bab i lansia.doc

41
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Meningkatnya usia harapan hidup (UHH) memberikan dampak yang kompleks terhadap kesejahteraan lansia. Di satu sisi peningkatan UHH mengindikasikan peningkatan taraf kesehatan warga negara. Namun di sisi lain menimbulkan masalah karena dengan meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut akan berakibat semakin besarnya beban yang ditanggung oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, terutama dalam menyediakan pelayanan dan fasislitas lainnya bagi kesejahteraan lansia. Hal ini karena pada usia lanjut individu akan mengalami perubahan fisik, mental, sosial ekonomi dan spiritual yang mempengaruhi kemampuan fungsional dalam aktivitas kehidupan sehari-hari sehingga menjadikan lansia menjadi lebih rentan menderita gangguan kesehatan baik fisik maupun mental. Walaupun tidak semua perubahan struktur dan fisiologis, namun diperkirakan setengah dari populasi penduduk lansia mengalami keterbatasan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, dan 18% diantaranya sama sekali tidak mampu beraktivitas. Berkaitan dengan kategori fisik, diperkirakan 85% dari kelompok 1

Upload: zuhdisyuhadasejatiy

Post on 05-Sep-2015

33 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANA. LATAR BELAKANGMeningkatnya usia harapan hidup (UHH) memberikan dampak yang kompleks terhadap kesejahteraan lansia. Di satu sisi peningkatan UHH mengindikasikan peningkatan taraf kesehatan warga negara. Namun di sisi lain menimbulkan masalah karena dengan meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut akan berakibat semakin besarnya beban yang ditanggung oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, terutama dalam menyediakan pelayanan dan fasislitas lainnya bagi kesejahteraan lansia. Hal ini karena pada usia lanjut individu akan mengalami perubahan fisik, mental, sosial ekonomi dan spiritual yang mempengaruhi kemampuan fungsional dalam aktivitas kehidupan sehari-hari sehingga menjadikan lansia menjadi lebih rentan menderita gangguan kesehatan baik fisik maupun mental. Walaupun tidak semua perubahan struktur dan fisiologis, namun diperkirakan setengah dari populasi penduduk lansia mengalami keterbatasan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, dan 18% diantaranya sama sekali tidak mampu beraktivitas. Berkaitan dengan kategori fisik, diperkirakan 85% dari kelompok umur 65 tahun atau lebih mempunyai paling tidak satu masalah kesehatan.

Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah masalah lain diluar kesehatan sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah sehat sakit atau kesehatan tersebut. Dari data yang didapatkan, lansia yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha PUSPAKARMA Mataram sebanyak 74 orang dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 25 (38,5%) orang dan perempuan 40 (61,5%) orang. Disamping itu, pendataan yang dilakukan mahasiswa Stikes Yarsi Mataram pada 16 September 2013 didapatkan masalah kesehatan lansia dengan penyakit Rematoid atritis sebanyak 35 (53,8%), penyakit hipertensi sebanyak 9 (13,8%) dan penyakit-penyakit yang lainnya seperti penyakit DM, Dermatitis, Inkontinensia, Osteopororsis, dan lain-lain.Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan, penyimpangan atau tidak berfungsinya secara optimal setiap unit yang terdapat dalam sistem hayati tubuh manusia, baik secara individu, keluarga, ataupun masyarakat dan ekosistem..

Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan keperawatan yang professional dengan menggunakan ilmu dan kiat keperawatan gerontik, mencakup biopsikososial dan spiritual, dimana klien adalah orang yang telah berusia > 60 tahun, baik yang kondisinya sehat maupun sakit.

Tujuan keperawatan gerontik adalah memenuhi kenyamanan lansia, mempertahankan fungsi tubuh, serta membantu lansia menghadapi kematian dengan tenang dan damai melalui ilmu dan teknik keperawatan gerontik.

Professional kesehatan lebih banyak meluangkan waktu dengan lansia dalam perawatan kesehatan, karena itu mereka harus berfokus untuk mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan khususnya. Lansia memerlukan bantuan yang lebih besar dalam identifikasi, definisi, dan resolusi masalah yang mempengaruhi mereka. Insiden masalah kesehatan kronis yang lebih besar, kemajuan teknologi dan masalah ekonomi, social, dan kesehatan kontemporer masa kini mendorong professional perawatan kesehatan berfokus pada peningkatan harapan dan kualitas hidup.

