bab i pendahuluandigilib.uinsgd.ac.id/18823/4/4_bab i.pdfin vitro (di luar sel makhluk hidup)...

36
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan di Indonesia telah membawa dampak yang berarti bagi masyarakat. Seiring dengan itu, adanya perubahan dalam hal kesejahteraan masyarakat baik yang mengalami peningkatan maupun penurunan telah memberikan dampak juga terhadap perubahan gaya hidup dan cara pandang masyarakat terutama dalam hal konsumsi makanan dan minuman. Hal ini mau tidak mau harus disikapi oleh semua pihak yang berkepentingan baik dari kalangan dunia usaha pangan maupun mereka yang bergerak dalam tataran pengambilan kebijakan. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa tujuan didirikan Negara Republik Indonesia, antara lain adalah untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Amanat tersebut mengandung makna negara berkewajiban memenuhi kebutuhan setiap warga negara melalui sistem pemerintahan yang mendukung terciptanya keamanan pangan yang memadai dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar dan hak setiap warga negara. Demikian halnya dalam konsiderans huruf a Undang- undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan menyatakan bahwa: “Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia”. Juga merupakan komoditas perdagangan, memerlukan dukungan sistem perdagangan pangan yang etis, jujur, dan bertanggung jawab sehingga terjangkau oleh masyarakat. Pangan dalam bentuk makanan dan minuman adalah salah satu kebutuhan pokok manusia yang diperlukan untuk hidup, tumbuh, berkembang biak, dan reproduksi. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan

Upload: others

Post on 31-Dec-2019

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/18823/4/4_Bab I.pdfin vitro (di luar sel makhluk hidup) sehingga memungkinkan mencangkok (kloning) hanya satu jenis gen yang diinginkan dalam

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan pembangunan di Indonesia telah membawa dampak

yang berarti bagi masyarakat. Seiring dengan itu, adanya perubahan dalam

hal kesejahteraan masyarakat baik yang mengalami peningkatan maupun

penurunan telah memberikan dampak juga terhadap perubahan gaya hidup

dan cara pandang masyarakat terutama dalam hal konsumsi makanan dan

minuman. Hal ini mau tidak mau harus disikapi oleh semua pihak yang

berkepentingan baik dari kalangan dunia usaha pangan maupun mereka yang

bergerak dalam tataran pengambilan kebijakan.

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa tujuan

didirikan Negara Republik Indonesia, antara lain adalah untuk memajukan

kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Amanat tersebut

mengandung makna negara berkewajiban memenuhi kebutuhan setiap warga

negara melalui sistem pemerintahan yang mendukung terciptanya keamanan

pangan yang memadai dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar dan hak

setiap warga negara. Demikian halnya dalam konsiderans huruf a Undang-

undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan menyatakan bahwa: “Pangan

merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya

merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia”. Juga merupakan komoditas

perdagangan, memerlukan dukungan sistem perdagangan pangan yang etis,

jujur, dan bertanggung jawab sehingga terjangkau oleh masyarakat. Pangan

dalam bentuk makanan dan minuman adalah salah satu kebutuhan pokok

manusia yang diperlukan untuk hidup, tumbuh, berkembang biak, dan

reproduksi.

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk

pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air,

baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan

Page 2: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/18823/4/4_Bab I.pdfin vitro (di luar sel makhluk hidup) sehingga memungkinkan mencangkok (kloning) hanya satu jenis gen yang diinginkan dalam

2

atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan,

bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses

penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.1

Sebagai negeri dengan penduduk 238 juta jiwa,2 sangatlah wajar jika

pangan menjadi isu yang cukup menarik untuk dikaji dan diperbincangkan.

Hal ini dikarenakan semakin pesatnya perkembangan teknologi pangan

terutama agroindustri pangan olahan yang mengakibatkan penggunaan bahan

dasar makanan (ingredient), dalam pengolahan pangan menjadi sangat

bervariasi. Perkembangan penggunaan makanan ini didorong oleh kebutuhan

akan ingredient dengan sifat-sifat tertentu yang diinginkan dengan harga yang

murah. Masalah yang kemudian timbul adalah banyaknya ingredient pangan

baik bahan baku utama maupun bahan aditifnya yang sulit ditentukan asal

bahan pembuatnya. Padahal, kejelasan suatu informasi suatu produk pangan

sangat penting agar konsumen mengetahui produk yang dikonsumsi tersebut

adalah produk yang jelas ketentuan hukumnya.3

Franky Sibarani dari Pusat Informasi Produk Industri Makanan &

Minuman (PIPIMM) mengakui makanan impor yang masuk ke Indonesia

semakin hari semakin meningkat. Hal ini disebabkan banyak “pintu” masuk

di Indonesia yang tidak bisa dijaga. Misalnya melalui Kalimantan, Sulawesi,

hingga Sumatra, Semua sulit diawasi. Dari hasil penelusuran PIPIMM, di

kota-kota besar seperti Bandung, Makassar, Yogyakarta, Surabaya, dan

Denpasar, seringkali ditemukan makanan-makanan impor ilegal, saat ini

dikatakan jumlah makanan impor kemasan itu mencapai 5 persen dari total

makanan kemasan di Indonesia.4

Pesatnya perkembanagan industri pengolahan pangan tidak terlepas dari

laju pertumbuhan manusia yang sangat pesat di seluruh dunia umumnya dan

1Pasal 1 ayat 1 Undang-undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan. 2Penduduk Indonesia, melalui (www.bps.go.id), diambil pada tanggal 09/07/2015 pukul

21:24 WIB 3Apriyantono, A. Masalah Halal : Kaitan antara Syar’i, Teknologi dan Sertifikasi.

(Bandung: PT Kiblat Buku Utama, 2005), Hlm. 16

4Threemc, 97% produk kosmetika yang beredar tidak jelas kehalalannya, melalui

(http://threemc.multiply.com/journal), diambil pada tanggal 10/07/2015 pukul 14:42 WIB.

Page 3: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/18823/4/4_Bab I.pdfin vitro (di luar sel makhluk hidup) sehingga memungkinkan mencangkok (kloning) hanya satu jenis gen yang diinginkan dalam

3

Inonesia khususnya. Serta perubahan pola konsumsi yang cenderung instan.

Peningkatan jumlah produksi merupakan upaya pelaku usaha untuk

memenuhi peningkatan jumlah permintaan, tetapi terkadang upaya

meningkatkan jumlah produksi terhambat dengan terbatasnya jumlah bahan

baku yang tersedia terutama bahan baku dari alam, karena mengandalkan

hasil alam yang tidak pasti maka banyak industri pangan yang beralih kepada

tanaman hasil teknologi rekayasa genetika yang memang direkayasa agar

tingkat produksi lebih tinggi dari tanaman biasa, memiliki kualitas yang baik

serta memiliki kemampuan atau ketahanan terhadap ganguan biotik dan

abiotik. Juga untuk menekan pembiayaanya agar lebih murah sehingga akan

sangat berpengruh dalam perolehan keuntungan.

Manajemen produksi memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi menciptakan produk-produk baru yang memiliki nilai ekonomi

yang lebih tinggi. Salah satu produk baru yang dihasilkan dari pemanfaatan

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah produk rekayasa genetika.

Produk rekayasa genetika merupakan produk yang dihasilkan dari teknologi

memanipulasi sifat baka atau gen (DNA) suatu organisme tanpa melalui

seksual (tanpa melalui perkawinan) untuk menghasilkan organisme dengan

sifat-sifat sesuai dengan yang ditentukan.

Sebagaimana disebutkan dalam ketentuan umum pasal 1 ayat 33 dan 34

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 menyebutkan bahwa :5

“Rekayasa Genetik Pangan adalah suatu proses yang melibatkan

pemindahan gen (pembawa sifat) dari suatu jenis hayati lain yang

berbeda atau sama untuk mendapatkan jenis baru yang mampu

menghasilkan produk Pangan yang lebih unggul.”

“Pangan produk rekayasa Genetik adalah pangan yang diproduksi atau

menggunakan bahan baku, bahan tambahan pangan, dan/atau bahan lain

yang dihasilkan dari proses rekayasa genetik.”

Metode ini dipakai salah satunya untuk merakit tanaman-tanaman

rekayasa genetika yang kemudian digunakan sebagai teknik pertanian pangan

yang meliputi bidang: peningkatan produksi, peningkatan kualitas, perbaikan

5 Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 33-34 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012

Tentang Pangan

Page 4: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/18823/4/4_Bab I.pdfin vitro (di luar sel makhluk hidup) sehingga memungkinkan mencangkok (kloning) hanya satu jenis gen yang diinginkan dalam

4

pasca panen, dan perbaikan processing.6 Dengan demikian produk pertanian

yang menggunakan teknik rekayasa genetika ini, maka panen yang

dihasilkannya menjadi lebih banyak, lebih besar dan tahan lama, dengan

harga yang lebih murah dibandingkan dengan produk pertanian konvensional.

Secara umum rekayasa genetika (Ing. genetic engineering) adalah

rekayasa genetik merupakan bagian dari bio teknologi modern yang

digunakan dalam pemuliaan non konvensional. Dengan pengertian ini

kegiatan pemuliaaan hewan atau tanaman melalui seleksi dalam populasi dan

penerapan mutasi buatan tanpa target dapat dimasukkan ke dalam rekayasa

genetika. Jika ditinjau lebih jauh, bahwa pemuliaan khususnya di bidang

pangan terbagi dua macam: pemuliaan konvensional dan pemuliaan no

konvensional (inkonpensional). Pemuliaan ponvensional dimana penentuan

karakteristik merupakan hal yang krusial dalam deskripsi tanaman.

Karakteristik yang paling tua dan paling umum digunakan adalah sifat

morfologi dan fisiologi seperti bentuk batang dan daun, ada atau tidak ada

bulu, waktu berbunga, ketahanan penyakit dan lain-lain. Sifat-sifat ini

sekarang digunakan untuk registrasi varietas. Strategi dalam pemuliaan

tanaman konvensional adalah dengan melakukan peningkatan variasi genetik

yang diikuti kemudian dengan seleksi pada keturunannya. Pemuliaan

tanaman biasanya mengarah pada domestikasi meskipun tidak selalu

demikian. Peningkatan variasi genetik dapat dilakukan melalui berbagai cara,

seperti introduksi,7 persilangan

8 dan manipulasi genom

9.

