bab i ii iii
TRANSCRIPT
![Page 1: BAB I II III](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082605/557201e94979599169a29941/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan yang tidak sesuai
dimana seseorang melakukan tindakan-tindakan yang dapat membahayakan/mencederai diri
sendiri, orang lain bahkan dapat merusak lingkungan. Seseorang yang mengalami masalah ini
harus diberikan rencana dan tindakan yang sesuai sehingga pola ekspresi kemarahannya
dapat diubah menjadi bentuk yang bisa diterima yaitu perilaku yang sesuai, yaitu ekspresi
kemarahan langsung kepada sumber kemarahan dengan tetap menghargai orang yang
menjadi sumber kemarahan tersebut.
Umumnya klien dengan Perilaku Kekerasan dibawa dengan paksa ke Rumah sakit
Jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan pengawalan
oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi.
Perilaku Kekerasan seperti memukul anggota keluarga/orang lain, merusak alat rumah
tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling banyak dikemukakan oleh
keluarga. Penanganan oleh keluarga belum memadai, keluarga seharusnya mendapat
pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien (manajemen perilaku kekerasan).
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Diperolehnya informasi atau gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien
dengah perilaku kekerasan diruang cempaka Rumah Sakit Jiwa dr. Soeharto Heerdjan
Jakarta.
2. Tujuan Khusus
⁻ Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan perilaku kekerasan diruang cempaka
Rumah Sakit Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta.
⁻ Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan di
ruang cempaka Rumah Sakit Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta.
⁻ Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan di
ruang cempaka Rumah Sakit Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta.
⁻ Mampu melaksanakan tindakan keperawatan keperawatan pada klien dengan perilaku
kekerasan di ruang cempaka Rumah Sakit Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta.
![Page 2: BAB I II III](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082605/557201e94979599169a29941/html5/thumbnails/2.jpg)
⁻ Mampu melakukan evaluasi pada klien dengan perilaku kekerasan di ruang cempaka
Rumah Sakit Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta.
⁻ Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus.
⁻ Mampu mengidentifikasi faktor – faktor pendukung dan penghambat serta dapat
mencari solusinya.
⁻ Mampu mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan dalam bentuk narasi.
C. RUANG LINGKUP
Dalam penulisan laporan kasus ini penulis membatasi ruang lingkup masalah hanya
pada Asuhan Keperawatan pada Tn E dengan Perilaku Kekerasan di ruang Cempaka Rumah
Sakit dr.Soeharto Heerdjan Jakarta, yang diberikan mulai tanggal 12 Juni sampai dengan
tanggal 14 juni 2012.
D. METODE PENULISAN
Metode penulisan laporan kasus ini menggunakan cara pengumpulan data analisa data
serta menarik kesimpilan dengan proses sebagai berikut :
1. Studi pustaka
Dengan mempelajari buku – buku referensi yang berhubungan denga perilaku kekerasan
dan perawatannya.
2. Observasi atau pengamatan
Penulis melakukan observasi langsung pada klien diruang perawatan.
3. Wawancara
Dilakukan dengan klien dan perawat ruangan dalam rangka mengumpulkan data.
4. Dokumentasi Keperawatan
Menelaah catatan medikdan catatan keperawatan.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penulisan makalah ilmiah ini penulis menggunakan sistematika sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan yang terdiri dari ; latar belakang, tujuan penulisan terdiri dari tujuan
umum dan tujuan khusus, ruang lingkup, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teoritis yang terdiri dari ; Konsep dasar yang meliputi : pengertian,
psikodinamika tentang etiologi, perjalanan penyakit dan komplikasi.
![Page 3: BAB I II III](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082605/557201e94979599169a29941/html5/thumbnails/3.jpg)
Asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana tindakan
keperawatandan evaluasi keperawatan.
BAB III Tinjauan kasus yang terdiri dari ; pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan
tindakan keperawatan, pelaksanaan tindakan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
BAB IV Pembahasan yang berisi perbandingan kesenjangan antara kasus dan teori terdiri dari
; pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan
tindakan keperawatan, dan evaluasi keperawatan
BAB V Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
![Page 4: BAB I II III](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082605/557201e94979599169a29941/html5/thumbnails/4.jpg)
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis (Depkes RI, 2000, p. 147).
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan yang dapat timbul secara mendadak atau
didahului tindakan ritualistik atau meditasi pada seseorang (pria) yang masuk dalam suatu
kesadaran yang menurun atau perkabut (Trance Like State) tanpa dasar epilepsi menurut
Maramis , 2005
Perilaku kekerasan merupakan kemarahan yang diekspresikan secara berlebihan dan tidak terkendali baik secara verbal maupun tindakan dengan mencederai diri, orang lain dan merusak lingkungan (Depkes RI, 2007 p. 76).
