bab i pendahuluan 1.1 latar belakang i.pdf · 1.1 latar belakang bali dengan potensi budaya yang...

21
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali dengan potensi budaya yang dimiliki telah dijadikan salah satu tempat pengembangan pariwisata. Menurut Peraturan daerah Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya Bab III pasal 4, disebutkan bahwa pembangunan pariwisata budaya Bali diarahkan untuk meningkatkan harkat dan martabat, serta memperkukuh jati diri masyarakat Bali; meningkatkan kesejahteraan masyarakat Bali secara merata dan berkelanjutan; serta melestarikan lingkungan alam Bali sebagai basis penyangga kehidupan masyarakat dan kebudayaan Bali secara berkelanjutan. Pembangunan pariwisata Bali juga antara lain ditujukan untuk mengembangkan dan mendayagunakan berbagai potensi kepariwisataan daerah, mengembangkan daya tarik wisata, dan meningkatkan peran serta masyarakat (Biro Humas & Protokol Setwilda Tingkat I, 1998: 17-18). Terkait dengan pengembangan potensi daerah, Pemerintah Kabupaten Bangli sebagai salah satu kabupaten di Bali mengeluarkan kebijakan berupa Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Bangli Nomor 115 Tahun 1993 tentang penetapan objek-objek wisata Daerah Kabupaten Bangli. Salah satu desa yang ditetapkan sebagai daya tarik wisata adalah Desa Adat/Pakraman Penglipuran. Dalam pengembangan daerah tujuan wisata, pemerintah melalui Dinas Pariwisata Kabupaten Bangli melakukan pembinaan, pengarahan, penataan fisik maupun non fisik, serta melakukan berbagai promosi pariwisata. Hal ini dimaksudkan agar pengembangan pariwisata dapat memberikan manfaat untuk

Upload: others

Post on 08-Nov-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I.pdf · 1.1 Latar Belakang Bali dengan potensi budaya yang dimiliki telah dijadikan salah satu tempat ... Halaman rumah tampak menyatu dengan

! 1

BAB I

PENDAHULUAN

!

1.1 Latar Belakang

Bali dengan potensi budaya yang dimiliki telah dijadikan salah satu tempat

pengembangan pariwisata. Menurut Peraturan daerah Provinsi Bali Nomor 2

Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya Bab III pasal 4, disebutkan bahwa

pembangunan pariwisata budaya Bali diarahkan untuk meningkatkan harkat dan

martabat, serta memperkukuh jati diri masyarakat Bali; meningkatkan

kesejahteraan masyarakat Bali secara merata dan berkelanjutan; serta melestarikan

lingkungan alam Bali sebagai basis penyangga kehidupan masyarakat dan

kebudayaan Bali secara berkelanjutan. Pembangunan pariwisata Bali juga antara

lain ditujukan untuk mengembangkan dan mendayagunakan berbagai potensi

kepariwisataan daerah, mengembangkan daya tarik wisata, dan meningkatkan

peran serta masyarakat (Biro Humas & Protokol Setwilda Tingkat I, 1998: 17-18).

Terkait dengan pengembangan potensi daerah, Pemerintah Kabupaten

Bangli sebagai salah satu kabupaten di Bali mengeluarkan kebijakan berupa Surat

Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Bangli Nomor 115 Tahun 1993

tentang penetapan objek-objek wisata Daerah Kabupaten Bangli. Salah satu desa

yang ditetapkan sebagai daya tarik wisata adalah Desa Adat/Pakraman

Penglipuran. Dalam pengembangan daerah tujuan wisata, pemerintah melalui

Dinas Pariwisata Kabupaten Bangli melakukan pembinaan, pengarahan, penataan

fisik maupun non fisik, serta melakukan berbagai promosi pariwisata. Hal ini

dimaksudkan agar pengembangan pariwisata dapat memberikan manfaat untuk

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I.pdf · 1.1 Latar Belakang Bali dengan potensi budaya yang dimiliki telah dijadikan salah satu tempat ... Halaman rumah tampak menyatu dengan

! 2

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan diharapkan mampu meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemerintah Kabupaten Bangli.

Desa Penglipuran merupakan salah satu Desa Bali Aga yang berada di

Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli. Menurut Reuter (2005:

18), Desa Bali Aga merupakan suatu wilayah yang terletak di daerah pegunungan

dan didiami oleh kelompok etnis minoritas. Ciri-ciri Desa Bali Aga antara lain

adalah kehidupan komunal atau kebersamaan, susunan pengurus ulu apad, dan

adanya konsep luan teben (Dwijendra, 2009: 9). Sebagai sebuah Desa Bali Aga,

Desa Penglipuran memiliki berbagai keunikan baik dari segi fisik, ekologi,

kehidupan sosial budaya, dan tradisi.

