lahirnya ajaran kong hu cu

33
LAHIRNYA AJARAN KONG HU CU Agama ini lebih tepat dikatakan pandangan dunia dan filsafat negara, Kong hu cu sudah merupakan kepercayaan yang dianggap sebagai agama. Paham ini timbul dari Tiongkok dari pelajaran seorang filosof Tionghoa yang bernama Confusius yang semasa dengan Lao Tse. Kon fu tse bukanlah pencipta konfusionisme melainkan orang yang memperbaiki dan memperbaharui konfusionisme. Faham ini lebih tepat dikatakan pandangan dunia filsafat negara yang berdasarkan etika keagamaan yang berasal dari permulaan zaman Tsou yang feodal (1050 SM ) dan baru dijadikan agama negara di bawah dinasti Han ( 206 SM – 221 SM). BEBERAPA AJARAN KONG HU CU Kong Hu cu menghindari membicarakan hal-hal yang bersifat metafisis dan abstrak. Konfusius percaya bahwa dunia ini dibangun atas dasar-dasar moral. Jika masyarakat & negara rusak secara moral maka tatanan alam tersebut juga akan terganggu, sehingga terjadilah perang, banjir, gempa, kemarau panjang, penyakit dan sebagainya. Konfusius memberi penghormatan yang tinggi kepada manusia, yang diyakininya untuk diberkahi dengan cahaya ketuhanan. Orang-orang yang membuat sistem itu menjadi hebat, bukan karena sistemitu yang membuat mereka hebat. Confusius percaya bahwa seseorang itu asalnya adalah baik dan akan kembali ke sifat yang baik. Ia percaya bahwa orang tidak memerlukan juru selamat. Apa yang diperlukan oleh manusia adalah guru yang berbudi, yang dengan melakukan 1

Upload: ega-hidayat

Post on 21-Jan-2016

480 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Agama

TRANSCRIPT

Page 1: Lahirnya Ajaran Kong Hu Cu

LAHIRNYA AJARAN KONG HU CU

Agama ini lebih tepat dikatakan pandangan dunia dan filsafat negara, Kong

hu cu sudah merupakan kepercayaan yang dianggap sebagai agama. Paham ini

timbul dari Tiongkok dari pelajaran seorang filosof Tionghoa yang bernama

Confusius yang semasa dengan Lao Tse. Kon fu tse bukanlah pencipta

konfusionisme melainkan orang yang memperbaiki dan memperbaharui

konfusionisme. Faham ini lebih tepat dikatakan pandangan dunia filsafat negara

yang berdasarkan etika keagamaan yang berasal dari permulaan zaman Tsou yang

feodal (1050 SM ) dan baru dijadikan agama negara di bawah dinasti Han ( 206 SM

– 221 SM).

BEBERAPA AJARAN KONG HU CU

Kong Hu cu menghindari membicarakan hal-hal yang bersifat metafisis dan

abstrak.

Konfusius percaya bahwa dunia ini dibangun atas dasar-dasar moral. Jika

masyarakat & negara rusak secara moral maka tatanan alam tersebut juga akan

terganggu, sehingga terjadilah perang, banjir, gempa, kemarau panjang, penyakit

dan sebagainya. Konfusius memberi penghormatan yang tinggi kepada manusia,

yang diyakininya untuk diberkahi dengan cahaya ketuhanan. Orang-orang yang

membuat sistem itu menjadi hebat, bukan karena sistemitu yang membuat mereka

hebat.

Confusius percaya bahwa seseorang itu asalnya adalah baik dan akan

kembali ke sifat yang baik. Ia percaya bahwa orang tidak memerlukan juru selamat.

Apa yang diperlukan oleh manusia adalah guru yang berbudi, yang dengan

melakukan sungguh-sungguh ajarannya, serta menjadi contoh teladan bagi orang

lain. Dalam bidang susila, ia menekankan kebajikan yang harus ditanamkan di atas

semuanya adalah sifat membesarkan hati manusia (jen). Ada lima kebijaksanaan di

dunia ini menurut pandangan Jen: menghormat, keluhuran budi, ketulusan hati,

ketekunan dan keramahtamahan. Ia juga mengatakan bahwa Jen tercapai karena

mencintai orang lain.

1

Page 2: Lahirnya Ajaran Kong Hu Cu

Contoh Nyata Sebagian Respoden yang Menolak Konghucu Sebagai Agama

Pada 20 Desember 1999 sebagian responden menolak Konghucu sebagai

agama. Tong Djoe sedang menjamu Presiden Abdurrahman Wahid dan rombongan,

yang sedang berkunjung ke Negeri Tirai Bambu, 2 Desember yang lalu. Kali ini,

Tong Djoe bukan sedang menjadi pengusaha, melainkan sebagai Ketua Himpunan

Konfusianisme Internasional. Karena itu ada obrolan tentang perlunya pengakuan

terhadap eksistensi konfusianisme di Indonesia. Pengakuan itu diperlukan sebagai

satu tolak ukur penting bagi pengusaha RRC ataupun Cina perantauan untuk

mengikis kecurigaan adanya diskriminasi rasial terhadap etnis Tionghoa di

Indonesia.

Di era Soeharto, hak hidup konfusianisme memang amat dibatasi. Dengan

Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 tentang Tata Cara Ibadah Cina serta Surat

Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 470/1978, pemerintah hanya mengakui lima

agama: Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha. Konghucu diakui sebagai aliran

kepercayaan belaka. Akibatnya, sekitar sejuta umat Konghucu—berdasarkan

sensus terakhir 1976—yang kebanyakan warga keturunan Tionghoa, sulit

memperoleh hak dan kewajiban yang sama sebagaimana umat beragama lain.

Agaknya, Gus Dur punya pandangan yang lebih terbuka. Setidaknya,

Presiden Gus Dur menyambut baik gagasan yang disuarakan Tong Djoe. "Sebagai

muslim, kami harus menyambut baik saudara-saudara kami yang beragama

Konghucu," kata Presiden Wahid, "Di kemudian hari, agama ini akan bangkit

kembali untuk mendorong kemajuan rakyat Tiongkok dan kaum Cina perantauan."

Presiden pun secara khusus menyebutkan bahwa karena keperluan itulah ia

sengaja mengajak pemimpin Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin)

Bingky Irawan dalam kunjungannya ke Beijing. Sebelumnya, Bingky dan sejumlah

pemimpin agama minoritas memang kerap bolak-balik ke Ciganjur dan bertemu

dengan Gus Dur. Apakah ini isyarat Konghucu akan diakui sebagai agama resmi di

Indonesia? Presiden Gus Dur cuma menjawab diplomatis. "Pemerintah akan

memberikan kesempatan yang sama kepada semua agama dan menjamin hak

hidup semua agama, termasuk pengakuan terhadap eksistensi Konghucu," katanya

kepada TEMPO. Gus Dur juga menyatakan akan meninjau kembali berbagai

ketentuan dan undang-undang yang bersifat diskriminatif, termasuk soal

2

Page 3: Lahirnya Ajaran Kong Hu Cu

pembatasan pembangunan kelenteng dan tempat ibadah umat Konghucu.

Namun karena kebesaran hati Gus Dur terhadap konfusianisme dan

Konghucu tidak serta-merta disambut setuju di Indonesia, Menteri Agama K.H.

Tholhah Hasan mengatakan, untuk mengakui Konghucu sebagai agama,

pemerintah mesti melihat dulu persyaratannya. Syarat itu, antara lain, apakah

Konghucu memiliki kitab suci dan sistem ritual yang jelas. Bila syarat itu dipenuhi,

pengakuan tinggal soal formalitas. "Sekadar informasi, seperti yang diakui Duta

Besar Cina kepada saya, di negaranya, Konghucu tidak digolongkan sebagai

agama, melainkan semacam aliran kepercayaan," kata Tholhah kepada TEMPO.

