bab 123 kesejahteraan lansia.doc
DESCRIPTION
jbbjknlknlm;klk'lk]']]TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya Indonesia sebagai salah satu Negara dengan tingkat
perkembangan yang cukup baik, maka makin tinggi pula harapan hidup penduduknya.
Diproyeksikan harapan hidup orang Indonesia dapat mencapai 70 tahun pada tahun 2000.
Perlahan tapi pasti masalah lansia mulai dapat perhatian pemerintah dan masyarakat. Hal ini
merupakan konsekuensi logis terhadap berhasilnya pembangunan, yaitu bertambahnya usia
harapan hidup sebagai akibat yang telah dicapai dalam pembangunan selama ini.
Maka mereka yang memiliki pengalaman, keahlian dan kearifan perlun diberi
kesempatan untuk berperan dalam pembangunan. Kesejahteraan penduduk usia lanjut yang
karena kondisi fisik dan / atau mentalnya tidak memungkinkan lagi berperan dalam
pembangunan, maka lansia perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat
( GBHN, 1993 ).
Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah, para professional
kesehatan, serta bekerja sama dengan pihak swasta dan masyarakat untuk mengurangi angka
kesakitan (morbiditas) dan kematian ( mortalitas ) lansia. Pelayanan kesehatan, social,
ketenagakerjaan, dan lain-lainya telah dikerjakan pada berbagai tingkatan, yaitu tingkat
individual , kelompok lansia, keluarga, Panti social tresna wreda (PSTW), Sasana Tresna
Wreda (STW), Sarana Pelayanan Kesehatan Tingkat Dasar (Primer).
Sarana Pelayanan Kesehatan Rujukan (Skunder), dan sarana pelayanan kesehatan
tingkat lanjutan (Tersier) untuk mengatasi permasalahan pada lansia. Perancangan Hari
Lanjut Usia Nasional (HALUN) pada tanggal 29 Mei 1999 di Semarang oleh President
Soeharto merupakan bukti dan Penghargaan pemerintah dan masyarakat terhadap lansia.
B. Ruang Lingkup
a. Pelayanan sosial kesejahtraan pada usia lanjut
b. Upaya Pelayanan Kesehatan Terhadap lansia
c. Contoh Jenis Pengelolaan Kesejahteraan Lansia Di Institusi Dan Masyarakat
d. Peraturan Perundang-Undangan Tentang Lanjut Usia Di Negara Indonesia
1
C. Sistematika Penulisan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Ruang Lingkup
C. Maksud dan Tujuan
D. Sistematika Penulisan
E. Metode Penulisan
Bab II Pembahasan
A. Pelayanan Kesejahteraan Social Usia Lanjut
a. Program Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia
b. Sasaran Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia
c. Tujuan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia
d. Sifat Pelayanan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia
e. Prisip Pelayanan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia
f. Proses Pelayanan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia
g. Hubungan antara heterogenitas populasi lansia dan berbagai jenis pelayanan
kesejahteraan pada lansia
h. Istilah- Istilah Dalam Pelayanan Kesejahteraan Sosial Usia Lanjut
B. Upaya Pelayanan Kesehatan Terhadap lansia
a. Azas Dalam Upaya Pelayanan Kesehatan Terhadap Lansia
b. Pendekatan Dalam Upaya peningkatan Pelayanan Kesehatan Terhadap Lansia
c. Jenis Pelayanan Kesehatan Terhadap Lansia
C. Contoh Jenis Pengelolaan Kesejahteraan Lansia Di Institusi Dan Masyarakat
a. Silver College
b. Rumah Perlindungan Sosial Tresna Werdha Garut
D. Peraturan Perundang-Undangan Tentang Lanjut Usia Di Negara Indonesia
a. Payung Hukum Dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Lansia Di
Indonesia
b. Tiga peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan lanjut usia
Bab III Penutup
A. Kesimpulan
2
B. Saran
Daftar Pustaka
E. Metode Penulisan
Metode yang digunakan adalah :
a. Studi Dokumentasi
Yaitu suatu metode yang dilakukan dengan mempelajari naskah-naskah dan
dokumen-dokumen lainnya baik berbentuk buku sumber ataupun dari internet.
b. Studi Kepustakaan
Yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan mempelajari teori-teori dalam
buku atau literature lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pelayanan Kesejahteraan Social Usia Lanjut
Pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia adalah proses penyuluhan sosial, bimbingan
,konseling,bantuan,santunan dan perawatan yang dilakukan secara terarah, terencana dan
berkelanjutan yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial lanjut usia atas dasar
pendekatan pekerjaan sosial.
Di Indonesia, pelayanan kesejahteraan social bagi warga usia lanjut secara umum
boleh dikatakan masih merupakan hal yang baru. Hal ini dikarenkan prioritas yang diberikan
pada populasi usia lanjut memang baru saja mulai diperhatikan. Sebelum GBHN 1993, upaya
kepada populasi usia lanjut selalu dikaitkan dengan istilah “ usia lanjut dan jompo “. Terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan pelayanan kesejahteraan social bagi
populasi usia lanjut, ( Hadi Martono, 1997 ).
Populasi usia lanjut merupakan populasi yang heterogen. Tidak semua individu dalam
populasi usia lanjut memerlukan pelayanan social dalam bentuk yang sama. Ini dikarenakan
populasi usia lanjut, walaupun secara keseluruhan termasuk golongan populasi yang rapuh
kesehatan/ kesejahteraan, tetapi dalam derajat yang berbeda- beda.
Jenis pelayanan yang dibutuhkan sangat bervariasi. Mengingat heterogenesis populasi
usia lanjut yang ada, disertai kenyataan bahwa aspek fungsional seorang individu usia lanjut
tergantung dari 3 faktor ( fisik, psikis, dan social ekonomi ) maka jelaslah bahwa akan
terdapat banyak segi pelayanan yang dibutuhkan.