Dari segi fisik, Desa Penglipuran memiliki pola pemukiman yang unik

berupa pola pemukiman yang linier dengan sistem pembagian tata ruang

horizontal berorientasi pada gunung dan laut sesuai arah mata angin dengan

sumbu kaja (utara) atau gunung dan kelod (selatan) atau laut. Dengan adanya

sumbu utara-selatan dengan pola linier yang berfungsi sebagai ruang terbuka

(open space) untuk kegiatan bersama, maka pemukiman di Desa Penglipuran

dibagi menjadi dua bagian yaitu jejer timur “kangin” dan jejer barat “kauh”

berdasarkan orientasi terbit dan tenggelam matahari. Secara simbolis tata ruang

Desa Penglipuran dibagi menjadi tiga bagian atau sesuai dengan konsep Tri

Mandala yaitu bagian hulu, bagian tengah dan bagian teben. Keunikan lainnya

juga dapat dilihat dari struktur desa seperti tembok penyengker, angkul-angkul

(candi bentar khas), dan telajakan yang seragam dari ujung utara (ulu) sampai ke

ujung selatan desa (teben).

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I.pdf · 1.1 Latar Belakang Bali dengan potensi budaya yang dimiliki telah dijadikan salah satu tempat ... Halaman rumah tampak menyatu dengan

! 3

Selain Desa Penglipuran, terdapat juga Desa Bali Aga yang memiliki pola

pemukiman serupa seperti misalnya Desa Bayung Gede. Pola pemukiman yang

diterapkan di Desa Bayung Gede, yaitu pola linier (linier pattern) dengan struktur

rumah berderet tanpa adanya tembok pembatas antara rumah yang satu dengan

yang lainnya. Halaman rumah tampak menyatu dengan rumah-rumah di

sekitarnya. Pola pemukiman di Desa Bayung Gede menunjukkan perbedaan dan

persamaan dengan pola pemukiman yang ada di Desa Penglipuran. Perbedaannya

adalah pola pemukiman yang ada di Desa Bayung Gede tidak memiliki angkul-

angkul yang seragam seperti yang ada di Desa Penglipuran. Persamaannya adalah

sama-sama memiliki pola pemukiman yang linier. Kesamaan pola pemukiman

tersebut tidak terlepas dari sejarah Desa Penglipuran yang leluhurnya berasal dari

Desa Bayung Gede, Kintamani (Dwijendra, 2009: 91).

Dari segi ekologi, Desa Penglipuran memiliki struktur lingkungan berteras

yang miring atau melereng dari arah utara ke selatan sehingga posisi saluran air

(drainase) cukup baik. Dibagian utara desa terdapat hutan bambu dan hutan kayu

yang terpelihara dengan baik sehingga menambah sejuknya suasana desa. Hutan

tersebut berfungsi untuk menjaga atau menahan air sehingga terhindar dari erosi.

Dari segi sosial budaya, Desa Penglipuran memiliki sejumlah aturan adat,

salah satunya adalah pantangan bagi kaum lelaki untuk beristri lebih dari satu atau

berpoligami. Lelaki Penglipuran diharuskan menerapkan hidup monogami yakni

hanya memiliki seorang istri. Pantangan berpoligami ini diatur dalam peraturan

(awig-awig) desa adat. Jika ada lelaki Penglipuran yang melakukan praktik

poligami, maka lelaki tersebut akan dikucilkan di sebuah tempat yang diberi

nama karang memadu.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I.pdf · 1.1 Latar Belakang Bali dengan potensi budaya yang dimiliki telah dijadikan salah satu tempat ... Halaman rumah tampak menyatu dengan

! 4

Dari segi tradisi, Desa Adat Penglipuran menggunakan sistem

pemerintahan ulu apad. Pemerintahan desa adatnya terdiri atas prajuru adat dan

prajuru ulu apad. Prajuru ulu apad terdiri dari Jero Kubayan, Jero Kubahu, Jero

Singgukan, Jero Cacar, Jero Balung dan Jero Pati. Prajuru ulu apad otomatis

dijabat oleh mereka yang paling senior dilihat dari usia perkawinan tetapi yang

belum ngelad. Ngelad atau pensiun terjadi bila semua anak atau salah seorang

cucunya sudah menikah. Mereka yang baru menikah akan duduk pada posisi yang

paling bawah dalam jenjang keanggotaan desa adat. Keunikan-keunikan tersebut

merupakan potensi yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata.

Dalam hubungannya dengan peran serta masyarakat, pengembangan

pariwisata di Desa Penglipuran dilakukan dengan lebih mengedepankan peran

serta desa adat setempat. Pengembangan pariwisata dengan melibatkan peran desa

adat pada dasarnya merupakan pengejawantahan dari konsep kebijakan

pembangunan pariwisata berdimensi kerakyatan. Wacana mengenai pembangunan

berwawasan kerakyatan merupakan reaksi keras terhadap kebijakan pembangunan

konglomerasi yang selama ini lebih berpihak pada pemilik modal yang pada

umumnya bukan berasal dari anggota masyarakat setempat. Pembangunan

berwawasan kerakyatan lebih mengedepankan peningkatan ekonomi rakyat dan

pemberdayaan masyarakat. Para pemikir dan praktisi pembangunan pedesaan

telah lama menyadari bahwa pembangunan konglomerasi kerap merugikan

masyarakat setempat. Masyarakat sebagai pemilik sah atas sumber daya setempat

justru kerap mengalami marginalisasi sehingga kualitas hidupnya justru menurun

dibandingkan sebelum adanya pembangunan. Atas dasar itu beberapa ahli lain

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I.pdf · 1.1 Latar Belakang Bali dengan potensi budaya yang dimiliki telah dijadikan salah satu tempat ... Halaman rumah tampak menyatu dengan

! 5

menekankan pentingnya pembangunan dari bawah, pembangunan sebagai social

learning, dan pembangunan harus mulai dari bawah (buttom up).

