bab i-5.doc
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan
Nasional. Tujuan Pembangunan Kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan Pembangunan Kesehatan
berperan penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia
Indonesia.
Untuk mencapai pembangunan di bidang kesehatan diselenggarakan
berbagai upaya secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Dan Puskesmas
merupakan penanggung jawab penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat dan
perorangan pada jenjang pertama.
Dalam era Globalisasi saat ini, banyak terjadi perubahan baik di bidang
kesehatan maupun di bidang teknologi. Perubahan-perubahan ini berdampak
terhadap perkembangan kesehatan di Indonesia. Hal ini merupakan tantangan bagi
dunia kesehatan untuk menghadapi hal tersebut.
Upaya-upaya kesehatan yang ada baik preventif, promotif, kuratif dan
rehabilitatif sebagai dasar dari sistem kesehatan harus terus dikembangkan
sehingga derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik dapat lebih ditingkatkan.
Diharapkan dengan penanganan yang tepat maka visi dari Departemen Kesehatan
yang disampaikan Menteri Kesehatan yaitu Menuju Indonesia Sehat 2025 dapat
segera tercapai.
Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta juga tidak ketinggalan dalam
mencanangkan visi daerah di bidang kesehatan yaitu Jakarta Sehat untuk semua.
Untuk mencapai visi tersebut Dinas Kesehatan Propinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta menetapkan syarat - syarat yang harus dicapai oleh jajarannya yaitu
melalui Standard Pelayanan Minimal (SPM) DKI Jakarta yang telah dibuat acuan
dalam Surat Keputusan Gubernur No. 12 Tahun 2007.
Puskesmas Kecamatan Pademangan sebagai salah satu unit pelaksana
Teknis Dinas Kesehatan DKI Jakarta memiliki kewajiban untuk melaksanakan SK
1
Gubernur tersebut dengan menerapkan pola-pola pelayanan kesehatan baik secara
Individu maupun Kesehatan Masyarakat yang mengacu kepada SPM tersebut.
Melalui Visi dan Misi yang telah dicanangkan oleh Puskesmas Kecamatan
Pademangan diharapkan pencapaian tersebut dapat dilakukan secara optimal.
1.2 Gambaran Umum Puskesmas
1.2.1 Definisi
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di
wilayah kerjanya.Puskesmas merupakan suatu unit organisasi yang bergerak
dalam bidang pelayanan kesehatan yang berada di garda terdepan dan mempunyai
misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan
pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk
masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu yang telah ditentukan secara mandiri
dalam menentukan kegiatan pelayanan namun tidak mencakup aspek pembiayaan.
Seiring dengan semangat otonomi daerah, maka puskesmas dituntut untuk
mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanannya yang akan dilaksanakan.
Tetapi pembiayaannya tetap didukung oleh pemerintah. Sebagai organisasi
pelayanan mandiri, kewenangan yang dimiliki puskesmas juga meliputi :
kewenangan merencanakan kegiatan sesuai masalah kesehatan di wilayahnya,
kewenangan menentukan kegiatan yang termasuk public goods atau private goods
serta kewenangan menentukan target kegiatan sesuai kondisi geografi puskesmas.
Jumlah kegiatan pokok puskesmas diserahkan pada tiap puskesmas sesuai
kebutuhan masyarakat dan kemampuan sumber daya yang dimiliki, namun
puskesmas tetap melaksanakan kegiatan pelayanan dasar yang menjadi
kesepakatan nasional.
Peran puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam mewujudkan
kesehatan nasional secara komprehensif.Tidak terbatas pada aspek kuratif dan
rehabilitatif saja seperti di Rumah Sakit.
Puskesmas merupakan salah satu jenis organisasi yang sangat dirasakan
oleh masyarakat umum. Seiring dengan semangat reformasi dan otonomi daerah
2
maka banyak terjadi perubahan yang mendasar dalam sektor kesehatan, yaitu
terjadinya perubahan paradigma pembangunan kesehatan menjadi “Paradigma
Sehat”. Dengan paradigma baru ini, mendorong terjadinya perubahan konsep
yang sangat mendasar dalam pembangunan kesehatan, antara lain :
a. Pembangunan kesehatan yang semula lebih menekankan pada upaya kuratif
dan rehabilitatif, menjadi lebih fokus pada upaya preventif dan kuratif
tanpa mengabaikan kuratif-rehabilitatif.
b. Pelaksanaan upaya kesehatan yang semula lebih bersifat terpilah-pilah
(fragmented) berubah menjadi kegiatan yang terpadu (integrated),
c. Sumber pembiayaan kesehatan yang semula lebih banyak dari pemerintah,
berubah menjadi pembiayaan kesehatan lebih banyak dari masyarakat
d. Pergeseran pola pembayaran dalam pelayanan kesehatan yang semula fee
for service menjadi pembayaran secara pra-upaya,
e. Pergeseran pemahaman tentang kesehatan dari pandangan konsumtif
menjadi investasi,
f. Upaya kesehatan yang semula lebih banyak dilakukan oleh pemerintah,
akanbergeser lebih banyak dilakukan oleh masyarakat sebagai “mitra”
pemerintah (partnership),
g. Pembangunan kesehatan yang semula bersifat terpusat (centralization),
menjadi otonomi daerah (decentralization),
h. Pergeseran proses perencanaan dari top down menjadi bottom up seiring
dengan era desentralisasi.
1.2.2 Tujuan Pembangunan Kesehatan Oleh Puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh
Puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan
Nasional yakni meningkatkan kesehatan, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas
agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka
mewujudkan Indonesia Sehat 2025.
3
1.2.9 Visi Puskesmas
Visi puskesmas adalah tercapainya kecamatan yang sehat menuju
terwujudnya Indonesia sehat 2015. Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat
kecamatan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan yakni masyarakat
yang hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat memiliki kemampuan
untuk mengjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata
serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Indikator kecamatan
sehat adalah:
1. Lingkungan sehat
2. Perilaku penduduk yang sehat
3. Cakupan kesehatan yang bermutu
4. Derajat kesehatan penduduk yang tinggi di kecamatan
1.2.4 Misi Puskesmas
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayah kerjanya.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakannya
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, dan
masyarakat beserta lingkungannya.
1.2.5 Fungsi Puskesmas
Fungsi dari Puskesmas antara lain :
a) Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan
dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung
pembangunan kesehatan.Disamping itu Puskesmas juga aktif memantau
dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program
pembangunan di wilayah kerjanya.
4
b) Pusat pemberdayaan masyarakat.
Puskesmas selalu berupaya supaya perorangan terutama pemuka
masyarakat, keluarga dan masyarakat dunia usaha memiliki kesadaran,
kemauan serta kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk
hidup sehat.
c) Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab
puskesmas,meliputi :
a. Pelayanan Kesehatan Perorangan.
Pelayanan ini bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan
utamanya menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan
perorangan.
b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat.
Pelayanan ini bersifat publik (public goods) yang bertujuan
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit
tanpa mengabaikan penyembuhan dan pemulihan kesehatan.
Gambar 1.2 Fungsi Puskesmas
5
Sumber : Arrimes, Manajemen Puskesmas
1.2.6 Wilayah Kerja
Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari
kecamatan.Faktor kepada kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan
geografik, dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan pertimbangan
dalam penentuan wilayah kerja puskesmas.Puskesmas merupakan perangkat
Pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga pembagian wilayah kerja
puskesmas ditetapkan oleh Walikota/Bupati, dengan saran teknis dari kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.Sasaran penduduk yang dilayani oleh satu
puskesmas adalah sekitar 30.000 penduduk.Untuk jangkauan yang lebih
luas, dibantu oleh Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. Puskesmas
di ibukota kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih,
merupakan ”Puskesmas Pembina” yang berfungsi sebagai pusat rujukan
bagi puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi.
1.2.7 Pelayanan Kesehatan Menyeluruh
Pelayanan kesehatan menyeluruh yang diberikan puskesmas meliputi :
1. Promotif (peningkatan kesehatan)
2. Preventif (upaya pencegahan)
3. Kuratif (pengobatan)
4. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)
Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk, tidak
membedakan jenis kelamin, umur, sejak pembuahan dalam kandungan
sampai meninggal.
1.2.8 Peran Puskesmas
Dalam konteks Otonomi Daerah saat ini, puskesmas mempunyai peran yang
vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan manajerial
dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
6
Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan
daerah melalui sistem perencanaan yang matang, tatalaksana kegiatan yang
tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat.
1.2.9 Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta mempunyai daya ungkit
tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat.Upaya kesehatan wajib ini
diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di seluruh wilayah Indonesia.
Upaya kesehatan wajib tersebut adalah :
1. Promosi kesehatan masyarakat
2. Kesehatan lingkungan
3. KIA (Kesejahteraan Ibu dan Anak)
4. KB (Keluarga Berencana)
5. Perbaikan gizi masyarakat
6. P2M (Pengendalian Penyakit Menular)
7. Pengobatan dasar
Berikut ini akan ditampilkan upaya kesehatan wajib dalam bentuk tabel,
yaitu :
Tabel 1.5 Program Kesehatan Wajib yang dilakukan di Puskesmas
N
o
Upaya Kesehatan Wajib Kegiatan Indikator
1 Promosi Kesehatan Penyuluhan di
Dalam dan di
Luar Gedung,
PHBS
Tatanan sehat
Perbaikan perilaku
sehat
2 Kesehatan Lingkungan Penyehatan
pemukiman
Cakupan air bersih
Cakupan jamban
keluarga
Cakupan SPAL
Cakupan rumah
7
sehat
3 Kesejahteraan ibu dan anak ANC Cakupan K1, K4
Pertolongan
persalinan
Cakupan linakes
MTBS Cakupan MTBS
Imunisasi Cakupan imunisasi
4 Keluarga Berencana Pelayanan
Keluarga
Berencana
Cakupan MKET
5 Pemberantasan penyakit
menular
Diare Cakupan kasus
diare
ISPA Cakupan kasus
ISPA
Malaria Cakupan kasus
malaria
Cakupan
kelambunisasi
Tuberkulosis Cakupan penemuan
kasus
Angkapenyembuha
n
6 Gizi Distribusi vit A /
Fe / cap yodium
Cakupan vit A / Fe
/ cap yodium
PSG % gizi kurang /
buruk, SKDN
Promosi
Kesehatan
% kadar gizi
7 Pengobatan Medik dasar Cakupan pelayanan
UGD Jumlah kasus yang
ditangani
Laboratorium
sederhana
Jumlah
pemeriksaan
8
(Sumber : Trihono. 2005. Manajemen Kesehatan, Arrimes, ed.)
1.2.10 Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas
Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat
serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan
pengembangan puskesmas dapat pula bersifat upaya inovasi yaitu upaya lain di
luar upaya puskesmas tersebut di atas yang sesuai dengan kebutuhan.
Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah dalam rangka
mempercepat tercapainya visi puskesmas.
Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh puskesmas
bersama dinas kesehatan kabupaten/kota dengan mempertimbangkan masukan
dari Konkes/BPKM/BPP. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apabila
upaya kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara optimal dalam arti target
cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai. Penetapan upaya
kesehatan pengembangan pilihan puskesmas ini dilakukan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota.Dalam keadaan tertentu upaya kesehatan pengembangan
puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh dinas kabupaten/kota.
Apabila puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan
pengembangan, padahal telah menjadi kebutuhan masyarakat, maka dinas
kesehatan kabupaten/kota bertanggung jawab dan wajib menyelenggarakannya.
Untuk itu dinas kesehatan kabupaten/kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit
fungsional lainnya.
Kegiatan upaya kesehatan dasar dan upaya kesehatan pengembangan di
Puskesmas Kecamatan Cilincing tahun 2013 adalah:
A. Upaya Kesehatan Dasar
1. Upaya Promosi Kesehatan
2. Upaya Kesejahteraan Ibu dan Anak
3. Upaya Keluarga Berencana
4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
5. Upaya Kesehatan Lingkungan
6. Upaya Pengendalian Penyakit Menular
9
7. Upaya Pengobatan
8. Upaya Kesehatan Sekolah
B. Upaya Kesehatan Pengembangan
1. Rawat Inap
2. Upaya Kesehatan Olah Raga
3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
4. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
6. Upaya Kesehatan Jiwa
7. Upaya Kesehatan Mata
8. Upaya Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan
9. Upaya Kesehatan Kerja
10. Upaya Kesehatan Tradisional
Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya pengembangan harus
menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu.Azas
penyelenggaraan tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas.Dasar
pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi
puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya puskesmas, baik upaya
kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan.
1.2.11 Azas Puskesmas
Azas penyelenggaraan puskesmas yang dimaksud adalah :
A. Azas pertanggungjawaban wilayah
Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini Puskesmas
harus melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain sebagai berikut :
a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan
sehingga berwawasan kesehatan.
b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya.
c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang
diselenggarakan oleh masyarakat dan du
10
d. nia usaha di wilayah kerjanya.
e. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara
merata dan terjangkau di wilayah kerjanya.