Pelayanan kesejahteraan social pada usia lanjut membutuhkan keterkaitan antara
semua bidang kesejahteraan, antara lain : kesehatan, social, agama, olahraga, kesenian,
koperasi dan lain- lain.
a. Program Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia
Dalam mewujudkan pelayanan kesejahteraan sosial, maka program pokok yang
dilaksanakan antara lain:
1. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dalam Panti
2. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Luar Panti
4
3. Kelembagaan Sosial Lanjut Usia
4. Perlindungan Sosial dan Aksesibilitas Lanjut Usia.
b. Sasaran Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia
Sasaran program pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia:
1. Lanjut Usia
2. Keluarga
3. ORSOS /LSM
4. Masyarakat.
c. Tujuan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia
a. Para lanjut usia dapat menikmati hari tuanya dengan aman, tentram dan sejahtera.
b. Terpenuhinya kebutuhan lanjut usia baik jasmani maupun rohani.
c. Terciptanya jaringan kerja pelayanan lanjut usia.
d. Terwujudnya kwalitas pelayanan.
d. Sifat Pelayanan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia
Setiap jenis pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia baik yang dilaksanakan oleh
pemerintah maupun maupun masyarakat mengandung sifat preventif , kuratif dan
rehabilitatif.
1. Preventif atau pencegahan, Pelayanan sosial yang di arahkan untuk pencegahan
timbulnya masalah baru dan meluasnya permasalahan lanjut usia, maka dilakukan
melalui upaya pemberdayaan keluarga , kesatuan kelompok –kelompok didalam
masyarakat dan lembaga atau organisasi yang peduli terhadap peningkatan
kesejahteraan lanjut usia ,seperti keluarga terdekat, kelompok pengajian , kelompok
arisan karang werdha, PUSAKA, DNIKS, DNIKS ,LLI, BK 3 S, K3 S.
5
2. Kuratif atau penyembuhan, Pelayanan sosial lanjut usia yang diarahkan untuk
penyembuhan atas gangguan-gangguan yang di alami lanjut usia, baik secara fisik ,
psikis maupun sosial.
3. Rehabilitatif atau pemulian kembali , Proses pemulihan kembali fungsi-fungsi sosial
setelah individu mengalami berbagai gangguan dalam melaksanakan fungsi-fungsi
sosialnya.
e. Prisip Pelayanan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia
Prinsip kesejahteraan sosial sosial lanjut usia didasarkan pada resolusi PBB NO.
46/1991 tentang principles for Older Person ( Prinsip-prinsip bagi lanjut usia) yang pada
dasarnya berisi himbauan tentang hak dan kewajiban lanjut usia yang meliputi
kemandirian, partisipasi, pelayanan, pemenuhan diri dan martabat , Yaitu :
a. Memberikan pelayanan yang menjujung tinggi harkat dan martabat lanjut usia.
b. Melaksanakan, mewujudkan hak azasi lanjut usia.
c. Memperoleh hak menentukan pilihan bagi dirinya sendiri.
d. Pelayanan didasarkan pada kebutuhan yang sesungguhnya.
e. Mengupayakan kehidupan lanjut usia lebih bermakna bagi diri, keluarga dan
masyarakat.
f. Menjamin terlaksananya pelayanan bagi lanjut usia yang disesuaikan dengan
perkembangan pelayanan lanjut usia secara terus menerus serta meningkatkan
kemitraan dengan berbagai pihak.
g. Memasyarakatkan informasi tentang aksesbilitas bagi lanjut usia agar dapat
memperoleh kemudahan dalam penggunaan sarana dan prasarana serta perlindungan
sosial dan hukum.
h. Mengupayakan lanjut usia memperoleh kemudahan dalam penggunaan sarana dan
prasarana dalam kehidupan keluarga,serta perlindungan sosial dan hokum.
6
i. Memberikan kesempatan kepada lanjut usia untuk menggunakan sarana pendidikan ,
budaya spriritual dan rekreasi yang tersedia di masyarakat.
j. Memberikan kesempatan bekerja kepada lanjut usia sesuai dengan minat dan
kemampuan.
k. Memberdayakan lembaga kesejahteraan sosial dalam masyarakat untuk berpartisipasi
aktif dalam penanganan lanjut usia dilingkungannya.
l. Khusus untuk panti, menciptakan suasana kehidupan yang bersifat kekeluargaan.
f. Proses Pelayanan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia
Proses pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia di dalam panti dan luar panti :
1. Persiapan
a. Sosialisasi program dan kegiatan Panti/Orsos bagi lanjut usia penerima
pelayanan , keluarga dan masyarakat.
b. Kontak (Pertemuan pertama antara pihak panti/orsos dengan lanjut usia dan
keluarganya/yang mewakili).
c. Kontak( kesepakatan pelayanan atau bantuan secara tertulis antara klien
dengan pihak panti/pekerja sosial.
d. Pengungkapan masalah lanjut usia.
e. Rencana tindak/intervensi.
2. Pelaksanaan Pelayanan.
a. Pelayanan sosial
b. Pelayanan fisik
c. Pelayanan psikososial
d. Pelayanan ketrampilan
7
e. Pelayanan keagamaan/ spiritual
f. Pelayanan pendampingan
g. Pelayanan bantuan hukum.
