bab i miftah

72
PERANCANGAN AIR CONDITIONING KARISMA BANGSA BILINGUAL BOARDING SCHOOL TANGERANG Laporan diajukan sebagai tugas terstruktur salah satu mata kuliah Perancangan Tata Udara (RT571) dengan dosen pengampu Dr. H. Kamin Sumardi, M.Pd. Oleh Muhammad Miftakhudin 1203174 DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015

Upload: muhammad-miftakhudin

Post on 09-Nov-2015

38 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

belajar merancang AC Central

TRANSCRIPT

45

PERANCANGAN AIR CONDITIONING KARISMA BANGSA BILINGUAL BOARDING SCHOOL TANGERANGLaporan

diajukan sebagai tugas terstruktur salah satu mata kuliah Perancangan Tata Udara (RT571) dengan dosen pengampu Dr. H. Kamin Sumardi, M.Pd.

OlehMuhammad Miftakhudin1203174

DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK MESINFAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUANUNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA2015Kata Pengantar

Daftar Isi

Kata Pengantar...i

Daftar Isi...ii

Daftar Gambar.....iv

Daftar Tabel......v

Bab I Pendahuluan

A. Latar belakang Masalah....1

B. Batasan Masalah....1

C. Tujuan Perancangan..2

D. Metode Pengumpulan Data...2

E. Sistematika Penulisan..2

Bab II Kajian Teori4

Bab III Data Perancangan..

A. Keterangan Bangunan

1. Kondisi Lingkungan dan Ruangan...22

2. Bahan-bahan yang Digunakan..23

B. Luas Bangunan

C. Jumlah Lampu

D. Jumlah Orang

E. Jumlah Peralatan.

Bab IV Perhitungan Beban Pendinginan, Analisis Psikometrik Dan

Analisis Thermodinamika...

A. Beban dari Luar...

1. Beban Pendinginan Melalui Dinding......

2. Beban Pendinginan Melalui Kaca ...

3. Beban Pendinginan Melalui Atap dan Lantai..

B. Beban Pendinginan dari Dalam.........

1. Beban Pendinginan dari Lampu...........

2. Beban Pendinginan dari Manusia...........

3. Beban Pendinginan dari Peralatan...........

C. Beban dari Infiltrasi.

D. Beban dari Ventilasi.

E. Perhitungan Beban Pendinginan Total....

F. Analisis Psikrometrik..

G. Analisis Thermodinamika...

Bab V Perancangan Saluran Udara (Ducting).

A. Desain sistem saluran udara.

B. Perhitungan ukuran saluran udara...

Bab VI Pemilihan Unit Sistem Tata Udara

A. Pemilihan AC Sentral..............................

B. Pemilihan AC Presisi..

Bab VII Kesimpulan dan Rekomendasi

A. Kesimpulan

B. Rekomendasi

ii

Gambar 2.1 Siklus kompresi uap pada sistem air conditioner 5

Gambar 2.2 Skema distribusi udara dari AHU ke ruangan...8

Gambar 2.3 Siklus kompresi uap pada sistem water chiller.9

Gambar 2.4 Unit air cooled water chiller..10

Gambar 2.5 Water cooled water chiller 11

Gambar 2.8 Komponen unit water chiller.12

Gambar 2.9 Komponen kompresor twin screw type14

Gambar 2.10 Komponen kondenser15

Daftar Gambariii

Daftar Tabel

Tabel 2.1 Perbedaan Sistem Refrigerasi Langsung dan Tidak Langsung.......6

.

iv

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahSetiap bangunan dirancang sesuai dengan fungsinya. Bangunan atau gedung dirancang juga kenyamanan semua pengguna bangunan atau gedung tersebut. Gedung sekolah merupakan sebuah gedung dimana terjadi aktifitas belajar dan mengajar. Gedung sekolah meiliki ruang yang berbeda fungsi dan isi nya. Kenyamanan penghuni setiap ruangan tersebut harus diperhatikan.Kenyamanan terhadap orang yang menggunakan gedung tersebut adalah dari sisi pengkondisian udara. Kualitas udara yang dikondisikan sesuai dengan kebutuhan dapat membuat penghuninya fokus dan nyaman dalam kegiatannya, karena tidak terganggu oleh udara panas, pengap, lembab ataupun kering sehingga kegiatannya dalam gedung tersebut dapat dioptimalkan. Kualitas udara dalam gedung yang harus di kondisikan adalah temperatur, kelembapan, dan kebersihannya. Kualitas udara yang tidak sesuai dengan kebutuhan harus dikondisikan menggunakan mesin pengkondisi udara atau yang sering disebut Air Conditioning (AC). Perancangan dan pemilihan AC yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan setiap ruangannya sangat penting. Selain harus membuat udara menjadi nyaman untuk para penghuninya, AC harus efektif dan efisien dalam penggunaanya sehingga tidak merusak peralatan atau benda yang ada didalam ruangan tersebut.Perancangan tata udara yang diperlukan masing-masing ruangan dalam sebuah gedung harus diperhitungkan secara maksimal. Oleh karena itu diperlukan sebuah perancangan tata udara secara detail meliputi perhitungan beban pendinginan, perancangan saluran udara, sistem perpipaan mesin tata udara, sistem kelistrikan dan pemilihan unit sesuai kebutuhan pendinginan.

B. Batasan MasalahBatasan masalah pada karya tulis ini yang harus dibahas adalah perancangan sistem tata udara Lantai Dua Gedung Sekolah Karisma Bangsa Bilingual Boarding School Tangerang. Di lantai yang akan dikondisikan terdapat ruang perpustakaan, laboratorium audiovisual, laboratorium komputer, laboratorium biologi dan tiga ruang kelas. Sesuai dengan kebutuhan perancangan maka hal-hal yang harus di bahas adalah:1. Perhitungan beban pendinginan untuk ruangan-ruangan tersebut.2. Analisa termodinamika (p-h diagram) dan psikrometrik terhadap beban pendinginan.3. Perancangan sistem distribusi udara (ducting).4. Pemilihan Unit mesin tata udara.1

C. Tujuan PerancanganKarya tulis ini disusun bertujuan mendapat total beban pendinginan baik dari luar maupun dari dalam, perancangan saluran udara (ducting), dan pemilihan unit yang harus digunakan untuk Lantai Dua Gedung Karisma Bangsa Bilingual Boarding School Tangerang. Dalam perancangan sistem tata udara yang digunakan disesuaikan dengan kondisi klimatologi, letak geografis serta bahan dan struktur bangunan yang digunakan pada gedung tersebut.

D. Metode Pengumpulan DataDalam penyusunan karya tulis Perancangan Sistem Tata Udara ini, penyusun menggunakan metode:1. ObservasiObservasi ke Gedung Karisma Bangsa Bilingual Boarding School Tangerang bertujuan untuk mengetahui kondisi gedung yang sebenarnya.2. InterviewInterview dengan pihak teknisi gedung ini bertujuan untuk mengetahui data umlah alat dan kapasitas kelas, perpustakaan, laboratorium, dan ruangan pendukung lainnya.3. Studi KepustakaanStudi Kepustakaan dilakukan sebagai rujukan pada teori pendukung khususnya buku-buku perancangan tata udara serta karya tulis pendukung mengenai perancangan tata udara.

E. Sistematika PenulisanKarya tulis ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:BAB I PENDAHULUANBab ini berisikan latar belakang, batasan masalah, tujuan perancangan, metode pengumpulan data, sistematika penulisan.BAB II KAJIAN TEORIBerisi kajian teofi yang sesuai yang di bahas atau di kaji yang spesifik dan detil. Sub judul akan disesuaikan dengan kebutuhan.BAB III DATA PERANCANGANBab ini berisikan keterangan bangunan, luas bangunan, jumlah lampu, jumlah orang dan jumlah peralatan.BAB IV PERHITUNGAN BEBAN PENDINGINAN, ANALISIS PSIKOMETRIK DAN ANALISIS THERMODINAMIKABab ini berisikan perhitungan beban pendinginan gedung yang kemudian dianalisis berdasar psikrometrik dan termodinamika.BAB V PERANCANGAN SALURAN UDARA (DUCTING)Bab ini akan membahas mengenai desain sistem saluran udara dan perhitungan ukuran saluran udara.BAB VI PEMILIHAN UNIT SISTEM TATA UDARABab ini berisikan pemilihan unit AC Sentral dan Pemilihan AC Presisi sesuai dengan kebutuhan ruangan.BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI2

Bab ini berisikan kesimpulan dan rekomendasi dari karya tulis yang di buat.

BAB IIKAJIAN TEORIA. Sistem Pengkondisian Udara Pengkondisian udara (air conditioner) adalah perlakuan terhadap udara untuk mengatur temperatur, kelembaban, kebersihan dan pendistribusiannya secara serentak guna mencapai kondisi nyaman yang diperlukan oleh orang yang berada di dalam suatu ruangan seperti di perkantoran, produk pada suatu gudang penyimpanan atau utilitas mesin agar dapat bekerja normal pada suatu industri. Pengkondisian udara didefinisikan sebagai proses dimana kalor, kebersihan, sirkulasi udara dan kandungan uap air dilakukan pengawasan (Lang, 1971:3). Air conditioner (AC) merupakan aplikasi dari sistem refrigerasi. Prinsip dasar dari sistem AC adalah menyerap panas yang tidak dibutuhkan dari suatu ruangan untuk dilepaskan ke ruangan lain. Prinsip kerja dari sistem AC (gambar 2.1) adalah dengan cara cairan refrigeran yang mengalir di evaporator menyerap kalor dari ruangan sehingga cairan tersebut mencapai titik jenuh dan mengalami perubahan wujud menjadi uap atau gas (saturated liquid). Gas refrigeran dihisap oleh kompresor yang kemudian dimampatkan agar diperoleh gas refrigeran yang memiliki kalor dan tekanan yang tinggi untuk disalurkan pada kondenser.