B. RUMUSAN MASALAH1. Apa pengertian dari lansia?

2. Perubahan apa saja yang terjadi pada lansia?3. Permasalahan apa yang timbul pada lansia?4. Bagaimana peran perawat terhadap lansia? C. TUJUAN 1. Tujuan umum

Agar mahasiswa /mahasiswi keperawatan Stikes Yarsi Mataram memperoleh informasi dan gambaran tentang Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Kelompok Khusus Lansia.

2. Tujuan khusus

a. Mampu menjelaskan konsep teori tentang kelompok khusus lansia.

b. Mampu melaksanakan pengkajian pada kelompok khusus lansia dengan masalah yang ada. c. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada komunitas kelompok khusus lansia.d. Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan komunitas pada kelompok khusus lansia.

e. Mampu menerapkan rencana keperawatan pada asuhan keperawatan komunitas pada kelompok khusus lansia.

f. Mampu meyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas pada kelompok khusus lansia yang bermasalah.D. ManfaatPenulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Bagi Lansia dan Masyarakat Umum

a. Memberikan gambaran kesehatan guna meningkatkan status kesehatan lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) PUSPAKARMA Mataramb. Lansia mendapatkan pelayanan keperawatan yang komprehensif

c. Lansia dapat mengenal masalah kesehatannya

d. Lansia mendapatkan penjelasan tentang kesehatannya secara sederhana.2. Bagi Mahasiswa / Penyusun

Menambah pengetahuan dan mampu membuat serta memberikan asuhan keperawatan lansia sehingga nantinya diharapkan mampu mengembangkan asuhan keperawatan terhadap lansia dimasa mendatang.3. Bagi Institusi penyelenggara panti

a. Dapat mengembangkan model asuhan kleperawatan pada lansia yang tinggal di panti.

b. Mendapatkan masukkan atau input dari mahasiswa mengenai masalah kesehatan pada lansia serta alternatif penanganannya.

4. Bagi intitusi penyelenggara pendidikan.

Tercapainya tujuan pembelajaran asuhan keperawatan gerontik pada klien lansia yang tinggal dalam lingkungan panti sekaligus sebagai Sarana evaluasi terhadap proses pembelajaran mahasiswa berkaitan dengan praktek klinik keperawatan dalam tahap profesi.

BAB IITINJAUAN TEORIA. Definisi Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65 dan 75 tahun. Jumlah kelompok usia ini meningkat drastic dan ahli demografi memperhitungkan peningkatan populasi lansia sehat terus menigkat sampai abad selanjutnya (Potter & Perry, 2005).

Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat (Ismayadi, 2004).

Menurut Constantinidies menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti diri dan mempertahankan fungsi formalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Menurut organisasi dunia (WHO) lanjut usia meliputi usia pertengahan (middleage) adalah kelompok usia 45-59 tahun, Usia lanjut (elderly) adalah kelompok usia 60-74 tahun, Usia lanjut (old) adalah kelompok usia 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) adalah kelompok usia diatas 90 tahun.

Asuhan keperawatan lansia mengahadapi tantangan khusus karena perbedaan fisiologis, kognitif, dan kesehatan psikososial. Lansia bervariasi pada tingkat kemampuan fungsional. Mayoritas merupakan anggota komunitas yang aktif, terlibat, dan produktif. Hanya sedikit yang telah kehilangan kemampuan untuk merawat diri sendiri, bingung atau merusak diri, dan tidak mampu mebuat keputusan yang berkaitan dengan kebutuhan mereka.

B. Kebutuhan Hidup Orang Lanjut UsiaSetiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki kebutuhan hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup orang lanjut usia antara lain kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, perumahan yang sehat dan kondisi rumah yang tentram dan aman, kebutuhan-kebutuhan sosial seperti bersosialisasi dengan semua orang dalam segala usia, sehingga mereka mempunyai banyak teman yang dapat diajak berkomunikasi, membagi pengalaman, memberikan pengarahan untuk kehidupan yang baik. Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lanjut usia agar dapat mandiri. Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat Maslow menyatakan bahwa kebutuhan manusia meliputi (1) Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau biologis seperti pangan, sandang, papan, seks dan sebagainya. (2) Kebutuhan ketentraman (safety needs) adalah kebutuhan akan rasa keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah seperti kebutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan, kemandirian dan sebagainya (3) Kebutuhan sosial (social needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkomunikasi dengan manusia lain melalui paguyuban, organisasi profesi, kesenian, olah raga, kesamaan hobby dan sebagainya (4) Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga diri untuk diakui akan keberadaannya, dan (5) Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs) adalah kebutuhan untuk mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir berdasar pengalamannya masing-masing, bersemangat untuk hidup, dan berperan dalam kehidupan. Sejak awal kehidupan sampai berusia lanjut setiap orang memiliki kebutuhan psikologis dasar (Setiati,2000). Kebutuhan tersebut diantaranya orang lanjut usia membutuhkan rasa nyaman bagi dirinya sendiri, serta rasa nyaman terhadap lingkungan yang ada. Tingkat pemenuhan kebutuhan tersebut tergantung pada diri orang lanjut usia, keluarga dan lingkungannya . Jika kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi akan timbul masalah-masalah dalam kehidupan orang lanjut usia yang akan menurunkan kemandiriannya (Ismayadi, 2004).C. Teori teori Proses Menua 1. Teori penuaan individualSebenarnya secara individual dibagi menjadi beberapa, yaitu:a. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda

b. Masing masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbedac. Tidak ada satu faktorpun ditemukan untuk mencegah proses menua2. Ada beberapa teori tentang proses penuaan, antara lain:a. Teori Genetic ClockMenurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies tertentu . Setiap spesies mempunyai di dalam nukleinya suatu jam genetik yang telah di putar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak berputar. Jadi menurut konsep ini jika jam ini berhenti, kita akan mati meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit terminal. Konsep genetic clock didukung oleh kenyatan bahwa ini cara menerangkan mengapa pada beberapa spesies terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang nyata.b. Teori Mutasi Genetik (somatic mutatie theori )Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.c. Teori pemakaian dan rusak Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terbakar.d. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut teori akumulasi dari produk sisa.e. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.f. Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi.g. Reaksi dari kekebalan sendiri ( auto immunne theori) Di dalam metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus pada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga tubuh menjadi lemah dan sakit.h. Teori imonologi saw virusSistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.i. Teori stres menua akibat terjadi hilangnya sel sel yang bisa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kesetabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel sel tubuh lelah terpakai.j. Teori radikal bebas

Radikal bebas dapat dibentuk dialam bebas, tidak stabil radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

k. Teori rantai silang

Sel sel yang tua dan usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.l. Theori program

Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah yang membelah setelah sel- sel mati.

