bab i pendahuluan · 1 bab i pendahuluan a. latar belakang pada era informasi abad ini, teknologi...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era informasi abad ini, teknologi informasi dan komunikasi atau ICT (Information
and Communication Technology) telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan
global. Oleh karena itu, setiap institusi termasuk perpustakaan berlomba untuk mengintegrasikan
ICT guna membangun dan memberdayakan sumber daya manusia berbasis pengetahuan agar dapat
bersaing dalam era global. Contoh penerapan ICT dalam bidang perpustakaan adalah system
otomasi dan perpustakaan digital.
Perpustakaan digital adalah sebuah system yang memiliki beragam layanan dan obyek
informasi yang mendukung akses obyek informasi tersebut melalui perangkat digital (Sismanto,
2008). Layanan ini diharapkan dapat mempermudah pencarian informasi di dalam koleksi obyek
informasi seperti dokumen, gambar dan database dalam format digital dengan cepat, tepat, dan
akurat. Perpustakaan digital itu tidak berdiri sendiri, melainkan terkait dengan sumber-sumber lain
dan pelayanan informasinya terbuka bagi pengguna di seluruh dunia.
Perkembangan perpustakaan berbasis teknologi informasi bagi pengelola perpustakaan
dapat membantu pekerjaan di perpustakaan melalui fungsi otomasi perpustakaan, sehingga proses
pengelolaan perpustakaan lebih efektif dan efisien. Fungsi otomasi perpustakaan menitikberatkan
pada bagaimana mengontrol sistem administrasi layanan secara otomatis terkomputerisasi.
Sedangkan bagi pengguna dapat membantu mencari sumber informasi yang diinginkan dengan
menggunakan catalog on-line yang dapat diakses melalui internet, sehingga pencarian informasi
dapat dilakukan kapan dan dimanapun ia berada.
Kemudahan pengguna dalam menemukan informasi baik dalam system otomasi maupun
perpustakaan digital bukanlah hal yang mudah dalam proses penerapannya. Dibutuhkan sarana
untuk dapat menemukan informasi tersebut secara efektif dan efisien yang disebut dengan istilah
metadata. Metadata ini bukanlah konsep yang baru muncul setelah kita mengenal system
komputerisasi namun sudah ada sebelumnya walaupun dengan istilah yang berbeda.
Idealnya, setiap perpustakaan memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi untuk
mendukung pengelolaan koleksi perpustakaan. Salah satu contoh konkritnya yaitu perpustakaan
menggunakan Aplikasi yang disebut dengan SLiMS (Senayan Library Management System).
Aplikasi OSS (Open Source System) ini telah digunakan hampir di seluruh perpustakaan di
2
Indonesia. Sedikitnya ada sekitar 218 perpustakaan dan lembaga lain yang mengaku memakai
SLiMS sebagai OSS mereka (Hendro dkk, 2008).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah pembuatan software Senayan Library Management System ?
2. Bagaimana Spesifikasi Teknis yang dibutuhkan software Senayan Library Management
System ?
3. Bagaimana Proses Bisnis Aplikasi software Senayan Library Management System ?
4. Apa saja keunggulan dan kekurangan dari pemakaian Aplikasi Senayan Library
Management System ?
5. Bagaimana Pengembangan Senayan Library Management System kedepannya?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Sejarah pembuatan software Senayan Library Management System
2. Untuk mengetahui Spesifikasi Teknis yang dibutuhkan software Senayan Library
Management System
3. Untuk mengetahui Proses Bisnis Aplikasi software Senayan Library Management System
4. Untuk mengetahui keunggulan dan kekurangan dari pemakaian Aplikasi Senayan Library
Management System
5. Untuk mengetahui Pengembangan Senayan Library Management System kedepannya.
D. Manfaat Penulisan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Penelitian ini bisa bermanfaat bagi pembaca, yaitu mampu menambah dan
memperluas pengetahuan mereka mengenai manfaat dari adanya SliMS (Senayan Library
Management System) dalam suatu perpustakaan.
