bab i ii iii

23
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan yang tidak sesuai dimana seseorang melakukan tindakan-tindakan yang dapat membahayakan/mencederai diri sendiri, orang lain bahkan dapat merusak lingkungan. Seseorang yang mengalami masalah ini harus diberikan rencana dan tindakan yang sesuai sehingga pola ekspresi kemarahannya dapat diubah menjadi bentuk yang bisa diterima yaitu perilaku yang sesuai, yaitu ekspresi kemarahan langsung kepada sumber kemarahan dengan tetap menghargai orang yang menjadi sumber kemarahan tersebut. Umumnya klien dengan Perilaku Kekerasan dibawa dengan paksa ke Rumah sakit Jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan pengawalan oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi. Perilaku Kekerasan seperti memukul anggota keluarga/orang lain, merusak alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling banyak dikemukakan oleh keluarga. Penanganan oleh keluarga belum memadai, keluarga seharusnya mendapat pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien (manajemen perilaku kekerasan). B. TUJUAN PENULISAN 1. Tujuan Umum

Upload: cartica-sari

Post on 23-Jul-2015

230 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I II III

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan yang tidak sesuai

dimana seseorang melakukan tindakan-tindakan yang dapat membahayakan/mencederai diri

sendiri, orang lain bahkan dapat merusak lingkungan. Seseorang yang mengalami masalah ini

harus diberikan rencana dan tindakan yang sesuai sehingga pola ekspresi kemarahannya

dapat diubah menjadi bentuk yang bisa diterima yaitu perilaku yang sesuai, yaitu ekspresi

kemarahan langsung kepada sumber kemarahan dengan tetap menghargai orang yang

menjadi sumber kemarahan tersebut.

Umumnya klien dengan Perilaku Kekerasan dibawa dengan paksa ke Rumah sakit

Jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan pengawalan

oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi.

Perilaku Kekerasan seperti memukul anggota keluarga/orang lain, merusak alat rumah

tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling banyak dikemukakan oleh

keluarga. Penanganan oleh keluarga belum memadai, keluarga seharusnya mendapat

pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien (manajemen perilaku kekerasan).

B. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Diperolehnya informasi atau gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien

dengah perilaku kekerasan diruang cempaka Rumah Sakit Jiwa dr. Soeharto Heerdjan

Jakarta.

2. Tujuan Khusus

⁻ Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan perilaku kekerasan diruang cempaka

Rumah Sakit Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta.

⁻ Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan di

ruang cempaka Rumah Sakit Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta.

⁻ Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan di

ruang cempaka Rumah Sakit Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta.

⁻ Mampu melaksanakan tindakan keperawatan keperawatan pada klien dengan perilaku

kekerasan di ruang cempaka Rumah Sakit Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta.

Page 2: BAB I II III

⁻ Mampu melakukan evaluasi pada klien dengan perilaku kekerasan di ruang cempaka

Rumah Sakit Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta.

⁻ Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus.

⁻ Mampu mengidentifikasi faktor – faktor pendukung dan penghambat serta dapat

mencari solusinya.

⁻ Mampu mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan dalam bentuk narasi.

C. RUANG LINGKUP

Dalam penulisan laporan kasus ini penulis membatasi ruang lingkup masalah hanya

pada Asuhan Keperawatan pada Tn E dengan Perilaku Kekerasan di ruang Cempaka Rumah

Sakit dr.Soeharto Heerdjan Jakarta, yang diberikan mulai tanggal 12 Juni sampai dengan

tanggal 14 juni 2012.

D. METODE PENULISAN

Metode penulisan laporan kasus ini menggunakan cara pengumpulan data analisa data

serta menarik kesimpilan dengan proses sebagai berikut :

1. Studi pustaka

Dengan mempelajari buku – buku referensi yang berhubungan denga perilaku kekerasan

dan perawatannya.

2. Observasi atau pengamatan

Penulis melakukan observasi langsung pada klien diruang perawatan.

3. Wawancara

Dilakukan dengan klien dan perawat ruangan dalam rangka mengumpulkan data.

4. Dokumentasi Keperawatan

Menelaah catatan medikdan catatan keperawatan.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam penulisan makalah ilmiah ini penulis menggunakan sistematika sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan yang terdiri dari ; latar belakang, tujuan penulisan terdiri dari tujuan

umum dan tujuan khusus, ruang lingkup, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teoritis yang terdiri dari ; Konsep dasar yang meliputi : pengertian,

psikodinamika tentang etiologi, perjalanan penyakit dan komplikasi.

Page 3: BAB I II III

Asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana tindakan

keperawatandan evaluasi keperawatan.

