bab i 4 modalitas

32
BAB I DASAR TEORI 1.1 Lidah sebagai Indera Pengecap Lidah adalah alat indera yang berfungsi untuk merasakan rangsangan rasa dari benda-benda yang masuk ke dalam mulut kita. Lidah sebagai indera pengecap mempunyai taste buds yang meliputi seluruh permukaannya. Taste buds mengandung pori-pori atau dikenal sebagai taste pore yang mengandung mikrovili pembawa sel gustatori yang akan distimuli oleh berbagai cairan kimiawi pada saliva. Mikrovili merupakan reseptor permukaan pengecap rasa. Taste buds mengandung reseptor rasa yaitu asam, asin, manis, pahit, dan umami. Kita dapat menikmati makanan dan minuman karena adanya indra pengecap ini. Bagian lidah yang depan berguna untuk merasakan rasa asin, bagian yang sebelah samping untuk rasa asam, bagian tepi depan berfungsi untuk merasakan rasa manis dan bagian lidah yang belakang untuk rasa pahit. Permukaan lidah juga dapat merasakan panas, dingin, kasar, halus dan nyeri. Dalam bahasa kedokteran, lidah (dan semua yang menyangkut lidah) disebut Lingual. Lidah sebetulnya adalah kumpulan dari banyak otot. Dilihat dari 1

Upload: herlin-sriwahyuni

Post on 04-Jan-2016

37 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

laporan praktikum fisiologi stoma2

TRANSCRIPT

BAB I

DASAR TEORI

1.1 Lidah sebagai Indera Pengecap

Lidah adalah alat indera yang berfungsi untuk merasakan rangsangan rasa

dari benda-benda yang masuk ke dalam mulut kita. Lidah sebagai indera pengecap

mempunyai taste buds yang meliputi seluruh permukaannya. Taste buds

mengandung pori-pori atau dikenal sebagai taste pore yang mengandung

mikrovili pembawa sel gustatori yang akan distimuli oleh berbagai cairan

kimiawi pada saliva. Mikrovili merupakan reseptor permukaan pengecap rasa.

Taste buds mengandung reseptor rasa yaitu asam, asin, manis, pahit, dan

umami. Kita dapat menikmati makanan dan minuman karena adanya indra

pengecap ini. Bagian lidah yang depan berguna untuk merasakan rasa asin, bagian

yang sebelah samping untuk rasa asam, bagian tepi depan berfungsi untuk

merasakan rasa manis dan bagian lidah yang belakang untuk rasa pahit.

Permukaan lidah juga dapat merasakan panas, dingin, kasar, halus dan nyeri.

Dalam bahasa kedokteran, lidah (dan semua yang menyangkut lidah)

disebut Lingual. Lidah sebetulnya adalah kumpulan dari banyak otot. Dilihat dari

ukurannya, otot lidah termasuk otot yang paling kuat pada tubuh kita. Otot-otot ini

memiliki arah yang berbeda-beda, itu sebabnya lidah kita sangat fleksibel dalam

bergerak ke segala arah. Otot lidah ada 2 jenis, otot intrinsik dan ekstrinsik. Otot

intrinsik membuat kita mampu mengubah-ubah bentuk lidah (memanjang,

memendek, membulat), sedangkan otot ekstrinsik lidah membuat lidah dapat

bergerak mengelilingi rongga mulut dan faring.

1.2 Macam-macam Rasa

Menurut definisi yang ada, rasa adalah sensasi yang diterima oleh alat

pencecap kita yang berada di rongga mulut. Rasa ditimbulkan oleh senyawa yang

larut dalam air yang berinteraksi dengan reseptor pada lidah dan indera perasa

1

(trigeminal) pada rongga mulut. Saat ini ada 5 rasa dasar yang dapat dikenali oleh

lidah manusia yaitu manis, pahit, asam, asin dan umami.

Rasa asin. Pada rasa asin, ion sodium (Na+) yang menyentuh ujung apikal

dari sel pencecap melalui saluran ion pada mikrovili akan menimbulkan

rangsangan sensasi rasa asin. Pada dasarnya semua kation dapat

memberikan rasa asin namun ukuran diameter ion akan sangat

menentukan. Semakin besar ukuran garam akan mengubah rasa asin ke

arah pahit, seperti halnya NaCl (0.56 nm) asin sedang MgCl2 (0.85 nm)

cenderung pahit. Rasa asin yang serupa dengan Na+ adalah lithium.

Kalium atau kation monovalen lain juga dapat digunakan untuk

menggantikan sodium sebagai pemberi rasa asin, namun sering terkendala

adanya rasa samping (aftertaste) pahit. Selain kation, beberapa senyawa

peptida juga memiliki rasa asin atau mampu meningkatkan rasa asin

seperti garam Orn-Tau.HCl.

