bab i-5.doc

120
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan Nasional. Tujuan Pembangunan Kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan Pembangunan Kesehatan berperan penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia. Untuk mencapai pembangunan di bidang kesehatan diselenggarakan berbagai upaya secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Dan Puskesmas merupakan penanggung jawab penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat dan perorangan pada jenjang pertama. Dalam era Globalisasi saat ini, banyak terjadi perubahan baik di bidang kesehatan maupun di bidang teknologi. Perubahan-perubahan ini berdampak terhadap perkembangan kesehatan di Indonesia. Hal ini merupakan tantangan bagi dunia kesehatan untuk menghadapi hal tersebut. Upaya-upaya kesehatan yang ada baik preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif sebagai dasar dari sistem kesehatan harus terus dikembangkan sehingga derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik dapat 1

Upload: fadhilah-culan

Post on 12-Jan-2016

259 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I-5.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan

Nasional. Tujuan Pembangunan Kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan Pembangunan Kesehatan

berperan penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia

Indonesia.

Untuk mencapai pembangunan di bidang kesehatan diselenggarakan

berbagai upaya secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Dan Puskesmas

merupakan penanggung jawab penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat dan

perorangan pada jenjang pertama.

Dalam era Globalisasi saat ini, banyak terjadi perubahan baik di bidang

kesehatan maupun di bidang teknologi. Perubahan-perubahan ini berdampak

terhadap perkembangan kesehatan di Indonesia. Hal ini merupakan tantangan bagi

dunia kesehatan untuk menghadapi hal tersebut.

Upaya-upaya kesehatan yang ada baik preventif, promotif, kuratif dan

rehabilitatif sebagai dasar dari sistem kesehatan harus terus dikembangkan

sehingga derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik dapat lebih ditingkatkan.

Diharapkan dengan penanganan yang tepat maka visi dari Departemen Kesehatan

yang disampaikan Menteri Kesehatan yaitu Menuju Indonesia Sehat 2025 dapat

segera tercapai.

Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta juga tidak ketinggalan dalam

mencanangkan visi daerah di bidang kesehatan yaitu Jakarta Sehat untuk semua.

Untuk mencapai visi tersebut Dinas Kesehatan Propinsi Daerah Khusus Ibukota

Jakarta menetapkan syarat - syarat yang harus dicapai oleh jajarannya yaitu

melalui Standard Pelayanan Minimal (SPM) DKI Jakarta yang telah dibuat acuan

dalam Surat Keputusan Gubernur No. 12 Tahun 2007.

Puskesmas Kecamatan Pademangan sebagai salah satu unit pelaksana

Teknis Dinas Kesehatan DKI Jakarta memiliki kewajiban untuk melaksanakan SK

1

Page 2: BAB I-5.doc

Gubernur tersebut dengan menerapkan pola-pola pelayanan kesehatan baik secara

Individu maupun Kesehatan Masyarakat yang mengacu kepada SPM tersebut.

Melalui Visi dan Misi yang telah dicanangkan oleh Puskesmas Kecamatan

Pademangan diharapkan pencapaian tersebut dapat dilakukan secara optimal.

1.2 Gambaran Umum Puskesmas

1.2.1 Definisi

Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di

wilayah kerjanya.Puskesmas merupakan suatu unit organisasi yang bergerak

dalam bidang pelayanan kesehatan yang berada di garda terdepan dan mempunyai

misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan

pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk

masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu yang telah ditentukan secara mandiri

dalam menentukan kegiatan pelayanan namun tidak mencakup aspek pembiayaan.

Seiring dengan semangat otonomi daerah, maka puskesmas dituntut untuk

mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanannya yang akan dilaksanakan.

Tetapi pembiayaannya tetap didukung oleh pemerintah. Sebagai organisasi

pelayanan mandiri, kewenangan yang dimiliki puskesmas juga meliputi :

kewenangan merencanakan kegiatan sesuai masalah kesehatan di wilayahnya,

kewenangan menentukan kegiatan yang termasuk public goods atau private goods

serta kewenangan menentukan target kegiatan sesuai kondisi geografi puskesmas.

Jumlah kegiatan pokok puskesmas diserahkan pada tiap puskesmas sesuai

kebutuhan masyarakat dan kemampuan sumber daya yang dimiliki, namun

puskesmas tetap melaksanakan kegiatan pelayanan dasar yang menjadi

kesepakatan nasional.

Peran puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam mewujudkan

kesehatan nasional secara komprehensif.Tidak terbatas pada aspek kuratif dan

rehabilitatif saja seperti di Rumah Sakit.

Puskesmas merupakan salah satu jenis organisasi yang sangat dirasakan

oleh masyarakat umum. Seiring dengan semangat reformasi dan otonomi daerah

2

Page 3: BAB I-5.doc

maka banyak terjadi perubahan yang mendasar dalam sektor kesehatan, yaitu

terjadinya perubahan paradigma pembangunan kesehatan menjadi “Paradigma

Sehat”. Dengan paradigma baru ini, mendorong terjadinya perubahan konsep

yang sangat mendasar dalam pembangunan kesehatan, antara lain :

a. Pembangunan kesehatan yang semula lebih menekankan pada upaya kuratif

dan rehabilitatif, menjadi lebih fokus pada upaya preventif dan kuratif

tanpa mengabaikan kuratif-rehabilitatif.

b. Pelaksanaan upaya kesehatan yang semula lebih bersifat terpilah-pilah

(fragmented) berubah menjadi kegiatan yang terpadu (integrated),

c. Sumber pembiayaan kesehatan yang semula lebih banyak dari pemerintah,

berubah menjadi pembiayaan kesehatan lebih banyak dari masyarakat

d. Pergeseran pola pembayaran dalam pelayanan kesehatan yang semula fee

for service menjadi pembayaran secara pra-upaya,

e. Pergeseran pemahaman tentang kesehatan dari pandangan konsumtif

menjadi investasi,

f. Upaya kesehatan yang semula lebih banyak dilakukan oleh pemerintah,

akanbergeser lebih banyak dilakukan oleh masyarakat sebagai “mitra”

pemerintah (partnership),

g. Pembangunan kesehatan yang semula bersifat terpusat (centralization),

menjadi otonomi daerah (decentralization),

h. Pergeseran proses perencanaan dari top down menjadi bottom up seiring

dengan era desentralisasi.

1.2.2 Tujuan Pembangunan Kesehatan Oleh Puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh

Puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan

Nasional yakni meningkatkan kesehatan, kemauan dan kemampuan hidup

sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas

agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka

mewujudkan Indonesia Sehat 2025.

3

Page 4: BAB I-5.doc

1.2.9 Visi Puskesmas

Visi puskesmas adalah tercapainya kecamatan yang sehat menuju

terwujudnya Indonesia sehat 2015. Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat

kecamatan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan yakni masyarakat

yang hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat memiliki kemampuan

untuk mengjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata

serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Indikator kecamatan

sehat adalah:

1. Lingkungan sehat

2. Perilaku penduduk yang sehat

3. Cakupan kesehatan yang bermutu

4. Derajat kesehatan penduduk yang tinggi di kecamatan

1.2.4 Misi Puskesmas

1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya

2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di

wilayah kerjanya.

3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan

pelayanan kesehatan yang diselenggarakannya

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, dan

masyarakat beserta lingkungannya.

1.2.5 Fungsi Puskesmas

Fungsi dari Puskesmas antara lain :

a) Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.

Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau

penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan

dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung

pembangunan kesehatan.Disamping itu Puskesmas juga aktif memantau

dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program

pembangunan di wilayah kerjanya.

4

Page 5: BAB I-5.doc

b) Pusat pemberdayaan masyarakat.

Puskesmas selalu berupaya supaya perorangan terutama pemuka

masyarakat, keluarga dan masyarakat dunia usaha memiliki kesadaran,

kemauan serta kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk

hidup sehat.

c) Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.

Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab

puskesmas,meliputi :

a. Pelayanan Kesehatan Perorangan.

Pelayanan ini bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan

utamanya menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan

perorangan.

b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat.

Pelayanan ini bersifat publik (public goods) yang bertujuan

memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit

tanpa mengabaikan penyembuhan dan pemulihan kesehatan.

Gambar 1.2 Fungsi Puskesmas

5

Page 6: BAB I-5.doc

Sumber : Arrimes, Manajemen Puskesmas

1.2.6 Wilayah Kerja

Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari

kecamatan.Faktor kepada kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan

geografik, dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan pertimbangan

dalam penentuan wilayah kerja puskesmas.Puskesmas merupakan perangkat

Pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga pembagian wilayah kerja

puskesmas ditetapkan oleh Walikota/Bupati, dengan saran teknis dari kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.Sasaran penduduk yang dilayani oleh satu

puskesmas adalah sekitar 30.000 penduduk.Untuk jangkauan yang lebih

luas, dibantu oleh Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. Puskesmas

di ibukota kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih,

merupakan ”Puskesmas Pembina” yang berfungsi sebagai pusat rujukan

bagi puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi.

1.2.7 Pelayanan Kesehatan Menyeluruh

Pelayanan kesehatan menyeluruh yang diberikan puskesmas meliputi :

1. Promotif (peningkatan kesehatan)

2. Preventif (upaya pencegahan)

3. Kuratif (pengobatan)

4. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)

Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk, tidak

membedakan jenis kelamin, umur, sejak pembuahan dalam kandungan

sampai meninggal.

1.2.8 Peran Puskesmas

Dalam konteks Otonomi Daerah saat ini, puskesmas mempunyai peran yang

vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan manajerial

dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

6

Page 7: BAB I-5.doc

Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan

daerah melalui sistem perencanaan yang matang, tatalaksana kegiatan yang

tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat.

1.2.9 Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan

berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta mempunyai daya ungkit

tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat.Upaya kesehatan wajib ini

diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di seluruh wilayah Indonesia.

Upaya kesehatan wajib tersebut adalah :

1. Promosi kesehatan masyarakat

2. Kesehatan lingkungan

3. KIA (Kesejahteraan Ibu dan Anak)

4. KB (Keluarga Berencana)

5. Perbaikan gizi masyarakat

6. P2M (Pengendalian Penyakit Menular)

7. Pengobatan dasar

Berikut ini akan ditampilkan upaya kesehatan wajib dalam bentuk tabel,

yaitu :

Tabel 1.5 Program Kesehatan Wajib yang dilakukan di Puskesmas

N

o

Upaya Kesehatan Wajib Kegiatan Indikator

1 Promosi Kesehatan Penyuluhan di

Dalam dan di

Luar Gedung,

PHBS

Tatanan sehat

Perbaikan perilaku

sehat

2 Kesehatan Lingkungan Penyehatan

pemukiman

Cakupan air bersih

Cakupan jamban

keluarga

Cakupan SPAL

Cakupan rumah

7

Page 8: BAB I-5.doc

sehat

3 Kesejahteraan ibu dan anak ANC Cakupan K1, K4

Pertolongan

persalinan

Cakupan linakes

MTBS Cakupan MTBS

Imunisasi Cakupan imunisasi

4 Keluarga Berencana Pelayanan

Keluarga

Berencana

Cakupan MKET

5 Pemberantasan penyakit

menular

Diare Cakupan kasus

diare

ISPA Cakupan kasus

ISPA

Malaria Cakupan kasus

malaria

Cakupan

kelambunisasi

Tuberkulosis Cakupan penemuan

kasus

Angkapenyembuha

n

6 Gizi Distribusi vit A /

Fe / cap yodium

Cakupan vit A / Fe

/ cap yodium

PSG % gizi kurang /

buruk, SKDN

Promosi

Kesehatan

% kadar gizi

7 Pengobatan Medik dasar Cakupan pelayanan

UGD Jumlah kasus yang

ditangani

Laboratorium

sederhana

Jumlah

pemeriksaan

8

Page 9: BAB I-5.doc

(Sumber : Trihono. 2005. Manajemen Kesehatan, Arrimes, ed.)

1.2.10 Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas

Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas adalah upaya yang

ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat

serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan

pengembangan puskesmas dapat pula bersifat upaya inovasi yaitu upaya lain di

luar upaya puskesmas tersebut di atas yang sesuai dengan kebutuhan.

Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah dalam rangka

mempercepat tercapainya visi puskesmas.

Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh puskesmas

bersama dinas kesehatan kabupaten/kota dengan mempertimbangkan masukan

dari Konkes/BPKM/BPP. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apabila

upaya kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara optimal dalam arti target

cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai. Penetapan upaya

kesehatan pengembangan pilihan puskesmas ini dilakukan oleh dinas kesehatan

kabupaten/kota.Dalam keadaan tertentu upaya kesehatan pengembangan

puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh dinas kabupaten/kota.

Apabila puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan

pengembangan, padahal telah menjadi kebutuhan masyarakat, maka dinas

kesehatan kabupaten/kota bertanggung jawab dan wajib menyelenggarakannya.

Untuk itu dinas kesehatan kabupaten/kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit

fungsional lainnya.

Kegiatan upaya kesehatan dasar dan upaya kesehatan pengembangan di

Puskesmas Kecamatan Cilincing tahun 2013 adalah:

A. Upaya Kesehatan Dasar

1. Upaya Promosi Kesehatan

2. Upaya Kesejahteraan Ibu dan Anak

3. Upaya Keluarga Berencana

4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

5. Upaya Kesehatan Lingkungan

6. Upaya Pengendalian Penyakit Menular

9

Page 10: BAB I-5.doc

7. Upaya Pengobatan

8. Upaya Kesehatan Sekolah

B. Upaya Kesehatan Pengembangan

1. Rawat Inap

2. Upaya Kesehatan Olah Raga

3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat

4. Upaya Kesehatan Usia Lanjut

5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

6. Upaya Kesehatan Jiwa

7. Upaya Kesehatan Mata

8. Upaya Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan

9. Upaya Kesehatan Kerja

10. Upaya Kesehatan Tradisional

Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya pengembangan harus

menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu.Azas

penyelenggaraan tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas.Dasar

pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi

puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya puskesmas, baik upaya

kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan.