Sementara itu, jajak pendapat TEMPO menunjukkan dua hal: resistansi dan

ketidaktahuan responden mengenai konfusianisme dan Konghucu. Resistansi

ditunjukkan oleh separuh di antara mereka, yang tidak setuju bila Konghucu

diresmikan sebagai agama baru di Indonesia. Mereka beralasan Konghucu sekadar

aliran kepercayaan belaka. Responden—mayoritas beragama Islam—khawatir

keputusan pemerintah untuk menyetujui Konghucu sebagai agama akan membuat

aliran kepercayaan lain ikut-ikutan meminta hak yang sama.

Ketidaktahuan diwakili oleh seperempat responden, yang menjawab tidak

tahu—sama banyak dengan mereka yang menjawab setuju. Minimnya pemahaman

dalam soal agama dan pernak-perniknya itulah yang menyebabkan sepertiga

responden—lebih banyak daripada pilihan lain—menjawab tidak tahu ketika ditanya

siapa yang berhak memutuskan Konghucu adalah agama.

Di mata staf ahli Departemen Agama Komaruddin Hidayat, resistansi

responden terhadap Konghucu dianggap sebagai masalah konsensus politik. Bagi

masyarakat yang dominan Konghucu, Islamlah yang minoritas dan mengancam

mayoritas. Bagi negara yang dominan Kristen, Islam dianggap sebagai minoritas

dan merongrong mayoritas. Di Indonesia, yang mayoritas muslim, minoritas

dianggap merongrong. "Semua agama yang kecil akan dianggap deviant atau

rongrongan terhadap agama yang dominan," kata dosen Fakultas Ushuluddin IAIN

Jakarta itu.

Situasi ini, menurut Komaruddin, berpotensi menimbulkan silang sengketa di

masyarakat, seperti ketika aliran Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

hendak dimasukkan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara 1978. Semua agama

3

Page 4: Lahirnya Ajaran Kong Hu Cu

mayoritas akan merasa terganggu bila minoritas diakui. Sebaliknya, kelompok

minoritas biasanya lebih agresif dan militan. Karena itu, ia mengusulkan agar

pemerintah meninjau ulang sikapnya terhadap agama, apakah masih perlu

mengatur pelaksanaan agama bagi warganya atau cukup "menunggu di luar" saja.

6 Prinsip dalam Konfusianisme, Jen, Li , Xin , Chung, Yi, Hsiao

Jen: didasarkan pada sifat manusia dan kebajikan. Hal ini dianggap sebagai salah

satu teori yang paling penting dari filsafat Konfusianisme. Jen mengajarkan kita

untuk bersikap baik terhadap sesama manusia dan kebutuhan mereka. Berbagi

dengan orang lain

Li: prinsip hormat dan kepatutan. Seorang individu harus menunjukkan hormat

terhadap, orang tua nya nenek moyang dan atasan, dll . Dia harus

memperlakukan orang lain dengan cara yang ia ingin diperlakukan. Dia harus

memperlakukan orang lain dengan kesetaraan dan tidak boleh egois atau

menghakimi orang lain.

Xin: mengacu pada kesetiaan dan bersikap jujur terhadap diri sendiri dan orang lain.

Hal ini membantu individu untuk mendapatkan kekaguman, kepercayaan dan

keyakinan orang lain.

Chung: tentang kesetiaan terhadap satu negara atau negara, atau Chung juga

merupakan salah satu keyakinan Konfusianisme yang penting. Loyalitas

memperkuat ikatan antara para penguasa dan warga negara.

Yi: kebenaran adalah dasar kebajikan manusia. Salah satu harus selalu mengikuti

prinsip Yi dan dapat membedakan apa yang benar dan salah. Menegakkan

kebenaran dalam keadaan apapun dan tidak melepaskan nilai-nilai moral.

Hsiao atau hao: berarti bahwa kita harus mengasihi dan menghormati orangtua dan

orang tua juga harus mengasihi anak-anak mereka. Orang tua dan

anak harus sama-sama setia satu sama lain. Ajaran ini

menekankan nilai dari sebuah keluarga, dimana para anggota

muda harus taat dan menghormati yang lebih tua.

Agama di Indonesia

Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan

masyarakat. Hal ini dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia, Pancasila:

4

Page 5: Lahirnya Ajaran Kong Hu Cu

“KeTuhanan Yang Maha Esa”. Sejumlah agama di Indonesia berpengaruh secara

kolektif terhadap politik, ekonomi dan budaya. Di tahun 2010, kira-kira 85,1% dari

240.271.522 penduduk Indonesia adalah pemeluk Islam, 9,2% Protestan, 3,5%

Katolik, 1,8% Hindu, dan 0,4% Buddha. Dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa "tiap-

tiap penduduk diberikan kebebasan untuk memilih dan mempraktikkan

kepercayaannya" dan "menjamin semuanya akan kebebasan untuk menyembah,

menurut agama atau kepercayaannya".

Pemerintah, bagaimanapun, secara resmi hanya mengakui enam agama,

yakni Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha dan Khonghucu. Dengan banyaknya

agama maupun aliran kepercayaan yang ada di Indonesia, konflik antar agama

sering kali tidak terelakkan. Lebih dari itu, kepemimpinan politis Indonesia

memainkan peranan penting dalam hubungan antar kelompok maupun golongan.

Program transmigrasi secara tidak langsung telah menyebabkan sejumlah konflik di

wilayah timur Indonesia.

Sejarah Masuknya Khonghucu di Indonesia

Agama Konghucu berasal dari Cina daratan dan yang dibawa oleh para

pedagang Tionghoa dan imigran. Diperkirakan pada abad ketiga Masehi, orang

Tionghoa tiba di kepulauan Nusantara. Berbeda dengan agama yang lain, Konghucu

lebih menitikberatkan pada kepercayaan dan praktik yang individual, lepas daripada

kode etik melakukannya, bukannya suatu agama masyarakat yang terorganisir

dengan baik, atau jalan hidup atau pergerakan sosial. Di era 1900-an, pemeluk

Konghucu membentuk suatu organisasi, disebut Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) di

Batavia (sekarang Jakarta).

Setelah kemerdekaan Indonesia di tahun 1945, umat Konghucu di Indonesia

terikut oleh beberapa huru-hara politis dan telah digunakan untuk beberapa

kepentingan politis. Pada 1965, Soekarno mengeluarkan sebuah keputusan

presiden No. 1/Pn.Ps/1965 1/Pn.Ps/1965, di mana agama resmi di Indonesia

menjadi enam, termasuklah Konghucu. Pada awal tahun 1961, Asosiasi Khung

Chiao Hui Indonesia (PKCHI), suatu organisasi Konghucu, mengumumkan bahwa

aliran Konghucu merupakan suatu agama dan Confucius adalah nabi mereka.

Tahun 1967, Soekarno digantikan oleh Soeharto, menandai era Orde Baru. Di

bawah pemerintahan Soeharto, perundang-undangan anti Tiongkok telah

5

Page 6: Lahirnya Ajaran Kong Hu Cu

diberlakukan demi keuntungan dukungan politik dari orang-orang, terutama setelah

kejatuhan PKI, yang diklaim telah didukung oleh Tiongkok. Soeharto mengeluarkan

instruksi presiden No. 14/1967, mengenai kultur Tionghoa, peribadatan, perayaan

Tionghoa, serta menghimbau orang Tionghoa untuk mengubah nama asli mereka.