3. Monitoring dan evaluasi .
4. Terminasi.
5. Pembinaan lanjut.
g. Hubungan antara heterogenitas populasi lansia dan berbagai jenis pelayanan
kesejahteraan pada lansia
Hubungan antara heterogenitas populasi lansia dan berbagai jenis pelayanan
kesejahteraan social yang dibutuhkan akan dijelaskan lebih lanjtu berikut ini. Heterogenitas
populasi usia lanjut ( brocklehurst and allen, 1987 ) :
Untuk melihat jenis penanganan yang diperlukan oleh populasi usia lanjut, cara yang
paling praktis adalah melihat heterogenitas populasi usia lanjut ditinjau dari aspek fungsional
dan kesehatannya. Dari aspek tersebut, maka populasi usia lanjut bisa diklasifikasikan
sebagai berikut :
Populasi usia lanjut yang “ sehat “ : golongan populasi usia lanjut ini secara
fungsional masih tidak tergantung pada orang lain, aktivitas hidup sehari- hari ( AHS )
masih penuh, walaupun mungkin ada keterbatasan bagi segi social ekonomi yang
memerlukan beberapa pelayanan, misalnya perumahan, peningkatan pendapatan, dan
pelayanan lain. Upaya dari para lansianya sendiri memerlukan motivasi dan fasilitas
dari petugas yang terkait, antara lain dengan membentuk klub usia lanjut atau “ karang
werdha “.
Populasi lansia dengan penyakit akut maupun kronis : populasi golongan ini jelas
memerlukan pelayanan kesehatan khusus, misalnya penyediaan bangsal akut/ kronis
dan rehabilitasi termasuk upaya penyediaan dana perawatan. Walaupun tergantung
dari keadaan individual, secara umum populasi usia lanjut sangat rawan dalam bidang
social ekonominya, sehingga pelayanan social bagi golongan ini juga perlu
8
mendapatkan perhatian khusus. Populasi lansia yang termasuk golongan ini dapat
dibagi lagi menjadi beberapa golongan, antara lain :
Mereka yang mempunyai sakit akut, ringan, atau sedang : untuk golongan ini
diperlukan upaya pelayanan kesehatan puskesmas atau dokter praktek swasta,
dengan dukungan perdana yang jelas.
Mereka dengan sakit akut berat : golongan ini memerlukan perwatan geriatric
yang lebih lengkap dan spesialistik, karenanya perlu perawatan dibangsal rumah
sakit.
Mereka yang menderita sakit kronis/ tak bias mandiri di rumah : Untuk
golongen ini suatu pelayanan geriatric di bangsal kronis atau panti rawat wredha
(nursing home) merupakan suatu kebutuhan, hingga pengadaanya perlu
diupayakan.
Mereka yang menderita gangguan mental dan atau dementia berat : untuk
golongan lansia ini, suatu pelayanan psiko- geriatric di berbagai tingkat pelayan
sudah harus mulai diupayakan keberadaannya.
Mereka yang memerlukan bantuan rehabilitasi : tergantung dari jenis
rehabilitasinya, maka penderita ini bias mendapat bantuan dari perawat atau
petugas rehabilitasi atau klinik rawat siang atau dari institusi rehabilitasi lain
Populasi lansia dengan penyakit terminal : upaya yang diberikan bagi populasi ini
lebih mengarah ke pemberian rumatan kesehatan yang disebut rumatan hospis, baik
rumah atau di rumah sakit, tetap[I beberapa dukungan peraturan mungkin diperlukan.
h. Istilah- Istilah Dalam Pelayanan Kesejahteraan Sosial Usia Lanjut
Klub lansia : adalah suatu perkumpulan atau paguyuban dari para usia lanjut yang
sebaiknya berasal dari satu lingkungan hunian. Dalam istilah social, klub ini sering
disebut pula “ karang werdha “ . dalam klub ini para lansia yang sehat atau mandiri
dapat mengadakan berbagai kegiatan fisik/ rohani- kewajiban/ social- ekonomi secara
bersama- sama.
9
Pelayanan bantuan di rumah ( home help service ) : merupakan suatu kegiatan
pemberian bantuan pada para lanjut usia dengan berbagai keterbatasan fisik. Layanan
bias berupa pengerjaan berbagai kegiatan rumah tangga ( pembersihan rumah, cuci/
laundry ) atau pemberian rawatan/ rehabilitasi ( home nursing/ rehabilitation )
Hunian khusus lanjut usia : disamping para lansia yang masih bisa dan mau tetap
tinggal di rumahnya yang lama, terdapat beberapa jenis hunian yang di rancang dan
diperuntukan bagi para lansia, antara lain adalah :
Perumahan khusus lansia
Dimana rumah lansia tersebut di desain sesuai dengan lansia seperti lantai tidak
licin, ukuran tempat tidur dan lain-lain. biasanya di peruntukan untuk lansia yang
masih mandiri dan hidup terpisah dengan ankanya yang sudah menikah.
Perumahan lansia yang terlindungi
Dimana perumahan tersebut di peruntukan untuk lansia yang memiliki
keterbatasan fisik. Contohnya anak tangga di lengkapi dengan ram( ramp)
sehingga memudahkan akses dengan kursi roda.
Panti Wredha
Merupakan suatu institusi hunian bersama dari para lansia yang secara
fisik/kesehatan masih mandiri, akan tetapi( terutama ) mepunyai keterbatasan
dibidang social –ekonomi. Kebutuhan harian dari para penghuni biasanya di
sediakan oleh pengurus panti. Diselenggaran oleh pemerintah atau swasta.
Panti perawat Wredha
Merupakan institusi hunian bagi lansia yang di peruntukan untuk lansia yang
menderita penyakit kronis dan tetap memerlukan perawatan dan tau rehabilitasi
jangka panjang. Penderita tersebut sudah tidak memerlukan perawatan di rumah
sakit dan akan menemui kesulitan apabila hidup di rumahnya sendiri karena tidak
ada tenaga ahli yang menanganinya.
Respite – care ( rumatan liburan)
10
Adalah suatu pelayanan yang bisa disediakan oleh suatu panti wredha atau
bangsal geriatric kronis, berupa admisi sementara bagi seorang penderita geriatri
kronis yang tadinya dirawat dirumah , dimaksudkan untuk member istirahat atau
hiburan/liburan bagi keluarga yang merawatnya untuk menghindari kejenuhan
dalam merawat penderita.
