bab 4 sistem yang diusulkan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab4/2006-2-01213-if_bab...
TRANSCRIPT
89
BAB 4
RANCANGAN SISTEM YANG DIUSULKAN
4.1 Identifikasi Kelebihan dan Hambatan pada PT. XYZ
Ada beberapa identifikasi kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh PT. XYZ
dalam hubungannya dengan implementasi IP Telephony di PT. XYZ.
4.1.1 Identifikasi Kelebihan PT. XYZ
Saat ini PT. XYZ sudah memiliki jaringan PABX yang berjalan dengan baik
walaupun dengan beberapa kekurangan yang ada. Sementara itu jaringan LAN mereka
sudah berjalan dengan baik dan dirasa tidak memerlukan pengubahan dan pengaturan
arus jaringan lagi. Jaringan LAN yang ada saat ini juga sudah menggunakan peralatan
yang masih memadai untuk dikembangkan lebih lanjut dan menunjukan performa yang
memuaskan, disamping Router Cisco 3640 yang digunakan sudah mendukung
penggunaan modul Voice FXO yang dapat dipakai sebagai gateway jaringan data dan
suara sekaligus.
Untuk aplikasi IP Communications terutama IP Telephony, jaringan data PT.
XYZ dalam keadaan yang siap mendukung implementasi teknologi ini, selain karena
sebagian besar peralatan jaringan yang digunakan mengusung merek dan teknologi dari
Cisco Systems, sehingga dapat dipastikan saling kompatibel dan mendukung, jaringan
data saat ini sudah mendukung arus bandwith sampai 100 mbps, bahkan port 1 gbps
sudah tersedia dan dapat digunakan kelak bila diperlukan sebagai backbone pada switch,
terutama saat arus data dan voice digabungkan menggunakan satu media saja (LAN).
Sebagai salah satu gold member Cisco Systems, PT. XYZ memiliki akses
langsung pembelian ke Cisco Systems, dan mendapatkan harga yang jauh lebih murah.
90
Semua peralatan yang dibutuhkan dan dibeli untuk IP Telephony mendapatkan harga
khusus untuk peralatan demo, dengan diskon 45% dari harga pricelist untuk dijual
kepada umum. Disamping itu untuk masalah lisensi dan perijinan, PT. XYZ
mendapatkan prioritas dan kelonggaran untuk pengembangan IP Telephony.
4.1.2 Identifikasi Hambatan PT.XYZ
Terbatasnya jumlah port yang tersisa pada switch yang ada saat ini menjadi
hambatan yang mutlak dalam pengimplementasian IP Telephony di PT. XYZ.
Disamping itu, peralatan jaringan komputer (LAN) di kantor pusat PT. XYZ masih
belum mendukung “power in line”, yaitu mengalirnya aliran listrik secara bersamaan
dengan arus data. Hal ini sebenarnya diperlukan dalam membantu mendukung
pengimplementasian IP Telephony, karena peralatan IP Phone (terminal) selalu
mendukung teknologi ini, disamping fungsionalnya yang memudahkan pemasangan dan
menghemat ruang serta sumber daya, terutama penyediaan perkabelan dan steker listrik.
Disarankan untuk menambahkan switch baru yang medukung “power in line” untuk
mendukung aplikasi penuh sistem IP Telephony di PT. XYZ.
Sulitnya mengubah kebiasaan dari pengoperasionalan peralatan PABX yang
sudah sekian lama digunakan menjadi pengoperasian perangkat IP Telephony yang
sedikit banyak berubah, dan kurangnya pemahaman yang mendalam terhadap
pemakaian teknologi baru terhadap sebagian karyawan membuat pengimplementasian
teknologi ini memerlukan waktu penyesuaian dan tidak bisa secara langsung mengubah
total jaringan PABX yang ada menjadi jaringan IP Telephony, karena akan menghambat
kinerja secara signifikan.
Hambatan lainnya adalah masalah biaya investasi. Masih relatif mahalnya harga
peralatan IP Telephony (Cisco Call Manager Server (CCM), IP phone, dan switch yang
91
mendukung power-in-line) dan beberapa perlengkapan pendukung apabila
diimplementasikan secara langsung membuat pengimplementasian IP Telephony akan
dilakukan secara bertahap. Walaupun demikian investasi tersebut diharapkan memiliki
keuntungan jangka panjang dan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan
dengan menginvestasikan PABX.
4.2 Pemilihan Solusi Teknologi IP Telephony
IP Telephony memberikan manfaat yang lebih dalam mendukung jaringan
telekomunikasi dibandingkan dengan sistem PABX. Sistem PABX konvensional dewasa
ini berkembang ke aah yang sama dengan sistem IP Telephony. Saat ini banyak dijumpai
sistem PABX yang mendukung penggunaan IP, walaupun tidak dapat menerapkan
sepenuhnya fleksibilitas yang dimiliki IP Telephony. Hal tersebut dikarenakan desain
awal sistem PABX yang masih berbasiskan switching bukan packet, sehingga aplikasi-
aplikasi harus dibangun berbasiskan sistem konvensional bukan dengan basis IP seperti
pada jaringan komputer. Selain itu perkembangan sistem PABX bersifat proprietary
sehingga pengembangannya harus terikat pada vendor yang menciptakan teknologi ini.
Sementara itu IP Telephony dibangun diatas terminologi softswitch, dimana
masing-masing layer memiliki standar tertentu yang ditetapkan oleh International
Softswitch Consortium (ISC), sehingga aplikasi yang berjalan diatasnya dapat
dikembangkan oleh siapa saja dan bersifat open system.
Pembangunan jaringan PABX konvensional memiliki keterbatasan hardware
yang lebih rumit dan cenderung statis. Misalnya pemakaian jumlah ekstensi dan port
yang terbatas dan untuk meng-expand perlu penggantian sentral PABX yang lebih besar
dengan harga yang relatif mahal, hal ini dijawab dengan jumlah extensi dan port yang
nyaris tak terbatas. Penambahan ekstensi cukup dengan menambahkan kapasitas
92
penyimpanan (hardisk) pada telephony server dan penggunaan switch yang memiliki
port lebih besar yang dapat dipakai bersama-sama dalam jaringan data.
Bagi perusahaan yang memiliki banyak cabang maupun untuk menghubungkan
jaringan telekomunikasi antar perusahaan dan residensial, dengan sistem PABX
memerlukan jalur khusus yang mahal (dedicated lines) serta pemasangan perangkat
sentral PABX pada setiap node/gateway-nya. Sementara dengan IP Telephony perangkat
yang dibutuhkan sebagai gateway adalah router yang juga berfungsi untuk jaringan data,
jalur yang digunakan pun cukup menggunakan jalur yang sama dengan arus data untuk
koneksi antar node. Untuk menangani call processing dan database dapat dipilih
beberapa arsitektur penyebaran IP telephony server (merujuk pada 2.2.4.2 halaman 33)
yang cenderung lebih murah dibanding sentral PABX beserta expansion slot-nya.
Pengintegrasian jaringan data dan telepon akan memberikan efisiensi, khususnya
dalam pemeliharaan infrastruktur. Karena menggunakan infrastruktur yang sama untuk
data dan telepon, maka infrastruktur perkabelan, penggunaan switch dan router dapat
dipakai bersama-sama tanpa perlu investasi dan perawatan terpisah.
4.3 Usulan Solusi IP Telephony pada PT.XYZ
Berdasarkan hasil analisis permasalahan yang terjadi pada PT. XYZ terdapat dua
solusi utama yang dapat mengatasi permasalahan yang terjadi di PT.XYZ. Usulan solusi
yang pertama dengan memasang jaringan PABX yang baru dan solusi kedua adalah
dengan mengimplementasikan jaringan IP Telephony untuk menggantikan jaringan
PABX yang ada saat ini dan sudah tidak mampu mendukung perkembangan bisnis
PT.XYZ.
93
4.3.1 Analisis Solusi
Pemasangan jaringan PABX yang baru memerlukan perubahan struktur.
Penggantian perangkat sentral PABX yang lama dan digantikan dengan yang baru dan
pemasangan kabel-kabel baru adalah sesuatu yang pasti dan harus dilakukan. Akan
tetapi berdasarkan analisis kebutuhan solusi IP Telephony memiliki beberapa
keunggulan yang tidak ada pada PABX.
Keunggulan utama IP Telephony adalah dari segi teknologi pendukung dan
infrastruktur yang ada saat ini pada PT.XYZ seperti perkabelan dan peralatan jaringan
sudah mendukung pengimplementasian IP Telephony tanpa perlu penggantian.
Disamping itu IP Telephony dibutuhkan untuk investasi jangka panjang. Apabila di
waktu yang akan datang kantor PT. XYZ yang baru sudah siap ditempati dan
memerlukan implementasi jaringan suara dan data, peralatan yang ada saat ini tetap
dapat digunakan, hanya tinggal menambah beberapa switch dan infrastruktur perkabelan
cukup menggunakan jaringan kabel data (RJ-45), tidak perlu lagi memasang perkabelan
untuk suara (RJ-11) dan data sekaligus. Sementara jaringan di kantor yang sekarang
tidak perlu diubah lagi, dan jaringan data serta suara pada dua kantor PT.XYZ menjadi
terintegrasi, menggunakan router dan CCM yang sama (sentralisasi),
4.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Solusi
Beberapa keuntungan atau kelebihan dari penggunaan IP Telephony bagi
PT.XYZ adalah sebagai berikut:
1. Mengatasi masalah kekurangan saluran telepon yang terjadi di PT.XYZ. Kurangnya
daya dukung sentral PABX yang sudah penuh dan tidak dapat diekspansi lagi.
94
Gambar 4.1 Analogi Kekurangan Daya Dukung PABX
2. Meningkatkan mobilitas karyawan dan efisiensi ruang kerja dapat untuk
implementasi 'mobile desktop' sehingga mengurangi meja atau ruang yang harus
disediakan (konsep sharing desk). IP Telephony dapat juga mendukung karyawan
yang berada di luar kantor tetapi tetap dapat mengakses telepon dan data pribadinya
yang berada di dalam kantor.Pemanfaatan saluran Virtual Private Network (VPN)
juga diharapkan mampu semakin mendukung mobilitas karyawan, sehingga
dimanapun karyawan berada (di luar kantor) ia tetap mendapatkan akses telepon dan
data pribadinya di kantor.