Bagaimanapun, Soeharto mengetahui bagaimana cara mengendalikan Tionghoa

Indonesia, masyarakat yang hanya 3% dari populasi penduduk Indonesia, tetapi

memiliki pengaruh dominan di sektor perekonomian Indonesia. Di tahun yang sama,

Soeharto menyatakan bahwa “Konghucu berhak mendapatkan suatu tempat pantas

di dalam negeri” di depan konferensi PKCHI.

Pada tahun 1969, UU No. 5/1969 dikeluarkan, menggantikan keputusan

presiden tahun 1967 mengenai enam agama resmi. Namun, hal ini berbeda dalam

praktiknya. Pada 1978, Menteri Dalam Negeri mengeluarkan keputusan bahwa

hanya ada lima agama resmi, tidak termasuk Konghucu. Pada tanggal 27 Januari

1979, dalam suatu pertemuan kabinet, dengan kuat memutuskan bahwa Konghucu

bukanlah suatu agama. Keputusan Menteri Dalam Negeri telah dikeluarkan pada

tahun 1990 yang menegaskan bahwa hanya ada lima agama resmi di Indonesia.

Karenanya, status Konghucu di Indonesia pada era Orde Baru tidak pernah

jelas. De jure, berlawanan hukum, di lain pihak hukum yang lebih tinggi mengizinkan

Konghucu, tetapi hukum yang lebih rendah tidak mengakuinya. De facto, Konghucu

tidak diakui oleh pemerintah dan pengikutnya wajib menjadi agama lain (biasanya

Kristen atau Buddha) untuk menjaga kewarganegaraan mereka. Praktik ini telah

diterapkan di banyak sektor, termasuk dalam kartu tanda penduduk, pendaftaran

perkawinan, dan bahkan dalam pendidikan kewarga negaraan di Indonesia yang

hanya mengenalkan lima agama resmi.

Setelah reformasi Indonesia tahun 1998, ketika kejatuhan Soeharto,

Abdurrahman Wahid dipilih menjadi presiden yang keempat. Wahid mencabut

instruksi presiden No. 14/1967 dan keputusan Menteri Dalam Negeri tahun 1978.

Agama Konghucu kini secara resmi dianggap sebagai agama di Indonesia. Kultur

Tionghoa dan semua yang terkait dengan aktivitas Tionghoa kini diizinkan untuk

dipraktekkan. Warga Tionghoa Indonesia dan pemeluk Konghucu kini dibebaskan

untuk melaksanakan ajaran dan tradisi mereka.

6

Page 7: Lahirnya Ajaran Kong Hu Cu

Hubungan antar agama

Walaupun pemerintah Indonesia mengenali sejumlah agama berbeda, konflik

antar agama kadang-kadang tidak terelakkan. Di masa Orde Baru, Soeharto

mengeluarkan perundang-undangan yang oleh beberapa kalangan dirasa sebagai

anti Tionghoa. Presiden Soeharto mencoba membatasi apapun yang berhubungan

dengan budaya Tionghoa, mencakup nama dan agama. Sebagai hasilnya, Buddha

dan Khonghucu telah diasingkan.

Antara 1966 dan 1998, Soeharto berikhtiar untuk de-Islamisasi pemerintahan,

dengan memberikan proporsi lebih besar terhadap orang-orang Kristen di dalam

kabinet. Namun pada awal 1990-an, isu Islamisasi yang muncul, dan militer terbelah

menjadi dua kelompok, nasionalis dan Islam. Golongan Islam, yang dipimpin oleh

Jenderal Prabowo, berpihak pada Islamisasi, sedangkan Jenderal Wiranto dari

golongan nasionalis, berpegang pada negara sekuler.

Semasa era Soeharto, program transmigrasi di Indonesia dilanjutkan, setelah

diaktifkan oleh pemerintahan Hindia Belanda pada awal abad ke-19. Maksud

program ini adalah untuk memindahkan penduduk dari daerah padat seperti pulau

Jawa, Bali dan Madura ke daerah yang lebih sedikit penduduknya, seperti Ambon,

kepulauan Sunda dan Papua. Kebijakan ini mendapatkan banyak kritik, dianggap

sebagai kolonisasi oleh orang-orang Jawa dan Madura, yang membawa agama

Islam ke daerah non-Muslim. Penduduk di wilayah barat Indonesia kebanyakan

adalah orang Islam dengan Kristen merupakan minoritas kecil, sedangkan daerah

timur, populasi Kristen adalah sama atau bahkan lebih besar dibanding populasi

orang Islam. Hal ini bahkan telah menjadi pendorong utama terjadinya konflik antar

agama dan ras di wilayah timur Indonesia, seperti kasus Poso di tahun 2005.

Pemerintah telah berniat untuk mengurangi konflik atau ketegangan tersebut

dengan pengusulan kerjasama antar agama. Kementerian Luar Negeri, bersama

dengan organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama, yang dipegang

oleh Sarjana Islam Internasional, memperkenalkan ajaran Islam moderat, yang

mana dipercaya akan mengurangi ketegangan tersebut. Pada 6 Desember 2004,

dibuka konferensi antar agama yang bertema “Dialog Kooperasi Antar Agama:

Masyarakat Yang Membangun dan Keselarasan”. Negara-negara yang hadir di

7

Page 8: Lahirnya Ajaran Kong Hu Cu

dalam konferensi itu ialah negara-negara anggota ASEAN, Australia, Timor Timur,

Selandia Baru dan Papua Nugini, yang dimaksudkan untuk mendiskusikan

kemungkinan kerjasama antar kelompok agama berbeda di dalam meminimalkan

konflik antar agama di Indonesia. Pemerintah Australia, yang diwakili oleh menteri

luar negerinya, Alexander Downer, sangat mendukung konferensi tersebut.

*****************INFO PENTING KONG HU CU**************************

Pemimpin Umat: Xueshi, Wenshi, Jiaosheng

Kitab Suci: Sishu, Wujing, Xiao Jing

Tempat Ibadat: Klenteng, Kong Miao, Wen Miao, Litang

Hari Libur Nasional: Imlek

Hari Agama Nasional: Jing Tian Gong (Khing Thi Kong), Harlah Nabi, Hari Wafat

Nabi, Qing Ming, Duan Wu, Dong Zhi

Pelaksanaan Ibadah: Tgl.1 dan 15 Yinli /Imlek, Minggu

*****************************************************************************

Hal-hal yang perlu diketahui dalam agama Khonghucu

o Mengangkat Konfusius sebagai salah satu nabi

o Menetapkan Litang (Gerbang Kebajikan) sebagai tempat ibadah resmi,

namun dikarenakan tidak banyak akses ke litang, masyarakat umumnya

menganggap klenteng sebagai tempat ibadah umat Khonghucu.

o Menetapkan Sishu Wujing sebagai kitab suci resmi

o Menetapkan tahun baru Imlek, sebagai hari raya keagamaan resmi

o Hari-hari raya keagamaan lainnya; Imlek, Hari lahir Khonghucu (27-8

Imlek), Hari Wafat Khonghucu (18-2-Imlek), Hari Genta Rohani (Tangce) 22

Desember, Chingming (5 April), Qing Di Gong (8/9-1 Imlek) dsb.

o Rohaniawan; Jiao Sheng (Penyebar Agama), Wenshi (Guru Agama),

Xueshi (Pendeta), Zhang Lao (Tokoh/Sesepuh).

o Kalender Imlek terbukti di buat oleh Nabi Khongcu (Konfusius). Nabi

Khongcu mengambil sumbernya dari penangalan dinasti Xia (2200 SM) yang

sudah di tata kembali oleh Nabi Khongcu.