2. Secara Praktis
a. Masyarakat dapat mempelajari lebih lanjut mengenai perkembangan teknologi yang
terjadi pada dunia perpustakaan.
b. Mahasiswa dapat mengetahui perkembangan informasi melalui keberadaan Aplikasi
OSS SLiMS pada perpustakaan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Senayan Library Management System (SLiMS)
Senayan, atau lengkapnya Senayan Library Management System (SLiMS),
adalah perangkat lunak sistem manajemen perpustakaan (library management system) sumber
terbuka yang dilisensikan di bawah GPL v3. Aplikasi web yang dikembangkan oleh tim dari Pusat
Informasi dan Humas Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia ini dibangun dengan
menggunakan PHP, basis data MySQL, dan pengontrol versi Git. Pada tahun 2009, Senayan
memenangi INAICTA 2009 untuk kategori open source
Senayan pertamakali digunakan di Perpustakaan Departemen Pendidikan Nasional.
Pengembangan Senayan dilakukan oleh SDC (Senayan Developers Community). Di koordinir oleh
Hendro Wicaksono, dengan Programmer Arie Nugraha, Wardiyono. Sementara dokumentasi
dikerjakan oleh Purwoko, Sulfan Zayd, M Rasyid Ridho, Arif Syamsudin. Pada Januari 2012,
developer SLiMS bertambah 2 orang, yaitu: Indra Sutriadi Pipii (GOrontalo) dan Eddy Subratha
(Jogjakarta). Selain itu, ada pula programmer Tobias Zeumer ([email protected]), dan
Jhon Urrego Felipe Mejia ([email protected]). Situs resmi SLiMS, saat ini ada
di http://slims.web.id
Menurut Hendro Wicaksono dan Arie Nugraha, anggota tim pengembang Senayan,
program manajemen perpustakaan ini pertama kali dikembangkan pada November 2006. Waktu itu,
para pengelola Perpustakaan Departemen Pendidikan Nasional di Jakarta tengah kebingungan
karena program manajemen perpustakaan Alice habis masa pakainya. Alice adalah perangkat lunak
bikinan Softlink sumbangan Pusat Kebudayaan Inggris, British Council.
Departemen tak memiliki anggaran untuk memperpanjang masa pakai Alice. Selain itu,
Alice adalah produk tidak bebas (proprietary) yang serba tertutup. Staf perpustakaan sulit
mempelajari program tersebut. Alice bahkan tak dapat dipasang di server atau komputer lain,
sehingga tidak dapat didistribusikan ke perpustakaan di lingkungan departemen tersebut.
Hendro lantas mengusulkan ke Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat, yang
memayungi perpustakaan di departemen itu, untuk membuat program baru sebagai pengganti Alice.
”Karena awalnya dikembangkan dengan uang negara, harus bisa diperoleh secara bebas oleh
masyarakat,” katanya.
4
Software baru itu kemudian dikembangkan dengan General Public License, sistem
perizinan yang lazim digunakan dalam perangkat lunak berbasis sumber terbuka. Perizinan ini
mensyaratkan agar software tersebut harus dapat digunakan, dipelajari, diubah, dan didistribusikan
ke pihak lain secara bebas.
Pada awalnya Hendro dan Arie Nugraha, pustakawan lain di sana, mencari perangkat lunak
yang sudah jadi, tapi terbentur sejumlah masalah. Beberapa peranti lunak, seperti PHP MyLibrary
dan OpenBiblio, ternyata kurang serius menerapkan prinsip pengembangan aplikasi dan basis data.
Dalam basis data yang bagus, misalnya, tabel pengarang dan buku harus terpisah. ”Nah, software
yang ada waktu itu menggabungkan keduanya, sehingga tabel itu jadi lebih rumit karena memuat
data pengarang 1, pengarang 2, dan seterusnya,” kata Hendro.
