bab i a. latar belakang masalahthesis.umy.ac.id/datapublik/t10328.pdf · menyebabkan lahirnya...

42
1 BAB I A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu dan teknologi yang begitu pesatnya, mendorong berbagai pihak untuk lebih meningkatkan pembangunan disegala bidang kehidupan. Pembangunan yang adil dan merata sangat diharapkan oleh segenap lapisan masyarakat. Usha pemerintah untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur dilakukan dalam berbagai bidang termasuk didalamnya adalah bidang ekonomi. Pembangunan nasional Indonesia pada hakekatnya adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Tujuan pembangunan tersebut adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat adil, makmur yang merata materiil, spiritual yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang dasar 1945. Peningkatan produksi nasional khususnya yang berasal dari luar sektor pertanian merupakan bagian yang semakin penting, dan sektor industri akan menjadi tulang punggung perekonomian Negara. Salah satu fenomena yang menentukan peningkatan produksi nasional adalah adanya penggolongan-penggolongan sektor industri kedalam industri besar, industri menengah, dan industri kecil. Realita ini dapat terjadi karena ternyata negara-negara yang mengupayakan sektor industri sebagai sektor utama pembangunan menunjukan keberhasilan memperoleh kemakmuran dan kesejahteraan bangsanya relatif tinggi, kenyataan lain

Upload: others

Post on 22-Feb-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

 

BAB I

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan ilmu dan teknologi yang begitu pesatnya, mendorong berbagai

pihak untuk lebih meningkatkan pembangunan disegala bidang kehidupan.

Pembangunan yang adil dan merata sangat diharapkan oleh segenap lapisan

masyarakat. Usha pemerintah untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur

dilakukan dalam berbagai bidang termasuk didalamnya adalah bidang ekonomi.

Pembangunan nasional Indonesia pada hakekatnya adalah pembangunan

manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Tujuan

pembangunan tersebut adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat adil, makmur

yang merata materiil, spiritual yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang dasar

1945.

Peningkatan produksi nasional khususnya yang berasal dari luar sektor

pertanian merupakan bagian yang semakin penting, dan sektor industri akan menjadi

tulang punggung perekonomian Negara. Salah satu fenomena yang menentukan

peningkatan produksi nasional adalah adanya penggolongan-penggolongan sektor

industri kedalam industri besar, industri menengah, dan industri kecil.

Realita ini dapat terjadi karena ternyata negara-negara yang mengupayakan

sektor industri sebagai sektor utama pembangunan menunjukan keberhasilan

memperoleh kemakmuran dan kesejahteraan bangsanya relatif tinggi, kenyataan lain

 

menyebabkan lahirnya pandangan bahwa negara yang berhasil dalam pembangunan

adalah negara industri.1

Pembangunan industi dalam negeri diarahkan untuk bisa meningkatkan

pemanfaatan sumbar daya manusia dan kekayaan alam Indonesia. Sumber daya

manusia berwujud manusia, didalamnya terdapat ketrampilan, melalui pemanfaatan

ketrampilan yang ada secara maksimal maka dapat dirintis sebuah industri kerajinan.

Industri kecil yang ada di Indonesia beraneka ragam mengingat bangsa

Indonesia memiliki latar belakang budaya yang bercorak ragam. Keaneka ragaman

industri kecil merupakan potensi bangsa yang perlu terus untuk dikembangkan.

Industri merupakan usaha yang sangat penting dimana tidak menyangkut

industi berat saja akan industri kecil yang menjadi sektor yang dapat diharapkan serta

dapat memenuhi akan terciptanya lapangan kerja baru dan usaha perbaikan berupa

perbaikan dan pertumbuhan ekonomi sebagian besar masyarakat Indonesia dan

terciptanya masyarakat yang makmur dan sejahtera. Industri kecil dan menengah

termasuk industri kerja dan industry rumah tangga perlu terus dibina menjadi usaha

yang makin efisien dan mampu berkembang mandiri.2

                                                            1 Insani Azhari Saleh, “Industri kecil sebagai sebuah tinjauan dan perbandingan” Penerbit LP3ES, Jkt 1986 hal 3 

2 The Kian Wie, Industri kecil Indonesia dan catatan krisis, Pustaka Harapan Jaya, Jkt 1976 hal 68 

 

Agar bisa menghasilkan produk yang berkualitas yang mampu bersaing di

pasaran, maka dibutuhkan suatu keahlian maupun kemampuan bagi pengusaha dan

tenaga kerja dalam mengerjakan proses produksi sampai dengan pemasaran.

Seperti di kota Pekalongan memiliki beraneka ragam industri kecil. Salah

satunya adalah industri kerajinan batik, yang memang sudah menjadi warisan leluhur

turun temurun oleh sebagian masyarakat Kota Pekalongan. Di Kota Pekalongan ada

beberapa pengklasifikasian jenis usaha kerajinan batik diantaranya, yaitu yang

pertama pengrajin batik besar, dimana mereka biasanya memproduksi sendiri

kemudian memasarkanya hingga kepasaran Nasianol dan internasional. Yang kedua

adalah pengrajin batik sedang, dimana biasanya mereka tidak memproduksi sendiri

melainkan mereka hanya melakukan pemasaran terhadap produksi batik yang dibuat

oleh pengrajin-pengrajin kecil yang pada tahap sebelumnya telah diberikan modal

awal yaitu kain mori yang nantinya pengrajin kecil tersebut akan diberikan upah dari

garapan batik tersebut. Yang ketiga adalah pengrajin batik kecil yang biasa disebut di

Pekalongan dengan sebutan babaran, disini biasanya para pengrajin kecil hanya

mambuat batik pesanan yang memang sudah diminta oleh sebuah toko pemasaran

batik, toko pemesan biasanya sudah terlebih dahulu memberikan kain mori yang

nantinya akan digarap oleh pengrajin, modal dari pengrajin hanyalah membatik dan

mewarnai, mengenai masalah konveksi dan pengemasan akan dilakukan oleh toko

pemesan.

 

Usaha menengah, kecil dan mikro kerajinan batik mempunyai peran penting

dalam pembangunan ekonomi daerah Kota Pekalongan, oleh karena selain berperaan

dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam

pendistribusian hasil-hasil pembangunan ekonomi. Dalam krisis ekonomi yang terjadi

di Indonesia sejak beberapa waktu yang lalu, dimana banyak usaha berskala besar

yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, sector usaha kecil mikro dan

menengah khususnya kerajinan batik di Pekalongan terbukti masih mampu bertahan

dalam menghadapi krisis tersebut.

