bab i pendahuluan 1.1. latar belakang...

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dari tahun ke tahun perkembangan perindustrian di Indonesia banyak terjadi persaingan yang ketat dalam segala bidang, baik yang bergerak dalam bidang usaha manufaktur maupun dalam bidang usaha jasa. Peningkatan efisiensi berarti perusahaan dalam memproduksi suatu produk harus berusaha meminimumkan penggunaan sumber daya yang dimiliki sehingga dapat meminimumkan biaya yang harus dikeluarkannya. Peningkatan efektivitas perusahaan berarti perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan harus seefektif mungkin. Semakin banyak perusahaan-perusahaan yang bersaing dalam dunia perindustrian khususnya yang berhubungan dengan produk mesin, mulai dari mesin yang memiliki performance sederhana sampai yang terbaik. Harga dari produk tersebut juga bermacam-macam mulai dari yang murah sampai dengan yang mahal. Dengan mutu atau kualitas produk yang berbeda-beda maka konsumen diharapkan panda-pandai dalam menilai dan memilih produk yang berkualitas. Karena banyak perusahaan yang mempromosikan produknya dengan slogan-slogan, sehingga membuat konsumen tertarik untuk membelinya. PT. APM Surabaya adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan mebel, di perusahaan ini banyak mengunakan mesin-mesin untuk proses produksi. Seringnya terjadi cacat pada proses mesin sanding, ini merupakan salah satu penyebab proses tidak dapat berjalan continue. Hal ini disebabkan mesin sanding yang kurang memiliki performance yang handal. Dengan melihat permasalahan yang ada di PT. APM khususnya pada mesin sanding, maka peneliti ingin menganalisa dengan jalan bagaimana cara memilih mesin sanding yang handal agar proses produksi dapat berjalan secara continue dan menghasilkan produk yang berkualitas dan tidak banyak cacat

Upload: phamkhanh

Post on 03-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--sujoko-346-1-bab1-3.pdf · 1.1. Latar Belakang Masalah Dari tahun ke tahun perkembangan perindustrian

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dari tahun ke tahun perkembangan perindustrian di Indonesia banyak

terjadi persaingan yang ketat dalam segala bidang, baik yang bergerak dalam

bidang usaha manufaktur maupun dalam bidang usaha jasa. Peningkatan efisiensi

berarti perusahaan dalam memproduksi suatu produk harus berusaha

meminimumkan penggunaan sumber daya yang dimiliki sehingga dapat

meminimumkan biaya yang harus dikeluarkannya. Peningkatan efektivitas

perusahaan berarti perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan harus

seefektif mungkin. Semakin banyak perusahaan-perusahaan yang bersaing dalam

dunia perindustrian khususnya yang berhubungan dengan produk mesin, mulai

dari mesin yang memiliki performance sederhana sampai yang terbaik. Harga dari

produk tersebut juga bermacam-macam mulai dari yang murah sampai dengan

yang mahal. Dengan mutu atau kualitas produk yang berbeda-beda maka

konsumen diharapkan panda-pandai dalam menilai dan memilih produk yang

berkualitas. Karena banyak perusahaan yang mempromosikan produknya dengan

slogan-slogan, sehingga membuat konsumen tertarik untuk membelinya.

PT. APM Surabaya adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam

bidang pembuatan mebel, di perusahaan ini banyak mengunakan mesin-mesin

untuk proses produksi. Seringnya terjadi cacat pada proses mesin sanding, ini

merupakan salah satu penyebab proses tidak dapat berjalan continue. Hal ini

disebabkan mesin sanding yang kurang memiliki performance yang handal.

Dengan melihat permasalahan yang ada di PT. APM khususnya pada

mesin sanding, maka peneliti ingin menganalisa dengan jalan bagaimana cara

memilih mesin sanding yang handal agar proses produksi dapat berjalan secara

continue dan menghasilkan produk yang berkualitas dan tidak banyak cacat

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--sujoko-346-1-bab1-3.pdf · 1.1. Latar Belakang Masalah Dari tahun ke tahun perkembangan perindustrian

Tabel 1.1. Kecacatan Mesin Sanding

Mesin Type Jenis Kerusakan Dispet

I Dispet terkikis

II Dispet gembos

III Dispet gupil

1.2. Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang tersebut dapat dirumuskan suatu

permasalahan yang dihadapi dalam penelitian yaitu bagaimana memilih mesin

sanding yang memiliki performance terbaik.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk menganalisa dan mengevaluasi performance mesin sanding yang

mempunyai value terbaik.

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan mesin sanding

2. Untuk memperoleh alternatif produk mesin sanding yang memiliki performace

value terbaik.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

a) Bagi Konsumen

1. Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam

memilih produk mesin sanding

2. Dapat memberikan hasil yang terbaik dalam proses pemilihan alternatif

mesin sanding dengan nilai (value) yang tinggi dan biaya yang lebih

rendah

b) Bagi Penulis

Untuk pendalaman sekaligus penerapan ilmu-ilmu yang diperoleh dibangku

kuliah, sehingga penulis bisa mengetahui secara langsung tentang kegunaan

dan manfaat ilmu yang diperoleh dibangku kuliah

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--sujoko-346-1-bab1-3.pdf · 1.1. Latar Belakang Masalah Dari tahun ke tahun perkembangan perindustrian

c) Bagi Ilmu Pengetahuan

Diharapakan penelitian ini dijadikan bahan pertimbangan dalam

menyelesaikan masalah sejenis

1.5. Batasan Masalah

Agar hasil penelitian dapat lebih terarah dan tidak melebar dari tujuan

semula sehingga pemecahannya bisa berfokus, dilakukan pembatasan masalah

antara lain :

a) Responden adalah para ahli dari beberapa disiplin ilmu khususnya pada

bidang mesin sanding

b) Mesin yang akan dibandingkan adalah mesin sanding type I, II, dan III

1.6. Asumsi - Asumsi

Beberapa asumsi yang dapat penulis berikan dalam penelitian ini adalah :

a) Para ahli yang bertindak sebagai responden meliputi :

1. Pengguna atau pemakai mesin sanding

2. Pakar atau orang ahli dalam mesin sanding

3. Mekanik atau tukang service mesin sanding

4. Dealer yang menjual mesin sanding

b) Selama penelitian proses produksi berjalan normal

1.7. Sistematika Pembahasan

Sistematika yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah,

asumsi-asumsi dan sistematika penyusunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Menguraikan teori dan konsep yang dijadikan sebagai dasar atau

landasan dalam penelitian, selain itu diuraikan pula rumusan-rumusan

teoritis yang digunakan dalam pengolahan data

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--sujoko-346-1-bab1-3.pdf · 1.1. Latar Belakang Masalah Dari tahun ke tahun perkembangan perindustrian

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menerangkan tentang kerangka penelitian, identifikasi

variabel, metode pengumpulan data, pengujian data, metode

pengolahan data dan langkah-langkah penyelesaian masalah

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini berisi data-data yang dibutuhkan untuk menjawab

permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI

Bab ini merupakan pembahasan dari data-data yang dikumpulkan pada

BAB IV dan digunakan sebagai dasar/landasan untuk menjawab

permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini

BAB VI PENUTUP

Dalam bab ini menjelasakan tentang kesimpulan yang dapat ditarik

dari pembahasan yang dilakukan sebelumnya sekaligus merupakan

jawaban dari permasalahan yang ada serta berisi saran-saran yang

diberikan kepada obyek penelitian tentang hasil yang diperoleh dalam

penelitian ini

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--sujoko-346-1-bab1-3.pdf · 1.1. Latar Belakang Masalah Dari tahun ke tahun perkembangan perindustrian

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rekayasa Nilai

Salah satu teknik yang terkenal dan memiliki potensi keberhasilan cukup

besar dalam mengendalikan biaya adalah rekayasa nilai (value engineering).