B. Upaya Pelayanan Kesehatan Terhadap lansia
Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi : azas, pendekatan dan jenis
pelayanan kesehatan yang diterima.
a. Azas Dalam Upaya Pelayanan Kesehatan Terhadap Lansia
Azas yang dianut oleh department Kesehatan RI adalah Add Life to Years, add Health
to life,and AddYears to Life, yaitu meningkatkan mutu kehidupan lansia, meningkatkan
kesehatan dan memperpanjang usia. Menurut WHO azas mengenai upaya peningkatan
mengenai pelayanan kesehatan pada lansia adalah to Add Life the Yearsthat Have Been
added to Life, dengan prinsip kemerdekaan ( independence), Partisipasi, perawatan (care),
pemenuhan diri (self fulfillment), dan kehormatan (diginity ).
b. Pendekatan Dalam Upaya peningkatan Pelayanan Kesehatan Terhadap Lansia
Menurut WHO , pendekatan yang digunakan untuk meningkatkan pelayan kesehatan
pada lansia adalah sebagai berikut :
- Menikmati hasil pembangunan ( sharing the benefits of social development ).
- Masing-masing lansia mempunyai keunikan ( individuality of aging persons )
- Lansia diusahakan mandiri dalamberbagai hal ( nondependence )
- Lansia turut memilih kebijkan ( choice ).
- Memberikan perawatan dirumah. ( home care ).
- Pelayanan harus dicapai dengan mudah ( accessitability ).
- Mendorong ikatan akrab antar kelompok / antar generasi ( Engaging the aging ).
11
- Transportasi dan utilities bangunan yang sesuai dengan lansiam( mobility)
- Para lansia dapat berguna dalam menghasilkan karya ( productivity ).
- Lansia beserta keluarga aktif mememlihara kesehatan lansia ( self help care and
family care).
c. Jenis Pelayanan Kesehatan Terhadap Lansia
Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan, yaitu
peningkatan (promotion), pencengahan (prevention), diagnosis dini dan pengobatan (early
diagnosis and prompt treatment), pembatasan kecacatan (disability limitation), pemulihan
(rehabilitation).
Promotif
Upaya promotif merupakan tindakan secara langsung dan tidak langsung
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah penyakit. Upaya promotif juga
merupakan proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan dukungan klien, tenaga
professional dan masyarakat terhadap praktik kesehatan yang positif menjadi norma-
norma social. Upaya promotif dilakukan untuk membantu orang-orang untuk
mengubah gaya hidup mereka dan bergerak kea rah keadaan keehatan yang optimal
serta mendukung pemberdayaan seseorang untuk membuat pilihan yang sehat tentang
perilaku hidup mereka.
Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia adalah sebagai berikut :
Mengurangi cedera, dilakukan dengan tujuan mengurangi kejadian jatuh, mengurangi
bahaya kebakarandalam rumah, meningkatkan penggunaan alat pengaman, dan
mengurangi kejadian keracunan makanan atau zat kimia.
Meningkatkan keamanan di tempat kerja yang bertujuan untuk mengurangi terpapar
dengan bahan-bahan kimia dan meningkatkan penggunaan sistem keamanan kerja.
Meningkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk, bertujuan untuk
mengurangi penggunaan semprotan bahan¬bahan kimia, mengurangi radiasi di
12
rumah, meningkatkan pengelolaan rumah tangga terhadap bahan berbahaya, serta
mengurangi kontaminasi makanan dan obat-obatan.
Meningkatkan keamanan, penanganan makanan, dan obat¬obatan. Hal ini dilakukan
untuk menjaga sanitasi makanan serta mencegah kemungkinan efek interaksi dan
overdosis obat-obatan.
Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut yang bertujuan untuk
mengurangi karies gigi serta memelihara kebersihan gigi dan mulut.
Menyampaikan pesan B-A-H-A-G-I-A yaitu :
B – Berat badan berlebihan dihindari.
A - Atur makanan yang seimbang.
H – Hindari faktor risiko penyakit jantung iskemik dan situasi menegangkan.
A – Agar terus merasa berguna dengan mengembangkan kegiatan/hobi yang
bermanfaat.
G – Gerak badan teratur dan sesuai kemampuan.
I – Ikuti nasihat dokter.
A – Awasi kesehatan dengan pemeriksaan secara berkala.
Menyampaikan pesan pada lansia sehat mengenai kebugaran, makan, merokok,
alkohol, kelainan jiwa, kekerasan (rudapaksa), kesehatan kerja, kesehatan lingkungan,
obat dan makanan, kesehatan gigi, kesehatan ibu, penyakit jantung, stroke, kanker,
diabetes melitus, HIV-AIDS, penyakit hubungan seksual, imunisasi, dan pengawasan
penyakit.
Preventif
Dalam hal pencegahan dengan tujuan meningkatkan pelayanan dan
kesejahteraan lansia mencangkup pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
13
Pencegahan primer :
Melakukan pencegahan primer, meliputi peningkatan kesehatan lansia seperti
memberikan tindakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan lansia. Jenis
pelayanan pencegahan primer adalah sebagai berikut :
- Program imunisasi, misalnya vaksin influenza.
- Dukungan nutrisi.
- Exercise.
- Keamanan di dalam dan sekitar rumah.
- Manajemen stres.
- Penggunaan medikasi yang tepat
Pencegahan sekunder :
Melakukan pencegahan sekunder, meliputi pemeriksaan terhadap penderita
tanpa gejala, dari awal penyakit hingga terjadi gejala penyakit belum tampak secara
klinis.
Jenis pelayanan pencegahan sekunder antara lain adalah sebagai berikut :
- Kontrol hipertensi.
- Deteksi dan pengobatan kanker.
- Screening: pemeriksaan rektal, mammogram, papsmear, gigi mulut, dan lain-lain.