8

Page 9: Lahirnya Ajaran Kong Hu Cu

Ajaran Konfusius

Ajaran Konfusianisme atau Kong Hu Cu (juga: Kong Fu Tze atau

Konfusius) dalam bahasa Tionghoa, istilah aslinya adalah Rujiao yang berarti

agama dari orang-orang yang lembut hati, terpelajar dan berbudi luhur. Khonghucu

memang bukanlah pencipta agama ini melainkan beliau hanya menyempurnakan

agama yang sudah ada jauh sebelum kelahirannya seperti apa yang beliau

sabdakan: "Aku bukanlah pencipta melainkan Aku suka akan ajaran-ajaran kuno

tersebut". Meskipun orang kadang mengira bahwa Khonghucu adalah merupakan

suatu pengajaran filsafat untuk meningkatkan moral dan menjaga etika manusia.

Sebenarnya kalau orang mau memahami secara benar dan utuh tentang Ru

Jiao atau Agama Khonghucu, maka orang akan tahu bahwa dalam agama

Khonghucu (Ru Jiao) juga terdapat Ritual yang harus dilakukan oleh para

penganutnya. Agama Khonghucu juga mengajarkan tentang bagaimana hubungan

antar sesama manusia atau disebut "Ren Dao" dan bagaimana kita melakukan

hubungan dengan Sang Khalik/Pencipta alam semesta (Tian Dao) yang disebut

dengan istilah "Tian" atau "Shang Di".

Ajaran falsafah ini diasaskan oleh Kong Hu Cu yang dilahirkan pada tahun

551 SM Chiang Tsai yang saat itu berusia 17 tahun. Seorang yang bijak sejak masih

kecil dan terkenal dengan penyebaran ilmu-ilmu baru ketika berumur 32 tahun, Kong

Hu Cu banyak menulis buku-buku moral, sejarah, kesusasteraan dan falsafah yang

banyak diikuti oleh penganut ajaran ini. Ia meninggal dunia pada tahun 479 SM.

Konfusianisme mementingkan akhlak yang mulia dengan menjaga hubungan antara

manusia di langit dengan manusia di bumi dengan baik. Penganutnya diajar supaya

tetap mengingat nenek moyang seolah-olah roh mereka hadir di dunia ini. Ajaran ini

merupakan susunan falsafah dan etika yang mengajar bagaimana manusia

bertingkah laku.

Konfusius tidak menghalangi orang Tionghoa menyembah keramat dan

penunggu tapi hanya yang patut disembah, bukan menyembah barang-barang

keramat atau penunggu yang tidak patut disermbah, yang dipentingkan dalam

ajarannya adalah bahwa setiap manusia perlu berusaha memperbaiki moral. Ajaran

ini dikembangkan oleh muridnya Mensius ke seluruh Tiongkok dengan beberapa

9

Page 10: Lahirnya Ajaran Kong Hu Cu

perubahan. Kong Hu Cu disembah sebagai seorang dewa dan falsafahnya menjadi

agama baru, meskipun dia sebenarnya adalah manusia biasa. Pengagungan yang

luar biasa akan Kong Hu Cu telah mengubah falsafahnya menjadi sebuah agama

dengan diadakannya perayaan-perayaan tertentu untuk mengenang Kong Hu Cu.

Intisari ajaran Khong Hu Cu

Delapan Pengakuan Iman (Ba Cheng Chen Gui) dalam agama Khonghucu:

o 1. Sepenuh Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa (Cheng Xin Huang

Tian)

o 2. Sepenuh Iman menjunjung Kebajikan (Cheng Juen Jie De)

o 3. Sepenuh Iman Menegakkan Firman Gemilang (Cheng Li Ming Ming)

o 4. Sepenuh Iman Percaya adanya Nyawa dan Roh (Cheng Zhi Gui

Shen)

o 5. Sepenuh Iman memupuk Cita Berbakti (Cheng Yang Xiao Shi)

o 6. Sepenuh Iman mengikuti Genta Rohani Nabi Kongzi (Cheng Shun

Mu Duo)

o 7. Sepenuh Iman memuliakan Kitab Si Shu dan Wu Jing (Cheng Qin

Jing Shu)

o 8. Sepenuh Iman menempuh Jalan Suci (Cheng Xing Da Dao)

Lima Sifat Kekekalan (Wu Chang):

o Ren - Cintakasih

o Yi - Kebenaran/Keadilan/Kewajiban

o Li - Kesusilaan, Kepantasan

o Zhi - Bijaksana

o Xin - Dapat dipercaya

Lima Hubungan Sosial (Wu Lun):

o Hubungan antara Pimpinan dan Bawahan

o Hubungan antara Suami dan Isteri

o Hubungan antara Orang tua dan anak

o Hubungan antara Kakak dan Adik

10

Page 11: Lahirnya Ajaran Kong Hu Cu

o Hubungan antara Kawan dan Sahabat

Delapan Kebajikan (Ba De):

o Xiao - Laku Bakti

o Ti - Rendah Hati

o Zhong - Satya

o Xin - Dapat Dipercaya

o Li - Susila

o Yi - Bijaksana

o Lian - Suci Hati

o Chi - Tahu Malu

Zhong Shu = Satya dan Tepa selira/Tahu Menimbang:

Kitab Suci

Kitab sucinya ada 2 kelompok, yakni:

← A. Wu Jing (Kitab Suci yang Lima) yang terdiri atas:

1. Kitab Sanjak Suci (Shi Jing)

2. Kitab Dokumen Sejarah (Shu Jing)

3. Kitab Wahyu Perubahan (Yi Jing)

4. Kitab Suci Kesusilaan (Li Jing)

5. Kitab Chun-qiu (Chunqiu Jing)

← B. Si Shu (Kitab Yang Empat) yang terdiri atas:

1. Kitab Ajaran Besar (Da Xue)

2. Kitab Tengah Sempurna (Zhong Yong)

3. Kitab Sabda Suci (Lun Yu)

4. Kitab Mengzi (Meng Zi)

Selain itu masih ada satu kitab lagi: Xiao Jing (Kitab Bhakti).

Definisi Agama Menurut Agama Khonghucu

Berdasarkan kitab Zhong Yong agama adalah bimbingan hidup karunia Tian/Tuhan

Yang Maha Esa (Tian Shi) agar manusia mampu membina diri hidup di dalam Dao 11

Page 12: Lahirnya Ajaran Kong Hu Cu

atau Jalan Suci, yakni "hidup menegakkan Firman Tian yang mewujud sebagai

Watak Sejati, hakikat kemanusiaan". Hidup beragama berarti hidup beriman kepada

Tian dan lurus menegakkan firmanNya.

Konsep Ketuhanan Dalam Agama Konghucu

Ru Jiao atau agama Konghucu adalah agama monoteis, percaya hanya pada satu

Tuhan, yang biasa disebut Tian, Tuhan Yang Maha Esa atau Shangdi (Tuhan Yang

Maha Kuasa). Tuhan dalam konsep Konghucu tidak dapat diperkiarakan dan

ditetapkan, namun tiada wujud satupun tanpa Dia. Dilihat tiada nampak, didengar

tidak terdengar, namun dapat dirasakan oleh orang beriman. Dalam Yijing dijelaskan

bahwa Tuhan itu Maha Sempurna dan Maha Pencipta (Yuan) ; Maha Menjalin,

Maha Menembusi dan Maha Luhur (Heng) ; Maha Pemurah, Maha Pemberi Rahmat

dan Maha Adil (Li), dan Maha Abadi Hukumnya (Zhen).