Rasa asam. Pada rasa asam, sensasi asam dipengaruhi oleh konsentrasi

ion (H+) dalam larutan. Namun stimulus senyawa pada saraf pencecap

lebih bergantung pada asam tertitrasi daripada pHnya. Itu sebabnya, tidak

semua produk dengan pH rendah mempunyai rasa asam. Juga asam

organik memberikan kesan rasa asam lebih kuat daripada asam in-organik

terkait dengan pHnya. Rasa asam terutama diberikan oleh garam-garam

organik tak terdisosiasi seperti asam malat, tartarat, asam sitrat, dan

seterusnya. Perlu dipahami bahwa masing-masing asam tidak murni

memberi rasa asam saja, tetapi juga rasa khas pada setiap asamnya seperti

asam sitrat memberikan juga rasa kesat (tart) dan sepat (astringent) khas

seperti pada tanaman sitrus, sementara asam laktat memberi kesan khas

seperti pada yoghurt atau mentega.

Rasa manis. Nampaknya lebih banyak studi yang dilakukan pada rasa

manis sehingga lebih banyak versi mekanisme yang dilaporkan. Teori

tentang senyawa dengan sensasi rasa manis yang banyak diacu adalah

2

Shallenberger-Acree-Kie model yang mendasarkan pada korelasi AH

(donor proton)-B (penerima proton) dengan pusat hidrofobik (gamma atau

X) yang membentuk segitiga dengan jarak tertentu. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa dimerisasi reseptor penting agar senyawa manis

dapat berinteraksi dengan tepat dengan reseptor yang kompleks. Banyak

faktor yang berperan dalam stimuli senyawa pemberi rasa manis, namun

secara ringkas dapat dikatakan bahwa ukuran, sifat geometri, khiralitas dan

karakteristik dari molekul larutan memegang peranan penting dalam

mendeteksi sensasi manis ini. Sensasi manis dapat dihasilkan oleh

berbagai golongan senyawa baik dari kelompol gula, asam amino-peptida-

protein, amida siklis, turunan benzene bahkan kloroform. Tentu saja mutu

kemanisan dari senyawa yang berbeda akan berbeda, termasuk keberadaan

rasa sekunder seperti alkali, metalik, lalu juga intensitas dan spektrum

periode manis yang diberikan. Hal inilah yang menjadi tantangan

tersendiri dalam menggantikan pemanis gula sukrosa dengan kelompok

pemanis yang lain.

Rasa pahit. Sensasi senyawa rasa pahit diperoleh dengan mekanisme yang

mirip dengan rasa manis. Hanya saja jarak antar gugus fungsional menjadi

penentu. Rasa pahit umumnya diasosiasikan dengan kelompok komponen

fenolik dan alkaloid seperti naringin pada grapefruit dan anggur, limonin

pada sitrus, kafein pada kopi, dan sebagainya. Selain itu peptida dengan

berat molekul lebih kecil 6000 atau asam amino hidrofobik dapat juga

memberikan rasa pahit. Senyawa pemberi rasa pahit terkini yang

dilaporkan memiliki rasa pahit yang sangat intens adalah “quinozolate”

dengan ambang batas 0.00025 mmol/kg air (Ottinger dan Hofmann, 2001).

Rasa umami. Pada rasa umami, seperti halnya pada rasa manis dan pahit,

senyawa pemberi sensasi ini akan berperan melalui protein G yang

mengkait pada reseptor dan mengaktifkan pembawa pesan kedua (second

messenger). Senyawa pemberi umami yang paling dikenal dan potensial

adalah L-glutamat, asam amino yang terdapat dalam protein hampir semua

3

produk pangan terutama daging, ikan dan kacang-kacangan. Asam

glutamat bebas secara alami terdapat dalam sumber pangan hewani,

produk laut, sayur dan beberapa buah seperti tomat serta juga pada keju.

Fenomena ini dapat menjadi alasan mengapa pada studi sensasi secara

genetik terlihat bahwa hewan mampu juga merasakan sensasi ini.

1.3 Sensasi Rasa di Rongga Mulut

Tiap kuncup pengecap tersusun dari sel-sel yang memiliki rambut berukuran

mikro yang sensitif, disebut mikrovilli. Rambut-rambut super mini ini pada saat

berkontak dengan makanan akan mengirimkan pesan ke otak, lalu otak akan

menerjemahkan sinyal yang diberikan tersebut dan menentukan rasa dari makanan

yang kita makan. Sel reseptor pengecapan adalah kemoreseptor yang berespon

terhadap bahan-bahan yang larut dalam cairan mulut yang membasahi resptor-

reseptor tersebut. Reseptor pengecap (Sekunder) dikumpulkan bersama taste bud,

terutama lidah dan palatum. Bahan-bahan ini bekerja pada mikrovilli yang ada di

pori-pori pengecap untuk mencetuskan potensialgenerator di sel reseptor yang

menimbulkan potensial aksi neuron sensorik.

