bab dua rumah tangga dan pemenuhan kebutuhan hidup,...

32
21 Bab Dua Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan, Identitas dan Modal Sosial Pengantar Pembahasan bab ini terfokus untuk mengungkap bebe- rapa perspektif teoritis sebagai titik tolak menjelaskan fenomena dan realitas pedagang kecil (petty traders) sebagai usaha kecil. Beberapa perspektif teoritis yang digunakan sesungguhnya lebih diarahkan untuk memotret objek penelitian, sehingga dapat dipahami sebagai satu kesatuan teoritis. Dalam rangka peneli- tian ini, ada empat konsep yang dipakai masing-masing, peme- nuhan kebutuhan hidup (livelihood), kewirausahaan (enter- prenuership), identitas (identity), konsep tentang modal sosial (social capital). Keempat konsep tersebut merupakan dasar argumentasi untuk menjelaskan kolaborasi dalam kegiatan usaha yang dila- kukan pedagang kecil (petty traders). Kolaborasi dalam pema-

Upload: duongkien

Post on 05-Mar-2019

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab Dua Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/727/3/D_902007002_BAB II.pdf · Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan,

21

Bab Dua

Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan, Identitas dan Modal Sosial Pengantar

Pembahasan bab ini terfokus untuk mengungkap bebe-rapa perspektif teoritis sebagai titik tolak menjelaskan fenomena dan realitas pedagang kecil (petty traders) sebagai usaha kecil. Beberapa perspektif teoritis yang digunakan sesungguhnya lebih diarahkan untuk memotret objek penelitian, sehingga dapat dipahami sebagai satu kesatuan teoritis. Dalam rangka peneli-tian ini, ada empat konsep yang dipakai masing-masing, peme-nuhan kebutuhan hidup (livelihood), kewirausahaan (enter-prenuership), identitas (identity), konsep tentang modal sosial (social capital).

Keempat konsep tersebut merupakan dasar argumentasi untuk menjelaskan kolaborasi dalam kegiatan usaha yang dila-kukan pedagang kecil (petty traders). Kolaborasi dalam pema-

Page 2: Bab Dua Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/727/3/D_902007002_BAB II.pdf · Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan,

Papalele: Potret Aktivitas Komunitas Pedagang Kecil di Ambon

22

haman ini lebih diarahkan pada kemampuan pedagang kecil membangun hubungan kerjasama antar sesama mereka dan dengan pedagang lain sebagai mitra usaha. Dengan demikian, pedagang kecil akan bertahan dalam usaha dengan berkola-borasi. Kerjasama merupakan langkah strategis untuk mempertahankan dan melanggengkan usaha, dan juga penting untuk efektivitas kelompok dalam jangka panjang (Brodt dan Korsgaard, 2003: 2). Oleh karena itu, gagasan pedagang kecil memilih berkolaborasi berangkat dari pemahaman bahwa berdagang tidak hanya semata-mata mengandalkan aspek ekonomi – perdagangan dan transaksi, tetapi relasi sosial dan nilai budaya turut mendorong terciptanya kerjasama. Pemahaman tersebut merupakan kesatuan untuk menjelaskan argumentasi terhadap perilaku kolaborasi pedagang kecil. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kolaborasi yang dilakukan pedagang kecil setidaknya turut memberikan kontribusi terhadap makna pembangunan berkelanjutan yang masih menjadi perdebatan (debatable).

Ekonomi Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup (household economics and livelihood)

Pada bagian ini, titik berangkat diskusi tentang aktivitas pedagang kecil (petty traders) tidak terpisahkan dengan rumah tangga (household) dan pemenuhan kebutuhan hidup. Rumah tangga merupakan suatu unit sosial yang muncul untuk meme-nuhi kebutuhan para anggotanya. Itulah sebabnya ketika rumah tangga harus dihidupi maka anggota rumah tangga setidaknya harus memiliki mata pencaharian sebagai bagian dari upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup berkelanjutan, sehingga mampu memenuhi tuntutan kebutuhan hidup anggotanya. Apalagi kehidupan mereka yang serba terbatas dan pas-pasan—

Page 3: Bab Dua Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/727/3/D_902007002_BAB II.pdf · Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan,

Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan, Identitas…

23

kalau tidak ingin dikatakan sebagai keluarga miskin1, untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ketika tekanan kebutuhan eko-nomis keluarga menghimpit, maka seluruh anggota keluarga akan menjadi aktor perubahan.

Oleh karena itu, Ehrenberg dan Smith (2009) dalam buku ekonomi ketenaga-kerjaan modern (modern labor economics) mengulas tentang anggota rumah tangga yang memasuki pasar tenaga kerja karena terjadinya kondisi krisis. Keputusan untuk masuk pasar tenaga kerja disebut additional worker. Sementara orang-orang yang takut masuk ke pasar tenaga kerja disebut dengan discouraged worker. Dalam keluarga, keputusan bekerja anggota keluarga (bapak, ibu atau anak) merupakan keputusan ekonomi dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga. (Sasongko, 2007; Ehrenberg, 2009). Jasa yang dibayarkan tidak hanya secara fisik tetapi juga pengetahuan (Fields, 2007). Atas pertimbangan itu, usaha kecil menjadi pilihan salah satu

1 Konsep untuk mengukur kemiskinan, Badan Pusat Statistik di Indonesia menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidak-mampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di bawah garis kemiskinan. Sementara untuk Garis Kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per-kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran ke-butuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilokalori perka-pita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll) Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di pedesaan. Sumber: http://www.bps.go.id/aboutus. php?id_subyek=23&tabel =1&fl=2). Dikunjungi, 20 November 2010.

Page 4: Bab Dua Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/727/3/D_902007002_BAB II.pdf · Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan,

Papalele: Potret Aktivitas Komunitas Pedagang Kecil di Ambon

24

pekerjaan yang dapat dijadikan sebagai tumpuan pemenuhan kebutuhan hidup keluarga.

Pemenuhan kebutuhan hidup sebagaimana pandangan Carswell (Bryceson, 1999) merupakan suatu bentuk kemam-puan individu menghimpun aset sebagai sarana untuk hidup. Demikian pula seturut pandangan de Haan dan Zoomers (Marschkel and Berkes, 2006), konsep pemenuhan kebutuhan hidup adalah usaha yang dilakukan individu, rumah tangga, atau kelompok untuk memenuhi kebutuhan, melalui penyedia-an konsumsi dan kebutuhan ekonomi lainnya, menghadapi situasi ketidakpastian, dan menciptakan peluang baru. Kedua pandangan tersebut setidaknya mengarahkan bahwa peme-nuhan kebutuhan hidup merupakan suatu upaya mengatasi tekanan dan keguncangan, untuk memelihara dan meningkat-kan kemampuan yang dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya, baik masa sekarang dan untuk masa depan secara berkelanjutan.

Bekerja sebagai pedagang kecil (petty traders) adalah salah satu bentuk mata pencaharian yang bertujuan mendapatkan penghasilan. Kemudian keuntungan dari penghasilan tersebut merupakan cara untuk menghidupi rumah tangga sebagai bentuk tanggung jawab sosial sekaligus merupakan strategi untuk bertahan hidup. Seluruh anggota keluarga harus dihidupi dengan menyediakan aneka kebutuhan konsumsi. Pangan, sandang, kesehatan, pendidikan, rekresasi dan kebutuhan lain-nya merupakan pilar kebutuhan primer yang harus diamankan. Hal ini sejalan dengan pandangan kaum ekonom liberal tentang keluarga (Mas’oed, 2002).

Dalam pandangan ini, keluarga (rumah tangga) dipandang sebagai lembaga sosial yang berperan ganda. Pertama, sebagai rumah tangga yang berfungsi sebagai mesin yang diprogram

Page 5: Bab Dua Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/727/3/D_902007002_BAB II.pdf · Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan,

Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan, Identitas…

25

untuk memaksimalkan kepuasan dengan mengkonsumsi barang yang diproduksi secara massal oleh perusahaan yang berorien-tasi keuntungan. Kedua, rumah tangga juga berfungsi sebagai produsen “tenaga kerja” atau sumberdaya manusia yang memer-lukan keterampilan, lapangan kerja, upah yang memadai, dan sebagainya. Pandangan ini setidaknya menjelaskan bahwa ke-luarga pedagang kecil tidak terlepas dari kebutuhan untuk mengkonsumsi barang industri, sehingga untuk keperluan itu, rumah tangga harus menciptakan tenaga kerja.