Menurut data Badan Pusat Statistik keberadan industri kerajinan batik di Kota

Pekalongan sangat strategis untuk menciptakan lapangankerja dan mengurangi

kemiskinan. Pasalnya, jumlah usaha kerajinan batik yang mencapai 483 unit usaha

dan bisa menyerap hingga 4500 tenaga kerja. Selain itu UMKM kerajinan batik

memberi kontribusi 15% hingga 40% terhadap pertumbuhan perekonomian di Kota

Pekalongan. Dalam penyaluran kredit UMKM kerajinan batik hanya menyerap dalam

kisaran 181 milyar, itu lebih sedikit dibandingkan usaha lain yang membutuhkan

kredit dengan nominal lebih banyak namun dalam penyerapan tenaga kerja lebih

sedikit dibandingkan UMKM kerajinan batik.

Pengembangan usaha kerajinan batik di Kota Pekalongan perlu mandapatkan

perhatian yang besar baik dari Pemerintah Kota maupun dari masyarakat agar dapat

berkembang lebih kompetitif bersama pelaku ekonomi lainya. Kebijakan pemerintah

Kota Pekalongan kedepan perlu diupayakan lebih kondusif tumbuh dan

 

berkembangnya usaha kerajinan batik. Pemerintah Kota Pekalongan perlu

meningkatkan perananya dalam memberdayakan UMKM kerajinan baitik disamping

mengembangkan kemitraan usaha yang saling menguntungkan antara pengrajin

dengan pengusaha besar, dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Usaha kerajinan batik terbukti tahan krisis dan mampu survive dalam

menghadapi krisis moneter tahun 1997, karena pertama, usaha kerajinan batik jelas

tidak memiliki hutang luar negeri. Kedua, tidak banyak utang keperbankan. Ketiga ,

menggunakan input lokal. Keempat, berorientasi ekspor.

Seiring dengan berjalanya waktu banyak terjdi gejolak perekonomian di

negeri ini,semua itu berdampak kepada para pengusaha kecil batik dikota Pekalongan

pada khususnya. Yang sangat jelas dapat dirasakan dari dampak gejolak ekonomi

Indonesia adalah mengenai kenaikan harga bahan bakar minyak pada tahun 2005,

dimulai dari kebijakan pemerintah tersebut, pada waktu itu banyak pengrajin-

pengrajin mengalami kesulitan dalam mempertahankan eksistensi usaha kerajinan

batik yang mereka kelola selama bertahun-tahun.

Efek domino yang terjadi pasca kenaikan harga bahan bakar minyak tersebut

jelas menimbulkan keprihatinan bagi para pengrajin yang bermodal pas-pasan, harga

bahan produksi yang melambung tinggi mengakibatkan banyak pengrajin memilih

untuk tidak meneruskan usahanya tersebut. Kenaikan harga bahan produksi tersebut

tidak bisa diiringi oleh kenaikan biaya produksi yang memang seharusnya menjadi

 

hak para pengrajin. Para pemilik toko bersikeras mempertahankan harga lama dengan

alasan mereka kesulitan melakukan pemasaran apabila harga batik dinaikan.

Belum lagi satu masalah terpecahkan, lagi-lagi pemerintah pusat pada tahun

2008 menetapkan kebijakan, yaitu mengurangi subsidi bahan bakar minyak untuk

masyarakat, dengan artian harga bahan bakar minyak kembali dinaikan. Peristiwa

demi peristiwa ini makin memperburuk keadaan yang dialami oleh para pengrajin

untuk bisa bertahan dalam dunia usaha batik. Memang tidak bisa dipungkiri

pemerintah daerah melalui Disperindagkop telah sering melakukan pembinaan

terhadap para pengrajin, namun demikian bukan hanya sebuah pembinaan-pembinaan

secara teoritis saja yang dibutuhkan. Hal utama yang menjadi pokok permasalahan

adalah modal usaha yang menipis akibat harga bahan produksi yang melonjak akibat

terkena efek domino dari kenaikan harga bahan bakar minyak selama ini

Survey terhadap pelaku UMKM di Kota Pekalongan menunjukan bahwa

kenaikan harga BBM menyebabkan 9. 734 pelaku usaha tersebut didaerah ini

semakin terpuruk. Berdasarkan pengakuan para pengrajin UMKM, sebanyak 73%

total reponden mengatakan usaha mereka terpengaruh oleh dampak kenaikan harga

BBM. Survey ini sejalan dengan survey yang dilakukan oleh BPS (Badan Pusat

Statistik) yang menyebutkan bahwa kenaikan harga bahan bakar minyak berpengaruh

 

terhadap kenaikan biaya produksi usaha mikro sebesar 34%, usaha kecil 24,6%, dan

usaha menengah 129,6%.3

Kemudian muncul rentetan permasalahan yang menjadi tantangan bagi usaha

kerajinan batik. Pertama, tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara bidang

administrasi dan oprasional. Kebanyakan usaha kerajinan batik dikelola oleh

perorangan yang merangkap sebagai pemilik sekaligus pengelola perusahaan, serta,

memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga dan kerabat dekat. Kedua, akses industri

usaha kerajinan batik terhadap lembaga kredit formil rendah, sehingga mereka

cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari modal sendiri atau sumber

lain,seperti keluarga dekat, kerabat, pedagang perantara, bahkan rentenir. Ketiga,

sebagian besar usaha kerajinan batik ditandai dengan belum adanya status badan

hukum. Mayoritas usaha kerajinan batik merupakan perusahaan perorangan yang

tidak berakta notaries, 4,7% tergolong perusahaan perorangan berakta notaris, dan

hanya 1,7% yang sudah memilikin badan hukum (PT/NV, CV, Firma atau Koprasi).

Keempat, tren nilai ekspor menunjukan betapa sangat fluktuatif dan berubah ubahnya

komoditas ekspor Indonesia selama periode 1999-2006. Penyebabnya adalah eksporir

masih menunggu order dari pembeli/pelanggan dari luar negeri, faktor musim dimitra

Negara dagang ikut berpengaruh, dan belum stabilnya bisnis kerajinan batik

berorientasi ekspor. Kelima, masalah terbesar yang dihadapi dalam pengadaan bahan

baku adalah mahalnya harga dan terbatasnya ketersediaan. Keenam, dalam bidang                                                             3 Google Search, //http.seminarnasionalblognet.com, Agustus 2008 

 

pemasaran, masalahnya terkait dengan banyaknya pesaing yang bergerak dalam

industry kerajinan batik.

Masalah mengenai permodalan adalah mejadi faktor internal utama yang

diperlukan untuk mengembangkan suatu unit usaha. Kurangnya permodalan UMKM,

oleh karena pada umumnya usaha kecil dan menengah merupakan usaha perorangan

atau perusahaan yang sifatnya individu.