Pencegahan tersier :
Melakukan pencegahan tersier, dilakukan sesudah terdapat gejala penyakit dan
cacat; mencegah cacat bertambah dan ketergantungan; serta perawatan bertahap,
tahap (1) perawatan di rumah sakit, (2) rehabilitasi pasien rawat jalan, dan (3)
perawatan jangka panjang.
Jenis pelayanan pencegahan tersier adalah sebagai berikut :
14
Mencegah berkembangnya gejala dengan memfasilitasi rehabilitasi dan
membatasi ketidakmampuan akibat kondisi kronis.
Mendukung usaha untuk mempertahankan kemampuan berfungsi
Peran perawat dalam upaya preventif dan promotif bagi lansia lokal:
- Sebagai case rnanajer.
- Sebagai case finding.
- Memberikan informasi-informasi kesehatan.
Peran perawat dalam upaya preventif dan promotif bagi lansia Regional:
Bekerja sama dengan pemerintah setempat tentang kebijakan-kebijakan usia
lanjut.
Menghadiri pertemuan-pertemuan tentang kesehatan lansia.
Melakukan lobi dalam melaksanakan program.
Peran perawat dalam upaya preventif dan promotif bagi lansia Nasional:
- Keterlibatan dalam kebijakan publik.
- Negosiasi dan kompromi.
- Kerja sama multidisiplin.
Dignosis dini dan Pengobatan
Diagnosis dini dapat dilakukan oleh lansia sendiri atau petugas profesional dan
petugas institusi.
Oleh lansia sendiri dengan melakukan tes diri, skrining kesehatan, memanfaatkan
Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia, memanfaatkan Buku Kesehatan Pribadi (BKP),
serta penandatanganan kontrak kesehatan.
Oleh petugas profesional/tim :
Wawancara masalah masa lalu dan saat ini. Obat yang dimakan atau yang
diminum.
15
Skrining kesehatan, meliputi berat dan tinggi badan, kolesterol dan trigliserid,
tekanan darah, kanker payudara, kanker serviks, kanker kolon dan rektum, visus
dan pendengaran, serta kesehatan gigi dan mulut.
Pemeriksaan status kejiwaan, meliputi status mental dan psikologis. Status
mental terdiri atas pengkajian memori, konsentrasi/perhatian, orientasi,
komunikasi, clan bicara. Status psikologis terdiri atas suasana hati, perilaku, dan
kesan umum.
Pemeriksaan status terdiri atas kontak sosial, faktor ekonomi, penyesuaian diri,
dan orang yang merawat lansia. Kontak sosial mencakup keluarga/teman,
kelompok sosial, penggunaan sarana, serta klub lansia. Faktor ekonomi
mencakup pendapatan, asuransi, dan biaya hidup. Penyesuaian diri mencakup
keadaan saat ini dan masa depan. Orang yang merawat lansia mencakup usia,
status kesehatan, keterampilan, derajat stres, kepandaian, serta tanggung jawab
sebagai keluarga.
Pemeriksaan status fungsi tubuh apakah mandiri (independent), kurang mandiri
(partially), ketergantungan (dependent).
Pengobatan (early diagnosis and prompt treatment)
- Pengobatan terhadap gangguan sistem dan gejala yang terjadi meliputi sistem
muskuloskelelal, kardiovaskular, pernapasan, pencernaan, urogenital, hormonal,
saraf, dan integumen.
- Terhadap manifestasi klinik berupa nyeri kepala, nyeri dada, nyeri pinggang,
nyeri tungkai, nyeri kaki, demam, hipotermi, tak ada nafsu makan, kelemahan
umum, sesak napas, edema, obstipasi, gangguan kemih, gangguan neuropsikiatri,
hipertensi, klimakterium, dan prostat.
- Terhadap masalah geriatri meliputi pikiran kacau (acute confusional state), jatuh,
imobilisasi, dekubitus, inkontinensia urine, inkontinensia alvi, gangguan mata,
gangguan telinga, dan osteoartritis.
16
Pembatasan kecacatan
Kecacatan adalah kesulitan dalam memfungsikan kerangka, otot, dan sistem saraf.
Penggolongannya berupa hal-hal di bawah ini :
Kecacatan sementara ( dapat dikoreksi )
Kecacatan menetap ( tidak dapat dipulihkan, akan tetapi dapat disubtitusi dengan
alat )
Kecacatan progreif ( tidak bisa pulih dan tidak bisa disubtitusi atau diganti ).
Rehabilitatif
Prinsip
- Pertahankan lingkungan yang aman.
- Pertahankan kenyamanan, istirahat, aktivitas dan mobilitas.
- Pertahankan kecukupan gizi.
- Pertahankan fungsi pernapasan.
- Pertahankan fungsi aliran darah.
- Pertahankan kulit.
- Pertahankan fungsi pencernaan.
- Pertahankan fungsi saluran kemih.
- Meningkatkan fungsi psikososial.
- Pertahankan komunikasi.
- Mendorong pelaksanaan tugas;
Pelaksana: tim rehabilitasi (petugas medis, petugas paramedis, serta petugas
nonmedis)
Upaya rehabilitasi bagi lansia dengan penglihatan berkurang atau tidak bisa melihat.
17
- Membaca dengan jarak yang sesuai menggunakan kaca pembesar atau kacamata
baca yang cocok.
- Jalan pada siang hari menggunakan topi besar dan kacamata hitam agar
pandangan tidak kabur karena pengaruh sinar matahari.
- Gambar dan tulisan difotokopi untuk diperbesar agar mudah terlihat atau
terbaca.
- Lampu ruangan dan lampu baca dengan pencahayaan yang cukup terang.
- Telepon dengan angka besar.Memperkenalkan dan melatih berjalan di sekitar
lingkungan agar terbiasa dengan keadaan yang ada bisa ditemani atau
menggunakan tongkat.
- Belajar menggunakan tape recorder.
- Menggunakan peralatan yang bisa berbunyi atau berbicara.