BAB III Tinjauan kasus yang terdiri dari ; pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan

tindakan keperawatan, pelaksanaan tindakan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

BAB IV Pembahasan yang berisi perbandingan kesenjangan antara kasus dan teori terdiri dari

; pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan

tindakan keperawatan, dan evaluasi keperawatan

BAB V Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

Page 4: BAB I II III

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar

1. Pengertian

Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai

seseorang secara fisik maupun psikologis (Depkes RI, 2000, p. 147).

Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan yang dapat timbul secara mendadak atau

didahului tindakan ritualistik atau meditasi pada seseorang (pria) yang masuk dalam suatu

kesadaran yang menurun atau perkabut (Trance Like State) tanpa dasar epilepsi menurut

Maramis , 2005

Perilaku kekerasan merupakan kemarahan yang diekspresikan secara berlebihan dan tidak terkendali baik secara verbal maupun tindakan dengan mencederai diri, orang lain dan merusak lingkungan (Depkes RI, 2007 p. 76).

Rentang respon marah menurut Keliat (2005, p. 21)

Dari rentang respon marah dapat berbentuk adaptif dan maladaptif a. Asertif

Kemarahan yang diungkap pada orang lain dengan kata-kata yang tidak menyinggung sehingga memberikan kelegaan dan tidak menimbulkan masalah baru.

b. FrustasiRespon yang terjadi akibat individu gagal mencapai tujuan karena tujuan tidak realistis atau hambatan dalam proses keinginan.

c. PasifMerupakan perilaku dimana seseorang merasa tidak mampu untuk mengungkapkan perasaannya sebagai (usaha untuk mempertahankan hak-haknya)

d. AgresifPerilaku yang menyertai rasa marah dan merupakan dorongan mental untuk bertindak (dapat konstruktif atau destruktif) dan masih terkontrol.

e. Perilaku kekerasanMerupakan respon terhadap kemarahan yang maladaptif ditandai dengan perasaan marah meluap-luap dan hostilitas yang kuat disertai hilangnya kontrol diri yang dapat merusak diri, orang lain dan lingkungan.

2. Penyebab

Page 5: BAB I II III

Menurut Depkes RI (2002, p. 149) :1. Faktor Predisposisi / Pendukung

Faktor-faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku kekerasan faktor biologis, psikologis dan sosiokultural.a. Faktor Biologis⁻ Instinctual drive theory (teori dorongan naluri). Teori ini menyatakan bahwa perilaku

kekerasan disebabkan oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang sangat kuat.⁻ Pyschomatis theory (teori psikomatik pengalaman marah). Adalah akibat respon

psikologis terhadap stimulus eksternal, internal maupun lingkungan dalam hal ini sistem limbik berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan maupun menghambat rasa marah.

b. Faktor Psikologis1) Frustration Aggression theory (teori agresif frustasi)

Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari akumulasi frustasi. Frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu yang gagal/terhambat. Keadaan tersebut dapat mendorong individu berperilau agresif karena perasaan frustasi akan berulang melalui perilaku kekerasan.

2) Behavioral theory (teori perilaku)Kemarahan adalah proses belajar. Hal ini dapat dicapai apabila tersedia fasilitas/situasi yang mendukung.

3) Exstensial theory (teori eksistensi)Bertingkah laku adalah kebutuhan dasar manusia, apabila kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi melalui berperilaku konstruktif, maka individu akan memenuhinya melalui berperilaku dekstruktif.

c. Faktor Sosial Kultural1) “Social environment theory” (teori lingkungan sosial)

Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan marah.

2) “Sosial learning theory” (teori belajar sosial)Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui proses sosialisasi.

2. Faktor Prespitasi / PencetusStresor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu bersifat unik.

Stresor tersebut dapat disebabkan dari luar maupun dari dalam. Contoh stressor dari luar antara lain serangan fisik, kehilangan, kematian dan lain-lain. Sedangkan stresor yang berasal dari dalam adalah putus hubungan dengan orang yang berarti, kehilangan rasa cinta, ketakutan terhadap penyakit fisik dan lain-lain. Selain itu lingkungan yang terlalu ribut, padat kritikan yang mengarah pada penghinaan, tindakan kekerasan dapat memicu perilaku kekerasan.

3. Tanda dan Gejala

menurut Keliat, (2005, p. 27) adalah sebagai berikut :⁻ Tanda-tanda yang menyertai marah yaitu : Muka merah, bicara kasar, pandangan tajam,

otot tegang, nada suara tinggi, berdebat, klien sering memaksakan kehendak merampas makanan, memukul jika tidak senang.