B. Azas pemberdayaan masyarakat
Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat,
agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap program puskesmas.Untuk
ini, berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun melalui pembentukan Badan
Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh
puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat antara lain :
a. KIA : Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita (BKB)
b. Pengobatan : Posyandu, Pos Obat Desa (POD)
c. Perbaikan Gizi : Panti Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi
(Kadarzi)
d. Kesehatan Lingkungan : Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa
Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)
e. UKS : Dokter Kecil, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan
Pesantren (Poskestren)
f. Kesehatan Usia Lanjut : Posyandu Usila, Panti Wreda
g. Kesehatan Kerja : Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)
h. Kesehatan Jiwa : Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat
(TPKJM)
i. Pembinaan Pengobatan Tradisional : Tanaman Obat Keluarga
(TOGA), Pembinaan Pengobatan Tradisional (Battra).
C. Azas Keterpaduan
Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil yang
optimal, penyelenggaraan setiap program puskesmas harus diselenggarakan
secara terpadu. Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan yaitu :
a. Keterpaduan Lintas Program
Upaya memadukan penyelengaraan berbagai upaya kesehatan yang
menjadi tanggung jawab Puskesmas. Contoh keterpaduan lintas program antara
lain :
11
1. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) : keterpaduan KIA dengan
P2M, gizi, promosi kesehatan & pengobatan.
2. UKS : keterpaduan kesehatan lingkungan dengan promosi kesehatan,
pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan
jiwa.
3. Puskesmas keliling : keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, Gizi,
promosi kesehatan, & kesehatan gigi.
4. Posyandu : keterpaduan KIA dengan KB, gizi, P2M, kesehatan jiwa &
promosi kesehatan.
b. Keterpaduan Lintas Sektor
Upaya memadukan penyelenggaraan program puskesmas dengan
program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi
kemasyarakatan dan dunia usaha. Contoh keterpaduan lintas Sektoral antara
lain :
1. UKS : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa,
pendidikan & agama.
2. Promosi Kesehatan : keterpaduan sektor kesehatan dengan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan, agama dan pertanian.
3. KIA : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa,
organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK dan PLKB.
4. Perbaikan Gizi : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian, koperASI, dunia usaha
dan organisasi kemasyarakatan.
5. Kesehatan Kerja : keterpaduan sektor kesehatan dengan dengan camat,
lurah, kepala desa, tenaga kerja dan dunia usaha.
D. Azas Rujukan
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang
dimiliki oleh puskesmas terbatas. Pada hal puskesmas berhadapan langsung
dengan masyarakat dengan berbagai permasalahan kesehatan. Untuk membantu
puskesmas menyelesaikan berbagai masalah kesehatan tersebut dan juga untuk
meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan setiap program puskesmas harus
ditopang oleh azas rujukan.
12
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas penyakit
atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara
vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana
pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam arti antar strata
sarana pelayanan kesehatan yang sama.Ada dua macam rujukan yang dikenal
yakni :
a. Rujukan Medis
Apabila suatu puskesmas tidak mampu menangani suatu penyakit
tertentu, maka puskesmas tersebut dapat merujuk ke sarana pelayanan
kesehatan yang lebih mampu (baik vertikal maupun horizontal). Rujukan
upaya kesehatan perorangan dibedakan atas :
1. Rujukan Kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan tindakan
medis (contoh : operasi) dan lain-lain.
2. Rujukan Bahan Pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan
laboratorium yang lebih lengkap.
3. Rujukan Ilmu Pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang
lebih kompeten untuk melakukan bimbingan tenaga puskesmas dan
atau menyelenggarakan pelayanan medis spesialis di puskesmas.
b. Rujukan Kesehatan
Rujukan kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam :
1. Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan fogging,
peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio
visual, bantuan obat, vaksin, bahan habis pakai dan bahan pakaian.
2. Rujukan tenaga, antara lain tenaga ahli untuk penyidikan kejadian luar
biasa, bantuan penyelesaian masalah hukum kesehatan, gangguan
kesehatan karena bencana alam.
3. Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya kewenangan dan
tanggung jawab penyelesaian masalah kesehatan masyarakat dan atau
penyelenggaraan kesehatan masyarakat ke periode dinas kesehatan
kabupaten/kota. Rujukan operasional diselenggarakan apabila
puskesmas tidak mampu.
13
Diagram 1.1 Sistem Rujukan Puskesmas
Setiap upaya atau program yang dilakukan oleh puskesmas memerlukan
evaluasi untuk menilai apakah program yang dilaksanakan berhasil atau tidak.
Untuk itu dibuat indikator keberhasilan sesuai dengan fungsi puskesmas :
a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Fungsi pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan dapat
dinilai dari seberapa jauh institusi jajaran non-kesehatan memperhatikan
kesehatan bagi institusi dan warganya. Keberhasilan fungsi ini bisa diukur
melalui Indeks Potensi Tatanan Sehat (IPTS).Ada tiga tatanan yang bisa
diukur yaitu :
1. Tatanan sekolah
2. Tatanan tempat kerja
3. Tatanan tempat-tempat umum
b. Pusat pemberdayaan masyarakat
Segala upaya fasilitasi yag bersifat non-instruktif guna
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu
14
mengidentifikasi masalah, merencanakan & melakukan pemecahannya
dengan memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas yang ada, baik
instansi lintas sektoral maupun LSM dan tokoh mayarakat.
Fungsi ini dapat diukur dengan beberapa indikator :
1. Tumbuh kembang, Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat
(UKBM)
2. Tumbuh dan kembangnya LSM di bidang kesehatan
3. Tumbuh dan berfungsinya konsil kesehatan kecamatan atau
BPKM (Badan Peduli Kesehatan Masyarakat) atau BPP (Badan
Penyantun Puskesmas).
c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Indikator keberhasilan fungsi ini dapat dikelompokkan ke dalam
IPMS (Indikator Potensi Masyarakat Sehat), yang terdiri dari cakupan dan
kualitas program puskesmas.IPMS minimal mencakup seluruh indikator
cakupan upaya kesehatan wajib dan kualitas atau mutu pelayanan
kesehatan.
1.3 Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Harapan Mulya
1.3.1 Keadaan Geografis
Kecamatan Kemayoran merupakan salah satu dari delapan kecamatan yang
berada di wilayah Kota Administrasi Jakarta Pusat yang mempunyai luas wilayah
7.25 km2. Puskesmas Kecamatan Kemayoran secara administratif terletak di Jl.
Harapan Mulya 1, Kelurahan Harapan Mulya, Kecamatan Kemayoran, Jakarta
Pusat. Luas total lahan Puskesmas Kecamatan Kemayoran adalah 1.215 m2
dengan luas lahan terbangun yaitu 1.361 m2, dengan demikian proporsi lahan
terbangun (Building Coverage Ratio) mencapai 54 %. Pada saat ini gedung
Puskesmas Kecamatan Kemayoran terdiri dari 2 lantai.
Gambar 1.1 Peta wilayah Kecamatan Harapan Mulya
15
Secara teritorial wilayah Pemerintahan Kecamatan Kemayoran terdiri dari 8
Kelurahan, 1 RSU Kemayoran,1 puskesmas kecamatan, 6 puskesmas kelurahan
karena terdapat 1 kelurahan yang tidak memiliki puskesmas sehingga 1 kelurahan
bergabung dengan puskesmas kecamatan, 77 Rukun Warga (RW), dan 986 Rukun
Tetangga (RT), dengan perincian sebagai berikut :
Tabel 1.1Data Luas Wilayah, Jumlah RW, dan Jumlah RT berdasarkan Kelurahan Di
Kecamatan Harapan MulyaTahun 2015
Kelurahan Luas Wilayah
(km2)
Jumlah
RW
Jumlah
RT
1 Gn. Sahari
Selatan
1,53 10 122
2 Kemayoran 0,53 10 121
3 Kebon Kosong 1,16 13 129
4 Serdang 0,86 7 113
5 Harapan Mulia 0,53 9 120
6 Utan Panjang 0,54 10 139
7 Cempaka Baru 0,99 10 138
8 Sumur Batu 1,15 8 105
Jumlah 7,25 77 987
(Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Tahun 2015)
Batas Wilayah Kecamatan Kemayoran adalah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara: Jalan Angkasa, Pertengahan bekas Lapangan Terbang
Kemayoran dari Barat ke Timur, Jln. Sunter Kemayoran (berbatasan langsung
dengan Kecamatan Sawah Besar, Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara)
16
2. Sebelah Timur: Jalan Yos Sudarso (berbatasan dengan Kecamatan Kelapa
Gading, Jakarta Utara)
3. Sebelah Selatan:Jalan letjen Suprapto, Kali Sentiong, Jln Kali Baru Timur
(berbatasan dengan Kecamatan Cempaka Putih, Kecamatan Senen dan
Kecamatan Johar Baru Jakarta Pusat)
4. Sebelah Barat: Jalan Gunung Sahari Raya (Berbatasan dengan kecamatan
Sawah Besar)
1.3.2 Keadaan Demografi Puskesmas Kecamatan Harapan Mulya
Jumlah penduduk Kecamatan Harapan Mulya sampai akhir bulan Desember
tahun 2014 adalah sebagai berikut :
Tabel 1.2Data Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
NO. Kelurahan Luas
Wilayah
(km2)
Jumlah
Penduduk
Kepadatan
Penduduk per
km2
1 Gn. Sahari Selatan 1,53 23.914 15.630
2 Kemayoran 0,52 25.279 47.696
3 Kebon Kosong 1,16 30.969 26.697
4 Serdang 0,82 35.380 43.146
5 Harapan Mulia 0,53 27.466 51.823
6 Utan Panjang 0,54 34.445 63.787
7 Cempaka Baru 0,99 38.320 38.707
8 Sumur Batu 1,15 27.803 24.177
Jumlah 7,24 243.576 33.597
(berdasarkan Kelurahan di Kecamatan Harapan Mulya Tahun 2014)
Berdasarkan tabel 1.3maka jumlah penduduk kecamatan kemayoran pada tahun
2013 adalah 243.576 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 33.597 per km2.
17
Tabel 1.3Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin berdasarkan Kelurahan
di Kecamatan Harapan Mulya Tahun 2014
No Kelurahan Jumlah Penduduk Jumlah
PendudukLaki-laki Perempuan
1 Gn. Sahari Selatan 12.137 11.777 23.914
2 Kebon Kosong 15.859 15.110 30.969
3 Serdang 17.835 17.545 35.380
4 Harapan Mulia 14.135 13.331 27.466
5 Utan Panjang 17.767 16.678 34.445
6 Cempaka Baru 19.555 18.765 38.320
7 Sumur Batu 14.012 13.791 27.803
Jumlah 124.234 119.542 243.576
(Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Tahun 2014)
Nama dan alamat Puskesmas-Puskesmas di wilayah Kecamatan Kemayoran
terdapat pada table 1.5 dibawah, yaitu sebagai berikut :
Tabel 1.4 Nama dan alamat Puskesmas Kelurahan di Kecamatan Harapan Mulya Tahun
2014
No Nama Puskesmas Alamat Telp
1 Kelurahan Utan Panjang Jl. Bendungan Jago Rt 09/01 (021) 4250857
2 Kelurahan Harapan Mulya Jl Harapan Mulya (021) 4256429
3 Kelurahan Sumur Batu Jl. Sumur Batu Raya Rt 007/01 (021) 4222510
18
4 Kelurahan Kebon kosong I Jl. Pelita III Rt 008/08 (021) 4229104
5 Kelurahan Cempaka BaruJl. Cempaka Baru Tengah I Rt
005/06(021) 4229103
6 Kelurahan Serdang Jl Eka V Rt 009/03 (021) 4220947
(Sumber :Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Harapan MulyaTahun 2013)
1.3.3 Profil Puskesmas Harapan Mulya
Pada saat ini gedung Puskesmas Kecamatan Harapan Mulya terdiri dari
dua lantai. Pada lantai pertama terdapat pelayanan loket pendaftaran pasien, IGD,
poli umum, poli lansia / geriatri, poli TB paru. Pada lantai dua terdapat poli KIA,
poli KB, poli Gizi – poli Jiwa – poli MTBS, laboratorium dan ruangan tata usaha.
Berdasarkan jenis pelayanan yang tersedia. Puskesmas Kecamatan
Harapan Mulya diharapkan mampu memberikan pelayanan dasar yang dibutuhkan
oleh masyarakat di Kecamatan Harapan Mulya dan sekitarnya.
Tabel 1.5 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Kemayoran
Tahun 2014
No Unit KerjaDokter
Umum
Dokter
GigiBidan Perawat Apoteker
Tenaga
Gizi
1Puskesmas Kec.
Kemayoran10 4 11 10 5 2
2Puskesmas Kel.
Harapan Mulya1 1 2 2 1 -
3Puskesmas Kel.
Utan Panjang1 1 1 2 1 -
4Puskesmas Kel.
Kebon Kosong I1 1 1 2 1 -
5Puskesmas Kel.
Kemayoran1 - 1 2 1 -
6Puskesmas Kel.