Metode ini menggunakan pendekatan dengan menganalisis nilai terhadap

fungsinya. Proses yang ditempuh adalah menekankan pengurangan biaya sejauh

mungkin dengan tetap memelihara kualitas serta reliabilitas yang di inginkan.

Konsep rekayasa nilai di kembangkan pada awal perang dunia II oleh

Lawrence D. Miles (purchasing manager) tahun 1947 dari perusahaan General

Electric–USA, sewaktu melayani keperluan peralatan perang dalam jumlah yang

besar. Di tujukan pertama–tama untuk mencari biaya yang ekonomis bagi suatu

produk, pada saat itu mengalami kesulitan untuk mendapatkan asbes (suatu bahan

tahan api), kemudian muncul gagasan apakah fungsi asbes tersebut bisa

digantikan oleh sejenis kertas yang sulit terbakar. Dari hasil penelitiannya ternyata

asbes bisa digantikan oleh kertas yang sulit terbakar.

2.1.1. Perkembangan Rekayasa Nilai ( RN )

a. Tahun 1954 departemen pertahanan USA memperkenalkan konsep

rekayasa nilai. Pada saat itu departemen pertahanan USA harus

membeli peralatan/persenjataan yang lebih baik dengan anggaran yang

sangat terbatas

b. Selanjutnya dalam Armed Service Procurement Regulation yang di

keluarkan oleh departemen pertahanaan USA setiap pihak yang terikat

kontrak harus menerapkan konsep rekayasa nilai

c. Tahun 1959 Society of American Value Engineering (SAVE) didirikan

d. Tahun 1960 rekayasa nilai di perkenalkan di Jepang dan menjelang

tahun 1964 telah diterapkan oleh lebih dari 100 perusahaan

e. Tahun 1965 didirikan Society of Japanese Value Engineering

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--sujoko-346-1-bab1-3.pdf · 1.1. Latar Belakang Masalah Dari tahun ke tahun perkembangan perindustrian

f. Tahun 1970 rekayasa nilai di sebarluaskan di Eropa, khususnya di

Jerman Barat dimana rekayasa nilai di standarisir menjadi DIN

standard

g. Di Indonesia aplikasi rekayasa nilai pertama kali di terapkan di

departement pekerjaan umum tahun 1973 yaitu pada saat

pembangunan jalan layang lawang di Jakarta.

2.1.2. Pengertian Rekayasa Nilai

Ada beberapa definisi tentang rekayasa nilai antara lain :

a. Rekayasa nilai adalah suatu pendekatan yang bersifat kreatif dan sistematis

dengan tujuan untuk mengurangi biaya-biaya yang tidak diperlukan

b. Rekayasa nilai merupakan suatu penerapan yang sistematis dari sejumlah

teknik untuk mengidentifikasikan fungsi–fungsi suatu benda atau jasa denagn

memberi nilai terhadap masing–masing fungsi yang ada serta

mengembangkan sejumlah alternatif yang memungkinkan tercapainya fungsi

tersebut dengan biaya total maximum

c. Rekayasa nilai adalah usaha yang sistematis yang diarahkan untuk mencapai

keseimbangan fungsional terbaik antara biaya, kendala dan penampilan dari

suatu sistem atau produk.

d. Rekayasa nilai adalah usaha yang terorganisir secara sistematis dan

mengaplikasikan suatu teknik yang telah di akui yaitu teknik meng identifikasi

fungsi produk atau jasa yang bertujuan memenuhi fungsi yang diperlukan

dengan harga yang terendah (paling ekonomis).

Dengan kata lain, rekayasa nilai bermaksud memberikan sesuatu yang

optimal bagi sejumlah uang yang di keluarkan dengan memakai teknik yang

sistematis untuk menganalisis dan mengendalikan total biaya produk. Rekayasa

nilai akan membantu membedakan dan memisahkan antara yang di perlukan dan

yang tidak diperlukan dimana dapat di kembangkan alternatif yang memenuhi

keperluan dengan biaya terendah.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--sujoko-346-1-bab1-3.pdf · 1.1. Latar Belakang Masalah Dari tahun ke tahun perkembangan perindustrian

2.2. Cost Reduction Lewat Pendekatan Value Engineering/Rekayasa Nilai

Prinsip penurunan biaya dalam konsep rekayasa nilai yaitu menggunakan

pendekatan yang terpusat pada desain dan membutuhkan waktu untuk mencapai

hasil nyata lewat analisis fungsi dan desain kembali produk. Keberhasilan

penurunan biaya lewat rekayasa nilai membutuhkan keseimbangan pendekatan

rekayasa nilai yang tepat dengan berbagai teknik rekayasa nilai lainnya dan juga

jenis teknologi dari produk.

2.2.1. Pendekatan Berorientasi Konsumen

Nilai (value) adalah sesuatu yang di terapkan oleh konsumen yang

memakai produk atau jasa. Produk dibeli atas dasar kegunaannya atau fungsinya,

dengan kata lain konsumen membayar bukan sekedar bendanya tetapi untuk

performasi yang diharapkan, bila suatu produk yang di beli tidak nyaman dipakai

atau mudah rusak barang tersebut tidak mempunyai nilai (valueles). Awal proses

penyelesaian masalah dengan rekayasa nilai adalah memikirkan jenis nilai atau

fungsi apa yang dibutuhkan untuk suatu produk. Rekayasa nilai berusaha

memenuhi menemukan fungsi yang diminta oleh konsumen dengan biaya yang

lebih rendah.

( Konsumen ) ( Manufaktur )

Biaya + Profit Harga Pasar Anggaran

Produk Jasa Fungsi Kebutuhan Keinginan

Kompas Menunjuk Arah Mengetahui arah

Kulkas Menjaga Suhu Menyimpan makanan

Memutar kaset Mendengarkan musik Tape

Gambar 2.1. Contoh Pendekatan yang Berorientasi Pada Konsumen

2.2.2. Pendekatan Berorientasi Pada Fungsi

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--sujoko-346-1-bab1-3.pdf · 1.1. Latar Belakang Masalah Dari tahun ke tahun perkembangan perindustrian

Profit bisa ditambah dengan cara menaikkan harga produk, meningkatkan

volume penjualan, mengurangi biaya produk. Karena persaingan yang ketat

menaikkan harga produk sulit diterapkan. Meningkatkan volume penjualan atas

dasar penurunan biaya lewat produksi massal juga terbatas. Alternatif yang

dimungkinkan adalah mengurangi biaya produk, pengurangan biaya produk yang

terdiri dari ongkos bahan dan biaya tenaga kerja lewat analisis konvensional tidak

akan memberikan hasil yang memadai. Konsep rekayasa nilai menggunakan

pendekatan fungsional untuk manghadapi keadaan tersebut.

