bab i, ii dan iii

Upload: belikat-usang

Post on 17-Oct-2015

52 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

BAB I, II dan III

TRANSCRIPT

22

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKegiatan pembelajaran di dalam kelas merupakan salah satu tugas utama guru sehingga pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk pembelajaran siswa. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran masih sering ditemui adanya kecenderungan meminimalkan keterlibatan siswa. Permasalahan lain yang sering dihadapi oleh guru khususnya guru fisika dalam proses belajar mengajar dikelas adalah kesulitan siswa dalam pemahaman pemahaman. Misalnya menyelesaikan soal konsep, pemecahan masalah, penalaran, koneksi, penerjemahan soal dalam konsep fisika, komunikasi, dan lain-lain. Oleh karena itu perlu adanya suatu perubahan strategi pembelajaran dari yang berpusat pada guru (teacher centered) menjadi berpusat pada siswa (student centered). Pembelajaran berpusat pada siswa adalah pembelajaran yang lebih berpusat pada kebutuhan, minat, bakat, dan kemampuan peserta didik, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. Sehingga siswa dapat mengeluarkan potensi dan kemampuan yang mereka miliki. Dengan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran siswa akan lebih mudah dalam memahami apa yang dipelajari dan siswa akan lebih mudah untuk mengingatnya.

1Model yang diterapkan dalam pembelajaran fisika seharusnya memberikan ruang gerak dan kesempatan kepada siswa untuk melakukan pengamatan, misalnya melalui kegiatan eksperimen sederhana. Dengan demikiansiswa akan terlatih untuk selalu berupaya mengembangkan hipotesis, pengetahuan dan kreativitasnya dalam rangka mengembangkan dirinya. Salah satu model pembelajaran yang dapat memberikan ruang gerak dan kesempatan kepada siswa untuk melakukan pengamatan adalah model pembelajaran inquiri hipotetik.Model pembelajaran inquiri hipotetik ini adalah guru tidak mengkomunikasikan pengetahuan, tetapi membantu siswa untuk belajar bagi mereka sendiri, siswa mencari kebenaran informasi atau pengetahuan dengan bertanya. Pembelajaran ini dilandasi pandangan konstruktivisme. Menurut pandangan kontruktivisme, pembelajaran berpusat pada siswa dan guru dipandang sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Proses pembelajaran inquiri hipotetik ini melibatkan keterampilan memperoleh makna dan sikap yang memungkinkan mereka untuk mencari solusi dari pertanyaan, isu-isu dan masalah secara logis.Nasional Research Council (NRC) (Depdiknas, 2008) menjelaskan pembelajran berbasis inkuiri meliputi kegiatan observasi, mengajukan pertanyaan, memeriksa buku-buku, dan sumber lain untuk melihat informasi yang ada, merencanakan penyelidikan, merangkum apa yang sudah diketahui dalam bukti eksperimen menggunakan alat untuk mengumpulkan, menganalisis dan interpretasi data, mengajukan jawaban penjelasan, prediksi, serta mengkomunikasikan hasil. Nasional Science Teacers Association (NSTA) & the Association for the Education of Teachers in science (AETS) (Depdiknas, 2008) juga manjelaskan bahwa jantungnya inkuiri adalah kemempuan mengajukan pertanyaan dan mengidentifikasi penyelesaian masalah. Karena itu dalam pembelajaran seharusnya guru lebih banyak mengajukan pertanyaan open ended dan lebih banyak merangsang diskusi antar siswa. Keterampilan bertanya dan mendengarkan secara efektif penting untuk keberhasilan mengajar. Selain itu, inkuiri memerlukan keterampilan dalam menganalisis data dan menilai hasil untuk mendapatkan kesimpulan yang valid dan masuk akal.Pendekatan Inkuiri hipotetik memberi kesempatan kepada siswa berpikir tentang dunia sekitarnya. Jika laboratorium sains dirancang dengan baik, maka dapat menyentuh kemampuan kognitif dan siswa dapat memahami proses-proses ilmiah. Dalam pembelajaran inkuiri hipotetik, siswa diberi pertanyaan inkuiri (penyelidikan). Tujuan dari pertanyaan inkuiri h. adalah untuk mendorong siswa berpikir tentang konsep dan merumuskan tanggapannya. Inkuiri h. tidak hanya mengembangkan siswa dari segi konten tetapi juga keragaman pemikiran dan proses yang dilalui siswa dengan penuh tanggung jawab (Ali, 2009:43).Manzoor Ali (2009:61-62) menyampaikan hasil researchnya bahwa dalam menerapkan p. Inkuiri hipotetik (hypothetical inquiry approach) pada pembelajaran suhu dan kalor diperlukan kemampuan analisis tinggi untuk melatih kemampuan berpikir kritis siswa. Dari hasil analisisnya juga menunjukkan bahwa melalui pendekatan ini, siswa mampu menghubungkan konsep dengan kegiatan yang dipraktekkan. Ali juga menambahkan bahwa pendekatan ini mengandung faktor pendukung (facilitating factors) sehingga pembelajaran menjadi efektif dan bermakna (purposeful).Seorang peneliti dari Department of Physics, Illinois State University, USA, Wennings (2010) menyatakan bahwa pada pendekatan inkuiri hipotetik, siswa terutama melibatkan kemampuan proses intelektualnya. Kegiatan ini membuat siswa memiliki wawasan yang lebih luas mengenai ilmu pengetahuan alam dan memperhatikan proses yang ada di dalamnya. Siswa menjadi lebih terampil dan aktif dalam mengevaluasi fenomena (defenisi dari berpikir kritis).Dalam pelaksanaannya peneliti akan melihat perbedaan antara model pembelajaran inquiri hipotetik dengan model pembelajaran direct instruction. Model direct instruction adalah model pembelajaran yang masih berlaku dan sangat banyak digunakan oleh guru di sekolah. Model direct instruction adalah model pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utamanya. Oleh karena itu sering identikkan dengan ceramah. Tetapi tidak menutup kemungkinan seorang siswa akan bosan dalam menerima pelajaran tersebut. Dalam menerapkan pembelajaran langsung guru harus mendemonstrasi pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatih kepada siswa secara tahap demi tahap. Pada kenyataannya, peran guru dalam pembelajaran sangat dominan, maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa. Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian tentang perbedaan hasil belajar fisika antara model pembelajaran inquiri hipotetik dengan direct instruction pada siswa kelas XI MA Negeri Tomini Sumber Agung.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara kelas yang menggunakan model inquiri hipotetik dan kelas yang menggunakan model Direct Instruction pada siswa kelas XI MA Negeri Tomini Sumber Agung?