Serdang1 1 1 2 1 -
7 Puskesmas Kel. 1 1 1 2 - 1
19
Sumur Batu
8
Puskesmas
Kel.Cempaka
Baru
1 1 1 2 - -
Jumlah 16 10 19 24 10 3
(Sumber :Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Kemayoran Tahun 2014)
Gambar 1.3 Struktur Organisasi Puskesmas Kecamatan Harapan Mulya
2015
20
KEPALA PUSKESMAS KECAMATAN:
drg.Lindawati
KA. SEKSI PELAYANAN : Dr. Marleni
KA. SEKSI PENUNJANG & KESMAS:
Dr. Carla
KA. TATA USAHA: Nining
UNIT PELAYANAN
Unit Kesehatan UmumUnit Kesehatan Gigi & MulutUnit Kesehatan Ibu & AnakUnit Kesehatan SpesialisUnit Rumah BersalinUnit Pelayanan 24 Jam & AmbulanUnit Pelayanan Keluarga BerencanaUnit Kamar Operasi
UNIT PENUNJANG
Unit FarmasiUnit GiziUnit LaboratoriumUnit Radiologi
UnitPemeliharaanPeralatanKesehatan
Kesehatan MasyarakatPenyakit Menular
P2B2
Penyakit Tidak Menular
Penyehatan Lingkungan & Kesehatan Kerja
Gizi & PPSM
Kesehatan Jiwa & NAPZA
PUSKESMAS KELURAHANKELOMPOK JABATAN FUNGISIONAL
Sumber : Laporan Daftar Pegawai Puskesmas Kecamatan Harapan Mulya Tahun
2015
1.3.4 Visi, Misi & Tujuan Puskesmas Kecamatan Kemayoran
1. Visi
Terwujudnya Puskesmas Kec. Kemayoran sebagi pusat pelayanan kesehatan
dasar yang bermutu dan professional
2. Misi
a. Mengembangkan kualitas pelayanan dari program sesuai dengan standard
mutu
b. Mengembangkan SDM yang professional dan berkualitas
c. Mengembangkan system manajemen Puskesmas
d. Mengembangkan sarana dan prasarana pelayanan Puskesmas
e. Mengembangkan upaya kemandirian masyarakat dalam bidang kesehatan
f. Menggalang kerjasama dengan mitra strategis
3. Tujuan
1. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan manajerial pegawai
2. Meningkatkan kemampuan teknis pegawai
3. Meningkatkan kemampuan teknis pegawai
4. Meningkatkan pembinaan pegawai
5. Tersedianya system informasi yang cepat, tepat dan akurat serta mudah
dimengerti
6. Meningkatkan minat masyarakat untuk berkunjung ke Puskesmas
7. Meningkatkan mutu program Puskesmas
8. Terselenggaranya pelayanan tepat waktu
9. Meningkatkan kepuasan pegawai
21
10. Terlaksananya prosedur pelayanan yang tidak berbelit-belit
11. Meningkatnya fasilitas kesehatan di Puskesmas
12. Mengembangkan jenis pelayanan
2.3.5 Program Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) di
Puskesmas Kecamatan Harapan Mulya
Progam Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) adalah
program upaya pengembangan puskesmas yang termasuk di dalam program P2M.
Upaya pengendalian penyakit menular lebih ditekankan pada pelaksanaan
surveilans epidemiologi dengan upaya penemuan penderita secara dini, yang
ditindaklanjuti dengan penanganan secara cepat melalui pengobatan penderita. Di
samping itu, pelayanan lain yang diberikan adalah upaya pencegahan dengan
pemberian imunisasi, upaya pengurangan faktor risiko melalui kegiatan untuk
peningkatan kualitas lingkungan, serta peningkatan peran serta masyarakat dalam
upaya pengendalian penyakit menular yang dilaksanakan melalui berbagai
kegiatan.
Kebijakan penanggulangan penyakit menular khususnya dalam
penanggulangan wabah telah diatur dalam bentuk peraturan perundangan, yaitu
UU No. 4 Tahun 1984 tentang Penyakit Menular serta Peraturan Pemerintah No.
40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Penyakit Menular. Peraturan tersebut
pada intinya mengatur :
1. Tata cara penetapan dan pencabutan penetapan daerah wabah.
2. Upaya penganggulangan.
3. Peran serta masyarakat.
4. Pengelolaan bahan-bahan yang mengandung penyebab penyakit.
5. Ganti rugi dan penghargaan.
6. Pembiayaan penanggulangan wabah.
7. Pelaporan.
Di berbagai wilayah di Indonesia terdapat perbedaan tingkat endemitas
dan jenis penyakit menular. Pada P2B2 penyakit yang endemis diwilayah
Indonesia adalah demam berdarah, malaria, zoonosis, flu burung, japanese
encephalitis, taeniasis, filariasis, dan schistosomiasis. Di Puskesmas Harapan
22
Mulya hanya demam berdarah yang masih menjadi masalah
Tingkat endemitas penyakit menular sangat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan (fisik, sosial, ekonomi) dan perilaku masyarakatnya. Kecamatan
Kemayoran dengan karakteristik lingkungan dan perilaku masyarakat yang
berbeda, memiliki endemisitas penyakit menular yang berbeda.
Flu Burung (H1NI)
Kegiatan yang dilakukan :
1. Pembentukan dan pelatihan Tim Gerak Cepat / Tim
Investigasi Terpadu terdiri dari :
a. Petugas surveilans Puskesmas Kecamatan (2 org / Kecamatan).
b. Seksi Pertenakan tingkat Kecamatan.
c. Petugas Surveilans Sudin dan Dinas Kesehatan dan Peternakan.
2. Kesepakatan kegiatan investigasi bersama pasca
Pertemuan Lintas Batas Jabodetabek bidang Kesmas.
3. Komitmen pelaksanaan investigasi kurang dari 1 x
24 jam setelah laporan diterima.
4. Depopulasi dan sertifikasi unggas.
5. Pengawasan lalu lintas unggas.
Langkah-langkah kegiatan yang akan datang :
1. Sweeping.
2. Sertifikasi.
3. Biosekuriti / desinfeksi.
4. Sosialisasi.
5. Pengawasan lalu lintas unggas.
6. Penguatan surveilans dan investigasi terpadu.
7. Promosi kesehatan.
8. Simulasi lapangan kondisi pandemi.
9. Menyusun rencana kontigensi.
10. Pemberdayaan Komprov Flu Burung.
23
Leptospirosis
Kegiatan yang dilakukan :
1. Surveilans.
a. Surveilans penyakit.
b. Surveilans vektor.
c. Surveilans faktor risiko.
2. Deteksi dini dan pengobatan atau perawatan dini.
3. Pengendalian faktor risiko.
4. Partisipasi masyarakat.
Apabila ditemukan penderita suspect leptospirosis probabe ataupun
confirmed maka harus dilakukan penyuluhan, penyelidikan Epidemiologi
lingkungan dan case finding yaitu mencari kasus tambahan dengan radius 200
meter dari rumah penderita untuk diobati atau dirujuk bila dengan komplikasi.
Bila ditemukan penderita tambahan dengan sebab lingkungan yang sama
maka segera dilaporkan sebagai kejadian luar biasa (KLB) dengan menggunakan
formulir laporan W1 dan kasus tambahan selanjutnya dilaporkan dengan W2.
Penanggulangan KLB diikuti penyelidikan kasus dan lingkungan serta dilakukan
pengambilan spesimen terhadap penderita dan hewan tersangka sekitar lokasi
dengan bantuan tim kota/ kab administrasi provinsi dan pusat. Serum sebelum
dikirim agar disimpan didalam freezer dengan menuliskan etiket pada label nama
penderita, umur, jenis kelamin, tanggal pengambilan spesimen pertama dan kedua.
Apabila dilakukan pengambilan spesimen terhadap hewanselain tikus harus
bekerja sma dengan sudin kelautan dan pertanian. Kemudian serum dikirim ke B.
Balitvet Bogor atau RS karyadi Semarang. Pengobatan tersangka penderita/
tersangka penderita Pengobatan : pemeberian antibiotik seperti penicillin,
streptomysin, doxycicline,tetracycline atau eritromisin. Menurut Turner
pemberian penicillin atau tetracyclin dosis tinggi dapat memberikan hasil yang
sangat baik. Pemberian diberikan 10 hari
Rabies
24
Berdasarkan SK Mentri Pertanian No : 566/kpts/PD.640/10/2004 Provinsi
DKI Jakarta telah dinyatakan bebas rabies dan untuk mempertahankan telah
dibentuk Tim Koordinasi Pengaman Daerah Bebas Penyakit Rabies dan Penyakit
Menular Hewan Linnya di Provinsi DKI Jakarta. Sesuai Surat Keputusan
Gubernur No: 2070/2005 tanggal 25 Oktober 2005. Walaupun Provinsi DKI
Jakarta telah bebas Rabies, tetapi tetap merupakan daerah yang terancam
penularan Rabies, karena beberapa Kabupaten di Jawa Barat yang awalnya telah
dinyatakan bebas, ditemukan kembali kasus Rabies baik pada hewan maupun
manusia. Demikian pula masih ada Provinsi di Indonesia yang endemik Rabies.
Sehubungan dengan hal tersebut maka kebijakan Provinsi DKI Jakarta selain
yang telah tertuang dalam PERDA 11 tahun 1995. Tentang pengawasan hewan
rentan Rabies, serta pencegahan dan penanggulangan, juga melakukan :
1. Surveilans dan Intervensi ketat, antara lain :
a. Tahapan Hewan : Vaksinasi, Observasi, eliminasi yang dilaksanakan oleh
jajaran Dinas Perternakan, perikanan dan kelautan.
b. Tahapan manusia :
-Pertolongan pertama pada kasus gigitan di puskesmas dan UPK lainnya,
sambil melaporkan hewannya ke pemilik/Sudin Pertenakan untuk
dipantau dan diumpan balikkan apakah termasuk hewan penular rabies/
HPR (hilang, mati, terjangkit atau tidaknya akan rabies).
-Pemberian pasteur treatment atas indikasi di rabies treatment center.
-Perawatan penderita rabies di rumah sakit yang mempunyai ruang isolasi.
2. Adapun langkah-langkah yang dilakuka apabila ada kasus gigitan HPR :
a. Mencuci luka dengan sabun atau deterjen dan air yang mengalir selama
kurang lebih 15 menit. Mencuci luka sangatlah penting karena virus rabies
terbungkus lipid (lemak). Walaupun penderita gigitan ataun keluarga
sudah dicuci pencucuan luka harus tetap dilakukan atau diulangi.
b. Kemudian dapat diberikan antara lain:Alkohol 40 %, 70%, betadin, iodium
tincture, larutan yang mengandung amonium kuartener.
3. Luka gigitan tidak boleh
dijahit, apabila harus dijahit maka jahitan yang dilakukan adalah jahitan situasi.
25
4. Luka gigitan dibedakan:
Resiko rendah yaitu : badan dan kaki cukup di puskesmas atau UPK lainnya,
resiko tinggi : jari-jari, lengan, bahu keatas atau muka multipel harus dirujuk ke
rabies treatment center.
5. Apabila HPR diketahui
pemiliknya, agara keluarga korban gigitanberkoordinasi dengan pemilik HPR
untuk mengghubungi slaha satu yaitu :
a. Penilik/ sudin peternakan setempat.
b. Balai kesehatan hewan dan ikan, jalan harsono RM no 28 ragunan, telp
7805447 agar HPR dapat diobservasi.
6. Apabila HPR yang
menggigit tidak diketahui pemiliknya/ liar, kasus gigitan dirujukan ke rabies
treatment center yang ada di :
a. RSPI Sulianti Saroso, Jl. Sunter Permai
Raya, Jakarta Utara, telp 6506559, 64011412.
b. RSUD Tarakan, Jl. Kyai Caringin no 7
Jakarta Pusat telp 3842938.
7. Vaksinasi yang digunakan saat ini adalah purivied vero rabies vaksin (verorab)
dengan cara pemberian hari ke 0 diberikan 2 angka suntikan di regio deltoideus
kanan dan kiri masing-masing 0,5 ml IM, kemudian hari ke 7 dan 21 masing-
masing 1x suntikan IM deltoid kiri dan kanan.
Di KecamatanKemayoran tidak ditemukan penyakit rabies pada periode
Januari-Desember 2014.
Malaria
Pemberantasan malaria bertujuan untuk mencegah kematian akibat malaria,
terutama jika terjadi KLB, menurunkan angka kematian, menurunkan angka
kesakitan (insidensi dan prevalensi), meminimalkan kerugian sosial dan ekonomi
akibat malaria. Pemberantasan malaria haruslah rasional, harus berbasis pada
epidemiologinya seperti: manusia, parasit malaria, vektor dan lingkungannya.
Pemberantasan malaria harus ditujukan untuk memutus penularan penyakit
malaria, dengan sasaran antara lain :
26
1. Penemuan penderita.
Penemuan penderita secara dini merupakan salah satu cara memutus penyebaran
penyakit malaria. Kegiatan tersebut antara lain dilakukan dengan penemuan
penderita malaria secara aktif (ACD = Active Case Detection) dilakukan oleh
petugas juru malaria desa yang mengunjungi rumah secara teratur. Penemuan
penderita secara pasif (PCD=Passive Case Detection) yakni berdasarkan
kunjungan pasien di unit pelayanan kesehatan (puskesmas pembantu, puskesmas,
dan rumah sakit) yang menunjukkan gejala klinis malaria.
