bab i isi meningokel.docx

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningokel merupakan penyakit kongenital dari kelainan embriologis yang disebut Neural tube defect (NTD). Meningokel disebabkan oleh banyak faktor dan melibatkan banyak gen (multifaktoral dan poligenik). Banyak sekali penetitian yang mengungkap bahwa sekitar 70% kasus NTD dapat dicegah dengan suplementasi asam fclai, sehingga defisiensi asam folat dianggap sebagai salah satu faktor penting dalam teratogenesis meningokel. Basis molekut defisiensi asam folat adalah kurang adekuatnya enzim enzim yang mentransfer gugus, karbon dalam proses metiiasi protein dalam se1, baik dalam nukleus maupun mitokhondria, sehingga terjadi gangguan biosintesis DNA dan RNA. serta kenaikan kadar homosistein. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian Meningokel? 2. Apa etiologi Meningokel? 3. Bagaimana patofisiologi Meningokel? 4. Apa saja manifestasi klinis Meningokel? 5. Bagaimana deteksi prenatal pada Meningokel? 6. Apa saja komplikasi pada Meningokel? 7. Apa saja pencegahan sebelum terjadi Meningokel? 1

Upload: m-nurcholis

Post on 08-Apr-2016

32 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I isi meningokel.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meningokel merupakan penyakit kongenital dari kelainan embriologis yang

disebut Neural tube defect (NTD). Meningokel disebabkan oleh banyak faktor dan

melibatkan banyak gen (multifaktoral dan poligenik). Banyak sekali penetitian yang

mengungkap bahwa sekitar 70% kasus NTD dapat dicegah dengan suplementasi asam

fclai, sehingga defisiensi asam folat dianggap sebagai salah satu faktor penting dalam

teratogenesis meningokel. Basis molekut defisiensi asam folat adalah kurang adekuatnya

enzim enzim yang mentransfer gugus, karbon dalam proses metiiasi protein dalam se1,

baik dalam nukleus maupun mitokhondria, sehingga terjadi gangguan biosintesis DNA

dan RNA. serta kenaikan kadar homosistein.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Meningokel?

2. Apa etiologi Meningokel?

3. Bagaimana patofisiologi Meningokel?

4. Apa saja manifestasi klinis Meningokel?

5. Bagaimana deteksi prenatal pada Meningokel?

6. Apa saja komplikasi pada Meningokel?

7. Apa saja pencegahan sebelum terjadi Meningokel?

8. Apa saja pemeriksaan penunjang Meningokel?

9. Bagaimana penatalaksanaan Meningokel?

10. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada Meningokel?

1

Page 2: BAB I isi meningokel.docx

1.3 Tujuan

a. Tujuan Umum

Menyelesaikan tugas dari Dosen mata kuliah Keperawatan Anak, dengan membuat

makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Meningokel, serta

meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai Asuhan Keperawatan pada

Anak dengan Meningokel.

b. Tujuan Khusus

1. Mengetahui apa pengertian Meningokel, etiologi Meningokel, manifestasi klinis

Meningokel, komplikasi pada Meningokel, pencegahan sebelum terjadi

Meningokel, pemeriksaan penunjang Meningokel

2. Mengetahui bagaimana patofisiologi Meningokel, deteksi prenatal pada

Meningokel, penatalaksanaan Meningokel, konsep dasar asuhan keperawatan pada

Meningokel

2

Page 3: BAB I isi meningokel.docx

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian

Meningokel adalah penonjolan dari pembungkus medulla spinalis melalui spina bifida

dan terlihat sebagai benjolan pada permukaan. Pembengkakan kistis ini ditutupi oleh

kulit yang sangat tipis. Pada kasus tertentu kelainan ini dapat dikoreksi dengan

pembedahan. Pembedahan terdiri dari insisi meningokel dan penutupan dura meter.

Kemudian kulit diatas cacat ditutup. Hidrosefalus kemungkinan merupakan komplikasi

yang memerlukan drainase. (Prinsip Keperawatan Pediatric, Rosa M. sachrin. Hal-283).