Kondenser membuang kalor dan mencapai titik jenuhnya (saturated vapor). Refrigeran uap yang telah mencapai titik jenuh akan mengalami perubahan wujud uap menjadi cairan kembali tetapi tekannya tetap tinggi. Refrigeran cair dialirkan kepada alat kontrol refrigeran (ekspansi). Aliran refrigeran dikontrol kuantitasnya dengan sistem mekanik yang ada pada ekspansi. Ketika cairan refrigeran mengalir melalui ekspansi, tekanannya berubah menjadi turun. Refrigeran yang keluar dari ekspansi selain tekanannya turun, temperaturnya juga turun sehingga refrigeran siap menerima panas kembali pada evaporator.Gambar 2.1 Siklus kompresi uap pada sistem air conditionerSumber: Training book Daikinaircon

3

B. Klasifikasi Pengkondisian Udara (Air Conditioner Clasification)Penelitian tentang penggunaan air sebagai refrigeran telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Kruse (2000) melakukan penelitian tentang penggunaan refrigeran di Eropa. Berdasarkan hasil penelitiannya menyatakan bahwa penggunaan sistem refrigerasi tidak langsung (siklus sekunder) memerlukan refrigeran lebih sedikit pada siklus primernya dibandingkan dengan sistem refrigerasi langsung (tabel 2.1). Transportasi energi pada siklus sekunder bisa menggunakan berbagai fluida yang tidak berbahaya bagi lingkungan, seperti air. Dengan demikian, sistem refrigerasi tidak langsung memiliki Total Equivalent Warming Impact (TEWI) yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan sistem direct expantion. TEWI merupakan penjumlahan warming impact akibat emisi refrigeran dan pembangkitan energi untuk menjalankan sistem refrigerasi. Senada dengan hal tersebut penggunaan air sebagai refrigeran pada air conditioner hanya memerlukan konsumsi energi yang kecil. Penggunaan air tidak menimbulkan polusi dan hampir tidak memerlukan biaya perawatan serta sumber air mudah untuk diperoleh.(Kilicarslan dan Muller, 2005) melakukan studi komparasi tentang penggunaan air (R-718) sebagai refrigeran dengan jenis refrigeran lain seperti R717, R290, R134a, R12, R22, dan R152a. Hasil penelitiannya menunjukkan pada parameter siklus yang sama Coefisien of Performance (CoP) R-718 lebih tinggi dibandingkan refrigeran yang lainnya. Sistem refrigerasi tidak langsung (indirect expansion) yang menggunakan air sebagai refrigeran sekunder dinamakan sistem water chiller.

Tabel 2.1 Perbedaan Sistem Refrigerasi Langsung dan Tidak LangsungSistem Refrigerasi LangsungSistem Refrigerasi Tidak Langsung

Penyerapan panas (udara) langsung bersinggungan dengan pipa refrigeran.Penyerapan panas (udara) melalui media air yang disirkulasikan pada sistem Air Handling Unit.

Design hanya satu siklus refrigerasi.Design dengan dua siklus refrigerasi yakni siklus primer dan siklus sekunder.

Rancangan untuk siklus refrigerasi konvensional.Rancangan untuk memperpendek siklus refrigerasi kapasitas pendinginan besar.

Penggunaan refrigeran semakin banyak untuk kapasitas pendinginan besar.Menghemat penggunaan refrigeran.

Peralatan sistem refrigerasi langsung dinamakan unitary air conditioner.Peralatan sistem refrigerasi tidak langsung dinamakan chiller air conditioner.

Sumber: Training book Daikinaircon

C. Unitary - Air Conditioner (AC)Unitary AC merupakan mesin pendingin yang mengaplikasikan proses pendinginan dengan cara perpindahan panas langsung antara pipa refrigeran dengan udara ruangan yang akan dikondisikan. Peralatan yang menggunakan sistem Unitary AC diantaranya:1. Window ACWindow AC sudah jarang digunakan, karena unit tersebut memerlukan lubang dinding sebesar unitnya. Kondenser berada pada dinding sisi luar ruangan. Evaporator berada pada dinding sisi dalam untuk mengambil panas dari ruangan. Kapasitas pendinginan yang diperoleh di bawah 2 Paard Kracht (PK).2. Mini Split ACUnit tipe AC ini dinamakan split karena kompresor dan kondenser berada dalam satu unit di luar gedung (outdoor unit). Evaporator dan fan (blower) berada di dalam ruangan gedung (indoor unit) yang akan dikondisikan udaranya. Pipa tembaga pada umumnya digunakan untuk menghubungkan kedua unit. Mini split AC dapat dirancang 1 outdoor unit dan 2 indoor unit atau lebih yang dipasang di dalam ruangan. Mini split AC sering dinamakan multi split, umumnya tipe AC ini memiliki kapasiatas pendinginan di bawah 5 PK.3. Split Duct ACSplit duct adalah tipe AC yang memisahkan unit utama dan ditambah dengan penyaluran udara dingin menggunakan terowongan udara yang dinamakan dengan ducting. Ducting dihubungkan dengan ruangan yang akan dikondisikan udaranya menggunakan diffuser sebagai pengatur kapasitas udara yang masuk ke ruangan. Unit tipe AC ini lebih diketahui dengan nama AC Central yang memiliki kapasitas pendinginan 5 PK sampai 25 PK.

D. Water Chiller - Air ConditinerWater chiller adalah unit air conditioner untuk mendinginkan air sebagai secondary refrigrant yang mengaplikasikan sistem refrigerasi tidak langsung (indirect expansion) untuk menyerap panas dari satu produk di ruangan atau pengkondisian temperatur pada suatu utilitas.1. Prinsip Kerja Water Chiller Prinsip kerja sistem pendingin air atau water chiller pada dasarnya sama seperti sistem pendingin yang lain dimana terdiri dari beberapa komponen utama yaitu evaporator, kondensor, kompresor dan alat ekspansi. Perbedaanya pada sistem water chiller menggunakan air sebagai refrigeran sekunder untuk mengambil kalor dari bahan yang sedang didinginkan di dalam ruangan. Air ini akan mengalami perubahan temperatur bila menyerap kalor dan melepaskannya di evaporator. Skema water chiller (gambar 2.2) menjelaskan air dingin yang dihasilkan digunakan untuk mendinginkan ruangan dengan media aliran angin dari fan.

Gambar 2.2 Skema distribusi udara dari AHU ke ruanganSumber: (Lang, 1971)

Prinsip kerja sistem water chiller (gambar 2.3) secara umum yaitu air akan disirkulasikan untuk mengambil panas dari suatu ruangan. Panas akan dibawa air untuk diserap oleh evaporator sebagai beban pendinginan yang harus ditanggulangi. Penyerapan panas pada evaporator terjadi dengan cara refrigeran yang memiliki temperatur dan tekanan rendah menyerap panas dari air sampai tercapai titik penguapan refrigeran. Refrigeran cair pada evaporator tersebut mencapai titik jenuh dan mengalami perubahan wujud menjadi uap atau gas. Refrigeran yang telah menyerap panas dan berwujud gas akan dikompresikan pada kompresor. Refrigeran yang keluar dari kompresor memiliki temperatur dan tekanan tinggi untuk dibuang panasnya pada kondenser. Perpindahan panas pada kondenser terjadi antara refrigeran dengan udara sekitar. Akibatnya refrigeran akan terkondensasi pada titik jenuh pengembunan dan mengalami perubahan wujud uap menjadi cair. Refrigeran pada kondenser akan disalurkan pada alat ekspansi untuk diturunkan tekanannya. Expansion valve akan mengontrol jumlah refrigeran yang dialirkan ke evaporator. Tekanan dan temperatur rendah yang keluar pada evaporator digunakan untuk menyerap kembali panas dari air. Air sebagai bahan pendingin sekunder yang telah didinginkan sampai temperatur tertentu akan dialirkan oleh pompa menuju koil pendingin di dalam ruangan. Air ini akan dirsirkulasikan terus menerus selama sistem pendinginan bekerja.

