bab 8 scott-pat

14
TEORI AKUNTANSI POSITIF A. Garis Besar Teori Akuntansi Positif Teori Akuntansi Positif/ Positive Accounting Theory (PAT) berkaitan dengan prediksi tindCakan seperti pilihan kebijakan akuntansi oleh perusahaan dan bagaimana perusahaan akan merespon standar akuntansi baru yang sedang diajukan. PAT mempunyai pandangan bahwa perusahaan mengorganisir diri mereka sendiri dalam cara yang paling efisien, seperti untuk memaksimalkan prospek mereka untuk terus bertahan hidup sehingga sejumlah perusahaan akan lebih terdesentralisir ketimbang perusahaan lain, sejumlah perusahaan menjalankan aktivitas didalam sedangkan perusahaan lainnya mengontrakkan aktivitas yang sama pada pihak luar, sejumlah perusahaan melakukan pembiayaan lebih banyak dengan hutang ketimbang perusahaan lainnya, dan seterusnya. Bentuk organisasi yang paling efisien untuk suatu perusahaan tertentu tergantung pada faktor-faktor seperti lingkungan hukum dan lingkungan institusionalnya, teknologinya dan tingkat persaingan dalam industrinya, dimana faktor-faktor ini menentukan sekumpulan peluang investasi yang tersedia bagi perusahaan dan juga prospeknya. PAT berpendapat bahwa kebijakan akuntansi perusahaan akan dipilih sebagai bagian dari masalah minimalisasi biaya pengadaan kontrak yang lebih luas, seperti untuk mencapai pengelolaan perusahaan yang efisien. Mian dan Smith (1990) memprediksi bahwa semakin besar integrasi/penyatuan antara 1

Upload: syahral-ahmad

Post on 23-Nov-2015

22 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sa

TRANSCRIPT

TEORI AKUNTANSI POSITIF

A. Garis Besar Teori Akuntansi PositifTeori Akuntansi Positif/ Positive Accounting Theory (PAT) berkaitan dengan prediksi tindCakan seperti pilihan kebijakan akuntansi oleh perusahaan dan bagaimana perusahaan akan merespon standar akuntansi baru yang sedang diajukan. PAT mempunyai pandangan bahwa perusahaan mengorganisir diri mereka sendiri dalam cara yang paling efisien, seperti untuk memaksimalkan prospek mereka untuk terus bertahan hidup sehingga sejumlah perusahaan akan lebih terdesentralisir ketimbang perusahaan lain, sejumlah perusahaan menjalankan aktivitas didalam sedangkan perusahaan lainnya mengontrakkan aktivitas yang sama pada pihak luar, sejumlah perusahaan melakukan pembiayaan lebih banyak dengan hutang ketimbang perusahaan lainnya, dan seterusnya. Bentuk organisasi yang paling efisien untuk suatu perusahaan tertentu tergantung pada faktor-faktor seperti lingkungan hukum dan lingkungan institusionalnya, teknologinya dan tingkat persaingan dalam industrinya, dimana faktor-faktor ini menentukan sekumpulan peluang investasi yang tersedia bagi perusahaan dan juga prospeknya.

PAT berpendapat bahwa kebijakan akuntansi perusahaan akan dipilih sebagai bagian dari masalah minimalisasi biaya pengadaan kontrak yang lebih luas, seperti untuk mencapai pengelolaan perusahaan yang efisien. Mian dan Smith (1990) memprediksi bahwa semakin besar integrasi/penyatuan antara perusahaan induk dengan perusahaan cabang maka semakin besar kemungkinan perusahaan induk akan mempersiapkan laporan keuangan konsolidasi. Argumen ini dapat diperluas untuk memprediksi bahwa jika laporan keuangan konsolidasi dipersiapkan untuk monitoring internal maka akan lebih murah untuk juga mempersiapkan laporan keuangan konsolidasi untuk pelaporan kepada pihak eksternal. Mian dan Smith menghadirkan bukti-bukti empirik yang konsisten dengan prediksi ini.