Biaya produk dikelompokkan menjadi :

1. Biaya utama (primary cost) yaitu biaya yang diperlikan untuk menegakkan

fungsi utama (primary function) dari suatu produk

2. Biaya yang diperlukan untuk melakukan fungsi sekunder.

Fungsi–fungsi sekunder terdiri dari fungsi–fungsi yang dituntut oleh para

pemakai dan yang ditambahkan oleh konsep desain guna mencapai fungsi–fungsi

utama, selain itu masih banyak fungsi yang tidak perlu diberikan untuk

spesifikasi–spesifikasi yang berlebihan, misalnya faktor keselamatan yang

berlebihan atau selera (preferensi) para perancang.

Dengan adaptasi pendekatan berorientasi fungsi, pertama–tama rekayasa

nilai membuang fungsi–fungsi yang tidak diperlukan kemudian dapat ditiadakan

dengan merubah konsep desain (termasuk penggantian material, proses produksi,

metode inspeksi, transportasi dan lain–lain). Pendekatan berorientasi fungsi

meliputi definisi, pendekatan kembali dan evaluasi fungsi–fungsi dari produk,

komponen yang merupakan ciri utama rekayasa nilai. Target biaya bisa dicapai

lewat ide–ide cerdik dan ukuran yang kongkrit.

Produksi Profit Harga Pasar

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--sujoko-346-1-bab1-3.pdf · 1.1. Latar Belakang Masalah Dari tahun ke tahun perkembangan perindustrian

Ditentukan Direncanakan Biaya Yang Oleh Pasar Oleh Manufaktur Ditargetkan

Gambar 2.2. Hubungan antara Biaya produksi dengan Harga pasar.

2.3. Apa Yang Disebut Nilai (Value)

Ada beberapa macam nilai (value) :

1. Esteem Value/Nilai Kebanggaan

Adalah suatu nilai yang ditentukan oleh besarnya pengeluaran (price) untuk

mencapai suatu keinginan (desire) dalam sutu proyek.

Esteem Value ( V ) = )()(

PpriceDdesire

Tinggi rendahnya keinginan sangat subjektif, tiap individu tidak sama, oleh

karena itu nilai sulit ditangani rekayasa nilai.

2. Use Value/Nilai Guna

Nilai pakai ditentukan oleh besarnya biaya yang diperlukan untuk mencapai

fungsi suatu produk. Bila nilai produk bisa dicapai dengan biaya murah, maka

dikatakan produk bernilai tinggi.

Use Value ( V ) =)(

)(CCost

FFungsi

3. Cost Value/Nilai Biaya

Nilai ini merupakan jumlah biaya material. Ongkos personil, biaya overhead

dll yang diperlukan untuk memproduksi dan menjual produk

4. Exchange Value/Nilai Tukar

Nilai yang dihasilkan karena membandingkan produk yang satu dengan

produk lain.

Nilai (Value) dapat dirumuskan sebagai ratio (perbandingan) antara

performasi yang ditampilkan oleh suatu fungsi terhadap biaya yang dikeluarkan

untuk mendapatkan fungsi.

Biaya

ePerformancValue =

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--sujoko-346-1-bab1-3.pdf · 1.1. Latar Belakang Masalah Dari tahun ke tahun perkembangan perindustrian

Dimana :

Performance = keuntungan manfaat yang diperoleh dari fungsi–

fungsi atau produk

Biaya = biaya total yang dikeluarkan untuk mendapatkan

semua fungsi yang diinginkan.

Dalam lingkungan industri pengertian nilai adalah use value, esteem value

dan cost value yang merupakan gabungan dari keduanya. Total nilai suatu produk

merupakan jumlah use value dan esteem value. Use value terkait dengan aspek

fungsional, sedangkan esteem value berkaitan dengan penampilan, keindahan

suatu produk.

2.4. Peningkatan Nilai (Value) Dalam VE

Suatu produk dibeli karena fungsinya, dan nilai suatu produk ditentukan

oleh fungsi dan biaya.

Value (V) = )()(

CBiayaFFungsi

Bila dua produk mempunyai fungsi yang sama. Produk dengan biaya lebih

rendah mempunyai nilai yang lebih tinggi. Bila biaya sama dialokasikan ke tiap

produk. Produk yang mempunyai fungsi lebih baik akan mempunyai nilai yang

lebih tinggi. Ada beberapa cara untuk menambah nilai :

Biaya Fungsi F/C Nilai

1. Turun Konstan F Bertambah

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--sujoko-346-1-bab1-3.pdf · 1.1. Latar Belakang Masalah Dari tahun ke tahun perkembangan perindustrian

2. Konstan

3. Naik

4. Turun

5. Turun

Naik

Naik

Naik

Turun

C

F

C

F

C

F

C

F

C

Bertambah

Bertambah

Bertambah

Tidak terpakai

dalam Rekayasa

Nilai

2.5. Teknik Rekayasa Nilai

Agar rekayasa nilai memperoleh hasil yang diharapkan perlu digunakan

teknik–teknik yang didasarkan atas pengertian bahwa rekayasa nilai banyak

berurusan langsung dengan sikap dan perilaku manusia, juga dengan masalah–

masalah pengambilan keputusan dan pemecahan persoalan. Teknik ini terutama

digunakan untuk pekerjaan desain–engineering pada awal proyek, dimana para

ahli semula berpendapat bahwa proyek tersebut sudah merupakan alternatif yang

terbaik. Diantara teknik–teknik mengenai rekayasa nilai, teknik yang terpenting

adalah sebagai berikut :

1. Bekerja atas dasar spesifik

Mengarahkan analisis persoalan kepada bagian–bagian atau area yang

spesifik. Pilih suatu area tertentu untuk dipelajari secara mendalam,

konsentrasikan kepada persoalan ini sampai menjumpai inti masalah,

kemudian disusun suatu usulan atau alternatif. Usulan yang bersifat umum

akan mudah dibantah atau disanggah. Sebaliknya bila masalah khusus

didukung oleh fakta–fakta akan mengundang tanggapan yang positif

2. Dapatkan informasi dari sumber terbaik

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--sujoko-346-1-bab1-3.pdf · 1.1. Latar Belakang Masalah Dari tahun ke tahun perkembangan perindustrian

Tidak mudah mengetahui dan mendapatkan sumber informasi yang tepat dan

terbaik. Untuk maksud tersebut diusahakan dari berbagai sumber, kemudian

dikaji dan disaring. Dewasa ini, dengan tingkat perkembangan ilmu dan

teknologi yang demikian tinggi, para spesialislah yang dianggap mengetahui

hal yang bersifat khusus. Oleh karena itu, mereka dapat dianggap sebagai

sumber terbaik untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan

3. Hubungan antar manusia

Sama bobotnya dengan penguasaan aspek teknis, keberhasilan program

rekayasa nilai tergantung pengertian dasar hubungan antar–manusia,

bagaimana bekerjasama dengan semua pihak yang ikut berperan. Pentingnya

hubungan tersebut tergantung dari besarnya ketergantungan terhadap masing–

masing pihak. Dalam kegiatan rekayasa nilai, derajat ketergantungan relatif

tinggi, sehingga penguasaan hubungan yang baik akan menentukan

keberhasilan program rekayasa nilai.