- Permainan di atas meja yang dimodifikasi dengan rabaan, contoh mayo.
- Melatih keterampilan tangan seperti menyulam.
- Menggunakan jam tangan atau jam dinding yang jarum dan angkanya bisa
diraba.
- Menggunakan alat bantu untuk menulis (pembatas tulisan).
Upaya rehabilitasi bagi lansia dengan pendengaran berkurang atau tidak bisa
mendengar.
- Membiasakan mendengar dan berbicara pada pertemuan dengan alat bantu
pendengaran elektronik.
- Mendengar dan berbicara dengan jarak dekat, berhadapan, suara agak keras,
serta gerakan tangan dan kepala.
- Bel rumah yang dimodifikasi selain menggunakan bunyi juga ada lampu
menyala tanda bel berbunyi.
18
- Menggunakan buku catatan sendiri untuk menulis pesan.
- Biasakan dan latih berjalan di lingkungan sekitar dan tempat ramai dengan
menggunakan alat bantu dengar, juga jelaskan kemungkinan bahaya dan cara
menghindarinya.
- Alat-alat yang berbunyi usahakan dengan suara keras seperti telepon.
Mendengar menggunakan alat bantu sederhana seperti pipa yang terhubung ke
telinga.
Upaya rehabilitasi bagi lansia dengan keterbatasan pergerakan atau immobilisasi
- Melatih jalan menggunakan tongkat dan kursi roda.
- Duduk dari berbaring dengan alat khusus, seperti pegangan yang dihubungkan
ke kaki.
- Mengerakkan kaki sebelum memasang sepatu.
- Melatih menggunakan sepatu dan dasi yang dimodifikasi dengan satu tangan.
- Kursi roda standar, yaitu sandaran fleksibel, injakan kaki bisa dibuka dan
ditutup, ada penahan roda, ada pegangan tangan di roda, bisa dilipat, serta
diangkat depannya.
- Kursi roda yang lebih baik lagi, yaitu ada penahan belakang lutut, bisa
meluruskan kaki, mudah vntuk berdiri, ada sabuk pengaman, ada dua tempat
pegangan tangan, dan bisa dilepas.
- Mengajarkan cara duduk yang baik di kursi roda.
- Cara menggunakan kursi roda: menuruni tangga dengan belakang kursi roda
lebih dahulu dan menaiki tangga dengan depan kursi roda diangkat.
- Makan menggunakan alat makan dengan pegangan besar.
- Alat masak dan tempat masak yang dimodifikasi agar lebih mudah
menggunakannya.
19
- Alat untuk permainan clan membaca yang dimodifikasi.
- Menggunakan pispot.
- Tempat mandi ada bangku untuk duduk clan sikat yang melekat di dinding.
- Toilet dengan tempat duduk yang berlubang agar mudah buang air besar.
- Menggunakan alat bantu gambar untuk menjelaskan clan meminta sesuatu.
- Latihan pasif untuk lansia yang mengalami paralisis pada tangan, kaki, dan jari.
- Selanjutnya, lakukan latihan aktif.
- Latihan jalan menggunakan satu tongkat, dua tongkat, serta kursi roda di jalan
biasa dan tangga.
- Kaki kursi menggunakan sepatu agar tidak mudah bergeser.
- Menjemur pakaian dengan menggunakan alat bantu.
- Menggunakan sisir besar, kegiatan membaca, clan berternu dengan lansia lain.
- Membuka kran menggunakan alat bantu dengan pegangan yang besar.
- Tempat mencuci dibuat khusus.
- Cara pindah dari tempat tidur ke kursi roda kemudian dari kursi roda ke tempat
duduk: perawat berhadapan dengan klien clan kedua tangan memegang bawah
aksila klien, sedangkan klien memegang bahu perawat.
Upaya rehabilitasi bagi lansia dengan demensia
- Jika ada yang lupa, maka ingatkan dan bantu lansia. Misalnya, lupa dengan
keluarganya (anak sendiri), tidak tahu tempat buang air kecil.
- Mengingatkan lansia untuk membuat gambar bulan dan matahari pada tempat
tidurnya, untuk membedakan bulan untuk malam hari dengan matahari untuk
siang hari. Selanjutnya, siapkan obat pada tempat yang sudah ada labelnya.
20
Ingatkan hari, tanggal, dan tahun serta latih untuk mencoret hari yang lewat di
kalender.
- Mencatat setiap pesan dan di dekat telepon harus ada buku catatan.
- Buat catatan untuk nomor telepon penting.
- Tuliskan tempat-tempat atau ruangan dengan tulisan besar, contoh toilet, kamar
mandi, kamar tidur, dan lain-lain.
- Melatih mengingat dengan memperlihatkan album pada orang yang dikenal.
- Memperkenalkan keluarga kembali dan diajak berkomunikasi.
- Permainan kelompok: menentukan jenis bunga, menanyakan hari, serta gambar
dicocokkan dengan aslinya.
C. Contoh Jenis Pengelolaan Kesejahteraan Lansia Di Institusi Dan Masyarakat
a. Silver College
Silver College merupakan wadah bagi para lansia untuk berkiprah memberdayakan
masyarakat dan membangun negara pada kesempatan kedua. Bagi IPB, berdirinya
Silver College menggenapi Paguyuban Pensiunan Pegawai(P3) IPB dan Warga Usia
Lanjut (Wulan) IPB.
Silver College sendiri merupakan program khusus yang digulirkan Yayasan
Damandiri untuk membina para lansia,agar mereka lebih mampu memberikan dharma
baktinya pada keluarga dan masyarakat. Upaya pendirian Silver Club ini ditujukan
untuk memunculkan potensi mereka ke permukaan. Juga memberikan“kesempatan
kedua” kepada lansia untuk memberikan pengabdian dalam memberdayakan
keluarganya, masyarakat dan membangun negara. Melalui kelembagaan ini, para lansia
yang memiliki potensi dan kemampuan bisa terus diasah agar bermakna, untuk
melakukan darma baktinya yang kedua.
b. Rumah Perlindungan Sosial Tresna Werdha Garut
Sesuai Undang-undang nomor 13 tahun 1998 mengamanatkan bahwa pemerintah
dan masyarakat berkewajiban memberikan pelayanan sosial kepada lanjut usia.