Gambar 4.2 Analogi Mobilitas Karyawan
3. Bisa ditambahkan fasilitas voice mail/unified messaging (investasi terpisah). Voice-
mail merupakan fitur merekam pesan yang hendak disampaikan oleh seorang
95
penelepon. Fitur ini diberikan karena untuk tetap melayani penelepon meskipun
karyawan sedang tidak berada di tempat. Tidak perlu lagi menyediakan sebuah
pesawat telepon yang mahal harganya karena akan digunakan juga sebagai mesin
penjawab. Cukup dengan menggunakan pesawat telepon biasa atau bahkan komputer
pribadinya, karyawan sudah dapat menerima voice-mail. Kemudahan pun semakin
diberikan karena kita dapat mengakses voice-mail yang masuk lewat e-mail
seandainya kita sedang berada di lokasi yang jauh. Sistem voice-mail dapat
diintegrasikan ke sistem e-mail PT. XYZ (MS-EXCHANGE) untuk direktori dan
voice mail/unified messaging sehingga dapat diakses bersamaan dengan e-mail.
Gambar 4.3 Analogi Unified Messaging
4. IP Telephony merupakan investasi jangka panjang yang efisien. Pada umumnya
korporasi memiliki infrastruktur internet untuk melakukan pertukaran informasi baik
antara kantor pusat dengan kantor cabang atau antara korporasi dengan pelanggan.
Di satu sisi, untuk keperluan hal–hal di atas enterprise juga melakukan percakapan
telepon. Hal ini akan menimbulkan biaya penggunaan koneksi internet dan koneksi
telepon yang tidak sedikit. Penggunaan IP Telephony akan menyelesaikan persoalan
pembengkakan biaya telepon, di sisi lain akan memaksimalkan infrastruktur IP-nya.
96
Percakapan telepon antara kantor pusat dengan kantor cabang dapat dilakukan
dengan IP Telephony yang tidak perlu membayar ke operator tertentu.
Selain itu perawatan dan pengembangan perkabelan yang rumit dan mahal biayanya
apabila menggunakan dua infrastruktur (voice dan data) akan terpangkas karena
hanya akan ada satu infrastruktur untuk dua layanan yaitu infrastruktur data saja.
Dengan memasang sistem IP Telephony, perusahaan tidak perlu lagi membangun
infrastruktur telepon dengan memasang PABX dan menggelar kabel–kabel baru.
Sistem IP Telephony dibangun cukup dengan mengintegrasikan perangkat IP-PBX
ke jaringan Local Area Network (LAN). Kemudian untuk bertelepon cukup dengan
memasang terminal IP Phone atau IP Gateway atau komputer PC atau notebook
yang digunakan sehari–hari.
Gambar 4.4 Analogi Investasi Jangka Panjang
5. Dapat digunakan untuk studi kasus implementasi IP Telephony ke konsumen dalam
rangka menunjang penjualan IP Telephony.
6. Tracking dan billing untuk internal PT. XYZ (per user/per ekstensi) Setiap
percakapan yang terjadi di dalam system IP Telephony akan dicatat di dalam bentuk
database informasi Call Detail Record (CDR). Data inilah yang akan memberikan
97
informasi semua penggunaan telepon yang terjadi, oleh pesawat dengan nomor
ekstension mana, menghubungi nomor telepon siapa, waktunya kapan, dan berapa
lama terjadinya percakapan. Dengan demikian dapat dilakukan monitoring tarif
telepon karena diketahui nomor – nomor mana yang sering ditelepon.
7. Mempunyai fasilitas PABX kelas enterprise seperti call forward, call pickup, call
hold, call transfer, conference call, dan lain-lain.
8. Fax mail dengan mudah dapat diaplikasi di atas sistem IP Telephony. Fitur ini
memungkinkan fax yang ditunjukan ke korporasi dapat diterima ke dalam bentuk e-
mail, tidak langsung di print ke mesin fax. Hal ini memberikan keuntungan dari segi
keamanan dan kerahasiaan fax, sehingga hanya dapat diakses oleh orang yang
berkepentingan di dalam korporasi. Fax dalam bentuk e-mail juga dapat diakses
dengan mudah dari mana pun cukup dengan membuka e-mail. Proses pengiriman fax
juga menjadi lebih mudah karena tidak lagi menghabiskan waktu untuk mengirim
fax di depan mesin fax, tetapi cukup dengan melakukannya di depan sebuah
komputer PC atau notebook. Pesan fax terkirim dengan baik juga akan diberikan di
layar monitor.
9. Teknologi IP Telephony adalah teknologi terbuka sehingga siapa pun dapat
mengembangkan berbagai macam aplikasi, tidak terbatas pada vendor produk
tertentu. Tidak mengherankan dengan memasang sistem IP Telephony, sebuah
perusahaan memiliki aplikasi dan layanan komunikasi yang kaya. Karena berbasis
IP, IP Telephony dapat dimonitor dengan mudah dan tampilan yang menarik dari
sebuah komputer PC. Selain fitur dan aplikasi menarik lainnya yang diberikan
seperti auto-attendant, voice-mail, voice conference, dan music on hold.
98
10. Sistem Interactive Voice Response (IVR) sangat membantu korporasi dalam
memberikan kepuasan kepada pelanggan. Korporasi akan berusaha semaksimal
mungkin untuk memberikan pelayanan apa pun yang dikehendaki pelanggan.
Bahkan, banyak korporasi membuka layanan 24 jam terhadap pelanggan, sehingga
kapanpun pelanggan dapat dilayani dengan sebaik–baiknya. Selain itu pelayanan
pelanggan yang maksimal akan semakin meningkatkan loyalitas pelanggan yang
merasakan kepuasan terhadap layanan yang diberikan. Sistem IVR yang
menyediakan pelayanan terhadap pelanggan oleh sistem komputer di satu sisi adalah
sumber pendapatan. Penambahan waktu pelayanan juga berarti penambahan waktu
melakukan bisnis.
11. Dapat dikembangkan untuk menjadi sistem video conference. Fitur ini dengan
mudah dapat digunakan hanya dengan membuat kanal–kanal konferensi dapat
dengan atau tanpa password. Dengan informasi kanal maka akan dilakukan
konferensi, peserta konferensi akan dengan mudah bergabung di dalam konferensi
telepon tersebut.
12. Pengembangan ke depan (integrasi dengan sistem internal PT. XYZ): call center,
customer relationship management, helpdesk service, cek barang stok online, cek
jadwal kedatangan barang, cek status projek, cek status invoice, pengurusan ijin cuti,
pengurusan purchase request, absensi online/realtime, short messaging service
(SMS), instant messaging & presence awareness.
Sedangkan kekurangan yang dihadapi dengan pengimplementasian IP Telephony
pada PT XYZ adalah :
99
1. Meninggalkan struktur PABX yang saat ini eksis. Dengan menggunakan IP
Telephony secara keseluruhan maka secara pasti struktur PABX yang saat ini eksis
akan ditinggalkan.
2. Perlunya pelatihan dan mengubah kebiasaan dari penggunaan PABX ke IP
Telephony
Penggunaan sistem baru akan menghadapi hambatan dari karyawan yang sudah
biasa menggunakan sistem lama, migrasi ini akan memakan waktu dan perlu
pelatihan dan mengubah kebiasaan dari karyawan tersebut.
3. Biaya investasi yang relatif mahal. Walaupun biaya per bulan relatif lebih murah dan
untuk expand-nya juga relatif mudah dibandingkan dengan sistem PABX, tetapi
awal investasinya relatif lebih mahal.
4.4 Simulasi Pengujian
IP Phone 202
IP Phone 204
IP Phone 203
IP Phone 205
Call Manager Server MCS-7815-1000-CH2(Windows 2000 Advance Server)
Menjalankan aplikasi PRTG untuk memantau jaringanSwitch Cisco WS-
C3548-XL
Gambar 4.5 Topologi Simulasi I
Dalam melakukan simulasi, digunakan implementasi sederhana dengan gambaran
topologi seperti pada gambar 4.5.
100
4.4.1 Konfigurasi
Untuk pengujian pada laboratorium ini digunakan beberapa peralatan seperti :
1. Sebuah Call Manager MCS 7800 (Call Manager Server with 100 lisence) yang
berfungsi juga sebagai server untuk memonitor jaringan, dipasang pada port Fa0/6 di
switch. Server ini sendiri dioperasikan oleh Windows 2000 Advanced Server yang
menjalankan servis DHCP dan TFTP.
2. Sebuah switch Cisco WS-C3548-XL yang dikonfigurasi secara default dengan IP
yang diberikan adalah 172.16.100.1 sebagai IP manageable. Semua port dimasukan
dalam VLAN1.
3. CP7960 (IP Phone) pada ekstensi 204, dipasang pada port Fa0/24 di switch.
4. CP7940 (IP Phone) pada ekstensi 202, dipasang pada port Fa0/22 di switch.
5. CP7912 (IP Phone) pada ekstensi 203, dipasang pada port Fa0/21 di switch.
6. CP7905 (IP Phone) pada ekstensi 205, dipasang pada port Fa0/23 di switch.
IP yang didapat perangkat IP Phone merupakan IP dari DHCP Server yang
dijalankan oleh CCM, TFTP server juga dijalankan oleh CCM.
Standar persinyalan yang digunakan adalah H.323 dengan audio codec G.711.
Hal ini dilakukan mengingat kekompatibelan dan pengaruhnya terhadap bandwith
jaringan. Sementara itu sebagian besar konfigurasi dibiarkan secara default dan
rekomendasi yang dianjurkan.
4.4.2 Analisis Hasil Simulasi
Analisis hasil simulasi menggunakan analisis MRTG (trafic) untuk membuktikan
berapa tingkat kenaikan trafic saat tanpa IP Telephony dan dengan IP Telephony,
memberi pengaruh signifikan atau tidak.
101
4.4.2.1 Keadaan 1 IP Phone Saat Awal Switch Dinyalakan
Grafik 4.1 Hasil Sniffing pada Call Manager sekaligus PRTG Server Pada
Percobaan 4.4.2.1
Grafik 4.2 Hasil MRTG pada Port yang Digunakan oleh Call Manager (CCM)
sekaligus PRTG Server Pada Percobaan 4.4.2.1
102
Grafik 4.3 Hasil MRTG pada Port yang Digunakan oleh IP Phone Berekstensi 204
Pada Percobaan 4.4.2.1
Dari hasil percobaan diatas (pada grafik 4.1-4.3), terlihat bahwa pada saat awal
switch dinyalakan atau saat awal IP Phone disambungkan ke port pada switch akan
terjadi beberapa proses antara IP Phone dengan Call Manager Server. Berdasarkan
pengamatan puncak pemakaian bandwith terbesar adalah berkisar pada 160 kbit/sec dari
IP Phone ke CCM, dan sekitar 32 kbit/sec dari CCM ke IP Phone. Pada saat ini terjadi
proses sinkronisasi dan pensettingan jaringan antara IP Phone dan CCM, antara lain
konfigurasi IP (DHCP) dan ekstensi pada IP Phone. Perlu diingat bahwa nilai diatas
masih termasuk trafic yang dihasilkan oleh proses SNMP oleh MRTG dan NETBIOS.