Menurut Korten (Pujaastawa, 2009: 30), pembangunan dengan paradigma

yang dibalik ini menuntut adanya partisipasi masyarakat lokal dalam berbagai

tahap pembangunan, sehingga pengelolaan pembangunan benar-benar dilakukan

oleh mereka yang hidup dan kehidupannya paling dipengaruhi oleh pembangunan

tersebut, atau apa yang dikenal dengan community based resource management

atau community management.

Dalam pengembangan pariwisata, masyarakat Desa Adat Penglipuran

sebagai Desa Bali Aga tetap mempertahankan nilai dan norma yang mengatur

kehidupan masyarakat setempat. Menurut Koentjaraningrat (2003: 76) sistem nilai

budaya adalah tingkat tertinggi dan paling abstrak dari adat-istiadat. Sebabnya

ialah karena nilai budaya terdiri atas konsep-konsep mengenai segala sesuatu yang

dinilai berharga dan penting oleh warga suatu masyarakat, sehingga dapat

berfungsi sebagai suatu pedoman orientasi pada kehidupan para warga masyarakat

yang bersangkutan. Hal ini tampak pada berbagai aturan yang diterapkan di Desa

Penglipuran, seperti (1) masyarakat tidak diperbolehkan menjual tanah karena

tanah tersebut adalah milik desa; (2) masyarakat tidak diperbolehkan untuk

membuat bangunan bertingkat agar tidak melampaui bangunan suci yang ada; (3)

dilarang menebang pohon bambu tanpa seijin desa; (4) wisatawan yang

mengunjungi Pura Penataran harus menaati peraturan yang ditetapkan seperti

tidak boleh memasuki areal pura pada saat menstruasi dan bagi yang memasuki

pura wajib menggunakan selendang; (5) ada tempat-tempat yang dianggap sakral

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I.pdf · 1.1 Latar Belakang Bali dengan potensi budaya yang dimiliki telah dijadikan salah satu tempat ... Halaman rumah tampak menyatu dengan

! 6

dan pengunjung diharapkan tidak mengunjungi tempat tersebut melewati waktu

yang ditentukan.

Dari penjelasan di atas ada dua hal yang dapat dilihat dari pengembangan

pariwisata oleh desa adat di Desa Penglipuran. Pertama, pengembangan

pariwisata oleh desa adat dilakukan dengan menyerahkan pengelolaannya kepada

lembaga pengelola yang disebut “Pengelola Desa Wisata Penglipuran”. Kedua,

pengembangan pariwisata oleh lembaga tersebut memberikan dampak positif

maupun negatif terhadap desa adat di Penglipuran baik dari aspek lingkungan

fisik, sosial budaya dan ekonomi. Terkait dengan persoalan tersebut, maka

penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui bentuk dan dampak dari

pengembangan pariwisata berbasis desa adat di Desa Penglipuran Kabupaten

Bangli.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini

difokuskan pada bentuk dan dampak pengembangan pariwisata berbasis desa adat

di Desa Penglipuran Kabupaten Bangli. Permasalahan tersebut akan dipahami

dengan menjawab pertanyaan penelitian yang diformulasikan sebagai berikut.

1. Bagaimana bentuk pengembangan pariwisata berbasis desa adat di Desa

Penglipuran Kabupaten Bangli ?

2. Bagaimana dampak pengembangan pariwisata berbasis desa adat di Desa

Penglipuran Kabupaten Bangli ?

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I.pdf · 1.1 Latar Belakang Bali dengan potensi budaya yang dimiliki telah dijadikan salah satu tempat ... Halaman rumah tampak menyatu dengan

! 7

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka dapat

dikemukakan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Ingin mengetahui bentuk pengembangan pariwisata berbasis desa adat di Desa

Penglipuran Kabupaten Bangli.

2. Ingin mengungkapkan seberapa jauh dampak pengembagan pariwisata berbasis

desa adat di Desa Penglipuran Kabupaten Bangli

1.3.2 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang diuraikan di atas, penelitian ini

diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis dan praktis seperti

berikut.

1.3.2.1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat

bagi pengembangan ilmu antropologi, khususnya pada studi-studi antropologi di

bidang pariwisata. Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan sumbangan

informasi kepada para akademisi mengenai bentuk dan dampak dari

pengembangan pariwisata berbasis desa adat di Desa Penglipuran. Selanjutnya,

penelitian ini diharapkan mampu memberikan inspirasi bagi penelitian-penelitian

selanjutnya mengenai pengembangan pariwisata berbasis desa adat di Desa

Penglipuran Kabupaten Bangli.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I.pdf · 1.1 Latar Belakang Bali dengan potensi budaya yang dimiliki telah dijadikan salah satu tempat ... Halaman rumah tampak menyatu dengan

! 8

1.3.2.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi

baik kepada masyarakat umum maupun masyarakat Desa Penglipuran sendiri

mengenai pengembangan pariwisata berbasis desa adat di Desa Penglipuran.