PAT tidak menyatakan bahwa perusahaan (dan pembentuk standar) harus menentukan secara lengkap kebijakan akuntansi yang akan mereka gunakan. Hal itu akan menjadi terlalu mahal. Maka diinginkan untuk memberi manajer suatu fleksibilitas untuk memilih kebijakan akuntansi sehingga mereka dapat beradaptasi pada kondisi yang baru atau kondisi yang tidak terduga. Meskipun biasanya sekumpulan kebijakan akuntansi dapat diambil seperti yang diperbolehkan dibawah GAAP, tidak ada alasan, selain dari biaya, mengapa kumpulan kebijakan akuntansi tersebut tidak dapat dibatasi lebih lanjut oleh kontrak.Kumpulan kebijakan akuntansi yang optimal untuk perusahaan kemudian menggambarkan imbal balik terbaik antar kebijakan akuntansi yang telah ditentukan sebelumnya secara ketat untuk meminimalisasi biaya pengadaan kontrak dibawah kondisi saat ini, dan memberikan pada manajer fleksibilitas untuk mengubah kebijakan akuntansi dalam menghadapi perubahan kondisi, termasuk menghasilkan biaya perilaku oportunistik. PAT menekankan kebutuhan untukpenyelidikan empirik untuk menentukan apa kebijakan akuntansinya dan bagaimana mereka berbeda-beda dari satu perusahaan ke perusahaan lain yang tergantung pada struktur organisasinya. Pada akhirnya,tujuan dari teori ini adalah untuk memahami dan memprediksi pilihan kebijakan akuntansi antar perusahaan yang berbeda. Jadi, PAT tidak berusaha untuk menceritakan pada individu atau unsur-unsurnya apa yang seharusnya mereka lakukan. Teori yang melakukan hal ini disebut teori normatif. Apakah teori normatif mempunyai kemampuan prediktif yang bagus atau tidak tergantung pada kondisi dimana individu sebenarnya membuat keputusan seperti yang digambarkan oleh teori tersebut.

Sejumlah teori normatif mempunyai kemampuan prediktif. Bagaimanapun juga, kita masih mempunyai teori normatif yang bagus bahkan ketika teori itu tidak membuat prediksi yang bagus. Salah satu alasannya adalah bahwa membutuhkan waktu bagi orang-orang untuk memahami teori. Tetapi jika teori normatif adalah teori yang bagus, maka kita akan melihat teori itu semakin banyak diadopsi ketika orang-orang mempelajarinya. Bagaimanapun juga, tidak seperti teori positif, kemampuan prediktif bukanlah kriteria utama yang harus dinilai dari teori normatif. Sebaliknya, yang harus dinilai adalah konsistensi logikanya dengan asumsi mendasar tentang bagaimana individu yang rasional harus berperilaku.B. Tiga Hipotesis Teori Akuntansi PositifPrediksi yang dibuat oleh PAT sebagian besar diorganisir di area tiga hipotesis yang diformulasikan oleh Watts dan Zimmerman (1986). Berikut hipotesis dalam bentuk oportunistiknya :

1. Hipotesis Rencana Bonus (Bonus Plan Hypothesis). Jika semua hal lain dianggap seimbang/sama, maka manajer perusahaan dengan rencana bonus akan lebih besar kemungkinannya untuk memilih prosedur akuntansi yang menggeser earning/penghasilan yang dilaporkan dari periode masa depan ke periode sekarang.

2. Hipotesis Perjanjian Hutang (Debt Covenant Hypothesis). Jika semua hal lain dianggap sama/tidak berubah, maka semakin dekat perusahaan ke pelanggaran perjanjian hutang yang berbasis akuntansi, maka semakin besar kemungkinan manajer perusahaan untuk memilih prosedur akuntansi yang menggeser earning/penghasilan yang dilaporkandari periode mendatang ke periode sekarang.

3. Hipotesis Biaya Politik (Political Cost Hypothesis). Jika semua hal lain dianggap sama/tidak berubah, maka semakin besar biaya politik yang dihadapi suatu perusahaan, maka semakin besar kemungkinan manajer untuk memilih prosedur akuntansi yang dapat menangguhkan earning/penghasilan yang dilaporkan dari periode sekarang ke periode mendatang.

