bab 3 analisa dan perancangan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab3/2007-2-00150-if_bab...

27
37 BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 Analisa Permasalahan Keberadaan dan fungsi jaringan komputer pada saat ini sangatlah besar. Hampir sebagian besar perusahaan kecil sampai dengan perusahaan besar menggunakan jaringan komputer untuk menunjang segala kegiatan mereka. Jaringan komputer tidak hanya digunakan untuk akses internet saja, tetapi juga digunakan perusahaan untuk pertukaran informasi antar komputer pada satu area secara mudah dan cepat. Akan tetapi, untuk membangun sebuah jaringan komputer dibutuhkan biaya yang relatif mahal. M ulai dari perangkat keras yang dibutuhkan sampai dengan perangkat lunak yang legal, khususnya sistem operasi Microsoft Windows. Apalagi sekarang ini sistem operasi Microsoft Windows menjadi salah satu hal yang wajib bagi para pengguna karena ditunjang dengan sifat M icrosoft Windows yang sangat mudah untuk dipelajari dan digunakan. Tidak hanya itu saja, banyak perangkat lunak yang ada di pasaran sekarang ini hanya berjalan di atas sistem operasi M icrosoft Windows. Tentulah hal tersebut menjadi sangat berat bagi perusahaan menengah ke bawah yang bergantung pada pada jaringan komputer dan sistem operasi-nya. Bayangkan saja bila satu perusahaan menggunakan jaringan dengan 50 workstation dengan sistem operasi M icrosoft Windows karena tuntutan kemudahan, berapa banyak biaya yang akan dikeluarkan?

Upload: trinhkhue

Post on 29-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00150-IF_Bab 3.pdfsebagian besar perusahaan kecil sampai dengan perusahaan besar menggunakan jaringan

37

BAB 3

ANALISA DAN PERANCANGAN

3.1 Analisa Permasalahan

Keberadaan dan fungsi jaringan komputer pada saat ini sangatlah besar. Hampir

sebagian besar perusahaan kecil sampai dengan perusahaan besar menggunakan jaringan

komputer untuk menunjang segala kegiatan mereka. Jaringan komputer tidak hanya

digunakan untuk akses internet saja, tetapi juga digunakan perusahaan untuk pertukaran

informasi antar komputer pada satu area secara mudah dan cepat.

Akan tetapi, untuk membangun sebuah jaringan komputer dibutuhkan biaya yang

relatif mahal. Mulai dari perangkat keras yang dibutuhkan sampai dengan perangkat

lunak yang legal, khususnya sistem operasi Microsoft Windows. Apalagi sekarang ini

sistem operasi Microsoft Windows menjadi salah satu hal yang wajib bagi para

pengguna karena ditunjang dengan sifat Microsoft Windows yang sangat mudah untuk

dipelajari dan digunakan. Tidak hanya itu saja, banyak perangkat lunak yang ada di

pasaran sekarang ini hanya berjalan di atas sistem operasi Microsoft Windows. Tentulah

hal tersebut menjadi sangat berat bagi perusahaan menengah ke bawah yang bergantung

pada pada jaringan komputer dan sistem operasi-nya. Bayangkan saja bila satu

perusahaan menggunakan jaringan dengan 50 workstation dengan sistem operasi

Microsoft Windows karena tuntutan kemudahan, berapa banyak biaya yang akan

dikeluarkan?

Page 2: BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00150-IF_Bab 3.pdfsebagian besar perusahaan kecil sampai dengan perusahaan besar menggunakan jaringan

38

Pada dasarnya, metode Network Diskless System telah banyak diimplementasikan

sejak era mikro komputer berkembang dengan pesat, antara lain untuk platform Novell

(Netware) dan Unix dengan dumb terminal.

Alasan utama menggunakan metode ini adalah untuk mengurangi beban biaya

perangkat keras, perangkat lunak, dan mempermudah perawatan (maintenance). Tetapi

sangat sedikit dan hampir dikatakan nihil yang memanfaatkan teknik jaringan seperti ini

untuk keperluan Internet.

Hal – hal yang dapat disimpulkan mengapa metode Network Diskless System ini

tidak diterapkan pada jaringan Internet di Indonesia :

1. Mahalnya perangkat keras server untuk tipe jaringan ini. Selain itu harga perangkat

lunaknya juga sangat mahal.

2. Mudahnya mendapatkan perangkat lunak bajakan, membuat pemilik jaringan tidak

mau bersusah payah untuk membangun suatu jaringan komputer yang tangguh

dengan berbagai macam dalih dari mulai "Tidak ada waktu untuk belajar sampai

dengan bajakan menolong ekonomi lemah" yang ujung-ujungnya adalah

"pembenaran diri sendiri dengan mengabaikan kepentingan orang lain".