Meningokel merupakan kelainan kongenital SSP yang paling sering terjadi. Biasanya

terletak di garis tengah. Meningokel biasanya terdapat di daerah servikal atau daerah

torakal sebelah atas. Kantong hanya berisi selaput otak, sedangkan korda tetap dalam

korda spinalis (dalam durameter tidak terdapat saraf). Tidak terdapat gangguan sensorik

dan motorik. Bayi akan menjadi normal sesudah operasi. (IKA-FKUI. Hal-1136)

Meningokel adalah penyakit kongenital dari kelainan embriologis yang disebut neural

tube defect (NTD) yaitu adanya defek pada penutupan spina yang berhubungan dengan

pertumbuhan yang abnormalnya korda spinalis atau penutupannya.

2.2 Etiologi

Penyebab spesifik dari meningokel atau belum diketahui. Banyak factor seperti

keturunan dan lingkungan diduga terlibat dalam terjadinya defek ini. Tuba neural

umumnya lengkap empat minggu setelah konsepsi. Hal- hal berikut ini telah ditetapkan

sebagai faktor penyebab; kadar vitamin maternal rendah, termasuk asam folat:

mengonsumsi klomifen dan asam valfroat: dan hipertermia selama kehamilan.

3

Page 4: BAB I isi meningokel.docx

Diperkirakan hampir 50% defek tuba neural dapat dicegah jika wanita bersangkutan

meminum vitamin-vitamin prakonsepsi, termasuk asam folat. Kelainan konginetal SSP

yang paling sering dan penting ialah defek tabung neural yang terjadi pada 3-4 per

100.000 lahir hidup. Bermacam-macam penyebab yang berat menentukan morbiditas dan

mortalitas, tetapi banyak dari abnormalitas ini mempunyai makna klinis yang kecil dan

hanya dapat dideteksi pada kehidupan lanjut yang ditemukan secara kebetulan.

2.3 Patofisiologi dan pathway

Ada dua jenis kegagalan penyatuan lamina vertebrata dan kolumna spin alis yaitu

spina bifida okulta dan spina bifida sistika.Spina bifida okulta adalah defek penutupan

dengan meningen tidak terpajan di permukaan kulit. Defek vertebralnya kecil, umumnya

pada daerah lumbosakral.

Spina bifida sistika adalah defek penutupan yang menyebabkan penonjolan medula

spinalis dan pembungkusnya. Meningokel adalah penonjolan yang terdiridari meninges

dan sebuah kantong berisi cairan serebrospinal (CSS): penonjolanini tertutup kulit biasa.

Tidak ada kelainan neurologi, dan medulla spinalis tidak terkena. Hidrosefalus terdapat

pada 20% kasus spina bifida sistika. Meningokel umumnya terdapat pada lumbosakral

atau sacral. Hidrosefalus terdapat padahampir semua anak yang menderita spina bifida

(85% sampai 90%), kira-kira60% sampai 70% tersebut memiliki IQ normal.Banyak ahli

percaya bahwa defek primer pada NTD (neural tube defect)merupakan kegagalan

penutupan tuba neural selama perkembangan awal embrio.Akan tetapi, ada bukti bahwa

defek ini merupakan akibat dari pemisahan tubaneural yang sudah menutup karena

peningkatan abnormal tekanan cairanserebrospinal selama trimester pertama.

4

Page 5: BAB I isi meningokel.docx

Genetik, lingkungan, kongenital

Gagal menyatukan lumina vertebrata & Kolumna spinalis

Penonjolan medula spinalis dan Pembungkusnya

Penurunan/gangguan fungsi pada bagian tubuh yang dipersarafi

ketidakmampuan Kelumpuhan/kelemahan Orang tua Peningkatan mengontrol pola pada ekstremitas bawah cemas abnormal sel berkemih

Imobilisasi Kurang informasi tentang Penyakit TIK

Inkotinensia Resiko Kerusakan Kurang Gangguan Urine Integritas Kulit Pengetahuan Perfusi Jaringan2.4 Manifestasi klinis

Gejalanya bervariasi, tergantung kepada beratnya kerusakan pada korda spinalis dan

akar saraf yang terkena. Beberapa anak memiliki gejala ringan atau tanpa gejala,

sedangkan yang lainnya mengalami kelumpuhan pada daerah yang dipersarafi oleh korda

spinalis atau akar saraf yang terkena.