Impuls pengecapan melintasi saraf otak ketujuh, kesembilan dan kesepuluh

menuju otak, tempat berakhir di dalam traktus solitaries. Isyarat mula-mula ke

thalamus dan kemudian ke area operculum-insulaparietal korteks serebri. Area ini

terletak pada pinggir lateral garis post sentralis dalam fisura Sylvii yang erat

hubungannya dengan tertindihnya daerah lidah area somatik 1. Ada beberapa hal

yang dapat membuat reseptor kuncup pengecap menjadi kurang sensitif. Bila kita

mengemut es batu sebelum makan, dinginnya es dapat membuat kuncup pengecap

menjadi kurang sensitif. Begitu juga kalau lidah kita terkena makanan yang terlalu

panas, dapat menyebabkan ‘tongue burning’ dan biasanya baru akan pulih dalam

1-2 hari. Lidah yang kebersihannya tidak terjaga juga dapat menyebabkan

kesensitifan lidah berkurang, karena banyaknya plak yang terkumpul di

permukaan lidah. Selain itu, produksi air liur yang berkurang dan menyebabkan

keadaan mulut kering (xerostomia) juga membuat lidah tidak bekerja maksimal.

4

BAB II

HASIL PERCOBAAN DAN JAWABAN PERTANYAAN

2.1 Hasil Percobaan

2.1.1 Pengenalan Bentuk Berbagai Benda di Rongga Mulut dan Area Wajah

No Bentuk Ukuran Waktu Keterangan

1 Oval Sedang 2 detik Benar

2 Kotak Kecil 4 detik Salah

3 Oval Besar 2 detik Benar

4 Oval Sedang 2 detik Benar

5 Segitiga Sedang 2 detik Benar

6 Kotak Kecil 3 detik Benar

7 Segitiga Sedang 1 detik Benar

2.1.2 Two Point Discrimination di Rongga Mulut dan Area Wajah

No Bagian Jarak 1 mm Jarak 2 mm Jarak 3 mm

1 Lidah bagian depan √ √ √

2 Lidah bagian kiri - - √

3 Lidah bagian kanan - √ √

4 Lidah bagian dorsal - √ √

5 Lidah bagian posterior √ √ √

6 Palatum - √ √

7 Mukosa pipi - - √

8 Gusi - √ √

9 Bibir atas √ √ √

10 Dahi - - √

11 Hidung √ √ √

12 Telinga - √ √

5

13 Pipi kiri √ √ √

14 Pipi kanan √ √ √

Keterangan : (√) = terdapat respon, (-) = tidak ada respon

2.1.3 Pengenalan Suhu di Rongga Mulut dan Area Wajah

No Daerah Dingin Panas

1 Palatum √ √

2 Mukosa pipi √ -

3 Gusi √ √

4 Bibir atas √ √

5 Bibir bawah √ -

6 Leher √ √

7 Dahi √ √

8 Hidung √ √

9 Telinga - -

10 Pipi kiri √ √

11 Pipi kanan √ √

12 Dagu √ -

13 Ujung lidah √ -

14 Samping lidah √ √

15 Setengah anterior posterior lidah √ -

16 Posterior lidah √ √

Keterangan : (√) = terdapat respon, (-) = tidak ada respon

2.1.4 Persepsi Rasa pada Beberapa Bagian Lidah

No Sampel Rasa Bagian lidah

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Air gula Manis √ √ √ √ √ √ √ √

2 Air garam Asin √ - - √ √ √ - -

6

3 Air merica Pedas √ √ - √ √ √ - -

4Air

masakoUmami

√- -

√- -

√ √

5 Air kina Pahit √ √ √ √ √ √ √ √

6 Cuka Asam √ √ √ √ √ √ - -

Keterangan : (√) = terdapat respon, (-) = tidak ada respon

2.1.5 Rasa Nyeri pada Jaringan Rongga Mulut dan Area Wajah

A. Rangsangan Tekanan

No Daerah Kedalaman tekanan

1 Lidah bagian 1 4 mm

2 Lidah bagian 2 3 mm

3 Lidah bagian 3 4 mm

4 Lidah bagian 4 5 mm

5 Lidah bagian 5 5 mm

6 Lidah bagian 6 5 mm

7 Lidah bagian 7 7 mm

8 Lidah bagian 8 7 mm

9 Mukosa pipi kanan 20 mm

10 Gusi anterior 1 mm

11 Pipi kanan 5 mm

12 Bibir atas 2 mm

13 Dahi 1 mm

14 Leher 3 mm

B. Rangsangan Panas

No Daerah Waktu sampai terasa nyeri (s)

60º 70º 80º 90º

1 Lidah bagian 1 1,5 0,8 0,7 0,2

2 Lidah bagian 2 4 2,6 0,5 0,4

7

3 Lidah bagian 3 2 1,9 1,1 0,9

4 Lidah bagian 4 1,3 1,5 0,3 0,7

5 Lidah bagian 5 1,6 0,9 0,4 0,9

6 Lidah bagian 6 4,8 0,5 0,2 0,3

7 Lidah bagian 7 1,8 1,7 1,4 0,5

8 Lidah bagian 8 3,6 1,2 0,7 0,5

9 Mukosa pipi kanan 2,6 0,8 0,7 0,5

10 Gusi anterior 1,6 0,1 0,3 0,4

11 Pipi kanan 0,8 0,7 0,2 0,3

12 Bibir atas 0,5 0,1 0,1 0,1

13 Dahi 0,3 0,4 0,4 0,5

14 Leher 0,9 0,4 0,4 0,3

C. Rangsangan Dingin

No DaerahWaktu sampai terasa nyeri (s)