1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar fisika antara kelas yang menggunakan model inquiri hipotetik dan kelas yang menggunakan model direct instruction pada siswa kelas XI MA Negeri Tomini Sumber Agung.

1.4 Manfaat PenelitianManfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:1. Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan tentang model pembelajaran dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah-sekolah.2. Secara khusus dapat memberikan informasi kepada para guru, dan khususnya para guru fisika mengenai arti pentingnya pengajaran dengan menggunakan model inquiri hipotetik.

BAB IIKAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Penelitian Yang RelevanHasil Penelitian (Natsir, 2004:59) menjelaskan bahwa model pembelajaran inquiri hipotetik meningkatkan kemampuan siswa untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa SMA. Demikian pula Ali (2009: 61-62) memaparkan bahwa dalam menerapkan inquiri hipotetik (hypothetical inquiry approach) diperlukan kemampuan analisis tinggi untukmelatih kemampuan berpikir kritis siswa. Hasil analisisnya juga menunjukkan bahwa melalui pendekatan ini, siswa mampu menghubungkan konsep dengan kegiatan yang dipraktekan.Hasil kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa model inquiri hipotetik dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis, pemahaman konsep dan pretasi belajar. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti mengenai pengaruh model inquiri hipotetik terhadap pemahaman konsep fisika siswa.2.2 Kajian Pustaka2.2.1 Model pembelajaran inquiri hipotetik2.2.2.1 Inquiri secara umum

6Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Pembelajaran inkuirimenekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa dalam pembekajaran ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagaifasilitatordan pembimbingsiswa untuk belajar.Pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa Akhmad sudrajat (2011).Joyce (Gulo, 2005) mengemukakan kondisi-kondisi umum yang merupakan syarat bagi timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa, yaitu : (1) aspek sosial di dalam kelas dan suasana bebas-terbuka dan permisif yang mengundang siswa berdiskusi; (2) berfokus pada hipotesis yang perlu diuji kebenarannya; dan (3) penggunaan fakta sebagai evidensi dan di dalam proses pembelajaran dibicarakan validitas dan reliabilitas tentang fakta, sebagaimana lazimnya dalampengujian hipotesis.2.2.2.2 Ciri-ciri Pembelajaran InquiryPertama, pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya, pada pembelajaran inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam prosespembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima materi pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri(self belief).Dengan demikian, pada pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai satu-satunya sumber belajar, tetapi lebih diposisikan sebagai fasilitatordan motivator belajar siswa.Aktivitas pembelajaranbiasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa. Karena itu kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri. Guru dalam mengembangkan sikap inkuiri di kelas mempunyai peranan sebagai konselor, konsultan, teman yang kritis dan fasilitator. Ia harus dapat membimbing dan merefleksikan pengalaman kelompok, serta memberi kemudahan bagi kerja kelompok.Ketiga, tujuan dari pembelajaran inkuiri adalah mengembangkankemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Manusia yang hanya menguasai pelajaran belum tentu dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara optimal. Sebaliknya, siswa akan dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala ia bisa menguasai materi pelajaran.2.2.2.3 Model inquiri hipotetikInkuiri ini sesuai dengan siswa sekarang yang suka berhipotesis dan mencoba sesuatu. Inkuiri ini menyediakan dan mengetes penjelasan tentang bagaimana sesuatu terjadi. Siswa kemudian melaporkan hasil pengamatan dan hukum tertentu yang berhasil dirumuskan. Oleh karena itu siswa yang diajar dengan pendekatan ini harus punya rasa ingin tahu tinggi dan aktif dalam belajar. Secara umum, inkuiri adalah salah satu pendekatan pembelajaran inovatif dan pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran sains. Inkuiri sebagian besar mengacu pada kegiatan siswa di mana mereka mengembangkan pengetahuan dan ide-ide ilmiah serta pemahaman tentang bagaimana ilmuwan bekerja. Pendekatan ini melibatkan keterampilan memperoleh makna dan sikap yang memungkinkan mereka untuk mencari solusi dari pertanyaan, isu-isu dan masalah secara logis (Ali, 2009).Saud (2008) menambahkan bahwa proses pembelajaran berbasis kontekstual, dapat dilakukan dengan pendekatan inkuiri. Inkuiri dimulai dengan memperjelas masalah siswa dengan menyadarkan akan adanya masalah. Siswa didorong untuk menemukan masalah. Apabila masalah telah dipahami dengan jelas, siswa dapat mengajukan hipotesis. Hipotesis inilah yang akan menuntun siswa untuk melakukan observasi dalam mengumpulkan data. Siswa kembali dituntut menguji kebenaran hipotesis untuk menarik kesimpulan.Lebih lanjut Sanjaya (2010) menambahkan bahwa hipotesis yang dimaksud adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Hipotesis lahir karena manusia memiliki potensi pikir dengan menduga permasalahan. Manakala individu mampu membuktikan tebakannya maka ia akan sampai pada posisi yang bisa mendorong berpikir lebih lanjut.Inkuiri hipotetik terdapat dalam dua bentuk yaitu inkuiri hipotetik murni (pure h. i.) dan inkuiri hipotetik terapan (applied h. i.). kedua versi ini diguankan untuk melakukan penyelidikan tentang kemengapaan dan bagaimana cara kerja sesuatu. Inkuiri hipotetik murni diguanakan untuk melakukan penyelidikan tanpa menerapkan ke masalah dunia nyata (real-word problems). Pendekatan ini semata-mata memperluas wawasan kita mengenai hukum alam. Sedangkan inkuiri hipotetik terapan digunakan menyelidiki aplikasi dari pengetahuan awal ke masalah baru yang dihadapi. Tetapi esensinya, kedua tipe inkuiri hipotetik ini menuntut proses intelektual yang sama (Wenning, 2010). Pada pendekatan inkuiri hipotetik, siswa terutama melibatkan kemampuan proses intelektual. Proses intelektual yang dimaksud yaitu sintesis, analisis dan mengevaluasi penjelasan ilmiah, dan mengeneralkan prediksi melalui proses deduktif, merevisi hipotesis dan prediksi dengan mempertimbangkan fakta-fakta baru, dan menyelesaikan masalah yang ada di dunia nyata. Kegiatan ilmiah semacam ini membantu siswa memecahkan misteri melalui kegiatan ilmiah. Siswa memiliki wawasan yang lebih luas mengenai ilmu pengetahuan alam dan memperhatikan proses yang ada di dalamnya (Wenning, 2010).Pada pendekatan inkuiri hipotetik masalah yang sesuai dengan tujuan intruksional diberikan oleh guru. Biasanya masalah yang diberikan berupa masalah yang memungkinkan terjadi pertentangan antara gagasan pribadi siswa dengan konsep keilmuan. Masalah dapat diajukan dalam kalimat tanya dengan kata tanya mengapa atau berupa pertanyaan. Masalah ini berada pada sejumlah informasi yang ditanyakan. Untuk sampai di informasi yang diberikan, kesimpulan yang sesuai dengan tujuan instruksional harus melalui beberapa tahap pembelajaran. Tiap tahap merupakan kegiatan eksplorasi dan akan memperoleh kesimpulan yang dapat dianggap sebagai pengenalan konsep. Kemudian konsep ini diterapkan dalam konteks lain sehingga diperoleh kesimpulan akhir atau masuk pada informasi yang diberikan. Dilihat dari siklus belajar yang dikembangkan oleh Herron dalam Zuhdan (2006), berarti kegiatan pembelajaran di atas juga telah melakukan fase eksplorasi, fase pengenalan konsep dan fase aplikasi konsep. Dalam fase eksplorasi, siswa telah diberikan kesempatan untuk mengemukakan gagasannya dan menemukan pola keteraturan pada fenomena yang diselidiki. Dengan bantuan minimal dari guru, siswa dapat sampai pada pemahaman konsep dan aplikasi konsep ( Zuhdan, 2006).Pendekatan inkuiri termasuk pendekatan modern. Syarat yang harus dipenuhi seorang guru untuk menerapkan inkuiri yaitu: 1) guru harus terampil memilih persoalan, 2) guru harus terampil dalam menumbuhkan motivasi belajar, 3) mampu menciptakan suasana bebas berpendapat, 4) guru tidak banyak campur tangan (Sagala, 2003). Langkah-langkah utama dalam kegiatan pembelajaran inkuiri hipotetik dapat dilihat pada tabel berikut.Tabel 1.1 Sintaks Model Inquiri hipotetikNoSintaksKegiatan GuruKegiatan Siswa

