hipertensi n lansia.doc

Upload: ayunda-septi-naay

Post on 19-Oct-2015

28 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hipertensi dan lansia

TRANSCRIPT

BAB I

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan pengetahuan yang berkembang dalam pembahasan tentang teori proses menjadi tua (menua) yang hingga saat ini dianut oleh gerontologis, maka penting juga bagi perawat dalam tingatan kompetensinya untuk mengembangkan konsep dan teori keperawatan serta sekaligus praktik keperawatan yang didasarkan atas teori proses menjadi tua (menua) tersebut. Postulat yang selama ini diyakini oleh para ilmuwan perlu diimplikasikan dalam tataran nyata praktek keperawatan, sehingga praktek keperawatan benar-benar mampu memberi manfaat bagi kehidupan masyarakat.

Perkembangan ilmu keperawatan perlu diikuti pula dengan pengembangan praktik keperawatan, yang pada akhirnya mampu memberikan kontribusi terhadap masalah-masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat. Khususnya hipertensi pada lansia.Secara umum, implikasi/praktek keperawatan yang dapat dikembangkan dengan proses menua dapat didasarkan pada teori menua menurut/secara biologis, psikologis, dan sosial.

Berikut akan diuraikan tentang bentuk-bentuk implikasi asuhan keperawatan yang diberikan kepada individu yang mengalami proses penuaan, dengan didasarkan pada teori yang mendasari proses menua itu sendiri serta asuhan yang tepat diberikan kepada lansia yang menderita hipertensi. Implikasi keperawatan yang diberikan didasarkan atas asumsi bahwa tindakan keperawatan yang diberikan lebih ditekankan pada upaya untuk memodifikasi faktor-faktor yang secara teoritis dianggap dapat mempercepat proses penuaan. Istilah lain yang digunakan untuk menunjukkan teori menua adalah Senescence, yang diartikan sebagai perubahan perilaku sesuai usia akibat penurunan kekuatan dan kemampuan adaptasi (Comfort, 1970).1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat di rumuskan masalah yaitu: Bagaimana cara mengaplikasikan asuhan keperawatan pada lanjut usia (lansia) yang menderita penyakit hipertensi?1.3 Tujuan Penulisan Makalah1.3.1Tujuan umum

Setelah menyelesaikan pengalaman belajar klinik di harapkan mampu menerapkan asuhan keperawatan pada lansia yang mengalami masalah kesehatan yaitu hipertensi.

1.3.2Tujuan khusus

Setelah menyelesaikan pengalaman belajar klinik komunitas di harapkan mampu:

a. Mengidentifikasi data yang sesuai dengan masalah kesehatan yang di hadapi oleh lansia.

b. Merumuskan diagnosa keperawatan keluarga sesuai dengan masalah kesehatan yang di hadapi oleh lansia.

c. Menyusun rencana tindakan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang muncul.

d. Melaksanakan rencana keperawatan yang telah di susun.

e. Memodifikasi rencana yang telah di susun agar dapat di laksanakan oleh lansia sesuai dengan kemampuan lansia.

f. Mengevaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan.

g. Mendokumentasikan asuhan yang telah di berikan secara benar.1.4 Manfaat Penulisan1. Manfaat bagi institusi Dinas Kesehatan Kota SurabayaSebagai bahan pustaka dalam menambah wawasan pengetahuan dalam bidang kesehatan lansia.

2.Manfaat bagi petugas kesehatan

Merupakan tambahan masukan bahwa pendidikan kesehatan khususnya lansia sangat penting. Sehingga lansia bisa lebih berhati hati dalam menjaga kesehatannya.

3.Manfaat bagi masyarakat.

Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan khususnya dalam meningkatkan pengetahuan tentang diabetes yang dapat menyebabkan impotensi.

1.5 Metode PenulisanPenulisan karya ilmiah ini adalah berupa tinjauan pustaka, dengan sumber dari jurnal, textbook, majalah dan internet.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi

2.1.1 Definisi hipertensi

Hipertensi didefinisikan adanya kenaikan tekanan darah yang persisten. Pada orang dewasa rata-rata tekanan sistolik sama atau di atas 140 mm Hg dan tekanan diastolik sama atau di atas 90 mm Hg ,menurut American Heart Association, rata-rata dari dua kali pemeriksaan yang berbeda dalam dua minggu. Menurut Pusdiknakes Depkes disebutkan hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik diatas standar dihubungkan dengan usia.2.1.2 Etiologi

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi dua golongan besar, yaitu:

1. Hipertensi esensial (hipertensi primer / idiopathic) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya, sebanyak 90 % kasus.

2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain , sebanyak 10 % .Faktor Predisposisi:1. Faktor keturunan.

2. Ciri perseorangan.3. Kebiasaan Hidup.Kebiasaan hidup yang yang sering menyebabkan hipertensi adalah :

1. Konsumsi garam yang tinggi,

2. Kegemukan atau makan berlebihan

3. Stres dan ketegangan jiwa

4. Pengaruh lain yang dapat menyebabkan naiknya tekanan darah adalah sebagai berikut : - Merokok: karena merangsang sistem adrenergik dan meningkatkan tekanan darah.

- Minum alkohol, minum obat-obat,misalnya ephedrin, prednison, epinefrin.

2.1.3 Patofisiologi

Kerja jantung terutama ditentukan oleh besarnya curah jantung dan tahanan perifer. Curah jantung pada penderita hipertensi umumnya normal. Kelainannya terutama pada peninggian tahanan perifer. Kenaikan tahanan perifer ini disebabkan karena vasokonstriksi arteriol akibat naiknya tonus otot polos pembuluh darah tersebut. Bila hipertensi sudah berjalan cukup lama maka akan dijumpai perubahan-perubahan struktural pada pembuluh darah arteriol berupa penebalan tunika interna dan hipertropi tunika media. Dengan adanya hipertropi dan hiperplasi, maka sirkulasi darah dalam otot jantung tidak mencukupi lagi sehingga terjadi anoksia relatif. Keadaan ini dapat diperkuat dengan adanya sklerosis koroner.

2.1.4 Gejala gejala

Gejala gejala penyakit hipertensi:

1. Sakit kepala

2. Perdarahan hidung

3. Vertigo

4. Mual muntah

5. Perubahan penglihatan

6. Kesemutan pada kaki dan tangan

7. Sesak nafas

8. Kejang atau koma

9. Nyeri dada

2.1.5 Komplikasi Komplikasi yang dapat timbul bila hipertensi tidak terkontrol adalah:

1. Krisis Hipertensi

2. Penyakut jantung dan pembuluh darah : penyakit jantung koroner dan penyakit jantung hipertensi adalah dua bentuk utama penyakit jantung yang timbul pada penderita hipertensi.

3. Penyakit jantung cerebrovaskuler : hipertensi adalah faktor resiko paling penting untuk timbulnya stroke. Kekerapan dari stroke bertambah dengan setiap kenaikan tekanan darah.

4. Ensefalopati hipertensi yaitu sindroma yang ditandai dengan perubahan neurologis mendadak atau sub akut yang timbul sebagai akibat tekanan arteri yang meningkat dan kembali normal apabila tekanan darah diturunkan.

5. Nefrosklerosis karena hipertensi.

6. Retinopati hipertensi.

2.1.6 Usaha Pencegahan Hipertensi.Hipertensi dapat dicegah dengan cara:1. Mengurangi konsumsi garam

2. Menghindari kegemukan

3. Membatasi konsumsi lemak

4. Olahraga teratur

5. Makan banyak sayur segar

6. Tidak merokok dan tidak minum alkohol

7. Latihan relaksasi atau meditasi

8. Berusaha membina hidup yang positif.Ada dua macam pencegahan hipertensi:

1. Pencegahan Primer

Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk:

a. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.

b. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.

c. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.

d. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.

2. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita hipertensi berupa:

a. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.

b. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal dan stabil mungkin.

c. Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.

d. Batasi aktivitas.2.2 Lanjut Usia (Lansia)2.2.1 Definisi lanjut usia

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Contantinides, 1994 yang dikutip oleh Wahjudi Nugroho, 2000).

Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh setiap orang. Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No 13 tahun 1998 adalah 60 tahun. Proses menua merupakan proses yang terus menerus secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup. Proses menua setiap individu pada organ tubuh juga tidak sama cepatnya. Ada kalanya orang belum tergolong lanjut usia (masih muda) tetapi kekurangan-kekurangan yang menyolok (deskripansi). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Walaupun demikian memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lansia.2.2.2 Teori tentang proses menua

Proses penuaan dipandang sebagai sebuah proses total dan sudah dimulai saat masa konsepsi. Meskipun penuaan adalah sebuah proses berkelanjutan, belum tentu seseorang meninggal hanya karena usia tua. Sebab individu memiliki perbedaan yang unik terhadap genetik, sosial, psikologik, dan faktor-faktor ekonomi yang saling terjalin dalam kehidupannya menyebabkan peristiwa menua berbeda pada setiap orang. Dalam sepanjang kehidupannya, seseorang mengalami pengalaman traumatik baik fisik maupun emosional yang bisa melemahkan kemampuan seseorang untuk memperbaiki atau mempertahankan dirinya. Akhirnya periode akhir dari hidup yang disebut senescence terjadi saat organisme biologik tidak dapat menyeimbangkan lagi mekanisme Pengrusakan dan Perbaikan.

1. Teori Biologik

Teori biologis dalam proses menua mengacu pada asumsi bahwa proses menua merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi tubuh selama masa hidup (Zairt, 1980). Teori ini lebih menekankan pada perubahan kondisi tingkat struktural sel /organ tubuh, termasuk didalamnya adalah pengarub agen patologis.

Fokus dari teori ini adalah mencari determinan-determinan yang menghambat proses penurunan fungsi organisme. Yang dalam konteks sistemik, dapat mempengaruhi/ memberi dampak terhadap organ/sistem tubuh lainnya dan berkembang sesuai dengan peningkatan usia kronologis (Hayflick, 1977).