21
Bertolak dari pemikiran tersebut maka Rumah Perlindungan Sosial Tresna Werdha
( RPSTW ) Garut, sebagai salah satu unsur pelaksana sebagian tugas operasional balai,
mempunyai tugas pokok memberikan perlindungan dan pelayanan kesejahteraan bagi
lanjut usia terlantar/miskin di wilayah Priangan Timur.
Keberadaan RPSTW Jiwa Baru Garut merupakan salah satu respon terhadap
berkembangnya jumlah dan masalah lanjut usia, khususnya di wilayah Priangan Timur
oleh karena itu hakekat keberadaan RPSTW Jiwa Baru Garut tidak semata- mata
sebagai wadah pelayanan bagi lanjut usia tetapi juga memberikan perlindungan,
pelayanan, perawatan serta pengembangan dan pemberdayaan lanjut usia yang santun
didalamnya. Kegiatan yang telah dilaksanakan merupakan bentuk pertanggung jawaban
RPSTW dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi sesuai ketentuan yang berlaku.
D. Peraturan Perundang-Undangan Tentang Lanjut Usia Di Negara Indonesia
a. Payung Hukum Dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Lansia Di Indonesia
Payung hukum dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan Lansia di Indonesia
telah ditetapkan melalui perundang-undangan yang berlaku meliputi Undang- Undang.
Dua belas tahun peringatan Haluna (Hari Lansia Nasional) pada 29 Mei tahun ini,
mengangkat kesadaran sejumlah kalangan untuk semakin memahami penjelasan yang
lebih mendalam tentang sebab pentingnya peringatan Haluna ini.
Dalam kenyataan hari peringatan kepada penduduk lansia ini telah juga dilakukan
oleh masyarakat dunia dalam the International Day of Elderly People yang diperingati
pada setiap tanggal 1 bulan Oktober. Itu berarti bahwa upaya untuk mempedulikan kepada
Lansia semakin menjadi kepedulian bersama, meskipun pada era millennium ketiga ini
pembahasan secara khusus kepada Lansia tidak termasuk dalam agenda MDGs
(Millennium Development Goals).
22
Kegiatan-kegiatan yang dimaksudkan untuk menaruh kepedulian kepada Lansia, yaitu
penduduk yang telah berumur 60 tahun ke atas, di Indonesia telah memperoleh payung
hukumnya sehubungan dengan tuntutan berbagai fihak pada pertengahan tahun 1990-an.
Saat itu jumlah Lansia telah mencapai jumlah 9 persen lebih dan AHH (Angka Harapan
Hidup) 66 tahun, dan akan terus meningkat sejalan dengan keberhasilan pembangunan
bidang kesehatan.
Payung hukum sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan Lansia di Indonesia
telah ditetapkan ketentuan perundangannya antara lain berupa Undang Undang, Peraturan
Pemerintah, Kepment, Peraturan Daerah dan Peraturan Gubernur.
Kepedulaian kepada peningkatan kesejahteraan Lansia di nusantara ini dapat
ditelusuri legalitasnya melalui peraturan perundangan yang berlaku. Peraturan
perundangan tersebut antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 53, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3390)
2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 35)
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun
1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495) yang berisi antara lain
tentang pelayanan kesejahteraan Lansia
4. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia (Lembaran
Negara Tahun 1998 Nomor 190, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3796) yang
memuat tentang hak-hak Lansia, kewajiban-peran serta masyarakat dan pemerintah
5. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara
Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3886) yang memuat
antara lain tentang hak Lansia atas kesejahteraannya
6. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara
Tahun 2003 Nomor 39)
23
7. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan
Kesejahteraan Lanjut Usia (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4451)
8. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung yang berisi tentang
aksesibilitas di luar dan di dalam gedung bagi Lansia
9. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Tahun
2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4587)
10. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan (Lembaran Negara
Tahun 2005 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4588)
b. Tiga peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan lanjut usia
Deputi Menkokesra Tiga peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
lanjut usia, yaitu :
1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 ( Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia ).
Yang menjadi dasar pertimbangan dalam undang-undang ini, antara lain
adalah ”bahwa pelaksanaan pembangunan yang bertujuan mewujudkan masyarakat
adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, telah
menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang makin membaik dan usia harapah hidup
makin meningkat, sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah”. Selanjutnya dalam
ketentuan umum, memuat ketentuan-ketentuan yang antara lain dimuat mengenai
pengertian lanjut usia, yaitu seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Asas peningkatan kesejahteraan lanjut usia adalah keimanan, dan ketakwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, kekeluargaan, keseimbangan, keserasian, dan keselarasan
dalam perikehidupan.
Dengan arah, agar lanjut usia tetap dapat diberdayakan sehingga berperan
dalam kegiatan pembangunan dengan memperhatikan fungsi kearifan, pengetahuan,
keahlian, keterampilan, pengalaman, usia, dan kondisi fisiknya, serta terselenggaranya
24
pemeliharaan taraf kesejahteraannya. Selanjutnya tujuan dari semua itu adalah untuk
memperpanjang usia harapan hidup dan masa produktif, terwujudnya kemandirian
dan kesejahteraannya, terpeliharanya sistem nilai budaya dan kekerabatan bangsa
Indonesia serta lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Lanjut usia mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Sebagai penghormatan dan penghargaan kepada lanjut usia
diberikan hak untuk meningkatkan kesejahteraan yang meliputi :
pelayanan keagamaan dan mental spiritual
pelayanan kesehatan
pelayanan kesempatan kerja
pelayanan pendidikan dan pelatihan
kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum
kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum
perlindungan sosial
bantuan social
Dalam undang-undang juga diatur bahwa Lansia mempunyai kewajiban, yaitu :
membimbing dan memberi nasihat secara arif dan bijaksana berdasarkan pengetahuan
dan pengalamannya, terutama di lingkungan keluarganya dalam rangka menjaga
martabat dan meningkatkan kesejahteraannya;mengamalkan dan mentransformasikan
ilmu pengetahuan, keahlian, keterampilan, kemampuan dan pengalaman yang
dimilikinya kepada generasi penerus;memberikan keteladanan dalam segala aspek
kehidupan kepada generasi penerus.