Rentang respon marah menurut Keliat (2005, p. 21)
Dari rentang respon marah dapat berbentuk adaptif dan maladaptif a. Asertif
Kemarahan yang diungkap pada orang lain dengan kata-kata yang tidak menyinggung sehingga memberikan kelegaan dan tidak menimbulkan masalah baru.
b. FrustasiRespon yang terjadi akibat individu gagal mencapai tujuan karena tujuan tidak realistis atau hambatan dalam proses keinginan.
c. PasifMerupakan perilaku dimana seseorang merasa tidak mampu untuk mengungkapkan perasaannya sebagai (usaha untuk mempertahankan hak-haknya)
d. AgresifPerilaku yang menyertai rasa marah dan merupakan dorongan mental untuk bertindak (dapat konstruktif atau destruktif) dan masih terkontrol.
e. Perilaku kekerasanMerupakan respon terhadap kemarahan yang maladaptif ditandai dengan perasaan marah meluap-luap dan hostilitas yang kuat disertai hilangnya kontrol diri yang dapat merusak diri, orang lain dan lingkungan.
2. Penyebab
![Page 5: BAB I II III](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082605/557201e94979599169a29941/html5/thumbnails/5.jpg)
Menurut Depkes RI (2002, p. 149) :1. Faktor Predisposisi / Pendukung
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku kekerasan faktor biologis, psikologis dan sosiokultural.a. Faktor Biologis⁻ Instinctual drive theory (teori dorongan naluri). Teori ini menyatakan bahwa perilaku
kekerasan disebabkan oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang sangat kuat.⁻ Pyschomatis theory (teori psikomatik pengalaman marah). Adalah akibat respon
psikologis terhadap stimulus eksternal, internal maupun lingkungan dalam hal ini sistem limbik berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan maupun menghambat rasa marah.
b. Faktor Psikologis1) Frustration Aggression theory (teori agresif frustasi)
Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari akumulasi frustasi. Frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu yang gagal/terhambat. Keadaan tersebut dapat mendorong individu berperilau agresif karena perasaan frustasi akan berulang melalui perilaku kekerasan.
2) Behavioral theory (teori perilaku)Kemarahan adalah proses belajar. Hal ini dapat dicapai apabila tersedia fasilitas/situasi yang mendukung.
3) Exstensial theory (teori eksistensi)Bertingkah laku adalah kebutuhan dasar manusia, apabila kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi melalui berperilaku konstruktif, maka individu akan memenuhinya melalui berperilaku dekstruktif.
c. Faktor Sosial Kultural1) “Social environment theory” (teori lingkungan sosial)
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan marah.
2) “Sosial learning theory” (teori belajar sosial)Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui proses sosialisasi.
2. Faktor Prespitasi / PencetusStresor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu bersifat unik.
Stresor tersebut dapat disebabkan dari luar maupun dari dalam. Contoh stressor dari luar antara lain serangan fisik, kehilangan, kematian dan lain-lain. Sedangkan stresor yang berasal dari dalam adalah putus hubungan dengan orang yang berarti, kehilangan rasa cinta, ketakutan terhadap penyakit fisik dan lain-lain. Selain itu lingkungan yang terlalu ribut, padat kritikan yang mengarah pada penghinaan, tindakan kekerasan dapat memicu perilaku kekerasan.
3. Tanda dan Gejala
menurut Keliat, (2005, p. 27) adalah sebagai berikut :⁻ Tanda-tanda yang menyertai marah yaitu : Muka merah, bicara kasar, pandangan tajam,
otot tegang, nada suara tinggi, berdebat, klien sering memaksakan kehendak merampas makanan, memukul jika tidak senang.
⁻ Gejala yang muncul : Stress, mengungkapkan secara verbal, menuntut, menentang.
4. Mekanisme koping(Menurut Depkes RI 2000 : 152)
![Page 6: BAB I II III](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082605/557201e94979599169a29941/html5/thumbnails/6.jpg)
a. Represi : Menekan perasaan/pengalaman yang menyakitkan/konflik/ingatan dari kesadaran yang cenderung memerkuat mekanisme ego lainnya.
b. Supresi : Menekan erasaan/pengalaman yang menyakitkan dinginkannya sebagaimana yang pernah dikomunikasikan sebelumnya.
c. Deniel : Perilaku menolak realitas yang terjadi pada dirinya dengan berusaha mengatakan tidak terjadi apa-apa pada dirinya.
d. Displacement : Mengalihkan emosi yang diarahkan pada benda/objek yang kurang tidak berdaya
B. Konsep dasar asuhan keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri dari pengumpulan data, klasifikasi data, analisa data, dan perumusan
masalah atau kebutuhan klien atau diagnosa keperawatan.
Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
.Aspek biologis
Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap sekresi
epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka merah, pupil melebar,
pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya
kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan
refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.
Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi, dendam,
ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan
menuntut.
Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual, peran
panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya diolah
dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah,
![Page 7: BAB I II III](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082605/557201e94979599169a29941/html5/thumbnails/7.jpg)
mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan
diintegrasikan.
Aspek social
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi marah
sering merangsang kemarahan orang lain. Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan
mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan
kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan
individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.
Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan. Hal
yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang
dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.
Dari uraian tersebut di atas jelaslah bahwa perawat perlu mengkaji individu secara
komprehensif meliputi aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual yang secara singkat
dapat dilukiskan sebagai berikut :
Aspek fisik
terdiri dari :muka merah, pandangan tajam, napas pendek dan cepat, berkeringat, sakit fisik,
penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat. Aspek emosi : tidak adekuat, tidak aman,
dendam, jengkel. aspek intelektual : mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan.
aspek sosial : menarik diri, penolakan, kekerasan, ejekan, humor.
Klasifiaksi data
Data yang didapat pada pengumpulan data dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu data
subyektif dan data obyektif. Data subyektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh
klien dan keluarga. Data ini didapatkan melalui wawancara perawat dengan klien dan
keluarga. Sedangkan data obyektif yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan melalui
obsevasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.
Analisa data
![Page 8: BAB I II III](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082605/557201e94979599169a29941/html5/thumbnails/8.jpg)
Dengan melihat data subyektif dan data objektif dapat menentukan permasalahan yang
dihadapi klien dan dengan memperhatikan pohon masalah dapat diketahui penyebab sampai
pada efek dari masalah tersebut. Dari hasil analisa data inilah dapat ditentukan diagnosa
keperawatan.
Pohon masalah
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Perilaku kekerasan
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
2. Diagnosa keperawatan
“Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons aktual dan potensial
dari individu, keluarga, atau masyarakat terhadap masalah kesehatan sebagai proses
kehidupan”. (Carpenito, 1995). Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien
marah dengan masalah utama perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :
· Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, lingkungan berhubungan dengan perilaku
kekerasan.
· Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.
3. Rencana tindakan keperawatan/intervensi
Perencanaan tindakan keperawatan adalah merupakan suatu pedoman bagi perawat
dalam melakukan intervensi yang tepat.
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku
kekerasan
Tujuan umum : klien tidak mencederai diri / orang lain / lingkungan.
Tujuan khusus :
1.Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2.Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
3.Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
4.Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekekerasan yang biasa dilakukan.
![Page 9: BAB I II III](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082605/557201e94979599169a29941/html5/thumbnails/9.jpg)
5.Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
6.Klien dapat melakukan cara berespons terhadap kemarahan secara konstruktif.
7.Klien dapat mendemonstrasikan sikap perilaku kekerasan.
8.Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan.
9.Klien dapat menggunakan obat yang benar.
Tindakan keperawatan :
1. Bina hubungan saling percaya.
Salam terapeutik, perkenalan diri, beritahu tujuan interaksi, kontrak waktu yang tepat,
ciptakan lingkungan yang aman dan tenang, observasi respon verbal dan non verbal, bersikap
empati.
Rasional : Hubungan saling percaya memungkinkan terbuka pada perawat dan sebagai dasar
untuk intervensi selanjutnya.
2. Beri kesempatan pada klien untuk mengugkapkan perasaannya.
Rasional : Informasi dari klien penting bagi perawat untuk membantu kien dalam
menyelesaikan masalah yang konstruktif.
3. Bantu untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel / kesal
Rasional : pengungkapan perasaan dalam suatu lingkungan yang tidak mengancam akan
menolong pasien untuk sampai kepada akhir penyelesaian persoalan.
4. Anjurkan klien mengungkapkan dilema dan dirasakan saat jengkel.
Rasional : Pengungkapan kekesalan secara konstruktif untuk mencari penyelesaian masalah
yang konstruktif pula.
5. Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien.