D. Perubahan perubahan yang terjadi pada Lanjut UsiaPerubahan perubahan fisik yang terjadi :1. Sela. Lebih sedikit jumlahnyab. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan kurangnya cairan intraselulerc. Menurunnya porposi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hatid. Terganggunya mekanisme perbaikan sele. Otak menjadi atropis beratnya berkurang 5-10%2. Sistem pernafasana. Cepat menurunnya fungsi persarafanb. Lambannya dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya dengan stres.c. Mengecilnya saraf panca indra: berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan rasa,. Lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.d. Kurang sensitif pada sentuhan3. Sistem Pendengarana. Presbiakusis (gangguan dalam pendengaran), hilangnya kemampuan atau daya pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi dan atau nada nada tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata, 50% terjadi pada usia diatas 65 tahun.b. Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosisc. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkanya kreatind. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa atau stres4. Sistem penglihatana. Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinarb. Kornea lebih berbentuk sferis atau bola, lensa lebih suram atau kekeruhan pada lensa menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatanc. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan menjadi lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelapd. Hilangnya daya akomodasi, menurunya lapang pandang, menurunnya membedakan warna biru atau hijau.5. Sistem kardiovaskulera. Elastisitas dinding vaskuler menurun,katup jantung menebal dan menjadi kaku.b. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, menyebabkan kontraksi dan volumenya.c. Kehilangan elestisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk, atau dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg ( mengakibatkan pusing mendadak).d. Tekanan darah meningkat diakibatkan meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer, sistolik normal kurang lebih 170 mmHg, diastolik normal kurang lebih 90 mmHg6. Sistem pengaturan temperatur tubuhPada pengaturan tuhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai termostat, yaitu menetapkan suhu teratur, kemunduran terjadi akibat berbagai faktor yang mempengaruhinya yang sering ditemui antara lain:a. Temperatur tubuh menurun atau hipotermi secara fisiologis kurang lebih 35 derajat celcius ini akibat metabolisme menurun.b. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.7. Sistem Respirasia. Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktifitas siliab. Paru paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman bernafas menurun.c. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurangd. Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, karbodioksida pada arteri tidak bergantie. Kemampuan untuk batuk berkurangf. Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia.8. Sistem gastrointestinala. Kehilangan gigi penyebab utama adanya periondontal diseaseb. Indra pengecap menurun dan esofagus melebarc. Lambung : rasa lapar menurun asam lambung menurun, waktu mengosongkan menurund. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasie. Liver : makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darahf. Menciutnya ovari dan uterusg. Atropi payudarah. Pada laki laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur angsur.i. Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahunj. Selaut lendir menurun9. Sistem Genitourinariaa. Ginjal: mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50% fungsi tubulus berkurang.b. Vesika urinaria : otot otot menjadi lemah, kapasitas menurun sampai 200ml, atau dapat menyebabkan buang air kecil meningkat, vasikaurinaria susah dikosongkan sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin.c. Pembesaran prostat kurang lebih 75 % dialami oleh pria diatas 65 % tahund. Atrofi vulva10. Sistem Endokrina. Produksi dari hampir semua hormon menurun.b. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.c. Pitutari: pertumbuhan hormon ada terapi lebih rendah dan hanya didalam pembuluh darah,berkurangnya produksi dari ACT, TSH, FSH dan LH.d. Menurunnya aktifitas tiroid menurunnya BMR dan daya pertukaran zate. Menurunnya produksi aldosteronf. Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron, estrogen dan testosteron11. Sistem Integumena. Kulit keriput atau mengkerutb. Permukaan kulit kasar dan bersisikc. Menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun.d. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.e. Rambut dan hidung dan telinga menebal.f. Berkurangnya elastisitas kulit akibat dari menurunnya cairan dan vaskularitasg. Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku kaki tumbuh secara berlebihan, kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.h. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.12. Sistem muskoloskeletala. Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuhb. Kiposis, pinggang lutut dan jari jari pergelangan terbatas geraknya.c. Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek.d. Persendian membesar dan kakue. Tendon mengerut dan mengalami sklerosisf. Atropi serabut otot, sehingga gerak menjadi lambat, otot kram dan tremor.E. Tugas Perkembangan LansiaPeck mengonseptualisasikan tiga tugas yang berisi pengaruh dari hasil konflik antara perbedaan integritas dan keputusasaan.1. Perbedaan ego versus preokupasi peran kerja. Tugas ini membutuhkan pergeseran sistem nilai seseorang, yang memungkinkan lansia untuk mengevaluasi ulang mendefinisikan kembali pekerjaan mereka. Penilaian ulang ini mengrahkan lansia untuk mengganti peran yang sudah hilang dengan peran dan aktivitas baru. Selanjutnya, lansia mampu menemukan cara-cara baru memandang diri mereka sendiri sebagai orangtua dan okupasi.2. Body transcendence versus preokupasi tubuh. Sebagian besar lansia mengalami beberapa penurunan fisik. Untuk beberapa orang, kesenangan dan kenyamanan berarti kesejahteraan fisik. Orang-orang tersebut mungkin mengalami kesulitan terbesar dalam mengabaiakan status fisik mereka. Orang lain memiliki kemampuan untuk terlibat dalam kesenangan psikologi dan aktivitas sosial sekalipun mereka mengalami perubahan dan ketidaknyamanan fisik. Peck mengemukakan bahwa dalam sistem nilai mereka, sumber-sumber kesenangan sosial dan mental dan rasa menghormati diri sendiri mengabaikan kenyamanan fisik semata.3. Transendensi ego versus preokupasi ego. Peck mengemukakan bahwa cara paling konstruktif untuk hidup di tahun-tahun terakhir dapat didefinisikan dengan : hidup secara dermawan dan tidak egois yang merupakan prospek dari kematian personal-the night of the ego, yang bisa disebut-paras dan perasaan kurang penting dibanding pengetahuan yang telah diperoleh seseorang untuk masa depan yang lebih luas dan lebih panjang daripada yang dapat dicakup oleh ego seseorang. manusia menyelesaikan hal ini melalui warisan mereka, anak-anak mereka, kontribusi mereka pada masyarakat, dan persahabatan mereka. Mereka ingin membuat hidup lebih aman, lebih bermakna, atau lebih bahagia bagi orang-orang yang meneruskan hidup setelah kematian. Untuk mengklarifikasi, individu yang panjang umur cenderung lebih khawatir tentang apa yang mereka lakukan daripada tentang siapa mereka sebenarnya, mereka hidup di luar diri mereka sendiri daripada kepribadian mereka sendiri secara egosentris (Stanley & Beare, 2006).F. Permasalahan yang timbul Pada LansiaBerikut ini kita bicarakan masalah kesehatan lansia.1. Permasalah Umuma. Bersarnya jumlah penduduk lansia dan tingginya prosentase kenaikan lansia memerlukan upaya peningkatan kualitas pelayanan dan pembinaan kesehatan bagi lanjut usia. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2000 akan meningkat menjadi 209.535.49. jiwa dan jumlah lansianya 15.262.199., berarti 7.28% (Anwar, 1994). Menurut Kinsilla dan Taeuber (1993) peningkatan penduduk lansia dalam waktu 1990-2000 sebesar 41% dan merupakan yang tertinggi didunia (Darmojo, 1999:1).b. Jumlah lansia miskin makin banyakc. Nilai perkerabatan melemah, tatanan masyarakat makin individualistikd. Rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga profesional yang melayani lansiae. Terbatasnya sarana dan fasilitas pelayanan bagi lansiaf. Adanya dampak pembangunan yang merugikan seperti urbanisasi dan popuilasi pada kehidupan dan penghidupan lansia.2. Permasalahan Khusus

a. Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia

Perubahan normal (alami) tidak dihindari cepat dan lambatnya perubahan dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, sosial, ekonomi dan medik. Perubahan akan terlihat pada jaringan organ tubuh seperti: kulit menjadi kering dan keriput, rambut beruban dan rontok, penglihatan menurun sebagian dan menyeluruh, pendengaran juga berkurang, daya penciuman berkurang,tinggi badan menyusut karena proses ostoporosis yang berakibat badan bungkuk, tulang keropos masanya berkurang, kekuatan berkurang dan mudah patah, elastisitas jaringan paru berkurang, nafas menjadi pendek, terjadi pengurangan fungsi organ di dalam perut, dinding pembuluh darah menebal dan terjadi peningkatan tekanan darah, otot bekerja tidak efisien, terjadi penurunan fungsi organ reproduksi terutama ditemukan pada wanita, otak menyusut dan reaksi menjadi lambat terutama pada pria dan sexsualitas tidak selalu menurunb. Terjadi perubahan abnormal pada fisik lansia

Perubahan fisik pada lansia dapat diperbaiki dan dapat dihilangkan melalui nasehat atau tindakan medik. Perubahan yang terjadi misalnya: katarak, kelainan sendi, kelainan prostat dan inkotenensiaG. Sikap perawat terhadap lansiaPerawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang mempelajari dan memberikan pelayanan kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi di berbagai tatanan dan membantu orang lanjut usia tersebut untuk mencapai dan mempertahankan fungsi yang optimal. Perawat gerontologi mengaplikasikan dan ahli dalam memberikan pelayanan kesehatan utama pada lanjut usia dan keluarganya dalam berbagai tatanan pelayanan. Peran lanjut perawat tersebut independen dan kolaburasi dengan tenaga kesehatan profesional.Lingkup praktek keperawatan gerontologi adalah memberikan asuhan keperawatan, malaksanakan advokasi dan bekerja untuk memaksimalkan kemampuan atau kemandirian lanjuy usia, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan, mencegah dan meminimalkan kecacatan dan menunjang proses kematian yang bermartabat. Perawat gerontologi dalam prakteknya menggunakan managemen kasus, pendidikan, konsultasi , penelitian dan administrasi.Sifat asuhan keperawatan gerontik adalah independen (mandiri), interdependen (kolaborasi), humanistic, dan holistik. Peran dan fungsi keperawatan gerontik adalah sebagai penberi asuhan keperawatan secara langsung, sebagai pendidik bagi lansia, keluarga dan masyarakat. Perawat juga dapat menjadi motivator dan innovator dalam memberikan advokasi kepada klien serta sebagai konselor (Eliopoulis, 2005). Penting bagi perawat untuk mengkaji sikapnya pada penuaan karena sikap tersebut mempengaruhi asuhan keperawatan. Untuk memberi asuhan yang efektif, perawat harus menciptakan sikap positif terhadap lansia. Sikap negatif dapat mengakibatkan penurunan rasa nyaman, adekuat, dan kesejahteraan klien. Lebih jauh lagi, sikap tersebut dapat menyebabkan penurunan kualitas asuhan. Klien dalam fasilitas perawatan jangka panjang memberi tantangan khusus bagi perawat. Klien ini sering kali memandang diri sendiri sebagai pecundang, dan mungkin masyarakat juga memandang mereka seperti itu. Perawat dapat meningkatkan kemandirian dan harga diri klien yang merasa bahwa hidup tidak lagi berharga.Perawat harus menjelaskan sikap pribadi dan nilai tentang lansia untuk memberikan perawatan paling efektif. Usia, pendidikan, pengalaman kerja, dan lembaga pekerjaan seorang perawat mempengaruhi stereotip. Pengalaman pribadi dengan lansia sebagai anggota keluarga dapat juga mempengaruhi sikap. Karena lansia menjadi lebih lazim dalam pelayanan kesehatan, maka penting sekali bagi perawat untuk mengembangkan pendekatan asuhan yang positif bagi klien lansia.1. Pendekatan perawatan lanjut usiaa. Pendekatan fisikPerawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu :1) Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain.2) Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang mengalami kelumpuhan atau sakit.b. Pendekatan psikisPerawatan mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia pribadi dan sebagai sahabat yang akrab.c. Pendekatan sosialMengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan upaya perawatan dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul bersama dengan sesama klien lanjut usia untuk menciptakan sosialisasi mereka.BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK KHUSUS PADA LANSIA

