bab i abortus nana

Upload: umar-akhsani

Post on 07-Jan-2016

242 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

abortus

TRANSCRIPT

BAB I

ABORTUSA. Pengertian Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya terletak antara 400 1000 gram, atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu ( Eastman). Menurut jeffcoat, abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28 minggu, yaitu fetus belum viable by law.Dari beberapa pengertian menurut beberapa ahli di atas, keguguran atau abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan.

B. Etiologi

Ada beberapa factor yang menyebabkan kematian fetus antara lain:

1. Kelainan genitalia ibu

a. Anomali kongenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis, dan lain-lain).b. Kelainan letak dari uterus seperti rerofleksi uteri fiksata.

c. Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang sudah dibuahi, seperti kurangnya progresteron atau estrogen, endometritis, mioma submukosa.

d. Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mola).

e. Distorsia uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis.2. Kelainan ovum

Pertumbuhan abnormal dari fetus sering menyebabkan abortus spontan(HERTIG dkk). Menurut penyelidikan mereka, dari 1000 abortus spontan, maka 48,9% disebabkan karena ovum yang patologis; 3,2% disebabkan oleh kelainan letal embrio; dan 96% disebabkan karena plasenta yang abnormal.

Pada ovum anormal 6% diantaranya terdapat degenerasi hidatid vili. Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari ovum berkurang kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan, artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus makin besar kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum (50-80%).

3. Terlalu ceptnya corpus luteum menjadi atrofi; atau factor serviks, yaitu inkompetensi serviks, sevisitis.4. Penyakit-penyakit kandungan

a. Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia, tifoid, pielitis, rubeola, demam malta, dan sebgainya. Kematian fetus dapat disebabkan karena toksin dari ibu atau infeksi invasi kuman atau virus pada fetus.

b. Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alcohol, dan lain-lain.

c. Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyaki paru berat, anemia gravis.

d. Malnutrisi, avitaminosis, dan gangguan metabolisme, hipotiroid, kekurangan vitamin A, C, atau E, diabetes melitus.5. Gangguan sirkulasi plasenta

Kita jumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis, hipertensi, toksemia gradivarum, anomaly plasenta, dan endarteritis oleh karena lues.

6. Antagonis rhesus

Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus, sehingga terjadi anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya fetus.

7. Perangsangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi Misalnya:

a. sangat terkejut

b. obat-obat uterotonika

c. ketakutan

d. laparatomi

Atau dapat juga karena trauma langsung terhadap fetus: selaput janin rusak langsung karena instrumen, benda, dan obat-obatan.8. Penyakit bapak

a. Lanjut usiab. Penyakit kronis seperti: TBC, anemi, dekompensasis kordis, malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan (alkohol, nikotin, Pb, dan lain-lain)

c. Sinar rontgen

d. Avitaminosis C. Patofisiologi

Pada permulaan, terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya, kemudian sebgian atau seluruh hasil konsepsi terlepas. Karena dianggap benda asing, maka uterus berkontraksi untuk mengeluarkannya. Pada kehamilan dibawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya, karena vili korealis belum menembus desidua terlalu dalam: sedangkan pada kehamilan 8-14 minggu, telah masuk agak dalam, sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan tertinggal, karena itu akan banyak terjadi perdarahan.D. Manifestasi Klinik1. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.2. Pada pemeriksaan fisik: keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.3. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.4. Rasa mulas atau keram perut didaerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus.5. Pemriksaan ginekologi:a. Inspeksi vulva: perdarahan pervaginam, ada/tidak jaringan hasil konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari vulva.b. Inspekulo: perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.c. VT: porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum Douglasi tidak menonjol dan tidak nyeriE. Klasifikasi aborsi

Abortus dibagi menjai dua golongan1. Abortus spontan, terdapat beberapa jenis yaitu:a. Abortus kompletus (keguguran lengkap): seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus), sehingga rongga rahim kosong. Pada abortus completus perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan selambat-lambatnya dalam 10 hari perdarahan berhenti sama sekali, karena dalam masa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah selesai. Cervix juga dengan segera menutup kembali. Kalau 10 hari setelah abortus masih ada perdarahan juga, maka abortus incompletus atau endomatritis post aborium harus dipikirkan.Penatalaksanaan:

1). Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3 sampai 5 hari.

2). Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfusi darah.

3). Berikan antibiotic untuk mencegah infeksi.

4). Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin, dan mineralTerapi: hanya dengan uterotonika.

Gbr 1: Abortus Kompletus

b. Abortus inkompletus ( keguguran bersisa): hanya sebagian hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta.

Gejala: didapati antara lain aminore, sakit perut, dan mulas-mulas; perdarahan yang bisa sedikit tau banyak, dan biasanya berupa stolsel (darah beku); sudah ada keluar fetus atau jaringan; pada abortus yang sudah lama terjadi atau pada abortus provokatus yang dilakukan oleh orang yang tidak ahli, sering terjadi infeksi. Pada pemeriksaan dalam (V.T.) untuk abortus yang baru terjadi didapat serviks terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa-sisa jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum uteri, serta uterus yang berukuran lebih kecil dari seharusnya.Terapi: bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan transfusi darah. Kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin dengan metode digital atau kuritase. Setelah itu beri obat-obat uterotonika dan antibiotik.

Gbr 2: Abortus Inkompletus

c. Abortus insipiens (keguguran sedang berlangsung): adalah abortus yang sedang berlangsung, dengan ostium sudah terbuka dan ketuban yang teraba. Abortus incipiens biasanya berakhir dengan abortus.Terapi: seperti abortus inkompletus.Tanda-tandanya ialah:1) Perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah.

2) Nyeri karena kontraksi rahim kuat.

3) Akibat kontraksi rahim terjadi pambukaan.Penatalaksanaan:

1) Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin.

2) Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan, tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0.5mg intramuscular.

3) Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infuse oksitosin 10IU dalam dektrose 5% 500ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplit.

4) Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara manual.

Gbr 3: Abortus insipiens

d. Abortus iminens (keguguran membakat): keguguran membakat dan akan terjadi atau perdarahan pervaginem pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa ada tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat. Dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberiakn obat-obat hormonal dan antispasmodika serta istirahat. Kalau perdarahan setelah beberapa minggu masih ada, maka perlu ditentukan apakah kehamilan masih baik atau tidak. Kalau reaksi kehamilan 2 kali berturut-turut negatif, maka sebaiknya uterus dikosongkan(kuret). Tetapi apabila masih bisa dipertahankan dilakukan tindakan-tindakan atau penalaksanaannya anatar lain:1) Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik berkurang.

2) Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap empat jam bila pasien panas.

3) Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negative, mungkin janin sudah mati. Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.

4) Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3 x 30mg. Berikan preparat hematinik misalnya sulfas ferosus 600-1.000mg.

5) Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.

6) Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptic untuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.

Gbr 4: Abortus Iminens

e. Missed abortus: adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.Fetus yang meninggal ini dapat:

1) Dapat atau bisa keluar dengan sendirinya dalam 2-3 bulan sesudah fetus mati

2) Bisa diresorbsi kembali sehingga hilang

3) Bisa terjadi mengering dan menipis yang disebut: fetus papyraceus4) Bisa juga mola karnosa, dimana fetus yang sudah mati 1 minggu akan megalami degenerasi dan air ketubannya diresorbsi.

Gejala: dijumpai aminore, perdarahan sedikit-sedikit yang berulang pada permulaannya, serta selama operasi fundus tidak bertambah tinggi, malahan tambah rendah. Kalau tadinya ada gejala-gejala kehamilan, belakangan menghilang, diiringi dengan rekasi kehamilan yang menjadi negatif pada 2-3 minggu setelah fetus mati. Pada pemeriksaan dalam, serviks tertutup dan ada darah sedikit. Sekali-kali pasien merasa perutnya dingin dan kosong.