Sementara strategi kelangsungan hidup dalam beberapa dekade terakhir, Ilmuan Sosial di Amerika Latin telah mengha-silkan sejumlah besar studi yang fokus pada pola perilaku ekonomi di tingkat rumah tangga (Schmink, 1984: 87). Salah satu konsep strategi kelangsungan hidup keluarga muncul dan digunakan tahun 1973 oleh Duque dan Pastrana dalam studi tentang keluarga miskin di daerah pinggiran Santiago. Konsep ini merupakan bagian dari strategi bertahan hidup yang diung-kapkan menjadi konsep dasar yang berguna untuk mengatasi dilema sebagai akibat munculnya pola pembangunan kapitalis di wilayah Amerika Latin (Schmink, 1984: 88). Karena itu, peme-nuhan kebutuhan hidup bagi keluarga merupakan masalah yang kompleks dan dinamis terutama di daerah perdesaan di berbagai negara di dunia: satu hal yang tetap berlangsung adalah ketidak-pastian pemenuhan kebutuhan kehidupan sehari-hari untuk bertahan hidup (Marschke dan Berkes, 2006). Ketergantungan pada pemenuhan kebutuhan hidup merupakan kemutlakan sebagai prosedur mempertahankan eksistensi rumah tangga dengan segala kebutuhan hidup.

Untuk bertahan hidup, pedagang kecil (petty traders) setidaknya harus menjadi kekuatan untuk membangun kola-borasi dengan pihak lain. Melibatkan pihak lain dalam memba-

Page 6: Bab Dua Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/727/3/D_902007002_BAB II.pdf · Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan,

Papalele: Potret Aktivitas Komunitas Pedagang Kecil di Ambon

26

ngun usaha merupakan keniscayaan, sambil tetap bergerak atas kekuatan sendiri dan menyadari potensi yang dimiliki. Pada saat yang sama tekanan dan guncangan secara internal turut berdampak pada kebertahanan pemenuhan kebutuhan hidup. Mengurangi kerentanan—dan mengembangkan ketahanan ter-hadap guncangan eksternal serta meningkatkan keberlanjutan upaya pemenuhan kebutuhan hidup secara keseluruhan – ada-lah prioritas (Bryceson, 1999). Ketegangan (stress) sering dihu-bungkan dengan situasi kehidupan keluarga yang dianggap ‘miskin’. Karena itu, dalam pandangan Turner (Marschkel dan Berkes, 2006) ketegangan atau stres adalah tekanan yang meningkat terus menerus dan normal, sedangkan gangguan (shock) adalah ketidakseimbangan yang mengakibatkan tidak normalnya perilaku karena tekanan dari luar. Ketegangan cen-derung berkelanjutan seperti dalam kasus penurunan sumber daya; isu-isu musiman, seperti masa paceklik, gangguan dan fluktuasi dalam sistem sosial-ekologis. Tekanan dan guncangan yang terjadi pada rumah tangga akan hilang seiring waktu dan keadaan kembali seperti sebelum kondisi tersebut terjadi. Di situlah rumah tangga sedapatnya berupaya menyesuaikan diri.

Strategi mengatasi masalah yang dilakukan rumah tangga merupakan suatu proses untuk menjelaskan bagaimana rumah tangga dan individu menyesuaikan dengan krisis (Start and Johnson, 2004: 30). Salah satu kasus yang dapat dijadikan acuan adalah kasus pemenuhan kebutuhan hidup rumah tangga dan mekanisme coping selama masa kekeringan di Oraon Suku Sundargarh Kecamatan Orissa, India, merupakan pengalaman rumah tangga mengatasi goncangan internal keluarga dan eksternal kondisi alam (Mishra, 2007:181-182). Di Orissa, pada saat musim kemarau dan periode kekeringan berkepanjangan, pemenuhan kebutuhan hidup keluarga dengan sendirinya hilang. Mengingat curah hujan yang sedikit semakin menambah

Page 7: Bab Dua Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/727/3/D_902007002_BAB II.pdf · Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan,

Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan, Identitas…

27

beban gagalnya panen. Untuk mengatasinya, dengan cara mengurangi kebutuhan konsumsi. Selain itu, anggota keluarga lain mencoba mencari keberuntungan ekonomi di luar desa dengan bekerja sebagai buruh kasar sekedar menambah peng-hasilan. Bagi Mishran (2007:183-184) rumah tangga yang parah terkena dampak bencana adalah rumah tangga petani yang kecil, marjinal dan rumah tangga yang tidak memiliki lahan dan pada sisi lain, mereka merupakan kasta yang lebih rendah. Untuk menanggulangi masalah demikian, diversifikasi dilaku-kan kegiatan non-pertanian, rumah tangga secara bersamaan memanfaatkan hubungan sosial dan jaringan kredit informal.

Kajian Mishran merupakan fenomena yang juga tidak berbeda jauh dengan keluarga-keluarga pedagang kecil (petty traders) sebagai suatu usaha kecil. Bagi penduduk di Sundargarh Orissa India, tekanan pekerjaan pada bidang pertanian yang kemudian didiversifikasi pada kegiatan non pertanian dengan memanfaatkan jaringan sosial yang ada. Sementara untuk keluarga pedagang kecil (petty traders), strategi bertahan hidup keluarga ditentukan oleh berdagang sebagai pemenuhan kebu-tuhan hidup yang menjual hasil pertanian dengan tujuan utama mempertahankan keberlanjutan ekonomi rumah tangga. Namun demikian ada perbedaan mendasar terkait dengan jaringan sosial yang dibangun rumah tangga di Sundargarh Orissa India dan rumah tangga pedagang kecil (petty traders).

Di Sundargarh Orissa India, keluarga memanfaatkan jaringan sosial melalui kredit informal untuk meningkatkan kemampuan ekonomi rumah tangga. Dengan bantuan kredit informal rumah tangga suku Sundargarh Orissa India dapat meningkatkan keamanan ekonomi keluarga. Sementara rumah tangga pedagang kecil (petty traders), melakukan hal sebalik-nya. Sistem pemberian kredit yang ditawarkan dihindari karena

Page 8: Bab Dua Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/727/3/D_902007002_BAB II.pdf · Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan,

Papalele: Potret Aktivitas Komunitas Pedagang Kecil di Ambon

28

tidak ingin bergantung pada pihak lain dan menghindari beban tanggungan pengembalian. Kecenderungan mengindari resiko (evoiding risk) merupakan langkah menghindari ketergantung-an pinjaman. Keamanan ekonomi rumah tangga diupayakan secara mandiri dengan memanfaatkan panen lahan kebun atau hasil hutan lainnya sebagai asset likuid yang sewaktu-waktu diperlukan mudah untuk dicairkan. Strategi ini merupakan cara untuk mengatasi permasalahan tekanan ekonomi keluarga. Kewirausahaan: Pedagang Kecil dan Pasar Tradisional (petty traders and traditional market)

Pedagang kecil (petty traders) sebagai salah satu sektor informal. Sebagai sektor informal biasanya para pedagang tersebut hampir tidak memiliki aturan untuk berdagang. Mereka cenderung menempati lokasi tertentu, tidak menetap, dan ada pula yang berkeliling untuk menjual barang. Menurut J Cross (dalam Kayuni dan Tambulasi, 2009:81) umumnya sektor informal melibatkan produksi dan pertukaran barang dan jasa secara legal, tetapi tidak memiliki ijin bisnis, melanggar aturan lokasi, tidak melaporkan pajak, tidak sesuai dengan aturan ketenaga-kerjaan berdasarkan kontrak dan kodisi kerja yang tidak terjamin secara hukum serta tidak ada jaminan hubungan antara pemasok dan konsumen. Wajar kalau sebagian besar kegiatan sektor informal tidak memiliki jaminan terhadap risiko usaha dan setiap bencana dapat menghancurkan kehidupan pemiliknya (Chukuezi, 2010:133). Perilaku pedagang kecil (petty traders) seperti ini setiap hari untuk berjulan telah mengakar (embedded) dan menjadi budaya (culture) yang tidak dapat dilepas-pisahkan dalam relasi-relasi sosial. Atau dengan kata lain menurut Morales (dalam Kayuni dan Tambulasi, 2009:83-84), berdagang secara informal memberikan ‘kehidu-pan sosial’. Karena itu, setiap usaha seperti ini dilakukan

Page 9: Bab Dua Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/727/3/D_902007002_BAB II.pdf · Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan,

Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan, Identitas…

29

bukanlah tanpa sebab, melainkan didasari adanya suatu harapan dan tujuan memperbaiki taraf keberlangsungan hidup individu dan keluarga untuk menjadi lebih baik.

