bab i pendahuluan 1.1 latar belakang...

46
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini berhadapan dengan fenomena ekonomi global. Dalam ekonomi global karakteristik konsumen dicirikan oleh adanya tuntutan terhadap kualitas produk yang terbaik, desain dengan feature yang lebih majemuk, image yang memberikan nilai tambah yang lebih tinggi, proses produksi yang tidak merusak lingkungan hidup, harga yang pantas dan tidak mempersoalkan asal produk. Meningkatnya intensitas persaingan dan jumlah pesaing juga menuntut setiap perusahaan untuk selalu memperhatikan kebutuhan dan keinginan konsumen serta berusaha memenuhi apa yang mereka harapkan dengan cara yang lebih memuaskan daripada yang dilakukan para pesaing. Perhatian suatu perusahaan tidak terbatas pada produk atau jasa yang dihasilkan saja, tetapi juga pada aspek proses, sumber daya manusia, dan lingkungan. Dengan iklim ekonomi tersebut, kita harus dapat menciptakan keunggulan daya saing dalam perdagangan, melalui peningkatan kualitas dan produktifitas produk dan jasa. Untuk itu pusat perhatian kita harus ditujukan guna mempertahankan dan meningkatkan peluang pasar dengan cara peningktan daya saing melalui peningkatan kualitas. Kualitas tersebut dapat dicapai dengan transformasi menuju perubahan manajemen untuk melaksanakan system manajemen kontemporer yang disebut Total Quality Management. 1

Upload: hatuong

Post on 15-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia saat ini berhadapan dengan fenomena ekonomi global. Dalam ekonomi

global karakteristik konsumen dicirikan oleh adanya tuntutan terhadap kualitas

produk yang terbaik, desain dengan feature yang lebih majemuk, image yang

memberikan nilai tambah yang lebih tinggi, proses produksi yang tidak merusak

lingkungan hidup, harga yang pantas dan tidak mempersoalkan asal produk.

Meningkatnya intensitas persaingan dan jumlah pesaing juga menuntut

setiap perusahaan untuk selalu memperhatikan kebutuhan dan keinginan

konsumen serta berusaha memenuhi apa yang mereka harapkan dengan cara yang

lebih memuaskan daripada yang dilakukan para pesaing. Perhatian suatu

perusahaan tidak terbatas pada produk atau jasa yang dihasilkan saja, tetapi juga

pada aspek proses, sumber daya manusia, dan lingkungan.

Dengan iklim ekonomi tersebut, kita harus dapat menciptakan keunggulan

daya saing dalam perdagangan, melalui peningkatan kualitas dan produktifitas

produk dan jasa. Untuk itu pusat perhatian kita harus ditujukan guna

mempertahankan dan meningkatkan peluang pasar dengan cara peningktan daya

saing melalui peningkatan kualitas. Kualitas tersebut dapat dicapai dengan

transformasi menuju perubahan manajemen untuk melaksanakan system

manajemen kontemporer yang disebut Total Quality Management.

1

2

Sukses tidaknya implementasi Total Quality Management sangat ditentukan

oleh kompetensi sumber daya manusia suatu perusahaan untuk merealisasikannya.

Penciptaan kualitas total memang jauh lebih mudah diucapkan daripada

dilaksanakan. Definisi kualitas menurut Goetsch dan Davis, dalam Tjiptono

(2003;4) “Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang behubungan dengan

produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi

harapan”.

“Total Quality Management merupakan suatu pendekatan dalam

menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi

melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan

ligkungannya” (Tjiptono, 2003;4).

Menurut Goetsch dan Davis seperti dikutip oleh Tjiptono (2003;15) dalam

menjalankan Total Quality Management terdapat sepuluh unsur utama antara lain

fokus pada pelanggan, obsesi terhadap kualitas, pendekatan ilmiah, komitmen

jangka panjang, kerja sama tim, perbaikan sistem secara berkesinambungan,

pendidikan dan pelatihan, kebebasan yang terkendali, kesatuan tujuan dan adanya

keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.

Dalam pendekatan Total Quality Management pelanggan ada di dalam dan

di luar organisasi. Pelanggan adalah orang yang menerima hasil pekerjaan

seseorang atau suatu organisasi, maka merekalah yang dapat menyampaikan apa

dan bagaimana kebutuhan mereka. Oleh karena kepuasan pelanggan merupakan

prioritas paling utama dalam organisasi Total Quality Management, maka

3

organisasi semacam ini harus memiliki fokus pada pelanggan

(Tjiptono,2003;103).

Pelibatan karyawan adalah suatu proses untuk mengikut sertakan para

karyawan pada semua level organisasi dalam pemuatan keputusan dan pemecahan

masalah. Pemberdayaan dapat diartikan sebagai pelibatan karyawan yang benar-

benar berarti (signifikan). Dengan demikian pemberdayaan tidak sekedar memiliki

masukan, tetapi juga memperhatikan, mempertimbangkan, dan menindak lanjuti

masukan tersebut apakah diterima atau tidak (Tjiptono, 2003;128). Pelibatan dan

pemberdayaan karyawan di tujukan utuk memperoleh manfaat dan kreatifitas

karyawan dan mendorong pemikiran dan inisiatifyang independen. Hal ini

merupakan cara terbaik untuk mengarahkan kreatifitas dan inisiatif dari para

karyawan ke rah peningkatan daya saing perusahaan.

Kerjasama tim merupakan salah satu unsur fundamental dalam Total Quality

Management. Tim merupakan sekelompok orang yang memiliki tujuan bersama.

Pelatihan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap

karyawan, serta meningkatkan kualitas dan produktifitas organisasi secara

keseluruhan sehingga organisasi menjadi lebih kompetitif. Dengan kata lain

tujuan pelatihan adalah meningkatkan kinerja dan pada gilirannya akan

meningkatkan daya saing (Tjiptono, 2003;223).

Oleh karena perubahan lingkungan eksternal semakin cepat, maka manajer

harus melakukan perbaikan yang berbeda dan lebih sering. Atau dengan kata lain

mareka harus melakukan perbaikan berkesinambungan yang merupakan usaha

4

konstan untuk mengubah dan membuat sesuatu menjadi lebih baik. Perbaikan

berkesinambungan tadak sekedar memecahkan masalah, tetapi juga memperbaiki

penyebab penyimpangan dari standar yang ditetapkan (Tjiptono, 2003;266).

PT PJB UP Gresik Sebagai salah satu perusahaan yang merupakan Badan

Usaha Milik Negara, telah melaksanakan Total Quality Mangement sebagai suatu

pendekatan manajemen dan telah menerapkan beberapa faktor Total Quality

Management guna mengantisipasi persaingan yang makin ketat dimasa kini dan

masa datang.

Adapun upaya tersebut telah diintegrasikan dalam suatu sistem manajemen

yang ada dalam sistem manajemen PJB. Penerapan sistem manajemen PJB di

lengkapi dengan berbagai alat manajemen, antara lain : Pengukuran Kinerja

Perusahaan, Total Productive Maintenance (TPM), Ringkas-Rapi-Resik- Rawat-

Rajin (5R), Sistem Saran (2S), Kelompok Kerja (Pokja), dan Gugus Kendali Mutu

(GKM) guna meningkatkan kepuasan pihak-pihak yang berkepentingan.

Disamping ada seperangkat kebijakan perusahaan dan sasaran perusahaan

yang berhubungan dengan persyaratan ISO 9001 : 2000, ISO 14001, agar

pimpinan PJB Unit Pembangkitan Gresik mampu memenuhi komitmen untuk

melaksanakan prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang baik (Good Corporate

Governance).