Hal tersebut terlihat dari hasil sniffing yang dilakukan pada CCM yang terlihat pada
tabel di bawah :
Other NETBIOS SNMP SUM kbyte kbit/second kbyte kbit/second Kbyte kbit/second kbyte kbit/second 4:20 PM - 4:25 PM 42.573 1.956 6.045 0.278 80.852 3.714 129.470 5.947
Tabel 4.1 Tabel Pemakaian Arus Data Pada CCM Ketika Digunakan 1 IP Phone
Tabel 4.1 menunjukan bahwa bandwith yang dipakai oleh IP Telephony hanya
sekitar 32,9 % (Other = Protokol IP Telephony) , SNMP 62,4 % dan NETBIOS 4,7 %,
dengan asumsi bahwa protokol other adalah protokol yang digunakan pada IP
Telephony, karena dari percobaan sebelumnya dengan mengambil sampel dua buah
komputer yang terhubung ke switch kemudian switch direload dan komputer tidak
melakukan sesi apapun serta tanpa adanya jaringan IP Telephony (tidak ada Call
Manager dan IP Phone yang terhubung) protokol Other bernilai 0.
103
4.4.2.2 Keadaan 2 IP Phone Saat Awal Switch Dinyalakan.
Grafik 4.4 Hasil Sniffing pada Call Manager Sekaligus PRTG Server Pada
Percobaan 4.4.2.2
Grafik 4.5 Hasil MRTG pada Port yang Digunakan oleh Call Manager (CCM)
Sekaligus PRTG Server Pada Percobaan 4.4.2.2
104
Grafik 4.6 Hasil MRTG pada Port yang Digunakan oleh IP Phone Berekstensi 204
Pada Percobaan 4.4.2.2
Grafik 4.7 Hasil MRTG pada Port yang Digunakan oleh IP Phone Berekstensi 205
Pada Percobaan 4.4.2.2
Berdasarkan grafik 4.4 sampai 4.7 terlihat bahwa pemakaian bandwith oleh IP
Phone mempengaruhi bandwith pada Call Manager, tetapi pengaruh ini menjadi tidak
terlalu signifikan karena adanya sedikit perbedaan waktu sinkronisasi. Hal ini terlihat
pada grafik di setiap IP Phone yang menunjukan waktu yang sedikit berbeda untuk
sinkronisasi sehingga proses ini tidak terlalu membebani jaringan.
4.4.2.3 Keadaan 4 IP Phone Saat Awal Switch Dinyalakan
Grafik 4.8 Hasil Sniffing pada Call Manager Sekaligus PRTG Server Pada
Percobaan 4.4.2.3
105
Grafik 4.9 Hasil MRTG pada Port yang Digunakan oleh Call Manager (CCM)
Sekaligus PRTG Server Pada Percobaan 4.4.2.3
Grafik 4.10 Hasil MRTG pada Port yang Digunakan oleh IP Phone Berekstensi 202
Pada Percobaan 4.4.2.3
Grafik 4.11 Hasil MRTG pada Port yang Digunakan oleh IP Phone Berekstensi 203
Pada Percobaan 4.4.2.3
106
Grafik 4.12 Hasil MRTG pada Port yang Digunakan oleh IP Phone Berekstensi 204
Pada Percobaan 4.4.2.3
Grafik 4.13 Hasil MRTG pada Port yang Digunakan oleh IP Phone Berekstensi 205
Pada Percobaan 4.4.2.3
Berdasarkan pengamatan grafik 4.8 sampai 4.13 saat switch dengan keempat IP
Phone di-reload, terlihat jelas bahwa proses sinkronisasi dan pengkonfigurasian IP
Phone berlangsung pada waktu yang hampir bersamaan, tetapi terdapat sedikit selisih
yang menyebabkannya tidak terlalu membebani jaringan. Hal ini dikarenakan
perbedaaan spesifikasi telepon yang digunakan mempengaruhi proses sinkronisasi dan
pengkonfigurasian jaringan
Other ICMP NETBIOS SNMP SUM Kbyte kbit/second kbyte kbit/second kbyte kbit/second kbyte kbit/second kbyte kbit/second2:45 PM – 2:50 PM 80.888 4.031 0.068 0.003 6.287 0.313 363.383 18.108 450.626 22.456
Tabel 4.2 Tabel Pemakaian Arus Data Pada CCM Ketika Digunakan 4 IP Phone
107
Dari tabel 4.2 terlihat bahwa presentase bandwith yang lewat adalah sebagai
berikut : Other 18 %, ICMP relatif 0%, NETBIOS 1,4 % dan SNMP 80.6%.
4.4.2.4 Kosong stabil dengan 4 IP Phone
Grafik 4.14 Hasil Sniffing pada Call Manager Sekaligus PRTG Server Pada
Percobaan 4.4.2.4
Grafik 4.15 Hasil MRTG pada Port yang Digunakan oleh Call Manager (CCM)
Sekaligus PRTG Server Pada Percobaan 4.4.2.4
Berdasarkan hasil pemantauan pada switch yang dipakai pada grafik 4.14 dan
4.15, terlihat bahwa arus terbesar yang melewati switch adalah untuk SNMP, dimana
protokol ini digunakan oleh program PRTG yang menjalankan aplikasi MRTG untuk
memantau arus data yang lewat ke setiap device yang terhubung ke switch. Data diatas
108
didapat saat kondisi stabil sebelum terjadi panggilan telepon dan switch sudah berjalan
selama sekitar 30 menit dan telah mengenali setiap device yang terpasang pada portnya.
Grafik 4.16 Hasil MRTG pada Port yang Digunakan oleh IP Phone Berekstensi 202
Pada Percobaan 4.4.2.4
Grafik 4.17 Hasil MRTG pada Port yang Digunakan oleh IP Phone Berekstensi 203
Pada Percobaan 4.4.2.4
109
Grafik 4.18 Hasil MRTG pada Port yang Digunakan oleh IP Phone Berekstensi 204
Pada Percobaan 4.4.2.4
Grafik 4.19 Hasil MRTG pada Port yang Digunakan oleh IP Phone Berekstensi 205
Pada Percobaan 4.4.2.4
Berdasarkan pengamatan grafik 4.16-4.19, dapat disimpulkan bahwa dalam
keadaan tanpa ada sambungan telepon, tetap terjadi arus data yang keluar dan masuk ke
setiap perangkat IP Phone, termasuk juga pada Call Manager. Arus data ini
mensimulasikan arus sinkronisasi terus-menerus antara perangkat IP Phone dengan Call
Manager. Protokol yang bekerja pada saat ini adalah SCCP. Besaran rata-rata arus data
yang keluar-masuk pada setiap IP Phone berbeda-beda tergantung tipe telepon yang
digunakan, hal ini dikarenakan setiap seri IP Phone memiliki fasilitas layanan yang
110
berbeda-beda, sehingga proses sinkronisasi terus menerusnya lebih banyak
menggunakan bandwith.
4.4.2.5 Melakukan Panggilan 203 ke 202 dan 202 ke 203
Grafik 4.20 Hasil Sniffing pada Call Manager sekaligus PRTG Server Pada
Percobaan 4.4.2.5
Grafik 4.21 Hasil MRTG pada Port yang Digunakan oleh Call Manager (CCM)
Sekaligus PRTG Server Pada Percobaan 4.4.2.5
111
Grafik 4.22 Hasil MRTG pada Port yang Digunakan oleh IP Phone Berekstensi 202
Pada Percobaan 4.4.2.5
Grafik 4.23 Hasil MRTG pada Port yang Digunakan oleh IP Phone Berekstensi 203
Pada Percobaan 4.4.2.5
Berdasarkan analisis grafik 4.20-4.23, dapat ditarik kesimpulan bahwa saat IP
Phone melakukan sambungan dengan mengangkat gagang telepon, tidak terjadi arus
data yang signifikan. Setelah nomor ekstensi tujuan ditekan barulah akan terjadi
lonjakan sesaat arus data, khususnya pada CCM yang mengalami lonjakan yang
signifikan, sementara pada IP Phone sendiri tidak terlalu signifikan.
Saat menunggu panggilan diangkat, arus data yang mengalir relatif kecil, hanya
sesekali ada peningkatan sedikit pada CCM dan IP Phone tujuan, sementara pada IP
112
Phone pemanggil, arus data terlihat relatif normal dan stabil seperti sebelum melakukan
panggilan.
Lonjakan arus data yang terbesar terjadi saat panggilan diangkat dan selama
panggilan belum diputus. Peningkatan yang besar ini terjadi pada kedua IP Phone dan
CCM. Pada IP Phone berekstensi 203 (yang melakukan panggilan) dan IP Phone
berekstensi 202 (yang menerima panggilan) arus data minimum akan berkisar pada 160
kbit/second (80 kbit/second masuk dan 80 kbit/second keluar) dan akan melonjak
sampai puncak maksimum berkisar pada 320 kbit/second (160 kbit/second masuk dan
160 kbit/second keluar). Sementara pada Call Manager, arus data yang melonjak tajam
hanya pada saat panggilan telepon dilakukan (saat mendial nomor yang dituju) dengan
bandwith masuk maksimum mencapai 30 kbit/sec serta mencapai puncaknya pada saat
panggillan dijawab mencapai 32 kbit/second, sementara bandwith keluar terlihat tidak
terlalu terpengaruh dengan kisaran maksimum mencapai 22 kbit/sec. Dari grafik diatas
juga terlihat pada saat kedua IP Phone digunakan untuk berbicara arus data pada Call
Manager kembali seperti sediakala sebelum ada panggilan dengan bandwith keluar dan
masuk maksimum masing-masing mencapai kisaran 22 kbit/sec dan bandwith keluar
minimum mencapai kisaran 8 kbit/sec dan masuk minimun mencapai kisaran 6 kbit/sec.
Setelah panggilan diakhiri, keadaan arus data pada IP Phone akan kembali
normal seperti sebelum ada panggilan, sementara pada Call Manager terjadi sedikit
lonjakan arus masuk sebesar 10 kbit/second, kemudian kembali normal seperti sebelum
ada panggilan.
Percobaan ini ingin membuktikan bahwa panggilan yang berlangsung bolak-
balik (dari ekstensi 202 ke 203 dan 203 ke 202) memiliki karakteristik yang hampir
113
sama bahkan dapat dikatakan relatif sama. Hal ini terlihat jelas pada pada grafik
sebelumnya.