Sementara itu, pemuliaan non konvensional atau bioteknologi modern

ditandai dengan penggunaan teknik biologi molekuler sehingga rekayasa

yang dilakukan dapat jauh lebih terarah sehingga hasil yang diperoleh dapat

6 Mangku Sitepoe, Rekayasa Genetika, (Jakarta: Grasindo, 2001). Hlm.7

7Introduksi (Mendatangkan bahan tanam dari tempat lain) merupakan cara paling

sederhana untuk meningkatkan keragaman genetik. Seleksi penyaringan (screening) dilakukan

terhadap koleksi plasma nutfah yang didatangkan dari berbagai tempat dengan kondisi lingkungan

yang berbeda-beda. 8 Persilangan merupakan cara yang paling populer untuk meningkatkan variasi genetik,

bahkan sampai sekarang karena murah, efektif, dan relatif mudah dilakukan 9 Yang termasuk dalam cara ini adalah semua manipulasi ploidi, baik penggandaan

genom (set kromosom) maupun perubahan jumlah kromosom

Page 5: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/18823/4/4_Bab I.pdfin vitro (di luar sel makhluk hidup) sehingga memungkinkan mencangkok (kloning) hanya satu jenis gen yang diinginkan dalam

5

lebih atau sepenuhnya dikendalikan, Marka molekuler ditentukan secara

langsung pada materi genetik yaitu DNA itu sendiri. Dengan demikian hasil

yang diperoleh dari teknik marka molekuler secara total independen dari

pengaruh lingkungan dimana materi tersebut ditanam. Strategi dalam

pemuliaan tanaman non konvensional antara lain dengan manipulasi gen atau

bagian kromosom dan Transfer gen. Dengan kata lain, rekayasa genetika

modern dilakukan dengan proses yang lebih cepat melalui rekombinan secara

in vitro (di luar sel makhluk hidup) sehingga memungkinkan mencangkok

(kloning) hanya satu jenis gen yang diinginkan dalam waktu yang lebih

cepat).

Pada bidang pangan khususnya, produk rekayasa genetika (PRG)

memiliki banyak manfaat, antara lain:

a. PRG yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit tanaman.

b. PRG toleran terhadap jenis herbisida.

c. PRG tahan terhadap serangan penyakit tanaman.

d. PRG toleran terhadap dingin.

e. PRG toleran terhadap kekeringan atau salinitas.

f. PRG sebagai obat atau vaksin.

Namun demikian, isu yang berkembang di masyarakat menyebutkan

bahwa produk rekayasa genetika (PRG) merupakan produk yang berbahaya

bagi kesehatan. Permasalahan yang timbul dalam hal penglepasan dan

perdagangan pangan yang mengandung bahan rekayasa genetika adalah

mengenai konteks yang lebih luas dari penggunaan teknologi rekayasa

genetika (misalnya dalam teknik obat-obatan) dan konsekuensi-

konsekuensinya dalam lingkungan sosial-ekonomi manusia. Selain kedua hal

tersebut, permasalahan yang timbul berkaitan dengan produk pangan yang

mengandung hasil rekayasa genetika adalah mengenai pelabelan dalam

rangka perlindungan hak-hak konsumen atas informasi produk yang

dikonsumsinya.

Kondisi tersebut disadari Pemerintah Indonesia sehingga dalam hal

bibit tanaman hasil rekayasa genetika sehingga petani tidak bebas menanam

Page 6: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/18823/4/4_Bab I.pdfin vitro (di luar sel makhluk hidup) sehingga memungkinkan mencangkok (kloning) hanya satu jenis gen yang diinginkan dalam

6

tanaman yang mengandung bahan rekayasa genetika. Namun demikian

realitasnya, di beberapa negara produk-produk hasil rekayasa genetika

cenderung tak terbatas. Sebagai contoh, kedelai bahan dasar kecap, tahu,

tempe, susu yang sering dikonsumsi masyarakat Indonesia sehari-hari 70%

diimpor dari Amerika Serikat yang separuh dari produksinya merupakan hasil

rekayasa genetika.10

Awal adanya teknologi ini sebenarnya disebabkan karena produk

pangan mulai tidak sebanding dengan jumlah populasi manusia yang terus

bertambah, ditambah dengan berkurangnya lahan-lahan pertanian,

merebaknya hama penyakit tanaman, perubahan iklim yang tidak menentu

yang berdampak kepada tidak maksimalnya tanaman pangan dalam

berproduksi disamping biaya tinggi dalam pembudidayaannya. Maka para

ahli tanaman mencoba untuk mendapatkan tanaman “super” yang bisa

mengatasi berbagai masalah tersebut, namun dalam perkembangannya

tanaman hasil rekayasa genetika ini menimbulkan perdebatan tentang tingkat

keamanannya jika dikonsumsi manusia. Sebagian pihak menyatakan bahaya,

sebagian lainnya menyatakan aman. Dalam hal ini Yayasan Lembaga

Konsumen Indonesia (YLKI) mengacu kepada pendapat pertama.

Sekarang ini, makanan yang berbasis tanaman hasil rekayasa genetik

atau genetically modified organism (GMO) banyak diperdebatkan. GMO

merupakan sebuah terobosan untuk merekayasa genetik suatu organisme

untuk dihasilkan sebuah produk baru. Kebanyakan GMO diterapkan pada

tanaman, meski bisa juga diterapkan pada binatang atau bakteri. Hasilnya

adalah muncul suatu produk yang juga disebut dengan transgenik. Tanaman

transgenik banyak diujikan pada jenis tanaman pangan. Tujuannya agar

diperoleh pangan yang memiliki keunggulan tertentu misalnya tahan hama

atau memiliki nutrisi yang lebih tinggi dibanding pada saat belum dilakukan

rekayasa genetik. Pada medio 2006 lalu contohnya, tanaman transgenik yang

ditumbuhkan di 22 Negara menghasilkan panen yang kondisinya lebih baik.

10 Lindungi Konsumen dari Peredaran Produk Transgenik, Kompas, 18 Juni 2001.

Page 7: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/18823/4/4_Bab I.pdfin vitro (di luar sel makhluk hidup) sehingga memungkinkan mencangkok (kloning) hanya satu jenis gen yang diinginkan dalam

7

Tanaman menjadi tahan serangga, tahan terhadap virus, hingga ditemukan

nasi yang memiliki kandungan zat besi tinggi.

Tanaman inpor hasil rekayasa genetik ataa genetically modified

organism (GMO) yang saat ini telah beredar di Indonesia contohnya adalah

seperti kedelai, jagung, dan kentang. Penduduk Indonesia tidak bisa

dipungkiri bahwa sebagian besar dalam sehari-harinya mereka mengkonsumsi

tempe dan tahu sebagai tambahan makanan pokok sehari-hari. Penggemar

tempe dan tahu agaknya harus berhati-hati dalam memilih produk. Sebab,

dari temuan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), ternyata lebih

dari 50 persen tempe dan tahu yang beredar merupakan hasil rekayasa

genetik. Dengan kata lain, bahan bakunya berasal dari kedelai hasil rekayasa

genetik.

Menurut Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)

Sudaryatmo, banyak produk pertanian impor yang merupakan hasil rekayasa

genetik. Produk tersebut antara lain kedelai, jagung, dan kentang. Menurut

YLKI, produk makanan transgenik dapat mengakibatkan kelambanan

pertumbuhan dan kegagalan reproduksi bagi manusia. YLKI bahkan sudah

melakukan pengujian terhadap produk-produk tersebut. Disebutkan lagi,

YLKI juga menemukan bahwa produk makanan dari jagung dan kedelai, 70

persennya adalah dari hasil rekayasa genetika. Oleh karena itu menurut

Sudaryatmo, bahwa Pemerintah harus menetapkan kriteria mana saja yang

bisa menggunakan teknologi rekayasa genetik."11

Lebih lanjut salah seorang Pengurus YLKI (Huzna Zahir) menyatakan:

Tahun 2002 lalu beberapa tempe dan tahu kita uji. Kemudian

(ditemukan) ada beberapa turunan lain. Itu positif transgenik. Tahun

2005 kita konsens ke produk kemasan dan kita temukan ada tiga sampel

yang positif dua turunan kentang dan satu turunan jagung pada produk

impor jadi. Ada (merek) Prinsley, Mister Potatoes, dan Honig. Dan itu

dapat menyebabkan pertumbuhan yang lambat sama kegagalan di

reproduksi.

11 Wawancara dengan Ketua Umum (Ketum) YLKI, Sudaryatmo, Pada hari Rabu

Tanggal 30 2015 September melalui Email.

Page 8: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/18823/4/4_Bab I.pdfin vitro (di luar sel makhluk hidup) sehingga memungkinkan mencangkok (kloning) hanya satu jenis gen yang diinginkan dalam

8

YLKI juga memaparkan bahwa pengujian terhadap produk makanan

transgenik pernah dilakukan di Jerman. Percobaan itu dilakukan dengan

memberikan makanan hasil rekayasa genetik terhadap tikus. Anak-anak tikus

yang diberi makanan hasil rekayasa genetik memiliki peluang kematian enam

hingga delapan kali lebih besar dibandingkan dengan tikus yang tidak diberi

makanan produk rekayasa genetik.

Kalau kita melihat potensi bahaya, penelitian di luar itu ada beberapa

contoh yang biasanya dicobakan ke hewan tikus yang dilakukan beberapa kali

pada tikus di Rusia. Anak-anak tikus yang diberi makan transgenik peluang

matinya itu enam sampai delapan kali dari yang tidak diberi makanan

mengandung transgenik,” tambahnya.

Menurut Kepala Badan Pemeriksa Obat dan Makanan (BPOM), Abdul

Romim, semua produk kedelai impor asal Amerika Serikat merupakan

kedelai transgenik. Dengan demikian semua produk turunan kedelai impor,

seperti tahu, tempe, kecap, dan tauco juga merupakan bahan makanan

transgenik yang berbahaya.12

Lebih lanjut ia menyatakan:

Tempe gorengan, tempe yang Anda makan di rumah, keripik tempe

yang dijual di Purwokerto, Bandung, tahu Sumedang, semua makanan

yang mengandung kedelai ya berasal dari kedelai impor. Karena bahan

baku untuk tempe, tahu yang ada di Indonesia dari kedelai impor.

Indonesia mengimpor produk transgenik seperti kedelai, jagung, dan

kentang dari Amerika Serikat, Kanada, Argentina, dan Australia.