Misalnya adalah sebagai berikut :

• Pada tahap informasi, mutu informasi tergantung atas sikap dan kerjasama

dari nara sumber

• Pada tahap spekulasi, gagasan–gagasan yang baik akan muncul dari

mereka yang termotivasi dengan adanya program

4. Kerjasama tim

Oleh karena sifat rekayasa nilai memerlukan usaha dari berbagai pihak, maka

proses rekayasa nilai dilakukan oleh suatu tim. Menyusun suatu tim rekayasa

nilai yang dapat bekerja sama pentingnya dengan proses rekayasa itu sendiri.

Dalam hal ini minimal 4 kriteria yang perlu diperhatikan, yaitu disiplin yang

diwakili oleh peranan, jumlah anggota dan kompetensi masing–masing

anggota yang bersangkutan. Jenis obyek (masalah) menentukan komposisi

disiplin yang diserahi tugas untuk menanganinya. Bila tim ini rekayasa nilai

disusun dari tenaga–tenaga dalam perusahaan yang bersangkutan (bukan dari

konsultan) umumnya komposisi tersebut terdiri dari hal–hal berikut ini :

• Mereka yang memiliki masalah

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--sujoko-346-1-bab1-3.pdf · 1.1. Latar Belakang Masalah Dari tahun ke tahun perkembangan perindustrian

• Mereka yang ditugaskan memecahkan masalah

• Mereka yang terkena dampak pemecahan masalah

Bila tidak diikutsertakan, seringkali butir terakhir kurang mendukung realitas

hasil–hasil usulan tim, bila usulan tersebut kurang menarik bagi bidangnya.

5. Mengatasi rintangan

Rintangan merupakan hal yang tidak asing dalam proses menuju kemajuan.

Misalnya, usaha melakukan perubahan pekerjaan sehari–hari yang telah

terbiasa dalam kurun waktu yang lama, umumnya akan mengalami tantangan

atau hambatan. Untuk menghadapinya prosedur rekayasa nilali disusun

sebagai berikut :

• Dikaji apakah rintangan kemungkinan besar akan terjadi atau hanya

imajinasi

• Bila kemungkinan besar akan terjadi, rintangan dianalisis lebih jauh dan

ditentukan tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya.

Pengkajian yang sistematis dan seksama dengan mengklarifikasi jenis dan

sebab rintangan, akan mempermudah mengambil langkah–langkah untuk

mengatasinya.

2.6. Rencana Kerja Rekayasa Nilai

Rencana kerja rekayasa nilai yang lazim digunakan terdiri dari 5 (lima)

tahap (standart five job plan), yaitu :

1. Tahap informasi

2. Tahap kreatifitas

3. Tahap evaluasi/analisa

4. Tahap pengembangan

5. Tahap presentasi

Meskipun rencana kerja rekayasa nilai dipisahkan dalam 5 tahapan

berbeda, dalam kenyataannya cenderung untuk bergabung dan berkaitan antara

satu dengan yang lainnya.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--sujoko-346-1-bab1-3.pdf · 1.1. Latar Belakang Masalah Dari tahun ke tahun perkembangan perindustrian

1 2 3 4 5

Gambar 2.3. Hubungan antara tahapan rencana kerja rekayasa nilai

Keterangan gambar :

1. Tahap informasi

2. Tahap kreatifitas

3. Tahap evaluasi/analisa

4. Tahap pengembangan

5. Tahap presentasi

1. Tahap Informasi

Tahap informasi bertujuan untuk memperoleh suatu pengertian–pengertian

menyeluruh terhadap system, struktur atau bagian–bagian yang diteliti. Pada

tahap ini, informasi ditentukan dan dikelompokkan sesuai dengan jenis dan

kebutuhannya.

Jenis–jenis informasi yang dibutuhkan antara lain :

a. Latar belakang proyek atau deskripisi masalah

b. Orang–orang yang dapat dihubungi untuk mendapatkan informasi (catatan

konsultasi)

c. Buku–buku atau referensi yang dibutuhkan sebagai informasi (catatan

dokumen)

d. Desain yang ada (gambar dan penghitungannya)

e. Biaya rancangan semula

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--sujoko-346-1-bab1-3.pdf · 1.1. Latar Belakang Masalah Dari tahun ke tahun perkembangan perindustrian

f. Rencana kerja dan syarat–syarat proyek

g. Kriteria–kriteria yang dipakai untuk menghitung performasi

2. Tahap Kreatif

Tujuan dari tahap ini untuk menghasilkan berbagai alternatif yang memenuhi

fungsi utama (performasi produk). Kreatifitas seseorang sangat berperan

dalam mendapatkan alternatif-alternatif yang dibutuhkan suatu ide kreatif

biasanya dapat membawa ide–ide baru lainnya, ide bisa berupa :

a. Ide asli

b. Perbaikan terhadap suatu ide

c. Kombinasi beberapa ide

d. Pemakaian analogi

3. Tahap Evaluasi/Analisa

Tujuan dari tahap ini adalah mengevaluasi alternatif–alternatif yang dihasilkan

pada tahap kreatifitas, pada tahap ini akan diteliti kelebihan dan kekurangan

dari setiap alternatif

4. Tahap Pengembangan

Tujuan dari tahap pengembangan yaitu mengembangkan desain usulan dari

rekayasa nilai, desain usulan dapat berupa prototype, mode atau gambar.

Langkah–langkah yang dilakukan pada tahap pengembangan ini adalah :

a. Mengembangkan desain awal dan desain usulan

b. Membandingkan desain

c. Mendiskusikan keuntungan dan kerugian dari desain yang

direkomendasikan

d. Mendiskusikan implikasi dan keuntungan dalam pelaksanaan desain yang

dikombinasikan.

5. Tahap Presentasi

Tujuan dari tahap presentasi adalah menyajikan hasil yang telah

dikembangkan secara lengkap. Presentasi bertujuan untuk menyajikan

pengambilan keputusan, bahwa alternatif yang direkomendasikan merupakan

alternatif terbaik yang menguntungkan.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--sujoko-346-1-bab1-3.pdf · 1.1. Latar Belakang Masalah Dari tahun ke tahun perkembangan perindustrian

Faktor–faktor yang perlu diperhatikan pada saat presentasi adalah :

a. Mengkomunikasikan hasil rekayasa nilai secara efektif dengan 3,

menggunakan audio atau visual yang menarik minat ditinjolkan

b. Menentukan issue pokok yang perlu ditonjolkan

c. Memperhatikan komposisi dan latar belakang audience

d. Menyampaikan masalah dalam bahasa audience

2.7. Metode Fast

FAST (Function Analysis System Technique) adalah teknik menyusun

diagram secara sistematis untuk mengidentifikasikan fungsi–fungsi dan

menggambarkan kaitan antara fungsi–fungsi tersebut. Fungsi dinyatakan sebagai

gabungan antara kata kerja dan kata benda.

Misalnya : menahan beban.