Gejalanya dapat berupa :

a) Penonjolan seperti kantung di punggung tengah sampai bawah pada bayi baru lahir.

b) Jika disinari, kantung tersebut tidak tembus cahaya.

c) Kelumpuhan / kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki.

d) Seberkas rambut pada daerah sakral (panggul bagian belakang).

e) Lekukan pada daerah sakrum.

f) Penurunan sensasi, inkontinesia urin maupun inkontinensia tinja.

g) Korda spinalis yang tekena rentan terhadap infeksi (meningitis).

5

Page 6: BAB I isi meningokel.docx

2.5 Deteksi prenatal

Terdapat kemungkinan untuk menentukan adanya beberapa NTD terbuka selama

masa prenatal. Pemindaian ultrasuara pada uterus dan peningkatan konsentrasi

alfafetoprotein (AFP), suatu gamma, globulin yang spesifik pada fetus, dalam cairan

amnion mengindikasikan adanya arensefali atau mielomeningokel. Waktu yang tepat

untuk melakukan pemeriksaan diagnostic ini adalah pada usia gestasi 16 dan 18 minggu,

sebelum konsentrasi AFP yang normalnya menurun, dan pada saat yang tepat untuk

melakukan aborsi terapeutik. Pengambilan sampel virus koronik (chorionic villus

sampling, CVS) juga merupakan pemeriksaan untuk diagnostik NTD pada masa prenatal.

Prosedur diagnostic di atas direkomendasikan untuk semua ibu yang telah melahirkan

anak dengan gangguan ini dan dan pemeriksaan ditawarkan bagi semua wanita hamil.

Selain itu, rencana kelahiran dengan sesar dapat menurunkan disfungsi motorik. (buku

ajar keperawatan pediatrik, Donna L. Wong. Hal-1425)

2.6 Komplikasi

1. Hedeosefalus

2. Meningitis

3. Hidrosiringomielia

4. Intraspinal tumor

5. Kiposkoliosis

6. Kelemahan permanen / paralisis pada ekstermitas bawah

7. Serebral palsy disfungsi batang otak

8. Gangguan pertumbuhan

6

Page 7: BAB I isi meningokel.docx

2.7 Pencegahan

Risiko dapat dikurangi dengan mengonsumsi asam folat. Kekurangan asam folat pada

seorang wanita harus dikoreksi sebelum wanita tersebut hamil, karena kelainan ini terjadi

sangat dini. Kepada wanita yang berencana untuk hamil dianjurkan untuk mengonsumsi

asam folat sebanyak 0.4 mg/hari. Kebutuhan asam folat pada wanita hamil adalah 1

mg/hari.

2.8 Pemeriksaan Penunjang

1. Rontgen tulang belakang untuk menentukan luas dan lokasi kelainan.

2. USG tulang belakang bias menunjukkan adanya kelainan pada kordaspinalis maupun

vertebra.

3. CT scan atau MRI tulang belakang kadang dilakukan untuk menentukan lokasi dan

luasnya kelainan.

2.9 Penatalaksanaan

Tujuan dari pengobatan awal meningokel adalah mengurangi kerusakan saraf,

meminimalkan komplikasi (misalnya infeksi), serta membantu keluarga dalam

menghadapi kelainan ini.

Pembedahan dilakukan pada periode neonatal untuk mencegah rupture. Perbaikan

dengan pembedahan pada lesi spinal dan pirau CSS pada bayi hidrosefalus dilakukan

pada saat kelahiran. Pencangkokan kulit diperlakukan bila lesinya besar. Antibiotic

profilaktik diberikan untuk mencegah meningitis. Intervensi keperawatan yang dilakukan

tergantung ada tidaknya disfungsi dan berat ringannya disfungsi tersebut pada berbagai

system tubuh.

Terapi fisik dilakukan agar pergerakan sendi tetap terjaga dan untuk memperkuat

7

Page 8: BAB I isi meningokel.docx

fungsi otot. Untuk mengobati dn mencegah meningitis, infeksi saluran kemih dan

lainnyadiberikan antibiotic. Untuk membantu memperlancar aliran kemih bias dilakukan

penekanan lembut diatas kandung kemih. Pada kasus yang berat kadang harus dilakukan

pemasangan kateter. Diet kaya serat dan program pelatihan buang air besar bisa

membantu memperbaiki fungsi saluran pencernaan.