1.2.11 Azas Puskesmas

Azas penyelenggaraan puskesmas yang dimaksud adalah :

A. Azas pertanggungjawaban wilayah

Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini Puskesmas

harus melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain sebagai berikut :

a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan

sehingga berwawasan kesehatan.

b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan

masyarakat di wilayah kerjanya.

c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang

diselenggarakan oleh masyarakat dan du

10

Page 11: BAB I-5.doc

d. nia usaha di wilayah kerjanya.

e. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara

merata dan terjangkau di wilayah kerjanya.

B. Azas pemberdayaan masyarakat

Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat,

agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap program puskesmas.Untuk

ini, berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun melalui pembentukan Badan

Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh

puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat antara lain :

a. KIA : Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita (BKB)

b. Pengobatan : Posyandu, Pos Obat Desa (POD)

c. Perbaikan Gizi : Panti Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi

(Kadarzi)

d. Kesehatan Lingkungan : Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa

Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)

e. UKS : Dokter Kecil, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan

Pesantren (Poskestren)

f. Kesehatan Usia Lanjut : Posyandu Usila, Panti Wreda

g. Kesehatan Kerja : Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)

h. Kesehatan Jiwa : Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat

(TPKJM)

i. Pembinaan Pengobatan Tradisional : Tanaman Obat Keluarga

(TOGA), Pembinaan Pengobatan Tradisional (Battra).

C. Azas Keterpaduan

Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil yang

optimal, penyelenggaraan setiap program puskesmas harus diselenggarakan

secara terpadu. Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan yaitu :

a. Keterpaduan Lintas Program

Upaya memadukan penyelengaraan berbagai upaya kesehatan yang

menjadi tanggung jawab Puskesmas. Contoh keterpaduan lintas program antara

lain :

11

Page 12: BAB I-5.doc

1. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) : keterpaduan KIA dengan

P2M, gizi, promosi kesehatan & pengobatan.

2. UKS : keterpaduan kesehatan lingkungan dengan promosi kesehatan,

pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan

jiwa.

3. Puskesmas keliling : keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, Gizi,

promosi kesehatan, & kesehatan gigi.

4. Posyandu : keterpaduan KIA dengan KB, gizi, P2M, kesehatan jiwa &

promosi kesehatan.

b. Keterpaduan Lintas Sektor

Upaya memadukan penyelenggaraan program puskesmas dengan

program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi

kemasyarakatan dan dunia usaha. Contoh keterpaduan lintas Sektoral antara

lain :

1. UKS : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa,

pendidikan & agama.

2. Promosi Kesehatan : keterpaduan sektor kesehatan dengan dengan camat,

lurah/kepala desa, pendidikan, agama dan pertanian.

3. KIA : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa,

organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK dan PLKB.

4. Perbaikan Gizi : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,

lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian, koperASI, dunia usaha

dan organisasi kemasyarakatan.

5. Kesehatan Kerja : keterpaduan sektor kesehatan dengan dengan camat,

lurah, kepala desa, tenaga kerja dan dunia usaha.

D. Azas Rujukan

Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang

dimiliki oleh puskesmas terbatas. Pada hal puskesmas berhadapan langsung

dengan masyarakat dengan berbagai permasalahan kesehatan. Untuk membantu

puskesmas menyelesaikan berbagai masalah kesehatan tersebut dan juga untuk

meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan setiap program puskesmas harus

ditopang oleh azas rujukan.

12

Page 13: BAB I-5.doc

Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas penyakit

atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara

vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana

pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam arti antar strata

sarana pelayanan kesehatan yang sama.Ada dua macam rujukan yang dikenal

yakni :

a. Rujukan Medis

Apabila suatu puskesmas tidak mampu menangani suatu penyakit

tertentu, maka puskesmas tersebut dapat merujuk ke sarana pelayanan

kesehatan yang lebih mampu (baik vertikal maupun horizontal). Rujukan

upaya kesehatan perorangan dibedakan atas :

1. Rujukan Kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan tindakan

medis (contoh : operasi) dan lain-lain.

2. Rujukan Bahan Pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan

laboratorium yang lebih lengkap.

3. Rujukan Ilmu Pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang

lebih kompeten untuk melakukan bimbingan tenaga puskesmas dan

atau menyelenggarakan pelayanan medis spesialis di puskesmas.

b. Rujukan Kesehatan

Rujukan kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam :

1. Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan fogging,

peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio

visual, bantuan obat, vaksin, bahan habis pakai dan bahan pakaian.

2. Rujukan tenaga, antara lain tenaga ahli untuk penyidikan kejadian luar

biasa, bantuan penyelesaian masalah hukum kesehatan, gangguan

kesehatan karena bencana alam.

3. Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya kewenangan dan

tanggung jawab penyelesaian masalah kesehatan masyarakat dan atau

penyelenggaraan kesehatan masyarakat ke periode dinas kesehatan

kabupaten/kota. Rujukan operasional diselenggarakan apabila

puskesmas tidak mampu.

13

Page 14: BAB I-5.doc

Diagram 1.1 Sistem Rujukan Puskesmas

Setiap upaya atau program yang dilakukan oleh puskesmas memerlukan

evaluasi untuk menilai apakah program yang dilaksanakan berhasil atau tidak.

Untuk itu dibuat indikator keberhasilan sesuai dengan fungsi puskesmas :

a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

Fungsi pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan dapat

dinilai dari seberapa jauh institusi jajaran non-kesehatan memperhatikan

kesehatan bagi institusi dan warganya. Keberhasilan fungsi ini bisa diukur

melalui Indeks Potensi Tatanan Sehat (IPTS).Ada tiga tatanan yang bisa

diukur yaitu :

1. Tatanan sekolah

2. Tatanan tempat kerja

3. Tatanan tempat-tempat umum

b. Pusat pemberdayaan masyarakat

Segala upaya fasilitasi yag bersifat non-instruktif guna

meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu

14

Page 15: BAB I-5.doc

mengidentifikasi masalah, merencanakan & melakukan pemecahannya

dengan memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas yang ada, baik

instansi lintas sektoral maupun LSM dan tokoh mayarakat.

Fungsi ini dapat diukur dengan beberapa indikator :

1. Tumbuh kembang, Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat

(UKBM)

2. Tumbuh dan kembangnya LSM di bidang kesehatan

3. Tumbuh dan berfungsinya konsil kesehatan kecamatan atau

BPKM (Badan Peduli Kesehatan Masyarakat) atau BPP (Badan

Penyantun Puskesmas).

c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama

Indikator keberhasilan fungsi ini dapat dikelompokkan ke dalam

IPMS (Indikator Potensi Masyarakat Sehat), yang terdiri dari cakupan dan

kualitas program puskesmas.IPMS minimal mencakup seluruh indikator

cakupan upaya kesehatan wajib dan kualitas atau mutu pelayanan

kesehatan.

1.3 Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Harapan Mulya

1.3.1 Keadaan Geografis

Kecamatan Kemayoran merupakan salah satu dari delapan kecamatan yang

berada di wilayah Kota Administrasi Jakarta Pusat yang mempunyai luas wilayah

7.25 km2. Puskesmas Kecamatan Kemayoran secara administratif terletak di Jl.

Harapan Mulya 1, Kelurahan Harapan Mulya, Kecamatan Kemayoran, Jakarta

Pusat. Luas total lahan Puskesmas Kecamatan Kemayoran adalah 1.215 m2

dengan luas lahan terbangun yaitu 1.361 m2, dengan demikian proporsi lahan

terbangun (Building Coverage Ratio) mencapai 54 %. Pada saat ini gedung

Puskesmas Kecamatan Kemayoran terdiri dari 2 lantai.

Gambar 1.1 Peta wilayah Kecamatan Harapan Mulya

15

Page 16: BAB I-5.doc

Secara teritorial wilayah Pemerintahan Kecamatan Kemayoran terdiri dari 8

Kelurahan, 1 RSU Kemayoran,1 puskesmas kecamatan, 6 puskesmas kelurahan

karena terdapat 1 kelurahan yang tidak memiliki puskesmas sehingga 1 kelurahan

bergabung dengan puskesmas kecamatan, 77 Rukun Warga (RW), dan 986 Rukun

Tetangga (RT), dengan perincian sebagai berikut :

Tabel 1.1Data Luas Wilayah, Jumlah RW, dan Jumlah RT berdasarkan Kelurahan Di

Kecamatan Harapan MulyaTahun 2015

Kelurahan Luas Wilayah

(km2)

Jumlah

RW

Jumlah

RT

1 Gn. Sahari

Selatan

1,53 10 122

2 Kemayoran 0,53 10 121

3 Kebon Kosong 1,16 13 129

4 Serdang 0,86 7 113

5 Harapan Mulia 0,53 9 120

6 Utan Panjang 0,54 10 139

7 Cempaka Baru 0,99 10 138

8 Sumur Batu 1,15 8 105

Jumlah 7,25 77 987

(Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Tahun 2015)

Batas Wilayah Kecamatan Kemayoran adalah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara: Jalan Angkasa, Pertengahan bekas Lapangan Terbang

Kemayoran dari Barat ke Timur, Jln. Sunter Kemayoran (berbatasan langsung

dengan Kecamatan Sawah Besar, Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara)

16

Page 17: BAB I-5.doc

2. Sebelah Timur: Jalan Yos Sudarso (berbatasan dengan Kecamatan Kelapa

Gading, Jakarta Utara)

3. Sebelah Selatan:Jalan letjen Suprapto, Kali Sentiong, Jln Kali Baru Timur

(berbatasan dengan Kecamatan Cempaka Putih, Kecamatan Senen dan

Kecamatan Johar Baru Jakarta Pusat)

4. Sebelah Barat: Jalan Gunung Sahari Raya (Berbatasan dengan kecamatan

Sawah Besar)

1.3.2 Keadaan Demografi Puskesmas Kecamatan Harapan Mulya

Jumlah penduduk Kecamatan Harapan Mulya sampai akhir bulan Desember

tahun 2014 adalah sebagai berikut :

Tabel 1.2Data Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk

NO. Kelurahan Luas

Wilayah

(km2)

Jumlah

Penduduk

Kepadatan

Penduduk per

km2

1 Gn. Sahari Selatan 1,53 23.914 15.630

2 Kemayoran 0,52 25.279 47.696

3 Kebon Kosong 1,16 30.969 26.697

4 Serdang 0,82 35.380 43.146

5 Harapan Mulia 0,53 27.466 51.823

6 Utan Panjang 0,54 34.445 63.787

7 Cempaka Baru 0,99 38.320 38.707

8 Sumur Batu 1,15 27.803 24.177

Jumlah 7,24 243.576 33.597

(berdasarkan Kelurahan di Kecamatan Harapan Mulya Tahun 2014)

Berdasarkan tabel 1.3maka jumlah penduduk kecamatan kemayoran pada tahun

2013 adalah 243.576 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 33.597 per km2.

17

Page 18: BAB I-5.doc

Tabel 1.3Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin berdasarkan Kelurahan

di Kecamatan Harapan Mulya Tahun 2014

No Kelurahan Jumlah Penduduk Jumlah

PendudukLaki-laki Perempuan

1 Gn. Sahari Selatan 12.137 11.777 23.914

2 Kebon Kosong 15.859 15.110 30.969

3 Serdang 17.835 17.545 35.380

4 Harapan Mulia 14.135 13.331 27.466

5 Utan Panjang 17.767 16.678 34.445

6 Cempaka Baru 19.555 18.765 38.320

7 Sumur Batu 14.012 13.791 27.803

Jumlah 124.234 119.542 243.576

(Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Tahun 2014)

Nama dan alamat Puskesmas-Puskesmas di wilayah Kecamatan Kemayoran

terdapat pada table 1.5 dibawah, yaitu sebagai berikut :

Tabel 1.4 Nama dan alamat Puskesmas Kelurahan di Kecamatan Harapan Mulya Tahun

2014

No Nama Puskesmas Alamat Telp

1 Kelurahan Utan Panjang Jl. Bendungan Jago Rt 09/01 (021) 4250857

2 Kelurahan Harapan Mulya Jl Harapan Mulya (021) 4256429

3 Kelurahan Sumur Batu Jl. Sumur Batu Raya Rt 007/01 (021) 4222510

18

Page 19: BAB I-5.doc

4 Kelurahan Kebon kosong I Jl. Pelita III Rt 008/08 (021) 4229104

5 Kelurahan Cempaka BaruJl. Cempaka Baru Tengah I Rt

005/06(021) 4229103

6 Kelurahan Serdang Jl Eka V Rt 009/03 (021) 4220947

(Sumber :Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Harapan MulyaTahun 2013)

1.3.3 Profil Puskesmas Harapan Mulya

Pada saat ini gedung Puskesmas Kecamatan Harapan Mulya terdiri dari

dua lantai. Pada lantai pertama terdapat pelayanan loket pendaftaran pasien, IGD,

poli umum, poli lansia / geriatri, poli TB paru. Pada lantai dua terdapat poli KIA,

poli KB, poli Gizi – poli Jiwa – poli MTBS, laboratorium dan ruangan tata usaha.

Berdasarkan jenis pelayanan yang tersedia. Puskesmas Kecamatan

Harapan Mulya diharapkan mampu memberikan pelayanan dasar yang dibutuhkan

oleh masyarakat di Kecamatan Harapan Mulya dan sekitarnya.