Mengenai peran dari pemerintah Kota khususnya Dinas Perindustrian,

Perdagangan dan koperasi selama ini dirasa oleh beberapa pengrajin industri batik

kecil belum cukup memberikan dampak baik. Terutama mengenai pinjaman modal

dengan bunga lunak, beberapa pengrajin membutuhkan cukup banyak modal

tambahan guna mengantisipasi devisit modal yang mereka alami pasca kenaikan

harga bahan bakar minyak periode tahun 2005.

Permasalahan yang sekarang sedang dihadapi memang tidak berdampak

buruk bagi para pengrajin yang mempunyai modal lebih, tapi yang menjadi

pertanyaan apakah semua pengrajin yang menjalankan usaha kerajinan batik di kota

Pekalongan semuanya mempunyai modal lebih? Tentu saja jawabanya adalah tidak,

sebagian dari mereka yang tidak mempunyai modal lebih memilih untuk tidak

memproduksi batik lagi, para pengajin cenderung putus asa dengan keadaan yang

mereka hadapi. Sementara kebanyakan pengusaha batik besar masih bisa tetap

bertahan dalam keadaan seperti ini dengan tetap menekan harga biaya produksi pada

 

pengrajin kecil yang mereka pekerjakan dengan memberikan kain mori sebelumnya.

Beberapa pengrajin yang masih tetap bertahan karena mereka beralasan dari pada

menjadi pengangguran, bertahan walaupun hasilnya hanya pas-pasan untuk modal

awal dan gaji karyawan dengan upah dari pengusaha batik besar.

Ketimpangan seperti inilah yang sampai sekarang belum mendapatkan solusi,

seharusnya disini pemerintah dapat membantu menyelesaikan masalah yang mungkin

tidak banyak diketahui oleh orang-orang yang memang tidak mengerti dengan dunia

usaha batik yang sebenarnya.

Pemerintah kota mempunyai pera penting, mengingat industi kerajinan batik

dalam pembangunan daerah haruslah menitik beratkan pada aspek sosial seperti

penciptaan lapangan pekerjaan, aspek kultur budaya seperti mengangkat nilai-

nilaiyang sesuai dengan agama dan adat istiadat setempat, dan aspek ekonomi dapat

menguntungkan devisa, pajak bagi pemerintah. Ini tidak dapat dipungkiri bahwa pada

pengembangan industri batik merupakan bagian dari pada ekonomi bisnis yang

memerlukan rencana yang sangat baik, secara empiris dapat ditunjukan bahwa dalam

pengmbangan industri batik harus menghilangkan rencana terdahulu (kuno) yang

mengalami banyak kerugian. Rencana pengembangan seharusnya adalah dapat

menjadikan batik sebagai konsen utama dengan melakukan pemberdayaan terhadap

UMKM kerajinan batik. Maka Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koprasi Kota

Pekalongan selaku pelaksana kebijakan dari pemerintah Kota Pekalongan

berperperan utama dalam memberdayakan UMKM kerajinan batik agar UMKM

10 

 

dapat menjaga keberlangsungan usaha mereka. Dari sini perlu adanya strategi yang

jitu dan terarah mengingat pentingnya pengembangan sebuah seni kerajinan batik

agar tetap bisa menjaga eksistensi usaha mereka. Untuk melaksanakan perencanaan

strategi tersebut, Disperindagkop Kota Pekalongan haruslah melakukan

pemenajemenan atau mengatur divisi-divisi serta seksi-seksi yang ada untuk

melakukan kerja yang kongrit dalam pemberdayaan UMKM kerajinan batik. Dalam

penelitian ini penlis menginginkan agar bisa mengetahui strategi pemberdayaan dan

upaya pengembangan usaha kerajinan batik yang dilakukan oleh Disprindagkop Kota

Pekalongan.

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan hal-hal yang

merupakan masalah dari penelitian ini, adalah:

“Bagaimana Strategi Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koprasi terhadap

pemberdayaan Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM) kerajinan batik di kota

Pekalongan.”

C. Kerangka Dasar Teori

Menurut Sofyan Effendi, teori adalah merupakan unsur yang paling besar

perananya bagi penelitian, karena dalam unsur inilah peneliti mencoba menerangkan

fenomena alami yang menjadi pusat perhatianya. Lebih lanjut lagi F.N Kerlinger

menyatakan bahwa teori adalah serangkaian konsep, defenisi dan proporsi untuk

11 

 

menerangkan suatu fenomena social secara sistematis dengan cara merumuskan

hubungan antara konsep.4

Kerangka teori akan memberi gambaran dalam menganalisa data tentang pembinaan

upaya peningkatan keberadaan industri kecil batik.

1. UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah), Ekonomi Kecil dan

Ekonomi kreatif

a. UMKM (Usaha Menegah , Kecil dan Mikro)

1) Pengertian UMKM (Usaha, Menengah, Kecil dan Mikro)

Perdebatan soal definisi atau batasan usaha mikro, kecil dan menengah

(UMKM) masih terus bergulir. Berbagai institusi mempunyai definisi tentang sektor

UMKM. Salah satu upaya menyamakan persepsi soal strategi pengembangan sektor

UMKM adalah menyamakan definisi dari UMKM, kerena definisi UMKM di

Indonesia tidak sama dengan pengertian UMKM di Negara lain.

Namun dalam forum global, UMKM di Indonesia sering disetarakan dengan

UMKM di berbagai Negara. UMKM di Indonesia kerap dibandingkan dengan

UMKM di Negara maju seperti Amerika Serikat.

                                                            4 Sofyan Effendi dan Masri Singaribuan, metode Penelitian Survey, LP3ES 

12 

 

Dalam hal ini, Bank dunia menggunakan definisi yang dapat diberlakukan

secara global. Sementara pemerintah mendefinisikan UMKM sesuai dengan undang-

undang nomor 20 tahun 2008, yaitu undang-undang tentang usaha kecil.

Berdasarkan undang-undang No.20 tahun 2008, pengertian dari UMKM

adalah usaha yang memiliki asset diluar tanah dan bangunan sama atau lebih kecil

dari dua ratus juta rupiah dengan omset tahunan hingaa satu miliar rupiah,

dimilikioleh orang Indonesia dan independen atau tidak terinflasi dengan usaha besar,

boleh berbadan hukum dan boleh tidak berbadan hukum.5

Sedangkan BPS menggunakan tiga kategori dengan ukuran ketenaga kerjaan.