2. Pengobatan penderita.
Kegiatan pengobatan penderita antara lain :
a. Pengobatan malaria klinis, adalah pengobatan penderita malaria berdasarkan
diagnosa klinis tanpa pemeriksaan laboratorium.
b. Pengobatan radikal, adalah pengobatan penderita malaria berdasarkan
diagnosa secara klinis dan pemeriksaan laboratorium sediaan darah.
c. Pengobatan MDA (Mass Drug Administration), adalah pengobatan massal
pada saat KLB, mencakup > 80% jumlah penduduk di daerah tersebut yang
diobati.
d. Profilaksis, adalah pengobatan pencegahan dengan sasaran warga
transmigrasi dan ibu hamil di daerah endemis malaria (Depkes RI, 2000).
Obat Anti Malaria yang dipakai dalam kebijakan pengobatan di Indonesia adalah
Klorokuin : banyak digunakan karena murah, tersedia secara luas, dan relatif
aman untuk anak-anak, ibu hamil maupun ibu menyusui. Pada dosis pencegahan
obat ini aman digunakan untuk jangka waktu 2-3 tahun. Obat harus digunakan
terus-menerus mulai minimal 1- 2 minggu sebelum berangkat sampai 4-6 minggu
setelah keluar dari daerah endemis malaria. Efek samping : gangguan seperti
mual, muntah, sakit perut dan diare. Efek samping ini dapat dikurangi dengan
meminum obat sesudah makan (Depkes RI, 2000).
3. Pemberantasan vektor.
Pemberantasan vektor dilakukan antara lain dengan penyemprotan
rumah menggunakan insektisida untuk membunuh nyamuk dewasa, membunuh
jentik melalui kegiatan anti larva atau larvasiding dan menghilangkan atau
27
mengurangi tempat perindukan nyamuk untuk mengurangi jumlah nyamuk
(Depkes RI, 2000).
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk memberantas jentik nyamuk
Anopheles :
a. Cara kimiawi dengan menggunakan larvasida yaitu zat kimia yang dapat
membunuh larva atau jentik nyamuk seperti oli, solar atau minyak tanah,
paris green, temefos, fention, dan lain-lain. Kedalam larvasida juga
dimasukkan Bacillus thuringiensis sejenis bakteri yang dapat membunuh
larva oleh karena ia tidak berkembang biak lagi pada setiap kali aplikasi.
Dapat juga dengan herbisida yakni zat kimia yang dapat mematikan
tumbuh-tumbuhan air yang digunakan sebagai tempat berlindung bagi larva
nyamuk.
b. Cara Biologik.
1) Ikan pemakan jentik seperti gambusia, guppy, ikan kepala timah dan
ikan mujair.
2) Tumbuh-tumbuhan yang dapat menghalangi sinar matahari seperti
pohon bakau.
3) Protozoa (nozema) jamur (Coelomomyces) dan berbagai jenis
nematoda lainyang sedang dalam proses penelitian.
Cara yang terbanyak dipakai di Indonesia adalah cara kimiawi dengan
menggunakan solar atau minyak tanah yang dicampur dengan spreading agent
atau zat kimia yang dapat mempercepat penyebaran bahan aktif yang digunakan
(Depkes RI, 2000).
Pengendalian nyamuk dewasa merupakan cara utama yang diterapkan baik
dalam program pembasmian maupun program pemberantasan malaria.
Membunuh nyamuk dewasa biasanya dilakukan dengan menggunakan insektisida
yang terbanyak digunakan di Indonesia adalah DDT.
Cara genetik yakni melepaskan nyamuk jantan yang steril (tidak bisa
memberikan keturunan) telah lama dicoba akan tetapi hasilnya tidak memuaskan
dan biayanya mahal (Depkes RI, 2000).
28
Pemberantasan malaria akan diintensifkan melalui pendekatan Roll Back
Malaria (RBM) atau upaya kemitraan global, suatu komitmen internasional
dengan strategi sebagai berikut: deteksi dini dan pengobatan yang tepat, peran
serta aktif masyarakat dalam pencegahan malaria dan perbaikan kualitas dari
pencegahan dan pengobatan malaria melalui perbaikan kapasitas personel
kesehatan yang terlibat. Yang juga penting adalah pendekatan terintegrasi dari
pembasmian malaria dengan kegiatan lain, seperti promosi kesehatan. Roll Back
malaria bertujuan mengurangi penderita sebanyak 50% pada tahun 2010 melalui
pendekatan partnership (Laihad, 2005).
Di Kecamatan Kemayoran tidak ditemukan penyakit malaria pada periode
Januari-April 2015
Filariasis
Filariasis atau elephantiasis atau penyakit kaki gajah, adalah penyakit yang
disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan nyamuk.
Penyakit ini tersebar luas di pedesaan dan perkotaan. Dapat dan menyerang semua
golongan tanpa mengenal usia dan jenis kelamin. Di dunia terdapat 1,3 miliar
penduduk yang berisiko tertular penyakit kaki gajah di lebih dari 83 negara dan
60% kasus berada di Asia Tenggara.
Program Eliminasi Filariasis merupakan salah satu program prioritas
nasional pemberantasan penyakit menular sesuai dengan Peraturan Presiden
Republik Indonesia nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional tahun 2004–2009. Tujuan umum dari program eliminasi
filariasis adalah filariasis tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia pada tahun 2020. Sedangkan tujuan khusus program adalah (a)
menurunnya angka mikrofilaria (microfilaria rate) menjadi kurang dari 1% di
setiap Kabupaten/Kota, (b) mencegah dan membatasi kecacatan karena filariasis.
Program eliminasi filariasis di Indonesia ini menerapkan strategi
GlobalElimination Lymphatic Filariasis dari WHO. Strategi ini mencakup
pemutusan rantai penularan filariasis melalui POMP filariasis di daerah endemis
29
filariasis dengan menggunakan DEC yang dikombinasikan dengan albendazole
sekali setahun minimal 5 tahun, dan upaya mencegah dan membatasi kecacatan
dengan penatalaksanaan kasus klinis filariasis, baik kasus akut maupun kasus
kronis.
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota merupakan pengendali utama program
eliminasi filariasis di tingkat kabupaten/kota yang mempunyai tugas dan
kewenangan sebagai berikut:
a.Menetapkan kebijakan eliminasi filariasis di kabupaten/kota. Menetapkan
tujuan dan strategi eliminasi filariasis di tingkat kabupaten/kota.
b.Melaksanakan pengendalian pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program
eliminasi filariasis dengan memperkuat komitmen, mobilisasi sumber daya
kabupaten/kota.
c.Memperkuat kerjasama lintas program dan lintas sektor serta kerjasama
lembaga mitra kerja lainnya di kabupaten/kota.
d.Melaksanakan pembinaan dan asistensi teknis program eliminasi filariasis di
puskesmas, rumah sakit dan laboratorium daerah.
e.Melaksanakan pelatihan eliminasi filariasis di kabupaten/kota.
f. Melaksanakan evaluasi cakupan POMP filariasis dan penatalaksanaan kasus
klinis kronis filariasis di daerahnya.
g.Membentuk KOMDA POMP filariasis.
h.Mengalokasikan anggaran biaya operasional dan melaksanakan POMP
filariasis.
i. Mengalokasikan anggaran dan melaksanakan pengobatan selektif,
penatalaksanaan kasus reaksi pengobatan, dan penatalaksanaan kasus klinis
filariasis.
j. Mengkoordinir dan memastikan pelaskanaan tugas puskesmas sebagai
pelaksana operasional program eliminasi filariasis kabupaten/kota
Sejak tahun 2005, sebagai unit pelaksana atau IU (implementation unit)
penanganan filariasis adalah setingkat kabupaten/kota. Artinya, satuan wilayah
terkecil dalam program ini adalah kabupaten/kota, baik untuk penentuan
endemisitas maupun pelaksanaan POMP filariasis. Bila sebuah kabupaten/kota
30
sudah endemis filariasis, maka kegiatan POMP filariasis harus segera
dilaksanakan.
Walau sudah berbasis kabupaten, upaya program tersebut belum dapat
menjangkau seluruh penduduk di wilayah kabupaten/kota tersebut. Pola program
semacam ini tidaklah efisien dan tidak efektif karena tetap terdapat risiko
penularan (re-infeksi) karena belum seluruh penduduk terlindungi. Untuk itu,
pelaksanaan POMP filariasis perlu direncanakan secara komprehensif dan
mencakup seluruh wilayah endemis di Indonesia.
Agar mencapai hasil optimal sesuai dengan kebijakan nasional eliminasi
filariasis dilaksanakan dengan memutus rantai penularan, yaitu dengan cara
POMP filariasis untuk semua penduduk di kabupaten/kota tersebut kecuali anak
berumur kurang dari 2 tahun, ibu hamil, orang yang sedang sakit berat, penderita
kronis filariasis yang dalam serangan akut dan balita dengan
marasmus/kwasiorkor dapat ditunda pengobatannya.
Di Kecamatan Kemayoran tidak ditemukan penyakit filariasis pada periode
Januari-Maret 2015
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
Program P2B2 yang berjalan di puskesmas Kecamatan Harapan Mulya
adalah pencegahan dan pengendalian penyakit demam berdah dengue (DBD).
Kegiatan pencegahan dan penanggulangan penyakit demam berdarah
meliputi :
a. PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk).
Tujuan : Untuk memantau keberhasilan/kesinambungan Gerakan PSN DBD
“30” menit sekali seminggu secara Serentak Di Prop. DKI Jakarta dgn
memeriksa ada tidaknya Jentik (Pemantauan Jentik Berkala/PJB) dan dikaitkan
dgn kejadian Kasus DBD di RW .
Sasaran : Tempat perindukan nyamuk di lokasi RW secara sampling.
Perlengkapan : Surat tugas, form pencatatan & pelaporan, senter, gayung dan
larvacid.
Indikator :
Angka Bebas Jentik 95% = Jumlah rumah diperiksa (-) jentik X 100%
31
Jumlah total rumah diperiksa
b. Penyelidikan epidemiologi (PE).
Bila terdapat laporan Kasus DBD yang diterima Petugas Puskesmas maka
akan ditindaklanjuti dalam waktu 2 x 24 jam.Tindakan yang dilakukan adalah :
1) Kunjungan ke penderita.
1) Pemeriksaan jentik 20 rumah atau radius 100 meter dari rumah penderita.
2) Mencari kasus yang serupa dengan penderita yaitu gejalademam tanpa
sebab yang jelas.
3) Bila tidak di temukan poin 2) dan 3)yang berarti hasil PE (-), maka
tindakan selanjutnya adalah dilakukan penyuluhan.
4) Bila ditemukan poin 2) dan 3) yang berati hasil PE (+), maka dilakukan
Fogging Fokus dan penyuluhan.
c. Fogging Fokus DBD kasus (+).
Fogging fokus dilakukan jika hasil PE (+) , kegiatan yang dilakukan adalah :
1) Fogging Fokus dilakukan setelah hasil PE (+) / 2X24 Jam.
2) Radius Pengasapan 200 meter.
3) Jumlah Pengasapan 2 siklus (2x) dengan interval 7 hari.
d. Pencatatan dan Pelaporan Kasus DBD.
Kewaspadaan dini penyakit DBD atau upaya pemberantasan DBD
dilaksanakan dengan kegiatan sebagai berikut :
1) Penemuan, pelaporan dan pelacakan kasus penderita
DBD yang dilakukan oleh petugas.
2) Diagnosa sementara penyakit DBD atau tersangka
DBD ditegakkan dengan kriteria yaitu panas tinggi selama 2-7 hari disertai
adanya tanda-tanda perdarahan:
a. Rumple Leed Test.
b. Jumlah trombosit <100.000/ul.
c. Hematokrit meningkat ±20%.
Diagram 1.2. Alur Penggunaan Rapid Diagnostic Test (RDT) di Puskesmas
Harapan Mulya
32
Sumber: Alur Penggunaan RDT Puskesmas RT/Fasilitas Kesehatan Lainnya
Tabel 1.7Kesimpulan Hasil Pemeriksaan RDT (NS1 dan IgG/IgM)
No. NS-1 IgM IgG Keterangan
1 + - - Infeksi dengue
2 + + - Infeksi dengue primer
3 - + Infeksi primer
4 + + Infeksi dengue sekunder
5 - - + Ulangi hari ke 5 demam
6 - - - Infeksi lainnya
1. Fogging Fokus DBD kasus (+)
Fogging fokus dilakukan jika hasil PE (+) , kegiatan yang dilakukan adalah :
a. Fogging Fokus dilakukan setelah hasil PE (+) / 2x24 Jam.
b. Radius Pengasapan 200 meter.
c. Jumlah Pengasapan 2 siklus (2x) dengan interval 7 hari.