Produk itu melenggang masuk ke Indonesia secara bebas, tanpa proses

penelitian dan uji keamanan, sebagaimana impor beras dan gula.

Pandangan yang dikemukakan oleh YLKI dan BPOM tersebut tentu

saja tidak disepakati semua kalangan dan masih memerlukan pengkajian

mendalam. Sebab secara umum, Negara-negara di dunia pun terbagi menjadi

3 kubu dalam menyikapi produk hasil rekayasa genetika (GMO). Ada yang

pro GMO (Negara-negara Eropa); Ada yang kontra GMO (Negara-negara

Amerika), dan ada yang mengedepankan sika hati-hati (seperti Indonesia).

12 Wawancara dengan Ketua Umum BPOM, Drs. Abdul Rohim, Pada hari Ramis

Tanggal 1 Oktober 2015

Page 9: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/18823/4/4_Bab I.pdfin vitro (di luar sel makhluk hidup) sehingga memungkinkan mencangkok (kloning) hanya satu jenis gen yang diinginkan dalam

9

Namun terlepas dari pro kontra tersebut, diakui oleh semua pihak

bahwa pada dasarnya tidak ada teknologi yang tanpa risiko sama sekali (zero

risk), namun demikian rakyat yang menjadi konsumen pangan dan obat-

obatan sedapat mungkin dilindungi, terutama menyangkut hal-hal yang belum

diketahui akibatnya. Diakui pula bahwa teknologi GMO memberi manfaat

pada manusia antara lain dengan ditemukannya produk baru yang lebih

unggul, berkualitas dan bias dihasilkan lebih banya.

Oleh karena itu, untuk mengantisivasi dampak tidak baik dari produk

rekayasa genetika, maka Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah

mengeluarkan peraturan Nomor hk.03.1.23.03.12.1563 Tahun 2012 tentang

pedoman pengkajian keamanan pangan Produk Rekayasa Genetik Tata Cara

Permohonan Pengkajian Keamanan Pangan PRG yaitu :13

1. Setiap orang atau badan hukum yang akan mengedarkan pangan PRG

harus mengajukan permohonan pengkajian keamanan pangan PRG

secara tertulis kepada Kepala Badan, seperti pada Formulir 1.

2. Pemohon menjawab dan melengkapi data dalam daftar pertanyaan pada

Formulir 2, sesuai dengan petunjuk pada Bagian IV. Pengkajian

Keamanan Pangan PRG dalam Pedoman ini.

3. Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada angka 2 tidak

lengkap, Kepala Badan sebagaimana dimaksud pada angka 1 dalam

jangka waktu paling lambat 14 hari sejak selesainya pemeriksaan berkas,

memberitahu Pemohon untuk melengkapi data/informasi yang

diperlukan.

4. Pemohon wajib melengkapi kekurangan data/informasi yang diperlukan

paling lambat dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak

diterimanya pemberitahuan.

5. Dalam hal permohonan telah lengkap Kepala Badan sebagaimana

dimaksud pada angka 1, dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat

13 Tata Cara Permohonan Pengkajian Keamanan Pangan PRG, Badan Pengawas Obat dan

Makanan (BPOM) Nomor hk.03.1.23.03.12.1563 Tahun 2012 tentang pedoman pengkajian

keamanan pangan Produk Rekayasa Genetik

Page 10: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/18823/4/4_Bab I.pdfin vitro (di luar sel makhluk hidup) sehingga memungkinkan mencangkok (kloning) hanya satu jenis gen yang diinginkan dalam

10

belas) hari meminta KKH untuk melakukan pengkajian keamanan

pangan PRG.

Dengan demikian, adanya peraturan ini diharapkan bisa memperkecil

masuknya pangan impor hasil rekayasa genetik ke Indonesia yang tidak

sesuai standar peraturan yang berlaku di Indonesia. Bahwa produk tersebut

bias diedarkan setelah mendapat pengkajian keamanan pangan dari Badan

POM.

Menurut Thamrin Latuconsina, Kepala Divisi Barang Modal Direktorat

Impor Departemen Perdagangan, impor kedelai, jagung, ataupun kentang

hanya dikenai bea masuk dan beberapa pajak. Selama ini, yang kita tangani

beras dan gula itu biasanya dilakukan verifikasi di negara muat barang oleh

surveyor yang ditunjuk oleh Menperindag. Kepada perusahaan yang

bersangkutan, sebelum melakukan impor, harus barangnya diperiksa oleh

surveyor. Dan surveyor menerbitkan laporan atas kebenaran barang tersebut

baik jumlah, kualitas, atau aspek-spek lain di dalamnya. Kalau terhadap

kedelai, kentang, itu impornya kita tidak atur. Itu impornya bebas.

Mekanismenya bebas..14

Selain itu, kegiatan perdagangan merupakan kegiatan yang sangat

kompleks, terus menerus, dan berkesinambungan karena adanya kesaling

tergantungan antara produsen dan konsumen. Kegiatan dimulai dari produksi

yang dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar. Dari produksi tersebut

dihasilkan produk-produk yang kemudian dapat dikonsumsi oleh masyarakat

setelah sebelumnya melalui rantai distribusi.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi meningkatkan

kesadaran konsumen akan mutu dan keamanan produk yang dikonsumsinya.

Keadaan ini menyebabkan konsumen semakin selektif dalam memilih suatu

produk yang berhubungan dengan standar-standar kualitas, bahan baku,

bahan tambahan, bahan penolong, proses dan manajemen proses.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga menyebabkan produk-

produk yang diperdagangkan makin bertambah.

14 Information_ Makanan Transgenik.html Diunduh pada Tanggal 28 September 2015

Page 11: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/18823/4/4_Bab I.pdfin vitro (di luar sel makhluk hidup) sehingga memungkinkan mencangkok (kloning) hanya satu jenis gen yang diinginkan dalam

11

Oleh karena itu label pada produk yang menggunakan hasil rekayasa

genetika ini sangat penting. Sebab, sekalipun pangan produk rekayasa

genetika memiliki banyak keunggulan dan memberikan manfaat bagi

manusia, namun sampai sekarang ini belum ada suatu penelitian yang

menyatakan bahwa mengkonsumsi produk hasil rekayasa genetika adalah

aman. Penggunaan teknologi rekayasa genetika dan berbagai produknya

menimbulkan kekhawatiran akan dampak negatifnya terhadap kesehatan

manusia dan lingkungan di masa yang akan datang (dampak jangka panjang).

Untuk menjamin bahwa konsumen mendapatkan informasi yang jujur

atas produk yang dikonsumsinya, tindakan yang rasional adalah dengan

mencantumkan label terhadap produk pangan yang mengandung bahan

rekayasa genetika. Dengan pelabelan terhadap produk yang mengandung

hasil rekayasa genetika konsumen tahu apa yang dikonsumsinya sehingga

bebas untuk menentukan pilihan; meningkatkan kepedulian dan pendidikan

bagi konsumen; perlindungan bagi lingkungan dan pendekatan pencegahan;

dan keamanan pangan.

Selama sepuluh tahun perundingan tingkat internasional dilakukan

untuk membahas permasalahan menyangkut organisme hasil rekayasa

genetika. Pada Mei 2000 dihasilkan regulasi pertama dari Konvensi PBB

tentang Keanekaragaman Hayati (Convention on Biodiversity), yaitu

Cartagena Protocol on Biosafety. Protokol ini bertujuan untuk memberikan

aturan dalam memastikan tingkat proteksi yang memadai dalam hal transfer,

penanganan, dan penggunaan yang aman dari organisme hidup hasil

bioteknologi modern yang mungkin berpengaruh merugikan terhadap

kelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan keanekaragaman hayati, dengan

juga mempertimbangkan risiko terhadap kesehatan manusia, dan khususnya

pada pergerakan lintas batas. Protokol Cartagena adalah perjanjian yang

mengikat secara hukum (legally binding) dan berlaku 90 hari setelah 50

negara meratifikasi. Sampai dengan Mei 2000 tercatat 68 negara telah

meratifikasi.

Page 12: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/18823/4/4_Bab I.pdfin vitro (di luar sel makhluk hidup) sehingga memungkinkan mencangkok (kloning) hanya satu jenis gen yang diinginkan dalam

12

Indonesia sendiri telah menandatangani protokol ini pada tanggal 24

Mei 2000. Para pihak dalam perjanjian ini harus memastikan bahwa

pengembangan, penanganan, pengangkutan, pemakaian, pemindahan dan

penglepasan organisme hidup dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat

mencegah atau mengurangi risiko yang timbul terhadap keanekaragaman

hayati, dengan juga mempertimbangkan risikonya terhadap kesehatan

manusia. Pertimbangan risiko terhadap keanekaragaman hayati dan kesehatan

manusia dalam jangka panjang tersebut membawa Protokol ini menekankan

perlunya pendekatan pencegahan dini (precautionary) yang terkandung dalam

Prinsip 15 The Rio Declaration on Environment and Development.

Prinsip pencegahan dini mengisyaratkan adanya keterbukaan informasi

atas suatu kegiatan atau bahan yang dikhawatirkan menimbulkan dampak

negatif bagi lingkungan hidup juga menuntut adanya usaha-usaha lain

(alternatif) untuk memperkecil kekhawatiran (risiko) tersebut. Dengan

menandatangani Cartagena Protocol on Biosafety artinya Pemerintah

Indonesia berkewajiban secara moral menerapkan peraturan internasional

mengenai penanganan lintas batas bahan rekayasa genetika. Terlebih lagi

karena Indonesia telah meratifikasi Convention on Biological Diversity

dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994.

Menurut Hadi Evianto, kerugian yang mendapat sorotan tajam (dalam

bidang perlindungan konsumen) adalah kerugian yang membahayakan

kesehatan dan/atau jiwa konsumen. Sedangkan perwujudan perlindungan

konsumen sangat jelas terlihat dalam bidang produksi pangan, karena pangan

berkaitan langsung dengan keamanan dan keselamatan jiwa dan kesehatan

manusia.15

Sebagaimana tercantum dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen meliputi:16

15 Hadi Evianto, 1986, Hukum Perlindungan Konsumen Bukanlah Sekedar Keinginan

Melainkan Suatu Kebutuhan, dalam Hukum Dan Pembangunan, Nomor 6 Tahun ke – XVI,

Desember 1986, 582-599 16 Pasal 4 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999

Page 13: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/18823/4/4_Bab I.pdfin vitro (di luar sel makhluk hidup) sehingga memungkinkan mencangkok (kloning) hanya satu jenis gen yang diinginkan dalam

13

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi

barang dan/atau jasa;

b. Hak untuk memilih barng dan/atau jasa serta mendapatkan barang

dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jamina

yang dijanjikan;

c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan/atau jasa;

d. Hak untuk didengar pendapat dan kluhannya atas barang dan/atau jasa

yang digunakan;

e. Hak untuk mendapatkan advokasi, pelindungan, dan upaya penyelesaian

sengketa perlindungan konsumen secara patut;

f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif;

h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,

apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian

atau tidak sebagaiman mestinya;

i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan perudnang-undangan.