DI PANTI WERDHA PUSPA KARMA MATARAM

TANGGAL 16-21 SEPTEMBER 2013

A. PENGKAJIAN1. Distribusi Lansia Berdasarkan UmurTabel 1.1 Distribusi Lansia Menurut Golongan Umur di PSTW PUSPA KARMA Mataram Tahun 2013

No.Kelompok Umur (th)Jumlah%

1.60-743864.4

2.75-902033,9

3.> 90 11,7

JUMLAH59100

Sumber : Data Primer dan Sekunder (P3N Stikes Yarsi Mataram, 2013)

Jumlah lansia sebanyak 66 orang, yang terkaji sebanyak 59 orang selebihnya masih tinggal bersama keluarga. Dari data yang terkaji di atas menunjukkan bahwa peresentasi tertinggi lansia berumur pada rentang 60-74 tahun sebanyak 38 (64,4 %). Dan hanya 1 orang yang berusia > 90 2. Distribusi Lansia Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 1.2 Distribusi Lansia Menurut Jenis Kelamin di PSTW PUSPAKARMA Mataram Tahun 2013

NoJenis KelaminJumlah%

1.Laki-laki1728.8

2.Perempuan4271,2

JUMLAH59100

Sumber : Data Primer dan Sekunder (P3N Stikes Yarsi Mataram 2013 )Dari data di atas menunjukkan bahwa presentasi tertinggi lansia dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 42 orang (71,2%)

3. Distribusi Lansia Berdasarkan Wisma

Tabel 1.3 Distribusi Lansia Menurut Wisma PSTW Puspa Karma Mataram Tahun 2013

No.WismaJumlah Lansia

1.Pejanggik9

2.Isolasi7

3.Anjani3

4.Mambalan4

5.Parwa6

6.Kedaro6

7.Beberu6

8.Berenge6

9.Langko4

10.Mumbul3

11.Sokong4

12.Selaparang2

Total59 orang

Sumber : Data Primer dan Sekunder (P3N Stikes Yarsi Mataram 2013 )Dari data di atas menunjukkan bahwa presentasi tertinggi lansia pada wisma Pejanggik sebanyak 9 orang, dan terendah di wisma selaparang sebnyak 2 orang.4. Distribusi Lansia Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 1.4 Distribusi Lansia Berdasarkan Pendidikan di PSTW PUSPA KARMA Mataram Tahun 2013

No.PendidikanFrekuensi%

1.Tidak Sekolah5491.5

2.TK--

3.SD58.5

4.SMP--

5.SMA--

6.Perguruan Tinggi--

Total59100

Sumber: Data Primer dan Sekunder (P3N Stikes Yarsi Mataram 2013 )Dari data di atas menunjukkan bahwa presentasi tertinggi lansia dengan tingkat pendidikan Tidak sekolah sebanyak 54 orang (91.5%) dan terendah pada tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 5 (4.7 %).5. Distribusi Lansia Berdasarkan Agama

Tabel 1.5 Distribusi Lansia Berdasarkan Agama di PSTW PUSPA KARMA Mataram Tahun 2013

NoAgamaFrekuensi%

1.Islam5796.6

2.Hindu23.4

3.Budha-

4.Kristen Protestan--

5.Kristen Katolik--

Total59100

Sumber: Data Primer dan Sekunder (P3N Stikes Yarsi Mataram 2013 )

Dari data di atas menunjukkan bahwa presentasi tertinggi lansia Berdasarkan agama adalah islam sebanyak 64 orang (97 %). Dan terendah adalah agama hindu sebanyak 2 orang (3,4%).6. Distribusi lansia Berdasarkan Lamanya Tinggal di PSTWTable 1.7 Distribusi lansia Berdasarkan Lamanya Tinggal di PSTW PUSPA KARMA Mataram Tahun 2013

NoTahunJumlah%

11-5 th3864.4

26-10 th915.3

3>11 th1220.3

Jumlah59100

Sumber: Data Primer dan Sekunder (P3N Stikes Yarsi Mataram 2013 )