2. Evaluasi Dan Pelaporan
a. Masing-masing pelayanan kesehatan (puskesmas dan rumah sakit) mengisi
formulir pelaporan penggunaan RDT (formulir terlampir).
33
b. Formulir pelaporan dari puskesmas/rumah sakit dikirim ke dinas Kab/Kota
setiap bulan sekali. Pengiriman laporan paling lambat tanggal 5.
c. Dari dinas Kab/Kota laporan dikirim ke dinas provinsi setiap bulan paling
lambat tanggal 10.
d. Dari dinas provinsi laporan dikirim Subdit Arbovirus setiap bulan paling
lambat tanggal 15.
e. Pengiriman dikirim via pos d/a subunit Arbovirus, Dir. PPBB, Ditjen P2PL
di Jl.Percetakan Negara No.29 Jakarta Pusat 105560 PO Box 223, atau via
email d/a [email protected] m .
Pada program DBD, terdapat indikator yang harus dicapai oleh Puskesmas
Kecamatan Cilincing yaitu:
a. Incidence Rate (IR) DBD <52/100.000 penduduk dan dikonversikan ke 3
bulan menjadi <13/100.000 penduduk.
b. Cakupan PE terhadap kasus DBD 100%
c. Cakupan Fogging Fokus terhadap PE(+) 100%
d. Cakupan Fogging Fokus Siklus Kedua terhadap Siklus Pertama 100%
34
Tabel data 1.14 Penderita DBD Perkelurahan Wilayah Kec. Kemayoran Jakarta Pusat Bulan Januari - Maret 2015
No Kelurahan
Jumlah
Pendudu
k
Jumlah Penderita Target IR
per 100.000
penduduk
CFR
(Case Fatality Rate)
(%)
IR
Hidup Meninggal
(a) (b) (c) [c/(b+c)]x100%
1 Gunung
Sahari
23.115 7 0 <130
30,2
2 Kemayoran 24.355 2 0 <13 0 8,21
3 Kebon
Kosong
31.341 9 0 <130
28,7
4 Serdang 34.576 8 0 <13 0 23,1
5 Harapan
Mulya
26.889 7 0 <130
26,0
6 Cempaka Baru 37.714 13 0 <13 0 34,4
7 Utan Panjang 33.889 5 0 <13 0 14,7
8. Sumur Batu 26.902 3 0 <13 0 11,1
Kemayoran 238.781 54 0 <13 0 22,61
35
Tabel 1.16 Rekapitulasi data PE untuk bulan Januari – Maret 2015
No KELURAHAN
Sudah dilakukan PE
Total Kasus
Cakupan PE
terhadap kasus
DBD
(a+b)/(e-c-d) x 100%
dari Target 100%
PE (+) PE (-)Bukan
DBD
Tidak
ditemuka
n
(a) (b) (c) (d) (e)
1 Gunung Sahari 3 4 0 0 7 100
2 Kemayoran 1 1 0 0 2 100
3 Kebon Kosong 8 1 0 0 9 100
4 Serdang 6 2 0 0 8 100
5 Harapan Mulya 2 5 0 0 7 100
6 Cempaka Baru 8 5 0 0 13 100
7 Utan Panjang 3 2 0 0 5 100
8 Sumur Batu 2 1 0 0 3
T O T A L 33 21 0 0 54 100
36
Tabel 1.18 Rekapitulasi data Fogging Focus bulan Januari – Maret 2015
No KELURAHAN
PE (+)
Jumlah
Fogging
Fokus
Jumlah
Fogging
Jumlah
FoggingCakupan Fogging
Fokus terhadap PE
(b/a x 100%)
dari Target 100%
Cakupan Fogging Fokus
Siklus 2 terhadap Siklus
1
(d/c x 100%)
dari Target 100%
Siklus 1 Siklus 2
(a)(b) (c) (d)
1 Gunung Sahari 3 3 3 3 100 100
2 Kemayoran 1 1 1 1 100 100
3 Kebon Kosong 8 8 8 8 100 100
4 Serdang 6 6 6 6 100 100
5 Harapan Mulya 2 2 2 2 100 100
6 Cempaka Baru 8 8 8 8 100 100
7 Utan Panjang 3 3 3 3 100 100
8 Sumur Batu 2 2 2 2 100 100
T O T A L 33 33 33 33 100 100
37
Identifikasi Masalah
Ditemukan beberapa masalah pada program P2B2 khususnya DBD:
Puskesmas Kelurahan Harapan Mulya, Puskesmas Kemayoran, Puskesma
Serdang, Puskesmas Cempaka Baru, Puskesmas Utan Panjang, Puskesma
Sumur Batu, Puskesmas Kebon Kosong.
1. Incidence Rate DBD di Kelurahan Gunung Sahari pada bulan Januari-
Maret 2015 sebesar 30,2 /100.000 penduduk.
2. Incidence Rate DBD di Kelurahan Serdang pada bulan Januari-Maret
2015 sebesar 23,1/100.000 penduduk.
3. Incidence Rate DBD di Kelurahan Harapan Mulya pada bulan Januari-
Maret 2015 sebesar 26,0/100.000 penduduk.
4. Incidence Rate DBD di Kelurahan Cempaka Baru pada bulan Januari-
Maret 2015 sebesar 34,4/100.000 penduduk.
5. Incidence Rate DBD di Kelurahan Utan Panjang pada bulan Januari-
Maret 2015 sebesar 14,7/100.000 penduduk.
6. Incidence Rate DBD di Kelurahan Kebon Kosong pada bulan Januari-
Maret 2015 sebesar 28,7/100.000 penduduk.
Rumusan Masalah
Setelah didapatkan identifikasi masalah dari salah satu program wajib di
Puskesmas Kecamatan Harapan Mulya maka dipilih satu program yang menjadi
masalah, dengan cara menghitung dan membandingkan nilai kesenjangan antara
apa yang diharapkan (expected) dengan apa yang telah terjadi (observed),
selanjutnya dilakukan perumusan masalah untuk membuat perencanaan yang baik
sehingga masalah yang ada dapat diselesaikan. Rumusan masalah dari program
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Incidence Rate DBD di Kelurahan Gunung Sahari pada bulan Januari-
Maret 2015 sebesar 30,2 /100.000 penduduk sehingga tidak mencapai
target sebesar <13/100.000 penduduk.
2. Incidence Rate DBD di Kelurahan Serdang pada bulan Januari-Maret 2015
sebesar 23,1/100.000 penduduk sehingga tidak mencapai target sebesar
<13/100.000 penduduk.
38
3. Incidence Rate DBD di Kelurahan Harapan Mulya pada bulan Januari-
Maret 2015 sebesar 26,0/100.000 penduduk sehingga tidak mencapai
target sebesar <13/100.000 penduduk.
4. Incidence Rate DBD di Kelurahan Cempaka Baru pada bulan Januari-
Maret 2015 sebesar 34,4/100.000 penduduk sehingga tidak mencapai
target sebesar <13/100.000 penduduk.
5. Incidence Rate DBD di Kelurahan Utan Panjang pada bulan Januari-Maret
2015 sebesar 14,7/100.000 penduduk sehingga tidak mencapai target
sebesar <13/100.000 penduduk.
6. Incidence Rate DBD di Kelurahan Kebon Kosong pada bulan Januari-
Maret 2015 sebesar 28,7/100.000 penduduk sehingga tidak mencapai
target sebesar <13/100.000 penduduk.
39
BAB II
PENETAPAN PRIORITAS MASALAH DAN PENYEBAB MASALAH
2.1. Penetapan Prioritas Masalah
Masalah adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected) dengan
apa yang aktual terjadi (observed). Idealnya, semua permasalahan yang timbul
harus dicarikan jalan keluarnya. Namun, karena keterbatasan sumber daya, dana,
dan waktu menyebabkan tidak semua permasalahan dapat dipecahkan sekaligus.
Untuk itu perlu ditentukan masalah yang menjadi prioritas Setelah pada tahap
awal merumuskan masalah, maka dilanjutkan dengan menetapkan prioritas
masalah yang harus dipecahkan. Prioritas masalah didapatkan dari data atau fakta
yang ada secara kualitatif, kuantitatif, subjektif, objektif serta adanya pengetahuan
yang cukup.
Pada BAB I, telah dirumuskan masalah yang terdapat dari tujuh program
kesehatan dasar di Puskesmas Kecamatan Kemayoran. Karena keterbatasan
sumber daya manusia, dana dan waktu, maka dari semua masalah yang telah
dirumuskan, perlu ditetapkan masalah yang menjadi prioritas untuk diselesaikan.
Dalam penetapan prioritas masalah, digunakan teknik skoring dan
pembobotan. Untuk dapat menetapkan kriteria, pembobotan dan skoring perlu
dibentuk sebuah kelompok diskusi. Agar pembahasan dapat dilakukan secara
menyeluruh dan mencapai sasaran, maka setiap anggota kelompok diharapkan
mempunyai informasi dan data yang tersedia. Beberapa langkah yang dilakukan
dalam penetapan prioritas masalah meliputi:
1. Menetapkan kriteria.
2. Memberikan bobot masalah.
3. Menentukan skoring tiap masalah.
Dari hasil diskusi maka kelompok kami memilih Scoring Technique yaitu
MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment) untuk menentukan prioritas
masalah karena kelebihan MCUA yaitu dapat memecahkan masalah dengan
sempurna dan lebih mudah dilaksanakan.
40
2.1.1. Metode MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment)
Pada metode ini parameter diletakkan pada baris dan harus ada
kesepakatan mengenai bobot kriteria yang akan digunakan, dan masalah-
masalah yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada kolom. Metode ini
memakai lima kriteria untuk penilaian masalah tetapi masing-masing kriteria
diberikan bobot penilaian dan dikalikan dengan penilaian masalah yang ada
sehingga hasil yang didapat lebih objektif.
Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas masalah.
Kriteria yang dipakai terdiri dari:
1. Emergency : Kegawatan menimbulkan kesakitan
atau kematian.
2. Greatees member : Menimpa orang banyak,
insiden/prevalensi.
3. Expanding scope : Mempunyai ruang lingkup besar di
luar
kesehatan.
4. Feasibility : Kemungkinan dapat/tidaknya
dilakukan.
5. Policy : Kebijakan pemerintah
daerah/nasional.
2.1.2. Metode MCUA
Pada metode MCUA, yang menjadi kriteria penilaian untuk menentukan
prioritas masalah adalah :
1. Emergency
Emergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan sehingga
menimbulkan kematian atau kesakitan. Parameter yang digunakan dalam
kriteria ini adalah CFR (Case Fatality Rate), jika masalah yang dinilai berupa
penyakit. Adapun jika yang dinilai adalah masalah kesehatan lain, maka
digunakan parameter kuantitatif berupa angka kematian maupun angka
kesakitan yang dapat ditimbulkan oleh permasalahan tersebut. Misalnya
41
masalah K1, maka yang digunakan sebagai parameter adalah angka kematian
ibu, dan lain sebagainya.
2. Greatest member
Kriteria ini digunakan untuk menilai seberapa banyak penduduk yang
terkena masalah kesehatan tersebut. Untuk masalah kesehatan yang berupa
penyakit, maka parameter yang digunakan adalah prevalence rate. Sedangkan
untuk masalah lain, maka greatest member ditentukan dengan cara melihat
selisih antara pencapaian suatu kegiatan pada sebuah program kesehatan dengan
target yang telah ditetapkan.
3. Expanding Scope
Menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap sektor
lain diluar sektor kesehatan. Parameter penilaian yang digunakan adalah
seberapa luas wilayah yang menjadi masalah, berapa banyak jumlah penduduk
di wilayah tersebut, serta berapa banyak sektor di luar sektor kesehatan yang
berkepentingan dengan masalah tersebut.
4. Feasibility
Kriteria lain yang harus dinilai dari suatu masalah adalah seberapa mungkin
masalah tersebut diselesaikan. Parameter yang digunakan adalah ketersediaan
sumber daya manusia berbanding dengan jumlah kegiatan, fasilitas terkait
dengan kegiatan bersangkutan yang menjadi masalah, serta ada tidaknya
anggaran untuk kegiatan tersebut.
5. Policy
Berhubungan dengan orientasi masalah yang ingin diselesaikan adalah
masalah kesehatan masyarakat, maka sangat penting untuk menilai apakah
masyarakat memiliki kepedulian terhadap masalah tersebut serta apakah
kebijakan pemerintah mendukung terselesaikannya masalah tersebut. Hal
tersebut dapat dinilai dengan apakah ada seruan atau kebijakan pemerintah yang
concern terhadap permasalahan tersebut, apakah ada lembaga atau organisasi
masyarakat yang concern terhadap permasalahan tersebut, serta apakah masalah
tersebut terpublikasi di berbagai media.
Metode ini memakai lima kriteria yang tersebut diatas untuk penilaian masalah
dan masing-masing kriteria harus diberikan bobot penilaian untuk dikalikan
42
dengan penilaian masalah yang ada sehingga hasil yang didapat lebih obyektif.
