku majikanlah yang

menanggungnya, disini Bapak Sum (buruh tani) disuruh untuk merawatnya mulai

dari tanaman yang masih berupa benih yang mau ditanam sampai tanaman

tersebut siap untu dipanen, (2) menyangkut lamanya jam kerja setiap harinya yang

menentukan adalah majikannya, seminggu penuh mulai dari hari senin sampai

minggu tidak dikenal hari libur, jadi Bapak Sum (buruh tani) yang betempat

tinggal Di Desa Mayang walaupun hari minggu dia tetap bekerja d lahannya

Bapak Husein. Informan hanya bisa meminta izin untu tidak bekerja/ libur jika

dalam keadaan sakit dan keadaan lain yang secara terpaksa membuat dia harus

izin dari pekerjaannya, jika Bapak Sum izin tidak masuk kerja maka secara pasti

akan berdampak kepada besar penghasilan yang diperolehnya nanti,

penghasilannya akan dipotong oleh Bapak haji Husein sebesar penghasilan

Page 53: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

53 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

infoeman ketika ia masuk kerja. Selain itu Bapak Husein tidak pernah

memberikaan sumbangan biaya untuk meringankan biaya beroabat ketiaka Bapak

Sum atau keluarga Bapak Sum sedang dalam keadaan sakit. (3) menyangkut

besarnya penghasilan, besarnya penghasilan yang diperoleh Bapak Sum yang

bekerja sebagai buruh tani itu merupakan ketentuan dari Bapak Haji Husein

selaku majikaannya, informan tidak berhak untuk menawar besar penghasilan

yang ditenukaan Bapak haji Husein selaku majikannya, sehari penghasilan Bapak

Sum sebesar Rp 25.000,00. Apabila terdapat gagal panen karena serangan hama

baik itu berupa walang sangit, tikus, olah tumbuk, pirus, dsb, maka secara pasti

akan berdampak kepada besarnya penghasilan yang diperoleh Bapak Sum

sehingga besarnya penghasilan yang diperoleh kurang dari Rp. 25.000,00. Bapak

Haji Husein selaku majikan dari Bapak Sum tidak mau tau kerugian yang

ditanggungnya dari serangan hama tersebut yang berupa walang sangit, tikus, olah

tumbuk, pirus, dsb. Sebaliknya jika hasil panennya bagus dan melimpah ruah,

lebih besar dari yang biasanya, disini Bapak Haji Huseian (majikanlah) yang

hanya bisa merasakaan keuntungan dari hasil panen yang berlimpah, walaupun

dalam hasil panen yang berhasil dan melimpah tidaklah berdampak pada besarnya

penghasilan yang diterima Bapak Sum selaku buruh taninya, artinya penghasilan

yang diterimanya tetap sebesar Rp. 25.000,00 dan tidak memperoleh tambahan

atau dapat dikatakan bonus. Jangankan menambah tambahan penghasilan,

sekecilpun buruh tani tidak menerima tanaman dari hasil panennya

Informan setiap harinya ketika bekerja harus merasakan panasnya terik

matahari dan dinginnya air hujan, maksudnya yaitu jika musim panas Bapak Sum

bekerja di bawah panasnya terik matahari, sedangkan pada musin penghujan

Page 54: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

54 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Bapak Sum tetap bekerja dengan hujan-hujan, dan selama bekerja Bapak Sum

membawa bekalnya dari rumahnya sendiri. Berdasarkan hasil wawancara dengan

informan, dapat diketahui bahwasanya penghasilan yang diterima oleh informan

kurang cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, sehingga informan

harus melakukan ekerjaan tambahan untuk menambah penghasilannya. jika hanya

menggantungkan kehidupannya dari penghasilan yang dieroleh sebagai buruh tani

diluar jam kerjanya sebagai buruh tani Bapak Sum mencari kayu untuk dijadikan

sebagai usuk rumah, dalam pembuatan usuk rumah in buruh tani tidak bisa

membuat dan menjualnya dalam waktu satu hari, dalam mebuat usuk perlu

beberapa hari untuk menyelesaikan beberapa usuk, jika usuknya jadi dan laku

untuk diijual, maka buruh tani bisa sedikit lega dan tersenyum karena satu usuk

itu dijual sebesar Rp 25.000,00. Jika usuknya ini tidak laku-laku terjual maka

Bapak Sum harus banting tulang untuk mencari pekerjaan tambahan guna

memperoleh tambahan penghasilannya, semua tawaran pekerjaan yang

ditawarkan orang lain kepadanya, pasti diterimanya asalkan pada saat tersebut

tidak berbenturan dengan waktu bekerjanya di lahan dan pada waktu dimana

buruh tani tidak sibuk dengan pekerjaan lain yang lebih penting.

III. 6. Bapak Ahmad Husein (Ketua Kelompok Tani)

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai konstruksi sosial buruh tani

terhadap eksploitasi dari Pengusaha Tembakau di Desa mayang kab. Jember.

Penjelasan ini diperolah dari hasil wawancara terhadap Bapak Ahmad Husein

selaku informan kunci dalam penelitian ini. Kami memilih bapak Husein sebagai

Page 55: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

55 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

informan kunci karena beliau merupakan ketua kelompok tani di Desa Mayang

yang mengetahui banyak hal terkait kegiatan pertanian di desa tersebut. Kegiatan

pertanian yang diketahui itu menyangkut kegiatan yang dilakukan oleh buruh tani

dan jugakegiatan yang dilakukan oleh pemilik lahan pertanian. Hal itulah yang

menyebabkan kami memilihbapak Husein sebagai informan kunci untuk

menjawab masalah dalam penelitian yang kami lakukan ini.

Wawancara ini dilakukan pada hari Jum‟at tanggal 29 November 2013

pukul 09.03 di rumah Bapak Husein yang beralamat di Jl. Kiyai Haji Abdul, RT

01, RW 01, Dusun Tegal Gusi, Desa Mayang, Kabupaten Jember, Jawa Timur.

Proses wawancara ini berlangsung selama 28 menit. Suasana ketika wawancara

cukup hening dan sepi karena lokasi penelitian berada di pelosok desa yang cukup

terpencil sehingga sangat jarang terdengar suara kendaraan yang melintas di jalan

depan rumah Pak Husein tersebut. Ketika proses wawancara, saya selaku

pewawancara (Muhammad Alhada Fuadilah Khabib) didampingi oleh kedua

rekan saya yaitu Rafelita Nian Sari dan Ulin Ni‟mah, sehingga ketika proses

wawancara berlangsung terdapat 4 orang yang berada di ruang tamu lokasi

wawancara tersebut. Akan tetapi keberadaan Rafelita Nian Sari dan Ulin Ni‟mah

sebagai orang ke-3 dan orang ke-4 tidak mengganggu proses penggalian data yang

saya lakukan, bahkan mereka sesekali menambahi pertanyaan yang saya ajukan

agar data yang diperoleh bisa lebih lengkap dan mendalam.

Pertama-tama informasi yang saya gali dari bapak Husein yaitu terkait

bentuk eksploitasi yang dilakukan oleh pemilik lahan pertanian (majikan) kepada

para buruh tani. Pria yang saat ini berusia empat puluh tahun tersebut menjelaskan

bahwa buruh tani di desa Mayang bekerja selama lima jam per hari dengan gaji

Page 56: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

56 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

sebesar dua puluh ribu rupiah. Gaji yang diperoleh dari majikan tersebut belum

cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga petani sehari-hari. Apalagi

sistem kerja yang berlaku didesa tersebut hanyalah sistem kontrak. Para buruh tani

tersebut tidak setiap hari bisa bekerja dan memperoleh penghasilan, akan tetapi

mereka akan diperkerjakan jika lahan pertanian memerlukan bantuan tenaga lebih

dalam proses pengolahan lahan pertanian. Jika tidak musin tanam atau panen, para

buruh tani tersebut sangat jarang mendapatkan pekerjaan dari para pemilik lahan

pertanian, mungkin mereka hanya bekerja untuk memperbaiki pematang sawah

yang rusak, mengatur pengairan sawah, mencabuti rumput, memberi pupuk, dan

menyemprot hama dengan pestisida, dan itu semua prosesnya tidak dilakukan

setiap hari.

Dalam seminggu jika tidak musim tanam atau panen para buruh tani rata-

rata hanya mendapatkan pekerjan selama 3 hari saja, sementara yang 4 hari

mereka menganggur. Untuk itu, agar mereka dapat tetap bertahan hidup, buruh

tani tersebut harus melakukan strategi survival agar kebutuhan hidup sehari-hari

mereka dapat terpenuhi. Strategi yang mereka pilih kebanyakan mengandalkan

istrinya untuk bekerja di pabrik tembakau, walaupun ada juga yang bekerja di

sektor lain seperti membuka toko kelontong, mengandalkan anaknya bekerja

sebagai kuli bangunan di luar kota, dan ada juga yang bekerja sebagai tukang

serba bisa di desa tersebut. Maksud dari tukang serba bisa yaitu mereka yang

memiliki keahlian diberbagai bidang yang sering dibutuhkan oleh masyarakat

sekitar terutama para pemilik lahan pertanian yang notabennya orang yang

memiliki perekonomian kelas menengah keatas. Keahlian yang dimiliki tersebut

seperti keahlian dalam memperbaiki dan membuat bagian-bagian rumah seperti

Page 57: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

57 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

memasang porselin, mengecat tembok rumah, memperbaiki genteng,

memperbaiki pintu dan jendela rumah, dan lain sebagainya. Kemudian mereka

juga mempunyai keahlian dalah hal menata dan membersihkan pekarangan

(perkebunan) di sekitar rumah, lalu memasang pralon pompa air, memasang kabel

listrik dan memperbaiki aliran listrik rumah yang rusak, serta keahlian dalam

membuat meja, kursi, kandang ayam, dan keahlian-keahlian yang sering

dibutuhkan oleh rumah tangga lainnya.

Sementara itu anak-anak mereka yang tidak bisa melanjutkan pendidikan

kejenjang yang lebih tinggi, biasanya tidak mau bekerja disektor pertanian yang

ada di tersebut. Mereka malu dan merasa gengsi jika disuruh bekerja di sektor

pertanian, sehingga sebagian besar dari mereka memilih bekerja sebagai kuli

bangunan di luar kota maupun bekerja di luar negeri sebagai TKI. Anak-anak

mereka yang masih muda tidak ingin bekerja disektor pertanian sebagai buruh tani

seperti orang tuanya karena pekerjaan tersebut dianggap sebagai pekerjaan yang

“rendahan”, upahnya kecil, dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup

sehari-hari.

Sementara itu, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, para istri

dari buruh tani tersebut sebagian besar memilih bekerja di pabrik cengkeh.

Mereka bekerja mengolah cengkeh dari mulai tahap awal pensortiran

(pengelompokan daun cengkeh berdasarkan kualitasnya) sampai pengemasan

yang siap untuk dikirip ke pabrik rokok. Para istri buruh tani tersebut

mendapatkan gaji dua puluh sembilan ribu rupiah setiap harinya, dan gati tersebut

dibayarkan setiap minggunya. Dengan tambahan penghasilan gaji dari istri inilah

keluarga buruh tani dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Namun

Page 58: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

58 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

pekerjaan istri ini juga tidak bisa berjalan sepanjang tahun, sebab masyarakat desa

Mayang hanya menanam tanaman cengkeh pada musim tertentu dan tidak setiap

musim bisa memanen daun cengkeh.

Penjelasan diatas merupakan bentuk eksploitasi yang pertama yaitu para

buruh tani hanya diperkerjakan jika dibutuhkan saja (sistem kontrak) sementara

itu ketika tidak dibutuhkan mereka harus hidup menganggur dan berusaha

bertahan hidup dengan usahanya yang lain dan sebenarnya usahanya yang lain

tersebut kurang jelas juga, artinya tidak bisa menjamin mereka mendapatkan uang

setiap harinya untuk kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Kemudian gaji yang

mereka terima dalam bekerja sebagai buruh tani dalam sehari, hanya cukup untuk

memenuhi kebutuhan hidup sehari itu saja, dan hari-hari berikutnya mereka harus

mencari penghasilan lain lagi padahal tidak setiap hari mereka bisa mendapatkan

pekerjaan sebagai buruh tani.

Selanjutnya dari penjelasan yang saya dapatkan dari bapak Husein, beliau

menjelaskan bahwa para buruh tani yang tidak memiliki lahan pertanian tidak ikut

gabung dalam organisasi kelompok tani. Sebenarnya tidak ada yang melarang

para buruh tani tersebut untuk ikut bergabung dalam kelompok tani, akan tetapi

secara adat kebiadaan yang berkembang di desa Mayang, yang bergabung di

dalam organisasi kelompok tani hanyalah mereka yang mempunyai lahan

pertanian, sementara para buruh tani tidak ikut bergabung dalam organisasi

kelompok tani. Bapak yang saat ini berusia empat puluh sembilan tahun

menegaskan lagi bahwa kegiatan yang dilakukan dalam organisasi berhubungan

dengan peningkatan mutu, kualitas, dan kuantitas dari hasil pertanian dengan

teknik maupun teknologi pertanian terbaru. Sehingga organisasi kelompok tani ini

Page 59: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

59 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

yang hanya cocok diikuti oleh para pemilik lahan pertanian sebagai pengusaha

yang akan mengembangkan usaha pertaniannya. Sementara itu buruh tani yang

tugasnya hanya bekerja dan mengikuti perintah dari pemilik lahan pertanian

dianggap tidak perlu tahu mengenai peningkatan mutu dan kualitas pertanian

seperti adanya temuan benih kualitas baru, pupuk baru, alat pertanian baru, dan

sebagainya, sebab para buruh tani tersebut hanya akan mengerjakan apa yang

diperintahkan oleh majikannya.

Dari penjelasan diatas dapat kita ketahui bahwa telah terjadi eksploitasi

dalam hal pemberian informasi pertanian kepada para buruh tani. Para petani

pemilik menganggap bahwa buruh tani hanyalah seorang pekerja yang bertugas

menerima perintah dari majikan tanpa perlu memberikan saran, nasihat, maupun

masukan untuk kebaikan pertanian kedepannya dari sudut pandang mereka.

Padahal jika para buruh tani tersebut diberikan ilmu pengetahuan mengenai

pertanian lewat organisasi kelompok tani mungkin mereka bisa mengembangkan

pertanian yang mereka garap agar lebih tinggi kauliats maupun kuantitasnya.

Selain itu para buruh tani yang diberikan pengetahuan terkait pertaian mungkin

mereka bisa memulai sedikit-demi sedikit menabung dan membeli tanah sawah,

atau sekedar menyewa kemudian menggarapnya dengan benar dan akhirnya bisa

merubah nasib para buruh tani menjadi pemilik lahan pertanian. Namun dengan

adanya pembeda antara pemilik lahan pertanian dan buruh tani dalam hal

pemberian ilmu pengetahuan tentang pertanian, akhirnya para buruh tidak bisa

mengembangkan keahlian pertaniannya dan mereka tidak bisa merubah nasib

mereka agar lebh baik lagi. Para pemilik lahan pertaian tersebut tidak mau

membantu para buruh tani mendapatkan ilmu pengetahuan baru terkait pertanian

Page 60: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

60 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

karena mungkin takut tersaingi dan takut jika statusnya sebagai “majikan” yang

memiliki lahan pertanian kelak suatu saat akan direbut oleh para buruh tani.

Selain itu, dari penjelasan bapak Husein, para pemilik lahan pertanian juga

tidak memberikan jaminan kesehatan sama sekali kepada para buruh tani. Jika ada

buruh tani yang sakit mereka harus membayar sendiri dan usaha sendiri untuk

mencari uang untuk biaya pengobatan. Padahal gaji yang mereka dapatkan setiap

harinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari,

kebutuhan hidup tersebut menyangkut kebutuhan makan, pakaian, listrik, biaya

sekolah anak, biaya buat jajan anak, biaya melaksanakan tradisi (selamatan), dan

sebagainya. Sementara itu untuk biaya berobat, apalagi jika harus berobat

menginap di rumah sakit, mereka tidak punya biaya yang cukup. Biasanya jika

untuk berobat ke dokter dengan penyakit yang tidak terlalu berat, mereka akan

pinjam kepada majikannya dan akan dibayar dengan tenaga. Hal tersebut

dikarenakan sebagian besar dari buruh tani tidak memiliki tabungan yang cukup

untuk berobat ke dokter dan majikan tidak memberikan jaminan kesehatan bagi

pekerjanya tersebut.

Uraian diatas menunjukkan bahwa seorang majikan tidak perduli akan

kesehatan pekerjanya. Buruh tani yang notabennya orang yang tidak mampu

secara ekonomi, sehingga tidak punya tabungan untuk biaya kesehatannya.

Mereka tidak diberikan jaminan kesehatan dari majikannya. Akibatnya jika

mereka sakit, para buruh tani tersebut harus usaha sendiri untuk biaya berobat

walaupun mungkin penyakitnya yang diderita akibat kecelakaan dalam bekerja

misalnya kakinya terkena cangkul, pinggangnya pegal linu karena bekerja,

kemudian digigit hewan beracun, dan sebagainya, mereka tidak memiliki jaminan

Page 61: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

61 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

kesehatan dari majikannya. Lalu yang dikhawatirkan jika penyakit yang diderita

oleh keluarga buruh tani tersebut parah dan harus dirawat inap di rumah sakit,

mereka harus membiayai pengobatannya dengan uang dari mana.

Kemudian, jika pekerjaan dari buruh tani itu baik dan menghasilkan hasil

panen yang melimpah, para pemilik lahan pertanian tersebut tidak memberikan

bonus atau upah tambahan sedikitpun kepada para buruh tani. Keuntungan dari

hasil panen yang melimpah tersebut dinikmati sendiri oleh para pemilik lahan

pertanian. Paling baik mereka hanya mengadakan syukuran dan memberikan

makanan (brekat) satu ember saja kepada buruh tani. Namun jika hasil pekerjaan

dari buruh tani jelek, misalkan nanam benihnya tidak rata, mencabuti rumputnya

tidak bersih, pematang sawah yang dibuat salah (rusak/jebol), pengairan yang

dilakukan tidak sesuai dengan keinginan majikan, dan sebagainya. Para majikan

tersebut akan memarahi buruh tani dan meminta mereka untuk memperbaiki

kesalahan yang telah mereka buat.

Jika kesalahan yang dibuat oleh para buruh tani mendapatkan akibat

(konsekuensi) yang harus ditanggung oleh buruh tani, seharusnya jika mereka

bekerja dengan baik dan hasilnya melimpah, para buruh tani tersebut diberikan

imbalan baik uang maupun hasil panen agar mereka juga bisa merasakan

keberhasilan dari pekerjaan yang telah mereka kerjakan dengan baik sehingga

hasilnya melimpah.

Selanjutnya informasi yang saya dapatkan dari bapak Husein, menjelaskan

bahwa buruh tani yang ada di desa Mayang, dalam bekerja hanya mendapatkan

jatah makan satu kali saja yaitu di pagi hari (sarapan saja). Sehingga ketika

Page 62: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

62 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

mereka pulang bekerja di siang hari, para buruh tani tersebut harus mencari makan

siang sendiri. Padahal istri mereka tidak selalu berada di rumah karena harus

bekerja di pabrik untuk mencukupi biaya hidup sehari-hari. Untuk itu gaji yang

didapatkan buruh tani harus terpotong untuk membeli makan siang di warung,

atau bisa juga para buruh tani tersebut setelah pulang dari bekerja dengan kondisi

yang lelah, harus memasak terlebih dahulu untuk makan siangnya.

Seharusnya, para pemilik lahan pertanian memberikan jatah makan siang

juga kepada para buruh tani. Mengingat mereka sudah bekerja menggarap lahan

pertaniannya dari pagi sampai siang hari, dan di siang hari tersebut kondisi

mereka sudah lelah dan membutuhkan makanan untuk memulihkan tenaganya dan

juga untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Para pemilik lahan pertanian

seharusnya memperhatikan kebutuhan makan para buruh tani agar kesehatan dari

para pekerja tersebut bisa tetap terjaga dan tetap bisa bekerja dengan baik untuk

memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari.

Selain sistem kontrak, di desa Mayang juga dikenal sistem “Matun”, yaitu

sistem bagi hasil namun sangat menguntungkan para pemilik lahan pertanian

dibandingkan para pekerjanya. Sebenarnya sistem matun itu pembagian hasilnya

tergantung kesepakatan awal antara pemilik lahan pertanian dan calon penggarap

sawah. Akan tetapi sebagian besar kesepakatan tersebut pembagiannya jauh lebih

besar akan menguntungkan pemilik lahan pertanian dibandingkan pekerjanya.

Biasanya para pekerja akan mendapatkan seperlima dari hasil panen,

sementara para pemilik lahan pertanian akan mendapatkan empat perlima dari

hasil panennya. Padahal para pekerja tersebut yang menggarap seluruh proses

Page 63: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

63 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

pertanian dari mulai persiapan penanaman benih sampai pemanenan. Sementara

para pemilik lahan pertanian hanya menyediakan lahan pertanian, membelikan

benih, membelikan pupuk, membelikan pestisida, dan membelikan air (jika

musim kemarau) dan mereka hanya enak-enakan duduk manis dirumah tanpa

bekerja sedikitpun, mungkin sesekali hanya jalan-jalan kesawah melihat kondisi

tanamannya. Intinya para pekerjalah yang mengerjakan semua proses pertanian

dan para pemilik lahan pertanianlah yang menyediakan seluruh modal non-

tenaganya.

Namun disini anehnya sistem pembagian hasilnya yang benar-benar tidak

seimbang. Seharusnya pembagiannya rata (setengah-setangah) atau minimal dua

pertiga untuk pemilik lahan pertanian dan sepertiga untuk pekerjanya. Namun

disini pekerjanya hanya mendapatkan seperlimanya. Dari sini sudah sangat jelas

bahwa para pekerja tersebut tereksploitasi oleh para pemilik modal karena

keuntungan dari pekerjaan yang mereka lakukan hanya mendapatkan

seperlimanya saja. Padahal jika mengalami gagal panen, para buruh tani tersebut

secara otomatis juga akan mengalami kerugian karena pekerjaannya selama satu

musim tanam akan sia-sia dan tidak mendapatkan upah sedikitpun.

Akan tetapi dari informasi yang saya dapatkan dari informan kunci ini.

Bentuk-bentuk eksploitasi yang sudah saya uraikan diatas, sama sekali tidak

disadari oleh para buruh tani. Mereka merasa hal seperti itu sudah biasa, wajar

dilakukan, bukan merupakan suatu hal yang perlu dipermasalahkan. Mereka

menerima apa mereka alami sebagai sebagai suatu takdir dari yang maha kuasa

dan mereka takut akan dosa jika tidak iklas dan bersyukur terhadap apa yang

sudah mereka miliki. Misalkan saja ketika para buruh tani seharusnya bekerja

Page 64: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

64 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

selama 5 jamdalam sehari dan ternyata disuruh bekerja lebih tanpa menerima upah

tambahan, mereka menganggap itu sebagai rukun tetangga yang wajar dilakukan.

Kemudian ketika mereka tidak mendapatkan jaminan kesehatan dari

majikannya, mereka juga merasa bahwa biaya kesehatan merupakan tanggung

jawab mereka pribadi dan bukan tanggung jawab majikannya. Sehingga jika sakit

mereka memang harus menanggung biaya kesehatan sendiri. Selain itu, berkaitan

dengan jatah makan, para buruh tani juga menganggap bahwa jatah makan yang

hanya diberikan pagi hari saja itu, merupakan adat kebiasaan yang wajar

dilakukan dan memang seharusnya seperti itu. Untuk makan siang mereka harus

mencari makanan sendiri. Bahkan untuk menu makan pagi mereka juga tidak

memiliki wewenang untuk “reques” menu makanan yang mereka sukai, namun

mereka hanya menerima seiklasnya dari majikannya.

Sementara itu untuk sistem bagi hasil yang secara jelas telah

mengeksploitasi para pekerja (buruh tani), dianggap bahwa itu sudah merupakan

kesepakatan dan para pekerja tidak bisa menolah kesepakatan itu. Padahal yang

namanya “kesepakatan” masing-masing pihak harus bisa menolak jika disara

kesepakatan tersebut merugikan dirinya. Namun disini sesuatu yang dianggap

kesepakatan namun ada pihak yang tidak memiliki kemampuan untuk

bernegosiasi.

Inti dari hasil wawancara ini menjelaskan bahwa, para buruh tani di Desa

Mayang secara nyata terlihat bahwa mereka mengalami eksploitasi dari para

pemilik lahan pertanian, namun mereka benar-benar tidak sadar bahwa mereka

telah tereksploitasi dan mengangap bahwa itu semua sudah merupakan adat

Page 65: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

65 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

kebiasaan masyarakat setempat yang tidak perlu dipermasalahkan demi kerukunan

antar tetangga di lingkungan sekitar.

III.7. Bapak Fasih (Pemilik Lahan Pertanian)

FS adalah seorang petani pemilik yang telah beristeri dan memiliki dua

oang anak. FS berumur 32 tahun sedangkan isteri FS berumur 30 tahun sebagai

ibu rumah tangga, tetapi juga menjalani pekerjaan sampingannya dengan

membuka toko kelontong yang berjualan kebutuhan sehari-hari , aneka es, dan

aneka makanan ringan. Anak pertama FS masih duduk di bangku sekolah kelas I

SD, sedangkan anak kedua FS masih balita. FS dan keluarga kecilnya tinggal di

sebuah rumah sederhana di Desa Tegal Gusi. Rumah yang ditinggali mereka

awalnya merupakan rumah keluarga FS yang diberikan kepada FS untuk dapat

ditinggali bersama keluarga kecilnya.

FS merupakan anak ke 3 dari empat bersaudara yang sebagian besar

saudaranya berdomisili di Jember. Sejak usia anak-anak FS telah diajarkan cara

bertani oleh orang tuanya. Orang tua FS sendiri adalah petani tembakau yang

cukup ulet dalam bertani. FS menghabiskan waktu luangnya untuk bertani di

sawah bersama orang tuanya ketika FS masih duduk di bangku sekolah dasar.

Kebiasaan membantu orang tua bertani ini akhirnya menjadikan FS lebih

menekuni di bidang pertanian. Nampaknya kebiasaan membantu orang tua bertani

ini juga didukung oleh keadaan disekitar tempat FS tinggal yang mana masih

banyak lahan pertanian memiliki potensi untuk ditanami tanaman tembakau dan

padi.

Page 66: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

66 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

“Bapak juga petani. Memang kebanyakan masyarakat sini petani mbak

Mayoritas penduduk di Desa Tegal Gusi ini bekerja disektor pertanian

khususnya pada pertanian tembakau dan padi. Tidak jarang orang tua yang

mensosialisasikan cara bertani tembakau yang baik dan cara mengolah lahan yang

baik kepada anak anaknya. Terutama orang tua yang berpenghasilan cukupan

sebagai buruh tani yang tidak mampu menyekolahkan anaknya hingga pendidikan

tinggi. Mereka cenderung menyuruh anak-anaknya untuk melanjutkan pekerjaan

mereka sebagai buruh tani untuk dapat bertahan hidup.

Ketika FS berusia belasan tahun, sempat tersirat dipikirannya kalau suatu

saat nanti FS bisa meneruskan sekolahnya hingga ke perguruan tinggi. Impian FS

untuk bersekolah di perguruan tinggi ini dikabulkan oleh orang tuanya. FS

melanjutkan sekolahnya di Universitas Islam Jember untuk studi D2 kemudian

melanjutkan ke Strata1 di Al-Khodiri jurusan Tarbiah. Cita-cita FS ketika duduk

dibangku perkuliahan adalah bekerja di kota sebagai seorang guru Agama Islam.

Akan tetapi , dikarenakan orang tua FS yang sudah tidak sekuat dulu lagi dalam

menggarap lahannya , FS pun disarankan orang tuanya untuk meneruskan

perjuangan orang tuanya di sektor pertanian. Akhirnya dengan besar hati dan

pertimbangan yang matang FS pun melakukan apa yang disarankan oleh orang

tuanya. Lahan pertanian yang dimiliki oleh keluarga FS pun digunakannya

sebagai sumber rejeki yang telah ditekuni oleh orang tua FS sedari orang tua FS

menikah dahulu.

Kepemilikan lahan pertanian digunakan sebagai simbol penentu status

ekonomi dan sosial sebuah keluarga. FS sebagai pemilik lahan yang tidak

Page 67: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

67 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

terlampau luas terkadang juga masih kesulitan dalam memenuhi kebutuhan

sehari-harinya. Maka dari itu, FS membukakan usaha kecil-kecilan untuk isterinya

dengan membuka warung di depan rumahnya. Lahan pertanian yang dimiliki FS

seluas 400m² ini ditanami tembakau ketika musim tembakau. Jika musim

tembakau sudah usai, maka FS menggunakan lahan pertaniannya untuk ditanami

padi.

Dalam menjalani kehidupannya yang serba kecukupan, FS sebagai petani

pemilik pun masih sering kali turun tangan dan menggarap sawahnya seorang diri.

FS pun terkadang masih kesulitan dalam membayar buruhnya. Maka dari itu FS

memutuskan untuk menggarap sawahnya sendiri dalam berbagai spesialisasi

pekerjaan di sawah. Kalau hanya menanam,memupuk dan memanen FS kerjakan

sendiri. Tetapi jika dikaitkan dengan sistem pengairan di sawah FS

mempekerjakan buruh taninya untuk mengairi sawahnya. Pengairan pun tidak

sesering itu dilakukan oleh buruhnya. Buruhnya hanya mengairi sawahnya ketika

akan menghadapi musim panen saja.

“Sebagian dikerjakan buruh. Pengairannya tok soalnya kalau buat memberi upah

buruhnya terkadang juga saya mengalami kesulitan mbak. Jadi mending untuk

pekerjaan kecil seperti menanam, ngasih pupuk, panen itu saya lakukan sendiri

untuk menghemat pengeluaran.”

Buruh tani yang dimintai tolong untuk membantunya menggarap

pengairan lahan pertaniannya pun ada yang laki-laki dan ada yang perempuan, ada

yang tinggal disekitar tempat tinggal FS dan ada pula yang tinggal di desa

sebelah. FS mendapat buruh dari sesama anggota kelompok tani Desa Tegal Gusi.

Page 68: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

68 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Tetapi ada juga buruh yang menawarkan diri kepada FS langsung. FS juga

terkadang merasa kasihan kepada buruh perempuan yang tergolong dari kelas

bawah meminta untuk bekerja menggarap sawahnya. Akhirnya FS pun memilih

buruh wanita tersebut untuk menggarap sawahnya.

“Ada yang perempuan juga. Kan anu. Lihat ekonomi keluarganya , kalo

ngga punya ya terpaksa yang perempuan jadi buruh tani. Kan Kebanyakan

masyarakat sini menengah ke bawah”

Pemberian upah terhadap buruhnya yang mengairi sawah itu juga

diberikan secara berkala. Pengupahan tidak diberikan setiap hari, melainkan

diberikan ketika selesai musim panen. FS tidak segan-segan memberikan upah

tambahan kepada buruhnya kalau panennya mengalami peningkatan secara

kuantitas maupun kualitas hasil panennya. Setelah panen usai, FS pun menanami

lahan pertaniannya sendiri tanpa harus melibatkan tenaga kerja tambahan dari

buruhnya.

“Kalo tembakau itu lihat hasil panen juga. Kebanyakan orang sini kalau

panen tembakau memberi buruhnya sesuai hasil panennya. Kalo dapat banyak ya

banyak kita ngasihnya.”

Hubungan yang terjalin antara FS dan buruhnya terjalin dengan baik.

Buruh pun merasakan keuntungan dari FS, begitu pula sebaliknya FS merasa

sangat dibantu oleh buruhnya dalam kaitan pengairan di lahan pertaniannya.

Meski dinilai upah kerja yang diberikan FS relatif tidak banyak, namun hubungan

ini dirasa sangat erat dan menjadikan buruh tidak enggan untuk bekerja membantu

FS.

Page 69: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

69 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Sebagian besar buruh yang bekerja di Desa Tegal Gusi ini berusia lebih

dari 35 tahun. Hal ini dikarenakan kurangnya tenaga muda yang mau bekerja di

sektor pertanian sebagai buruh tani. FS berpendapat bahwa para pemuda

cenderung memilih untuk bekerja di kota sebagai tukang bangunan maupun buruh

pabrik karena dirasa pekerjaan disektor pertanian identik dengan sawah , tanah

berlumpur yang kota. Pemuda di Tegal Gusi banyak yang berurbanisasi ke daerah

luar Jember untuk bekerja misalnya di Kota Surabaya, Banyuwangi, Sidoarjo.

Pekerjaan di luar Jember dinilai lebih bergengsi dibandingkan menekuni

pekerjaan di Jember sebagai buruh tani. Semakin minimnya jumlah buruh muda

yang tersedia menjadikan FS kebingungan mencari tenaga buruh muda. Maka dari

itu FS lebih sering menggunakan media kelompok tani sebagai media perekrutan

buruh untuk dipekerjakan di lahan pertaniannya.

“Kalau disini menawarkan diri buruhnya mbak. Wong kadang-kadang itu saya

dapat buruh dari kelompok tani. Ya organisasi pertanian gitu. Ada yang ngasih

tau buruh mana yang potensial untuk mengairi sawah, ya saya hubungi buruhnya

ke rumahnya gitu.”

Walaupun di Dusun Tegal Gusi hanya sedikit tersisa tenaga muda yang

bekerja di sektor pertanian, akan tetapi jumlah buruh yang ada masih dapat

mengatasi semua pekerjaan di bidangnya masing masing meski usianya sudah

tidak muda lagi. Buruh-buruh inilah yang diandalkan sebagai tenaga penggarap

lahan pertanian FS ketika menjelang masa panen.

