bab i, ii, iii
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan dan persalinan bukanlah suatu penyakit. Mempunyai bayi adalah
kodrat wanita, dan selalu menjadi bagian hidup perempuan. Kebanyakan wanita
menginginkan hal yang sempurna dan bisa melahirkan bayi tanpa ada banyak
bantuan. Perempuan diseluruh dunia menikmati kehamilannya dengan bergaya
hidup baik dan selalu menjaga kesehatannya, wanita dengan mudah dapat
melahirkan bayinya dengan selamat. Adalah suatu hal yang sangat
memprihatinkan, ketika kita mendengar wanita meninggal karena melahirkan
bayinya (Nolan, 2010, hal. 135).
Penyakit diabetes dapat menjadi salah satu penyebabnya. Dan fakta yang
tidak dapat terpungkiri adalah diabetes mellitus terdapat pada sekitar 1% wanita
usia reproduksi dan 1–2% diantaranya akan menderita diabetes gestasional.
(sumber: journal Penyakit-Penyakit yang Memengaruhi Kehamilan dan
Persalinan Edisi Kedua_Normal_bab 1)
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Diabetes Melitus Gestasional ?
2. Apa etiologi dari Diabetes Melitus Gestasional ?
3. Bagaimana klasifikasi dari Diabetes Melitus Gestasional ?
4. Apa saja gejala klinis dari Diabetes Melitus Gestasional ?
5. Apa saja pengaruh Diabetes Mellitus terhadap Kehamilan ?
6. Apa saja faktor resiko Diabetes Mellitus Gestasional ?
7. Bagaimana cara pemeriksaan Diabetes Melitus Gestasional ?
8. Bagaimana cara mendiagnosis Diabetes Melitus Gestasional ?
1
9. Bagaimana penanganan Diabetes Melitus Gestasional ?
10. Apa saja tanda komplikasi Diabetes Melitus Gestasional ?
11. Apa saja komplikasi dari Diabetes Melitus Gestasional ?
12. Bagaimana prognosis Diabetes Melitus Gestasional ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Diabetes Melitus Gestasional.
2. Untuk mengetahui etiologi dari Diabetes Melitus Gestasional.
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari Diabetes Melitus Gestasional.
4. Untuk mengetahui gejala klinis dari Diabetes Melitus Gestasional.
5. Untuk mengetahui pengaruh Diabetes Mellitus terhadap Kehamilan.
6. Untuk mengetahui faktor resiko Diabetes Mellitus Gestasional.
7. Untuk mengetahui cara pemeriksaan Diabetes Melitus Gestasional.
8. Untuk mengetahui cara mendiagnosis Diabetes Melitus Gestasional.
9. Untuk mengetahui penanganan Diabetes Melitus Gestasional.
10. Untuk mengetahui tanda komplikasi Diabetes Melitus Gestasional.
11. Untuk mengetahui komplikasi dari Diabetes Melitus Gestasional.
12. Untuk mengetahui prognosis Diabetes Melitus Gestasional.
2
D. Sistematika Penulisan
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
D. Sistematika Penulisan 3
BAB II TINJAUAN TEORI 4
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 20
A. Kesimpulan 20
B. Saran 20
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Diabetes mellitus gestasional (GDM) didefinisikan sebagai derajat apapun
intoleransi glukosa dengan onset atau pengakuan pertama selama kehamilan.
(WHO-World Health Organisation 2011). Hal ini berlaku baik insulin atau
modifikasi diet hanya digunakan untuk pengobatan dan apakah atau tidak
kondisi tersebut terus berlangsung setelah kehamilan. Ini tidak
mengesampingkan kemungkinan bahwa intoleransi glukosa yang belum diakui
mungkin telah dimulai bersamaan dengan kehamilan.