Berdasarkan hal di atas, konsumen mempunyai hak untuk mendapatkan

perlindungan keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi pangan

umumnya serta pangan olahan yang mengandung bahan rekayasa genetika

khususnya dan mendapatkan perlindungan hukum apabila terjadi kerugian

konsumen akibat mengkonsumsi pangan yang mengandung bahan rekayasa

genetika.

Oleh karena itu sangat beralasan jika melalui tulisan ini ingin diteliti

dan dianalisis Pengaturan Pangan Hasil Rekayasa Genetik dan Hubungannya

dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, maka melalui

penelitian ini terdapat dua permasalahan yang perlu mendapatkan perhatian,

yaitu:

1. Bagaimana pengaturan pangan hasil rekayasa genetik di Indonesia ?

2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap konsumen pangan hasil

rekayasa genetik ?

Page 14: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/18823/4/4_Bab I.pdfin vitro (di luar sel makhluk hidup) sehingga memungkinkan mencangkok (kloning) hanya satu jenis gen yang diinginkan dalam

14

3. Bagaimana kendala pengaturan dan perlindungan masyarakat petani

berkaitan dengan pangan hasil rekayasa genetik?

C. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan tujuan penelitian penulisan tesis ini, maka dapat

dikemukakan beberapa tujuan dari pelaksanaan penelitian yaitu :

1. Untuk mengetahui pengaturan pangan hasil rekayasa genetik di Indonesia.

2. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap konsumen pangan hasil

rekayasa genetik.

3. Untuk mengetahui kendala pengaturan dan perlindungan masyarakat dan

petani berkaitan dengan pangan hasil rekayasa genetik.

D. Kegunaan Penelitian

Selain tujuan penelitian seperti tersebut diatas, dalam penelitian inipun

diharapkan dapat memberikan kontribusi dari 2 (dua) aspek yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Yaitu untuk memberikan manfaat berupa informasi dalam pemahaman

teori kepustakaan mengenai perlindungan hukum dan pengaturan pangan

hasil rekayasa genetik dan di Indonesia.

2. Manfaat Praktis

Yaitu sebagai sumbangan pemikiran bagi para ahli hukum, pemerintah

dalam pelaksanaan kebijakan pengaturan pangan hasil rekayasa genetik di

Indonesia. Serta informasi bagi masyarakat luas terhadap kejelasan pangan

hasil rekayasa genetik yang berada dipasaran saat ini.

E. Kajian Pustaka

Penelitian mengenai Pengaturan Pangan Hasil Rekayasa Genetik dan

Hubungannya dengan Perlindungan Konsumen di Indonesia pada dasarnya

bukanlah hal baru, tetapi sudah dilakukan oleh beberapa penelitian terdahlu

dalam konteks, aspek dan substansi yang berbeda dengan penelitain yang

akan penulis lakukan. Adapun beberapa hasil penelitian terdahulu tersebut,

atara lain:

Page 15: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/18823/4/4_Bab I.pdfin vitro (di luar sel makhluk hidup) sehingga memungkinkan mencangkok (kloning) hanya satu jenis gen yang diinginkan dalam

15

Pertama, Tesis Zakki Adlhiyati, yang berjudul “Produk Rekayasa

Genetika (Gmo/Genetically Modified Organism) Sebagai Subjek

Perlindungan Paten Dan Perlindungan Varietas Tanaman” Program Magister

Ilmu Hukum Universitas Diponegoro Semarang 2009. Adapun permasalahan

yang diangkat dan dibahas adalah (1) Bagaimana perlindungan GMO’s

melalui sisem paten dan perlindungan varietas tanaman sebagai hasil

intelektualitas manusia di Indonesia (2) Permasalahan-permasalahan apa yang

ada dalam perlindungan GMO’s di Indonesia (3) Bagaimana mengatasi

permasalahan yang ada dalam perlindungan GMO’s tersebut.

Kedua, Tesis Ali Amran Tanjung pada Program Magister Pasca Sarjana

Program Studi Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2009, yang

berjudul “Pengaturan, Penggunaan dan Pengawasan Label Halal Terhadap

Produk Makanan Perspektif Perlindungan Konsumen“. Adapun permasalahan

yang diangkat dan dibahas adalah (1) Bagaimana pengaturan, penggunaan

label halal terhadap produk makanan, (2) Bagaimana pengawasan

penggunaan label halal terhadap produk makanan, (3) Bagaimana sanksi

terhadap pelanggaran penggunaan label halal.17

Berbeda halnya dengan pembahasan yang akan dilakukan oleh penulis

tentang Pengaturan Pangan Hasil Rekayasa Genetik dan Hubungannya dengan

Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen DI

indonesia yang akan membahas secara detil mengenai pengaturan pangan hasil

rekayasa genetik di Inonesia selain itu dihubungkan juga dengan

perlindungan konsumen di Indonesia.

F. Kerangka Pemikiran

Dalam setiap penelitian harus disertai dengan pemikiran-pemikiran

teoritis oleh karena adanya hubungan timbal balik yang erat antara teori

dengan kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisa dan kontruksi data.

17 Ali Amran, Tanjung, 2009, “ Pengaturan, Penggunaan dan Pengawasan Label Halal

Terhadap Produk Makanan Perspektif Perlindungan Konsumen ”. Diakses 1 Juli 2015, avalaible

from http://repositoryusu.ac.id/handle/123456789/199922.

Page 16: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/18823/4/4_Bab I.pdfin vitro (di luar sel makhluk hidup) sehingga memungkinkan mencangkok (kloning) hanya satu jenis gen yang diinginkan dalam

16

Kerangka teori merupakan pendukung dalam membangun atau berupa

penjelasan permasalahan yang dianalisis. Kerangka teori digunakan sebagai

pisau analisis terhadap pemecahan permasalahan hukum yang diteliti. Di sini

pendapat para sarjana hukum yang digunakan untuk mengkaji permasalahan

hukum yang dihadapi. Dengan demikian kerangka teori memuat uraian

sistematis tentang teori dasar yang relevan terhadap fakta hukum dan hasil

penelitian sebelumnya yang berasal dari pustaka mutakhir yang memuat teori,

proposisi, konsep atau pendekatan terbaru yang berhubungan dengan

penelitian yang dilakukan.18

Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala

spesifik atau proses tertentu terjadi, dan teori harus diuji dengan

menghadapkan pada fakta-fakta dapat menunjukkan ketidak benarannya.19

Teori dipergunakan sebagai landasan atau alasan mengapa suatu variabel

bebas tertentu dimasukan dalam penelitian, karena berdasarkan teori tersebut

variabel bersangkutan memang dapat mempengaruhi variabel tak bebas atau

merupakan salah satu penyebab.20

Dalam konteks filsafat ilmu, suatu teori

merupakan sesuatu yang paling tinggi yang dapat dicapai oleh suatu disiplin

ilmu. Teori hukum adalah suatu keseluruhan pernyataan yang saling berkaitan

berkenaan dengan sistem konseptual aturan-aturan hukum dan putusan-

putusan hukum. Dalam konteks filsafat ilmu, suatu teori merupakan sesuatu

yang paling tinggi yang dapat dicapai oleh suatu disiplin ilmu.21

Penelitian hukum dalam tatanan teori ini diperlukan bagi mereka yang

ingin mengembangkan suatu kajian di bidang hukum tertentu. Hal ini

dilakukan untuk meningkatkan dan memperkaya pengetahuannya dalam

penerapan aturan hukum. Dengan melakukan telaah mengenai konsep-konsep

hukum, para ahli hukum akan lebih meningkatkan daya interpretasi dan juga

18 Johnny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Bayumedia,

Malang, 2006), Hlm. 293. 19 J.JM. Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Asas-asas, Jilid 1, (Jakarta: FE UI, 1996),

Hlm. 203 20 J.Supranto, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, (Jakarta: Rieka Cipta, 2003), Hlm.

192

21 Lili Rasjidi, Ira Thania Rasjidi, Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum, (Bandung:

Citra Aditya Bakti, 2007), Hlm. 11

Page 17: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/18823/4/4_Bab I.pdfin vitro (di luar sel makhluk hidup) sehingga memungkinkan mencangkok (kloning) hanya satu jenis gen yang diinginkan dalam

17

mampu menggali teori-teori yang ada di belakang ketentuan hukum

tersebut.22

Untuk mengkaji suatu permasalahan hukum secara lebih mendalam,

diperlukan teori yang berupa serangkaian asumsi, konsep, definisi dan

proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan

cara merumuskan hubungan antar konsep.23

Teori juga sangat diperlukan

dalam penulisan karya ilmiah dalam tatanan hukum positif konkrit.24

Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk memberikan pedoman

atau petunjuk dan meramalkan serta menjelaskan gejala yang diamati.25

Selain itu teori ini bermanfaat untuk memberikan dukungan analisis terhadap

topik yang sedang dikaji. Disamping itu teori ini dapat memberikan bekal

kepada kita apabila akan mengemukakan hipotesis dalam tulisan.26

Sedangkan kerangka teori adalah kerangka pemikiran atas butir-butir

pendapat teori, thesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi

dasar perbandingan, pegangan teoritis.27

Oleh karena itu, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang

bersifat yuridis normative, maka kerangka teori ini diarahkan secara khas

ilmu hukum untuk menjelaskan mengenai tiga pokok permasalahan yang

telah diangkat pada sub bab sebelumnya.