Beberapa bulan yang lalu keadaan pertanian di Dusun Tegal Gusi

nampaknya mengalami penurunan kualitas yang signifikan. Penurunan kualitas

Page 70: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

70 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

hasil panen tersebut dikarenakan serangan hama tikus yang luar biasa. Para petani

pemilik dan para buruh pun merasakan dampaknya. Kerugian yang ditanggung

relatif besar jumlahnya. Meski demikian, menurut FS pribadi untuk pertanian

pada tanaman padi semua kerugian gagal panen ditanggung oleh pemilik lahan,

berbeda pada tembakau ditanggung oleh buruhnya yang bekerja. Hal ini posisi

buruh lah yang sangat dirugikan ketika terjadi gagal panen pada tanaman

tembakau.

“kalo padi yang nanggung pemilik lahan. Kalo tembakau yang nanggung yang

kerja mbak”

Dari sini lah sangat nampak bahwa posisi buruh tani sangat dirugikan.

Ketika panen tembakau mendapatkan hasil yang melimpah , kebanyakan dari

hasil panen yang melimpah tersebut dinikmati oleh majikannya. Akan tetapi

ketika terjadi gagal panen tembakau hampir keseluruhan kerugian ditanggung

oleh buruhnya. Memang sangatlah ironis ketika kita gunakan perbandingan

nominal angka keuntungan yang didapatkan oleh majikan ketika panen tembakau

berhasil dengan nominal angka upah yang didapatkan buruhnya ketika panen

berhasil. FS mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar senilai delapan juta

rupiah pada panen tembakau terakhir, sedangkan FS hanya memberikan satu juta

lima ratus ribu rupiah kepada buruhnya.

Terkait dengan paksaan yang dilakukan oleh majikan terhadap buruhnya

pun FS mengaku tidak pernah melakukannya. Ketika buruhnya berhalangan hadir

mengairi sawah , FS dapat memaklumi dan tidak memaksakan buruh tersebut

untuk menggarap sawahnya pada hari itu juga. FS pun bisa mengerti alasan yang

Page 71: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

71 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

diutarakan oleh buruhnya dan memaklumi buruhnya ketika buruhnya

berhalangan. Bahkan ketika buruhnya berhalangan hadir bekerja karena sakit , FS

pun langsung menjenguk buruhnya dan memberikan bantuan berupa uang.

Semisal kehadiran buruh di sawah agak sedikit terlambat , FS pun menggarap

sawahnya dulu, kemudian disusul buruhnya. Jadi disini tidak ada yang saling

mengiri. Hal tersebut tercantum pada pertanyaan FS berikut.

“Kalo soal tenaga pemilik lahan juga membantu mbak. Kita kan masih pake

sistem pedesaan mbak , jadi ya ngga perhitungan antara pemilik lahan dengan

petani. Yang bertani misalnya datang cepat buruhnya , ya buruhnya yang kerja.

Kalo pemilik yang datang duluan ya pemiliknya yang kerja.”

Sampai saat ini hubungan yang terjalin antara FS dengan buruhnya masih

berjalan dengan baik dan harmonis. Berdasarkan penuturan FS, di Dusun Tegal

Gusi buruh dapat bekerja pada lebih satu majikan. Ini terjadi karena masih adanya

toleransi majikan yang memperbolehkan buruhnya untuk bekerja pada majikan

lain. FS menilai bahwa pendapatan buruh tani relatif minim dan tidak dapat

mencukupi kebutuhan keluarganya jikalau buruh tidak bekerja pada lebih dari satu

majikan

.

III. 8. Bapak Sujono (Petani Pemilik)

Kelompok Stratsos kami melakukan wawancara atau indept interview

pada hari jum‟at tanggal 29 November 2013 pukul 10.30 di rumah bapak Sujono

yang beralamat Tegal Gusi Mayang, RT2 RW3, desa mayang kabupaten Jember.

Suasananya ketika wawancara cukup hening karena lokasi penelitian berada di

Page 72: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

72 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

pelosok desa yang cukup terpencil sehingga sangat jarang terdengar suara

kndaraan yang melintas di jalan depan rumah bapak Sujono.

Sebelum saya menuju lokasi wawancara, kami semua mampir ke balai

desa Mayang. Di sana kami minta data-data yang hendak kami gunakan untuk

pembekalan penyelesaian tugas stratsos kami. Pelayanan pegawai yang ada di

dalam desa tersebut sangat lah rama, sehingga kami semua mendapatkan data

dengan mudah.

Kami mempertanyakan ada atau tidak kelompok tani, siapa yang menjadi

ketua kelompok tani tesebut dan sebagainya untuk data kami. mereka memberi

tahu semuanya, sehingga kami pun bergegas menuju lokasi wawancara.

Pada saat perjalanan, kanan kiri kami adalah sawah yang begitu indah.

Sudah lama sekali kami tidak melihat sawah yang indah seperti itu, karena yang

ada di Surabaya hanyalah rumah..rumah..dan rumah.. banyak juga polusi

kendaraannya.

Kami juga tidak lupa mengabadikan foto-foto petani yang ada di sawah

tersebut. Mereka melakukan aktifitas dengat riang gimbira. Sesampainya di lokasi

tujuan saya beserta kelompok bergegas membagi tugas, siapa mewawancarai

siapa karena untuk keefisiensi waktu. Karena kami melakukan wawancara atau

pengambilan sample bertepatan pada hari jum‟at.

Setelah itu, kami pun berpencar untuk mencari informan. Kebetulan saya

mendapatkat informan pertani pemilik yang bernama bapak Sujono saya mencari

rumah bapak tersebut sangat kesusahan karena jarang sekali ada orang yang lewat.

Page 73: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

73 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Tidak lama kemudian, selang beberapa menit ada orang lewat. Saya pun

tidak sungkan-sungkan untuk bertanya dimana rumah bapak Sujono tersebut.

Sesampai saya di rumah pak Sujono, saya di mengetuk pintu rumah dengan

perasaan hati yang deg-degan karena perasaan malu, sungkan bercampur menjadi

satu.

Setelah bapak Sujono membukakan pintu, beliau menyapa dengan wajah

yang ramah. Hati saya yang tadinya malu, sungkan menjadi hilang karena wajah

beliau. Saya bertanya-tanya tentang beliau tentang masalah pertaniannya.

Yang pertama saya bertanya tentang biodata beliau. Nama lengkap beliau

Sujono, usia beliau sekarang sudah mengijak lima puluh sembilan tahun.

Pendidikan akhirnya pak Sujono adalah SMP, dan beliau bekerja sebagai petani

pemilik.

Pekerjaannya hanyalah mengawasi pertumbuhan tanamannya yang ada di

sawah. Pak Sujono adalah sosok orang yang baik di mata saya. Karena beliau

mengenal seluruh pekerjanya satu-satu dan dia mengaanggap pekerjanya adalah

temannya sendiri.

Bapak Sujono memiliki dua anak. Yang pertama laki-laki, dan yang ke

dua adalah wanita. Anak pertama pak Sujono sudah menikah, dan dia bekerja di

bank. Sedangkan anak kedua pak Sujono masih kuliah di Universitas Jember.

Bapak Sujono bercerita banyak tentang kisah perjuangan hidupnya. Baik

kisah senang, sedih, dan lain-lain. Bapak Sujono adalah orang yang mudah akrap

pada orang yang baru kenal, termasuk juga saya.

Page 74: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

74 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Pak Sujono tidak memberikan jaminan kesehatan pada pekerjanya. Tetapi

beliau sering membantu jika pekerjanya pengalami kesulitan atau pun segalanya.

Beliau juga mengijinkan pekerjanya beristirahat jika ada yang sakit. Dan jika

sakitnya parah, beliau akan menjenguk kerumahnya.

Keadaan diruah bapak Sujono sangat nah hening, tenang, dan dingin.

Sehingga saya sangat senang berada di rumah beliau. Tak sadar karna terlalu

nyaman di rumah bapak Sujono. Saya pun melihat jam tangan, ternyata waktu

sudah menunjukkan pukul sebelas kurang sepuluh menit.

Saya pun bergegas untuk pamitan. Setelah saya pamitan dengan pak

Sujono, saya melihat ada gerombolan masyarakat yang berkumpul. Mereka

memandang saya dengan tatapan yang sinis. Saya pun melanjutkan perjalanan

menuju mobil. Setelah sampai di sana, teman-teman saya menceritakan sebab

kenapa kami di pandang sinis dengan masyarakat yang berkupul.

Ternyata adik kelas kami yang sedang ikut kuliah lapangan Sosdes tidak

sengaja menabrak bapak-bapak pengendara sepedah motor. Saya pun kaget

mendengarnya, dan saya bergegas pergi dari desa tersebut. Karena korban

kecelakaan adalah warga desa tersebut.

Saya mendengar berita tersebut antara percaya dan tidak percaya.

Akhirnya ketua kelompok kami mengklarifikasi berita ini ke dosen pendamping

kami sema, dan ternyata berita itu benar. Kami pun bergegas kembali ke Scama

(tempat penginapan kami semua). Untuk mengetahui berita yang lebih

lengkapnya.

Page 75: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

75 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

III. 9. Bapak Mali (Buruh Tani Sekaligus Pemilik Lahan Pertanian)

Sektor pertanian memang tidak asing lagi di masyarakat Desa Mayang

Kecamatan Mayang Kabupaten Jember, desa ini mayoritas penduduknya bekerja

sebagai petani baik itu petani penggarap, buruh tani atau petaniyang memiliki

tanah. Potensi desa ini mendukung untuk pertanian, terutama pengalirannya juga

bagus di desa ini. Jika tiba di desa ini kita akan dimanjakan dengan bentangan

ladang yang luas di kanan kiri jalan, di tambah juga aliran air yang mengalir

dipinggiran ladang. Di desa ini tanaman yang biasanya di tanam adalah padi dan

tembakau, tembakau biasanya di tanam pada saat musim kemarau. Dulu desa ini

juga menjadi salah satu desa penghasil tembakau, tetapi dengan modal untuk

tambakau sangat tinggi walau terkadang untungnya juga banyak, tetapi sekarang

mereka perlu pertimbangan yang matang untuk menanam tembakau. Pasalnya

dengan modal yang diperlukan tidak sedikit itu maka mereka harus berfikir ulang

untuk menanam. Tetapi juga masih banyak juga yang menanam tembakau di

musim kemarau. Pertanian tidak lepas dari kehidupan masyarakat desa Mayang

ini.

Pada hari Jum‟at tanggal 29 November 2013, merupakan hari untuk

melakukan interview secara mendalam kepada informan yang telah di tentukan.

Di mana desa yang diteliti adalah Desa Mayang Kecamatan Mayang Kabupaten

Jember. Sesuai dengan pembagian tugas kelompok, sekitar pukul 09:30 WIB

melakukan wawancara. Ketika datang ke rumah informan yang ditunjukkan oleh

bapak ketua tani daerah setempat, informan sedang memperbaiki atap bagian

depan rumah. Sehingga ketika saya meminta waktunya untuk wawancara

informan segera bergegas turun. Di desa ini dengan mayoritas penduduk yang

Page 76: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

76 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

bekerja sebagai petani tersebut, ada suatu perkumpulan yang menyatukan para

petani satu dengan yang lain yang orang sana menyebutnya “Kelompok Tani”.

Pada bagian ini membicarakan tentang seorang informan yang salah satu

penduduk di desa Mayang tersebut. Informan bernama Mali, pekerjaan pak Mali

ini bisa di bilang sebagai buruh tani dan juga bisa di bilang juga sebagai petani. Di

bilang sebagai petani karena pak Mali mempunyai tanah sebagai ladang tetapi

ukurannya sangat kecil, sehingga dalam pengolahan dan penggarapan ladang ini

dilakukan sendiri tanpa mencari buruh tani. Di bilang sebagai buruh tani karena

ketika disaat – saat pak Mali tidak sedang mengerjakan ladang miliknya informan

ikut menggarap di ladang orang lain yang membutuhkan tenaga seorang buruh.

Begitulah cara informan untuk mencukupi kebutuhannya dengan upah buruh tani

yang tidak besar itu. Informan sejak kecil sudah di perkenalkan orang tuanya

dalam bidang pertanian sampai usianya yang sekarang yaitu 47 tahun ini masih

menekuni pekerjaan dalam bidang pertanian. Ekonomi orang tua yang rendah

membuat informan untuk bersusah payah juga mencari uang di usia kecilnya.

Seperti yang diungkapkan informan dibawah ini :

“Wuh, ya mulai kecil nduk, mulai kecil belajar buruh tani. mulai sejak tahu

kerja.”

Pendidikan terakhir informan adalah tidak sekolah, mungkin karena hal –

hal diatas tadi yang menyebabkan informan tidak sekolah dulu. Dilatar belakangi

dengan hal ini juga mempengaruhi pekerjaan yang di tekuni informan mulai dulu

sampai sekarang. Selain karena di desa Mayang ini juga masih bergantung pada

pertanian, pekerjaan di sektor lain masih minim dan rendahnya juga keahlian para

Page 77: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

77 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

masyarakat. Sehingga mobilitas untuk naik pun susah, dan masyarakat hanya

menerima dan pasrah dengan keadaan.

Dalam hamparan ladang yang luas di desa Mayang ini tidak serta merta

menyimpan problem. Walaupun hamparan ladang di desa Mayang ini kelihatan

luas sekali, tetapi tanah – tanah tersebut tidak sepenuhnya dikuasai oleh

masyarakat Mayang. Banyak orang – orang luar yang mengusai atau memiliki

ladang di daerah situ. Pasalnya dulu menurut informan ladang – ladang tersebut

banyak yang dimiliki oleh masyarakat tersebut, tetapi dengan berjalannya waktu

banyak dari mereka yang menjual ladangnya ke orang luar dari desa Mayang. Ini

terjadi karena merawat ladang tidak sedikit modal yang dikeluarkan. Keterbatasan

modal menyebabkan seseorang sampai menjual ladang – ladang mereka kepada

orang yang mempunyai modal banyak. Sehingga tidak sepenuhnya ladang di desa

tersebut dikuasai oleh masyarakat desa itu sendiri. Oleh karena itu banyak dari

masyarakat tersebut yang tidak bisa mempertahankan tanahnya bekerja sebagai

buruh tani. Mereka yang mempunyai modal banyak memperdayakan tenaga para

buruh tani tersebut. Karena buruh tani hidupnya bergantung kepada mereka –

mereka yang memiliki modal banyak. Dengan hal ini informan merasa miris

melihat keadaan seperti itu, dimana informan memikirkan masa depan generasi

selanjutnya jika semua tanah sudah dikuasai orang luar. Apalagi ditambah dengan

enggannya para pemuda sekarang yang gengsi bekerja disektor pertanian. Mereka

lebih memilih kbekerja keluar dari pada harus bekerja diladang apalagi bagi

mereka yang tidak memiliki ladang. Informan mengatakan bahwa tenaga kerja

buruh tani disini yang paling banyak dari kalangan orang – orang dewasa dan

bahkan juga masih ada yang sudah usia lanjut. Jarang sekali para pemuda –

Page 78: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

78 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

pemuda yang seharusnya tenaga masih kuat bekerja di bidang ini tetapi

kenyataannya susah untuk menemukannya. Para pemuda di desa Mayang ini

biasanya bekerja keluar sebagai buruh bangunan, sebagai pembantu, ada juga

beberapa yang bisa melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi dan lain – lain.

Berbeda dengan ketika informan masih kecil, informan sudah diperkenalkan

bekerja di sektor pertanian tersebut.

Bekerja sebagai buruh tani yang sudah di tekuni sejak kecil ini menjadikan

informan merasa nyaman dengan apa yang dilakukan. Walaupun gaji seorang

buruh tani tidaklah cukup untuk mencukupi kebutuhan sehari – harinya setidaknya

pas untuk makan satu hari pun udah lebih dari cukup. Dari pernyataan informan

ketika di tanya tentang waktu bekerja buruh tano, informan mencerikatan bahwa

dia mulai bekerja jam 07.00-12.00 WIB. Sekitar 5 jam dalam sehari dengan upah

rata – rata Rp. 25.000 per harinya. Informan mengatakan ketika jam kerja di

tambah atau lebih dari jam 12.00 WIB, mungkin sampai jam 13.00 – 14.00 WIB

upah yang di berikan kepadanya tidak di tambah. Tetap dengan nominal Rp.

25.000, jika di kaitkan dengan eksploitasi terhadap buruh tani ini adalah salah

satunya. Dengan jam kerja yang lebih dari waktu yang di sepakati tetapi dengan

upah yang tetap dan tidak berubah. Upah yang hanya Rp. 25.000 bagi buruh tani

sangatlah kecil untuk mencukupi kebutuhan. Jika dibandingkan dengan tenaga

buruh tani dari pagi bekerja dengan tenaga yang tidak ringan. Buruh tani harus

berkeluh kesah membanting tulang demi mendapatkan uang yang nilainya tidak

banyak. Belum lagi kalau ada penambahan jam kerja tetapi dengan upah yang

tetap. Seperti ungkapan informan di bawah ini :

Page 79: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

79 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

“Sekarang upah buruh tani itu umumnya disini dua puluh lima sekarang.

Terkadang juga ada penambahan waktu sampai Jam satu, jam dua, tetapi ya

upahnya ya tetap. Iya, iya orang tani kan gitu,”

Dari kaca Karl Marx Ini bisa dikatakan sebagai salah satu bentuk

eksploitasi tetapi terkadang orang yang tereksploitasi tersebut tidak

menyadarinya. Eksploitasi yang terjadi pada buruh tani ini terjadi dengan halus,

tidak terasa oleh para buruh dan mereka tidak sadar kalau pada kenyataannya

mereka tereksploitasi. Karena menganggap sudah umum dan biasa yang terjadi

seperti itu dikalangan masyarakat maka semua itu tidak akan menganggap bahwa

mereka tereksploitasi. Seperti kata informan, hanya merasa itu wajar – wajar saja,

dan menerimanya saja tanpa ada perlawanan atau pemberontakan dari informan.

Menurut informan tidak mempermasalahkan penambahan jam kerja dengan upah

yang tetap karena di desa Mayang tersebut disana lebih menghargai persaudaraan.

Jadi hal itu sudah dianggap sebagai tolong menolong antar warga tanpa

mempermasalahkannya. Ada rasa tidak enak (sungkan) pada pemilik ladang kalau

harus memprotes terlebih lagi tentang upah. Sehingga informan hanya bisa

menerima apa yang diberikan oleh majikannya. Ini mungkin yang terjadi juga

pada semua buruh tani, mereka tidak akan berdaya untuk menuntut soal upah

yang harus mereka terima apa lagi majikan mereka tetangga dekat dan sudah

mengenal satu sama lain dengan baik.

Terkait dengan keluhan informan selama menekuni pekerjaan di sektor

pertanian adalah susah untuk mengeluhkan apa yang selama ini informan alami.

Menurut informan yang sejak kecil sudah diperkenalkan dengan pertanian ini sulit

mengungkapkan keluhan sebagai petani karena dalam kenyataannya baik sebagai

Page 80: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

80 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

petani atau buruh tani sangat kurang dalam mencukupi kebutuhan sehari – hari,

terutama sebagai buruh tani. Sejak dulu buruh tani hidup dengan menggantungkan

pada orang yang memiliki tanah atau modal pertanian. Buruh tani harus berkeluh

kesah untuk menggantungkan hidupnya walau dengan upah yang minim sekali.

Itupun kalau waktu di butuhkannya tenaga buruh tani, kalaupun tidak ada yang

membutuhkan buruh tani tidak tidak mempunyai pekerjaan lain. Seperti ungkapan

yang dinyatakan informan :

“Endak, kalau petani itu masih repot. Anu, apa Sulit untuk mengeluh

mengeluh apa itu sulit kalau petani. Ya bagaimana gitu ya usaha sendiri.”

Dengan keahlian yang terbatas tersebut sehingga buruh tani sulit untuk

mencari pekerjaan lain. Seperti yang di katakana informan bahwa ketika informan

tidak dibutuhkan tenaganya paling mentok informan mencari kesibukan hanya

untuk mengisi waktu luang misalnya memperbaiki apa yang perlu di perbaiki di

rumah seperti memperbaiki genting yang rusak, memperbaiki dinding rumah

rusak, memperhatikan hewan ternak contohnya ayam dan lain lain. Dengan begitu

buruh tani tidak mempunyai penghasilan, namun mereka terkadang hanya pasrah

dan tidak melakukan apa – apa. Di balik itu semua tersirat dalam fikiran seorang

buruh tani untuk hidup lebih baik lagi. Tetapi keterbatasan softskill yang di miliki

menghambat aktifitas yang di inginkan tersebut.

Dalam kondisi ekonomi keluarga petani dan buruh tani sudah bisa kita

lihat dari uraian di atas tadi. Apalagi kondisi ekonomi buruh tani, mereka

kebanyakan memiliki kondisi ekonomi yang rendah atau di bawah standart.

Dengan menggantukan ke majikan yang membutuhkan tenaga tersebut dan

Page 81: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

81 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

dengan upah yang minim tak heran seorang buruh tani mempunyai kehidupan

yang layak. Informan menjelaskan bahwa kehidupan petani kecil yang memiliki

luas lahan yang sempit dan sebagai buruh tani kondisi ekonomi terbilang pas –

pasan atau bahkan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan. tetapi harus

bagaimana lagi, pekerjaan di sektor pertanian di desa Mayang ini harus tetap

dijalani informan dengan sabar, ikhlas dan tetap menekuni. Sifat fatalis yang

selalu ada di diri mereka tentang kehidupannya.

Dengan pekerjaan buruh tani yang tidak ringan tersebut dengan merawat,

menjaga, memelihara tanaman penuh upaya. Tetapi terkadang pekerjaan sebagai

buruh tani dipandang sebelah mata, kurang menghargai jasa para buruh tani. Tak

bisa dipungkiri dengan kekuatan tenaga yang di dikeluarkan buruh tani tersebut

dengan kerentanan tubuh yang tidak selalu sehat. Kerentanan tubuh yang bisa

menyerang siapa saja termasuk buruh tani dengan mencari upah sering kali harus

rela berpanas – panasan, berhujan – hujanan dan sebagainya. Semua ditempuh

untuk mencukupi kebutuhan kehidupan sehari – harinya. Dari pemaparan

informan ketika terserang penyakit informan jarang mendapatkan jaminan

kesehatan. Pekerjaan sebagai buruh tani tidak kontraktual seperti prinsip pekerja

dipabrik – pabrik. Lain halnya bagi pekerja pabrik yang biasanya terjamin

kesehatan dari pemilik pabrik. Buruh tani ketika sakit dia harus berjuang sendiri

untuk bisa mengobati penyakitnya. Apalagi kalau Cuma sakit yang ringan –

ringan saja, terkadang juga tidak begitu di rasa. Dan tetap bekerja seperti

biasanya, parahnya majikan tidak pernah memperhatikan hal tersebut. Ketika

suatu hari informan sakit, informan mengandalkan surat kesehatan dari

pemerintah seperti askes dan semacamnya. Menurut pengalaman informan jika

Page 82: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

82 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

ada buruh tani sakit majikan tidak begitu peduli, masih ada buruh tani lain yang

mungkin bisa menggantikan. Tetapi ada juga majikan yang baik, ketika ada buruh

tani yang sakit juga menjenguknya paling tidak memberi sedikit uang untuk

digunakan berobat. Jadi menurut informan tergantung dengan orangnya masing –

masing. Pada dasarnya sifat orang berbeda – beda di masyarakat.

Dalam kehidupan buruh tani, sistem majikan adalah mereka bisa memilih

majikan siapa saja, artinya adalah mereka biasanya bergonta – ganti majikan.

Siapa yang membutuhkan tenaga buruh tani maka buruh tani akan bekerja di

majikan tersebut. Artinya buruh tani akan bekerja bagi yang membutuhkan

tenaganya tidak memandang majikan, terkadang majikn mana yang cepat

memesan tenaga buruh tani maka majikan itu yang bisa terlebih dahulu bisa

memanfaatkan tenga buruh tani. Sehingga buruh tani bisa berpindah – pindah

majikan, tidak hanya pada satu majikan atau orang yang memiliki tanah itu saja.

Tetapi juga pada majikan – majikan yang lain bisa bekerja dengannya. Lain

dengan pekerja pabrik yang hanya bekerja pada satu majikan saja.ini terjadi

karena buruh tani yang sangat membutuhkan pekerjaan, sehingga siapa saja yang

menginginkan mereka bekerja langsung disanggupi saja yang terpenting adalah

mendapatkan upah yang sesuai harapan tentunya secara umum di berikan pada

buruh tani di desa Mayang tersebut. Dengan keterpaksaan buruh tani utnuk

bergantung pada pemilik tanah tersebut secara tidak sadar pemilik tanah akan

melakukan atau menyuruh buruh untuk melakukan pekerjaan di ladangnya

tersebut. Pembagian pekerjaan di ladang juga mempunyai spesialisasi tersendiri

jika diperhatikan. Biasanya pekerjaan yang lebih berat dilakukan oleh kaum laki –

laki sedangkan yang terjangkau dilakukan kaum perempuan menjadi bagian kaum

Page 83: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

83 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

perempuan. Upah yang diberikan terkadang juga bermacam – macam mulai dari

jenis beratnya pekerjaan sampai perbedaan majikan, walaupun secara umum Rp.

25.000 untuk setengah hari. Ada juga system pengupahannya tidak seperti ini,

contohnya dari penuturan informan untuk perawatan tembakau. System perawatan

tembakau terkadang ada yang sistem borongan artinya buruh tani sudah membuat

kesepakatan dengan majikan contohnya dalam pengairan tembakau buruh tani A

menyanggupi untuk pengairan, jadi pengairan akan dilakukan oleh buruh tani A

tersebut selama sampai panen tembakau tersebut. Dan melakukan pengairannya

tergantung pada air DAM sehingga tidak terika oleh waktu. Pengupahannya

setelah panen tembakau, tergantung pada majikan dan kesepakatan ada juga yang

berupa uang.

Kalau buruh tani seperti yang di ceritakan informan termasuk dirinya yang

bisa berganti ganti majikan tersebut, mereka hanya bekerja sesuai dengan yang di

perintahkan majikan contohnya membajak ladang, mengairi, membersihkan

rumput – rumput liar dan sebagainya. Dalam konteks ini buruh tani tidak

menanggung kegagalan panen jika terjadi gagal panen. Karena sepenuhnya

majikan atau petani pemilik yang bertanggung jawab dan menanggung resikonya.

Seorang buruh tani disini hanya menjual tenaga saja, tidak ikut campur jika terjadi

gagal panen. Berbeda dengan petani penggarap yang menyewa tanah kepada

petani pemilik tanah untuk di garap dengan perjanjian membayar uang sewa atau

bagi hasil baru ketika ada gagal panen mereka terlibat. Kalau buruh tani tidak

terlibat sama sekali kalau terjadi gagal panen.

Pemberian bonus ketika panen majikan melimpah, menurut informan

seorang buruh tani hanya bekerja dan mendapatkan upah yang diberikan setelah

Page 84: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

84 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

bekerja. Setelah itu ikatan antara pemilik atau majikan dengan buruh tani sudah

selesai kalau pekerjaan selesai. Sehingga ketika panen berhasil dan melimpah

tidak ada yang namanya bonus diberikan kepada buruh tani kecuali buruh tani

yang sudah terbiasa ikut ke majikan tersebut mungkin mendapatkannya. Artinya

sudah menjadi buruh tani kepercayaan dan sering ikut di majikan tersebut. Kalau

biasa – biasa saja jarang sekali mendapatkan bonus tambahan. Seperti yang

diungkapkan informan dibawah ini :

“Iya gak ada, tapi kalau sewaktu-waktu tetapi kalau setiap hari ya ada

kadang-kadang. Kalau modelnya di sini ini kan persaudaraan kan gitu jadi

kalau sisa sedikit anu di habiskan ndak perhitungan ndak.”

Di desa Mayang ini diatas udah dijelaskan bahwa ada perkumpulan tani

yang disebutnya Kelompok Tani. Kelompok tani yang di ketuai oleh pa Husein

yang rumahnya tidak jauh dari rumah informan hanya berjarak dua rumah saja.

Kelompok tani ini berupaya menyatukan para petani baik itu pemilik, penggarap

atau buruh tani yang ada di desa tersebut. Informan adalah salah satu anggota dari

kelompok tani tersebut. Kegiatan yang biasa dilakukan oleh kelompok tani adalah

mencontohi cara nanam dalam pertanian itu bagaimana yang baik, pengenalan alat

– alat pertanian, bagaimana mengatasi hama dan sebagainya. Tetapi menurut

informan dengan hanya diajari saja dirasa belum lengkap. Karena jika mengikuti

apa yang di ajarkan tersebut akan membutuhakan biaya yang sangat besar.

Sehingga terkadang banyak petani – petani yang tidak mengamalkan apa yang

diperoleh dalam pengajaran tersebut karena dengan modal yang minim belum bisa

mencapai target dalam pelajaran yang disampaikan. Mereka berharap tidak hanya

diajari saja tetapi kalau bisa di fasilitasi dengan pendukung pertanian yang lain.

Page 85: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

85 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Karena kebanyakan mayoritas penduduk bekerja di sektor pertanian. Sehingga

ketika dlam pertanian ini mereka di pelihara dengan baik dan menyediakan

fasilitas – fasilitas yang dibutuhkan akan menjadi petani – petani yang bisa

menghasilkan yang baik pula. Kelompok tani ini sebagai wadah para petani untuk

berkumpul, belajar, bertukar pendapat tentang pertanian.

Jika membicarakan tentang eksploitasi dalam bidang pertanian, buruh tani

lah yang berada dipihak tersebut. Dari semua pemaparan di atas dapat diketahui

bahwa eksploitasi pada buruh tani bersifat soft dan tidak begitu nampak. Tetapi

pada kenyataannya buruh tani tidak merasakan eksploitasi tersebut. Mereka

menganggap itu wajar dan biasa – biasa saja. Keeksploitasian buruh tani pada

dasarnya pertama adalah pada upah yang didapat dan waktu mereka dalam

menjalankan pekerjaan yang terkadang dengan penambahan waktu kerja tetapi

upah yang didapatkannya tetap.

III.10. Bapak Sunarto (Tetangga Buruh Tani)

Kelompok kami memulai perjalanan awal sebelum mewawancarai kita

mampir ke balai desa Mayang. Kelompok kami meminta ijin kembali untuk

mewawancarai dan sekaligus memberikan souvenir. Setelah mengurus semuanya

kami langsung meuju tempat yang akan kami wawancarai.

Kami bertanya ke pada seseorang untuk menanyakan alamat orang yang

akan kami wawancarai. Yang pertama Citra, Ocha, Dana, Erika, Adi, Galang dan

Izzah menunggu Rafel, Hada dan Ulin untuk mewawancarai.Kami menunggu

sambil menikmati pemandangan dan berfoto – foto bersama. Setelah mereka

Page 86: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

86 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

selesai mewawancarai barulah kami yang bergantian untuk mewawancarai

responden masing – masing yang telah ditentukan.

Sauasana pada saat itu sangat sejuk mulai mendung dan gerimis rintik –

rintik yang menemani kelompok kami wawancara. Para warga pun sangat ramah

sekali terhadap kita dan mwnunjukkan alamat – alamat yang akan kami kunjungi

untuk mewawacarai responden.

Setelah selesai mewawancarai kelompok kita semua mau balik langsung

ke Secaba. Tetapi tiba – tiba terdengar kabar bahwa ada kecelakaan yang terjadi

antara pengendara sepeda motor dengan pengendara mobil.

Ternyata yang menjadi korban kecelakaan itu adalah tetangga belakang didesa

tersebut. Dan yang menabraknya adalah mahasiswa KKN.

Kelompok kami langsung ketakutan sekali apakah benar itu yang menabraknya

adalah salah satu dari teman kami. Ternyata benar adanya yang menabrak korban

adalah adik kelas kami.

Kelompok kami semua pada panik karena korban tersebut berada didekat desa

kami. Dan para warga tersebut berubah menjadi tidak senang dan angkuh terhadap

anggota kelompok kami.

Untungnya ada salah satu warga yang baik sekali terhadap kita dari awal

kita datang sampai terjadi permasalahan tersebut. Beliau menengahi permasalahan

tersebut dan melindungi kita.

Page 87: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

87 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Akhirnya kita semua bergegas segera pergi dari desa tersebut. Karena kita

semua takut jika ada apa – apa terhadap kelompok kita.Sebab rata – rata para

warga yang tinggal disekitar desa tersebut adalah orang Madura.

Buruh tani yang bernama bapak Sunarto adalah seorang buruh tani yang

sudah berumur 57 tahun,beliau bekerja sebagai buruh tani untuk mencukupi

kebutuhan keluarga dan kewajibannya sebagai kepala rumah tangga yang

membiayai seorang istri dan tiga orang anak.

Menurut saya bapak Sunarto ini dalam kebutuhannya sehari-hari merasa

tidak tercukupi. Dengan cerita bapak Sunarto yang kesehariannya mendapatkan

upah sebesar dua puluh lima ribu. Bapak Sunarto ini mengeluh kepada saya

selaku pewawancara Citra Puspita. Berikut hasil kutipan wawancara dengan

informan bapk Sunarto :

“ Satu keluarga tedapat lima orang yang tinggal disini yaitu saya selaku pak

Sunarto, istri yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan anak saya ada tiga,

perempuan semua. Yang dua sudah menikah ikut suaminya diluar kota dan yang

paling kecil masih kelas dua Sekolah Dasar.