Menurut Mary Ann Christ et al. (1993), penuaan merupakan proses yang secara berangsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif dan mengakibatkan perubahan di dalam yang berakhir dengan kematian. Penuaan juga menyangkut perubahan sel, akibat interaksi sel dengan lingkungannya, yang pada akhirnya menimbulkan perubahan degeneratif.

Teori biologis tentang proses penuaan dapat dibagi menjadi teori intrinsik dan ekstrinsik. Intrinsik berarti perubahan yang berkaitan dengan usia, timbul akibat penyebab di dalam sel sendiri, sedangkan teori ekstrinsik menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi diakibatkan oleh pengaruh lingkungan.

Faktor intrinsik, peranan enzym seperti DNA polymerase yang berperan besar pada penggandaan dan perbaikan DNA, serta enzym proteolytik yang dapat menemukan sel yang mengalami degradasi protein sangat penting. Sedangkan pada faktor ekstrinsik yang penting dikemukakan adalah radikal bebas, fungsi kekebalan seluler dan humoral, oksidasi stress, cross link serta mekanisme dipakai dan aus sangat menentukan dalam proses penuaan yang terjadi .

Adanya faktor pengaruh intrinsik dan ekstrinsik tadi pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat perubahan pada sel , sel otak dan saraf, gangguan otak , serta jaringan tubuh lainnya.

Teori biologik yang dianut adalah:a. Teori Genetik dan Mutasi

Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul atau DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.b. Teori pakai dan usang (Wear & Tear Theory)Dalam teori ini, dinyatakan bahwa sel-sel tetap ada sepanjang hidup manakala sel-sel tersebut digunakan secara terus-menerus. Teori ini dikenalkan oleh Weisman (1891). Hayflick menyatakan bahwa kematian merupakan akibat dari tidak digunakannya sel-sel karena dianggap tidak diperlukan lagi dan tidak dapat meremajakan lagi sel-sel tersebut secara mandiri.

Teori ini memandang bahwa proses menua merupakn proses pra program yaitu proses yang terjadi akibat akumulasi stress dan injuri dari trauma. Menua dianggap sebagai Proses fisiologis yang ditentukan oleh sejumlah penggunaan dan keusangan dari organ seseorang yang terpapar dengan lingkungan (Matesson, Mc.Connell, 1988)

c. Imunitas (Immunity Theory)Dalam teori ini, ketuaan dianggap disebabkan oleh adanya penurunan fungsi sistem immun. Perubahan itu lebih tampak secara nyata pada Limposit T, disamping perubahan juga terjadi pada Limposit-B. Perubahan yang terjadi meliputi penurunan sisitem imun humoral, yang dapat menjadi faktor predisposisi pada orang tua untuk : - Menurunkan resistansi melawan pertumbuhan tumor dan perkembangan kanker.

- Menurunkan kemampuan untuk mengadakan inisiasi proses dan secara agresif memobilisasi pertahanan tubuh terhadap patogen.

- Meningkatkan produksi auto antigen, yang berdampak pada semakin meningkatnya resiko terjadinya penyakit yang berhubungan dengan auto immun.

d. Teori stres

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.

e. Teori radikal bebas (Free Radical Theory)Teori radikal bebas mengasumsikan bahwa proses menua terjadi akibat kekurangefektifan fungsi kerja tubuh dan hal itu dipengaruhi oleh adanya berbagai radikal bebas dalam tubuh. D.Harman menyatakan bahwa secara normal radikal bebas ada pada setiap individu dan dapat digunakan untuk memperdiksi umur kronologis individu. Yang disebut radikal bebas disini adalah molekul yang memilki tingkat afinitas yang tinggi, merupakan molekul, fragmen molekul atau atom dengan elektron yang bebas tidak berpasangan. Radikal bebas merupakan zat yang terbentuk dalam tubuh manusia sebagai salah satu hasil kerja metabolisme tubuh. Walaupun secara normal ia terbentuk dari proses metabolisme tubuh, tetapi ia dapat terbentuk akibat : - Proses oksigenisasi lingkungan seperti pengaruh polutan, ozon dan pestisida. - Reaksi akibat paparan dengan radiasi. - Sebagai reaksi berantai dengan molekul bebas lainnya.

Radikal bebas yang reaktif mampu merusak sel, termasuk mitokondria, yang akhirnya mampu menyebabkan cepatnya kematian (apoptosis) sel, menghambat proses reproduksi sel. Hal lain yang mengganggu fungsi sel tubuh akibat radikal bebas adalah bahwa radikal bebas yang ada dalam tubuh dapat menyebabkan mutasi pada transkripis DNA RNA pada genetik walaupun ia tidak mengandung DNA. Dalam sistem syaraf dan jaringan otot, dimana radikal bebas memiliki tingkat afinitas yang relatif tinggi dibanding lainnya, terdapat/ ditemukan substansi yang disebut juga dengan Lipofusin, yang dapat digunakan juga untuk mengukur usia kronologis seseorang.

Lipofusin yang merupakan pigmen yang diperkaya dengan lemak dan protein ditemukan terakumulasi dalam jaringan orang-orang tua. Kesehatan kulit berangsur-angsur menurun akibat suplai oksigen dan nutrisi yang makin sedikit yang akhirnya dapat mengakibatkan kematian jaringan kulit itu sendiri.

Vitamin C dan E merupakan dua substansi yang dipercaya dapat menghambat kerja radikal bebas (sebagai antioksidan) yang memungkinkan menyebabkan kerusakan jaringan kulit. Rockestein dan Sussman (1979) menyatakan bahwa Butilat Hidroksitoluent dapat memiliki efek antioksidan ketika diberikan kepada tikus.

f. Teori ikatan silang (Cross Linkage Theory)Dikenalkan oleh J. Bjorksten pada tahun 1942, menekankan pada postulat bahwa proses menua terjadi sebagai akibat adanya ikatan-ikatan dalam kimiawi tubuh. Teori ini menyebutkan bahwa secara normal, struktur molekular dari sel berikatan secara bersama-sama membentuk reaksi kimia. Termasuk didalamnya adalah kolagen yang merupakan rantai molekul yang relatif panjang yang dihasilkan oleh fibroblast. Dengan terbentuknya jaringan baru, maka jaringan tersebut akan bersinggungan dengan jaringan yang lama dan membentuk ikatan silang kimiawi. Hasil akhir dapi proses ikatan silang ini adalah peningkatan densitas kolagen dan penurunan kapasitas untuk transport nutrient serta untuk membuang produk-produk sisa metabolisme dari sel.

Zat ikatan silang ditemukan pada lemak tidak jenuh, ions polyvalen seperti Alumunium, Seng, dan Magnesium.

Dari konsep diatas, maka implikasi keperawatan yang dapat ditetapkan antara lain :

- Dalam hubungan dengan orang yang tua, perlu bagi perawat untuk memperhatikan teori proses menua.

- Aktivitas (kegiatan) sehari-hari merupakan salah satu bagian dari perilaku kehidupan normal yang tidak perlu dibatasi secara berlebihan, tetapi lebih cenderung untuk memodifikasi perilaku sebagai akibat perubahan fisik dari manula itu sendiri. Perilaku hidup sehari-hari diperlukan untuk menjaga kondisi fisik tetap dalam batas normal dan mengoptimalkan kemampuan diri.

- Pola hidup sehat yang dilakukan dapat mempengaruhi perubahan-perubahan dasar biologis dari proses menua itu sendiri. Konsumsi makanan yang sehat,cukup gizi dan menghindari faktor-faktor resiko pencetus stress fisik dan pembentuk radikal bebas merupakan salah satu upaya untuk mengurangi proses menua secara biologis.

- Melakukan kehidupan dengan melakukan kerja seimbang dan pemenuhan kebutuhan seimbang mampu memberikan kontribusi yang positif dalam peningkatan performens individu itu sendiri.- Menghindari leingkungan dengan tingkat resiko radiasi atau polutan yang tinggi merupakan langkah yang bida ditempuh untuk menghindari cepatnya proses menua secara biologis.

- Perlu bagi perawat untuk memperhatikan upaya-upaya pemenuhan kebutuhan pasien akan sarana dan prasarana yang menunjang pencapaian kebutuhan hidup serta meningkatkan kualitas hidup melalui pengadaan alat-alat aktifitas yang memadai, mengurangi resiko stress fisik berlebih serta terhindar dari polusi.

g. Teori Terprogram

Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah sel setelah sel-sel tersebut mati.

h. Teori Keterbatasan Hayflick (Hayflick Limit Theory)

Diperkenalkan oleh Hayflick dan Moorehead (1961) dimana menyatakan bahwa sel-sel mengalami perubahan kemampuan reproduksi sesuai dengan bertambahnya usia.(Lueckenote : 1996) Selain diatas, dikenal juga istilah Jam Biologis Manusia yang diperkirakan antara 110 120 tahun (Stanley, Pye, MacGregor dalam Lueckenote : 1996) Jam Biologis Manusia diasumsikan sebagai waktu dimana sel-sel tubuh manusia masih dapat berfungsi secara prodeuktif untuk menunjang fungsi kehidupan. Teori Hayflick menekankan bahwa perubahan kondisi fisik pada manusia dipengruhi oleh adanya kemampuan reproduksi dan fungsional sel organ yang menurun sejalan dengan bertambahnya usia tubuh setelah usia tertentu.

i. Teori Kesalahan (Error Theory)Sejalan dengan perkembangan umur sel tubuh, maka terjadi beberapa perubahan alami pada sel pada DNA dan RNA, yang merupakan substansi pembangun/pembentuk sel baru. Peningkatan usia mempengaruhi perubahan sel dimana sel-sel Nukleus menjadi lebih besar tetapi tidak diikuti dengan peningkatan jumlah substansi DNA.