Tabel 1.5 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Kemayoran

Tahun 2014

No Unit KerjaDokter

Umum

Dokter

GigiBidan Perawat Apoteker

Tenaga

Gizi

1Puskesmas Kec.

Kemayoran10 4 11 10 5 2

2Puskesmas Kel.

Harapan Mulya1 1 2 2 1 -

3Puskesmas Kel.

Utan Panjang1 1 1 2 1 -

4Puskesmas Kel.

Kebon Kosong I1 1 1 2 1 -

5Puskesmas Kel.

Kemayoran1 - 1 2 1 -

6Puskesmas Kel.

Serdang1 1 1 2 1 -

7 Puskesmas Kel. 1 1 1 2 - 1

19

Page 20: BAB I-5.doc

Sumur Batu

8

Puskesmas

Kel.Cempaka

Baru

1 1 1 2 - -

Jumlah 16 10 19 24 10 3

(Sumber :Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Kemayoran Tahun 2014)

Gambar 1.3 Struktur Organisasi Puskesmas Kecamatan Harapan Mulya

2015

20

KEPALA PUSKESMAS KECAMATAN:

drg.Lindawati

KA. SEKSI PELAYANAN : Dr. Marleni

KA. SEKSI PENUNJANG & KESMAS:

Dr. Carla

KA. TATA USAHA: Nining

UNIT PELAYANAN

Unit Kesehatan UmumUnit Kesehatan Gigi & MulutUnit Kesehatan Ibu & AnakUnit Kesehatan SpesialisUnit Rumah BersalinUnit Pelayanan 24 Jam & AmbulanUnit Pelayanan Keluarga BerencanaUnit Kamar Operasi

UNIT PENUNJANG

Unit FarmasiUnit GiziUnit LaboratoriumUnit Radiologi

UnitPemeliharaanPeralatanKesehatan

Kesehatan MasyarakatPenyakit Menular

P2B2

Penyakit Tidak Menular

Penyehatan Lingkungan & Kesehatan Kerja

Gizi & PPSM

Kesehatan Jiwa & NAPZA

PUSKESMAS KELURAHANKELOMPOK JABATAN FUNGISIONAL

Page 21: BAB I-5.doc

Sumber : Laporan Daftar Pegawai Puskesmas Kecamatan Harapan Mulya Tahun

2015

1.3.4 Visi, Misi & Tujuan Puskesmas Kecamatan Kemayoran

1. Visi

Terwujudnya Puskesmas Kec. Kemayoran sebagi pusat pelayanan kesehatan

dasar yang bermutu dan professional

2. Misi

a. Mengembangkan kualitas pelayanan dari program sesuai dengan standard

mutu

b. Mengembangkan SDM yang professional dan berkualitas

c. Mengembangkan system manajemen Puskesmas

d. Mengembangkan sarana dan prasarana pelayanan Puskesmas

e. Mengembangkan upaya kemandirian masyarakat dalam bidang kesehatan

f. Menggalang kerjasama dengan mitra strategis

3. Tujuan

1. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan manajerial pegawai

2. Meningkatkan kemampuan teknis pegawai

3. Meningkatkan kemampuan teknis pegawai

4. Meningkatkan pembinaan pegawai

5. Tersedianya system informasi yang cepat, tepat dan akurat serta mudah

dimengerti

6. Meningkatkan minat masyarakat untuk berkunjung ke Puskesmas

7. Meningkatkan mutu program Puskesmas

8. Terselenggaranya pelayanan tepat waktu

9. Meningkatkan kepuasan pegawai

21

Page 22: BAB I-5.doc

10. Terlaksananya prosedur pelayanan yang tidak berbelit-belit

11. Meningkatnya fasilitas kesehatan di Puskesmas

12. Mengembangkan jenis pelayanan

2.3.5 Program Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) di

Puskesmas Kecamatan Harapan Mulya

Progam Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) adalah

program upaya pengembangan puskesmas yang termasuk di dalam program P2M.

Upaya pengendalian penyakit menular lebih ditekankan pada pelaksanaan

surveilans epidemiologi dengan upaya penemuan penderita secara dini, yang

ditindaklanjuti dengan penanganan secara cepat melalui pengobatan penderita. Di

samping itu, pelayanan lain yang diberikan adalah upaya pencegahan dengan

pemberian imunisasi, upaya pengurangan faktor risiko melalui kegiatan untuk

peningkatan kualitas lingkungan, serta peningkatan peran serta masyarakat dalam

upaya pengendalian penyakit menular yang dilaksanakan melalui berbagai

kegiatan.

Kebijakan penanggulangan penyakit menular khususnya dalam

penanggulangan wabah telah diatur dalam bentuk peraturan perundangan, yaitu

UU No. 4 Tahun 1984 tentang Penyakit Menular serta Peraturan Pemerintah No.

40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Penyakit Menular. Peraturan tersebut

pada intinya mengatur :

1. Tata cara penetapan dan pencabutan penetapan daerah wabah.

2. Upaya penganggulangan.

3. Peran serta masyarakat.

4. Pengelolaan bahan-bahan yang mengandung penyebab penyakit.

5. Ganti rugi dan penghargaan.

6. Pembiayaan penanggulangan wabah.

7. Pelaporan.

Di berbagai wilayah di Indonesia terdapat perbedaan tingkat endemitas

dan jenis penyakit menular. Pada P2B2 penyakit yang endemis diwilayah

Indonesia adalah demam berdarah, malaria, zoonosis, flu burung, japanese

encephalitis, taeniasis, filariasis, dan schistosomiasis. Di Puskesmas Harapan

22

Page 23: BAB I-5.doc

Mulya hanya demam berdarah yang masih menjadi masalah

Tingkat endemitas penyakit menular sangat dipengaruhi oleh faktor

lingkungan (fisik, sosial, ekonomi) dan perilaku masyarakatnya. Kecamatan

Kemayoran dengan karakteristik lingkungan dan perilaku masyarakat yang

berbeda, memiliki endemisitas penyakit menular yang berbeda.

Flu Burung (H1NI)

Kegiatan yang dilakukan :

1. Pembentukan dan pelatihan Tim Gerak Cepat / Tim

Investigasi Terpadu terdiri dari :

a. Petugas surveilans Puskesmas Kecamatan (2 org / Kecamatan).

b. Seksi Pertenakan tingkat Kecamatan.

c. Petugas Surveilans Sudin dan Dinas Kesehatan dan Peternakan.

2. Kesepakatan kegiatan investigasi bersama pasca

Pertemuan Lintas Batas Jabodetabek bidang Kesmas.

3. Komitmen pelaksanaan investigasi kurang dari 1 x

24 jam setelah laporan diterima.

4. Depopulasi dan sertifikasi unggas.

5. Pengawasan lalu lintas unggas.

Langkah-langkah kegiatan yang akan datang :

1. Sweeping.

2. Sertifikasi.

3. Biosekuriti / desinfeksi.

4. Sosialisasi.

5. Pengawasan lalu lintas unggas.

6. Penguatan surveilans dan investigasi terpadu.

7. Promosi kesehatan.

8. Simulasi lapangan kondisi pandemi.

9. Menyusun rencana kontigensi.

10. Pemberdayaan Komprov Flu Burung.

23

Page 24: BAB I-5.doc

Leptospirosis

Kegiatan yang dilakukan :

1. Surveilans.

a. Surveilans penyakit.

b. Surveilans vektor.

c. Surveilans faktor risiko.

2. Deteksi dini dan pengobatan atau perawatan dini.

3. Pengendalian faktor risiko.

4. Partisipasi masyarakat.

Apabila ditemukan penderita suspect leptospirosis probabe ataupun

confirmed maka harus dilakukan penyuluhan, penyelidikan Epidemiologi

lingkungan dan case finding yaitu mencari kasus tambahan dengan radius 200

meter dari rumah penderita untuk diobati atau dirujuk bila dengan komplikasi.

Bila ditemukan penderita tambahan dengan sebab lingkungan yang sama

maka segera dilaporkan sebagai kejadian luar biasa (KLB) dengan menggunakan

formulir laporan W1 dan kasus tambahan selanjutnya dilaporkan dengan W2.

Penanggulangan KLB diikuti penyelidikan kasus dan lingkungan serta dilakukan

pengambilan spesimen terhadap penderita dan hewan tersangka sekitar lokasi

dengan bantuan tim kota/ kab administrasi provinsi dan pusat. Serum sebelum

dikirim agar disimpan didalam freezer dengan menuliskan etiket pada label nama

penderita, umur, jenis kelamin, tanggal pengambilan spesimen pertama dan kedua.

Apabila dilakukan pengambilan spesimen terhadap hewanselain tikus harus

bekerja sma dengan sudin kelautan dan pertanian. Kemudian serum dikirim ke B.

Balitvet Bogor atau RS karyadi Semarang. Pengobatan tersangka penderita/

tersangka penderita Pengobatan : pemeberian antibiotik seperti penicillin,

streptomysin, doxycicline,tetracycline atau eritromisin. Menurut Turner

pemberian penicillin atau tetracyclin dosis tinggi dapat memberikan hasil yang

sangat baik. Pemberian diberikan 10 hari

Rabies

24

Page 25: BAB I-5.doc

Berdasarkan SK Mentri Pertanian No : 566/kpts/PD.640/10/2004 Provinsi

DKI Jakarta telah dinyatakan bebas rabies dan untuk mempertahankan telah

dibentuk Tim Koordinasi Pengaman Daerah Bebas Penyakit Rabies dan Penyakit

Menular Hewan Linnya di Provinsi DKI Jakarta. Sesuai Surat Keputusan

Gubernur No: 2070/2005 tanggal 25 Oktober 2005. Walaupun Provinsi DKI

Jakarta telah bebas Rabies, tetapi tetap merupakan daerah yang terancam

penularan Rabies, karena beberapa Kabupaten di Jawa Barat yang awalnya telah

dinyatakan bebas, ditemukan kembali kasus Rabies baik pada hewan maupun

manusia. Demikian pula masih ada Provinsi di Indonesia yang endemik Rabies.

Sehubungan dengan hal tersebut maka kebijakan Provinsi DKI Jakarta selain

yang telah tertuang dalam PERDA 11 tahun 1995. Tentang pengawasan hewan

rentan Rabies, serta pencegahan dan penanggulangan, juga melakukan :

1. Surveilans dan Intervensi ketat, antara lain :

a. Tahapan Hewan : Vaksinasi, Observasi, eliminasi yang dilaksanakan oleh

jajaran Dinas Perternakan, perikanan dan kelautan.

b. Tahapan manusia :

-Pertolongan pertama pada kasus gigitan di puskesmas dan UPK lainnya,

sambil melaporkan hewannya ke pemilik/Sudin Pertenakan untuk

dipantau dan diumpan balikkan apakah termasuk hewan penular rabies/

HPR (hilang, mati, terjangkit atau tidaknya akan rabies).

-Pemberian pasteur treatment atas indikasi di rabies treatment center.

-Perawatan penderita rabies di rumah sakit yang mempunyai ruang isolasi.

2. Adapun langkah-langkah yang dilakuka apabila ada kasus gigitan HPR :

a. Mencuci luka dengan sabun atau deterjen dan air yang mengalir selama

kurang lebih 15 menit. Mencuci luka sangatlah penting karena virus rabies

terbungkus lipid (lemak). Walaupun penderita gigitan ataun keluarga

sudah dicuci pencucuan luka harus tetap dilakukan atau diulangi.

b. Kemudian dapat diberikan antara lain:Alkohol 40 %, 70%, betadin, iodium

tincture, larutan yang mengandung amonium kuartener.

3. Luka gigitan tidak boleh

dijahit, apabila harus dijahit maka jahitan yang dilakukan adalah jahitan situasi.

25

Page 26: BAB I-5.doc

4. Luka gigitan dibedakan:

Resiko rendah yaitu : badan dan kaki cukup di puskesmas atau UPK lainnya,

resiko tinggi : jari-jari, lengan, bahu keatas atau muka multipel harus dirujuk ke

rabies treatment center.

5. Apabila HPR diketahui

pemiliknya, agara keluarga korban gigitanberkoordinasi dengan pemilik HPR

untuk mengghubungi slaha satu yaitu :

a. Penilik/ sudin peternakan setempat.

b. Balai kesehatan hewan dan ikan, jalan harsono RM no 28 ragunan, telp

7805447 agar HPR dapat diobservasi.

6. Apabila HPR yang

menggigit tidak diketahui pemiliknya/ liar, kasus gigitan dirujukan ke rabies

treatment center yang ada di :

a. RSPI Sulianti Saroso, Jl. Sunter Permai

Raya, Jakarta Utara, telp 6506559, 64011412.

b. RSUD Tarakan, Jl. Kyai Caringin no 7

Jakarta Pusat telp 3842938.

7. Vaksinasi yang digunakan saat ini adalah purivied vero rabies vaksin (verorab)

dengan cara pemberian hari ke 0 diberikan 2 angka suntikan di regio deltoideus

kanan dan kiri masing-masing 0,5 ml IM, kemudian hari ke 7 dan 21 masing-

masing 1x suntikan IM deltoid kiri dan kanan.

Di KecamatanKemayoran tidak ditemukan penyakit rabies pada periode

Januari-Desember 2014.

Malaria

Pemberantasan malaria bertujuan untuk mencegah kematian akibat malaria,

terutama jika terjadi KLB, menurunkan angka kematian, menurunkan angka

kesakitan (insidensi dan prevalensi), meminimalkan kerugian sosial dan ekonomi

akibat malaria. Pemberantasan malaria haruslah rasional, harus berbasis pada

epidemiologinya seperti: manusia, parasit malaria, vektor dan lingkungannya.