Untuk mengatasi gejala muskulo skeletal (otot dan kerangka tubuh) perlu campur

tangan dari ortopedi (bedah tulang) maupun terapi fisik. Keleinan saraf lainnya diobati

sesuai dengan jenis dan luasnya gangguan fungsi yang terjadi. Kadang-kadang

pembedahan shunting untuk memperbaiki hidrosefalus.

Seksio sesarae terencana, sebelum melahirkan, dapat mengurangi kerusakan

neurologis yang terjadi pada bayi dengan defek korda spinalis.

Penatalaksanaan:

1.  Sebelum dioperasi, bayi dimasukkan kedalam incubator dengan kondisi tanpa baju.

2.  Bayi dalam posisi telungkup atau tidur jika kantungnya besar untuk mencegah

infeksi.

3.  Berkolaborasi dengan dokter anak, ahli bedah dan ahli ortopedi, dan ahli urologi,

terutama untuk tidakan pembedahan, dengan sebelumnya melakukan informed

consent.

Lakukan pengamatan dengan cermat terhadap adanya tanda-tanda hidrosefalus

(dengan mengukur lingkar kepala setiap hari) setelah dilakukan pembedahan atau juga

kemungkinan terjadinya meningitis (lemah, tidak mau minum, mudah terangsang, kejang

dan ubun-ubun akan besar menonjol). Selain itu, perhatikan pula banyak tidaknya

gerakan tungkai dan kaki, retensi urin dan kerusakan kulit akibat iritasi urin dan feses.

BAB III

8

Page 9: BAB I isi meningokel.docx

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

A. Anamnesa :

a. Identitas bayi

b. Identitas ibu

c. Riwayat kehamilan ibu

kadar alfa-fetoprotein dalam serum ibu dan cairan amnion ditemukan meningkat

pada usia 16-18 minggu

d. Riwayat kelahiran.

Seksio sesarae terencana atau normal

e. Riwayat Keluarga.

f. Anak sebelumnya menderita spina bifida

Riwayat atau adanya faktor resiko Jenis kelamin laki-laki

B. Pemeriksaan Fisik.

Observasi adanya manifestasi mielomeningokel

1) Kantong yang dapat dilihat

2) Gangguan sensori biasanya disfungsi motorik paralel

Di bawah vertebra lumbal kedua

a. Flaksid, paralis parsial arefleksik pada ekstremitas bawah

b. Berbagai derajat defisit sensori

c. Inkontenensia aliran berlebihan dengan penetesan urin konstan

d. Kurang kontrol defikasi

e. Prolapsus rektal (kadang-kadang)

Di bawah vertebra sakrum ketiga

9

Page 10: BAB I isi meningokel.docx

a. Tidak ada kerusakan motorik

b. Dapat berupa anestesia sadel dengan paralis sfingter kandung kemih dan

sfingter anus

Deformitas sendi (terkadang terjadi di uterus)

a. Talipes valgus atau kontraktur varus

b. Kifosis

c. Skoliosis lumbosakral

d. Dislokasi pinggul

3) Lakukan atau bantu dengan pemeriksaan neurologis untuk menentukan tingkat

kerusakan motorik dan sensorik

4) Inspeksi mielomeningokel untuk adanya perubahan pada penampilan, sebagai

contoh, abrasi, robekan, tanda-tanda infeksi

5) Observasi adanya tanda-tanda hidrosefalus

6) Observasi adanya tanda-tanda alergi lateks

7) Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian.

-Radiologi

-Tomografi

3.2 Diagnosa Keperawatan

a. Ganguan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan tekanan intracranial

b. Inkontinensia urin berhubungan dengan ketidakmampuan mengontrol keinginan

berkemih.

c. Kurang pengetahuan orang tua tentang proses penyakit dan penanganan penyakit

anaknya berhubungan dengan kurang terpajan informasi.

d. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi.

