sejarah lahirnya orde baru

32
TUGAS SEJARAH PROSES LAHIRNYA ORDE BARU Oleh Kelompok IV : 1. Reza Zam Zami Amin 2. Rija Agustina 3. Omy Agustina 4. Novilia Pahlawati 5. M. Lutfi H.

Upload: reza-zam-zami

Post on 04-Jan-2016

302 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Sejarah Lahirnya Orde Baru

TRANSCRIPT

Page 1: Sejarah Lahirnya Orde Baru

TUGAS SEJARAH

PROSES LAHIRNYA ORDE BARU

Oleh Kelompok IV :

1. Reza Zam Zami Amin

2. Rija Agustina

3. Omy Agustina

4. Novilia Pahlawati

5. M. Lutfi H.

SMA NEGERI 1 TANJUNG

KABUPATEN LOMBOK UTARA

2012-2013

Page 2: Sejarah Lahirnya Orde Baru

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami sebagai penulis dapat

menyelesaikan “Proses Lahirnya Orde Baru” tepat waktu dalam rangka memenuhi

tugas Sejarah kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Tanjung.

Penyusun tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada Ibu guru mata pelajaran

Sejarah kelas XI yaitu Ibu Hawa Umasangadji yang telah membimbing dalam

pembuatan tugas ini.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan tugas ini masih jauh dari sempurna,

karena itu diharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak

demi kesempurnaan tugas ini di masa yang akan datang.

Tanjung, 28 Maret 2013

Penulis

Page 3: Sejarah Lahirnya Orde Baru

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dahulu Indonesia merupakan negara yang terjajah sebelum meraih

kemerdekaan. Sebelum meraih kemerdekaan tidak serta merta keadaan

pemerintahan menjadi baik kala itu. Presiden Republik Indonesia yaitu Soekarno

dibuat kalang kabut dengan ulah rakyatnya dan pada saat itu juga tepat pada

tanggal 11 Maret 1966 Presiden Soekarno memberikan surat perintah kepada

Soeharto untuk mengatasi situasi keamanan yang buruk pada saat itu, yang

menjadi mulainya Orde Baru. Soeharto yang berambisi untuk Indonesia berhasil

melakukan negoisasi denga intel Amerika yang salah satu kaki tangannya waktu

itu adalah Adam Malik. Mereka berdua dengan bergabung kekuatan dengan

Hamengkubuwono IX yang memiliki pengaruh besar di TNI untuk melancarkan

aksi mendongkel Soekarno yang sudah pasti dibiayai oleh banyak pihak yang

berkepentingan. Yang terjadi setelah itu menjadi titik balik sejarah G-30 S yang

dipakai untuk menghancurkan PKI, supersemar dan akhirnya pengangkatan

Soeharto selaku pejabat Presiden dan kemudian menjadi Presiden setelah

kematian Soekarno.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas yang penuli ketahui, maka penulis dapat

merumuskan masalah yaitu :

1. Bagaimana proses lahirnya Orde Baru ?

2. Apa saja yang terjadi selama berlangsungnya pemerintahan orde baru ?

1.3 Manfaat Penulisan

1. Bagi Siswa

a) Untuk lebih memahami Sejarah Indonesia.

b) Lebih mendalami Sejarah Indonesia.

Page 4: Sejarah Lahirnya Orde Baru

BAB II

PEMBAHASAN

PROSES LAHIRNYA ORDE BARU\

1. Masa Peralihan Kekuasaan Politik Setelah Peristiwa G 30 S/PKI

a. Keluarnya Supersemar

Menurut versi resmi, awalnya keluarnya supersemar terjadi ketika

pada tanggal 11 Maret 1966, Presiden Soekarno mengadakan sidang

pelantikan Kabinet Dwikora yang disempurnakan yang dikenal dengan nama

"kabinet 100 menteri". Pada saat sidang dimulai, Brigadir Jendral Sabur

sebagai panglima pasukan pengawal presiden' Tjakrabirawa melaporkan

bahwa banyak "pasukan liar" atau "pasukan tak dikenal" yang belakangan

diketahui adalah Pasukan Kostrad dibawah pimpinan Mayor Jendral Kemal

Idris yang bertugas menahan orang-orang yang berada di Kabinet yang

diduga terlibat G-30-S di antaranya adalah Wakil Perdana Menteri I

Soebandrio.