Beberapa istilah yang dipergunkan pada metode FAST :

1. Fungsi utama

Fungsi ini merupakan fungsi bebas yang menggambarkan kegiatan utama

yang harus ditampilkan system. Tanpa fungsi ini system akan kehilangan

identitas.

2. Fungsi bebas

Fungsi ini keberadaannya tidak tergantung pada fungsi–fungsi lain dan bisa

berupa fungsi utama atau fungsi sekunder.

3. Fungsi ikutan

Fungsi ini juga disebut fungsi sekunder dan keberadaannya tergantung dari

fungsi lain yang lebih tinggi tingkatannya

4. Fungsi jalur kritis

Fungsi jalur kritis adalah semua fungsi yang secara berurutan menjelaskan

bagaimana (how) dari fungsi lain pada urutan tersebut.

5. Fungsi pendukung

Fungsi ini diadakan untuk meningkatkan penampilan dari fungsi–fungsi pada

jalur kritis.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--sujoko-346-1-bab1-3.pdf · 1.1. Latar Belakang Masalah Dari tahun ke tahun perkembangan perindustrian

6. Fungsi tingkat tinggi

Fungsi ini berada pada bagian paling kiri diagram FAST. Fungsi dasar

merupakan fungsi tingkat tertinggi yang berada dalam batas lingkup masalah.

7. Fungsi tingkat rendah

Fungsi ini berada pada bagian paling kanan dari fungsi lain pada diagram

FAST.

8. Lingkup masalah

Lingkup masalah adalah batas–batas pembahasan dari masalah yang dihadapi.

Pada diagram FAST lingkup masalah ditujukan sebagai daerah yang dibatasi

dua garis vertikal yang masing–masing berbatasan dengan fungsi tingkat

tinggi dan fungsi tingakt rendah.

Diagarm FAST disusun berdasarkan hierarki fungsi, fungsi tingkat tinggi

diletakkan sebelah kiri sedangkan fungsi tingkat rendah diletakkan di sebelah

kanan. Pembuatan diagram FAST biasanya dimulai dari fungsi dasar yang telah

ditentukan sebelumnya. Fungsi dasar berada dalam lingkup masalah yang akan

dibahas, sedangkan fungsi tingkat rendah di luar batas lingkup masalah. Fungsi–

fungsi di luar batas lingkup masalah merupakan suatu keadaan yang harus

diterima.

Pada diagram FAST ruang lingkup masalah ditujukan sebagai daerah yang

di batasi oleh dua garis vertikal yang masing–masing berbatasan dengan fungsi

tingkat tinggi dan fungsi tingkat rendah, penyusunan fungsi–fungsi dalam diagram

FAST dilakukan dengan menggunakan dua buah pertanyaan yaitu : bagaimana

(how) dan mengapa (why).

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--sujoko-346-1-bab1-3.pdf · 1.1. Latar Belakang Masalah Dari tahun ke tahun perkembangan perindustrian

Fungsi tingkat

tertinggi Fungsi primer

Fungsi sekunder

Fungsi sekunder

Fungsi tingkat rendah

Fungsi pendukung

Fungsi pendukung

Fungsi pendukung

Fungsi pendukung

Lingkup masalah

Fungsi yang terjadi setiap saat

How Why

Gambar 2.4. Diagram FAST (Function analysis system technique)

2.8. Model AHP

The Analytical Hierarchy Process, yang selanjutnya disebut AHP, adalah

salah satu bentuk model pengambilan keputusan yang ada pada dasarnya berusaha

menutupi semua kekurangan dari model-model sebelumnya. Peralatan utama dari

model ini adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi

manusia. Dengan hirarki, suatu masalah yang komplek dan tidak terstruktur

dipecah kedalam kelompok-kelompoknya dan kemudian kelompok-kelompok

tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki.

Perbedaan mencolok antara model AHP dengan model pengambilan

keputusan lainnya terletak pada jenis inputnya. Model-model yang sudah ada

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--sujoko-346-1-bab1-3.pdf · 1.1. Latar Belakang Masalah Dari tahun ke tahun perkembangan perindustrian

umumnya memakai input yang kuantitatif atau berasal dari data skunder.

Otomatis, model tersebut hanya dapat mengolah hal-hal kuantitatif pula. Model

AHP memakai persepsi manusia yang dianggap ‘ekspert’ sebagai input utamanya.

Kriteria ‘ekspert’ disini bukan berarti bahwa orang tersebut haruslah jenius,

pintar, bergelar doctor dan sebagainya tetapi lebih mengacu pada orang yang

mengerti benar permasalahan yang diajukan, merasakan akibat suatu masalah atau

punya kepentingan terhadap masalah tersebut. Karena menggunakan input yang

kualitatif (persepsi manusia) maka model ini dapat mengolah juga hal-hal

kualitatif disamping hal-hal yang kuantitatif. Pengukuran hal-hal kualitatif, seperti

telah dijelaskan diatas, menjadi hal yang sangat penting mengingat makin

kompleksnya permasalahan di dunia luar dan tingkat ketidakpastian yang makin

tinggi. Sebagai contoh, pengukuran kerugian akibat polusi tidak sepenuhmya

dapat dihitung secara kuantitatif karena ada hal-hal yang masih sulit diukur.

Apabila hal-hal tersebut diabaikan, ada kemungkinan terjadi kesalahan besar

dalam pengukuran dampak polusi meskipun mungkin juga tingkat kesalahannya

tidak terlalu besar. Dengan model AHP, pengukuran kerugian akibat polusi

tersebut dilakukan secara menyeluruh lewat persepsi seseorang yang mengerti

benar permasalahan tersebut. Dalam penilaiannya, orang tersebut akan

memperhitungkan juga hal-hal yang tidak bisa diukur tadi disamping hal-hal yang

bisa diukur. Jadi bisa jadi dikatakan bahwa model AHP adalah suatu model

pengambilan keputusan yang komprehensif, memperhitungkan hal-hal kuantitatif

dan kualitatif sekaligus.

Kelebihan lain model AHP dibandingkan model pengambilan keputusan

lainnya terletak pada kemampuannya memecahkan masalah yang

‘multiobjectives’ dan ‘multicriteria’. Kebanyakan model yang sudah ada memakai

‘single objectives’ dengan ‘multicriteria’. Model ‘Linier Programing’, misalnya,

memakai satu tujuan dengan banyak kendala (kriteria). Kelebihan model AHP ini

lebih disebabkan oleh fleksibilitasnya yang tinggi terutama dalam pembuatan

hirarkinya. Sifat fleksibel tersebut membuat model AHP dapat menangkap

beberapa tujuan dan beberapa kriteria sekaligus dalam sebuah model atau sebuah

hirarki. Bahkan model tersebut bisa juga memecahkan masalah yang mempunyai

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--sujoko-346-1-bab1-3.pdf · 1.1. Latar Belakang Masalah Dari tahun ke tahun perkembangan perindustrian

tujuan-tujuan yang saling berlawanan dalam sebuah model karenanya, keputusan

yang dilahirkan dari model AHP tersebut sudah akan memperhitungkan berbagai

tujuan dan berbagai kriteria-kriteria yang berbeda-beda atau bahkan saling

bertentangan satu sama lain. Dengan kondisi tersebut, maka model AHP dapat

pula dipergunakan secara fleksibel dalam artian mempunyai bentuk hirarki yang

fleksibel. Masalah-masalah seperti konflik, perencanaan, proyeksi, alokasi sumber

daya adalah beberapa dari banyak masalah yang dapat diselesaiakan dengan baik

oleh model AHP.