4.4.2.6 Panggilan 204 ke 205 Kemudian dari 205 ke 204
Grafik 4.24 Hasil Sniffing pada Call Manager sekaligus PRTG Server Pada
Percobaan 4.4.2.6
Grafik 4.25 Hasil MRTG pada Port yang Digunakan oleh Cisco Call Manager
(CCM) sekaligus PRTG Server Pada Percobaan 4.4.2.6
114
Grafik 4.26 Hasil MRTG pada Port yang Digunakan oleh IP Phone Berekstensi 204
Pada Percobaan 4.4.2.6
Grafik 4.27 Hasil MRTG pada Port yang Digunakan oleh IP Phone Berekstensi 205
Pada Percobaan 4.4.2.6
Grafik 4.28 Hasil MRTG pada Port yang Digunakan oleh IP Phone Berekstensi 202
Pada Percobaan 4.4.2.6
115
Grafik 4.29 Hasil MRTG pada Port yang Digunakan oleh IP Phone Berekstensi 203
Pada Percobaan 4.4.2.6
Berdasarkan grafik 4.24-4.29 dapat disimpulkan bahwa setiap IP Phone (Tipe
yang berbeda-beda, khususnya 7960, 7940, dan 7905) memiliki karakteristik
penggunaan bandwith yang relatif sama saat melakukan panggilan.
4.4.2.7 Pengujian Sambungan 2 Pasang IP Telephony Secara Bersamaan
Lab I – 203 Melakukan panggilan ke 202 dan komunikasi dipertahankan sampai
beberapa saat kemudian 205 melakukan panggilan ke 207, sesaat keduanya melakukan
panggilan secara bersamaan, lalu panggilan 203 ke 202 diputuskan, dan beberapa saat
kemudian panggilan 205 ke 204 juga diakhiri.
Grafik 4.30 Hasil Sniffing pada Call Manager sekaligus PRTG Server Pada
Percobaan 4.4.2.7 Lab I
116
Grafik 4.31Hasil MRTG pada Port yang Digunakan oleh Call Manager (CCM)
Sekaligus PRTG Server Pada Percobaan 4.4.2.7 Lab I
Grafik 4.32 Hasil MRTG pada Port yang Digunakan oleh IP Phone Berekstensi 202
Pada Percobaan 4.4.2.7 Lab I
Grafik 4.33 Hasil MRTG pada Port yang Digunakan oleh IP Phone Berekstensi 203
Pada Percobaan 4.4.2.7 Lab I
117
Grafik 4.34 Hasil MRTG pada Port yang Digunakan oleh IP Phone Berekstensi 204
Pada Percobaan 4.4.2.7 Lab I
Grafik 4.35 Hasil MRTG pada Port yang Digunakan oleh IP Phone Berekstensi 205
Pada Percobaan 4.4.2.7 Lab I Berdasarkan pengamatan dari grafik 4.30-4.35, dapat disimpulkan bahwa IP
Telephony tidak mempengaruhi bandwith secara signifikan. Disamping pemakaian
bandwith yang relatif kecil bila dibandingkan dengan kapasitas bandwith jaringan yang
mencapai 100 Mbps. Bandwith yang dipakai pada puncaknya mampu mencapai berkisar
152 kbit/second untuk kirim dan 152 kbit/second untuk menerima data saat komunikasi
sedang terjadi untuk setiap IP Phone. Sementara itu Bandwith yang dipakai oleh Call
Manager Server juga relatif kecil, dengan maksimal arus data yang masuk berkisar pada
37 kbit/second dan pada saat yang sama arus data yang keluar berkisar pada 23 kbit/sec.
Kisaran ini pun hanya terjadi saat sambungan diangkat, sementara pada saat IP Phone
118
mendial nomor sambungan arus yang masuk dan keluar juga diatas rata-rata tetapi masih
dibawah jumlah arus daat sambungan diangkat dan setiap terjadi nada sambungan yang
belum diangkat oleh nomor tujuan, saat panggilan dijawab oleh IP Phone tujuan, serta
saat sambungan diputus arus data berada pada kisaran normal yaitu maksimal mencapai
23 kbit/sec untuk masing-masing arus masuk dan keluar.
Lab II Pada saat yang hampir bersamaan, 203 melakukan panggilan ke 202,
kemudian 205 melakukan panggilan ke 204. Sambungan ini dilakukan dengan selisih
waktu yang relatif kecil sehingga hampir dapat dikatakan bersamaan
Grafik 4.36 Hasil Sniffing pada Call Manager Sekaligus PRTG Server Pada
Percobaan 4.4.2.7 Lab II
Grafik 4.37 Hasil MRTG pada Port yang Digunakan oleh Call Manager (CCM)
Sekaligus PRTG Server Pada Percobaan 4.4.2.7 Lab II
119
Grafik 4.38 Hasil MRTG pada Port yang Digunakan oleh IP Phone Berekstensi 202
Pada Percobaan 4.4.2.7 Lab II
Grafik 4.39. Hasil MRTG pada Port yang Digunakan oleh IP Phone Berekstensi
203 Pada Percobaan 4.4.2.7 Lab II
Grafik 4.40 Hasil MRTG pada Port yang Digunakan oleh IP Phone Berekstensi 204
Pada Percobaan 4.4.2.7 Lab II
120
Grafik 4.41 Hasil MRTG pada Port yang Digunakan oleh IP Phone Berekstensi 205
Pada Percobaan 4.4.2.7 Lab II
Lab III - Pada kesempatan yang berbeda, dilakukan percobaan dengan kasus yang
hampir sama. Dengan gambar topologi 4.6 sebagai berikut :
Gambar 4.6 Topologi Simulasi II
Skenario lengkap yang dilakukan adalah sebagai berikut 202 menelepon 203 dan
dijawab oleh 203 kemudian 204 menelepon 205 dan panggilan dijawab, sejenak
keempat IP Phone digunakan bersama-sama pada dua sambungan yang berbeda, lalu
kedua sambungan diputuskan, akan tetapi sesaat kemudian 202 melakukan panggilan ke
121
203 dilanjutkan 204 melakukan panggilan ke 205 dan kedua panggilan yang berbeda
tersebut dijawab pada waktu yang bersamaan dan didapat hasil sebagai berikut :
Grafik 4.42 Hasil MRTG pada Port yang Digunakan oleh Call Manager Server
Pada Percobaan 4.4.2.7 Lab III
Grafik 4.43 Hasil MRTG pada Port yang Digunakan oleh IP Phone Berekstensi 202
Pada Percobaan 4.4.2.7 Lab III
Grafik 4.44 Hasil MRTG pada Port yang Digunakan oleh IP Phone Berekstensi 203
Pada Percobaan 4.4.2.7 Lab III
Grafik 4.45 Hasil MRTG pada Port yang Digunakan oleh IP Phone Berekstensi 204
Pada Percobaan 4.4.2.7 Lab III
122
Grafik 4.46 Hasil MRTG pada Port yang Digunakan oleh IP Phone Berekstensi 205
Pada Percobaan 4.4.2.7 Lab III
Dari hasil percobaan dengan kasus seperti diatas (Lab II dan Lab III), dapat
ditarik kesimpulan bahwa IP Phone hanya akan mempengaruhi arus data secara
signifikan saat melakukan panggilan (nomor tujuan didial) dan mencapai puncaknya saat
panggilan dijawab. Hal tersebut berlaku secara linier. Maksudnya setiap panggilan akan
menyebabkan arus yang relatif hampir sama, sehingga saat ada dua panggilan yang
dijawab bersamaan terlihat pada grafik 4.36-4.46 terjadi lonjakan grafik hampir relatif
dua kali lipat dibandingkan hanya satu panggilan yang dijawab. Pada percobaan yang
kedua tersebut peningkatan arus terlihat lebih jelas, karena tidak dipengaruhi oleh arus
yang disebabkan oleh arus SNMP. Hal ini dikarenakan pada percobaan kedua yang
dilakukan menggunakan komputer yang berbeda untuk CCM dan komputer yang
menjalankan PRTG untuk memonitor arus data.
Berikut ini, akan disajikan beberapa percobaan untuk membandingkan
penggunaan arus dengan kondisi-kondisi tertentu.
Other NETBIOS SNMP SUM kbyte kbit/second kbyte kbit/second Kbyte kbit/second kbyte kbit/second
4:20 PM - 4:25 PM
42.573 1.956 6.045 0.278 80.852 3.714 129.470 5.947
Tabel 4.3 Tabel Penggunaan Arus 1 Phone Switch Reload
Berdasarkan tabel 4.3 terlihat bahwa presentase bandwith yang lewat adalah
sebagai berikut : Other 32,9 %, SNMP 62,4 % dan NETBIOS 4,7 %.
123
Other ICMP NETBIOS SNMP SUM Kbyte kbit/second kbyte kbit/second kbyte kbit/second kbyte kbit/second Kbyte kbit/second
2:45 PM - 2:50 PM 80.888 4.031 0.068 0.003 6.287 0.313 363.383 18.108 450.626 22.456
Tabel 4.4 Tabel Penggunaan Arus 4 Phone Switch Reload
Berdasarkan tabel 4.4 terlihat bahwa presentase bandwith yang lewat adalah
sebagai berikut : Other 18 %, ICMP relatif 0%, NETBIOS 1,4 %, dan SNMP 80.6%
Other SNMP SUM kbyte kbit/second kbyte kbit/second kbyte kbit/second
11/24/2005 2:30 PM – 2:35
PM
0.375 0.440 19.787 23.223 20.162 23.663
Tabel 4.5 Tabel Penggunaan Arus Pada 4 phone stabil
Berdasarkan tabel 4.5 terlihat bahwa presentase bandwith yang lewat adalah
sebagai berikut : Other 2%, dan SNMP : 98%.
Other SNMP SUM kbyte kbit/second kbyte kbit/second kbyte kbit/second
11/24/2005 3:35 PM - 3:40 PM 16.885 0.463 465.907 12.770 482.792 13.232
Tabel 4.6 Tabel Penggunaan Arus Pada Saat Menelpon bergantian
Berdasarkan tabel 4.6 terlihat bahwa presentase bandwith yang lewat adalah
sebagai berikut : SNMP : 96,5 %, dan Other : 3,5 %
Other SNMP SUM Kbyte kbit/second Kbyte kbit/second kbyte kbit/second
11/24/2005 3:50 PM - 3:55 PM 20.020 0.759 600.082 22.739 620.102 23.497
Tabel 4.7 Tabel Penggunaan Arus Pada Saat Menelpon bersamaan
Berdasarkan tabel 4.7 terlihat bahwa presentase bandwith yang lewat adalah
sebagai berikut : SNMP : 96.77 %, dan Other : 3,23 %s
Other SNMP SUM kbyte kbit/second Kbyte kbit/second kbyte kbit/second
11/24/2005 4:00 PM - 4:05 PM 13.418 0.627 486.265 22.717 499.683 23.344
Tabel 4.8 Tabel Penggunaan Arus Pada Saat 203 telp ke 202 lalu 202 ke 203
Berdasarkan tabel 4.8 terlihat bahwa presentase bandwith yang lewat adalah
sebagai berikut : SNMP : 97,3% dan Other : 2,7 %
124
Other NETBIOS SNMP SUM kbyte Kbit/second Kbyte kbit/second kbyte kbit/second Kbyte kbit/second
11/24/2005 4:10 PM - 4:15 PM 19.760 0.842 0.524 0.022 533.540 22.730 553.824 23.594
Tabel 4.9 Tabel Penggunaan Arus Pada Saat 207 telp ke 205 lalu 205 ke 207
Berdasarkan tabel 4.9 terlihat bahwa presentase bandwith yang lewat adalah
sebagai berikut : SNMP : 96,3%, Other : 3,6%, dan NETBIOS : 0,1%
Arus data yang diakibatkan oleh SNMP pada Call Manager Server
menghabiskan sebagian besar bandwith apabila dibandingkan protokol lain. Hal ini
terlihat dari beberapa tabel hasil sniffing pada percobaan-percobaan sebelumnya. Tabel-
tabel tersebut (tabel 4.4 – 4.10) membuktikan bahwa arus SNMP mendominasi
pemakaian bandwith antara 62 % sampai 98 %. Hal tersebut berarti bahwa protokol
yang digunakan IP Telephony menggunakan bandwith yang relatif kecil dan tidak
membebani sistem.