Teori yang digunakan untuk menganalisa permasalahan pada penelitian

ini adalah Teori Negara Hukum sebagai Grand Theory, dalam penelitian ini

digunakan Teori Sistem hukum dari Mariam Darus, kemudian untuk melihat

hubungan antar peraturan perundang-undangan yang menjadi sumber hukum

primer pada penelitian ini digunakan teori asas-asas pembentukan peraturan

perundang undangan dari Lon. L. Fuller dan teori perlindungan hukum

22 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana 2009), Hlm. 73 23 Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, (Rineka Cipta, Jakarta, 2004), Hlm. 19 24 Sedarma yanti & Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian, (Mandar Maju,

Bandung, 2002), Hlm. 43 25 Lexy J Molloeng, Metodelogi Penelitian Kuantitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

1993), Hlm. 35 26 Mukti Fajar ND, Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan

Empiris, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), Hlm. 144 27 M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung: Mandar Maju, 1994), Hlm. 80

Page 18: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/18823/4/4_Bab I.pdfin vitro (di luar sel makhluk hidup) sehingga memungkinkan mencangkok (kloning) hanya satu jenis gen yang diinginkan dalam

18

sebagai Midle Theory dan untuk meneliti tentang berkenaan dengan

Pengaturan Pangan Hasil Rekayasa Genetik dan Hubungannya dengan

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen di

Indonesia dalam penelitian ini menggunakan teori perlindungan konsumen,

dan teori keadilan sebagai pisau analisis atau Applied Theory dalam penelitian

ini.

Selengkapnya tentang teori-teori tersebut dapat diuraikan sebagai

berikut :

Sebelum menguraikan mengenai Teori Negara Hukum, maka akan

diuraikan mengenai pengertian negara menurut para sarjana. Mengenai

pengertian negara, terdapat beberapa pengertian yang diberikan oleh para

sarjana sebagaimana dikutip oleh Max Boli Sabon, dkk sebagai berikut:28

1. Aristoteles memberikan pengertian Negara (polis) adalah persekutuan dari

keluarga dan desa guna memperoleh hidup yang sebaik-baiknya.

2. Jean Bodin memberikan pengertian bahwa Suatu persekutuan keluarga-

keluarga dengan segala kepentingannya yang dipimpin oleh akal dari suatu

kuasa yang berdaulat.

3. Hugo Grotius berpendapat bahwa Negara adalah suatu persekutuan yang

sempurna dari orang-orang yang merdeka untuk memperoleh perlindungan

hukum.

Negara merupakan organisasi tertinggi di antara satu kelompok atau

beberapa kelompok masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu

hidup di dalam daerah tertentu, dan mempunyai pemerintahan yang

berdaulat.29

Mengenai tugas negara dibagi menjadi tiga kelompok.30

Pertama,

negara harus memberikan perlindungan kepada penduduk dalam wilayah

tertentu. Kedua, negara mendukung atau langsung menyediakan berbagai

pelayanan kehidupan masyarakat di bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan.

28 Max Boli Sabon, dkk, Ilmu Negara Buku Panduan Mahasiswa, (Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama, 1992), Hlm. 25 29Moh Mahfud MD, Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia (Edisi Revisi),

(Jakarta: Renaka Cipta, 2000), Hlm. 64

30Y. Sri Pudyatmoko, Perizinan, Problem dan Upaya Pembenahan, (Jakarta: PT.

Gramedia Widiarsana Indonesia, 2009), Hlm. 1

Page 19: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/18823/4/4_Bab I.pdfin vitro (di luar sel makhluk hidup) sehingga memungkinkan mencangkok (kloning) hanya satu jenis gen yang diinginkan dalam

19

Ketiga, negara menjadi wasit yang tidak memihak antara pihak-pihak yang

berkonflik dalam masyarakat serta menyediakan suatu sistem yudisial yang

menjamin keadilan dasar dalam hubungan kemasyarakatan. Tugas negara

menurut faham modern sekarang ini (dalam suatu Negara Kesejahteraan atau

Social Service State), adalah menyelenggarakan kepentingan umum untuk

memberikan kemakmuran dan kesejahteraan yang sebesar-besarnya

berdasarkan keadilan dalam suatu Negara Hukum.31

Dalam mencapai tujuan

dari negara dan menjalankan negara,dilaksanakan oleh pemerintah. Mengenai

pemerintah, terdapat dua pengertian, yaitu pemerintah dalam arti luas dan

pemerintah dalam arti sempit.

Mengenai istilah negara hukum, sering disamakan dengan konsep

rechtsstaat dan negara hukum adalah terjemahan dari rechtsstaat. Negara

hukum ialah negara dimana pemerintah dan semua pejabat-pejabat hukum

mulai dari Presiden, hakim, jaksa, anggota-anggota legislatif, semuanya

dalam menjalankan tugasnya di dalam dan di luar jam kantornya taat kepada

hukum. Taat kepada hukum berarti menjunjung tinggi hukum, dalam

mengambil keputusan-keputusan jabatan menurut hati nuraninya, sesuai

dengan hukum. Negara hukum ialah negara yang seluruh aksinya didasarkan

dan diatur oleh Undang-Undang yang telah ditetapkan semula dengan

bantuan dari badan pemberi suara rakyat.32

Setelah menguraikan mengenai pengertian negara, mengenai makna

negara hukum sendiri, dalam konsep Eropa Kontinental dinamakan

rechtsstaat, sedangkan dalam konsep Anglo Saxon dinamakan Rule Of Law.

Penegasan Negara Indonesia sebagai negara hukum telah dinormativisasi

pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 perubahan ke-4 yang

menegaskan bahwa

“Negara Indonesia adalah negara hukum (rechtsstaat)”. Dengan

penegasan itu, maka mekanisme kehidupan perorangan, masyarakat, dan

31Amrah Muslimin, Beberapa Asas dan Pengertian Pokok Tentang Administrasi dan

Hukum Administrasi, (Bandung: Alumni, 1985), Hlm. 110

32Sudargo Gautama, Pengertian Tentang Negara Hukum, (Bandung: Alumni, 1973),

Hlm. 13

Page 20: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/18823/4/4_Bab I.pdfin vitro (di luar sel makhluk hidup) sehingga memungkinkan mencangkok (kloning) hanya satu jenis gen yang diinginkan dalam

20

negara diatur oleh hukum (tertulis maupun tidak tertulis). Artinya baik

anggota masyarakat maupun pemerintah wajib mematuhi hukum tersebut33

.

Adapun negara hukum yang dianutoleh Negara Indonesia tidaklah dalam

artian formal namun negara hukum dalam artian material yang juga

diistilahkan dengan negara kesejahteraan (welfare state) atau “negara

kemakmuruan.” Dalam negara kesejahteraan, negara tidak hanya bertugas

memelihara ketertiban masyarakat, akan tetapi dituntut untuk turut serta aktif

dalam semua aspek kehidupan dan penghidupan rakyat. Kewajiban ini

merupakan amanat pendiri negara (the founding fathers) Indonesia, seperti

dikemukakan pada alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Keberadaan tentang konsepsi negara hukum sudah ada semenjak

berkembangnya pemikiran cita negara hukum itu sendiri. Plato dan

Aristoteles merupakan penggagas dari pemikiran negara hukum. Pemikiran

negara hukum dimunculkan Plato. Menurut Plato, penyelenggaraan

pemerintah yang baik ialah yang diatur oleh hukum. Konsepsi negara hukum

dalam kajian teoritis dapat dibedakan dalam dua pengertian. Pertama, negara

hukum dalam arti formal (sempit/klasik) yaitu negara hukum sebagai

Nachtwakerstaat atau Nachtwachterstaat (negara jaga malam) yang tugasnya

adalah menjamin ketertiban dan keamanan masyarakat, urusan kesejahteraan

didasarkan pada persaingan bebas (free fight), laisez faire, laisez ealler, siapa

yang kuat dia yang menang. Negara hukum dalam arti formal ini kerjanya

hanya menjaga agar jangan sampai ada pelanggaran terhadap ketentraman

dan kepentingan umum, seperti yang telah ditentukan oleh hukum yang

tertulis (undang-undang), yaitu hanya bertugas melindungi jiwa, benda, atau

hak asasi warganya secara pasif, tidak campur tangan dalam bidang

perekonomian atau penyelenggaraan kesejahteraan rakyat, karena yang

berlaku dalam lapangan ekonomi adalah prinsip laiesez faire laiesizealler.

33Baharudin Lopa, Permasalahan Pembinaan Dan Penegakan Hukum di Indonesia,

(Jakarta: Bulan Bintang, 1987), Hlm. 101

Page 21: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/18823/4/4_Bab I.pdfin vitro (di luar sel makhluk hidup) sehingga memungkinkan mencangkok (kloning) hanya satu jenis gen yang diinginkan dalam

21

Namun teori Negara hukum dalam arti sempit ini mulai ditinggalkan

karena persaingan bebas ternyata makin melebarkan jurang pemisah antara

golongan kaya dan golongan miskin.34

Maka para ahli berusaha menyempurnakan teorinya dengan teori negara

hukum dalam arti materiil (luas/modern) ialah negara yang terkenal dengan

istilah welfare state (walvaar staat), (wehlfarstaat). Disini Negara bertugas

menjaga keamanan dalam arti kata seluas-luasnya, yaitu keamanan social

(social security) dan menyelenggarakan kesejahteraan umum, berdasarkan

prinsip-prinsip hukum yang benar dan adil sehingga hak-hak asasi warga

negaranya benar-benar terjamin dan terlindungi.35

Menurut teori ini, selain

bertujuan melindungi hak dan kebebasan warganya, negara juga berupaya

mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh warga negara.

Dalam penjelasan UUD 1945 dirumuskan bahwa “Negara Indonesia

berdasar atas hukum (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka

(machtsstaat)“. Jadi demikian jelas Negara Indonesia adalah Negara hukum.36

Menurut konsep Stahl tentang negara hukum ditandai oleh empat unsur

pokok, yaitu :37

1. pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak dasar manusia;

2. negara didasarkan pada teori Trias Politica (pemisahan kekuasaan);

3. pemerintahan diselenggarakan berdasarkan aturan hukum atau undang-

undang (wetmatig bestuur);

4. adanya peradilan administrasi negara yang bertugas menangani kasus

perbuatan melanggar hukum oleh pemerintah.

34 A. Mukthie Fadjar, Tipe Negara Hukum, (Malang : Bayumedia Publishing, 2005),

Hlm. 16 35 Dahlan Thaib, Kedaulatan Rakyat, Negara Hukum, dan Konstitusi, (Yogyakarta :

Liberty,1999), Hlm. 46 36 Bernard Arief Shidarta, Refleksi Tentang Struktur Ilmu Hukum, Sebuah Penelitian

Tentang Fundasi Kefilsafatan dan Sifat Keilmuan Ilmu Hukum Sebagai Landasan Pengembangan

Ilmu Hukum Nasional Indonesia. (Bandung : Mandar Maju, 2000), Hlm. 47

37 Juhaya S. Praja, Teori Hukum dan Aplikasinya, (Bandung : CV. Pustaka Setia, 2011),

Hlm. 135

Page 22: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/18823/4/4_Bab I.pdfin vitro (di luar sel makhluk hidup) sehingga memungkinkan mencangkok (kloning) hanya satu jenis gen yang diinginkan dalam

22

Seperti telah diuraikan diatas, salah satu ciri khas dari Negara hukum

adalah adanya pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia.