Rasional : mengetaui perilaku yang dilakukan oleh klien sehingga memudahkan untuk
intervensi.
Simpulkan bersama tanda-tanda jengkel / kesan yang dialami klien.
Rasional : memudahkan klien dalam mengontrol perilaku kekerasan.
6. Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Rasional : memudahkan dalam pemberian tindakan kepada klien.
7. Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Rasional : mengetahui bagaimana cara klien melakukannya.
![Page 10: BAB I II III](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082605/557201e94979599169a29941/html5/thumbnails/10.jpg)
8. Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai.
Rasional : membantu dalam memberikan motivasi untuk menyelesaikan masalahnya.
8. Bicarakan akibat / kerugian dan perilaku kekerasan yang dilakukan klien.
Rasional : mencari metode koping yang tepat dan konstruktif.
9. Bersama klien menyimpulkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukan.
Rasional : mengerti cara yang benar dalam mengalihkan perasaan marah.
10. Tanyakan pada klien “apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat”.
Rasional : menambah pengetahuan klien tentang koping yang konstruktif.
11. Berikan pujian jika klien mengetahui cara yang sehat.
Rasional : mendorong pengulangan perilaku yang positif, meningkatkan harga diri klien.
12. Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.
a.Secara fisik : tarik nafas dalam / memukul botol / kasur atau olahraga atau pekerjaan yang
memerlukan tenaga.
b.Secara verbal : katakan bahwa anda sering jengkel / kesal.
c.Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat, latihan asertif, latihan
manajemen perilaku kekerasan.
d.Secara spiritual : anjurkan klien berdua, sembahyang, meminta pada Tuhan agar diberi
kesabaran.
Rasional : dengan cara sehat dapat dengan mudah mengontrol kemarahan klien.
13. Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.
Rasional : memotivasi klien dalam mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.
14. Bantu klien mengidentifikasi manfaat yang telah dipilih.
Rasional : mengetahui respon klien terhadap cara yang diberikan.
15. Bantu klien untuk menstimulasikan cara tersebut.
Rasional : mengetahui kemampuan klien melakukan cara yang sehat.
16. Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut.
Rasional : meningkatkan harga diri klien.
17. Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel / marah.
Rasional : mengetahui kemajuan klien selama diintervensi.
18. Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien dari sikap apa yang telah dilakukan
keluarga terhadap klien selama ini.
Rasional : memotivasi keluarga dalam memberikan perawatan kepada klien.
![Page 11: BAB I II III](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082605/557201e94979599169a29941/html5/thumbnails/11.jpg)
19. Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.
Rasional : menambah pengetahuan bahwa keluarga sangat berperan dalam perubahan
perilaku klien.
20. Jelaskan cara-cara merawat klien.
Terkait dengan cara mengontrol perilaku kekerasan secara konstruktif.
Sikap tenang, bicara tenang dan jelas.
21. Bantu keluarga mengenal penyebab marah.
Rasional : meningkatkan pengetahuan keluarga dalam merawat klien secara bersama.
22. Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien.
Rasional : mengetahui sejauh mana keluarga menggunakan cara yang dianjurkan.
23. Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan demonstrasi.
Rasional : mengetahui respon keluarga dalam merawat klien.
24. Jelaskan pada klien dan keluarga jenis-jenis obat yang diminum klien seperti : CPZ,
haloperidol, Artame.
Rasional : menambah pengetahuan klien dan keluarga tentang obat dan fungsinya.
25. Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seizin dokter.
Rasional : memberikan informasi pentingnya minum obat dalam mempercepat penyembuhan.
Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah
Tujuan umum : klien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan dengan
orang lain :
Tujuan khusus :
1.Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2.Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang positif yang dimiliki.
3.Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
4.Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.
5.Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
6.Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Tindakan keperawatan :
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.
Rasional : hubungan saling percaya memungkinkan klien terbuka pada perawat dan
sebagai dasar untuk intervensi selanjutnya.
![Page 12: BAB I II III](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082605/557201e94979599169a29941/html5/thumbnails/12.jpg)
2. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
Rasional : mengidentifikasi hal-hal positif yang masih dimiliki klien.
3. Setiap bertemu klien dihindarkan dari memberi penilaian negatif.
Rasional : pemberian penilaian negatif dapat menurunkan semangat klien dalam
hidupnya.
4. Utamakan memberi pujian yang realistik pada kemampuan dan aspek positif klien.
Rasional : meningkatkan harga diri klien.
5. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan.
Rasional : mengidentifikasi kemampuan yang masih dapat digunakan.
6. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya di rumah sakit.