3. Interkompabilitas antar protocol yang pada Network Diskless System sebelumnya

menyulitkan implementasi ke jaringan yang kompleks .Misalnya jaringan

berbasiskan Netware yang cukup sulit apabila dihadapkan kepada InternetProtocol

(IP). Bukannya tidak bisa tetapi akan menghadapi banyak kendala bila dipaksakan.

Ditambah lagi walaupun perangkatnya kerasnya memenuhi akan tetapi sistem

operasi-nya bukanlah murah.

4. Terbatasnya aplikasi-aplikasi yang handal untuk sistem operasi selain Windows.

Page 3: BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00150-IF_Bab 3.pdfsebagian besar perusahaan kecil sampai dengan perusahaan besar menggunakan jaringan

39 3.2 Pemecahan Masalah

Berdasarkan analisis permasalahan yang ada, maka diperlukan solusi guna

membangun sebuah jaringan yang efektif dengan biaya yang relatif murah dan bisa

mengatasi permasalahan seperti yang telah dikemukakan di atas.

Solusinya adalah dengan menggunakan Linux dan LTSP. Linux merupakan sistem

operasi yang murah, bahkan gratis bila didownload langsung dari Internet, tidak ada

pembatasan (quota) pemakaian, didampingi banyak aplikasi tambahan yang populer

serta dokumentasi yang tak terbatas jumlahnya dan pendukung yg berjumlah jutaan

orang yang setiap saat akan membantu dengan sangat terbuka dan sukarela terutama jika

kita bergabung di berbagai mailing list Linux di Internet.

Seperti kita ketahui bersama, bahwa komponen komputer khususnya perangkat

keras berkembang dengan sangat cepat dan semakin murah dari hari kehari. Demikian

juga dengan kecepatan komunikasi data di Internet, sebagai gambaran pada pertengahan

tahun delapan puluhan, modem 9,6 kbps sudah membuat orang berdecak dibandingkan

kecepatan sebelumnya yang 1,2 atau 2,4 kbps. Perkembangan yang semakin pesat telah

membawa kecepatan modem menjadi 56 kbps saat ini. Demikian juga dengan Hard Disk

yang berkembang sangat cepat baik dari sisi kapasitas penyimpanan, kecepatan putarnya

(rpm) serta harganya yang semakin rendah. Network Card juga tidak bedanya, dimana

tadinya 10 mbps merupakan standard telah berubah ke 100 mbps sebagai standard

bahkan sedang menuju kearah 1000 mbps. Processor di PC yang sudah melewati batas 3

Ghz (Giga Hertz).

Maka sangat dimungkinkan untuk mengembangkan suatu jaringan dengan terminal

tanpa media penyimpanan, berhubungan satu sama lain dan dengan kecepatan yang

Page 4: BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00150-IF_Bab 3.pdfsebagian besar perusahaan kecil sampai dengan perusahaan besar menggunakan jaringan

40 seolah-olah seragam. Cara ini juga memungkinkan penghematan biaya "software

upgrade", juga biaya administrasi sistem seperti backup, recovery, yang terpusat di satu

komputer utama (Server) yang dengan demikian dapat mengoptimalkan kinerja

prosesor, memory, dan Hard Disk. Dikedua sisi, baik Client ataupun Server, semuanya

mengarah kepada suatu bentuk efisiensi besar-besaran. Bukankah langkah efisiensi

merupakan langkah paling tepat di jaman serba susah ini ?

Seorang Administrator suatu jaringan akan sangat terbantu dalam mengatasi

keruwetan bahkan untuk menaikan peringkat dalam penilaian kinerja.

Network Diskless System merupakan penggunaan komputer secara beramai-ramai

oleh dua user atau Client atau lebih. Mungkin lebih tepat dikatakan sebagai dump

terminal. Bedanya, dump terminal hanya menggunakan dua buah monitor, ethernet,

keyboard dan mouse. Sedangkan diskless komputer menggunakan dua buah CPU

lengkap atau lebih tetapi tidak menggunakan Hard Disk. Hanya network card untuk

mengaktifkan LTSP (Linux Terminal Server Project) di user PC. Sehingga kinerja

Server tidak begitu terganggu, atau dengan kata lain resource pada Server tidak banyak

termakan oleh komputer Client. Jika diimbangi dengan komputer Client yang semakin

baik, maka semakin baik pula kinerja komputer Client tersebut.