Selain itu, penelitian ini juga berupaya memberikan sumbangan pemikiran kepada

pemerintah kabupaten maupun provinsi dalam hal pengambilan kebijakan yang

berkaitan dengan pengembangan pariwisata berbasis desa adat dan sebagai

pedoman dalam mengembangkan pariwisata di Desa Penglipuran Kabupaten

Bangli.

1.4 Kerangka Teori dan Konsep

1.4.1 Kerangka Teori

Permasalahan dalam penelitian ini akan dipahami dengan menggunakan

kerangka teori sebagai berikut.

1.4.1.1 Teori Pariwisata Berbasis Masyarakat

Pariwisata berbasis masyarakat berlandaskan pada teori pengelolaan

sumber daya yang bertumpu pada masyarakat. Menurut David Korten (Moeljarto,

1993: 26), ciri-ciri pokok teori ini adalah (1) prakarsa dan proses pengambilan

keputusan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tahap demi tahap harus

diletakkan pada masyarakat itu sendiri, (2) fokus utamanya adalah meningkatkan

kemampuan masyarakat untuk mengelola dan memobilisasi sumberdaya untuk

memenuhi kebutuhan mereka, (3) mentoleransi variasi lokal dan karenanya

sifatnya sangat fleksibel menyesuaikan dengan kondisi lokal, (4) di dalam

melaksanakan pembangunan, menekankan pada social learning yang didalamnya

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I.pdf · 1.1 Latar Belakang Bali dengan potensi budaya yang dimiliki telah dijadikan salah satu tempat ... Halaman rumah tampak menyatu dengan

! 9

terdapat interaksi antar warga komunitas mulai dari proses perencanaan sampai

evaluasi proyek, dan (5) proses pembentukan jaringan (net working) antara

birokrat dan lembaga swadaya masyarakat, satuan-satuan organisasi tradisional

yang mandiri, merupakan bagian integral dari pendekatan ini baik untuk

meningkatkan kemampuan mereka mengidentifikasi dan mengelola berbagai

sumberdaya maupun untuk menjaga keseimbangan antara struktur vertikal dan

horizontal. Melalui proses net working ini diharapkan terjadi simbiosis antara

struktur-struktur pembangunan di tingkat lokal.

Menurut Korten (Pujaastawa, 2009: 30) ada tiga alasan dasar mengapa

pengelolaan berbasis masyarakat (community management) sangat penting

sebagai ancangan dasar pembangunan. Pertama, adanya local variety (variasi

lokal) yang tidak dapat diberikan perlakuan sama. Situasi daerah yang berbeda

menuntut sistem pengelolaan yang berbeda pula dan masyarakat lokallah yang

paling memahami situasi daerahnya. Kedua, adanya local resources (sumber daya

lokal) yang secara tradisional telah dikelola oleh masyarakat setempat dari

generasi ke generasi. Pengalaman mengelola sumber daya setempat yang telah

diwariskan secara turun-temurun umumnya menimbulkan akumulasi pengetahuan

tentang pengelolaan. Pengambilalihan pengelolaan ini akan dapat menimbulkan

rasa ketersinggungan masyarakat dan masyarakat antipati terhadap proyek

pembangunan. Ketiga, local accountability (tanggung jawab lokal) yang berarti

bahwa pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat setempat biasanya lebih

bertanggung jawab karena berbagai hal yang mereka lakukan terhadap sumber

daya akan berpengaruh langsung terhadap kehidupan mereka. Pengelolaan oleh

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I.pdf · 1.1 Latar Belakang Bali dengan potensi budaya yang dimiliki telah dijadikan salah satu tempat ... Halaman rumah tampak menyatu dengan

! 10

pihak luar kerap tidak mengandung kedekatan moral dengan masyarakat lokal,

sehingga tidak merasa mempunyai tanggung jawab moral yang tinggi.

Dalam konteks pariwisata, pembangunan berbasis masyarakat belakangan

ini sangat penting. Menurut Kit (Kusuma Dewi, 2012: 30) ada 4 tujuan pariwisata

berbasis masyarakat, yaitu:

1. Pariwisata berbasis masyarakat harus berkontribusi untuk meningkatkan dan

atau memperbaiki konservasi alam atau sumber daya budaya, termasuk

keanekaragaman hayati.

2. Pariwisata berbasis masyarakat harus berkontribusi terhadap pembangunan

ekonomi lokal sehingga meningkatkan pendapatan dan keuntungan bagi

masyarakat.

3. Pariwisata berbasis masyarakat harus melibatkan partisipasi masyarakat lokal.

4. Pariwisata berbasis masyarakat mempunyai tanggung jawab kepada wisatawan

untuk memberikan produk yang peduli terhadap lingkungan alam, sosial

maupun budaya.

Teori pariwisata berbasis masyarakat di atas dipandang relevan untuk

menjelaskan permasalahan pertama, yakni mengenai bentuk pengembangan

pariwisata berbasis desa adat di Desa Penglipuran Kabupaten Bangli.