System Manajemen PJB diterapkan pada seluruh unit kerja dalam

perusahaan, sehingga Sistem Manajemen PJB merupakan sistem manajemen

perusahaan yang dipakai sebagai acuan bagi semua kegiatan mulai dari top

5

manajemen hingga seluruh pegawai. Penerapan Sistem Manajemen PJB ini

dimaksudkan untuk memastikan tercapainya komitmen mutu.

Total Quality Management dan pendekatan manjemen partisipatif lainnya

menekankan pada kerjasama kelompok dan kinerja kelompok serta individu.

Secara umum penerapan Total Quality Management telah dilaksanakan

berdasarkan informasi awal pra penelitian, di peroleh informasi bahwa PT PJB UP

Gresik telah menerapkan Total Quality Management.

Berkaitan dengan masalah tersebut diatas maka penelitian yang akan

dilakukan adalah berfokus pada : “ANALISIS PENGARUH PENERAPAN

TOTAL QUALITY MANAGEMENT TERHADAP PENINGKATAN KINERJA

KARYAWAN OPERASIONAL NON TEKNIK PT PJB UP GRESIK”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut diatas, maka permasalahan yang

diangkat dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah faktor-faktor Total Quality Management dalam dimensi fokus pada

pelanggan, berpengaruh secara parsial terhadap kinerja karyawan operasional

non teknik PT PJB UP Gresik.

2. Apakah faktor-faktor Total Quality Management dalam dimensi pelibatan dan

pemberdayaan karyawan berpengaruh secara parsial terhadap kinerja

karyawan operasional non teknik PT PJB UP Gresik.

6

3. Apakah faktor-faktor Total Quality Management dalam dimensi kerja sama

tim berpengaruh secara parsial terhadap kinerja karyawan operasional non

teknik PT PJB UP Gresik .

4. Apakah faktor-faktor Total Quality Management dalam dimensi pelatihan

berpengaruh secara parsial terhadap kinerja karyawan operasional non teknik

PT PJB UP Gresik.

5. Apakah faktor-faktor Total Quality Management dalam dimensi perbaikan

berkesinambungan berpengaruh secara parsial terhadap kinerja karyawan

operasional non teknik PT PJB UP Gresik.

6. Apakah faktor-faktor Total Quality Managemet yang terdiri dari fokus pada

pelanggan, pelibatan dan pemberdayaan karyawan, kerjasama tim, pelatihan,

dan perbaikan berkesinambungan secara simultan berpengaruh signifikan

terhadap kinerja karyawan operasional non teknik PT PJB UP Gresik.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin

dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial antara faktor-faktor Total Quality

Management dalam dimensi fokus pada pelanggan terhadap kinerja karyawan

operasional non teknik PT PJB UP Gresik.

7

2. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial antara faktor-faktor Total Quality

Management dalam dimensi pelibatan dan pemberdayaan karyawan terhadap

kinerja karyawan operasional non teknik PT PJB UP Gresik .

3. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial antara faktor-faktor Total Quality

Management dalam dimensi kerja sama tim terhadap kinerja karyawan

operasional non teknik PT PJB UP Gresik .

4. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial antara faktor-faktor Total Quality

Management dalam dimensi pelatihan terhadap kinerja karyawan operasional

non teknik PT PJB UP Gresik.

5. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial antara faktor-faktor Total Quality

Management dalam dimensi perbaikan berkesinambungan terhadap kinerja

karyawan operasional non teknik PT PJB UP Gresik .

6. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara faktor-faktor Total Quality

Mangement yang terdiri dari fokus pada pelanggan, pelibatan dan

pemberdayaan karyawan, kerjasama tim, pelatihan, dan perbaikan

berkesinambungan terhadap kinerja karyawan operasional non teknik PT PJB

UP Gresik.

8

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai maka hasil penelitian ini diharapkan

bermanfaat terutama untuk :

a. Bagi peneliti

Penelitian ini sebagai sarana aplikasi teori-teori yang telah diperoleh di

bangku kuliah, khususnya yang berkaitan dengan strategi Total Quality

Management pada dunia nyata.

b. Bagi pembaca

Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai pengaruh variabel-

variabel strategi Total Quality Management terhadap kinerja karyawan

Operasional non tehnik PT PJB UP Gresik.

c. Bagi PT PJB UP Gresik dapat memberikan sumbangan informasi kepada PT

PJB UP Gresik unit Pembangkitan listrik mengenai pengaruh strategi TQM

terhadap kinerja karyawan opersional non teknik.

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Penelitian Sebelumnya

Penelitian terdahulu yang dapat dipakai sebagai bahan kajian dan masukan yang

bekaitan dengan penelitian ini dilakukan oleh Sawaluddin, tahun 2002, Fakultas

Ekonomi Jurusan Manajemen Univesitas Airlangga dengan judul skripsi :

Dampak Penerapan TQM Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan di Bank

Pembangunan Daerah Sulawesi Tenggara.

Hasil penelitiannya menggunakan alat analisis koefesien korelasi berganda

(R) sebesar 0,987 dan r2 sebesar 0,975 menunjukkan adanya hubungan yang

sangat kuat antara variabel Total Quality Manajement (TQM) dengan kepuasan

kerja karyawan di Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Tenggara.

Hasil analisis dari rumusan masalah Fhitung = 485,487 > Ftabel = 2,02

sehingga variabel bebasnya memiliki pengaruh yang bermakna dengan kepuasan

kerja karyawan. Sedangkan pengujian untuk mencari variabel yang paling

dominan digunakan dengan uji t pada taraf α = 5 %, bahwa kepuasan kerja

karyawan di Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Tenggara adalah faktor sumber

daya manusia yang memiliki koefisien korelasi paling besar.

Adapun persamaan dan perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya adalah sebagai berikut :

9

10

1. Persamaan

a. Variabel bebas dalam penelitian sama-sama menganalisa faktor-faktor

Total Quality Management.

b. Teknik analisis yang digunakan adalah menggunakan regresi linier

berganda.

2. Perbedaan

a. Objek penelitian tedahulu dilakukan pada Bank Pembangunan Daerah

Sulawesi Tenggara sedangkan pada penelitian ini dilakukan di PT PJB UP

Gresik.

b. Variabel tergantung pada penelitian terdahulu adalah kepuasan kerja

karyawan sedangkan pada penelitian ini adalah kinerja karyawan.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Sejarah Total Quality Management (TQM)

Pada penelitian tentang Total Quality Mangement telah banyak dilakukan oleh

para ahli sejak munculnya konsep Total Quality Management pada tahun 1960-an

yang digagas oleh Edward Demming baik yang mengkaji peranan Total Quality

Management dalam meningkatkan kinerja perusahaan, kinerja kualitas kepuasan

konsumen sampai pada kajian tentang sebab-sebab kegagalan penerapan Total

Quality Management dalam suatu organisasi.

11

Namun gerakan Total Quality Management sebenarnya dimulai dari masa

studi waktu dan gerak oleh bapak manajemen ilmiah Frederick Tailor pada tahun

1920-an. Aspek yang paling fundamental dari manajemen ilmiah adalah adanya

pemisahan antara perencanaan dan pelaksanaan. Meskipun pembagian tugas

tersebut telah memisahkan konsep lama mengenai keahlian atau ketrampilan

dimana individu yang sangat terampil melakukan semua pekerjaan yang

dibutukkan untuk menghasilkan produk yang berkualitas . Manajemen ilmiah

tailor mengatasi hal tersebut degan membuat perencanaan tugas manajemen

dengan tenaga kerja. Untuk mempertahankan kualitas produk dan jasa yang

dihasilkan maka dibentuklah departemen kualitas yang terpisah.