Pemenuhan kebutuhan hidup utama bagi kebanyakan masyarakat pesisir, pegunungan dan di wilayah pedalaman, umumnya adalah petani, peternak dan nelayan. Kondisi fisik wilayah yang memiliki kelebihan sumber daya alam menjadi-kan penduduknya hanya berkonsentrasi pada upaya pemenuhan kebutuhan hidup sendiri dan kemudian jika terdapat kelebihan atas hasil produksi kemudian dimanfatkan untuk dijual ke pasaran. Namun seiring dengan berkurangnya hasil sebagai akibat dari musim yang berganti pada lahan pertanian yang ada, maka yang dilakukan adalah dengan mencari untuk mendapat-kan komoditas ke desa lain atau dari pedagang lain untuk selanjutnya dijual kembali. Situasi ini merupakan bentuk dan upaya menciptakan satu pemenuhan kebutuhan hidup. Karena memang teori pemenuhan kebutuhan hidup pada awalnya digunakan untuk mempelajari kemiskinan di pedesaan (Prabawa, 2010). Sehingga wajar, jika diperlukan strategi khusus untuk mempertahankan kehidupan mereka. Kalaupun harus masuk ke pasar tenaga kerja di perkotaan sangat tidak dimung-kinkan karena keterbatasan pendidikan dan keterampilan. Menurut Dieter Evers, mereka adalah "reserve army" dari desa yang berbaris tanpa terlihat sambil menunggu mendapat kesempatan kerja di pasar tenaga kerja perkotaan yang telah penuh sesak (Evers and Mehmet, 1994:2).

Sebagai keluarga, pedagang kecil (petty traders) sering harus berhadapan dengan persepsi dan tanggapan masyarakat sebagai simbolnya kelompok yang lemah, termarginal, tingkat pendidikan yang terbatas bahkan sering dicirikan sebagai kelompok masyarakat miskin. Namun demikian, pencitraan

Page 10: Bab Dua Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/727/3/D_902007002_BAB II.pdf · Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan,

Papalele: Potret Aktivitas Komunitas Pedagang Kecil di Ambon

30

menjadi tantangan dan bahkan dijadikan sebagai peluang untuk memacu keberhasilan usahanya. Walaupun memang harus diakui bahwa umumnya pedagang kecil (petty traders) tidak selalu menunjukkan keberhasilan dalam usahanya. Usaha umumnya tidak mengalami perkembangan seperti umumnya para wirausahawan yang berupaya meningkatkan investasi bagi pengembangan usaha. Apalagi jika kelompok atau individu tersebut kurang memilik kohesi sosial yang dikombinasikan dengan keterampilan dan modal yang cukup (Dasgupta, 1992). Pedagang kecil (petty traders) hanya memfokuskan proses penjualan dan sedikit dari keuntungan akan dimanfaatkan dan diinvestasikan bagi kebutuhan lain yang dianggap sangat urgen dan mendesak.

Bagi masyarakat perdesaan, yang tidak memiliki peker-jaan spesifik maka pekerjaan utama akan sangat terfokus pada pengelolaan lahan pertanian, perkebunan dan sumber daya perikanan. Seluruh proses produksi yang menghasilkan barang kebutuhan pokok telah menjadi ciri utama untuk konsumsi rumah tangga, namun seiring perjalanan waktu dan meningkat-nya berbagai kebutuhan rumah tangga, bukan tidak mungkin kelebihan produksi ini lalu mengakibatkan rumah tangga meng-ambil langkah untuk melakukan distribusi dan pemasaran ke pusat-pusat kota. Langkah yang diambil adalah salah satu cara dalam mengatasi kesulitan. Mencegah kerugian yang terjadi pada hasil produksi dengan cara memasarkan ke kota adalah suatu pilihan rasional untuk meningkatkan kesejahteraan. Situasi ekonomi keluarga pedagang kecil dapat dikatakan ada kemiripan dengan apa yang dikemukakan oleh James Scott (2000:6-7) tentang suatu situasi dan dilema yang terjadi pada para petani.

Scott (2006: 6-7) menjelaskan bahwa kebanyakan rumah tangga petani yang kehidupannya lebih pada kondisi subsisten

Page 11: Bab Dua Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/727/3/D_902007002_BAB II.pdf · Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan,

Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan, Identitas…

31

harus berhadapan dengan keadaan alam dan tekanan-tekanan dari pihak lain. Petani tidak memiliki kemampuan rasional untuk mempertimbangkan untung-rugi hasil pertanian. Petani hanya memiliki kemampuan untuk berusaha secara optimal menghindari berbagai kemungkinan yang akan merugikan pertanian dan hasil-hasilnya, jika dibandingkan dengan upaya meningkatkan keuntungan dari hasil pertaniannya. Kehancuran ini berarti juga kehancuran kehidupan ekonomi keluarga rumah tangga petani itu sendiri. Inilah model yang disebut Scott sebagai prinsip “safety first”, dari masyarakat yang mendahulu-kan selamat atas hasil-hasil pertanian menjadi yang pertama, dengan mengerahkan segala kemampuan untuk memanfaatkan proses pengaturan teknis pertanian, hubungan-hubungan sosial dan pertimbangan moral.

Jika demikian maka apa yang dikemukakan Scott (1981:8-9), bahwa dalam arti tertentu, ketiadaan ancaman mati kelapar-an bagi individu atau rumah tangga membuat masyarakat lebih manusiawi dibandingkan dengan ekonomi pasar, dan sekaligus juga kurang ekonomis. Jika demikian pandangan Scott, maka keberadaan dan perjuangan hidup pedagang kecil (petty traders) dengan kondisi yang dialami, ditandai dengan berbagai upaya untuk mempertahankan hidup melalui proses berjualan. Dengan hasil yang diperoleh dari berjualan, diwujudkan dalam bentuk investasi bagi pemberian pendidikan yang cukup bagi anak-anak, memperbaiki rumah yang lebih layak huni, mening-katkan kebutuhan sandang dan berbagai kebutuhan lainnya. Proses transformasi yang terjadi merupakan pengalaman bagi generasi berikutnya, sebagai bentuk dan konsekuensi akan kerterbatasan pekerjaan yang kemungkinan diperoleh.

Samuel Popkins (1979) dengan rational peasant justru membantah usulan Scott. Bagi Popkins, petani adalah makhluk

Page 12: Bab Dua Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/727/3/D_902007002_BAB II.pdf · Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan,

Papalele: Potret Aktivitas Komunitas Pedagang Kecil di Ambon

32

rasional yang memperhitungkan keuntungan dan menekan kerugian. Karena itu, Popkins menilai bahwa dalam masyarakat perdesaan (petani) sebagai aktor yang rasional dan tidak anti terhadap mekanisme pasar. Kemampuan hasil pertanian untuk berkembang ditopang oleh dukungan teknologi dan pro terhadap perubahan. Dengan situasi tersebut membuat petani akan semakin maju dan mendapat tempat dalam perekonomian guna mempertahankan eksistensi mereka.

Scott dan Popkins melihat bahwa kelangsungan hidup petani dan keluarga adalah yang utama dengan mengedepankan penyelamatan atas hasil-hasil pertanian sebagai wujud kelang-sungan ekonomi keluarga. Berbeda pula dengan kalangan orang-orang Cina di Asia Tenggara pada umumnya yang juga melakukan pelembagaan ekonomi bagi keluarganya. Simak seperti hasil-hasil kajian dari Robert Hefner (2000:19) di negara-negara Asia, Hamilton (2000:67) di Taiwan, Weller (2000:119-120) di Cina, Szanton (2000: 355-365) di Philipina dan Malarney (2000:385-388) di Vietnam telah membuktikan bahwa institusi-institusi ekonomi dalam keluarga Cina di Asia pada umumnya mampu menunjukkan kemampuan membangun relasi secara vertikal (internal) dan horisontal (eksternal).