Gambar 2.3 Siklus kompresi uap pada sistem water chiller Sumber : Hermawan (2013)

2. Fungsi Water Chiller Fungsi water chiller pada dasarnya adalah untuk mendinginkan air sebagai refrigeran sekunder. Air yang telah didinginkan pada evaporator akan disalurkan oleh Fan Coil Unit (FCU) untuk menyerap panas produk atau utilitas pada suatu ruangan yang akan dikondisikan temperaturnya. Beban Pendinginan yang telah diserap oleh air akan dilepas pada evaporator atau bejana tertutup (cooler). Proses pertukaran panas terjadi antara refrigeran cair di dalam cooler yang memiliki temperatur rendah dengan air yang dialirkan pada pipa di dalam cooler yang memiliki temperatur lebih tinggi. Unjuk kerja unit water chiller dapat diketahui dari beberapa parameter. Temperatur air masuk (water inlet) dan temperatur air keluar (water outlet) pada evaporator dapat diukur secara manual dengan termostat. Indikasi tekanan pada sisi tekan (discharge) dan sisi hisap (suction) dapat diukur dengan menggunakan alat pengukur tekanan (pressure gauge). Kuat arus yang digunakan dapat diperoleh dengan menggunakan alat pengukur kuat arus (ampere meter).3. Klasifikasi Water ChillerWater chiller dapat diklasifikasikan menurut beberapa komponen yang digunakan. Klasifikasi water chiller pada umumnya didasarkan pada penggunaan kondenser sebagai media pendingin refrigeran. Ada beberapa tipe kondenser yang digunakan pada sistem water chiller diantaranya sebagai berikut:a. Air cooled water chillerAir cooled adalah kondenser yang menggunakan udara sebagai media pendingin refrigeran. Sistem yang menggunakan air cooled memiliki kapasitas pendinginan berskala rendah sampai sedang. Air cooled merupakan peralatan AC standar untuk keperluan rumah tinggal (residential) atau digunakan di suatu lokasi dimana air bersih susah diperoleh dan mahal. Penggunaan air cooled memiliki keuntungan dalam pemeliharaan dan nilai ekonomisnya.Air cooled (gambar 2.4) memiliki kontruksi berupa pipa tembaga yang dibentuk koil (continues tube coil). Rangkaian lembaran tipis alumunium yang berupa sirip pada pipa tembaga (finned tube) digunakan untuk memperlebar luas permukaan perpindahan panas. Proses pendinginan refrigeran pada kondenser terjadi antara gas panas di dalam koil dengan udara sekitar. Pengkondensasian akan menghasilkan refrigeran cair. Liquid receiver yang terletak pada bagian bawah kondenser digunakan untuk memisahkan refrigeran cair dengan refrigeran gas. Refrigeran cair akan dialirkan menuju alat ekspansi.Gambar 2.4 Unit air cooled water chiller

b. Water cooled water chillerKondenser dengan pendinginan air (water cooled) digunakan pada sistem yang berskala besar untuk keperluan komersial. Penggunaan kondenser water cooled dilengkapi dengan pengunaan menara pendingin (cooling tower). Air yang telah menyerap panas dari kondenser akan disirkulasikan menuju cooling tower. Perpindahan panas antara air dengan udara sekitar pada cooling tower mengakibatkan temperatur air turun. Air yang memiliki temperatur rendah akan digunakan kembali untuk mendinginkan kondenser.Kondisi temperatur dan banyaknya air sebagai media pendingin kondenser akan menentukan temperatur dan tekanan kondensing dari sistem refrigerasi. Ada tiga jenis kontruksi water coolled (gambar 2.5) yang banyak digunakan yaitu shell and tube condenser, shell and coil condenser, dan tubes and tube condenser.Gambar 2.5 Water cooled water chillerSumber: Brochure Hitachi Appliance, Inc.

c. Evaporative water chillerEvaporative water chiller pada hakikatnya merupakan kombinasi dari cooling tower dan air cooled. Koil kondenser diletakan berdekatan dengan media pendinginannya. Media pendingin yang digunakan berupa udara tekan (forced draft) dan air yang disemprotkan (water spray) melalui sebuah lubang (nozzle). Panas gas refrigeran akan dibuang ke udara dan air berperan sebagai media pendinginannya. Jenis water chiller ini sudah jarang digunakan karena beberapa faktor pertimbangan nilai ekonomisnya.4. Komponen Utama Unit Water Chiller CondenserCompressorFan CondenserElectrical BoxGambar 2.6 Komponen unit water chillerSumber : Brocure Hitachi Appliance, Inc.

Komponen utama unit water chiller (gambar 2.6) pada umumnya sama seperti komponen yang ada pada sistem refrigerasi lainnya. Adapun yang membedakan adalah kapasitas dari pendinginan yang dihasilkannya. Kapasitas pendinginan disesuaikan dengan beban pendinginan yang harus ditanggulangi oleh unit pendingin. Komponen utama unit water chiller diantaranya:a. KompresorKompresor adalah bagian terpenting dari sistem refrigerasi. Pada tubuh manusia kompresor dapat diumpamakan sebagai jantung yang memompa darah keseluruh tubuh kita. Sedangkan kompresor menekan refrigeran ke semua bagian dari sistem. Pada sistem refrigerasi kompresor bekerja membuat perbedaan tekanan, sehingga refrigeran dapat mengalir dari satu bagian ke bagian lain dari sistem. Adanya perbedaan tekanan antara sisi tekanan tinggi dan sisi tekanan rendah, maka refrigeran cair dapat mengalir melalui alat ekspansi ke evaporator. Tekanan gas di dalam evaporator dirancang lebih tinggi dari tekanan gas di dalam saluran hisap (suction). Refrigeran gas dingin dari evaporator dapat mengalir melalui saluran hisap ke kompresor. Kompresor pada sistem refrigerasi memiliki beberapa fungsi: 1) Menurunkan tekanan di dalam evaporator, sehingga refrigeran cair di dalam evaporator dapat menguap pada temperatur yang lebih rendah dan menyerap panas lebih banyak dari ruangan. 2) Menghisap refrigeran gas dari evaporator dengan temperatur dan tekanan rendah. Memampatkan gas tersebut sehingga menjadi gas bertekanan dan temperatur tinggi. Mengalirkan refrigeran ke kondenser untuk dapat membuang panasnya kepada media pendingin kondenser.Jenis kompresor berdasarkan letak motor yang digunakan memiliki tiga tipe sebagai berikut: 1) Kompresor open type di sebut juga kompresor tipe terbuka karena antara penggerak eksternal dengan bagian pengkompresinya tidak satu rumah. Sabuk penggerak (belt atau flexibel coupling) digunakan sebagai penyambung penggerak motor ke batang kompresor (compressor shaft). 2) Kompresor hermetik adalah kompresor yang motor penggeraknya dipatenkan berada satu rumah dengan housing kompresornya.3) Kompresor semi hermetik adalah kompresor yang motor penggeraknya berada satu rumah dengan housing kompresornya. Seal pada housing kompresor dirancang agar bisa dibuka untuk perbaikan komponen dan motor.Jenis kompresor berdasarkan cara kerja yang dilakukan, yaitu:1). Kompresor piston (reciprocating compressor)2). Kompresor scroll (scroll compressor) 3). Kompresor ulir (screw compressor) 4). Kompresor sentrifugal (centrifugal compressor).

b. KondenserKondenser merupakan alat pengkondensasi refrigeran. Panas refrigeran dibuang ke lingkungan sampai titik jenuh gas refrigeran tercapai sehingga wujudnya berubah menjadi cair. Kondenser yang digunakan pada unit water chiller biasanya adalah tipe air cooled (pendingin udara) dengan penampang berbentuk huruf M terbalik (gambar 2.7). Tujuannya agar setiap udara yang melewati finned tube pada sisi samping luar dan sisi bawah penampang kondenser ditarik oleh fan dari sisi atas unit. Perpindahan panas dapat berlangsung maksimal antara refrigeran pada kondenser dengan udara lingkungan.Air Flow From SideFan KondenserKondenserAir Flow From BottomGambar 2.7 Komponen kondenser Sumber : Brochure Hitachi Appliance, Inc

.c. Expansion ValveAlat ekspansi (metering device) pada sistem refrigerasi merupakan suatu tahanan yang tempatnya di antara sisi tekanan tinggi dan sisi tekanan rendah. Refrigeran cair yang mengalir melalui alat ekspansi, tekanannya diturunkan dan jumlahnya diatur sesuai dengan keperluan evaporator dengan aliran berputar (turbulance). Alat ekspansi harus memberikan kapasitas yang maksimum kepada evaporator, tetapi tidak membuat beban lebih kepada evaporator. Refrigeran yang dihisap harus lebih besar jumlahnya daripada yang dialirkan keluar dari alat ekspansi. Kompresor yang dapat melaksanakan hal ini, dapat mempertahankan tekanan yang rendah atau vakum di evaporator. Hal ini perlu untuk membuat refrigeran di evaporator menguap pada suhu yang rendah. Untuk mengatur jumlah aliran refrigeran dan membuat perbedaan tekanan pada sistem refrigerasi.Expansion valve (gambar 2.8) yang digunakan pada unit water chiller adalah tipe Thermostatic Expansion Valve (TEV atau TXV). Pada dasarnya prinsip kerja dari TXV sama seperti expansion valve lainnya. TXV adalah suatu alat yang secara otomatis mengukur jumlah aliran refrigeran cair yang masuk ke evaporator sehingga membuat tekanan dan temperatur menjadi rendah.

Gambar 2.8 Thermostatic expansion valveSumber: dokumen pribadid. EvaporatorEvaporator disebut juga cooler, freezing unit, low side, cooling unit atau nama lain yang menggambarkan fungsinya atau lokasinya. Fungsi dari evaporator adalah untuk menyerap panas dari udara atau benda di dalam ruangan yang didinginkan. Kemudian membuang kalor tersebut melalui kondenser di ruang yang tidak didinginkan. Kompresor yang sedang bekerja menghisap refrigeran gas dari evaporator, sehingga tekanan di dalam evaporator menjadi rendah.Evaporator fungsinya kebalikan dari kondenser. Tidak untuk membuang panas ke udara di sekitarnya, tetapi untuk mengambil panas dari udara disekitarnya. Kondenser ditempatkan di luar ruangan, sedangkan evaporator ditempatkan di dalam ruangan yang sedang didinginkan. Kondenser terletak di antara kompresor dan alat ekspansi, yakni pada sisi tekanan tinggi dari sistem. Evaporator terletak di antara alat ekspansi dan kompresor, yakni pada sisi tekanan rendah dari sistem. Berdasarkan prinsip kerjanya evaporator dapat dibagi menjadi dua macam yaitu evaporator banjir (flooded evaporator) dan evaporator kering (dry or direct-expansion evaporator). Berdasarkan kontruksinya, evaporator sama seperti kondenser tipe water cooled yakni memiliki tipe shell and tube, shell and coil dan tube in tube. Evaporator (gambar 2.9) yang digunakan pada unit water chiller kebanyakan berkembang adalah tipe shell and tube dengan jenis evaporator banjir. Pada evaporator perpindahan panas terjadi ketika air yang mengalir melalui pipa-pipa (tube) di dalam tabung (sheel) diserap panasnya oleh refrigeran dan menguap menuju kompresor. Air yang telah didinginkan akan disirkulasikan oleh pompa untuk menyerap panas pada ruangan yang dikondisikan.Gambar 2.9 Komponen Evaporator Sumber : Brochure Hitachi Appliance, Inc.