Seiring dengan meningkatnya volume dan kompleksitas pemanufakturan

kualitas juga menjadi hal yang sangat sulit. Volume dan kopleksitas mendorong

timbulnya Quality engineering pada tahun 1920-an . Quality engineering sendiri

mendorong timbulnya penggunaan metode statistik dalam pengendalian kualitas,

yang akhirnya mengarah pada konsep control charts da statistical process

control. Kedua konsep terakhir ini merupakan aspek fundamental dari Total

Quality Management.

Sekalipun konsep Total Quality Management banyak yang dipengaruhi

oleh perkembangan-perkembangan di Jepang, tetapi tidak dapat dinyatakan bahwa

Total Quality Management “made in Japan” Hal ini dikarenakan banyak aspek

Total Quality Management yang bersumber dari Amerika Serikat. Sebagaimana

yang dikatakan oleh Grand dan dkk yang dikutip oleh Tjiptono. (2003:12) :

“Total Quality Manajement. Semula berasal dari Amerika Seriokat kemudian lebih banyak dikembangkan di Japan dan kemudian berkembang di

12

Amerika Utara dan Eropa .Jadi Total Quality Management mengintegrasikan ketrampilan teknikal dan analisis dari Amerika keahlian implementasi dan pengorganisasian Japan, serta tradisi keahlian dan integritas dari Eropa dan Asia”.

Tabel 2.1

Perkembangan dan difusi Total Quality Management dan Metode Lainnya

TQM Metode Manajemen Lainnya

I. Asal Intelektual II. Sumber Inovasi III. Asal Negara

Kelahirannnya IV. Proses

Penyebaran (Disseminator)

Teori Statistik : Analisis sampling dan varians. Isinyur Industri dan Fisikawan yang bekerja disektor Industridan lembaga pemerintah. Internasinoal :dikembangkan di USA, kemudian ditransfer ke Jepang setalah itu tersebar ke Amerika Utara dan Eropa. Populist : Perusahaan-perusahaan kecil dan manajer madya memainkan peranan yang menonjol lebih kecil

Ilmu Sosial Ekonomi Mikr, psikologi dan sosiologi Sekolah bisnis yang terkemuka dan perusahaan konsultan manajemen.. Amrika Serikat, kemudian di transfer secara inernasianal Hierarkis : Dari perusahaan-perusahaan industri terkemuka ke perusahaan-peusahaan yang lebih kecil dan kurang menonjol; dan dalam peusahaan dari manajemen puncak ke manajemen di bawahnya.

Sumber : Tjiptono (2003;12).

2.2.2. Pengertian Total Quality Management.

Definisi dari Total Quality Management telah banyak dikemukakan oleh para ahli,

sebagaimana dikatakan oleh Santoso yang dikutip oleh Tjiptono (2003:4) “Total

Quality Management merupakan system management yang mengangkat kualitas

sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan

melibatkan seluruh anggota organisasi”.

13

Begitu juga definisi Total Quality Management sebagaimana dikatakan

oleh Ishikawa yang dikutip oleh Tjiptono (2003:4) “Total Quality Management

adalah perpaduan semua fungsi dari perusahaan kedalam falsafah holistic yang

dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas dan pengertian

serta kepuasan pelanggan”.

Dari dua definisi yang telah disimpulkan Tjiptono menyimpulkan bahwa “

Total Quality Management merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan

usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui

perbaikan secara terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan

lingkunganya”.

Departemen pertahanan Amerika Serikat (The U.S. Departemen of

Defense) mendifinisikan Total Quality Management yang dikutip oleh (Gaspers,

2003:6) yaitu :

“Total Quality Management adalah penerapan metode-metode kuantitatif dan sumber daya manusia untuk meningkatkan kualitas material dan pelayanan yang dipasok oleh suatu organisasi , semua proses dalam organisasi, dan memenuhi derajat kebutuhan pelanggan baik pada saat sekarang atau dimasa yag akan datang”.

Definisi serupa mengenahi Total Quality Mangement juga pernah

disampaikan oleh Mulyadi (1996;5) :

“Total Quality Management adalah suatu sistem manajemen yang

berfokus kepada orang yang bertujuan untuk meningkatkan secara berkelanjutan

kepuasan customers pada biaya sesungguhnya yang secara berkelanjutan terus

menerus”.

14

Definisi lain oleh Hardjosoedarmo (2002;1) Total Quality Management

adalah penerapan metode kuantitatif dan pengetahuan manusia untuk :

1. Memperbaiki material dan jasa yang menjadi masukan organisasi.

2. Memperbaiki semua proses penting dalam organisasi

3. Memperbaiki upaya memenuhi kebutuhan para pemakai produk dan jasa pada

masa kini dan di waktu yang akan datang.

Goetsch dan Devis dalam Tjiptono (2003;15) menyatakan bahwa definisi yang terdiri atas : TQM dapat dikelompokkan dalam dua aspek ; aspek pertama , apa itu TQM dan aspek kedua meyangkut cara pencapaianya. Aspek pertama TQM merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan bisnis / usaha yang berupaya memaksimumkan daya saing melalui penyempurnaan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan linkungan organisasi. Aspek kedua, yang menyangkut cara pencapaian TQM berkaitan dengan sepuluh karakteristik TQM 1. Berfokus pada pelanggan (internal dan eksternal) 2. Beropsesi tinggi pada kualitas 3. Menggunakan pendekatan ilmiah 4. Memliki komitmen jangka pspanjang 5. Kerjasama tim 6. Menyempurnakan kualitas secaara brkesinambungan 7. Pendidikan dan pelatihan 8. Memiliki kebebasan yang terkendali 9. Memiliki kesatuan tujuan 10. Melibatkan dan memberdayakan karyawan

Beberapa defiisi Total Quality Management oleh beberapa ahli tersebut di

atas akan bertambah panjang seiring dengan jumlah ahli yang berpendapat, namun

dari gambaran tersebut , dapat di simpulkan bahwa Total Quality Management

baik dipandang sebagai konsep Philosopis maupun suatu pendekatan yang

berkaitan dengan kualitas memiliki tiga prinsip yaitu :

1. Fokusnya adalah kepusan langganan (customer satisfaction)

2. Pemberdayaan karyawan yang terdapat dalam organisasi (employment

involvement)

15

3. Perbaikan terus menerus dalam kualitas (continous improvement)

Dari beberapa devinisi tersebut di atas maka dapat ditarik kesimpulan

mengenahi pengertian dari Total Quality Management adalah merupakan

suatu pendekatan, paradigma atau mental model (mind-set) manajemen yang

berfokus pada upaya pemenuhan terhadap kepuasan pelanggan, melalui

optimalisasi dan upaya-upaya peningkatan yang berkelanjtan.

2.2.3. Pelaksanaan Total Quality Management

Total Quality Mangement befokus pada peningkatan proses, yang dapat diartikan

proses adalah transformasi dari input dengan menggunakan mesin, peralatan,

perlengkapan, metode dan sumber daya manusia untuk menghasilkan produk atau

jasa bagi pelanggan.