Terapi: berikan obat degan maksud agar terjadi his sehingga fetus dan desidu dapat dikeluarkan, kalau tidak berhasil lakukan dilatasi dan kuretase. Dapat juga dilakukan histerektomi anterior. Hendaknya pada penderita juga diberikan tonika dan antibiotik.

Komplikasi: bisa timbul hipo atau afibrinogenemia. Fetus yang sudah mati begitu melekatnya pada rahim sehingga sulit sekali untuk dilakukan kuritase.

Gbr 5: Missed Abortus

f. Abortus habitualis (keguguran berulang): adalah keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih. Menurut Hertig abortus spontan terjadi dalam 10% dari kehamilan dan abortus habitualis 3,6%-9,8% dari abortus spontan. Kalau seorang penderita telah mengalami 2 kali abortus berturut-turut maka optimisme untuk kehamilan berikutnya berjalan normal adalah sekitar 63%. Kalau abortus 3 kali berturut-turut, maka kemungkinan kehamilan ke 4 berjalan normal hanya sekitar 16%.

Etiologi:

1). Kelainan dari ovum atau spermatozoa, dimana kalau terjadi pembuahan hasilnya adalah pembuahan yang patologis.

2). Kesalahan-kesalahan pada ibu, yaitu disfungsi tiroid, kesalahan korpus luteum, kesalahan plasenta, yaitu tidak sanggunya plasenta menghasilakan progresteron sesudah korpus luteum atrofis. Ini dapat dibuktikan dengan mengukur kadar pregnandiol dalam urin. Selain itu juga bergantung kepada keadaan gizi ibu (malnutrisi), kelainan anatomis dari rahim, febris undulands (contagious abortus), hiperensi oleh karena kelaianan pembuluh darah sirkulasi pada plasenta atau vili terganggu da fetus jadi mati. Dapat juga gangguan psikis, serviks inkopeten, atau rhesus antagonisme.

Pemeriksaan:

1). Histerisalfingografi, utuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus submukosa dan anomali kongenital.

2). BMR dan kadar jodium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak gangguan galndula thyroidea.

3). Psiko analisis

Terapi: pengobatan pada kelainan endometrium pada abortus habitualis lebih besar hasilnya jika dilakukan sebelum ada konsepsi dari pada sebelumnya. Merokok dan minum alkohol sebaiknya dikurangi atau dihentikan. Pada serviks inkompeten terapinya adalah operatif: SHIRODKAR atau MC DONALD (cervical cerclage).

g. Abortus infeksiosus dan Abortus septik: aborus infeksiosus adalah keguguran yang disertai infeksi genital. Abortus septik adalah keguguran disetai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau perineum.Hal ini sering ditemukan pada abortus inkompletus atau abortus buatan, terutama yang kriminalis tanpa memperhatikan syarat-syarat asepsis dan antisepsis. Balikan pada keadaan tertentu dapat terjadi perforasi rahim.

Diagnosis:

1) Adanya abortus: amenore, keluar jaringan yang telah ditolong di luar rumah sakit.

2) Pemeriksaan: kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan, perdarahan dan sebagainya.

3) Tanda-tanda infeksi alat genital: demam, nadi cepat, perdarahan berbau, uterus besar dan lembek, nyeri tekan, lekositosis.

4) Pada abortus septik: kelihatan sakit berat, panas tinggi, menggigil, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun sampai syok. Perlu diobservasiapakah ada tanda perforasi atau akut abdomen.

Terapi:

1) Bila perdarahan banyak, berikan transfusi darah dan cairan yang cukup.