Berdasarkan laporan tersebut, Presiden bersama Wakil perdana

Menteri I Soebandrio dan Wakil Perdana Menteri III Chaerul Saleh berangkat

ke Bogor dengan helikopter yang sudah disiapkan. Sementara Sidang

akhirnya ditutup oleh Wakil Perdana Menteri II Dr.J. Leimena yang

kemudian menyusul ke Bogor.

Situasi ini dilaporkan kepada Mayor Jendral Soeharto (yang kemudian

menjadi Presiden menggantikan Soekarno) yang pada saat itu selaku

Panglima Angkatan Darat menggantikan Letnan Jendral Ahmad Yani yang

gugur akibat peristiwa G-30-S/PKI itu. Mayor Jendral (Mayjend) Soeharto

Page 5: Sejarah Lahirnya Orde Baru

saat itu tidak menghadiri sidang kabinet karena sakit. (Sebagian kalangan

menilai ketidakhadiran Soeharto dalam sidang kabinet dianggap sebagai

sekenario Soeharto untuk menunggu situasi. Sebab dianggap sebagai sebuah

kejanggalan).

Mayor Jendral Soeharto mengutus tiga orang perwira tinggi (AD) ke

Bogor untuk menemui Presiden Soekarno di Istana Bogor yakni Brigadir

Jendral M. Jusuf, Brigadir Jendral Amirmachmud dan Brigadir Jendral

Basuki Rahmat. Setibanya di Istana Bogor, pada malam hari, terjadi

pembicaraan antara tiga perwira tinggi AD dengan Presiden Soekarno

mengenai situasi yang terjadi dan ketiga perwira tersebut menyatakan bahwa

Mayjend Soeharto mampu menendalikan situasi dan memulihkan keamanan

bila diberikan surat tugas atau surat kuasa yang memberikan kewenangan

kepadanya untuk mengambil tindakan. Menurut Jendral (purn) M Jusuf,

pembicaraan dengan Presiden Soekarno hingga pukul 20.30 malam.

Presiden Soekarno setuju untuk itu dan dibuatlah surat perintah yang

dikenal sebagai Surat Perintah Sebelas Maret yang populer dikenal sebagai

Supersemar yang ditujukan kepada Mayjend Soeharto selaku panglima

Angkatan Darat untuk mengambil tindakan yang perlu untuk memulihkan

keamanan dan ketertiban.

Surat Supersemar tersebut tiba di Jakarta pada tanggal 12 Maret 1966

pukul pukul 01.00 waktu setempat yang dibawa oleh Sekretaris Markas Besar

AD Brigjen Budiono. Hal tersebut berdasarkan penuturan Sudharmono,

dimana saat itu ia menerima telpon dari Mayjend Sutjipto, Ketua G-5 KOTI,

11 Maret 1966 sekitar pukul 10 malam. Sutjipto meminta agar konsep tentang

pembubaran PKI disiapkan dan harus selesai malam itu juga. Permintaan itu

Page 6: Sejarah Lahirnya Orde Baru

atas perintah Pangkopkamtib yang dijabat oleh Mayjend Soeharto. Bahkan

Sudharmono sempat berdebat dengan Moerdiono mengenai dasar hukum teks

tersebut sampai surat Supersemar itu tiba.

b. Lahirnya Orde Baru (Pelaksanaan Supersemar)

Sejak gerakan PKI berhasil ditumpas, Presiden Soekarno belum

bertindak tegas terhadap G 30 S/PKI. Hal ini menimbulkan ketidaksabaran di

kalangan mahasiswa dan masyarakat. Pada tanggal 26 Oktober 1965

berbagai kesatuan aksi seperti KAMI, KAPI, KAGI, KASI, dan lainnya

mengadakan demonsrasi. Mereka membulatkan barisan dalam Front

Pancasila. Dalam kondisi ekonomi yang parah, para demonstran

menyuarakan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura). Pada tanggal 10 Januari 1966

para demonstran mendatangi DPR-GR dan mengajukan Tritura yang isinya:

1. pembubaran PKI,

2. pembubaran kabinet dari unsur-unsur G 30 S/PKI, dan

3. penurunan harga.