Tiga hipotesis ini membentuk komponen yang penting dari PAT, yaitu bahwa semua akan mengarah pada prediksi yang dapat diuji secara empiric. Kita juga akan memperkirakan bahwa manajer perusahaan dengan rencana bonus akan menentang standar akuntansi yang diajukan yang akan menurunkan income bersih yang dilaporkan, karena dengan diberlakukannya standar tersebut maka sulit untuk memaksimalkan earning/penghasilan bersih yang dilaporkan saat inidengan pilihan kebijakan akuntansi. Sama dengan hal itu, hipotesis perjanjian hutang memprediksi bahwa manajer perusahaan dengan rasio hutang terhadap ekuitas yang tinggi akan memilih kebijakan akuntansi yang kurang konservatif dibandingkan manajer perusahaan dengan rasio yang rendah, dan akan lebih besar kemungkinannya menentang standar baru yang membatasi kemampuan mereka untuk melakukan hal tersebut.

Hipotesis biaya politik juga memprediksi bahwa manajer dari perusahaan yang sangat besar akan memilih kebijakan akuntansi yang lebih konservatif dibandingkan manajer dari perusahaan yang lebih kecil, dan kecil kemungkinannya untuk menentang standar baru yang akan menurunkan income bersih yang dilaporkan. Hipotesis ini dapat juga diinterpretasikan dari perspektif pengadaan kontrak yang efisien. Sebaliknya, volatilitas earning/penghasilan yang dihasilkan akan mengurangi utilitas yang diharapkan dari bonus mendatang untuk manajer yang menolak resiko atau tidak menyukai resiko dan meningkatkan probabilitas pelanggaran perjanjian hutang di masa mendatang. Kedua pengaruh atau feel ini akan menimbulkan biaya pengadaan kontrak tambahan pada perusahaan.

C. Penelitian Empiris Teori Akuntansi Positif (PAT)Teori akuntansi positif telah menghasilkan sejumlah besar penelitian empiris. Lev (1979) tidak membuat rekomendasi apapun tentang bagaimana perusahaan dan investor harus bereaksi terhadapeksposure draftdari SFAS 19. Malahan, makalah tersebut menekankan pada bagaimana investor bereaksi pada prospek perusahaan minyak dan gas yang menggunakan metodefull-costuntuk berpindah pada metodesuccesfull-effort. Studi Lev membantu kita memahami mengapa perusahaan yang berbeda memilih kebijakan akuntansi yang berbeda, mengapa sejumlah manajer keberatan terhadap perubahan dalam kebijakan tersebut dan mengapa investor bereaksi pada dampak potensial dari perubahan kebijakan akuntansi atas income bersih. Lev menyertakan baik hipotesis rencana bonus maupun hipotesis perjanjian hutang sebagai alasan yang mungkin diambil untuk reaksi pasar yang tidak menguntungkan atas prospek perusahaanfull-costdidorong untuk berubah ke perusahaan dengan metodesuccesfull-effort. Pada kondisi pengadaan kontrak perusahaan menjadi kurang efisien, dan pada kondisi dimana manajer akan berperilaku secara oportunistik untuk melindungi bonusnya dan menghindari pelanggaran perjanjian hutang, maka pasar sekuritas diperkirakan akan bereaksi secara negatif. Kebanyakan penelitian PAT telah dicurahkan untuk menguji implikasi dari ketiga hipotesis yang telah digambarkan diatas.

Sweeney (1994) melaporkan pengujian atas hipotesis perjanjian hutang. Sweeney memperoleh informasi tentang keberadaan dan sifat pelanggaran perjanjian hutang dari laporan tahunan perusahaan, termasuk MD&A. Dia menemukan bahwa perjanjian yang paling sering dilanggar berhubungan dengan pemeliharaan modal kerja dan ekuitas pemegang saham. Rasio hutang terhadap ekuitas dan rasio cakupan bunga tidak terlalu sering dilanggar. Banyak perusahaan sampel yang mengungkapkan sifat biaya yang mereka keluarkan karena adanya pelanggaran perjanjian. Hal ini menyangkut meningkatnya sekuritas, pembatasan atas peminjaman lanjutan, dan tingkat bunga yang lebih tinggi. Sweeney menemukan bahwa dalam periode delapan tahun dimulai dari lima tahun sebelum tahun kegagalan, perusahaan yang gagal, rata-rata, membuat perubahan kebijakan akuntansi yang meningkatkan income yang signifikan secara lebih sukarela dibandingkan perusahaan sampel kontrol, dan bahwa dampak kumulatif rata-rata terhadap income bersih yang dilaporkan dari perubahan ini secara signifikan lebih besar untuk perusahaan yang mengalami kegagalan.