4.5 Usulan Perancangan Implementasi IP Telephony Tahap Awal
Implementasi tahap awal sangat diperlukan untuk dapat mengetahui bagaimana
sebenarnya pengaruh IP Telephony pada sistem yang ada. Implementasi tahap awal ini
dilakukan pada lingkup yang kecil pada kantor pusat PT. XYZ yaitu menggabungkan IP
Telephony dengan PABX yang sudah eksis. Dengan implementasi tahap awal diketahui
gambaran umum mengenai sistem IP Telephony itu sendiri.
Penggabungan sistem PABX yang sudah eksis dengan jaringan IP Telephony
yang berbasis pada LAN, menjadikan sistem hybrid yang memiliki perkembangan
topologi. Topologi yang dihasilkan setelah implementasi IP Telephony secara hybrid
dapat dilihat pada gambar topologi di bawah ini :
125
CCME/NEMO Router-Jakarta
Cisco 3640
Switch 19Cisco WS-C3548-XL
Internet
Switch 18Cisco WS-C3548-XL
File Print Server(Windows 2000 Advance Server)
Proxy Server (Windows 2000 Advance Server)
E-mail server(Windows 2000 Advance Server
dan MS-Exchange 2000)
Backup Server(Windows 2003)
Survelence Server for CCTV(Windows 2000 Advance Server)
Host (40 users)
Host (34 users)
PABX
Call Manager Server MCS-7815-1000-CH2(Windows 2000 Advance Server)
Trunk FXO Voice Line
PSTN
Telephone Fax
IP Phone (5 phones)
Gambar 4.7 Topologi Jaringan Hybrid Dalam Implementasi Awal IP Phone
Seperti terlihat pada gambar 4.7, implementasi tahap awal sama sekali tidak
mengubah sistem jaringan yang ada, karena hanya ditambahkan beberapa peralatan saja
yang dibutuhkan untuk mendukung sistem IP Telephony. Sistem IP Telephony yang
berjalan pada lokasi lantai satu dan tiga pada gedung kantor pusat PT. XYZ.
Untuk pengujian dan evaluasi sebelumnya dilakukan implementasi sesuai dengan
dari rencana implementasi tahap awal ini. Pengujian ini difokuskan pada
pengkonfigurasian CCM, percobaan fitur yang ada pada IP Telephony, serta analisis
pengaruh pemakaian bandwith lokal oleh perangkat IP Telephony.
4.5.1 Analisis Biaya Peralatan Sistem IP Telephony Tahap Awal
Untuk implementasi tahap awal ini, terdapat beberapa peralatan yang diperlukan
untuk uji coba sebagai tahap awal implementasi yang akan dilakukan secara bertahap.
Pada tahap awal ini direncanakan untuk menghubungkan sistem IP Telephony dengan
PABX yang sudah ada (hybrid). Hal ini dilakukan dengan pertimbangan perlunya
126
investasi yang lebih besar untuk mengimplementasikan secara utuh dan perlu
pertimbangan manajerial dengan lebih seksama.
Topologi implementasi awal ini dapat dilihat pada gambar 4.7 di atas. Terlihat
ada penambahan perangkat IP Phone dan penggabungan dengan jaringan PABX ke
router lewat 4 trunk lines Voice FXO yang masuk. Pada router sendiri saat ini sudah
terpasang dua buah modul VIC2-2FXO di slot tiga pada router yang mendukung sampai
4 line dari PABX.
Dari struktur organisasi yang sudah dibahas pada bab 3, dapat dianalisis
beberapa kebutuhan setiap bagian dalam perusahaan PT. XYZ:
1. Manager dan eksekutif, dimana mereka membutuhkan suatu peralatan komunikasi
yang mendukung proses bisnis mereka sehari-hari, yang mempermudah mereka
dalam setiap transaksi yang akan dilakukan. Mereka juga memerlukan sebuah
peralatan yang dapat mendukung komunikasi, seperti menerima pesan secara
langsung, akses telepon yang mudah, hold, call waiting, call transfer, call
forwarding, redial, conference, missed call, receive call, dan address book dimana
bisa mencari ekstensi seseorang berdasarkan nama langsung dari handset. Untuk
lebih membantu kerja level ini, diperlukan juga speaker yang baik, headset, dan
headset communications dan memiliki jalur telepon yang lebih banyak dari
karyawan biasanya.
2. Karyawan frontline, administrasi, dan karyawan-karyawan lainnya, membutuhkan
peralatan komunikasi standar seperti redial, missed call, receive call, dan address
book. Untuk level ini mereka hanya membutuhkan jalur telepon yang lebih sedikit.
Daftar peralatan dan harga yang telah dibeli untuk implementasi tahap awal ini
dirinci pada tabel 4.10.
127
Lokasi dan Fasilitas telepon
Qty dan Harga Satuan
Tipe Jumlah Harga
Harga Setelah Diskon
Lantai 1 2@ $415,00 CP7960 (Telepon) $830,00 $456.50 Lantai 1 1@ $315,00 CP7940 (Telepon) $315.00 $173.25 Lantai 1 1@$1.195,00 CP7936(Conference
Phone) $1,195.00 $657.25
Lantai 2 1@ $13.995,00
MCS-7815-1000-CH2 (Call Manager Server with 100 Lisence)
$13,995.00 $7697.25
Lantai 3 1@ $315,00 CP7940 (Telepon) $315.00 $173.25 Lantai 3 1@ $165,00 CP7905 (Telepon) $165.00 $90.75 TOTAL $9,248.25
Tabel 4.10 Tabel Peralatan dan Harga Untuk Implementasi Tahap Awal
Disamping peralatan diatas, akan di-install-kan program Softphone yang
merupakan aplikasi freeware dari Cisco Systems. Aplikasi ini akan di-install pada
beberapa komputer dan notebook karyawan yang berkepentingan. Dalam implementasi
awal ini di-install-kan 12 program Softphone yaitu pada sebuah komputer di lantai tiga
dan 11 notebook karyawan. Hal tersebut diharapkan akan mengurangi biaya investasi
alat, tetapi tetap meningkatkan efisiensi dengan menggunakan fasilitas-fasilitas yang ada
pada IP Telephony. Peng-install-an program ini diharapkan dapat meningkatkan
mobilitas karyawan, karena dengan adanya program ini di komputer pribadi, karyawan
tidak lagi terikat pada tempat kerja. Mobilitas ini dikarenakan dimana saja komputer
terhubung ke jaringan komputer PT. XYZ, maka karyawan dapat secara bersamaan
mendapat akses data (LAN) dan suara (telepon) hanya dengan sebuah sambungan
koneksi data.
Bagi karyawan yang menggunakan Softphone, sebagai headset (speaker dan
mikrofon) akan menggunakan headset standar untuk komputer dan perhitungan
investasinya akan dihitung terpisah. Perkiraan biaya untuk headset sendiri berkisar
128
Rp.50.000,00 sampai Rp.100.000,00 untuk setiap unitnya dengan kualitas yang cukup
memuaskan.
Untuk router dan switch sendiri masih digunakan router dan switch yang telah
ada. Hal ini dikarenakan kemampuan Router Cisco 3640 dan dua buah Switch Cisco
WS-C3548-XL tersebut masih relevan dan mendukung pengaplikasian IP Telephony.
Router Cisco 3640 antara lain sudah mendukung 4 Voice FXO dan sudah terpasang
modul
• NM-HD-2V : Two-slot IP Communications Voice/Fax Network Module
• VIC2-2FXO : Two-port Voice Interface Card - FXO
Modul diatas digunakan untuk menjadikan Router Cisco 3640 sebagai voice
gateway yang menghubungkan jaringan PABX yang telah ada dengan jaringan IP
Telephony yang baru.
Dengan adanya pengabungan sistem diatas, sistem PABX lama masih digunakan
sebagai sentral telepon utama, dan IP Telephony sebagai sentral telepon pendukung.
Keduabelas line trunk CO dari PSTN (Telkom) terhubung langsung ke sentral PABX.
Router Cisco 3640 sendiri “mendapat jatah” empat line trunk CO yang digunakan untuk
melakukan panggilan keluar dan juga untuk menerima panggilan dari jalur PABX
maupun PSTN. Keempat ekstensi line dari sentral PABX tersebut terhubung melalui slot
3 pada router, dimana terpasang modul adaptor NM-HD-2V yang memiliki dua slot dan
setiap slot terdapat sebuah modul VIC2-2FXO pada router, dan masing-masing VIC2-
2FXO memiliki dua port untuk line dari PABX.
129
4.5.2 Fitur dan Layanan pada Implementasi IP Telephony Tahap Awal
Fitur dan layanan yang dijalankan yang dijalankan pada implementasi IP
Telephony tahap awal ini akan difokuskan pada penyelesaian masalah kurangnya daya
dukung jaringan telepon (ekstensi dan perangkat telepon). Oleh karena itu layanan yang
dijalankan adalah fitur-fitur standar yang ada pada sistem PABX enterprise, seperti : call
forwarding, redial, call pickup, call hold, call transfer, conference call, call park,
missed call, receive call, music on hold dan address book.
Nomor ekstensi yang digunakan adalah nomor ekstensi 203 sampai 220, dimana
pemakaian ekstensi dapat dijelaskan sebagai berikut :
Nomor Ekstensi IP Phone Jabatan Karyawan 203, 204, 205 CP7960 GM-RBD(1 orang) 206, 207, 208 CP7960 Manager R&D (1 orang) 209, 210 CP7940 Manajer PSSE (1 orang) 211, 212 CP7940 Manajer SE 213 IP Phone sharing
/Softphone Karyawan SE
214 IP Phone sharing /Softphone
Karyawan SE
: : : 220 IP Phone sharing
/Softphone Karyawan SE
Tabel 4.11 Tabel Pemakaian Ekstensi di Jaringan IP Telephony
Ada beberapa hal yang harus diperhitungkan secara cermat dalam pemilihan
protokol dan codec untuk mendukung IP Telephony. Untuk standar gateway komunikasi
yang digunakan adalah H.323 yang dikonfigurasi pada gateway (router) maupun pada
CCM. H.323 menjadi pilihan utama karena berbagai keunggulan yang dimiliki, terutama
masalah compatibility dengan perangkat IP Telephony dan jaringan komunikasi (PABX
maupun PSTN) yang lainnya.