Konsep yang diajukan oleh Orgel (1963) menyampaikan bahwa kemungkinan terjadinya proses menua adalah akibat kesalahan pada saat transkirpsi sel pada saat sintesa protein, yang berdampak pada penurunan kemampuan kualitas (daya hidup) sel atau bahkan sel-sel baru relatif sedikit terbentuk. Kesalahan yang terjadi pada proses transkripsi ini dimungkinkan oleh karena reproduksi dari enzim dan rantai peptida (protein) tidak dapat melakukan penggandaan substansi secara tepat. Kondisi ini akhirnya mengakibatkan proses transkripsi sel berikutnya juga mengalami perubahan dalam beberapa generasi yang akhirnya dapat merubah komposisi yang berbeda dari sel awal (Sonneborn, 1979).2. Teori kejiwaan sosial

a. Teori aktivitas atau kegiatan (activity teory)Teori ini dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon et al. (1972) yang mengatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktifitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin. Adapun pendapat lain yang menyatakan bahwa seorang individu harus mampu eksis dan aktif dalam kehidupan sosial untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan di hari tua. (Havigurst dan Albrech. 1963). Aktivitas dalam teori ini dipandang sebagai sesuatu yang vital untk mempertahankan rasa kepuasan pribadi dan kosie diri yang positif. Teori ini berdasar pada asumsi bahwa :

- Aktif lebih baik daripada pasif.

- Gembira lebih baik daripada tidak gembira.

- Orang tua merupakan adalah orang yang baik untuk mencapai sukses dan akan memilih alternatif pilihan aktif dan bergembira.

Pokok-pokok teori aktivitas adalah :

- Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan keterlibatan sepenuhnya dari lansia di masyarakat.

- Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang lansia.

b. Teori Pembebasan

Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya. Dengan bertambahnya usia, seorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi social lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda:

- Kehilangan peran

- Hambatan kontrol sosial

- Berkurangnya komitmen

c. Teori Kesinambungan (Continuity Theory)Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada usatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia.

Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah :

- Lansia tidak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa lalu, dipilih peran apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan.

- Peran lansia yang hilang tak perlu diganti.- Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi.d. Teori Stratifikasi UsiaPada awal tahun 1970, teori ini muncul dan menjadi suatu wacana publik yang besar. Teori ini menyatakan bahwa orang yang mengalami proses menua dipandang sebagai individu elemen sosietas dan juga sebagai anggota kelompok/ group dalam masyarakat. Wiley (1971), menyusun stratifikasi lansia berdasarkan usia kronologis yang menggambarkan serta membentuk adanya perbedaan kapasitas peran, kewajiban, serta hak mereka berdasarkan usia. Dua elemen penting dari model stratifikasi usia tersebut adalah struktur dan prosesnya.

Pokok-pokok dari teori ini adalah :

- Arti usia dan posisi kelompok usia bagi masyarakat.

- Terdapatnya transisi yang dialami oleh kelompok.

- Terdapatnya mekanisme pengalokasian peran diantara penduduk.

Rilley (1985) mengungkapkan ada lima konsep utama yang mendasarinya yaitu :

- Setiap individu merupakan bagian sosietas.- Adanya keunikan peran tugas dan fungsi.- Tidak hanya pada tataran tertentu saja terjadi perubahan.- Pengalaman yang dimiliki oleh orang yang tua dapat dibentuk melalui parameter umur dan tugas.- Hubungan antara manusia usial lanjut dengan lingkungan tidak stagnasi.e. Teori Kontinyuitas

Teori ini memandang bahwa kondisi tua merupakan kondisi yang selalu terjadi dan secara berkesinambungan yang harus dihadapi oleh orang lanjut usila.

f. Teori Interaksi Sosial (Social Exchange Theory).Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Mauss (1954), Homans (1961) dan Blau (1964) mengemukakan bahwa interaksi sosial didasarkan atas hukum pertukaran barang dan jasa, sedangkan pakar lain Simmons (1945) mengemukakan bahwa kemampuan lansia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci untuk mempertahankan status sosialnya untuk melakukan tukar menukar.

Pokok-pokok Social Exchanger Theory sebagai berikut :

- Masyarakat terdiri atas aktor-aktor sosial yang berupaya mencapai tujuannya masing-masing.

- Dalam upaya tersebut terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya dan waktu.

- Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai seorang aktor akan mengeluarkan biaya.

- Aktor senantiasa berusaha mencari keuntungan dan mencegah terjadinya kerugian.

- Hanya interaksi yang ekonomis saja yang dipertahankan olehnya.

g. Teori Penarikan Diri (Disengagament Theory)

Cumming dan Henry ( 1961) mengemukakan bahwa kemiskinan yang diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seseorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Selain hal tersebut, dari pihak masyarakat juga mempersiapkan kondisi agar para lansia menarik diri. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun baik secara kualitas maupun secara kuantitas.

Pokok-pokok disenggagement theory adalah :

- Pada pria, kehilangan peran utama hidup terjadi pada masa pensiun. Pada wanita terjadi pada masa peran dalam keluarga berkurang misalnya saat anak menginjak dewasa dan meninggalkan rumah untukbelajar dan menikah.

- Lansia danmasyarakat menarik manfaat dari hal ini, karena lansia dapat merasakan bahwa tekanan sosial berkurang sedangkan kaum muda memperoleh kerja yang lebih luas.

- Tiga aspek utama dalam teori ini adalah :

Proses menarik diri terjadi sepanjang hidup

Proses tak dapat dihindari

Hal ini diterima lansia dan masyarakat.

h. Teori Perkembangan (Development Theory)Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah dialami oleh lansia pada saat muda hingga dewasa, dengan demikian perlu dipahami teori Freud, Buhler, Jung dan Erikson.

Sigmund Freud meneliti tentang psikoanalisa dan perubahan psikososial anak dan balita . Erikson (1930) membagi kehidupan menjadi 8 fase dan lansia perlu menemukan integritas diri melawan keputusasaan (ego integrity versus despair)..

Havighurst dan Duvall menguraikan tujuh jenis tugas perkembangan (development tasks) selama hidup yang harus dilaksanakan oleh lansia yaitu:

- Penyesuaian terhadap penurunan fisik dan psikis

- Penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan pendapatan

- Menemukan makna kehidupan

- Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

- Menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga

- Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia

- Menerima dirinya sebagai calon lansia

Joan Birchenall RN, Med dan Mary E Streight RN (1973) menekankan perlunya mempelajari psikologi perkembangan guna mengerti perubahan emosi dan sosial seseorang selama fase kehidupannya.

Pokok-pokok dalam development theory adalah :

- Masa tua merupakan saat lansia merumuskan seluruh masa kehidupannya.

- Masa tua merupakan masa penyesuaian diri terhadap kenyataan sosial yang baru yaitu pensiun dan atau menduda atau menjanda.

- Lansia harus menyesuaaikan diri akibat perannya yang berakhir dalam keluarga, kehilangan identitas dan hubungan sosialnya akibat pensiun, ditinggal mati oleh pasangan hidup dan teman-temannya.3. Teori Psikologi

a. Teori Delapan Tingkat Kehidupan

Secara Psikologis, proses menua diperkirakan terjadi akibat adanya kondisi dimana kondisi psikologis mencapai pada tahap-tahap kehidupan tertentu. Ericson (1950) yang telah mengidentifikasi tahap perubahan psikologis (depalan tingkat kehidupan) menyatakan bahwa pada usia tua, tugas perkembangan yang harus dijalani adalah untuk mencapai keeseimbangan hidup atau timbulnya perasaan putus asa.

Peck (1968) menguraikan lebih lanjut tentang teori perkembangan erikson dengan mengidentifikasi tugas penyelarasan integritas diri dapat dipilah dalam tiga tingkat yaitu : pada perbedaan ego terhadap peran pekerjaan preokupasi, perubahan tubuh terhadap pola preokupasi, dan perubahan ego terhadap ego preokupasi.

Pada tahap perbedaan ego terhadap peran pekerjaan preokupasi, tugas perkembangan yang harus dijalani oleh lansia adalah menerima identitas diri sebagai orang tua dan mendapatkan dukungan yang adekuat dari lingkungan untuk mengnhadapi adanya peran baru sebagai orang tua (preokupasi). Adanya pensiun dan atau pelepasan pekerjaan merupakan hal yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang menyakitkan dan dapat menyebabkan perasaan penurunan harga diri dari orang tua tersebut.

Perubahan fiisik dan pola fikir pada usia lanjut juga dapat menjadi salah satu gangguan yang berarti bagi kehidupan lanjut usia. Kondisi fisik/pola fikir yang menurun kadang tidak disadari oleh lanjut usia dan hal ini dapat mengkibatkan konflik terhadap peran baru dari lanjut usia yang harus dijalaninya.

Tugas perkembangan terakhir yang harus diterima oleh lanjut usia adalah bahwa mereka harus mampu menerima kematian yang bakal terjadi pada dirinya dalam kesejaheraan. Pemanfaatan sisa keefektifan tubuh untuk aktivitas sehari-hari dapat menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan moral individu dalam menerima perubahan ego menuju keselarasan diri.

b. Teori Individual Jung

Carl Jung (1960) merupakan psikolog swiss yang mengembangkan teori bahwa perkembangan personal individu dilalui melalui tahapan-tahapan : masa kanak-kanak, masa remaja dan remaja akhir, usia pertengahan, dan usia tua. Kepribadian personal ditentukan oleh adanya ego yang dimiliki, ketidaksadaran personal dan ketidaksadaran kolektif. Menurut teori ini kepribadian digambarkan/diorientasikan terhadap dunia luar (ekstroverted) atau ke arah subyektif, pengalaman-pengalaman dari dalam diri (introvert). Teori ini mengungkapkan bahwa sejalan dengan perkembangan kehidupan, pada masa usia petengahan maka seseorang mulai mencoba menjawab hakikat kehidupan dengan mengeksplorasi nilai-nilai, kepercayaan dan meninggalkan khayalan. Pada masa ini dapat terjadi krisis usia pertengahan yang dapat mempengaruhi/menghambat proses ketuaan itu sendiri secara psikologis. Adanya sikap ekstrovert maupun introvert sangat berpengaruh sekali terhadap peran dan penyelesaian masalah kehidupam saat usia pertengahan. Pencapaian keselarasan hidup merupakan salah satu indikator telah tereksplorasinya nilai-nilai kehidupan oleh individu dan pencapaian ini sangat dipengaruhi oleh kepribadian (introvert maupun ekstrovert). Berdasar pada pemahaman diatas, maka Jung menilai bahwa seseorang mampu dianggap sukses dalam proses menua manakala individu mampu untuk menjadi orang yang berfokus pada orang lain dan memiliki kepedulian yang penuh terhadap kehidupan sosial.