5. Komponen Penunjang Water Chiller a. Plate Heat Exchanger (PHE)Plate heat exchanger (PHE) adalah salah satu jenis peralatan penukar panas yang menggunakan pelat logam untuk mentransfer panas antara dua liquid. penggunakan pelat-pelat yang di susun berimpit memungkinkan perpindahan panas lebih efisien melalui penampang pelat yang luas dan lebar. Bahan yang biasa digunakan adalah menggunakan stainless steel karena tahan akan korosi, tahan akan benturan juga memiliki daya hantar panas yang tinggi. Sisi luar dari PHE di insulasi agar efektifitas perpindahan panas tidak terpengaruh oleh temperatur udara luar. Jarak antara pelat 1,3-1,5 mm dengan beda temperatur di dalam PHE mendekati 10C. Prinsip perpindahan panas yang terjadi pada PHE (gambar 2.10) adalah secara konduksi antara pelat-pelat yang di susun secara paralel dan berselingan terhubung dengan masing-masing siklus dari aliran liquid tersebut. Penggunaan PHE sebagai peralatan penukar panas dengan kapasitas yang sama memiliki kontruksi ruang instalasi unit water chiller yang lebih minimal dibandingkan dengan peralatan heat exchanger lain.

Gambar 2.10 Komponen plate heat exchanger Sumber : Brocure heat exchanger Heat Exchanger Indonesia

b. Microprocessor ControlMicroprocessor adalah sebuah piranti komponen rangkaian elektronik terpadu yang terdiri dari aritmatik, logik dan control yang diperlukan untuk fungsi-fungsi yang ada pada unit water chiller. Rangkaian elektronik terpadu (gambar 2.11) dapat menterjemahkan intruksi dari sebuah program untuk menjalankan fungsi mekanik pada suatu peralatan. Komponen-komponen yang ada pada unit water chiller dijalankan dan dikontrol dengan sinyal yang ada pada microproccesor ini. Sehingga memungkinkan unit water chiller beroperasi dengan maksimal dan dapat dikontrol dengan mudah. Pada unit chiller ini selain dilengkapi dengan microprocessor untuk mengontrol chilling water juga dilengkapi dengan pengontrolan terhadap sistem air panas (heat recovery).

Gambar 2.11 Komponen microprocessor control Sumber : Brocure Hitachi Appliance, Inc.c. Pompa airPompa pada dasarnya adalah alat untuk memindahkan cairan dari satu tempat ke tempat lainnya (misalnya air dari aquifer bawah tanah ke tangki penyimpan air) dan mensirkulasikan cairan pada suatu sistem (misalnya air pendingin atau pelumas yang melewati mesin dan peralatan). Pada umumnya pompa (gambar 2.12) memiliki prinsip kerja yang sama seperti kompresor namun fluida yang digunakan berbeda dan tingkat presisi yang dibutuhkan oleh masing-masing peralatan berbeda. Gambar 2.12 Komponen pompa air

d. Air Handling Unit (AHU)Air handling unit adalah sebuah unit yang berfungsi sebagai pengatur udara yang akan dimasukan ke dalam ruangan melalui saluran udara (duct). Aliran udara pada Fan Coil Units (FCU) atau Air Handling Unit (AHU) dapat diukur dengan menggunakan anemometer. Temperatur dry bulb dan wet bulb diukur pada saluran masuk dan keluar AHU atau FCU. Penggunaan grafik psychrometric dapat membantu menghitung enthalpy udara pada masing-masing saluran dari nilai temperatur dry bulb dan wet bulb yang diukur dengan menggunakan psychrometer.e. Saluran Udara (Duct)Saluran udara (duct) adalah cerobong atau saluran yang digunakan untuk menyalurkan udara dari AHU ke ruangan yang akan dikondisikan. Saluran udara dibuat dengan jalur sependek mungkin dan mempunyai jumlah belokan sedikit mungkin agar udara dapat mengalir bebas. Lubang saluran masuk membantu mendistribusikan udara secara merata ke ruangan. Kontrol arah, lokasi dan jumlah lubang saluran masuk ke ruangan berperan dalam menentukan aliran udara yang nyaman atau tidak nyaman. Ukuran atau dimensi duct dapat dihitung dengan membandingkan jumlah udara (cfm) yang masuk keruangan terhadap tabel ukuran duct atau saluran udara.E. Psychrometric ChartPsychrometric adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat (properties) udara (gambar 2.13). Dalam bidang teknik tata udara psychrometrik meliputi pengukuran dan menghitung sifat-sifat udara luar dan udara yang ada di dalam ruangan bangunan yang dikondisikan.Gambar 2.13 Psychrometric ChartSumber: Ashrae, 2000

1. Temperatur Kering (Dry-Bulb Temperature)Temperatur kering adalah temperatur udara ruang yang diperoleh melalui pengukuran menggunakan termometer dengan bulb kering. Temperatur dry bulb (DB) diplotkan sebagai garis vertikal yang berawal dari garis sumbu mendatar yang terletak di bagian bawah chart. Temperatur DB ini merupakan ukuran kalor sensibel. Perubahan temperatur DB menunjukkan adanya perubahan kalor sensibel.2. Temperatur Basah (Wet-Bulb Temperature)Wet-bulb temperature (WB) adalah temperatur udara luar yang diukur dengan menggunakan termometer biasa berselubung kain basah pada ujung lancipnya. Temperatur dicatat setelah termometer diputar dengan cepat di udara. Sebuah termometer dinamakan termometer basah karena ujung lancipnya dibasahi dengan dibungkus kain yang dicelupkan ke dalam air. Alat untuk mengukur temperatur kering atau basah biasa menggunakan sling psychrometer.3. Kandungan Uap Relatif (Relative Humidity)Kandungan uap relatif (Relative Humidity atau RH) adalah perbandingan antara jumlah uap air yang ada pada udara dengan jumlah uap air maksimum yang dapat dimiliki oleh udara pada kondisi yang sama (temperatur dan tekanannya sama). 4. Tetes Uap Air (Grains of Moisture)Tetes uap air (grains of moisture) adalah ukuran yang digunakan untuk menghitung jumlah uap air yang ada di udara.5. Titik Pengembunan (Dew Point Temperature)Titik pengembunan (dew point temperature) adalah batas temperatur pengembunan uap air yang ada di udara.

F. Diagram MollierDiagram Mollier (gambar 2.14) atau sering dinamakan diagram p-h digunakan untuk menunjukan nilai tekanan, panas dan temperatur dari refrigeran. Diagram p-h dapat digunakan untuk menganalisis kapasitas pendinginan suatu sistem refrigerasi. Penggunaan diagram p-h disesuaikan dengan jenis refrigeran yang digunakan pada peralatan pendinginan.

Gambar 2.14 Diagram P-h Sumber: Dokumen PribadiKeterangan:A - B= Proses exspansi pada katup ekspansi secara isoenthalphy.B - C= Proses penyerapan panas oleh refrigeran di evaporator secara isobaric dan isothermal.C - D= Proses kompresi pada kompresor secara isentropic. D - E= Proses pembuangan panas laten sebelum masuk kondeser (decompression).E - A= Proses pembuangan panas oleh refrigeran di kondeser secara isobaric dan isothermal.17

Bab IIIData PerancanganA. Keterangan BangunanKeterangan bangunan yang didapatkan dari hasil observasi dan interview dengan teknisi gedung adalah:1. Kondisi Lingkungan Bangunan dan Ruangana. Kondisi Lingkungan BangunanBangunan yang dipilih dalam perancangan ini adalah Gedung Karisma Bangsa Bilingual Boarding School yang terletak di kota Tangerang Selatan. Bangunan ini terletak pada 106,38106,47oBujur Timurdan 06,13 06,22oLintang Selatan. Bangunan menghadap ke Selatan.Temperatur udara maksimum di bulan Februari yaitu sebesar 34,2C (93,56F) dan temperatur terendah di bulan Oktober yaitu 23,4C. Relative Humidity (RH) lingkungan tertinggi 84,1%. Absolute Huumidity 204.7 gr w/lb (http://www.tangerangselatankota. go.id.).Temperatur dalam ruangan yang ideal adalah 75 oF dan RH ruangan yang nyaman adalah 50%, Absolute Huumidity 64,9 gr w/lb (Carrier, 1965: 1-20). Seperti pada umumnya sekolah digunakan kurang lebih 10 jam beraktifitas.Bangunan Karisma Bangsa Bilingual Boarding School ini berada diarea yang bebas dan luas, tidak ada gedung lain yang menghalangi. Sebelah Utara berbatasan dengan jalan raya Terbang Layang Pondok Cabe. Sebelah selatan berbatasan dengan botany school. Sebelah barat berbatasan dengan lapangan golf. Sebelah Timur berbatasan dengan lapangan sekolah.b. Kondisi RuanganPerancangan akan dilakukan pada setiap ruang di lantai dua tertera pada tabel 3.1.Tabel 3.1 Situasi Ruangan di Lantai 2No.Data RuanganJumlahUkuran