Sebagai tambahan terhadap perubahan secara sukarela dalam kebijakan akuntansi seperti yang telah disebutkan sebelumnya, perusahaan mungkin mampu untuk memanipulasi income bersih yang dilaporkan dengan penentuan timing dari adopsi standar akuntansi baru. Contoh, SFAS 52 yang berhubungan dengan translasi mata uang asing diterbitkan pada bulan Desember 1981. Perusahaan yang income bersihnya meningkat dibawah SFAS 52 relatif terhadap income dibawah SFAS 8 akan mengadopsi lebih awal jika mereka mendekati atau melanggar perjanjian hutang, sesuai dengan hipotesis perjanjian hutang. Sweeney menemukan bahwa sampelnya berupa perusahaan yang mengalami kegagalan cenderung mengadopsi standar yang meningkatkan income bersifat wajib lebih awal, dan menunda adopsi standar yang mengurangi income. Perusahaan dalam sampel kontrol tidak menunjukkan perilaku ini. Hasil kebijakan akuntansi secara sukarela atau wajib dari Sweeney konsisten dengan pilihan akuntansi oportunistik oleh manajer, dengan mengorbankan kreditor, seperti yang diprediksi oleh hipotesis perjanjian hutang. Untuk menyelidiki mengapa sejumlah perusahaan yang gagal mengadopsi kebijakan akuntansi untuk meningkatkan income bersih yang dilaporkan dan mengapa perusahaan yang lain tidak melakukannya, Sweeney mengidentifikasi dari perusahaan yang gagal itu perusahaan yang mempunyai fleksibilitas akuntansi maupun biaya kegagalan yang rendah.Dia menemukan bahwa perusahaan yang mengalami kegagalan dalam sampelnya yang mempunyai fleksibilitas kecil dan biaya kegagalan yang rendah akan membuat lebih sedikit perubahan akuntansi yang dapat meningkatkan income dibandingkan perusahaan yang tidak mempunyai karakteristik tersebut, sehingga manajer terlihat melakukan imbal balik biaya perubahan kebijakan akuntansi dengan manfaatnya.

Dengan merujuk pada hipotesis biaya politik, kebanyakan investigasiempiric didasarkan pada ukuran/besar perusahaan. Bagaimanapun juga, ukuran biaya politik ini semakin diperumit oleh korelasi ukuran/besar dengan karakteristik perusahaan yang lain, seperti profitabilitas dan resiko. Hipotesis rencana bonus dan hipotesis perjanjian hutang juga berlaku dalam arah yang berlawanan dengan ukuran/sizedalam prediksi kebijakan akuntansi mereka, sehingga perlu untuk mengontrol efek-efeknya. Pertimbangan ini menyatakanbahwa investigasi empiris dari hipotesis biaya politik harus melihat situasi dimana biaya politik itu menonjol. Salah satu situasinya terjadi ketika perusahaan dibawah tekanan dari impor luar negeri.