Definisi diabetes mellitus dalam kehamilan ialah gangguan toleransi glukosa
berbagai tingkat yang terjadi (atau pertama kali dideteksi) pada kehamilan. Batas
ini tanpa melihat dipakai/tidaknya insulin atau menyingkirkan kemungkinan
adanya gangguan toleransi glukosa yang mendahului kehamilan.1 , 2 , 4 , 6
Diagnosis diabetes sering dibuat untuk pertama kali dalam kehamilan karena
penderita untuk pertama kali datang kepada dokter atau diabetesnya menjadi
lebih jelas oleh kehamilan. Diabetes menunjukkan kecendrungan menjadi lebih
berat dalam kehamilan dan keperluan akan insulin meningkat.2 , 4 , 5
B. Etiologi
Selama kehamilan, peningkatan kadar hormon tertentu dibuat dalam plasenta
(organ yang menghubungkan bayi dengan tali pusat ke rahim) nutrisi membantu
pergeseran dari ibu ke janin. Hormon lain yang diproduksi oleh plasenta untuk
membantu mencegah ibu dari mengembangkan gula darah rendah.
4
Selama kehamilan, hormon ini menyebabkan terganggunya intoleransi
glukosa progresif (kadar gula darah yang lebih tinggi). Untuk mencoba
menurunkan kadar gula darah, tubuh membuat insulin lebih banyak supaya sel
mendapat glukosa bagi memproduksi sumber energi.
Biasanya pankreas ibu mampu memproduksi insulin lebih (sekitar tiga kali
jumlah normal) untuk mengatasi efek hormon kehamilan pada tingkat gula
darah. Namun, jika pankreas tidak dapat memproduksi insulin yang cukup untuk
mengatasi efek dari peningkatan hormon selama kehamilan, kadar gula darah
akan naik, mengakibatkan GDM.
(sumber: Journal Clinical Diabetes January 2005 Vol 23)
C. Klasifikasi
1. DM tipe 1
a. Kerusakan fungsi sel beta di pankreas
b. Autoimun, idiopatik
2. DM Tipe 2
a. Menurunnya produksi insulin atau berkurangnya
b. daya kerja insulin atau keduanya.
3. DM tipe lain:
a. Karena kelainan genetik, penyakit pankreas,
b. obat, infeksi, antibodi, sindroma penyakit lain.
1. DM pada masa kehamilan = Gestasional Diabetes
Pada DM dengan kehamilan, ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si Ibu:
1. Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil.
2. Si ibu mengalami/menderita DM saat hamil.
5
Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke:
kelas I: Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil
dan menghilang setelah melahirkan.
kelas II: Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil
dan berlanjut setelah hamil.
kelas III: Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit
pembuluh darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pemburuh
darah panggul dan pembuluh darah perifer.
90% dari wanita hamil yang menderita Diabetes termasuk ke dalam kategori DM
Gestasional (Tipe II) dan DM yang tergantung pada insulin (Insulin Dependent
Diabetes Mellitus = IDDM, tipe I).
(sumber: journal Penyakit-Penyakit yang Memengaruhi Kehamilan dan
Persalinan Edisi Kedua Normal, 2009)
Klasifikasi baru yang akhir-akhir ini banyak dipakai adalah Javanovic (1986) .
1. Regulasi baik ( good diabetic Control)
Glukosa darah puasa 55-65 mg/dL, rata-rata 84 mg/dL, 1 jam sesudah
makan < 140 mg/dL. Hb A 1c normal dalam 30 minggu untuk diabetes
gestasional dan dalam 12 minggu untuk diabetes pregestasional
2. Regulasi tak baik ( Less than optimal Diabetic Control)
Tidak kontrol selama hamil, Glukosa darah diatas normal , Tidak
terkontrol baik selama 26 minggu untuk diabetes gestasional atau 12 minggu
untuk diabetes pregestasional.