Menghadapi aksi mahasiswa, Presiden Soekarno menyerukan

pembentukan Barisan Soekarno kepada para pendukungnya. Pada tanggal 23

Februari 1966 kembali terjadi demonstrasi. Dalam demonsrasi tersebut,

gugur seorang mahasiswa yang bernama Arif Rahman Hakim. Oleh para

demonstran Arif dijadikan Pahlawan Ampera. Ketika terjadi demonstrasi,

presiden merombak kabinet Dwikora menjadi kabinet Dwikora yang

Disempurnakan. Oleh mahasiswa susunan kabinet yang baru ditentang

karena banyak pendukung G 30 S/PKI yang duduk dalam kabinet, sehingga

mahasiswa memberi nama kabinet Gestapu. Saat berpidato di depan sidang

kabinet tanggal 11 Maret 1966, presiden diberitahu oleh Brigjen Subur.

Page 7: Sejarah Lahirnya Orde Baru

Isinya bahwa di luar istana terdapat pasukan tak dikenal. Presiden Soekarno

merasa khawatir dan segera meninggalkan sidang. Presiden bersama Dr.

Soebandrio dan Dr. Chaerul Saleh menuju Istana Bogor. Tiga perwira tinggi

TNI AD yaitu Mayjen Basuki Rahmat, Brigjen M. Yusuf, dan Brigjen Amir

Mahmud menyusul presiden ke Istana Bogor. Tujuannya agar Presiden

Soekarno tidak merasa terpencil. Selain itu supaya yakin bahwa TNI AD

bersedia mengatasi keadaan asal diberi kepercayaan penuh. Oleh karena itu

presiden memberi mandat kepada Letjen Soeharto untuk memulihkan

keadaan dan kewibawaan pemerintah. Mandat itu dikenal sebagai Surat

Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Keluarnya Supersemar dianggap

sebagai tonggak lahirnya Orde Baru. Supersemar pada intinya berisi perintah

kepada Letjen Soeharto untuk mengambil tindakan yang dianggap perlu

untuk terjaminnya keamanan dan kestabilan jalannya pemerintahan. Selain

itu untuk menjamin keselamatan presiden. Bagi bangsa Indonesia

Supersemar memiliki arti penting berikut.

1. Menjadi tonggak lahirnya Orde Baru.

2. Dengan Supersemar, Letjen Soeharto mengambil beberapa tindakan

untuk menjamin kestabilan jalannya pemerintahan dan revolusi

Indonesia.

3. Lahirnya Supersemar menjadi awal penataan kehidupan sesuai dengan

Pancasila dan UUD 1945. Kedudukan Supersemar secara hukum semakin

kuat setelah dilegalkan melalui Ketetapan MPRS No. IX/ MPRS/1966

tanggal 21 Juni 1966.

Sebagai pengemban dan pemegang Supersemar, Letnan Jenderal Soeharto

mengambil beberapa langkah strategis berikut.

Page 8: Sejarah Lahirnya Orde Baru

1. Pada tanggal 12 Maret 1966 menyatakan PKI sebagai organisasi

terlarang dan membubarkan PKI termasuk ormas-ormasnya.

2. Pada tanggal 18 Maret 1966 menahan 15 orang menteri yang diduga

terlibat dalam G 30 S/PKI.

3. Membersihkan MPRS dan DPR serta lembaga-lembaga negara lainnya

dari pengaruh PKI dan unsur-unsur komunis.

Dalam melaksanakan langkah-langkah politiknya, Letjen Soeharto

berlandaskan pada Supersemar. Agar dikemudian tidak menimbulkan

masalah, maka Supersemar perlu diberi landasan hukum. Oleh karena itu

pada tanggal 20 Juni 1966 MPRS mengadakan sidang umum. Berikut ini

ketetapan MPRS hasil sidang umum tersebut.

1. Ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966, tentang Pengesahan dan

Pengukuhan Supersemar.

2. Ketetapan MPRS No. XI/MPRS/1966, tentang Pemilihan Umum yang

dilaksanakan selambat-lambatnya tanggal 5 Juli 1968.

3. Ketetapan MPRS No. XII/MPRS/1966, tentang penegasan kembali

Landasan Kebijaksanaan Politik Luar Negeri Indonesia yang bebas dan

aktif.