Pemberantasan malaria harus ditujukan untuk memutus penularan penyakit

malaria, dengan sasaran antara lain :

26

Page 27: BAB I-5.doc

1. Penemuan penderita.

Penemuan penderita secara dini merupakan salah satu cara memutus penyebaran

penyakit malaria. Kegiatan tersebut antara lain dilakukan dengan penemuan

penderita malaria secara aktif (ACD = Active Case Detection) dilakukan oleh

petugas juru malaria desa yang mengunjungi rumah secara teratur. Penemuan

penderita secara pasif (PCD=Passive Case Detection) yakni berdasarkan

kunjungan pasien di unit pelayanan kesehatan (puskesmas pembantu, puskesmas,

dan rumah sakit) yang menunjukkan gejala klinis malaria.

2. Pengobatan penderita.

Kegiatan pengobatan penderita antara lain :

a. Pengobatan malaria klinis, adalah pengobatan penderita malaria berdasarkan

diagnosa klinis tanpa pemeriksaan laboratorium.

b. Pengobatan radikal, adalah pengobatan penderita malaria berdasarkan

diagnosa secara klinis dan pemeriksaan laboratorium sediaan darah.

c. Pengobatan MDA (Mass Drug Administration), adalah pengobatan massal

pada saat KLB, mencakup > 80% jumlah penduduk di daerah tersebut yang

diobati.

d. Profilaksis, adalah pengobatan pencegahan dengan sasaran warga

transmigrasi dan ibu hamil di daerah endemis malaria (Depkes RI, 2000).

Obat Anti Malaria yang dipakai dalam kebijakan pengobatan di Indonesia adalah

Klorokuin : banyak digunakan karena murah, tersedia secara luas, dan relatif

aman untuk anak-anak, ibu hamil maupun ibu menyusui. Pada dosis pencegahan

obat ini aman digunakan untuk jangka waktu 2-3 tahun. Obat harus digunakan

terus-menerus mulai minimal 1- 2 minggu sebelum berangkat sampai 4-6 minggu

setelah keluar dari daerah endemis malaria. Efek samping : gangguan seperti

mual, muntah, sakit perut dan diare. Efek samping ini dapat dikurangi dengan

meminum obat sesudah makan (Depkes RI, 2000).

3. Pemberantasan vektor.

Pemberantasan vektor dilakukan antara lain dengan penyemprotan

rumah menggunakan insektisida untuk membunuh nyamuk dewasa, membunuh

jentik melalui kegiatan anti larva atau larvasiding dan menghilangkan atau

27

Page 28: BAB I-5.doc

mengurangi tempat perindukan nyamuk untuk mengurangi jumlah nyamuk

(Depkes RI, 2000).

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk memberantas jentik nyamuk

Anopheles :

a. Cara kimiawi dengan menggunakan larvasida yaitu zat kimia yang dapat

membunuh larva atau jentik nyamuk seperti oli, solar atau minyak tanah,

paris green, temefos, fention, dan lain-lain. Kedalam larvasida juga

dimasukkan Bacillus thuringiensis sejenis bakteri yang dapat membunuh

larva oleh karena ia tidak berkembang biak lagi pada setiap kali aplikasi.

Dapat juga dengan herbisida yakni zat kimia yang dapat mematikan

tumbuh-tumbuhan air yang digunakan sebagai tempat berlindung bagi larva

nyamuk.

b. Cara Biologik.

1) Ikan pemakan jentik seperti gambusia, guppy, ikan kepala timah dan

ikan mujair.

2) Tumbuh-tumbuhan yang dapat menghalangi sinar matahari seperti

pohon bakau.

3) Protozoa (nozema) jamur (Coelomomyces) dan berbagai jenis

nematoda lainyang sedang dalam proses penelitian.

Cara yang terbanyak dipakai di Indonesia adalah cara kimiawi dengan

menggunakan solar atau minyak tanah yang dicampur dengan spreading agent

atau zat kimia yang dapat mempercepat penyebaran bahan aktif yang digunakan

(Depkes RI, 2000).

Pengendalian nyamuk dewasa merupakan cara utama yang diterapkan baik

dalam program pembasmian maupun program pemberantasan malaria.

Membunuh nyamuk dewasa biasanya dilakukan dengan menggunakan insektisida

yang terbanyak digunakan di Indonesia adalah DDT.

Cara genetik yakni melepaskan nyamuk jantan yang steril (tidak bisa

memberikan keturunan) telah lama dicoba akan tetapi hasilnya tidak memuaskan

dan biayanya mahal (Depkes RI, 2000).

28

Page 29: BAB I-5.doc

Pemberantasan malaria akan diintensifkan melalui pendekatan Roll Back

Malaria (RBM) atau upaya kemitraan global, suatu komitmen internasional

dengan strategi sebagai berikut: deteksi dini dan pengobatan yang tepat, peran

serta aktif masyarakat dalam pencegahan malaria dan perbaikan kualitas dari

pencegahan dan pengobatan malaria melalui perbaikan kapasitas personel

kesehatan yang terlibat. Yang juga penting adalah pendekatan terintegrasi dari

pembasmian malaria dengan kegiatan lain, seperti promosi kesehatan. Roll Back

malaria bertujuan mengurangi penderita sebanyak 50% pada tahun 2010 melalui

pendekatan partnership (Laihad, 2005).

Di Kecamatan Kemayoran tidak ditemukan penyakit malaria pada periode

Januari-April 2015

Filariasis

Filariasis atau elephantiasis atau penyakit kaki gajah, adalah penyakit yang

disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan nyamuk.

Penyakit ini tersebar luas di pedesaan dan perkotaan. Dapat dan menyerang semua

golongan tanpa mengenal usia dan jenis kelamin. Di dunia terdapat 1,3 miliar

penduduk yang berisiko tertular penyakit kaki gajah di lebih dari 83 negara dan

60% kasus berada di Asia Tenggara.

Program Eliminasi Filariasis merupakan salah satu program prioritas

nasional pemberantasan penyakit menular sesuai dengan Peraturan Presiden

Republik Indonesia nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional tahun 2004–2009. Tujuan umum dari program eliminasi

filariasis adalah filariasis tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat di

Indonesia pada tahun 2020. Sedangkan tujuan khusus program adalah (a)

menurunnya angka mikrofilaria (microfilaria rate) menjadi kurang dari 1% di

setiap Kabupaten/Kota, (b) mencegah dan membatasi kecacatan karena filariasis.

Program eliminasi filariasis di Indonesia ini menerapkan strategi

GlobalElimination Lymphatic Filariasis dari WHO. Strategi ini mencakup

pemutusan rantai penularan filariasis melalui POMP filariasis di daerah endemis

29

Page 30: BAB I-5.doc

filariasis dengan menggunakan DEC yang dikombinasikan dengan albendazole

sekali setahun minimal 5 tahun, dan upaya mencegah dan membatasi kecacatan

dengan penatalaksanaan kasus klinis filariasis, baik kasus akut maupun kasus

kronis.

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota merupakan pengendali utama program

eliminasi filariasis di tingkat kabupaten/kota yang mempunyai tugas dan

kewenangan sebagai berikut:

a.Menetapkan kebijakan eliminasi filariasis di kabupaten/kota. Menetapkan

tujuan dan strategi eliminasi filariasis di tingkat kabupaten/kota.

b.Melaksanakan pengendalian pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program

eliminasi filariasis dengan memperkuat komitmen, mobilisasi sumber daya

kabupaten/kota.

c.Memperkuat kerjasama lintas program dan lintas sektor serta kerjasama

lembaga mitra kerja lainnya di kabupaten/kota.

d.Melaksanakan pembinaan dan asistensi teknis program eliminasi filariasis di

puskesmas, rumah sakit dan laboratorium daerah.

e.Melaksanakan pelatihan eliminasi filariasis di kabupaten/kota.

f. Melaksanakan evaluasi cakupan POMP filariasis dan penatalaksanaan kasus

klinis kronis filariasis di daerahnya.

g.Membentuk KOMDA POMP filariasis.

h.Mengalokasikan anggaran biaya operasional dan melaksanakan POMP

filariasis.

i. Mengalokasikan anggaran dan melaksanakan pengobatan selektif,

penatalaksanaan kasus reaksi pengobatan, dan penatalaksanaan kasus klinis

filariasis.

j. Mengkoordinir dan memastikan pelaskanaan tugas puskesmas sebagai

pelaksana operasional program eliminasi filariasis kabupaten/kota

Sejak tahun 2005, sebagai unit pelaksana atau IU (implementation unit)

penanganan filariasis adalah setingkat kabupaten/kota. Artinya, satuan wilayah

terkecil dalam program ini adalah kabupaten/kota, baik untuk penentuan

endemisitas maupun pelaksanaan POMP filariasis. Bila sebuah kabupaten/kota

30

Page 31: BAB I-5.doc

sudah endemis filariasis, maka kegiatan POMP filariasis harus segera

dilaksanakan.

Walau sudah berbasis kabupaten, upaya program tersebut belum dapat

menjangkau seluruh penduduk di wilayah kabupaten/kota tersebut. Pola program

semacam ini tidaklah efisien dan tidak efektif karena tetap terdapat risiko

penularan (re-infeksi) karena belum seluruh penduduk terlindungi. Untuk itu,

pelaksanaan POMP filariasis perlu direncanakan secara komprehensif dan

mencakup seluruh wilayah endemis di Indonesia.

Agar mencapai hasil optimal sesuai dengan kebijakan nasional eliminasi

filariasis dilaksanakan dengan memutus rantai penularan, yaitu dengan cara

POMP filariasis untuk semua penduduk di kabupaten/kota tersebut kecuali anak

berumur kurang dari 2 tahun, ibu hamil, orang yang sedang sakit berat, penderita

kronis filariasis yang dalam serangan akut dan balita dengan

marasmus/kwasiorkor dapat ditunda pengobatannya.

Di Kecamatan Kemayoran tidak ditemukan penyakit filariasis pada periode

Januari-Maret 2015

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

Program P2B2 yang berjalan di puskesmas Kecamatan Harapan Mulya

adalah pencegahan dan pengendalian penyakit demam berdah dengue (DBD).

Kegiatan pencegahan dan penanggulangan penyakit demam berdarah

meliputi :

a. PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk).

Tujuan : Untuk memantau keberhasilan/kesinambungan Gerakan PSN DBD

“30” menit sekali seminggu secara Serentak Di Prop. DKI Jakarta dgn

memeriksa ada tidaknya Jentik (Pemantauan Jentik Berkala/PJB) dan dikaitkan

dgn kejadian Kasus DBD di RW .

Sasaran : Tempat perindukan nyamuk di lokasi RW secara sampling.

Perlengkapan : Surat tugas, form pencatatan & pelaporan, senter, gayung dan

larvacid.

Indikator :

Angka Bebas Jentik 95% = Jumlah rumah diperiksa (-) jentik X 100%

31

Page 32: BAB I-5.doc

Jumlah total rumah diperiksa

b. Penyelidikan epidemiologi (PE).

Bila terdapat laporan Kasus DBD yang diterima Petugas Puskesmas maka

akan ditindaklanjuti dalam waktu 2 x 24 jam.Tindakan yang dilakukan adalah :

1) Kunjungan ke penderita.

1) Pemeriksaan jentik 20 rumah atau radius 100 meter dari rumah penderita.

2) Mencari kasus yang serupa dengan penderita yaitu gejalademam tanpa

sebab yang jelas.

3) Bila tidak di temukan poin 2) dan 3)yang berarti hasil PE (-), maka

tindakan selanjutnya adalah dilakukan penyuluhan.

4) Bila ditemukan poin 2) dan 3) yang berati hasil PE (+), maka dilakukan

Fogging Fokus dan penyuluhan.

c. Fogging Fokus DBD kasus (+).

Fogging fokus dilakukan jika hasil PE (+) , kegiatan yang dilakukan adalah :

1) Fogging Fokus dilakukan setelah hasil PE (+) / 2X24 Jam.

2) Radius Pengasapan 200 meter.

3) Jumlah Pengasapan 2 siklus (2x) dengan interval 7 hari.

d. Pencatatan dan Pelaporan Kasus DBD.

Kewaspadaan dini penyakit DBD atau upaya pemberantasan DBD

dilaksanakan dengan kegiatan sebagai berikut :

1) Penemuan, pelaporan dan pelacakan kasus penderita

DBD yang dilakukan oleh petugas.

2) Diagnosa sementara penyakit DBD atau tersangka

DBD ditegakkan dengan kriteria yaitu panas tinggi selama 2-7 hari disertai

adanya tanda-tanda perdarahan:

a. Rumple Leed Test.

b. Jumlah trombosit <100.000/ul.

c. Hematokrit meningkat ±20%.

Diagram 1.2. Alur Penggunaan Rapid Diagnostic Test (RDT) di Puskesmas

Harapan Mulya

32

Page 33: BAB I-5.doc

Sumber: Alur Penggunaan RDT Puskesmas RT/Fasilitas Kesehatan Lainnya

Tabel 1.7Kesimpulan Hasil Pemeriksaan RDT (NS1 dan IgG/IgM)

No. NS-1 IgM IgG Keterangan

1 + - - Infeksi dengue

2 + + - Infeksi dengue primer

3 - + Infeksi primer

4 + + Infeksi dengue sekunder

5 - - + Ulangi hari ke 5 demam

6 - - - Infeksi lainnya

1. Fogging Fokus DBD kasus (+)

Fogging fokus dilakukan jika hasil PE (+) , kegiatan yang dilakukan adalah :

a. Fogging Fokus dilakukan setelah hasil PE (+) / 2x24 Jam.

b. Radius Pengasapan 200 meter.

c. Jumlah Pengasapan 2 siklus (2x) dengan interval 7 hari.