2) Berikan antibiotika yang cukup dan tepat (buat pemeriksaan pembiakan dan uji kepekaan obat):

a). Berikan suntikan penisilin 1 juta satuan tiap 6 jam.b). Berikan suntikan streptomisin 500 mg setiap 12 jam.c). Atau antibiotoka spektrum luas lainnya.3) 24 jam sampai 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotika atau lebih cepat bila terjadi perarahan banyak; dilakukan dilatasi dan kuretase untuk mengeluarkan hasil konsepsi.4) Infus da pemberian antibiotika diteruskan menurut kebutuhan dan kemajuan penderita.

5) Pada abortus septik terapi sama saja, hanya dosis an jenis antibiotoka ditinggikan dan dipilih jenis yang tepat sesuai dengan hasil pembiakan dan uji kepekaan kuman.

6) Tidakan operatif, melihat jenis komplikasi dan banyaknya perdarahan; dilakukan bila keadaan umum membaik dan panas mereda. 2. Abortus buatan

Abortus buatan adalah mengeluarkan hasil konsepsi sebelum kehamilan 28 minggu atau berat badan janin kurang dari 1000 gram dimana janin tidak dapat hidup di luar rahim. Umumnya setiap negara ada undang-undang yang melarang abortus buatan, tetapi larangan ini tidak mutlak sifatnya. Di Indonesia, berdasarkan undang-undang, melakukan abortus buatan dianggap suatau kejahatan, jadi tidak pidana yang dilarang. Akan tetapi abortus buatan sebagai tindakan pengobatan, apabila satu-satunya jalan untuk menolong jiwa dan kesehatan ibu serta sungguh-sungguh dapat dipertanggungjawabkan dapat dibenarkan dan biasanya tidak dituntut.

Menurut beberapa peneliti, abortus buatan banyak dilakukan oleh golongan wanita yang bersuami, disebabkan karena banyak anak, tekanan ekonomi dan sebagainya. Keputusan untuk melakukan abortus buatan harus diambil oleh sekurang-kurangnya dua orang dokter dengan persetujuan tertulis dari wanita hamil atau suaminya atau keluarganya yang terdekat, dan dilakukan di suatu rumah sakit yang mempunyai cukup fasilitas untuk mengerjakannya.

Berikut ini beberapa cara melakukan aborsi buatan:

a. Dilatasi dan kuretase (D & K)

Cara melakukan dilatasi dan kuretase abortus buatan sama saja dengan melakukan terapi abortus dengan cara yang sama. Hanya pada abortus buatan sama sekali belum ada pembukaan kanalis servikalis. Karena itu terlebih dahulu dilakukan dilatasi serviks.Komplikasi:

1) Perforasi: dapat terjadi bila melakukannya kurang hati-hati, baik pada waktu memasukkan sonde rahim, dilatasi dengan busi Hegar, maupun sewaktu memasukkan dan melakukan kuretase. Apabila terjadi perforasi bahaya yang akan timbul adalah perdarahan dan infeksi (peritonitis). Perforasi dengan infeksi karena abortus buatan yang dilakukan diluar rumah sakit dan oleh orang yang kurang berpengalaman sering berakibat fatal.

2) Perdarahan: biasanya terjadi apad abortus buatan pada kehamilan yang agak besar dimana kontraksi rahim kurang sempurna. Bila ini terjadi berikan oksitosin, transfusi darah, dan kalau perlu pasanglah tampon uterovaginal.

3) Infeksi: apabila bekerja tidak suci hama.

4) Robekan pada serviks: terjadi bilaserviks terlalu keras, dilatasi dan pegangan klem pada serviks terlalu dipaksakan. Sering terjadi robekan serviks kalau dipakai klem serviks gigisatu. Kalau luka cukup besar harus dijahit. Bila tidak, dapat timbul perdarahan dan kelak mungki menjadi inkompetensi serviks.b. Penyedotan (suction curettage)

...........c. Dilatasi bertahap

Pada beberapa kasus diperlukan pembukaan kanalis servikalis yang lebih besar (misalnya pada primgravida) untuk mengeluarkan hasil konsepsi.