130
Ada beberapa pengkodean suara yang dapat dipilih sesuai dengan beberapa
standar sebagai berikut : G.711 untuk rate 64 kb/s dan delay 1/8 ms; G.721, G.723, atau
G.726 untuk rate 16 hingga 40 kb/s dengan delay 1/8 ms; G.728 untuk rate 16 kb/s
dengan delay 2.5 ms; G.729 untuk rate 8 kb/s dan delay 10 ms; atau G.723.1 untuk rate
5.3 atau 6.3 kb/s dengan delay 30 ms.
Untuk koneksi LAN yang memiliki bandwith besar (10/100/1000 mbps),
masalah code-decode (codec) suara bisa menggunakan protokol-protokol yang
disebutkan sebelumnya. Bahkan disarankan menggunakan G.711 yang memiliki delay
paling kecil, walau pun rate yang dipakai paling besar. Hal ini lah yang dipakai untuk
implementasi tahap ini.
4.5.3 Aplikasi dan Layanan Gateway pada Implementasi IP Telephony Tahap
Awal
Secara umum dapat dikatakan bahwa sistem IP Telephony ini akan
ditumpangkan pada sistem PABX untuk mendukung dan mengatasi masalah kurangnya
ekstensi dan telepon. Dalam hal ini Router Cisco 3640 akan berfungsi sebagai gateway
yang di-mapping-kan sebagai salah satu ekstensi pada sentral PABX. Oleh karena itu,
untuk melakukan panggilan dari salah satu telepon pada sentral PABX ke salah satu IP
Phone, telepon PABX tersebut harus menghubungi ekstensi 201, dimana router di-
mapping-kan, lalu baru dapat menekan ekstensi nomor IP Phone yang dituju. Hal
tersebut dikarenakan keempat port ekstensi dari PABX yaitu 201, 205, 217 dan 218 di-
redirect-kan ke ekstensi 201, sehingga seolah-olah ekstensi 201 memiliki empat saluran.
Ekstensi ini dipilih karena saat ini tidak digunakan.
Dalam hal ini router berfungsi untuk me-route alamat IP dari IP Phone yang
dituju dengan berkoordinasi dengan CCM. CCM dikonfigurasi dengan IP statis
131
192.168.1.21 /24. Sementara untuk melakukan panggilan dari IP Phone ke telepon-
telepon pada jaringan PABX, bisa langsung dilakukan dengan menekan ekstensi telepon
yang dituju. Hal ini dapat dilakukan karena router memiliki kemampuan untuk me-route
panggilan telepon langsung ke jaringan yang dituju, sementara sentral PABX tidak
memiliki kemampuan ini.
Panggilan dari luar akan selalu diterima oleh operator, dan apabila panggilan
tersebut ditujukan untuk ekstensi PABX, maka operator langsung menyambungkan
dengan menekan nomor ekstensi PABX yang dituju, sementara apabila yang dituju
adalah ekstensi dari IP Telephony, maka operator perlu menekan ekstensi 201 untuk
terhubung ke router kemudian menekan nomor ekstensi telepon dari jaringan IP
Telephony yang dituju.
Pengkonfigurasian rule diatas dilakukan pada router sebagai gateway. Dimana
standar yang digunakan pada gateway adalah H.323 dan rule diatur dalam voice
translation-rule, voice translation-profile, dial-peer voice per pots, destination-pattern,
session target, codec G.711, dan beberapa aturan lain yang diperlukan.
4.5.4 Konfigurasi dan Peletakan Peralatan Jaringan pada Implementasi IP
Telephony Tahap Awal
Peletakan perangkat IP Phone pada tahap awal implementasi akan diletakan pada
lantai satu dan lantai tiga, denah peletakan IP Phone tersebut dapat dilihat pada denah
pada gambar 4.8 berikut :
132
Gambar 4.8 Denah Peletakan IP Phone Lantai 1 (Kiri) dan Lantai 3 (Kanan)
4.5.4.1 Router (NEMO Router)
Router Cisco 3640 yang dinamai CCME tetapi di deskripsikan sebagai NEMO
Router ini memiliki dua port FastEthernet dan empat port Voice FXO. Router CCME
memiliki port-port yang telah dipasang dan dikonfigurasi dapat dilihat pada tabel 4.12
dan tabel 4.12 sebagai berikut :
Interface/Sub Interface / Type/Port/Number
Deskripsi Bandwith Status
FastEthernet0/0 $ETH-WAN$$FW_OUTSIDE$ 100Mbps - FastEthernet0/1 $ETH-LAN$$FW_INSIDE$ 100Mbps Trunk dot1qVoice-port 3/0/0 Ekstensi PABX 201 - - Voice-port 3/0/1 Ekstensi PABX 205 - Redirect201Voice-port 3/1/0 Ekstensi PABX 217 - Redirect201Voice-port 3/1/1 Ekstensi PABX 218 - Redirect201
Tabel 4.12 Tabel Port Router CCME yang Dikonfigurasi
Keterangan : P IP Phone
133
Interface/Sub Interface / Type/Port/Number
Alamat IP Deskripsi Jaringan
FastEthernet0/0 192.168.2.2 / 24 Speedy (Telkom) FastEthernet0/1 192.168.1.1 / 24 Lokal
Tabel 4.13 Tabel Deskripsi Router CCME
Berdasarkan tabel 4.12 dan 4.13, terlihat bahwa tidak ada perubahan yang
signifikan pada pada port FastEthernet0/0 dan FastEthernet0/1 pada Router CCME, juga
fungsi ACL dan NAT yang telah ada sebelumnya. Penambahan konfigurasi hanya
terjadi pada Voice-port 3/0/0, Voice-port 3/0/1, Voice-port 3/1/0 dan Voice-port 3/1/1,
dimana dipakai sebagai gateway untuk menghubungkan sistem PABX yang telah ada
dengan sistem IP Telephony.
4.5.4.2 Switch 18
Berikut ini adalah detil penggunaan port pada Switch 18, dimana port-portnya
telah di-assign sebagai berikut :
Interface/Sub Interface / Type/Port/Number
Deskripsi Bandwith Status
FastEthernet 0/1-43 Host 100Mbps - FastEthernet 0/44 Switch 19 100Mbps Trunk dot1q FastEthernet0/45-48 Host 100Mbps - Gigabit Ethernet 0/1 - 1 Gbps - Gigabit Ethernet 0/2 - 1 Gbps -
Tabel 4.14 Deskripsi Switch 18
Seperti yang tercantum pada tabel 4.14, setiap port pada Switch 18 sudah dipakai
untuk menghubungkan jaringan komputer lokal yang pengkabelannya menggunakan
label untuk penomoran steker. Penomoran port pada switch dan penomoran steker yang
terhubung pada port switch dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Nomor Port Switch 18 Nomor Steker FastEthernet 0/1 D29 A FastEthernet 0/2 D30 A FastEthernet 0/3 D31 A
134
: : FastEthernet 0/43 D71 A FastEthernet 0/44 (Switch19) FastEthernet 0/45 D72 A FastEthernet 0/46 D73 A FastEthernet 0/47 D74 A FastEthernet 0/48 D75 A
Tabel 4.15 Tabel Penomoran Steker Switch 18
Berdasarkan tabel 4.15, terlihat bahwa port-port pada Switch 18 terhubung ke
patch panel yang disambungkan lagi ke steker-steker yang ada pada setiap ruangan
kantor. Penomoran steker diatas terletak pada lantai 1 dan 2.
4.5.4.3 Switch 19
Berikut ini adalah detil penggunaan port pada Switch 19, dimana port-portnya
telah di-assign sebagai berikut :
Interface/Sub Interface / Type/Port/Number
Deskripsi Bandwith Status
FastEthernet 0/1 MULAN 100Mbps - FastEthernet 0/2 PT. XYZ2 100Mbps - FastEthernet 0/3 - 100Mbps - FastEthernet 0/4 ISA01 100Mbps - FastEthernet 0/5 HULK 100Mbps - FastEthernet 0/6 CiscoCallManager 100Mbps - FastEthernet 0/7 NEMO Router 100Mbps Trunk dot1q FastEthernet 0/8-37 Host 100Mbps - FastEthernet0/38-39 - 100Mbps - FastEthernet0/40-46 IP Phone 100Mbps - FastEthernet 0/47 Switch 18 100Mbps Trunk dot1q FastEthernet 0/48 - 100Mbps - Gigabit Ethernet 0/1 - 1 Gbps - Gigabit Ethernet 0/2 - 1 Gbps -
Tabel 4.16 Tabel Penggunaan Port Switch 19
Seperti yang tercantum pada tabel 4.16, setiap port pada Switch 19 sudah dipakai
untuk menghubungkan jaringan komputer lokal yang pengkabelannya menggunakan
135
label untuk penomoran steker. Penomoran port pada switch dan penomoran steker yang
terhubung pada port switch dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Nomor Port Switch 19 Nomor Steker FastEthernet 0/8 D01 A FastEthernet 0/9 D02 A FastEthernet 0/10 D03 A
: : FastEthernet 0/33 D26 A FastEthernet 0/34 D27 A FastEthernet 0/35 D28 A FastEthernet 0/36 D76 A FastEthernet 0/37 D77 A
FastEthernet 0/38-39 - FastEthernet 0/40 D11 – B IP Phone 7905 FastEthernet 0/41 D21 – B IP Phone 7940 FastEthernet 0/42 D63 – B IP Phone 7960 FastEthernet 0/43 D67 – B IP Phone 7940 FastEthernet 0/44 D68 – B IP Phone 7960 FastEthernet 0/45 D76 – B IP Phone 7936 FastEthernet 0/46 - FastEthernet 0/47 (Switch18) FastEthernet 0/48 - Tabel 4.17 Tabel Penomoran Steker Switch 19
Berdasarkan tabel 4.17, terlihat bahwa sebagian port pada Switch 19 terhubung
ke patch panel yang disambungkan lagi ke steker yang ada pada setiap ruangan kantor.
Penomoran steker diatas terletak pada lantai tiga dan sebagian lantai satu.