Jones (1991) mempelajari tindakan perusahaan untuk menurunkan income bersih yang dilaporkan selama investigasi keringanan/pembebasan impor. Pemberian keringanan/pembebasan pada perusahaan yang dipengaruhi oleh persaingan luar negeri yang tidak adil, sebagian merupakan keputusan politik. Peraturan perdagangan memperkenankan pemberian bantuan seperti perlindungan tarif kepada perusahaan dalam industri yang dipengaruhi persaingan luar negeri yang tidak adil. Di Amerika Serikat, Komisi Perdagangan Internasional (ITC) bertanggung jawab untuk menyelidiki apakah ada ketidakadilan. Penyelidikan ini akan mempertimbangkan faktor-faktor ekonomi seperti penjualan dan profit dari perusahaan yang terpengaruh. Bagaimanapun juga, juga ada pertimbangan dimensi politik untuk memberikan keringanan itu karena konsumen akan berakhir dengan membayar harga yang lebih tinggi, dan mungkin ada balas dendam dari negara-negara asing. Jadi, ini tidak berarti bahwa memburuknya profitabilitas memadai untuk memberikan keringanan/pembebasan. Akibatnya, perusahaan yang terpengaruh mempunyai insentif untuk memilih kebijakan akuntansi yang menurunkan/merendahkan income bersih yang dilaporkan, untuk menyokong kasus tersebut. Tentu saja, insentif ini akan diketahui ITC, politisi, dan publik. Bagaimanapun juga, seperti yang ditunjukkan oleh Jones, unsur-unsur ini mungkin tidak mempunyai motivasi untuk menyesuaikan diri terhadap manipulasi menurun yang oportunistik atas earning/penghasilan. Cara yang efektif untuk mengurangiearningdilaporkan dalam cara yang sulit dideteksi adalah memanipulasi kebijakan akuntansi yang berhubungan dengan akrual. Mudah untuk menentukan total akrual perusahaan selama satu tahun. Salah satu pendekatannya adalah mengamati perbedaan antara arus kas operasi dengan income bersih. Akrual yang diinterpretasikan secara luas disini, adalah pengaruh bersih dari semua peristiwa operasi yang dicatat selama satu tahun selain dari arus kas. Jadi perubahan dalam piutang dan hutang adalah akrual seperti halnya perubahan dalam persediaan. Beban amortisasi adalah akrual yang negatif, yang merupakan porsi dariproperty,pabrik dan perlengkapan yang ditangguhkan pada tahun itu. Jones menggunakan pendekatan yang ekuivalen, dengan melakukan perubahan dalam modal kerja non kas untuk satu tahun dari neraca komparatif, ditambah beban amortisasi, sebagai ukurannya untuk total akrual.

Bagaimanapun juga, pemisahan total akrual kedalam komponen diskresioner dan non diskresioner menimbulkan masalah yang besar. Hal ini karena akrual yang bersifat non diskresioner berkorelasi dengan tingkat aktivitas bisnis. Jones menemukan temuan dari perilaku yang dapat diprediksi. Untuk hampir semua perusahaan dalam sampel, akrual diskresioner seperti yang diukur diatas secara signifikan negatif dalam tahun penyelidikan ITC. Akrual negatif yang signifikan tidak ditemukan dalam tahun sebelum dan sesudah investigasi atau penyelidikan. Hasil ini, meskipun mungkin tidak sekuat yang diperkirakan tetapi menyatakan bahwa perusahaan yang dipengaruhi secara sistematis memilih kebijakan akrual untuk memperbaiki masalah mereka dalam hal perlindungan impor, yang konsisten dengan hipotesis biaya politik.

Meskipun ketiga hipotesis ini menjelaskan reaksi manajer, tetapi bukti yang ada kurang kuat bahwa mereka dapat menjelaskan reaksi investor terhadap perubahan kebijakan akuntansi. Dalam kenyataannya, studi Lev yang direview dalam bagian 7.6 merupakan salah satu dari beberapa studi yang menemukan reaksi pasar sekuritas yang jelas terhadap perubahan kebijakan. Bagaimanapun juga, meskipun Lev tidak mengklarifikasi apakah hasilnya berhubungan dengan variabel teori positif atau dengan ketidakefisienan pasar sekuritas. Secara lebih umum, Bernard (1989) menyatakan bahwa temuan bahwa pasar merespon konsekuensi ekonomi dari standar lain selain dari minyak dan gas sulit untuk dicapai. Apakah pengaruh nilai pasar ada, tetapi metodologi empirik tidak dapat mencakupnya, atau apakah ketiga hipotesis itu bukan penduga yang baik atas reaksi pasar sekuritas terhadap konsekuensi ekonomi masih menjadi pertanyaan yang terbuka lebar.