Implikasi keperawatan :

1. Perlunya penyadaran / pendidikan kesehatan kepada manula dalam upaya menjalani proses kehidupan.2. Kegiatan penyelenggaraan suport psikologis sangat diperlukan untuk mencapai hasil optimal bagi kesejahteraan psikis.3. Perawat harus mampu mengakomodasi/memfasilitasi proses kegiatan penyelanggaraan penyuluhan dan bimbingan rohani sera support psikologis.Masalah yang dihadapi oleh manula saat ini dapat merupakan akibat terjadinya gangguan pada tahap kehidupan sebelumnya, sehingga perawat perlu mempelajari konsep psikologis secara mapan dan mampu menjadi fasilitator dalam bimbingan rohani.

c. Teori Kebutuhan manusia menurut Hirarki Maslow

Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri, kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow 1954). Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang berbeda. Ketika kebutuhan dasar manusia sidah terpenuhi, mereka berusaha menemukannya pada tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling tinggi dari kebutuhan tersebut tercapai. Semua kebutuhan ini sering digambarkan seperti sebuah segitiga dimana kebutuhan dasar terletak paling bawah/di dasar.d. Teori Proses Kehidupan Manusia

Charlotte Buhler (1968) menyusun sebuah teori yang menggambarkan perkembangan manusia yang didasarkan pada penelitian ektensif dengan menggunakan biografi dan melalui wawancara. Fokus dari teori ini adalah mengidentifikasi dan mencapai tujuan hidup manusia yang melewati klima fase proses perkembangan. Menurutnya, pemenuhan kebutuhan diri sendiri merupakan kunci perkembangan yang sehat dan itu membahagiakan, dengan kata lain orang yang tidak dapat menyesuaikan diri berarti dia tidak dapat memenuhi kebutuhannya dengan beberapa cara.

Pada tahun 1968 Buhler mengembangkan awal pemikirannya yang secara jelas mengidentifikasi lima fase yang terpisah dalam pencapaian tujuan kehidupan yang dilewati manusia. Pada masa kanak-kanak belum terbentuk tujuan hudup yang spesifik dan pada masa depan pengakhiran kehidupan juga tidak jelas. Masa remaja dan masa dewasa muda dicapai hanya sekali dalam kehidupan. Seseorang mulai mengkonsep tujuan-tujuan hidup yang spesifik dan memperokleh pengertian terhadap kemampuan individu. Saat berumur 25 tahun seseorang menjadi lebih konkrit mengenai tujuan hidupnya dan secara aktif diterapkan dalam diri mereka. Buhler melihat fase akhir dari lansia (usia 65 atau 70 tahun) sebagai usia untuk mengakhiri cita-citanya yang muluk untuk mencapai tujuan hidup.

2.2.3 Perubahan Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

1. Perubahan fisik

a. Sel

Jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra dan extra seluler.b. Persarafan Cepatnya menurun hubungan persarafan, lambat dalam respon waktu untuk mereaksi, mengecilnya saraf panca indra sistem pendengaran sehingga berkurangnya kemampuan untuk mendengar, presbiakusis, atrofi membran timpani, terjadinya pengumpulan serum karena meningkatnya keratin.c. Sistem penglihatan

Spinkter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh, meningkatny ambang pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang, pandangan kabur, visus abnormal, lakrimasi abnormal (kering/ banyak air), serta mata bisa terjadi iritasi.d. Sistem Kardivaskuler

Katup jantung menebal dan menjadi kaku , kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun setelah berumur 20 tahun sehingga menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume, kehilangan elastisitas pembuluh darah, dan tekanan darah meninggi.

e. Sistem respirasi

Otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga menyebabkan menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya sehingga kapasitas residu meingkat, nafas berat. Kedalaman pernafasan menurun.

Sensor penciuman pada hidung menurun, mucosa trachea menurun, mudah terjadi iritasi/ infeksi saluran pernafasan, sehingga mudah batuk, pernafasan relative lambat, hidung relative lentur, serta volume paru cenderung menurun.

f. Sistem gastrointestinal

Lansia cenderung kehilangan gigi sehingga menyebkan gizi buruk , indera pengecap menurun karena adanya iritasi selaput lendir dan atropi indera pengecap sampai 80 %, kemudian hilangnya sensitifitas saraf pengecap untuk rasa manis dan asin, serta selivasi berkurang.g. Sistem genitourinaria

Ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun sampai 50 %. Nilai ambang ginjal terhadap glukosa menjadi meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi melemah, kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga vesika urinaria sulit diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat retensia urine. Pembesaran prostat, 75 % dialami oleh pria diatas 55 tahun. Pada vulva terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput lendir kering, elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang dan menjadi alkali.

h. Sistem endokrin

Pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, aktifitas tiroid menurun sehingga menurunkan basal metabolisme rate (BMR). Produksi sel kelamin menurun seperti : progesteron, estrogen dan testosteron.

i. Sistem integumen

Pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kelenturan dan elastisitas kulit berkurang,terjadi hiperpigmentasi pada daerah tertentu, berbintik hitam dan banyak tahi lalat, dagu berlipat, kulit kepala dan rambut menuipis menjadi kelabu (hipopigmentasi/uban), sedangkan rambut dalam telinga dan hidung menebal. Kuku menjadi keras dan rapuh.j. Sistem muskuloskeletal

Tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh menjadi osteoporosis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut discusine vertebralis menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut erabit otot, sehingga lansia menjadi lamban bergerak. otot menjadi kram dan tremor.2. Perubahan Mental

faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :

a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa

b. Kehatan umum

c. Tingkat pendidikan

d. Keturunan

e. Lingkungan

Kenangan (memori) ada 2 :

a. kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu

b. kenangan jang pendek : 0-10 menit, kenangan buruk

Intelegentia Question :

a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal .b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktor waktu.

3. Perubahan Perubahan Psikososial

a. Pensiun : nilai seorang dukur oleh produktifitasnya, identits dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan

b. Merasakan atau sadar akan kematian

c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit.

2.2.4 Patofisiologi

Proses menua

a. Sidroma klinis berkaitan dengan seluruh otak.b. Sindroma klinis umumnya berkaitan dengan teritorial pembuluh karotis.c. Sindroma klinis utamanya berkaitan dengan teritorial pembuluh vertebrobasiler

Akibat :

a. Apraxia, kaku otot,refleks meningkat dan tendensi u/condong kebelakang

b. Gangguan jalan (gait)

c. Demensia

d. Inkontinensia

e. Serangan otak sepintas(transient ischemic attack)

f. Gangguan bicara, monoparesis, hemiparesis, hipestesi ataupun anestesi

g. Jatuh, ataksia, nistagmus,pusing,mual-mual

Diabetes Mellitus,hiperlipidemia, hiperviskositas,Kelainan jantung, koagulopati

Hypertensi

Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan mobilitas fisik

b. Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari

c. Resiko cedera

d. Resiko terjadi stroke

2.2.5 Peran dan hubungan antar manusia bagi usia lanjut1. Peran dan Hubungan Antar Manusia Yang Normal

Peran dan hubungan menggambarkan tanggung jawab individu dalam keluarga, pekerjaan dan keadaan social. Secara alamiah peran itu sesuai dengan budaya namun ada perbedaan dari setiap individu. Orang cenderung memperlihatkan identitas dan menggambarkan kemampuan dalam berperan. Setiap orang mempunyai perannya masing-masing misalnya; sebagai seorang laki-laki, wanita, suami, istri, orang dewasa, remaja, orang tua, anak, saudara, pelajar, guru, dokter, perawat dan lain-lain. Peran dilakukan orang selama hidupnya dan ia sering berusaha sesuai dengan peran yang dimiliki.

Peran memberikan nilai dan status social bagi seseorang. Setiap kelompok social mempelajari status, perilaku, symbol, dan hubungan yang dapat diterima oleh setiap peran. Perilaku, symbol dan pola hubungan setiap orang berbeda tergantung nilai dan norma social di mana individu itu berada.

2. Peran, Hubungan dan Usia

Perubahan peran dan hubungan disesuaikan dengan perkembangan usia baik laki-laki maupun perempuan. Perubahan itu meliputi pengunduran diri, merasa kehilangan misalnya perubahan posisi dalam rumah atau kehilangan orang penting lainnya seperti suami atau istri yang meninggal. Semuanya ini dapat menimbulkan potensial trauma bagi lanjut usia. Dalam kehidupan nyata banyak orang tua marah atau merasa tersinggung karena kekuatan social mereka diberhentikan (pensiun).Menurut American Society menggambarkan bahwa peran orang tua sudah tidak berdaya, lemah atau lekas marah dan tidak bermanfaat (sia sia). Beberapa orang tua menerima peran ini dan melakukan sebagai tindakan. Namun banyak orang yang tidak puas menerima stereotype ini dan secara kontinyu mengembangkan peran dan hubungan sampai usia 80 90 tahun.