D. Gejala Klinis
Diabetes mellitus gestasional adalah bentuk sementara (dalam banyak kasus)
diabetes dimana tubuh tidak memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup
untuk menangani gula selama kehamilan. Hal ini juga bisa disebut intoleransi
glukosa atau intoleransi karbohidrat. Tanda dan gejala dapat termasuk:
6
1. Gula dalam urin,
2. Sentiasa rasa haus,
3. Sering buang air kecil,
4. Kelelahan,
5. Mual,
6. Sering infeksi kandung kemih, vagina dan kulit,
7. Penglihatan kabur.
E. Pengaruh Diabetes terhadap Kehamilan
Pengaruh meternal bisa dibagi lagi selama kehamilan, selama persalinan dan
selama nifas. 1 , 2 , 3 , 4 , 5
1. Selama kehamilan :
a. Abortus, Resiko meningkat pada diabetes tak terkontrol.
b. Pre-eklampsia, Kontrol pre-eklampsia berhubungan dengan rendahnya
mortalitas perinatal.
c. Hidramnion, Insidens meningkat pada diabetes tak terkontrol. Hal ini
disebabkan plasenta yang besar , adanya malformasi kongenital dan
poliuria janin akibat hiperglikemia.
d. Persalinan premature, Insidens meningkat bersamaan dengan meningkat
disproporsi kepala panggul, malpresentasi.
2. Selama persalinan :
a. Persalinan memanjang akibat bayi yang besar
b. Distosia bahu
c. Meningkatnya tindakan operatif
d. Reptura jalan lahir
e. Perdarahan postpartum
3. Selama nifas :
7
a. Sepsis puerperalis
b. Berkurang laktasi
c. Meningkatnya morbiditas meternal
Pengaruh terhadap janin :
1. Janin mati dalam rahim
2. Makrosomia
3. Maturasi paru terlambat
4. Trauma kelahiran
5. Retardasi pertumbuhan
6. Malfromasi kongenital
7. Meningkatnya kematian neonatal
F. Faktor Resiko
Riwayat Obstetrik
1. Beberapa kali mengalami abortus.
2. Riwayat pernah melahirkan anak meninggal tanpa alas an yang jelas.
3. Riwayat pernah melahirkan bayi ≥ 4000 gram.
4. Pernah mengalami toxemia.
5. Polihidramnion.
Riwayat Ibu
1. Umur ibu > 30 tahun.
2. Riwayat Diabetes Mellitus dalam keluarga.
3. Pernah mengalami Diabetes Mellitus Gestasional dalam kehamilan
sebelumnya.
4. Obesitas.
5. Berat badan ibu waktu lahir > 5000 gram.
8
6. infeksi saluran kemih berulang.
G. Pemeriksaan
Tes Tolenrasi Glukosa Oral (TTGO) adalah rutin untuk semua wanita hamil.
Tes ini juga dapat diindikasikan untuk diabetes pada kehamilan (diabetes
gestasional). Banyak di antara ibu-ibu yang sebelum hamil tidak menunjukkan
gejala, tetapi menderita gangguan metabolisme glukosa pada waktu hamil.
1. Prosedur pemeriksaan bagi Tes Tolenrasi Glukosa Oral (TTGO)
Selama 3 hari sebelum tes dilakukan penderita harus mengkonsumsi
sekitar 150 gram karbohidrat setiap hari. Terapi obat yang dapat
mempengaruhi hasil laboratorium harus dihentikan hingga tes dilaksanakan.
Beberapa jenis obat yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium adalah
insulin, kortikosteroid (kortison), kontrasepsi oral, estrogen, anticonvulsant,
diuretik, tiazid, salisilat, asam askorbat. Selain itu penderita juga tidak boleh
minum alkohol.
Protokol urutan pengambilan darah berbeda-beda; kebanyakan
pengambilan darah setelah puasa, dan setelah 1 dan 2 jam. Ada beberapa
yang mengambil darah jam ke-3, sedangkan yang lainnya lagi mengambil
darah pada ½ jam dan 1½ jam setelah pemberian glukosa. Yang akan
diuraikan di sini adalah pengambilan darah pada waktu ½ jam, 1 jam, 1½
jam, dan 2 jam.
Sebelum dilakukan tes, penderita harus berpuasa selama 12 jam.
Pengambilan sampel darah dilakukan sebagai berikut :
a. Pagi hari setelah puasa, penderita diambil darah vena 3-5 ml untuk uji
glukosa darah puasa. Penderita mengosongkan kandung kemihnya dan
mengumpulkan sampel urinenya.
b. Penderita diberikan minum glukosa 75 gram yang dilarutkan dalam
segelas air (250ml). Lebih baik jika dibumbui dengan perasa, misalnya
dengan limun.