Anak yang paling kecil ini suka sekali jajan mbak. Selalu minta uang kepada saya

terkadang istri saya pada saat saya bekerja lembur, setiap hari mau berangkat

sekolah dan setelah pulang sekolah. Dan setiap sore hari anak yang paling kecil

ini selalu minta jajan seperti ice cream, susu, roti dan sebagainya. Oleh karena

itu saya ikut kerja tambahan sebagai kuli bangunan.”

Bagi pak Sunarto kedua anaknya sudah tidak lagi memperdulikan

keluarganya. Setelah menikah kedua anak perempuannya ikut tinggal dengan

Page 88: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

88 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

suaminya diluar kota. Dari situlah mulai tidak adanya terjalin komunikasi yang

lancar.

Bahkan kedua anaknya pun tidak memberikan nafkah kepada keluarganya dan

sesekali kabar pun tidak didengar oleh pak Sunarto dan istrinya jika bukan mereka

terdahulu yang menghubungi kedua anak perempuannya tersebut.

Oleh karena itu pak Sunarto berusaha untuk bekerja keras mencari uang untuk

menghidupi anak perempuan terakhirnya dan juga istrinya. Maka dari itu pak

Sunarto berusaha mencari kerja tambahan membajak dan menjadi kuli bangunan

agar tercukupi kebutuhan hidupnya. Kasihan pak Sunarto seharusnya diusia

seperti itu pak Sunarto tidak usah bekerja lagi mencari nafkah sekeras itu.

Seharusnya pak Sunarto hanya duduk tenang dirumah bersama anak terakhir

perempuannya dan istrinya berkumpul bersama menikmati hari menjelang masa

tuanya.

Jika pak Sunarto memang ingin bekerja untuk menambahi kebutuhan tetapi tidak

usah sekeras itu jika kedua anak perempuannya yang sudah menikah mau

merawat kehidupan kedua orang tuanya yang sudah merawatnya sejak kecil

hingga dia bisa menjadi sukses seperti sekarang ini.

“ Tidak mbak.. Mereka pada ikut suaminya diluar kota jarang sekali menjenguk

saya, istri dan adeknya. boro – boro mbak mau ngirim uang. kabar aja jarang-

jarang mbak saya denger, kalau gak saya dan istri saya yang telepon terlebih

dahulu.”

Respon yang ditunjukkan bapak Sunarto dan istri terhadap kelakuan kedua

anak perempuannya yang sudah menikah tersebut.

Page 89: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

89 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

“ Respon saya dan istri saya, ya pasti sedih lah mbak.. Anak kan adalah anugrah

titipan Allah mbak. Nah kita ini sebagai orang tua menjalankan amanat Allah.

Saya dan istri saya ini mbak sudah merawat dan membesarkannya sapai mereka

bisa sesukses ini tapi malah melupakan orang tuanya sendiri.

Apa lagi saya ini sudah tua mbak masih punya tanggungan anak perempuan saya

ini yang paling kecil masih sekolah dasar. Tapi mau bagaimana lagi mbak itu

sudah pilihan mereka sendiri. Saya sebagai orang tua ya hanya mendoakannya

sajalah mbak. Seng penting anak – anak ku sehat lan sukses gak koyok aku

mbak.”

Bapak Sunarto bekerjanya tidak menggunakan sistem kontrak melainkan

dengan perintah pemilik lahannya dipanggil atau tidak.

“ Ya ndak ada mbak sistem tersebut. Iya mbak, jadi terserah pemilik lahannya

mbak di panggil atau tidak.

Bapak Sunarto ini tidak merasa terekspolitasi akan pekerjaan yang ia

lakukan. Pak Sunarto mengatakan kepada saya.

“ Ya mau bagaimana lagi mbak ini kan sudah pekerjaan saya meskipun tidak

mencukupi kebutuhan sehari-hari dari pada saya menganggur tidak

menghasilkan apa-apa.

Ya disyukuri saja mbak adanya seperti ini yang penting bisa untuk makan sehari-

hari sudah Alhamdulillah. Apalagi lagi saya sedang mengumpulkan uang untuk

merenovasi rumah mbak. Jadi saya harus lebih giat lagi untuk mecari uang demi

anak dan istri saya. Terutama demi si kecil yang masih sekolah.

Page 90: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

90 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Namun dalam hal jaminan kesehatan pak Sunarto merasa tereksplotasi

karena setiap pak Sunarto sakit beliau selalu berobat dengan uangnya sendiri tidak

ada jaminan kesehatan yang diberikan oleh majikannya.

Seharusnya ada jaminan kesehatan yang diberikan kepada pak Sunarto terhadap

majikannya yaitu pemilik lahan. Yang seharusnya menjadi hak pak Sunarto.

Tetapi itu tidak disadari oleh pak Sunarto seperti kutipan tersebut.

Dalam kondisi yang cukup berat pekerjaan yang harus dihadapi oleh pak

Sunarto sangatlah menguras tenaga. Dengan upah yang sangat sedikit, dan pak

Sunarto tidak diberikan pelayanan kesehatan.

“ Ya ndak ada mbak kalau saya.”

Tetapi pak Sunarto tidak meras tereksploitasi dengan kutipan jika pak

Sunarto bekerja keras lembur dan mendapatkan tambahan upah. Pak Sunarto juga

tidak merasa tereksploitasi seperti kutipan jika terjadi kerugian atau kegagalan

hasil panen yang menanggungnya adalah majikannya pemilik lahannya sendiri.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pak Sunarto merasa tereksploitasi dalam hal

jaminan kesehatan, dan tidak merasa tereksploitasi karena jika ada tambahan

pekerjaan pak Sunarto selalu diberikan upah tambahan oleh majikannya pemilik

lahan tersebut.

Hubungan pak Sunarto dengan orang pemilik lahan yang tempat bapak

Sunarto bekerja itu baik – baik saja. Karena orang pemilik lahan itu orangnya

sangat baik dan ramah sekali terhadap semua para pegawainya yang bekerja

disana.

Page 91: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

91 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

“ Baik-baik saja mbak.

Orang pemilik lahan yang tempat saya bekerja itu mbak orangnya sangat baik

dan ramah sekali terhadap semua pegawai – pegawainya. Sehingga saya kerasan

mbak bekerja menjadi pegawai disitu.”

Ada upah tambahan bagi pak Sunarto jika bekerja lembur untuk

membajak, oleh karena itu agar dapat mencukupi kebutuhannya pak Sunarto

bekerja tambahan lagi sebagai kuli bangunan.

“ Iya ada mbak..Ya lembur mbak kalau ada bajak, biasanyakerja cuman tiga jam.

Kalau ada bajak bisa sampai lima jaman mbak. Saya kerja jadi kuli bangunan.”

Bagi pak Sunarto ada keuntungan dan kerugian yang dirasakan pak

Sunarto pada saat bekerja lembur dan bekerja tambahan lagi sebagai kuli

bangunan. Keuntungannya bagi pak Sunarto adalah menambah penghasilan.

Tetapi kerugiannya bagi pak Sunarto yaitu tidak bisa meluangkan waktu banyak

untuk anak dan istrinya.

“ Iya.. keuntungannya buat saya bisa nambah penghasilan mbak buat kebutuhan

sehari-hari apalagi saya sedang mengumpulkan uang untuk biaya renovasi

rumah banyak yang bocor dan mau membuat kamar mandi.

Tapi kerugian yang saya alami ya.. gak bisa kumpul sama anak istri saya mbak.

Bisanya Cuma waktu malem hari saja. Terkadang itupun anak saya sudah tidur

mbak.”

Page 92: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

92 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Alasan bapak Sunarto ini memilih bekerja tambahan sebagai kuli

bangunan dan tidak memilih bekerja tambahan yang lainnya selain menjadi kuli

bangunan.

“ Iya karena saya hanya lulusan sekolah dasar saja mbak..

Saya hanya bisa mengandalkan keahlian saya dalam bidang tersebut.

Apa lagi saya hanya lulusan sekolah dasar mana mau yang menerima saya jika

saya tidak bekerja serabutan seperti itu mbak.”

Selain pak Sunarto bekerja sebagai buruh tani tetapi pak Sunarto

mengikuti organisasi kelompok tani agar dapat menambah wawasannya tetapi pak

Sunarto hanya menjadi seorang anggota saja karena pak Sunarto merasa tidak bisa

apa – apa.

“Iya mbak, saya ikut dalam kelompok itu. Dan saya jadi anggota saja kok mbak,

karna saya tidak bisa apa-apa.. hahahaha..”

Di tempat kerjanya pak Sunarto jika ada kerugian lahan pertaniannya atau

gagal panen itu ditanggung oleh pemilik lahan tersebut. Karena bagi pak Sunarto

beliau hanya pekerja saja memenuhi panggilan sesuai dengan pemilik lahan

tersebut.

“ Ya di tanggung sama pemilik lahannya sendiri mbak, kan kita cuman kerja saja.

Itu kan juga yang menentukan berhasil atau tidaknya karena cuacanya juga

mbak.”

Page 93: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

93 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Page 94: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

94 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

BAB IV

Temuan Dan Analisis Data :

Konstruksi Sosial Buruh Tani Terhadap Eksploitasi yang

Dilakukan oleh Majikan

Dalam bab ini akan diuraikan lebih lanjut fakta-fakta yang berkaitan

dengan Fokus studi yang ditemukan di lokasi penelitian. Di samping disajikan

fakta juga akan dilakukan analisis terhadap fakta-fakta tersebut yang dikaitkan

dengan teori-teori yang ada. Topik yang akan dibahas meiputi : Pertama,

Bagaimana bentuk ekploitasi yang di terima oleh buruh tani? Kedua, Bagaimana

gambaran tentang konstruksi sosial buruh tani terhadap eksploitasi yang dilakukan

oleh majikannya?

Untuk mempermudah pemahaman dari hasil-hasil penelitian, maka

disajikan pula sejumlah tabel-tabel yang sesuai dengan masing-masing tema.

Sebelumnya akan disajikan kerangka atau alur pikir dari penelitian ini :

Riwayat Bekerja Sebagai Buruh Tani Bentuk

Eksploitasi Konstruksi Sosial Buruh tani terhadap

Eksploitasi

Page 95: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

95 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

IV. 1. Riwayat Bekerja Sebagai Buruh Tani

Kelompok kami akan mengemukakan riwayat kehidupan buruh tani dari berbagai

aspek sosial yang melatar belakangi mereka memilih bekerja sebagai buruh tani

yang secara teoritis rawan terhadap aksi eksploitasi. Penjelasan pada bagian ini

bersumber dari informasi yang kami dapatkan dari indepth interview yang kami

lakukan terhadap para buruh tani di Desa Mayang, Kecamatan Mayang,

Kabupaten Jember.

Secara umum mereka menjelaskan bahwa kehidupan menjadi seorang

buruh tani sebenarnya tidak mereka inginkan, mereka bekerja sebagai buruh tani

tersebut karena keadaan yang memaksa mereka harus memilih bekerja sebagai

buruh tani. Hal tersebut diakibatkan karena pendidikan mereka yang rendah

(bahkan tidak bersekolah sama sekali) dan mereka merasa dengan pendidikan

yang rendah tersebut mereka tidak bisa bekerja di sektor lain termasuk di sektor

perkantoran (pagawai) yang selama ini mereka idam idamkan. Namun, salah satu

informan kami mengatakan bahwa beliau suka bekerja sebagai buruh tani karena

beliau sudah di didik oleh orang tua mereka untuk bagaimana menjadi petani.

Beliau juga menuturkan, jika saya bekerja di sektor formal/perkantoran. Dia tidak

akan merasa senang. Dia merasakan senang jika menjadi petani, walau pun itu

buruh tani.

Faktor yang membuat mereka tidak bersekolah sampai ke jenjang yang

tinggi adalah minimnya penghasilan orang tua mereka dahulu. Pada zaman dahulu

mencari uang sangat lah susah. Buat makan tiga kali sekali saja susah, apa lagi

buat menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi (tutur orang tua mereka

Page 96: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

96 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

dahulu). Dan lagi dahulu mencari sekolah sangat lah susah. Orang yang dapat

bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi adalah orang-orang memiliki ekonomi

tinggi, atau bisa di sebut juga masyarakat borjuis.

Alasan lain yang menyebabkan mereka harus bekerja menjadi buruh tani

yaitu karena mereka tidak memiliki ketrampilan lain dan ketidak punyaan lahan

pertanian. Orang tua mereka dahulu hanya mengajarkan mereka cara bekerja di

sektor pertanian tanpa memberikan ketrampilan bekerja disektor lain sehingga

mereka merasa hanya bisa bekerja disektor pertanian. Selain itu, di daerah tempat

tinggal mereka, sektor pekerjaan di bidang pertanian merupakan pekerjaan yang

umum yang dilakukan oleh masyarakat. Hal itulah yang menyebabkan mereka

mau tidak mau harus bekerja di sektor pertanian.

Para buruh tani tersebut sebenarnya sangat ingin bekerja di kantoran yang

menurut bayangan mereka pekerjaan tersebut merupakan pekerjan yang bagus,

mulia, gajinya besar, dan nyaman. Namun pekerjaan tersebut menurut mereka

hanyalah impian semata yang tidak mungkin mereka dapatkan. Orang tua mereka

sebenarnya sangat menginginkan anaknya dapat bekerja di perkantoran agar bisa

mewujudkan cita-cita orang tuanya dan mengubah nasib orang tuanya. Namun,

karena masalah ekonomi mereka seperti itu. Mau tidak mau mereka hanya bisa

bekerja di bidang pertanian. Dan di bawah ini adalah data yang kami peroleh dari

indept interview di desa mayang.

1) Bapak Rudi

Bapak Rudi yang berusia 55 tahun yang bekerja sebagaiburuh tani. Bapak

Rudi yang tak pernah mengenyam bangku pendidikan menyebabkan posisinya

Page 97: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

97 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

kurang diakui dalam dunia kerja. Sehingga mau tak mau hanyalah sektor

pertanian yang diandalkannya. Seperti kutipan tersebut “saya dulu ndak sekolah.”

Karena bapak Rudi merasa tidak ada keahlian yang lain maka dari itu

bapak Rudi memilih bekerja sebagai buruh tani, disatu sisi bapak Rudi menyukai

bidang pertanian dari sejak kecil. Bapak Rudi merasa tidak semangat jika beliau

tidak bekerja dalam bidang pertanian. Apalagi almarhum orang tua bapak Rudi

juga merupakan seorang buruh tani. Sejak kecil secara tak langsung bapak Rudi

tersosialisasi akan segala sesauatu yang berbau pertanian. Namun karena

minimnya modal (dalam hal ini modal berupa materi, relasi, dan pendidikan)

menjadikan Rudi hanya sebagai seorang buruh tani biasa.

“ ya suka aja mas. dari kecil suka sama tani. Gak punya keahlian lain. Merasa

cocok aja mas. kalau saya gak kerja jadi tani ya gak semangat mas.”

Rudi dalam sehari bekerja mulai pukul tujuh pagi hingga pukul dua belas.

Jika masih ada yang harus diselesaikan maka Rudi harus kembali lagi bekerja

setelah Dhuhur atau berkisar pukul satu siang hingga menjelang Ashar atau

sekitar pukul tiga sore. Jam kerja yang demikian menjadikan Rudi memiliki

penghasilan yang sekarang hanya berkisar antara dua puluh ribu rupiah hingga

tiga puluh lima ribu rupiah membuatnya harus pandai-pandai menghemat

pengeluaran. Tak jarang Rudi sekeluarga harus menahan diri untuk tidak membeli

sesuatu yang dinginkan seperti menahan untuk membeli pakaian yang dinginkan,

atau semacam peralatan rumah tangga yang dinginkan. Mengurangi jatah makan

sehari-hari dan menggantikan makanan pokok dengan makanan seadanya sudah

biasa dilakukan oleh keluarga Rudi.

Page 98: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

98 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

“ ya gak tentu mas, kadang ya jam 7 sampai jam 12. Terus kalau ada waktu ya

kembali lagi mas dhuhur itu samp ashar.

cukup ndak cukup mas. udah dikasi segitu sama majikan ya saya ga berani

protes.”

Rudi yang telah bekerja puluhan tahun sebagai buruh tani lantas merasa

bahwa pertanian adalah bagian dari hidupnya. Sempat ia tuturkan pada saat

mencoba pekerjaan lain di luar sektor pertanian maka hasil yang didapat tidaklah

sesuai dengan apa yang diharapkannya, bahkan ia tak semangat menjalankan

pekerjaan di luar sektor pertanian. Rudi lebih semangat jika bekerja di sektor

pertanian meskipun Cuma sekedar menjadi buruh. Hal tersbut mungkin

dikarenakan pekerjaan dalam sektor pertanian telah mendarah daging dalam benak

keluarga Rudi sehingga apa yang dilakukanya kini menjadi sebuah pekerjaan atas

dasar kesenangan, semangat dan keikhlasan dari hatinya. Rudipun tak pernah

mengeluh atas apa yang diperolehnya dan menyatakan penghasilan yang

didapatnya dari hasil bertani sudah sangat cukup dalam pemenuhan kebutuhan

pokok untuk kehidupan sehari-hari. Keihlasan yang ada dalam diri Rudi tak lepas

dari agama yang dianutnya, Islam. Dalam Islam mengajarkan bahwa bekerja

untuk menghidupi keluarga adalah bagian dari jihad di Jalan-NYA sehingga

balasan yang didapatkan adalah pahala. Dan dengan bersyukur maka rejeki akan

tak pernah habis dan tercukupi.

2) Bu Junit

Bu Junit yang berusia 50 tahun merupakan salah satu buruh tani yang

tinggal di desa Mayang kabupaten Jember. Bu Junit yang tak pernah mengenyam

Page 99: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

99 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

pendidikan membuatnya buta huruf atau tak bisa membaca,dan membuat

posisinya didunia kerja tidak diakui. Seperti kutipan berikut “Yaa apaa sayaa,

anu sekolah buta huruf itu. Nang nuu, nang pak Ari”

Bu Junit juga mulai bekerja sebagai buruh tani dari awal dia bisa

merasakan kerja di sawah dan digaji. Dan bu Junit bekerja sebagai buruh tani

karena tidak memiliki lahan pertanian sendiri. Dan dia merasakan menerima gaji

dari hasil bekerjanya. Seperti kutipan berikut “Mulaaiii ya tau kerja saya ke

sawah. Punya gajian, gak punya sawah saya. Anu kalo yang nandur itu kan gak

punya sawah, tapi gajian.”

Bu Junit melakukan pekerjaannya dimulai dari pukul 7 pagi hingga 12

siang. Seperti kutipan berikut “jam tuju itu sampek jam dua belas

pulang.”.Terkadang dia pulang kerja jam 12 siang pulang kadang- kadang tidak

pulang karena ada pekerjaan lain. Jadi, jika dia bekerja hanya setengah hari

dengan upah yang diberikan sebesar 25.000 rupiah. Seperti kutipan berikut “Ya

kadang-kadang balik, kadang-kadang juga endak.”dan “Dua puluh lima rebu,

kalo setengah hari.” Dan upahnya dihitung perhari bukan perbulan. Seperti

kutipan berikut saat dipertanyakan “… Gak pernah di bayar satu bulan sekali gitu

gak pernah yaa.?” Dan beliau menjawab “Ya enddak“

Bu Junit menggunakan hasil dari upah kerjanya hanya untuk makan dan

tidak cukup untuk mencukupi kehidupan sehari-hari. Seperti kutipan berikut “Yaa

buat makan, beli beras..” dan jika ada keluarga bu Junit ada yang kesusahan dia

yang membantu.seperti kutipan berikut “Yaa ndak cukup, kadang kalo ada cucu

keponakan gitu yang susah saya juga ikut mbantu saya”

Page 100: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

100 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Bu Junit bekerja sebagai buruh tani hanya untuk mencukupi kebutuhan

hidupnya sendiri,karena tidak ada yang membantunya untuk mencukupi

kehidupannya sendiri,anak-anaknya sudah memiliki rumah sendiri-sendiri. Dan

terkadang bu Junit tidak bekerja dan terkadang beliau bekerja selain menjadi

buruh tani tembakau seperti bekerja sebagai buruh tani cabai atau Lombok yang

panennya dua hari sekali. Seperti kutipan berikut “Yaa dari saya, menantu dah

punya rumah ndere.. ya saya kerja sendiri. Ya kadang saya punya kerja, kadang-

kadang gak punya kerja saya. Jadi gak setiap hari. Biasanya dua hari sekali gitu.

Panen Lombok gitu di ladang.”

Bu Junit bekerja hanya karena jika ada panggilan seseorang untuk

mengerjakan lahan pertaniannya. Tapi dia juga menyadari bahwa jika dia tidak

bekerja maka dia tidak bisa membeli makan setiap harinya,makan adalah

kebutuhan pokok untuk setiap manusia sebagai sumber energy. Seperti kutipan

berikut “kalo nggak nyeloroh ya saya nggak kerja saya. Kalo kerja gak nyeloroh

tapi makan kan tiap hari saya. Dari mana uangnya kalo nggak dari kerja. Yak

apa kalo nggak kerja? Hahahaha”

Selain bu Junit bekerja sebagai buruh tani tembakau,beliau bekerja

diladang cabai milik bapak lurah. Upah yang diperoleh bu Junit saat bekerja

bersama pak lurah dihitung dari hasil bu Junit membungkus pasir diladang. Jika

bu Junit berhasil membungkus pasir 1000 maka upah yang didapat 20.000 rupiah.

Dan dalam sebulan bu Junit dapat menghasilkan 10.000 bungkus pasir,maka upah

yang diperoleh adalah 200.000 rupiah perbulannya. Seperti kutipan berikut

“Enggak, ya itu Cuma kerja di pak kades bungkusin lemah ke dalem plastik. Satu

bulan dapet 10.000 saya dapet Rp 200.000 saya. Kalo seribu dapet 20 ribu. Itu

Page 101: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

101 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

yang ngerjain di ladang lomboknya pak kades saya itu. Ya nggak papa kalo dapet

segitu, dari pada nggak kerja saya.”

Bu Junit sekarang sedang jatuh sakit yang dirasakannya adalah sakit yang

berada dibagian kakinya. Dan oleh bu Junit dibawa kepuskesmas, biaya yang

dikeluarkan sebesar 35.000 rupiah. Bagi bu Junit uang senilai 35.000 rupiah itu

sangatlah mahal karena jika dilihat dari hasil kerjanya atau upah sangat minim.

Dan tidak ada biaya dari majikannya untuk berobat. Seperti kutipan berikut “ndak

penah saya. Yang beli ya saya sendiri. Nggak ada yang ngreken. Hehe”

Bu Junit saat bekerja pernah mengalami saat-saat gagal panen. Tetapi saat

gagal penen tersebut kerugian tidak pernah ditanggung oleh buruh. Tetapi

kerugian yang menanggung adalah majikannnya sendiri. Seperti kutipan berikut

“Yaa endak. Masih tetep 25 rebu. Ya saya ndak ikut rogii.. pekerja hanya ikut

kerja.”

Saat bu Junit bekerja bersama pak kades sering diberi uang tambahan

tetapi diberikannya di rumah bu Junit. Dan untuk hasil panennya bu Junit tidak

pernah mendapatkan hasilnya selainupah yang dia dapat selama bekerja. Seperti

kutipan berikut ini “Ya kadang pak Kades ngasih 10 rebu ke rumah saya ini. Pak

kades suka sama kerja saya. Pak Kades baik sama saya.” Dan “Ya endak.

Tembakaunya ditaroh disana”

Page 102: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

102 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

3) Bapak Suheri.

Pendidikan bapak Suheri adalah SD (Sekolah Dasar) dan itu pun tidak

sampai selesai, hanya sampai kelas tiga SD. Pak Suheri menjadi buruh tani kurang

lebih sudah enam puluh tahun. Beliau sebenarnya menginginkan memiliki

pekerjaan yang lainnya, akan tetapi pada kenyataannya beliau hanya bisa menjadi

buruh tani. Karena kemampuan yang di milikinya hanyalah itu. Buruh tani yang

ada di desa mayang, rata-rata tingkat pendidikannya rendah yaitu SD tidak lulus.

4) Bapak Edip

Buruh tani yang bernama bapak Edip adalah seorang buruh tani yang

sudah berumur 50 tahun,beliau bekerja sebagai buruh tani untuk mencukupi

kebutuhan keluarga dan kewajibannya sebagai kepala rumah tangga yang

membiayai seorang istri dan dua orang anak . Sesungguhnya Pak Edip adalah

pemilik lahan, tetapi dia tidak mengakuinya saat saya bertanya tentang

pekerjaannya. Berdasarkan informasi dari warga sekitar desa Mayang salah satu

orang yang menjadi pemilik lahan didesa Mayang adalah Pak Edip.

Pak Edip mengutarakan bahwa dia ingin bekerja di kantoran di kota, tetapi

karna keterbatasan tingkat pendidikan yang dia miliki, akhirnya diapun menjadi

buruh tani. Berikut kutipannya :

“iya semua orang pasti punya mimpi mau kerja jadi apa, kalo saya dulu iya

pengen kerja dikota mbak, jadi orang kantoran tapi karena saya pikir lulusan

SMP itu bisa kerja apa selain jadi buruh pabrik atau buruh tani seperti saya

sekarang ini.”

Page 103: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

103 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Pak Edip pun berharap bahwa kelak anak-anaknya dapat menjadi orang

yang berguna bagi orang banyak dan dapat membanggakan keluarga. Pak Edip

berjuang mati-matian dalam mencari nafkah agar anaknya kelak akan menjadi

orang yang berguna. Tetapi dalam kondisi pekerjaan yang dikerjakan oleh Pak

Edip sangat menguras tenaga,dia harus mengerjakan lahan pertanian orang

lain,dia hanya memperoleh upah yang sedikit, tidak adanya jaminan kesehatan

dari pemilik lahan.

Lalu beliau menceritakan tentang organisasi buruh tani. Di situlah beliau

di ajari menanam, mengolang pertanian dengan baik. Disana juga tempat curhat

jikalau ada masalah dalam pertaniannya. Berikut adalah kutipannya :

“iya diajari,menanam dan mengolah pertanian dengan baik biar gak rugi”

Dari kegiatan organisasi itulah pak Edip mendapatkan ilmu bertani yang

benar,dan dengan mengikuti organisasi itulah pak Edip mendapatkan solusi dari

segala pertanyaan yang menjadi pertanyaan pak Edip dan dengan mengikuti

organisasi itu pak Edip dan warga-warga lain menjadi akrab dan silahturahminya

sangat terjaga antara satu dengan yang lain,bisa saling tukar pendapat dan

pikiran,sama-sama bisa mencari solusi bersama,bisa juga menimbulkan

kebersamaan yang kuat di desa Mayang tersebut. Oleh karena itu,saat saya

berkunjung ke desa Mayang saya merasakan keadaan yang harmonis,mereka

saling mengenal satu sama lain,tak mengenal apapun pekerjaan disekeliling

mereka,mereka saling tegur sapa. Dengan begitu kehidupan di desa Mayang terasa

harmonis,tentram,aman dan damai.

Page 104: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

104 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Dari ke empat informan kami dapat di simpulkan bahwa secara umum

mereka menjelaskan bahwa kehidupan menjadi seorang buruh tani sebenarnya

tidak mereka inginkan, mereka bekerja sebagai buruh tani tersebut karena keadaan

yang memaksa mereka harus memilih bekerja sebagai buruh tani. Hal tersebut

diakibatkan karena pendidikan mereka yang rendah (bahkan tidak bersekolah

sama sekali) dan mereka merasa dengan pendidikan yang rendah tersebut mereka

tidak bisa bekerja di sektor lain termasuk di sektor perkantoran (pagawai) yang

selama ini mereka idam idamkan. Namun, salah satu informan kami mengatakan

bahwa beliau suka bekerja sebagai buruh tani karena beliau sudah di didik oleh

orang tua mereka untuk bagaimana menjadi petani. Beliau juga menuturkan, jika

saya bekerja di sektor formal/perkantoran. Dia tidak akan merasa senang. Dia

merasakan senang jika menjadi petani, walau pun itu buruh tani.

IV.2. Bentuk Eksploitasi dari Majikan Terhadap Buruh Tani

Pada sub bab ini dijelaskan tentang analisis hasil penelitian yang di

dapatkan dari penelitian yang dilakukan di desa Mayang tentang hubungan kerja

buruh tani tembakau dengan majikannya. Di desa Mayang kabupaten Jember yang

menjadi tempat penelitian kami ini, banyak masyarakat atau mayoritas masyarakat

bekerja sebagai petani dan buruh tani, sudah di jelaskan di atas tentang bagaimana

buruh tani dan petani di daerah tersebut. Di desa ini ketika baru masuk akan di

sambut dengan hamparan lahan pertanian yang luas, berderet – deret menghiasi

pinggiran jalan menuju desa Mayang. Dari sini dapat diketahui bahwa di desa

tersebut mayoritas pekerjaan masyarakatnya adalah petani dan buruh tani.

Page 105: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

105 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Bekerja menjadi petani seringkali dipandang sebelah mata oleh sebagian

besar masyarakat. Padahal, dengan adanya petani kita menjadi diuntungkan

karena dapat memenuhi makanan pokok sehari-hari kita yang berupa beras. Sektor

pertanianpun seringkali diabaikan oleh pemerintah. Maka, tak heran jika taraf

kesejahteraan petani hingga saat ini masih mengkhawatirkan terutama pada buruh

tani. Buruh tani serasa tak mengalami peningkatan taraf ekonomi meskipun

mereka telah terjun selama berpuluh-puluh tahu lamanya dalam sektor pertanian.

Mengapa bisa demikian? Itu terjadi karena posisi buruh tani sangatlah lemah di

hadapan majikannya. Sehingga ia tak mempunyai bargaining position yang kuat

terhadap hak-hak apa saja yang harus diperjuangkannya. Dalam hubungannya

dengan majikan, para buruh tani seringkali nrimo ing pandum atau menurut

dengan majikan tanpa adanya perlawanan. Hubungan yang demikian sejatinya

dapat dikatakan dengan eksploitasi dan perlu kita lihat lebih dalam lagi bagaimana

bentuk-bentuk eksploitasi yang dilakukan oleh majikan terhadap buruh tani.

Dalam sehari para buruh tani bekerja mulai pukul tujuh pagi hingga pukul

dua belas. Jika masih ada yang harus diselesaikan maka harus kembali lagi

bekerja setelah Dhuhur atau berkisar pukul satu siang hingga menjelang Ashar

atau sekitar pukul tiga sore. Jam kerja yang demikian menjadikan buruh tani

memiliki penghasilan yang sekarang hanya berkisar antara dua puluh ribu rupiah

hingga tiga puluh lima ribu rupiah membuatnya harus pandai-pandai menghemat

pengeluaran. Tak jarang mereka sekeluarga harus menahan diri untuk tidak

membeli sesuatu yang dinginkan seperti menahan untuk membeli pakaian yang

dinginkan, atau semacam peralatan rumah tangga yang dinginkan. Mengurangi

jatah makan sehari-hari dan menggantikan makanan pokok dengan makanan

Page 106: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

106 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

seadanya sudah biasa dilakukan oleh keluarga . Sungguh ironi apa yang terjadi

dalam kehidupan buruh tani. Mereka menanam tembakau tapi tak dapat

menikmati hasil dari apa yang ditanamnya. Mereka menanam padi tapi mereka

harus bersusah payah memperoleh makanan pokok. Tak jarang pula buruh tani

dan keluarganya harus makan seadanya bergantung pada seberapa besar uang

yang ada pada hari itu. kendati istri dan anaknya telah bekerja, hal itu tak

membuat kondisi perekonomian keluarga kunjung membaik. Istrinya yang

terkadang membantu sebagai buruh petani apabila dibutuhkan menjadikan

penghasilan yang didapat tak bisa diandalkan. Begitupula dengan anak dari salah

satu buruh tani yang bekerja sebagai kuli bangunan. Apabila tak ada yang sedang

membangun rumah dsb maka anak dari tersebut terpaksa menganggur di rumah.

Sistem kerja yang dilakukan Buruh tani dimulai dari menanam, merawat,

hingga memanen dari apa yang telah ditanamnya. Sementara peralatan mulai dari

benih, pupuk, traktor dan peralatan pertanian lainnya telah disediakan oleh

pemiliki lahan -dalam hal ini majikan- yang mempekerjakannya. Sangat terlihat

sekali kesenjangan dalam hal penghasilan yang diperoleh antara buruh tani dan

petani pemiliki. Buruh tani yang bekerja setiap hari mencucurkan keringat hingga

jam kerja mereka terkadang melebihi jam kerja buruh pabrik atau pekerja lainnya

tapi memperoleh penghasilan yang sedikit sehingga tak bisa mendongkrak

perekonomian mereka dan terperangkap dalam kemiskinan, sementara para petani

pemilik hanya menyediakan lahan dan biasanya disebut “ongkang-ongkang kaki”

tapi menerima penghasilan yang banyak. Dalam sistem upah yang lain adalah

ketika panen biasanya hasil panen tersebut dibagikan beberapa kilo kepada buruh

Page 107: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

107 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

tani yang bekerja bergantung pada majikannya. Namun, ketika gagal panen,

buruhpun tak mendapatkan pembagian hasil dari panen tersebut.