Pengkajian Peran dan Hubungan Antar Manusia :a. Kaji status perkawinan individu (single, kawin, janda, cerai).

b. Kaji respon kehilangan individu seperti suami, istri atau orang penting lainnya

c. Apakah individu hidup sendiri atau dengan orang lain

d. Jika individu tersebut hidup dengan orang lain, siapakah mereka dan apa cara mereka berhubungan? Apakah masih mempunyai struktur keluarga?

e. Bagaimana seseorang menggambarkan hubungan dalam keluarga

f. Kaji hubungan klien dengan teman karib.

g. Kaji hubungan kerja

h. Kaji perasaan klien yang sudah pensiun

i. Kaji apakah klien merasa bagian dari masyarakat atau lingkungan

Proses Keperawatan:Ada beberapa masalah yang muncul antara lain :

a. Disfungsi berkabung

b. Perubahan proses keluarga

c. Isolasi social/gangguan interaksi social

d. Gangguan komunikasi verbal

Masalah : disfungsi berkabungTujuan : mengatakan tentang keadilan, partisipasi dalam aktivitas, menggunakan support system yang ada.Intervensi :

Bina hubungan saling percaya sehingga klien berani mengungkapkan perasaan tentang perubahan atau kehilangan. Kaji sumber-sumber dan pengetahuan tentang berkabung. Menganjurkan untuk berpartisipasi dalam aktivitas sehari hari.

Masalah : perubahan proses keluargaTujuan : Mengekspresikan perasaaannya tentang perubahan dalam peran dan hubungan antar manusia, bekerja dengan anggota keluarga atau orang lain untuk mengembangkan strategi koping dengan perubahan peran dan hubungan antar manusia.

Intervensi :

Kaji interaksi antara orang tua dan anggota keluarga : perawat harus mengetahui emosi destruksi seperti marah, frustasi dan lainnya ; perawat harus menganjurkan waktu untuk beristirahat untuk mengurangi tekanan dan memberikan kesempatan agar merasa tenang ; bila terjadi perpisahan perawat perlu memperhatikan perasaan individu terhadap strategi koping. Anjurkan anggota keluarga untuk berkunjung secara teratur karena keluarga ada keluarga yang merasa tidak berguna atau tidak perlu untuk melayani, beberapa anggota keluarga merasa bahwa keberadaan mereka tidak diinginkan oleh pihak panti asuhan, klien sangat mengharapkan kehadiran anggota keluarga. Identifikasi factor yang mengganggu interaksi normal misalnya perubahan psikologi normal, kesakitan, tidakmampuan, efek medikasi, penurunan finansial dan kejadian lainnya.Masalah : Isolasi sosialTujuan : meningkatkan partisipasi dan aktivitas social, mengidentifikasi sumber sumber atau tindakan yang mengurangi aktivitas social.

Intervensi :

Kaji alasan isolasi social

Tingkatkan kontak sosial dan interaksinya

Siapkan waktu untuk berinteraksi dengan klien yang isolasi diri

Merujuk ke dan mau mendengarkan para pengasuhnya

Masalah : Gangguan komunikasi verbalTujuan: Mengkomunikasikan kebutuhan dengan sedikit frustrasi, menunjukan peningkatan kemampuan untuk mengkomunikasikan kebutuhan dan perawatannya, mengungkapkan kepuasan dengan menerima metode alternatif untuk komunikasi.Intervensi:

Kaji masalah komunikasi dan kemampuan

Identifikasi pendekatan khusus yang efektif untuk setiap lajut usia

Jelaskan komunikasi yang efektif

Ajarkan kepada klien yang tidak mampu bicara terutama metode untuk mengkomunikasikan kebutuhan

3. Pemenuhan kebutuhan latihan dan aktivitas

a. Pola aktivitas normal

Pola aktivitas dan latihan biasanya berhubungan dengan olahraga, pengisian waktu luang dan rekreasi, berpakaian, dandan, makan, mandi, dan toilet. Olahraga dapat membentuk perilaku yang baik dan individu akan merasa lebih baik. Selain itu juga dapat mempertahankan tonus otot dan gerakan sendi. Untuk usia lanjut perlu aktivitas yang adekuat untuk mempertahankan fungsi tubuh. Aktivitas tubuh /fisik memerlukan interaksi yang kompleks antara system saraf dan muskuloskeletal. Beberapa perubahan yang terjadi sehubungan dengan peningkatan usia yaitu menurunnya aktivitas (kecepatan), masaa otot berkurang, menurunnya gerak persendian, agifity (kemampuan gerak cepat dan lancar menurun), dexterity (kemampuan memanipulasi ketrampilan motorik halus menurun), stamina menurun, koordinasi menurun. Selain itu ada beberapa penyakit yang mengganggu aktivitas misalnya syndroma otak organic, kerusakan neurologis, cedera muskuloskeletal, gout, kekurangan oksigen, malnutrisi, anemia dan gangguan emosional.

b. Asuhan Keperawatan

- Gangguan mobilitas fisik

Data penunjang: Nyeri, gangguan kognitif, cemas dan depresi, bedrest, menggunakan alat bantu, ada penyakit penyerta.Tujuan: Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas fisik untuk mempertahankan kekuatan otot dan mobilitas sendi, mempertahankan posisi anatomi normal dalam fungsi sendi-sendi, mencegah kontraktur sendi dan foot drop, mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan mobilitas alat bantu.

Intervensi:

Identifikasi kemampuan aktivitas klien. Kaji kekuatan dan mobilitas sendi. Lakukan mobilitas fisik sesuai aktivitas sehari hari. Bantu berikan sikap tubuh yang baik dan mengubah posisi sesuai dengan toleransi. Hindari kondisi yang mengganggu mobilitas. Bantu klien untuk mengatur jadwal aktivitas fisik sesuai toleransi. Jelaskan pentingnya pemanasan dan pendinginan sebelum latihan. Ajarkan cara yang benar untuk menggunakan alat bantu.- Intoleransi aktivitas

Data penunjang: Duduk terus menerus, menurunnya harga diri independen, lemah, mobilisasi terbatas, masalah oksigenasi.Tujuan: Klien dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas, klien dapat mengidentifikasi factor yang menyebabkan aktivitas intoleransi.

Intervensi:

Identifikasi faktor yang menyebabkan aktivitas intolerans

Identifikasi aktivitas yang dipandang perlu untuk usia lanjut

- Anjurkan usia lanjut untuk melakukan aktivitas sehari hari diselingi waktu istirahat

- Observasi tanda vital, kaji respon fisiologis terhadap aktivitas klien.

- Identifikasi keluarga atau teman dekat di panti untuk membantu usia lanjut.

- Kurangnya aktivitas pengalihan

Data penunjang: Pembatasan mobilitas, aktivitas dibatasi, cemas, depresi, berkabung dan keuangan terbatas.

Tujuan: Identifikasi aktivitas yang diminati, mengatakan tertarik dan ingin berpartisipasi dalam aktivias hiburan, dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang diseleksinya sendiri dan menunjukkan perilaku social selama aktivitas hiburan.

Intervensi:

- Kaji hobi klien dan aktivitas yang disenangi sekarang

- Libatkan individu dalam perencanaan dan seleksi hiburan

- Fokuskan pada apa yang dapat dikerjakan oleh klien

- Anjurkan untuk berinteraksi dengan klien lain yang mempunyai minat sama

- Ubah lingkungan fisik untuk meningkatkan stimulasi dan interest

- Anjurkan untuk meminta tolong pada orang terdekat untuk membaca atau berdiskusi

- Tunjukan hasil kerja usia lanjut dan perkenalkan pada semua peserta untuk dapat meningkatkan kreasi baru

- Kurang mampu merawat diri : makan, mandi, berpakaian dan toileting

Data penunjang: Perubahan fungsi jantung dan paru, gangguan muskuloskeletal dan neuromuskuler karena tua, ada nyeri, masalah persepsi kognitif, cemas, depresi dan gangguan mobilitas.

Tujuan: Klien mampu melakukan perawatan diri tanpa keterbatasan, menggunakan alat bantu untuk self care, meningkatkan harga diri klien karenaa mampu self care, mengidentifikasi sumber yang dapat memberi bantuan.

Intervensi:

- Kaji faktor penyebab defisit, misalnya perubahan usia, proses penyakit, pengobatan dan perubahan persepsi kognitif

- Libatkan usia lanjut dalam mengidentifikasi masalah dan rencana perawatan

- Beri waktu yang cukup untuk aktivitasnya

- Beri feed back positif untuk perubahan yang positif.

- Kaji kemampuan para pengasuh panti asuhan

- Informasikan kepada para pengasuh panti pentingnya membiarkan usia lanjut melakukan aktivitas sesuai kemampuannya.BAB III

PEMBAHASAN

3.1Kosep Asuhan Keperawatan

3.1.1Pengkajian klien dengan hipertensi:1. Aktifitas/ istirahat

Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton

Tanda: Frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung

2. Sirkulasi

Gejala: Riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner.

Tanda: Kenaikan tekanan darah, tachycardi, disarythmia.

3. Integritas Ego

Gejala: Ancietas, depresi, marah kronik, faktor-faktor stress.

Tanda: Letupan suasana hati, gelisah, otot mulai tegang.

4. Eliminasi

Riwayat penyakit ginjal, obstruksi.

5. Makanan/ cairan

Gejala: Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol), mual, muntah, perubahan berat badan (naik/ turun), riwayat penggunaan diuretik.

Tanda: Berat badan normal atau obesitas, adanya oedema.

6. Neurosensori

Gejala: Keluhan pusing berdenyut, sakit kepala sub oksipital, gangguan penglihatan.

Tanda: Status mental: orientasi, isi bicara, proses berpikir,memori, perubahan retina optik.

Respon motorik: penurunan kekuatan genggaman tangan.

7. Nyeri/ ketidaknyamanan

Gejala: Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, nyeri abdomen/ masssa.

8. Pernafasan

Gejala: Dyspnea yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja, tacyhpnea, batuk dengan/ tanpa sputum, riwayat merokok.

Tanda: Bunyi nafas tambahan, cyanosis, distress respirasi/ penggunaan alat bantu pernafasan.

9. Keamanan

Gejala: Gangguan koordinasi, cara berjalan.