4. Ketetapan MPRS No. XIII/MPRS/1966, tentang Pembentukan Kabinet

Ampera.

5. Ketetapan MPRS No. XXV/MPRS/1966, tentang Pembubaran Partai

Komunis Indonesia (PKI), dan menyatakan PKI sebagai organisasi

terlarang di seluruh wilayah Indonesia.

Dalam sidang ini, MPRS juga menolak pidato pertanggungjawaban Presiden

Soekarno yang berjudul “Nawaksara” (sembilan pasal), sebab pidato

pertanggungjawaban Presiden Soekarno tidak menyinggung masalah PKI

atau peristiwa yang terjadi pada tanggal 30 September 1965.

Page 9: Sejarah Lahirnya Orde Baru

c. Pembentukan Kabinet Ampera Dan Kabinet Pembangunan

Berdasarkan Ketetapan MPRS No. XIII/MPRS/1966 maka dibentuk

Kabinet Ampera pada tanggal 25 Juli 1966. Pembentukan Kabinet Ampera

merupakan upaya mewujudkan Tritura yang ketiga, yaitu perbaikan ekonomi.

Tugas pokok Kabinet Ampera disebut Dwi Dharma yaitu menciptakan

stabilitas politik dan stabilitas ekonomi. Program kerjanya disebut Catur

Karya, yang isinya antara lain:

1. Memperbaiki kehidupan rakyat terutama sandang dan pangan,

2. Melaksanakan Pemilu,

3. Melaksanakan politik luar negeri yang bebas dan aktif untuk

kepentingan nasional, dan

4. Melanjutkan perjuangan antiimperialisme dan kolonialisme dalam

segala bentuk dan manifestasinya.

Ternyata Kebinet Ampera belum dapat menjalankan fungsinya dengan

baik karena terganjal persoalan dualisme kepemimpinan nasional yaitu

Presiden Soekarno selaku pemimpin negara/pemerintahan dan Letjen

Soeharto selaku pelaksana pemerintahan. Konflik itu berakhir setelah timbul

tekanan dan desakan agar presiden Soekarno segera mengundurkan diri dari

jabatannya.

Page 10: Sejarah Lahirnya Orde Baru

2. Peralihan Kekuasaan dari Presiden Soekarno kepada Jendral Soeharto

Seetelah terbentuk kabinet Ampera maka MPRS melakukan sidang

kembali yang agendanya adalah laporan pertanggungjawaban Presiden Soekarno.

Laporan pertanggungjawaban Soekarno berisi mengenai peristiwa-peristiwa

nasional dan krisi moneter yang terjadi semasa pemerintahan demokrasi

terpimpin. Pada tanggal 22 Juni 1966 Presiden menyampaikan pidato

pertanggung jawabannya di hadapan sidang MPRS yang diberi judul Nawaksara

(sembilan pasal). Dalam laporan pertanggung jawaban tersebut masalah nasional

tentang G30S/PKI tidak disinggung, sehingga pertanggung jawaban dianggap

tidak lengkap. Anggota MPRS meminta presiden untuk melengkapinya.

Pada tanggal 10 Januari 1967 presiden melangkapi pidato Nawaksara

pertanggung jawabannya. Sehubungan masalah pertanggung jawaban presiden

dan bertambah gawatnya situasi politik maka pada tanggal 9 februari 1967 DPR

GR mengajukan resolusi dan memorandum kepada MPRS agar menggelar sidang

istimewa.

Melihat situasi yang sudah tak terkendali, akhirnya pada tanggal 20

Februari 1967 Presiden Soekarno melimpahkan kekuasaan pemerintahan negara

kepada jenderal Soeharto sebagai pemegang Supersemar.

Meskipun Presiden Soekarno sudah menyerahkan kekuasaan, namun

MPRS tetap melaksanakan Sidang Istimewa pada tanggal 7 – 12 Maret 1967.

Dalam Sidang Istimewa ini MPRS menghasilkan empat Ketetapan penting

berikut.

1. Ketetapan MPRS No. XXXIII/MPRS/1967 tentang pencabutan kekuasaan

dari Presiden Soekarno dan mengangkat Jenderal Soeharto sebagai Pejabat

Presiden sampai dipilihnya presiden oleh MPRS hasil Pemilu.