Dari data diatas menunjukkan bahwa presentasi tertinggi lansia berdasarkan lama tinggal 1-5 th dipanti sebanyak 38 orang (64.4 %). dan terendah adalah lansia yang tinggal selama 6-10 tahun yaitu sebanyak 9 orang (15,3%).7. Distribusi lansia Berdasarkan 10 Jenis Penyakit Pada LansiaTabel 1.8 Distribusi lansia Berdasarkan 10 Jenis Penyakit Pada Lansia di PSTW PUSPA KARMA Mataram Tahun 2013

NoJenis PenyakitFrekuensi%

1Reumatik dan asam urat3944.8

2Hipertensi1416.1

3Asma33.4

4Katarak33.4

5Osteoporosis55.8

6Penyakit kulit78.1

7Kencing Manis55.8

8Kurang Pendengaran66.9

9Stroke44.6

10Inkontinensia11.1

Jumlah87100

Sumber : Data Primer dan Sekunder (P3N Stikes Yarsi Mataram, 2013)

Dari data di atas menunjukkan bahwa presentasi tertinggi lansia berdasarkan jenis penyakit dengan reumatik sebanyak 39 orang (44,8%). Dan terendah adalah penyakit inkontinensia yaitu 1 orang (1.1%).8. Distribusi lansia Berdasarkan Cara Penanganan Penyakit Pada LansiaTabel 1.9 Distribusi lansia Berdasarkan Cara Penanganan Penyakit Pada Lansia di PSTW PUSPA KARMA Mataram Tahun 2013

NoPenangananFrekuensi%

1Sarana kesehatan3864.4

2Non medis/herbal 2135.6

3Di obati sendiri--

Total59100.0

Sumber : Data Primer dan Sekunder (P3N Stikes Yarsi Mataram, 2013)

Dari data diatas menunjukkan bahwa presentasi tertinggi lansia berdasarkan cara penanganan penyakit dengan sarana medis sebanyak 38 orang (64.4 %). Dan terndah adalah lansia dengan cara pengobatan herbal sebanyak 21 orang (35.6%).9. Distribusi lansia Berdasarkan Pemanfaatan Waktu Pada LansiaTabel 1.10 Distribusi lansia Berdasarkan Pemanfaatan Waktu Pada Lansia di PSTW PUSPA KARMA Mataram Tahun 2013

NoPemanfaatan Waktu Frekuensi%

1Berkebun33

2Bersosialisasi4040

3Beternak 55

4Menyapu/ mengepel lantai1010

5Menonton televise22

6Mendengarkan radio33

7Mengaji1010

8Memasak1515

9Senam1212

Jumlah100100

Sumber : Data Primer dan Sekunder (P3N Stikes Yarsi Mataram, 2013)

Dari data di atas menunjukkan bahwa presentasi tertinggi lansia berdasarkan pemamfaatan waktu adalah bersosialisasi sebanyak 40 orang (40 %) dan terendah sebanyak mendengar radio sebanyak 3 orang (3 %)10. Distribusi lansia Berdasarkan Indeks KARTZ Pada Lansia

Tabel 1.11 Distribusi lansia Berdasarkan Indeks KARTZ Pada Lansia di PSTW PUSPA KARMA Mataram Tahun 2013

NoABCDEFG

158-----7

%89.2-----10.8

Jumlah587

Sumber : Data Primer dan Sekunder (P3N Stikes Yarsi Mataram, 2013)

Dari data di atas menunjukkan bahwa presentasi tertinggi lansia berdasarkan Indeks KARTZ adalah katagori A sebanyak 58 orang (89.2 %).

11. Distribusi lansia Berdasarkan Nilai SPSMQ Pada LansiaTabel 1.12 Distribusi lansia Berdasarkan Nilai SPSMQ Pada Lansia di PSTW PUSPA KARMA Mataram Tahun 2013

Salah 0-2 (Fungsi intelektual Utuh)Salah 3-4 (Kerusakan fungsi intelektual ringan )Salah 5-7 (fungsi intelektual sedang)Salah 8-10 (Kerusakan intelektual berat )

19181414

29.2%27.7%21.5%21.5%

Sumber : Data Primer dan Sekunder (P3N Stikes Yarsi Mataram, 2013)

Dari data diatas menunjukkan bahwa presentasi tertinggi lansia berdasarkan Nilai SPSMQ adalah katagori Fungsional Utuh sebanyak 19 orang (29.2 %).12. Distribusi lansia Berdasarkan skala Depresi (Yasevage)

Tabel 1.13 Distribusi lansia Berdasarkan skala Depresi (Yasevage) Pada Lansia di PSTW PUSPA KARMA Mataram Tahun 2013

Nilai 6-15 depresi ringan sedangNilai 16-30 depresi beratNilai 0-5 nilai normal

20-39

33.9%-66.1%

Sumber : Data Primer dan Sekunder (P3N Stikes Yarsi Mataram, 2013)

Dari data diatas menunjukkan bahwa presentasi tertinggi lansia berdasarkan skala depresi yasevage adalah katagori Normal sebanyak 39 orang (60 %).