Pada metode ini harus ada kesepakatan mengenai kriteria dan bobot yang akan
digunakan.
Dalam menetapkan bobot, dapat dibandingkan antara kriteria yang satu
dengan yang lainnya untuk mengetahui kriteria mana yang mempunyai bobot
yang lebih tinggi. Setelah dikaji dan dibahas, didapatkan kriteria mana yang
mempunyai nilai bobot yang lebih tinggi. Nilai bobot berkisar satu sampai lima,
dimana nilai yang tertinggi adalah kriteria yang mempunyai bobot lima.
Bobot 5 : paling penting.
Bobot 4 : sangat penting sekali.
Bobot 3 : sangat penting.
Bobot 2 : penting.
Bobot 1 : cukup penting.
2.1.2.1. Emergency
Menunjukkan besar kerugian yang timbul. Ini ditunjukkan dengan Insiden
rate (IR)
Tabel 2.1 Penentuan Score Emergency pada Incidence Rate
di wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran berdasarkan skala
No Range (per 100.000 penduduk) Score
1 0-5,0 1
2 5,1-10,0 2
3 10,1-15,0 3
4 15,1-20,0 4
5
6
7
8
20,1-25,0
25,1-30,0
30,1-35,0
35,1-40,0
5
6
7
8
Tabel 2.2 Penentuan Emergency Score
43
di wilayah Puskesmas Kemayoran Periode Januari-maret 2015
No Masalah Target IR Score
1 Incidence Rate DBD di
PKL Kelurahan Cempaka
baru
<13 34,4 7
2 Incidence Rate DBD di
PKL Kelurahan Harapan
mulya
<13 26,0 6
3 Incidence Rate DBD di
PKL Kelurahan Serdang
<13 23,1 5
4 Incidence Rate DBD di
PKL Kelurahan Utan
panjang
<13 14,7 3
5 Incidence Rate DBD di
PKL Kelurahan Kebon
kosong
<13 28,7 6
6 Incidence Rate DBD di
PKL Kelurahan gunung
sahari
<13 30,2 7
2.1.2.2. Greatest Member
Greatest member menunjukkan berapa banyak penduduk yang
terkena masalah atau penyakit yang ditunjukkan dengan angka
prevalensi. Semakin besar selisih antara target dan cakupan maka
akan semakin besar score yang didapatkan.
Tabel 2.3 Skala Score Greatest Member
No Range (per 100.000 penduduk) Score
1 0-2,5 1
2 2,6-5,0 2
3 5,1-7,5 3
4 7,6-10,0 4
5 10,1-12,5 5
44
6
7
8
12,6-15,0
15,1-17,5
17,6-20,0
6
7
8
9 20,1-22,5 9
10 22,6-25,0 10
Tabel 2.4 Daftar Masalah Greatest Member Score
di Puskesmas Kecamatan Kemayoran Periode Januari-maret 2015
No Masalah Target IR Selisih Score
1 Incidence Rate DBD di
PKL Kelurahan Cempaka
baru
<13 34,4 21,4 9
2 Incidence Rate DBD di
PKL Kelurahan Harapan
mulya
<13 26,0 13 6
3 Incidence Rate DBD di
PKL Kelurahan Serdang
<13 23,1 10,1 5
4 Incidence Rate DBD di
PKL Kelurahan Utan
panjang
<13 14,7 11,7 5
5 Incidence Rate DBD di
PKL Kelurahan Kebon
kosong
<13 28,7 15,7 7
6 Incidence Rate DBD di
PKL Kelurahan gunung
sahari
<13 30,2 16,8 7
2.1.2.3. Expanding Scope
Expanding Scope menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan
terhadap sektor lain diluar kesehatan. Berapa banyak jumlah penduduk di wilayah
45
tersebut, serta ada tidaknya sektor di luar sektor kesehatan yang berkepentingan
dengan masalah tersebut.
Untuk keterpaduan lintas sektor diberikan nilai 10 karena masalah pada
suatu program memungkinkan untuk menimbulkan masalah pada banyak sektor
lainnya yang berhubungan langsung, sedangkan yang tidak ada kaitan dengan
sektor lain diberikan nilai 5.
Tabel 2.5 Penentuan Expanding Scope Score Berdasarkan Jumlah Penduduk
No Jumlah Penduduk Score
1
2
3
0-5000
5001-10.000
10.001-15.000
1
2
3
4
5
6
7
8
15.001-20.000
20.001-25.000
25.001-30.000
30.001-35000
35.001-40.000
4
5
6
7
8
Tabel 2.6 Penentuan Expanding Scope Score Berdasarkan Keterpaduan Lintas
Sektoral
No Lintas Sektor Score
1 Tidak ada keterpaduan lintas sektor 5
2 Ada keterpaduan lintas sektor 10
Tabel 2.7 Penentuan Expanding Scope Score di Puskesmas Kecamatan
Kemayoran Januari-maret 2015
No Daftar MasalahJumlah Penduduk
Lintas
SektorJumlah
jumlah score
1 Incidence Rate DBD di
Puskesmas Kelurahan
Cempaka baru
37.714 8 10 18
46
2 Incidence Rate DBD di
Puskesma Kelurahan Harapan
mulya
26.889 6 10 16
3 Incidence Rate DBD di
puskesmas Kelurahan
Serdang
34576 7 10 17
4 Incidence Rate DBD di
puskesmas Kelurahan Utan
panjang
33.889 7 10 17
5 Incidence Rate DBD di
puskesmas Kelurahan Kebon
kosong
31.341 7 10 17
6 Incidence Rate DBD di
puskesmas Kelurahan gunung
sahari
23.115 5 10 15
2.1.2.4. Feasibility
Feasibility merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai seberapa
mungkin suatu masalah dapat diselesaikan. Pada dasarnya, kriteria ini adalah
kriteria kualitatif, oleh karena itu perlu dibuat parameter kuantitatif sehingga
penilaian terhadap kriteria ini menjadi obyektif.
Adapun parameter yang digunakan untuk menilai apakah suatu masalah
dapat diselesaikan meliputi :
1. Rasio tenaga kesehatan Puskesmas terhadap jumlah penduduk Semakin
banyak jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk, maka
kemungkinan suatu permasalahan terselesaikan akan semakin besar. Oleh
karena itu, dilakukan penghitungan rasio tenaga kesehatan di setiap
Puskesmas kelurahan terhadap jumlah penduduk yang menjadi sasaran
program kesehatan di masing – masing wilayah Puskesmas. Katagori tenaga
kerja dinilai berdasarkan ratio jumlah tenaga kerja dengan jumlah penduduk
47
semakin banyak jumlah tenaga medis maka akan semakin ideal. Semakin
sedikit jumlah tenaga medis, semakin besar masalah yang dapat timbul.
Tabel 2.1 Penentuan Score Feasibility berdasarkan Rasio Tenaga Kerja
Puskesmas terhadap Jumlah Penduduk
No Range Score
1 1 : 1 – 1 : 500 1
2 1 : 500 – 1 : 1000 2
3 1 : 1000 – 1 : 1500 3
4 1 : 1500 – 1 : 2000 4
5 1 : 2500 – 1 : 3000 5
6 1 : 3500 – 1 : 4000 6
7 1 : 4500 – 1 : 5000 7
8 1 : 5000 – 1 : 5500 8
9 1 : 5500 – 1 : 6000 9
10 1 : 6500 – 1 : 7000 10
Tabel 2.8 Scoring Rasio tenaga medis P2B2 dengan jumlah penduduk
No Kelurahan
Jumlah
tenaga
kerja
Jumlah
pendudukPerbandingan Score
1 Cempaka baru 15 37.714 1 : 2514 5
2 Harapan mulya 7 26.889 1 : 3841 6
3 Serdang 6 34.576 1 : 5762 9
4 Utan panjang 6 33.889 1 : 5648 9
5 Kebon kosong 6 31.341 1 : 5223 8
6 Gunung sahari 5 23.115 1 : 4623 7
48
2. Ketersediaan fasilitas (material), fasilitas juga merupakan hal yang dibutuhkan
untuk menjalankan suatu kegiatan dan menyelesaikan suatu masalah dan
cakupan kegiatan tersebut. Namun, fasillitas yang dibutuhkan oleh setiap
kegiatan berbeda-beda. Oleh karena itu, dibuatkan kategori untuk fasilitas
yang dibutuhkan oleh kegiatan-kegiatan tersebut. Kategori fasilitas
digolongkan menjadi dua yaitu ketersediaan obat dan ketersediaan alat.
Penilaian berdasarkan ada dalam jumlah mencukupi dan tidak ada sama sekali.
Digolongkan cukup bila dari kegiatan pelaksanaan program tidak ada masalah
yaitu selalu tersedia dan diberi nilai satu. Dan tidak ada bila tidak tersedia dan
diberi nilai dua.
Tabel 2.9 Scoring Ketersediaan Fasilitas Terhadap Kegiatan
Di Puskesmas Kecamatan Kemayoran Periode Januari-maret 2015
No Kategori Ketersediaan Score
1 Obat Tidak ada 2
Ada 1
2 Alat Tidak ada 2
Ada 1
3. Ketersediaan dana, Scoring ketersediaan dana terhadap setiap kegiatan
Puskesmas penilaian dibagi dua yaitu “Ada” dan “tidak ada”. Penilaian
berdasarkan wawancara dengan pemegang program dan kepala Puskesmas
tekait.
Tabel 2.10 Scoring Ketersediaan Dana Terhadap Kegiatan
Di Puskesmas Kecamatan Kemayoran Periode Januari-maret 2015
No Dana Score
1 Ada 1
49
2 Tidak ada 2
Tabel 2.11 Penentuaan Score Feasibility Terhadap Kegiatan
di Puskesmas Kecamatan Kemayorah Periode Januari-maret 2015
No MASALAH SDMFASILITAS
DANA JUMLAHObat Alat
1 Incidence Rate DBD di
Puskesmas Kelurahan
Cempaka baru
5 1 1 1 8
2 Incidence Rate DBD di
Puskesmas Kelurahan
Harapan mulya
6 1 1 1 9
3 Incidence Rate DBD di
Puskesmas Kelurahan
Serdang
9 1 1 1 12
4 Incidence Rate DBD di
Puskesmas Kelurahan
Utan panjang
9 1 1 1 12
5 Incidence Rate DBD di
Puskesmas Kelurahan
Kebon kosong
8 1 1 1 11
6 Incidence Rate DBD di
Puskesmas Kelurahan
gunung sahari
7 1 1 1 10
2.1.2.5. Policy
50
Untuk dapat diselesaikan, aspek lain yang harus dipertimbangkan dari suatu
masalah kesehatan adalah apakah pemerintah memiliki concern terhadap masalah
tersebut. Parameter yang digunakan untuk menilai seberapa concern pemerintah
adalah kebijakan pemerintah yang concern terhadap permasalahan tersebut, serta
apakah masalah tersebut terpublikasi di berbagai media.
Parameter tersebut diberikan nilai berdasarkan parameter yang paling
mungkin sampai ke masyarakat. Publikasi suatu isu kesehatan di media cetak
memiliki jangkauan yang lebih luas dibandingkan dengan penyuluhan. Maka skor
untuk Penyuluhan diberikan 1. Sedangkan untuk iklan di media cetak diberikan
nilai 3. Begitupun dengan media elektronik yang memiliki jangkauan yang lebih
luas dibandingkan dengan media cetak. Maka untuk adanya publikasi masalah
kesehatan tersebut di media elektronik diberikan nilai 5.
Tabel 2.12 Penentuan Nilai Policy Terhadap Kegiatan
Di Puskesmas Kecamatan Kemayoran Periode Januari-maret 2015
No. Parameter Score
1 Penyuluhan 1
2 Media Cetak
(Poster, Majalah, Koran)
3
3 Media Elektronik
(TV, radio, internet)
5
Tabel 2.13 Penentuan Score Policy Terhadap Kegiatan
Di Puskesmas Kecamatan Kemayoran Periode Januari-maret 2015
N
oMasalah
Penyuluha
n
Iklan
Medi
a
Cetak
Iklan
Media
Elektroni
k
Jumlah
1 Incidence Rate
DBD di
Puskesmas
1 3 0 4
51
Kelurahan
Cempaka baru
2 Incidence Rate
DBD di
Puskesmas
Kelurahan
Harapan mulya
1 3 0 4
3 Incidence Rate
DBD di
Puskesmas
Kelurahan
Serdang
1 3 0 4
4 Incidence Rate
DBD di
Puskesmas
Kelurahan Utan
panjang
1 3 0 4
5 Incidence Rate
DBD di
Puskesmas
Kelurahan Kebon
kosong
1 3 0 4
6 Incidence Rate
DBD di
Puskesmas
Kelurahan
gunung sahari
1 3 0 4
52
Tabel 2.14 Penentuan Masalah Menurut Metode MCUA di Puskesmas Kecamatan kemayoran Emergensi Periode Januari-maret
2015
N
oKriteria
Bobo
t
MS-1 MS-2 MS-3 MS-4 MS-5 MS-6
N BN N BN N BN N BN N BN N BN
1 Emergency 5 7 35 6 30 5 15 3 15 6 30 7 35
2 Greatest Member 4 9 36 6 24 5 20 5 20 7 28 7 28
3 Expanding Scope 31
854 16 48 17 51 17 51 17 51 15 45
4 Feasibility 2 8 16 9 18 12 24 12 24 11 22 10 20
5 Policy 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
JUMLAH 145 124 114 114 135 133
Keterangan :
1. MS-1: Incidence Rate DBD di Kelurahan Cempaka baru I
2. MS-2: Incidence Rate DBD di Kelurahan Harapan mulya I
3. MS-3: Incidence Rate DBD di Kelurahan Serdang II
4. MS-4: Incidence Rate DBD di Kelurahan Utan panjang
5. MS-5: Incidence Rate DBD di Kelurahan kebon kosong
6. MS-6: Incidence Rate DBD di Kelurahan gunung sahari
7. N: Score.
53
8. BN: Bobot x score.
54
87
88
2.2. Menentukan Kemungkinan Penyebab Masalah
Setelah dilakukan penetapan prioritas terhadap masalah yang ada,
selanjutnya ditentukan kemungkinan penyebab masalah untuk mendapatkan
penyelesaian masalah yang ada terlebih dahulu. Pada tahap ini dicari apa yang
menjadi akar permasalahan dari setiap masalah yang telah diprioritaskan. Pada
tahap ini, digunakan diagram sebab akibat yang disebut juga dengan diagram
tulang ikan (fishbone diagram / Ishikawa). Dengan memanfaatkan
pengetahuan dan dibantu dengan data Puskesmas yang tersedia dapat disusun
berbagai penyebab masalah secara teoritis.