Keluarga merupakan basis utama untuk membangun kekuatan ekonomi dan kekuatan membangun ekonomi negara secara keseluruhan. Mereka sepakat dengan nilai-nilai budaya yang berakar dari paham Konfusius dapat dilestarikan kepada keturunannya dimana saja mereka melakukan ekspansi usaha dan berasimilasi dengan penduduk lokal (pribumi). Kekuatan jaringan ini merupakan jantung kekuatan budaya yang memen-tingkan kepemilikan keluarga (jia). Jaringan ini juga merupakan kehidupan bisnis orang-orang Cina Asia yang terdiri dari dua tipe pokok yang setiap tipenya dicirikan oleh norma-norma sendiri-sendiri. Yang pertama, adalah hubungan keluarga yang

Page 13: Bab Dua Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/727/3/D_902007002_BAB II.pdf · Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan,

Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan, Identitas…

33

hierarkis, baik berbentuk keluarga inti maupun berupa garis keturunan ayah (patrineal) yang melebar. Yang kedua, adalah sistim hubungan menyamping (lateral) dan timbal-balik yang dikenal dengan guanxi (Hefner, 1999). Secara khusus dapat disimpulkan dari para penulis ini bahwa pada umumnya keberhasilan bisnis orang-orang Cina Asia merupakan “bisnis keluarga” di mana jaringan bisnis dalam keluarga merupakan penyangga utama yang terlahir dan diwariskan (terinstitusio-nalisasi) dari budaya lokal (konfusianisme).

Pedagang kecil (petty traders) tidak terlepas dari kehadir-an pasar tradisional. Sepanjang hari sumber penghasilan untuk menafkahi keluarga bersumber dari proses perdagangan yang dilakukan umumnya di pasar tradisional. Karena itu, pasar tradisional merupakan sentra utama aktivitas yang dilakukan oleh pedagang kecil (petty traders) setiap hari. Pasar menjadi titik perjumpaan dan relasi yang dibangun dengan pihak lain terutama untuk bertransaksi. Tentu, sebagai basis aktivitas perdagangan, pasar tradisional sangat memberikan kemudahan kepada pembeli dan penjual untuk berinteraksi dan memba-ngun hubungan-hubungan sosial.

Seperti halnya Geertz (1993:161), tentang temuannya yang mengemukakan bahwa pasar tradisional di Mojokuto merupakan suatu lembaga ekonomi dan suatu cara hidup, suatu bentuk umum kegiatan perdagangan yang mencakup semua segi kehidupan masyarakat di samping merupakan suatu alam ke-budayaan yang hampir-hampir saja merupakan suatu kebulatan yang lengkap. Bagi Geertz, pasar tradisional harus dipahami melalui tiga sudut pandang; sebagai suatu pola aliran barang dan jasa; sebagai suatu kumpulan mekanisme ekonomi yang mem-pertahankan dan mengatur aliran-aliran tersebut; dan sebagai

Page 14: Bab Dua Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/727/3/D_902007002_BAB II.pdf · Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan,

Papalele: Potret Aktivitas Komunitas Pedagang Kecil di Ambon

34

suatu sistem sosial dan kultural di dalam mana mekanisme tersebut berada.

Keberadaan pasar tradisional terkadang juga menjadi simbol dalam membangun status sosial pelaku ekonomi. Peningkatan status sosial sangat ditentukan oleh sejauhmana peran yang dilakukan oleh aktor ekonomi mampu memberikan inspirasi dan menjadi tolok ukur bagi masyarakat lainnya. Kondisi ini ditunjukkan pula oleh Jeniffer Alexander (1987 dan 2000), yang menguraikan tentang budaya Jawa di kalangan para pedagang kecil di pasar Kebumen. Juragan dan Bakul sebagai aktor ekonomi lokal mampu melakukan pemetaan terhadap pasar tradisional. Juragan adalah kalangan orang Jawa dan orang Cina yang telah berasimilisasi dengan budaya lokal, yang me-miliki kelebihan pada akumulasi dan kepemilikan modal untuk mengumpulkan barang kebutuhan pokok seperti sayur-sayuran, buah, hewan dan pakaian/tekstil untuk diperdagangkan.

Melalui para bakul barang tersebut dibeli untuk didis-tribusikan kepada masyarakat, sehingga bakul mendapatkan akses ekonomi untuk kelangsungan hidup dan juga memiliki posisi tawar di masyarakat. Seperti halnya Juragan yang meru-pakan lapisan kelas menengah di pasar-pasar Jawa, maka bakul juga mendapatkan posisinya sebagai kelas sosial terkecil yang mampu membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok. Dengan demikian institusi lokal dalam pandangan Alexander mampu menciptakan nilai lebih di antara Juragan dan Bakul dalam memetakan pasar tradisional.

Lain halnya dengan Florence E Babb (1984) misalnya, melihat bagaimana budaya ekonomi di kalangan pedagang kecil (petty traders) di pasar tradisional Peru mampu memainkan peran dan kegiatan mereka untuk tetap eksis walaupun sebagian masyarakatnya telah mengalami perubahan pola pikir ekonomi

Page 15: Bab Dua Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/727/3/D_902007002_BAB II.pdf · Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan,

Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan, Identitas…

35

akibat intervensi nilai-nilai pasar yang masuk. Dengan tetap mempertahankan eksistensi ekonomi secara kecil-kecilan, para pelaku ekonomi ini tetap survive melayani masyarakat dan bahkan menunjukkan stratifikasi sosial yang mapan. Porter, Lyon dan Potts (2007) juga melihat di pasar-pasar Afrika peran-peran yang dimainkan para aktor sebagai produsen tetapi juga sebagai penghubung dari kota yang melakukan distribusi barang ke pasar-pasar tradisional kepada para perantara dengan konsumen, dimana proses pembayaran dalam perdagangan mendapat perhatian sehingga berfungsi sebagai suatu lembaga; institusi pasar informal dan formal.

Identitas (identity)

Selama ini belum ditemukan kajian secara spesifik tentang relasi antara identitas dengan pedagang kecil (petty traders). Perhatian lebih banyak diarahkan pada bidang lainnya seperti sosiologi, antropologi sosial, psikologi dan politik. Sebaliknya diskursus tentang identitas dalam ranah pedagang kecil (petty traders) sepertinya masih tergolong terbatas dan agak sulit ditemukan. Meskipun demikian, bukan berarti pembahasan tentang identitas dalam kerangka pedagang kecil (petty traders) diabaikan, tetapi sedapat mungkin ruang tersebut turut dibica-rakan. Pada sisi lain identitas terkadang dianggap sebagai se-suatu yang terjadi begitu saja secara alamiah, tetapi sulit dalam praktiknya (Pilokoanu, 2010:39).

Identitas bukanlah suatu konsep yang didifinisikan secara ketat, sehingga setiap disiplin ilmu yang berbeda melahirkan arti yang berbeda pula (Abdelal et.al, 2001; Casey and Dustmann, 2009:11.). Untuk mendapatkan pengertian tentang identitas itu sendiri, sangat bergantung pada alat ukur secara

Page 16: Bab Dua Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/727/3/D_902007002_BAB II.pdf · Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan,

Papalele: Potret Aktivitas Komunitas Pedagang Kecil di Ambon

36

empiris. Demikian pula identitas yang dipakai untuk memaknai fenomena pada pedagang kecil (petty traders) melalui busana dan peralatan sebagai simbol serta perilaku individu dalam kelompok dan perilaku ketika membangun relasi dengan pihak lain. Walaupun, memang konsep identitas tidak selalu akrab diguna-kan dalam bidang ekonomi (Davis, 2006: 2).

Identitas adalah sebuah konsep sentral dalam ilmu-ilmu sosial (Abdelal et.al, 2001:1; Chen dan Li, 2005). Dengan melihat identitas dalam pedagang kecil (petty traders) maka mudah untuk mengidentifikasi identitas para aktor melalui perilaku. Namun demikian, tidak berarti bahwa beberapa pan-dangan teoritis terkait identitas tidak dibicarakan. Sepatutnya dengan rujukan pada teori identitas dapat disandingkan untuk menangkap makna identitas, tetapi tidak untuk menjustifikasi identitas tersebut bagi pedagang kecil. Intinya, identitas yang terkait dengan busana dan peralatan dari pedagang kecil (petty traders) adalah simbol dan sekaligus merupakan upaya untuk membangun citra (image building) bagi mitra usaha dan masyarakat pada umumnya.