Cara-cara pada dilatasi bertahap:

1). Tahap pertama; pasanglah gagang laminaria. Masukkan 2-3 gagang laminaria kedalam kanalis servikalis dengan ujung atas masuk dalam cavum uteri da ujung bawah dalam vagina, lalu masukkan tampon kasa dalam vagina. Sifat alat in adalah hidroskopis, yaitu perlahan-lahan menarik air menjadi gembung sehingga membuka kanalis servikalis. Gagang ini sebaiknya dipasang dari jam 6 atau 7 malam hari dan setelah 12 jam, jadi pada besok pagi hari jam 6 atau 7, laminaria dapat dikeluarkan.2). Tahap kedua; bila pembukaan belum cukup besar dapat dilakukan dilatasi dengan busi Hegar sampai pembukaan yang dikehendaki tercapai.

3). Tahap selanjutnya adalah melakukan pengeluaran isi kavum uteri dengan cunam abortus atau dengan alat kuret. Bahaya yang mungkin mengancam adalah infeksidan perdarahan. Karena itu bekerjalah secara asepsis. Kalau rahim agak besar berikan terlebih dahulu uterus tonika untuk mencegah perdarahan.d. Penggaraman (salting out)

Cara ini biasanya dilakukan pada kehamilan diatas 16 minggu diamana rahim sudah cukup besar. Transuterin atau amniosentesis, kedalam kantong amnion (yang sebelumnya cairan amnionnya telah dikeluarkan terlebih dahulu dengan semprit) dimasukkan larutan garam hipertonik atau larutan gula hipertonik (larutan garam 20% atau larutan glukosa 50%) sebagai iritasi pada amnion, dengan harapan akan terjadi his. Sebaiknya diberikan oksitosin drip yaitu 10-20 satuan oksitosin dalam 500 cc larutan dektrosa 5% dengan tetesan 15 sampai 25 tetes per menit. Penderita diobservasi baik-baik. Diharapkan dalam waktu 24 jam abortus akan berlangsung. Bila belum terjadi abortus, infus disetop dan penderita terus diawasi dengan baik.

Indikasi

1) Abortus buatan

2) Kematian Janin Dalam Rahim (KJDR)

3) Missed abortion

Komplikasi

1) Larutan garam masuk ke dalam rongga peritoneum atau pembuluh darah. Gejala-gejala yang timbul adalah kerja jantung berhenti (cardiac arrest), sesak nafas sampai pernafasan berhenti dan hipofibrinogenemia.2) Trauma pada organ-organ perut lainnya.

3) Perdarahan.

4) Infeksi.e. Pemberian prortaglandin

Prostaglandin adalah suatu persenyawaanasam lemak yang terdapat dalam jaringan-jaringan dan cairan-cairan dalam tubuh yang terdiri dari beberapa jenis. Jenis PGE dan PGF dapat merangsang kontraksi otot-otot rahim. Di indinesia pada beberapa institut percobaan-percobaan dengan PG untuk terminasi kehamilan telah dilaporkan oleh Simanjuntak dkk dari rumah sakit Dr. Pirngadi Medan sejak tahun 1974. pengguanan PG dalam bidang kebidanan dan kandungan antara lain adalah untuk pengaturan haid; dilatasi serviks pra-bedah; terminasi kehamilan triwulan ke dua; induksi persalianan dan terminasi kehamilan intrauterin abnormal.

Induksi haid:

Jenis PG yang dipakai adalah PG pesarium vagina 1 mg yang dimasukkan dalam vagina sebanyak 5 pesarium PG setiap 3 jam. Penderita dirawat untuk pengawasan selama 12-15 jam.

Induksi abortus:

Untuk ini dipergunakan PGF2 dosis 25 mg atau PGE2 sejumlah 5 mg dalam larutan 10 ml garam fisiologis dengan cara disuntikkan kedalam kantong amnion secara transubdominal. Biasanya setelah 1 atau 2 kali suntikan abortus akan berlangsung dalam 24 jam.