Watak Sejati Atau Sifat Kodrat Umat Manusia, Menurut Agama Konghucu

Sifat kodrati atau watak sejati manusia (Xing) menurut agama Konghucu

adalah bersih dan baik, karena berasal dari Tian sendiri. Agar sifat baik ini bisa

terpelihara, maka manusia perlu berupaya hidup di dalam jalan yang diridhoi Tuhan

(Jalan Suci, Dao). Bimbingan agar manusia dapat hidup dalam Jalan Suci disebut

agama. Dengan demikian menjadi jelas bahwa agama diciptakan oleh Tuhan dan

disampaikan oleh para nabi untuk kepentingan umat manusia. menyadari bahwa

agama – agama diturunkan Tuhan lewat Nabi untuk kepentingan umat manusia,

maka umat Konghucu wajib hidup penuh susila, tepasalira, penuh toleransi dan

penghormatan kepada umat agama lain, atas dasar keyakinan bahwa agama –

agama atau jalan – jalan Suci itu semuanya berasal dariNya.

Seperti halnya ajaran pokok agama lain, dalam agama Konghucu dikenal

hubungan vertikal antara manusia dengan Sang Khalik dan hubungan, horizontal

antara sesama manusia. Dalam kosakata Agama Konghucu disebut sebagai Zhong

Shu, Satya kepada (Firman) Tuhan, dan Tepasalira (tenggang rasa) kepada sesama

manusia. Prinsip Tepasalira ini kemudian ditegaskan dalam beberapa sabdanya

yang terkenal. “Apa yang diri sendiri tiada inginkan, jangan diberikan kepada orang

12

Page 13: Lahirnya Ajaran Kong Hu Cu

lain” dan “Bila diri sendiri ingin tegak (maju), berusahalah agar orang lain tegak

(maju)”. Kedua sabda ini dikenal sebagai “Golden Rule” (Hukum Emas) yang bersifat

Yin dan Yang.

Dalam berbagai kesempatan Kongzi menekankan pentingnya manusia

mempunyai “Tiga Pusaka Kehidupan”, “Tiga Mutiara Kebajikan” atau “Tiga

Kebajikan Utama”, yaitu : Zhi, Ren dan Yong. Ditegaskan bahwa, “Yang Zhi tidak

dilamun bimbang, yang Ren tidak merasakan susah payah, dan yang Yong tidak

dirundung ketakutan”.

Zhi berarti wisdom dan sekaligus enlightenment (Bijaksana dan tercerahkan/

pencerahan). Bijaksana dapat diartikan pandai, selalu menggunakan akal budinya,

arif, tajam pikiran, mampu mengatasi persoalan dan mampu mengenal orang lain.

Pencerahan atau yang Tercerahkan, berarti mampu mengenal dan memahami diri

sendiri, termasuk di dalamnya mampu mengenal yang hakiki. Untuk mencapai Zhi,

manusia harus belajar keras, dengan menggunakan kemampuan dan upaya diri

sendiri. Agama, para Nabi dan atau Guru Agung hanya bisa membantu, namun

untuk mencapainya adalah dari upaya diri sendiri. Orang yang ingin memperoleh

Zhi, berarti ia harus belajar keras untuk meraih Kebijaksanaan dan sekaligus

Pencerahan (batin).

Ren berarti Cinta Kasih universal, tidak terbatas pada orang tua dan keluarga

sedarah belaka namun juga kepada sahabat, lingkungan terdekat, masyarakat,

bangsa, negara, agama dan umat manusia. Ren bebas dari stigma masa lalu dan

tidak membeda-bedakan manusia dari latar belakang atau ikatan primordialnya. Ren

tidak mengenal segala bentuk diskriminasi atau pertimbangan atas dasar kelompok.

Meski berasal dari satu kelompok, bila seseorang bersalah atau melanggar

Kebajikan, maka bisa saja kita berpihak kepada orang yang berasal rbeda namun

benar-benar berada dalam Kebajikan. Ren dalam pengertian Agama Konghucu

selalu didasari pada sikap ketulusan, berbakti, memberi bukan meminta atau

menuntut balasan dalam bentuk apapun. Namun perlu diingat bahwa Ren tidak

berarti mencinta tanpa dasar pertimbangan baik dan buruk. Dalam salah satu

sabdanya Kongzi mengatakan bahwa “Orang yang berperi cinta kasih bisa mencintai

dan membenci”. Mencintai Kebaikan dan membenci keburukan. Balaslah Kebaikan

13

Page 14: Lahirnya Ajaran Kong Hu Cu

dengan Kebaikan; Balaslah Kejahatan dengan kelurusan”. Di sini berarti siapa pun

yang bersalah, harus diluruskan, dihukum secara adil dan diberi pendidikan secara

optimal agar dapat kembali ke jalan yang benar. Setelah berada di jalan yang benar,

kita tidak boleh terkena stigma, menilai atas dasar masa lalu seseorang.

Yong juga diartikan sebagai Keberanian untuk melakukan koreksi dan

instrospeksi diri. Bila bersalah, kita harus Berani mengakui kesalahan tersebut dan

sekaligus Berani untuk mengkoreksinya. Nabi Kongzi berkata, “Sungguh beruntung

aku. Setiap berbuat kesalahan, selalu ada yang mengingatkannya”. Ditambahkan,

“Sesungguh-sungguhnya kesalahan adalah bila menjumpai diri sendiri bersalah,

namun tidak berusaha untuk mengkoreksi atau memperbaikinya”. Maka seorang

yang berjiwa besar adalah orang yang berani belajar dari kesalahan.

Oleh Mengzi, Yong kemudian dijabarkan sebagai Yi (Kebenaran) dan Li (kesusilaan,

Tahu Aturan, Ketertiban atau Hukum). Bila seseorang mampu menjalani Ren, Yi, Li

dan Zhi dengan baik, maka ia diharapkan mampu menjadi seorang Junzi (Kuncu),

atau orang yang beriman (dan tentu saja berbudi pekerti luhur). Dalam Islam disebut

“Insan Kamil”. Dengan demikian diharapkan ia akan menjadi manusia yang

terpercaya atau Dapat Dipercaya (Xin).

Pokok ajaran Ren, Yi, Li, Zhi dan Xin atau, inilah yang biasa disebut sebagai

“Lima Kebajikan” atau Wu Chang. Di Indonesia kedatangan agama Konghucu

diperkirakan telah terjadi sejak akhir jaman pra sejarah, terbukti dari ditemukannya

benda pra sejarah seperti kapak sepatu yang terdapat di Indo China dan Indonesia,

yang tidak terdapat di India dan Asia Kecil. Penemuan ini membuktikan telah terjadi

hubungan antara kerajaan-kerajaan yang terdapat di daratan yang kita kenaI

sekarang sebagai Tiongkok dengan Indonesia, baik secara langsung atau tidak

langsung melalui Indo China. Perlu diketahui bahwa pendiri Dinasti Xia, dinasti

pertama dalam sejarah Tiongkok kuno, adalah Xia Yu, yang merupakan orang

Yunan, atau nenek moyang bangsa Melayu.

Tempat Ibadah & Rohaniwan Agama Konghucu

Tempat ibadah Konghucu adalah Litang, Miao (Bio), Kongzi Miao, Khongcu

Bio dan Kelenteng. Litang, selain merupakan tempat sembahyang, juga merupakan

tempat kebaktian berkala (biasanya setiap hari Minggu atau tanggal 1 dan 15 an

14

Page 15: Lahirnya Ajaran Kong Hu Cu

Imlek). Di sini umat mendapat siraman rohani (khotbah) dari para Rohaniwan. Miao

dan Kelenteng biasanya hanya merupakan tempat sembahyang. Kalau pun ada

kebaktian, biasanya ditempatkan di ruangan yang terpisah agar tak terganggu

aktivitas sembahyang. Di samping menjadi tempat ibadah agama Konghucu,

Kelenteng biasanya juga menjadi tempat ibadah agama Tao dan agama Buddha

Mahayana.