Page 11: Sejarah Lahirnya Orde Baru

2. Ketetapan MPRS No. XXXIV/MPRS/1967 tentang peninjauan

kembaliKetetapan MPRS No. I/MPRS/1960 tentang Manifesto Politik

Indonesia sebagai Garis-Garis Besar Haluan Negara.

3. Ketetapan MPRS No. XXXV/MPRS/1967 tentang pencabutan

Ketetapan MPRS No. XVII/MPRS/1966 tentang Pemimpin Besar Revolusi.

4. Ketetapan MPRS No. XXXVI/MPRS/1967 tentang pencabutan

KetetapanMPRS No. XXVI/MPRS/1966 tentang pembentukan panitia

penelitian      ajaran-ajaran Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno.

Peralihan kekuasaan dari Presiden Soekarno pada Presiden Soeharto

diiringi kematian ratusan ribu orang. Sejumlah kalangan menyebut peralihan

kekuasaan itu sebagai kudeta merangkak. Setahap demi setahap, Soeharto mulai

menggembosi kekuasaan Soeharto.

Berangkat dari surat perintah 11 Maret 1966, Soeharto mulai bergerak

cepat. Keesokan harinya dia membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan

didukung MPRS, PKI dinyatakan sebagai partai terlarang.

Lalu Soeharto mulai menangkap anggota kabinet Dwikora yang diduga

terlibat PKI. 16 Menteri ditangkap walau tak jelas apa peran mereka dalam

gerakan 30 September. Saat itu Soeharto bergerak didukung mahasiswa dan

rakyat yang anti-PKI.

Puncaknya, 7 Maret 1967 MPRS bersidang untuk mencabut mandat

Presiden Soekarno kemudian melantik Soeharto sebagai pejabat presiden.

Page 12: Sejarah Lahirnya Orde Baru

3. Kebijakan Pemerintahan Orde Baru

a. Kabinet Pembangunan

Setelah Jenderal Soeharto menjadi presiden, kabinet digantikan dengan

kabinet pembangunan. Tugas pokok kabinet Pembangunan seperti yang telah

ditetapkan dalam ketetapan MPRS Np. XLI/MPRS/1968 adalah melanjutkan

rencana tugas-tugas Kabinet Ampera.

Tugas pokok Kabinet Pembangunan ini dikenal dengan nama

Pancakrida. Dalam kabinet ini duduk lima menteri negara dan 18

menteri/pimpinan departemen. Susunan departemen pada Kabinet

Pembangunan berbeda dengan Kabinet Ampera.

Berikut adalah tugas pokok Kabinet Pembangunan :

1) Menciptakan stabilitas politik dan ekonomi sebagai syarat mutlak

berhasilnya pelaksanaan rencana pembangunan lima tahun dan pemilu.

2) Munyusun dan melaksanakan rencana pembangunan lima tahun.

3) Melaksanakan pemilu selambat-lambatnya tanggal 5 Juli 1971

4) Mengembalikan ketertiban dan keamanan masyarakat dan mengikis habis

G 30 S/PKI dari setiap rongrongan, penyelewengan serta penghianatan

terhadap Pancasila dan UUD 1945.

5) Melanjutkan penyempurnaan dan pembersihan secara menyeluruh apratur

negara baik ditingkat pusat maupun di tingkat daerah.

b. Pemerintahan Orde Baru

Setelah terbentuk pemerintahan orde baru ada beberapa langkah kebijakan

yang dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah yang diambil oleh

bangsa Indonesia.

Page 13: Sejarah Lahirnya Orde Baru

1) Kebijakan bidang perekonomian

Struktur perekonomian Indonesia pada tahun 1950–1965 dalam keadaan

kritis. Pemerintah Orde Baru meletakkan landasan yang kuat dalam

pelaksanaan pembangunan melalui tahapan Repelita, keadaan kritis

ditandai oleh hal-hal sebagai berikut.

a. Sebagian besar penduduk bermata pencaharian di sektor pertanian

sehingga struktur perekonomian Indonesia lebih condong pada sektor

pertanian.

b. Komoditas ekspor Indonesia dari bahan mentah (hasil pertanian)

menghadapi persaingan di pasaran internasional, misalnya karet alam

dari Malaysia, gula tebu dari Meksiko, kopi dari Brasil, dan rempah-

rempah dari Zanzibar (Afrika), sehingga devisa negara sangat rendah

dan tidak mampu mengimpor bahan kebutuhan pokok masyarakat

yang saat itu belum dapat diproduksi di dalam negeri.

c. Tingkat investasi rendah dan kurangnya tenaga ahli di bidang industri,

sehingga industri dalam negeri kurang berkembang.

d. Tingkat pendapatan rata-rata penduduk Indonesia sangat rendah.