Termasuk dalam hak-hak asasi manusia adalah hak konsumen.

Sri Soemantri Martosoewignjo, memberikan ciri negara hukum yang

berdasarkan Pancasia, maka Philipus M Hadjon lebih tegas lagi dengan

memberikan ciri negara hukum Pancasila, bukan lagi negara hukum yang

berdasarkan atas Pancasila. Ciri negara hukum Pancasila menurut Philipus M

Hadjon adalah sebagai berikut:

a. Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asas

kerukunan;

b. Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan

negara;

c. Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan

merupakan sarana terakhir;

d. Keseimbangan antara hak dan kewajiban38

Apabila diperbandingkan antara pendapat kedua guru besar tersebut,

seakan terdapat perbedaan yang signifikan, akan tetapi bila disimak secara

saksama, maka terlihat jelas bahwa Sri Soemantri melihat negara hukum

Pancasila dari sudut yuridis formal yang diatur di dalam Undang–Undang

Dasar 1945, sedangkan Philipus M Hadjon, mengkaji negara hukum

Pancasila dari sisi jiwa atau roh negara hukum Pancasila. Dengan istilah lain,

Philipus M Hadjon mengkaji negara hukum Pancasila dari aspek material

atau isi dari apa yang dicirikan oleh Sri Soemantri.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimak bahwa apa yang menjadi

unsur dari rechtsstaat memiliki kesamaan dengan apa yang menjadi unsur

negara hukum Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Namun demikian,

menurut Bagir Manan adapun unsur-unsur terpenting dari negara hukum,

dikemukakan terdiri dari:39

38Philipus M Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Di Indonesia. (Surabaya:

PT.Bina Ilmu, 1987), Hlm. 90

39Bagir Manan, Hubungan Antara Pusat Dan Daerah Menurut UUD 1945. (Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan, 1994), Hlm. 35

Page 23: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/18823/4/4_Bab I.pdfin vitro (di luar sel makhluk hidup) sehingga memungkinkan mencangkok (kloning) hanya satu jenis gen yang diinginkan dalam

23

1. Ada UUD sebagai peraturan tertulis yang mengatur hubungan antara

pemerintah dan warganya.

2. Ada pembagian kekuasaan (machtenscheiding) yang secara khusus

menjamin suatu kekuasaan kehakiman yang merdeka.

3. Ada pemencaran kekuasaan negara atau pemerintah (spreiding van de

staatsmacht).

4. Ada jaminan terhadap hak asasi manusia.

5. Ada jaminan persamaan dimuka hukum dan jaminan perlindungan hukum.

6. Ada asas legalitas, pelaksanaan kekuasaan pemerintah harus didasarkan

atas hukum (undang-undang).

Menurut teori konfensional, tujuan hukum adalah mewujudkan keadilan

(recht geverchtyheid), kemanfaatan (recht sulihteit) dan kepastian hukum

(recht zekerheid).40

Pan Aveldoorn menyatakan bahwa tujuan hukum adalah

mengatur tata tertib dalam masyarakat secara damai dan adil, untuk mencapai

kedamaian hukum, harus diciptakan masyarakat yang adil dengan

mengadakan penumbangan antara kepentingan yang bertentangan satu sama

lain, dan setiap orang harus memperoleh hak-haknya sesuai hukum yang

berlaku dalam hal mewujudkan keadilan.41

Selanjutnya untuk Middle Theory dalam penelitian ini adalah Teori

Sistem dari Mariam Darus. Mariam Darus berpendapat bahwa sistem hukum

adalah kumpulan asas-asas yang terpadu, yang merupakan landasan, di atas

mana dibangun tertib hukum.42

asas-asas hukum ini diperoleh melalui

konstruksi yuridis yaitu dengan menganalisa (mengolah) data yang sifatnya

nyata (konkret) untuk kemudian mengambil sifat-sifatnya yang umum

(kolektif) atau abstrak. Proses pencarian asas hukum ini disebut dengan

mengabstraksi. Aturan-aturan hukum membentuk dirinya dalam suatu hukum

40 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (suatu kajian filosofi dan Sosiologi), (Jakarta:

Gunung Agung, 2002), Hlm. 85 41 R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), Hlm. 57

42 Mariam Darus Badrulzaman, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, (Bandung:

Alumni, 1983), Hlm. 15

Page 24: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/18823/4/4_Bab I.pdfin vitro (di luar sel makhluk hidup) sehingga memungkinkan mencangkok (kloning) hanya satu jenis gen yang diinginkan dalam

24

itu dapat pula digolongkan dalam sub-sub sistem seperti hukum perdata,

hukum pidana, hukum tata negara, hukum ekonomi dan sebagainya.43

Sebagai mana sistem hukum yang berlaku di Indonesia adalah sistem

hukum yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dengan demikian setiap

sektor hukum nasional haruslah bersumberkan pada Pancasila dan UUD

1945.

Lawrence M. Friedman mengungkapkan Three Elements of Legal

System atau tiga komponen dari system hukum. Ketiga komponen yang

dimaksud adalah (1) struktur (structure), (2) substansi (substance), dan (3)

kultur (culture) atau budaya.44

Sistem hukum mempunyai struktur yang di ibaratkan seperti mesin,

yaitu kerangka bentuk yang permanen dari sistem hukum yang menjaga

proses tetap berada di dalam batas-batasnya. Struktur terdiri atas jumlah serta

ukuran Pengadilan, jurisdiksinya (jenis perkara yang diperiksa serta hukum

acara yang digunakan), termasuk di dalam struktur ini juga mengenai

penataan badan legislatif. Substansi hukum diibaratkan sebagai apa yang

dikerjakan dan apa yang dihasilkan mesin tersebut yaitu aturan, norma, dan

pola perilaku nyata manusia yang berada dalam sistem itu. Termasuk ke

dalam pengertian substansi ini juga produk yang dihasilkan oleh orang yang

berada di dalam sistem hukum itu, keputusan yang mereka keluarkan, aturan

baru yang mereka susun. Subtansi juga mencakup hukum yang hidup di

tengah masyarakat (living law) bukan hanya pada aturan yang ada dalam

buku-buku hukum (law in books). Kultur atau budaya hukum diibaratkan apa

saja atau siapa saja yang memutuskan untuk menghidupkan dan mematikan

mesin itu serta memutuskan bagaimana mesin tersebut digunakan yaitu sikap

manusia terhadap hukum dan sistem hukum kepercayaan, nilai, pemikiran,

serta harapannya.

Hukum merupakan produk dari budaya manusia yang mempunyai

makna bagi masyarakat tertentu, hukum pun juga hanya dapat dipahami

43 Mariam Darus Badrulzaman, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, hlm. 15

44 Lawrence M. Friedman, Sistem Hukum Perspektif Ilmu Sosial (The Legal System : A

Social Science Perspektive), M. Khozim, Pentj, (Bandung: Nusa Media, 2009), Hlm. 12

Page 25: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/18823/4/4_Bab I.pdfin vitro (di luar sel makhluk hidup) sehingga memungkinkan mencangkok (kloning) hanya satu jenis gen yang diinginkan dalam

25

sebagai suatu upaya masyarakat didalam mewujudkan nilai-nilai dan

tujuannya. Tujuan hukum adalah menetapkan aturan bagi suatu masyarakat

dalam kerangka keadilan.45

Mochtar Kusumaatmadja mengatakan bahwa tidak hanya kaidah

hukum, atau peraturan hukum tetapi juga lembaga atau institusi dan proses,

mempunyai andil yang besar dalam menunjang tujuan yang ingin dicapai

dalam pembangunan.46

Soerjono Soekanto menyatakan ada 4 faktor yang mempengaruhi

proses implementasi suatu produk hukum:47

1. Kaidah hukum dan peraturannya sendiri.

2. Petugas yang menegakkannya.

3. Fasilitas yang diharapkan mendukung pelaksanaan kaidah hukum.

4. Masyarakat yang masuk kedalam ruang lingkup peraturan tersebut.

Pendapat tersebut jika dikaitkan dengan tujuan pengaturan perlindungan

konsumen adalah untuk meningkatkan harkat dan martabat serta

kesadaran konsumen akan hak-haknya, yang secara tidak langsung juga

mendorong pelaku usaha didalam menyelenggarakan kegiatan usahanya

dengan penuh rasa tanggungjawab.

Middle Theory selanjutnya adalah teori pembentukan peraturan

perundang-undangan dikenal dengan teori jenjang hukum (Stufentheorie)

yang dikemukakan oleh Hans Kelsen. Dalam teori tersebut Hans Kelsen

berpendapat bahwa norma-norma hukum itu berjenjang-jenjang dan berlapis-

lapis dalam suatu hierarki (tata susunan) dalam arti suatu norma yang lebih

tinggi berlaku, bersumber dan berdasar pada norma yang lebih tinggi lagi,

demikian seterusnya sampai pada suatu norma yang tidak dapat ditelusuri

lebih lanjut dan bersifat hipotetis dan fiktif, yaitu Norma Dasar (Grundnorm).