Total Quality Management merupakan pendekatan sistem secara

menyeluruh (bukan satu bidang atau program terpisah), dan merupakan bagian

terpadu strategi tingkat tinggi. Sistem ini bekerja secara horiziontal menembus

fungsi dan departemen, melibatkan semua karyawan, dari atas sampai bawah,

meluas mencakup mata rantai pemasok dan customer.

Untuk melakukan suatu perubahan sering kali tidak mudah, apalagi bila

menyangkut perubahan yang bersifat fundamental yang menyeluruh. Biasanya

setiap perubahan pasti menghadapi penolakan. Sikap penolakan terhadap

perubahan merupakan perilaku umum yang terjadi, bekaitan dengan perubahan

tersebut ada beberapa hal yang perlu diparhatikan diantaranya yaitu perubahan

sulit berhasil bila manajemen puncak tidak menginformasikan proses perubahan

16

secara terus manerus kepada karyawannya, persepsi karyawan atau

interprestasinya terhadap perubahan sangat mempengaruhi penolakan terhadap

perubahan.

Untuk mengatasi dua hal di atas, maka seorang manajer sangat diharapkan

untuk memberikan sebanyak mungkin informasi mengenai setiap perubahan

kepada para karyawannya, menyampaikan alasan atau dasar pemikiran perlunya

dilakukan perubahan, melakukan pertemuan tertentu dengan karyawan untuk

membahas setiap perubahan dan kemungkinan pengaruhnya terhadap mereka.

Ada beberapa persyaratan untuk melaksanakan Total Quality

Management, yang meliputi komitmen dari manajemen puncak, komitmen atas

sumber daya yang dibutuhkan, adanya steering committee dari seluruh bagian

organisasi, perencanaan dan publikasi dan pembentukan infrastruktur yang

mendukung penyebar luasandan perbaikan berkesinambungan, Tjiptono

(2003;332). Komitmen tiap manajer dan manajer senior, komitmen sumber daya

dan infrastruktur yang mendukung, merupakan kondisi yang mempengaruhi

keberhasilan penerapan Total Quality Management. Komitmen sumber daya biar

dilihat dari besarnya alokasi dana yang digunakan untuk pelatihan peningkatan

mutu. Infrastruktur yang mendukung bisa dilihat dari adanya visi dan misi yang

berorientasi kepada peningkatan mutu atau kepuasan pelanggan. Adanya program-

program pemberian penghargaan atas prestasi dan adanya kegiatan-kegiatan yang

mendukung penerapan Total Quality Management dalam organisasi. Steering

Committee pada level puncak akan menentukan cara implementasi Total Quality

Management dan memantau pelaksanaan. Selanjutnya dengan pemberdayaan

17

karyawan yang akan muncul partisipasi karyawan untuk peningkatan mutu serta

menjadi perilaku dan alat organisasi yang akan berakibat peningkatan mutu

berupa pemenuhan standar dan kepuasan pelanggan secara terus menerus.

Budaya mutu harus dikembangkan untuk keberhasilan semua tata nilai,

kebiasaan, perilaku dan hasil karya seluruh karyawan yang terus menerus

berorientasi pada kepuasan pelanggan dan lebih memperhatikan cara kerja yang

memenuhi standar profesi dalam suasana kemitraan yang serasi. Budaya mutu

menciptakan iklim yang kondusif untuk peningkatan mutu.

Ruang lingkup Total Quality Manajemen mengandung beberapa prinsip

umum yang dapat dijabarkan menurut (Ibrahim, 2000;20-21) yaitu :

1. Customer Focus : focus setiap usaha selalu pada konsumen. 2. Quality Leadership : kepemimpinan berkualitas tinggi. 3. Stakeholder Fokus : focus pada kepentingan semua pemegang saham,

seluruh karyawan perusahaan, pemasok, konsumen serta masyarakat pada umumnya.

4. Integrated Bussines Strategy : Falsafah dan perencanaan kualitas sudah diintegrasikan dalam strategi bisnis.

5. Team Work : memelihara kerjasama yag baik dalam tim. 6. Empowerment : kemampuan memberikan kepercayaan dan wewenang 7. Process Management : manajemen proses dengan kualitas tinggi 8. Asset Management : manajemen assets yang efisien. 9. Continuous Improvement : perbaikan kualitas terus-menerus 10. Learning Organization : menanam paradigma untuk belajar terus menerus. 11. Measurement : pengukuran semua langkah tahap proses untuk mengetahui

dimana dan bila mana diperlukan perbaikan untuk mencapai standar kualitas yang telah disetujui.

12. Marketing Management : kemampuan menciptakan pasar baru, atau mencari celah pasar dan mempertahankan segmen pasar.

13. Value Added : menciptakan nilai tambah produk/jasa yang bermanfaat bagi konsumen dan menguntungkan produsen.

18

2.2.4. Faktor-faktor Total Quality Management

Dari beberapa factor Total Quality management menurut beberapa ahli tersebut,

diyakini berpengaruh terhadap kinerja karyawan opersional non tehnik di PT PJB

UP adalah :

1. Fokus pada pelanggan

Salah satu karakteristik yang sangat menonjol dari perusahaan yang

menerapkan Total Quality Management adalah pada tujuan utama perusahaan

yang mengarah pada tercapainya kepuasan pelanggan yang optimal.

Dalam pandangan tradisional, pelanggan suatu perusahaan adalah

orang yang membeli dan menggunakan produknya. Adapun pihak-pihak yang

berinteraksi dengan perusahaan sebelum tahap proses menghasilkan produk

dipandang sebagai pemasok.

Sedangkan dalam pendekatan Total Quality Management pelanggan

dan pemasok ada di dalam dan di luar organisasi. Menurut Tjiptono

(2003;100) mengatakan bahwa “pelanggan eksternal adalah orang yang

membeli dan menggunakan produk perusahaan. Pemasok eksternal adalah

orang di luar organisasi yangmenjual bahan mentah / bahan baku, informasi

atau jasa kepada organisasi. Sedangkan dalam organisasi juga ada pelanggan

internal dan pemasok internal”.

Misalnya dalam hal ini perusahaan penerbitan surat kabar, tugas

karywan A adalah melakukan pemeriksaan nafkah (editing), yang kemudian

hasilnya akan diserahkan ke karyawan barang mengatur tata letak surat kabar.

Dalam hal ini karyawan A merupakan pemasok bagi karyawan B dan

19

karyawan B merupakan pelanggan bagi karyawan A. karyawan B tidak dapat

melakukan pekerjaannya dengan benar bila karyawan A tidak melakukan

pekerjaannya dengan benar pula. Kualitas pekerjaan karyawan A

mempengaruhi karyawan B. Konsep ketergantungan (dependency) seperti ini

penting dalam hubungan pemasok dan pelanggan.

Gambar 2.1. Pandangan Total Quality Management terhadap hubungan pemasok dan pelanggan

Sumber : Tjiptono (2003;101).

Oleh karena kepuasan pelanggan merupakan prioritas paling utama

dalam organisasi Total Quality Mangement, maka suatu organisasi atau

perusahaan harus memiliki fokus pada pelanggan.