9
c. Pada waktu ½ jam, 1 jam, 1½ jam, dan 2 jam, penderita diambil darah
untuk pemeriksaan glukosa. Pada waktu 1 jam dan 2 jam penderita
mengosongkan kandung kemihnya dan mengumpulkan sampel urinenya
secara terpisah.
Selama TTGO dilakukan, penderita tidak boleh minum kopi, teh, makan
permen, merokok, berjalan-jalan, atau melakukan aktifitas fisik yang berat.
Minum air putih yang tidak mengandung gula masih diperkenankan.
2. Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil laboratorium
a. Penggunaan obat-obatan tertentu.
b. Stress (fisik, emosional), demam, infeksi, trauma, tirah baring, obesitas
dapat meningkatkan kadar glukosa darah.
c. Aktifitas berlebihan dan muntah dapat menurunkan kadar glukosa
darah. Obat hipoglikemik dapat menurunkan kadar glukosa darah.
d. Usia. Orang lansia memiliki kadar glukosa darah yang lebih tinggi.
Sekresi insulin menurun karena proses penuaan.
3. Intepretasi hasil Lab TTGO bagi GDM
a. Puasa: 95 mg / dL atau lebih tinggi
b. Jam Pertma: 180 mg / dL atau lebih tinggi
c. Jam Kedua: 155 mg / dL atau lebih tinggi
d. Jam Ketiga: 140 mg / dL atau lebih tinggi
(Sumber : PERKENI, 2002)
H. Diagnosis
Factor Normalnya kadar gula dalam darah berkisar antara 70 - 150 mg/dL
{millimoles/liter (satuan unit United Kingdom)} atau 4 - 8 mmol/l
{milligrams/deciliter (satuan unit United State)}, Dimana 1 mmol/l = 18 mg/dl.
10
Kriteria Diagnosis:
1. Gejala klasik DM + gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dl. Gula darah sewaktu
merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan
waktu makan terakhir. Atau:
2. Kadar gula darah puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa diartikan pasien tidak mendapat
kalori tambahan sedikitnya 8 jam. Atau:
3. Kadar gula darah 2 jam pada TTGO ≥ 200 mg/dl. TTGO dilakukan dengan
Standard WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g
glukosa anhidrus yang dilarutkan dalam air.
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi criteria normal atau DM, maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau
GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu) dari hasil yang diperoleh.
1. TGT : glukosa darah plasma 2 jam setelah pembebanan antara 140 – 199
mg/dl.
2. GDPT : glukosa darah puasa antara 100 – 125 mg/dl.
Tabel 2.1: Kriteria Diabetes Mellitus Gestasional (GDM)
Kriteria 1964 1979NDDG
1999WHO
2000 ADA 2001 ADAMedium
dan Waktu
O’Sullivan Mahan
Darahlengkap
100g-3j(mmol/l,
(mg.dL))†
Plasma100g-3j(mmol/L
(mg/dL))†
Plasma100g-3j(mmol/L
(mg/dL))†
Plasma75g-2j
(mmol/L(mg/dL))‡
Plasma100g-3j(mmol/L
(mg/dL))†
Plasma72g-2j
(mmol/L(mg/dL))†
Puasa ≥5.0 (90) ≥5.8 (105) ≥5.8 (105) <7.0 (126) ≥5.3 (95) ≥5.3 (95)
JamPertama
≥9.2 (165) ≥10.6 (190) ≥10.6 (190) ≥10.0 (180) ≥10.0 (180)
11
JamKedua
≥8.1 (145) ≥9.2 (165) ≥9.2 (165) >7.8 (140),≤11.1 (200)
≥8.6 (155) ≥8.6 (155)
JamKetiga
≥6.9 (125) ≥8.1 (145) ≥8.1 (145) ≥7.8 (140)
ADA, American Diabetic Association; WHO, World Health Organization;
NDDG, National Diabetes Data Group
† : Perlukan dua nilai elevasi untuk diagnosis
‡ : Perlukan satu nilai elevasi untuk diagnosis
(Sumber : David R. McCance, Micheal Maresh, David A. Sacks, 2010.