Panjang (ft)Lebar (ft)Tinggi (ft)

1Perpustakaan165.6259.0511.48

2Lab. Audiovisual126.2432.8111.48

3Lab. Komputer126.2432.8111.48

4Toilet126.2432.8111.48

5Lab. Biologi152.4832.8111.48

6Ruang Kelas326.2432.8111.48

7Koridor1288.646.5611.48

Total10354.2665.6111.48

18

2. Bahan-bahan yang Digunakana. Dinding1) Dinding Utara, Barat dan TimurDinding sebelah Utara, Barat dan Timur bangunan sekolah di dominasi oleh struktur dinding Beton Tuang (Poured Concrete). Material struktur dinding (gambar 3.1) dilengkapi oleh lapisan plester untuk memperhalus permukaan dinding. Total nilai tahanan panas seluruh material dinding (Dossat, 1961:149) dapat dihitung dengan persamaan:

Keterangan:U = Koefisien perpindahan kalor total material (Btu/hr.ft2. oF) = Lapisan film udara di dalam (Btu/hr.ft2. oF)x = Ketebalan material (Inc)k = Konduktifitas Panas (Btu/hr.ft2.in oF) = Lapisan film udara di luar (Btu/hr.ft2. oF)Penampang struktur dinding menunjukan beberapa lapisan material penyusunnya. Nilai Konduktivitas (K) dan Reistansi (R) panas dinding (tabel 3.2) terdiri dari beberapa material penyusun seperti yang ditunjukan pada penampang material struktur dinding.

Tabel 3.2 Konstruksi dinding 1 2 3 4 5Gambar 3.1 Konstruksi Dinding

KonstruksiNoBahanTebal (x)(inc)Konduktifitas Panas (k) (Btu/hr.ft2.in oF)Resistansi panas (R) (Btu/hr.ft2.oF)

1Lapisan film udara luar-0,68

2Plester semen sisi luar0,758

3Beton Tuang612

4Plester semen sisi dalam0,758

5Lapisan film udara dalam-0,25

Sumber: Dossat, 1961: 443 Nilai koefisien panas (U factor) dari dinding Utara, Barat dan Timur adalah:

U = 0,45 (Btu/hr.ft2. oF)2) Dinding SelatanDinding selatan bangunan sekolah di dominasi oleh dinding kaca. Dimana kaca yang digunakan pada dinding adalah kaca jenis heat absorbing glass dengan tebal 0,5 inch (gambar 3.2). Carrier (1965:1-52) koefisien perpindahan panas (U) untuk kaca 56-70 % absorbing glass dengan outside shading screen adalah sebesar 0.14 Btu/hr.ft2.oF. Kaca digunakan sebagai partisi dinding untuk memperluas jarak pandang dan untuk memperindah nilai artistik.Gambar 3.2 absorbing glass dengan outside shading screenSumber : ASHRAE,_2001

Adapun data kaca yang ada pada bangunan ini pada tabel 3.3.RuangP(ft)L (ft)Jumlahluas (ft2)

perpus24.611.4841129.63

14.7611.482338.89

audiovisual1.6411.48118.83

biologi14.766.562193.65

kelas14.766.563290.48

koridor236.1611.4812711.12

15.448811.481177.35

Tabel 3.3 Data Kaca Pada Lantai 2

b. AtapBangunan sekolah merupakan gedung dengan kontruksi bertingkat. Adapun kontruksi atap yang digunakan adalah berupa atap beton (concrete blocks) dengan permukaan datar (gambar 3.4). Material struktur atap dirancang dilengkapi fungsi langit-langit untuk pemasangan peralatan pengkondisian ruangan. Instalasi kelistrikan gedung dan pemipaan untuk penyaluran air ke setiap ruangan yang ada pada sekolah.Nilai konduktivitas panas atap (tabel 3.5) terdiri dari beberapa material penyusun seperti yang ditunjukan pada penampang material struktur atap. Perhitungan yang digunakan untuk mencari nilai tahanan atap dan nilai koefisien panas atap menggunakan persamaan perhitungan yang samadengan perhitungan nilai tahanan dinding. Ukuran tebal dari setiap material atap menggunakan nilai rekomendasi yang digunakan pada Carrier (1965:1-78).Gambar 3.4 Material struktur atapHeat Flow

Tabel 3.5 Nilai Konduktivitas Panas Atap NoMaterialTebal(in)Resistance (R)Thermal conductance (hr.ft2.oF/Btu)

1Lapisan film udara luar-0,68

2Concrete blocks60,91

3Celling space201,25

4Gypsum0,50,45

5Lapisan film udara dalam-0,25

Total3,54

Sumber: Carrier, 1965:1-78 Nilai tahanan panas atap dari seluruh material adalah sebagai berikut:

3,54 oF.hr.ft2 / BtuNilai koefisien panas (U factor) dari atap adalah sebagai berikut:

= 0,28 Btu/hr.ft2. oF

c. LantaiLantai yang digunakan pada sekolah adalah berupa lantai dengan pondasi dasar berupa concrete blocks (gambar 3.6). Kontruksi concrete blocks digunakan pada lantai karena memiliki ketahanan kekuatan dan menghambat perpindahan panas yang mungkin terjadi. Heat Flow

Gambar 3.6 Material struktur lantai

Nilai konduktivitas panas lantai (tabel 3.7) terdiri dari beberapa material penyusun struktur lantai. Perhitungan yang digunakan untuk mencari nilai tahanan lantai dan nilai koefisien panas lantai menggunakan persamaan perhitungan yang sama dengan perhitungan nilai tahanan dinding.Tabel 3.7 Nilai Konduktivitas Panas LantaiNoMaterialTebal(in)Resistance (R)Thermal conductance (hr.ft2.oF/Btu)

1Lapisan film udara dalam-0.25

2Keramik0,20,05

3Plaster0.750,15

4Concrete blocks60,91

Total1,36

Sumber: Carrier, 1965:1-79Nilai tahanan panas lantai dari seluruh material adalah sebagai berikut:

1,36 oF.hr.ft2 / BtuNilai koefisien panas (U factor) dari lantai adalah sebagai berikut:

= 0,74 Btu/hr.ft2. oFB. Luas BangunanBerdasarkan data yang didapat dari obsevasi dan dilihat dari denah bangunan adalah:L = 354,26 ft X 65,61ftL = 23243 ft2C. Jumlah LampuLampu yang digunakan pada sekolah karisma bangsa memiliki tipe fluorescent (gambar 3.8) 36 watt, maka terdapat pertambahan besar Beban Pendinginan dari faktor ballast sebesar 1.25. Nilai koefisien panas (U factor) untuk lampu fluorescent (Carrier:101) adalah 3,40 Btu/hr. Gambar 3.5 Lampu fluorescent Sumber: http://anekajayatehnik.indonetwork.net

Tabel 3.8 Data Penggunaan Lampu Di Lantai DuaNo.RuanganJumlah LampuDaya (Watt)

1Perpustakaan8288

2Lab. Audiovisual272

3Lab. Komputer272

4Lab. Boiologi4144

5Toilet4144

63 X ruang kelas3 X 2216

7Koridor20720

Total 1728

D. Jumlah OrangSetiap ruang di lantai dua gedung sekolah Karisma Bangsa memiliki kapasitas dan fungsi yang berbeda. Kegiatan di dalam ruangan juga akan bervariasi. Tabel 3.9 menjelaskan lebih detailnya mengenai jumlah orang dan aktifitas nya.No.RuanganKegiatanKapasitas

1Lab. AudiovisualBerdiri12

2Lab. KomputerDuduk12

3Lab. BiologiBerdiri30

4ToiletBerdiri8

5PerpustakaanBerdiri80

6KoridorBerjalan60

7KelasDuduk22

Tabel 3.9 Jumlah Orang

E. Jumlah PeralatanMasing masing ruang memiliki isi yang berbeda sesuai fungsinya (tabel 3.10). Peralatan yang berbeda memiliki nilai konduktifitas panas yang berbeda juga.

Tabel 3.10 Peralatan Setiap RuanganNoData RuanganPeralatanJumlahDaya (watt)Total Daya

1R. PerpustakaanMejaKursiKomputerRak BukuLED Monitor425641--100-80

600

80

2Lab AudiovisualMejaKursi Panel Control MasterPower Audio ControlHeadset Master 1 UnitRepeater Language MachineLED Monitor MasterBooth Channel MachineHead set Channel123111111111--1001001050805010

100100105080550110

3Lab KomputerMejaKursiKomputerLemariProyektorInteractive Board121212211--100-255350

1200

255350

NoData RuanganPeralatanJumlahDaya (watt)Total Daya

4Lab BiologiMejaKursiKomputerProyektorInteractive BoardDigital Microscop 24241115--100255350300