Rohaniwan agama Konghucu terdiri atas : Xueshi, Wenshi, Jiaosheng,

Zhanglao dan ketua-Ketua / Pimpinan-Pimpinan Majelis dan atau Tempat Ibadah.

Sebelum menjadi Xueshi, harus melalui jenjang Wenshi. Sebelum menjadi Wenshi,

harus melalui jenjang Jiaosheng. Tokoh yang sudah mencapai tingkatan sesepuh

atau sangat senior di sebut Zhanglao.

Setian rohaniwan, sesepuh dan para pimpinan tempat ibadah yang

memegang mandat Pengangkatan dari Dewan Pengurus Majelis Tinggi Agama

Konghucu Indonesia (MATAKIN) dan atau menerima Surat Liyuan Rohaniwan

(persidian, peneguhan iman) dari Dewan Rohaniwan MATAKIN, memiliki

kewenangan:

- Menyelenggarakan kebaktian bagi umat Konghucu di daerahnya.

- Melakukan Liyuan umat.

- Memimpin berbagai upacara suci bagi umat Konghucu, sesuai Hukum Agama

Konghucu, termasuk Hukum Perkawinan Agama Konghucu, yang diatur dalam tata

Agama Konghucu.

Kitab Suci Khonghucu:

A. Shi Shu

Berisi percakapan Nabi dengan murid-muridnya, sabda-sabda Nabi, peristiwa-

peristiwa dalam perjalanan Nabi, pokok-pokok keimanan agama Khonghucu, serta

catatan percakapan / ujar-ujar rasul MengZi (Bingcu).

Kitab Shi Shu dibagi menjadi 4 macam:

Da Xue (Kitab Ajaran Besar)

Berisi bimbingan dan ajaran pembinaan diri, keluarga, masyarakat, negara dan

dunia. Kitab ini ditulis oleh Zeng Zi (Can) alias Zi Xing murid Nabi Khongcu dari

angkatan muda yang walau lambat namun tekun sekali dan sungguh-sungguh

15

Page 16: Lahirnya Ajaran Kong Hu Cu

yang mampu memahami asas Yi Yi Guan Zhi yang menerima sabda langsung

Nabi tentang pembinaan diri (ada pada Bab Utama), dan menyusun uraiannya

dalam bab-bab berikutnya. Kitab ini terdiri dari Bab utama dengan 10 bab uraian

terdiri dari 1.753 huruf ditambah 134 (dari bab V substitusi Zhu Xi). Merupakan

bimbingan pembinaan diri umat Ru (pemeluk Kong Hu Cu) dengan Bab utama

sebagai sabda yang langsung dari Nabi Khongcu menjadikan kitab ini tak lekang

oleh zaman selalu menjadi pedoman baku umat Ru.

Zhong Yong (Kitab Tengah Sempurna)

Berisi ajaran keimanan agama Konghucu. Kitab ini ditulis oleh Zi Si alias Kong Ji

cucu Nabi Khongcu dan murid Zeng Zi, yang bertalenta luar biasa, yang

menerima sabda langsung Nabi Khongcu tentang Keimanan (ada pada Bab

Utama), dan memberi uraiannya dalam bab-bab berikutnya. Terdiri dari Bab

Utama dengan 32 bab uraian, 3.568 huruf. Kitab ini merupakan tuntunan

keimanan bagi penganut Ru dengan Bab Utama yang merupakan Sabda

Langsung dari Nabi Khongcu tentang iman hidup beragama dalam hubungan

manusia. Tuhan menjadikannya sebagai sumber keyakinan imani dan pedoman

agamis umat Ru yang baku dan utama.

Lun Yu (Kitab Sabda Suci)

Berisi kumpulan tulisan ajaran, diskusi, percakapan, komentar dari Nabi

Khongcu, dengan para murid, antar murid, dan wacana ajaran Nabi Khongcu.

Kitab ini terdiri dari 2 jilid, masing-masing 10 Bab (= 20 bab), 15.917 huruf.

Cakupan aspek ajaran Nabi Khongcu selaku Mu Duo Genta Rohani umat

manusia dapat ditelusuri dalam kitab ini, sehingga selalu menjadi "buku

pertama" yang dipakai sebagai referensi (kadang-kadang malah dianggap

sebagai referensi tunggal bagi orang kemudian), namun bagi umat Ru tetap

menjadi sumber acuan ajaran terapan laku dari Nabi Khongcu sebagai

ejawantah nilai keimanan dan keyakinan paling konkrit.

Meng Zi (Kitab Meng Zi)

Karya Meng Zi dan para muridnya seperti Wan Zhang dan Gong Sun Chou

terdiri dari 7 Bab (masing-masing 2 bagian) dan 35.377 huruf. Kitab ini

16

Page 17: Lahirnya Ajaran Kong Hu Cu

merupakan "Penegasan" Meng Zi dalam menjabarkan, menegakkan,

meluruskan, kemurnian ajaran Nabi Khongcu. Kitab ini demikian bertautan

dengan ajaran Nabi Khongcu, hingga dikemudian hari melahirkan istilah Kong

Meng bagi sebagian orang dalam menyebutkan ajaran Ru secara pragmatis,

tetapi ini adalah sebagian dari sebuah kesatuan (utuh) Agama Khonghucu (Ru

Jiao).

B. Wu Jing (NGo King)

Terdiri dari 5 kitab (aslinya ada 6, yaitu catatan musik yang sebagian besar musnah

terbakar pada jaman chin zhe huang (sekitar 200SM) yang kemudian sisanya

digabungkan dalam kitab sanjak),yaitu I Ching / Yak King / Hi King yaitu kitab

perubahan alam semesta beserta segala isinya, Shu Jing / Su King yaitu kitab

dokumentasi sejarah agama Khonghucu, Shi King yaitu kitab sanjak, Lee Ki / Li Ji

yaitu kitab catatan kesusilaan, Chun Ciu King yaitu kitab catatan komentar Nabi

Khongzi atas peristiwa yang terjadi pada jaman Chun Ciu (dinasti Ciu).

Kitab suci Wu Jing dibagi menjadi 5 macam:

Shi Jing (Kitab Sanjak)

Berisi nyanyian religi, puji – pujian akan keagungan Tian dan nyanyian untuk

upacara di istana. Disebut juga sebagai Pa Jing (Kitab Kuncup Bunga). Terdiri

dari 39.222 huruf, merupakan kumpulan 311 sanjak dari seleksi 3000-an sanjak

yang dilakukan Nabi Khongcu melanjutkan rintisan Zhuo Gong kini tinggal 305

yang ada (6 hilang waktu pembakaran kitab, yakni sanjak No. 171, 172, 173,

174, 206, 209). Sanjak tertua berasal dari Dinasti Shang (1766-1122 SM) dan

termuda dari zaman Zhou Ding Wang (605 -586 SM). Kitab ini terdiri dari 4 bab:

1. Guo Feng (Nyanyian Rakyat) menggambarkan adat-istiadat, 15 buku 160

sanjak.