13. Distribusi lansia Berdasarkan skala Depresi Beck Tabel 1.14 Distribusi lansia Berdasarkan skala Depresi Beck Pada Lansia di PSTW PUSPA KARMA Mataram Tahun 2013

Depresi 0-4 (Normal)5-7 (Depresi Ringan )8-15 (Depresi Sedang )>15 (Depresi Berat)

323300

49.2%50.8%0 %0

Sumber : Data Primer dan Sekunder (P3N Stikes Yarsi Mataram, 2013)

Dari data diatas menunjukkan bahwa presentasi tertinggi lansia berdasarkan Skala Depresi Beck adalah katagori Depresi normal sebanyak 32 orang (49.2 %).

14. Distribusi lansia Berdasarkan skala Apgar

Tabel 1.15 Distribusi lansia Berdasarkan skala Apgar Pada Lansia di PSTW PUSPA KARMA Mataram Tahun 2013

0-3 (disfungsi keluarga tinggi)4-6 (disfungsi keluarga sedang)7-10 (disfungsi keluarga baik)

123611

20.3%61.1%18.6%

Sumber : Data Primer dan Sekunder (P3N Stikes Yarsi Mataram, 2013)

Dari data diatas menunjukkan bahwa presentasi tertinggi lansia berdasarkan skala apgar adalah katagori disfungsi keluarga sedang sebanyak 36 orang (61.1 %). Dan terendah adalah pada kategori disfungsi keluarga baik sebanyak 11 orang (18.6%).B. ANALISA DATA

NoSymtompEtiologiProblem

1DS :

Sebagian besar kelayan mengeluh nyeri sendi lutut, pegal, nyeri tungkai, sakit pinggang DO:

1. 100 % lansia memiliki keluhan penyakit

2. 44.8 % lansia menderita penyakit rematik dan asam urat

3. 64.4 % lansia berumur 60-74 tahunKurang pemahaman dan motivasi untuk memelihara kesehatanTingginya penyakit reumatik

2DS : kelayan mengeluh pusing, sakit tengkuk, penglihatan kabur, nyeri ulu hati, nyeri tungkai DO ;

16.1 % lansia menderita hipertensi

Kurang pemahaman dan motivasi untuk memelihara kesehatanTingginya penyakit hipertensi

3DS : kelayan mengatakan pusing, batuk, pilek DO:

Kelayan jarang berjemur, kondisi cuaca yang dingin, kelayan dalam keadaan puasa,

Kurang pemahaman untuk mengenal masalah kesehatanResiko penurunan kesehatan lansia

C. DIAGNOSA

1. Tingginya penyakit reumatik berhubungan dengan kurang pemahaman dan motivasi dalam pemeliharaan kesehatan yang ditandai dengan mengeluh nyeri sendi lutut, pegal, nyeri tungkai, sakit pinggang 100 % lansia memiliki keluhan penyakit 44.8 % lansia menderita penyakit rematik dan asam urat 64.4 % lansia berumur 60-74 tahun

2. Tingginya penyakit hipertensi berhubungan dengan kurang pemahaman dan motivasi dalam pemeliharaan kesehatan yang ditandai dengan 16.1 % lansia menderita hipertensi kelayan mengeluh pusing, sakit tengkuk, penglihatan kabur, nyeri ulu hati, nyeri tungkai 13.8 % lansia menderita hipertensi

3. Resiko penurunan kesehatan lansia berhubungan kurangnya pemahaman mengenal masalah dengan ditandai dengan kelayan mengatakan pusing, batuk, pilek kelayan jarang berjemur, kondisi cuaca yang dingin, kelayan dalam keadaan puasa.DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Pendokumentasian keperawatan, Edisi 2. Jakarta : EGC.

Doenges, M.E, dkk. 1999. Rencana Asuhan keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta : EGC.

Internet : http//drlizakedokteran.blogspot.com/2007/12/reumatoid-artritis-re.html

Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan gerontik, Edisi 2. Jakarta : EGC. Price, S.A. 2006.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6. Jakarta : EGC.

Wahit Iqbal Mubarak, dkk. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta : EGC.

18