1002553506000

55 x Ruang KelasProyektorInteractive BoardKomputer1112553501005x2555x3505x100

25

BAB IV PERHITUNGAN BEBAN PENDINGINAN, ANALISIS PSIKOMETRIK DANANALISIS THERMODINAMIKABeban pendinginan dimaksudkan sebagai jumlah panas yang harus serap dan dibuang dari ruangan yang dikondisikan. Pada bab ini dapat di klasifikasikan sebagai berikut:A. Beban pendinginan dari luar ruangan1. Beban pendinginan melalui dinding.2. Beban pendinginan melalui kaca jendela.3. Beban pendinginan melalui atap.4. Beban pendinginan melalui lantai.B. Beban pendinginan dari dalam ruangan1. Beban pendinginan dari lampu yang terpasang di dalam ruangan.2. Beban pendinginan dari manusia yang berada di dalam ruangan.3. Beban pendinginan dari peralatan yang ada di dalam ruangan.C. Beban dari InfiltrasiD. Beban dari VentilasiE. Perhitungan Beban Pendinginan TotalF. Analisis PsikrometrikG. Analisis ThermodinamikaPerhitungan beban pendinginan ini didasarkan atas pertimbangan berikut:a. Bulan terpanas terjadi pada bulan September.b. Pemakaian mesin pengkondisi udara berdasarkan penggunaan setiap ruangan.c. Beban pendinginan puncak (peak load).Beban puncak pada setiap harinya berdasarkan perbedaan temperatur ruangan dan lingkungan yang paling besar yang akan digunakan untuk menghitung beban-Beban Pendinginan pada gedung. Guna mencari temperatur ruangan terbesar di cari menggunakan koreksi temperatur berdasarkan Tabel 4.1 (1965: 1-18) ditambah dengan temperatur lingkungan. Berikut ini adalah koreksi temperatur dengan daily range = 93,5F - 74.1F = 19,4F 20 0F.Tabel 4.1 Koreksi temperatureJam89101112131415161718192021222324

f.k-14-12-10-7,5-5-3-10-1-2-3-5-7-9-11-13,5-16

t.k79.581.583.58688.590.592.593.592.591.590.588.586.584.582.58077.5

Keterangan:f.k = faktor koreksi

t.k = temperatur lingkungan hasil koreksi26

A. Beban dari LuarBesar beban pendinginan dari luar ruangan menurut Carrier (1965:1-59) dapat dihitung dengan persamaan:Q = A x U x TDKeterangan :Q : Jumlah laju perpindahan panas (Btu/hr).U : Koefisien perpindahan panas dinding (U faktor) (Btu/hr.ft2.oF).A : Luas permukaan dinding (ft2 ).TD : Perbedaan temperatur antara di dalam ruangan dan di luar ruangan (oF).1. Beban Pendinginan Melalui DindingBeban pendinginan yang harus dihitung setiap ruangan tentunya memiliki karakteristik masing-masing. Dinding yang mendapat Beban Pendinginan dari luar (gambar 4.1) dengan Temperature Differential 93.56 oF -75 oF = 18.56 oF.Gambar 4.1 Sketsa Dinding yang Mendapat Panas dari Luar

Contoh perhitungan beban perpustakaan melalui dinding yang mendapat panas dari luar. Luas area dinding yang dihitung masing masing adalah bagian dinding dan kaca tersendiri.Q dinding U2 = A(U2) nett x Ux TDQ dinding U2 = (753.32 ft2 - 734.26 ft2)x 0.45 Btu/h.ft2.F x (93.56 oF -75 oF)Q dinding U2 = 19.06 ft2 x 0.45 Btu/h.ft2.F x 18.56 oF.Q dinding U2 = 159.17 BtuData lengkap perhitungan beban pendinginan pada dinding terdapat pada tabel 4.2.

2. Beban Pendinginan Melalui Kaca(Wang, 2001: 6.7) rumus untuk menghitung beban pendinginan dari kaca jendela adalah sama dengan menghitung beban pendinginan pada dinding. Carrier (1965:1-52) koefisien perpindahan panas (U) untuk kaca 56-70 % absorbing glass dengan outside shading screen adalah sebesar 0.14 Btu/hr.ft2.oF. Dengan demikian maka beban pendinginan dari kaca seperti pada tabel 4.3.3. Beban Pendinginan Melalui Atap dan LantaiPanas melalui atap dan lantai akan berbeda untuk setiap bentuk atap. Pada bangunan ini atap yang digunakan memiliki space air dan sesuai dengan konstruksi pada bab sebelumnya. Beban yang melalui atap dan lantai adalah sama yaitu tidak ada beban pendinginan karena ruangan diatas dan di bawahnya dikondisikan sehingga tidak ada perbedaan temperatur dan tidak terjadi perpindahan panas.

28

Tabel 4.2 Perhitungan Beban Pendinginan Melalui DindingRuanganDindingPanjang (ft)Tinggi (ft)Luas dinding (ft2)Luas kaca (ft2)Luas nett wall (ft2)Nilai Koefisien (Btu/h.ft2.F)CLTDQdindingQruanganQruangan

(F)(Btu/h)(Btu/h)(Btu/h pakai)

R. PerpusU265.6211.48753.32734.2619.060.4518.56159.179754.9497549.42

B159.0511.48677.89-677.890.4518.565661.77

S165.6211.48753.32734.2619.060.4518.56159.17

T239.3711.48451.97-451.970.4518.563774.83

R. Audio VisualU126.2411.48301.24-301.240.4518.562515.925190.0451900.36

B227.8911.48320.18-320.180.4518.562674.12

Lab.KomputerU326.2411.48301.24-301.240.4518.562515.922515.9225159.20

Lab BiologiU552.4811.48602.47-602.470.4518.565031.835031.8350318.30

R 2.1U626.2411.48301.24-301.240.4518.562515.922515.9225159.20

R 2.2U726.2411.48301.24-301.240.4518.562515.922515.9225159.20

R 2.3U826.2411.48301.24-301.240.4518.562515.922515.9225159.20

ToiletU426.2411.48301.24-301.240.4518.562515.922515.9225159.20

Total Q (Btu/h)32556.432556.4325564

Tabel 4.3 Perhitungan Beban Pendinginan Melalui KacaRuanganDindingJumlah kacaPanjang kaca (ft)Tinggi kaca (ft)Luas Kaca (ft2)Luas kaca ruang (ft2)Koefisien PanasCLTDQQ (Btu/h pakai)

(Btu/h.ft2.F)F(Btu/h)

R. PerpusU2 dan S1424.611.481129.631468.520.1418.563815.8138158.07

214.7611.48338.89

KoridorS213065.8211.4835195.635195.60.1418.5691452.25914522.47

Total95268.05952680.54

29

B. Beban Pendinginan dari Dalam1. Beban Pendinginan Melalui LampuSemua lampu yang digunakan pada gedung lantai 2 adalah lampu TL (fluorescent). Carrier (1965: 1-101) beban pendinginan dari lampu TL digunakan persamaan: QLampu = Jumlah daya lampu x 1,25 x 3,4Persamaan tersebut merupakan perhitungan beban pendinginan dari lampu. Contoh perhitungan dari lampu diruang perpustakaan adalah sebagai berikut:QLampu = 288 watt x 1.25 x 3.4QLampu = 1224 Btu/hMasing-masing ruangan memiliki jumlah lampu yang berbeda, namun cara menghitung beban pendinginannya sama. Beban pendinginan melalui lampu lebih detailnya terdapat pada tabel 4.4.2. Beban Pendinginan Dari ManusiaBeban pendinginan dari manusia yang berada di dalam ruangan, terdiri atas beban sensibel dan laten. Carrier (1965: 1-100) untuk sekolsh dengan temperatur 75 oF Db, Sensibel Heat Gain (SHG) dari manusia adalah 240 Btu/h dan Latent Heat Gain (LHG) 160 Btu/h. Perhitungan beban pendinginan dari manusia digunakan persamaan:QS = n x HGS(Wang, 2001: 6.17)QL = n x HGL(Wang, 2001: 6.18)Contoh perhitungan beban pendinginan dari manusia diruang perpustakaan dengan kapasitas maksimum 80 orang adalah:Qs = 80 x 240 Btu/hQl = 80 x 160 Btu/hQs = 2880 Btu/hQl = 1980 Btu/hMasing-masing ruangan memiliki kapasitas orang yang berbeda, namun cara menghitung beban pendinginannya sama. Beban pendinginan melalui manusia lebih detailnya terdapat pada tabel 4.5.3. Beban Pendinginan Dari PeralatanMasing masing ruang memiliki isi yang berbeda sesuai fungsinya. Peralatan yang berbeda memiliki nilai konduktifitas panas yang berbeda juga. Beban pendinginan melalui peralatan dapat dihitung dengan rumus:Qperalatan = Total Daya x 3.4Contoh perhitungan beban pendinginan melalui peralatan pada ruang perpustakaan:Qperalatan = 600 x 3.430

Qperalatan = 2040 Btu/h

Tabel 4.4 Beban Pendinginan Melalui LampuNo.RuanganJumlah LampuTotal Daya (Watt)Q lampu (Btu/h)Q LAMPU (Btu/h pakai)

1Perpustakaan8288122412240

2Lab. Audiovisual2723063060

3Lab. Komputer2723063060

4Lab. Boiologi41446126120

5Toilet41446126120

63 X Kelas3 X 22169189180

7Koridor20720306030600

Total 1728703870380

Tabel 4.5 Beban Pendinginan Melalui ManusiaNo.RuanganKapasitas(orang)SHG (Btu/h)LHG (Btu/h)QS (Btu/h)QL (Btu/h)QS (Btu/h pakai)QL (Btu/h pakai)

1Lab. Audiovisual12240165288019802880019800

2Lab. Komputer12240165288019802880019800

3Lab. Biologi30240165720049507200049500

4Toilet8240165192013201920013200

5Perpustakaan802401651920013200192000132000

6Koridor6024016514400990014400099000

7Kelas22240165528036305280036300

Total 2765376036960537600369600

Tabel 4.6 Beban Pendinginan Melalui PeralatanNoData RuanganPeralatanJumlahDaya (watt)Total DayaQ (Btu/h)Q (btu/h pakai)