20º 10º 5º 0º

1 Lidah bagian 1 3,5 0,3 1,2 0,9

2 Lidah bagian 2 2,3 0,8 0,7 0,3

3 Lidah bagian 3 2,0 1,2 0,8 0,4

4 Lidah bagian 4 1,1 1,9 0,9 0,3

5 Lidah bagian 5 1,9 1,5 1,0 0,6

6 Lidah bagian 6 2,4 0,9 0,9 0,5

7 Lidah bagian 7 2,3 0,8 1,2 0,5

8 Lidah bagian 8 1,8 1,0 0,9 0,6

9 Mukosa pipi kanan 2,3 1,1 1,4 0,7

10 Gusi anterior 1,6 1,8 1,2 1,0

11 Pipi kanan 0,8 1,3 0,8 0,7

12 Bibir atas 0,4 0,2 0,2 0,1

13 Dahi 1,3 0,7 0,3 0,1

8

14 Leher 2,2 0,9 1,1 0,5

2.1.6 Pemeriksaan Vitalitas Gigi

A. Test Vitalitas Gigi Dengan Suhu dingin

No Percobaan Respon yang dihasilkan

1 Insisivus pertama atas Dingin (+++)

2 Molar pertama kanan rahang bawah Dingin (++)

B. Test Vitalitas Gigi Dengan Suhu Panas

No Suhu Percobaan Respon yang dirasakan

1

Suhu kamar

I (I1/M1 kanan RB) -/-

2 II (I1/M1 kanan RB) -/-

3 III (I1/M1 kanan RB) -/-

1

Panas

I (I1/M1 kanan RB) Ngilu(++) / Ngilu (+)

2 II (I1/M1 kanan RB) Ngilu(++) / Ngilu (+)

3 III (I1/M1 kanan RB) Ngilu(++) / Ngilu (+)

Keterangan : (-) = tidak ada respon yang dirasakan

C. Test Vitalitas Gigi Dengan Tekan

No Percobaan Respon yang dirasakan

1 I (I1/M1 kanan RB) Sakit / tidak sakit

2 II (I1/M1 kanan RB) Sakit / tidak sakit

3 III (I1/M1 kanan RB) Sakit / tidak sakit

D. Test Perkusi Gigi dan Palpasi

No PercobaanRespon yang dirasakan

Perkusi Palpasi

1 I (I1) - Kesemutan

2 II (I1) - Kesemutan

3 III (I1) - Kesemutan

Keterangan : (-) = tidak ada respon yang dirasakan

9

2.2 PERTANYAAN DAN JAWABAN

(1) Bagian mulut dan wajah yang mana yang lebih sensitive terhadap pengenalan

bentuk benda ? bagian ujung lidah, bibir atas, hidung, pipi kanan, dan pipi

kiri.

(2) Bagian mulut dan wajah yang lebih sensitive mengenali jarak antar dua

titik ? Jelaskan mengapa ? berdasarkan hasil percobaan didapatkan pada

daerah ujung lidah bagian depan, lidah bagian posterior, bibir atas,

hidung, pipi kanan, dan pipi kiri adalah yang paling sensitive mengenali

jarak 2 titik. Hal ini dikarenakan lapisan terluar dari bagian tersebut tipis

dan dekat dengan daerah persyarafan sehingga tingkat kesensitivannya

lebih tinggi dibanding daerah lain terhadap adanya sentuhan. Khusus

untuk lidah bagian posterior juga lebih sensitive terhadap rangsangan,

karena reflex muntah pun mudah terjadi pada bagian ini.

(3) Bagian lidah mana yang lebih sensitive terhadap suhu ? jelaskan

mengapa ? bagian samping dan lidah bagian posterior peka terhadap

suhu panas maupun suhu dingin. Hal ini dikarenakan pada daerah

samping lidah dan posterior lidah terdapat papila yang lebih banyak

dibandingkan daerah lain. Papila merupakan ujung saraf pengecapan.

Semakin banyak papila di daerah tersebut maka semakin sensitive pula

terhadap adanya suatu rangsangan terutama suhu.

(4) Bagian lidah manakah yang lebih sensitive terhadap nyeri ? jelaskan

mengapa ? berdasarkan percobaan, lidah bagian ujung depan adalah

bagian yang paling sensitive terhadap nyeri. Hal ini dikarenakan lapisan

terluar dari ujung lidah merupakan lapisan tertipis dibandingkan dengan

daerah lidah yang lain. Sehingga apabila ada tekanan yang menimbulkan

rasa nyeri bagian ujung lidah merupakan daerah paling sensitive

terhadap nyeri.