Di samping kelebihan-kelebihan yang dimiliknya, model AHP tidak luput

dari beberapa kelemahan yang dapat berakibat fatal. Ketergantungan model ini

pada input berupa persepsi seorang ekspert akan membuat hasil akhir dari model

ini menjadi tidak ada artinya apabila si ekspert memberikan penilaian yang keliru.

Kondisi ini ditambah dengan belum adanya kriteria yang jelas untuk seorang

ekspert, membuat orang sering ragu-ragu dalam menanggapi solusi yang

dihasilkan model ini. Kebanyakan orang akan bertanya apakh persepsi dari

seseorang ekspert itu dapat mewakili kepentingan orang banyak atau tidak dan

apakah si responden tersebut pantas dianggap ekspert atau tidak. Keragu-raguan

seperti ini tidak lain diakibatkan oleh kenyataan bahwa setiap orang mempunyai

persepsi yang berbeda dengan orang lain. Karenanya untuk membuat model AHP

ini diterima masyarakat perlu diberikan kriteria dan batasan tegas dari seorang

ekspert serta meyakinkan masyarakat untuk menganggap bahwa persepsi si

ekspert itu dapat mewakili pendapat masyarakat, paling tidak sebagian besar

masyarakat.

Kelemahan lain, yang sebenarnya bisa disebut kelebihan, dari model AHP

terletak pada bentuknya sendiri yang terlihat sangat sederhana. Bagi para

pengambil keputusan yang terbiasa dengan model-model kuantitatif yang rumit

akan menganggap bahwa bentuk model AHP yang terlihat sedehana bukanlah

model yang cocok untuk pengambilan keputusan. Pendapat mereka, semakin

semakin rumit suatu model dan semakin banyak perhitungan yang dilakukan,

makin tinggi keakuratan model tersebut tanpa mereka sadari bahwa model yang

rumit tadi belum menyingguang hal-hal yang kuantitatif. Berdasarkan kelemahan

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--sujoko-346-1-bab1-3.pdf · 1.1. Latar Belakang Masalah Dari tahun ke tahun perkembangan perindustrian

ini sebenarnya model AHP juga menunjukkan kelebihannya. Untuk para

pengambil keputusan tingkat tinggi yang biasanya adalah orang-orang sibuk,

model AHP dapat dengan cepat dimengerti dan apabila mereka ingin malakukan

simulasi adanya perubahan pada salah satu elemen, maka dengan mudah dapat

dilakukan analisa sensitivitas.

Satu keunggulan lagi dari model AHP, apabila dikaitkan dengan

kepentingan politik suatu negara, adalah sifatnya yang demokratis. Dalam proses

perencanaan pembangunan, seringkali masyarakat merasa diabaikan perannya dan

keinginannya sehingga semua rencana pembangunan yang disusun lewat proses

pembuatan hirarki dan pengisian kuesioner bersama-sama aparat pemerintah.

Melalui cara ini, diharapkan persepsi masyarakat dapat dimengerti pemerintah dan

diperhitungkan dalam perencanaan pembangunan. Sehingga pada akhirnya

pembangunan tidak hanya bersifat ‘top-down’ tetapi juga ‘bottom-up’.

2.9. Mesin Sanding

Mesin sanding merupakan salah satu mesin penghalus yang sangat

perlu/penting digunakan di pabrik pembuatan mebel khususnya. Mesin ini

biasanya digunakan untuk menghaluskan permukaan-permukaan kayu/mebel yang

kurang halus/rata. Ada dua jenis cara bekerja yang ada pada mesin sanding ini,

antara lain :

1. Dengan menggunakan compressor

2. Dengan menggunakan listrik

Mesin ini juga memiliki alat bantu yang lain berupa amplas atau biasa disebut

juga dengan sebutan kertas gosok. Kertas gosok tersebut yang membantu kinerja

mesin sanding untuk dapat menyelesaikan pekerjaan yang berupa penghalusan

pada bagian-bagian yang ada pada produk mebel pada khususnya. Mesin ini juga

bisa diatur mengenai kecepatan yang sesuai dengen jenis pekerjaan yang

dilakukan pada bagian produksi meubel.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--sujoko-346-1-bab1-3.pdf · 1.1. Latar Belakang Masalah Dari tahun ke tahun perkembangan perindustrian

Gambar 2.5. Mesin Sanding Dynabrade

Gambar 2.6. Mesin Sanding Dynisher

Gambar 2.7. Mesin Sanding Dynabrade

2.10. Penelitian-penelitian Yang Relevan

Fanani Riza

Judul : Pemilihan Mesin Power Press Dengan Metode Value Engineering Dan

Analytical Hyerarchi Process (Studi kasus di PT. INDOSPRING,

Tbk Gresik)

Abstrak :

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--sujoko-346-1-bab1-3.pdf · 1.1. Latar Belakang Masalah Dari tahun ke tahun perkembangan perindustrian

Dalam era globalisasi seperti ini, semakin banyak perusahaan-perusahaan yang bersaing dalam dunia perindustrian khususnya yang berhubungan dengan produk mesin, mulai dari mesin yang memiliki performance sederhana sampai yang terbaik. Harga dari produk tersebut juga bermacam-macam mulai dari yang murah sampai dengan yang mahal. Dengan mutu, kualitas produk yang berbeda-beda maka konsumen harus pandai-pandai dalam menilai dan memilih produk yang handal. Karena banyak perusahaan yang mempromosikan produknya dengan selogan-selogan, sehingga membuat konsumen tertarik untuk membelinya.

Pada penelitian ini, bertujuan untuk mencari dan menganalisa beberapa alternatif yang bisa untuk dijadikan ukuran dalam memilih mesin Power Press yang handal dan murah. Pemilihan merk disini ada tiga jenis merk antara lain Shinto, Chin Fong, Taiho. Dari ketiga jenis merk ini akan dipilih merk mana yang memiliki kualitas paling baik.

Dari hasil perhitungan yang didapat, maka merk mesin yang dipilih adalah Chin Fong karena mesin ini sedikit lebih mahal dan dapat menghemat pada biaya pemeliharaan dan biaya daya listrik yang diperlukan sebesar 300 watt. Apabila dibandingkan dengan alternatif-alternatif yang lain (nilainya 1, 0,99) memiliki nilai (value) yang tertinggi yaitu sebesar 1,07.

Nasir Achmad

Judul : Pemilihan Air Compressor Yang Mempunyai Value Terbaik Dengan

Pendekatan Value Engineering

Abstrak :

Mengingat kondisi persaingan produk air compressor yang

semakin keras dewasa ini, perusahaan berkonsentrasi untuk

menghasilkan produk yang berkualitas dan harga yang bersaing. Dari

permasalahan diatas, bagaimanapun kualitas produk dan harga yang

bersaing tergantung pada kondisi dan akomodasi dari seluruh

kebutuhan konsumen.