10. Fisiologis atau fisik :a. Status gizi

IMT = Kg BB normal laki laki = 18 -25

(TB)2 wanita = 17 23

b. Intake cairan dalam 24 jam

- Kondisi kulit

- Kondisi bibir , mukosamulut, gigi

- Riwayat pengobatan, alkhohol, zat adiktif lainnya

- Evaluasi kemampuan penglihatan , pendengaran dan mobilitas

- Keluhan yang berhubungan dengan nutrisi : gangguan sistem digestif, nafsu makan, makanan yang disukai dan tidak disukai, rasa dan aroma

- Kebiasaan waktu makan ( 2 3 X sehari, snak dll)

11. Psikososial/afektif

a. Kebiasaan saat makan ( makan sendiri, sambil nonton TV,dll)

b. situasi lingkungan(kapasitas penyediaan makanan, pengolahan dan penyimpanan makanan)

c. sosiokultural yang berlaku yang mempengaruhi pola nutrisi dan eleminasi

d. Kondisi depresi yang dapat mengganggu pemenuhan nutrisi

e. Pemeriksaan tambahan yaitu pemeriksaan laborat atau pemeriksaan diagnostik

Analisa darah :

Kreatinin : indekz massa otot

Serum protein khususnya untuk sintesa antibodi dan limfosit, dalam kekebalan seluler, enzym, hormon, struktur sel yang luas, struktur jaringan.

Hb: untuk mengkaji anemia, jumlah sel-sel terhadap volume cairan (viskositas).

BUN: memberi informasi tentang fungsi ginjal.

- Glukosa: mengkaji hiperglikemi yang dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).

- Kalsium serum

- Kalium serum

- Kolesterol dan trygliserid

- Px tyroid

- Urin analisa

- Foto dada

- CT Scan

-EK

3.1.2Prioritas keperawatan1. Mempertahankan/ meningkatkan fungsi kardiovaskuler.

2. Mencegah komplikasi.

3. Kontrol aktif terhadap kondisi.

4. Beri informasi tentang proses/ prognose dan program pengobatan.

3.1.3Diagnosa Keperawatan:

1. Intoleran aktivitas sehubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan O2.

2. Nyeri (akut), sakit kepala sehubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.

3. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan fungsi motorik sekunder terhadap kerusakan neuron motorik atas.

4. Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan defisit lapang pandang, motorik atau persepsi.

3.1.4Pelaksanaan

1. Pencegahan Primer

Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk:

a. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.

b. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.

c. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.

d. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.

2. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita hipertensi berupa:

a. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.

b. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal dan stabil mungkin.

c. Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.

d. Batasi aktivitas.

3.1.5Pohon Masalah

Dx Kep

Gangguan mobilitas fisik.Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari, resiko cedera, resiko stroke, resiko stroke berulang

Monoparase,hemiparase hemistesia/anestesia

Hipertensi/hipotensi

Intolerasi aktifitas

Nyeri akut

Gangguan mobilitas fisik

Labilitas tekanan darah

Faktor Menua

1. Resistensi pembuluh darah perifer

2. Kehilangan elastisitas pembuluh darah

3. Katup jantung menebal/kaku

3.1.6Kemungkinan Diagosa Keperawatan

1. Intoleran aktivitas sehubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan O2.

Tujuan/ kriteria:

Berpartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan/ diperlukan.

Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktifitas yang dapat diukur.

Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi.

Intervensi:

Kaji respon terhadap aktifitas.

Perhatikan tekanan darah, nadi selama/ sesudah istirahat.

Perhatikan nyeri dada, dyspnea, pusing.

Instruksikan tentang tehnik menghemat tenaga, misal: menggunakan kursi saat mandi, sisir rambut.

Melakukan aktifitas dengan perlahan-lahan.

Beri dorongan untuk melakukan aktifitas/ perawatan diri secara bertahap jika dapat ditoleransi.

Beri bantuan sesuai dengan kebutuhan.

2. Nyeri (akut), sakit kepala sehubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.

Hasil yang diharapkan: melapor nyeri/ ketidaknyamanan berkurang.

Intervensi:

Pertahankan tirah baring selama fase akut.

Beri tindakan non farmakologik untuk menghilangkan nyeri seperti pijat punggung, leher, tenang, tehnik relaksasi.

Meminimalkan aktifitas vasokonstriksi yang dapat meningkatkan nyeri kepala,misal: membungkuk, mengejan saat buang air besar.

Kolaborasi dalam pemberian analgetika, anti ancietas.

3. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan fungsi motorik sekunder terhadap kerusakan neuron motorik atas.

Kriteria:

Klien akan menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.

Intervensi:

a. Ajarkan klien untuk melakukan latihan rentang gerak aktif pada ekstremitas yang tidak sakit pada sedikitnya empat kali sehari.

R/ Rentang gerak aktif meningkatkan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernafasan.

b. Lakukan latihan rentang gerak pasif pada ekstremitas yang sakit tiga sampai empat kali sehari. Lakukan latihan dengan perlahan untuk memberikan waktu agar otot rileks dan sangga ekstremitas di atas dan di bawah sendi untuk mencegah regangan pada sendi dan jaringan.

R/ Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak digunakan. Kontraktur pada otot fleksor dan adduktor dapat terjadi karena otot ini lebih kuat dari ekstensor dan abduktor.

c. Bila klien di tempat tidur lakukan tindakan untuk meluruskan postur tubuh.

R/ Mobilitas dan kerusakan fungsi neurosensori yang berkepanjangan dapat menyebabkan kontraktur permanen.

d. Siapkan mobilisasi progresif.

R/ Tirah baring lama atau penurunan volume darah dapat menyebabkan penurunan tekanan darah tiba-tiba (hipotensi orthostatik) karena darah kembali ke sirkulasi perifer. Peningkatan aktivitas secara bertahap akan menurunkan keletihan dan peningkatan tahanan.

e. Secara perlahan bantu klien maju dari ROM aktif ke aktivitas fungsional sesuai indikasi.

R/ Memberikan dorongan pada klien untuk melakukan secara teratur.

4. Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan defisit lapang pandang, motorik atau persepsi.

Kriteria hasil:

Mengidentifikasi faktor yang meningkatkan resiko terhadap cedera.

Memperagakan tindakan keamanan untuk mencegah cedera.

Meminta bantuan bila diperlukan.

Intervensi:

a. Lakukan tindakan untuk mengurangi bahaya lingkungan.

R/ Membantu menurunkan cedera.

b. Bila penurunan sensitifitas taktil menjadi masalah ajarkan klien untuk melakukan:

Kaji suhu air mandi dan bantalan pemanas sebelum digunakan.

Kaji ekstremitas setiap hari terhadap cedera yang tak terdeteksi.

Pertahankan kaki tetap hangat dan kering serta kulit dilemaskan dengan lotion emoltion.

R/ Kerusakan sensori pasca CVA dapat mempengaruhi persepsi klien terhadap suhu.

c. Lakukan tindakan untuk mengurangi resiko yang berkenaan dengan pengunaan alat bantu.

R/ Penggunaan lat bantu yang tidak tepat atau tidak pas dapat meyebabkan regangan atau jatuh.

d. Anjurkan klien dan keluarga untuk memaksimalkan keamanan di rumah.

R/ Klein dengan masalah mobilitas, memerlukan pemasangan alat bantu ini 3.1.7TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

Waktu: 26 Februari 2010

Jam: 10.00I. Data Umum:

Nama Alamat

Pekerjaan

Pendidikan: Ny. S: Surabaya: Pensiunan: SD

Daftar anggota keluarga:

No.NamaJ.KHubungan dgn KeluargaUmurPendidikanStatus ImunisasiKet.

1

2

3

4Tn B

Ny. S

An. B.

An. FL

P

P

LBapak

Ibu

Anak

Anak5250SMP

SD

SMPLengkap

Lengkap

Lengkap

LengkapTBC

HT

Sehat

Sehat

Genogram :

Keterangan:

Keluarga ini tergolong dalam Nuclear family karena dalam satu rumah terdapat Ayah, Ibu, dan anak. Keluarga ini berbudaya suku jawa yang mempunyai anggapan makan tidak makan asal kumpul, sehingga akan dapat mempercepat penularan penyakit jika salah satu anggota keluarga menderita penyakit yang dapat menular. Keluarga ini menganut agama Islam.

II. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga:

Riwayat kesehatan anggota keluarga:

a. Ny. S

Ny. S mengatakan bahwa ia menderita tekanan darah tinggi. Ny. S mengungkapkan bahwa didalam keluarganya tidak memiliki penyakit keturunan seperti kencing manis maupun penyakit menular.

Saat dilakukan pengkajian tekanan darah 160/90 mmHg, Ny. S batuk terus-menerus dan pada saat dilakukan pemeriksaan fisik (auskultasi) terdengar ronkhi. Ny. S juga mengatakan bahwa ia sering sakit kepala/ pusing.

b. Tn. B

Selama ini tidak pernah menderita penyakit berat. Sakit yang sering dialami adalah flu dan batuk dan pada saat ia sakit maka ia akan membelikan obat-obat yang ada di warung dan jika belum sembuh maka ia akan pergi ke Puskesmas.

c. An. B

Penyakit yang sering diderita oleh An. A adalah batuk pilek. Usaha yang dilakukan oleh ibu untuk mengatasi hal ini adalah membelikan obat di warung yang dijual bebas, apabila masih sakit maka oleh ibu akan dibawa ke puskesmas.

d. An. F

Selama ini tidak pernah menderita sakit berat, sakit yang sering dideritanya adalah batuk pilek yang oleh ibunya akan dibelikan obat di warung dan apabila tidak sembuh akan dibawa ke puskesmas.

III. Lingkungan:

Rumah yang dimiliki keluarga ini merupakan rumah permanen, luas rumah keseluruhan + 75 M2 dengan jumlah kamar yang dimiliki adalah 4 kamar tidur, 2 ruang tamu, 1 kamar mandi, 1 dapur, serta 1 ruang keluarga yang berfungsi untuk tempat menonton televisi bersama. Pencahayaan didalam rumah ini kurang karena rumah masih tampak gelap pada kamar-kamarnya dan pada bagian kamar belakang ventilasi kurang karena tidak memiliki jendela, lantai rumah tampak kotor. Air minum yang digunakan oleh keluarga ini adalah air PDAM yang sudah dimasak. Keluarga ini memiliki tempat tinggal yang tetap dan tidak berpindah-pindah.