Rasional : mengidentifikasi kemampuan yang masih dapat dilanjutkan.
7. Berikan pujian.
Rasional : meningkatkan harga diri dan merasa diperhatikan.
8. Minta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan di rumah sakit.
Rasional : agar klien dapat melakukan kegiatan yang realistis sesuai kemampuan yang
dimiliki.
9. Bantu klien melakukannya jika perlu beri contoh.
Rasional : menuntun klien dalam melakukan kegiatan.
10. Beri pujian atas keberhasilan klien.
Rasional : meningkatkan motivasi untuk berbuat lebih baik.
11. Diskusikan jadwal kegiatan harian atas kegiatan yang telah dilatih.
Rasional : mengidentifikasi klien agar berlatih secara teratur.
12. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
Rasional : tujuan utama dalam penghayatan pasien adalah membuatnya menggunakan
respon koping mal adaptif dengan yang lebih adaptif.
13. Beri pujian atas keberhasilan klien.
Rasional : meningkatkan harga diri klien.
14. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah.
Rasional : mendorong pengulangan perilaku yang diharapkan.
15. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga
diri rendah.
Rasional : meningkatkan pengetahuan keluarg a dalam merawat klien secara bersama.
![Page 13: BAB I II III](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082605/557201e94979599169a29941/html5/thumbnails/13.jpg)
16. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
Rasional : meningkatkan peran serta keluarga dalam membantu klien meningkatkan
harga diri rendah.
17. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
Rasional : memotivasi keluarga untuk merawat klien.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang Asuhan keperawatan pada Tn E
dengan perilaku kekerasan diruang cempaka Rumah Sakit Jiwa dr. Soeharto Heerdjan
Jakarta.Asuhan keperawatan dilakukan selama 3 hari mulai tanggal 12 juni sampai tanggal 14
juni 2012, dengan menggunakan proses keperawatan yang dimulai dengan pengkajian sampai
evaluasi.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Klien bernama Tn E, berumur 20 tahun berjenis kelamin laki – laki
![Page 14: BAB I II III](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082605/557201e94979599169a29941/html5/thumbnails/14.jpg)
BAB V
PENUTUP
A.Kesimpulan
Ekspresi marah yang segera karena sesuatu penyebab adalah wajar dan hal ini kadang
menyulitkan karena secara kultural ekspresi marah tidak diperbolehkan. Oleh karena itu
marah sering diekspresikan secara tidak langsung.
Sedangkan menurut Depkes RI, Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
penyakit jiwa, Jilid III Edisi I, hlm 52 tahun 1996 : “Marah adalah pengalaman emosi yang
kuat dari individu dimana hasil/tujuan yang harus dicapai terhambat”.
Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit sendiri dan
mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan
konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk
mengerti perasaan yang sebenarnya. Untuk itu perawat harus pula mengetahui tentang
respons kemarahan sesorang dan fungsi positif marah.
![Page 15: BAB I II III](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082605/557201e94979599169a29941/html5/thumbnails/15.jpg)
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak
konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995).
B.Saran
1.Semoga makalah ini dapat menjadi acuan dalam membuat asuhan keperawatan
2.Semoga makalah ini dapat menjadi bahan pembelajaran dibangku kuliah
3.Semoga makalah ini dapat menjadi pengetahuan bagi kalangan kesehatan dan umum
DAFTAR PUSTAKA
Dadang Hawari, 2001, Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Schizofrenia, FKUI; Jakarta.
Depkes RI, 1996, Direktorat Jendral Pelayanan Medik Direktorat Pelayanan Keperawatan, 2000,
Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan, Jakarta.
Depkes RI, 1996, Proses Keperawatan Jiwa, jilid I.
Keliat Budi Anna, dkk, 1998, Pusat Keperawatan Kesehatan Jiwa, penerbit buku kedokteran EGC :
Jakarta.
Keliat Budi Anna, 1996, Marah Akibat Penyakit yang Diderita, penerbit buku kedokteran EGC ;
Jakarta.
Keliat Budi Anna, 2002, Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan, FIK, UI : Jakarta.
Rasmun, 2001, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga, Edisi 1, CV.
Agung Seto; Jakarta.
Stuart, GW dan Sundeen, S.J, 1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi 3, Penerbit : Buku
Kedokteran EGC ; Jakarta.
Townsend C. Mary , 1998, Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran,
EGC ; Jakarta.
WF Maramis, 1998, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, penerbit : Buku Kedokteran EGC ; Jakarta.
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/27/askep-perilaku-kekerasan/