Berdasarkan data yang kami peroleh dari hasil wawancara dengan

beberapa buruh tani yang ada di Desa Mayang, dapat diketahui bahwasanya

matapencaharian di bidang pertanian merupakan jenis matapencaharian yang

paling utama bahkan mayoritas, metapencaharian buruh tani di Desa mayang

sudah menjadi suatu budaya yang turun temurun artinya, dalam satu keluarga

mulai dari kakek sampai cucu laki-lakinya juga bekerja pada bidang yang sama

sebagai buruh petani. Kehidupan buruh tani di Desa Mayang sangatlah jauh dari

hidup yang layak, dapat dikatakan kehidupan buruh tani serba mengalami

kekurangan dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Sehingga dapat dikatakan

buruh tani merupakan mata pencaharian yang erat kaitannya dengan kehidupan

kemiskinan, yang jauh dari kehidupan standar kelayakan. Baik itu Standar

kelayakan menurut Sajogyo terdapat tiga ukuran garis kemiskinan yaitu miskin,

sangat miskin dan melarat yang diukur berdasarkan konsumsi per kapita per tahun

setara beras sebanyak 480 kg, 360 kg dan 270 kg untuk daerah perkotaan dan 320

kg, 240 kg dan 180 kg untuk daerah pedesaan (Arndt, Pembangunan dan

Pemerataan, hal 58, 1987), maupun standar kelayakan dari BPS yang lebih

melihat dari sisi pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach) yaitu

besarnya rupiah yang dibutuhkan untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar

minimum makanan dan non makanan atau lebih dikenal dengan garis kemiskinan

makanan dan non makanan. pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach)

yaitu besarnya rupiah yang dibutuhkan untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar

Page 108: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

108 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

minimum makanan dan non makanan atau lebih dikenal dengan garis kemiskinan

makanan dan non makanan.

Penghasilan dari pekerjaan sebagai buruh tani jauh dari penghasilan

standar atau UMR (Upah Minimum Regional) Kota Malang, ‟tidak tentu‟ itulah

kata yang dilontarkan oleh hampir semua buruh tani jika ditanyai masalah besar

penghasilan yang diperolehnya, ketidakpastian besar penghasilan yang diperoleh

buruh tani membuat kehidupan buruh tani menjadi serba kekurangan dalam

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang serba mahal. Posisi buruh tani hanya

menempati posisi bawah, posisi yang berada dibawah kekuasaan para majikan

tempatnya bekerja, posisi tersebutlah yang membuat ketidakberdayaan buruh tani

untuk melakukan protes terhadap majikan atas besarnya gajih yang diperolehnya.

Ketidakjelasan besar penghasilan yang diperoleh buruh tani, salah satu alasan

itulah yang menyebabkan jarang ditemuinya orang tua sekarang yang bekerja

sebagai buruh tani mengharapkan anaknya untuk bekerja sama seperti

pekerjaannya sebagai buruh tani. Akan tetapi di Desa Mayang karena sudah

menjadi kebudayaan yang turun temurun dari bapak ke anaknya, seorang bapak

yang bekerja sebagai buruh tani maka anaknya didapatkan juga bekerja sebagai

buruh tani, bukan dikarenakan karena orang tua menginginkan anaknya bekerja

yang sama menjadi buruh tani atau kemauan si anak untuk bekerja sebagai buruh

tani akan tetapi memang strukturlah yang menyebabkan bekerja sebagai buruh

tani, bentang alam Desa Mayang, Kecamatan Mayang, Kabupaten Jember yang

mayoritas bentangan lahan pertanian yang sangat luat, sangat minimal sekali

Keadaan kemiskinanlah yang menjadi salah satu alasan utama masyarakat

Desa Mayang untuk memilih menjalani pekerjaan sebagai buruh, tidak adanya

Page 109: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

109 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

pilihan lain selain bekerja di sektor pertanian sebagai buruh tani, minimnya

fasilitas pendidikan di Desa Mayang juga akan berpengaruh terhadap rendahnya

kualitas sumber daya manusia, selain itu juga masalah permodalan, buruh tani

tidak memeiliki modal untuk membuka usaha sendiri, tidak memiliki tanah sendiri

menyebabkan buruh tani harus tunduk dan patuh terhadap semua kesepakatan

kontrak kerja yang diperlakukan oleh majikannya, buruh tani dalam masalah

kontrak pekerjaan tidak memiliki kekuasaan atau tidak memiliki proporsi dalam

mengutarakan pendapatnya dalam kontrak pekerjaan yang dibuat majikannya.

Buruh tani harus menerimanya apapun itu yang ditentukan majikannya, walaupun

kontrak kerja tersebut memberatkan buruh tani itu sendiri. Dari isi kontrak kerja

antara buruh tani dan majikannya berdasarkan hasil wawancara kami dengan

beberapa buruh tani itu hampir sama antara kesepakatannya. Kesepakatan kerja

tersebut kurang lebih isinya tentang: (1) menyangkut permodalan. semua modal

mulai dari tanah, bebarapa jenis tanaman yang nantiya disemaikan di lahan (baik

itu tanaman tembakau, padi ataupun jenis tanaman yag lainya), bahkan semua

biaya-biaya yang brekaitan dengan permodalan semuanya majikan yang

menanggungnya, disini buruh tani disuruh untuk merawatnya mulai dari tanaman

yang masih berupa benih yang mau ditanam sampai tanaman tersebut siap untu

dipanen, (2) menyangkut lamanya jam kerja setiap harinya yang menentukan

adalah majikannya, jam kerja buruh tani di Desa Mayang ada yang bekerja mulai

jam 6 (enam) sampai jam 10 (sepuluh), dan ada yang bekerja mulai dari jam 7

(tujuh) sampai jam 12 (dua belas), seminggu penuh mulai dari hari senin sampai

minggu tidak dikenal hari libur, jadi buruh tani Di Desa Mayang hanya bisa libur

jika dalam keadaan sakit dan keadaan lain yang membuat dia harus izin dari

Page 110: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

110 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

pekerjaannya, jika buruh tani izin tidak masuk kerja maka secara pasti akan

berdampak kepada besar penghasilan yang diperolehnya nanti, penghasilannya

akan dipotong oleh majikannya sebesar penghasilan dia ketika masuk kerja.

Bahkan ada juga buruh tani walapun itu masuk kerja, walaupun dia datang ke

lahan garapan, akan tetapi dia tidak melakukan pekerjaan sama sekali di lahan dan

diketahui oleh majikannya, maka buruh tani tersebut tidak akan digaji oleh

majikannya, (3) menyangkut besarnya penghasilan, besarnya penghasilan yang

diperoleh buruh tani itu merupakan ketentuan dari majikaannya, buruh tani tidak

berhak untuk menawar besar penghasilan yang ditenukaan majikannya, sehari

mayoritas penghasilan yang diperoleh buruh tani di Desa Mayang ini rata-rata

sebesar Rp 25.000,00. Apabila terdapat gagal panen karena serangan hama baik

itu berupa walang sangit, tikus, olah tumbuk, pirus, dsb, maka secara pasti akan

berdampak kepada besarnya penghasilan buruh tani sehingga besarnya

penghasilan yang diperoleh kurang dari Rp. 25.000,00. Majikan tidak mau tau

kerugian yang ditanggungnya dari serangan hama tersebut yang berupa walang

sangit, tikus, olah tumbuk, pirus, dsb. Majikan melimpahkan bahwa kerugian

gagal panen itu kerena akibat kesalahan buruh taninya yang tidak bisa merawat

tanaman di lahan milik majikannya dengan baik, maka dengan keadaan

ketidakberdayaan buruh tani membuat dirinya hanya bisa menerima saja apabila

penghasilannya dipotong majikan karena gagal panen. Sebaliknya jika hasil

panennya bagus dan melimpah ruah, lebih besar dari yang biasanya, disini

majikanlah yang hanya bisa merasakaan keuntungan dari hasil panen yang

berlimpah, walaupun dalam hasil panen yang berhasil dan melimpah tidaklah

berdampak pada besarnya penghasilan yang diterima buruh tani, artinya

Page 111: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

111 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

penghasilan yang diterimanya tetap sebesar Rp. 25.000,00 dan tidak memperoleh

tambahan atau dapat dikatakan bonus. Jangankan menambah tambahan

penghasilan, sekecilpun buruh tani tidak menerima tanaman dari hasil panennya.

Ketimpangan yang dialami oleh majikan dan buruh tani di Desa Mayang

sangatlah terlihat mencolok, buruh tani tidak mampu memberontak bahkan

memprotes karena disini yang berkuasa penuh adalah majikan. Jika sedikitpun

buruh tani melakukan protes atas kesepakatan kerja yang dibuat majikan maka

majikan tidak segan-segan untuk memberhentikan ikatan kerja dengan buruh tani

tersebut alias ‟memecatnya‟. Majikannya sangat mudah untuk memecat jika buruh

taninya tidak tunduk pada aturan yang dibuatnya, hal ini karena majikan

beranggapan bahwa masih banyak diluar sana orang yang siap menggantikan

posisi sebagai buruh tani, yang membutuhkan penghasilan dari pekerjaan sebagai

buruh tani. Berbeda halnuya dengan anggapan buruh tani, ia menganngap bahwa

walaupun penghasilan yang diperolehnya sedikit, serta tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya, akan tetapi buruh tani tersebut

masih matia-matian mempertahankan pekerjaannya sebagai buruh tani dan agar

tidak dipecat oleh majikannya, karena dia beranggapan dia merupakan salah satu

manusia yang masih beruntung karena masih bisa memperoleh pekerjaan

walaupun hanya pekerjaan sebagai buruh tani, masih banyak diluar sana yang

menganggur dan membutuhkan pekerjaan menjadi buruh tani. Serta alasan lain

buruh tani mempertahankan pekerjaannya karena memang tidak memiliki

keahlian lainselain buruh tani, disamping karena memang kebudayaan dari

keadaan geografis dari bentang alam Desa mayang yang mayoritas lahan

Page 112: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

112 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

pertanian, juga disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki

oleh buruh tani di Desa mayang.

Dari pemaparan data yang telah dijelaskan sebelumnya dapat dilihat

bahwasanya beberapa buruh tani yang telah menjadi narasumber hampir

semuanya mengutarakan kesengsaraan yang dialami di kehidupan sehari-hari

sebagai buruh tani. Kepasrahannya dan ketidakberdayaan dirinya dalam menjalani

kehidupan sebagai buruh tan, memang bukan suatu keinginan dari para buruh tani

itu sendiri, semua manusia yang hidup di dunia tidaklah satupun yang

menginginkan untuk hidup dengan serba kesengsaraan dan kekuraangan di segala

hal, keterpaksaaan dari suatu keadaanlah yang menyebabkan sebagaian manusia

yang hidup di dunia termasuk buruh tani harus terpaksa mengalami hidup di serba

kesengsaraan dan kekurangan. Kesengsaraan dan kekurangan yang dialami buruh

tani yang ada di Desa Mayang berawal dari kekurangan di sektor perekonomian

keluarga, ketidakpastian dari penghasilan yang diperoleh buruh tani di Desa

Mayang berdampak pada munculnya kesengsaraan-kesengsaraan yang dialami

dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari kekurangan dalam memenuhi kebutuhan

makan sehari-hari dirinya dan keluarganya, rendahnya tingkat kesehatan yang

dimiliki buruh tani dan keluarnya, karena pekerjaan buruh tani merupakan

pekerjaan yang tergolong dalam sektor informal membuat buruh tani tidak

memperoleh jaminan kesehatan dari majikannya, sehingga jika buruh tani maupun

salah satu dari keluarga buruh tani mengalami sakit maka tidak ada orang pun

yang membantu mebiayai biaya sakitnya. Jika salah satu keluarganya sakit akan

menyebabkan keadaan kesengsaraan dan kemiskinan yang dilami buruh tani

semakin bertambah bahkan berlipat ganda, karena dari penghasilan yang sedikit

Page 113: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

113 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

tersebut jika salah satu keluarganya sakit maka penghasilan tersebut dialihkan

untuk mebiayai biaya berobat anggotanya yang sedang sakit. Jangankan diberi

jaminan kesehatan dari majikannya, dijenguk ketika sedang sakit pun jarang

bahkan tidak pernah dilakukan majikannya, malahan gajinya dipotong karena

buruh tani tersebut tidak masuk kerja.

Selain itu yang lebih parah lagi ada salah satu buruh tani di Desa mayang

yang mengatakan bahwasanaya tidak hanya penghasilan yang sidikit saja yang

diterima bahkan gajinya itu pernah dihutang oleh majikannya sendiri, sehingga

pada saat jatuh tempo menerima gaji buruh tani ini tidaklah menerima

penghasilan yang seharusnya diterima pada hari tersebut.. Sehingga pada hari

tersebut terpaksa keluarga petani ini tidak makan, karena mau meminjam itu

meminjam kepadasiapa, sedangkan sesama tetangganya saja juga mengalami

kesengsaraan akibat bekerjanya hanya sebagai buruh tani. Jika disuruh memilih

dan juka ada pilihan selain menjadi buruh tani, para buruh tani di Desa Mayang

pasti berpindah profesi dan meninggalkan pekerjaan sebagai buruh tani, karena

sebenarnya semua oreng yang bekerja sebagai buruh tani di dalam hatinya yang

paling dalam mereka tidak menginkan untuk bekerja sebagai buruh tani. Karena

posisi buruh tani merupakan posisi yang rendah, posisi yang tidak berdaya, posisi

yang dekat dengan kemiskinan, bahkan posisi yang membuat dirinya sendiri dan

keluarga sulit untuk keluar dari kekangan kemiskinan yang selalu dialaminya

sehari-hari. Jika musim panas para buruh tani bekerja di bawah panasnya terik

matahari, sedangkan pada musin penghujan buruh tani tetap bekerja dengan

hujan-hujan. Bekal untuk makanpun para buruh tani di Desa Mayanag tidak

Page 114: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

114 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

mendapatkan persediaan dari majikannya, melainkan membawa bekalnya dari

rumahnya sendiri.

Perlakuan sewenang-wenang yang dilakukan oleh majikan harus tetap

dialami oleh buruh tani setiap harinya, hanya demi keluarga, istri dan anak-

anaknya di rumahlah yang menjadi semangat buruh tani untuk berjuang bekerja

sebagai buruh tani. Tanpa semangat dari keluarga para buruh tani tersebut tidak

akan sanggup untuk bekerja sebagai buruh tani yang sangatlah berat, pekerjaan

yang dikerjaan sangatlah berat jika dibandingkan dengan penghasilan yang

sedemikian sedikit. Jelas tidaklah cukup jika buruh tani di Desa Mayang hanya

menggantungkan kehidupannya dari penghasilan yang dieroleh sebagai buruh

tani, beberapa buruh tani mencari penghasilan tambahan di luar dari jam kerjanya

sebagai buruh tani, pada waktu pagi sekitar jam 6 (enam) sampai jam 11 (sebelas)

siang para buruh tani bekerja menggarap lahan milik majikannya, setelah pukul 11

(sebelas) atau puul 12 (dua belas) buruh tani mencari pekerjaan seadanya, yang

penting pekerjaan tersebut dapat menambah penghasilannya, kebanyakan

beberapa buruh tani di Desa mayang diluar jam kerjanya sebagai buruh tani,

mereka mencari kayu untuk dijadikan sebagai usuk rumah, dalam pembuatan usuk

rumah in buruh tani tidak bisa membuat dan menjualnya dalam waktu satu hari,

dalam mebuat usuk perlu beberapa hari untuk menyelesaikan beberapa usuk, jika

usuknya jadi dan laku untuk diijual, maka buruh tani bisa sedikit lega dan

tersenyum karena satu usuk itu dijual sebesar Rp 25.000,00. Jika usuknya ini tidak

laku-laku terjual maka dengan erpaksa para buruh tani harus banting tulang untuk

mencari pekerjaan tambahan guna memperoleh tambahan penghasilannya, semua

tawaran pekerjaan yang ditawarkan orang lain kepadanya, pasti diterimanya

Page 115: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

115 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

asalkan pada saat tersebut tidak berbenturan dengan waktu bekerjanya di lahan

dan pada waktu dimana buruh tani tidak sibuk dengan pekerjaan lain yang lebih

penting.

Berbagai kendala-kendala yang dialami oleh para buruh tani dan para

petani miskin akan membuat mereka sedikit mengalami kesulitan dalam

pemenuhan kebutuhannya , baik kebutuhan untuk bertani maupun kebutuhan

sehari-harinya. Dengan keterbatasan tersebut terkadang para petani dan buruh tani

malah kebutuhannya sendiri tidak tercukupi. Dengan modal yang tidak sedikit

bagi mereka untuk mengurus, merawat, dan memelihara tanaman – tanaman yang

mereka tanam tidak di imbangi dengan hasil yang memuaskan. Resiko gagal

panen yang marak tersebut membuat petani kehilangan apa yang mereka

rencanakan, harapkan, dan impikan. Terlebih lagi ketika panen tiba harga jual

hasil panen yang tidak serupa dengan apa yang diharapkan dan tidak sesuai

dengan tenaga yang mereka keluarkan. Fenomena seperti ini sudah tidak dapat di

pungkiri lagi dalam kehidupan pekerja di sektor pertanian di Indonesia ini.

Karena hal – hal tersebut membuat petani harus lebih lagi dalam berusaha

sedemikian rupa untuk sebisa mungkin tidak mengalami gagal panen. Dengan di

bantu yang namanya buruh tani pekerjaan tersebut setidaknya para pemilik tanah,

atau petani penggarap tidak begitu keberatan dalam mewujudkan hal tersebut.

Walaupun terkadang kenyataannya hasil panen masih belum bisa seperti yang

mereka harapkan. Dalam kasus ini nantinya akan menimbulkan pemberdayaan

tenaga kerja para buruh tani yang terkadang secara berlebihan. Seorang buruh tani

biasanya memilih pekerjaan karena beralasan bahwa tidak ada pekerjaan lain,

bisanya hanya bertani, karena sudah sejak kecil di ajari bertani, atau karena

Page 116: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

116 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

terpaksa. Dengan alasan tersebut mereka dalam konteks ini seperti terpaksa

bekerja di bidang pertanian dari pada mereka tidak bekerja. Tenaga para buruh

tani menjadi tumpuan para pemilik tanah atau majikan. Sehingga dalam hal ini

akan terjadi apa yang namanya eksploitasi. Eksploitasi yang terjadi pada buruh

tani ini terjadi dengan halus, tidak terasa oleh para buruh dan mereka tidak sadar

kalau pada kenyataannya mereka tereksploitasi. Karena menganggap sudah umum

dan biasa yang terjadi seperti itu dikalangan masyarakat maka semua itu tidak

akan menganggap bahwa mereka tereksploitasi.

Tetapi ketika dikaitkan dengan teori Karl Max bahwa mereka dianggap

tereksploitasi, yaitu ketika mereka bekerja dengan tambahan waktu sedangkan

mereka tanpa mendapatkan upah tambahan dari majikannya. Ketereksploitasian

para buruh tani tembakau tersebut terkadang kedua – duanya tidak menyadari hal

tersebut, majikan tidak meresa mengeksploitasi dan buruh tani tidak merasa

tereksploitasi. Dalam hal ini terjadi sebenarnya bisa di kategorikan sebagai bentuk

ekspolitasi. Menurut karl max orang yang mempunyai modal akan berpeluang

untuk melakukan eksploitasi kepada bawahannya walaupun terkadang tidak

dirasakan. Dan orang yang ada di bawah seperti buruh tani tersebut yang

menggantungkan hidupnya kepada pemiliki modal akan terpaksa bekerja

walaupun terkadang mereka tereksploitasi tetapi mereka tetap melaksanakan

pekerjaan itu dengan penuh lapang dada. Sifat fatalism biasa menghampiri pada

diri buruh tani ini. Karl Max berpendapat bahwa eksploitasi yang terpadi pada

buruh pada hal ini adalah buruh tani paksaan jarang berupa paksaan terang-

terangan akan tetapi malah berupa kebutuhan pekerja itu sendiri, yang kini dapat

dipenuhi dengan kerja upahan. . Marx percaya bahwa buruh harus taat dan

Page 117: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

117 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

mematuhi syarat-syarat yang dibuat oleh para kaum kapitalis yang ditawarkan

kepada mereka. Hal tersebut yang terlihat pada penelitian kami di desa Mayang

kabupaten Jember pada sektor pertanian terutama tembakau. Eksploitasi yang

terjadi atau terlihat pada buruh tani di desa Mayang adalah pengupahan buruh tani

yang tidak sesuai harapan pra buruh tani dengan tenaga yang telah di keluarkan,

penambahan jam kerja yang tidak di imbangi dengan penambahan upah, jaminan

kesehatan yang rendah dan lain – lain. Dalam hal kesehatan buruh tani tersebut

majikan tidak punya urusan karena majikan hubungannya Cuma memberi upah

saja. Selain itu urusan tentang buruh tani sudah urusannya sendiri. Jika sakit buruh

tani mengeluarkan uang sendiri untuk berobat, walaupun hasil pas – pasan

kesehatan juga harus di jaga. Tidak sedikit para buruh tani ketika sakit hanya

mencegahnya dengan obat – obat toko atau mengobatinya dengan obat – obatan

tradisional. Karena jika harus ke dokter biaya yang di keluarkan akan bertambah

banyak. Belum lagi ketika panen melimpah jarang para majikan memberikan

bonus kepada para buruh tani sebagai jasanya. Dari pemikiran Marx, kaum buruh

sangatlah di pahami dalam menjaga keuntungan kapitalis, artinya bahwa

pemanfaatan tenaga kerja buruh akan membantu dan menguntungkan kaum

kapitalis. Karena sesungguhnya seorangburuh tersebut menjadi obyek untuk di

eksploitasi, di perdayagunakan dan di perlakukan tidak adil oleh kaum kapitalis

seperti upah yang rendah, jam kerja yang panjang, sehingga hak – hak para buruh

terampas. Hal ini terjadi karena lemahnya kaum buruh untuk memberontak kaum

kapital karena mereka menggantungkan hidupnya kepada kaum kapital. Kalau

mereka tidak tunduk dan patuh kepada kaum kapital, kelangsungan hidup kaum

buruh akan terganggu. Itu pendapat Max tentang buruh secara umum, dalam hal

Page 118: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

118 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

ini tidak jauh beda dengan buruh tani yang ada. Buruh tani berfikir yang penting

diamendapatkan penghasilan walaupun terkadang sulit untuk mencukupi

kebutuhan sehari – harinya. Kebutuhan sehari – hari dengan kebutuhan pokok

yang meningkat, membuat para buru tani juga harus berusaha untuk

memenuhinya.

Hal tersebut terlihat jelas stratifikasi antara buruh tani dan majikannya di

dalam masyarakat desa Mayang. Majikan memiliki stratifikasi lebih tinggi karena

mereka memiliki modal dan terkadang di segani dalam masyarakat. Sedangkan

buruh tani memiliki stratifikasi lebih rendah karena mereka tidak punya modal

yang dimiliki. Stratifikasi Sosial secara umum memiliki arti perbedaan

masyarakat atas lapisan-lapisan (kelas-kelas secara bertingkat), yang mana kelas

tersebut dapat terbentuk karena tergantung sedikit banyaknya jumlah sesuatu yang

dihargai oleh masyarakat. Misalnya, Jika masyarakat lebih menghargai materi,

maka kelas yang paling tinggi adalah orang-orang yang dapat mengumpulkan

materi sebanyak mungkin, sedangkan mereka yang sedikit atau tidak memiliki

materi apa-apa berada pada kelas paling bawah. Di desa Mayang tersebut

kepemilikan tanah yang dianggap berharga, ketika seseorang memiliki tanah yang

dimaksud adalah ladang luas maka dia yang memiliki stata atas yaitu pemilik

tanah dan majikan yang bisa mempekerjakan orang. Sedangkan mereka yang

tidak punya tanah menempati strata di bawah yaitu buruh tani yang

menggantungkan hidupnya pada majikan atau pemilik tanah.

Sehubungan dengan status sosial dan ekonomi penduduk di Desa Mayang,

mayoritas penduduknya memang menekuni sektor pertanian dan perkebunan. Dari

pertanian dan perkebunan ini nampaknya stratifikasi sosial dapat kita soroti.

Page 119: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

119 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Stratifikasi yang terjadi pada hubungan kerja yaitu terbagi menjadi dua yaitu

majikan atau petani pemilik dan buruh tani. Kedua kelas ini yang pasti memiliki

kepentingan dan kebutuhan masing-masing. Pada buruh tani di Desa Mayang ini

segala kepentingannya yaitu memenuhi kebutuhan pokok keluarganya. Seperti

yang dikatakan oleh informan pak Sunarto; “Satu keluarga tedapat lima orang

yang tinggal disini yaitu saya, istri yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan

anak saya ada tiga, perempuan semua. Yang dua sudah menikah ikut suaminya

diluar kota dan yang paling kecil masih kelas dua Sekolah Dasar.Anak yang

paling kecil ini suka sekali jajan mbak. Selalu minta uang kepada saya terkadang

istri saya pada saat saya bekerja lembur, setiap hari mau berangkat sekolah dan

setelah pulang sekolah. Dan setiap sore hari anak yang paling kecil ini selalu

minta jajan seperti ice cream, susu, roti dan sebagainya.”

Namun di sisi lain kebutuhan yang harus terpenuhi ini oleh para buruh tani

tembakau di rasa sulit atau susah untuk di penuhi. Hal ini dikarenakan upah kerja

yang diterima minim dan masih jauh dari terpenuhinya kebutuhan keluaga. Maka

tidak heran jika para buruh tani di dusun ini lebih memprioritaskan kebutuhan

pokok yang harus terpenuhi adalah kebutuhan makan. Bisa makan untuk hari ini

saja, merupakan sesuatu yang sangat berharga dan patut di syukuri. Sehingga

mereka banyak yang tidak terlalu melihat pada kebutuhan lainnya seperti

terpenuhinya kebutuhan sandang.

Pemberian upah yang minim yang dirasa sangat kurang oleh buruh tani

dan tidak sesuai dengan kinerja mereka. Buruh tani merasa kurang dengan upah

yang diberikan. Kebutuhan hidup keluarga masih jauh dari terpenuhinya

kebutuhan tersebut. Keuntungan semua dinikmati oleh majikan mereka. Setiap

Page 120: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

120 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

kali lembur buruh tani tidak mendapatkan bonus atas kinerjanya tersebut. Seperti

yang pada dialog indept interview berikut; “ya upahnya tiap hari mbak. Perhari

itu ya kadang 20.000 kadang juga 25.000. kalau dapat upahnya itu tiap panen ya

gak nyukupi mbak. Iya kalau hasil panennya bagus, kalau tidak itu yang

menyusahkan kita sebagai buruh tani.”

Selain itu bantuan berupa jaminan kesehatan atau sekedar bantuan dalam

berobat pun dari majikan tidak ada. Bahkan majikan pun tidak memberikan

kebutuhan minum atau jajanan saat para buruh tani ini bekerja di ladang. Seperti

yang di ungkapkan oleh informan berikut; “Pak taufik itu sosok yang jahat, kalau

memberi upah itu tidak setiap hari mbak. Meskipun melihat saya ada di lahan ya

di biarkan saja, jangankan ngasih upah bisa tiap hari, ngasih makanan atau air

minum saja tidak pernah. Walaupun saya sakit ya nggak dijenguk. Di kasih uang

untuk membeli obat saja tidak. Selain itu kalau hari raya nggak dikasih apa-apa

ya hitung-hitung buat THRan.”

Di samping itu ketika panen, maka keuntungan dari hasil panen hanya akan

dinikmati oleh majikan saja. Sedangkan buruh tani hanya mendapat upah dari

kerja sehari harinya tersebut. Tidaka ada bonus bagi para buruh tani ini. hal ini

tercantum dari hasil indept interview berikut; “ya nggak pernah. Kalaupun

mereka dapat panen melimpah ya mereka tak akan memberikan bonus pada

buruhnya mbak, kan upah yang diberikan saja sudah tiap hari.”

Katidak adanya bonus ini juga terlihat pada percakapan berikut, dari pihak

majikan atau petani pemilik; “tapi ya gitu upah buruh tani kan jadi berkurang

mas, kalaupanen bagus biasanya 30 ribu per hari, lha kalau jelek ya paleng dapet

20 sampek 25 ribu mas sehari”

Page 121: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

121 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Kerugian atau tidak sesuainya antara tenaga kerja yang dikeluarkan dengan upah

kerja rupanya tidak hanya pada upah yang diberikan oleh majikan, akan tetapi

waktu buruh tani untuk berkumpul bersama keluarga banyak tersita oleh

pekerjaan mereka. Sepeti yang terlihat pada percakapan berikut; “Tapi kerugian

yang saya alami ya.. gak bisa kumpul sama anak istri saya mbak. Bisanya Cuma

waktu malem hari saja. Terkadang itupun anak saya sudah tidur mbak. “

Dari beberpa bentuk eksploitasi tersebut menyiratkan beberpa gejala yang

menunjukkan adanya kelas sosial di antara mereka. Kelas tersebut yaitu kelas

Majikan atau petani pemilik dan buruh tani. Hubungan kerja keduanya berjalan

secara tidak seimbang. Artinya dalam era kapitaslime seperti saat ini, majikan

banyak melakukan eksploitasi terhadap para buruhnya. Eksploitasi tersebut

diwujudkan dengan adanya penyerapan tenaga kerja yang maksimal dan

mengeruk keuntungan sebesar-besarnya serta menikmatinya secara pribadi.

Sedangkan buruh harus bekerja keras namun mendapatkan upah yang tidak

seimbang dengan kinerjanya itu. Hal ini mengakibatkan para buruh tani ini

keteteran dalam memenuhi kebutuhan hidup khususnya kebutuhan makan sehari-

hari dan biaya sekolah anak. Ini dikarenakan antar kelas tersebut memiliki

kepentingan masing-masing. Majikan yang menuntut untuk mendapat keuntungan

sebesar-besarnya, sedangkan para buruh membutuhkan pekerjaan untuk

menyambung hidup meskipun upah yang diberikan cukup minim atau tidak

seimbang dengan kinerjanya.

Page 122: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

122 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

IV. 3. Konstruksi Sosial Buruh Tani Terhadap Eksploitasi yang Dilakukan

Oleh Majikan

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai konstruksi sosial buruh tani

terhadap eksploitasi dari Pengusaha Tembakau di Desa mayang kab. Jember.

Penjelasan ini diperolah dari hasil wawancara baik kepada informan subyek yaitu

para buruh tani, informan non subyek yaitu orang-orang yang mengetahui

berbagai hal mengenai buruh tani seperti tetangga dan juga saudara, dan juga

kepada informan kunci yaitu mereka yang mengetahui banyak hal terkait kegiatan

pertanian baik kegiatan pertanian yang dilakukan oleh buruh tani maupun pemilik

lahan, dalam hal ini yang kami jadikan sebagai informan kunci yaitu ketua

kelompok tani, dan perangkat desa di Desa Mayang.

Dari berbagai bentuk eksploitasi yang dilakukan oleh para pemilik lahan

pertanian terhadap para buruh tani yang telah dijelaskan diatas, seperti sistem

kerja kontrak bagi para buruh tani, gaji buruh tani yang hanya cukup untuk

memenuhi kebutuhan hidup satu hari saja padahal tidak setiap hari mereka bisa

bekerja, adat kebiasaan masyarakat di desa Mayang yang melarang para buruh

tani ikut bergabung di organisasi kelompok tani untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan terkait masalah pertanian, tidak adanya jaminan kesehatan bagi

buruh tani dari para majikannya padahal pendapatan buruh tani untuk memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari tersebut masih kesulitan, tidak adanya bonus (reward)

dari pemilik lahan pertanian kepada buruh tani jika hasil panennya melimpah

padahal hasil panen yang melimpah tersebut disisi lain karena pekerjaan buruh

tani yang bagus sehingga hasilnya pun bagus namun jika pekerjaan dari buruh tani

tersebut jelek dan tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh pemilik lahan

Page 123: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

123 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

pertanian, buruh tani tersebut akan dimarahi bahkan disuruh bekerja lagi

memperbaiki kesalahannya, kemudian jatah makan yang diberikan kepada buruh

tani hanya satu kali saja dalam sehari yaitu di pagi hari saja sementara untuk siang

hari selepas bekerja para buruh tani tersebut tidak diberikan jatah makan siang,

kemudian menu makan siang juga tergantung pemilik lahan pertanian yang

terkadang tidak disukai oleh para buruh tani. Sietem kerja yang ada di desa

Mayang selain sistem kerja kontrak juga dikenal dengan istilah sistem kerja

“Matun”, sistem kerja ini pada hakikatnya merupakan sebuah sistem kerja bagi

hasil dimana pembagian keuntungannya ditentukan oleh “kesepakatan” bersama

dari hasil musyawarah, namun kata “kesepakatan” di sini perlu digaris bawahi

sebab secara fomal merupakan sebuah kesepakatan akan tetapi masih sangat

mengeksploitasi para buruh tani. Hal tersebut diakibatkan karena para buruh tani

seakan tidak memiliki kewenangan untuk ikut andil dalam menentukan hasil

kesepakatan sehingga sistem bagi hasilnya sebagian besar yaitu dari hasil panen

satu perlima untuk buruh tani, sementara empat perlima untuk pemilik lahan

pentanian.

Dalam hal ini akan kita kupas satu persatu konstruksi sosial para buruh

tani terkait bentuk-bentuk eksploitasi yang telah dijelaskan diatas dan juga telah

diuraikan panjang lebar pada sub-bab sebelumnya. Pertama akan kita bahas

konstruksi sosial buruh tani dalam menyikapi bentuk eksploitasi sistem kerja

kontrak yang diterapkan di desa Mayang kepada para buruh tani. Para buruh tani

tersebut merasa bahwa sistem kerja kontrak merupakan suatu hal yang biasa dan

wajar sekali dilakukan. Hal tersebut dikarenakan pekerjaan disektor pertanian

memang tidak membutuhkan tenaga kerja setiap hari sebab hanya waktu-waktu

Page 124: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

124 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

tertentu saja yang lahan pertanian perlu diolah. Ketika masa menunggu, para

buruh tani tersebut mungkin hanya diperkerjakan untuk memperbaiki pematang

sawah, mencabuti rumput, menyemprot tanaman dengan pestisida, memupuk,

mengairi dan sebagainya yang itu pun juga tidak dilakukan setiap hari. Jadi

intinya buruh tani di desa Mayang menganggap bahwa sistem kerja kontrak

merupakan sistem kerja yang sudah sesuai dan wajar dilakukan walaupun

akibatnya mereka tidak bisa bekerja setiap hari dan otomatis juga tidak bisa

mendapatkan penghasilan setiap hari dari sektor pertanian, sehingga mereka harus

melakukan strategi survival agar tetap bisa bertahan hidup ketika mereka

menganggur terutama ketika masa menunggu. Ini adalah potongan hasil

wawancara yang kami lakukan kepada informan terkait penjelasan di atas.