(5) Apakah percobaan anda sesuai dengan teori yang anda peroleh ?

berdasarkan data hasil percobaan yang kami dapatkan cukup sesuai

dengan teori yang sebenarnya.

10

(6) Bagian lidah mana yang lebih sensitive terhadap rasa manis, asin, pahit,

asam, dan umami ? berdasarkan hasil percobaan, ujung lidah adalah

bagian yang paling sensitive terhadap rasa manis. Sedangkan bagian

samping lidah posterior paling sensitive terhadap rasa asin. Untuk rasa

pahit terletak pada posterior lidah dan untuk rasa asam terletak pada

bagian samping lidah anterior. Sedangkan rasa umami terletak pada

ujung lidah.

(7) Mengapa perlu dilakukan test vitalitas gigi ? karena untuk mengetahui

seberapa kuat gigi kita terhadap rangsangan baik rangsangan suhu dan

tekanan. Dan juga untuk mengetahui kondisi gigi dalam keadaan baik

ataupun tidak baik.

(8) Untuk apa test perkusi dan palpasi ? test perkusi dan palpasi bertujuan

untuk mengetahui kondisi gigi dalam keadaan baik ataupun tidak baik.

Selain itu, untuk mengetahui apakah subyek terkena penyakit, salah satu

contohya adalah gingivitis.

11

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengenalan Bentuk Berbagai Benda di Rongga Mulut Dan Area

Wajah

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan lidah dalam

mengenali bentuk benda yang masuk ke dalam rongga mulut dan area wajah.

Pemeriksaan dilakukan pada orang coba berjenis kelamin perempuan. Digunakan

empat buah permen yang berbeda bentuknya.

Pada percobaan pertama, orang coba dapat mengenali bentuk permen oval

berukuran sedang yang diberikan praktikan pada detik ke-2. Namun, pada

percobaan yang kedua, orang coba salah mengenali bentuk permen yang diberikan

yaitu berupa kotak kecil, tetapi orang coba mengenalinya sebagai bentuk segitiga.

Hal ini terjadi pada detik ke-4. Selanjutnya, pada percobaan ketiga, orang coba

dapa mengenali bentuk permen oval yang berukuran besar pada detik ke-2. Pada

percobaan keempat, orang coba pun dapat mengenal bentuk permen oval sedang

pada detik ke-2 dan pada percobaan kelima, orang coba juga berhasil mengenali

bentuk permen segitiga berukuran sedang pada detik ke-2. Sedangkan pada

pengulangan percobaan keenam, orang coba bisa mengenali bentk permen kotak

berukuran kecil dengan waktu 3 detik. Lalu, orang coba pun dapat pula mengenali

bentuk permen segitiga berukuran sedang pada detik ke-1.

Pengenalan bentuk ini dapat mempengaruhi kepekaan rongga mulut,

terutama lidah, untuk mengenali bentuk dan tekstur dari makanan. Pada saat orang

coba tidak bisa mengenali bentuk permen kotak berukuran kecil, bisa disebabkan

karena ukuran permen yang terlalu kecil, atau pada saat pengulangan percobaabn

kedua tersebut, orang coba sedang tidak berkonsentrasi dengan baik. Ukuran dan

tekstur makanan sangat mempengaruhi dalam pengecapan dan pengenalan bentuk

makanan, karena dapat mempermudah taste bud untuk menjalankan tugasnya

sebagai reseptor rasa.

12

3.2 Two Point Discrimination di Rongga Mulut dan Area Wajah

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kesensitifan bagian rongga

mulut dan wajah terhadap reflex sentuhan, dilakukan pemeriksaan two point

discrimination di rongga mulut dan area wajah. Pemeriksaan dilakukan pada

lidah bagian ujung depan, samping kiri dan kanan, dorsal dan posterior, palatum,

mukosa pipi, gusi, bibir atas, dahi, hidung, cuping telinga, dan pipi.

Orang coba disuruh menutup mata, kemudian jangka ukur dengan jarak 1

mm diletakkan pada bagian yang akan diperiksa, orang coba disuruh menyebutkan

berapa titik yang dirasakan ketika jarum ukur ditusukan. Pada pemeriksaan ujung

lidah bagian depan, orang coba bisa merasakan 2 titik pada jarak 1 mm.

Sedangkan pada pemeriksaan ujung lidah depan bagian kiri, orang coba baru bisa

merasakan 2 titik dengan jarak 3 mm. Untuk pemeriksaan ujung lidah depan

bagian kanan dan dorsal, orang coba merasakan 2 titik pada jarak 2 mm. Pada

pemeriksaan lidah bagian posterior, orang coba merasakan 2 titik pada jarak 1

mm, pada pemeriksaan ini orang coba mengalami reflex muntah. Berdasarkan

hasil data pemeriksaan tersebut menunjukkan bahwa bagian ujung lidah bagian

depan dan lidah bagian posterior lebih peka terhadap sentuhan. Hal ini

menjelaskan pula bahwa rangsangan makanan akan mudah di respon pada lidah

bagian depan. Rangsangan lain yang lebih mudah dikenali oleh lidah adalah pada

bagian posterior, dimana refleks muntah dapat mudah terangsang pada bagian ini.