Teknologi yang digunakan dalam software itu pun umumnya memakai bahasa
pemrograman Perl dan C++ yang relatif lebih sulit dipelajari oleh para pustakawan departemen
yang tak punya latar belakang ilmu teknologi informasi. Selain itu, beberapa perangkat lunak
tersebut sudah tidak aktif atau lama sekali tidak muncul versi terbarunya.
Dengan berbagai pertimbangan itu, mereka memutuskan membuat perangkat lunak yang
baru sama sekali dengan memanfaatkan bahasa pemrograman PHP dan basis data MySQL, yang
mereka pelajari secara otodidak. ”Kami semua berlatar belakang pustakawan. Kebetulan kami suka
pada teknologi informasi dan sama-sama mempelajarinya,” kata Arie.
Karena awalnya dikembangkan di perpustakaan yang berlokasi di kawasan Senayan dan
nama itu dirasa cocok dan punya nilai pasar yang bagus, aplikasi sistem perpustakaan itu pun
dinamai seperti tempat kelahirannya.
Senayan berukuran kecil dan sangat mudah dipasang di komputer, baik yang memakai
sistem operasi Linux maupun Windows. ”Besar seluruh file program, termasuk program Linux,
kurang dari 1 gigabita,” kata Arie saat menjaga gerai Senayan di pameran Global Conference on
Open Source di Hotel Shangri-La Jakarta, 27 Oktober lalu.
Meski dibangun di atas platform GNU/Linux, Senayan bisa berjalan hampir di semua
sistem operasi komputer, termasuk Windows dan Unix. Untuk memudahkan interaktivitas
pengguna, aplikasi ini juga memakai teknologi AJAX (Asynchronous JavaScript and XML) untuk
tampilannya di peramban. Beberapa software bersumber terbuka lain juga dipasang di Senayan
untuk memperkaya fiturnya, seperti genbarcode untuk pembuatan barcode, PhpThumb untuk
menampilkan gambar, dan tinyMCE untuk penyuntingan teks berbasis web.
5
Yang terpenting, Senayan dirancang sesuai dengan standar pengelolaan koleksi
perpustakaan, misalkan standar pendeskripsian katalog berdasarkan ISBD yang juga sesuai dengan
aturan pengatalogan Anglo-American Cataloging Rules. Standar ini umum dipakai di seluruh
dunia. ”Karena yang mengembangkan adalah para pustakawan, kami berani menjamin bahwa
aplikasi ini sesuai dengan standar yang dibutuhkan pustakawan di dalam dunia kerjanya,” kata
Hendro.
Untuk mengembangkan Senayan, Hendro dan Arie mengajak anggota di mailing list ISIS
([email protected])—kelompok diskusi para pustakawan pengguna perangkat lunak
manajemen perpustakaan milik UNESCO—bergabung. Beberapa pustakawan lain menanggapi
rencana mereka, bahkan turut membantu mengembangkan peranti lunak itu.
Jadilah Senayan versi beta yang hanya beredar di kalangan pustakawan di kelompok
diskusi itu. Merekalah yang menguji dan kemudian memperbaiki bolong-bolong dalam program
tersebut. Akhirnya, setelah program itu dirasa cukup stabil, Senayan dirilis ke publik pada
November 2007, bertepatan dengan ulang tahun Perpustakaan Departemen Pendidikan Nasional
yang ketiga.
Sebenarnya Senayan belum sempurna saat itu, tapi Hendro merasa bahwa program ini
harus segera digunakan, terutama agar pustakawan di kantornya terbiasa dengan program baru ini
dan mempercepat migrasi dari Alice. ”Semula kami pakai program Senayan dan Alice secara
bersamaan, tapi ketika pengunjung sedang ramai, para pustakawan cenderung memakai Alice.