1.4.1.2 Teori Dampak Pariwisata

!Teori dampak pariwisata adalah teori tentang pengaruh atau akibat dari

perkembangan pariwisata. Pengelolaan destinasi pariwisata tentu akan

memberikan dampak terhadap lingkungan sekitarnya. Sebagaimana dikemukakan

oleh Gee (1989) bahwa dampak atau pengaruh positif maupun negatif disebabkan

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I.pdf · 1.1 Latar Belakang Bali dengan potensi budaya yang dimiliki telah dijadikan salah satu tempat ... Halaman rumah tampak menyatu dengan

! 11

karena adanya pengembangan pariwisata dan kunjungan wisatawan yang

meningkat. Menurut Dickman (1992), dampak pariwisata merupakan konsekuensi

dari sebuah kegiatan yang terus berkembang yang secara umum menimbulkan

berbagai dampak positif maupun negatif terhadap kondisi fisik, sosial budaya, dan

ekonomi. Mill (2000: 168) juga menyatakan bahwa pariwisata dapat memberikan

keuntungan bagi wisatawan maupun komunitas tuan rumah dan dapat menaikkan

taraf hidup melalui keuntungan ekonomi yang dibawa ke kawasan tersebut.

Pengembangan pariwisata yang dilakukan dengan benar dan tepat, maka dapat

memberikan keuntungan secara maksimal.

Selanjutnya, Mill (2000) menegaskan bahwa pariwisata memberikan

dampak terhadap kondisi fisik, kehidupan sosial budaya dan ekonomi. Pertama,

dampak terhadap kondisi fisik, lebih melihat pada kondisi lingkungan fisik akibat

adanya pengembangan pariwisata. Dampak ini berupa (1) dampak positif meliputi

(a) terpeliharanya kebersihan alam lingkungan untuk menarik datangnya

wisatawan, (b) terjaganya keistimewaan lingkungan, seperti hutan-hutan, pantai

serta pemandangan alam; (2) dampak negatif meliputi (a) lingkungan yang rusak,

seperti meningkatnya kadar polusi baik air, udara, suara dan kemacetan lalu lintas,

(b) pembakaran hutan untuk ladang luas, lokasi perumahan, jalan dan parkir, (c)

hilangnya suasana alam karena hilangnya area hutan, kehidupan satwa liar dan

kesejukan udara. Perkembangan pariwisata juga memberikan dampak terhadap

kehidupan sosial budaya. Dampak ini juga mencakup dampak positif dan dampak

negatif. Dampak positif meliputi (a) terpeliharanya bangunan-bangunan yang

menyimpan nilai-nilai budaya dan tempat-tempat yang bersejarah, (b)

terpeliharanya kebudayaan tradisional, seni, tarian, adat-istiadat dan cara

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I.pdf · 1.1 Latar Belakang Bali dengan potensi budaya yang dimiliki telah dijadikan salah satu tempat ... Halaman rumah tampak menyatu dengan

! 12

berpakaian. Dampak negatif meliputi (a) rusaknya kebudayaan dan tempat-tempat

bersejarah karena ulah manusia, (b) komersialisasi budaya, (c) meningkatnya

kriminalitas, konsumerisme masyarakat lokal, dan prostitusi, (d) terkikisnya nilai-

nilai budaya dan norma-norma masyarakat karena interaksi dengan masyarakat

asing.Perkembangan pariwisata juga memberikan dampak terhadap ekonomi,

meliputi (1) dampak positif berupa (a) terbukanya lapangan pekerjaan baru, (b)

meningkatkan taraf hidup dan pendapatan masyarakat, (c) meningkatkan nilai tukar

mata uang rupiah terhadap mata uang asing, (d) membantu menanggung beban

pembangunan sarana dan prasarana setempat, (e) meningkatkan kemampuan

manajerial dan ketrampilan masyarakat yang memacu kegiatan ekonomi lainnya;

(2) dampak negatif berupa (a) meningkatkan biaya pembangunan sarana dan

prasarana, (b) meningkatkan harga barang-barang lokal dan bahan pokok, (c)

peningkatan yang sangat tinggi tetapi hanya musiman, sehingga pendapatan

masyarakat naik dan turun, (d) mengalirnya uang keluar negeri karena konsumen

menuntut barang-barang impor bahan konsumsi tertentu (Mill: 2000).

Dalam pengembangan pariwisata, masyarakat setempat mempunyai peran

yang sangat penting. Masyarakat setempat mau tidak mau harus terlibat langsung

dalam aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan kepariwisataan di daerahnya

seperti bertindak sebagai tuan rumah, penyelenggara atraksi wisata dan budaya

khusus, produsen cindera mata yang memiliki kekhasan dari daya tarik wisata

tersebut dan turut menjaga keamanan lingkungan sekitar, sehingga membuat

wisatawan yakin, tenang dan aman selama mereka berada di daya tarik wisata

tersebut. Akan tetapi, apabila daya tarik wisata tidak dikelola dengan baik maka

dapat memberikan dampak terhadap kerusakan fisik, sosial budaya dan ekonomi.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I.pdf · 1.1 Latar Belakang Bali dengan potensi budaya yang dimiliki telah dijadikan salah satu tempat ... Halaman rumah tampak menyatu dengan

! 13

Teori dampak pariwisata di atas dipandang relevan untuk menjelaskan

permasalahan kedua dalam penelitian ini, yakni mengenai dampak pengembangan

pariwisata berbasis desa adat di Desa Penglipuran Kabupaten Bangli.