Pemahaman tentang identitas adalah sebagai fenomena umum, ditunjukkan melalui kinerja atau konstruksi yang ditaf-sirkan oleh orang lain (Benwell dan Stokoe, 2006:4). Keanggota-an identitas sosial terjadi karena memiliki sesuatu hubungan kausal dari tindakan dan perilaku (Benwell dan Stokoe, 2006: 26). Identitas mencirikan individu berdasarkan banyak posisi di masyarakat, dan penting untuk diperhatikan bahwa baik indi-vidu dan masyarakat juga erat terkait dalam konsep identitas (Burke dan Stets, 2009:3). Ashton berpendapat (Jenkins, 2008:5: Pilokoanu, 2010:39) bahwa hal ini untuk mengetahui siapa diri kita, dan bagaimana kita mengetahui siapa orang lain, dan orang lain mengetahui siapa diri kita, kita tahu apa yang mereka pikir-kan tentang kita, dan seterusnya—suatu multidimensi klasifi-

Page 17: Bab Dua Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/727/3/D_902007002_BAB II.pdf · Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan,

Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan, Identitas…

37

kasi atau pemetaan dunia manusia tempat di dalamnya, kita sebagai individu sekaligus sebagai anggota kelompok. Artinya identitas itu dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari dan dapat diverifikasi (Berger dan Lukcman, 1990:248-249).

Umumnya identitas yang sering dibicarakan dalam bidang psikologi, berangkat dari pandangan Herbert Blumer. Blumer menciptakan dan memunculkan istilah interaksi simbolik2 istilah di tahun 1962 dan kemudian dikembangkan lagi tahun 1969. Blumer sendiri mendalami penafsiran tentang pemikiran George Herbert Mead, untuk menunjukkan perspektif yang berfokus pada karakter unik interaksi manusia yang berpusat pada penggunaan simbol. Sistem simbol, seperti yang kemudian akan dibahas menjelaskan secara lebih rinci dalam kaitan dengan pedagang kecil (petty traders). Simbol dapat digunakan untuk mewakili benda dan peristiwa dalam situasi tertentu bahkan ketika objek dan peristiwa yang tidak secara fisik hadir, termasuk kata-kata yang digunakan untuk berkomunikasi (Ritzer, 2004:407-408; Jenkins, 2008).

Karena itu, dalam setiap sistem konstruksi identitas, ada hirarki norma, sebagai suatu hubungan timbal balik untuk

2 Secara umum pinsip-prinsip dasar teori interaksi simbolik adalah: pertama, tidak seperti binatang yang lebih rendah, manusia ditopang oleh kemampuan berpikir, dua, kemampuan berpikir dibentuk oleh interaksi social, tiga, dalam interaksi social orang mempelajari makna dan symbol yang memungkinkan mereka menggunakan kemampuan berpikir tersebut, keempat, makna dan symbol memungkinkan orang melakukan tindakan dan interaksi khas manusia, kelima, orang mampu memodifikasi atau mengubah makna dan symbol yang mereka gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasakan tafsir mereka terhadap situasi tersebut, keenam, orang mampu melakukan modi-fikasi dan perubahan ini, sebagian karena kemampuan mereka untuk ber-interaksi dengan diri mereka sendiri, yang memungkinkan mereka memikir-kan tindakan yang mungkin dilakukan, menjajaki keunggulan dan kelemahan relatif mereka, dan selanjutnya memilih, ketujuh, jalinan pola tindakan dengan interaksi ini kemudian menciptakan kelompok dan masyarakat (Ritzer, 2008:392-393).

Page 18: Bab Dua Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/727/3/D_902007002_BAB II.pdf · Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan,

Papalele: Potret Aktivitas Komunitas Pedagang Kecil di Ambon

38

mengukur perilaku atau penilaian. Tanpa hirarki nilai, yang juga mungkin tersembunyi dalam pikiran, kita tidak dapat menemukan kolektivitas untuk menghadapi tantangan baru (Schöpflin, 2001). Sistem konstruksi ini dapat kita temukan dalam salah satu kajian di Jerman. Casey dan Dustmann (2009: 25-27) menyajikan tentang identitas terkait dengan proses para imigran beralih ke negara lain dengan menyertakan identitas mereka dari negara asal. Identitas tersebut erat kaitannya dengan pembentukan ekonomi individu—pasar tenaga kerja.

Dari perspektif identitas yang telah diuraikan di atas, kita bisa mendapat gambaran bahwa sesungguhnya identitas meru-pakan kenyataan subjekif. Suatu keadaan objektif yang kemu-dian mendapat pemaknaan. Seperti yang dikemukakan Berger dan Luckman (1990:248):

Identitas, dengan sendirinya, merupakan suatu unsur kunci dari kenyataan subjektif, dan sebagaimana semua kenyataan subjektif, berhubungan secara dialektis dengan masyarakat. Identitas dibentuk oleh proses-proses sosial. Begitu memperoleh wujudnya, ia dipelihara, dimodifi-kasi, atau malahan dibentuk ulang oleh hubungan-hubungan sosial. Proses-proses sosial yang terlibat dalam membentuk dan mempertahankan identitas ditentukan oleh struktur sosial. Sebaliknya, identitas yang dihasilkan oleh interaksi antar organisme, kesadaran individu, dan struktur sosial yang sudah diberikan, memeliharanya, memodifikasinya, atau malahan membentuknya kem-bali.

Dari pandangan ini, kita bisa memahami bahwa sesung-

guhnya individu tidak akan terlepas dari masyarakat sebagai lingkungan sosialnya. Keduanya saling terikat, saling beriterak-si. Atau bisa dikatakan bahwa individu mempengaruhi masya-rakat melalui tindakan, dan sebaliknya masyarakat mengikat individu melalui aturan nilai dan norma-norma tertentu.

Page 19: Bab Dua Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/727/3/D_902007002_BAB II.pdf · Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan,

Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan, Identitas…

39

Termasuk pedagang (petty traders) dengan lingkungan sosial—tempat tinggal dan pasar. Simbol pada pedagang kecil, meru-pakan media “komunikasi” antara mereka dengan masyarakat. Artinya, melalui penggunaan busana sebagai simbol, masyarakat sadar dan mengetahui bahwa ada sekelompok individu yang memenuhi kebutuhan hidup sebagai pedagang kecil.

Pada tahap ini, perdebatan tentang identitas sesungguh-nya sangat tergantung dari sisi mana kita memaknai identitas itu sendiri. Pemaknaan terhadap identitas merupakan langkah untuk menjustifikasi fenomena penelitian ini. Atau setidak-tidaknya dapat mengidentifikasinya. Dengan perdebatan iden-titas itu pula, saya berpandangan bahwa identitas sesungguhnya merupakan suatu tindakan individu yang berlandaskan pada preferensi dan latar belakang yang dimiliki dalam lingkungan sosial. Tindakan itu didukung oleh seperangkat media atau alat sebagai simbol untuk membedakan individu dan kelompok dari individu dan kelompok lain. Demikian pula dengan pedagang kecil (petty traders) sebagai individu sekaligus sebagai satu kelompok memiliki identitas sosial yang melekat pada diri mereka dengan media tertentu seperti pakaian dan peralatan. Selain memiliki media tertentu, mereka memiliki kesamaan pandangan dalam berusaha dan memiliki kesadaran kolektif sebagai bentuk identitasnya. Pada saat yang sama, orang lain juga telah menjustifikasi mereka sebagai satu kelompok atau satu komunitas usaha tertentu.