Induksi persalinan:

Untuk induksi persalinan dan terminasi kehamilan dikemukakan beberapa cara pemberian prostaglandin:

1). Dengan menyuntikan secara intramuskuler 0,5 mg 15 metil PGF2 metil ester dalam 1 cc larutan (solvens), disuntikan pada otot gluteus setiap 8 jam sekali. Suntikan berikutnya hanya diberikan bila hasil konsepsi belum dikeluarkan. Jumlah suntikan max 5 dosis.

2). Denagn memberikan tablet PGE2 peroral. Yang dipakai adalah tablet 0,5 mg PGE2 dengan cara pemberian sebagai berikut :

a). 0,5 mg PGE2 ditelan setiap 1 jam selama 4 jam pertama atau 0,5 mg PGE2 setiap jam selama 2 jam pertama.b). 1 mg PGE2 setiap jam selama 4 jam berikutnya atau 1 mg PGE2 setiap jam selam 6 jam berikutnya

c). Dilanjutkan dengan dosis 1,5 mg PGE2 setiap jam diberikan selama 8 jam berikutnya

Biasanya persalinan akan berlangsung dalam 8 jam lebih pada primi dan kira-kira 5 jam pada multi.

3). Cara pemberian PG pesarium vaginal

Jenis PG yang dipakai adalah pesarium vagina PG ONO 802

Pemakaian prostaglandin memerlukan pengawasan yang teliti terhadap penderita karena mungkin timbul efek samping dan komplikasi. Komplikasi yang dapat timbul adalah muntah-muntah, mual (efek), diare, dan panas.

Penggunaan prostaglandin masih dalam taraf penelitian karena itu pemakaiannya masih memerlukan pengalaman yang lebih banyak dan penelitian yang lebih mendalam.

f. Histeretomi

Pada beberapa keadaan, baik cara kerokan maupun cara pemberian larutan hipertonik intrauterin tidak dapat dikerjakan. Misalnya pada pembukaan kanalis servikalis yang kecil pada kehamilan 12-16 minggu. Jika kehamilan harus diterminasi karena indikasi medis untuk itu mempunyai alasan yang cukup kuat, biasanya dikerjakan histerotomi.

Teknik Histeritomi1). Histeritomi abdominal, yaitu dengan cara membuka uterus melalui sayatan pada dinding perut, kemudian isi kavum uteri dikeluarkan dan luka-luka dijahit lapis demi lapis.2). Histeritomi vaginal, yaitu dengan cara melakukan insisi pada serviks (histerosmatotomi)sehingga diperoleh pembukaan kanalis serviaklis yang besar. Hasil konsepsi mula-mula dikeluarkan dengan cunam abortus, kemudian diikuti dengan kuretase untuk membersihkan sisa-sisa kehamilan. F. Pemeriksaan Penunjang Tes kehamilan: positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus.

Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.

Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortionG. Komplikasi abortus1. perdarahan (hemorrhage)

2. perforasi: sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh tenaga yang tidak ahli seperti bidan dan dukun

3. infeksi dan tetanus

4. payah ginjal akut

5. syok, pada abortus yang dapat disebabkan oleh:

a. perdarahan yang banyak disebut syok hemoragik

b. infeksi berat atau sepsis disebut syok septic endoseptik.

DAFTAR PUSTAKA

Bag. Obsign FK Unpad. 1994. Obstetri Patologi. Bandung: Elstar offset.

Bag. Obsign FK Unpad. 1994. Ginekologi. Bandung : Elstar offset.

FK UI. 2001. kapita selekta kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi jilid 1. Jakarta : EGC.

_____. 1998. Sinopsis Obstetri, Obstetri Operatif, Obstetri Sosial. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kandungan Edisi ke-2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

ABORTUS

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Maternitas III

Disusun oleh:

Sri Mulyana

(1.1.10526)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG

2007