Metodologi yang akan di pakai memantapkan produk adalah

teknik rekayasa nilai (value engineering). Dengan teknik ini akan

memunculkan pola kreatifitas terhadap solusi permaslahan yang

sedang dihadapi dengan menuangkan kebutuhan-kebutuhan konsumen

sebagai dasarnya, di kaitkan dengan desain kajian bersaing.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--sujoko-346-1-bab1-3.pdf · 1.1. Latar Belakang Masalah Dari tahun ke tahun perkembangan perindustrian

Dari hasil analisis teknik rekayasa nilai (value engineering)

yang didalamnya mendiskripsikan kriteria-kriteria yang berhubungan

dengan kualitas produk air compressor, tingkat kepentingan, dan

kepuasan konsumen terhadap kriteria-kriteria tersebut, yang meliputi

kriteria tekanan udara, kemudahan spare part, kehandalan dan biaya

pemeliharaan terjangkau. Keempat kriteria ini akan dipakai dalam

menentukan nilai performansi.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian merupakan proses yang panjang, berawal dari minat untuk

mengetahui fenomena tertentu dan selanjutnya menjadi gagasan, konseptualisasi

dan seterusnya. Tiap tahap merupakan penentuan tahap berikutnya karena itu

harus dilaksanakan secara cermat, kritikal dan sistematis. Bab ini memberikan

gambaran mengenai langkah–langkah penelitian yang sistematik sehingga akan

memudahkan dalam melaksanakan penelitian itu sendiri.

Selanjutnya dari setiap tahapan yang akan dijabarkan satu persatu untuk

menjelaskan prosedur ilmiah yang ditempuh untuk memberikan panduan dan

arahan bagi peneliti untuk melaksanakan prosedur penelitian agar sesuai dengan

tujuan penelitian. Tahap–tahap penelitian tugas akhir ini tampak pada gambar 3.2.

3.1. Kerangka Penelitian

Dalam memecahkan suatu masalah, khususnya permasalahan yang penulis

ketengahkan ini perlu adanya suatu kerangka penelitian sebagai pegangan dalam

menyelesaikan masalah yang ada, mulai dari awal hingga akhir penyelesainya.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--sujoko-346-1-bab1-3.pdf · 1.1. Latar Belakang Masalah Dari tahun ke tahun perkembangan perindustrian

Kerangka penelitian ini berguna mempermudah bagi penulis untuk

menyelesaikan masalah yang ada, karena sudah adanya alur yang jelas mengenai

bagaimana yang harus dikerjakan terlebih dahulu sebelum mengerjakan tahapan

penelitian yang lain.

Untuk memperjelas uraian diatas maka penulis membuat kerangka

penelitian sebagai berikut :

Identifikasi Masalah

Perumusan Masalah

Tujuan Masalah

Study Lapangan Study Literatur

Identifikasi Variabel Penelitian

Pengumpulan Data Kualitatif dan Data Kuantitatif

Penentuan Data dan Pengolahan Data

Pengolah data standart five phase job plan :

1. Tahap informasi 2. Tahap kreatifitas 3. Tahap evaluasi/analisa 4. Tahap pengembangan 5. Tahap presentasi

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--sujoko-346-1-bab1-3.pdf · 1.1. Latar Belakang Masalah Dari tahun ke tahun perkembangan perindustrian

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Gambar 3.1. Kerangka Penelitian

3.1.1. Identifikasi Variabel Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian dan study pustaka dilakukan identifikasi

variabel yang nantinya akan menjadi dasar acuan bagi langkah–langkah penelitian

yang selanjutnya :

a. Karakteristik keinginan dan harapan konsumen (voice of customer) terhadap

produk mesin sanding

b. Karakteristik komponen atau spare part berdasarkan persepsi pelanggan

c. Harga beli, rekayasa nilai berusaha menekankan pengeluaran seoptimal

mungkin dengan tetap memelihara kualitas serta rehabilitas yang diinginkan

3.1.2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode riset lapangan yaitu : dengan cara terjun langsung pada sasaran penelitian

untuk melihat keadaan sebenarnya, metode dalam riset lapangan ini adalah :

a. Metode wawancara

Dilakukan dengan mengadakan tanya jawab pada para ahli dan para pemakai

produk mesin sanding

b. Metode Observasi langsung

Yaitu : Dengan mencatat dan mengamati langsung semua kegiatan yang ada.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--sujoko-346-1-bab1-3.pdf · 1.1. Latar Belakang Masalah Dari tahun ke tahun perkembangan perindustrian

c. Metode Angket

Yaitu : Dengan cara menyebarkan angket ke responden yang telah ditentukan

sebelumnya.

3.1.3. Penentuan Data

Dalam menentukan data, rekayasa nilai menggunakan metode delphi,

metode ini merupakan cara sistematis untuk mendapatkan keputusan bersama dari

suatu tim yang terdiri dari para ahli dan berasal dari disiplin ilmu yang berbeda.

Tim ini tidak bertemu secara bersamaan dalam suatu forum untuk berdiskusi

tetapi mereka di minta pendapatnya secara terpisah dan tidak boleh saling

berunding. Hal ini dilakukan untuk menghindari pendapat yang bias karena

pengaruh kelompok pendapat yang berbeda secara signifikan dari ahli yang lain

dalam tim tersebut akan ditanyakan lagi kepada yang bersangkutan sehingga

akhirnya di peroleh angka estimasi pada interval tertentu yang dapat di terima.

3.1.4. Pengolahan Data

Setelah data–data yang diperlukan terkumpul, maka langkah selanjutnya

adalah mengolah data tersebut. Untuk memecahkan masalah dengan

menggunakan metode rekayasa nilai (value engineering).

Dengan metode ini diharapkan akan memperoleh nilai yang lebih baik

dengan performasi yang tinggi dan biaya yang rendah, untuk lebih jelasnya di

lihat pada flow chart pemecahan masalah.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--sujoko-346-1-bab1-3.pdf · 1.1. Latar Belakang Masalah Dari tahun ke tahun perkembangan perindustrian
Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--sujoko-346-1-bab1-3.pdf · 1.1. Latar Belakang Masalah Dari tahun ke tahun perkembangan perindustrian

Identifikasi Masalah

Gambar 3.2. Flow Chart Pemecahan Masalah

Perumusan Masalah

Analisa fungsi mesin sanding

Identifikasi komponen mesin sanding

Pengumpulan data dan informasi

Memunculkan alternatif jenis-jenis

mesin sanding

Analisa matriks

Analisa biaya alternatif terpilih & alternatif awal

Perhitungan value Pemilihan alternatif terbaik berdasarkan value tertinggi

Gambaran alternatif terbaik

kesimpulan

Presentasi alternatif terbaik

Tahap Informasi

Tahap Kreatifitas

Pembuatan diagram fast di mesin sanding

Tahap Evaluasi

Evaluasi

Menentukan alternatif pilihan mesin sanding

Analisa keuntungan & kerugiaan dari setiap mesin sanding

Menentukan bobot kriteria

Menetukan kriteria mesin sanding pilihan

Pe g

Pr

Tahap ngemban

Tahap esentasi

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--sujoko-346-1-bab1-3.pdf · 1.1. Latar Belakang Masalah Dari tahun ke tahun perkembangan perindustrian

Adapun keterangan langkah–langkah atau tahapan dalam proses rekayasa

nilai adalah sebagai berikut :

A. Tahap Persiapan

Dalam tahap ini tujuan–tujuan penelitian akan dibahas secara gamblang

sekaligus akan memuat berbagai macam referensi sebagai sumber perolehan data

yang akurat. Identifier data diperlukan guna mensinyalir adanya ketidaksesuaian

antara teori dan kenyataan di lapangan, selain itu juga identifikasi dalam

pengumpulan data merupakan hal pokok sebagai metode dalam perolehan data.