Pemeriksaan selanjutnya, yaitu di bagian palatum. Pada pemeriksaan

palatum, gusi dan cuping telinga, tusukan 2 titik baru terasa pada jarak 2 mm.

Sedangkan pada pemeriksaan mukosa pipi dan dahi orang coba baru bisa

merasakan tusukan 2 titik pada jarak 3 mm. Berbeda dengan pemeriksaan pada

bibir atas, hidung, dan pipi baik sebelah kiri maupun kanan, dimana pada jarak 1

mm langsung terasa sentuhan atau tusukan sebanyak 2 titik. Adapun pada saat

pemeriksaan pada hidung dilakukan pada hidung bagian depan dan lateral, dan

ditemukan orang coba lebih cepat mersepon rasa sakit (tusukan) pada bagian

depan. Berdasarkan data hasil pemeriksaan ini, menunjukkan bahwa bagian

13

hidung dan pipi lebih peka terhadap sentuhan, karena memiliki lapisan epitel lebih

banyak.

3.3 Pengenalan Suhu di Rongga Mulut dan Area Wajah

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengenalan suhu di rongga

mulut dan daerah wajah, dilakukan percobaan dengan meneteskan air dengan suhu

50C dan 800C dengan speaut pada beberapa titik di rongga mulut dan area wajah.

Praktikum pertama dilakukan dengan meneteskan air dengan suhu 50C pada ujung

lidah, samping, dorsal, ½ antero posterior, posterior lidah, palatum, mukosa pipi,

gusi, bibir atas, bibir bawah, leher, dahi, hidung, cuping telinga, pipi kiri dan

kanan, serta dagu. Orang coba merasa dingin pada setiap titik yang ditetesi air

50C. Ketika ditetesi air panas 800C pada bagian ujung lidah orang coba tidak

merasakan panas namun hanya sensasi hangat,pada samping lidah orang coba

tidak sensitive terhadap rasa panas,pada posterior lidah tidak dirasakan panas,pada

bibir bawah orang coba sama sekali tidak merasakan panas, pada hidung orang

coba hanya merasakan sensasi hangat dan pada dagu orang coba sama sekali tidak

merasakan panas. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal diantaranya bagian

tersebut masih merasakan sensasi dingin atau disebabkan karena bagian tersebut

telah terkena tetesan air pada saat penetesan air pada daerah lain sehingga daerah

tersebut telah kebal terhadap sensasi panas yang diberikan.

Serat-serat saraf sensorik dari papil-papil pengecap di dua pertiga anterior

lidah berjalan dengan cabang korda timpani, nervus facialis, dan serat-serat saraf

dari sepertiga posterior lidah mencapai batang otak melalui saraf glossofaringeus.

Nukleus traktus solitaries untuk dapat menyatu ke dalam medulla oblongata harus

bergabung dengan kedua sarafnya. Disana mereka bersinap dengan neuron-neuron

orde kedua yang aksonnya melintasi garis tengah dan bertemu dengan lemnikus

medialis, berakhir di nucleus-nukleus oemancar sensoris spesifik pada thalamus

bersama serat untuk sensasi nyeri dan suhu.

14

3.4 Persepsi Rasa pada Beberapa Bagian Lidah

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui persepsi rasa pada beberapa

bagian lidah dengan menggunakan sampel yaitu, air gula untuk merasakan rasa

manis, cuka untuk merasakan rasa asam, kina untuk merasakan rasa pahit, umami

untuk merasakan rasa gurih, dan merica untuk rasa pedas serta air garam untuk

rasa asin. Berdasarkan percobaan, rasa manis dirasakan orang coba pasa semua

bagian lidah dari nomor 1-8 setelah ditetesi air gula. Namun, daerah yang

dirasakan orang coba paling sensitive adalah pada bagian lidah yang menunjukan

nomor 1 dan sekitarnya (depan). Sedangkan setelah dilakukan penetesan air

garam, orang coba merasakan rasa asin pada bagian lidah yang bernomor 1,4,5

dan 6, orang coba merasakan daerah yang paling sensitive terhadap rasa asin yang

diberikan adalah pada bagian lidah nomor 1 atau ujung lidah.

Selain itu pada penetesan air cuka, orang coba dapat merasakan rasa asam

pada lidah bagian yang bernomor 1-6. Sedangkan pada saat orang coba ditetesi air

kina, orang coba dapat merasakan rasa pahit pada seluruh bagian lidah, namun

daerah yang paling sensitive dan membuat orang coba merasakan sensasi gagging

reflek yaitu pada bagian lidah nomor 4.