Disebut usaha mikro apabila mempekerjakan lima orang termasuk pekerja keluarga

yang tidak dibayar. Disebut usaha kecil apabila mempekerjakan orang antara lima

sampai sepuluh orang. Disebut usaha menengah apabila mempekerjakan antara dua

puluh sampai Sembilan puluh semblan orang.6

2) Cirri-ciri UMKM (Usaha Menengah, Kecil dan Mikro)7

a. Ciri-ciri usaha menengah

1) Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih

                                                            5 Dr. Fahmy Radhi MBA, artikel Kerjasama Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dan BPD DIY, September 2008  

6 Ibid 

7 Ibid 

13 

 

baik, lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang

jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran dan bagian

produksi;

Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi dengan

teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau pemeriksaan

termasuk oleh perbankan;

Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada

Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll;

Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha, izin

tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dll;

Sudah memiliki akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan;

2) Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan

terdidik.

b. Cirri-ciri usaha kecil

• Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang

berubah

• Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah

Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walaupun masih

sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan

14 

 

keluarga, sudah membuat neraca usaha, sudah memiliki izin usaha dan

persyaratan legalitas lainya termasuk NPWP.

• Sebagaian sudah akses ke perbankan dalam keperluan modal.

c. Ciri-ciri usaha mikro

• Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat

berganti;

Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat;

Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak

memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha;

Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha yang

memadai;

Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah;

Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah akses

ke lembaga keuangan non bank;

• Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya

termasuk NPWP.

d. Contoh UMKM (Usaha Menengah, Kecil dan Mikro)

e. Contoh usaha menengah

Jenis atau macam usaha menengah hampir menggarap komoditi dari hampir seluruh

15 

 

sektor mungkin hampir secara merata, yaitu:

• Usaha pertanian, perternakan, perkebunan, kehutanan skala menengah;

Usaha perdagangan (grosir) termasuk expor dan impor.

Usaha jasa EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut), garment dan jasa transportasi taxi

dan bus antar proponsi.

Usaha industri makanan dan minuman, elektronik dan logam.

• Usaha pertambangan batu gunung untuk kontruksi dan marmer buatan.

f. Contoh usaha kecil

• Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga kerja.

Pedagang dipasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya.

Pengrajin industri makanan dan minuman, industri meubelair, kayu dan rotan,

industri alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi dan industri kerajinan tangan.

Peternakan ayam, itik dan perikanan.

• Koperasi berskala kecil.

g. Contoh usaha mikro

• Usaha tani pemilik dan penggarap perorangan, peternak, nelayan dan

pembudidaya;

Industri makanan dan minuman, industri meubelair pengolahan kayu dan

rotan,industri pandai besi pembuat alat-alat.

16 

 

Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar dll.

Peternakan ayam, itik dan perikanan.

• Usaha jasa-jasa seperti perbengkelan, salon kecantikan, ojek dan penjahit

(konveksi).

Dilihat dari kepentingan perbankan, usaha mikro adalah suatu segmen pasar yang

cukup potensial untuk dilayani dalam upaya meningkatkan fungsi intermediasi-nya

karena usaha mikro mempunyai karakteristik positif dan unik yang tidak selalu

dimiliki oleh usaha non mikro, antara lain :

• Perputaran usaha (turn over) cukup tinggi, kemampuannya menyerap dana

yang mahal dan dalam situasi krisis ekonomi kegiatan usaha masih tetap

berjalan bahkan terus berkembang;

Tidak sensitive terhadap suku bunga;

Tetap berkembang walau dalam situasi krisis ekonomi dan moneter;

• Pada umumnya berkarakter jujur, ulet, lugu dan dapat menerima bimbingan

asal dilakukan dengan pendekatan yang tepat.

Namun demikian, disadari sepenuhnya bahwa masih banyak usaha mikro yang sulit

memperoleh layanan kredit perbankan karena berbagai kendala baik pada sisi usaha

mikro maupun pada sisi perbankan sendiri.

17 

 

h. Fungsi UMKM (Usaha Menengah, Kecil dan Mikro)8

a. Untuk menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat.

b. Menjalankanstrategi komprehensif kesinambungan

c. Mendorang menyisihkan sebagian keuntungan untuk ditabung dalam

bentuk tabungan di lembaga keuangan seperti perbankan

d. Memasarkan sebuah produk unggulan dalam berbagai bentuk produksi.

e. Menjalin kemitraan usaha terhadap beberapa instansi yang bersangkutan.

2. Manajemen Strategis

a. Pengertian Strategi

Dalam melakukan segala sesuatu untuk mencapai hal yang diinginkan dan

mendapatkan (kemenangan) diperlukan suatu strategi yang baik oleh setiap pelaksana

(manusia), seperti dalam kamus bahasa Indonesia pengertian strategi mengandung

arti adalah :

a. Siasat

b. Ilmu siasat

c. Rencana

                                                            8  Ibid 

18 

 

Ini semua semua dilakukan dengan cermat mengenai pada kegiatan untuk

mencapai sasaran khusus9 sama seperti langkah manajemen yang sistematik

dan komprehensif, selanjutnya strategi adalah suatu rencana untuk mencapai

tujuan tertentu yang disusun sedemikian rupa oleh suatu organisasi yang sesuai

pada visi dan misi yang nantinya hendak diraih yang sekaligus untuk

melakukan mandat atau tugas-tugas yang diemban dengan pertimbangan dan

pengaruh faktor-faktor lingkungan eksternal maupun internal.

b. Konsep Perumusan Strategi Dalam Manajemen Strategis

Strategi adalah merupakan produk dari pengambilan keputusan yang dilakukan

oleh manajer terlepas apa yang dilakukan sendiri atau orang lain. Proses perumusan

strategi koorporasi adalah merupakan tanggung jawab manajer puncak, strategi

tingkat satuan bisnis dilakukan oleh manajer tingkat bisnis, strategi fungsional

dilakukan oleh manajer fungsional. Dengan demikian merupakan bagian dari

kegiatan-kegiatan manajemen dalam hal ini adalah manajemen strategis.

                                                            9 Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal 859‐860 

19 

 

c. Ciri-ciri Strategi10

1) Ufuk Waktu (Time Horizon)

Istilah strategi digunakan untuk menerangkan aktivitas-aktivitas yang

mencakup sebuah waktu yang diperluas dengan memperhatikan waktu yang

akan diperlukan dalam melaksanakan aktivitas dan waktu yang diperlukan

guna dalam observasi dampaknya.

2) Dampak (Impact)

Sekalipun konsekuensi-konsekuensi mengikuti strategi tertentu akan

menjadi jelas untuk jangka waktu yang lama, dampaknya penting.

3) Perumusan Upaya (Concentration of effart)

Sebuah strategi yang efektif biasanya memerlukan perumusan aktivitas,

upaya atau perhatian terhadap sejulah tujuan yang relative sempit. Upaya

memuaskan perhatian atas aktivitas-aktivitas terpilih tersebut secara implisit

mengurangi daya yang tersedia untuk aktivitas-aktivitas lain.

4) Pola-pola Keputusan (The Pattern of decision)

Walaupun perusahaan tertentu hanya mengambil beberapa keputusan

dalam rangka upaya mengimplementasikan upaya yang dipilih mereka                                                             10 Robert H Mays dan Steven C.W dan Prof. Dr. Winardi. SE., Strategi Pemasaran Monjur Madu, Bandung 1996 

20 

 

kebanyakan strategi mengharuskan diambilnya suatu jenis-jenis kepentingan

tertentu dengan berlangsungnya waktu.