Akhirnya kami matikan Alice sama sekali, dan mereka terpaksa hanya memakai Senayan,” kata
Hendro.
Seperti yang mereka perkirakan sebelumnya, beberapa kegagalan terjadi ketika program
itu dijalankan. Arie, yang bertugas menjaga kelancaran migrasi itu, mendapat keluhan bertubi-tubi
dari para pengguna dan harus langsung memperbaiki program itu. ”Bugs (gangguan pada program)
memang masih banyak pada program awal ini,” kata Arie, yang kini menjadi dosen teknologi
informasi di almamaternya, Universitas Indonesia.
Tiga bulan berikutnya, Hendro mengundang beberapa pustakawan yang aktif di mailing
list ISIS untuk menghadiri Senayan Developer’s Day—acara perekrutan tenaga pengembang
program itu. Dari acara tersebut, terpilihlah empat nama: Purwoko, pustakawan Fakultas Geologi
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta; Wardiyono, programer sebuah organisasi lingkungan;
Sulfan Zayd, pustakawan di Sekolah Mentari; dan Arif Syamsudin, pustakawan di Sekolah
Internasional Stella Maris.
6
Selama tiga hari para pustakawan terpilih itu berkumpul dan berkonsentrasi dalam
penambahan fitur, perbaikan, dan pembaruan dokumen Senayan. Hasilnya, mereka meluncurkan
Senayan versi yang lebih stabil dan dokumen program. Maret tahun berikutnya mereka berkumpul
kembali dengan kegiatan yang sama.
Belakangan, mereka mendapat bantuan dari Tobias Zeumer, programer di Jerman. Zeumer
mengganti program multibahasa Senayan dengan PHP Gettext, standar program multibahasa di
lingkungan peranti lunak sistem terbuka. ”Dia peduli pada pengembangan Senayan dan salah
satunya adalah menambahkan fitur bahasa Jerman pada Senayan,” kata Hendro.
Selain terus memperkaya Senayan, tim pengembang terus membuat paket program untuk
memudahkan pemasangan. Paket yang disebut Portable Senayan (psenayan) ini berisi program
Senayan, Apache (program untuk server), PHP, dan MySQL. Pengguna tinggal mengopi,
mengekstrak, dan langsung menggunakannya pada komputer atau server masing-masing.
Ketika dirilis pertama kali, Senayan baru diunduh 704 kali. Angka ini melonjak menjadi
6.000 kali lebih pada Desember 2007 dan 11 ribu lebih Januari 2008. Adapun pada Oktober lalu
program itu sudah diunduh hampir 27 ribu kali. Dengan demikian, total sudah 250 ribu kali lebih
program itu diunduh.
Karena dapat diunduh secara bebas, Hendro dan kawan-kawan tak tahu persis berapa
banyak pengguna aplikasi ini. Tapi sedikitnya ada sekitar 218 perpustakaan dan lembaga lain yang
mengaku memakai Senayan, seperti Pusat Studi Jepang UI, Perpustakaan Kedokteran Tropis UGM,
Sekolah Indonesia-Kairo di Mesir, Perpustakaan Indonesian Visual Art Archive, Lembaga Bantuan
Hukum Jakarta, Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Rumah Sakit M.H. Thamrin
Cileungsi, Institut Bisnis dan Informatika Indonesia, serta Perpustakaan Umum Kabupaten
Pekalongan.
Senayan kini sudah berkembang jauh. Ia tak hanya menampilkan data buku, tapi juga dapat
menampilkan gambar, suara, buku elektronik, dan bahkan video. Hendro dan timnya juga sedang
mengembangkan agar setiap server pengguna Senayan dapat saling ”bicara”, sehingga nanti dapat
dibangun sebuah gerbang pencarian data buku dalam jaringan yang dapat menelusuri semua
katalog. ”Nanti akan ada sebuah gerbang agar pencarian buku cukup melalui satu situs saja,” kata
Arie.