Setelah ditetesi air gula, air garam, cuka, dan air kina, orang coba juga

ditetesi air masako (MSG) serta air merica. Dari tetesan air masako (MSG) orang

coba merasakan rasa umami pada bagian lidah nomor 1,4,7 dan 8. Namun orang

coba mengatakan daerah yang sensitive adalah pada ujung lidah. Dan tetesan air

yang terakhir adalah air merica. Orang coba merasakan rasa pedas yang

bercampur pahit pada tetesan air merica ini. Daerah yang sensitive terhadap rasa

ini adalah pada bagian lidah nomor 1,2,4,5 dan 6.

Hal ini menunjukkan bahwa berbagai macam rasa dapat dideteksi oleh

lidah, dengan daerah rasa yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena pada

lidah terdapat reseptor rasa. Reseptor ini peka terhadap stimulus dari berbagai

bahan-bahan yang masuk ke dalam rongga mulut dan terkena oleh lidah itu

sendiri. Reseptor tersebut dapat berupa kuncu-kuncup pengecap.

15

3.5 Rasa Nyeri pada Jaringan Rongga Mulut dan Area Wajah

3.5.1 Rangsangan Tekan

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kedalaman rasa nyeri terhadap

rangsang tekan. Kami melakukan tekanan-tekanan pada daerah lidah yang dibagi

menjadi 8 daerah, mukosa pipi kanan, gusi anterior, bibir atas, pipi kanan, dani,

dan leher. Penekanan di beberapa bagian itu menggunakan sode besar. Yang

diperhatikan dalam praktikum ini adalah orang coba diminta untuk menyebutkan

rasa nyeri apabila bagian dari daerah tekanan sedang ditekanan dengan kuat, dan

harus di catat kedalaman dari tekanan yang dirasakan.

Berdasarkan hasil yang didapatkan, kedalaman yang paling besar adalah

bagian mukosa pipi, hal ini dikarenakan bagian mukosa pipi memiliki sifat yang

lentur sehingga apabila dilakukan tekanan pada daerah itu mukosa pipi akan

mengikuti arah tekanan. Selain itu bagian yang menghasilkan kedalaman tekanan

yang paling sedikit adalah bagian dahi dan bagian gusi anterior hal ini bisa terjadi

karena dahi adalah bagian frontal dari kepala kita yang terbentuk dari tulang

tengkorak yang sangat keras dan kuat, sehingga apabila bagian dahi ditekan tidak

akan tampak kedalaman yang berarti. Begitu pula dengan gusi karena Gusi adalah

bagian mukosa mulut yang menutupi proceccus alveolar rahang dan mengelilingi

leher gigi, sehingga apabila bagian gusi anterior dilakukan penakanan tidak akan

tampak munculnya kedalaman akibat tekanan yang dilakukan.

3.5.2 Rangsangan Panas

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kecepatan respon beberapa

jaringan rongga mulut dan area wajah terhadap rangsangan panas, yaitu dilakukan

dengan mengamati lama waktu timbulnya nyeri pada daerah-daerah lidah, mukosa

pipi kanan, gingiva anterior, pipi kanan,bibir atas dan dahi. Rangsangan panas

tersebut didapatkan dengan merendam sonde besar pada air dengan suhu 60o, 70o,

80o, dan90o.

Berdasarkan hasil yang didapat, diketahui bahwa daerah yang paling cepat

timbulnya rasa nyeri adalah pada daerah bibir atas, hal ini menunjukkan bahwa

bibir atas merupakan daerah yang paling peka terhadap rangsangan. Selain

16

mengetahui bahwa daerah yang paling senditif terhadap rangsangan, didapatkan

pula hasil bahwa semakin tinggi suhu dari rangsangan, maka respon nyeri akan

semakin cepat timbul. Hal ini disebabkan karena suhu tinggi dapat mempercepat

kerja syaraf untuk menyampaikan rangsangan menuju system saraf pusat.

3.5.3 Rangsangan Dingin

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kecepatan respon beberapa

jaringan rongga mulut dan area wajah terhadap rangsangan dingin, yaitu

dilakukan dengan mengamati lama waktu timbulnya nyeri pada 8 daerah lidah,

mukosa pipi kanan, gingiva anterior, pipi kanan, bibir atas dan dahi. Rangsangan

dingin didapatkan dengan merendam sonde besar pada air dengan suhu 0o, 5o, 10o,

dan 20o C.

Berdasarkan hasil yang didapat, diketahui bahwa daerah yang paling cepat

timbulnya rasa nyeria dalah pada daerah bibir atas, dengan suhu terendah yaitu

0oC dalam waktu 0,1 detik. Hal ini menunjukkan bahwa bibir atas merupakan

daerah yang paling peka terhadap rangsangan. Disamping itu berdasarkan data

yang diperoleh semakin rendah suhu dari rangsangan, maka respon nyeri akan

semakin cepat timbul. Jadi selain suhu tinggi, suhu rendah juga dapat

mempercepat kerja syaraf untuk menyampaikan rangsangan menuju system saraf

pusat. Selain itu rasa nyeri pada temperatur rendah secara progresif akan terus

meningkat hingga mencapai waktu satu menit.