Penyebab masalah dapat timbul dari bagian input maupun proses. Input
yaitu sumber daya atau masukan yang diperlukan oleh suatu sistem. Sumber
daya system adalah: (Azwar Azrul, 1996).
1. Man : Sumber daya manusia.
2. Money : Dana.
3. Material : Sarana.
4. Method : Cara.
Proses adalah semua kegiatan sistem untuk mengubah input menjadi
output. Pada proses, menurut George R. Terry, terdiridari:
1. Planning (perencanaan):
Sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi, sampai
dengan menetapkan alternatif kegiatan untuk mencapainya.
2. Organizing (pengorganisasian):
Rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber daya
(potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkannya secara efisien
untuk mencapai tujuan organisasi.
3. Actuating (penggerak pelaksanaan):
Proses bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja secara optimal
menjalankan tugas-tugas pokoknya sesuai dengan keterampilan yang telah
dimiliki, dan dukungan sumber daya yang tersedia.
4. Controlling (monitoring):
Proses untuk mengamati secara terus-menerus pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi jika
terjadi penyimpangan.
89
Berdasarkan perhitungan tabel MCUA tujuh masalah di atas diambil dua
sebagai prioritas masalah hasil diskusi, argumentasi dan justifikasi karena
keterbatasan sumberdaya, tenaga, waktu dan dana, yaitu :
1. Incidence Rate DBD di Puskesmas Kelurahan Cempaka Baru 1 pada
bulan Januari - Maret 2015 sebesar 34,4 / 100.000 ,tidak mencapai target
yaitu <13/100.000
2. Incidence Rate DBD di Puskesmas Kelurahan Kebon Kosong pada
bulan Januari – Maret 2015 sebesar 28,7 / 100.000, tidak mencapai target
yaitu <13/100.000.
2.3.1. Incidence Rate DBD di Kelurahan Cempaka Baru
Incidence Rate DBD di Puskesmas Kelurahan Cempaka Baru 1 pada bulan
Januari - Maret 2015 sebesar 34,4/100.000 ,tidak mencapai target yaitu< 13/100.000
dari diagram Fishbone ditemukan sembilan akar penyebab masalah.
Akar penyebab masalah yang ditemukan dari input adalah:
1. Aturan pemerintah Propinsi DKI Jakarta ( man )
2. Masih banyak program lain yang menjadi prioritas ( money )
3. Biaya yang ditetapkan pertahun tidak dapat mencukupi ( material )
4. Kurangnya petugas di puskesmas kelurahan (methode)
Akar penyebab masalah yang ditemukan dari process adalah:
1. Kader menganggap briefing yang dilakukan tidak penting (planning)
2. Petugas sebatas menjalankan program tanpa peduli pelaksanaan sudah
dijalankan dengan benar atau belum (organizing)
3. Petugas tidak memprioritaskan kegiatan PSN (actuating)
4. Kurangnya petugas di Puskesmas Kelurahan (controlling)
5. Keterbatasan sumber daya yang ada untuk sosialisasi kepada masyarakat
(environment)
Dari Sembilan akar penyebab masalah di atas dipilih empat akar penyebab masalah
yang paling dominan, yang didapatkan berdasarkan hasil diskusi dan justifikasi:
1. Masih banyak program lain yang menjadi prioritas ( money )
2. Kurangnya petugas di puskesmas kelurahan (method )
3. Biaya yang ditetapkan pertahun tidak dapat mencukupi ( material )
90
4. Keterbatasan sumber daya yang ada untuk sosialisasi kepada masyarakat
(environment)
2.3.2 Incidence Rate DBD di Kelurahan Kebon Kosong
Incidence Rate DBD di Puskesmas Kelurahan Kebon Kosong pada bulan
Januari – Maret 2015 sebesar 28,7/100.000, tidak mencapai target yaitu
<13/100.000, dari diagram Fishbone ditemukan sembilan akar penyebab masalah.
Akar penyebab masalah yang ditemukan dari input adalah:
1. Sebagian besar warga bekerja (man)
2. Program dbd bukan merupakan prioritas utama puskesmas (money)
3. Kurangnya rasa tangung jawab pada masing- masing petugas (material)
4. Ketentuan yang ditetapkan puskesmas (method)
Akar penyebab masalah yang ditemukan dari process adalah:
1. Petugas menganggap briefing tidak penting (planning)
2. Sebagian besar warga bekerja (organizing)
3. Sebagian besar warga bekerja (actuating)
4. Warga tidak peduli terhadap kasus dbd (controlling)
5. Sebagian besar warga bekerja (environment).
Dari sembilan akar penyebab masalah di atas dipilih empat akar penyebab
masalah yang paling dominan, yang didapatkan berdasarkan hasil diskusi dan
justifikasi:
1. Sebagian besar warga bekerja (man)
2. Program dbd bukan merupakan prioritas utama puskesmas(money)
3. Ketentuan yang ditetapkan puskesmas (method)
4. Warga tidak peduli terhadap kasus dbd (controlling)
91
BAB III
MENETAPKAN ALTERNATIF CARA PEMECAHAN MASALAH
Setelah menentukan penyebab masalah yang paling dominan, untuk
mengurangi atau bahkan menghilangkan akar penyebab masalah yang paling
dominan tersebut maka ditentukan beberapa alternative pemecahan masalah.
Penetapan alternative pemecahan masalah menggunakan metode MCUA (Multiple
Criteria Utility Assesment), yaitu dengan memberikan skoring 1-3 pada bobot
berdasarkan hasil diskusi, argumentasi dan justifikasi kelompok. Selanjutnya kepada
setiap masalah diberikan nilai dari kolom kiri ke kanan sehingga hasil yang
didapatkan merupakan perkalian antara bobot kriteria dengan skor dari setiap
alternative masalah dan dijumlahkan tiap baris menurut setiap kriteria berdasarkan
masing–masing alternative masalah tersebut.
Kriteria dalam penetapan alternative masalah yang terbaik adalah :
1. Mudah dilaksanakan.
Diberi nilai 1-3, di mana nilai 3 merupakan masalah yang paling mudah
dilaksanakan dan nilai 1 adalah masalah yang paling sulit dilaksanakan.
2. Murah biayanya.
Diberi nilai 1-3, di mana nilai 3 merupakan masalah yang paling murah
biaya pelaksanaannya dan nilai 1 adalah masalah yang paling mahal biaya
pelaksanaannya.
3. Waktu penerapan sampai masalah terpecahkan tidak lama.
Diberi nilai 1-3, di mana nilai 3 adalah masalah yang paling dapat
diselesaikan dengan cepat dan nilai 1 adalah masalah yang memerlukan
waktu paling lama dalam penyelesaiannya.
4. Ketersediaan sumber daya.
Diberi nilai 1-3, di mana nilai 3 merupakan ketersediaan sumber daya yang
mencukupi dan nilai 1 merupakan ketersediaan sumber daya yang sangat
kurang.
92
3.1. Alternatif pemecahan masalah Incidence Rate DBD di Kelurahan
Cempaka Baru pada bulan Januari-Maret 2015
Dari empat akar penyebab masalah yang paling dominan ditetapkan alternative
masalah sebagai berikut :
1. Menentukan satu program yang menjadi prioritas utama (material)
2. Menambah jumlah petugas di puskesmas kelurahan (method)
3. Penetapan biaya pertahun ditinggikan sesuai kebutuhan (money)
4. Menggunakan sumber daya yang ada untuk sosialisasi kepada masyarakat
(environment)
Tabel 3.1. MCUA Alternatif Pemecahan Masalah IR
di Wilayah Kelurahan Sumur batu PeriodeJanuari-Maret 2015
No Parameter BobotAL-1 AL-2 AL-3 AL-4
N BN N BN N BN N BN
1 Mudah dilaksanakan 4 1 4 2 8 1 4 1 4
2 Murah biayanya 3 2 6 1 3 2 6 2 6
3 Waktu penerapan tidak lama 2 1 2 1 2 2 4 1 2
4 Ketersediaan sumber daya 1 3 3 1 1 2 2 3 3
Jumlah 15 14 16 15
Keterangan :
AL 1 : Menambah jumlah petugas
AL 2 : Memberikanalat PSN yang berkualitas
AL 3 : Menjelaskan pentingnya membuat prosedur secara tertulis
AL 4 : Menjadikan kegiatan PSN sebagai prioritas kader
Dari hasil penetapan alternative pemecahan masalah dengan menggunakan
metode MCUA, berdasarkan peringkat didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Menjelaskan pentingnya membuat prosedur secara tertulis
2. Menambah jumlah petugas
3. Menjelaskanpentingnyamembuatprosedursecaratertulis
4. Menjadikan kegiatan PSN sebagai prioritas kader
93
3.2. Alternatif pemecahan masalah Incidence Rate DBD di Kelurahan Kebon
Kosong pada bulan Januari-Maret 2015
Dari empat akar penyebab masalah yang paling dominan ditetapkan alternative
masalah sebagai berikut :
1. Mensosialisasikan kepada warga agar mambantu terlaksana PSN (man)
2. Menetapkan program DBD sebagai program utama puskesmas (money)
3. Puskesmas mensosialisasikan jadwal PSN (method)
4. Edukasi kepada warga tentang bahaya DBD (controlling)
Tabel 3.2. MCUA Alternatif Pemecahan MasalahIR
di Wilayah Kelurahan Kebon Kosong PeriodeJanuari-Desember 2014
No Parameter BobotAL-1 AL-2 AL-3 AL-4
N BN N BN N BN N BN
1 Mudah dilaksanakan 4 1 4 2 8 1 4 1 4
2 Murah biayanya 3 1 3 2 6 2 6 2 6
3 Waktu penerapan tidak lama 2 1 2 2 4 2 4 1 2
4 Ketersediaan sumber daya 1 3 3 2 2 2 2 3 3
Jumlah 12 20 16 15
Keterangan :
AL 1 : Mensosialisasikan kepada warga agar mambantu terlaksana PSN (man)
AL 2 : Menetapkan program DBD sebagai program utama puskesmas
AL 3 : Puskesmas mensosialisasikan jadwal PSN
AL 4: Edukasi kepada warga tentang bahaya DBD (controlling)
Dari hasil penetapan alternative pemecahan masalah dengan menggunakan
metode MCUA, berdasarkan peringkat didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Menetapkan program DBD sebagai program utama puskesmas
2. Puskesmas mensosialisasikan jadwal PSN
3. Edukasi kepada warga tentang bahaya DBD
4. Mensosialisasikan kepadawarga agar mambantu terlaksana PSN
94
Dari hasil penetapan alternative pemecahan masalah dengan menggunakan
metode MCUA, berdasarkan peringkat didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya
pencegahan penyakit DBD dibandingkan dengan pengobatan.
2. Meningkatkan kerjasama dan memperbaiki komunikasi antara kader, petugas
kesehatan dan petugas sector lainnya.
3. Merekrut kader baru dengan usia yang lebih muda dan lebih kompeten
sehingga program dapat berjalan dengan lancar.
4. Membuat inovasi baru terkait program PSN dari petugas kesehatan untuk
menarik perhatian masyarakat.
95
BAB IV
RENCANA DAN PELAKSANAAN PEMECAHAN MASALAH
4.1. Menyusun Rencana Pemecahan Masalah
Setelah ditemukannya alternatif pemecahan masalah maka disusun
rencana pemecahan masalah. Dalam tahap ini, diharapkan dapat mengambil
keputusan-keputusan untuk memecahkan akar masalah yang dianggap paling
dominan. Perencanaan adalah upaya menyusun berbagai keputusan yang
bersifat pokok yang di pandang paling penting dan akan dilakukan menurut
urutannya guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berikut ini adalah tabel
yang menjelaskan rencana memecahkan masalah.