Pada posisi ini, pedagang kecil (petty traders) memiliki identitas3 yang teridentifikasi melalui mekanisme memperta-

3 Manuel Castlle (Putranto, 2008:86-87) memberikan gambaran tentang iden-titas terbentuk melalui; (a), sumber makna dan pengalaman orang, (b), proses konstruksi makna yang berdasar pasa (sebuah) sebuah atribut cultural atau seperangkat atribut cultural yang diprioritaskan atas sumber-sumber pemak-

Page 20: Bab Dua Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/727/3/D_902007002_BAB II.pdf · Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan,

Papalele: Potret Aktivitas Komunitas Pedagang Kecil di Ambon

40

hankan diri dan usaha mereka untuk jangka panjang. Mekanis-me mempertahankan diri tersebut, dapat disebut sebagai resistancy identity, sebagaimana pandangan Manuel Castlles (1997) “Resistance identity is generated by those actors who are in positions/conditions devalued and/or stigmatized by the logic of domination, thus building trenches of resistance and survival on the basis of principles different from, or opposed to, those permeating the institution of society”. Merujuk pada Castlle ini, dapat dipahami bahwa identitas resistensi merupakan upaya yang dimunculkan oleh sang aktor untuk membuat batas perta-hanan ketika berada dalam satu tekanan (Smith, 2005: 293; Pilokoanu, 2010:231-232).

Modal Sosial (Social Capital)

Teori-teori tentang modal sosial, hingga kini telah menja-di konsumsi masyarakat akademis, birokrat dan berbagai kalangan untuk digunakan sebagai alat menganalisis dan mem-bedah proses pembangunan yang lebih berhubungan dengan relasi sosial, ekonomi dalam kaitannya dengan pengembangan masyarakat. Bahkan konsep modal sosial telah menjadi peleng-kap sebagaimana konsep-konsep lainnya seperti modal manusia (human capital), modal fisik (physical capital), modal finansial (financial capital), manufaktur capital dan modal alam (natural

naan yang lain, (c), identitas itu sifatnya jamak (plural) dan bukan tunggal (singular);, (d), identitas tidak sama dengan peran atau seperangkat peran (roles). Identitas berfungsi untuk menata dan mengelola makna (meanings), sementara peran menata fungsi-fungsi (functions), (e), gugus identitas adalah sumber-sumber makna bagi si pelaku/actor itu sendiri yang dikonstruksi oleh proses bernama individualisasi; (f) identitas terkait dengan proses internalisasi nilai-nilai, norma-norma, tujuan-tujuan, ideal-ideal; (g), pada hakekatnya identitas dibedakan atas dua yaitu identitas individu dan identitas kolektif. Individualism juga bisa menjadi indentitas kolektif; (h), ada tiga bentuk dan asal-usul identitas, identitas yang sah (legimitation identity), identitas perla-wanan (resistancy identity) dan identitas proyek (project identity).

Page 21: Bab Dua Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/727/3/D_902007002_BAB II.pdf · Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan,

Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan, Identitas…

41

capital) (Porritt, 2002:4)4. Sebelum lebih jauh memahamai bagaimana perspektif teoritis modal sosial bekerja dalam model kolaborasi ekonomi, alangkah baiknya kita memahami secara umum konsep modal sosial yang telah dikembangkan oleh para pemikir. Baik modal sosial yang didekati dari perspektif komu-nitas atau kelompok maupun dalam perspektif individu.

Dalam perkembangan penggunaan konsep modal sosial, ternyata bukan saja sebagai pendekatan ekonomi, namun telah berkembang pada berbagai disiplin ilmu seperti ilmu hukum, ilmu politik, sosiologi dan antropologi (CRP, 2003:7). Perkem-bangan ini mengakibatkan munculnya berbagai pendapat dan gagasan yang sering menimbulkan perdebatan serius tentang penggunaan konsep modal sosial5. Terlepas dari perdebatan terhadap penggunaan konsep modal sosial, ada baiknya peman-faatan modal sosial oleh beberapa ahli dapat dikemukakan sebagai kerangka tinjauan dalam memetakan, memahami dan memaknai kolaborasi pedagang kecil (petty traders) sebagai-mana maksud dari tulisan ini. Walaupun memang para penulis tersebut tidak membicarakan langsung masalah modal sosial dengan pedagang kecil (petty traders), tetapi dengan memahami modal sosial menurut mereka, maka setidaknya membantu

4 Sebagaimana juga dikemukakan juga oleh Grootaert (2002) bahwa terdapat tiga tipe modal yaitu: natural capital, physical (produced) capital, dan human capital4 yang sering dipakai dan digunakan bagi analisis pembangunan eko-nomi dan proses pertumbuhan ekonomi. 5 Konsep modal sosial digunakan dan diterbitkan oleh Bank Dunia sebagai-mana ditulis oleh Dasgupta Partha dan Serageldin Ismail (2000) “Social Capital” A Multifaceted Perspective untuk memetakan berbagai persoalan pembangunan di banyak negara berkembang. Selain itu rumusan Bank Dunia, yang merupakan hasil dari pemikiran para ahli yang tergabung dalam kelom-pok Advisory Council to the Vice Presidency for Environmentally Sustainable Development. Ada dua definisi social capital yaitu: (a) Social capital menunjuk pada norma, institusi dan hubungan sosial yang membentuk kualitas interaksi sosial dalam masyarakat dan (b) social capital menunjuk pada norma, institusi dan hubungan sosial yang memungkinkan orang dapat bekerja sama.

Page 22: Bab Dua Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/727/3/D_902007002_BAB II.pdf · Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan,

Papalele: Potret Aktivitas Komunitas Pedagang Kecil di Ambon

42

memahami modal sosial dalam dunia pedagang kecil. Seperti pendapat James Coleman (2000:16; Serageldin dan Grootaert, 2000: 46):

A variety of different entities, with two elements in common: they all consist of some aspect of social structure, and they facilitate certain actions of actors – whether personal or corporate actor – within the structure.

Coleman menjelaskan bahwa ternyata tidak hanya satu

entitas dalam struktur sosial yang memfasilitasi suatu tindakan individu atau kelompok, tetapi justru lebih dari satu kategori dari entitas-entitas yang berbeda dengan dua unsur yang sama: mereka semua terdiri dari beberapa aspek struktur sosial, dan mereka memfasilitasi tindakan-tindakan tertentu dari para aktor baik individu maupun lembaga – di dalam suatu struktur. Sementara Robert Putnam (Serageldin dan Grootaert, 2000: 45): “A set of horizontal associations among people who have an effect on the productivity of the community “.

Lain halnya dengan Putnam yang melihat modal sosial sebagai suatu kumpulan asosiasi-asosiasi yang bersifat horisontal di antara orang-orang yang mempunyai pengaruh terhadap produktivitas dari masyarakat setempat. Hubungan-hubungan yang bersifat horisontal dimaknai oleh Putnam sebagai suatu kekuatan yang mampu melakukan perubahan-perubahan men-dasar, terutama ketika individu dan kelompok memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai. Hubungan tersebut tidak hanya atas kepentingan terbatas, tetapi pada kepentingan yang dirasa-kan bersama, sehingga dengannya kepentingan tersebut dapat dicapai. Kajian Putnam berangkat dari institusi sosial yang di dalamnya terdapat jaringan, norma dan kepercayaan. Hubung-an-hubungan ini menurutnya merupakan kunci keberhasilan

Page 23: Bab Dua Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/727/3/D_902007002_BAB II.pdf · Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan,

Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan, Identitas…

43

ekonomi dan demokrasi. Dalam kaitan tersebut, pedagang kecil memiliki kekuatan melalui hubungan koloborasi usaha. Hubungan kolaborasi terimplementasi secara horisontal dengan sesama pedagang kecil dan mitra usaha. Tujuan utama pedagang kecil berkolaborasi adalah untuk jangka panjang, usaha tetap dapat terus berlangsung. Perubahan yang diharapkan dari kola-borasi usaha, diwujudkan dalam bentuk pembentukan modal manusia (human capital).

Sejalan dengan pendapat Putnam, gagasan lain juga di-kemukakan oleh Turner (2000:95) bahwa dalam masyarakat terdapat suatu kekuatan yang darinya dapat mengikatkan potensi untuk dimanfaatkan bagi proses perkembangan ekonomi masyarakat, sehingga kekuatan tersebut dapat menciptakan dan mempertahankan hubungan sosial dan pola organisasi sosial. Hubungan sosial yang diciptakan individu merupakan kekuatan yang memiliki potensi bagi perkembangan ekonomi. Pada sisi lain, Woolcock and Narayan (Callois and Angeon, 2004: 3-5) lebih mengarah pada norma-norma dan jaringan-jaringan yang memungkinkan masyarakat bertindak secara bersama-sama. Lebih lanjut, Woolcock dan Narayan mengembangkan konsep yang sering dipakai dalam berbagai analisis secara empiris pada bidang sosiologi, ekonomi dan lainnya.