B. Spesifikasi Teknis yang dibutuhkan Senayan Library Management System (SLiMS)
Untuk dapat menjalankan sebuah aplikasi perangkat lunak otomasi perpustakaan tentu saja
membutuhkan perangkat yang harus dipersiapkan baik perangkat keras, perangkat lunak, dan
7
aplikasi yang lain untuk mendukung jalannya perangkat lunak otomasi perpustakaan. Berikut ini
kebutuhan sistem yang harus dipersiapkan untuk mendukung jalannya perangkat lunak Senayan,
yaitu:
1. Perangkat keras
Perangkat keras yang dibutuhkan untuk menjalankan perangkat lunak Senayan
adalah sebagai berikut:
Prosesor kelas pentium III
RAM 256 MB
Standard VGA dengan dukungan warna 16-Bit
2. Perangkat lunak
Perangkat lunak yang digunakan sebagai persyaratan untuk dapat menggunakan
perangkat lunak Senayan yaitu:
Engine scripting PHP dengan dukungan ekstension mysql, dukungan XML, dan GD untuk
dapat mendukung format PNG, JPG, GIF dan FreeType.
Web server, dalam hal ini direkomendasikan Apache 2.2
Server database MySQL dan direkomendasikan lebih atau sama dengan versi 5.0
Utilitas mysqldump untuk backup database
Sistem operasi GNU/Linux atau Windows
Browser dengan kapasitas javascript 1.5, AJAx dan CSS 2. sebagai contoh Mozilla Firefox
2
Pembaca dokumen PDF seperti Adobe Reader untuk melihat dokumen PDF yang di-
generate oleh Senayan
3. Aplikasi pendukung
Pembaca barcode untuk memindai barcode saat sirkulasi.
C. Proses Model Bisnis Senayan Library Management System (SLiMS)
Yang dimaksud dengan model bisnis adalah bagaimana pengembangan Senayan bisa terus
survive dengan segala keterbatasan yang ada. Tidak hanya terkait uang, tetapi manfaat lain yang
didapat baik secara institusi dan personal.
8
Aplikasi perpustakaan ini mulai dikembangkan pada awal Maret 2007. Saat itu tim
pengembangnya ada dua orang, yaitu: penulis sendiri sebagai Application & Database Designer
juga programmer serta Arie Nugraha sebagai programmer utama. Nama kode pengembangan saat
itu adalah “Senayan”, karena dikembangkan di perpustakaan Depdiknas yang berlokasi di Senayan.
Belakangan karena nama itu dianggap mudah diterima banyak orang, nama “Senayan
Library Automation” (atau biasa disebut Senayan) dipilih sebagai nama resmi aplikasi manajemen
perpustakaan yang dikembangkan di Perpustakaan Depdiknas.
Masa awal pengembangan Senayan, komunitas belumlah dilibatkan. Praktis hanya dua
orang yang melakukan pengembangan. Ulangtahun library@senayan yang kedua tanggal 29
November 2007 dijadikan momen untuk rilis Senayan pertama kali ke publik. Versi yang dirilis
senayan3-rc4. Saat itu Senayan masih belum diimplementasikan di library@senayan.
Pengumuman dirilisnya aplikasi Senayan juga diumumkan ke berbagai milis terkait
perpustakaan dan kepustakawanan, seperti [email protected], [email protected],
dan lain-lain. Sejak itu mulailah pengembangan Senayan melibatkan banyak orang. Distribusi
Senayan dilakukan melalui web http://senayan.diknas.go.id dan diskusi teknis dilakukan di milis
Mulai pengembangan Senayan masuk ke tahap berikutnya: membentuk komunitas
pengguna serta berusaha melibatkan banyak orang sebagai developer. Model pengembangan yang
dianut adalah Open Source. Dimana tiap orang mempunyai akses ke source code dan didorong
untuk aktif dalam desain, pengembangan, dan distribusi Senayan. Tapi berbagai pengambilan
keputusan penting tetap ditangan penulis sebagai lead developer Senayan.