A Practical Manual of Diabetes in Pregnancy)
I. Penanganan
Kehamilan harus diawasi secara teliti sejak dini untuk mencegah komplikasi
pada ibu dan janin. Tujuan utama pengobatan DM dengan hamil:
1. Mencegah timbulnya ketosis dan hipoglikemia.
2. Mencegah hiperglikemia dan glukosuria seminimal mungkin.
3. Mencapai usia kehamilan seoptimal mungkin.
Pantau ibu dan janin dengan mengukur TFU, mendengarkan DJJ, dan secara
khusus memakai USG dan KTG. Lakukan penilaian setiap akhir minggu sejak
usia kehamilan 36 minggu. Adanya makrosomia pertumbuhan janin terhambat
dan gawat janin merupakan indikasi SC. Janin sehat dapat dilahirkan pada umur
kehamilan cukup waktu (40-42 minggu) dengan persalinan biasa.
Ibu hamil dengan DM tidak perlu dirawat bila keadaan diabetesnya terkendali
baik, namun harus selalu diperhatikan gerak janin (normalnya >20 kali/12 jam).
12
Bila diperlukan terminasi kehamilan, lakukan amniosentesis dahulu untuk
memastikan kematangan janin (bila UK <38 minggu). Kehamilan dengan DM
yang berkomplikasi harus dirawat sejak UK 34 minggu dan baisanya
memerlukan insulin.
Penyuntikan Insulin:
1. Kenali jenis insulin yang ada, kandungan/ml (unit/ml).
2. Kenali jenis spuit insulin yang tersedia: 40 u/ml, 100 u/ml, 50u/0,5 ml.
3. Suntikan diberikan subkutan di deltoid, paha bagian luar, perut, sekitar pusat.
4. Tempat suntikan sebaiknya diganti-ganti.
5. Suntikan diberikan secara tegak lurus.
6. Pasien segera diberi makan setelah suntikan diberikan. Paling lama setengah
jam setelah suntikan diberikan.
7. Kalau pasien suntik sendiri, harus dapat melihat dengan jelas angka pada alat
suntik.
8. Saat ini ada alat suntik bentuk pena dengan kontrol dosis yang lebih mudah
dan lebih tepat, dan mudah dibawa-bawa.
Penderita diabetes tipe 1 umumnya menjalani pengobatan therapi insulin
(Lantus/Levemir, Humalog, Novolog atau Apidra) yang berkesinambungan,
selain itu adalah dengan berolahraga secukupnya serta melakukan pengontrolan
menu makanan (diet).
Pada penderita diabetes mellitus tipe 2, penatalaksanaan pengobatan dan
penanganan difokuskan pada gaya hidup dan aktivitas fisik. Pengontrolan nilai
kadar gula dalam darah adalah menjadi kunci program pengobatan, yaitu dengan
mengurangi berat badan, diet, dan berolahraga. Jika hal ini tidak mencapai hasil
yang diharapkan, maka pemberian obat tablet akan diperlukan. Bahkan
13
pemberian suntikan insulin turut diperlukan bila tablet tidak mengatasi
pengontrolan kadar gula darah.
Prinsip penanganan
1. Kontrol secara ketat kadar gula darah, sebab bila kontrol kurang baik
upayakan lahir lebih dini, dengan pertimbangan kematangan pada janin.
Dapat terjadi kematian janin mendadak. Berikan insulin yang bekerja secara
cepat, bila mungkin memberikan secara drip.
2. Hindari adanya infeksi traktus urinarius atau infeksi lainnya. Lakukan upaya
pencegahan infeksi dengan baik.
3. Bayi baru lahir bisa terjadi hipoglikemia yang cepat, perlu diatasi dengan
memberi infus glukosa.
PEMANTAUAN LANJUT
1. Disarankan agar pada semua wanita DMG setelah persalinan dilakukan tes
toleransi glukosa setiap 6 bulan sekali.