1PerpustakaanKomputer6100600204020400

LED Monitor180802722720

2AudiovisualPanel Control Master11001003403400

Power Audio Control11001003403400

Headset Master 1 Unit1101034340

Repeater Language Machine150501701700

LED Monitor Master180802722720

Booth Channel Machine1150550187018700

Head set Channel11101103743740

3Lab KomputerKomputer121001200408040800

Proyektor12552558678670

Interactive Board1350350119011900

NoData RuanganPeralatanJumlahDaya (watt)Total DayaQ (Btu/h)Q (btu/h pakai)

4Lab BiologiKomputer11001003403400

Proyektor12552558678670

Interactive Board1350350119011900

Digital Microscop 5300600020400204000

53 x Ruang KelasProyektor1255765260126010

Interactive Board13501050357035700

Komputer1100300102010200

Total Beban Pendinginan41837418370

C. Beban Pendinginan dari InfiltrasiBeban infiltrasi adalah beban panas yang tidak sengaja masuk ke ruangan. Infiltrasi merupakan udara segar yang masuk melalui celah pintu, jendela, dan bagian-bagian lain dari ruangan. Infiltrasi yang signifikan terjadi pada pintu. Pintu sekolah termasuk klasifikasi pintu yang jarang di buka tutup. Jumlah udara infiltrasi (Cfminf) untuk sekolah adalah hasil kali jumlah orang pada ruangan dengan koefisien faktor infiltrasi. Sedangkan untuk sekolah dengan pintu dari kaca (Carrier, 1965:90) memiliki koefisien faktor infiltrasi 8.Cfminf = Jumlah orang x koefisien faktor infiltrasi = 276 x 8 = 2208 cfm raBeban infiltrasi terdiri dari beban sensibel dan laten. Perhitungan beban pendinginan (ACCA, 1983:14) yakni bahwa beban panas sensibel dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:Qs = Cfm x 1,1 x (to tr)Keterangan: Qs: Beban panas sensibel (Btu/h)Cfm: Jumlah udara (cfm)1,1: Faktor kali untuk beban panas sensibel to: Temperatur udara di luar ruangan (oF)tr: Temperatur udara di dalam ruangan (oF)Persamaan beban panas laten adalah sebagai berikut:Ql = Cfm x 0,68 x (Wo Wr)Keterangan : Ql: Beban panas laten (Btu/hr)Cfm: Jumlah udara (cfm)0,68: Faktor kali untuk beban panas latenW0: Spesific humidity udara luar (Grain/lb)Wr: Spesific humidity udara ruangan (Grain/lb)Temperatur dan spesific humidity udara diperoleh dari psychrometric chart pada lampiran. Namun berdasarkan keadaan sebenarnya menunjukan bahwa ruangan tidak memiliki area yang menyebabkan terjadinya infiltrasi dengan udara luar. Adapun perbedaan temperatur dengan ruangan diatas dan dibawahnya sudah dikondisikan sehingga tidak ada perbedaan temperatur (t1-t0 = 0). Besarnya perpindahan panas adalah sebagai berikut:Beban panas sensibel : Qs = Cfm x 1,1 x (to ti) = 731,4 x 1,1 x (0) = 0 Btu/hBeban panas laten : Ql = Cfm x 0,68 x (Wo Wi) = 397,5 x 0,68 x (0) = 0 Btu/hD. Perhitungan Beban Pendinginan Melalui VentilasiSejumlah udara luar dimasukan kedalam gedung dengan alasan kesehatan dan kenyamanan manusia. Kalor sensibel dan kalor laten dari udara tersebut lebih besar dari udara ruangan, sehingga menjadi bagian perhitungan beban pendinginan. Panas yang berlebih biasanya diserap oleh alat pendingin.Besarnya panas laten dan sensibel ventilasi dapat diperoleh menggunakan persamaan berikut:Qs = Cfm x 1,1 x (to tr)(Pita, 1981: 119)Keterangan: Qs: Beban panas sensibel (Btu/h)Cfm: Jumlah udara (cfm)1,1: Faktor kali untuk beban panas sensibel to: Temperatur udara di luar ruangan (oF)tr: Temperatur udara di dalam ruangan (oF)Persamaan beban panas laten adalah sebagai berikut:Ql = Cfm x 0,68 x (Wo Wr)(Pita, 1981: 119)Keterangan : Ql: Beban panas laten (Btu/hr)Cfm: Jumlah udara (cfm)0,68: Faktor kali untuk beban panas latenW0: Spesific humidity udara luar (Grain/lb)Wr: Spesific humidity udara ruangan (Grain/lb)Besarnya Ventilasi yang direkomendasikan (Pita, 1981: 118) untuk sekolah tertera pada tabel 4.7.Tabel 4.7 Ventilation Requirements For SchoolRuanganCFM per personKapasitas (orang)CFM per Room

Perpustakaan1280960

Lab. Audiovisual2012240

Lab. komputer2012240

Lab. Biologi2030600

3 x R. Kelas1366858

Koridor35602100

Toilet7856

Total5054

Sehingga besarnya beban sensibel dan laten heat adalah:Tabel 4.8 Panas Sensibel dan Laten VentilasiRuanganSensibel HeatBTU/hrLatent HeatBTU/hr

Perpustakaan19599.3691261.44

Lab. Audiovisual4899.8422815.36

Lab. komputer4899.8422815.36

Lab. Biologi12249.657038.4

3 x R. Kelas17516.9381564.91

Koridor42873.6199634.4

Toilet1143.2965323.584

Total103182.46480453.46

36

E. Perhitungan Beban Pendinginan TotalBeban pendinginan total per ruangan dihitung untuk mengetahui beban pendinginan setiap ruangan karena pada suatu waktu tidak semua ruangan harus dikondisikan sehingga dibutuhkan pengkondisi udara cadangan untuk menganggulangi beban pendinginan disaat pengkondisi udara sentral di non-aktifkan. Panas yang dimasukan kedalam tabel 4.9 dan sumber panas tersebut memiliki panas laten dan sensibel maka panas laten dan sensibel tersebut dijumlahkan terlebih dahulu.Data RuanganDindingKaca (Btu/h)Ventilasi (Btu/h)Manusia (Btu/h)Lampu (Btu/h)Peralatan (Btu/h)Total (Btu/h)Safety factor 10% (Btu/h)Total + Safety factor (Btu/h)

(Btu/h)SensibelLatenSensibelLaten

Perpustakaan9754.943815.8119599.3691261.4192001320012242312160367.5516036.8176404.3

Lab. Audiovisual5190.044899.8422815.428801980306340041471.244147.145618.36

Lab. komputer2515.924899.8422815.428801980306613741534.124153.445687.53

Lab. Biologi5031.8312249.657038.472004950612494792028.839202.88101231.7

3 x R. Kelas7547.7517516.92881564.9158401089020407191142590.5927215.91299375.1

Koridor91452.2542873.6199634144009900918359178.2535917.82395096.1

Toilet2515.921143.2965323.58120082561211619.81161.9812781.78

Total32556.495268.05103182.464804536360043725601823987848790.3684879.04933669.40

Tabel 4.9 Total Beban Pendinginan

37

Setelah dihitung secara keselruhan dan ditambahkan dengan safety factor 10%, dapat diketahui beban total pendinginan dari ruangan yang harus dikondisikan yaitu 933669.40 Btu/hr atau 77,81 78 TR.Apabila dihitung berdasakan persamaan, persamaan yang digunakan untuk menghitung beban pendinginan total adalah sebagai berikut: a. Beban sensibelRSHG = Qdinding + Qkaca + Qlampu + Qmanusia + Qperalatan OASH = Qsensibel ventilasiTSH = RSHG + OASHb. Beban latenRLHG = Qmanusia OALH = Qlaten ventilasiTLH = RLHG + OALHc. Beban totalGTH = TSH + TLHDimanaRSHG = Room Sensible Heat GainOASH = Outdoor Air Sensible HeatTSH = Total Sensible HeatRLHG= Room Latent Heat GainOALH= Outdoor Air Latent HeatTLH= Total Latent HeatGTH= Grand Total Heata. Beban SensibelRSHG= 32556.39 + 95268.05 + 63600 + 6018 + 23987 BTU/hrRSHG= 221429.44 BTU/hrOASH= 103182.46 BTU/hrTSH= 324611.90 BTU/hrb. Beban LatenRLHG= 43725 BTU/hrOALH= 480453.46 BTU/hr TLH= 524178.46 BTU/hrc. Beban TotalGTH= 324611.904 BTU/hr + 524178.46 BTU/hrGTH= 848790.36 BTU/hr Kondisi udara yang dibutuhkan pada ruangan sekolah dapat dianalisis dengan nilai Bypass Factor (BF). Untuk kenyamanan dalam penggunaan sekolah menurut table 62 (Carrier, 1965:1-127) harga BF yaitu 0,1-0,2 yang di pilih oleh perancang sebesar 0,10.