10

Page 11: BAB I isi meningokel.docx

3.3 Intervensi

a. Diagnosa 1

- Ganguan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan tekanan intracranial

Tujuan :

- Pasien kembali pada, keadaan status neurologis sebelum sakit

- Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris

Kriteria Hasil

- Tanda - tanda vitaldalam batas normal

- Kesadaran meningkat

- Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda tekanan

intrakranial yang meningkat

Intervensi Rasional

1. Pasien bedrest total dengan posisi

tidur terlentang tanpa bantal

2. Monitor tanda-tanda status

neurologis dengan GCS.

3. Monitor tanda-tanda vital dan hati-

hati pada hipertensi sistolik

1. Perubahan pada tekanan intrakranial

akan dapat  meyebabkan resiko untuk

terjadinya herniasi otak 

2. Dapat mengurangi kerusakan otak

lebih lanjut

3. Pada keadaan normal autoregulasi

mempertahankan keadaan tekanan

darah sistemik berubah secara

fluktuasi. Kegagalan autoreguler akan

menyebabkan kerusakan vaskuler

cerebral yang dapat dimanifestasikan

dengan peningkatan sistolik dan

11

Page 12: BAB I isi meningokel.docx

4. Monitor intake dan output

5. Bantu pasien untuk membatasi

gerak atau berbalik ditempat tidur.

Kolaborasi

6. Berikan cairan perinfus dengan 

perhatian ketat.

7. Monitor AGD bila diperlukan pem

berian oksigen

8. Berikan terapi sesuai dari dokter

seperti : Steroid Aminofiel,

Antibiotik.

diiukuti oleh penurunan tekanan

diastolik. Sedangkan peningkatan

suhu dapat menggambarkan

perjalanan infeksi

4. Hipertermi dapat menyebabkan

peningkatan IWL dan meningkatkan

resiko dehidrasi terutama pada 

pasien yang tidak sadar, nausea yang 

menurunkan intake per oral

5. Aktifitas ini dapat meningkatkan

tekanan intrakranial dan intra

abdomen.

6. Meminimalkan fluktuasi pada beban 

vaskuler dan tekananintrakranial, vetr

iksi cairan dancairan dapat menurun-

kan edema cerebral

7. Adanya kemungkinan asidosis

disertai dengan pelepasan oksigen

padatingkat sel dapat menyebabkan

terjadinya iskhemik serebral

8. Terapi yang diberikan dapat

menurunkan permeabilitas kapiler.

- Menurunkan edema serebri

- Menurunka metabolik sel /

12

Page 13: BAB I isi meningokel.docx

konsumsi dan kejang.

b. Diagnosa 2

- Inkontinensia urin berhubungan dengan ketidakmampuan mengontrol keinginan

berkemih.

Tujuan :

Inkontinensia urin dapat berkurang/teratasi

Kriteria hasil :

- Enuresis, diurnal dan nokturnal berkurang/tidak ada

- Klien berkemih dalam jumlah dan frekuensi yang normal

Intervensi Rasional

1. Kaji pola berkemih dan tingkat

inkontinensia klien

2. Berikan perawatan pada kulit klien

yang basah karena urin (dilap

dengan air hangat kemudian dilap

kering dan diberi bedak)

3. Anjurkan ibu klien untuk sering

memeriksa popok klien, jika basah

segera diganti

4. Kolaborasi dengan tim medis dalam

pemberian obat (misalnya:

Antikolinergik)

1. Sebagai data dasar untuk intervensi

selanjutnya

2. Perawatan yang baik dapat

mencegah iritasi pada kulit klien

3. Popok yang selalu basah dapat

menimbulkan iritasi dan lecet pada

kulit

4. Obat antikolinergik diperlukan

untuk menghilangkan kontraksi

kandung kemih tak terhambat

13

Page 14: BAB I isi meningokel.docx

c. Diagnosa 3

- Kurang pengetahuan orang tua tentang proses penyakit dan penanganan penyakit

anaknya berhubungan dengan kurang terpajan informasi.