4.5.5 Analisis Hasil Implementasi
Berdasarkan konfigurasi dan rule diatas telah dilakukan implementasi sederhana
yang menghubungkan jaringan PABX yang ada dengan jaringan IP Telephony
menggunakan router sebagai gateway. Periode implementasi adalah tanggal 1
November 2005 sampai 5 November 2005 bertepatan saat kantor libur memperingati
hari raya Idul Fitri. Setelah implementasi berhasil diselesaikan dengan baik, dilakukan
pemantauan jaringan data dengan hasil sebagai berikut :
136
Grafik 4.47 Grafik Arus Data Setelah Implementasi IP Telephony Secara Hybrid
Berdasarkan grafik 4.47 yang diambil pada periode 5 Desember 2005 sampai 10
Desember 2005, yaitu setelah pemasangan jaringan IP Telephony, dapat dilihat bahwa
utilisasi jaringan data yang sudah ditambahkan jaringan IP Telephony tidak mengalami
perubahan yang signifikan. Utilisasi arus jaringan yang masuk (Rx) masih dibawah 2 %
dan utilisasi jaringan yang keluar (Tx) masih dibawah 1 %. Hal ini menunjukan bahwa
implementasi IP Telephony tidak membebani jaringan lokal secara umum. Arus dari
router sendiri tidak dapat dipantau karena masalah perijinan dengan PT. XYZ.
Pengimplementasian IP Telephony ini dibantu oleh dua orang karyawan PT.
XYZ dan mendapat bimbingan langsung dari salah seorang staf manajer PT. XYZ.
Sehingga penerapan aturan-aturan (menerima dan melakukan sambungan, serta
penerapan beberapa fitur) disesuaikan dengan kebiasaan yang ada pada sistem
sebelumnya (PABX), disamping disesuaikan dengan proposal kebutuhan yang telah
dibuat sebelumnya (sesuai dengan rencana implementasi tahap awal).
137
4.6 Rencana Implementasi Lebih Lanjut
Setelah berhasil melakukan implementasi tahap awal, diharapkan pada masa
yang akan datang implementasi IP Telephony ini dilanjutkan dengan menggali fitur-fitur
dan teknologi yang didukungnya secara lebih dalam, sehingga diharapkan dapat
memberikan manfaat lebih.
Berikut ini disertakan rencana implementasi lanjutan dengan memanfaatkan
beberapa fitur dan diharapkan dapat diimplementasikan lebih lanjut. Implementasi ini
sendiri terhambat masalah investasi yang cukup besar dan masih belum siapnya kantor
pusat PT. XYZ yang baru. Sesuai dengan analisis kebutuhan yang dilakukan
sebelumnya, aplikasi IP Telephony lanjutan ini diharapkan mampu menuntaskan
permasalahan yang dihadapi PT. XYZ.
4.6.1 Ringkasan Investasi pada Implementasi IP Telephony Tahap Lanjut
Untuk implementasi lebih lanjut, berikut akan disajikan tabel-tabel ringkasan
investasi biaya tahap lanjut (tabel 4.18), yaitu tambahan perlengkapan IP Telephony
yang diperlukan untuk menunjang pengimplementasian IP Telephony secara utuh dan
mendukung untuk pengimplementasian pada kantor yang baru.
Disamping itu ditampilkan tabel penggunaan atau peruntukan IP Phone (pada
tabel 4.19) dan usulan peralatan secara lebih detil yang dibutuhkan untuk implementasi
selanjutnya pada tabel 4.20.
Discount Level 45% (Diskon level peralatan demo) Kurs Dollar Rp10.000,00 CISCO IP TELEPHONY Kondisi Usulan (66 IP Phone, 12 trunk) $ 11.327,22 atau Rp 113.272.200,00 Inline Power Catalyst $ 7.287,40 atau Rp 72.874.000,00 Voice mail (UNITY+Server, 100 user) $ 3.735,25 atau Rp 37.352.500,00
138
TOTAL TAMBAHAN INVESTASI Rp.223.498.700,00 Tabel 4.18 Tabel Ringkasan Investasi
Pengguna Qty Tipe telepon Direktur 2 CP7970 General Manager 2 CP7960 Manager Front-line 6 CP7940 Manager Back-office 4 CP7905 Admin 4 CP7940 Staff Front-line 30 CP7905 Staff Back-office 15 CP7905 Resepsionis 1 CP7960+ R. Meeting besar 1 CP7936 R. Meeting kecil 1 CP7940
Tabel 4.19 Tabel Penggunaan atau Peruntukan IP Phone
Keterangan Qty Produk Pricelist COGS 2 CP7970 $ 695,00 $ 1.390,00 $ 389,90 $ 779,80 2 CP7960 $ 415,00 $ 830,00 $ 232,82 $ 465,64 11 CP7940 $ 315,00 $ 3.465,00 $ 176,72 $ 1.943,92 49 CP7905 $ 165,00 $ 8.085,00 $ 92,57 $ 4.535,93 1 CP7960+ $ 843,00 $ 843,00 $ 472,93 $ 472,93 1 CP7936 $ 1.195,00 $ 1.195,00 $ 670,40 $ 670,40 Modul 2 slot 1 NM-HD-2V $ 1.000,00 $ 1.000,00 $ 561,00 $ 561,00 modul 4 FXO Port 2 VIC2-4FXO $ 800,00 $ 1.600,00 $ 448,80 $ 897,60 untuk ke voice-mail 1 CM-SRV $ 1.000,00 $ 1.000,00 $ 1.000,00 $ 1.000,00 $ 11.327,22 Inline Power Catalyst 2
WS-C3560-48PS-S $ 6.495,00 $ 12.990,00 $ 3.643,70 $ 7.287,40
$ 7.287,40 Voice mail 1 CM-SRV $ 1.000,00 $ 1.000,00 $ 1.000,00 $ 1.000,00
(tambahan 75 user) 75 UNITY-VM-
USR $ 65,00 $ 4.875,00 $ 36,47 $ 2.735,25 $ 3.735,25
Tabel 4.20 Tabel Tambahan Peralatan yang Dibutuhkan
Perkiraan jumlah penambahan karyawan baru pada PT. XYZ pada masa yang
akan datang, yaitu berkisar 40% dari jumlah karyawan saat ini, sebagian besar akan
ditempatkan sebagai sales dan marketing, Pre-Sales System Engineering (PSSE) dan
karyawan bagian untuk maintenance. Hal ini menunjukan bahwa perangkat IP Phone
yang diperlukan harus disesuaikan dengan kebutuhan karyawan tersebut.
139
Sebagian besar perangkat IP Phone akan diletakkan pada gedung yang baru,
karena sebagian besar karyawan akan ditempatkan pada gedung yang baru. Gedung
kantor pusat yang lama akan lebih banyak digunakan oleh bagian back-office dan
karyawan dari divisi PT. Mitra Pajakku.
4.6.2 Fitur dan Aplikasi pada Implementasi IP Telephony Tahap Lanjut
Pada implementasi IP Telephony lebih lanjut ada beberapa fitur utama yang akan
diprioritaskan untuk diimplementasikan. Fitur ini diharapkan memberikan nilai tambah
bagi PT. XYZ di masa yang akan datang, karena untuk implementasi dalam jangka
pendek fitur ini memerlukan investasi yang lebih besar dan pertimbangan manajerial
yang lebih lanjut. Beberapa fitur utama akan dijelaskan di bawah ini.
4.6.2.1 Mobile User Lewat Virtual Private Network (VPN)
Salah satu isu penting dalam IP Telephony adalah mobile user, dimana setiap
karyawan tidak lagi dibatasi masalah ruang dan waktu untuk selalu terhubung ke kantor
dan mendapatkan fasilitas jaringan data dan telepon seperti saat di kantor. Masalah
keterbatasan daya dukung ruang kantor juga teratasi dengan adanya IP Telephony.
Karyawan bisa bekerja dimana saja dalam ruang kantor, tidak ada lagi konsep “one desk
for one man”, selama karyawan tersebut terhubung ke jaringan komputer lokal, fasilitas
jaringan data dan telepon didapat sekaligus.
Konsep mobile user tidak hanya sebatas dalam gedung kantor. Dengan
menggunakan Virtual Private Network (VPN), karyawan tidak hanya bisa “duduk”
dimana saja dalam kantor untuk bekerja dengan fasilitas jaringan data dan telepon,
karyawan bisa bekerja dari luar kantor, bahkan seluruh penjuru dunia asalkan terhubung
ke jaringan internet. Dalam hal ini diharapkan koneksi internet yang digunakan adalah
140
koneksi internet yang berkecepatan tinggi dan broadband, walaupun dengan koneksi
dial-up (36kbps – 56 kbps) karyawan tetap dapat mengakses kantor dengan VPN.
Ada beberapa hal yang harus diperhitungkan secara cermat dalam perancangan
jaringan VPN untuk mendukung IP Telephony. Bandwith minimal yang diperlukan oleh
sistem IP Telephony harus mendukung pengkodean suara yang dilakukan dengan
protokol-protokol sebagai berikut : G.711 untuk rate 64 kb/s dan delay 1/8 ms; G.721,
G.723, atau G.726 untuk rate 16 hingga 40 kb/s dengan delay 1/8 ms; G.728 untuk rate
16 kb/s dengan delay 2.5 ms; G.729 untuk rate 8 kb/s dan delay 10 ms; atau G.723.1
untuk rate 5.3 atau 6.3 kb/s dengan delay 30 ms.
Untuk komunikasi IP Telephony lewat VPN pada gateway akan dikonfigurasi
dengan menggunakan codec G.729. Walaupun codec tersebut bukan yang terkecil dalam
hal pemakaian bandwith, tetapi codec ini direkomendasikan sebagai codec untuk
koneksi WAN atau lewat internet (VPN dial lewat internet) (www.cisco.com).
Untuk membuka jalur VPN, diperlukan VPN Server dan VPN Client. Ada dua
kemungkinan server yang dapat digunakan sebagai VPN Server, yaitu menggunakan
server terpisah sebagai VPN Server atau dengan mengoperasikan router sebagai VPN
Server. Dalam hal ini IOS (versi 12.3(14)T3) pada router Cisco 3640 yang digunakan
PT. XYZ sudah mendukung VPN, sehingga dapat difungsikan sekaligus sebagai VPN
Server. Hal ini tentunya lebih mudah dan tidak memerlukan investasi lebih besar lagi.
Sementara dari sisi klien atau user yang menggunakan VPN harus menggunakan
piranti lunak untuk VPN Client. Apabila server yang digunakan mengoperasikan VPN
Server dari Microsoft (Windows NT, 2000, 2003) maka dari sisi klien dapat
menggunakan aplikasi Microsoft VPN Client yang ada pada sistem operasi Windows di
komputer klien. Sementara bila VPN Server yang dipakai adalah router produksi Cisco
141
Systems yang IOSnya sudah mendukung VPN, aplikasi yang digunakan dari sisi klien
adalah Cisco VPN Client.