Denah rumah Ny. S:Keterangan:

1. Kamar tidur.

2. Ruang tamu.

3. Ruang keluarga.

4. Dapur.

5. Kamar mandi.Dilingkungan RT setempat memiliki budaya untuk selalu mengunjungi warga yang sakit dengan memberikan sedikit bantuan sehingga dapat meringankan beban keluarga yang sakit. Ny. S Mengatakan bahwa ia mengikuti kegiatan arisan di lingkungan RT 3 tetapi jika ia sakit ia tidak mengikutinya.

IV. Struktur keluarga:

Pola komunikasi di dalam keluarga ini terbuka dan didalam keluarga semua anggota keluarga menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya. Menurut Ny. S di dalam keluarganya menganut norma yang berlaku di dalam masyarakat dan adat jawa.

V. Fungsi keluarga:

a. Fungsi afektif

Menurut Ny. S ia senang memiliki keluarga yang lengkap (anak dan cucu) serta sangat senang karena dapat berkumpul dengan mereka. Keluarga tampak harmonis, saling memperhatikan satu dengan yang lain serta saling menghargai satu dengan yang lain, apabila ada anggota keluarga lain yang membutuhkan maka anggota keluarga akan membantu sesuai dengan kemampuan.

b. Fungsi sosialisasi

Hubungan antar anggota keluarga baik, didalam keluarga ini tampak kepedulian anggota keluarga dengan saling tolong menolong dalam melaksanakan tugas didalam keluarga ini. Keluarga ini juga membina hubungan yang baik dengan tetangga sekitar rumahnya terbukti dengan seringnya tetangga main ke teras rumahnya untuk berbincang-bincang dengan anggota keluarga.

c. Fungsi perawatan kesehatan

Ny. S mengatakan bahwa ia tidak mengetahui bahwa penyakit takanan darah tingginya berbahaya jika dibiarkan tanpa adanya kontrol, ia juga tidak mengetahui tanda-tanda terjadinya peningkatan tekanan darah yang diketahuinya hanya kepala pusing. Ny S. mengatakan ia tidak mengurangi atau pantangan makanan apapun karena ia tidak tahu serta makanan yang dikonsumsinya sama dengan makanan yang dikonsumsi oleh keluarga (tidak disendirikan karena kurang garam).

Menurut keluarga sakit yang dialami Ny. S ini tidak terlalu dirasakan karena Ny. S dibawa ke puskesmas jika ada keluhan saja. Anggota keluarga mengatakan bahwa ia tidak mengetahui akibat yang bisa timbul akibat dari tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol serta cara merawat anggota keluarga yang sakit.

Keluarga mengatakan bahwa yang menjaga kebersihan rumah adalah Ny. S dibantu oleh anak-anaknya secara bergantian. Keluarga mengatakan bahwa mereka melakukannya karena kebiasaan.

Keluarga mengetahui jika sakit ia harus pergi ke puskesmas apalagi puskesmas yang ada cukup dekat rumah dengan hanya berjalan kaki maka akan sampai.

VI. Stress dan koping keluarga:

Ny. S mengatakan bahwa di dalam keluarganya jika ada masalah mengenai anak, sekolah anak atau apapun akan berusaha diselesaikan dengan berunding bersama-sama untuk mencari jalan yang terbaik.

Dan apabila masalah tersebut belum terpecahkan juga maka keluarga akan minta bantuan kepada anggota keluarga yang lebih tua dalam membantu memecahkan masalah.

VII. Pemeriksaan fisik:

a. Ny. S

Saat dilakukan pengkajian tekanan darah 160/90 mmHg, Ny. S batuk terus menerus dan pada saat dilakukan pemeriksaan fisik terdengar ronkhi (auskultasi), konjungtiva merah muda, dan sklera putih.

b. Tn. AS

Pada pemeriksaan fisik Tn. AS dalam batas normal, tidak ada kelainan pada sistem organ. Tekanan darah 120/80 mmHg.

c. An. F

An. F tampak segar dengan riang ia bermain kesana-kemari. Berat badan yang dimiliki oleh anak F adalah 15 kg.

VIII. Harapan keluarga:

Keluarga mengharapkan agar petugas dapat membantu mengatasi masalah yang dihadapi oleh keluarganya dan ia mengharapkan dapat membantu mempercepat kesembuhan bagi penyakit yang sedang dideritanya.

B. Analisa data

TglDataMasalah perawatan keluarga

10/8/01Subjektif:

Ny. S mengatakan bahwa ia tidak mengetahui tanda-tanda terjadinya peningkatan tekanan darah, ia juga mengatakan bahwa ia tidak tahu harus mengurangi makan apa, karena selama ini ia tidak pantang atau mengurangi makanan. Ia mengatakan sering mengalami pusing kepala. Keluarga mengatakan bahwa ia tidak pernah mengajak kontrol ke puskemas atau tempat yang lain untuk mrngontrol tekanan darahnya

Objektif:

Tekanan darah Ny. S 160/90 mmHg.

Penderita mengetahuinya + 1 bulan yang lalu.1. Hipertensi

Resiko cidera (perdarahan pada pembuluh darah di otak) berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang sakit tekanan darah tinggi.

10/8/01Subjektif:

Ny. S mengatakan bahwa yang membersihkan rumah adalah menantunya dibantu oleh cucunya.

Objektif:

Ruangan tampak gelap, dan ventilasi/ sirkulasi udara didalam rumah kurang, baju banyak yang digantung.2. Kebersihan lingkungan rumah.

Resiko terjadinya penyakit (DHF & ISPA) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah

C. Skoring

Resiko cidera (perdarahan pada pembuluh darah di otak)

KriteriaSkorPembenaran

1. Sifat masalah

Tidak sehat.

2. Kemungkinan masalah dapat diubah.

Sebagian.

3. Potensi masalah untuk dicegah.

Cukup

4. Menonjolnya masalah.

Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani

3/3 x 1 = 1

x 2 = 1

2/3 x 1 = 2/3

x 1 = Adalah kurang/ tidak sehat dan memerlukan penanganan yang secepatnya untuk mencegah peningkatan tekanan darah atau terjadinya komplikasi akibat peningkatan tekanan darah.

Masalah dapat diatasi sebagian karena keluarga kurang memiliki pengetahuan tentang cara merawat anggota keluarga yang menderita tekanan darah tinggi.

Masalah dapat diubah karena penyakit hipertensi meruapakan suatu penyakit yang dapat dipertahanakan dengan menjaga keseim bangan tekanan darah.

Keluarga tidak menyadari betapa pentingnya menjaga kestabilan tekanan darah pada penderita hipertensi

Total skor 3

Resiko terjadinya penyakit (DHF & ISPA)

KriteriaSkorPembenaran

1. Sifat masalah

Ancaman kesehatan.

2. Kemungkinan masalah dapat diubah.

Sebagian.

3. Potensi masalah untuk dicegah.

Cukup

4. Menonjolnya masalah.

Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani2/3 x 1 = 2/3

x 2 = 1

2/3 x 1 = 2/3

x 1 = Merupakan ancaman kesehatan karena dapat menimbulkan berbagia masalah kesehatan oleh karena lingkungan yang kotor.

Masalah dapat diatasi sebagian karena keluarga memiliki fasilitas dan kemauan untuk menjaga kebersihan lingkungannya.

Masalah dapat diubah karena anggota keluarga memiliki waktu yang cukup guna membersihkan rumah.

Keluarga tidak menyadari bahwa lingkungan yang kotor dapat menimbulkan penyakit.

Total skor 3

D. Diagnosa keperawatan

1. Resiko cidera (perdarahan pada pembuluh darah di otak) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit tekanan darah tinggi

2. Resiko terjadinya penyakit (DHF & ISPA) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam memelihara lingkungan rumah

E. Intervensi

No.Diagnosa keperawatanTujuan KriteriaStandardIntervensi Evaluasi

UmumKhusus

1.Resiko cidera (perdarahan pada pembuluh darah di otak) berhubungan dengan ketidak-mampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit tekanan darah tinggiSetelah di lakukan pera- watan/ kun- jungan 4x diharapkan keluarga mam pu merawat anggota keluarga yang menderita tekanan darah tinggi. Keluarga mampu:

Menyebutkan kem- bali tentang kemung kinan penyebab terjadinya pening katan tekanan darah.

Menyebutkan tanda dan gejala terjadinya peningkatan tekanan darah.

Menyebutkan akibat yang bisa terjadi bila tekanan darah terlalu tinggi.Verbal: Menyebutkan 2 dari 3 kemungkinan pe- nyebab terjadinya pe- ningkatan tekanan darah.

Menyebutkan 2 dari 3 tanda peningkatan tekanan darah.

Menyebutkan 2 akibat yang mungkin terjadi dari peningkatan tekanan darah.

1. Jelaskan kepada keluarga tentang kemungkinan penyebab tejadi peningkatan tekanan darah.

2. Jelaskan tentang tanda/ gejala terjadinya peningkat an tekanan darah.

3. Jelaskan tentang akibat dari peningkatan tekanan darah.Keluarga mampu:

Menyebutkan kemung kinan penyebab terja- dinya peningkatan tekanan darah.

Menyebutkan tanda peningkatan tekanan darah.

Menyebutkan akibat yang bisa terjadi pada peningkatan tekanan darah.

Menunjukkan makan- an yang boleh dan tidak boleh di

No.Diagnosa keperawatanTujuan KriteriaStandardIntervensi Evaluasi

UmumKhusus

Menyebutkan makan an yang boleh dan tidak boleh untuk penderita tekanan darah tinggi.

Memeriksakan diri secara teratur.