Pelanggan Dan

pemasok

Pelanggan Dan

pemasok

Pelanggan Dan

pemasok

Pelanggan Dan

pemasok

Pelanggan Dan

pemasok

Pelanggan Dan

pemasok

pemasok pemasok pemasok

pelanggan pelanggan Pelanggan

20

Day (dalam Tse dan Wilton) yang dikutip oleh Tjiptono

(2003;102)menyatakan bahwa “kepuasan pelanggan adalah respon pelanggan

terhadap evaluasi ketidak sesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya

(norma kerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah

pemakaiannya”. Sedangkan menurut Wilkie (1990;622) mendifinisikannya

sebagai suatu tanggapan emosional pada evaluasi terhadap pengalaman

konsumsi suatu produk atau jasa. Engel, et.al (1990;545) menyatakan bahwa

kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purna beli dimana altenatif yang

dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan pelanggan,

sedamgkan ketidak puasan timbul apabila hasil (outcome) tidak memenuhi

harapan. Sedangkan Kotler (1994;40) menandaskan bahwa kepuasan

pelanggan adalah “the level of person’s felt state resulting from comparing a

product’s perceived performance (or outcome) in relation to the person’s

expedtations”.

Kunci untuk membentuk fokus pada pelanggan menurut Tjiptono

(2003;103) adalah “menempatkan para karyawan untuk berhubungan dengan

pelanggan dan memperdayakan mereka untuk mengambil tindakan yang

diperlukan dalam rangka memuaskan para pelanggan. Jadi unsur yang paling

penting dalam pembentukan fokus pada pelanggan adalah interaksi antara

karyawan dan pelanggan”.

2. Pelibatan dan pemberdayaan karyawan

Menurut Tjiptono (2003;128).

“Pelibatan karyawan adalah suatu proses untuk mengikutsertakan para karyawan pada semua level organisasi dalam pembuatan keputusan

21

dan pemecahan masalah. Sedangkan pemberdayaan dapat diartikan sebagai pelibatan karyawan yang benar-benar berarti (signifikan). Dengan demikian pemberdayaan tidak sekedar hanya memiliki masukan, tetapi juga memperhatikan, mempertimbangkan dan menindak lanjuti masukan tersebut apakah akan diterima atau tidak“.

Tanpa adanya pemberdayaan, pelibatan karyawan hanyalah merupakan

alat manajemen yang tidak ada gunanya. Oleh karena itu pelibatan harus pula

dibarengi dengan pemberdayaan karyawan. Usaha pemberdayaan karyawan

menurut Tjiptono (2003;129) dimulai dengan :

1. Keinginan manajer dan penyelia untuk memberi tanggung jawab kepada karyawan.

2. Melatih penyelia dan karyawan mengenai bagaimana cara untuk melakukan delegasi dan menerima tanggung jawab.

3. Komunikasi dan umpan balik perlu diberikan oleh manajer dan penyelia kepada karyawan.

4. Penghargaan dan pengakuan sebagai hasil evaluasi perlu diberikan kepada karyawan sebagai tanda penghargaan terhadap kontribusi mereka kepada perusahaan.

Di Indonesia gugus kendali mutu sebagai perwujudan keterlibatan

karyawan sudah meluas baik di perusahaan manufaktur atau jasa.

3. Kerjasama tim

Tim merupakan sekelompok orang yang memiliki tujuan bersama. Faktor-

faktor yang mendasari perlunya dibentuk tim-tim tertentu dalam satu

perusahaan menurut Tjiptono (2003;165) adalah :

a. pemikiaran dari dua orang atau lebih cenderung lebih baik daripada pemikran satu orang saja.

b. Konsep sinergi (1 + 1 > 2 ), yaitu bawa hasil keseluruhan (tim) jauh lebih baik daripada jumlah bagiannya (anggota individual).

c. Anggata tim dapat saling mengenal dan saling percaya, sehingga mereka dapat saling membantu

d. Kerjasama tim dapat menyebabkan komunikasi terbina dengan baik

22

4. Pelatihan

Untuk menunjang pengembangan kualitas total, karyawan memerlukan

pelatihan. Dengan adanya pelatihan diharapkan karyawan menjadi benar-

benar terlatih dan mampu melaksanakan pekerjaan dengan tepat. Dengan

demikian mutu pekerjaan dan hasilnya dapat diharapkan akan meningkat.

Pelatihan merupakan bagian dari pendidikan. Pelatihan bersifat

spesifik, praktis dan segera. Pemberian pelatihan kepada karyawan akan

memberi peluang kepada karyawan untuk berprestasi.

Berdasarkan sumbernya, pelatihan menurut Tjiptono (2003;212) dapat

dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :

1. In house atau on site training

2. Eksternal atau outside training

3. Kombinasi keduanya

Adapun beberapa faktor penyebab di perlukan pelatihan (Tjiptono

2003;213) antara lain :

1. Kualitas angkatan kerja yang ada, merupakan kesiap sediaan dan potensi angkatan keja yang ada .

2. Persaingan global, yang harus dihadapi oleh setiap perusahaan 3. Perubahan yang cepat dan terus menerus setiap saat 4. Masalah-masalah ahli tehnologi 5. Perubahan keadaan demografi, dimana karyawan mempunyai

perbedaan latar belakang (budaya, sosial dan jenis kelamin)

Menurut Tjiptono (2003;215).“pelatihan karyawan memberikan

manfaat sebagai berikut :

1. Mengurangi kesalahan produksi 2. Meningkatkan produktifitas 3. Meningkatkan / memperbaiki kualitas 4. Mengurangi tingkat turn over

23

5. Biaya staf yang lebih rendah 6. Mengurangi kecelakaan 7. Meminimalisasi biaya asuransi 8. Meningkatkan fleksibilitas karyawan 9. Respon yang lebih baik terhadap perubahan 10. Meningkatkan komunikasi 11. kerjasama tim yang baik 12. Hubungan karyawan yang lebih harmonis 13. Mengubah budaya perusahaan 14. Menunjukkan komitmen manajemen

5. Perbaikan berkesinambungan

Dengan berorientasi pada kepuasan pelanggan, memberi dampak bagi

perusahaan atau organisasi untuk terus menerus melakukan perbaikan dan

peningkatan mutu, agar memiliki kemampuan bersaing dan mempertahankan

kelangsungan hidupnya.

Menurut Tjiptono (2003;266). “Perbaikan berkesinambungan

diasumsikan bahwa sesuatu rusak apabila menyimpang dari target yang

diinginkan oleh pelanggan”. Untuk meningkatkan system / proses, manajer

harus mencari sumber penyebab masalah, karena sering kali manajer

melakukan kekeliruan, yaitu lebih banyak menekankan aspek pemecahan

masalah daripada mencari sumber penyebab masalah tersebut.

Adapun prinsip-prinsip perbaikan berkesinambungan menurut

Perhimpunan Manajemen Mutu Indonesia (2003;14) antara lain :

1. Pengendalian dimulai dari proses awal hingga akhir

2. Tindakan pencegahan dan penanggulangan

3. Tindakan harus berdasarkan fakta

4. Prinsip prioritas

5. Menetapkan sasaran yang terukur.

24

6. Prosedur dan standar yang tertulis

7. Pemecahan masalah dengan SDCA dan PDCA

6. Kinerja Karyawan

a. Pengertian Kinerja Karyawan

Faktor kritis yang berhubungan dengan keberhasilan jangka panjang

organisasi adalah kemampuan untuk mengukur seberapa baik karyawan-

karyawannya berkarya dan menggunakan informasi itu untuk memastikan

bahwa pelaksanaan memenuhi standar saat ini dan meningkat sepanjang

waktu (Simamora, 2004;337).

Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak

dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi

seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi yang

antara lain termasuk kuantitas output, kualitas output, jangka waktu

output, kehadiran di tempat kerja dan sikap kooperatif (Maltis dan Jackson

(2002;780.)

Menurut Mangkunegara (2002;67) “Kinerja adalah hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya”.