⁻ Gejala yang muncul : Stress, mengungkapkan secara verbal, menuntut, menentang.

4. Mekanisme koping(Menurut Depkes RI 2000 : 152)

Page 6: BAB I II III

a. Represi : Menekan perasaan/pengalaman yang menyakitkan/konflik/ingatan dari kesadaran yang cenderung memerkuat mekanisme ego lainnya.

b. Supresi : Menekan erasaan/pengalaman yang menyakitkan dinginkannya sebagaimana yang pernah dikomunikasikan sebelumnya.

c. Deniel : Perilaku menolak realitas yang terjadi pada dirinya dengan berusaha mengatakan tidak terjadi apa-apa pada dirinya.

d. Displacement : Mengalihkan emosi yang diarahkan pada benda/objek yang kurang tidak berdaya

B. Konsep dasar asuhan keperawatan

1.  Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap

pengkajian terdiri dari pengumpulan data, klasifikasi data, analisa data, dan perumusan

masalah atau kebutuhan klien atau diagnosa keperawatan.

Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.

.Aspek biologis

Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap sekresi

epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka merah, pupil melebar,

pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya

kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan

refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.

Aspek emosional

Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi, dendam,

ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan

menuntut.

Aspek intelektual

Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual, peran

panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya diolah

dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah,

Page 7: BAB I II III

mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan

diintegrasikan.

Aspek social

Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi marah

sering merangsang kemarahan orang lain. Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan

mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan

kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan

individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.

Aspek spiritual

Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan. Hal

yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang

dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.

Dari uraian tersebut di atas jelaslah bahwa perawat perlu mengkaji individu secara

komprehensif meliputi aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual yang secara singkat

dapat dilukiskan sebagai berikut :

Aspek fisik

terdiri dari :muka merah, pandangan tajam, napas pendek dan cepat, berkeringat, sakit fisik,

penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat. Aspek emosi : tidak adekuat, tidak aman,

dendam, jengkel. aspek intelektual : mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan.

aspek sosial : menarik diri, penolakan, kekerasan, ejekan, humor.

Klasifiaksi data

Data yang didapat pada pengumpulan data dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu data

subyektif dan data obyektif. Data subyektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh

klien dan keluarga. Data ini didapatkan melalui wawancara perawat dengan klien dan

keluarga. Sedangkan data obyektif yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan melalui

obsevasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.

Analisa data

Page 8: BAB I II III

Dengan melihat data subyektif dan data objektif dapat menentukan permasalahan yang

dihadapi klien dan dengan memperhatikan pohon masalah dapat diketahui penyebab sampai

pada efek dari masalah tersebut. Dari hasil analisa data inilah dapat ditentukan diagnosa

keperawatan.

Pohon masalah

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Perilaku kekerasan

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

2.      Diagnosa keperawatan

“Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons aktual dan potensial

dari individu, keluarga, atau masyarakat terhadap masalah kesehatan sebagai proses

kehidupan”. (Carpenito, 1995). Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien

marah dengan masalah utama perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :

·         Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, lingkungan berhubungan dengan perilaku

kekerasan.

·         Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.

3.      Rencana tindakan keperawatan/intervensi

Perencanaan tindakan keperawatan adalah merupakan suatu pedoman bagi perawat

dalam melakukan intervensi yang tepat.

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku

kekerasan

Tujuan umum : klien tidak mencederai diri / orang lain / lingkungan.

Tujuan khusus :

1.Klien dapat membina hubungan saling percaya.

2.Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.

3.Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.

4.Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekekerasan yang biasa dilakukan.

Page 9: BAB I II III

5.Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.

6.Klien dapat melakukan cara berespons terhadap kemarahan secara konstruktif.

7.Klien dapat mendemonstrasikan sikap perilaku kekerasan.

8.Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan.

9.Klien dapat menggunakan obat yang benar.

Tindakan keperawatan :

1.      Bina hubungan saling percaya.

Salam terapeutik, perkenalan diri, beritahu tujuan interaksi, kontrak waktu yang tepat,

ciptakan lingkungan yang aman dan tenang, observasi respon verbal dan non verbal, bersikap

empati.

Rasional : Hubungan saling percaya memungkinkan terbuka pada perawat dan sebagai dasar

untuk intervensi selanjutnya.

2.      Beri kesempatan pada klien untuk mengugkapkan perasaannya.

Rasional : Informasi dari klien penting bagi perawat untuk membantu kien dalam

menyelesaikan masalah yang konstruktif.

