bab i manajemen pengembilan keputusan.doc

8
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen pengambilan keputusan tergolong dalam manajemen keperawatan yang diterapkan perawat dalam setiap tingkatan terutama perawat dengan posisi pemimpin. Kemampuan mengambil keputusan atau pemecahan masalah yang sulit dengan hasil baik dalam suatu situasi merupakan ketrampilan penting seorang perawat pemimpin ketika melakukan pengaturan terhadap praktek pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh perawat dibawah kepimpinannya (Roussel, 2011). Keputusan yang diambil perawat yang memimpin sebuah unit pelayanan atau ruangan dengan tuntutan pasien yang meningkat terhadap mutu pelayanan keperawatan dan organisasi tempat bekerja ditemukan belum didasarkan pada prinsip-prinsip yang tepat. Kepala ruang sebuah ruang perawatan dapat mengambil keputusan melalaui mekanisme yang keliru yang dapat disebabkan oleh banyak keadaan. 1

Upload: chohanra

Post on 26-Nov-2015

13 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

manajemen

TRANSCRIPT

GAMBARAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG STIMULASI PADA BAYI DI RUANG RAWAT PERINATOLOGI BPK RSUZA KOTAMADYA BANDA ACEH

5

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Manajemen pengambilan keputusan tergolong dalam manajemen keperawatan yang diterapkan perawat dalam setiap tingkatan terutama perawat dengan posisi pemimpin. Kemampuan mengambil keputusan atau pemecahan masalah yang sulit dengan hasil baik dalam suatu situasi merupakan ketrampilan penting seorang perawat pemimpin ketika melakukan pengaturan terhadap praktek pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh perawat dibawah kepimpinannya (Roussel, 2011). Keputusan yang diambil perawat yang memimpin sebuah unit pelayanan atau ruangan dengan tuntutan pasien yang meningkat terhadap mutu pelayanan keperawatan dan organisasi tempat bekerja ditemukan belum didasarkan pada prinsip-prinsip yang tepat. Kepala ruang sebuah ruang perawatan dapat mengambil keputusan melalaui mekanisme yang keliru yang dapat disebabkan oleh banyak keadaan. Keadaan dimaksud digambarkan sebagai kemampuan yang rendah karena kurang melatih kemampuan mengambil keputusan dengan menggunakan alat yang benar serta informasi yang diterima belum sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan ketika keputusan akan dilakukan (Effken et al, 2010).Data menunjukkan bahwa pengambilan keputusan yang didasarkan pada cara-cara minim prosedur akan mendapatkan hasil yang mengarah pada adanya ketidakpuasan banyak pihak. Hasil keputusan kepala ruang yang umumnya dimaksudkan untuk dilakukan oleh perawat perawat pelaksana telah menunjukkan berkuranganya kepuasan terhadap pekerjaan yang dilakukan. Dampak ini didokumentasikan oleh banyak peneliti. Perawat pelaksana merasa hubungan dengan kepala ruang tidak ada, keputusan diambil tanpa mempertimbangkan saran, minimnya interaksi dengan kepala ruang, kepala ruang tidak dapat bekerja sama dan pembatasan autonomi perawat sebagai hal yang menjadi penyebab ketidakpuasan (Lu, While & Barriball, 2006). Penyebab ketidakpuasan yang sama diungkapkan oleh sebagian besar (65%) perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Semarang diantaranya faktor kepemimpinan dan fungsi manajemen kepala ruang (Mayasari, 2009). Keadaan yang sama ditemukan di Rumah Sakit Hj. Abdul Moeloek Lampung bahwa kepemimpinan kepala ruang dengan segala bagian-bagiannya sangat berhubungan dengan tingkat kepuasan perawat (Aziz, 2007). Ketidakpuasan sebagian besar perawat pelaksana dapat menyebabkan penurunan dari pelayanan keperawatan yang diberikan seperti tanggung jawab pelayanan terhadap pasien berkurang, sering tidak hadir, serta sering mengambil jalan pintas terhadap tugas yang dibebankan (Fako, 2000 dalam Pietersen, 2005). Hal lain yang dapat terjadi meliputi keinginan untuk meninggalkan profesi keperawatan tinggi di negara-negara maju sehingga jumlah perawat berpengalaman lebih sedikit, biaya merekrut perawat baru dan melatihnya menjadi mahir meningkat dan pasien dengan hasil akhir yang buruk bertambah (Murrells dkk, 2008 dalam Hayes, Bonner & Pryor, 2010).Bagian dari manajemen kepemimpinan yang dapat berdampak pada tingkat kepuasan kerja perawat pelaksana diantaranya pengambilan keputusan. Kepala ruangan sebagai manajer klinik dituntut untuk dapat mengambil keputusan yang dapat meningkatkan kerja perawat baik secara individu maupun kelompok atau team. Perawat yang dilibatkan dalam pengambilan keputusan dengan mendengarkan solusi pemecahan masalah sebagai bagian dari informasi yang akan menjadi bahan pertimbangan pengambilan keputusan akan berdampak positif terhadap kepuasan kerja (Tang, 2003 seperti dikutip oleh Lephalala et al, 2008). Perawat yang didengar dan diberdayakan oleh pimpinan memiliki kepuasan yang lebih tinggi karena tidak menimbulkan perasaan inferioritas demikian halnya perawat yang didukung untuk terlibat dalam pengambilan keputusan (Fowles & Weber, 2004, Yin & Yang, 2001 dalam Lephalala et al, 2008)Gaya pengambilan keputusan kepala ruang yang berusaha mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dalam sebagai alternatif dalam pemecahan masalah digolongkan dalam preskriptif (Roussell, 2011). Gaya lain yang dikemukakan sebagai bagian dari proses pengambilan keputusan oleh perawat atau manajer klinik diantaranya normatif, deskriptif dan pohon keputusan (Swansburg & Swansburg, 2002). Menurut pengamatan penulis yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Aceh Tamiang (RSUD ATAM), banyak perawat yang merasa tidak puas atas keputusan yang diambil oleh Kepala Ruangan (Karu) sehingga berpengaruh terhadap kinerja dimana dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien menjadi tidak optimal. Hal ini diduga memberikan pengaruh pada manajemen pelayanan di rumah sakit yang dianggap kurang baik oleh masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah Uraian di atas menjelaskan bahwa dalam proses mengambil sebuah keputusan, kepala ruangan memiliki cara tersendiri yang didasarkan pada berbagai pertimbangan seperti teori, pengalaman, informasi yang diberikan dan diketahuinya atau berdasarkan pada standar yang telah ditetapkan. Proses pengambilan keputusan tersebut, berdampak besar terhadap tingkat kepuasan kerja perawat pelaksana yang terlibat dalam penerapan keputusan yang diambil. Keputusan yang sulit diterapkan dan tidak sesuai dengan keadaan sesungguhnya atau terlalu kaku, menjadi faktor yang memicu ketidakpuasan peraswat dalam bekerja.