Norma Dasar merupakan norma tertinggi dalam suatu sistem norma tersebut

45 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Hlm. 76 46 Mochtar Kusumaatmadja, Fungsi Hukum Dalam Pembangunan, (Jakarta : Bina Cipta,

1976), Hlm. 7

47 Soerjono Soekanto dan Mustafa Abdulah, Sosiologi Hukum dan Masyarakat, (Jakarta :

CV Rajawali, 1980), Hlm. 14

Page 26: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/18823/4/4_Bab I.pdfin vitro (di luar sel makhluk hidup) sehingga memungkinkan mencangkok (kloning) hanya satu jenis gen yang diinginkan dalam

26

tidak lagi dibentuk oleh suatu norma yang lebih tinggi lagi, tetapi Norma

Dasar itu ditetapkan terlebih dahulu oleh masyarakat sebagai Norma Dasar

yang merupakan gantungan bagi norma-norma yang berada di bawahnya,

sehingga suatu Norma Dasar itu dikatakan pre-supposed.48

Menurut Hans Kelsen suatu norma hukum itu selalu bersumber dan

berdasar pada norma yang di atasnya, tetapi ke bawah norma hukum itu juga

menjadi sumber dan menjadi dasar bagi norma yang lebih rendah

daripadanya. Dalam hal tata susunan/hierarki sistem norma, norma yang

tertinggi (Norma Dasar) itu menjadi tempat bergantungnya norma-norma di

bawahnya, sehingga apabila Norma Dasar itu berubah akan menjadi rusaklah

sistem norma yang ada di bawahnya.49

Middle Theory selanjutnya adalah teori perlindungan hukum,

Perlindungan hukum bisa berarti perlindungan yang diberikan terhadap

hukum agar tidak ditafsirkan berbeda dan tidak cederai oleh aparat penegak

hukum dan juga bisa berarti perlindungan yang diberikan oleh hukum

terhadap sesuatu. Perlindungan hukum juga dapat menimbulkan pertanyaan

yang kemudian meragukan keberadaan hukum. Hukum sejatinya harus

memberikan perlindungan terhadap semua pihak sesuai dengan status

hukumnya karena setiap orang memiliki kedudukan yang sama dihadapan

hukum. Setiap aparat penegak hukum jelas wajib menegakkan hukum dan

dengan berfungsinya aturan hukum, maka secara tidak langsung pula hukum

akan memberikan perlindungan terhadap setiap hubungan hukum atau segala

aspek dalam kehidupan masyarakat yang diatur oleh hukum itu sendiri.

Awal mula dari munculnya teori perlindungan hukum ini bersumber

dari teori hukum alam atau aliran hukum alam. Aliran ini dipelopori oleh

Plato, Aristoteles murid Plato, dan Zeno (pendiri aliran Stoic). Menurut aliran

hukum alam menyebutkan bahwa hukum itu bersumber dari Tuhan yang

bersifat universal dan abadi, serta antara hukum dan moral tidak boleh

48 Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu Perundang-Undangan : Jenis, Fungsi, dan Materi

Muatan, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), Hlm. 41

49 Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu Perundang-Undangan : Jenis, Fungsi, dan Materi

Muatan, Hlm. 42

Page 27: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/18823/4/4_Bab I.pdfin vitro (di luar sel makhluk hidup) sehingga memungkinkan mencangkok (kloning) hanya satu jenis gen yang diinginkan dalam

27

dipisahkan. Para penganut aliran ini memandang bahwa hukum dan moral

adalah cerminan dan aturan secara internal dan eksternal dari kehidupan

manusia yang diwujudkan melalui hukum dan moral.

Menurut Thomas Aquinas mengatakan bahwa hukum alam adalah

ketentuan akal yang bersumber dari Tuhan yang bertujuan untuk kebaikan

dan dibuat oleh orang yang mengurus masyarakat untuk disebarluaskan.

Eksistensi dam konsep hukum alam selama ini, masih banyak

dipertentangkan dan ditolak oleh sebagian besar filosof hukum, tetapi dalam

kanyataann justru tulisan-tulisan pakar yang menolak itu, banyak

menggunakan laham hukum alam yang kemungkinan tidak disadarinya. Salah

satu alasan yang mendasari penolakkan sejumlah filosof hukum terhadap

hukum alam, karena mereka masih mengganggap pencarian terhadap sesuatu

yang absolut dari hukum alam, hanya merupakan suatu perbuatan yang sai-sia

dan tidak bermanfaat.50

Menurut Fitzgerald, dia menjelaskan teori pelindungn hukum Salmond

bahwa hukum bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai

kepentingan dalam masyarakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan,

perlindungan terhadap kepentingan tertentu hanya dapat dilakukan dengan

cara membatasi berbagai kepentingan di lain pihak.51

Kepentingan hukum

adalah mengurusi hak dan kepentingan manusia, sehingga hukum memiliki

otoritas tertinggi untuk menentukan kepentingan manusia yang perlu diatur

dan dilindungi.52

Perlindungan hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan hukum

lahir dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan

oleh masyarakat yang pada dasarnya merupakan kesepakatan masyarakat

tersebut untuk mengatur hubungan prilaku antara anggota-anggota

masyarakat dan antara perseoranan dengan pemerintah yang dianggap

mewakili kepentingak masyarakat.

50 Marwan Mas, Pengantar Ilmu Hukum, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), Hlm. 116

51 Satijipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000), Hlm. 53

52 Satijipto Raharjo, Ilmu Hukum, Hlm. 69

Page 28: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/18823/4/4_Bab I.pdfin vitro (di luar sel makhluk hidup) sehingga memungkinkan mencangkok (kloning) hanya satu jenis gen yang diinginkan dalam

28

Menurut Satijipto Raharjo, perlindungan hukum adalah memberikan

pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang lain

dan perlindungan itu di berikan kepada masyarakat agar dapat menikmati

semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.53

Menurut lili rasjidi dan I.B

Wysa Putra berpendapat bahwa hokum dapat difungsikan untuk mewujudkan

perlindungan yang sifatnya tidak sekedar adaptif dan fleksibel, melainkan

juga prediktif dan antisipatif.54

Pendapat Sunaryati Hartono mengatakan

bahwa hukum dibutuhkan untuk mereka yang lemah dan belum kuat secara

sosial, ekonomi dan politik untuk memperoleh keadilan sosial.55

dalam

merumuskan prinsip-prinsip perlindungan hukum di Indonesia, landasannya

adalah pancasila sebagai ideologi dan falsafah negara. konsepsi perlindungan

hukum bagi rakyat dibarat bersumber pada konsep Rechtstaat dan "Rul of

The Law". dengan menggunakan konsepsi Barat sebagai kerangka berfikir

dengan landasan pancasila, prinsip perlindungan hukum di Indonesia adalah

prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia

yang bersumber pada pancasila. prinsip perlindungan hukum terhadap tindak

pemerintah bertumpu dan bersumber dari konsep tentang pengakuan dan

perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia. lahirnya konsep-konsep

tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia

diarahkan kepada pembatasan-pembatasan dan peletakan kewajiban

masyarakat dan pemerintah.56

Menurut Pjillipus M. Hadjon bahwa perlindungan hukum bagi rakyat

sebagai tindakan pemerintah yang bersifat preventif dan resprensif.57

Perlindungan Hukum yang preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya

sengketa, yang mengarahkan tindakan pemerintah bersikap hati-hati dalam

pengambilan keputusan berdasarkan diskresi dan perlindungan yang

53 Satijipto Raharjo, Ilmu Hukum, Hlm. 54 54 Lili Rasjidi dan I.B Wysa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, (Bandung, Remaja

Rusdakarya, 1993), Hlm. 118 55 Sunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional, (Bandung:

Alumni, 1991), Hlm. 55

56 Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Hlm. 38

57 Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Hlm. 2

Page 29: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/18823/4/4_Bab I.pdfin vitro (di luar sel makhluk hidup) sehingga memungkinkan mencangkok (kloning) hanya satu jenis gen yang diinginkan dalam

29

resprensif bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa, termasuk

penanganannya di lembaga peradilan.58

Perlindungan hukum preventif yaitu

perlindungan hukum yang bertujuan untuk mencegah terjadinya suatu

sengketa. Perlindungan hukum jenis ini misalnya sebelum Pemerintah

menetapkan suatu aturan/keputusan, rakyat dapat mengajukan keberatan, atau

dimintai pendapatnya mengenai rencana keputusan tersebut. Perlindungan

hukum resprensif yaitu perlindungan hukum yang dilakukan dengan cara

menerapkan sanksi terhadap pelaku agar dapat memulihkan hukum kepada

keadaan sebenarnya. Perlindungan jenis ini biasanya dilakukan di Pengadilan.

Selanjutnya untuk Application theory dalam penelitian ini penulis

menggunakan tori Perlindungan konsumen. Perlindungan konsumen adalah

merupakan masalah kepentingan manusia, oleh karenanya menjadi harapan

bagi semua bangsa di dunia untuk dapat mewujudkannya. Mewujudkan

perlindungan konsumen adalah mewujudkan hubungan berbagai dimensi

yang satu sama lain mempunyai keterkaitan dan saling ketergantungan antara

konsumen, pengusaha, dan Pemerintah.59

Dalam penjelasan Pasal 2 UUPK disebutkan bahwa perlindungan

konsumen diselenggarakan sebagai usaha bersama berdasarkan 5 asas

yang relevan dalam pembangunan nasional diantaranya:

a) Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya

dalam menyelenggarakan perlindungan konsumen harus memberikan

manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha

secara keseluruhan.

b) Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat

diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada

konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan

kewajibannya secara adil.

58 Maria Alfons, Implentasi Perlindungan Indikasi Geografis Atas Produk-Produk

Masyarakat Lokal Dalam Prespektif Hak kekayaan Intelektual. ( Malang : Universitas Brawijaya,

2010), Hlm. 18

59 Erman Raja Guguk, et. All, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Mandar Maju.

2003), Hlm. 7

Page 30: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/18823/4/4_Bab I.pdfin vitro (di luar sel makhluk hidup) sehingga memungkinkan mencangkok (kloning) hanya satu jenis gen yang diinginkan dalam

30

c) Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan

konsumen, pelaku usaha dan pemerintah dalam arti materiil dan spiritual.

d) Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk

memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen

dalam penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan atau jasa yang

dikonsumsi atau digunakan.

e) Asas kepastian hukum dimaksudkan agar pelaku usaha maupun konsumen

mentaati hukum dan memperoleh keadilan dalam menyelenggarakan

perlindungan konsumen serta Negara menjamin kepastian hukum.

Achmad Ali menyatakan bahwa hukum dapat dibagi menjadi 3 (tiga)

asas, yaitu:60

1. Asas kemanfaatan yang didalamnya meliputi asas keamanan dan

keselamatan.

2. Asas keadilan yang didalamnya meliputi asas keseimbangan.

3. Asas kepastian hukum.

Memperhatikan substansi Pasal 2 UUPK dan penjelasannya, tampak

bahwa perumusannya mengacu pada filosofi pembangunan nasional yaitu

pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang berlandaskan pada falsafah

Negara Republik Indonesia.