3.      Bantu untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel / kesal

Rasional : pengungkapan perasaan dalam suatu lingkungan yang tidak mengancam akan

menolong pasien untuk sampai kepada akhir penyelesaian persoalan.

4.      Anjurkan klien mengungkapkan dilema dan dirasakan saat jengkel.

Rasional : Pengungkapan kekesalan secara konstruktif untuk mencari penyelesaian masalah

yang konstruktif pula.

5.      Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien.

Rasional : mengetaui perilaku yang dilakukan oleh klien sehingga memudahkan untuk

intervensi.

Simpulkan bersama tanda-tanda jengkel / kesan yang dialami klien.

Rasional : memudahkan klien dalam mengontrol perilaku kekerasan.

6.      Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

Rasional : memudahkan dalam pemberian tindakan kepada klien.

7.      Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

Rasional : mengetahui bagaimana cara klien melakukannya.

Page 10: BAB I II III

8. Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai.

Rasional : membantu dalam memberikan motivasi untuk menyelesaikan masalahnya.

8.      Bicarakan akibat / kerugian dan perilaku kekerasan yang dilakukan klien.

Rasional : mencari metode koping yang tepat dan konstruktif.

9.      Bersama klien menyimpulkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukan.

Rasional : mengerti cara yang benar dalam mengalihkan perasaan marah.

10.  Tanyakan pada klien “apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat”.

Rasional : menambah pengetahuan klien tentang koping yang konstruktif.

11.  Berikan pujian jika klien mengetahui cara yang sehat.

Rasional : mendorong pengulangan perilaku yang positif, meningkatkan harga diri klien.

12.  Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.

a.Secara fisik : tarik nafas dalam / memukul botol / kasur atau olahraga atau pekerjaan yang

memerlukan tenaga.

b.Secara verbal : katakan bahwa anda sering jengkel / kesal.

c.Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat, latihan asertif, latihan

manajemen perilaku kekerasan.

d.Secara spiritual : anjurkan klien berdua, sembahyang, meminta pada Tuhan agar diberi

kesabaran.

Rasional : dengan cara sehat dapat dengan mudah mengontrol kemarahan klien.

13.  Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.

Rasional : memotivasi klien dalam mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.

14.  Bantu klien mengidentifikasi manfaat yang telah dipilih.

Rasional : mengetahui respon klien terhadap cara yang diberikan.

15.  Bantu klien untuk menstimulasikan cara tersebut.

Rasional : mengetahui kemampuan klien melakukan cara yang sehat.

16.  Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut.

Rasional : meningkatkan harga diri klien.

17.  Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel / marah.

Rasional : mengetahui kemajuan klien selama diintervensi.

18.  Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien dari sikap apa yang telah dilakukan

keluarga terhadap klien selama ini.

Rasional : memotivasi keluarga dalam memberikan perawatan kepada klien.

Page 11: BAB I II III

19.  Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.

Rasional : menambah pengetahuan bahwa keluarga sangat berperan dalam perubahan

perilaku klien.

20.  Jelaskan cara-cara merawat klien.

Terkait dengan cara mengontrol perilaku kekerasan secara konstruktif.

Sikap tenang, bicara tenang dan jelas.

21.  Bantu keluarga mengenal penyebab marah.

Rasional : meningkatkan pengetahuan keluarga dalam merawat klien secara bersama.

22.  Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien.

Rasional : mengetahui sejauh mana keluarga menggunakan cara yang dianjurkan.

23.  Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan demonstrasi.

Rasional : mengetahui respon keluarga dalam merawat klien.

24.  Jelaskan pada klien dan keluarga jenis-jenis obat yang diminum klien seperti : CPZ,

haloperidol, Artame.

Rasional : menambah pengetahuan klien dan keluarga tentang obat dan fungsinya.

25.  Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seizin dokter.

Rasional : memberikan informasi pentingnya minum obat dalam mempercepat penyembuhan.

Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah

Tujuan umum : klien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan dengan

orang lain :

Tujuan khusus :

1.Klien dapat membina hubungan saling percaya.

2.Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang positif yang dimiliki.

3.Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.

4.Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.

5.Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.

6.Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.

Tindakan keperawatan :

1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.

Rasional : hubungan saling percaya memungkinkan klien terbuka pada perawat dan

sebagai dasar untuk intervensi selanjutnya.

Page 12: BAB I II III

2. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.

Rasional : mengidentifikasi hal-hal positif yang masih dimiliki klien.

3. Setiap bertemu klien dihindarkan dari memberi penilaian negatif.

Rasional : pemberian penilaian negatif dapat menurunkan semangat klien dalam

hidupnya.