“Kinerja seseorang karyawan pada dasarnya adalah hasil kerja

seseorang karyawan selama periode tertentu dengan standart dan kriteria

yang ditentukan” (L. Mathis, 2002;3030).

25

“Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau

sekelompok dalam suatu organisasi dalam kurun waktu tertentu, sesuai

dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka

upaya mencapai tujuan organsiasi yang bersangkutan secara legal, tidak

melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika”

(Prawirosentono, 1999;92).

Kebanyakan informasi tentang kinerja aktual dari proses industri

dapat diperoleh melalui mengkaji output dari proses itu.

Penilaian kinerja menurut Maltis dan Jackson (2002;81) adalah

“Proses evaluasi seberapa baik karyawan mengerjakan pekerjaan mereka

ketika dibandingkan dengan satu set standar dan kemudian

mengkomunikasikan informasi tersebut”.

Kinerja dapat dinilai dari apa yang dilakukan oleh seorang karyawan

dalam kerjanya. Dengan kata lain, kinerja individu adalah bagaimana

seseorang karyawan melaksanakan pekerjaannya atau untuk kerjanya.

Kinerja karyawan yang meningkat akan turut mempengaruhi atau

meningkatkan kinerja organisasi tempat karyawan bersangkutan bekerja,

sehingga tujuan organsiasi yang telah ditentukan dapat dicapai.

Menurut Mitchel dalam Sedarmayanti (2001;51) menyatakan bahwa

ada lima aspek yang dapat dijadikan ukuran dalam mengkaji tingkat

kinerja karyawan yaitu :

1. Kualitas kerja

2. Ketepatan waktu

26

3. Inisiatif

4. Kemampuan

5. Komunikasi

Menurut Malthis (2002;87) penilaian kinerja dapat dilakukan oleh :

a. Penilaian bawahan oleh atasan

b. Penilaian atasan oleh bawahan

c. Penilaian rekan kerja

d. Penilaian diri sendiri

b. Kriteria Penilaian Kinerja Karyawan Operasional Non Teknik di PT PJB

UP Gresik.

Menurut Dessller (1997;11) ada beberapa kriteria yang digunakan dalam

melakukan penilaian kinerja karyawan antara lain :

a. Kriteria berdasar sifat, memusatkan diri pada karakteristik pribadi

seseorang karyawan, loyalitas, keandalan, kemampuan berkomunikasi.

b. Kriteria berdasar perilaku; berfokus pada bagaimana pekerjaan

dilaksanakan.

c. Kriteria berdasar hasil yaitu berfokus pada apa yang telah dicapai atau

dihasilkan daripada bagaimana sesuatu dicapai atau dihasilkan.

Adapun karakteristik karyawan yang memiliki kinerja yang unggul

biasanya ditandai dengan beberapa hal sebagai berikut (Gasperz,

2003;234).

1) Secara terus menerus selalu mencari gagasan-gagasan dan cara penyelesaian tugas yang lebih baik.

2) Selalu memberikan saran-saran untuk perbaikan secara sukarela. 3) Menggunakan waktu secara efektif dan efisien.

27

4) Selalu melakukan perencanaan dengan menyertakan jadwal waktu. 5) Selalu bersikap positif terhadap pekerjaannya. 6) Dapat berperan sebagai anggota tim kerja sama yang baik,

sebagaimana juga menjadi pemimpin tim kerjasama yang baik. 7) Dapat memotivasi diri melalui dorongan dari dalam diri sendiri. 8) Memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik terhadap

pekerjaannya serta mau menerapkannya dalam pekerjaan itu. 9) Mau menerima ide-ide atau saran-saran yang dianggap lebih baik dari

orang lain. 10) Hubungan antar pribadi dengan semua tingkatan manajemen dalam

organsiasi berlangsung dengan baik. 11) Sangat menyadari dan memperdulikan masalah pemborosan dan

inefisiensi dalam penggunaan sumebr-sumber daya. 12) Mempunyai tingkat kehadiran yang baik. 13) Seringkali melampaui standar-standar yang telah ditetapkan. 14) Selalu mampu mempelajari sesuatu hal baru dengan cepat. Sedangkan kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja karyawan

di PT. PJB UP Gresik meliputi :

1. Kualitas pekerjaan

2. Kuantitas pekerjaan

3. Waktu melaksanakan pekerjaan

c. Pengaruh Penerapan Total Quality Management Terhadap Kinerja

Karyawan

Pada hakikatnya tujuan bisnis adalah untuk menciptakan dan

mempertahankan para pelangga, baik pelanggan internal (karyawan) atau

pelanggan eksternal (customers). Dalam pendekatan Total Quality

Management, kualitas ditentukan oleh pelanggan. Oleh karena itu hanya

dengan memahami proses dan pelanggan maka organisasi dapat menyadari

dan menghargai makna kualitas. Tjiptono (2003;102) mengatakan bahwa

“semua usaha manajemen dalam Total quality Management diarahkan

pada satu tujuan utama yaitu terciptanya kepuasan pelanggan”.

28

Manfaat kepuasan pelanggan dalam pelaksanaan Total Quality

Management menurut Tjipto (2003;102) adalah :

Hubungan antara perusahaan dan para pelanggannya menjadi harmonis. Memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang. Dapat mendorong terciptanya loyalitas pelanggan. Membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut (word-of-mouth) yang

menguntungkan bagi perusahaan. Reputasi perusahaan menjadi baik di mata pelanggan. Laba yang diperoleh dapat meningkat.

Menurut Gaspersz (2003;348) “Pada dasarnya upaya-upaya

peningkatan kualitas dari perusahaan harus dimulai dari komitmen yang

tinggi dari manajemen disertai dengan peningkatan kinerja individu

(karyawan) yang ada dalam perusahaan itu, sehingga manajemen industri

yang ingin meningkatkan kualitas perusahaan harus memberikan perhatian

utama kepada masalah kinerja karyawan, sebelum menggarap kinerja dari

sumber-sumber daya lain seperti : material, energi, modal, mesin dan

peralatan, informasi dan lain-lain”.

2.3. Kerangka Berpikir

29

Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut, maka dapat disusun kerangka berpikir

sebagai berikut :

Gambar 2.2 Kerangka Berfikir

Keterangan :

: secara simultan

: secara parsial

Pengaruh Pelaksanaan Total Quality

Karyawan Operasional Non Teknik

Pelaksanaan TQM

Fokus pada pelanggan

Pelibatan dan pemberdayaan karyawan

Kerjasama tim

Pelatihan

Perbaikan berkesinambungan

Kinerja Karyawan

2.4. Hipotesis

Uji statistk regresi linier berganda

Management Terhadap Kinerja

30

Berdasarkan asumsi teoritis, maka studi akan menghadirkan suatu hipotesis yang

kemudian akan diuji kebenarannya dengan menggunakan fakta-fakta yang

diperoleh dari penelitian. Adapun hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini

adalah :

1. Diduga terdapat pengaruh secara parsial antara faktor-faktor Total Quality

Management dimensi fokus pada pelanggan terhadap kinerja karyawan

opersional non teknik PT PJB UP Gresik.

2. Diduga terdapat pengaruh secara parsial antara faktor-faktor Total Quality

Management dimensi pelibatan dan pemberdayaan karyawan terhadap kinerja

karyawan opersional non teknik PT PJB UP Gresik.

3. Diduga terdapat pengaruh secara parsial antara faktor-faktor Total Quality

Management dimensi kerja sama tim terhadap kinerja karyawan opersional

non teknik PT PJB UP Gresik.