2. Xiau Ya (Pujian kecil), puja pengiring upacara di istana, 8 buku 80 sanjak

3. Da Ya (Pujian Besar), kidung puja untuk Wen Wang, 3 buku 31 sanjak

4. Song (Kidung Suci) untuk mengiringi peribadahan, 3 buku 40 sanjak

17

Page 18: Lahirnya Ajaran Kong Hu Cu

Shu Jing (Kitab Hikayat)

Berisi sejarah suci agama Konghucu. Kitab ini disebut juga sebagai Shang Shu

(Kitab Pandita/Mulia) dan Zai Jing (Kitab Tarikh/Buku Zaman) serta Bi Jing

(Kitab Tembok) karena ditemukan di dalam tembok rumah Nabi Khongcu,

sehingga selamat dari zaman pembakaran kitab. Kitab ini terdiri dari 25.700

huruf dengan 58 bab (4 buku 6 jilid):

1. Yu Shu yang berisi Yao Dian dan Shun Dian (perundangan Baginda Yao

dan Shun)

2. Xia Shu yaitu 4 bab naskah Dinasti Xia (2205-1766 SM)

3. Shang Shu yang terdiri atas 17 bab naskah Dinasti Shang (1766-1122 SM)

4. Zhou Shu yang terdiri atas 3 jilid 32 bab naskah Dinasti Zhou (1122-255 SM)

Yi Jing (Kitab Perubahan)

Berisi tentang penjadian alam semesta, sehingga mereka yang menghayati

Kitab ini akan mampu menyibak tabir kuasa Tian dengan segala aspeknya.

Nama lain dari kitab Yi Jing adalah Kitab tanda-tanda/simbol-suci. Kitab ini

merupakan Kitab langit (Tian Shu) yang mengandung nilai sakral ketuhanan,

karenanya bersifat universal. Kitab ini terdiri dari 24.707 huruf yang berisi:

1. Iman akan Tuhan (Wu Ji, Tai Ji, Yin Yang) dengan diagram Ba Gua lengkap

dengan uraian Hexagram turunannya.

2. Penjelasan Gua yang disebut Tuan oleh Wen Wang dan Yao yang disebut

Xiang oleh Zhou Gong

3. Tafsir pengertian dan penjelasan Shi Yi oleh Nabi Khongcu

Li Jing (Kitab Kesusilaan)

Berisi aturan dan pokok – pokok kesusilaan dan kepribadian. Kitab ini dinamai

juga Dai Jing (karena jasa marga Dai dalam mengumpulkan kembali setelah

pembakaran kitab). Terdiri dari 99.020 huruf, oleh Nabi Khongcu dipilah menjadi

3:

1. Zhou Li (Kesusilaan Negeri Zhou) susunan Zhou Gong. Di dalamnya

terdapat uraian tentang Liu Guan Enam Departemen yang merupakan Tata

18

Page 19: Lahirnya Ajaran Kong Hu Cu

Negara Negeri Zhou, pada zaman Han disebut sebagai Zhou Guan yang

sebelumnya disebut Zhou Guan Li.

2. Yi Ji (Kesusilaan dan Peribadahan) yang berisi tata agama dan tata ibadah

negeri zhou susunan Zhou Gong, yang sering dipakai oleh Nabi Khongcu

sebagai acuan. Dinamai juga Li Cu Jing Kitab Kesusilaan Kuno.

3. Li Ji (Catatan Kesusilaan) yang berisi himpunan tulisan tentang nilai agamis

dan moral dasar kaum Ru, sekaligus sebagai terapan dan penafsiran dari 2

kitab tersebut di atas. Merupakan kumpulan tulisan yang berasal dari Nabi

Khongcu, murid-murid beliau, ada juga tambahan dari tokoh Ru dinasti Han

(3 bab Ming Tang, Yue Ling, Yue Ji) ditambah hasil kerja marga Dai yang 46

bab jadi berjumlah 49 bab.

Chun Qiu Jing (Kitab Chun Qiu)

Kitab ini disebut juga dengan nama Lin Jing (Kitab Qi Lin) yaitu hewan suci

yang berhubungan erat dengan kelahiran Nabi Khongcu dan peristiwa

terbunuhnya mengakhiri kalam kitab ini. Kitab ini terdiri dari 18.000 huruf hasil

karya Nabi Khongcu sendiri, merupakan risalah dan kronik, sekaligus

"Pengadilan" zaman Chun Qiu, sekaligus "cermin" untuk mengenal Nabi

Khongcu (lihat Meng Zi, III B; 8, VI B 21, VII B;2). Ada 3 Kitab Tafsir (komentar)

yang menjadi pelengkap dari Kitab Chun Qiu ini yakni:

1. Chun Qiu Zuo Zhuan oleh Zuo Qiu Ming, sahabat sekaligus "murid" Nabi

Khongcu. Tafsir ini paling cocok dan uraiannya pas dengan Guo Yi; sering

dijadikan satu dengan Chun Qiu Jing karena paling dekat.

2. Chun Qiu Gong Yang Zhuan susunan Kong Yang Goa pada akhir Dinasti

Zhou hidup pada zaman Zhan Guo murid Perguruan Zi Xia.

3. Chun Qiu Cu Liang Zhuan susunan Gu Liang Chi pada awal Dinasti Han,

juga murid dari perguruan Zi Xia.

Pengertian AGAMA KONGHUCU

Agama Konghucu dikenal pula sebagai Ji Kauw (dialek Hokian) atau Ru Jiao

(Hua Yu), yang berarti agama yang mengajarkan kelembutan atau agama bagi kaum

terpelajar.

19

Page 20: Lahirnya Ajaran Kong Hu Cu

KONGZI, KONGCHU, CONFUCIUS

Kongzi (Hua Yu) atau Kongchu (dialek Hokian) atau Conficius (Latin) adalah

nama nabi terakhir dalam agama Konghucu. Ia lahir pada tanggal 27 bulan 8 tahun

0001 Imlek atau 551 SM. Kongzi adalah nabi terbesar dalam agama Konghucu dan

oleh sebab itu banyak orang yang kemudian menamai Ru Jiao sebagai

Confucianism, yang krmudian di Indonesia dikenal dengan agama Konghucu.

BEBERAPA NABI LAIN DALAM AGAMA KONGHUCU

Nabi pertama yang tercatat dalam sejarah Ru Jiao adalah Fu Xi, hidup pada

30 abad SM, yang mendapat wahyu dan menuliskan kitab Yi Jing atau Kitab

Perubahan. Fu Xi beristrikan Nabi Nu Wa, yang menciptakan Hukum Perkawinan.

Sejak saat itu anak bukan lagi dianggap anak ibu saja, melainkan anak ayah. Selain

Nu Wa, di dalam Ru Jiao dikenal Nabi perempuan lain, yaiu Lei Zu, Jiang Yuan, dan

Tai Ren. Nabi lain yang masih dikenal antara lain Huang Di, Yao, Sun, Xia Yu, Wen,

Zhou Gong atau Jidan dan terakhir Kongzi. Kitab Yi Jing yang kita kenal sekarang

tidak ditulis oleh Fu Xi belaka, namun ditulis dan disempurnakan oleh 5 (lima) nabi

yang mendapat wahyu dalam tempo berlainan, yaitu : Fu Xi, Xia Yu, Wen, Zhou

Gong dan Kongzi.

Pengertian Konfusianisme, Sejarah Dan Prinsipnya

Sejarah Konfusianisme dari Cina ,dapat ditelusuri kembali ke ajaran

Konfusius. K'ung Fu Tzu atau Kong Fuzi, atau 'Guru Kong', terkenal sebagai

Konfusius, adalah seorang filsuf dan pemikir sosial Cina. Lahir di 551 SM, di provinsi

Lu, Konfusius menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam mengajar etika dan

nilai-nilai moral kepada masyarakat. Paradigma Konfusius digunakan sebagai

panduan untuk para penguasa provinsi Cina, pada abad keenam SM, tentang

bagaimana mengatur negara.Ajaran Konfusius telah dicatat oleh pengikutnya yang

diperkenalkan ke dunia sebagai Konghucu. Konfusius adalah orang yang percaya

pada hidup sederhana dan berpikir tinggi.