2. Evaluasi Dan Pelaporan

a. Masing-masing pelayanan kesehatan (puskesmas dan rumah sakit) mengisi

formulir pelaporan penggunaan RDT (formulir terlampir).

33

Page 34: BAB I-5.doc

b. Formulir pelaporan dari puskesmas/rumah sakit dikirim ke dinas Kab/Kota

setiap bulan sekali. Pengiriman laporan paling lambat tanggal 5.

c. Dari dinas Kab/Kota laporan dikirim ke dinas provinsi setiap bulan paling

lambat tanggal 10.

d. Dari dinas provinsi laporan dikirim Subdit Arbovirus setiap bulan paling

lambat tanggal 15.

e. Pengiriman dikirim via pos d/a subunit Arbovirus, Dir. PPBB, Ditjen P2PL

di Jl.Percetakan Negara No.29 Jakarta Pusat 105560 PO Box 223, atau via

email d/a [email protected] m .

Pada program DBD, terdapat indikator yang harus dicapai oleh Puskesmas

Kecamatan Cilincing yaitu:

a. Incidence Rate (IR) DBD <52/100.000 penduduk dan dikonversikan ke 3

bulan menjadi <13/100.000 penduduk.

b. Cakupan PE terhadap kasus DBD 100%

c. Cakupan Fogging Fokus terhadap PE(+) 100%

d. Cakupan Fogging Fokus Siklus Kedua terhadap Siklus Pertama 100%

34

Page 35: BAB I-5.doc

Tabel data 1.14 Penderita DBD Perkelurahan Wilayah Kec. Kemayoran Jakarta Pusat Bulan Januari - Maret 2015

No Kelurahan

Jumlah

Pendudu

k

Jumlah Penderita Target IR

per 100.000

penduduk

CFR

(Case Fatality Rate)

(%)

IR

Hidup Meninggal

(a) (b) (c) [c/(b+c)]x100%

1 Gunung

Sahari

23.115 7 0 <130

30,2

2 Kemayoran 24.355 2 0 <13 0 8,21

3 Kebon

Kosong

31.341 9 0 <130

28,7

4 Serdang 34.576 8 0 <13 0 23,1

5 Harapan

Mulya

26.889 7 0 <130

26,0

6 Cempaka Baru 37.714 13 0 <13 0 34,4

7 Utan Panjang 33.889 5 0 <13 0 14,7

8. Sumur Batu 26.902 3 0 <13 0 11,1

Kemayoran 238.781 54 0 <13 0 22,61

35

Page 36: BAB I-5.doc

Tabel 1.16 Rekapitulasi data PE untuk bulan Januari – Maret 2015

No KELURAHAN

Sudah dilakukan PE

Total Kasus

Cakupan PE

terhadap kasus

DBD

(a+b)/(e-c-d) x 100%

dari Target 100%

PE (+) PE (-)Bukan

DBD

Tidak

ditemuka

n

(a) (b) (c) (d) (e)

1 Gunung Sahari 3 4 0 0 7 100

2 Kemayoran 1 1 0 0 2 100

3 Kebon Kosong 8 1 0 0 9 100

4 Serdang 6 2 0 0 8 100

5 Harapan Mulya 2 5 0 0 7 100

6 Cempaka Baru 8 5 0 0 13 100

7 Utan Panjang 3 2 0 0 5 100

8 Sumur Batu 2 1 0 0 3

T O T A L 33 21 0 0 54 100

36

Page 37: BAB I-5.doc

Tabel 1.18 Rekapitulasi data Fogging Focus bulan Januari – Maret 2015

No KELURAHAN

PE (+)

Jumlah

Fogging

Fokus

Jumlah

Fogging

Jumlah

FoggingCakupan Fogging

Fokus terhadap PE

(b/a x 100%)

dari Target 100%

Cakupan Fogging Fokus

Siklus 2 terhadap Siklus

1

(d/c x 100%)

dari Target 100%

Siklus 1 Siklus 2

(a)(b) (c) (d)

1 Gunung Sahari 3 3 3 3 100 100

2 Kemayoran 1 1 1 1 100 100

3 Kebon Kosong 8 8 8 8 100 100

4 Serdang 6 6 6 6 100 100

5 Harapan Mulya 2 2 2 2 100 100

6 Cempaka Baru 8 8 8 8 100 100

7 Utan Panjang 3 3 3 3 100 100

8 Sumur Batu 2 2 2 2 100 100

T O T A L 33 33 33 33 100 100

37

Page 38: BAB I-5.doc

Identifikasi Masalah

Ditemukan beberapa masalah pada program P2B2 khususnya DBD:

Puskesmas Kelurahan Harapan Mulya, Puskesmas Kemayoran, Puskesma

Serdang, Puskesmas Cempaka Baru, Puskesmas Utan Panjang, Puskesma

Sumur Batu, Puskesmas Kebon Kosong.

1. Incidence Rate DBD di Kelurahan Gunung Sahari pada bulan Januari-

Maret 2015 sebesar 30,2 /100.000 penduduk.

2. Incidence Rate DBD di Kelurahan Serdang pada bulan Januari-Maret

2015 sebesar 23,1/100.000 penduduk.

3. Incidence Rate DBD di Kelurahan Harapan Mulya pada bulan Januari-

Maret 2015 sebesar 26,0/100.000 penduduk.

4. Incidence Rate DBD di Kelurahan Cempaka Baru pada bulan Januari-

Maret 2015 sebesar 34,4/100.000 penduduk.

5. Incidence Rate DBD di Kelurahan Utan Panjang pada bulan Januari-

Maret 2015 sebesar 14,7/100.000 penduduk.

6. Incidence Rate DBD di Kelurahan Kebon Kosong pada bulan Januari-

Maret 2015 sebesar 28,7/100.000 penduduk.

Rumusan Masalah

Setelah didapatkan identifikasi masalah dari salah satu program wajib di

Puskesmas Kecamatan Harapan Mulya maka dipilih satu program yang menjadi

masalah, dengan cara menghitung dan membandingkan nilai kesenjangan antara

apa yang diharapkan (expected) dengan apa yang telah terjadi (observed),

selanjutnya dilakukan perumusan masalah untuk membuat perencanaan yang baik

sehingga masalah yang ada dapat diselesaikan. Rumusan masalah dari program

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Incidence Rate DBD di Kelurahan Gunung Sahari pada bulan Januari-

Maret 2015 sebesar 30,2 /100.000 penduduk sehingga tidak mencapai

target sebesar <13/100.000 penduduk.

2. Incidence Rate DBD di Kelurahan Serdang pada bulan Januari-Maret 2015

sebesar 23,1/100.000 penduduk sehingga tidak mencapai target sebesar

<13/100.000 penduduk.

38

Page 39: BAB I-5.doc

3. Incidence Rate DBD di Kelurahan Harapan Mulya pada bulan Januari-

Maret 2015 sebesar 26,0/100.000 penduduk sehingga tidak mencapai

target sebesar <13/100.000 penduduk.

4. Incidence Rate DBD di Kelurahan Cempaka Baru pada bulan Januari-

Maret 2015 sebesar 34,4/100.000 penduduk sehingga tidak mencapai

target sebesar <13/100.000 penduduk.

5. Incidence Rate DBD di Kelurahan Utan Panjang pada bulan Januari-Maret

2015 sebesar 14,7/100.000 penduduk sehingga tidak mencapai target

sebesar <13/100.000 penduduk.

6. Incidence Rate DBD di Kelurahan Kebon Kosong pada bulan Januari-

Maret 2015 sebesar 28,7/100.000 penduduk sehingga tidak mencapai

target sebesar <13/100.000 penduduk.

39

Page 40: BAB I-5.doc

BAB II

PENETAPAN PRIORITAS MASALAH DAN PENYEBAB MASALAH

2.1. Penetapan Prioritas Masalah

Masalah adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected) dengan

apa yang aktual terjadi (observed). Idealnya, semua permasalahan yang timbul

harus dicarikan jalan keluarnya. Namun, karena keterbatasan sumber daya, dana,

dan waktu menyebabkan tidak semua permasalahan dapat dipecahkan sekaligus.

Untuk itu perlu ditentukan masalah yang menjadi prioritas Setelah pada tahap

awal merumuskan masalah, maka dilanjutkan dengan menetapkan prioritas

masalah yang harus dipecahkan. Prioritas masalah didapatkan dari data atau fakta

yang ada secara kualitatif, kuantitatif, subjektif, objektif serta adanya pengetahuan

yang cukup.

Pada BAB I, telah dirumuskan masalah yang terdapat dari tujuh program

kesehatan dasar di Puskesmas Kecamatan Kemayoran. Karena keterbatasan

sumber daya manusia, dana dan waktu, maka dari semua masalah yang telah

dirumuskan, perlu ditetapkan masalah yang menjadi prioritas untuk diselesaikan.

Dalam penetapan prioritas masalah, digunakan teknik skoring dan

pembobotan. Untuk dapat menetapkan kriteria, pembobotan dan skoring perlu

dibentuk sebuah kelompok diskusi. Agar pembahasan dapat dilakukan secara

menyeluruh dan mencapai sasaran, maka setiap anggota kelompok diharapkan

mempunyai informasi dan data yang tersedia. Beberapa langkah yang dilakukan

dalam penetapan prioritas masalah meliputi:

1. Menetapkan kriteria.

2. Memberikan bobot masalah.

3. Menentukan skoring tiap masalah.

Dari hasil diskusi maka kelompok kami memilih Scoring Technique yaitu

MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment) untuk menentukan prioritas

masalah karena kelebihan MCUA yaitu dapat memecahkan masalah dengan

sempurna dan lebih mudah dilaksanakan.

40

Page 41: BAB I-5.doc

2.1.1. Metode MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment)

Pada metode ini parameter diletakkan pada baris dan harus ada

kesepakatan mengenai bobot kriteria yang akan digunakan, dan masalah-

masalah yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada kolom. Metode ini

memakai lima kriteria untuk penilaian masalah tetapi masing-masing kriteria

diberikan bobot penilaian dan dikalikan dengan penilaian masalah yang ada

sehingga hasil yang didapat lebih objektif.

Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas masalah.

Kriteria yang dipakai terdiri dari:

1. Emergency : Kegawatan menimbulkan kesakitan

atau kematian.

2. Greatees member : Menimpa orang banyak,

insiden/prevalensi.

3. Expanding scope : Mempunyai ruang lingkup besar di

luar

kesehatan.

4. Feasibility : Kemungkinan dapat/tidaknya

dilakukan.

5. Policy : Kebijakan pemerintah

daerah/nasional.

2.1.2. Metode MCUA

Pada metode MCUA, yang menjadi kriteria penilaian untuk menentukan

prioritas masalah adalah :

1. Emergency

Emergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan sehingga

menimbulkan kematian atau kesakitan. Parameter yang digunakan dalam

kriteria ini adalah CFR (Case Fatality Rate), jika masalah yang dinilai berupa

penyakit. Adapun jika yang dinilai adalah masalah kesehatan lain, maka

digunakan parameter kuantitatif berupa angka kematian maupun angka

kesakitan yang dapat ditimbulkan oleh permasalahan tersebut. Misalnya

41

Page 42: BAB I-5.doc

masalah K1, maka yang digunakan sebagai parameter adalah angka kematian

ibu, dan lain sebagainya.

2. Greatest member

Kriteria ini digunakan untuk menilai seberapa banyak penduduk yang

terkena masalah kesehatan tersebut. Untuk masalah kesehatan yang berupa

penyakit, maka parameter yang digunakan adalah prevalence rate. Sedangkan

untuk masalah lain, maka greatest member ditentukan dengan cara melihat

selisih antara pencapaian suatu kegiatan pada sebuah program kesehatan dengan

target yang telah ditetapkan.

3. Expanding Scope

Menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap sektor

lain diluar sektor kesehatan. Parameter penilaian yang digunakan adalah

seberapa luas wilayah yang menjadi masalah, berapa banyak jumlah penduduk

di wilayah tersebut, serta berapa banyak sektor di luar sektor kesehatan yang

berkepentingan dengan masalah tersebut.

4. Feasibility

Kriteria lain yang harus dinilai dari suatu masalah adalah seberapa mungkin

masalah tersebut diselesaikan. Parameter yang digunakan adalah ketersediaan

sumber daya manusia berbanding dengan jumlah kegiatan, fasilitas terkait

dengan kegiatan bersangkutan yang menjadi masalah, serta ada tidaknya

anggaran untuk kegiatan tersebut.

5. Policy

Berhubungan dengan orientasi masalah yang ingin diselesaikan adalah

masalah kesehatan masyarakat, maka sangat penting untuk menilai apakah

masyarakat memiliki kepedulian terhadap masalah tersebut serta apakah

kebijakan pemerintah mendukung terselesaikannya masalah tersebut. Hal

tersebut dapat dinilai dengan apakah ada seruan atau kebijakan pemerintah yang

concern terhadap permasalahan tersebut, apakah ada lembaga atau organisasi

masyarakat yang concern terhadap permasalahan tersebut, serta apakah masalah

tersebut terpublikasi di berbagai media.

Metode ini memakai lima kriteria yang tersebut diatas untuk penilaian masalah

dan masing-masing kriteria harus diberikan bobot penilaian untuk dikalikan

42

Page 43: BAB I-5.doc

dengan penilaian masalah yang ada sehingga hasil yang didapat lebih obyektif.

Pada metode ini harus ada kesepakatan mengenai kriteria dan bobot yang akan

digunakan.