Tahun 1960-an hanya mencapai 70 dolar Amerika per tahun, lebih

rendah dari pendapatan rata-rata penduduk India, Bangladesh, dan

Nigeria saat itu.

e. Produksi Nasional Bruto (PDB) per tahun sangat rendah. Di sisi lain

pertumbuhan penduduk sangat tinggi (rata-rata 2,5% per tahun dalam

tahun 1950-an).

f. Indonesia sebagai pengimpor beras terbesar di dunia.

Page 14: Sejarah Lahirnya Orde Baru

g. Struktur perekonomian pada akhir tahun 1965, berada dalam keadaan

yang sangat merosot. Tingkat inflasi telah mencapai angka 65% dan

sarana ekonomi di daerah-daerah berada dalam keadaan rusak berat

karena ulah kaum PKI/BTI yang saat itu berkuasa dan dengan sengaja

ingin mengacaukan situasi ekonomi rakyat yang menentangnya.

Tugas pemerintah Orde Baru adalah menghentikan proses

kemerosotan ekonomi dan membina landasan yang kuat bagi

pertumbuhan ekonomi ke arah yang wajar. Dalam mengemban tugas

utama tersebut, berbagai kebijaksanaan telah diambil sebagaimana

tertuang dalam program jangka pendek berdasarkan Tap. MPRS No.

XXII/MPRS/1966 yang diarahkan kepada pengendalian inflasi dan usaha

rehabilitasi sarana ekonomi, peningkatan kegiatan ekonomi, dan

pencukupan kebutuhan sandang. Program jangka pendek ini diambil

dengan pertimbangan apabila laju inflasi telah dapat terkendalikan dan

suatu tingkat stabilitas tercapai, barulah dapat diharapkan pulihnya

kegiatan ekonomi yang wajar serta terbukanya kesempatan bagi

peningkatan produksi. Dengan usaha keras tercapai tingkat perekonomian

yang stabil dalam waktu relatif singkat.

Sejak 1 April 1969 pemerintah telah meletakkan landasan

dimungkinkannya gerak tolak pembangunan dengan ditetapkannya

Repelita I. Dengan makin pulihnya situasi ekonomi, pada tahun 1969

bangsa Indonesia mulai melaksanakan pembangunan lima tahun yang

pertama. Berbagai prasarana penting direhabilitasi serta iklim usaha dan

investasi dikembangkan. Pembangunan sektor pertanian diberi prioritas

yang sangat tinggi karena menjadi kunci bagi pemenuhan kebutuhan

Page 15: Sejarah Lahirnya Orde Baru

pangan rakyat dan sumber kehidupan sebagian besar masyarakat. Repelita

I dapat dilaksanakan dan selesai dengan baik, bahkan berbagai kegiatan

pembangunan dipercepat sehingga dapat diikuti oleh Repelita selanjutnya.

Perhatian khusus pada sektor terbesar yang bermanfaat menghidupi

rakyat, yaitu sektor pertanian. Sektor pertanian harus dibangun lebih

dahulu, sektor ini harus ditingkatkan produktivitasnya. Bertumpu pada

sektor pertanian yang makin tangguh itu kemudian barulah dibangun

sektorsektor lain. Demikianlah pada tahap-tahap awal pembangunan,

secara sadar bangsa Indonesia memberikan prioritas yang sangat tinggi

pada bidang pertanian. Pembangunan yang dilaksanakan, yaitu

membangun berbagai prasarana pertanian, seperti irigasi dan

perhubungan, cara-cara bertani, dan teknologi pertanian yang diajarkan

dan disebarluaskan kepada para petani melalui kegiatan penyuluhan.