4. Utamakan memberi pujian yang realistik pada kemampuan dan aspek positif klien.

Rasional : meningkatkan harga diri klien.

5. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan.

Rasional : mengidentifikasi kemampuan yang masih dapat digunakan.

6. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya di rumah sakit.

Rasional : mengidentifikasi kemampuan yang masih dapat dilanjutkan.

7. Berikan pujian.

Rasional : meningkatkan harga diri dan merasa diperhatikan.

8. Minta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan di rumah sakit.

Rasional : agar klien dapat melakukan kegiatan yang realistis sesuai kemampuan yang

dimiliki.

9. Bantu klien melakukannya jika perlu beri contoh.

Rasional : menuntun klien dalam melakukan kegiatan.

10. Beri pujian atas keberhasilan klien.

Rasional : meningkatkan motivasi untuk berbuat lebih baik.

11. Diskusikan jadwal kegiatan harian atas kegiatan yang telah dilatih.

Rasional : mengidentifikasi klien agar berlatih secara teratur.

12. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.

Rasional : tujuan utama dalam penghayatan pasien adalah membuatnya menggunakan

respon koping mal adaptif dengan yang lebih adaptif.

13. Beri pujian atas keberhasilan klien.

Rasional : meningkatkan harga diri klien.

14. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah.

Rasional : mendorong pengulangan perilaku yang diharapkan.

15. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga

diri rendah.

Rasional : meningkatkan pengetahuan keluarg a dalam merawat klien secara bersama.

Page 13: BAB I II III

16. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.

Rasional : meningkatkan peran serta keluarga dalam membantu klien meningkatkan

harga diri rendah.

17. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.

Rasional : memotivasi keluarga untuk merawat klien.

BAB III

TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang Asuhan keperawatan pada Tn E

dengan perilaku kekerasan diruang cempaka Rumah Sakit Jiwa dr. Soeharto Heerdjan

Jakarta.Asuhan keperawatan dilakukan selama 3 hari mulai tanggal 12 juni sampai tanggal 14

juni 2012, dengan menggunakan proses keperawatan yang dimulai dengan pengkajian sampai

evaluasi.

A. PENGKAJIAN

1. Identitas pasien

Klien bernama Tn E, berumur 20 tahun berjenis kelamin laki – laki

Page 14: BAB I II III

BAB V

PENUTUP

A.Kesimpulan

Ekspresi marah yang segera karena sesuatu penyebab adalah wajar dan hal ini kadang

menyulitkan karena secara kultural ekspresi marah tidak diperbolehkan. Oleh karena itu

marah sering diekspresikan secara tidak langsung.

Sedangkan menurut Depkes RI, Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan

penyakit jiwa, Jilid III Edisi I, hlm 52 tahun 1996 : “Marah adalah pengalaman emosi yang

kuat dari individu dimana hasil/tujuan yang harus dicapai terhambat”.

Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit sendiri dan

mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan

konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk

mengerti perasaan yang sebenarnya. Untuk itu perawat harus pula mengetahui tentang

respons kemarahan sesorang dan fungsi positif marah.

Page 15: BAB I II III

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang

dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak

konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995).

B.Saran

1.Semoga makalah ini dapat menjadi acuan dalam membuat asuhan keperawatan

2.Semoga makalah ini dapat menjadi bahan pembelajaran dibangku kuliah

3.Semoga makalah ini dapat menjadi pengetahuan bagi kalangan kesehatan dan umum

DAFTAR PUSTAKA

Dadang Hawari, 2001, Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Schizofrenia, FKUI; Jakarta.

Depkes RI, 1996, Direktorat Jendral Pelayanan Medik Direktorat Pelayanan Keperawatan, 2000,

Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan, Jakarta.

Depkes RI, 1996, Proses Keperawatan Jiwa, jilid I.

Keliat Budi Anna, dkk, 1998, Pusat Keperawatan Kesehatan Jiwa, penerbit buku kedokteran EGC :

Jakarta.

Keliat Budi Anna, 1996, Marah Akibat Penyakit yang Diderita, penerbit buku kedokteran EGC ;

Jakarta.

Keliat Budi Anna, 2002, Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan, FIK, UI : Jakarta.

Rasmun, 2001, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga, Edisi 1, CV.

Agung Seto; Jakarta.

Stuart, GW dan Sundeen, S.J, 1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi 3, Penerbit : Buku

Kedokteran EGC ; Jakarta.

Townsend C. Mary , 1998, Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran,

EGC ; Jakarta.

WF Maramis, 1998, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, penerbit : Buku Kedokteran EGC ; Jakarta.

http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/27/askep-perilaku-kekerasan/