1.4.2 Konsep

Penelitian ini pada dasarnya bertujuan untuk memahami fenomena

pengembangan pariwisata berbasis desa adat di Desa Penglipuran. Terkait dengan itu,

berikut ini akan dijelaskan sejumlah konsep yang digunakan dalam penelitian ini.

1.4.2.1 Pengembangan Pariwisata

Menurut Poerwadarminta (2002: 474), pengembangan adalah suatu proses

atau cara menjadikan sesuatu menjadi maju, baik, sempurna dan berguna.

Sedangkan Pariwisata menurut UU RI Nomor 10 Tahun 2009, adalah berbagai

kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan

oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Selanjutnya Mill

(2000: 168) mengungkapkan bahwa pengembangan pariwisata diharapkan mampu

meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui keuntungan secara ekonomi yang

dibawa ke kawasan tersebut. Dengan katalain pengembangan pariwisata melalui

penyediaan fasilitas infrastruktur, wisatawan dan penduduk setempat akan saling

diuntungkan. Pengembangan tersebut hendaknya memperhatikan berbagai aspek,

seperti aspek budaya, sejarah dan ekonomi daerah tujuan wisata. Pada dasarnya

pengembangan pariwisata dilakukan untuk memaksimalkan keuntungan dan

meminimalkan permasalahan. Pengembangan pariwisata akan memberikan

keuntungan ekonomi bagi daerah tujuan wisata, seperti tersedianya lapangan

pekerjaan, meningkatkan devisa negara, peningkatan infrastruktur, dan

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I.pdf · 1.1 Latar Belakang Bali dengan potensi budaya yang dimiliki telah dijadikan salah satu tempat ... Halaman rumah tampak menyatu dengan

! 14

menciptakan multiplier effects dari pengeluaran wisatawan terhadap

perekonomian domestik (Parining, dkk, 2001: 5). Pengembangan pariwisata

bertujuan untuk memberikan keuntungan bagi wisatawan maupun komunitas tuan

rumah. Pengembangan pariwisata dalam penelitian ini adalah cara menjadikan

Desa penglipuran menjadi lebih maju, baik, dan berguna dalam kegiatan wisata.

1.4.2.2 Desa Adat

!Sebagaimana tertuang di dalam pasal 1 (e) Peraturan Daerah Propinsi Bali

Nomor 06 Tahun 1986 disebutkan bahwa desa adat adalah kesatuan masyarakat

hukum adat di Propinsi Daerah Tingkat I Bali yang mempunyai satu kesatuan

tradisi dan tata karma pergaulan hidup masyarakat umat Hindu secara turun-

temurun dalam ikatan kahyangan tiga (kahyangan desa) yang mempunyai wilayah

tertentu dan harta kekayaan sendiri serta berhak mengurus rumah tangganya

sendiri. Dengan berkembangnya masyarakat dan terjadinya perubahan sosial yang

demikian cepat, maka pada tahun 2001 pemerintah daerah mengeluarkan

Peraturan Daerah Propinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001 tentang Desa Pakraman.

Menurut peraturan daerah ini desa pakraman adalah kesatuan masyarakat hukum

adat di Propinsi Daerah Tingkat I Bali yang mempunyai satu kesatuan tradisi dan

tata krama pergaulan hidup masyarakat umat Hindu secara turun-temurun dalam

ikatan kahyangan tiga (kahyangan desa) yang mempunyai wilayah tertentu dan

harta kekayaan sendiri serta berhak mengurus rumah tangganya sendiri.

Dari segi pengertian, desa adat dalam Peraturan Daerah Propinsi Bali

Nomor 06 Tahun 1986 dan desa pakraman dalam Peraturan Daerah Propinsi Bali

Nomor 3 tahun 2001 adalah sama. Dari segi istilah sejak dikeluarkannya peraturan

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I.pdf · 1.1 Latar Belakang Bali dengan potensi budaya yang dimiliki telah dijadikan salah satu tempat ... Halaman rumah tampak menyatu dengan

! 15

daerah nomor 3 tahun 2001 secara formal istilah desa adat diganti dengan desa

pakraman, namun dalam kenyataan sehari-hari istilah desa adat kadang-kadang

masih tetap dipergunakan di Bali termasuk dalam kehidupan masyarakat Desa

Penglipuran. Berdasarkan pandangan yang dikemukakan di atas, konsep desa adat

pada penelitian ini mengacu pada suatu masyarakat hukum adat di Desa

Penglipuran Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli.

1.5 Model Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan model penelitian yang akan

membantu mengambarkan permasalahan yang diambil. Model tersebut dapat

diilustrasikan sebagai berikut:

!

: hubungan timbal balik (saling mempengaruhi)

: hubungan pengaruh

Desa Adat Penglipuran

Sumber Daya

Manusia

Sumber Daya Alam & Budaya

Pariwisata

Desa Wisata Penglipuran

Dampak

Daya Tarik Pengelola

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I.pdf · 1.1 Latar Belakang Bali dengan potensi budaya yang dimiliki telah dijadikan salah satu tempat ... Halaman rumah tampak menyatu dengan

! 16

Desa Adat Penglipuran memiliki potensi sumber daya alam dan budaya

serta sumber daya manusia. Sumber daya alam dan budaya menjadi sebuah daya

tarik dalam pengembangan pariwisata. Untuk mengembangkan pariwisata,

masyarakat sebagai sumber daya manusia membentuk sebuah lembaga pengelola

yang mengembangkan Desa Penglipuran menjadi sebuah desa wisata.