5) Daya Tembus (perpasivencess)

Sebuah strategi mencangkup spektrum luas aktivitas-aktivitas yang

berkisar sekitar proses-proses mengalokasikan sumber daya. Dari beberapa

keterangan diatas suatu kesimpulan bahwa strategi peningkatan suatu usaha

adalah kesatuan rencana yang omprehensif dan terpadu untuk menjadikan atau

membuat obyek yang telah ada menjadi lebih baik, lebih nyaman, lebih

lengkap dan teratur.

d. Manfaat Manajemen Strategis

Dengan adanya manajemen strategis diharapkan dapat membantu Dinas

Perindustrian Perdagangan dan Koperasi kota Pekalongan dalam menjalankan

program-program yang telah ditentukan khususnya dalam bidang pengelolaan

UMKM sehingga dapat memberikan hasil sesuai dengan apa yang telah ditargetkan

oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) tersebut.

Manajemen strategis juga berfungsi sebagai sarana untuk mengkomunikasikan tujuan

tujuan Disperindagkop yang hendak ditempuh kepada pemilik, karyawan,

masyarakat, eksekuif dan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan.

21 

 

Adpun manfaat dari manajemen strategis yaitu :

1. Manfaat finansial

Manfaat paling utama adalah tendensi untuk menaikan tingkat keuntungan

tidak secara optimal dengan menerapkan manajemen strategis.

2. Manfaat non financial

a) Dapat membantu memperkecil pengaruh perubahan dan

menyiapkan pandangan tergadapmanajeman problem

b) Dapat membantu mengidentifikasikan, memprioritaskan dan

mengeksploitasi peluang.

c) Dapat memecahkan masalah utama organisasi dan memperbaiki

kinerja organisasi

d) Dapat memungkinkan putusan utama untuk mendukung tujuan

yang ditetapkan

e) Dapat memungkinkan alokasi waktu dan sumber daya yang lebih

efektif untuk mengidentifikasi peluang

f) Dapat memungkinkan pengguna peluang sumber daya dan waktu

yang singkat.

g) Dapat memperjelas arah masa depan dan menciptakan prioritas

22 

 

h) Dapat membuat keputusan sekarang dengan mengingat konsekuensi

di masa depan

i) Dapat membantu perilaku yang lebih berintegrasi dan individu

untuk mencapai local effort.

e. Tahap-tahap Manajemen Strategis

Dalam melangkah pengaturan selanjutnya strategi penelitian ini harus

menggunakan manajeman strategis dimana untuk menganalisa lebih lanjut data yang

digunakan pada proses analisis selanjutnya, adapun tahapan proses tersebut adalah :

1. Analisis lingkungan strategis

Bryson menyatakan bahwa untuk merespon secara efektif terhadap

perubahan lingkunganya, organisasi publik haruslah memahami lingkungan

eksternal dan lingkungan internal sehingga mereka dapat menggunakan dan

mengembangkan strategi yang efektif yang mengaitkan kedua lingkungan

tersebut. Pemahaman atas lingkungan internal berguna untuk mengetahui

kekuatan (strength), kelemahan (weakness), sedangkan lingkungan eksternal

untuk mengetahui peluang (opportunities), dan ancaman (threats). Pemahaman

atas kondisi keduanya tersebut digunakan sebagai pijakan dalam analisa SWOT

(strength, weakness, opportunities,threats)

Analisa lingkungan internal dilakukan terhadap :

23 

 

1. Sumber daya yang dimiliki (input) meliputi: sumber daya manusia (SDM),

sumber daya alam (SDA), dana, sarana,/fasilitas, structural dan organisasi.

2. Strategi yang sedang digunakan dalam mengelola input.

3. Kinerja (output) yang dicapai saat ini, sedangkan analisa eksternal dilakukan

melalui:

1. Pemantauan terhadap ragam kecenderungan dan kekuatan politik, sosial,

teknologi, pendidikan, ekonomi dan fisik.

2. Adanya dukungan dari pemerintah untuk konsen mengelola UMKM di

kota Pekalongan.

3. Memperkenalkan kerajinan batik kepada dunia luar

2. Perumusan Strategi

Pada dasarnya strategi merupakan garis besar terhadap tantangan-

tantangan mendasar yang harus dihadapi, oleh karena itu strategi harus dapat

dirumuskan selaras dengan isu strategi yang telah diidentifsikasikan.

Dalam perumusan strategi pengelolaan UMKM digunakan pendekatan

sebagai berikut11:

                                                            11 John M Bryson. Perencanaan Strategi Bagi Organisasi Sosial, Pustaka Pelajar, (Anggota IKAPI) Yogyakarta 1999, hal 55 

24 

 

1. Mengidentifikasi alternatif-alternatif umum yang dapat digunakan untuk

menjawab isu-isu strategis.

2. Mempelajari kendala-kendala yang memungkinkan muncul dalam

pelaksanaan alternatif-alternatif umum tersebut.

3. Merumuskan usulan-usulan yang dapat digunakan untuk mewujudkan

alternatif tersebut, sekaligus mengantipasi adanya hambatan yang ada.

4. Merumuskan kegiatan utama apa yang harus dilakukan dalam satu atau dua

tahun kedepan.

5. Merumuskan langkah-langkah khusus yang harus dilakukan dalam enam

bulan kedepan dan menetapkan siapa saja yang bertanggung jawab untuk

melaksanakanya.

f. Macam-macam Strategi12

1. Strategi ditingkat organisasi (pusat)

a. Stability

Strategi dalam rangka menetapkan segala sumberdaya yang sudah

ada sehingga tidak ada pengadaan sumberdaya yang baru dan bukan

berarti status quo

                                                            12 Drs Ulung Pribadi, Catatan Kuliah Pengembangan Organisasi Publik, 14 November 2006  

25 

 

Spesifikasi Stability

1. Nochange

Tidak ada perubahan sama sekali, tidak mengurangi dan

menambah anggota

2. Profit

Mengambil keuntungan atau memaksimalkan manfaat dari apa

yang selama ini sudah dilakukan

3. Pause

Menghentikan sementara apa-apa yang telah direncanakan

4. Prosses With Caution

Dapat meneruskan tindakan-tindakan didalam organisasi yang

sudah ada sesuai dengan kemampuan organisasi itu, tetap

bersifat sangat hati-hati.

b. Growth

Menumbuhkan suatu organisasi agar dapat berkembang

Growth terdiri atas dua aspek yaitu:

a. Concentration

26 

 

Bahwa suatu organisasi memutuskan perhatian pada tingkat tertentu saja atau

memusatkan dii pada inti bisnis (care bussines)

b. Diversification

Mengambil beberapa bidang garap sekaligus atau beraneka ragam bidang-

bidang garap (merangkap kesektor-sektor lain)

c. Retrenchment

a. Turn Around (berupa stir atau bahan yang berpindah)

b. Captive (hanya menekuni hal-hal yang sudah pasti)

c. Liquidation (pembubaran)

d. Divestment (pelepasan)

2. Strategi ditingkat unit atau divisi

a. Overall Coast Leadership

Memperkuat tim pelaksana (terutama kepemimpinanya)

b. Differentiation

Hal-hal yang berbeda atau spesifik kemudian dicari kenggulan.