Penyediaan sarana penunjang utama, seperti pupuk, diamankan dengan

membangun pabrik-pabrik pupuk. Kebutuhan pembiayaan para petani

disediakan melalui kredit perbankan. Pemasaran hasil produksi mereka,

kita berikan kepastian melalui kebijakan harga dasar dan kebijakan stok

beras.

2) Kebijakan Bidang Politik

Kebijakan politik yang dilakukan oleh pemerintah orde baru untuk

pertama kalinya yaitu menstabilkan suhu politik bangsa indonesia. Hal ini

dilakukan karena banyak partai politik yang bertikai dalam

memperebutkan dukungan di parlemen. Kemudian banyak pula

bermunculan partai-partai politik baru. Disamping itu partai yang

Page 16: Sejarah Lahirnya Orde Baru

dibubarkan pada masa demokrasi terpimpin juga mulai muncul lagi. Hal

ini menambah stabilitas politik Indonesia semakin tidak menentu.

Untuk menciptakan stabilitas, Soeharto sebagai penguasa orde baru

tidak emnyetujui didirikan kembali partai Masyumi, yang sebelumnya

pernah dibubarkan Soekarno, karena menurutnya para politisi Islam

modernis sebagai pendukung Masyumi sudah tercemar oleh

pemberontakan dan fanatisme. Kebijakan ini dilakukan secara represif

dan atau sepihak sehingga ini menjadi ciri kebijakan politik pemerintahan

orde baru.

3) Kebijakan Bidang Komunikasi dan Informasi

Di bidang komunikasi dan informasi kebijakan pemerintah orde

baru pada awalnya cukup menggembirakan yaitu memberikan kebebasan

pers secara mutlak. Kebijakan juga membuka akses informasi masyarakat

Indonesia yang sudah lam terbungkam dalam masa demokrasi Terpimpin.

Tapi kebebasan pers ini hanya berjalan sebentar. Hal ini diakibatkan

semakin transparannya pemberitaan pers mengenai pemerintah orde baru

sehingga dinilai tidak sesuai dengan pemerintah orde baru. Pemerintah

juga membatasi arus informasi melalui departemen penerangan.

4) Kebijakan Bidang Keamanan

Kebijakan orde baru yang masih relavan dengan orde lama adalah

menetapkan kepolisian, angkatan laut, angkatan udara, dan tentara,

terutama Divisi Brawijaya, sebagai organisasi keamanan. Pada

pemerintahan orde lama, Soekarno yang memisahkan antara unsur-unsur

organisasi diganti oleh Soeharto yang sentralistik (terpusat). Kebijakan

pemerintah orde baru juga sangat tegas terhadap organisasi yang berbau

Page 17: Sejarah Lahirnya Orde Baru

komunis. Pemerintah melarang semua organisasi yan dinila menyimpang

dari pancasila.

c. Politik Luar Negeri Semasa Orde Baru

Di samping membina stabilitas politik dalam negeri, pemerintah Orde

Baru juga mengadakan perubahan-perubahan dalam politik luar negeri.

Berikut ini upaya-upaya pembaruan dalam politik luar negeri.

1. Indonesia Kembali Menjadi Anggota PBB

Hubungan yang harmonis antara Indonesia dan PBB menjadi

terganggu sejak Indonesia menyatakan diri keluar dari keanggotaan PBB

pada tanggal 7 Januari 1965. Keluarnya Indonesia dari keanggotaan PBB

tersebut sebagai protes atas diterimanya Federasi Malaysia sebagai

anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, sedangkan Indonesia sendiri

pada saat itu sedang berkonfrontasi dengan Malaysia. Akibat keluar dari

keanggotaan PBB, Indonesia praktis terkucil dari pergaulan dunia. Hal

itu jelas sangat merugikan pihak Indonesia.

Indonesia kembali menjadi anggota PBB pada tanggal 28

September 1966 dan tercatat sebagai anggota ke-60. Sebagai anggota

PBB, Indonesia telah banyak memperoleh manfaat dan bantuan dari

organisasi internasional tersebut.

Manfaat dan bantuan PBB, antara lain sebagai berikut.

1) PBB turut berperan dalam mempercepat proses pengakuan de facto

ataupun de jure kemerdekaan Indonesia oleh dunia internasional.

2) PBB turut berperan dalam proses kembalinya Irian Barat ke wilayah

RI.