a.Memunculkan ide-ide siswa dan diarahkan ke kegiatan yang diberikan

Melakukan demonstrasi/meminta bantuan siswa melakukannyaMemperhatikan guru/siswa lain melakukan demonstrasi

b.Melihat masalah yang munculMemberikan pertanyaanMencoba memikirkan masalah yang dimaksud

c.Merumuskan hipotesis berdasar masalah yang diperoleh kegiatan hands-onMembimbing siswa membuat hipotesisMembuat hipotesis

d.Siswa membuat dan melakukan eksperimen untuk mencari kebenaran dari hipotesisnyaMenyediakan alat yang diperlukan siswa dan menjelaskan prinsip kerjanyaMelakukan eksperimen

e.Mengumpulkan data eksperimen

Mengamati hasil yang diperoleh siswaMencatat di LKS hasil pengamatannya

f.Menginterpretasi data untukmembuktikan hipotesisnyaMembantu siswa menjelaskan arti data yang diperolehMencoba mencari makna dari data-data yang diperoleh

g.Siswa mengecek kebenaran hipotesisnya dan membiarkan siswa merumuskan kembali hipotesis mereka untukdiselidiki kembali sesuai perkembangan materiMembantu mengalihkan siswa untuk meninjau kembali hipotesisnyaMengaitkan hasil interpretasi data dengan hipotesis yang telah dibuat dan membuat kesimpulan