Penderita mau Mengurangi konsumsi garam.

Menyediakan makanan yang rendah garam.Verbal:

Non verbal:

Menyebutkan semua makanan yang boleh di konsumsi dan yang tidak boleh di konsumsi.

Memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan.

Masakan yang dikonsumsi sudah tidak asin lagi (rendah garam).

Menyediakan makan an yang rendah garam.4. Jelaskan kepada keluarga tentang diet pada panderita tekanan darah tinggi.

5. Obsevarsi kemampuan keluarga setelah mendapat penjelasan dari petugas.

6. Anjurkan kepada keluarga untuk memeriksakan diri secara teratur.

7. Motivasi penderita untuk mengurangi garam dalam setiap makanan.

8. Anjurkan kepada keluarga untuk menyediakan makanan yang sesuai dengan diet.Konsumsi.

Penderita akan memeriksakan diri secara teratur ke pelayanan kesehatan.

Keluarga menyedia kan masakan untuk penderita (sup dengan rasa yang tidak asin).

No.Diagnosa keperawatanTujuan KriteriaStandardIntervensi Evaluasi

UmumKhusus

2.Resiko terjadinya penyakit (DHF & ISPA) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam memelihara lingkungan rumahSetelah dilakukan kunjungan 2x Keluarga diharapkan mampu memelihara lingkungan rumah yang sehat.Keluarga dapat:

Menyebutkan beberapa syarat rumah sehat.

Menyebutkan kem- bali dampak dari lingkungan rumah yang tidak sehat.

Menjaga kebersihan lingkungan rumah terutama kamar.

Merapikan baju yang bergantungan.

Membersihkan lingkungan rumah secara teratur.Verbal:

Non verbal:Keluarga mampu:

Menyebutkan 3 syarat rumah yang sehat.

Menyebutkan 2 dari 3 manfaat rumah yang bersih.

Rumah tampak rapi dan tidak ada baju yang bergantungan.

Membersihkan rumah setiap hari.

Membersihkan kamar mandi secara teratur.1. Jelaskan kepada keluarga tentang syarat rumah yang sehat.

2. Jelaskan kepada keluarga tentang hal-hal dapat terjadi akibat rumah yang kurang sehat (lembab, kurang sinar matahari, bak mandi jarang dikuras).

3. Diskusikan dengan keluarga tentang pembagian tugas dalam menjaga kebersihan rumah.

4. Anjurkan kepada keluarga untuk membuka jendela, melipat baju yang bergan- tungan.Keluarga mampu:

Menyebutkan kembali syarat dari rumah yang sehat.

Menyebutkan akibat yang bisa timbul akibat lingkungan rumah yang tidak sehat.

Keluarga mau melipat baju yang bergantung- an.

Keluarga membersih kan rumah secara teratur.

No.Diagnosa keperawatanTujuan KriteriaStandardIntervensi Evaluasi

UmumKhusus

5. Anjurkan kepada keluarga untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan rumah.

6. Beri pujian untuk tindakan yang tepat.

F. Implementasi.

No. DPPelaksanaan

II1. Menjelaskan kepada keluarga dampak yang bisa muncul akibat rumah yang kurang bersih dan sirkulasi udara tidak lancar serta ruangan yang kurang sinar matahari, antara lain:

Banyaknya nyamuk.

Mempercepat penularan penyakit.

Penyakit pernafasan (seperti batuk, flu, pilek, alergi).

2. Menjelaskan kepada keluarga beberapa syarat rumah sehat antara lain:

Penerangan dengan sinar matahari yang cukup.

Sirkulasi udara yang lancar.

Lantai yang keras dan bersih.

3. Mediskusikan dengan Ny. S dalam membagi tugas untuk menjaga kebersihan lingkungan rumah.

4. Menganjurkan kepada keluarga untuk membuka jendela yang yang ada selebar-lebarnya setiap hari agar sirkulasi udara lancar.

5. Menyarankan kepada keluarga untuk menjaga kebersihan rumah secara bergantian.

6. Menganjurkan kepada keluarga untuk menjelaskan kembali kepada petugas tentang syarat rumah sehat dan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.

I1. Menjelaskan kepada keluarga bahwa tekanan darah tinggi bisa terjadi akibat ada faktor keturunan, peningkatan usia, dan tidak mejaga keseimbangan makanan.

2. Menjelaskan kepada keluarga tentang tanda dan gejala dari peningkatan tekanan darah antara lain:

Kepala pusing.

Tengkuk/ leher terasa kaku.

Mata berkunang-kunang.

3. Menjelaskan kepada keluarga dampak yang bisa terjadi akibat dari tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol yaitu:

Perdarahan pada otak atau orang lazim menyebutnya stroke atau lumpuh separo atau lumpuh total.

Kematian akibat stroke yang parah.

4. Menjelaskan kepada keluarga bahwa tekanan darah yang tinggi dapat diturunkan dengan:

TglPelaksanaan

Mengatur makanan/ keseimbangan makanan.

Makanan rendah garam (kurang garam).

Olahraga secara teratur.

Mengkonsumsi makanan yang dapat menurunkan tekanan darah antara lain:

Buah belimbing, buah ketimun, daun alpukat.

5. Menganjurkan keluarga untuk melakukan kontrol secara teratur ke puskesmas untuk mengetahui tekanan darah.

6. Menganjurkan kepada keluarga untuk menjelaskan kembali kepada petugas tentang hal-hal yang telah dijelaskan oleh petugas.

Melakukan penyuluhan dengan topik tanda dan gejala terjadinya peningkatan tekanan darah.

Melakukan penyuluhan dengan topik diet untuk penderita tekanan darah tinggi.

G. Evaluasi

TglEvaluasi

S:

O:

A:

P: Ny. S mengatakan bahwa ia sudah membersihkan kamarnya dan melipat baju yang bergantungan, serta menyapu lantai.

Ny. S mengatakan bahwa ia sudah menyuruh anaknya untuk menguras bak kamar mandi dan sudah di lakukannya.

Rumah tampak bersih dan rapi.

Bak mandi bersih (tidak ada jentik/ larva).

Masalah teratasi.

Rencana perawatan dihentikan.

S:

O:

A:

P: Ny. S mengungkapkan pusing yang dirasakan sudah berkurang.

Ny. S mengatakan bahwa ia sudah menyendirikan makanannya yang garamnya sudah dikurangi.

Tekanan darah 140/90 mmHg.

Masakan yang dikonsumsi oleh Ny. S sudah tidak asin lagi.

Masalah teratasi.

Rencana perawatan dihentikan.

Menganjurkan kepada keluarga untuk selalu kontrol ke puskesmas/ pusat pelayanan kesehatan secara teratur.

ANALISA DATA

TglDataEtiologiMasalah/ Diagnosa keperawatan

10/8/01S:

O: Ny. S mengatakan sering mengalami sakit kapala sampai di bagian belakang leher dan leher terasa kaku.

Ny. S mengatakan Selama ini tidak ada pantangan makan dan jarang kontrol ke Puskesmas.

Bila pusing Ny. S mengatakan di obati dengan membelikan obat di warung.

Tekanan darah saat pengkajian 200/100 mmHg.

Nadi 100 x/mnt.

Respirasi 20 x /mnt.

Kaku leher (+).

Oedema (-/-).

Kelemehan otot -/-.

Ny. S berusia 65 th.Ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita tekanan darah tinggi.Resiko cidera: perdarahan otak pada anggota keluarga Tn. M yaitu Ny. S

10/8/01S:

O: Tn . M mengatakan mulutnya terasa pahit jika tidak merokok.

tn. M mengatakan biasanya merokok setiap kali selesai makan dan minum kopi.

Tekanan darah 110/60 mmHg, usia Tn. M 72 th.

Nadi 80 x/mnt.

Respirasi 20 x/mnt.

Rochi -/-.

Wheezing -/-.

Sessak (-)Ketidak mampuan keluarga mengambil keputusan untuk mengatasi kebiasaan kurang sehat: merokokResiko terjadinya gangguan saluran pernafasan (ISPA) pada Tn. M

Skoring

Masalah keperawatan: Resiko cidera: perdarahan otak pada anggota keluarga Tn. M yaitu Ny. S berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

KriteriaSkorPembenaran

1. Sifat masalah

Tidak sehat

2. Kemungkinan masalah dapat di ubah.

sebagian

3. Potensi masalah untuk di cegah.

cukup

4. Menonjonya masalah

Segera di tangani3/3 x 1= 1

x 2 = 1Tekanan darah tinggi merupakan keadaan yang tidak sehat dan dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di otak sehingga terjadi perdarahan di otak.

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

4.2 SARANDAFTAR PUSTAKA

Ader, Felten DL, Cohen N (1991) Psychoneuroimmunology, Academic Press Inc. 2nd edition. New York

Depkes R.I (1999) Kesehatan keluarga, Bahagia dim Usia Senja, Medi Media, Jakarta

Kozier, Barbara (1991) Fundamentals of Nursing, Concepts, Pocess and Practice, 2th edition, Addison Wesley Co. California

Lueckenote A.G (1996) Gerontologic Nursing, Mosby Year Book Co. Inc, Missourri

Nugroho Wahyudi (1995) Perawatan Usia Lanjut, Penerbit EGC, Jakarta

Setyabudhi T, Hadiwinoyo (1999) Panduan Gerontologi, Tinjauan dari Berbagai Aspek, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Gunawan S, Nardho, Dr, MPH, 1995, Upaya Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Dep Kes R.I.

Lueckennotte, Annette G, 1996, Gerontologic Nursing, St. Louis : Mosby Year Incorporation.

Nugroho, Wahyudi, SKM, 1995, Perawatan Lanjut Usia, Jakarta : EGC

Anonym, Panduan Gerontologi, Jakarta: EGC

52

50

Tn. B

Ny. S

15

12

9

An. M

An. F

Perempuan.

Laki-laki.

Penderita TBC

Penderita Hipertensi.

Tinggal serumah.

4

5

1

1

1

3

1

2

2