27 

 

3. Strategi Pemberdayaan

a. Pengertian Pemberdayaan

Istilah pemberdayaan (empowerment) berasal dari kata “power” yang berarti

kemampuan, tenaga, atau kekuasaan. Dengan demikian, secara harfiah

“pemberdayaan” dapat diartikan sebagai peningkatan kemampuan, tenaga, kekuatan,

atau kekuasaan.13

Konsep pemberdayaan dikembangkan pertama kali di tahun 1970-an yang

bergulir dan mengalami berbagai penyesuaian. Konsep ini berasal dari pemikiran

masyarakat barat yang lahir karena adanya ketimpangan kekuasaan, dimana sebagian

manusia sangat berkuasa terhadap sebagian lainya (homo homini lupus). Menurut

Priono dan Pranaka (1997), konsep pemberdayaan perlu disesuaikan dengan alam

pikiran dan budaya indonesia

Pemberdayaan merupakan salah satu pendekatan untuk mengatasi persoalan

kemiskinan, ketidakberdayaan, dan kerentanan masyarakatlema. Secara konseptual,

pemberdayaan dapat didefinisikan dalam banyak oengertian tergantung dari lingkup

dan sudut pandang dari orang yang mendefinisikanya. Namun ide dasarnya adalah

upaya untuk mewujudkan suasana kemanusiaan yang adil dan beradab.

                                                            13 Sri Najiyati, Pemberdayaan masyarakat Di Lahan Ganbut, Canadianne De Developtment International Agenci, Bogor 2005, hal 51 

28 

 

b. Prinsip-prinsip Pemberdayaan14

1. Kesetaraan

Prinsip utama yang harus dipegang dalam proses pemberdayaan adalah

adanya kesetaraan atau kesejajaran kedudukan antara masyarakat

dengan lembaga yang memerlukan program-program pemberdayaan.

2. Partisipatif

Dalam praktek, pemerintah dan praktisi pemberdayaan belum bersedia

sepenuhnya memberikan kesempatan dan kebebasan kepada

masyarakat untuk memilih dan merumuskan kebutuhanya (Ndraha,

1990). Mereka terjebak dalam keinginan untuk melihat keberhasilan

pemberdayaan secara fisik. Dibutuhkan partisipasi aktif dari kedua

belah pihak agar pembedayaan dapat terwujud.

3. Keswadayaan

Prinsip keswadayaan adalah menghargai dan mengedepankan

kemampuan masyarakat daripada bantuan orang lain. Konsep ini tidak

memandang orang miskin sebagai obyek yang tidak berkemampuan

(the have not), melainkan sebagai subyek yang mempunyai

kemampuan serba sedikit (the have little) [Verhaghen, 1996].

                                                            14 Ibid, hal 54‐60 

29 

 

4. Berkelanjutan

Program pemberdayan perlu dirancang untuk berkelanjutan, sekalipun

pada awalnya peran pendamping lebih dominan dibandingkan dengan

peran masyarakat itu sendiri. Tetapi secara perlahan dan pasti, peran

pendamping akan makin berkurang, bahkan akhirnya dihapus, karena

masyarakat sudah mampu mengelola kegiatanya sendiri.

Pemberdayaan masyarakat ataupun sebuah organisasi memerlukan strategi yang

tepat, karena kesalahan pendekatan justru dapat berakibat fatal. Demikian juga

kesalahan dalam menangkap permasalahan, mengakibatkan kesalahan dalam

menentukan cara pemecahanya. Apabila ini terjadi maka program pemberdayaan

akan tidak berjalan dengan efektif.

Menurut Ginanjar Kartasasmita (1995), implementasi pemberdayaan

masyarakat atau organisasi dapat dilakukan melalui tiga upaya. Pertama dengan

menciptkan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat atau

organisasi untuk berkembang. Kedua, memperkuat potensi daya yang dimiliki dengan

menerapkan langkah-langkah nyata, menyediakan lingkungan, sarana dan prasarana

baik fisik maupun social yang dapat diakses. Ketiga dengan melindungi dan membela

kepentingan masyarakat lemah atau mencegah persaingan yang tidak seimbang dan

eksploitasi terhadap yang lemah.

30 

 

c. Tujuan Pemberdayaan

Adalah membentuk individu masyarakat atau organisasi menjadi mandiri.

Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berfikir, bertindak, dan

mengendalikan apa yang mereka lakukan. Kemandirian masyarakat adalah

merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat dan ditandai

kemampuan memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang

dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah yang dihadapi dengan

mempergunakan daya, kekuatan atau kemampuan yang dimiliki

4. Strategi Pemberdayaan UMKM (Usaha Kecil Mikro dan Menengah)

Pemberdayaan usaha kecil, mikro dan menengah (UMKM) merupakan

langkah yang srategis dalam meningkatkan dan memperkuat dasar kehidupan

perekonomian dari sebagian besar masyarakat, khususnya melalui penyediaan

lapangan kerja dan mengurangi kesenjangan dan tingkat kemiskinan. Dengan

demikian upaya untuk memberdayakan UMKM harus terencana, sistematis dan

menyeluruh baik pada tataran makro, meso dan mikro yang meliputi:15

1. Penciptaan iklim usaha dalam rangka membuka kesempatan berusaha

seluas-luasnya, serta menjamin kepastian usaha disertai adanya efisiensi

ekonomi.

                                                            15 Google Search, //http.www.blognetartikelpemberdayaan.com agustus 2007 

31 

 

2. Pengembangan sistem pendukung usaha bagi UMKM untuk meningkatkan

akses kepada sumber daya produktif sehingga dapat memanfaatkan

memanfaatkan kesempatan yang terbuka dan potensi sumber daya,

terutama sumberdaya lokal yang tersedia.

3. Pengembangan kewirausahan dan keunggulan kompetitif usaha kecil dan

menengah.

4. Pemberdayaan usaha skala mikro untuk meningkatkan pendapatan

masyarakat yang bergerak dalam kegiatan usaha ekonomi disektor informal

yang bersekala usaha mikro, terutama yang masih berstatus keluarga

miskin.