Pengembangkan Desa Wisata Penglipuran oleh Desa Adat tentunya akan

memberikan dampak, baik positif maupun negatif bukan hanya terhadap daya

tarik wisata dan sumber daya alam dan budaya tetapi juga terhadap pengelola dan

sumber daya manusia.

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Adat Penglipuran, Kecamatan Bangli,

Kabupaten Bangli. Penentuan lokasi penelitian ini didasarkan pada beberapa

pertimbangan, yakni: (1) Desa Adat Penglipuran merupakan salah satu Desa Bali

Aga yang memiliki keunikan baik dari struktur fisik maupun sosial budayanya,

dan (2) Desa Penglipuran sudah menjadi salah satu daya tarik wisata di

Kabupaten Bangli yang termasuk kategori sudah berkembang dan cukup populer

di kalangan wisatawan nusantara maupun mancanegara.

1.6.2 Jenis dan Sumber Data

Berdasarkan rancangan penelitian yang ditentukan, jenis data yang

digunakan adalah data kualitatif. Perolehan data tersebut bersumber dari

masyarakat Desa Penglipuran secara langsung dan dari bahan-bahan kepustakaan.

Subagyo (1997: 87) mengemukakan, data yang diperoleh secara langsung dari

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I.pdf · 1.1 Latar Belakang Bali dengan potensi budaya yang dimiliki telah dijadikan salah satu tempat ... Halaman rumah tampak menyatu dengan

! 17

masyarakat baik yang dilakukan melalui wawancara, observasi dan alat lainnya

merupakan sumber data primer. Sedangkan data yang diperoleh dari bahan-bahan

kepustakaan disebut data sekunder. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

data primer dan data sekunder dalam upaya menjelaskan fenomena budaya yang

terjadi pada objek penelitian. Data primer yang bersumber langsung dari

masyarakat yang diteliti akan diperoleh melalui proses wawancara. Sementara

data sekunder lebih banyak digunakan untuk menjelaskan konsep yang

digunakan, teori untuk menganalisis permasalahan, dan data lainnya yang

diperoleh dari buku, artikel, profil desa. Penggunaan kedua sumber data ini sangat

penting untuk menutup celah subyektivitas peneliti serta memperkaya penjelasan

dalam proses penelitian ini.

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

(1) teknik observasi, (2) teknik wawancara, dan (3) teknik studi kepustakaan dan

dokumentasi.

1.6.3.1 Observasi

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik observasi. Sebagaimana

dikemukakan oleh Nawawi (1995: 94) teknik ini adalah cara pengumpulan data

yang dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala yang tampak

pada objek penelitian yang pelaksanaannya langsung pada tempat dimana suatu

peristiwa, keadaan atau situasi sedang terjadi. Teknik observasi dalam penelitian

ini dilakukan melalui pengamatan langsung ke Desa Penglipuran. Observasi

dilakukan untuk mengetahui keberadaan daya tarik wisata alam dan budaya yang

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I.pdf · 1.1 Latar Belakang Bali dengan potensi budaya yang dimiliki telah dijadikan salah satu tempat ... Halaman rumah tampak menyatu dengan

! 18

ada di Desa Penglipuran meliputi, pola pemukiman dengan arsitektur yang khas,

kawasan hutan bambu dan hutan kayu, kehidupan masyarakat setempat dan

aktifitas yang berkaitan dengan pengembangan Desa Wisata Penglipuran. Dalam

observasi juga dilakukan pengambilan gambar dan pencatatan terhadap fenomena-

fenomena yang berkaitan dengan pengembangan pariwisata di Desa Penglipuran.

1.6.3.2 Wawancara

Teknik wawancara merupakan teknik pengumpulan data kualitatif dengan

menggunakan instrumen, yakni pedoman wawancara (interview guide). Tingkat

keberhasilan wawancara sangat bergantung pada kemampuan peneliti dalam

melakukan wawancara. Wawancara dimulai dengan menggunakan topik yang

umum untuk membantu peneliti memahami perspektif makna yang diwawancarai.

Mc Milan dan Schumacher dalam Iskandar (2009: 130) menyebutkan bahwa

wawancara mendalam merupakan proses tanya-jawab yang terbuka untuk

memperoleh data tentang maksud hati partisipan yang mampu menggambarkan

kejadian-kejadian ataupun fenomena-fenomena yang berhubungan dengan

peneliti. Hal tersebut dilakukan dengan berdialog antara peneliti sebagai

pewawancara dengan informan.