Pemerintah bertugas mengarahkan, membimbing, dan menciptakan suasana yang
menunjang bagi terlaksananya upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia.
Sedangkan pemerintah, masyarakat dan keluarga bertanggungjawab atas terwujudnya
upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia.
25
2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 ( Tentang Pelaksanaan Upaya
Peningkatan Kesejahteraan Lanjut Usia ).
Upaya peningkatan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia, meliputi :
Pelayanan keagamaan dan mental spiritual, antara lain adalah pembangunan
sarana ibadah dengan penyediaan aksesibilitas bagi lanjut usia.
Pelayanan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan upaya penyembuhan
(kuratif), diperluas pada bidang pelayanan geriatrik/gerontologik.
Pelayanan untuk prasarana umum, yaitu mendapatkan kemudahan dalam
penggunaan fasilitas umum, keringanan biaya, kemudahan dalam melakukan
perjalanan, penyediaan fasilitas rekreasi dan olahraga khusus.
Kemudahan dalam penggunaan fasilitas umum, yang dalam hal ini pelayanan
administrasi pemberintahan, adalah untuk memperoleh Kartu Tanda Penduduk
seumur hidup, memperoleh pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan milik
pemerintah, pelayanan dan keringanan biaya untuk pembelian tiket perjalanan,
akomodasi, pembayaran pajak, pembelian tiket untuk tempat rekreasi,
penyediaan tempat duduk khusus, penyediaan loket khusus, penyediaan kartu
wisata khusus, mendahulukan para lanjut usia. Selain itu juga diatur dalam
penyediaan aksesibilitas lanjut usia pada bangunan umum, jalan umum,
pertamanan dan tempat rekreasi, angkutan umum. Ketentuan mengenai
pemberian kemudahan dalam melakukan perjalanan diatur lebih lanjut oleh
Menteri sesuai dengan bidang tugas masing-masing.
3. Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 2004 ( Tentang Komisi Nasional Lanjut
Usia).
Keanggotaan Komisi Lanjut Usia terdiri dari unsur pemerintah dan masyarakat
yang berjumlah paling banyak 25 orang.
Unsur pemerintah adalah pejabat yang mewakili dan bertanggungjawab di bidang
kesejahteraan rakyat, kesehatan, sosial, kependudukan dan keluarga berencana,
ketenagakerjaan, pendidikan nasional, agama, permukiman dan prasarana
26
wilayah, pemberdayaan perempuan, kebudayaan dan pariwisata, perhubungan,
pemerintahan dalam negeri.
Unsur masyarakat adalah merupakan wakil dari organisasi masyarakat yang
bergerak di bidang kesejahteraan sosial lanjut usia, perguruan tinggi, dan dunia
usaha.
BAB III
27
PENUTUP
A. Kesimpulan
Meningkatnya usia harapan hidup penduduk di Indonesia adalah merupakan
dari keberhasilan program dan pelayanan dibidang kesehatan yang membawa akibat
pada penambahan jumlah penduduk usia lanjut. Kondisi tersebut membawa
konsekwensi terhadap timbulnya berbagai masalah yang berkaitan dengan kondisi
jasmaniah, rohaniah, sosial dan ekonomi bagi para lanjut usia
Dengan terjadinya peningkatan jumlah penduduk usia lanjut berarti pula
semakin diperlukan program pelayanan kesejahteraan bagi para lanjut usia dengan
jangkauan yang semakin luas dan kwalitas yang lebih baik.
B. Saran
Dengan meningkatnya usia harapan hidup penduduk Indonesia, maka jumlah
penduduk Indonesia dengan usia lanjut akan semakin bertambah. Disamping itu pula,
dengan bertambahnya penduduk Indonesia dengan usia lanjut maka akan banyak
muncul permasalahan pada lansia tersebut. Diantaranya mengenai permasalahan bio,
psiko, sosio, maupun spiritual. Dan solusi permasalahan tersebut ada pada perawat.
Maka dari itu kita sebagai seorang perawat harus bisa menerapkan asuhan
keperawatan kepada lansia secara professional.
DAFTAR PUSTAKA
28
Darmojo, Boedhi, dan Martono, Hadi. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut), Edisi 2. 2000. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Hadi Martono. GERIATRI ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut ), Edisi 4. 2009. FKUI,
jakarta
R. Siti Maryam. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. 2012. Salemba Medika.
Sahar juniati (2001) keperawatan gerontik, coordinator keperawatan komunitas,
fakultas ilmu keperawatan UI, Jakarta
Setiabudhi, Tony. (2002). Panduan Gerontologi Tinjauan Dari Berbagai Aspek
Menjaga Keseimbangan Kualitas Hidup Para Lanjut Usia. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama
SKM, Hardiwinoto, Stiabudi, Tony. Pandaun Gerontologi, Tinjauan Dari Berbagai
Aspek. 2005. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Qie30, (2009). Trend dan Isu Pelayanan Kesehatan Lansia. diakses 04 Mei 2011 dari
http://qie30.wordpress.com/2009/05/07/tren-dan-isu-pelayanan-kesehatan-lansia/
Stanly, Mickey. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. EGC. Jakarta
29