Dalam menetapkan bobot, dapat dibandingkan antara kriteria yang satu

dengan yang lainnya untuk mengetahui kriteria mana yang mempunyai bobot

yang lebih tinggi. Setelah dikaji dan dibahas, didapatkan kriteria mana yang

mempunyai nilai bobot yang lebih tinggi. Nilai bobot berkisar satu sampai lima,

dimana nilai yang tertinggi adalah kriteria yang mempunyai bobot lima.

Bobot 5 : paling penting.

Bobot 4 : sangat penting sekali.

Bobot 3 : sangat penting.

Bobot 2 : penting.

Bobot 1 : cukup penting.

2.1.2.1. Emergency

Menunjukkan besar kerugian yang timbul. Ini ditunjukkan dengan Insiden

rate (IR)

Tabel 2.1 Penentuan Score Emergency pada Incidence Rate

di wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran berdasarkan skala

No Range (per 100.000 penduduk) Score

1 0-5,0 1

2 5,1-10,0 2

3 10,1-15,0 3

4 15,1-20,0 4

5

6

7

8

20,1-25,0

25,1-30,0

30,1-35,0

35,1-40,0

5

6

7

8

Tabel 2.2 Penentuan Emergency Score

43

Page 44: BAB I-5.doc

di wilayah Puskesmas Kemayoran Periode Januari-maret 2015

No Masalah Target IR Score

1 Incidence Rate DBD di

PKL Kelurahan Cempaka

baru

<13 34,4 7

2 Incidence Rate DBD di

PKL Kelurahan Harapan

mulya

<13 26,0 6

3 Incidence Rate DBD di

PKL Kelurahan Serdang

<13 23,1 5

4 Incidence Rate DBD di

PKL Kelurahan Utan

panjang

<13 14,7 3

5 Incidence Rate DBD di

PKL Kelurahan Kebon

kosong

<13 28,7 6

6 Incidence Rate DBD di

PKL Kelurahan gunung

sahari

<13 30,2 7

2.1.2.2. Greatest Member

Greatest member menunjukkan berapa banyak penduduk yang

terkena masalah atau penyakit yang ditunjukkan dengan angka

prevalensi. Semakin besar selisih antara target dan cakupan maka

akan semakin besar score yang didapatkan.

Tabel 2.3 Skala Score Greatest Member

No Range (per 100.000 penduduk) Score

1 0-2,5 1

2 2,6-5,0 2

3 5,1-7,5 3

4 7,6-10,0 4

5 10,1-12,5 5

44

Page 45: BAB I-5.doc

6

7

8

12,6-15,0

15,1-17,5

17,6-20,0

6

7

8

9 20,1-22,5 9

10 22,6-25,0 10

Tabel 2.4 Daftar Masalah Greatest Member Score

di Puskesmas Kecamatan Kemayoran Periode Januari-maret 2015

No Masalah Target IR Selisih Score

1 Incidence Rate DBD di

PKL Kelurahan Cempaka

baru

<13 34,4 21,4 9

2 Incidence Rate DBD di

PKL Kelurahan Harapan

mulya

<13 26,0 13 6

3 Incidence Rate DBD di

PKL Kelurahan Serdang

<13 23,1 10,1 5

4 Incidence Rate DBD di

PKL Kelurahan Utan

panjang

<13 14,7 11,7 5

5 Incidence Rate DBD di

PKL Kelurahan Kebon

kosong

<13 28,7 15,7 7

6 Incidence Rate DBD di

PKL Kelurahan gunung

sahari

<13 30,2 16,8 7

2.1.2.3. Expanding Scope

Expanding Scope menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan

terhadap sektor lain diluar kesehatan. Berapa banyak jumlah penduduk di wilayah

45

Page 46: BAB I-5.doc

tersebut, serta ada tidaknya sektor di luar sektor kesehatan yang berkepentingan

dengan masalah tersebut.

Untuk keterpaduan lintas sektor diberikan nilai 10 karena masalah pada

suatu program memungkinkan untuk menimbulkan masalah pada banyak sektor

lainnya yang berhubungan langsung, sedangkan yang tidak ada kaitan dengan

sektor lain diberikan nilai 5.

Tabel 2.5 Penentuan Expanding Scope Score Berdasarkan Jumlah Penduduk

No Jumlah Penduduk Score

1

2

3

0-5000

5001-10.000

10.001-15.000

1

2

3

4

5

6

7

8

15.001-20.000

20.001-25.000

25.001-30.000

30.001-35000

35.001-40.000

4

5

6

7

8

Tabel 2.6 Penentuan Expanding Scope Score Berdasarkan Keterpaduan Lintas

Sektoral

No Lintas Sektor Score

1 Tidak ada keterpaduan lintas sektor 5

2 Ada keterpaduan lintas sektor 10

Tabel 2.7 Penentuan Expanding Scope Score di Puskesmas Kecamatan

Kemayoran Januari-maret 2015

No Daftar MasalahJumlah Penduduk

Lintas

SektorJumlah

jumlah score

1 Incidence Rate DBD di

Puskesmas Kelurahan

Cempaka baru

37.714 8 10 18

46

user, 05/08/15,
Kok score sama? Bisa dibuat kategori score 4 – 5 macam, Misal lintas sektor yg bagus, kurang bagus... atu yg lainnya
Page 47: BAB I-5.doc

2 Incidence Rate DBD di

Puskesma Kelurahan Harapan

mulya

26.889 6 10 16

3 Incidence Rate DBD di

puskesmas Kelurahan

Serdang

34576 7 10 17

4 Incidence Rate DBD di

puskesmas Kelurahan Utan

panjang

33.889 7 10 17

5 Incidence Rate DBD di

puskesmas Kelurahan Kebon

kosong

31.341 7 10 17

6 Incidence Rate DBD di

puskesmas Kelurahan gunung

sahari

23.115 5 10 15

2.1.2.4. Feasibility

Feasibility merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai seberapa

mungkin suatu masalah dapat diselesaikan. Pada dasarnya, kriteria ini adalah

kriteria kualitatif, oleh karena itu perlu dibuat parameter kuantitatif sehingga

penilaian terhadap kriteria ini menjadi obyektif.

Adapun parameter yang digunakan untuk menilai apakah suatu masalah

dapat diselesaikan meliputi :

1. Rasio tenaga kesehatan Puskesmas terhadap jumlah penduduk Semakin

banyak jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk, maka

kemungkinan suatu permasalahan terselesaikan akan semakin besar. Oleh

karena itu, dilakukan penghitungan rasio tenaga kesehatan di setiap

Puskesmas kelurahan terhadap jumlah penduduk yang menjadi sasaran

program kesehatan di masing – masing wilayah Puskesmas. Katagori tenaga

kerja dinilai berdasarkan ratio jumlah tenaga kerja dengan jumlah penduduk

47

Page 48: BAB I-5.doc

semakin banyak jumlah tenaga medis maka akan semakin ideal. Semakin

sedikit jumlah tenaga medis, semakin besar masalah yang dapat timbul.

Tabel 2.1 Penentuan Score Feasibility berdasarkan Rasio Tenaga Kerja

Puskesmas terhadap Jumlah Penduduk

No Range Score

1 1 : 1 – 1 : 500 1

2 1 : 500 – 1 : 1000 2

3 1 : 1000 – 1 : 1500 3

4 1 : 1500 – 1 : 2000 4

5 1 : 2500 – 1 : 3000 5

6 1 : 3500 – 1 : 4000 6

7 1 : 4500 – 1 : 5000 7

8 1 : 5000 – 1 : 5500 8

9 1 : 5500 – 1 : 6000 9

10 1 : 6500 – 1 : 7000 10

Tabel 2.8 Scoring Rasio tenaga medis P2B2 dengan jumlah penduduk

No Kelurahan

Jumlah

tenaga

kerja

Jumlah

pendudukPerbandingan Score

1 Cempaka baru 15 37.714 1 : 2514 5

2 Harapan mulya 7 26.889 1 : 3841 6

3 Serdang 6 34.576 1 : 5762 9

4 Utan panjang 6 33.889 1 : 5648 9

5 Kebon kosong 6 31.341 1 : 5223 8

6 Gunung sahari 5 23.115 1 : 4623 7

48

Page 49: BAB I-5.doc

2. Ketersediaan fasilitas (material), fasilitas juga merupakan hal yang dibutuhkan

untuk menjalankan suatu kegiatan dan menyelesaikan suatu masalah dan

cakupan kegiatan tersebut. Namun, fasillitas yang dibutuhkan oleh setiap

kegiatan berbeda-beda. Oleh karena itu, dibuatkan kategori untuk fasilitas

yang dibutuhkan oleh kegiatan-kegiatan tersebut. Kategori fasilitas

digolongkan menjadi dua yaitu ketersediaan obat dan ketersediaan alat.

Penilaian berdasarkan ada dalam jumlah mencukupi dan tidak ada sama sekali.

Digolongkan cukup bila dari kegiatan pelaksanaan program tidak ada masalah

yaitu selalu tersedia dan diberi nilai satu. Dan tidak ada bila tidak tersedia dan

diberi nilai dua.

Tabel 2.9 Scoring Ketersediaan Fasilitas Terhadap Kegiatan

Di Puskesmas Kecamatan Kemayoran Periode Januari-maret 2015

No Kategori Ketersediaan Score

1 Obat Tidak ada 2

Ada 1

2 Alat Tidak ada 2

Ada 1

3. Ketersediaan dana, Scoring ketersediaan dana terhadap setiap kegiatan

Puskesmas penilaian dibagi dua yaitu “Ada” dan “tidak ada”. Penilaian

berdasarkan wawancara dengan pemegang program dan kepala Puskesmas

tekait.

Tabel 2.10 Scoring Ketersediaan Dana Terhadap Kegiatan

Di Puskesmas Kecamatan Kemayoran Periode Januari-maret 2015

No Dana Score

1 Ada 1

49

Page 50: BAB I-5.doc

2 Tidak ada 2

Tabel 2.11 Penentuaan Score Feasibility Terhadap Kegiatan

di Puskesmas Kecamatan Kemayorah Periode Januari-maret 2015

No MASALAH SDMFASILITAS

DANA JUMLAHObat Alat

1 Incidence Rate DBD di

Puskesmas Kelurahan

Cempaka baru

5 1 1 1 8

2 Incidence Rate DBD di

Puskesmas Kelurahan

Harapan mulya

6 1 1 1 9

3 Incidence Rate DBD di

Puskesmas Kelurahan

Serdang

9 1 1 1 12

4 Incidence Rate DBD di

Puskesmas Kelurahan

Utan panjang

9 1 1 1 12

5 Incidence Rate DBD di

Puskesmas Kelurahan

Kebon kosong

8 1 1 1 11

6 Incidence Rate DBD di

Puskesmas Kelurahan

gunung sahari

7 1 1 1 10

2.1.2.5. Policy

50

user, 05/08/15,
Kok juga sama ya?
user, 05/08/15,
Idem ????
Page 51: BAB I-5.doc

Untuk dapat diselesaikan, aspek lain yang harus dipertimbangkan dari suatu

masalah kesehatan adalah apakah pemerintah memiliki concern terhadap masalah

tersebut. Parameter yang digunakan untuk menilai seberapa concern pemerintah

adalah kebijakan pemerintah yang concern terhadap permasalahan tersebut, serta

apakah masalah tersebut terpublikasi di berbagai media.

Parameter tersebut diberikan nilai berdasarkan parameter yang paling

mungkin sampai ke masyarakat. Publikasi suatu isu kesehatan di media cetak

memiliki jangkauan yang lebih luas dibandingkan dengan penyuluhan. Maka skor

untuk Penyuluhan diberikan 1. Sedangkan untuk iklan di media cetak diberikan

nilai 3. Begitupun dengan media elektronik yang memiliki jangkauan yang lebih

luas dibandingkan dengan media cetak. Maka untuk adanya publikasi masalah

kesehatan tersebut di media elektronik diberikan nilai 5.

Tabel 2.12 Penentuan Nilai Policy Terhadap Kegiatan

Di Puskesmas Kecamatan Kemayoran Periode Januari-maret 2015

No. Parameter Score

1 Penyuluhan 1

2 Media Cetak

(Poster, Majalah, Koran)

3

3 Media Elektronik

(TV, radio, internet)

5

Tabel 2.13 Penentuan Score Policy Terhadap Kegiatan

Di Puskesmas Kecamatan Kemayoran Periode Januari-maret 2015

N

oMasalah

Penyuluha

n

Iklan

Medi

a

Cetak

Iklan

Media

Elektroni

k

Jumlah

1 Incidence Rate

DBD di

Puskesmas

1 3 0 4

51

user, 05/08/15,
Idem???
Page 52: BAB I-5.doc

Kelurahan

Cempaka baru

2 Incidence Rate

DBD di

Puskesmas

Kelurahan

Harapan mulya

1 3 0 4

3 Incidence Rate

DBD di

Puskesmas

Kelurahan

Serdang

1 3 0 4

4 Incidence Rate

DBD di

Puskesmas

Kelurahan Utan

panjang

1 3 0 4

5 Incidence Rate

DBD di

Puskesmas

Kelurahan Kebon

kosong

1 3 0 4

6 Incidence Rate

DBD di

Puskesmas

Kelurahan

gunung sahari

1 3 0 4

52

Page 53: BAB I-5.doc

Tabel 2.14 Penentuan Masalah Menurut Metode MCUA di Puskesmas Kecamatan kemayoran Emergensi Periode Januari-maret

2015

N

oKriteria

Bobo

t

MS-1 MS-2 MS-3 MS-4 MS-5 MS-6

N BN N BN N BN N BN N BN N BN

1 Emergency 5 7 35 6 30 5 15 3 15 6 30 7 35

2 Greatest Member 4 9 36 6 24 5 20 5 20 7 28 7 28

3 Expanding Scope 31

854 16 48 17 51 17 51 17 51 15 45

4 Feasibility 2 8 16 9 18 12 24 12 24 11 22 10 20

5 Policy 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

JUMLAH 145 124 114 114 135 133

Keterangan :

1. MS-1: Incidence Rate DBD di Kelurahan Cempaka baru I

2. MS-2: Incidence Rate DBD di Kelurahan Harapan mulya I

3. MS-3: Incidence Rate DBD di Kelurahan Serdang II

4. MS-4: Incidence Rate DBD di Kelurahan Utan panjang

5. MS-5: Incidence Rate DBD di Kelurahan kebon kosong

6. MS-6: Incidence Rate DBD di Kelurahan gunung sahari

7. N: Score.

53

Page 54: BAB I-5.doc

8. BN: Bobot x score.

54

Page 55: BAB I-5.doc

87

Page 56: BAB I-5.doc

88

Page 57: BAB I-5.doc

2.2. Menentukan Kemungkinan Penyebab Masalah

Setelah dilakukan penetapan prioritas terhadap masalah yang ada,

selanjutnya ditentukan kemungkinan penyebab masalah untuk mendapatkan

penyelesaian masalah yang ada terlebih dahulu. Pada tahap ini dicari apa yang

menjadi akar permasalahan dari setiap masalah yang telah diprioritaskan. Pada

tahap ini, digunakan diagram sebab akibat yang disebut juga dengan diagram

tulang ikan (fishbone diagram / Ishikawa). Dengan memanfaatkan

pengetahuan dan dibantu dengan data Puskesmas yang tersedia dapat disusun

berbagai penyebab masalah secara teoritis.