1. Informan Subyek:

A: Terus kalau bapak tidak bisa bekerja setiap hari begitu bapak dapat

penghasilan dari mana?

B: Ya begini Mas, istri saya kan juga bekerja di pabrik cengkeh, ya.. itu

bisa menambah penghasilan bapak,

A: Owh begitu ya Pak, terus menurut bapak sistem pertanian yang berlaku

di sini, maksudnya gini pak, kan buruh tani di sini itu tidak bisa bekerja setiap

hari, itu menurut bapak adil gak? Kan akhirnya gak bisa dapat penghasilan

setiap hari?

B: Ya... mau gimana lagi Mas, kalau bekerja setiap hari, kalau gak ada

yang menyuruh bekerja ya tidak bisa, kan sawah itu tidak perlu digarap setiap

Page 125: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

125 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

hari, kalau tidak ada yang dikerjakan ya tidak disuruh bekerja Mas, memang

seperti ini

A: Owh,,, jadi itu sudah biasa ya Pak?

B: Iya, memang seperti itu Mas, sudah biasa itu

2. informan Non-Subyek

A: Jadi bekerjanya tidak setiap hari ya Bu,

B: Iya

A: Itu apa tidak merugikan buruh taninya ya Bu, kan kalau lagi tidak

bekerja buruh taninya itu tidak mendapatkan penghasilan?

B: Ya memang begitu Mas, kalau bekerja setiap hari gak bisa Mas di

sektor pertanian, kan memang di bekerjanya itu kalau pas ada yang di garap,

kalau gak ada ya masak harus bayar buruh.

A: O... gitu ya Buk

3. Informan Kunci

A: Jadi begitu ya Pak, kemudian kalau, itu kan namanya sistem kintrak,

apa gak merugikan buruh tani Pak?

B: Ya engak Mas, kalau bekerja setiap hari malah merugikan pemilih

lahannya, kan gak ada yang dikerjakan di sawah, kalau masa menunggu seperti

ini mungkin yang dikerjakan Cuma kalau ada gelengan yag rusak

A: Galengan itu apa Pak?

Page 126: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

126 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

B: Emmm... itu jalan di sekitar ladang, emmm... pematang sawah, iya,

pematang sawah, terus selain memeperbaiki pematang sawah juga memupuk,

mencabut rumput, menyemprot hama, mengairi kalau pas musim kemarau, ya

begi Mas

A: Terus pernah gak pak buruh tani di sini protes karena sistem kerja

kontark ini?

B: Ya.. tidak pernah Mas, memang begitu kan Mas sistem kerja pertanian

di sini, gak pernah ada yang protes, sudah biasa itu mas

Selanjutnya untuk pemberian upah yang hanya cukup untuk memenuhi

kebutuhan hidup keluarga buruh tani selama sehari, para buruh tani tersebut

mengangap bahwa hal itu merupakan suatu hal yang wajar, umum dilakukan, dan

memang seharusnya begitu. Mereka tidak memiliki keinginan sedikitpun untuk

menuntut kenaikan gaji karena pendapatan sebesar itu dirasa sudah “pas” dan

mereka merasa harus bersyukur mendapatkan upah sebesar itu. Meraka merasa

bahwa bekerja sebagai buruh tani memang layak mendapatkan gaji 20 ribu sampai

25 ribu setiap harinya karena menurut mereka kalau ingin mendapatkan gaji yang

besar harus mengganti pekerjaan bukan sebagai buruh tani melainkan bekerja

dikantoran. Jadi menurut mereka bekerja sebagai buruh tani yang memeng

merupakan masyarakat kelas bawang memang sudah layang mendapatkan upah

sebesar itu, mereka tidak mau menuntut lebih karena hal itu dirasa sudah layak

dan mereka harus bersyukur karena mereka takut mendapatkan dosa jika tidak

mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan. Walaupun sebenarnya belum

Page 127: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

127 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup namun mereka yakin Tuhan akan

memberikan rizki untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka yang tidak disangka-

sangka datangnya asalkan mau berusaha dan berdo‟a. Pernyataaan diatas di

dukung dari cuplikan hasil indepth interview yang kami lakukan kepada para

informan.

1. Informan Subyek

A: Bapak penghasilannya berapa Pak?

B: 25 ribu Mbak sehari,

A: Itu sudah cukup ta Pak untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari?

B: kalau dibilang cukup belum Mbak, karena kadang juga kalau pas tidak

ada pekerjaan ya tidak dapat penghasilan

A: Bapak apa tidak ingin meminta supaya gajinya dinaikkan Pak?

B: Ya.. tidak Mbak, itu sudah umum di sini Nak, dulu sebelum bensin naik

malah 20 ribu perhari, sekarang menjadi 25 ribu, tapi masih ada juga yang 20

ribu tergantung pekerjaannya Mbak, kalau Cuma mengairi sawah begitu ya 20

Mbak

A: Owh... jadi itu sudah pas begitu ya Pak upahnya segitu?

B: Sudah pas Mbak, ya walaupun kurang kita harus bersyukur, bapak gak

neko-neko minta gaji yang tinggi, kalau pengen gaji yang tinggi ya bekerja di

kantoran (tertawa)

Page 128: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

128 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

A: hahaha... Iya Pak, terus ketika tidak bekerja bapak dapat penghasilan

dari mana?

B: kalau tidak bekerja ya tidak dapat penghasilan Mbak, tapi kebetulan

anak saya bekerja di Surabaya di bangunan, buruh bangunan

A: owh begitu ya Pak

B: Iya, gusti Allah mensti memberi jalan, ngasih rejeki yang tidak

disangka-sangka, pasti ada rejeki yang penting mau berusaha, kalau nuntut terus

gak bersyukur menyalahi takdir malah dosa Mbak

A: Iya Pak

2. Informan Non-Subyek

A: Buruh tani di sini pernah menuntut kenaikan gaji begitu atau tidak Bu?

B: Gak pernah Mas, di sini upah buruh tani ya umumnya segitu, udah

umum itu jadi ya gak ada yang nuntut

A: owh begitu ya Bu,

3. Informan Kunci

A: Dengan gaji 20 ribu itu apakah sudah cukup untuk memenuhi

kebutuhan hidup buruh taninya Pak, padahal kan tidak setiap hari bekerja?

B: Ya cukup Nak, karena di sini kan lahannya luas kalau tidak bekerja di

satu lahan dia bisa bekerja di lahan yang lain, jadi sminggu itu itu libut Cuma

sekitar 3 hari sinyanya mereka bekerja, rata-rata begitu

A: Terus mereka apakah tidak pernah menuntut kenaikan gaji begitu Pak?

Page 129: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

129 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

B: Gak ernah Nak, memang segitu umumnya penghasilan di sini, jadi ya

itu sudah wajar, kalau nuntut ya malah diangap aneh Nak

A: Owh begitu ya Pak.

Selanjutnya adalah konstruksi sosial buruh tani dalam menyikapi adat

kebiasaan masyarakat setempat yang secara implisit melarang para buruh tani

untuk ikut serta bergabung dalam organisasi kelompok tani untuk

mengembangkan ilmu pengetahuannya terkait masalah pertanian agar bisa

mengembangkan usahanya baik dengan teknik pertanian terbaru maupun

penerapan teknologi pertanian terbaru agar kualitas dan kuantitas hasil pertanian

bisa lebih tinggi. Para buruh tani tersebut meresa bahwa mereka memang tidak

pantang ikut bergabung dalam organisasai kelompok tani yang diikuti oleh para

pemilik lahan pertanian. Mereka beranggapan bahwa yang pantas mengikuti

kelompok tani hanyalah mereka yang memiliki lahan pertanian sementara yang

buruh tani tidak ada gunanya mengikuti organisasi kelompok tani sebab mereka

merasa berada di kelompok lapisan bawah yang tidak perlu pengembangkan ilmu

pengetahuannya terkait masalah pertanian sebab mereka hanya nurut kepada

perintah majikannya apa yang harus dikerjakan. Jadi mereka tidak merasa

sedikitpun perlu merubah nasib mereka sebagai buruh tani dengan

mengembangkan pengetahuannya terkait masalah pertanian, padahal dengan

mengikuti program-program yang diberikan oleh pemerintah terkait penyuluhan

pertanian, subsidi pertanian, pelatihan-pelatihan dan sebagainya yang disalurkan

melalui kelompok tani bisa memotivasi mereka untuk bekerja tidak hanya sebagai

Page 130: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

130 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

petani melainkan bisa menjadi petani pemilik dengan cara-cara yang diajarkan

lewat organsasi tersebut. Para pemilik lahan pertanian secara implisit melarang

para buruh tani untuk ikut bergabung dalam organisasi kelompok tani mungkin

karena mereka takut jika para petani sadar bahwa mereka tereksploitasi dan

mereka melakukan sebuah gerakan untuk menentang itu semua, atau bahkan

mereka takut jika para buruh tani mengetahui cara-cara agar sukses bertani dan

merubah nasib buruh tani menjadi petani pemilik sehingga para pemilik lahan

pertanian tersebut takut jika tenaga kerja dari buruh tani yang mau bersedia

dibayar murah hilang semua dan tidak mau lagi dibayar murah. Ini adalah bukti

potongan hasil indepthinterview dari uraian di atas;

1. Informan Subyek

A: Bapak apakah ikut bergabung di organisasi kelompok tani di sini?

B: Ya enggak Dek, itu kan cuma untuk orang yang punya sawah

A: Owh... begitu ya pak, jadi buruh tani di sini dilarang ikut bergabung

begitu ya Pak?

B: Sebenarnya gak ada yang melarang Dek, tapi ya memang yang

bergabung di kelompok tani di desa ini hanya yang punya sawah saja, ya kami

walaupun tidak dilarang ya gak ikut lah Dek

A: Terus kalau begitu kenapa para buruh tani kok tidak membentuk

organisasi sendiri begitu Pak?

B: Ya.. buat apa Dek, kami kan buruh tani buat apa bikin kelompok tani,

kami ya cuma bekerjanya kan tinggal nurut perintah dari yang nyuruh kami saja,

Page 131: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

131 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

kalau diperintah bajak sawah ya bajak sawah, diperintah memupuk ya memupuk,

begitu Dek

A: Jadi gak perlu ya pak ikut organisasi begitu Pak?

B: Ya gak perlu Dek

2. Informan Non-subyek

A: Pak, di sini buruh tani itu apa juga ikut gabung di kelompok tani?

B: Kalau di sini yang ikut bergabung yang punya lahan pertanian saja

Mas, karena kan program-program dari kelompok tani itu untuk mengembangkan

usaha pertanian bagi pemilik lahan pertanian jadi buruh taninya tidak perlu ikut

A: kalau program-program pertaniannya itu sendir apa aja Bu?

B: Ya kayak pengenalan bibit baru, pengenalan pupuk baru, penenalan

teknik pertanian baru, dan juga pengenalan alat-alat pertanian baru, intinya

cara-cara atau kiat-kiat sukses bertani, dan kadang ya sosialisasi terkait program

pemberdayaan dari pemerintah masalah peranian begitu Mas,

A: Owh begitu..

3. Informan kunci

A: Kalau buruh tani di sini ikut bergabung juga atau tidak Pak?

B: kalau buruh taninya tidak Mbak, Cuma yang punya ladang sawah saja,

tapi buruh tani yang juga punya ladang sawah ikut bergabung juga, kan ada juga

di sini pemilik lahan pertanian tapi sempit dia juga bekerj sebagai buruh tani,

kalau itu gabung Mbak

Page 132: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

132 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

A: O... begitu ya Pak, jadi kalau yang gak punya lahan gak boleh gabung

ya Pak?

B: Bukannya gak boleh Mbak, tapi ya.. di sini adat kebiasaannya yang

gabung Cuma pemilik lahan pertanian saja

Kemudian konstruksi sosial para buruh tani di Desa Mayang terkait tidak

adanya jaminan kesehatan yang diberikan dari pemilik lahan pertanian kepadanya.

Para buruh tani di desa Mayang menganggap bahwa para pemilik lahan pertanian

yang merupakan majikannya tidak memiliki kewajiban untuk memberikan

jaminan kesehatan bagi dirinya. Jika mereka sakit sudah sewajarnya mereka

mengobati dirinya sendiri untuk pengobatan. Mereka merasa para pemilik lahan

pertanian yang notabennya orang dari kelas ekonomi atas hanya memiliki

kewajiban untuk “menolong” misalkan dengan mmberikan pinjaman uang,

memberikan pinjaman sepedah motor untuk kendaraan menuju tempat berobat

dan juga berkewajiban menjenguk sebagai bentuk rukun tetangga. Akan tetapi

jika berkaitan dengan biaya pengobatannya, para buruh tani merasa bahwa biaya

pengobatan bukan merupakan kewajiban dari majikannya akan tetapi merupakan

kewajiban masing-masing keluarga yang sakit. Para buruh tani tersebut harus

berusaha sendiri membiayai pengobatan dari keluarganya yang sedang sakit

sebagai bentuk tanggung jawab sebagai satu keluarga. Ini adalah potongan hasil

indepth interview yang berhasil kami peroleh;

1. Informan Subyek

Page 133: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

133 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

A: Bapak apakah mendapat jaminan kesehatan dari pemilik lahan

pertanian tempat bapak Bekerja?

B: Maksudnya Mas?

A: maksudnya kalau bapak atau keluarga bapak sakit apakah pemilik

lahan pertanian tempat bapak bekerja itu memberikan biaya pengobatannya

begitu Pak?

B: Ya enggak lah Mas, kalau biaya pengobatan itu ya keluarga sendiri

yang nanggung

A: Menurut bapak, majikan bapak itu perlu gak menanggung biaya

pengobatan seperti itu?

B: Kalau menurut saya ya keluarga sendiri yang memiliki kewajiban untuk

menanggung keluarganya yang sedang sakit, kalau majikan bapak kewajibannya

ya menolong, kalau misalkan tidak punya uang untuk biaya pengobatan

meminjami uang begitu, kemudian meminjami kendaraan untuk berobat bagi

yang tidak punya kendaraan.

A: Jadi intinya yang berkewajiban menanggung biaya pengobatan itu

keluarga sendiri ya Pak?

B: Ya iya, namanya saja keluarga, mau siapa lagi kalau bukan

keluarganya

A: Owh Iya Pak

B: kalau tetangga ya kewajibannya menjengun, terus kebiasaan

masyarakat di nisi sambil membawakan oleh-oleh begitu

Page 134: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

134 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

A: Iya Pak

2. Informan Non-Subyek

A: Pak di sini buruh tani itu diberikan asuransi kesahatan atau tidak pak

sama atasannya, maksudnya atasannya tempat dia bekerja?

B: asuransi kesehatan, kayak diobatkan ketika sakit begitu ya Mbak?

A: Iya Bu,

B: Kalau di sini buruh taninya ya mayoritas berobat sendiri, kadang ada

juga pemilik sawah itu yang baik dan membantu membiayai pengobatannya, tapi

itu jarang sekali, nah yang baik itu ya pemilik sawah depan rumah Ibu ini, dia

baik banget, pernah buruh tani samping rumah ibu ini sakit tipes, kemudian

dikasih hutang dan di suruh bayar pakai tenaganya separoh saja, yang separoh

dia iklaskan, kalau menurut ibu ya Cuma orang di depan rumah Ibu ini yang baik

baik, orangnya ganteng... hahaha (tertawa), sarjana, baik pisan...

A: hahaha.. Iya Bu, jadi jarang ya bu yang memberikan biaya kesehatan

begitu?

B: Iya, seumur hidup Ibu di sini, ibu Cuma melihat pak Amar ini yang baik

banget

3. Informan kunci

A: Emmm... kalau di sini itu buruh tani diberikan jaminan kesehatan gak

Pak sama majikannya?

B: gak ada Mas di sini jaminan kesehatan dari majikan seperti itu

Page 135: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

135 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

A: Oh... memang gak ada ya Pak? Jadi kalau buruh tani sakit biaya

sendiri ya Pak?

B: Iya biaya sendiri, ditanggung keluarganya sendiri

A: Terus, kan para buruh tani di sini kan mayoritas dari keluarga dengan

keadaan ekonomi menengah kebawah

B: Bisa di bilang orang miskin

A: Iya Pak, nah itu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja sudah

sulit, bagaimana dengan biaya kesehatannya, biaya berobat begitu pak?

B: Ya... kalau di sini itu biasanya hutang sama orang yang dirasa mampu,

kemudian bisa dbayar dengan tenaga dengan cara cicil begitu, kalau Cuma

berobat ke puskesmas di sini kan murah Mas, sudah ada jaminan kesehatan, jadi

cukup membayar 5 ribu saja, biasanya kalau yang sampai hutang dan perlu biaya

besar itu kalau yang sakitnya berat. Kalau Cuma batuk, pilek, panas begitu ya

cukup ke puskesmas.

A: Owh... begitu ya Pak

Kemudian konstruksi sosial masyarakat terhadap perlakuan mejikan yang

tidak memberikan “reward” atau bonus kepada para buruh tani ketika hasil panen

melimpah padahal sebenarnya hasil panen yang melimpah tersebut tidak terlepas

dari pekerjaan yang bagus dari para buruh tani, sementara itu jika pekerjaan dari

buruh tani itu buruh (kurang baik) para pemilik lahan pertanian tersebut akan

memarahi buruh tani bahkan menyuruh mereka bekerja lagi memperbaiki

kesalahannya tanpa dibayar. Para buruh tani tersebut memaklumi perlakuan yang

Page 136: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

136 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

mereka terima dari para pemilik lahan pertanian, mereka meresa bahwa mereka

sudah menjadi tanggung jawab mereka bekerja dengan baik karena mereka sudah

dibayar, jika hasilnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan majikan, mereka

mereka sadar dan menerima jika disuruh bekerja lagi untuk memperbaiki

kesalahannya. Lalu ketika pekerjaannya bagus dan hasil panennya melimpah, para

buruh tani tersebut tidak berharap untuk diberi bonus (reward) sebab mereka

sudah dibayar sebelumnya untuk bekerja dengan baik, dan jika hasilnya melimah

menurut mereka bukan karena pekerjaan mereka yang bagus namun karena takdir

dari Tuhan semata. Sehingga menurut menera majikan trsebut harus bersyukur

kepada tuhan dan biasanya dengan mengadakan acara selamatn syukuran untuk

mensyukuri nikmat Tuhan yang telah diberikan. Para buruh tani tersebut sudah

merasa sangat puas jika majikannya bersedia mengadakan acara selamatan

walaupun ia hanya mendapatkan satu ember makanan. Berikut ini adalah bukti

potongan dari hasil indepth interview yang kami dapatkan untuk mendukung

pernyataan di atas;

1. Informan Subyek

A: Pak, biasanya kalau misalkan pekerjaan bapak tidak sesuai dengan

yang diharapkan oleh majikan bapak, seperti pekerjaannya salah begitu bapak

apakah mendapatkan sanksi, maksudnya akibat yang bapak tanggung

B: Biasaya kalau pekerjaan saya salah majikan ya menegur saya terus

memberi tahu kesalahan saya, ada juga yang sambil marah-marang begitu,

kemudian ya saya di suruh memperbaiki

A: Itu kalau pas di suruh memperbaiki itu dibayar lagi atau tidak Pak?

Page 137: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

137 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

B: Ya.. enggak Mas, kan memang karena kesalahan saya,

A: Owh begitu ya Pak, terus kalau misalkan ya pak, pekerjaan bapak kan

bagus terus hasil panennya dari majikan bapak itu melimpah, bapak diberi bonus

atau tambahan upah begitu gak Pak?

B: Kalau tambahan upah ya gak ada, biasanya kalau hasilnya melimpah

itu mereka mengadakan acara tasyakuran, kayak semacam selamatan begitu, ya

saya di kasih brekat satu marang begitu

A: Satu marang itu seberapa Pak?

B: Ya satu ember begitu, brekat itu lho Mas...

A: Owh iya Pak, jadi bapak Cuma di kasih brekat ya pak?

B: Ya... itu saya sudah senang, karena sebetulnya panen yang melimpah

itu karena gusti Allah bukan karena pekerjaan saya

A: Iya Pak...

2. Informan Non-Subyek

A: Kalau di sini misalkan hasil panennya melimbah begitu, buruh tani

mendapatkan tambahan semacam bonus begitu atau tidak Pak? Ya kayak diberi

tambahan uang atau hasil panen begitu Pak?

B: Biasanya ya selamatan begitu Mbak, terus mereka di kasih nasi brekat

begitu, kalau tambahan uang atau hasil panen ada juga yang ngasih tapi jarang

Mbak...

A: Owh begitu ya Pak...

Page 138: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

138 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

3. Informan Kunci

A: Pak kalau misalkan buruh tani membuat kesalahan dalam bekerja

begitu sama majikannya di marahi atau tidak Pak?

B: Ya ditegur begitu Mbak, dikasih tahu kalau salah kmudian disuruh

memperbaiki seperti itu

A: Terus kalau misalkan hasil panennya melimpah mereka dikasih bonus

atau tidak Pak?

B: Ya kalau melimpah ada juga yang ngasih bonus beberapa, majikan

yang baik-baik itu mensti memberi bonus, tapi ya kalau yang gak baik ya gak di

kasih Mbak

A: Kira-kira banyak yang ngasih gak Pak?

B: Emmm... kalau sebagian besar ngasihnya itu dalam bentuk makanan,

kayak nasi brekat begitu, kan setiap panen di sini tradisinya mesti mengadakan

selamatan jadi ya semua tetangga tetangganya di kasih brekat, termasuk buruh

taninya. Tapi kalau bonus selain brekat banyak yang gak di kasih Mbak

Selanjutnya adalah konstruksi sosial buruh tani dalam menyikapi

pemberian makanan yang hanya satu kali ketika bekerja yaitu sarapan saja,

sementara untuk makan siang selepas bekerja harus mencari makan sendiri dan

juga menumakanan yang diberikan tergantung pemilik lahan pertanian yaitu

majikannya dan terkadang menu makanannya merupakan menu makanan yang

tidak disukai oleh buruh tani sehingga mereka makan dengan keadaan terpaksa

Page 139: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

139 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

atau bahkan tidak memakan makanan tersebut. Buruh tani di Desa Mayang

menganggap bahwa pemberian jatah makan yang hanya sekali yaitu sarapan saja

merupakan suatu adat kebiasaan yang sudah lumrah dilakukan di daerah setempat.

Untuk makan siang mereka harus makan di rumah masing-masing atau ketika istri

dari buruh tani sedang bekerja di pabrik tembakau, mereka harus mengurangi

sebagian pendapatannya untuk membeli makan siang. Dalam kondisi yang sangat

lelah selepas bekerja dari sawah ditambah susana panas jam 12 siang mereka

masih harus menahan lapar dan harus pulang kerumah terlebih dahulu untuk

makan atau bahkan harus mencari warug terlebih dahulu. Namun mereka

menganggap hal itu sudah biasa sebagai bentuk kehidupan dari orang kecil yang

berada di lapisan bawah dan harus menjalaninya dengan tetap bersyukur.

Kemudian menu makanan yang diberikan ketika makan pagi (sarapan) menunya

tergantung keiklasan pemberian dari majikannya, terkadang menu makanannya

enak namun tidak jarang menu makanannya sangat sederhana dan bahkan tidak

disukai oleh para buuh tani. Namun mau tidak mau mereka harus menerima menu

makanan pemberian dari majikannya walaupun tidak cocok dengan selera mereka.

Terkadang mereka hanya memakan sebagian kecil dari makanan yang diberikan

oleh majikan untuk sekedar mengganjal perut agar tidak keroncongan kerena

menu makanan yang diberikan tidak sesuai dengan selera para buruh tani.

Dibawah ini adalah cuplikan hasil indepth interview yang kami dapatkan yang

menjelaskan kalimat di atas;

1. Informan Subyek

A: Pak, kalau boleh tahu dalam bekerja sehari itu dapat jatah makan

berapa kali?

Page 140: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

140 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

B: Sekali Mas, Cuma pas sarapan saja

A: Owh... jadi pas makan siang sepulang dari kerja itu tidak di kasih

makan lagi ya Pak?

B: Enggak Mas

A: Terus kalau menurut bapak, jatah makan yang hanya sekali itu

merugikan bapak gak pak? Kan siang hari, panas-panas begitu kan pak,

kemudian pulang dari kerja pastinya capek kan pak, terus masih harus menahan

lapar sampai rumah, apalagi kalau istri bapak juga sedang bekerja di pabrik, itu

menurut bapak bagaimana?

B: Lha... itu sudah memang kebiasaan masyarakat di sini itu begitu Mas,

Cuma dikasih jatah makan buat sarapan saja, ya kalau capek, panas, itu sudah

biasa, memang orang kecil kan nasibnya seperti ini, ya diterima saja lah Mas,

kita jalani saja

A: Owh... jadi itu sudah adat kebiasaan masyarakat di sini ya Pak? Jadi

tidak apa-apa ya Pak?

B: Iya, kita syukuri saja

A: Terus kalau menu makanan, maksudnya lauk pauknya begitu apa juga

tergantung majikannya Pak?

B: Iya, kami hanya menerima seiklasnya yang mengerjakan kami saja

A: Owh... itu menu makanannya seperti apa Pak? Enak-enak atau

gimana?

Page 141: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

141 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

B: Kadang ya enak, tapi sering juga tidak enak, kadang cuma nasi pecel

sama tempe, kalau yang tidak suka pecel seperti saya ya, Cuma saya makan

sedikit nasi sama tempenya saja buat mengganjal perut, sisanya tidak saya makan

A: Owh... begitu ya Pak

2. Informan Non-Subyek

A: Emmm... di sini itu buruh tani dalam bekerja sehari itu dapat jatah

makan berapa kali Pak?

B: Satu kali Mas, sarapan saja

A: Owh... jadi makan siangnya tidak di kasih ya Pak

B: Iya, tidak

A: Terus kalau menu makananya itu apa juga tergantung dari

majikannya?

B: Iya Mas, itu tergantung pemberian dari majikannya

3. Informan Kunci

A: Pak kalau di desa ini itu, jatah makan buat buruh tani itu sehari dapat

berapa kali?

B: Kalau di sini Cuma sarapan saja Dek

A: Owh... selain makanan itu biasanya dikasih apa saja Pak?

B: selain makan di kasih munuman juga, dan rokok juga

A: Rokoknya itu rokok yang merek apa biasanya Pak?

Page 142: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

142 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

B: Ya rokok yang murah-murah itu Dek, kadang Djarum 76, terus Apache

Kretek, bahkan ada yang rokok “kebo” yang tidak ada merk-nya itu yang di

kemas plastik itu

A: Owh... terus kalau menu makanannya itu enak-enak gak Pak?

B: Ya tergantung, kadang enak kadang tidak enak,,, hahaha

Sementara itu untuk sistem bagi hasil yang secara jelas telah

mengeksploitasi para pekerja (buruh tani), namun buruh yang tereksploitasi

tersebut masih menganggap bahwa perlakuan majikan terhadap dirinya itu sudah

merupakan “kesepakatan” bersamaantara pekerja dan pemilik lahan pertanian.

Padahal yang namanya “kesepakatan” masing-masing pihak harus bisa menolak

jika dirasa kesepakatan tersebut merugikan satu pihak. Namun anehnya disini

sesuatu yang dianggap kesepakatan namun ada pihak yang tidak memiliki

kemampuan untuk bernegosiasi. Para pemilik lahan pertanian seakan sebagai

penentu keputusan dari hasil kesepakatan tersebut dan para pekerja hanya bisa

menyetujuinya. Hasil kesepakatan ini sebagian besar mencapai suatu kesepakatan

dengan hasil bahwa keuntungan dari hasil panen yang seperlima milik buruh tani

sementara yang empat perlima milik pemilik lahan pertanian. Padahal tenaga yang

digunakan untuk mengolah lahan pertanian semuanya di serahkan kepada pekerja

sementara yang berhubungan dengan modal harta, baru ditanggung oleh pemilik

lahan pertanian terasuk pembelian seluruh kebutuhan pertanian. Namun di sini

pembagian hasil panennya jauh berbeda. Namun para buruh tani di Desa Mayang

menganggap bahwa ini semua merupakan sebuah hasil kesepakatan antara kedua

Page 143: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

143 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

belah pihak dan bukan merupakan bentuk eksploitasi. Ini adalah bukti potongan

hasil indepth interview yang berhasil kami himpun;

1. Informan Subyek

A: Emmm... berarti Bapak di sini sedang menggarap sawah Pak Amir ya

pak? Kalau boleh jelaskan sistem “matun” yang bapak katakan tadi itu seperti

apa pak?

B: Jadi begini, sistem matun itu merupakan sistem bagi hasil tapi

berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak, yaitu saya sebagai pekerja

dan pak Amir sebagai pemilik sawah,

A: Owh jadi pembagianya atas dasar kesepakatan ya pak? Terus kalau

boleh tahu pembagian hasil panennya itu berapa-berapa ya pak?

B: Kalau pembagiannya saya kebagian seperlima, kemudian pak Amir

empat per lima

A: Kok bedanya jauh Pak?

B: Iya itu sudah umumnya segitu, jadi saya tidak bisa menolak lagi

A: Emmm... tadi kan katanya hasil kesepakatan ya Pak? Bapak kok gak

meminta lebih?

B: Saya sebenarnya sudah meminta dua perlima, tapi Pak Amir tidak

setuju, ya mau bagaimana lagi, dari pada saya tidak bisa menggarap sawah ya

saya setujuin aja

A: Owh begitu ya Pak... Tapi itu menurut Bapak adil gak Pak?

Page 144: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

144 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

B: Ya... adil-adil saja, kan sudah hasil kesepakatan dulu

Ini menandakan bahwa memang para buruh tani tidak menganggap

perlakuan majikannya sebagai perlakuan yang eksploitatif. Para buruh lebih

memilih untuk diam dan tidak melakukan perlawanan sedikitpun terhadap sang

majikan. Hal tersebut dikarenakan kekuasaan majikan atas segala sesuatu yang

berhubungan dengan kepemilikan modal akan menjadikan majikan menduduki

posisi yang lebih tinggi dibandingkan denga buruhnya, sehingga tidak jarang kita

temui buruh yang pasrah dan menganggap apapun yang dilakukan dan

diperintahkan sang majikan terhadap dirinya merupakan suatu kewajiban yang

harus dilaksanakan demi mendapat upah kerja dari majikannya.

Page 145: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

145 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

BAB V

PENUTUP

V.1.KESIMPULAN

Penelitian tentang konstruksi sosial buruh tani terhadap eksploitasi yang

dilakukan majikannya di Desa Mayang Kecamatan Mayang Kabupaten Jember ini

merupakan kawasan pertanian tembakau yang menjadi sasaran penelitian kami.

Menjadi fakta tersendiri bahwa buruh tani yang bekerja keras setiap kali diminta

untuk mengerjakan lahan pertanian milik majikan ini sangatlah pasrah terhadap

keadaan yang ada. Tak ayalnya banyak sekali kita temui beberapa buruh tani

bekerja sepanjang hari mendapat upah yang relatif minim. Pemberian upah yang

tidak sebanding dengan kerja keras yang buruh tani lakukan untuk menggarap

lahan milik majikan ini nampaknya menimbulkan ketimpangan yang cukup

berarti. Fenomena tersebut terjadi disebabkan oleh beberapa hal, misalnya : kuasa

majikan yang cenderung bertindak sewenang wenang, majikan menganggap

bahwa posisi majikan lebih tinggi dibandingkan dengan posisi buruh tani, adanya

pemikiran dari mayoritas buruh tani bahwa memang sudah sewajarnya buruh

harus tunduk dan menuruti kemauan majikan. Penelitian ini kemudian mencoba

menjawab sebuah permasalahan yaitu bagaimana para buruh mengkonstruksikan

eksploitasi yang dilakukan oleh majikan?

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Pada umumnya beberapa buruh tani yang telah kita wawancarai

mengutarakan tentang riwayat pekerjaan mereka sebagai buruh tani. Dari awal

mereka sebelum bekerja hingga mereka terpaksa harus memilih pekerjaan sebegai

Page 146: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

146 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

buruh tani. Penuturan mereka hampir sama antara satu buruh tani dengan buruh

tani yang lainnya. Minimnya penghasilan orang tua para buruh tani untuk

menyekolahkan mereka pun menjadi alasan pertama mereka untuk terpaksa harus

bekerja membantu orang tua mereka sebagai buruh tani. Tidak adanya

ketrampilan lain yang mereka miliki selain ketrampilan dalam bidang pertanian

merupakan alasan kedua para buruh tani ini memilih untuk bekerja sebagai buruh

tani. Tidak adanya lahan pertanian milik mereka pribadi juga menjadi alasan

mereka menjadi buruh bagi majikannya (pemilik lahan pertanian).