4. Diduga terdapat pengaruh secara parsial antara faktor-faktor Total Quality

Management dimensi pelatihan terhadap kinerja karyawan opersional non

teknik PT PJB UP Gresik.

5. Diduga terdapat pengaruh secara parsial antara faktor-faktor Total Quality

Management dimensi perbaikan berkesinambungan terhadap kinerja karyawan

opersional non teknik PT PJB UP Gresik.

6. Diduga terdapat pengaruh secara simultan antara faktor-faktor Total Quality

Management yang terdiri dari fokus pada pelanggan, pelibatan dan

pemberdayaan karyawan, kerjasama tim, pelatihan dan perbaikan

31

berkesinambungan terhadap kinerja karyawan operasional non teknik PT PJB

UP Gresik.

32

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang ada pada penelitian ini adalah verificatife.

Menurut Narbuko (2002;41) penelitian verifikatif yaitu penelitian yang

bersifat menjelaskan faktor yang mempengaruhi keadaan suatu

institusi yang dimaksud untuk pengukuran yang cermat terhadap

fenomena sosial tertentu dengan metode kuisioner.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT PJB UP Gresik terletak di Jl. Harun

Tohir Gresik 61112.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Yang dimaksud dengan populasi menurut Sugiyono dalam bukunya

Statistika untuk Pendidikan (2002:55) adalah “Populasi adalah

merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu” yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan operasional non

teknik sebanyak 455 orang di PT. PJB UP Gresik.

33

Adapun komposisi karyawan operasional non teknik PT. PJB UP

Gresik, adalah sebagai berikut :

a. Departemen Rancang Bangun : 2 orang 32

b. Departemen Litbang : 25 orang

c. Departemen Perdagangan & pergudangan : 48 orang

d. Departemen SDM : 89 orang

e. Departemen Sistem Informasi : 13 orang

f. Departemen Pemasaran : 22 orang

g. Departemen Distribusi & Tansportasi : 77 orang

h. Departemen Keuangan & Akuntansi : 15 orang

i. Departemen Umum : 103 orang

j. Departemen Komunikasi Perusahaan : 54 orang

k. Departemen Pengembangan Perusahaan : 4 orang

l. Departemen Governansi Perusahaan : 1 orang

m. Internal audit : 2 orang

: 455 orang

3.3.2. Sampel

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut”, Sugiyono (2002:56). Adapun teknik

pengambilan sampel yang digunakan adalah Simple random

sampling karena pengambilan sample dilakukan secara acak. Dalam

penelitian ini agar Represiatif dengan populasi maka sampel yang

34

diambil yaitu sebanyak 20 % dari 455 karyawan operasional non

Teknik di PT. PJB UP Gresik.

Menurut (Arikunto 2002 : 112) “Populasi yang diteliti dapat

diambil antara 10 – 15% atau 20 – 25 % atau lebih tergantung pada :

a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana

b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek

c. Besarnya resiko yang ditanggung oleh peneliti

3.4. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel

3.4.1. Identifikasi Variabel

Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas (x) dan

variabel terikat (Y).

Variabel bebas dijabarkan dalam lima faktor meliputi :

X1 : Penilaian responden terhadap fokus pada pelanggan

X2 : Penilaian responden terhadap pelibatan dan pemberdayaan

karyawan

X3 : Penilaian responden terhadap kerjasama tim

X4 : Penilaian responden terhadap pelatihan

X5 : Penilaian responden terhadap perbaikan berkesinambungan

Y : Kinerja karyawan.

3.4.2. Definisi Operasional Variabel

35

Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini

a. Fokus pada pelanggan( X1 )

Merupakan pernyataan evaluatif karyawan terhadap suatu usaha

untuk memuaskan para pelanggan. Adapun sebagai indikator

variabel penelitian adalah:

1. Mengidentifikasi kebutuhan pelanggan

2. Mengidentifikasi dan mengatasi pemasalahan

3. kemudahan pelanggan menyampaikan keluhan

b. Pelibatan dan pemberdayaan karyawan ( X2 )

Merupakan pernyatan evaluatif karyawan terhadap pelibatan

mereka dalam suatu pekerjaan indikator variabel penelitian ini

adalah :

1. Pemberian kewenangan

2. Kebebasan dalam memberikan ide atau gagasan

3. Pemberian kesempatan untuk membuat keputusan

c. Kerjasama tim ( X3 )

Merupakan pernyataan evaluasi karyawan dalam bekerja secara

efektif bersama-sama dan mempunyai tujuan akhir yang sama.

Indikator variabel penelitian ini adalah :

1. Adanya kerjasama antar unit kerja

2. Adanya kesatuan misi dalam menyusun strategi

3. Saling memberikan motivasi antar unit kerja terkait.

d. Pelatihan ( X4 )

36

Merupakan pernyataan evaluasi karyawan terhadap program

pelatihan yang dilaksanakan oleh perusahaan baik di dalam

perusahan sendiri maupun yang diselenggarakan oleh pihak luar.

Adapun indikator dari penelitian ini adalah :

1. Pelatihan yang berkaitan dengan kualitas yang diberikan oleh

perusahaan

2. Pelatihan lain yang berhubungan dengan profesionalitas

3. Komitmen top manajemen terhadap program pelatihan bagi

karyawan

e. Perbaikan berkesinambungan (X5 )

Merupakan pernyataan evaluatif karyawan terhadap perbaikan

untuk mengubah dan membuat sesuatu menjadi lebih baik yang

dilakukan secara terus menerus.

Adapun indikator dalam penelitian ini adalah :

1. Aktifitas perbaikan berkesinambungan

2. kerjasama dalam perbaikan kualitas

3. penetapan biaya kualitas

f. Kinerja karyawan (Y)

37

Kinerja diartikan sebagai pernyataan evaluasi atasan langsung

responden terhadap hasil kerja yang dicapai dalam melaksanakan

tugasnya meliputi beberapa indikator antara lain :

a. Kualitas pekerjaan, merupakan mutu dari hasil kerja yang

dicapai oleh karyawan sesuai dengan standar dan kriteria

yang telah ditentukan

b. Kuantitas pekerjaan, merupakan hasil kerja yang dicapai oleh

karyawan

c. Waktu, merupakan batasan yang ditentukan sesuai dengan

standar dan kriteria yang telah ditentukan.

3.5. Skala Pengukuran

Keseluruhan dari indikator-indikator yang ada diukur dalam skala

ordinal yang seolah-olah sama dengan skala interval dengan

option-option pilihan mengikuti skala likert “Skala likert adalah

skala yang didasarkan atas penjumlahan sikap responden dalam

merespon pernyataan berkaitan indikator-indikator suatu konsep

atau variabel yang sedang diukur (Sanusi, 2003 ; 41 ).

Peneliti mengukur pernyatan responden dengan memberikan

skor-skor sebagai berikut “

1. Jawaban “a” mendapat nilai = “5”

2. Jawaban “b” mendapat nilai = “4”

3. Jawaban “c” mendapat nilai = “3”

38

4. Jawaban “d” mendapat nilai = “2”

5. Jawaban “e” mendapat nilai = “1”

3.6. Pengukuran Instrumen Penelitian

Agar penelitian dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah maka

informasi yang menyangkut validitas dan reliabilitas alat ukur

haruslah disampaikan.

1. Validitas

Menurut Husein (2000;176) validitas menunjukkan sejauh mana

suatu alat ukur itu mampu mengukur apa yang ingin diukur.