Pada implementasi lebih lanjut, sebaiknya VPN Server yang dipakai adalah
router Cisco 3640 yang sudah ada, maka untuk membuka jalur VPN, komputer klien
cukup terhubung ke internet dan menjalankan aplikasi Cisco VPN Client lalu melakukan
login setelah sebelumnya memasukan alamat IP publik dari interface yang dimiliki PT.
XYZ untuk VPN. Dalam hal ini alamat yang dapat dipakai sebagai alamat IP publik
untuk VPN berada dalam interval 203.130.213.227 /29 – 203.130.213.229 /29 yang
selama ini sudah di-reserve tetapi masih belum digunakan.
Untuk Authentification, Authorization, Accounting (AAA) dibutuhkan Remote
Access Server (RAS) yang menjalankan aplikasi RADIUS. Server ini dihubungkan ke
router lewat switch dan IP-nya dikonfigurasi di router sebagai RAS untuk VPN.
Aplikasi RADIUS yang dipakai bisa menggunakan RADIUS Server milik Cisco
Systems, jika menggunakan Microsoft VPN Server, bisa dipakai RADIUS Server milik
Microsoft.
Setelah terhubung ke jaringan lokal lewat VPN, klien dapat menjalankan aplikasi
Softphone untuk mendapatkan akses telepon lewat jaringan IP Telephony yan ada pada
jaringan lokal. Karyawan secara otomatis akan mendapat konfigurasi IP Telephony –nya
(alamat IP, alamat TFTP Server, phonebook, nomor ekstensi, dan konfigurasi lain yang
dibuat sebelumnya) seperti biasa saat di dalam kantor. Setelah terhubung karyawan bisa
melakukan akses telepon biasa seperti saat berada di kantor. Hal tersebut tentu akan
menguntungkan bila karyawan berada di tempat yang jauh dari kantor, tidak ada lagi
panggilan interlokal bahkan panggilan internasional, karena biaya yang dibayar hanya
biaya koneksi inernet setempat.
142
Karyawan juga dapat melihat pesan, e-mail, mail fax, phonebook, dan direktori
lainnya sesuai dengan layanan dan wewenang yang dimilikinya secara bersamaan. Saat
ada seseorang yang menghubungi ke kantor, sambungan itu dapat langsung dijawab
walaupun sedang berada di luar kantor.
4.6.2.2 Voice Mail, Mail Fax, dan Unified Messaging
Fitur voice mail, mail fax dan integrasinya segala pesan-pesan secara elektronik
dalam unified messaging merupakan fitur utama yang memberikan nilai tambah bagi
implementasi IP Telephony. Akan tetapi implementasi ini memerlukan tambahan
perangkat keras dan lunak yang memerlukan investasi lebih lanjut. Bila implementasi
fitur ini menggunakan solusi dari Cisco Systems, diperlukan sebuah server terpisah
berikut aplikasi dan lisence penggunaannya untuk sekian user untuk dijadikan voice-
mail server sekaligus mail-fax server. Server ini dapat diintegrasikan secara langsung
dengan e-mail server yang sudah ada. Aplikasi Microsoft Exchange yang digunakan
pada mail server sudah mendukung integrasi ini, sehingga semua pesan (baik e-mail,
voice-mail, mail-fax) bagi masing-masing user dapat dikumpulkan menjadi satu dalam
direktori mail-box pribadi user tersebut.
Dari segi user cukup menjalankan aplikasi mail-client seperti Microsoft Outlook,
Outlook Express, Mozilla Thunderbird, maupun aplikasi mail-client lainnya. Bahkan
dapat juga mengaksesnya lewat webmail PT. XYZ. Semua pesan yang dimiliki user
dijadikan e-mail dan diakses sebagai e-mail. Untuk pesan suara biasanya dijadikan
attachment dalam e-mail.
Dari segi konfigurasi CCM, untuk mengaktifkan fitur ini yang dibutuhkan hanya
sudah terhubungnya server terkait ke jaringan, aktifkan konfigurasi voice-mail di CCM
dan masukan IP voice-mail server. Secara otomatis apabila user mengaktifkan fitur ini,
143
maka saat user tidak dapat dihubungi, CCM akan terhubung ke voice-mail server, dan
penelepon dapat meninggalkan pesan. Pesan ini pun secara otomatis akan dibungkus
menjadi e-mail pada mail-box user.
4.6.2.3 Usulan Pengembangan Aplikasi Lebih Lanjut
IP Telphony dapat dikembangkan agar karyawan dapat langsung membaca
pengumuman dan informasi-informasi lainnya langsung melalui telephone set. Aplikasi
ini dapat dibangun berbasiskan web (HTML) karena sebagian besar perangkat IP Phone
mendukung format ticker (menampilkan web secara sederhana seperti pada handphone
monokrom), terutama IP Phone yang memiliki layar. Dengan format ticker ini pun dapat
dibuat sistem chatting dan discusion board sesama karyawan dalam perusahaan tersebut
yang dapat mendukung proses bisnis perusahaan.
Aplikasi lain yang bisa dikembangkan adalah mengecek stok barang perusahaan
dimana kita dapat melihat penjualan dan pembeliannya, permintaan cuti dari karyawan
perusahaan, aplikasi transaksi online yang dapat dilakukan karyawan di tempat klien,
berdiskusi dengan petinggi perusahaan saat menghadapi pertanyaan klien yang sulit dan
membutuhkan jawaban yang cepat.
Dengan IP Telephony kita juga dapat memperkaya pemanfaatan aplikasi
database, dimana IP Telephony digunakan untuk menginput dan membaca database
seperti FAQ (yang akan mendukung aplikasi call center nantinya).
Fitur Auto Login pada IP Telephony bisa mencatat kehadiran karyawan secara
langsung dan dimasa yang akan datang dapat diintegrasikan dengan sistem administrasi
perusahaan, antara lain sistem penggajian karyawan yang lebih mudah. Dengan sistem
ini juga pihak perusahaan dapat melacak keberadaan karyawannya. Misalkan dengan
144
melihat dari mana karyawan tersebut terhubung dengan jaringan telepon perusahaan,
dapat diketahui keberadaan karyawan tersebut.
IP Telephony juga dapat memacu tumbuhnya inovasi bisnis. Misalnya suatu
hotel yang memakai perangkat IP Telephony, mereka bisa mengatur tamu hotel agar
dapat mengetahui tagihan kamar dengan cepat dengan menyediakan tombol khusus yang
berkaitan dengan tagihan. Tombol ini disediakan pada setiap telepon IP yang ada di
kamar hotel.
4.6.3 Perangkat Keras
Gambar 4.9 Perancangan Topologi Yang Akan Datang
Berdasarkan gambar 4.9 diatas, terlihat suatu kesatuan sistem terintegrasi dari
jaringan telepon dan data beserta komponen-komponennya. Topologi diatas menunjukan
rencana implementasi IP Telephony secara utuh di PT. XYZ. Untuk memperluas dan
145
meningkatkan daya dukung jaringan terhadap perkembangan bisnis PT. XYZ diperlukan
beberapa tambahan peralatan jaringan
Penambahan switch baru mutlak diperlukan untuk penempatan port bagi IP
Phone, karena saat ini switch yang sudah ada hanya mampu mendukung maksimal
delapan port efektif (38-45) untuk IP Phone yang baru, hal ini dikarenakan seluruh port
yang ada sudah digunakan dan beberapa sisanya dipakai untuk keperluan lab maupun .
Akan tetapi untuk infrastruktur pada kantor pusat PT. XYZ saat ini tidak perlu
lagi dilakukan perubahan steker, dimana setiap steker RJ-45 yang ada sudah terpasang
dua port RJ-45 beserta perkabelannya dan terhubung ke patch panel yang ada di ruang
server, dengan menggunakan penomoran abjad A (pada patch panel diberi label D-xx A,
dimana xx menunjukan nomor steker) untuk port sebelah kiri dan penomoran B untuk
port sebelah kanan (pada patch panel diberi label D-xx B, dimana xx menunjukan
nomor steker).
Perkabelan dan port D-xx B selama ini dipakai sebagai cadangan dan untuk
keperluan uji coba, sehingga tidak terpakai secara terus menerus dan dapat langsung
digunakan untuk LAN dan IP Phone. Untuk jaringan baru ini (IP Telephony) tidak perlu
mengubah jaringan lama dan sistem perkabelannya yang telah ada, karena untuk
jaringan IP Telephony yang baru akan tetap menggunakan penomoran steker yang sama
tetapi terhubung ke switch yang baru.
Jaringan IP Telephony yang menggunakan perangkat IP Phone, akan
dihubungkan ke perkabelan dan port D-xx B, akan tetapi untuk yang menggunakan
Softphone (Software based IP Phone) akan tetap menggunakan jalur D-xx A karena
digunakan bersamaan dengan arus data pada komputer sehari-hari.
146
Sementara pada gedung yang baru diharapkan pembangunan infrastruktur
perkabelan dapat mengikuti masterplan yang diusulkan. Gedung baru yang seyogiyanya
akan ditempati oleh sebagian besar karyawan PT. XYZ harus dapat mendukung jaringan
data dan telepon sekaligus. Oleh karena itu peralatan jaringan di gedung yang baru harus
memiliki jumlah port yang cukup dalam mendukung bisnis PT. XYZ di masa sekarang
dan masa yang akan datang.
Secara keseluruhan dengan melihat perkiraan jumlah karyawan PT. XYZ dalam
waktu dekat, diusulkan penambahan minimal dua unit sampai tiga unit switch
berkapasitas minimal 48 port 100mbps yang mendukung power-in-line untuk
mendukung jaringan IP Telephony, khususnya port untuk IP Phone. Sebuah switch
diletakan pada gedung yang lama, sementara switch lainnya diletakan pada gedung yang
baru. Hal ini dikarenakan daya dukung jaringan untuk gedung yang lama sudah
mencukupi dengan penambahan sebuah switch untuk IP Phone.
Jalur backbone pada router dan juga antar switch juga sebaiknya ditingkatkan
dengan memilih switch baru yang juga mendukung gigabit ethernet. Sehingga bandwith
yang dimiliki tetap dapat terjaga walaupun arus jaringan semakin bertambah. Switch
baru lainnya sebaiknya diletakan di gedung yang baru untuk mendukung jaringan data
dan telepon disana. Saat ini switch yang dipakai PT. XYZ sudah memiliki rongga
gigabit ethernet, sementara pada router memerlukan modul tambahan.
Pada masa yang akan datang juga diharapkan diterapkan teknologi Virtual Local
Area Network (VLAN) untuk menjaga akses dan mendukung jaringan data agar lebih
efisien dan aman. IP Telephony sendiri sudah mendukung teknologi ini sehingga dapat
tetap bekerja dalam lingkup VLAN yang berbeda. Dalam hal ini tentunya diperlukan
konfigurasi gateway yang baik untuk menjaga arus antar VLAN.