Adapun jenis wawancara yang digunakan peneliti dalam penelitian ini

adalah wawancara bebas terpimpin. Nawawi (1995:116) menyebutkan,

wawancara bebas terpimpin merupakan salah satu bentuk wawancara dengan

pedoman wawancara yang dipersiapkan sebelum memulai mengajukan

pertanyaan. Di dalam pedoman tersebut hanya dicantumkan pokok-pokok penting

yang akan ditanyakan, yang disusun sesuai dengan data yang diperlukan.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I.pdf · 1.1 Latar Belakang Bali dengan potensi budaya yang dimiliki telah dijadikan salah satu tempat ... Halaman rumah tampak menyatu dengan

! 19

Selanjutnya di dalam bertanya, seorang interviewer dapat melakukannya secara

bebas dalam kaitannya sendiri.

Data yang ingin digali oleh peneliti melalui teknik wawancara adalah

informasi mengenai gejala atau fenomena yang tidak kasat mata atau sudah

berlangsung sebelum penelitian ini dilakukan. Contohnya seperti informasi

mengenai data yang berkaitan dengan sejarah desa, sejarah perkembangan

kepariwisataan, dan sistem pengelolaan Desa Wisata Penglipuran. Untuk

kepentingan wawancara diperlukan sejumlah informan yang dipandang memiliki

pengetahuan dan pengalaman terkait dengan masalah penelitian. Para informan

yang dimaksud adalah perangkat desa adat (prajuru desa adat), pengurus lembaga

pengelola Desa Wisata Penglipuran, tokoh adat dan agama setempat, pengamat

pariwisata, Pejabat Dinas Pariwisata Kabupaten Bangli yang berkompeten serta

warga masyarakat di Desa Penglipuran.

1.6.3.3 Studi Kepustakaan dan Dokumentasi

Metode ini digunakan untuk mengetahui atau memperoleh data yang

berkaitan dengan teori yang mendukung penelitian. Oleh karena itu, metode

kepustakaan sangat penting untuk melengkapi data dari lapangan.

Koentjaraningrat (1993: 33) menyebutkan bahwa studi kepustakaan adalah cara

dalam hal melakukan penelitian untuk memperoleh data dengan berdasarkan pada

buku, majalah, laporan, karangan, skripsi dan karya tulis yang lain mengenai

suatu bidang ilmiah atau gejala yang relevan dengan hal atau masalah yang

diangkat dan dibahas. Informasi yang ingin digali oleh peneliti melalui studi

kepustakaan adalah sumber data sekunder berupa pandangan-pandangan, teori,

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I.pdf · 1.1 Latar Belakang Bali dengan potensi budaya yang dimiliki telah dijadikan salah satu tempat ... Halaman rumah tampak menyatu dengan

! 20

konsep, potensi dan keunikan wilayah, serta kondisi Desa Penglipuran Kabupaten

Bangli.

Teknik dokumentasi sebagaimana yang dikemukakan Nawawi (1995:

133), merupakan cara mengumpulan data melalui peninggalan tertulis.

Dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan dan

membaca berbagai dokumen seperti surat keputusan, awig-awig Desa Adat

Penglipuran, Profil Desa Wisata Penglipuran. Disamping itu, dokumentasi juga

dilakukan dengan mencari beberapa dokumen berupa Peta Pulau Bali, Peta

Kabupaten Bangli, Peta Kecamatan Kubu, dan Peta Desa Wisata Penglipuran.

Dokumen-dokumen tersebut dapat diperoleh baik secara langsung pada instansi

terkait maupun diperoleh secara online.

1.6.4 Analisis Data

Data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara

deskriptif kualitatif. Nawawi (1995: 63) mengemukakan analisis deskriptif adalah

prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau

melukiskan keadaan subjek/objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan

fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Subagyo (1996: 106)

mengemukakan, analisis kualitatif dilakukan terhadap data yang bertumpu pada

informasi, uraian dalam bahasa prosa kemudian dikaitkan dengan data lainnya

untuk mendapatkan kejelasan terhadap suatu kebenaran atau sebaliknya sehingga

memperoleh gambaran baru ataupun menguatkan suatu gambaran yang sudah ada

atau sebaliknya. Analisis deskriptif kualitatif dalam penelitian ini dilakukan

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I.pdf · 1.1 Latar Belakang Bali dengan potensi budaya yang dimiliki telah dijadikan salah satu tempat ... Halaman rumah tampak menyatu dengan

! 21

dengan menggambarkan keadaan Desa Penglipuran sehingga memperoleh suatu

gambaran mengenai pengembangan pariwisata berbasis desa adat.

Analisis ini dilakukan melalui 3 alur kegiatan secara bersamaan

sebagaimana yang dilakukan Miles dan Huberman (1992: 17-19), yaitu reduksi

data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Reduksi data dilakukan dengan

pemilahan, penyederhanaan data yang berasal dari catatan-catatan yang diperoleh

tentang pengembangan pariwisata di Desa Penglipuran. Penyajian data dilakukan

dengan penyusunan teks naratif terhadap data yang dikumpulkan. Selanjutnya

data disusun secara sistematis sesuai dengan kebutuhan masing-masing bab.

Untuk mempermudah proses penyusunan dilakukan penyederhanaan dan

penyeleksian terhadap data yang kompleks ke dalam bentuk yang lebih sederhana

sehingga mudah dipahami. Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dari

penelitian. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan mencari makna dari data-data

yang sudah dikumpulkan dan selanjutnya diverifikasi kembali dengan bukti-bukti

yang dikumpulkan untuk menguji kebenaran dan kecocokan data yang disajikan.