2.2.2 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan tolak ukur yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu mata pelajaran, biasanya dinyatakan dengan nilai yang berupa huruf atau angka-angka. Hasil belajar dapat berupa keterampilan, nilai dan sikap setelah siswa mengalami proses belajar. Melalui proses belajar mengajar diharapkan siswa memperoleh kepandaian dan kecakapan tertentu serta perubahan-perubahan pada dirinya. Menurut Sudjana (2001), Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil peristiwa belajar dapat muncul dalam berbagai jenis perubahan atau pembuktian tingkah laku seseorang. Selanjutnya menurut Slameto (dalam Emarita, 2001) menyatakan: Hasil belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri.Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar tampak dari perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur daalm bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Hamalik (2002) menyatakan bahwa Perubahan disini dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembanganyang lebih baik di bandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tau menjadi tahu.Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar diperoleh setelah diadanya evaluasi, Mulyasa (2007) menyatakan bahwa Evaluasi hasil belajar pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan untuk mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi. Hasil belajar ditunjukan dengan prestasi belajar yang merupakan indikator adanya perubahan tingkah laku siswa.Dari proses belajar diharapkan siswa memperoleh prestasi belajar yang baik sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang ditetapkan sebelum proses belajar berlangsung. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar adalah menggunakan tes. Tes ini digunakan untuk menilai hasil belajar yang dicapai dalam materi pelajaran yang diberikan guru di sekolah.Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan tolak ukur atau patokan yang menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu materi pelajarandari proses pengalaman belajarnya yang diukur dengan tes.Menurut MuhibbinSyah (2006: 145) secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajardapat dibedakan menjaditiga macam, yakni:1)Faktorinternal(faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa;2)Faktoreksternal(faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa;3)Faktorpendekatan belajar(approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

2.2.3 Materi1. PemuaianStiap zat (padat, cair dan gas) disusun oleh partikel-partikel yang kecil yang bergetar. Jika sebuah benda diberi kalor, partikel-partikel di dalamnya bergetar llebih kuat sehingga salaing menjauh. Kita katakan bahwa benda tersebut mamuai. Jika benda didinginkan , getaran-getaran partikel melemah, dan partikel-paertikel saling mendekat. Sebagai hasilnya, benda akan menyusut. Contoh pemuaian dalam kehidupan sehari-hari ditunjukkan seperti pada Gambar 2.1. dibawah ini.

(b)(a)Gambar 2.1. Contoh pemanfaatan pemuaian (gambar a : Sains Modern dan Gambar b : Etnosains)Sumber : ( http://assesmentsainssatoe.blogspot.com dan Laporan Hibah Bersaing Nurjannah, 2011 )

a. Pemuaian Zat PadatPada zat padat, pemuaian dapat dibagi menjadi tiga, yaitu pemuaian panjang, pemuaian luas dan pemuaian volume.1. Pemuaian panjangMisalkan dua buah benda yang berbeda jenis diberi kalor yang sama, kedua benda tersebut akan mengalami muai panjang namun memiliki perbedaan pertambahan panjang. Perbedaan pertabahan panjang disebabkan oleh perbedaan koefisien muai panjang kedua jenis benda. Koefisien muai panjang () adalah adalah perbandingan pertambahan panjang (l) terhadap panjang awal benda (lo) per satuan kenaikan suhu (T). Secara matematis dinyatakan sebagai :.........................................2.42. Pemuaian LuasBila benda berbentuk persegi panjang dipanaskan, terjadi pemuaian dalam arah memanjang dan arah melebar. Dengan kata lain, benda pada mengalami pemuaian luas. Pemuaian luas berbagai zat, bergantung pada koefisien muai luas. Koefisien mulai luas () suatu benda adalah perbandingan pertambahan luas benda (A) terhadap luas awal benda (Ao) persatuan kenaikan suhu (T). Secara matematis, dinyatakan sebagai :................................2.5Hubungan antara koefisien muai panjang dan koefisien muai luas dapat dinyatakan dengan persamaan :...........................................2.6