Senayan rilis awal masih menyimpan banyak bugs. Ini terbukti dari banyaknya laporan
yang masuk melalui milis dan bugs report system serta melalui ujicoba lapangan di beberapa
tempat. Untuk mengatasi berbagai bugs tersebut, dirilis senayan3-rc5 sampai senayan3-rc10.
Februari 2008 dirilislah senayan3-stable1 yang dianggap sudah stabil untuk produksi.
22 maret 2008 dirilis senayan3-stable2. Awal April 2008 library@senayan mulai resmi
mengimplementasikan Senayan menggantikan Alice. Sampai proposal ini dibuat, rilis terakhir
Senayan adalah senayan3-stable9. Untuk mempercepat pengembangan Senayan, beberapa hal yang
dilakukan antara lain:
9
Mengadakan Senayan Developers Day (SDD). Yaitu para developer inti Senayan,
dikumpulkan selama kurang lebih 2-3 hari di library@senayan dan berkonsentrasi melakukan
penambahan fitur, perbaikan dan update dokumentasi. Output dari kegiatan adalah rilis baru dan
update dokumentasi.
Dalam setiap rilis Senayan, saat ini didistribusikan dalam dua versi.
Pertama, Senayan Source. Yaitu hanya aplikasi Senayan, yang ditujukan untuk pemakai
tingkat lanjut, atau mereka yang sudah memiliki komputer dimana web server (biasanya Apache),
PHP dan MySQL sudah terinstall sebelumnya. Pengguna sistem operasi selain Windows juga
menggunakan distribusi ini.
Kedua adalah distribusi Portable Senayan (psenayan). Yaitu Senayan yang sudah
dipaketkan dengan Apache, PHP dan MySQL. Sehingga pengguna tinggal copy, ekstrak, dan
gunakan. Ditujukan untuk pengguna Windows yang biasanya masih awam dengan persyaratan
software yang harus tersedia untuk menjalankan Senayan.
Dalam melakukan pengembangan Senayan, kira-kira 95% dilakukan pada platform
GNU/Linux. Penggunaan Windows dalam pengembangan hanya sebatas pembuatan distribusi
Portable Senayan dan ujicoba. Pengembangan Bisnis Komersial berupa: dukungan layanan
korporasi dan terdedikasi, web hosting Senayan, sponsorship modul.
Dana pengembangan Senayan didapat dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh
pengembang Senayan. Antara lain:
Dedicated support dari institusi yang meminta dukungan implementasi Senayan secara
khusus.
Training/Pelatihan yang diadakan oleh tim pengembang Senayan
Dari institusi yang mempunyai concern/perhatian dalam pengembangan Senayan atau
software Open Source pada umumnya.
D. Kelebihan dan Kekurangan Senayan Library Management System (SLiMS) Secara Umum
1.1 Kelebihan Senayan Library Management System (SLiMS) Secara Umum
1. Senayan dapat diperoleh dan digunakan secara gratis
Perangkat lunak merupakan salah satu komponen penting dalam implementasi otomasi
perpustakaan. Sayangnya tidak semua perpustakaan mampu menyediakan perangkat lunak untuk
10
otomasi perpustakaan. Hal ini disebabkan karena harga perangkat lunak otomasi sulit dijangkau
oleh banyak perpustakaan di Tanah Air. Kehadiran Senayan sebagai salah satu perangkat lunak
otomasi berbasis FOSS menjadi solusi terkait sulitnya dengan pengadaan perangkat lunak otomasi
karena perangkat lunak ini dapat diperoleh secara gratis.