2. Perlindungan obstetri melalui pemakaian kontrasepsi harus diterapkan pada
penderita DMG.
Penatalaksanaan Diabetes Melitus menurut Pemenuhan Kebutuhan Gizi
Reproduksi, 2006, yaitu :
Mengatur diet.
1. Diet yang dianjurkan pada bumil DMG adalah 30-35 kal/kg BB, 150-200 gr
karbohidrat, 125 gr protein, 60-80 gr lemak dan pembatasan konsumsi
natrium. Penambahan berat badan bumil DMG tidak lebih 1,3-1,6 kg/bln.
Dan konsumsi kalsium dan vitamin D secara adekuat.
2. Penatalaksanan Diabetes Melitus terhadap ibu hamil menurut Kapita
Selekta, Jilid II, 2006. yaitu sebagai berikut :
14
a. Daya tahan terhadap insulin meningkat dengan makin tuanya
kehamilan, yang dibebaskan oleh kegiatan antiinsulin plasenta.
b. Penderita yang sebelum kehamilan sudah memerlukan insulin diberi
insulin dosis yang sama dengan dosis diluar kehamilan sampai ada
tanda-tanda bahwa dosis perlu ditambah atau dikurangi.
c. Perubahan-perubahan dalam kehamilan memudahkan terjadinya
hiperglikemia dan asidosis tapi juga manimbulkan reaksi hipoglikemik.
Maka dosis insulin perlu ditambah/dirubah menurut keperluan secara
hati-hati dengan pedoman pada 140 mg/dl. Pemeriksaan darah yaitu
kadar post pandrial < 140 mg/dl. Terutama pada trimester I mudah
terjadi hipoglikemia apabila dosis insulin tidak dikurangi karena wanita
kurang makan akibat emisis dan hiperemisis gravidarum.
d. Pada penderita yang penyakitnya tidak berat dan cukup dikuasi dengan
diit saja dan tidak mempunyai riwayat obstetri yang buruk, dapat
diharapkan partus spontan sampai kehamilan 40 minggu. lebih dari itu
sebaiknya dilakukan induksi persalinan karena prognosis menjadi lebih
buruk.
e. Apabia diabetesnya lebih berat dan memerlukan pengobatan insulin,
sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini sebaiknya kehamilan 36-37
minggu.
f. Bila kehamilan disertai komplikasi, maka dipertimbangkan untuk
menghindari kehamilan lebih dini lagi baik dengan induksi atau seksio
sesarea dengan terlebih dahulu melakukan amniosentesis. Dalam
pelaksanaan partus pervaginam, baik yang tanpa dengan induksi,
keadaan janin harus lebih diawasi jika mungkin dengan pencatatan
denyut jantung janin terus – menerus.
15
J. Tanda Komplikasi
1. Makrovaskular: stroke, penyakit jantung koroner, ulkus/ gangren.
2. Mikrovaskular: retina (retinopati) dan ginjal (gagal ginjal kronik), syaraf
(stroke, neuropati).
3. Koma: hiperglikemi, hipoglikemi, stroke.
K. Komplikasi
1. Perinatal
Kematian perinatal bayi dengann ibu DMG ( BIDMG ) sangat tergantung
dari keadaan hiperglikemia ibu. Di klinik yang maju sekalipun angka
kematian di laporkan 3-5%. Angka kejadian komplikasi BIDMG di
Subbagian Perinatologi FKUI/RSUPNCM dari tahun 1994-1995 adalah
5/10.000 kelahiran.
a. Makrosomia
Ibu dengan DMG 40% akan melahirkan bayi dengan BB berlebihan
pada semua usia kehamilan. Makrosomia mempertinggi terjadinya
trauma lahir, sinhdrom aspirasi mekoneum dan hipertensi pulmonal
persisten. Trauma lahir biasanya terjadi akibat distosia bahu, sehingga
dapat menyebabkan fraktur humerus, klavikula, palsi Erb syaraf frenikus,
bahkan kematian janin.