Penyebab masalah dapat timbul dari bagian input maupun proses. Input

yaitu sumber daya atau masukan yang diperlukan oleh suatu sistem. Sumber

daya system adalah: (Azwar Azrul, 1996).

1. Man : Sumber daya manusia.

2. Money : Dana.

3. Material : Sarana.

4. Method : Cara.

Proses adalah semua kegiatan sistem untuk mengubah input menjadi

output. Pada proses, menurut George R. Terry, terdiridari:

1. Planning (perencanaan):

Sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi, sampai

dengan menetapkan alternatif kegiatan untuk mencapainya.

2. Organizing (pengorganisasian):

Rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber daya

(potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkannya secara efisien

untuk mencapai tujuan organisasi.

3. Actuating (penggerak pelaksanaan):

Proses bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja secara optimal

menjalankan tugas-tugas pokoknya sesuai dengan keterampilan yang telah

dimiliki, dan dukungan sumber daya yang tersedia.

4. Controlling (monitoring):

Proses untuk mengamati secara terus-menerus pelaksanaan kegiatan sesuai

dengan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi jika

terjadi penyimpangan.

89

Page 58: BAB I-5.doc

Berdasarkan perhitungan tabel MCUA tujuh masalah di atas diambil dua

sebagai prioritas masalah hasil diskusi, argumentasi dan justifikasi karena

keterbatasan sumberdaya, tenaga, waktu dan dana, yaitu :

1. Incidence Rate DBD di Puskesmas Kelurahan Cempaka Baru 1 pada

bulan Januari - Maret 2015 sebesar 34,4 / 100.000 ,tidak mencapai target

yaitu <13/100.000

2. Incidence Rate DBD di Puskesmas Kelurahan Kebon Kosong pada

bulan Januari – Maret 2015 sebesar 28,7 / 100.000, tidak mencapai target

yaitu <13/100.000.

2.3.1. Incidence Rate DBD di Kelurahan Cempaka Baru

Incidence Rate DBD di Puskesmas Kelurahan Cempaka Baru 1 pada bulan

Januari - Maret 2015 sebesar 34,4/100.000 ,tidak mencapai target yaitu< 13/100.000

dari diagram Fishbone ditemukan sembilan akar penyebab masalah.

Akar penyebab masalah yang ditemukan dari input adalah:

1. Aturan pemerintah Propinsi DKI Jakarta ( man )

2. Masih banyak program lain yang menjadi prioritas ( money )

3. Biaya yang ditetapkan pertahun tidak dapat mencukupi ( material )

4. Kurangnya petugas di puskesmas kelurahan (methode)

Akar penyebab masalah yang ditemukan dari process adalah:

1. Kader menganggap briefing yang dilakukan tidak penting (planning)

2. Petugas sebatas menjalankan program tanpa peduli pelaksanaan sudah

dijalankan dengan benar atau belum (organizing)

3. Petugas tidak memprioritaskan kegiatan PSN (actuating)

4. Kurangnya petugas di Puskesmas Kelurahan (controlling)

5. Keterbatasan sumber daya yang ada untuk sosialisasi kepada masyarakat

(environment)

Dari Sembilan akar penyebab masalah di atas dipilih empat akar penyebab masalah

yang paling dominan, yang didapatkan berdasarkan hasil diskusi dan justifikasi:

1. Masih banyak program lain yang menjadi prioritas ( money )

2. Kurangnya petugas di puskesmas kelurahan (method )

3. Biaya yang ditetapkan pertahun tidak dapat mencukupi ( material )

90

Page 59: BAB I-5.doc

4. Keterbatasan sumber daya yang ada untuk sosialisasi kepada masyarakat

(environment)

2.3.2 Incidence Rate DBD di Kelurahan Kebon Kosong

Incidence Rate DBD di Puskesmas Kelurahan Kebon Kosong pada bulan

Januari – Maret 2015 sebesar 28,7/100.000, tidak mencapai target yaitu

<13/100.000, dari diagram Fishbone ditemukan sembilan akar penyebab masalah.

Akar penyebab masalah yang ditemukan dari input adalah:

1. Sebagian besar warga bekerja (man)

2. Program dbd bukan merupakan prioritas utama puskesmas (money)

3. Kurangnya rasa tangung jawab pada masing- masing petugas (material)

4. Ketentuan yang ditetapkan puskesmas (method)

Akar penyebab masalah yang ditemukan dari process adalah:

1. Petugas menganggap briefing tidak penting (planning)

2. Sebagian besar warga bekerja (organizing)

3. Sebagian besar warga bekerja (actuating)

4. Warga tidak peduli terhadap kasus dbd (controlling)

5. Sebagian besar warga bekerja (environment).

Dari sembilan akar penyebab masalah di atas dipilih empat akar penyebab

masalah yang paling dominan, yang didapatkan berdasarkan hasil diskusi dan

justifikasi:

1. Sebagian besar warga bekerja (man)

2. Program dbd bukan merupakan prioritas utama puskesmas(money)

3. Ketentuan yang ditetapkan puskesmas (method)

4. Warga tidak peduli terhadap kasus dbd (controlling)

91

Page 60: BAB I-5.doc

BAB III

MENETAPKAN ALTERNATIF CARA PEMECAHAN MASALAH

Setelah menentukan penyebab masalah yang paling dominan, untuk

mengurangi atau bahkan menghilangkan akar penyebab masalah yang paling

dominan tersebut maka ditentukan beberapa alternative pemecahan masalah.

Penetapan alternative pemecahan masalah menggunakan metode MCUA (Multiple

Criteria Utility Assesment), yaitu dengan memberikan skoring 1-3 pada bobot

berdasarkan hasil diskusi, argumentasi dan justifikasi kelompok. Selanjutnya kepada

setiap masalah diberikan nilai dari kolom kiri ke kanan sehingga hasil yang

didapatkan merupakan perkalian antara bobot kriteria dengan skor dari setiap

alternative masalah dan dijumlahkan tiap baris menurut setiap kriteria berdasarkan

masing–masing alternative masalah tersebut.

Kriteria dalam penetapan alternative masalah yang terbaik adalah :

1. Mudah dilaksanakan.

Diberi nilai 1-3, di mana nilai 3 merupakan masalah yang paling mudah

dilaksanakan dan nilai 1 adalah masalah yang paling sulit dilaksanakan.

2. Murah biayanya.

Diberi nilai 1-3, di mana nilai 3 merupakan masalah yang paling murah

biaya pelaksanaannya dan nilai 1 adalah masalah yang paling mahal biaya

pelaksanaannya.

3. Waktu penerapan sampai masalah terpecahkan tidak lama.

Diberi nilai 1-3, di mana nilai 3 adalah masalah yang paling dapat

diselesaikan dengan cepat dan nilai 1 adalah masalah yang memerlukan

waktu paling lama dalam penyelesaiannya.

4. Ketersediaan sumber daya.

Diberi nilai 1-3, di mana nilai 3 merupakan ketersediaan sumber daya yang

mencukupi dan nilai 1 merupakan ketersediaan sumber daya yang sangat

kurang.

92

Page 61: BAB I-5.doc

3.1. Alternatif pemecahan masalah Incidence Rate DBD di Kelurahan

Cempaka Baru pada bulan Januari-Maret 2015

Dari empat akar penyebab masalah yang paling dominan ditetapkan alternative

masalah sebagai berikut :

1. Menentukan satu program yang menjadi prioritas utama (material)

2. Menambah jumlah petugas di puskesmas kelurahan (method)

3. Penetapan biaya pertahun ditinggikan sesuai kebutuhan (money)

4. Menggunakan sumber daya yang ada untuk sosialisasi kepada masyarakat

(environment)

Tabel 3.1. MCUA Alternatif Pemecahan Masalah IR

di Wilayah Kelurahan Sumur batu PeriodeJanuari-Maret 2015

No Parameter BobotAL-1 AL-2 AL-3 AL-4

N BN N BN N BN N BN

1 Mudah dilaksanakan 4 1 4 2 8 1 4 1 4

2 Murah biayanya 3 2 6 1 3 2 6 2 6

3 Waktu penerapan tidak lama 2 1 2 1 2 2 4 1 2

4 Ketersediaan sumber daya 1 3 3 1 1 2 2 3 3

Jumlah 15 14 16 15

Keterangan :

AL 1 : Menambah jumlah petugas

AL 2 : Memberikanalat PSN yang berkualitas

AL 3 : Menjelaskan pentingnya membuat prosedur secara tertulis

AL 4 : Menjadikan kegiatan PSN sebagai prioritas kader

Dari hasil penetapan alternative pemecahan masalah dengan menggunakan

metode MCUA, berdasarkan peringkat didapatkan hasil sebagai berikut:

1. Menjelaskan pentingnya membuat prosedur secara tertulis

2. Menambah jumlah petugas

3. Menjelaskanpentingnyamembuatprosedursecaratertulis

4. Menjadikan kegiatan PSN sebagai prioritas kader

93

Page 62: BAB I-5.doc

3.2. Alternatif pemecahan masalah Incidence Rate DBD di Kelurahan Kebon

Kosong pada bulan Januari-Maret 2015

Dari empat akar penyebab masalah yang paling dominan ditetapkan alternative

masalah sebagai berikut :

1. Mensosialisasikan kepada warga agar mambantu terlaksana PSN (man)

2. Menetapkan program DBD sebagai program utama puskesmas (money)

3. Puskesmas mensosialisasikan jadwal PSN (method)

4. Edukasi kepada warga tentang bahaya DBD (controlling)

Tabel 3.2. MCUA Alternatif Pemecahan MasalahIR

di Wilayah Kelurahan Kebon Kosong PeriodeJanuari-Desember 2014

No Parameter BobotAL-1 AL-2 AL-3 AL-4

N BN N BN N BN N BN

1 Mudah dilaksanakan 4 1 4 2 8 1 4 1 4

2 Murah biayanya 3 1 3 2 6 2 6 2 6

3 Waktu penerapan tidak lama 2 1 2 2 4 2 4 1 2

4 Ketersediaan sumber daya 1 3 3 2 2 2 2 3 3

Jumlah 12 20 16 15

Keterangan :

AL 1 : Mensosialisasikan kepada warga agar mambantu terlaksana PSN (man)

AL 2 : Menetapkan program DBD sebagai program utama puskesmas

AL 3 : Puskesmas mensosialisasikan jadwal PSN

AL 4: Edukasi kepada warga tentang bahaya DBD (controlling)

Dari hasil penetapan alternative pemecahan masalah dengan menggunakan

metode MCUA, berdasarkan peringkat didapatkan hasil sebagai berikut:

1. Menetapkan program DBD sebagai program utama puskesmas

2. Puskesmas mensosialisasikan jadwal PSN

3. Edukasi kepada warga tentang bahaya DBD

4. Mensosialisasikan kepadawarga agar mambantu terlaksana PSN

94

Page 63: BAB I-5.doc

Dari hasil penetapan alternative pemecahan masalah dengan menggunakan

metode MCUA, berdasarkan peringkat didapatkan hasil sebagai berikut:

1. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya

pencegahan penyakit DBD dibandingkan dengan pengobatan.

2. Meningkatkan kerjasama dan memperbaiki komunikasi antara kader, petugas

kesehatan dan petugas sector lainnya.

3. Merekrut kader baru dengan usia yang lebih muda dan lebih kompeten

sehingga program dapat berjalan dengan lancar.

4. Membuat inovasi baru terkait program PSN dari petugas kesehatan untuk

menarik perhatian masyarakat.

95

Page 64: BAB I-5.doc

BAB IV

RENCANA DAN PELAKSANAAN PEMECAHAN MASALAH

4.1. Menyusun Rencana Pemecahan Masalah

Setelah ditemukannya alternatif pemecahan masalah maka disusun

rencana pemecahan masalah. Dalam tahap ini, diharapkan dapat mengambil

keputusan-keputusan untuk memecahkan akar masalah yang dianggap paling

dominan. Perencanaan adalah upaya menyusun berbagai keputusan yang

bersifat pokok yang di pandang paling penting dan akan dilakukan menurut

urutannya guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berikut ini adalah tabel

yang menjelaskan rencana memecahkan masalah.