Kegiatan bertani di lahan pertanian tembakau yang memberikan

keuntungan materiil yang sangat tinggi pun dinilai masih terdapat ketimpangan

antara keuntungan yang dinikmati oleh buruh tani dengan keuntungan yang

dinikmat buruh tani. Penerimaan keuntungan yang berbeda dari pertanian

tembakau tersebut terjadi pada beberapa hal, misalnya : pertama, buruh tani

merasa teralienasi dari produk yang dihasilkan sehingga untuk dapat menikmati

produk yang dihasilkan oleh kerja kerasnya sendiri saja buruh tani harus

mengeluarkan uang untuk membelinya, kedua , minimnya upah kerja yang

diberikan oleh majikan terhadap buruh tani jika dibandingkan dengan tenaga yang

buruh tani keluarkan untuk menggarap lahan milik majikannya, ketika hasil panen

melimpah ruah buruh tani hanya menerima sebagian kecil dari hasil panen ,

namun ketika terjadi gagal panen tak sedikit majikan yang melakukan

pemotongan upah kerja buruh bahkan meminta buruhnya untuk menanggung

kerugian gagal panen, keempat jam kerja yang mewajibkan buruh bekerja di lahan

pertanian tidak sesuai dengan upah kerja yang buruh terima setiap harinya

sehingga jarang sekali kita temui buruh tani yang dalam pemenuhan

Page 147: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

147 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

kebutuhannya tidak mengalami kesulitan, kelima , buruh tani tidak mempunyai

kekuatan untuk bernegosiasi dengan majikannya ,sehingga buruh tani hanya

pasrah saja menerima apapun yang majikan kehendaki, keenam , buruh tani hanya

mendapatkan jatah makan satu kali saja itupun kalau majikannya memberikan

jatah makan.

Dari beberapa perlakuan yang diterima oleh buruh tani yang telah kami

wawancarai, kami dapati data yang sangat mengejutkan. Buruh tani menganggap

bahwa apa yang telah majikan lakukan terhadap buruh tani seperti yang telah

disebutkan di atas merupakan suatu hal yang wajar , lumrah , bahkan buruh tani

cenderung pasrah menuruti kemauan majikannya. Bahkan tidak sedikit dari

informan menuturkan kepada kami kalau apa yang telah dilakukan oleh

majikannya tersebut merupakan suatu kesepakatan masyarakat di Desa Mayang

dan tidak dapat diubah-ubah lagi. Ketika perlakuan majikan yang sedemikian rupa

ini sudah dianggap wajar oleh buruh tani, maka buruh tani tidak menganggap

bahwa dirinya telah tereksploitasi.

Page 148: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

148 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

DAFTAR PUSTAKA

Page 149: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

149 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. PEDOMAN WAWANCARA

Identitas Informan

1. Nama informan

2. Alamat

3. Usia

4. Pekerjaan

5. JenisKelamin

6. Pendidikan

Lama bekerja (dalam satuan tahun)

Jam kerja (dalam sehari)

Upah kerja (dalam satuan rupiah per hari)

Alasan menjadi buruh tani

Kontrak kerja antara majikan dan buruh

Keluhan atas pekerjaan yang dijalani

Kecukupan dalam memenuhi kebutuhan hidup

Jaminan kesehatan dari majikan terhadap buruh

Perlakuan sewenang-wenang dari majikan terhadap buruh

Siapa yang menanggung gagal panen tembakau

Upah tambahan bagi pekerja lembur

Pemberian bonus ketika panen melimpah

Kenyamanan dalam bekerja

Keinginan untuk berganti pekerjaan

Page 150: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

150 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

2. Dokumentasi

Gambar 1.1 Kantor Balai Desa Mayang Kecamatan Mayang , Kab Jember

Gambar 1.1 Kegiatan informan (buruh tani) di sawah

Page 151: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

151 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Gambar 1.3 Kegiatan informan (buruh tani) ketika sedang mencari rumput

Gambar 1.4 Lahan pertanian yang dimiliki oleh pemilik lahan/majikan

Page 152: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

152 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Gambar 1.5 Majikan yang sedang mengawasi pekerjaan buruhnya

Gambar 1.6 Kondisi jalanan disekitar lokasi penelitian

Page 153: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

153 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Gambar 1.7 Foto peneliti bersama informan ketika wawancara berlangsung

Gambar 1.8 Foto peneliti bersama informan ketika wawancara berlangsung

Page 154: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

154 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Gambar 1.9 Foto peneliti bersama informan ketika wawancara berlangsung

Page 155: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

155 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

3. TRANSKRIP INDEPTH INTERVIEW

Pewawancara : Galang Putra Bangsa (071114065)

Informan : Bu Janit (Buruh Tani)

Usia informan : 50 tahun

Pekerjaan : Buruh tani

Waktu wawancara : 29 november 2013 pukul 09.30

Orang yang ada disekitar informan : anak terakhir informan

Keterangan :

A= Galang

B= Bu Janit

C= Adi

A : Selamat siang buk, permisi mohon maaf ini dengan ibu siapa yaa?

B : Bu Junit

A : O… Bu Junit yaa.. Uhm.. kalo usia ibuk berapa buk?

B:Ada apa?

A : Usia buk,umurnya ibuk berapa?

B : Yaa ada lima puluhan. Kurang Lima puluhan? (sambil senyum dan bercanda)

A: Ahhh enggaa.. hehehe . Kalo pekerjaannya buruh tani ya buk?

Page 156: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

156 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

B: Iya

A: Kalo sekarang lagi musim apa buk tandurnya?

B: Ya kalo sekarang ya musim tembakau ini, tapi dah selesei ini di sawah.

Kadang- kadang Lombok itu, kadang- kadang ya pari itu. Kalo tembakau dah

selesei ini

A: dah selesei ya buk?

B: Iiiyaaa..

C: Bulan brapa buk disini?

B : Apa itu?

A: Maksudnya biasanya tembakau tandur berapa kali dalam setahun buk..

B: Ooo.. mulai, kadang-kadang bulan ke empat

A: sampek berapa bulan gitu?

B: Sampek tiga bulan

A: Ooo tiga bulan panen gitu ya buk

B : Iyaa

A: Kalo ibuk dulu terakir sekolahnya apa buk?

B: Yaa apaa sayaa, anu sekolah buta huruf itu. Nang nuu, nang pak Ari

A: Kalo ibuk krja sebagai buruh tani sudah berapa lama?

B: Yaa, mulaaaaiiii

Page 157: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

157 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

A: Mulai berapa tahun gitu buk?

B: Mulaaiii ya tau kerja saya ke sawah. Punya gajian, gak punya sawah saya. Anu

kalo yang nandur itu kan gak punya sawah, tapi gajian.

A: Kerjanya udah lama buk?

B: Iyaaa, mulai tau saya kerja di sawah

A: Mungkin ada tiga tahun?

B: Enggga, Mulaii, mulaii

A: Mulaaii apa buk?

B: Mulaii saya tau kerja

A: Kalo sekarang mash kerjakan yaa?

B: Iyyaa, tapi saya ambil gajia saya, nggak punya sawah saya

A: Dibayar gitu ya buk?

B: Iiiyaa saya

A: Kerjanya gitu mulai jam berapa buk kalo kerja di kebun tembakau?

B: Di lading yah?

A: Iya buk

B: Ya jam tuju itu

A: sampek?

B: sampek jam dua belas pulang

Page 158: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

158 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

A: Habis pulaang gitu balik lagi engga buk?

B: Ya kadang-kadang balik, kadang-kadang juga endak. Setengah hari kadang-

kadang.

A: Gajinya gitu dikasihnya tiap hari atau per bulan buk?

B: Yaa kadang kalo punya uang ya di gaji mari kerja

A: Dibayar berapa buk gitu?

B: Dua puluh lima rebu, kalo setengah hari.

A: O… Gak pernah di bayar satu bulan sekali gitu gak pernah yaa.?

B: Ya enddak

A: O.. kalo yang punya sawah siapa buk?

B: Yang punya sawah itu pak Aan, pak Wajid

A: Ibuk selalu ikut bapak ini yaa?

B: Iyaa

A: Biasanya kalo dua puluh lima ribu buat apa buk?

B: Yaa buat makan, beli beras..hehehe

A: HEhehehe.. kalo penghasilan dari penghasilan ibuk, atau ada menantu yang

membantu ibuk?

B: Yaa dari saya, menantu dah punya rumah ndere.. ya saya kerja sendiri. Ya

kadang saya punya kerja, kadang-kadang gak punya kerja saya. Jadi gak setiap

hari. Biasanya dua hari sekali gitu. Panen Lombok gitu di ladang.

Page 159: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

159 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

A: Dua pluh lima ribu itu cukup ga buk buat kebutuhan sehari-hari?

B Yaa ndak cukup, kadang kalo ada cucu keponakan gitu yang susah saya juga

ikut mbantu saya

A: O.. gitu.. jadi kurang buk yaa?

B: Ya kuraaaangg…

A: selan di pak Aan ibuk juga ikut kerja sama orang ain gitu nggak?

B: Kalo saya nyeloroh saya, kalo ada yang manggil ya saya kerja, kalo enndak ya

saya endak kerja. Tergantung yang nyuruh saya. Ya mau saya. Nyeloroh saya.

A: O.. gitu

B: kalo nggak nyeloroh ya saya nggak kerja saya. Kalo kerja gak nyeloroh tapi

makan kan tiap hari saya. Dari mana uangnya kalo nggak dari kerja. Yak apa kalo

nggak kerja? Hahahaha

A: OOO. Iya bukk hehehehe… lucu

B: Apalagi saya dah gak punya suami saya. Jadi ya saya kudu kerja buat makan

sehari. Saya cari uang sendiri saya.

A: Kalo sehari nganggur, berarti kan ga kerja,? Nah kan ibuk ga dapet gaji

B: Ya iyaaa

A: Terus ibu gimana buat makannya?

B: Yaa ndak tau saya, minta anak aja mungkin hehehe

A: Hehehe.. iya buk. Ibuk kalo kerja ada yang satu hari gitu nggak buk?

Page 160: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

160 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

B: Yaa kadang kerja satu hari saya

A: Kalo kerja satu hari gitu ibuk dapet gaji atau bonus lebih nggak buk?

B: Yaa gajinya tiga poloh rebu. Ya mesti ke gudang. Tapi saya dah ndak mau

kerja di gudang, dah tua saya. Hehe. Yang kerja di gudang ya itu yang muda –

muda itu. Kalo saya dah ndak kuat kalo di gudang. Yaaa kerja di ladang itu saya.

Kadang saya juga kerja di pak kades itu.

A: Pak kades punya sawah gitu? Ibuk kerja di sawah nya pak kades?

B: Iyaa

A: Ibuk kalo kerja sama pak kades gitu gak pernah dapet bonus atau gaji lebuh

buk?

B: Enggak, ya itu Cuma kerja di pak kades bungkusin lemah ke dalem plastik.

Satu bulan dapet 10.000 saya dapet Rp 200.000 saya. Kalo seribu dapet 20 ribu.

Itu yang ngerjain di ladang lomboknya pak kades saya itu. Ya nggak papa kalo

dapet segitu, dari pada nggak kerja saya.

A: menurut ibuk gaji segitu kurang nggak buk?

B: Yaa Kurang saya. Hehehe

A: Ibu kerja bungkusin pasir gitu ga capek buk? Kan itu banyak.

B: Ya capek, tapi ,mau apalagi? Kalo gak kerja mau makan apa? ehehe

A: Iya buk hehehe…. Kalo ibuk kerja di sawah gitu gak pernah sakit buk?

B: Ya sakitt saya.

A: Sakit apa buk?

Page 161: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

161 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

B: Batuk, panaas, flu gitu. Tapi bisa di obat saya. Udah sembuh lagi saya

A: Ooo.. obat nya beli sendiri buk?

B: Ya iya saya. Ini kaki saya sakit. Saya dibawa di Jeper saya berobat disana.

Biayanya 35 rebu saya

A: Biyaya 35 ribu nggak mahal to buk?

B: Ya mahal

A: ibuk waktu sakit gitu, apa nggak pernah dikasih obat atau biaya buat berobat

gitu buk sama majikannya?

B: Ya ndak penah saya. Yang beli ya saya sendiri. Nggak ada yang ngreken. Hehe

A: Kalo kerja di sawah gitu majikannya gak pernah ngecek gitu buk di sawah?

B: endakk.. di sawah ndak pernah pasang mandor. Pokok kerja yang baik aja.

Mau nakal ya gimana. Gak enak juga saya. Saya udah digajiii

A: Ibuk ndak pernah dimarahi?

B: Endak. Majikan saya ndak bisa marah.

A: Oo… Kalo pak kades pernah nandur tebakau buk?

B: Ya itu, penen kemaren itu, pak kades rogi 25 juta itu.

A: kalo lomboknya belum panen buk?

B: Lomboknya mati, nandur lagii

A: OOO… nandur lagi. Pak kades rugi gitu bayarannya ibuk berkurang ndak?

Page 162: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

162 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

B: Yaa endak. Masih tetep 25 rebu. Ya saya ndak ikut rogii.. pekerja hanya ikut

kerja.

A: Ibuk gak pernah dikasih bonus buk sama pak Kades?

B: Ya kadang pak Kades ngasih 10 rebu ke rumah saya ini. Pak kades suka sama

kerja saya. Pak Kades baik sama saya.

A: Kalo pas panen gitu ibuk kebagian hasil panen gak buk? Misalnya panen

tembakau gitu ibuk dapet tembakaunya juga gak buk?

B: Ya endak. Tembakaunya ditaroh disana.

A: dimana buk?

B: Anu ya di gudang.. terus dijual. Ndak tau saya itu gimana. Hehehe

A: OOO… yauda saya mau pulang dulu aja buk, ini mau kumpul lagi sama

temen-temennya. Hehehe

B: Oo.. iyaa lain kali main kesini. Ke Bu Janit

A: hehehe iya buk, ke Bu Janit gitu yaa?

B: Iyaa.. hehee

A: Yauda buk saya pamit dulu. Assalamualaikum

B: Iya iya waalaikumsalam

Page 163: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

163 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Nama Pewawancara : Ulin Ni‟mah

Nama Responden : Bpak Mali

Umur : 47 tahun

Pekerjaan : Buruh tani (anggota kelompok tani)

Waktu wawancara : 29 november 2013 pukul 09.30

Orang yang berada disekitar informan : Tetangga

Ket : P = Pewawancara

I = Informan

Pada hari Jum‟at tanggal 29 November 2013, merupakan hari dimana

untuk melakukan interview secara mendalam kepada informan yang telah di

tentukan. Di mana desa yang diteliti adalah Desa Mayang Kecamatan Mayang

Kabupaten Jember. Sesuai dengan pembagian tugas kelompok, sekitar pukul

09:30 WIB melakukan wawancara. Ketika saya datang ke rumah informan yang

ditunjukkan oleh bapak ketua tani daerah setempat, informan sedang memperbaiki

atap bagian depan rumah. Sehingga ketika saya meminta waktunya untuk

wawancara informansegera bergegas turun. Lalu informan mempersilahkan

duduk.

I : silahkan masuk mbak

P : iya pak (mencari posisi duduk)

I : (masuk kedalam rumah sambil berganti baju)

Dari mana mbak?

P : dari Surabaya pak, kami kesini ada tugas dari sekolah untuk mencari informasi

kepada bapak tentang petani tembakau di daerah sini. Kami ingin belajar

tentang masyarakat disini.

I : ooo… Surabaya ya mbak, jauh sekali. Iya mbak silahkan.

P : langsung saja ya pak, nama lengkap bapak siapa?

I : nama asli apa?

P : nama asli pak.

I : mali

P : alamat sini pak?

I : Tegal gusi

Page 164: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

164 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

P : Itu dusun ya pak?

I : Iya

P : Usia bapak berapa?

I : Empat tujuh

P : Pekerjaannya pak?

I : Tani, buruh tani

P : Pendidikan terkhir?

I : Ndak sama sekali. hehe

P : Sudah berapa lama pak bekerja sebagai buruh tani?

I : Wuh, ya mulai kecil nduk, mulai kecil belajar buruh tani. mulai sejak tahu

kerja.

P : hehe… kalau untuk upahnya buruh tani sendiri bagaimana pak?

I : Ya, belum menyukupi, cuman ya apa lagi harus tetap di kerjakan. Hehe

P : La itu kerjanya mulai dari jam berapa sampai jam berapa pak?

I : Jam tujuh samapi jam dua belas

P : Berarti sekitar lima jam ya pak?

I : Iya

P : Itu upahnya berapa pak?

I : Sekarang dua lima, dua puluh lima sekarang.

P : Itu satu hari ya pak?

I : Iya.

P : Itu kadang lebih gak pak jam kerjanya.

I : Ya kadang – kadang, kadang – kadang ndak. Pas.

P : Kalau lebih gitu biasanya sampai jam berapa pak?

I : Jam satu, jam dua, tetapi ya upahnya ya tetap.

P : Oh tetap ya pak?

I : Iya, iya orang tani kan gitu, cuman sisa sedikit-sedikit ndak di habiskan, kan

gini.

P : Kalau bapak di sini gabung ke kelompok-kelompok tani gak pak?

I : Iya, gabung. Kelompok taninya pak husein.

Page 165: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

165 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

P : Disini ada berapa kelompok tani pak?

I : Ndak tahu ya, setahuku Cuma satu ini.

P : Yang bapak tau cuma satu ini?

I : Iya.

P : Biasanya kegiatannya itu ngapain aja pak?

I : Ya itu nanam padi, jagung atau kedelai gak ada di sini cuma padi tok.

Tembakau kalau musim kemarau.

P : Oh ya pak, bapak kan ikut kelompok tani ada kegiatan yang ngajari menambah

pengetahuan dia ajari apa atau apa gitu pak?

I : Ya mencontohi cara nanam itu perkotak gitu, dulu tapi. Tapi ya orang tani ya

belum ana apa belum lengkap kalau ajari pertanian gitu. Tapi petani mung

sini ni biar anu apa ya bikin sendiri cara cara itu. Ya ndak bisa kalau

mengikuti dari kegiatan tani itu. Ndak bisa nduk, Berapa biayanya itu kotak

perkotak, biayanya banyak, ya cari sendiri saja biar biayanya ndak banyak.

P : Adakah pak keluhan selama ini menjadi seorang petani?

I : Endak, kalau petani itu masih repot. Anu, apa Sulit untuk mengeluh mengeluh

apa itu sulit kalau petani. Ya bagaimana gitu ya usaha sendiri.

P : Bapak punya lahan sendiri gak pak?

I : Ya punya, tapi cuman delapan puluh.

P : Punya sendiri pak?

I : Iya punyaan sendiri.

P : Bapak itu kalau setiap hari ada pekerjaan gak?

I : Iya ada, ya kadang – kadang, kalau buruh tani itu kadang ada kadang enggak.

P : Kalau gak ada ngapain pak?

I : Iya seperti ini di rumah, ya memperbaiki apa gitu.

P : Gak ada pekerjaan lain berarti pak?

I : Ya gak ada.

P : Oh iya pak, terima kasih pak.

Bapak kan punya tanah sendiri, itu dalam proses bertani membutuhkan tenaga

orang lain gak pak?

I : Gak, di kerjakan sendiri, iya cuman sedikit kok. Nuntut kok kalau di kerjakan

sendiri tanpa pekerja orang lain cuma satu petak.

Page 166: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

166 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

P : Berarti bapak selain memiliki lahan pertanian ya jadi buruh tani ya pak?

I : Iya…

P : Biasanya majikan yang pernah bapak ikuti itu gimana pak?

I : Gimana, ya baik.

P : Pernah ganti – ganti majikan gak pak?

I : Kalau kerja? Ya anu, siapa yang membutuhkan saja. buruh tani kan gitu. Tidak

ada system kontrak ndak. Siapa yang membutuhkan ya ikut itu.

P : Pak biasanya kalau hasil panen majikan lebih gitu gak di kasih bonus ya pak?

I : Ndak,

P : Ooh gak penah ya pak? Berarti Cuma upah se hari – hari itu ya pak?

I : Iya, cuma itu upah sehari – hari itu jika satu hari kerja ya upah itu.

P : Berarti kalau misalkan majikannya rugi yang nanggung ya majikannya gitu

pak?

I : Ya iya, tetap gak mengeluarkan apa. Meskipun hasilnya banyak iya tetap itu.

Apalagi kalau rugi ya gak ikut apa – apa.

P : berarti kalau ada tambahan kerja kayak tadi mulai jam tujuh sampai jam dua

belas tetapi ternyata sampai lebih itu gak ada tamabahan upah pak?

I : Iya gak ada, tapi kalau sewaktu-waktu tetapi kalau setiap hari ya ada kadang-

kadang. Kalau modelnya di sini ini kan persaudaraan kan gitu jadi kalau sisa

sedikit anu di habiskan ndak perhitungan ndak.

P : Kalau biasanya apa itu Pak dua puluh lima ribu perhari itu gak di tambah

makan atau apa gitu pak?

I : endak, tapi ya cuman di kirim makanan, iya nasi itu biasanya buat makan pagi

gitu.

P : Pagi saja pak, siangnya tidak?

I : Ndak, ya pagi saja gitu.

P : Terima kasih ya pak telah meluangkan waktunya.

I : Iya iya… Sama - sama.

P : Assalamu‟alaikum…

I : Wa‟alaikum salam… nduk itu banyak mangga tak ambilkan ya..

P : emm… tidak usah pak, terimakasih banya.

I : iya iya..

Page 167: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

167 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Nama Pewawancara : Rafelita Nian Sari (071114019)

Nama Informan : Bapak Fasih

Usia informan : 32 tahun

Pekerjaan : Petani Pemilik

Waktu wawancara : 29 november 2013 pukul 11.00

Orang disekitar informan : Tetangga informan

Pada tanggal 29 Nopember 2013 skitar pukul 11.00 saya berangkat

bersama dengan anggota kelompok 1 lainnya bergegas untuk pergi ke Desa

Mayang Dusun Tegal Gusi untuk melakukan wawancara dengan informan yang

sebelumnya telah kita temui dan kita ajak janjian pada waktu survey. Dengan

kondisi awan yang cerah dan angin yang sepoi-sepoi dimana pada saat itu suhu

dan cuacanya sangat membuat orang mengantuk, akan tetapi karena ingat akan

kewajiban, tanggung jawab dan tujuan utama saya ada di Desa Mayang, Jember,

maka walaupun dalam kondisi yang agak ngantuk akan tetapi tidak menjadi

penghalang.

Ketika sampai di Dusun Tegal Gusi , kami pun bertanya-tanya kepada

warga sekitar akan tempat tinggal dari informan yang direkomendasikan oleh

Ketua Tani (dalam hal ini berperan sebagai informan kunci). Awalnya kami

berniat untuk membeli makanan ringan untuk bekal kita dalam perjalanan.

Ternyata toko yang kita datangi itu merupakan toko kelontong yang dimiliki

informan yang berprofesi sebagai petani pemilik / majikan.

R : Assalamualaikum pak

F : Wa‟alaikum salam. Cari siapa mbak?

Page 168: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

168 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

R : Apa betul ini alamat bapak Wasih?

F : Wasih atau Fasih? Kalau saya Fasih mbak.

R : Oh iya maaf mas maksud saya Fasih.

F : Lha nek Fasih itu saya se. Silahkan masuk

R : Oh iya pak makasih. Ini lho mas. Kami dari Unair Surabaya mau latihan

wawancara ke Petani. Kebetulan saya tadi disarankan Pak ketua tani nya itu buat

wawancara bapak.

F : Oh iya iya mbak. Gak papa kok mbak. Dek bikinin teh buat tamu e iki

(Sambil tersenyum dengan ramahnya mempersilahkan kami untuk duduk

kemudian menyuruh istrinya membuatkan the buat kami)

R : walah mas ngga usa , malah ngerepoti jadinya.

F : Alah wong teh aja loh.

R : Mas bole saya rekam percakapannya? Buat data mas.

F : Oh iya mbak.

R : Namanya Mas siapa?

F : Fasih.

R : Nama lengkapnya? Fasih saja?

F : Iya Fasih tok

R : Alamat nya mana mas?

F : Kalo Desanya Mayang mbak. Kalau dusunnya Tegal Gusi

R : Usia Mas Fasih berapa?

F : 32 mbak

R : Itu anaknya ta mas?

F : Iya anak ke dua itu

Page 169: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

169 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

R : Apa betul mas ini petani?

F : Iya mbak saya petani.

R : Petani pemilik ya mas?

F : Ya Petani pemilik

R : Apa memang dari keluarga petani semua?

F : Bapak juga petani. Memang kebanyakan masyarakat sini petani mbak

R : Oh gitu. Petani tembakau ya mas?

F : Kalo musim tembakau ya nanem tembakau. Kalo musim palawija ya

nanemnya palawija. Tapi ya seringnya palawija. Kalo disini panen nya ngga nentu

mbak. Kalo di daerah lain kebanyakan 2kali panen. Jadi kalau musim kemarau

kebanyakan ditanemi padi. Tapi ya alhamdulilah sih hasilnya

R : Musim hujan begini apa masih ditanemin tembakau ya mas?

F : Ngga ada tembakau di musim hujan gini mbak. Kalo yang ada

tembakaunya di rumah itu tembakau musim panen lalu yang masih ada kayak di

rumah Pak Kades itu.

R : Kalo boleh tau mas nya lulusan apa?

F : Waduh malu saya mbak.

R : Nda papa Cuma buat data aja

F : S1 mbak di Tarbiah di Al khodiri. Kalau D2 nya di UIJ. 2 tahun itu

langsung pindah

R : Oh ya mas, mau nanya mas nya kan punya sawah nih. Mas ikut nggarap

sawahnya?

F : Iya. Kalo ngga digarap sendiri ya banyak nanti biayanya. Kebanyakan

orang sini ya seperti itu digarap sendiri.

R : Kalo nyuruh buruh gimana mas?

Page 170: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

170 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

F : Sebagian dikerjakan buruh. Pengairannya tok soalnya kalau buat

memberi upah buruhnya terkadang juga saya mengalami kesulitan mbak. Jadi

mending untuk pekerjaan kecil seperti menanam, ngasih pupuk, panen itu saya

lakukan sendiri untuk menghemat pengeluaran.

R : Buruh laki laki itu mas?

F : Ada yang perempuan juga. Kan anu. Lihat ekonomi keluarganya , kalo

ngga punya ya terpaksa yang perempuan jadi buruh tani. Kan Kebanyakan

masyarakat sini menengah ke bawah

R : Biasanya kalo perhari buruh pengairan itu kerjanya berapa lama mas?

F : Kalo di pengairan itu kerjanya panenan. Jadi kalo tidak panen ya ngga

diairi. Yang ngairi yang rugi.

R : Kalo yang tembakau biasanya berapa mas kalo setiap panenan?

F : Kalo tembakau itu lihat hasil panen juga. Kebanyakan orang sini kalau

panen tembakau memberi buruhnya sesuai hasil panennya. Kalo dapat banyak ya

banyak kita ngasihnya.

R : hmm ngelihat hasil panen nya juga ya. Jadi ngga harian ya ngupahin nya?

F : Tidak. Kasihan juga. Kalo harian ya sampek jam 12 itu buruhnya di

sawah dapetnya 20ribu

R : Jadi ya ngga ada bagian nanem siapa, bagian pengairan siapa.

F : Ngga mbak. Kebanyakan disini itu kalo kata orang medura istilahnya

“mbetonan”

R : Mbetonan?

F : Iya kalo kata Orang Madura seperti itu. Jadi hasilnya nanti kalo setelah

panen umpama dapat 5 kuintal, yang 4 kuintal itu untuk pemilik, yang 1 kuintal

untuk yang kerja.

R : Oh gitu

F : Iya begitu

Page 171: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

171 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

R : Itu berlaku di buruh pengairan juga mas?

F : Kalo pengairan nda.Dapatnya uang. Buat yang mengairi diapetnya uang

R : Itu waktu nyarih buruhnya pakai kontrak kerja atau ngga?

F : Kalau disini menawarkan diri buruhnya mbak. Wong kadang-kadang itu

saya dapat buruh dari kelompok tani. Ya organisasi pertanian gitu. Ada yang

ngasih tau buruh mana yang potensial untuk mengairi sawah, ya saya hubungi

buruhnya ke rumahnya gitu.

R : Rata-rata pemuda atau dari orang tua ya mas?

F : Yang tua. Kalo pemudanya kayaknya gengsi kalo jadi buruh tani kerja

disawah

R : hmm gitu. Berarti kekurangan tenaga petani muda gitu?

F : Iya. Kebanyakan kalo pemuda di sini ini kerjanya keluar gitu mbak, ke

Bali Surabaya jadi kuli bangunan gitu. Mohon maa ya kalo jawabannya kurang

lancar ya, soalnya kebetulan abis sakit

R : Oh ngga kok mas, cukup jelas penjelasannya. Kalo buruh pengairan itu

pernah ngga kerja melebihi jam kerja?

F : Kalo yang ngairi itu tidak tentu mbak, tidak dibebani jam kerja. Biasanya

kalo ngairi pas sore, ya sore berangkat ke sawah. Kalo malem ya malem. Tapi

kebanyakan kalo sini kerja malem itu dapat upah lain lah meskipun hanya dua

puluh ribu , dua puluh lima ribu

R : Itu masnya yang minta kerja malem atau orangnya yang minta kerja

malem gitu?

F : Melihat kondisi sekolah pengairan ke sawah mbak. Kalo airnya besar

dari depan. Kalo dari DAM itu airnya besar pas malem misalnya. Itu kebanyakan

kalo seperti itu pas musim kemarau. Kalo musim hujan gini jarang yang malem.

R : Deket sini tah mas rumah buruhnya?

Page 172: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

172 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

F : Kalo yang ngairi punya saya ini depan rumahnya. Pak Su namanya.

Karena kan kebetulan beliau direkrut juga di pengairan. Kalo pas ngga ada ya

saya cari buruh lain

R : Apa cukup ya mas kalo tiap panenan dapat upahnya?

F : Melihat luas yang diairi. Kan kebanyakan sini kan kalo kayak Pak Su

lumayan luas yang diairi. Kan kebanyakan orang sini kalo kerja berpindah pindah

majikan

R : Jadi kebanyakan nyabang gitu ya kerjanya?

F : Ya nyabang gitu mbak kalo ngga gitu ngga cukup buat menuhi

kebutuhan hidup

R : Ada ngga mas semacam jaminan kesehatan gitu dari masnya ke buruhnya

kalo misalnya buruhnya sakit gitu?

F : Ada. Kalo itilahnya tradisi sekarang pas buruh itu sakit kita harus

menjenguk, meskipun memberikan bantuan hanya berapa gitu lah

R : Berupa uang gitu ya?

F : Ya berupa uang, barang juga. Tapi tidak semua lah majikan itu seperti

itu.

R : Kalo buruh tani itu emang kelasnya menengah ke bawah gitu?

F : Iya mbak. Disini kalo di Tegal Gusi kan cuma sawahnya yang besar,tapi

kan pemiliknya kebanyakan orang luar.

R : Oh gitu. Tanahnya cukup luas terus dijual ke orang luar? Ke pengusaha

tam as?

F : Tidak. Pokok ada orang yang suka punya sawah di Tegal Gusi karena

airnya lancar kan. Berarti kalo sekarang yang punya sawah ini udah di jual

rasanya kok ya eman padahal bisa digarap sampe anak cucu. Kebanyakan tapi

udah dijual ke orang luar sih.

Page 173: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

173 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

R : Tapi ketika panen tembakau melimpah, masnya ngasih bonus ga ke

buruhnya?

F : Iya. Biasanya bonus itu tergantung hasil kita juga mbak. Kan lumayan

kemarin pas bulan puasa kan, jadi istilahnya buruh itu megang THR lah.

R : Itu waktu panen dapet berapa itu mas?

F : Kalo kemarin itu saya gagal panen

R : Kalo panen tembakau terakhir dapat berapa?

F : Yang taun kemarin nyampe delapan juta.

R : Luas lahannya?

F : empat ratus meter persegi.

R : Kalo ngasih buruhnya berupa uang gitu?

F : Kalo tembakau disini bukan paruhan. Tapi bagi hasil.

R : Itu kayak gimana itu mas?

F : Itu gini. Kita pemilik lahan tetep keluar buat modal sawahnya. Nanti kalo

udah panen hasilnya saya kasih bagian buat buruhnya

R : Oh gitu. Kalo delapan juta biasanya ngasih ke buruh berapa gitu?

F : delapan juta kemarin saya ngasih ke buruh satu setengah juta per

orangnya.

Kan delapan juta. Yang empat juga buat saya, yang delapan juta buat buruhnya.

R : hmm banyak juga ya mas

F : Ya kalo tembakau itu lebih banyak yang make bagi hasil itu lah mbak.

Karena selain dari bagi hasil itu kan ada reward lain.

R : terus kalo yang tadi saya denger dari Pak kepala tani itu sempat

mengalami gagal panen ya petani daerah sini karena hama tikus ya?

Page 174: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

174 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

F : Ya . Bulan kemarin. Punya saya yang biasanya dapat satu ton itu cuma

dapat Sembilan belaskilo dari satu ton beras nya.

R : Rugi banyak berarti mas?

F : Oh sangaaat. Kena tikus kemarin. Tapi sekarang alhamdulilah ngga .

R : Kalo gagal panen yang nanggung mas sendiri atau buruhnya juga?

F : kalo padi yang nanggung pemilik lahan. Kalo tembakau yang nanggung

yang kerja.

R : Bukan pemilik lahannya yang nanggung?

F : Ya kalo ada kerugian ya kita ikut bantuin lah. Tapi kalo pada misal gagal

panen, total ditanggung pemilik lahan.

R : Oh ya mas kalo semisal buruh berhalangan kerja gitu gimana?

F : ya saya turun sendiri mbak.

R : Ngga harus memaksakan buruh untuk bekerja gitu?