Konsep Woolcock and Narayan (Callois and Angeon, 2004: 3-5), dikenal dengan tiga tipe social capital: tipe pertama, bonding social capital, yang berhubungan dengan relasi-relasi di antara kelompok-kelompok yang sama seperti suku, agama, antar golongan dimana kelompok ini akan memperkuat ikatan-ikatan sosial pada kelompoknya. Tipe kedua, bridging social capital, menunjuk pada hubungan-hubungan antar kelompok yang berbeda, dan kelompok yang berbeda ini akan memper-

Page 24: Bab Dua Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/727/3/D_902007002_BAB II.pdf · Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan,

Papalele: Potret Aktivitas Komunitas Pedagang Kecil di Ambon

44

kuat ikatan-ikatan di antara kelompok-kelompok tersebut. Tipe ketiga adalah, linking social capital, yang menunjuk pada hubungan-hubungan antar individu-individu dan kelompok-kelompok dalam strata sosial yang berbeda dalam suatu struktur. Pandangan Woolcock dan Narayan dapat dikatakan memiliki korelasi dengan aktivitas pedagang kecil (petty traders). Bonding social capital terjadi ketika pedagang kecil membangun relasi dengan kelompoknya, sementara kerjasama dengan mitra usaha yang dalam hal ini pedagang perantara dan atau pedagang pemasok mempertegas bridging social capital.

Beberapa gagasan di atas, jika dicermati maka sebetulnya terdapat pokok dan kata-kata kunci yang mendasari kesimpulan pandangan mereka. Walaupun pandangan-pandangan tersebut berangkat dari perspektif dan kajian empiris yang berbeda dan memiliki tujuan yang berbeda pula. Namun sesungguhnya pandangan mereka mengarah pada satu tujuan pokok yaitu ada-nya upaya untuk membangun dan memperkuat suatu komuni-tas/masyarakat yang dapat mengembangkan diri dan kelompok-nya bagi upaya pengembangan kualitas hidup. Kata-kata kunci tersebut yakni, komunitas, norma-norma, nilai-nilai, aksi bersa-ma, tujuan bersama, dan kepentingan yang sama. Dengan demi-kian sebetulnya modal sosial tidak secara individual, tetapi melalui suatu interaksi sosial bersama. Pantoja (2002:119-120) misalnya, mengatakan bahwa social capital is nested in structure and not within individuals.

Pantoja (2002) menyatakan hal tersebut berang-kat dari hasil penelitian yang dilakukan pada masyarakat perdesaan di daerah pertambangan batu-bara desa Samaleswari dan Kalinga; Orissa India. Hasil identifikasi terhadap interaksi, tindakan dan tujuan bersama masyarakat sebagai bagian dari community based development yang dimunculkan melalui temuan enam elemen-elemen kunci yaitu: keluarga dan kerabat terkait

Page 25: Bab Dua Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/727/3/D_902007002_BAB II.pdf · Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan,

Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan, Identitas…

45

(family and kinship connection), luasnya jaringan sosial atau suatu kehidupan assosional (wider social networks or “associational life), keterkaitan lintas jaringan dari jaringan-jaringan itu sendiri (cross-sectional linkages, or “networks of networks”), modal politik (political capital), institusi dan kebijakan kerangka kerja (institutional and policy framework), dan norma-norma dan nilai-nilai sosial (social norms and value) (Pantoja, 2002:119-120; Hasbullah, 2006: 33). Penelitian Pantoja ini membuktikan bahwa sebetulnya dalam suatu komunitas, modal sosial telah ada dan dimiliki sebelumnya, namun terka-dang kesadaran dan pemahaman akan tujuan bersama tidak dapat dimaknai dalam tindakan. Sehingga menggugah masya-rakat akan pentingnya modal sosial. Pandangan modal sosial yang diungkapkan di atas pada umumnya mengarah pada pentingnya peran modal sosial dalam masyarakat (Pantoja, 2002: 119-120; Hasbullah, 2006:33), yang penekanannya pada modal sosial dalam komunitas dan kelompok Woolcock and Narayan (Callois and Angeon, 2004: 3), termasuk dalam hubungannya dengan pedagang kecil. Sesungguhnya dalam komunitas pedagang kecil, modal sosial merupakan kekuatan untuk mempertahankan eksistensi usaha mereka.

Jaringan menjadi kunci utama pedagang kecil (petty traders) mempertahankan jalannya usaha. Artinya, dengan membangun jaringan, pedagang kecil akan mendapat berbagai kemudahan untuk mengelola usaha. Melalui jaringan mereka saling tahu, saling menginformasikan, saling mengingatkan, saling bantu dalam melaksanakan atau mengatasi suatu masalah (Coleman, 1999; Lawang, 2005:62). Adapun Jacqueline Vel (2010, 217-218) menegaskan bahwa jaringan adalah bentuk orientasi dari para pelaku. Sehingga menurut Vel, jaringan hubungan penting bukan hanya karena dapat memberikan

Page 26: Bab Dua Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/727/3/D_902007002_BAB II.pdf · Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan,

Papalele: Potret Aktivitas Komunitas Pedagang Kecil di Ambon

46

akses ke berbagai sumber daya esensial, seperti modal atau tenaga kerja, tetapi juga dapat memberikan akses arus informasi dan dukungan bagi peserta jaringan. Dengan demikian, jaringan menjadi penting bagi pedagang kecil. Baik Lawang maupun Vel sependapat dengan Wellman (Vel, 2010: 219), bahwa jaringan (network) diartikan sebagai pembentukan jaringan secara sengaja untuk mendukung tercapainya tujuan.

Karena itulah dapat dikatakan bahwa modal sosial meru-pakan bagian yang tidak dilepas-pisahkan dari individu. Tindakan individu akan memberikan implikasi pada hubungan sosial yang berlangsung. Bourdieu (2001; Prabawa, 2010:34-35) menekankan perbedaan modal sosial dalam masyarakat atau komunitas dengan individu. Secara tegas Bourdieu mendifini-sikan konsep modal sosial dalam hal jaringan hubungan yang dapat bertahan lama pada aras individu (Prabawa, 2010). Karena itu modal sosial tidak terlepas dan erat berkaitan dengan konsep jaringan sosial. Individu akan memperoleh manfaat dari modal sosial jika mereka menyatu (embedded) dalam jaringan sosial yang memberikan suatu keadaan dalam hubungan sosial yang berkelanjutan (Prabawa, 2010: 35).

Kekuatan modal sosial pada individu yang terimplemen-tasi dalam masyarakat juga ditunjukkan oleh pandangan Francis Fukuyama (2001:7; 2007:22-25) yang menyebut bahwa “social capital is an instantiated informal norm that promotes co-operation between two or more individuals” (modal sosial se-cara sederhana merupakan serangkaian nilai-nilai atau norma-norma informal yang dimiliki bersama di antara anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya suatu kerjasama di antara mereka). Jika para anggota kelompok itu mengharapkan bahwa anggota-anggota yang lain akan berperilaku jujur dan terpercaya, maka mereka akan saling mempercayai. Fukuyama menegaskan bahwa kepercayaan ibarat pelumas yang membuat

Page 27: Bab Dua Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/727/3/D_902007002_BAB II.pdf · Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan,

Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan, Identitas…

47

jalannya kelompok atau organisasi menjadi efisien. Selanjutnya Fukuyama juga mengatakan bahwa norma-norma informal sangat besar mengurangi apa yang disebut oleh para ekonom sebagai biaya transaksi (transaction costs), yang dalam kondisi tertentu social capital mungkin bisa memperlancar tingkat ino-vasi dan adaptasi kelompok. Karnanya Fukuyama mengatakan pula bahwa social capital memiliki keuntungan yang jauh melampaui wilayah ekonomi. Social capital memungkinkan kelompok-kelompok yang berbeda dalam sebuah masyarakat yang kompleks untuk mengikat bersama demi membela kepen-tingan mereka yang mungkin diabaikan oleh negara yang kuat.