3. Pemuaian VolumeBila benda padat berbentuk balok dipanaskan, akan terjadi pemuaian dalam arah memanjang, melebar, dan meninggi dengan kata lain benda padat mengalami pemuaian volum, pemuaian volume berbagai zat bergantung pada koefisien muai volum. Koefisien muai volum () suatu bahan adalah perbandingan suatu bahan adalah perbandingan pertambahan volum (V) terhadap volume awal (Vo) persatuan kenaikan suhu (T). Secara matematis, dapat dinyatakan sebagai :..............................2.7Hubungan antara koefisien muai panjang dan koefisien muai volum dapat dinyatakan dengan persamaan :.........................................2.8b. Pemuaian volum zat cairSifat zat cair adalah selalu mengikuti bentuk wadah yang ditempatinya. Jika air dituangkan kedalam botol maka bentuk air akan mengikuti bentuk botol. Jadi, wadah berarti volum. Karena itu zat cair hanya memiliki muai volum (tidak memiliki muai panjang, dan muai luas), sehingga untuk zat cair, yang diketahui selalu koefisien muai volumnya. Persamaan untuk menghitung pemuaian volum pada zat cair, sama persis dengan persamaan untuk menghitung pemuaian volume zat padat. Hal terpenting yang perlu anda tekankan adalah volume pemuaian zat cair lebih besar dari pada pemuaian volume zat padat untuk kenaikan suhu yang sama. Karena itu jika suatu wadah berisi zat cair hampir penuh dipanaskan, maka pada suhu tertentu zat cair dalam wadah akan tumpah. Tidak semua zat yang dipanaskan akan memuai. Di antara suhu-suhu tertentu, zat tersebut akan menyusut. Misanya jika kita memanaskan es pada suhu -10oC, maka es akan memuai sama seperti pada zat padat lainnya sampai es mencapai suhu 0oC. Diantara suhu 0oC sampai suhu 4oC air menyusut dan mencapai volume minimumpada suhu 4oC seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.2. Anomali airSumber :(Buku Sekolah Elektronik Joko Sumarsono, 2009)

2.3 Kerangka PemikiranDalam proses pembelajaran disekolah guru cenderung hanya mementingkan hasil akhir pembelajaran tanpa memperhatikan prosesnya. Model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran merupakan hal yang penting karena penggunaan model pembelajaran dalam kegiatan belajar akan mempengaruhi hasil akhir siswa.Siswa cenderung lebih pasif dalam menerima pembelajaran sehingga siswa hanya bergantung pada kemampuan guru mata pelajaran. Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran yang tidak berpusat pada guru melainkan berpusat pada siswa. Salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah Model inquiri hipotetik (Hipothetical Inquiry). Model inquiri hipotetik (Hipothetical Inquiry) dapat membuat siswa lebih aktif. Selain itu model pembelajaran ini juga dapat menjadi salah satu alternatif yang dapat mengatasi masalah seperti yang dikemukakan di atas, karena penekanan model Inquiri Hipotetikadalah keaktifan serta cara siswa dalam belajar.

Hasil Belajar SiswaPembelajaran Dengan Model Direct InstructionPembelajaran Dengan Model Inquiri HipotetikPembelajaran Berpusat Pada GuruPembelajaran Berpusat Pada Siswa

Gambar 2.3 Kerangka pemikiran

2.4 Hipotesis penelitianHipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: terdapat perbedaan hasil belajar Fisika antara kelas yang menggunakan model inquiri hipotetik dan kelas yang menggunakan model direct instruction pada siswa kelas XI MA Negeri Tomini Sumber Agung.

BAB IIIMETODE PENELITIAN3.1Jenis PenelitianJenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian eksperimen kuasi (quasi experimental designs). Metode eksperimen kuasi (quasi experimental) pada dasarnya sama dengan eksperimen murni, bedanya adalah pada pengontrolan variabel. Pengontrolannya hanya dilakukan pada satu variabel saja, yaitu variabel yang paling dominan (Sukmadinata, Nana S. 2011:59).Jenis penelitian ini biasa juga disebut eksperimen semu. Karena berbagai hal, terutama berkenaan dengan pengontrolan variabel, kemungkinan sukar sekali menggunakan eksperimen murni pada variabel yang dapat berubah-ubah. Sehingga dapat memudahkan peneliti yang meneliti menggunakan variabel yang berubah-ubah (Sukmadinata, Nana S. 2011:207).

3.2 Desain PenelitianPada penelitian ini digunakan 2 kelas yaitu 1 kelas eksperimen dan 1 kelas kontrol. Pada kelas eksperimen digunakan model Inquiri Hipotetik, sedangkan pada kelas kontrol digunakan model Diaract Instruction.