Berdasarkan hal tersebut di atas penulis ingin melakukan penelitian mengenai hubungan gaya pengambilan keputusan kepala ruang dengan kepuasan kerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Aceh Tamiang (RSUD ATAM) tahun 2014 secara lebih rinci

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan gaya pengambilan keputusan kepala ruang terhadap kepuasan kerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Aceh Tamiang (RSUD ATAM) tahun 2014.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Untuk mengetahui hubungan gaya pengambilan keputusan kepala ruang model normatif terhadap kepuasan kerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD ATAM tahun 20141.3.2.2 Untuk mengetahui hubungan gaya pengambilan keputusan kepala ruang model deskriptif terhadap kepuasan kerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD ATAM tahun 20141.3.2.3 Untuk mengetahui hubungan gaya pengambilan keputusan kepala ruang model pohon keputusan terhadap kepuasan kerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD ATAM tahun 2014.1.3.2.4 Untuk mengetahui hubungan gaya pengambilan keputusan kepala ruang model preskriptif terhadap kepuasan kerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD ATAM tahun 2014.1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Rumah SakitHasil penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan acuan bagi pemimpin di ruangan sehingga kepuasan kerja perawat meningkat dan berdampak positif terhadap mutu pelayanan keperawatan.1.4.2 Bagi Institusi PendidikanHasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi staf pengajar terutama mengenai proses manajemen yang terkait dengan tingkat kepuasan perawat sehingga peserta didik memiliki keahlian memadai ketika terjun ke lapangan tugas nantinya.1.4.3 Bagi Peneliti BerikutnyaHasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai data dasar sehingga dapat melanjutkan penelitian mengenai faktor-faktor dominan yang mempengaruhi tingkat kepuasan perawat pelaksana.

1