D. Membedakan Teori Akuntansi Posistif (PAT) versi Oportunistik dan Kontrak EfisienSeperti yang telah disebutkan sebelumnya, ketiga hipotesis PAT telah dinyatakan dalam bentuk oportunistik, dimana mereka berasumsi bahwa manajer memilih kebijakan akuntansi untuk memaksimalkan utilitas yang diharapkan dari mereka relatif terhadap remunerasi, kontrak hutang serta biaya politik. Ketiga hipotesis tersebut juga dapat dinyatakan dalam bentuk efisiensi, atas asumsi bahwa sistem pengendalian internal, termasuk monitoring oleh dewan komisaris, membatasi oportunisme, dan memotivasi manajer untuk memilih kebijakan akuntansi yang dapat meminimalkan biaya pengadaan kontrak. Seringkali, dua bentuk format PAT ini membuat prediksi yang serupa sehingga sulit untuk mengatakan apakah pilihan kebijakan akuntansi dari perusahaan yang diamati didorong/digerakkan oleh oportunisme atau oleh efisiensi. Penelitian PAT membahas ini. Merujuk pada studi Mian dan Smith yang melaporkan temuan bahwa perusahaan membuat keputusan yang efisien dengan merujuk pada penyiapan laporan keuangan konsolidasi. Chistie dan Zimmerman (1994) juga menyelidiki kondisi pilihan akuntansi yang dapat meningkatkan income dalam perusahaan sampel yang telah menjadi target pengambilalihan. Dasar pemikiran mereka adalah bahwa jika pilihan kebijakan akuntansi yang oportunistik terjadi, maka hal itu akan merajalela dalam perusahaan yang selanjutnya diambil alih, ketika manajemen perusahaan yang ada berjuang untuk mempertahankan pekerjaan dan reputasi mereka dengan memaksimalkan income bersih yang dilaporkan dan posisi keuangannya. Christie dan Zimmerman menemukan bahwa, bahkan dalam sampel itu, pengaruh dari pilihan akuntansi yang dapat meningkatkan income dalam populasi perusahaan masih terbilang kecil.Sweeney (1994) menemukan bahwa manajer berhati-hati terhadap masalah biaya dan manfaat dari perubahan kebijakan akuntansi, dan cenderung mengubah kebijakan akuntansi ketika menghadapi masalah perjanjian hutang hanya ketika hal itu efektif dalam hal biaya. Jika hanya versi oportunistik dari hipotesis perjanjian hutang yang dipegang, maka manajer akan kurang memperhatikan biaya dalam usahanya untuk mengatasi masalah perjanjian hutang tersebut. Penelitian Dechow (1994) juga berhubungan dengan dua versi PAT. Dia berpendapat bahwa jika akrual sebagian besar adalah hasil dari manipulasi oportunistik terhadap earning/pendapatan yang dilaporkan, maka pasar yang efisien akan menolak mereka karena mereka memilih arus kas, dimana arus kas akan sangat berhubungan dengan return saham ketimbang income bersih. Alternatifnya, jika akrual merefleksikan pengadaan kontrak yang efisien, maka income bersih harus lebih banyak berhubungan dengan return saham ketimbang arus kas. Uji empirik yang dilakukan Dechow menemukan bahwa income bersih lebih banyak berhubungan dengan return saham ketimbang arus kas. Dechow juga berpendapat bahwa ketika akrual relatif besar.Uji empiriknya menemukan bukti seperti itu, sehingga menambah dukungan lebih lanjut pada pengadaan kontrak yang efisien. Studi oleh Subramanyam (1996) juga mendukung pengadaan kontrak yang efisien dan menemukan bahwa pilihan akrual diskresioner dari manajer digunakan untuk memperbaiki kemampuan earning saat ini (current earning) untuk memprediksi kinerja perusahaan dimasa depan, dan untuk meningkatkan manajemen earning. Berdasarkan hal itu, model Jones juga digunakan oleh Subramanyam untuk mengestimasi porsi diskresioner dari total akrual, dan berdasarkan efisiensi pasar sekuritas yang ada, sulit untuk mengamati respon pasar yang positif jika akrual dipilih secara oportunistik. Hal ini menyatakan bahwa versi pengadaan kontrak yang efisien dari PAT-lah yang menonjol.

3