Seperti telah diuraikan bahwa di dalam modal sosial, terdapat ukuran untuk menilai proses modal sosial dapat berlangsung seperti norma (norm), kepercayaan (trust) dan jaringan (network). Jika merujuk pada aktivitas pedagang kecil (petty traders), tentunya kepercayaan dan jaringan berkola-borasi menjadi aspek penentu keberlanjutan dan bertahannya usaha. Keduanya juga menjadi pemicu kolaborasi dengan pihak lain, sehingga dapat saja dikatakan bahwa kepercayaan (trust) dan jejaring (network) menjadi motor penggerak jalannya usaha. Bagi pedagang kecil (petty traders) seperti ini keperca-yaan dan jaringan harus terus dipelihara dan bahkan mungkin perlu diperluas jejaringnya untuk mendapatkan lebih banyak lagi berbagai akses yang mempermudah jalannya usaha dengan pihak lain (Prabawa, 2010: 37).

Modal sosial yang dimaksud tidak muncul dengan sendi-rinya tanpa melalui suatu proses, tetapi modal sosial sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang dimaksud antara lain pola organisasi yang tumbuh dalam suatu pola (setting) kebudayaan masyarakat lokal seperti tatanan sosial masyarakat yang berhubungan dengan keperca-

Page 28: Bab Dua Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/727/3/D_902007002_BAB II.pdf · Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan,

Papalele: Potret Aktivitas Komunitas Pedagang Kecil di Ambon

48

yaan tradisional, pola-pola pembagian kekuasaan dalam masya-rakat, pola atau sistem produksi dan reproduksi serta nilai-nilai dan norma itu sendiri (Pariela, 2008). Faktor eksternal seperti pengaruh agama, globalisasi, urbanisasi, kebijakan pemerintah, hukum dan perundang-undangan, ekspansi pendidikan, politik dan pemerintahan serta nilai-nilai universal seperti demokrasi, persamaan, kebebasan, dan keadaban (Hasbullah, 2006:17-19). Atas pertimbangan itulah maka aspek-aspek modal sosial yang lebih menonjol terkait dengan objek kajian akan lebih berhu-bungan dengan kepercayaan dan kolaborasi jaringan atau kerja-sama antar pedagang kecil (petty traders).

Walaupun memang modal sosial masih terus dipedebat-kan karena sangat bervariasi, tetapi melalui pemikiran dan konsep tentang modal sosial ini, sudah sepatutnya menjadi perhatian dunia pedagang kecil (petty traders). Beberapa teori modal sosial yang telah disebutkan, paling tidak dapat dipakai sebagai acuan dalam memetakan realitas kolaborasi pedagang kecil (petty traders). Dengan demikian dari kerangka pemikiran modal sosial ini sesungguhnya merupakan titik awal menda-lami, menjelaskan dan memahami kondisi, relevansi dan imply-kasi atas tindakan yang dilakukan pedagang kecil (petty traders) dalam usahanya. Terutama yang berkaitan erat dengan keper-cayaan dalam jaringan. Jaringan hubungan memberikan dasar kepercayaan dan identitas dalam kelompok secara erat, dan norma informal memungkinkan para aktor untuk terlibat dalam tindakan kolektif untuk mewujudkan kepentingan mereka (Nee, 1998: 86). Semua hal yang terkait dengan keputusan, komitmen, kesepakatan, soliditas dan solidaritas dan tujuan bersama dalam dan antar kelompok, bukanlah suatu hal yang dibuat tanpa didasari oleh pertimbangan tertentu. Semua hal tersebut merupakan bagian proses berpikir dan bertindak secara rasional yang mengarah pada tujuannya (goal oriented).

Page 29: Bab Dua Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/727/3/D_902007002_BAB II.pdf · Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan,

Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan, Identitas…

49

Kesimpulan

Posisi tinjauan teoritis yang telah diuraikan merupakan pijakan dari empat konsep sintesa. Konsep tersebut masing-masing pemenuhan kebutuhan hidup, kewirausahaan, identitas dan modal sosial. Pertalian keempat konsep tersebut dijadikan argumentasi untuk menjelaskan tentang pedagang kecil (petty traders) berkolaborasi dalam usaha. Dalam penelitian ini, fokus tertuju pada pedagang kecil menggunakan strategi kolaborasi untuk mempertahankan usaha. Selain itu, pedagang kecil me-nyadari bahwa bukan hanya tujuan keuntungan yang dikejar, tetapi dengan berkolaborasi orientasi masa depan melalui investasi pada aspek pendidikan adalah penting bagi masa depan mereka dan anak-anaknya.

Sebagaimana pandangan Carswell (Bryceson, 1999) dan Zoomers (Marschkel dan Berkes, 2006) tentang pemenuhan kebutuhan hidup yang dilakukan individu atau rumah tangga, merupakan suatu bentuk kemampuan menghimpun aset dari individu atau rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dengan demikan pada dasarnya individu, rumah tangga, atau kelompok akan selalu berupaya memenuhi kebutuhan hidup, dan tidak terlepas dari situasi ketidak-pastian. Seperti juga per-juangan masyarakat perdesaan yang selalu berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Tujuannya jelas, untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga, pada masa sekarang dan masa depan secara berkelanjutan.

Tekanan yang dihadapi individu dan rumah tangga meru-pakan pijakan untuk mengubah situasi ke arah kesejahteraan keluarga—setidak-tidaknya kebutuhan keluarga terpenuhi. Dalam konteks penelitian ini, bagi masyarakat di perdesaan, tidak ada pilihan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak

Page 30: Bab Dua Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/727/3/D_902007002_BAB II.pdf · Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan,

Papalele: Potret Aktivitas Komunitas Pedagang Kecil di Ambon

50

selain menjadi pedagang kecil (petty traders). Pedagang kecil (petty traders) sebagaimana diketahui adalah orang-orang yang berjualan seadanya di pasar untuk mencari penghasilan bagi keluarga. Pada saat usaha dilakukan, setidaknya berhubungan dengan jiwa kewirausahaan (enteprenuer), yang ditunjukkan melalui kerja keras, mandiri, ulet dan memiliki motivasi serta komitmen dalam menjalankan usaha.

Eksistensi pedagang kecil (petty traders), ditunjukkan melalui seperangkat identitas yang melekat sekaligus merupa-kan simbol. Pakaian dan peralatan berjualan menegaskan identitas lokal yang berbeda dengan pelaku usaha yang lain, sekaligus upaya membangun citra (image building). Pengakuan atas identitas mereka tidak eksklusif adanya, tetapi pengakuan juga diberikan oleh pihak lain—dalam hal ini mitra usaha dan masyarakat. Identitas tidak hanya ditunjukkan melalui bentuk fisik pakaian dan peralatan jualan, tetapi identitas juga dimani-festasikan melalui kolaborasi usaha sebagai suatu kesadaran bersama. Kesadaran dalam menciptakan kebersamaan dan ke-adilan menikmati hasil jerih payah. Dalam situasi pasar yang bersaing, mereka justru memilih berkolaborasi.

Sebagai individu dan kelompok, para pedagang kecil (petty traders) menyadari bahwa jaringan (network) usaha melalui kepercayaan (trust) dengan mitra usaha patut dipeliha-ra. Ini adalah modal sosial yang selalu dijaga dan dirawat untuk keberlanjutan usaha. Jaringan usaha tidak hanya terbatas untuk sesama pedagang kecil (petty traders), tetapi jaringan dibuka dengan pedagang yang lain. Untuk mempertahankan jaringan tersebut, kekuatannya bertumpu pada rasa saling percaya satu dengan yang lain. Kepercayaan ditunjukkan melalui kewajiban yang harus dipenuhi tanpa pamrih. Kedua pihak membangun rasa saling percaya (resiprositas) tanpa saling merugikan satu dengan yang lain. Mekanisme yang dibangun pedagang kecil

Page 31: Bab Dua Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/727/3/D_902007002_BAB II.pdf · Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan,

Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan, Identitas…

51

(petty traders) sebagai modal sosial, merupakan strategi kola-borasi yang ampuh untuk mempertahankan usaha yang dikaji dalam penelitian ini.

Page 32: Bab Dua Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/727/3/D_902007002_BAB II.pdf · Rumah Tangga dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup, Kewirausahaan,