F. Analisis PsikrometrikAnalisis psikrometrik adalah sebuah analisis untuk mengetahui dan menentukan kondisi udara yang disirkulasikan melalui permukaan evaporator yang akan di masukkan ke dalam ruangan yang dikondisikan. Hasil analisis psikrometrik tersebut digunakan sebagai patokan untuk merancang unit mesin pengkondisian udara yang dipakai.Berdasarkan data-data yang telah dijelaskan sebelumnya, maka pada perancangan ini dibutuhkan alat pengkondisi udara dengan prinsip cooling dehumidfying yang berarti mendinginkan dan menurunkan uap air yang terkandung dalam ruangan. Berikut ini adalah data yang di dapat dari grafik psycrhometric: Titik 1 (Temperatur Lingkungan) Dry Bulb= 93,56oF Relative Humidity= 84,1 % Wet Bulb= 89,2 oF Dew Point= 88,1 oF Absolute Humidity= 204,7 gr w/lb Enthalphy= 47 BTU/lb

Titik 2 (Temperatur yang dikondisikan) Dry Bulb= 75 oF Relative Humidity= 50% Wet Bulb= 62,6 oF Dew Point= 55.1 oF Absolute Humidity= 64,9 gr w/lb Enthalphy= 20,5 BTU/lbData hasil perhitungan beban pendinginan kemudian diolah untuk mencari analisis psikrometrik berikut:1. ESHF (Efektif Sensibel Heat Factor)ESHF = (Carrier, 1965:150)ESHF = ESHF = 0,842. T adp. (Aparatus Dew Point Temperature)Berdasarkan tabel 65 (Carrier, 1965:1-146) dengan temperatur ruangan yang dikondisikan 75oF dan RH 50% didapat T adp = 52oF.3. T edb (Entering Dry Bulb Temperature)T edb = (Pita, 1981: 154)T edb = T edb = 80,81 oF4. T ldb (Leaving Dry-Bulb Temperature)(Carrier, 1965:150)T ldb = T adp + BF (Tedb - Tadp)T ldb = 52 + 0,1 (80,81 52)T ldb = 54,88 F

G. Analisis TermodinamikaKeadaan refrigeran di setiap bagian dari sistem dapat diketahui berdasarkan sebuah diagram tekanan dan enthalpy (diagram P-h). Pemilihan diagram P-h untuk setiap mesin berbeda-beda tergantung pada refrigeran yang akan digunakan. Mesin pendingin unit water chiller sebagaian besar menggunakan R-407c.Oleh karena itu perhitungan termodinamika dari sistem refrigerasi water chiller perlu ditetapkan beberapa hal dasar, diantaranya sebagai berikut: 1. Bahan yang digunakan adalah refrigeran jenis R-407c dengan rumus kimia HFC 32/125/134a (23/25/52 wt%).2. Temperatur refrigeran dalam evaporator adalah = 44,5 0F.3. Kondenser yang digunakan unit water chiller adalah tipe air cooled, sehingga rata-rata temperatur udara sekitar yaitu 86 0F.4. Perbedaan temperatur udara sekitar dengan refrigeran di dalam kondenser menurut Dossat RJ (1978:247) adalah 15 0F. Sehingga temperatur kondenser menjadi 86+15 = 101 0F.5. Nilai untuk tekanan dan Enthalpy pada masing-masing temperatur dapat diperoleh pada diagram P-h (Gambar 4.2). Diagram P-h yang digunakan menyesuaikan dengan refrigeran pada unit pendingin. Refrigeran pada sistem pendingin menggunakan R-407c.

Gambar 4.2 Analisis Termodinamika pada PH DiagramPerhitungan termodinamika dari siklus pendinginan adalah sebagai berikut:1.Refrigerating effect (Re)=72 Btu/lb

2.Kerja kompresor atau kompresi (Wk)=12 Btu/lb

3.Total panas yang dibuang di kondeser (qk)=84 Btu/lb

4.Panas laten yang dibuang di kondeser (ql)=47,4 Btu/lb

5.Panas sensibel yang dibuang di kondeser (qs)=8,1 Btu/lb

6.Panas total pada saat evaporasi (qe)=91,07 Btu/lb

7.Panas sensibel sebelum masuk evaporator (qo)=19,07 Btu/lb

8.Mass flow rate (m)=4,4 lb/hr

9.Coefficient of performance (C.O.P)=6

10.Theoretical power (Thp)=74, 74 hp

41

BAB VPERANCANGAN SALURAN UDARA (DUCTING)A. Menentukan Debit Udara(Air Quantity) yang Masuk Ke Setiap RuanganDebit dihitung untuk panas sensibel dan laten kemudian debit dari panas tersebut dijumlahkan untuk menentukan debit keseluruhan untuk ruangan yang dikondisikan. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut: Debit panas sesibelCfm = Debit panas latenCfm = Berikut ini adalah debit untuk setiap ruangan:Tabel 5.1 Air Quantity dari Beban SensibelData RuanganBeban Pendinginan (Btu/hr)TotalBtu/hrAir Quantitycfm

DindingKacaVentilasiManusiaLampuPeralatan

Perpustakaan9754.943815.8119599.36192001224231255906.112789.06

Lab. Audiovisual5190.044899.842880306340016675.88831.93

Lab. komputer2515.924899.842880306613716738.76835.07

Lab. Biologi5031.8312249.67200612494730040.431498.66

3 x R. Kelas7547.7517516.928158402040719150135.6782501.18

Koridor91452.2542873.614400918149643.857465.47

Toilet2515.921143.29612006125471.216272.95

Total16194.32

Tabel 5.2 Air Quantity dari Beban LatenData RuanganBeban Pendinginan (Btu/hr)TotalAir Quantity

VentilasiManusiaBtu/hrcfm

Perpustakaan91261.4413200104461.441098.85

Lab. Audiovisual22815.36198024795.36260.83

Lab. komputer22815.36198024795.36260.83

Lab. Biologi57038.4495061988.4652.07

3 x R. Kelas81564.911089092454.91972.55

Koridor199634.49900209534.42204.14

Toilet5323.5848256148.58464.68

Total5513.95

Tabel 5.3 Total Air QuantityData RuanganAir QuantityAir QuantityTotal Air

cfm sensibelcfm latenQuantity

Perpustakaan2789.061098.853887.91

Lab. Audiovisual831.93260.831092.76

Lab. komputer835.07260.831095.90

Lab. Biologi1498.66652.072150.73

3 x R. Kelas2501.18972.553473.74

Koridor7465.472204.149669.61

Toilet272.9564.68337.63

Total21708.27

Dalam merancang ducting ini menggunakan Equal Friction Metode. Metode ini mengarahkan pada kecepatan udara di fan outlets yang direkomendasikan pada tabel 8.7 (Pita, 1981: 196) untuk sekolah adalah 1300-2000 fpm. Perancangan duct ini menggunakan kecepatan udara yang konstan 2000 fpm. Total air quantity adalah 21708.27 cfm dan kecepatan udara 2000 fpm ketika diplotkan pada chart 7 (Carrier, 1965:2-33) akan didapat friction loss 0,092 in wg/100ft. Pada tabel tersebut dapat diketahui juga besarnya diameter round duct 44 in.Diameter duct tersebut dapat di peroleh juga equivalent rectangular duct pada tabel 6 (carrier, 1962:2-34) sebesar 10.5 ft2. Namun untuk dimensi ukuran sisi a dan b pada duct dapat dimodifikasi berdasarkan pertimbangan konstruksi ceiling space pada gedung. Untuk data hasil perhitungan dimensi duct pada lantai 2 ini lebih jelasnya pada tabel 5.4.

Tabel 5.4 Desain DuctingNo.Section DuctQuantity(Cfm)V (fpm)Length(ft)Friction loss(in. wg)DiameterRound (in)Area (ft2)Size (axb)(in)Item

1A-B21708.272000350.0924410.515 x 100Lurus

2B10268162524.70.092335.915 x 57Con. Tee

3B-C10268162580.092335.915 x 57Lurus

4C-D91071600200.092325.5815 x 53Lurus

5D dan E107592510.50.092141.0712 x 13Elbow

6D-E80321550350.09230.14.9415 x 47Lurus

7E-F6957147550.09228.24.3315 x 42Lurus

8F-G57961410250.09226.23.7413 x 41Lurus

9G-H46381350350.09224.83.3513 x 37Lurus

10H-I23191120350.092191.9710 x 28Lurus

11I-K1161940430.09214.21.0910 x 16Lurus

No.Section DuctQuantity(Cfm)V (fpm)Length(ft)Friction loss(in. wg)DiameterRound (in)Area (ft2)Size (axb)(in)Item

12J1161940100.09214.21.0910 x 16Elbow

13D-z dan E-aa1075925350.092141.0712 x 13Lurus

14G-ab , H-ac,dan I-ad1158930350.09214.11.0810 x 15Lurus

15B'11440.27170025.50.092346.3715 x 61Con. Tee

16B'-L11440.271700600.092346.3715 x 61Lurus

17L-M10279.271625150.092335.915 x 57Lurus

18M-N9183.371600350.092325.5815 x 53Lurus

19N-O6929.611475350.09228.24.3315 x 42Lurus

20O-P57701400200.092263.6813 x 40Lurus

21P-Q1154927200.09214.11.0810 x 15Lurus

22P-R34621250350.092222.6413 x 29Lurus

23R-t dan R-s1154927200.09214.11.0810 x 15Lurus

24R3462125016.50.092222.6413 x 29Con. Tee

25P5770140019.50.092263.6813 x 40Con. Tee

26D dan E107592510.50.092141.0712 x 13Con. Tee

27G, H dan I1158930100.09214.11.0810 x 15Con. Tee

Total884,2

Contoh cara menghitung panjang Con. Tee B yang diasumsikan sebagai elbow = 9L = 9 x 33L = 297 inL = 24.75 ft Contoh cara menghitung panjang elbow D = 9L = 9 x DL = 9 x 32L = 288 inL = 24 ft Ducting terpanjang (A ad)35 + 24.7 + 8 + 20 + 35 + 5 + 25 + 35 + +35 +35 = 312.7 ft Friction LossFriction Loss = = = 0.029 in. wg GainVawal = 2000 fpmVakhir = 930 fpmGain = 0,75 [2 2] = 0,75 [2 2] = 0.75 (0,25 - 0,054) in. wg = 0.147 in. wg Total Static PressureTotal static Pressure = Duct friction loss + Terminal Pressure gain = 0,029 + 0,092 0,147 in. wg = 0,003 in. wg