2. Mampu memenuhi kebutuhan otomasi perpustakaan
Menurut Saffady sebuah perangkat lunak otomasi perpustakaan minimal memiliki fasilitas
layanan sirkulasi, katalogisasi serta on-line public access catalog atau OPAC (Saffady dalam Anctil
dan Bahesti, 2004: 4). Senayan tidak hanya menyediakan fasilitas layanan sirkulasi, katalogisasi
dan OPAC. Senayan menyediakan fasilitas lain seperti manajemen keanggotaan, fasilitas untuk
pengaturan perangkat lunak, cetak barcode (baik barcode anggota maupun barcode buku),
penyiangan serta fasilitas laporan dan unggah koleksi digital.
3. Senayan dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman interpreter
Senayana dibangun dengan menggunakan PHP sebagai bahasa pemrograman. PHP
merupakan bahasa pemrograman interpreter yang memungkinkan untuk dimodifikasi. Dengan
demikian maka perpustakaan memungkinkan memodifikasi Senayan sesuai dengan kebutuhan
perpustakaan.
4. Senayan dikembangankan oleh sumber daya manusia lokal
Senayan dikembangan oleh sumber daya manusia lokal, atau dikembangkan oleh SDM
bangsa Indonesia. Kondisi ini memberikan keuntungan bagi perpustakaan dan pengguna Senayan.
Keuntungan tersebut adalah Senayan sesuai dengan kebutuhan perpustakaan di Tanah Air dan
pengguna Senayan dapat berkomunikasi dengan mudah dengan para pengembang Senayan jika
mengalami masalah dalam pemanfaatan Senayan.
5. Instalasi Mudah dilakukan
Sebagai perangkat lunak yang tergolong dalam jenis perangkat lunak berbasis web instalasi
Senayan mudah dilakukan, baik itu untuk system operasi windows maupun system operasi linux.
6. Mampu berjalan di sistem operasi linux maupun windows.
Windows ataupun linux merupakan dua sistem operasi yang familiar digunakan oleh
perpustakaan di Indonesia. Senayan mampu berjalan stabil di dua sistem operasi tersebut. Dengan
11
demikian maka perpustakaan pengguna sistem operasi windows maupun linux tidak perlu khawatir
tidak dapat menggunakan Senayan karena tidak mampu berjalan disalah satu sistem operasi.
7. Memiliki dokumentasi yang lengkap
Dokumentasi (modul dan manual) memiliki peranan penting dalam pengembangan sebuah
perangkat lunak, termasuk FOSS. Eksistensi dokumentasi akan memudahkan pengguna atau calon
pengguna dalam memperlajari sebuah perangkat lunak. Dengan dokumentasi yang lengkap
pengguna atau calon pengguna Senayan dapat dengan mudah mempelajari Senayan.
8. Memiliki prospek pengembangan yang jelas
Perkembangan Senayan terjadi sangat cepat dalam kurun waktu 2 tahun perangkat lunak it
uterus memperbaiki diri. Perbaikan ini terlihat dari banyaknya versi yang telah dirilis ke publik.
Kondisi ini mencerminkan bahwa perangkat lunak ini memiliki prospek pengembangan. Apabila
perangkat lunak ini terus diperbaharui maka pengguna Senayan yang akan memperoleh manfaatnya
dari perbaikan terhadap kelemahan serta fasilitas tambahan yang disediakan dalam versi Senayan
terbaru.
9. Memiliki forum komunikasi antara pengguna dan pengembang
Senayan menggunakan [email protected]. This e-mail address is being protected
from spam bots, you need JavaScript enabled to view it sebagai forum komunikasi antar sesama
pengguna Senayan atau pengembang Senayan. Keberadaan forum pengguna ini memungkinkan
pengguna saling bertukar pengalaman terkait dengan pemanfaatan Senayan atau berkomunikasi
dengan pengembangan jika mengalami kesulitan dalam pemanfaatan Senayan. Dengan demikian
calon pengguna tidak perlu bingung kemana mereka berkonsultasi jika mengalami masalah dalam
pemanfaatan Senayan, pengguna dapat berkonsultasi melalui milist ini.