F : Iya. Karena kita kan juga ngerti keadaan buruh. *(Mas ngga rokokan ta

?” menawari teman peneliti yang ikut hadir ke rumah informan ketika wawancara

berlangsung)

Saya kena salah urat ini mbak. Pemijatnya salah urat ini makanya baru sembuh.

R : Oalah mas. Ngga dibawa ke dokter?

F : engga mbak mau dibawa ke tukang pijet satunya. Jadi gini mbak, kalo

pas kena hama tikus itu kita tiap hari yang tiap hari basmi ke sawah. Kalo soal

tenaga pemilik lahan juga membantu mbak. Kita kan masih pake sistem pedesaan

mbak , jadi ya ngga perhitungan antara pemilik lahan dengan petani. Yang bertani

misalnya datang cepat buruhnya , ya buruhnya yang kerja. Kalo pemilik yang

datang duluan ya pemiliknya yang kerja. Itu sebagian. Tapi ada juga yang

memaksa, misalnya memaksa kalo pas gagal panen pemilik minta buruhnya ikut

menanggung gagal panen padi. Kalo saya sendiri sih engga mbak. Ngga tega.

Page 175: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

175 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

R : Oh gitu ya mas. Saya kira cukup informasi yang saya dapatkan.Terima

kasih banyak mas atas informasi dan waktu yang sudah diluangkan buat ngobrol

bersama kami.

F : Oh iya mbak.

R : Maaf mas kalo kami merepotkan.

F : Ah engga kok mbak. hehehe

Page 176: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

176 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Pewawancara : Erika Isnaini Maulida (071114016)

Informan : Bapak Sum

Usia informan : 50 tahun

Pekerjaan : Buruh tani

Waktu wawancara : 29 november 2013 pukul 11.25

Orang disekitar informan : Anak informan

Sekitar pukul 11:25 bertepatan pada tanggal 29 Nopember 2013 dengan

kondisi awan yang cerah dan angin yang sepoi-sepoi dimana pada saat itu suhu

dan cuacanya sangat membuat orang mengantuk, akan tetapi karena ingat akan

kewajiban, tanggung jawab dan tujuan utama saya ada di Desa Mayang, Jember,

maka walaupun dalam kondisi yang agak ngantuk akan tetapi tidak menjadi

penghalang. Sebagaimana orang baru yang pada umumnya, yang datang di

kotanya orang lain, kami tidak tau arah akan tetapi kami sebagai mahasiswa

Sosiologi kami tidak segan-segan untuk bertanya kesana-kemari sambil membawa

kertas nama-nama informan, kami bertanya dari satu orang ke orang yang lain.

Akhirnya rumah informan saya yang bernama Bapak Sum dapat ditemukan,

beruntung juga ada saat itu Bapak Sum sedang berada di rumah.

Page 177: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

177 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Pewawancara : assalamu‟alaikum,

Informan : wa‟alaikumsalam,

Pewawancara : permisi pak, maaf menganggu pak, apakah ini dengan Bapak

Sum ?

Informan : iya benar saya sendiri Bapak Sum, silahkan masuk mbak (raut

muka bapak tersebut terkejut, dan bingung),

Pewawancara : bapak bertempat di rumah ini dengan siapa saja pak ?

Informan : dengan istri saya mbak, dan satu anak kedua saya, sedangkan

anak yang petama saya sudah bekerja ke luar kota mbak bekerja

disana anak saya sebagai buruh tani di lahan miliknya orang sana

mbak,

Pewawancara : kata tetangga sebelah bapak, bapak juga bekerja sebagai buruh

tani?

Informan : iya saya juga bekerja sebagai buruh tani, tetapi tidak menggarap

tanah milik saya sendiri, hanya menjadi buruh tani di tanah milik

orang lain, miliknya Bapak Haji Husen, saya dipercaya untuk

melakukan pembersian rumput dan perairan

Pewawancara : sudah lamakah bapak bekerja sebagai buruh tani?

Informan : ya lumayan mbak, sudah sepuluh tahunan saya ikut Bapak Husain

Pewawancara : alasan bapak memilih bekerja sebagai buruh taninya Bapak

Husen?

Page 178: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

178 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Informan : apa ya mbak, ya karena disini itu adanya hanya lahan sawah

mbak, ya sudah turun temurun, sudah menjadi kebudayaan orang

disini, hampir mayoritas disini orang-orang bekerja di sawah, dari

bapaknya yang bekerja sebagai buruh tani menurun kepada

anaknya yang ikut menjadi buruh tani juga, dan saya itu ikut Bapak

Husen karena dia orangnya baik, awalnya ya saya belum kenal

Bapak Husen. Awal mula saya kenal dan bekerja di Bapak Husen

dulu saya dengan bapak Husen secara tidak sengaja ketemu di

sawah dan saya ditawari untuk menggarap tanah miliknya karena

saya memerlukan uang ya saya terima tawarannya,

Pewawancara : dari jam berapa dan sampai jam berapa bapak bekerja?

Informan : saya berangkat kerja itu mulai jam enam pagi mbak sampai jam

sepuluh siang,

Pewawancara : terus berapa pak gaji yang didapatkan?

Informan : tidak tentu mbak, gajie tidak bisa dipastikan, terkadang ya dua

puluh, terkadang ya dua puluh lima mbak, kebanyakan yang dua

puluh lima ribu itu kalau sawahnya Bapak Haji Husen tidak

terkena penyakit. Kalau pas sawahnya terkena penyakit ya

berakibat pada gaji yang saya peroleh mbak yang pasti nanti gajih

saya kurang dari dua puluh lima,

Pewawancara : lho, memang penyakit apa aja?

Informan : terkadang walang sangit, olah tumbuk, pirus, tikus,

Page 179: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

179 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Pewawancara : Pak, disini katanya terkenal tanaman tembakaunya pak? Berarti

bapak pernah menjadi buruh tani yang menjaga dan mengelolah

tanaman tembakau di sawah?

Informan : iya pas dulu pernah mbak, pas musimnya tanaman tembakau

sekarang ya tidak nanam tembakau tetapi diganti nanam padi,

musim e tembakau iku mbak pas bulan kelima atau keenam mbak,

sekarang ya masih ada tapi cuman beberapa saja yang nanam

tembakau,

Pewawancara : apakah sama pak cara nanam padi sama tembakau?

Informan : hampir sama mbak, penyakit yang nyerang padi dan tembakau

juga sama mbak,

Pewawancara : Oh iya pak, apakah dulu awal menerima tawaran pekerjaan dari

Pak Husen, bapak berperan juga dalam kontrak kerja?

Informan : maksudnya kontrak kerja mbak?

Pewawancara : hmm.... semacam kesepakatan jam kerja atau besarnya gaji pak?

Informan : wah ya ndak mbak, saya ya nriman saja, apa kata Bapak haji

Husen, yang nentuin semuanya dia, mulai dari jam kerja, lamanya

pekerjaan, besarnya gaji, bibit, biaya pengolaannya, yang penting

saya nrima jadinya mbak dan mendapatkan uang yang dapat

digunakan membeli makan sudah itu saja,

Pewawancara : dalam seminggu bapak liburnya hari apa?

Page 180: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

180 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Informan : ndak ada hari libur, seminggu kerja terus, terkecuali sudah tidak

ada yang dikerjakan lagi di lahan tersebut, dan juga ketika saya

sakit mbak, saya izin tidak masuk kerja ke Bapak Haji Husennya,

Pewawancara : apakah gajih yang bapak terima cdari bekerja buruh tani cukup

untuk memenuhi kebutuhan bapak dan keluarga?

Informan : ya banyak tidak cukupnya mbak, jika saya tidak punya uang dan

memerlukan uang ya saya pinjem dulu di Bapak Husennya nanti

membayarnya dengan dipotong gajih saya. Terkadang untuk

menambah penghasilan saya membuat usuk rumah mbak, tiap usuk

saya jual dua puluh rima ribu,

Pewawancara : ketika bapak sakit, apakah tetap digajih?

Informan : ya tidak mbak, kalau masuk saja baru digajih mbak, kalau tidak

masuk ya tidak,

Pewawancara : pernahkah bapak Husen menjenguk bpak ketika sakit? Dan

membantu biaya pengobatan?

Informan : tidak pernah mbak, nek sakit ya saya berobat sendiri, uang-uang

saya sendiri, tidak pernah kok Bapak Husen membantu memberi

uang saya untuk biaya berobat. Paling kalau saya sakit dan tidak

punya uang ya saya pinjem ke orang lain dulu dan jika sudah ada

uang baru saya kembalikan,

Pewawancara : apakah bapak menerima upah tambahan jika lembur kerja, pulang

kerjanya lebih lama?

Page 181: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

181 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Informan : tidak pernah mbak, ya itu tadi gajinya sesuai dengan kesepakatan

awal.

Pewawancara : Ketika panen haslnya melimpah bapak diberi sesuatu dari bapak

Husen?

Informan : dikasihnya ya hanya ketika pas hari raya idul fitri saja mbak,

biasanya lima sampai sepuluh kilo beras, kalau diluar hari raya

jarang mbak diberi semacam itu,

Pewawancara ; apakah selama bapak menjadi buruh taninya Bapak Husen, Bapak

merasa senang tanpa dipaksa?

Informan : namanya juga pekerjaan saya hanya sebagai buruh tani mbak, ya

pasti cukup berat mbak, kalau hujan ya kehujanan, kalau panas ya

kepanasan, demi keluarga mbak ya walaupun berat tetap saya

lakukan,

Pewawancara : apakah bapak memiliki keinginan untuk berpindah pekerjaan dari

buruh tani?

Informan : keinginan ya pasti ya mbak, tetapi mau pindah kemana mbak,

bisanya hanya sebagai buruh tani,

Pewawancara : terima kasih pak atas waktunya, maav sudah mengganggu waktu

istirahat bapak, assalamu‟alaikum,

Informan : tidak apa-apa mbak, wa‟alaikumsalam,

Page 182: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

182 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Nama Pewawancara : Eka Ramadhan Hari Adhi ( 071114083)

Nama Informan : Bapak Rudi

Usia Informan : 55 tahun

Pekerjaan : Buruh Tani

Waktu wawancara : 29 november 2013 pukul 09.30

Orang disekitar Informan : Galang Putra Bangsa

Tak terasa kala itu mentari mulai menampakkan wujudnya. Bias sinarnya

yang mulai menusuk ke dalam pori kulit ini mengiringi langkahku dan teman-

teman seperjuanganku menuju persinggahan para informan yang lokasinya tak

jauh dari tempat kami menginap. Saya lihat riangnya para kawan-kawanku

sementara saya harus terdiam menahan sakit radang yang saya derita semenjak

hari pertama tiba di Jember. Selang beberapa waktu kami akhirnya sampai pada

desa tujuan kami. Sepanjang perjalanan saya temui hamparan sawah yang luas

nan hijau menunjukkan bahwa sebagian besar mata pencaharian penduduk desa

tersebut merupakan petani. Rumah demi rumah saya lewati dan akhirnya saya

menemukan rumah informan saya. Setelah mengetuk pintu,kami menjelaskan

maksud kami datang menemuinya lalu informan saya mempersilahkan saya

masuk dengan teman saya yang bernama Galang Putra. Pada akhirnya kami

bercakap-cakap

Pewawancara : Permisi Pak, kalau boleh saya tahu nama bapak siapa?

Informan : Pak Rudi

Pewawancara : ini dusun mana Pak?

Page 183: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

183 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Informan : Tegal Gusi

Pewawancara : Usianya pak?

Informan : (Sambil batuk-batuk dan sedikit berpikir kebingungan) usia ?

emmm 55 tahun.

Pewawancara : Ini bapak pekerjaanya apa ya pak?

Informan : iya buruh tani mas. Buruh tani tembakau, padi

Pewawancara : ohh, mohon maaf pak . pendidikan bapak dulu?

Informan : saya dulu ndak sekolah

Pewawancara : emm , apa sudah lama pak jadi buruh tani?

Informan : iya mas lama

Pewawancara : Sejak kapan pak?

Informan : ya sudah lama , berapa tahun ya mas. lupa (sambil mengingat-

ingat)

Pewawancara : ada 10 tahun pak?

Informan : iya mungkin mas, lebih kayaknya 20 tahun

Pewawancara : kalau sehari gitu berapa jam pak kerjanya?

Informan : ya gak tentu mas, kadang ya jam 7 sampai jam 12. Terus kalau

ada waktu ya kembali lagi mas dhuhur itu samp ashar.

Pewawancara : kalau upahnya gimana pak?

Informan : disini ini orang macul 25 ribu mas.

Pewawancara : itu bapak ikut orang gitu ya pak? Majikan gitu

Informan : iya mas, tapi majikan saya itu ya nyewa gitu mas.

Pewawancara : harga sewanya berapa pak?

Informan : kurang tahu mas tergantung luas lahanya

Page 184: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

184 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Pewawancara : bapak udah lama jadi buruh tani kenapa pak?

Informan : ya suka aja mas. dari kecil suka sama tani. Gak punya keahlian

lain. Merasa cocok aja mas. kalau saya gak kerja jadi tani ya gak semangat mas.

Pewawancara : apa gak pengen punya pekerjaan lain? Atau kerja di bidang lain

selain pertania?

Ketika hening sesaat, tiba – tiba terdengar suara motor lewat dari luar

rumah responden, dan terdengar pula suara “ngooookkkk....”suara sapi yang

merupakan hewan ternak yang dimiliki oleh informan.

Informan : endak mas, ndak semangat saya kalo ndak di tani. Paling dulu

saya angon sapi

Pewawancara : terus apa hasil pertanian dibagi sama yang punya lahan?

Informan : iya biasanya gitu mas. yang paling banyak ya majikan. Majikan

yang ngasih semua bahan kayak pupuk, bibit. Lha kita yang nanam, mupuk, tersu

manen gitu mas.

Pewawancara : oo.. terus tanaman yang ditanam itu apa aja pak?

Informan : tergantung mas, kadang ya padi, tembakau. Lihat musim. Kalau

sekarang ini temabakau lagi sulit mas. banyak yang harga jualnya rendah.

Sekarang rata-rata yang 23 juta mas. tapi ya kadang mahal mas.

Pewawancara : kalau gagal panen gitu yang nanggung siapa pak?

Informan : ya.. rugi mas. ya majikannya paham mas. tapi ya gitu upah buruh

tani kan jadi berkurang mas. kalau panen bagus biasanya dapat 30 ribu sehari,lha

kalau jelek ya paleng dapet 20 sampe 25 ribu mas sehari.

Pewawancara : biasaya uang hasil panen dibuat apa pak?

Informan : ya apa ya mas, ya makan juga mas, ya sehari-hari gitu mas

Page 185: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

185 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Pewawancara : tapi kira-kira cukup gak pak?

Informan : ya begini ini mas, kadang ya kurang mas.

Pewawancara : kalau misalnya hasil panen berliebih apa dapat tambahan upah

dari majikan bapak?

Informan : ya kadang ditambahi dikit mas, kadang ya dikasih hasil panenya.

Kalo panen padi ya dikasi padi berapa kilo mas,

Pewawancara : bapak sendiri apa merasa cukup dengan gaji yang bapak terima?

Informan : cukup ndak cukup mas. udah dikasi segitu sama majikan ya saya

ga berani protes

Pewawancar : disini ini temabakaunya dijual kemana pak?

Informan : ya nanti ada makelarnya. Trgantung dari jenis dan kelas tembakau

yang ditanam mas. kalo kita tanam tembakau kelas A biasanya yang ambil ya

kayak bentoel, gudang garam mas. kelas B itu ya sampoerna mas.

Pewawancara : yang paling bagus kelas apa?

Informan : kelas A mas. tapi kan ya tergantung pabrik yang ngolah. Ya

sampoerna itu milih kelas B soalnya dari awal sampoerna ahli kalau ngolah

temabaku kelas B. Kalao sampoerna dikasi kelas A kan gak bisa mas mereka

ngolahnya. Ya kaya gak punya resepnya mas

Pewawancara : kalau bapak sendiri minta bantuan ke majikan gitu apa dibantu

pak?

Informan : bantuan? Giamana mas.

Pewawancara : ya misal bapak butuh uang buat berobat waktu sakit atau ada

keluarga bapak yang sakit tapi kebetulan waktu itu bapak gak punya uang, terus

bapak minta bantuan ke majikan ya misal hutang gitu apa dikasih ?

Page 186: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

186 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Informan : oohhh. Ita mas kadang ya dikasih kadang ya dianggap hutang mas. ya

namanya orang kan kadang-kadang sama-sama ga punya uang mas.

Pewawancara : ini bapak kerja sendiri ya pak? Anggota keluarga lainya gimana

pak?mungkin anak bapak atau istri bapak, apa juga ikut berkerja?

Informan : iya kadang istri saya ikut bantu saya jadi buruh tani kalo ada

orang yang butuh. Kalu capek ya gak kerja mas. ini anak saya ya sudah bekerja di

pabrik.

Pewawancara : pak disini apa ada semacam perkumpulan tani?

Informan : ya ada mas saya sendiri juga ikut jadi anggota

Pewawancara : itu biasanya kegiatan apa aja pak?

Informan : ya rapat gitu mas seminggu sekali kadang ya sebulan sekali.

Pewawancara : yang dibahas waktu rapat itu apa pak?

Informan : harga pupuk mas, ya bibit juga,kadang naik terus dirapatkan.

Kira-kira pesan pupuk berapa dan dapat bantuan dari pemerintah berapa semua

petani harus tahu mas.

Tiba-tiba terdengan suara adzan, dan baru saya ingat kalau hari itu adalah

hari jumat dan saatnya untuk sholat jumat.

Setelah saya merasa informasi yang saya dapat sudah cukup akhirnya saya

memutuskan untuk menyudahi pembicaraan,dan berpamitan kepada responden.

Sekian dan terima kasih.

Page 187: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

187 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Nama Pewawancara : M.Alhada Fuad

Nama Informan : Ahmad Husein

Usia Informan : 49 tahun

Pekerjaan : petani pemilik dan tani

Waktu wawancara : 29 november 2013 pukul 09.30

Orang disekitar informan : Ravelita Nian Sari,dan Ulin Ni‟mah

Wawancara ini dilakukan pada hari Jum‟at tanggal 29 November 2013

pukul 09.03 di rumah Bapak Ahmad Husein yang beralamat di Jl. Kiyai Haji

Abdul, RT 01, RW 01, Dusun Tegal Guci, Desa Mayang, Kabupaten Jember.

Suasana ketika wawancara cukup hening dan sepi karena lokasi penelitian berada

di pelosok desa yang cukup terpencil sehingga sangat jarang terdengar suara

kendaraan yang melintas di jalan depan rumah Pak Husein tersebut. Ketika proses

wawancara, saya selaku pewawancara (Muhammad Alhada Fuadilah Khabib)

didampingi oleh kedua rekan saya yaitu Rafelita Nian Sari dan Ulin Ni‟mah,

sehingga ketika proses wawancara berlangsung terdapat 4 orang yang berada di

ruang tamu lokasi wawancara tersebut. Namun keberadaan Rafelita Nian Sari dan

Ulin Ni‟mah sebagai orang ke-3 dan orang ke-4 tidak mengganggu proses

penggalian data yang saya lakukan, bahkan mereka sesekali menambahi

pertanyaan yang saya ajukan agar data yang saya peroleh bisa lebih lengkap dan

mendalam. Proses wawancara ini berlangsung selama 18 menit dan hasil dari

wawancara tersebut saya tulis dalam transkrip di bawah ini;

A: Permisi ya Pak, sebelumnya kalau oleh tahu nama lengkap bapak siapa ya?

B: Ahmad Husein

A: Emmm alamat bapak ini?

B: Jalan Kiyai Haji Abdul RT satu RW satu Dusun Tegal Guci Desa mayang

A: Usianya bapak saat ini?

Page 188: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

188 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

B: Emmm empat puluh sembilan tahun

A: kalau pekerjaan bapak disini sebagai apa?

B: Tani

A: Owh petani juga, petani pemilik ya pak?

B: Iya,

A: Terus bapak juga ketua kelompok tani disini juga ya pak?

B: Iya betul,

A: Pak, kalau di desa sini petani itu bekerja dalam sehari itu berapa jam pak?

Misalkan jam berapa sampai jam berapa Pak?

B: Eeeee,,,, dari jam tujuh sampai jam dua belas pada umumnya

A: berarti lima jam dalam sehari ya pak?

B: Iya, pada umumnya

A: emmm,,, kadang-kadang ada tambahan jam gitu gak Pak? Maksudnya bekerja

dalam waktu yang lebih gitu gak Pak?

B: Sebagian, tergantung,,, istilahnya pada musim tembakau atau tidak, kalau

musim seperti ini dari jam tujuh sampai jam dua belas

A: jadi bekerjanya lebih kalau pas musim kayak panen dan tanam gitu ya Pak?

B: Iya seperti itu

A: Terus kalau misalkan pas ada tambahan waktu gitu ada tambahan upah gak

pak?

B: Iya, pasti ada

A: Emmm,,, kalau dalam sehari dari jam tujuh sampai jam duabelas itu upah

kerjanya berapa pak?

B: Dua puluh ribu

A: terus kalau misalkan ada tambahan jam kerja biasanya ditambah berapa pak?

Page 189: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

189 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

B: kisarannya dari satu jamnya ditambah lima ribu

A: Terus disini itu para buruh tani boleh melakukan,,, maksudnya bergabung

dalam organisasi gitu gak pak?

B: Eeee,,, artinya buat kerjasama gitu ya mas??

A: gini pak, misalkan buruh tani di sini diperkenankan bergabung di kelompok

tani begitu gak pak sama majikannya?

B: Iya, bergabung

A: Kalau sistem kerja di sini itu bagaimana pak? Kontrak atau buruh tetap gitu

pak?

B: kalau di sini sistem kerjanya itu menggunakan sistem “Matun”

A: emmm,,, kalau boleh tahu istilah “Matun” itu sendiri seperti apa Pak?

B: gini mas, matun itu kayak bagi hasil tapi bukan bagi hasil, sistemnya ya

tergantung kesepakatan antara buruh dan pemilik lahan, gini misalnya dapat hasil

satu ton, yang sepertimanya itu punya yang matun, jadi intinya kayak hubungan

kerja sama begitu

A: Owh gitu ya... kalau boleh tahu bisa tolong dijelaskan kembali sistem matun

itu pak?

B: jadi intinya kerja sama antara buruh dan pemilik lahan, caranya dengan

kesepakatan gitu

A: jadi ada kesepakatan kerja gitu ya pak?

B: Iya, terus biasanya pemilik tanah itu menyediakan kayak pupuk, pertisida,

benih dan yang matun itu menyediakan tenaganya, jadi istilahnya kerja sama yang

satu tenaga yang satu modalnya begitu

A: owh... jadi yang matun itu yang bekerja pada seluruh lahan pertanian ya pak?

B: kalau pas kerja yang kayak penanaman, pengairan, pemanenan begitu ya

dicarikan tenaga kerja lain yang bayar ya yang punya tanah. Terus kalau yang

buat kayak “galengan”, bajak sawah itu urusannya yang matun. Jadi gak setiap

Page 190: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

190 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

hari kerja, Cuma waktu-waktu tertentu saja, misalkan dalam 4 bulan itu gak penuh

bekerja terus

A: Galengan itu apa ya pak?

B: Galengan itu kayak jalan, pembatas sawah giu mas, istilahnya itu apa ya...

emmm... pematang sawah

A: Oo,,, pematang sawah! Iya pak,

B: Iya, iya

A: Oo..iya pak, tadi kan bekerjanya tidak setiap hari, jadi kan tidak bisa dapat

penghasilan setiap hari, itu buruh taninya dapat penghasilan darai mana pak kalau

pas tidak bekerja? Atau sudah cukup dengan pekerjaannya seperti itu?

B: Nah begini, disini kan cukup luas dan banyak juga ya ladang-ladang sama, di

mana setiap ladang itu kalau misalkan tidak sedang bekarja, dia bisa kemana-

mana, jadi bekerja ditempat lain, miasalkan kalau ada panenan gitu dia ikut

panenan

A: Jadi apa bisa dikatakan hampir setiap hari mereka bisa dapat kerjaan dari hasil

panenan gitu pak? Panenannya itu tidak bersamaan gitu ya Pak?

B: Ya panenannya tidak bersamaan, tapi ya gak setiap hari kadang juga libur,

seminggu begitu mungkin libur sekitar 3 sampai empat hari

A: jadi seminggu itu bisa dikatakan yang separuh buat bekerja yang separuh

menganggur gitu ya pak?

B: Iya, begitu gak tiap hari dapat kerjaan ada liburnya

A: tapi walaupun gak setiap hari bekerja tapi cukup untuk memenuhi kebutuhan

hidup gitu ya pak?

B: sebenarnya ya gak cukup sih kalau Cuma buruh tani aja, rasanya tidak cukup.

Istrinya kebetulan biasanya istrinya buruh tani itu bekerja di gudang

A: Owh...!!

Page 191: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

191 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

B: Itu penghasilannya perhari sekitar tiga puluh ribu, kalau gak salah dua puluh

sembilan berapa begitu

A: kalau yang bekerja di pabrik itu sistem kerjanya gak kontrak ya pak?

B: Iya, gak kontrak udah jadi buruh tetap begitu

A: Jadi gajinya itu dibayarkan perbulan atau perhari begitu pak?

B: perminggu, iya perminggu

A: terus di gudang itu kerjanya ngapain pak? Maksudnya ngolah apa begitu?

B: ngolah tembakau, disini kan kebanyakan produktivitasnya dari perusahaan-

perusahaan tembakau

A: terus bekerjanya itu meliputi bekerja apa aja begitu pak?

B: Artinya ya kayak pensortiran kalau disini istilahnya “gambang”, kan ada

tembakau kualitas A, B, C begitu itu disortir dikelompokkan begitu, sampai

dengan tali-tali pengemasan buat dikirim kepabrik

A: Jadi intinya semuanya begitu ya pak, sampai bisa dijual ke pabrik

B: Iya, begitu

A: Terus kalau biasanya yang dikeluhkan buruh tani terkait pekerjaannya itu apa

pak?

B: Artinya begini, ada keluhan bila mana seperti tahun ini itu terserang hama

tikus, otomtis tenaga buruh maupun petani pemiliknya juga gak bisa kan, banyak

yang gagal panen barusan ini karena terserang hama tikus itu tadi

A: Terus kalau keluhan lain dari para buruh terkait hubungan kerja dengan

majikannya itu ada gak pak?

B: gak ada,

A: Terus ada gak pak jaminan kesehatan bagi buruh tani begitu dari pemilik

lahan?

Page 192: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

192 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

B: sebenarnya dikontraknya gak ada tapi, kebanyakan itu ada kebijakan dari

atasan itu pasi ada, tapi tidak ada konteks dalam perjanjian itu tidak ada,

A: owh, sebenarnya tidak ada tapi mesti dikasih bantuan gitu ya pak kalau

buruhnya ada yang sakit?

B: Iya, ada kebijakan sosialnya itu pasti ada

A: terus kalau ketika panennya melimpah begitu ada bonus-bonus begitu gak pak

yang diberikan kepada buruh tani?

B: Ada, sebagian itu majikan ada yang ngasih sebagian ada yang enggak,

tergantung kepada majikannya

A: tapi sebagian besar disini ngasih gak pak

B: ngasih lah,,,

A: terus ngasihnya itu biasanya dalam bentuk apa pak?

B: ya.. kadang-kadang dalam bentuk uang, kadang-kadang dalam bentuk hasil

panenan itu tadi

A: Owh,,, Terus kalau misalkan gagal panen kayak yang barusan terjadi karena

terserang hama tikus itu yang naggung siapa pak kerugiannya?

B: ya yang nanggung majikannya, termasuk yang matun juga menanggung juga,

kan tenaganya jadi gak terbayar, kayak bikin pamatang sawah, bajak sawah,

menanam bibit dan sebagainya itu kan tanggungannya yang matun tapi kalau

kerugian materi ya yang naggung majikan

A: Owh... Iya pak, karena yang membelikan pupuk, benih dan sebagainya itu kan

majikan ya Pak,,,

B: Iya, jadi dua-duanya ruji

A: Ya sudah pak terimakasih banyak atas waktunya untuk wawancara ini, maaf

sudah merepotkan bapak,

B: Iya tidak apa-apa

Page 193: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

193 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Nama Pewawancara : Izzatul Millah

Informan : Suheri

Umur : 67 Tahun

Pekerjaan : Petani

Waktu wawancara : 29 november 2013 pukul 09.30

Orang disekitar informan : Anak informan

Waktu itu tepatnya pukul jam delapan pagi setelah usai sarapan pagi saya

beserta kelompok saya berangkat dari penginapan kita yang berada di secaba

menuju Desa Mayang kecamatan mayang kabupaen jember. Dimana tempat

tersebut adalah tempat kediaman para informan kita. Jarak yang ditempuh dari

penginapan kita memang lumayan jauh. Dengan membawa mobil kami

sekelompok menuju daerah tersebut. Jalan yang kami lalui sungguh indah akan

pemandangan alamnya. Sepanjang jalan yang kami temui adalah deretan pohon-

pohon yang mungkin usianya sudah tua, ukurannya yang sangat tinggi dengan

dedaunan yang rimbun. Membawa hawa dalam perjalanan kami terasa sangat

menyejukkan hati. Keceriaan tumbuh di tengah-tengah anggota kelompok kami.

Hingga akhirnya kami sampai di balai desa Mayang untuk meminta izin lagi

untuk mencari informan ke Desa Mayang. Setelah itu kami menuju dusun tegal

gusi dimana kami akan menemui para informan. Memang letak dusun tersebut

dari balai desa memang lumayan cukup jauh. Dan sekali lagi untuk menuju dusun

tegal gusi di sepanjang perjalanan kami terbentang pemandangan alam yakni

Page 194: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

194 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

sawah-sawah dan perbukitan yang hijau dan membuat saya tak henti-hentinya

selalu memuji kebesaran sang pencipta.

Setelah sampai saya dan teman saya menuju rumah informan temn saya

terlebih dahulu yang sudah kami ketahui sebelumya dari bapak ketua RT

setempat. Beberapa menit kemuudian wawancara teman saya berakhir dan

kamipun menuju rumah responden saya.

Saya : “Assalamu‟alaikum…..”

(sambil mengucapkan salam dan menunggu di depan rumah informan saya)

Irma : “wassalamu‟alaikum….iya mbak. Mau cari siapa? Silahkan duduk dulu”

Saya : “iya ini mbak, saya dari mahasiswa universitas airlangga ingin belajar dari

petani tembakau di daerah sini mbak. Apakah benar ini rumahnya bapa suheri

mbak?”

(yang saya rasakan saat di rumah bapak suheri adalah bau yang tidak enak,

sehingga saya sendiri tidak bisa mengkondisikan diri saya senyaman mungkin. Mungkin

bisa dimaklumi karena dalam rumah tersebut terdapat anak-anak)

Irma:” oo..iya mbak memang benar ini rumahnya bapak suheri. Namun orangnya

masih tidur. Sebentar ya mbak biar di bangunkan suami saya.” ( di ruang tamu

tersebut juga ad suami mbak irma yang namanya adalh rofik. Mas rofik tersebut masuk

ke dalam dan membangunkan pak suheri yang sedang tertidur)

Sambil menunggu pak suheri yang dibangunkan saya melakukan percakapan

dengan mbak irma

Saya : “mbak ini anaknya pak suheri ya?”

Page 195: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

195 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Irma : “iya mbak, saya anaknya yang kedua mbak. Anak pertamanya bapak ya ada

di Kalimantan merantau mbak. Saya tinggal disini sama keluarga saya sudah dari

kecil. Meskipun kami berjiwa Madura tapi dari kecil saya tinggal di sini. Ya

meskipun bahasa Madura masih kental pada diri saya, soalnya di sini mayoritas

juga orang-orang dari Madura.” (dengan menggunakan bahasa Madura yang saya

tidak tahu akhirnya mbak irma saya beritahu bahwa saya tidak mengerti dengan apa

yang di katakannnya dan saya mengarahkan agar mbaknya berbahasa Indonesia saja.)

Saya : “mbak kalau sini itu alamatnya apa ya mbak?”

Irma : (sambil mengambil KTP nya)

“alamatnya dusun tegal gusi RT:01 RW:02 Mayang”

Tak lama kemudian sering sepuluh menitan akhirnya pak suheri keluar dan duduk

bersama kami di ruang tamu. Yang saya lihat pak suheri sudah sangat tua dan

secara fisikpun beliau cukup rentan.

Saya : “pak suheri ya”

Pak suheri : “iya mbak.” (dengan sikap yang masih agak lemas usai bangun tidur)

Saya : “bapak umurnya sekarang berapa?”

Pak suheri :” umur saya sekarang 67 tahun.” (beliau berbahasa Madura dan sekali

lagi saya tidak faham apa yang di cakapkan belia. Sehingga mbak irma saya minta untuk

menerjemahkan dalam bahasa indonesia)

Saya : “bapak pendidikan terakhirnya apa?”

Pak suheri : “tidak tamat SD mbak, sekolah kelas 3 SD itu terakhir terus uda gak

nerusin sekolah lagi. Lah gak ada biaya buat nerusin sekolahe mbak.”

Page 196: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

196 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Saya : “bapak sudah menjadi petani itu sejak kapan ya pak?”

Pak suheri : “ya sudah lama mbak. Hampir 60 tahunan saya menjadi petani dan

hidup dengan alam terutama persawahan. Gimana gak jadi petani saja memang di

sini gak ada pekerjaan lain selain jadi petani.”

Saya : “kalau ke lahan atau sawah gitu biasanya berapa lama ya pak?”

Pak suheri : “ya berangkat jam 07.00 pagi sampai jam 12.00 siang mbak. Itupun

ya dilakukan setiap hari. Nggak ada hari libur atau apa gitu. Ya setiap hari harus

ke ladang mbak.”