Konfusianisme Keyakinan Dan Prakteknya

20

Page 21: Lahirnya Ajaran Kong Hu Cu

Kepercayaan Konghucu tidak didasarkan pada pandangan agama tetapi

berkisar pada masyarakat. Kepercayaan Konghucu didasarkan pada nilai-nilai etis.

Konfusius menyatakan bahwa berpikir tentang kehidupan setelah kematian di luar

pemahaman manusia tidak perlu khawatir tentang hal itu. Sebaliknya kita harus

berkonsentrasi pada hidup secara harmonis. Sistem kepercayaan tentang

kepercayaan Konghucu dalam Tuhan agak sangat kabur, karena tidak ada indikasi

tentang Tuhan dalam ajaran Konfusius dan menghormati manusia lain seperti

agama. Berikut adalah lima prinsipnya :

* Jen

* Li

* Xin

* Chung

* Yi

* Hsiao

Sejarah Kong Hu - Cu

Lahir sekitar tahun 551 SM di kota kecil Lu, kini masuk wilayah propinsi

Shantung di timur laut daratan Cina. Dalam usia muda ditinggal mati ayah,

membuatnya hidup sengsara di samping ibunya. Waktu berangkat dewasa dia jadi

pegawai negeri kelas rendah tapi sesudah selang beberapa tahun dia memutuskan

untuk keluar. Sepanjang enam belas tahun berikutnya Kong Hu-Cu jadi guru, sedikit

demi sedikit mencari pengaruh dan pengikut anutan filosofinya. Menginjak umur lima

puluh tahun dirinya mulai bersinar karena dia dapat kedudukan tinggi di

pemerintahan kota Lu.

Sang nasib baik rupanya tidak selamanya ramah karena orang-orang yang iri

dengannya menyeretnya ke pengadilan sehingga bukan saja berhasil mencopotnya

dari kursi jabatan tapi juga membuatnya meninggalkan kota. Tak kurang dari tiga

belas tahun lamanya Kong Hu-Cu berkelana ke mana kaki melangkah, dia menjadi

jadi guru keliling, dia baru pulang kerumah asalnya ketika lima tahun sebelum

wafatnya tahun 479 SM.

Kong Hu-Cu dianggap selaku pendiri sebuah agama tetapi sebenarnya

bukan. Dia jarang sekali mengkaitkan ajarannya dengan ketuhanan, menolak

21

Page 22: Lahirnya Ajaran Kong Hu Cu

perbincangan alam akhirat, dan mengelak tegas setiap omongan yang berhubungan

dengan soal-soal metafl\isika. Dia tak lebih dan tak kurang seorang filosof sekuler,

yang cuma berurusan dengan masalah-masalah moral politik dan pribadi serta

tingkah laku manusia.

Ada dua nilai yang teramat penting, kata Kong Hu-Cu, yaitu “Yen” dan “Li:”

“Yen” sering diterjemahkan dengan kata “Cinta,” tapi sebetulnya lebih kena diartikan

“Keramah-tamahan dalam hubungan dengan seseorang.” “Li” dilukiskan sebagai

gabungan antara tingkah laku, ibadah, adat kebiasaan, tatakrama dan sopan santun.

Pemujaan terhadap leluhur adalah dasarnya kepercayaan orang Cina bahkan

sebelum lahirnya Kong Hu-Cu, lebih diteguhkan lagi dengan titik berat kesetiaan

kepada sanak keluarga dan penghormatan terhadap orang tua. Ajaran Kong Hu-Cu

juga menggaris bawahi arti penting kemestian seorang istri menaruh hormat dan taat

kepada suami serta kemestian serupa dari seorang warga kepada pemerintahannya.

Ini agak berbeda dengan cerita-cerita rakyat Cina yang senantiasa menentang tiap

bentuk tirani. Kong Hu-Cu yakin, adanya negara itu tak lain untuk melayani

kepentingan rakyat bukan sebaliknya. Tak bosan-bosannya Kong Hu-Cu

menekankan bahwa penguasa harus memerintah berlandaskan teladan yang

moralis dan bukannya lewat main keras.

Pokok pandangan utama Kong Hu-Cu dasarnya teramat konservatif. Dia

menghimbau baik penguasa maupun rakyat supaya kembali ke asal, berpegang

pada ukuran moral yang baik. Kenyataan yang ada bukanlah perkara yang mudah

dihadapi. Keinginan Kong Hu-Cu agar cara memerintah bukan main hukum,

melainkan lewat dengan menunjukkan teladan yang baik yang meskipun tidak begitu

lancar pada awal-awal jamannya. Karena itu, Kong Hu-Cu lebih mendekati seorang

pembaharu, seorang inovator. Kong Hu-Cu hidup di jaman dinasti Chou, semasa dia

hidup petuah-petuahnya sama sekali diabaikan. Baru sesudah dia wafatlah ajaran-

ajarannya menyebar luas ke seluruh pojok Cina.

Dengan munculnya dinasti Ch’in tahun 221 SM, mengalami masa yang amat

suram. Kaisar Shih Huang Ti, kaisar pertama dinasti Ch’ing bertekat bulat membabat

habis penganut Kong Hu-Cu dan memenggal mata rantai yang menghubungi masa

lampau. Dia menggerakkan baik orang maupun tukang pukul dan pengacau

profesional untuk melakukan penggeledahan besar-besaran, merampas semua

buku yang memuat ajaran Kong Hu-Cu dan dilemparkan ke dalam api unggun

22

Page 23: Lahirnya Ajaran Kong Hu Cu

sampai hancur jadi abu. Kejahatan ini hanya berlangsung sementara saja. Saat

dinasti Ch’ing mendekati saat mundurnya, penganut-penganut Kong Hu-Cu bangkit

kembali bara semangatnya dan mengobarkan lagi doktrin Kong Hu-Cu. Di masa

dinasti berikutnya (dinasti Han tahun 206 SM - 220 M). Confucianisme menjadi

filsafat resmi negara Cina.

Mulai dari masa dinasti Han, kaisar-kaisar Cina setingkat demi setingkat

mengembangkan sistem seleksi bagi mereka yang ingin jadi pegawai negeri dengan

jalan menempuh ujian agar yang jadi pegawai negeri jangan orang sembarangan

melainkan punya standar kualitas baik ketrampilan maupun moralnya. Lama-lama

seleksi makin terarah dan berbobot: mencantumkan mata ujian filosofi dasar Kong

Hu-Cu. Berhubung jadi pegawal negeri, itu merupakan jenjang tangga menuju

kesejahteraan material dan keterangkatan status sosial, sering terjadi pertarungan

sengit beremput tempat antara para peminat. Akibat berikutnya, banyak orang yang

menekuni ajaran Kong Hu Cu. Dan, selama berabad-abad seluruh pegawai negeri

Cina terdiri dari orang-orang yang pandangannya berpijak pada filosofi Kong Hu-Cu.

Sistem ini berlangsung hampir selama dua ribu tahun, mulai tahun 100 SM sampai

1900 M.

Tapi, Confucianisme bukanlah semata filsafat resmi pemerintahan Cina, tapi

juga diterima dan dihayati oleh sebagian terbesar orang Cina, berpengaruh sampai

ke dasar-dasar hati mereka, menjadi arah pandu berpikir selama jangka waktu lebih

dari dua ribu tahun.

23