Tujuan :

- Orang tua klien dapat memahami proses penyakit dan prosedur penanganan

penyakit anaknya

Kriteria hasil :

- Orang tua klien tampak tenang

- Orang tua klien dapat menjelaskan proses penyakit dan prosedur penanganan

penyakit anaknya

Intervensi Rasional

1. Kaji tingkat pengetahuan orang tua

klien tentang proses penyakit dan

penanganan penyakit anaknya

2. Berikan kesempatan kepada orang

tua klien untuk bertanya

3. Jelaskan dengan baik kepada orang

tua tentang proses penyakit dan

1. Sebagai data dasar dalam

memnentukan intervensi selanjutnya

2. Memberikan jalan untuk

mengekspresikan perasaannya dan

mengetahui pemahaman orang tua

klien tentang penyakit anaknya

3. Menigkatkan pemahaman orang tua

14

Page 15: BAB I isi meningokel.docx

prosedur penanganannya

4. Berikan dukungan positif kepada

orang tua klien

klien tentang penyakitnya anaknya

4. Dukungan yang positif dapat

memberikan semangat kepada orang

tua untuk menerima penyakit

anaknya dan membantu proses

perawatan.

d. Diagnosa 4

- Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi

Tujuan:

Kerusakan integritas kulit tidak terjadi

Kriteri hasil :

- Kulit tampak halus dan lembut

- Tidak ada iritasi/lecet, dekubitus

Intervensi Rasional

1. Kaji tingkat keterbatasan gerak

(immobilisasi) klien

1. Sebagai data dasar untuk intervensi

selanjutnya

2. Penekanan yang lama pada salah

15

Page 16: BAB I isi meningokel.docx

2. Rubah posisi klien setiap dua jam

3. Jaga pakaian dan linen tetap kering

4. Ajarkan pada orang tua klien untuk

memassage daerah yang tertekan,

gunakan lotion

satu bagian tubuh dapat

menyebabkan terjadinya dekubitus

3. Pakaian dan linen yang basah dapat

mengiritasi kulit

4. Memperlancar peredaran darah,

meningkatkan relaksasi dan

mencegah iritasi

3.4 Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang

menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya

sudah berhasil dicapai. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam

mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien

berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga

perawat dapat mengambil keputusan (Nursalam, 2009 : 135).

Sehingga evaluasi hasil dari masalah keperawatan adalah : kebutuhan nutrisi

terpenuhi, kebutuhan cairan terpenuhi, trauma fisik tidak terjadi, kebutuhan ADL

terpenuhi dan suhu tubuh normal kembali. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu evaluasi hasil

atau formatif dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil sumatif

dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan umum yang

16

Page 17: BAB I isi meningokel.docx

telah ditentukan. Evaluasi sumatif dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan

SOAP, sebagai berikut :

S : Respon Subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang

telah dilaksanakan.

O : Respon Objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan.

A : Analisa ulang atas subjektif dan objektif untuk menyimpulkan

apakah muncul masalah baru atau data yang kontradiksi dengan

masalah yang ada.

P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada

respon klien.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur  bayi yang

timbul sejak kehidupan hasiI konsepsi sel telur. Kelainan kongenital dapat  merupakan

17

Page 18: BAB I isi meningokel.docx

sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau  kematian segera setelah lahir. Kematian

bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya sering diakibatkan oleh kelainan

kongenital yang cukup berat. Meningokel merupakan kelainan kongenital SSP yang

paling seringterjadi. Biasanya terletak di garis tengah. Meningokel biasanya terdapat

didaerah servikal atau daerah torakal sebelah atas. Kantong hanya berisi selaputotak,

sedangkan korda tetap dalam korda spinalis (dalam durameter tidak terdapat saraf).

Tidak terdapat gangguan sensorik dan motorik. Bayi akan menjadi normal sesudah

operasi.

4.2 Saran

Deteksi dini dan pencegahan pada awal kehamilan dianjurkan untuk semua ibu yang

telah melahirkan anak dengan gangguan ini dan pemeriksaan ditawarkan bagi semua

wanita hamil.

DAFTAR PUSTAKA

Marliynn E. Doengoes, Dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC: Jakarta

Nelson. Ilmu Kesehatan Anak Bag. 3. EGC: Jakarta.

Wong , Donna L dkk. 2008. Buku ajar keperawatan pediatric vol 2. EGC: Jakarta.

Wong , Donna L. 2004. Pedoman klinis keperawatan Pediatrik Edisi 4 . EGC: Jakarta.

18

Page 19: BAB I isi meningokel.docx

http://kamuskesehatan.com/arti/meningokel/

19