Sekitar 20-50% bayi dengan ibu DMG mengalami hipoglikemia (GD
< 30 mg/dl) pada 24 jam pertama setelah lahir dan biasanya terjadi pada
bayi makrosomia.
b. Hambatan pertumbuhan janin Ibu DMG dengan komplikasi vaskular
akan memberikan bayi dengan BB rendah pada kehamilan 37-40
minggu. Hal ini dapat terjadi juga karena adanya perubahan metabolik
ibu selama masa awal persalinan.
16
c. Cacat bawaan Kejadian cacat bawaan adalah 4,1% BIDMG. Cacat
bawaan terjadi paling banyak pada kehamilan dengan DMG yang tidak
terpantau sebelum kehamilan dan pada trimester pertama. Lima puluh
persen kematian perinatal disebabkan kelainan jantung (TAB, VSD,
ASD), kelainan ginjal (agenesis ginjal), kelainan saluran cerna (situs
inversus, syndrome kolon kiri kecil), kelainan neurologi dan skelet.
Kekerapan cacat bawaan ringan lebih besar, mencapai sekitar 20%.
d. Hipokalsemi dan hipomagnesemia Bayi dikatakan hipokalsemia bila
kadar kalsium darahnya < 7 mg/dl (kalsium ion < 3 mg/dl). Beratnya
hipokalsemia berhubungan dengan tingkat terkendalinya kadar glukosa
ibu DMG. Bayi mengidap hipomagnesemia bila kadar magnesium < 1,5
mg/dl. Biasanya hipomasgnesemia terjadi bersamaan dengan
hipokalsemia.
e. Hiperbilirubinemia Meningkatnya kadar bilirubin indirect pada 20-25%
BIDMG, akibat pengrusakan eritrosit yang mungkin terjadi karena
perubahan pada membran eritrosit.
f. Polisitemia hematologis
g. Asfiksia perinatal Asfiksia perinatal terjadi pada 25% BIDMG, mungkin
disebabkan oleh makrosomia, prematuritas, penyakit vaskulat ibu yang
menyebabkan hipoksia intrauterin atau pada bayi yang lahir dengan
seksio sesarea.
h. Syndrom gawat nafas neonatal Kejadian sindrom gawat nafas neonatal
berkolerasi dengan tingkat pengendalina kadar glukosa ibu DMG. Angka
kejadian sindrom gawat nafass jelas sekali menurun pada ibu DMG
dengan kadar glukosa darah yang terkendali baik. Sebagian lagi gawat
nafas ini disebabkan karena prematuritas, dengan produksi surfaktan paru
belum cukup atau bayi dilahirkan dengan sseksio sesarea.
17
2. Ibu :
1. Hipertensi
Gestational diabetes akan meningkatkan resiko ibu untuk mengalami
tekanan darah yang tinggi selama kehamilan. Hal tersebut juga akan
meningkatkan resiko ibu untuk terkena preeclampsia dan eclampsia,
yaitu 2 buah komplikasi serius dari kehamilan yang menyebabkan
naiknya tekanan darah & gejala lain, yang dapat membahayakan ibu
maupun sang buah hati.
2. Preeklampsia
3. Peningkatan resiko operasi caesar
DMG hanya merupakan gangguan metabolisme yang ringan, tetapi
hiper glikemia ringan tetap dapat memberikan penyulit pada ibu, berupa:
a. Preeklamsi
b. Polihidramnion
c. Infeksi saluran kemih
d. Persalinan seksio sesarea
e. Trauma kelahiran karena kelahiran bayi besar
Sekitar 40%-60% wanita yang pernah DMG pada pengamatan lanjut
pasca persalinan akan mengidap diabetes militus atau toleransi glukosa
terganggu
L. Prognosis
Kehamilan kedua dalam waktu 1 tahun dari kehamilan sebelumnya yang
mempunyai GDM memiliki tingkat kekambuhan tinggi. Wanita didiagnosa
dengan GDM memiliki peningkatan risiko terkena diabetes melitus di masa
depan.