21Adapun desain penelitian yang digunakan adalah The non ekivalen pretest-postest design,yaitu menggunakan kelas-kelas yang sudah ada sebagai kelompoknya, dengan memilih kelas-kelas yang diperkirakan sama keadaan/kondisinya, dalam hal ini sama berdasarkan tingkat kecerdasan. Satu kelas berfungsi sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol. . Adapun desainnya menurut Sugiyono (2010:116) adalah sebagai berikut:Tabel 3.1 Desain PenelitianKelasTes AwalPerlakuanTes Akhir

Kelas Eksperimen (KE)O1X1O2

Kelas Kontrol (KK)O1X2O2

Keterangan:KE: Kelas EksperimenKK: Kelas KontrolX1: Kelompok dengan Model Inquiri hipotetik X2: Kelompok dengan Model direct InstructionO1: Tes awalO2: Tes akhir

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MA Negeri Tomini Sumber agung. Penelitian dimulai pada tanggal 30 September 2013 hingga tanggal 30 Oktober 2013, semester ganjil tahun ajaran 2013/20143.4 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan SampelAdapun populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI di MA Negeri Tomini Sumber agung. Sedangkan yang menjadi Sampel atau subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA1 dan XI IPA2. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Purposive Sampling) yaitu dengan melihat nilai rata-rata kelas yang relative sama dalam prestasi belajar fisika. Sampel ditentukan berdasarkan rekomendasi guru. Kelas XI IPA1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA2 sebagai kelas kontrol.

3.5 Definisi Operasional VariabelAdapun definisi sejumlah istilah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:1). Model Inquiri hipotetikModel Inquiri hipotetik adalah model pembelajaran yang mengacu pada kegiatan siswa. Guru memberikan aktivitas untuk memunculkan ide-ide siswa. Dari sini siswa dapat membuat hipotesis yang selanjutnya diuji melalui eksperimen. Siswa sendiri menentukan kebenaran hipotesisnya melalui data hasil pengamatan. Siswa dibiarkan merumuskan kembali hipotesisnya dan mengujinya sesuai perkembangan masalah yang diperoleh. 2). Hasil BelajarHasil belajar yang dimaksud disini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakukan dari pengajar (guru).3). Model Direct instructionModel Direct instruction adalah model pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utamanya. Oleh karena itu sering di identikkan dengan ceramah.

3.6 Jenis dan Sumber Data Jenis data penelitian mencakup data primer yang bersumber langsung dari siswa dan data sekunder yang bersumber dari guru fisika yang di sekolah MA Negeri Tomini Sumber Agung.3.7 Teknik Pengumpulan DataData yang dikumpulkan berupa skor kemampuan siswa dalam hasil belajar yang diperoleh dengan memberikan tes dalam bentuk uraian sebelum dan sesudah penerapan pembelajaran model Inquiri hipotetik pada kelas XI IPA1 dan pembelajaran direct instruction pada kelas XI IPA2.3.8 Instrumen Penelitian3.8.1 Tes Hasil BelajarTes ini digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa pada materi elastisitas. Tes ini terdiri dari 6 butir soal dalam bentuk esay yang dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu di awal (pretest) dan akhir (posttest) perlakuan. Setiap item soal tes telah divalidasi oleh validator ahli.3.8.2 Perangkat PembelajaranPerangkat pembelajaran model inquiri hipotetik dan model pembelajaran direct instruction. Meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), LKS, bahan ajar, media pembelajaran, dan alat praktikum.3.8.3 Tahapan PenelitianTahapan dalam penelitian meliputi 3 tahap yaitu :1. 2. 3. 3.1.

1. Tahap persiapana. Menentukan lokasi penelitianb. Menentukan populasi dan sampel penelitianc. Menyusun instrumen yang akan digunakan dalam penelitiand. Melakukan validitas tes.e. Penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol yang ditentukan oleh peneliti di SMA Negeri 5 Palu.

II. Tahap pelaksanaana. Pemberian tes awal (Pretest)Dalam hal ini siswa yang berada pada kelas eksperimen dan control diberikan soal-soal yang sama dan telah divalidasi oleh validator, guna mengetahui kemampuan awal siswa.b. Pemberian perlakuan Proses belajar mengajar dilakukan dengan memberikan perlakuan berupa pengajaran dengan menerapkan pembelajaran Inquiri hipotetik. Model ini guru memberikan aktivitas hands-on untuk memunculkan ide-ide siswa. Dari sini siswa dapat membuat hipotesis yang selanjutnya diuji melalui eksperimen. Siswa sendiri menentukan kebenaran hipotesisnya melalui data hasil pengamatan. Siswa dibiarkan merumuskan kembali hipotesisnya dan mengujinya sesuai perkembangan masalah yang diperoleh.

c. Pemberian tes akhirDalam pemberian test akhir (posttest) dilakukan pada dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes akhir ini akan di berikan setelah berakhirnya proses belajar mengajar yang bertujuan untuk mendapatkan perbedaan nilai hasil belajar yang dialami siswa.III. Tahap AkhirKegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah tabulasi data, pengolahan data, menganalisis data sampel dan menarik kesimpulan pada laporan hasil penelitian.