96
Tabel 4.1. Rencana Usulan Kegiatan Menurunkan Incidence Rate DBD di Wilayah Kelurahan Cempaka Baru
NO KEPUTUSAN RENCANA KEGIATAN TARGET
VOLUME
KEGIATA
N
BIAYA
1. Menjelaskan
pentingnya membuat
prosedur secara
tertulis
1. Mengajukan pemohonan dari
pihak Puskesmas Kecamatan
ke Suku Dinas Jakarta Pusat
mengenai prosedur tertulis
kegiatan PSN yang dilakukan
di tingkat Kelurahan yang
ada di masing-masing
Kecamatan
1. Adanya prosedur
mengenai PSN
yang tertulis dan
tersebar sampai ke
tingkat Kelurahan.
2. Prosedur
permohonan
sampai ke Suku
Dinas Jakarta
Pusat dan isi
tersampaikan
dengan baik
1x/tahun
1x/tahun
87
2 Menambah jumlah
petugas
1. Mengajukan permohonan
penambahan petugas di
Puskesmas Kelurahan
kepada Puskesmas
Kecamatan
2. Mengadakan pemilihan
untuk petugas baru yang
berkompeten
3. Membuka lowongan
pekerjaan dan tes
penerimaan tenaga honorer
1. Bertambahnya
petugas di
puskesmas
kelurahan yang ada
2. Agar petugas
melaksanakan
tugas sesuai
dengan program
3. Penilaian sesuai
dengan yang
dibutuhkan.
1x/ tahun
1x/ tahun
1x/ tahun
88
3.
4.
Memberikan alat
PSN yang berkualitas
Menjadikan kegiatan
PSN sebagai prioritas
kader
Melakukan pendataan
alat-alat PSN yang
diberikan oleh Puskesmas
setelah kegiatan PSN
Memberikan alat-alat
yang lebih berkualitas
untuk kegiatan PSN
Mengapresiasikan tugas
yang kader lakukan
dalam kegiatan PSN
dengan memberikan
insentif lebih kepada
kader
Terdapat data
yang lengkap
mengenai alat-alat
yang digunakan
dalam PSN
Terdapat alat-alat
yang lebih
berkualitas dalam
kegiatan PSN
Kader
mendapatkan
insentif yang
sesuai dengan
kerja mereka
1x/ bulan
1x/ tahun
1x/ bulan
89
Memberikan kebebasan
kepada kader mengenai
waktu pelaksanaan
kegiatan PSN terkait
kepentingan masing-
masing kader
Pembagian tugas untuk
kegiatan PSN agar
berjalan dengan lancar
Kader
melaksanakan
kegiatan PSN
secara efektif
karena tidak
mengganggu
aktivitas sehari-
hari
Agar pelaksanaan
kegiatan PSN
terselesaikan secara
menyeluruh untuk
memeriksakan tempat
perkembangbiakan
jentik
4x/ bulan
1x/ bulan
Tabel 4.2. Rencana Usulan Kegiatan Menurunkan Incidence Rate DBD di Wilayah Kelurahan Kebon Kosong
90
NO KEPUTUSAN RENCANA KEGIATAN TARGETVOLUME
KEGIATANBIAYA
1. Menetapkan
program DBD
sebagai program
utama puskesmas
Mengajukan permohonan
kepada puskesmas kecamatan
agar program DBD lebih
diprioritaskan dan biaya
anggarannya lebih jelas
Mengadakan pertemuan rutin
secara berkala yang
diperuntukkan bagi petugas
Agar terbentuknya
program DBD yang
tertata dengan jelas
Terbentuknya
komunikasi antar
petugas agar
pendistribusian dan
program DBD berjalan
dengan baik
1x/tahun
1x/bulan
2 Puskesmas
mensosialisasikan
jadwal PSN
Melaksanakan kegiatan PSN
setiap satu kali dalam
seminggu
Agar kegiatan PSN
sesuai dengan target
4x/ bulan
91
3.
4.
Edukasi kepada
warga tentang
bahaya DBD
Mensosialisasikan
kepada warga agar
mambantu
terlaksana PSN
Petugas mengadakan penyuluhan
mengenai pentingnya
pencegahan DBD
Melaksanakan kegiatan cara
pencegahan DBD
Mengajak warga agar perduli
pada kegiatan PSN dan perduli
pada kebersihan lingkungan
sekitar
Warga antisipasi
tentang bahaya DBD
Agar warga mengetahui
cara pencegahan DBD
Pelaksanakan kegiatan
PSN berjalan secara
efektif
1x/ bulan
1x/ bulan
1x/ bulan
92
Rencana Pelaksanaan Pemecahan Masalah
Setelah menyusun rencana pemecahan masalah, maka akan dilakukan rencana pelaksanaan pemecahan masalah yang disusun
berdasarkan rencana usulan kegiatan. Perencanaan pelaksanaan pemecahan masalah disajikan dalam bentuk tabel gan chart berikut
ini:
Tabel 4.3. Rencana pelaksanaan Kegiatan Menurunkan Incidence Rate DBD di Wilayah Kelurahan Cempaka Baru
No
.Kegiatan
Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Septembe Oktober Novembe Desembe
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Mengajukan
pemohonan dari
pihak Puskesmas
Kecamatan ke
Suku Dinas
Jakarta Pusat
mengenai
prosedur tertulis
kegiatan PSN
X
93
yang dilakukan di
tingkat Kelurahan
yang ada di
masing-masing
Kecamatan
2. Mengajukan
permohonan
penambahan
petugas di
Puskesmas
Kelurahan kepada
Puskesmas
Kecamatan
X
3. Mengadakan
pemilihan untuk
petugas baru yang
X
94
berkompeten
4. Membuka
lowongan
pekerjaan dan tes
penerimaan
tenaga honorer
X
5. Melakukan
pendataan alat-
alat PSN yang
diberikan oleh
Puskesmas
setelah kegiatan
PSN
X X XX
XX
X X
6. Memberikan alat-
alat yang lebih X
95
berkualitas untuk
kegiatan PSN
7. Mengapresiasikan
tugas yang kader
lakukan dalam
kegiatan PSN
dengan
memberikan
insentif lebih
kepada kader
X X XX X
X X X
8. Memberikan
kebebasan kepada
kader mengenai
waktu
pelaksanaan
kegiatan PSN
terkait
X X X X X X X X X X X X
96
kepentingan
masing-masing
kader
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
9. Pembagian tugas
untuk kegiatan
PSN agar berjalan
dengan lancar
X X XX X X X X
97
Tabel 4.4. Rencana pelaksanaan Kegiatan Menurunkan Incidence Rate DBD di Wilayah Kelurahan Kebon Kosong
No
.Kegiatan
Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Septembe Oktober Novembe Desembe
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Mengajukan
permohonan
kepada
puskesmas
kecamatan agar
program DBD
lebih
diprioritaskan
dan biaya
anggarannya
lebih jelas
X
98
2. Mengadakan
pertemuan rutin
secara berkala
yang
diperuntukkan
bagi petugas
X X X X X X X X
3. Melaksanakan
kegiatan PSN
setiap satu kali
dalam seminggu X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
4. Petugas
mengadakan
penyuluhan
mengenai
pentingnya
X X X
X X X X X
99
pencegahan DBD
5. Melaksanakan
kegiatan cara
pencegahan DBDX X X
X X X X X
6. Mengajak warga
agar perduli pada
kegiatan PSN dan
perduli pada
kebersihan
lingkungan
sekitar
X X XX X
XX X
100
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Dari tujuh program kesehatan dasar Puskesmas Kecamatan Kemayoran,
didapatkan satu program yang dievaluasi yaitu P2B2 dan didapatkan enam
masalah yang teridentifikasi melewati diskusi dan justifikasi sehingga didapatkan
dua prioritas masalah selama bulan Januari - Maret 2015:
3. Incidence Rate DBD di Puskesmas Kelurahan Cempaka Baru 1
pada bulan Januari - Maret 2015 sebesar 34,4 / 100.000 ,tidak mencapai
target yaitu <13/100.000
4. Incidence Rate DBD di Puskesmas Kelurahan Kebon Kosong pada
bulan Januari – Maret 2015 sebesar 28,7 / 100.000, tidak mencapai target
yaitu <13/100.000.
Setelah mencari kemungkinan penyebab masalah dengan diagram sebab
akibat dari Ishikawa atau fishbone didapatkan akar-akar masalah dari setiap
program di atas, seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Setelah
ditemukan akar-akar masalah setiap program, didapatkan akar penyebab masalah
yang dominan, yaitu :
5.1.1. Akar penyebab masalah dominan dari permasalahan Incidence Rate
DBD di Puskesmas Kelurahan Cempaka Baru 1 pada bulan Januari -
Maret 2015 sebesar 34,4 / 100.000 ,tidak mencapai target yaitu
<13/100.000
1. Masih banyak program lain yang menjadi prioritas ( money )
2. Kurangnya petugas di puskesmas kelurahan (method )
3. Biaya yang ditetapkan pertahun tidak dapat mencukupi ( material )
4. Keterbatasan sumber daya yang ada untuk sosialisasi kepada masyarakat
(environment)
101
5.1.2. Akar penyebab masalah dominan dari permasalahan Incidence Rate
DBD di Puskesmas Kelurahan Kebon Kosong pada bulan Januari –
Maret 2015 sebesar 28,7 / 100.000, tidak mencapai target yaitu
<13/100.000.
1. Sebagian besar warga bekerja (man)
2. Program dbd bukan merupakan prioritas utama puskesmas(money)
3. Ketentuan yang ditetapkan puskesmas (method)
4. Warga tidak peduli terhadap kasus dbd (controlling)
5.2. Saran
Berdasarkan permasalahan program kesehatan dasar tersebut ada beberapa
hal yang disarankan atau direkomendasikan kepada Kepala Puskesmas Kecamatan
Kemayoran sebagai berikut:
5.2.1. Alternatif Pemecahan Masalah Incidence Rate DBD di Puskesmas
Kelurahan Cempaka Baru pada bulan Januari – Maret 2015
1. Menjelaskan pentingnya membuat prosedur secara tertulis
a. Mengajukan pemohonan dari pihak Puskesmas Kecamatan ke Suku
Dinas Jakarta Pusat mengenai prosedur tertulis kegiatan PSN yang
dilakukan di tingkat Kelurahan yang ada di masing-masing Kecamatan
2. Menambah jumlah petugas
a. Mengajukan permohonan penambahan petugas di Puskesmas
Kelurahan kepada Puskesmas Kecamatan
b. Mengadakan pemilihan untuk petugas baru yang berkompeten
3. Memberikan alat PSN yang berkualitas
a. Melakukan pendataan alat-alat PSN yang diberikan oleh Puskesmas
setelah kegiatan PSN
b. Memberikan alat-alat yang lebih berkualitas untuk kegiatan PSN
4. Menjadikan kegiatan PSN sebagai prioritas kader
a. Mengapresiasikan tugas yang kader lakukan dalam kegiatan PSN dengan
memberikan insentif lebih kepada kader
102
b. Memberikan kebebasan kepada kader mengenai waktu pelaksanaan
kegiatan PSN terkait kepentingan masing-masing kader
c. Pembagian tugas untuk kegiatan PSN agar berjalan dengan lancar
5.2.2. Alternatif Pemecahan Masalah Incidence Rate DBD di Puskesmas
Kelurahan Kebon Kosong pada bulan Januari – Maret 2015
1. Menetapkan program DBD sebagai program utama
puskesmas
a. Mengajukan permohonan kepada puskesmas kecamatan agar program
DBD lebih diprioritaskan dan biaya anggarannya lebih jelas
b. Mengadakan pertemuan rutin secara berkala yang diperuntukkan bagi
petugas
2. Puskesmas mensosialisasikan jadwal PSN
a. Melaksanakan kegiatan PSN setiap satu kali dalam seminggu
3. Edukasi kepada warga tentang bahaya DBD
a. Petugas mengadakan penyuluhan mengenai pentingnya pencegahan DBD
b. Melaksanakan kegiatan cara pencegahan DBD
4. Mensosialisasikan kepada warga agar mambantu
terlaksana PSN
a. Mengajak warga agar perduli pada kegiatan PSN dan perduli pada
kebersihan lingkungan sekitar
103
DAFTAR PUSTAKA
1. Puskesmas Kecamatan Kemayoran, 2015. Laporan Kegiatan Program P2B2
tahun 2015 bulan Januari - Maret. Jakarta. Puskesmas Kecamatan Kemayoran.
2. Anwar, A. 1996. Pengantar Epidemiologi. Jakarta.
3. YARSI, 2015. Modul Kepaniteraan Kedokteran Komunitas dan Kedokteran
Keluarga.
4. Trihono , Arrimes. 2005. Manajemen PuskesmasBerbasis Paradigma Sehat.
Jakarta : Sagung Seto.
104