Pada hakekatnya perlindungan hukum itu berkaitan bagaimana hukum

memberikan keadilan yaitu memberikan atau mengatur hak-hak terhadap

subyek hukum, selain itu juga berkaitan bagaimana hukum memberikan

keadilan terhadap subyek hukum yang dilanggar haknya. Perlindungan

terhadap konsumen didasarkan pada keadilan komutatif yakni keadilan yang

memberikan kepada setiap orang sama banyaknya dengan tidak mengingat

jasa-jasa perseorangan.61

60 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum, (Jakarta: Chandra Pratama, 1996), Hlm. 95

61 Chainur Arrasjid, Dasar-dasar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), Hlm. 40

Page 31: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/18823/4/4_Bab I.pdfin vitro (di luar sel makhluk hidup) sehingga memungkinkan mencangkok (kloning) hanya satu jenis gen yang diinginkan dalam

31

G. Langkah-Langkah Penelitian

1. Metode Penelitian

Sebagai sebuah karya ilmiah yang harus dapat dipertanggungjawabkan

secara intelektual, maka pasti karya ilmiah ini dibuat dengan menggunakan

sebuah metodologi penelitian. Karena cara kerja keilmuan salah satunya

ditandai dengan penggunaan metode (Inggris: method, Latin: methodus,

Yunani: methodos-meta berarti sesudah, di atas, sedangkan hodos berarti

suatu jalan, suatu cara). Van Peursen menerjemahkan pengertian metode

secara harfiah, mula-mula, menjadi: penyelidikan atau penelitian berlangsung

menurut suatu rencana tertentu.62

Penelitian adalah sebagai suatu usaha untuk mengemukakan,

mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan yang dilakukan

secara metodologis dan sistematis. Metodologis berarti dengan menggunakan

metode-metode yang bersifat ilmiah, sedangkan sistematis berarti sesuai

dengan pedoman atau aturan penelitian yang berlaku untuk suatu karya

ilmiah.

Berkenaan dengan karya ilmiah di bidang hukum, Satjipto Rahardjo63

menegaskan bahwa setiap orang dapat menggunakan metode yang sesuai

dengan pilihannya, asalkan pilihan itu diterapkan secara konsekuen.

Misalnya, apabila memilih melihat hukum sebagai perwujudan dari nilai-nilai

tertentu, maka menurut beliau pilihan tersebut akan membawa konsekuensi

kepada penggunaan metode yang bersifat idealis. Sedangkan, jika memilih

untuk melihat hukum sebagai suatu sistem peraturan-peraturan yang abstrak,

maka perhatiannya akan terpusat pada hukum sebagai suatu lembaga yang

benar-benar otonom dan konsekuensinya adalah penggunaan metode

normatif. Sementara bagi orang yang memahami hukum sebagai alat untuk

mengatur masyarakat, maka pilihannya akan jatuh pada penggunaan metode

sosiologis.

62 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang:

Bayumedi Publishing, 2010), Hlm. 26 63 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif,....... Hlm. 38

Page 32: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/18823/4/4_Bab I.pdfin vitro (di luar sel makhluk hidup) sehingga memungkinkan mencangkok (kloning) hanya satu jenis gen yang diinginkan dalam

32

Dalam menyusun karya tulis ini, Penulis menggunakan metode

deskriptif analisis yuridis normatif yang artinya penelitian yang memberikan

gambaran mengenai fakta-fakta yang ada (empiris) serta analisis yang akurat

mengenai peraturan perundang-undangan yang berlaku dihubungkan dengan

teori-teori hukum dan praktik dari pelaksanaan aturan hukum yang ada.

2. Jenis Pendekatan

Jenis pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian yang menekankan pada data

sekunder. Jenis pendekatan penelitian ini dipilih pendekatan-pendekatan

sebagai berikut:64

a. Pendekatan perundang-undangan (Statute Approach) yaitu dengan

meneliti kebijakan-kebijakan atau peraturan-peraturan yang berlaku di

Indonesia seperti Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang

Pangan, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen,

b. Pendekatan Fakta (The Fact Approach) yaitu suatu gambaran hasil

penelitian yang mendalam dan lengkap sehingga diperoleh informasi

yang disampaikan pihak-pihak terkait mengenai Pengaturan Pangan Hasil

Rekayasa Genetik yaitu pasal 77 Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012

Tentang Pangan Hubungannya dengan Perlindungan Konsumen di

Indonesia.

c. Pendekatan analisis konsep hukum (Concep Approach) yaitu dengan

meneliti pendapat, pernyataan, dan komentar-komentar dalam muatan

hukum yang berkaitan dengan pemahaman tentang Pengaturan Pangan

Hasil Rekayasa Genetik yaitu pada pasal 77 Undang-undang Nomor 18

Tahun 2012 Tentang Pangan Hubungannya dengan Perlindungan

Konsumen di Indonesia.

64 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Cet.2, (Jakarta :Kencana, 2008), Hlm. 93

Page 33: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/18823/4/4_Bab I.pdfin vitro (di luar sel makhluk hidup) sehingga memungkinkan mencangkok (kloning) hanya satu jenis gen yang diinginkan dalam

33

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini antara lain menggunakan metode-metode sebagai berikut:

a. Studi Kepustakaan

Studi Kepustakaan Adalah teknik pengumpulan data dengan cara

membaca, mempelajari, dan mencatat data yang diperoleh dari berbagai

buku hukum, surat kabar, majalah, dan peraturan perundang-undangan

yang berkaitan dengan penelitian Pengaturan Pangan Hasil Rekayasa

Genetik dan Hubungannya dengan Undang-undang No. 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen di Indonesia.

b. Observasi

Adalah pengamatan secara langsung terhadapgejala-gejala subyek atau

obyek yang diteliti dengan maksud untuk meyakinkan kebenaran data

yang diperoleh dari wawancara.65

Pengaturan Pangan Hasil Rekayasa

Genetik Hubungannya dengan Perlindungan Konsumen di Indonesia.

c. Wawancara

Yaitu metode pengumpulan data yang diperolehmelalui informasi tanya

jawab dengan narasumbersecara langsung, secara sistematis dan

berlandaskanpada tujuan penelitian. Metode ini peneliti gunakan untuk

mengumpulkan data dari informan yang telah ditentukan sebelumnya.

Dan dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan para anggota

di Badan Pengawas Obat dan Makanan Bandung.

4. Sumber Bahan Hukum

Bahan hukum yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah bahan

hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tertier. Adapun

bahan-bahan hukum sebagaimana dimaksud adalah sebagai berikut :

65 Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Yayasan Penelitian Fakultas UGM,

1988), Hlm.193

Page 34: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/18823/4/4_Bab I.pdfin vitro (di luar sel makhluk hidup) sehingga memungkinkan mencangkok (kloning) hanya satu jenis gen yang diinginkan dalam

34

a. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif atau

mempunyai otoritas atau memiliki kekuatan mengikat,66

yaitu:

1) Burgerlijke Wetboek (KUH Perdata).

2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pangan.

3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen.

4) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

5) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 Tentang Metrologi Legal.

6) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2005

Tentang Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik.

7) Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 Tentang Ketahanan

Pangan dan Gizi.

8) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Keamanan,

Mutu dan Gizi Pangan

9) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 924/Menkes/SK/VIII/1996

Tentang perubahan atas Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

82/Menkes/SK/I/1996 tentang Pencantuman Tulisan “ Halal “ pada

Label Makanan.

10) Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 180/Menkes. Per/IV/1985

Tentang Makanan Daluwarsa yang telah dirubah dengan Keputusan

Dirjen POM Nomor 02591/B/SK/VIII/91.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan

penjelasan terhadap bahan hukum primer, yaitu meliputi buku-buku,

literature, makalah, tesis, dan bahan-bahan hukum tertulis lainnya yang

berhubungan dengan permasalahan penelitian.67

Disamping itu, juga

dipergunakan bahan-bahan hukum yang diperoleh melalui electronic

research yaitu melalui internet dengan jalan mengcopy (download)

bahan hukum yang diperlukan. Keunggulan dalam penggunaan ataupun

66 Soerjono Soekanto & Sri Mahmmudji, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta : Rajawali

Press, 1988), Hlm. 34 67 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum,.... Hlm. 141.

Page 35: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/18823/4/4_Bab I.pdfin vitro (di luar sel makhluk hidup) sehingga memungkinkan mencangkok (kloning) hanya satu jenis gen yang diinginkan dalam

35

pemakaian internet antara lain efisien, tanpa batas (without boundry),

terbuka 24 jam (24 hours online), interaktif dan terjalin dalam sekejap

(hyperlink).68

c. Bahan hukum tertier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk

maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder, yaitu berupa kamus.

5. Analisis data

Adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang mudah

dibaca dan diinterpretasikan.69

Penyusun dengan metode analisis

deskriptif, yakni usaha untuk mengumpulkan data dan menyusun suatu

data, kemudian dilakukan analisis terhadap data tersebut.70

Seluruh data

yang diperoleh akan diolah dengan menggunakan metode deduktif untuk

menganalisis bagaimana Pengaturan Pangan Hasil Rekayasa Genetik dan

Hubungannya dengan Perlindungan Konsumen di Indonesia.

6. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ditetapkan agar ruang lingkup permasalahan yang

akan diteliti lebih fokus, sehingga penelitian lebih terarah, Penelitian ini

diadakan di :

1) Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

yang beralamat di Jalan A.H. Nasution 105 Bandung.

2) Perpustakaan Universitas Padjajaran Jalan Dipati Ukur No. 35 Bandung

3) Badan Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Barat yang beralamat di

Jalan Soekarno Hatta Nomor 269 Bandung.

4) Sekretariat Kementrian Pertanian Indonesia yang beralamat di jalan

Harsono RM. Nomor 3, Ragunan Jalarta Selatan.

68 Udi Agus Riswandi, Hukum Internet, (Yogyakarta : UII Press, 2003), Hlm. 325 69 Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES,

1989), Hlm.263

70Winarno Surachman, Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode, dan Teknik

(Bandung: Tarsito, 1990), Hlm.139

Page 36: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/18823/4/4_Bab I.pdfin vitro (di luar sel makhluk hidup) sehingga memungkinkan mencangkok (kloning) hanya satu jenis gen yang diinginkan dalam

36

5) Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, yang beralamat di Jalan Surapati

Nomor 71, Bandung Jawa Barat 40134.

6) Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Jln. Pancoran Barat 7

No. 1 Duren Tiga, Pancoran Jakarta Selatan, 12760

7) Badan Pengawas Obat dan Makanan Bandung (BPOM), Jln. Pasteur

No. 25, Bandung, kode pos: 4017.