1.2 Kelebihan Senayan Library Management System (SLiMS) (versi terakhir Meranti)
1. Tampilan template opac nya keren
12
2. Halaman admin nya juga keren
3. Pada bagian bibliografi ada sedikit penambahan, yaitu terletak pada Z39.50 yang terbagi atas dua
item yaitu Z39.50 SRU dan Z39.50 Service
4. Pada master file, terdapat nya statement of responsibility
13
kemudian beberapa tambahan di bawah nya yaitu pada system tool
5. Pada menu system ada juga penambahan yaitu biblio index
2.1 Kekurangan Senayan Library Management System (SLiMS) Secara Umum
1. Kompatibilitas web browser
Untuk mengakses Senayan diperlukan web browser. Sayangnya tidak semua web
browser mampu menjalankan aplikasi ini dengan sempurna. perangkat lunak ini
merekomendasikan mozilla firefox sebagai web browser. Sehingga jika penggunaan web
browser selain mozilla firefox mampu tampilan Senayan tidak akan muncul secara sempurna.
Misalnya ada beberapa menu yang akan tertutupi oleh banner jika pengguna menggunakan
14
internet eksplorer sebagai web browser. Namun jika hanya digunakan untuk mengakses OPAC
(online public access catalog) semua web browser dapat digunakan.
2. Otoritas akses file
Senayan menyediakan fasilitas upload (unggah) file. Dengan fasilitas ini pengelola
perpustakaan dapat menyajikan koleksi digital yang dimiliki perpustakaan, seperti e-book, e-
journal, skripsi digital, tesis digital dan koleksi digital lainnya. Namun fasilitas upload file ini
tidak dilengkapi dengan pembagian otoritas akses file. Akibatnya setiap koleksi digital yang
telah di upload ke dalam Senayan berarti dapat diakses oleh semua orang. Kondisi ini tentu
sedikit mengkhawatirkan jika koleksi digital yang diupload adalah skripsi, tesis atau laporan
penelitian digital. Skripsi digital, tesis atau laporan penelitian digital dibatasi aksesnya karena
koleksi digital jenis rentan dengan masalah plagiasi.
E. Pengembangan Senayan Library kedepan menurut saya adalah :
1. Dukungan terhadap standar MARC (Machine Readable Catalog).
2. Model framework pengembangan aplikasi yang lebih modular.
3. Dukungan Thesaurus dan Taxonomy yang lebih baik.
4. Search dan Retrieval data koleksi yang lebih baik dan cepat.
5. Fitur Selective Dissemination of Information (SDI).
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penerapan perpustakaan berbasis teknologi informasi dapat meningkatkan kualitas dan
kecepatan proses layanan kepada pengguna perpustakaan, sehingga dapat memperlancar proses
pencarian informasi yang dibutuhkan. Selain itu sistem ini dapat membantu manajemen
perpustakaan serta dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengoperasian perpustakaan.
Senayan Library Management System (SLiMS) merupakan aplikasi OSS perpustakaan yang
cukup terkenal di Indonesia, bahkan di luar negeri pun banyak yang menggunakan SLiMS sebagai
metadatanya. Hal ini karena beberapa keunggulan yang dimiliki metadata ini sebagai mana yang
telah dipaparkan. Diharapkan SLiMS ini lebih disosialisasikan kepada masyarakat luas dalam upaya
mengembangkan perpustakaan digital di Indonesia. Semoga semangat kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi khususnya dalam bidang perpustakaan semakin tumbuh subur.
B. Saran
Kemudahan yang ditawarkan oleh SLiMS harus diimbangi dengan peningkatan kemampuan
pustakawan akan teknologi informasi. Mereka harus memahami dan dapat mengaplikasikan segala
kemajuan teknologi itu untuk kepentingan perpustakaan. Karena akan sia-sia saja program-program
itu diciptakan, jika tidak dimanfaatkan.