Page 18: Sejarah Lahirnya Orde Baru

3) PBB banyak memberikan sumbangan kepada bangsa Indonesia dalam

bidang ekonomi, sosial, dan kebudayaan.

Hubungan yang harmonis antara Indonesia dan PBB menjadi

terganggu sejak Indonesia menyatakan diri keluar dari keanggotaan PBB

pada tanggal 7 Januari 1965. Keluarnya Indonesia dari keanggotaan PBB

tersebut sebagai protes atas diterimanya Federasi Malaysia sebagai

anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, sedangkan Indonesia sendiri

pada saat itu sedang berkonfrontasi dengan Malaysia. Akibat keluar dari

keanggotaan PBB, Indonesia praktis terkucil dari pergaulan dunia. Hal

itu jelas sangat merugikan pihak Indonesia.

2. Membekukan hubungan diplomatik dengan Republik Rakyat Cina (RRC)

Sikap politik Indonesia yang membekukan hubungan diplomatik

dengan RRC disebabkan pada masa G 30 S/PKI, RRC membantu PKI

dalam melaksanakan kudeta tersebut. RRC dianggap terlalu mencampuri

urusan dalam negeri Indonesia.

3. Normalisasi hubungan dengan Malaysia

Indonesia melakukan konfrontasi dengan Malaysia setelah

diumumkan Dwikora oleh Presiden Soekarno pada tanggal 3 Mei 1964.

Tindakan pemerintah Orde Lama ini jelas menyimpang dari pelaksanaan

politik luar negeri bebas aktif.

Pada masa Orde Baru, politik luar negeri Indonesia dikembalikan

lagi pada politik bebas aktif sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Hal

ini merupakan pelaksanaan dari Ketetapan MPRS No. XII/MPRS/1966.

Indonesia segera memulihkan hubungan dengan Malaysia yang sejak

1964 terputus. Normalisasi hubungan Indonesia–Malaysia tersebut

Page 19: Sejarah Lahirnya Orde Baru

berhasil dicapai dengan ditandatangani Jakarta Accord pada tanggal 11

Agustus 1966. Persetujuan normalisasi hubungan Indonesia–Malaysia

merupakan hasil perundingan di Bangkok (29 Mei–1 Juni 1966).

Perundingan dilakukan Wakil Perdana Menteri/Menteri Luar Negeri

Malaysia, Tun Abdul Razak dan Menteri Utama/Menteri Luar Negeri

Indonesia, Adam Malik. Perundingan telah menghasilkan persetujuan

yang dikenal sebagai Persetujuan Bangkok. Adapun persetujuan

Bangkok mengandung tiga hal pokok, yaitu sebagai berikut.

1) Rakyat Sabah dan Serawak akan diberi kesempatan menegaskan lagi

keputusan yang telah diambil mengenai kedudukan mereka dalam

Federasi Malaysia.

2) Kedua pemerintah menyetujui memulihkan hubungan diplomatik.

3) Kedua pemerintah menghentikan segala bentuk permusuhan.

4. Berperan dalam Pembentukan ASEAN

Association of Southeast Asian Nations atau Perhimpunan Bangsa-

Bangsa Asia Tenggara atau dikenal dengan nama ASEAN. ASEAN

merupakan organisasi regional yang dibentuk atas prakarsa lima menteri

luar negeri negaranegara di kawasan Asia Tenggara. Kelima menteri luar

negeri tersebut adalah Narsisco Ramos dari Filipina, Adam Malik dari

Indonesia, Thanat Khoman dari Thailand, Tun Abdul Razak dari

Malaysia, dan S. Rajaratnam dari Singapura. Penandatanganan naskah

pembentukan ASEAN dilaksanakan pada tanggal 8 Agustus 1967 di

Bangkok sehingga naskah pembentukan ASEAN itu disebut Deklarasi

Bangkok.

Page 20: Sejarah Lahirnya Orde Baru

BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa Surat Perintah

Sebelas Maret atau yang disingkat menjadi Supersemar yang ditandatangani oleh

Preseiden Soekarno pada tanggal 11 Maret 1966 merupakan tonggak lahirnya

pemerintahan masa Orde Baru. Surat tersebut diberikan kepada Soeharto untuk

mengambil segala tindakan yang perlu untuk memulihkan keamanan dan

ketertiban.