Sejarah telah menunjukan bahwa UMKM di Indonesia tetap eksis dan

berkembang dengan adanya krisis ekonomi yang telah melanda negeri ini sejak tahun

1997, bahkan menjadi katup penyelamat bagi pemulihan ekonomi bangsa karena

kemampuanya memberikan sumbangan cukup signifikan pada penyerapan tenaga

kerja.

Kecenderungan kemampuan UMKM memberikan sumbangan yang cukup

signifikan terhadap perkembangan perekonomian suatu Negara tidak saja terjadi di

Indonesia dan Negara-negara berkembang namun juga terjadi di Negara-negara maju

pada saat Negara-negara maju tersebut membangun kemajuan perekonomianya

sampai sekarang.

32 

 

Dalam pemberdayaan UMKM, salah satu keterlibatan yang penting adalah

steakholder. Sejauh ini keterlibatan stekholder UMKM antara lain terdiri dari instansi

pemerintahan, lembaga pendidikan, LSM, koperasi, perbankan dan asosiasi usaha. Ini

mengalami perkembangan sesuai dengan berkembangnya cara pandang dan kebijakan

pemerintah terhadap UMKM.

Berikut adalah pola alternatif hubungan antar masing-masing stekholder

UMKM yang diharapkan mampu memberikan sumbangan yang sugnifikan bagi

kemajuan UMKN16:

1) UMKM

UMKM sebagai pelaku memegang peran yang sangat penting dalam

rangka pemberdayaan mereka sendiri. Dalam pemberdayaan UMKM perlu

diberikan motifasi dan manfaat dari berbagai peluang dan fasilitasi yang

diberikan oleh berbagai pihak (stekholder yang lain) karena tanpa

patisipasi dari UMKM secara individu atau kelompok akan berakibat

gagalnya usaha pemberdayaan yang dilakukan.

2) Kelompok/koperasi

Beragamnya jenis usaha dan skala usaha memang memerlukan

keberagaman perlakuan yang berbeda. Untuk itu, perlu dilihat dari masalah

                                                            16 Ravik Karsidi,  Strategi Pemberdayaan UMKM, BDS LPPM UNS, Solo 2001 

33 

 

demi masalah, apakah ada masalah yang perlu penanganan secara

kelompok atau individual. Masalah pemodalan misalnya akan lebih mudah

penangananya dengan sistem kelompok karena dapat mengurangi resiko

dan mudah dalam pembinaanya Kelompok usaha mikro kemudian menjadi

lebih besar dan teradministrasi dengan baik, maka kemudian dapat

dikembangkan menjadi koperasi. Melalui koperasi diharapkan bias

mamperkuat kekuatan tawar pasar baik dalam mendapatkan bahan baku

maupun penjualan produk.

3) BDS (Bussines Development Services)

BDS ini berperan sebagai konsultan pengembangan usaha dalam berbagai

aspek, seperti aspek manajmen, produksi, pasar dan pemasaran bahkan

sampaifasilitas dalam menghubungkan UMKM ke lembaga keuangan baik

bank maupun non bank.

4) Asosiasi Usaha

Asosiasi usaha dapat membantu UMKM dalam berbagai aspek melalui

anggotanya terutama dalam hal ini keterkaitanya dengan pasar akan

memperkuat posisi tawar dalam perdagangan, baik dalam harga maupun

sistem pembayaran dan menciptakan persaingan usaha sehat.

34 

 

5) Lembaga Keuangan (Bank dan non Bank)

Salah satu masalah klasik pemberdayaan UMKM adalah masalah

kekurangan modal, namun UMKM enggan untuk datang ke bank

khususnya karena terkait oleh banyaknya persyaratan yang diperlukan

untuk memperoleh fasilitas kredit dari perbankan. Sebaliknya sering

lembaga keuangan menghadapi masalah bagaimana memasarkan “modal”

yang dihimpun dari masyarakat tersebut agar dapat tersalur kepada

pengusaha UMKM dengan aman. Artinya adalah kedua belah pihak

sebenarnya saling membutuhkan, dan dapat membentuk suatu hubungan

yang salain menguntungkan untuk itu perlu diupayakanya pendekatan baru

perbankan dengan UMKM.

6) Pasar

Pasar perdagangan hasil produksi UMKM dapat berupa pasar dalam negeri

maupun pasar ekspor. Hubungan baik antara pelaku UMKM dan pelaku

pasar (pembeli maupun eksportir) perlu dijaga kesinambunganya.

Demikian pula dengan adanya perubahan kondisi pasar harus cepat

diantisipasi.

7) Pemerintah

35 

 

Pemerintah mempunyai peran penting dalam menjadi fasilitator bagi

UMKM. Peran tersebut dapat diwujudkan dengan kebijakan yang berpihak

terhadap pengembangan usaha maupun fasilitasnya, seprti:

a. Layanan perijinan satu atap dengan harga yang wajar

b. Pejaminan kredit UMKM

c. Fasilitas BDS, Asosiasi dan Koprasi untuk kemajuan UMKM

Secara konseptual pemberdayaan UMKM terutama dapat dilakukan dengan

sistem pemberdayaan pelaku UMKM itu sendiri. Keberhasilan pemberdayaan sangat

bergantung pada partisipasi UMKM sebagai pelaku maupun stekholder lain yang

turut serta dan berperan dalam pengembanganya.

Dalam praktek untuk menggugah partisipasi masyarakat sasaran langkah-

langkah yang dapat dilakukan adalah:

a. Identifikasi potensi

b. Analisis kebutuhan

c. Rencana kerja bersama

d. Pelaksanaan

e. Monitoring dan evaluasi

36 

 

5. Pengrajin

Menurut Larasati Sulisantoro Sulaiman. pengrajin adalah:

“pengrajin adalah mereka yang memiliki suatu ketrampilan khusus yang

didapatnya dari penyampaian turun temurun nenek moyangnya atau yang

didapat melalui proses sosialisasi dari lingkungan budayanya , seorang

pengrajin biasanya adalah seorang alamiah, yang mendapatkan ketrampilan

lewat pendidikan khusus.”17

Sebagai salah satu pengusaha salah satu fungsi penting yang mesti

dilakukan adalah menentukan tujuan, sasaran perusahaan. Seluruh aktivitas

perusahaan disarankan untuk mencapai tujuan. Tujuan ini menentukan cirri

perusahaan dan merupakan titik pusat yang dituju oleh berbagai aktivitas

perusahaan termasuk perencanaan, kebijakan dan program-program.