Saya : “biasanya dapat upah itu perhari atau setiap kali panen ya pak?”

Pak suheri : “ya upahnya tiap hari mbak. Perhari itu ya kadang 20.000 kadang

juga 25.000. kalau dapat upahnya itu tiap panen ya gak nyukupi mbak. Iya kalau

hasil panennya bagus, kalau tidak itu yang menyusahkan kita sebagai buruh tani.

Kalau nanam tembakau setahun bisa nanam 5x. kalau pengairannya mudah. Kalau

pengairana biasanya mendapat uang lebih soalnya menjaga pengairan masuk ke

sawah bisa sampai jam 17.00 sore. Ya dapatnya sekitar 40.000-50.000 perharinya

itu mulai dari pagi. Itupun kalau airnya mudah itu bisa dapat 500.000 setiap kali

panen, tapi kalau air lagi sulit ya Cuma dapet 150.000 saja tiap kali panen. Ya itu

kalau majikan saya yang bernama pak husein. Kalau pak taufik ya nggak gitu.”

Saya : “memangnya bapak menggarap lahannya siapa saja pak terus bagaimana

sikap mereka pada bapak?”

Pak suheri : “saya menggarap dua lahan orang. Memang dua orang ini sangat

terkenal dengan kekayaannya di sini. Tapi lebih kaya pak husein daripada pak

Page 197: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

197 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

taufik. Dua orang ini memiliki perwatakan yang sangat berbeda. Pak taufik itu

sosok yang jahat, kalau memberi upah itu tidak setiap hari mbak. Meskipun

melihat saya ada di lahan ya di biarkan saja, jangankan ngasih upah bisa tiap hari,

ngasih makanan atau air minum saja tidak pernah. Walaupun saya sakit ya nggak

dijenguk. Di kasih uang untuk membeli obat saja tidak. Selain itu kalau hari raya

nggak dikasih apa-apa ya hitung-hitung buat THRan. Pak taufik ini jahat dan agak

kasar orangnya. Suka marah-marah kalau ada yang salah. Beda dengan pak husein

memang dia kaya tapi beliau sangat baik hati. Upah diberikannya tiap hari kepada

para buruh-burhnya. Beliau juga sering ngasih makanan kecil kalau buruhnya ada

di lahan. Walaupun ngga setiap hari tapi setidaknya beliau masih peduli dengan

buruhnya. Dan ketika saya sakit anak buah atau suruhan pak husein datang ke

rumah saya dan memberi uang untuk saya belikan obat. Selain itu pada hari raya

pak husein membagikan beras 5-10 kg kepada buruh-buruh tani di lahannya”

Saya : “kalau pak taufik seperti yang bapak gambarkan mengapa bapak masih

bertahan bekerja dengan orang itu?”

Pak suheri : “ya mau gimana lagi mbak namanya orang butuh kerja. Ya dibetah-

betahin aja mbak. Kalau gak di betahin ya dari mana penghasilan yang di dapat.

Nggak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kalau nggak

cukup ya kadang di kasih orang mbak. Ya kadang mereka nyumbang 10.000-

20.000 untuk saya. Walaupun anak saya kerja di Kalimantan tapi dia tak pernah

mengirimi uang, lah dia di sana saja tinggal bersama keluarganya. Kalau pulang

ke sini saja baru ngasih uang. Sedangkan suami si irma juga kerjanya tidak

menentu ikut orang di sini. Kalau dia di ajak orang kirim barang ya dia dapet upah

kalau tidak ada yang ngajak ya nganggur di rumah. Ya mereka juga kan memiliki

Page 198: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

198 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

anak yang usianya 7 tahun. Ya mau tak mau ya saya ikut membantu menghidupi

kehidupan anak saya. Untung saja istri saya tak begitu cerewet mbak, orangnya

terima apa adnya saja. Tapi saya juga sempat merasa iba di dalam hati ini dan

saya kepikiran kapan saya bisa nyenangin istri saya. Ingin hati membelikan

perhiasan tapi uangnya itu yang tidak ada. Buat makan sehari-hari saja sudah pas-

pasan.”

Saya : “biasanya kalau panen majikan bapak ngasih bonus nggak pak kepada

buruh-buruhnya?”

Pak suheri : “ya nggak pernah. Kalaupun mereka dapat panen melimpah ya

mereka tak akan memberikan bonus pada buruhnya mbak, kan upah yang

diberikan saja sudah tiap hari.”

Saya : “kalau panenya gagal itu siapa yang harus menanggungnya pak?”

Pak suheri : “ya yang nanggung majikan saya mbak, kan semuanya di modalin

mereka. Saya hanya merawatnya. Sekarang saja tikus itu merajalela. Hamper

tanaman penduduk yang di habiskan tikus. Ya gara-gara hama tikus itu mbak.”

Saya: “apa bapak nyaman menggeluti pekerjaan sebagai buruh tani?”

Pak suheri :” iya nggak nyaman sebenarnya mbak. Namanya kerja ikut oranng.

Tapi ya mau gimana lagi kalau gak kerja ya gak dapat uaang mbak. Kalau kerja

lain di sini ya gak ada. Adapun orang-orang sini yang meajut bambu untuk dijual

hasilnya. Tapi karena keterbatasan fisik dan keahlian yang saya tidak bisa ya saya

tetap saja menjadi buruh tani mbak. Ya semuanya di syukuri saja mbak, yang

penting dapat makan sehari-hari saja sudah cukup.”

Page 199: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

199 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Saya : “yasudah pak kalau begitu. Itu saja yang ingin saya gali tentang pekerjaan

bapak. Maav saya merepotkan dan menganggu waktu bapak.”

Pak suheri : “iya gak apa-apa mbak.”

Saya : “ya pak saya mohon pamit dulu ya pak. Terimakasih atas informasinya

pak.”

Asslamu‟alaikum.(sambil menjabat tangan pak suheri dan segera meninggalkan

rumahnya)

Pak suheri : “sama-sama mbak. Wa‟alaikumsalam…….”.

Segera saya tinggalkan rumah pak suheri. Dan menuju tempat parker kendaraan

kita untuk segera kembali ke penginapan.

Ini adalah potret sosok pak suheri dan keadaan ruang tamu rumah beliau.

Page 200: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

200 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Nama Pewawancara : Ainun Nurfitradana (071114052)

Nama Informan : Bapak Sujono

Umur : 59 tahun

Pekerjaan : Petani pemilik

Waktu Wawancaran : 29 november 2013 pukul 10.30

Orang disekitar informan : keluarga informan

Wawancara ini dilankukan pada hari jum‟at tanggal 29 November 2013

pukul 10.30 di rumah bapak Sujono yang beralamat Tegal Gusi Mayang, RT2

RW3, desa mayang kabupaten Jember. Suasananya ketika wawancara cukup

hening karena lokasi penelitian berada di pelosok desa yang cukup terpencil

sehingga sangat jarang terdengar suara kndaraan yang melintas di jalan depan

rumah bapak Sujono. Ketika proses wawancara, saya selaku pewawancara Ainun

Nurfitradana sangat senang karena di berikan kesempatan untuk bertanya-tanya

dengan bapak Sujono. Proses wawancara ini berlangsung selama dua belas menit.

D : Assala mualaikum pak..

S : Walaikum salam nak..

D : apakah benar ini rumahnya bapak Sujono ?

S : iya, benar nak.. ada apa memangnya ?

Page 201: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

201 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

D : begini pak, saya dari Universitas Airlangga Surabaya.. ingin bertanya-

tanya tentang pertanian di desa ini pak.

S : ohh, begitu ya.

D : iya pak, saya tadi bertanya sama orang.. saya bertanya tentang petani

pemilik lahan pak..

S : iya, terus..

D : dia bilang, ohh.. pak Sujono itu petani pemilik dek..

S : ohh, memangnya siapa yang di tanyai nak ?

D : tudak tau saya pak, tidak sempat tanyak namanya soalnya.. hahahaha..

S : oalah, begitu.. ya sudah, silahkan masuk nak..

D : iya pak, permisi ya..

S : iya nak, sini silahkan duduk (sambil menunjuk kursi dengan ibu jarinya

mempersilahkan duduk)

D : di sini sejuk ya pak hawanya..

S : ya begini lah nak, suasana desa.. hahahaha

D : bedah jauh dengan Surabaya pak, di sana kalau tidak pakai kipas angin

sumuknya minta ampun..

S : hahahahah.. kalo di sini pakai kipas angin bisa masuk angin nak..

hahahaha]

D : hahahahaha.. saya mulai ya pak..

Page 202: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

202 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

S : iya nak, silahkan..

D : kalau boleh tau nama bapak siapa ?

S : nama saya Sujono nak..

D : yang saya maksut nama lengkap bapak..

S : iya itu Sujono, panggilannya Jono.. hahaha

D : pendek sekali ya pak.. hahaha

S : iya nak, hahaha..

D : alamat rumah bapak di mana ini ?

S : ini di Tegal Gusi Mayang, RT2 RW3, Jember nak

D : kalau boleh tau, usia bapak sekarang sudah menginjak berapa ?

S : usia saya sudah lima puluh sembilan tahun nak.

D : wow, lebih tua dari ayah saya ya pak.. hahaha

S : memangnya, usia ayah berapa nak ?

D : masih lima puluh tiga tahun pak.. hahaha..

S : ohh...

D : ohh, iya pak..

Maaf sebelumnya pak, saya mau tanya pendidikan terakhir bapak apa ?

S : pendidikan akhir saya SMP nak..

Page 203: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

203 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Dulu cari sekolah susah nak, dan biayanya sangat mahal. Orang tua saya

dulu tidak mampu menyekolahkan saya sampai ke jenjang yang lebih

tinggi nak. Tapi sekarang Alhamndulillah saya bisa menyekolahkan anak-

anak saya sampai perguruan tingi nak. Hahahaha.

D : hahahaha, iya bapak alhamndulillah..

Memangnya bapak punya anak berapa ?

S : anak saya dua nak.

Yang satu sudah nikah dan kerja, dan yang satu lagi masih kuliah nak.

D : ohh, yang pertama perempuan atau laki-laki pak ?

S : yang pertama laki-laki, terus yang kedua perempuan nak.

D : kalau boleh tau, anak pertama bapak kerja di mana ?

S : kerjanya di bank nak Alhamndulillah.

Kalau yang kedua ini masih kuliah nak di Universitas Jember.

D : ohh, sama-sama mahasiswanya berarti ya pak.. hahahaha..

S : iya nak, hahahaha..

D : memangnya putri bapak jurusan apa kuliahnya pak ?

S : jurusan ekonomi nak.

D : wah, pinter berarti ya pak.. hahaha..

S : ya kurang tau nak, kan saya ndak ikut kuliah.. hahahaha..

D : iya pak, hahaha.. ohh iya pak mau tanya, pekerjaan bapak apa ?

Page 204: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

204 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

S : pekerjaan saya ya melihat perkembangan sawah nak..

D : ohh, jadi memantau gitu ya pak ?

S : iya nak, seperti itu..

D : hmm, bagai mana bapak memperlakukan pekerja bapak ?

S : maksutnya diperlakukan gimana nak ?

D : ya apakah bapak itu baik, kenal akrap atau bagi mana ?

S : ya pasti akrap lah nak, saya memperlakukan pekerja seperti teman saya

sendiri nak.. jadi kalau ketemu di sapa dan sebagainya gitu. Hahaha

D : wah, baik berarti ya bapak.. hahahaha

S : ahh tidak juga koknak, menurut saya biasa saja.. hahahaha..

D : lalu bapak memberi upah berapa biasanya ?

S : ya ndak mesti nak, tergantung kerjanya..

D : biasanya berapa pak ?

S : kalau biasanya ya dua puluh lima ribu nak perharinya..

D : ohh, seperti itu pak..

Lalu ada jaminan kesehatan tidak pak ? soalnya biasanya kalau bekerja

gitu kan di beri jaminan kesehatan pak ?

S : tidak nak, tapi kalau misalnya mereka sakit ya saya jenguk nak.. karna

kasihan kalau tidak di jenguk nak, kita hidup di dunia di mana itu ada

Page 205: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

205 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

manusia.. jadi kita harus memanusiakan manusia meskipun itu pekerja

saya..

D : hahahaha.. wahh, ternyata ada juga ya orang seperti bapak di jaman

seperti ini.. hahahaha

S : Alhamndulillah nak, saya sudah di didik oleh orang tua seperti itu sejak

kecil..

D : iya pak Alhamndulillah.. hahahaha..

Lalu kalau misalkan tembakau yang bapak panen gagal gimana pak ?

Apakah pekerja bapak ikut menanggungnya ?

S : ya tidak lah nak, kasihan.. gagal atau tidak gagal kan karna faktor yang

banyak, jadi ya tidak mungkin lah saya tega seperti itu dengan pekerja

saya nak.. kecuali kalau pekerja saya yang membuat gagal panen beda

cerita lagi nak.. hahaha

D : hahaha, iya bapak..

S : di musim yang tidak tentu seperti sekarang ini susah kalau mau menanam

tembakau nak..

D : ohh begitu pak ?

S : iya nak..

D : bapak, saya izin pulang dulu.. sudah mau pukul sebelas soalnya.. kan

nanti ada jum‟atan pak

S : loh, kok kesusu nak..

Page 206: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

206 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

D : iya bapak, karna penginapak saya dan teman-teman tidak di desa sini..

tapi di Scaba itu loh pak.. tempat nya tentara-tentara..

S : ohh, ya uda kalau begitu nak..

D : terima kasih banyak ya pak atas waktunya yang di berikan.. maaf sudah

mengganggu bapak.. hahaha

S : ndak apa apa nak hahahahaha.

D : Assalamualaikum pak..

S : Waalaikum salam nak.. hati-hati di jalan ya nak..

D : iya pak, terima kasih..

Page 207: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

207 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Nama Pewawancara : Citra Puspita (071114073)

Nama Informan : Bapak Sunarto

Umur : 57 tahun

Pekerjaan : Buruh Tani

Waktu wawancara : 29 november 2013 pukul 10.00

Orang disekitar informan : Okza Ryandani

Wawancara ini dilakukan pada hari jum‟at tanggal 29 November 2013

pukul 10.00 di rumah bapak Sunarto yang beralamat Tegal Gusi Mayang, RT2

RW3, desa mayang kabupaten Jember. Suasananya ketika wawancara cukup

hening karena lokasi penelitian berada di pelosok desa yang cukup terpencil

sehingga sangat jarang terdengar suara kendaraan yang melintas di jalan depan

rumah bapak Sunarto. Ketika proses wawancara, saya selaku pewawancara Citra

puspita di dampingi oleh rekan saya yaitu Okza riyandani dan Ainun

Nurfitradana. Namun keberadaan Okza Riandani sebagai orang ke tiga dan Ainun

Nurfitradana sebagai orang ke empat tidak mengganggu proses wawancara yang

saya lakukan, bahkan sesekali mereka menambahi pertanyaan yang saya ajukan.

Proses wawancara ini berlangsung selama 12 menit.

Identitas informan :

Nama : Bapak Sunarto

Alamat : Tegal Gusi Mayang, RT2 RW3, Jember

Page 208: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

208 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Usia : 57

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Pekerjaan : Buruh Tani

Pendidikan : Sekolah Dasar

C : Assalamualaikum pak

S : Waalaikum salam mbak, ada apa mbak ?

C : Begini pak, saya dari Universitas Airlangga ingin bertanya tentang

pekerjaan bapak untuk tugas penelitian.

S : Oh, iya mbak. Mau tanya apa ?

C : Sebelumnya saya minta maaf karena telah menyita waktu bapak.

S : Ia mbak tidak apa-apa.

C : Nama nya bapak siapa ?

S : Nama saya Sunarto

C : Ohh, usianya bapak berapa ?

S : Usia saya masih muda mbak, hahaha.

Page 209: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

209 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

C : Iya pak, mudanya berapa ? hahaha

S : Baru 57 tahun mbak, hahahaha... maaf loh mbak, saya ini suka

bercanda..hahaha

C : Ohh, bapak suka bercanda toh.. hahahah.. pantas saja wajah bapak masih

terlihat muda..

S : Ahh mbaknya ini bisa saja.

C : Iya pak, ohh iya.. bapak buruh tani kan ? (dengan ekspresi sungkan dan

takut, karena bertanya tentang pekerjaan)

S : Bukan mbak, saya peternak ayam hahahaha..

C : Ohh.. (dengan wajah dan ekspresi kecewa) karena para tetangga bilang

bahwa pak Sunarto ini adalah seorang buruh tani.

S : Hahahaha (tiba-tiba tersenyum keras) saya buruh tani kok mbak..

C : Hahahaha, bapak ini bisa saja kalau bercanda..hahahaha

C : Alamat bapak?

S : Tegal Gusi Mayang, RT2 RW3, Jember

C : Berapa lama bapak bekerja dalam satu hari ?

S : Biasanya kalau ada bajak itu kerjanya lama, mulai jam tujuh pagi sampek

jam dua belas siang mbak. Tapi kalau ndak ada bajak biasanya nunggu

airnya sampai turun mbak.

C : Kira-kira berapa jam pak turunnya ?

Page 210: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

210 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

S : Yaa sampai tiga jaman biasanya mbak.

C : Sebelumnya saya minta maaf pak, kira-kira berapa upah kerja bapak

apakah dalam hitungan hari atau pada saat musim panen?

S : Iya mbak, ndak apa-apa. Yaa.. upah saya dua puluh lima ribu perharinya.

C : Owww... pak, di sini ada kelompok tani atau tidak ?

S : Ada mbak..

C : Ooo, bapak ikut dalam kelompok itu atau tidak ?

S : Iya mbak, saya ikut dalam kelompok itu

C : Kalau boleh tau, di dalam kelompok tani, bapak menjadi apa ?

S : Saya jadi anggota saja kok mbak, karna saya tidak bisa apa-apa..

hahahaha..

C : Ooo.. kalau sistem kerjanya bapak itu apa ?

Maksut saya, kontrak atau tidak kontrak ?

S : Ya ndak ada mbak.

C : Hmm, jadi kerjanya terserah pak Sunarto ya ?

S : Iya mbak, jadi terserah pemilik lahannya mbak di panggil atau tidak.

C : Pak Sunarto pernah mengeluh apa ndak ?

Sama pekerjaan yang bapak jalanin selama ini ?

Page 211: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

211 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

S : Tidak mbak, saya tidak pernah mengeluh.

C : Maaf sebelumnya pak, apakah kebutuhan pak Sunarto sehari-hari sudah

tercukupi?

S : yahh.. tidak cukup mbak..

Satu keluarga tedapat lima orang yang tinggal disini yaitu saya, istri yang

bekerja sebagai ibu rumah tangga dan anak saya ada tiga, perempuan

semua. Yang dua sudah menikah ikut suaminya diluar kota dan yang

paling kecil masih kelas dua Sekolah Dasar.

Anak yang paling kecil ini suka sekali jajan mbak. Selalu minta uang

kepada saya terkadang istri saya pada saat saya bekerja lembur, setiap hari

mau berangkat sekolah dan setelah pulang sekolah. Dan setiap sore hari

anak yang paling kecil ini selalu minta jajan seperti ice cream, susu, roti

dan sebagainya. Oleh karena itu saya ikut kerja tambahan sebagai kuli

bangunan.

C : Ohh begitu pak.. Apakah kedua anak bapak itu tidak mengirim nafkah

untuk bapak sekeluarga?

S : Tidak mbak.. Mereka pada ikut suaminya diluar kota jarang sekali

menjenguk saya, istri dan adeknya. boro – boro mbak mau ngirim uang.

kabar aja jarang-jarang mbak saya denger, kalau gak saya dan istri saya

yang telepon.

Page 212: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

212 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

C : Ohh seperti itu pak..

Mohon maaf sebelumnya pak jika saya menyinggung perasaan bapak

Sunarto..

Kemudian bagaimana respon bapak Sunarto dan istri terhadap kelakuan

kedua anak perempuan bapak yang sudah menikah tersebut?

S : Iya mbak seperti itu..

Iya mbak tidak apa – apa saya tidak meras tersinggung kok mbak.

Itu sudah menjadi hal yang wajar bagi saya, atas cemooh orang – orang

terhadap saya dari kelakuan kedua anak perempuan saya yang sudah

menikah itu.

Respon saya dan istri saya, ya pasti sedih lah mbak.. Anak kan adalah

anugrah titipan Allah mbak. Nah kita ini sebagai orang tua menjalankan

amanat Allah. Saya dan istri saya ini mbak sudah merawat dan

membesarkannya sapai mereka bisa sesukses ini tapi malah melupakan

orang tuanya sendiri.

Apa lagi saya ini sudah tua mbak masih punya tanggungan anak

perempuan saya ini yang paling kecil masih sekolah dasar. Tapi mau

bagaimana lagi mbak itu sudah pilihan mereka sendiri. Saya sebagai orang

tua ya hanya mendoakannya sajalah mbak. Seng penting anak – anak ku

sehat lan sukses gak koyok aku mbak.

Page 213: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

213 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

C : Maaf pak, kira-kira di tempat kerja pak Sunarto ada jaminan

kesehatannya tidak ya ?

S : Ya ndak ada mbak kalau saya.

C : kira-kira hubungan pak Sunarto dengan pemilik lahan baik-baik saja pak

?

S : Baik-baik saja mbak. Orang pemilik lahan yang tempat saya bekerja itu

mbak orangnya sangat baik dan sekali terhadap semua pegawai –

pegawainya. Sehingga saya kerasan mbak bekerja menjadi pegawai disitu.

C : Ada bonus ndak pak kira-kira kalau panennya melimpah ?

Kan biasanya kalau dikota, jika pegawai itu bekerja keras dan hasilnya

melimpah, pasti akan mendapatkan bonus.

S : Kalau disini ndak ada bonus mbak. Tapi kalau misalnya kita kerja

tambahan ya dapat bonus.

C : terus kalau pemilik lahannya mengalami kerugian bagaimana pak ?

Apakah di tanggung bersama, atau bagaimana ?

S : Ya di tanggung sama pemilik lahannya sendiri mbak, kan kita cuman

kerja saja. Itu kan juga yang menentukan berhasil atau tidaknya karena

cuacanya juga mbak.

C : Biasanya pak Sunarto itu lembur apa ndak pak ?

S : Ya lembur mbak kalau ada bajak, biasanya kerja cuman tiga jam. Kalau

ada bajak bisa sampai lima jaman mbak.

Page 214: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

214 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

C : Apakah dengan lemburnya pak Sunarto. Pemilik lahan memberikan upah

tambahan pak kira-kira ?

S : Iya mbak diberi upah tambahan.

C : Bapak ada kerja tambahan lagi atau tidak selain menjadi buruh tani?

S : Iya ada mbak.. saya kerja jadi kuli bangunan.

C : Mengapa alasan bapak Sunarto ini memilih bekerja tambahan sebagai

kuli bangunan?

Mengapa tidak bekerja tambahan yang lainnya selain menjadi kuli

bangunan?

S : Iya karena saya hanya lulusan sekolah dasar saja mbak..

Saya hanya bisa mengandalkan keahlian saya dalam bidang tersebut.

Apa lagi saya hanya lulusan sekolah dasar mana mau yang menerima saya

jika saya tidak bekerja serabutan seperti itu mbak.

C : Ohh seperti itu pak..

S : Iya mbak..

C : Bagi pak Sunarto apakah ada keuntungan dan kerugian yang dirasakan

pak Sunarto pada saat bekerja lembur dan bekerja tambahan lagi sebagai

kuli bangunan.

S : Iya.. keuntungannya buat saya bisa nambah penghasilan mbak buat

kebutuhan sehari-hari apalagi saya sedang mengumpulkan uang untuk

biaya renovasi rumah banyak yang bocor dan mau membuat kamar mandi.

Page 215: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

215 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Tapi kerugian yang saya alami ya.. gak bisa kumpul sama anak istri saya

mbak. Bisanya Cuma waktu malem hari saja. Terkadang itupun anak saya

sudah tidur mbak.

Setelah mengajukan pertanyaan terakhir, saya dan teman saya pun

mengucapkan terimakasih kepada bapak Sunarto yang sudah mau direpotkan oleh

kami.

C : Iya sudah bapak saya rasa cukup data yang saya terima. Mohon maaf

sebelumnya telah menyita waktu bapak.Terimakasih bapak,

Assalamualaikum..

S : Iya mbak, sama-sama saya tidak merasa direpotkan. Saya merasa senang

dengan kehadiran mbak. Waalaikumsalam..

Selanjutnya kamipun berpamitan kepada pak Sunarto untuk memberikan

souvenir. Dan kami kembali ke Secaba untuk melanjutkan tugas kami disana.

Tiba – tiba pada saat kami sedang berpamitan dan mau kemabli ke Secaba.

Kami mendapatkan kabar dari para tetangga didesa Mayang yang sedang

berkumpul ramai – ramai memberitahukan kepada kami bahwa sedang terjadi

kecelakaan terhadap salah satu tetangga belakang yang berada di desa tersebut.

Terdengar bahwa salah satu korban yang menabrak adalah salah satu mahasiswa

yang KKN.

Kami pun serempak shok dan berkumpul bersama para anggota kelompok

kami untuk membicarakan masalah tersebut dan ketua keolmpok kami yaitu

Rafelita Nian Sari, langsung berusaha menghubungi dosen selaku pembimbing

kami yaitu pak Doddy.

Page 216: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

216 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Agar mengetahui apakah salah satu yang menabrak korban tersebut adalah

mahasiswa KKN kita. Dan ternyata benar adanya, yang menabrak korban tersebut

adalah mahasiswa KKN dari kita yaitu adik kelas kita angkatan 2012 yang

berinisial “ P ” kita semua sangat khawatir akan terjadinya musibah tersebut. Para

warga didesa Mayang tersebut sempat melihat semua anggota kelompok kita

dengan perasaan yang tidak senang beda dengan pertama kali kita datang kesana

sebelum terjadinya musibah tersebut, untung saja ada salah satu warga disana

yang sangat baik sekali terhadap kita karena beliau mempunyai anak perempuan

yang kuliah juga dan barusan saja lulus sehingga beliau mengetahui apa yang

sedang kita lakukan.

Dan akhirnya semua anggota kelompok kami cepat – cepat meninggalkan

desa Mayang tersebut, karena anggota kelompok kami sangat ketakutan. Sebab

mayoritas penduduk yang tinggal disan adalah orang Madura.

Page 217: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

217 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Nama Pewawancara : Okza Ryandani

Nama Informan : Bapak Edip

Umur : 50 tahun

Pekerjaan : Buruh Tani

Waktu wawancara : 29 november 2013 pukul 11.00

Orang disekitar informan : M. Alhada Fuad

Pada waktu pagi hari pada pukul 11.00 pagi tanggal 29 november 2013

saya dan kelompok melakukan penelitian pada desa Mayang ,kemudian dalam

satu desa tersebut kami berpencar untuk mencari responden masing-masing yang

kita tuju, dan pada akhirnya saya menemukan seorang responden yang bernama

Pak Edip yang berumur 50 tahun dengan dibantu oleh hada teman sekelompok

saya melakukan wawancara mendalam dengan Pak Ilip mengenai pekerjaan Pak

Ilip sebagai buruh tani. Saya melakukan wawancara mendalam selama 7 menit 18

detik. Dan hasil wawancara mendalam saya sebagai berikut :

O : pak namanya siapa,pak ?

O : siapa ?

R : pak Didip

O : didip?

O : hidip apa idip ?

R : pak hidip

O : idip ?

Page 218: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

218 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

R : e…..e…… edip

O : usianya berapa,pak?

R : lima puluhan

O : lima puluh

Alamatnya disini itu dimana ya pak?

R : ya ?

O : Alamat ?

R : tegal gusi

Tegal gusi itu nama desanya

O : RTnya ?

R : RT 01 RW 02

O : pekerjaan bapak ?

R : petani

O : petani pemilik atau buruh tani?

R : Buruh tani

O : sebelumnya bapak punya mimpi pengen kerja jadi apa gitu pak?

R : iya semua orang pasti punya mimpi mau kerja jadi apa,kalo saya dulu iya

pengen kerja dikota mbak,jadi orang kantoran tapi karena saya pikir lulusan SMP

itu bisa kerja apa selain jadi buruh pabrik atau buruh tani seperti saya sekarang

ini.

Page 219: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

219 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

O : o..,bapak kalo bekerja jadi buruh tani itu bekerja dari jam berapa sampai jam

berapa?

R : jam pagi sampai jam 12 siang

O : jam paginya itu jam berapa,pak ?

R : dua puluh lima ribu

O : bukan,maksudnya jam paginya jam berapa ?

R : jam 7 pagi

O ; o.. jam 7 pagi sampai jam 12 siang itu dua puluh lima ribu ya pak

Biasanya itu kalo bapak e.. lebih waktunya lagi ada gak,maksudnya itu

kerjanya itu kan dari jam 7 sampai jam 12 , kadang itu bisa sampai lebih gak

pak,ada sampai jam 1,jam 2 gitu pak,pernah gak pak ?

R : iya kalo udah,iya pekerjaan yang lain sorenya itupun kalo ada,ttapi saya gak

ada.

O : o.. sorenya ,kalo lebihnya gak ada ya pak ? berarti jam 12 itu harus sudah

selesai gitu ya pak,berarti gak ada lembur sampek jam 1,jam 2

R : gak ada

O : berarti tepat waktu kalau bekerja ya pak,tapi kalau misalnya ada lemburan gitu

pak kira kira ada upah tambahan gak pak ?

R : iya ada kalo tanah tembakau

O : o… tapi bapak gak pernah sampek lembur lembur

Page 220: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

220 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

R : apanya ?

O : bapak bekerja lebih dari jam 12 gak pernah iya pak ?

R : gak pernah

O : bagi bapak kalo waktu lemburan itu gimana,pak ?

R : ya ada rugi dan untungnya,ya kalo ruginya ya gak bisa kumpul sama keluarga

waktunya kurang gitu,tapi untungnya bisa dapet pendapatan lebih.

O : tapi gimana tanggepan keluarga bapak kalo bapak ada lemburan ?

R : ya mereka setuju aja,karena ya mereka tau kalo saya kerja itu untuk biaya

sehari-hari kayak makan,jajan,biaya sekolah,tapi iya kadang-kadang juga dibantu

sama anak saya yang udah kerja itu. Tapi sebenernya anak saya yang kerja itu

saya udah gak boleh kerja karena saya sudah tua dia takut saya kenapa-

kenapa,tapi iya mau gimana lagi dia jauh disana,kalo pulang juga jarang,paling

iya telfon-telfonan,kirim uang gitu aja.

H : bapak disini ikut kayak kelompok tani gak pak ?

R : ikut

O : o.. ikut iya gabung iya pak, biasanya kegiatannya ngapain dikelompok tani

itu,pak ?

R : ya menanam padi,menanam tembakau

O : diajari menanam tembakau gitu ya pak

R : iya diajari,menanam dan mengolah pertanian dengan baik biar gak rugi

Page 221: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

221 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

O : kalo untuk system kerjanya apa ada ikatanantara pemilik lahan dengan buruh

taninya,pak ?

R : iya ada ikatan

O : ikatannya seperti apa pak?

R : iya ikatannya itu kalo saya ikatan kerjanya dalam seminggu hanya kerja tiga

kali

O : apakah selama bapak bekerja sebagai buruh tani ada keluhan yang dirasakan ?

R : tidak ada keluhan selama saya bekerja menjadi buruh tani,karena menurut saya

pekerjaan yang saya dapat itu pekerjaan yang pantas buat saya dan mencari

nafkah itu adalah kewajiban saya sebagai kepala rumah tangga.

O : apakah dengan penghasilan kerja bapak sebagai buruh tani dapat mencukupi

kebutuhan sehari hari ?

R : ya bagi saya sudah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari

hari,karena saya merasa dibantu oleh anak saya yang pertama yang bekerja buruh

pablik diluar kota,meskipun hasil gak seberapa tapi paling nggak bisa mencukupi

kehidupan keluarga dan bantu bayar sekolah anak saya yang kecil.

O : anak bapak kerja di luar kota, kalo anak bapak sudah bekerja kenapa bapak

masih bekerja jadi buruh tani,pak?

R : iya mbak saya tetap bekerja itung-itung buat jajan anak saya yang kecil sama

buat belanja-belanja istri saya.

O : anak bapak ada berapa ?

Page 222: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia

222 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

R : anak saya ada dua,yang pertama itu kerja,nah yang kedua ini masih SMP

mbak. Jadi kalo saatnya bayar uang sekolah ya nunggu anak saya yang pertama

ngirim uang mbak,nah soalnya gaji saya sebagai buruh tani gak cukup buat bayar

sekolah anak saya yang kedua

O : apa ada jaminan kesehatan dari pemilik lahan sama bapak atau buruh tani

lainnya ,maksudnya kalo misal ada buruh tani yang tidak masuk karena sakit apa

pemilik lahan dikasih santunan berupa uang untuk perawatan selama buruh tani

sakit ?

R : gak ada kalo dari pemilik lahan tapi kita dapet pelayanan kesehatan gratis dari

pemerintah

O : o.. begitu ya pak. Tapi jika untuk kerugian akibat gagal panen apakah

kerugian itu buruhtani yang menanggung apa pemilik lahan yang

menanggung kerugian tersebut ?

R : kalo untuk kerugian karena gagal panen semua yang nanggung majikan

O : dalam bekerja apa ada bonus upah gitu pak ?

R : gak ada bonus upah kerja

R : tapi saya akan melakukan apapun demi kebahagiaan keluarga saya,karena

keluarga bagi saya itu yang paling utama

O : o gitu ya pak, ya sudah kalo begitu terima kasih atas informasinya dan maaf

mengganggu