B. Tahap informasi

Tahap ini merupakan tahap awal rencana kerja lima tahap dimana pada

tahap ini akan dibahas hal–hal yang berkaitan dengan mesin sanding dengan jalan

menggali semua informasi dan data yang dibutuhkan berdasarkan pertanyaan–

pertanyaan kunci pada rencana kerja rekayasa nilai. Pembahasan akan dilakukan

pada produk mesin sanding untuk memilih alternatif yang terbaik.

Dipilihnya obyek penelitian ini disebabkan karena mengingat pentingnya

mesin sanding yang mempunyai peran penting dalam hal pertanian khususnya

dalam bidang penggairan.

C. Tahap Kreatif

Dalam tahap ini akan di munculkan sebanyak mungkin alternatif.

Alternatif mesin sanding yang selanjutnya alternatif tersebut akan di seleksi untuk

mendapatkan alternatif yang potensial untuk dilakukan penghematan biaya.

Pengambilan alternatif mesin sanding berdasarkan hasil penelitian lapangan

dimana semua jenis mesin sanding yang didapat, diambil sebagai alternatif

pilihan.

D. Tahap Analisa

Pada tahap analisa akan dilakukan analisa terhadap alternatif–alternatif

mesin sanding yang muncul. Analisa tersebut meliputi analisa keuntungan dan

kerugian dari tiap–tiap alternatif yang diusulkan.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--sujoko-346-1-bab1-3.pdf · 1.1. Latar Belakang Masalah Dari tahun ke tahun perkembangan perindustrian

Adapun para ahli yang bertindak sebagai responden adalah :

a. Penggunaan / pemakai mesin sanding

b. Tukang servis / mekanik

c. Para ahli di bidang mesin sanding

d. Para dealer dari masing–masing jenis mesin sanding yang diambil sebagai

alternatif yang diusulkan.

Pada tahap ini akan diberikan kuisioner yang berisikan pertanyaan tentang

tingkat prioritas kriteria dan memilih tingkat prioritas kriteria dan memilih tingkat

kepentingan berdasarkan tingkat prioritas yang telah di pilih.

1. Penentuan tingkat kepentingan untuk setiap kriteria

Pada tahap ini responden diminta untuk memilih tingkat kepentingan yang

diinginkan untuk tiap–tiap alternatif mesin sanding yang di ambil dengan jalan

memberikan pendapat sesuai dengan bidang ilmu serta kenyataan–kenyataan

di lapangan.

2. Analisa keuntungan dan kerugian

Berdasarkan data penilaian untuk penentuan tingkat prioritas kriteria dan data

penentuan tingkat kepentingan untuk setiap alternatif, maka dapat di analisa

keuntungan dan kerugian dari setiap alternatif

3. Perhitungan matriks kelayakan

Tujuan dilakukannya perhitungan dengan menggunakan matriks kelayakan

adalah untuk menyeleksi alternatif–alternatif yang diambil agar lebih

memenuhi tujuan yang diinginkan

4. Matriks evaluasi

Pada analisa evaluasi akan dilakukan analisa terhadap beberapa alternatif

terpilih yang di ambil berdasarkan urutan rangking terbaik yang telah

dihasilakn pada matriks kelayakan. Pada matriks evaluasi ini di ambil

sebanyak lima terbaik dan di tambah alternatif awal yang telah di tetapkan

sebelumnya. Pada analisa matriks evaluasikan di gunakan lima kriteria sebagai

bahan pertimbangan di dalam memberikan penilaian.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--sujoko-346-1-bab1-3.pdf · 1.1. Latar Belakang Masalah Dari tahun ke tahun perkembangan perindustrian

Cara penilaian yang dilakukan pada matriks evaluasi dengan kriteria yang

diambil terhadap alternatif–alternatif yang dipilih adalah sebagai berikut.

• Sangat baik di konversikan dengan angka ( 5 )

• Baik di konversikan dengan angka ( 4 )

• Cukup di konversikan dengan angka ( 3 )

• Kurang di konversikan dengan angka ( 2 )

• Sangat kurang di konversikan dengan angka ( 1 )

5. Pembobotan kriteria

Pembobotan kriteria di lakukan denagn menggunakan metode perbandingan

berpasangan atau Analitic Hierarki Process berdasarkan tingkat

kepentingannya.

6. Perhitungan performasi

Perhitungan performasi di peroleh dari perhitungan alternatif–alternatif yang

dipilih dengan nilai pembobotan tiap–tiap kriteria.

E. Tahap Pengembangan

Pada tahap pengembangan akan dilakukan analisa biaya dan pengitungan

value dengan menggunakan nilai performasi yang diperoleh dari hasil analisa

dengan menggunakan matriks kelayakan untuk setiap alternatif terpilih dan

alternatif awal.

1. Analisa biaya

Dalam analisa biaya akan dilakukan perhitungan terhadap semua biaya yang

di keluarkan atau yang dutuhkan. Perhitungan analisa biaya tersebut meliputi :

• Biaya operasi

• Biaya pemeliharaan

2. Penentuan nilai

Berdasarkan hasil analisa pada tahap sebelumnya di peroleh nilai performasi :

Biaya operasi dan biaya pemeliharaan, maka nilai tersebut akan dibandingkan

sehingga di peroleh suatu nilai (value) sebagai bahan pertimbangan dalam

pemilihan alternatif mesin sanding yang terbaik. Perhitungan nilai di tentukan

dengan rumus :

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--sujoko-346-1-bab1-3.pdf · 1.1. Latar Belakang Masalah Dari tahun ke tahun perkembangan perindustrian

Di mana : V = nilai ( value )

P = performasi

C = biaya ( cost )

V = P C

Nilai P merupakan angka besaran, maka perlu di konversikan menjadi satuan

biaya, pengkonversian di peroleh dengan melakukan perbandingan alternatif

awal dengan ke – n yaitu :

Vo = Vn

Po = Pn

Co Cn

Cn = Pn / Co

Po

Cn = Pn =C’n

Cn Cn

Di mana : Vo = Nilai (value) alternatif awal

Vn = Nilai (value) alternatif ke – n

Po = Performasi alternatif awal

Pn = Performasi alternatif ke – n

Co = Biaya alternatif awal

Cn = Biaya alternatif ke – n

C’n = Performasi alternatif ke – n

dalam rupiah

F. Tahap Presentasi

Tahap presentasi merupakan tahap terakhir dari pada rencana kerja

rekayasa nilai, dimana pada tahap ini akan di presentasikan alternatif terbaik yang

di pilih serta akan di sajikan laporan lengkap hasil evaluasi yang memperlihatkan

kelebihan–kelebihan dan keuntungan–keuntungan dari alternaif tersebut.