3.9 Teknik Analisis Data 1. 2. 3. 3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.

3.9.1 Analisis instrumenSuatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Pengujian validitas berkaitan dengan ketetapan atau kesesuaian alat ukur terhadap konsep yang akan diukur, sehingga alat ukur benar-benar dapat mengukur apa yang seharusnya diukur Arikunto (2007: 65). Penelitian ini menggunakan uji validitas konstruksi (construck validity) dari pendapat ahli (judgment expert). Soal serta hasil yang telah dibuat dikonsultasikan kepada validasi ahli kemudian divalidasi dan direvisi. Validitas soal yang dinilai oleh validator adalah (1) kesesuaian antara indikator dan butir soal, (2) kejelasan bahasa atau gambar dalam soal, (3) kesesuaian soal dengan tingkat kemampuan siswa, dan (4) kebenaran materi atau konsep.3.9.2 Analisis data hasil penelitianData yang diperoleh dari penelitian ini selanjutnya diolah dengan menggunakan teknik statistik.

3 3.3 3.4 3.4.2 3.9.2.1 Uji normalitas Pengujian normalitas dilakukan untuk melihat apakah data yang diperoleh dari hasil penelitian berdistribusi normal atau tidak. Data yang dimaksud adalah nilai yang diperoleh siswa kelompok. Untuk pengujian normalitas data, digunakan persamaan mengenai Chi-kuadrat (Sudjana, 2002:273) yaitu : = .........................(3.1) ::nilai Chi-kuadrat: interval kelompok menurut aturan sturges: frekuensi pengamatan: frekuensi yang diharapkanKriteria pengujian yang digunakan pada dk = (k-3) dan peluang (1- ) dengan taraf nyata = 0,05 adalah jika 2hitung < 2tabel , data dikatakan berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

3.9.2.2 Uji homogenitasUji homogenitas varians digunakan untuk mengetahui apakah varians antara kedua kelas eksperimen sama atau berbeda. Dalam hal ini kelompok yang dimaksud adalah kelas eksperimen dan kelas kontrol. Jika maka data berasal dari populasi yang homogen. Uji homogenitas untuk dua sampel bebas menggunakan persamaan 3.2 : ..........................(3.2)Keterangan :F= nilai F hitung= varians dari kelas eksperimen= varians dari kelas kontrolPengujian homogenitas dilakukan pada taraf signifikansi ( = 0,05). Menurut Sudjana (2005: 150) dengan kriteria pengujian yaitu terima hipotesis Ho jika :

3.9.2.3 Uji hipotesis Untuk mengetahui seberapa jauh hipotesis yang telah dirumuskan didukung oleh data yang dikumpulkan, maka hipotesis tersebut harus diuji. Jika sebaran data berdistribusi normal dan homogen, maka data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji statistik parametrik (uji t) dengan pasangan hipotesis adalah : Ho : : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara kelas yang menggunakan model pembelajaran inquiri hipotetik dan kelas yang menggunakan model pembelajaran direct instruction. H1 : : Terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara kelas yang menggunakan model pembelajaran inquiri hipotetik dan kelas yang menggunakan model pembelajaran direct instruction.Persamaan yang digunakan untuk uji-t dua pihak adalah sebagai berikut (Sudjana, 2002:239) : = ......................................(3.3)DimanaS = ............................(3.4)Dengan : : skor rata-rata kelas eksperimen : skor rata-rata kelas Kontroln1: Jumlah siswa kelas eksperimen n2 : Jumlah siswa kelas kontrol S: Varians gabungan S12: Varians kelas eksperimen S22: Varians kelas kontrol Dengan taraf nyata = 0,05 dan dk = (n1 + n2 2). Kriteria pengujiannya adalah terima Ho jika dan dalam hal lain H1 ditolak. Namun jika sebaran data yang diperoleh tidak normal dan homogen, maka digunakan uji hipotesis Non-Parametrik.