18
Wanita yang membutuhkan insulin pengobatan sewaktu kehamilan kerana
didiagnosa dengan GDM mempunyai risiko tinggi untuk mendapat diabetes
kerana telah mempunyai antibodi yang terkait dengan diabetes (seperti antibody
terhadap dekarboksilase glutamat, islet sel antibodi dan / atau antigen
insulinoma-2), berbanding wanita dengan dua kehamilan sebelumnya dan pada
wanita yang gemuk.
Wanita membutuhkan insulin untuk mengelola gestational diabetes memiliki
resiko 50% terkena diabetes dalam lima tahun ke depan. Tergantung pada
populasi yang diteliti, kriteria diagnostik dan panjang tindak lanjut, risiko dapat
bervariasi sangat besar. Risiko tampaknya tertinggi dalam 5 tahun pertama,
mencapai dataran tinggi setelahnya. Penelitian lain menemukan risiko diabetes
setelah GDM lebih dari 25% setelah 15 tahun.
Ada data statistik terhadap risiko kondisi lain pada wanita dengan GDM,
dalam studi Perinatal Yerusalem, 410 dari 37.962 pasien dilaporkan telah GDM,
dan ada kecenderungan lebih mendapat kanker payudara dan kanker pankreas ,
tetapi lebih banyak penelitian diperlukan untuk mengkonfirmasi temuan ini.
(Sumber : Journal Clinical Diabetes January 2005 Vol 23)
19
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Definisi diabetes mellitus dalam kehamilan ialah gangguan toleransi glukosa
berbagai tingkat yang telah terjadi (atau pertama kali dideteksi) pada kehamilan.
tanpa melihat dipakai/tidaknya insulin atau menyingkirkan kemungkinan adanya
gangguan toleransi glukosa yang mendahului kehamilan.
Diagnosis diabetes sering dibuat untuk pertama kali dalam kehamilan karena
penderita untuk pertama kali datang kepada dokter atau diabetesnya menjadi
lebih jelas karena kehamilan. Diabetes mellitus gestasional dapat ditangani
dengan cara pemberian insulin.
B. Saran
1. Kepada mahasisiwi Poltekkes TNI-AU Ciumbuleuit Bandung Prodi
Kebidanan agar lebih dapat memahami jenis penyakit yang menyertai
kehamilan dan persalinan khususnya Diabetes Melitus.
2. Bagi petugas kesehatan khususnya bidan diharapkan dapat mengetahui tindak
lanjut penanganan penyakit yang menyertai kehamilan dan persalinan
khususnya Diabetes Melitus, juga dapat mengenali tanda dan gejala
terjadinya Diabetes Melitus dalam kehamilan dan persalinan
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Sechneider JM. Pregnancy Complicated bu Diabetes Mellitus. In : Pernoll
ML, ed. Curremt Obstetric & Gynecologic Diagnosis & Treatment. 7th ed.
Norwalk Connecticut : Appleton & Lange, 1991 ; 364-327
2. Kundus S. An essential guide to obstetric and gynaecology. Volume 1 :
obstetrics. 4th ed. Calcutta : Swapha Printing, 1989 : 278-284
3. Prawirohardjo S, ed. Ilmu Kebidanan. Edisi kedua. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka, 1981 : 480-488
4. Cunningham FG, MacDonald PC, Gant NF. William Obstetrics 18th ed.
London : Prentice Hall International Inc, 1989 : 816-822
5. O’Sullivan MJ, Skyler JS, Raimer KA, Abu-Hamad A. Diabetes and
Pregnancy. 2nd ed. Norwalk Connectocut : Appleton & Lange, 1992 : 357-
375
6. Abdi A, Hermanto. Hasil akhir Pernatal dan kadar gula post partum
penderita diabetes mellitus gestasi . Majalah Obstet Ginekol, 1992 : 2 : 250-
262
7. Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi Pertama.
Jakarta : Media Aesculapius.
8. Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP.
9. Patogenesis Diagnosis dan Penataklaksanaan. Buku Pegangan Dokter.
Jakarta.1997. 1-52.
10. Journal Clinical Diabetes January 2005 Vol 23
11. journal Penyakit-Penyakit yang Memengaruhi Kehamilan dan Persalinan
Edisi Kedua Normal, 2009
21