Penelitian diakakan valid jika mampu mangukur yang diinginkan

serta mampu mengungkapkan data dari variabel yang diteliti

secara tepat.

Menurut Sugiyono (2001:115) syarat minimum dapat

dinyatakan valid bila nilai koefisisen korelasi sama dengan 0.30

atau lebih besar dan dinyatakan tidak valid bila nilai koefisisen

korelasi kurang dari 0.30.

Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan

perhitungan koefisisen korelasi diperoleh dengan alat bantu

SPSS 10.0 for windows.

2. Reliabilitas

39

Menurut Azwar (2001 ; 9) reliabilitas adalah indeks yang

menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau

diandalkan.

Instrumen dikatakan reliable apabila instrumen tersebut

valid dalam penelitian ini. Menurut Azwar (2001:9) pengujian

reliabilitas ini menggunakan Alpha Cronbasch bahwa suatu

angket atau kuesioner dikatakan reliable apabila mempunyai

alpha yang mendekati 1.

3.7. Jenis dan Sumber Data

3.7.1. Jenis Data

a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari obyek

dilapangan dalam hal ini karyawan operasional non teknik PT.

PJB UP Gresik dengan menggunakan cara menyebarkan daftar

pertanyaan atau kuesioner kepada responden yang diteliti,

tentang faktor-faktor Total Quality Management dan kinerja

karyawan.

b. Data sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan data

kepada pengumpul data yang diperoleh melalui dokumen yang

bekaitan dengan sejarah dan kondisi perusahaan, studi pustaka

dengan mempelajari literatur dan penelitian pihak lain yang

berkaitan dengan Total Quality Management antara lain struktur

organisasi, jumlah karyawan, Sistem Manajemen PJB UP Gresik,

40

Profil Perusahaan, Budaya PJB UP Gresik, Konsep Mutu PJB UP

Gresik serta informasi secara langsung dari Departemen

Kepegawaian.

3.7.2. Sumber data

Sumber data yang diperoleh dari perusahan yang diteliti, dalam hal

ini adalah PT PJB UP Gresik.

3.8. Teknik Pengambilan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan

cara sebagai berikut :

1. Kuesioner (angket)

Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi beberapa pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden yang menurut (Singarimbun, 1995:176) bertujuan

“untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan

penelitian dan memperoleh informasi yang relevan dan reabilitas

yang tinggi”

2. Dokumentasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan arsip-arsip,

catatan catatan atau dokumentasi yang ada pada perusahaan.

3.9. Teknik Analisis Data

41

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

3.9.1 Regresi Linier Berganda

Penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda dengan

alasan peneliti ingin mengetahui sejauh mana pengaruh antara

variabel bebas (fokus pada pelanggan, pelibatan dan pemberdayaan

karyawan, kerjasama tim, pelatihan dan perbaikan

berkesinambungan) terhadap variabel terikat (kinerja) karyawan

operasional non teknik PT. PJB UP Gresik.

Menurut Sugiyono (2002 : 261) rumus regresi linier berganda

dapat ditulis :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5+e

Dimana :

Y : Kinerja karyawan

a : Konstanta

b1b2b3b4b5 : Koefisien regresi masing-msing

X1 : Fokus pada pelanggan

X2 : Pelibatan dan pemberdayaan karyawan

X3 : Kerjasama tim

X4 : Pelatihan

X5 : Perbaikan berkesinambungan

e : Error Term

42

Untuk menghitung koefisisen a b1b2b3b4b5 dipergunakan

bantuan program SPSS versi 10.0

3.9.2. Uji Hipotesis

a. Uji parsial (uji t)

Dilakukan untuk menguji kebenaran hipotesis 1 yaitu faktor fokus

pada pelanggan (X1), pelibatan dan pemberdayaan karyawan (X2),

kerjasama tim (X3), pelatihan (X4) dan perbaikan

berkesinambungan (X5) secara parsial berpengaruh terhadap

kinerja karyawan operasional non teknik PT. PJB UP Gresik

digunakan Uji t di arah dengan langkah-langkah pengujian

sebagai berikut :

1. Menentukan hipotesis statistik :

Ho : β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = 0 berarti secara individu tidak

berpengaruh terhadap variabel terikat

H1 : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ β5 ≠ 0 berarti secara individu

berpengaruh terhadap variabel terikat.

2. Menentukan t hitung, Atmaja (1997 : 345)

t hitung = Sbb1

Dimana :

t hitung : t hasil analisa data

b : koefisisen regresi variabel bebas

Sb : standar error dari koefisisen

43

3. Menentukan derajat kesalahan (level of signifinace ) α = 0,05

atau 5% df/derajat kebebasan (n-k-1)

4. Menentukan kriteria pengujian :

1. Ho ditolak dan H1 diterima jika :

t hitung > t tabel, artinya variabel bebas atau independet

variabel (X1 , X2, X3, X4 dan X5) secara parsial

berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Artinya hipotesis

1 terbukti kebenarannya.

2. Ho diterima dan H1 ditolak jika :

t hitung < t tabel , artinya variabel bebas atau independet

variabel (X1 , X2, X3, X4 dan X5) secara parsial tidak

berpengaruh terhadap kinerja karyawan, artinya hipotesis 1

tidak terbukti kebenarannya.

5. Menentukan daerah penolakan dan daerah penerimaan

Gambar 3.1

Daerah kritis melalui kurva distribusi X

Daerah Penolakan Ho

Daerah Penolakan Ho

-t tabel

Daerah penolakan (H1)

t tabel

b. Uji F

44

Dilakukan untuk menguji kebenaran hipotessi 2 yaitu faktor fokus

pada pelanggan (X1), pelibatan dan pembedayaan karyawan (X2),

kerjasama tim (X3), pelatihan (X4) dan perbaikan berkesinambungan

(X5) secara simultan berpengaruh terhadap kinerja karyawan

operasional non tehnik PT. PJB UP Gresik digunakan uji F dengan

langkah-langkah pengujian sebagai berikut :

1) Menentukan hipotesa statistik

a. Ho : β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = 0 berarti secara individu tidak

berpengaruh terhadap variabel terikat

b.H1 : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ β5 ≠ 0 berarti secara individu

bepengaruh terhadap variabel terikat.

2) Menentukan H hitung

Dimana :

F hitung : F hasil analisa data

R2 : koefisisen determinasi

k : Jumlah variabel bebas

n : Jumlah sample

)1/()1(/

2

2

−−−=

knRkRHhitung

3) Menentukan derajat kesalahan (level of significance) α = 0,05

atau 5% df derajat kebebasan (n-k-1)

45

4) Menentukan kriteria pengujian :

a. Ho diterima dan H1 ditolak jika :

F hitung > F tabel, artinya variabel bebas atau independet

variabel (X1 , X2 , X3, X4 dan X5) secara simultan atau

bersama-sama tidak ada berpengaruh terhadap variabel terikat

atau dependent variable (Y) artinya bahwa hipotesis 2 tidak

terbukti kebenarannya.

b. Ho ditolak dan H1 dterima jika :

F hitung > t tabel , artinya variabel bebas atau independet

variabel (X1 , X2 , X3, X4 dan X5) secara parsial simultan atau

bersama-sama terdapat berpengaruh terhadap variabel terikat

atau dependent variable (Y) artinya bahwa hipotesis 2 tidak

terbukti kebenarannya.

5) Menentukan daerah penolakan atau daerah penerimaan

Gambar 3.2 Daerah kritis melalui kurva distribusi F

F tabel

Daerah Penolakan

Daerah Penerimaan

HoHo

46