96

Page 65: BAB I-5.doc

Tabel 4.1. Rencana Usulan Kegiatan Menurunkan Incidence Rate DBD di Wilayah Kelurahan Cempaka Baru

NO KEPUTUSAN RENCANA KEGIATAN TARGET

VOLUME

KEGIATA

N

BIAYA

1. Menjelaskan

pentingnya membuat

prosedur secara

tertulis

1. Mengajukan pemohonan dari

pihak Puskesmas Kecamatan

ke Suku Dinas Jakarta Pusat

mengenai prosedur tertulis

kegiatan PSN yang dilakukan

di tingkat Kelurahan yang

ada di masing-masing

Kecamatan

1. Adanya prosedur

mengenai PSN

yang tertulis dan

tersebar sampai ke

tingkat Kelurahan.

2. Prosedur

permohonan

sampai ke Suku

Dinas Jakarta

Pusat dan isi

tersampaikan

dengan baik

1x/tahun

1x/tahun

87

Page 66: BAB I-5.doc

2 Menambah jumlah

petugas

1. Mengajukan permohonan

penambahan petugas di

Puskesmas Kelurahan

kepada Puskesmas

Kecamatan

2. Mengadakan pemilihan

untuk petugas baru yang

berkompeten

3. Membuka lowongan

pekerjaan dan tes

penerimaan tenaga honorer

1. Bertambahnya

petugas di

puskesmas

kelurahan yang ada

2. Agar petugas

melaksanakan

tugas sesuai

dengan program

3. Penilaian sesuai

dengan yang

dibutuhkan.

1x/ tahun

1x/ tahun

1x/ tahun

88

Page 67: BAB I-5.doc

3.

4.

Memberikan alat

PSN yang berkualitas

Menjadikan kegiatan

PSN sebagai prioritas

kader

Melakukan pendataan

alat-alat PSN yang

diberikan oleh Puskesmas

setelah kegiatan PSN

Memberikan alat-alat

yang lebih berkualitas

untuk kegiatan PSN

Mengapresiasikan tugas

yang kader lakukan

dalam kegiatan PSN

dengan memberikan

insentif lebih kepada

kader

Terdapat data

yang lengkap

mengenai alat-alat

yang digunakan

dalam PSN

Terdapat alat-alat

yang lebih

berkualitas dalam

kegiatan PSN

Kader

mendapatkan

insentif yang

sesuai dengan

kerja mereka

1x/ bulan

1x/ tahun

1x/ bulan

89

Page 68: BAB I-5.doc

Memberikan kebebasan

kepada kader mengenai

waktu pelaksanaan

kegiatan PSN terkait

kepentingan masing-

masing kader

Pembagian tugas untuk

kegiatan PSN agar

berjalan dengan lancar

Kader

melaksanakan

kegiatan PSN

secara efektif

karena tidak

mengganggu

aktivitas sehari-

hari

Agar pelaksanaan

kegiatan PSN

terselesaikan secara

menyeluruh untuk

memeriksakan tempat

perkembangbiakan

jentik

4x/ bulan

1x/ bulan

Tabel 4.2. Rencana Usulan Kegiatan Menurunkan Incidence Rate DBD di Wilayah Kelurahan Kebon Kosong

90

Page 69: BAB I-5.doc

NO KEPUTUSAN RENCANA KEGIATAN TARGETVOLUME

KEGIATANBIAYA

1. Menetapkan

program DBD

sebagai program

utama puskesmas

Mengajukan permohonan

kepada puskesmas kecamatan

agar program DBD lebih

diprioritaskan dan biaya

anggarannya lebih jelas

Mengadakan pertemuan rutin

secara berkala yang

diperuntukkan bagi petugas

Agar terbentuknya

program DBD yang

tertata dengan jelas

Terbentuknya

komunikasi antar

petugas agar

pendistribusian dan

program DBD berjalan

dengan baik

1x/tahun

1x/bulan

2 Puskesmas

mensosialisasikan

jadwal PSN

Melaksanakan kegiatan PSN

setiap satu kali dalam

seminggu

Agar kegiatan PSN

sesuai dengan target

4x/ bulan

91

Page 70: BAB I-5.doc

3.

4.

Edukasi kepada

warga tentang

bahaya DBD

Mensosialisasikan

kepada warga agar

mambantu

terlaksana PSN

Petugas mengadakan penyuluhan

mengenai pentingnya

pencegahan DBD

Melaksanakan kegiatan cara

pencegahan DBD

Mengajak warga agar perduli

pada kegiatan PSN dan perduli

pada kebersihan lingkungan

sekitar

Warga antisipasi

tentang bahaya DBD

Agar warga mengetahui

cara pencegahan DBD

Pelaksanakan kegiatan

PSN berjalan secara

efektif

1x/ bulan

1x/ bulan

1x/ bulan

92

Page 71: BAB I-5.doc

Rencana Pelaksanaan Pemecahan Masalah

Setelah menyusun rencana pemecahan masalah, maka akan dilakukan rencana pelaksanaan pemecahan masalah yang disusun

berdasarkan rencana usulan kegiatan. Perencanaan pelaksanaan pemecahan masalah disajikan dalam bentuk tabel gan chart berikut

ini:

Tabel 4.3. Rencana pelaksanaan Kegiatan Menurunkan Incidence Rate DBD di Wilayah Kelurahan Cempaka Baru

No

.Kegiatan

Bulan

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Septembe Oktober Novembe Desembe

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Mengajukan

pemohonan dari

pihak Puskesmas

Kecamatan ke

Suku Dinas

Jakarta Pusat

mengenai

prosedur tertulis

kegiatan PSN

X

93

Page 72: BAB I-5.doc

yang dilakukan di

tingkat Kelurahan

yang ada di

masing-masing

Kecamatan

2. Mengajukan

permohonan

penambahan

petugas di

Puskesmas

Kelurahan kepada

Puskesmas

Kecamatan

X

3. Mengadakan

pemilihan untuk

petugas baru yang

X

94

Page 73: BAB I-5.doc

berkompeten

4. Membuka

lowongan

pekerjaan dan tes

penerimaan

tenaga honorer

X

5. Melakukan

pendataan alat-

alat PSN yang

diberikan oleh

Puskesmas

setelah kegiatan

PSN

X X XX

XX

X X

6. Memberikan alat-

alat yang lebih X

95

Page 74: BAB I-5.doc

berkualitas untuk

kegiatan PSN

7. Mengapresiasikan

tugas yang kader

lakukan dalam

kegiatan PSN

dengan

memberikan

insentif lebih

kepada kader

X X XX X

X X X

8. Memberikan

kebebasan kepada

kader mengenai

waktu

pelaksanaan

kegiatan PSN

terkait

X X X X X X X X X X X X

96

Page 75: BAB I-5.doc

kepentingan

masing-masing

kader

X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

9. Pembagian tugas

untuk kegiatan

PSN agar berjalan

dengan lancar

X X XX X X X X

97

Page 76: BAB I-5.doc

Tabel 4.4. Rencana pelaksanaan Kegiatan Menurunkan Incidence Rate DBD di Wilayah Kelurahan Kebon Kosong

No

.Kegiatan

Bulan

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Septembe Oktober Novembe Desembe

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Mengajukan

permohonan

kepada

puskesmas

kecamatan agar

program DBD

lebih

diprioritaskan

dan biaya

anggarannya

lebih jelas

X

98

Page 77: BAB I-5.doc

2. Mengadakan

pertemuan rutin

secara berkala

yang

diperuntukkan

bagi petugas

X X X X X X X X

3. Melaksanakan

kegiatan PSN

setiap satu kali

dalam seminggu X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

4. Petugas

mengadakan

penyuluhan

mengenai

pentingnya

X X X

X X X X X

99

Page 78: BAB I-5.doc

pencegahan DBD

5. Melaksanakan

kegiatan cara

pencegahan DBDX X X

X X X X X

6. Mengajak warga

agar perduli pada

kegiatan PSN dan

perduli pada

kebersihan

lingkungan

sekitar

X X XX X

XX X

100

Page 79: BAB I-5.doc

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Dari tujuh program kesehatan dasar Puskesmas Kecamatan Kemayoran,

didapatkan satu program yang dievaluasi yaitu P2B2 dan didapatkan enam

masalah yang teridentifikasi melewati diskusi dan justifikasi sehingga didapatkan

dua prioritas masalah selama bulan Januari - Maret 2015:

3. Incidence Rate DBD di Puskesmas Kelurahan Cempaka Baru 1

pada bulan Januari - Maret 2015 sebesar 34,4 / 100.000 ,tidak mencapai

target yaitu <13/100.000

4. Incidence Rate DBD di Puskesmas Kelurahan Kebon Kosong pada

bulan Januari – Maret 2015 sebesar 28,7 / 100.000, tidak mencapai target

yaitu <13/100.000.

Setelah mencari kemungkinan penyebab masalah dengan diagram sebab

akibat dari Ishikawa atau fishbone didapatkan akar-akar masalah dari setiap

program di atas, seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Setelah

ditemukan akar-akar masalah setiap program, didapatkan akar penyebab masalah

yang dominan, yaitu :

5.1.1. Akar penyebab masalah dominan dari permasalahan Incidence Rate

DBD di Puskesmas Kelurahan Cempaka Baru 1 pada bulan Januari -

Maret 2015 sebesar 34,4 / 100.000 ,tidak mencapai target yaitu

<13/100.000

1. Masih banyak program lain yang menjadi prioritas ( money )

2. Kurangnya petugas di puskesmas kelurahan (method )

3. Biaya yang ditetapkan pertahun tidak dapat mencukupi ( material )

4. Keterbatasan sumber daya yang ada untuk sosialisasi kepada masyarakat

(environment)

101

Page 80: BAB I-5.doc

5.1.2. Akar penyebab masalah dominan dari permasalahan Incidence Rate

DBD di Puskesmas Kelurahan Kebon Kosong pada bulan Januari –

Maret 2015 sebesar 28,7 / 100.000, tidak mencapai target yaitu

<13/100.000.

1. Sebagian besar warga bekerja (man)

2. Program dbd bukan merupakan prioritas utama puskesmas(money)

3. Ketentuan yang ditetapkan puskesmas (method)

4. Warga tidak peduli terhadap kasus dbd (controlling)

5.2. Saran

Berdasarkan permasalahan program kesehatan dasar tersebut ada beberapa

hal yang disarankan atau direkomendasikan kepada Kepala Puskesmas Kecamatan

Kemayoran sebagai berikut:

5.2.1. Alternatif Pemecahan Masalah Incidence Rate DBD di Puskesmas

Kelurahan Cempaka Baru pada bulan Januari – Maret 2015

1. Menjelaskan pentingnya membuat prosedur secara tertulis

a. Mengajukan pemohonan dari pihak Puskesmas Kecamatan ke Suku

Dinas Jakarta Pusat mengenai prosedur tertulis kegiatan PSN yang

dilakukan di tingkat Kelurahan yang ada di masing-masing Kecamatan

2. Menambah jumlah petugas

a. Mengajukan permohonan penambahan petugas di Puskesmas

Kelurahan kepada Puskesmas Kecamatan

b. Mengadakan pemilihan untuk petugas baru yang berkompeten

3. Memberikan alat PSN yang berkualitas

a. Melakukan pendataan alat-alat PSN yang diberikan oleh Puskesmas

setelah kegiatan PSN

b. Memberikan alat-alat yang lebih berkualitas untuk kegiatan PSN

4. Menjadikan kegiatan PSN sebagai prioritas kader

a. Mengapresiasikan tugas yang kader lakukan dalam kegiatan PSN dengan

memberikan insentif lebih kepada kader

102

Page 81: BAB I-5.doc

b. Memberikan kebebasan kepada kader mengenai waktu pelaksanaan

kegiatan PSN terkait kepentingan masing-masing kader

c. Pembagian tugas untuk kegiatan PSN agar berjalan dengan lancar

5.2.2. Alternatif Pemecahan Masalah Incidence Rate DBD di Puskesmas

Kelurahan Kebon Kosong pada bulan Januari – Maret 2015

1. Menetapkan program DBD sebagai program utama

puskesmas

a. Mengajukan permohonan kepada puskesmas kecamatan agar program

DBD lebih diprioritaskan dan biaya anggarannya lebih jelas

b. Mengadakan pertemuan rutin secara berkala yang diperuntukkan bagi

petugas

2. Puskesmas mensosialisasikan jadwal PSN

a. Melaksanakan kegiatan PSN setiap satu kali dalam seminggu

3. Edukasi kepada warga tentang bahaya DBD

a. Petugas mengadakan penyuluhan mengenai pentingnya pencegahan DBD

b. Melaksanakan kegiatan cara pencegahan DBD

4. Mensosialisasikan kepada warga agar mambantu

terlaksana PSN

a. Mengajak warga agar perduli pada kegiatan PSN dan perduli pada

kebersihan lingkungan sekitar

103

Page 82: BAB I-5.doc

DAFTAR PUSTAKA

1. Puskesmas Kecamatan Kemayoran, 2015. Laporan Kegiatan Program P2B2

tahun 2015 bulan Januari - Maret. Jakarta. Puskesmas Kecamatan Kemayoran.

2. Anwar, A. 1996. Pengantar Epidemiologi. Jakarta.

3. YARSI, 2015. Modul Kepaniteraan Kedokteran Komunitas dan Kedokteran

Keluarga.

4. Trihono , Arrimes. 2005. Manajemen PuskesmasBerbasis Paradigma Sehat.

Jakarta : Sagung Seto.

104