3.6 Pemeriksaan Vitalitas Gigi

3.6.1 Test Vitalitas Gigi dengan Suhu Dingin

Pembahasan kali ini akan membahas pemeriksaan vitalitas

pada gigi. Pemeriksaan / tes vitalitas gigi merupakan sebuah

pengujian untuk mengetahui kondisi gigi dan jaringan di sekitar

gigi. Pada percobaan pertama dilakukan tes vitalitas gigi dengan

dengan stimulus dingin. Stimulus dingin dilakukan dengan

membasahi cotton palate dengan chlor ethyl. Kemudian cotton

17

palate di letakkan pada permukaan labial 1/3 insisal insisiv

pertama dan mesio-bukal cusp gigi molar pertama. Hasil dari

percobaan pertama ini menunjukkan respon positif yang

ditunjukkan dengan munculnya sensasi dingin pada bagian yang

diberi cotton palate yang telah dibasahi chlor ethyl. Hal ini dapat

diasumsikan bahwa suplai saraf masih utuh.

3.6.2 Test Vitalitas Gigi dengan Suhu Panas

Pada percobaan kedua dilakukan tes vitalitas gigi dengan

stimulus panas. Stimulus panas dikakukan dengan

menyemprotkan air panas pada permukaan gigi yang di tes

hingga seluruh permukaan terbasahi. Hasil dari percobaan ini

menunjukkan respon positif yang ditunjukkan dengan adanya

sensasi panas (seperti rasa ngilu) baik pada gigi insisiv pertama

maupun molar pertama kanan rahang bawah. Hal ini dapat

diasumsikan bahwa suplai saraf masih utuh.

3.6.3 Test Vitalitas Gigi dengan Tekan

Pada percobaan ketiga dilakukan tes vitalitas gigi dengan

tekan. Percobaan ini dilakukan dengan menekankan handle kaca

mulut pada gigi yang tes. Hasil dari percobaan ini menunjukkan

respon positif (rasa sakit) pada gigi inisisiv pertama dan respon

negatif (tidak ada rasa sakit) pada gigi molar pertama kanan

rahang bawah. Respon positif ini kemungkinan bias terjadi

karena tekanan yang diberikan terlalu kuat sehingga menekan

pembuluh darah disekitar gigi atau bisa juga karena ada

kerusakan jaringan pendukung gigi di sekitar gigi. Respon positif

menunjukkan jaringan pendukung gigi masih sehat.

3.6.4 Test Vitalitas Gigi dengan Test Perkusi

18

Pada percobaan keempat dilakukan tes perkusi dan palpasi

pada gigi. Percobaan ini dilakukan dengan mengetukkan handle

kaca mulut pada gigi insisiv pertama dengan arah vertikal dan

palpasi /perabaan pada gingival gigi insisiv pertama. Hasil dari

percobaan keempat ini menunjukkan respon negatif pada

perkusi. Hasil negatif ini karena orang coba tidak merasakan

nyeri saat dilakukan perkusi, kemungkinan orang coba tidak

mengalami inflamasi periodontal maupun abses pada tulang

alveolarnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa jaringan pendukung

gigi masih sehat. Sedangkan pada palpasi pada gingiva

menunjukkan respon yang dirasa seperti kesemutan. Hal ini

kemungkinan dapat terjadi karena di dalam gingiva terdapat

banyak pembuluh syaraf yang memberikan respon seperti

kesemutan dan pemberian stimulus yang terlalu kuat (tekanan)

pada palpasi juga bisa merupakan salah satu faktor penyebab

lainnya.

19

BAB IV

KESIMPULAN

1. Lidah adalah alat indera yang berfungsi untuk merasakan rangsangan rasa

dari benda-benda yang masuk ke dalam mulut. Rangsangan rasa tersebut

meliputi rasa asin, rasa manis, rasa pahit, rasa asam, dan rasa umami, dimana

daerah kesensitifan setiap rasa adalah berbeda.

2. Lidah juga menerima rangsang lain berupa nyeri, dimana rangsangan ini

diterima oleh reseptor nyeri (nosiseptor) dan meliputi rangsang tekan, panas

dan dingin.

3. Vitalitas gigi dapat berbeda-beda sesuai keadaan yang dipengaruhi oleh suhu

panas, suhu dingin, daya tekan dan palpasi

20

DAFTAR PUSTAKA

Guyton, A.C. & John .E.Hall. 2011. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.

Jakarta : EGC

Hamzah, Zahreni; dkk. 2008. Petunjuk Praktikum Fisiologi Manusia.

Jember : Bag. Biomedik Lab Fisiologi Manusia FKG Universitas

Jember

Walton, Richard E., Torabinejad, Mahmoud. 2003. Prinsip dan Praktek

Ilmu Endodonsia. Jakarta : EGC

21