Perusahaan kecil yang sering menghadapi dilemma, jika pemilik

perusahaan kecil tidak efisien atau sedang-sedang saja kemampuanya ia akan

mengalami kegagalan dan bila terlalu sukses maka perkembangan perusahaan

itu menyebabkan hilangnya kebebasan. Patut diperhatikan bahwa menjadi

perusahaan kecil bukan berarti gagal, sebaliknya perusahaan kecil menyajikan

kesuksesan, kepuasan dan posisi tertentu dalam dunia usaha, kalau pemiliknya

                                                            17 Larasati Sulistiantoro Sulaiman, Kerajinan Peluang Kerja Dan Peluang Berusaha Bagi Wanta Pedesaan, BPFE, Jgj 1995 hal 360   

37 

 

melaksanakan kegiatan dengan efektif dan sukses perusahaan kecil akan

mendapat tempat khusus dalam dunia usaha perusahaan kecil menyuguhkan

dinamisme, inovasi dan efektivitas yang memungkunkan produktivitasnya

system perekonomian.

6. Industri Kerajinan Batik

Kerajinan batik merupakan kerajinan yang dibuat dari berbagai macam

bahan dasar, diantaranya adalah kain mori, lilin (malam), obat pewarna, dan

beberapa bahan lainya. Pembuatan dilakukan dengan cara, yaitu kain mori yag

telah disesuaikan dengan ukuranya dicap dengan canting atau ditulis dengan

canting tulis yang telah di isi dengan lilin, kemudian setelah proses tersebut

kain mori yang telah bermotifkan gambaran dari lilin tadi diberi pewarna

dengan obat batik sesuai dengan desain dan detail yang telah disetujui, setelah

semua proses situ dilalui maka proses terakhir dari tahapan pembuatan yaitu

kain mori tersebut dicuci didalam air yang telah mendidih dan yang telah

diberikan beberapa obat batik yang mengandung unsur kimia, atau istilah

populernya adalah dilorot. Itu adalah beberapa gambaran singkat dari sebuah

proses pembuatan kerajinan batik. Yang nantinya dari semua kerajinan itu

akan menghasilkan beberapa bentuk, yaitu longdress, bed cover, kemeja, dan

beberapa jenis lainya.

38 

 

D. Definisi Konsepsional

1. Strategi Pemberdayaa adalah tindakan-tindakan atau usaha-usaha yang

dilakukan untuk kemajuan, perkembangan dan keberhasilan dalam sektor

perindustrian.

2. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koprasi adalah lembaga pemerintah

dan juga sebagai lembaga yang mengatur dan membina dan

megembangkan sektor industri dinegara ini memiliki kompetensi dalam

melakukan pembinaan terhadap industri kecil.

3. Kerajinan Batik adalah suatu seni kerajinan melukis halus pada kain, yang

membutuhkan ketrampilan alami atau warisan bakat keturunan untuk

membuatnya.

4. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) adalah suatu kegiatan yag

lebih menentukan pada kemampuan manusia atau dengan menggunakan

mesin yang sederhana, dimana didalamnya ada perubahan sifat barang

serta mempunyai satu sampai Sembilan.

E. Definisi Oprasional

Dalam hal ini dioprasionalkan apa yang telah dirumuskan dalam

definisi konsep sehingga nantinya akan mendekati empiris oleh karena itu

39 

 

akan ditentukan iindikator dari peranan pemerintah daerah dalam pembinaan

usaha kecil menengah dan mikro (UMKM) kerajinan batik :

1. Analisis Faktor Lingkungan Eksternal

Analisis peluang dan ancaman dalam proses pemberdayaan

2. Analisis Faktor Lingkungan Internal

Analisis kekuatan dan kelemahan dalam proses pemberdayaan

3. Peningkatan fungsi pemberdayaan

a. Frekuensi pemberian pembinaan didalam upaya peningkatan

industry batik oleh pemerintah daerah :

1) Memberikan penyuluhan tentang manajemen dan

kewirausahaan

2) Memberikan pelatihan ketrampilan sehingga dapat

menghasilkan barang-barang berkualitas tinggi dan

mempunyai lebih banyak produk batik yang bervariasi.

3) Memberikan sarana dalam proses promosi.

40 

 

b. Pemberian bantuan oleh pemerintah

1) Memberikan bantuan dengan menjadi fasilitator antara

pengrajin dan lembaga keungan

2) Memberikan bantuan yang berupa alat

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan ex post facto karena

penelitian ini hanya mengungkapkan fakta saja tanpa adanya manipulasi

variable atua menciptakan kondisi tertentu. Dilihat dari sifatnya penelitian

dikategorikan sebagai peneliian kualitatif, karena hanya mencari fakta dan

selanjutnya menjelaskan scara deskriptif tentang fakta yang bersangkutan

dan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu tetapi

menggambarkan apa adanya18

2. Unit Analisis

Sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini,

maka unit analisisnya adalah Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan

Koprasi Kota Pekalongan dengan kebijakan-kebijakannya yang

menyangkut pemberdayaan sector usaha kerajinan batik.                                                             18 Arikunto, Metode Penelitian Sosial, Gramedia Pustaka Tama, 1992, hal 107 

41 

 

3. Jenis Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi dua unsur yaitu:

a. Data primer

Semua informasi mengenai konsep penelitian atau yang terkait

denganya yang diperoleh secara langsung dari unit yang dianalisa

yang dijadikan sebagai objek penelitian.

b. Data skunder

Semua informasi yang diperoleh secara tidak langsung, melalui

dokumen-dokumen yang mencatat keadaan konsep penelitian

(ataupun yang terkaik dengannya) didalam unit analisa yang

dijadikan sebagai objek penelitian. Berisi informasi mengenai

monografi dan penelitian, data ini berguna untuk memberikan

gambaran latar belakang penelitian. Gambaran latar belakang atau

setting penelitian ini mempunyai fungsi sebagai rekomendasi bagi

penelitian lebih lanjut.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Interview atau Wawancara

Interview adalah teknik pengambilan data dengan cara melakukan

wawancara atau bertanya langsung kepada responden guna

42 

 

mendapatkan informasi yang diperlukan secara langsung dengan

responden ditempat penelitian.

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah bahan-bahan tertulis yang mendukung

kelengkapan data dari objek penelitian, misalnya otobiografi, surat-

surat pribadi, buku-buku harian, majalah, makalah-makalah seminar

tentang pemberdayaan usaha kerajinan batik dan lain sebagainya.

Dokumen-dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah

arsip-arsip, catatan-catatan monografi dan lain yang sejenis yang

terdapat di Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koprasi Kota

Pekalongan.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data ialah proses penyederhanaan data kedalam bentuk

yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan19. Metode analisis data

yang dignakan adalah metode analisis kualitatif dimana pengertian

kualiatif tiak selalu mencari sebab akibat, tetapi lebih berupaya untuk

memahami situasi dengan menginterpretasikan dari berbagai arti

permasalahan sebagaimana disajikan oleh situasinya.

                                                            19 Soekamto. S, Teori Perubahan Sosial, Gramedia Pustaka Tama, Jakarta 1979, hal 22