Page 5: BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00150-IF_Bab 3.pdfsebagian besar perusahaan kecil sampai dengan perusahaan besar menggunakan jaringan

41

Gambar 3.1 Skema Diskless System

Dengan diskless sistem, kita bisa menggunakan komputer lama yang akan bekerja

dengan lebih cepat seolah-olah komputer baru. Hal ini bisa terjadi karena proses

kerjanya sebagai berikut :

1. Sebuah komputer Client yang disambungkan ke Server tanpa menggunakan sistem

operasi yang tersimpan di Hard Disk. Sebagai gantinya, menggunakan bootrom

yang terpasang di kartu jaringan atau floppy disk untuk menghubungkan komputer

Client ke Server.

2. Penggunaan metode diskless berbeda dengan metode dump terminal. Karena pada

metode diskless, meskipun komputer Client menggunakan resource pada Server

namun tidak semuanya, karena tetap dibantu oleh processor dan memory pada

Client.

Page 6: BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00150-IF_Bab 3.pdfsebagian besar perusahaan kecil sampai dengan perusahaan besar menggunakan jaringan

42

Pada dasarnya semakin baik komputer Client, maka akan semakin membantu

kinerja Server. Demikian pula halnya komputer Server, semakin tinggi spesifikasi

komputer Server yang digunakan akan semakin baik pula kinerja Network Diskless

System. Dengan Network Diskless System maka dimungkinkan membangun suatu

jaringan dengan bermodalkan komputer tua sebagai terminal yang hanya bermuatan 8

MB RAM, motherboard sederhana, CPU murah (dibawah 100 Mhz), Network Card dan

VGA Card tanpa perlu ada Hard Disk, Floppy disk, CDROM ataupun Tape. Benar-benar

mengurangi ketergantungan terhadap media penyimpanan lokal dan juga menekan biaya

pengadaan suatu jaringan besar. Metode ini sangat baik untuk perusahaan-perusahaan

menengah kebawah, sekolah-sekolah lanjutan ataupun kejuruan untuk fasilitas

Laboratorium Komputer mereka dan juga tidak tertutup kemungkinan untuk

dimanfaatkan perusahaan-perusahaan besar untuk mengembangkan jaringan dengan

optimasi komputer lama mereka.

Untuk membangun jaringan tersebut, digunakan Linux Terminal Server Project.

Linux Terminal Server Project adalah suatu proyek sistem terminal Server yang berjalan

di sistem operasi Linux dan mengeksplorasi kemampuannya untuk aplikasi diskless

Xterminal. LTSP sendiri dapat mengoptimalisasi penggunaan komputer yang sudah

tidak terpakai lagi. Dengan menggunakan LTSP, komputer yang sudah relative tua dapat

diberdayakan kembali, dengan menggunakan komputer tua dan membuang Hard Disk,

Floopy, dan CDROM-nya dengan menambahkan Network Card yang dapat diboot.

Dengan cara demikian maka investasi peralatan menjadi lebih rendahdan terjangkau

oleh seluruh lapisan masyarakat pengguna dan pembangun jaringan.

Untuk menunjang para pengguna yang cenderung lebih menyukai penggunaan

sistem operasi Miccrosoft Windows, digunakan teknologi Terminal Services dimana

Page 7: BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00150-IF_Bab 3.pdfsebagian besar perusahaan kecil sampai dengan perusahaan besar menggunakan jaringan

43 teknologi ini lebih dikenal dengan nama Thin Client. Konsep Terminal Services ini

mengacu pada intepretasi dari Remote Control dan Remote Client. Remote Control

hanya memungkinkan satu komputer Client untuk terhubung ke Server. Client akan

mendapatkan tampilan persis dari Server dan apa yang dilakukan oleh Client akan

terlihat dari Server. Sedangkan Remote Client memungkinkan lebih dari satu komputer

Client untuk terkoneksi ke Server.

Dengan penggabungan kedua teknologi tersebut, dimungkinkan pembangunan

jaringan komputer yang relatif murah dan tampilan pada komputer Client akan sama

persis dengan komputer Server, yang dalam hal ini Server menggunakan sistem operasi

Microsoft Windows, tetapi komputer Client akan tetap berjalan di atas sistem operasi

Linux.

Page 8: BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00150-IF_Bab 3.pdfsebagian besar perusahaan kecil sampai dengan perusahaan besar menggunakan jaringan

44 3.2 Cara Kerja Sistem

3.2.1 Cara Kerja Sistem Linux Terminal Services Project

Gambar 3.2 Alur Kerja LTSP

Page 9: BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00150-IF_Bab 3.pdfsebagian besar perusahaan kecil sampai dengan perusahaan besar menggunakan jaringan

45 Komputer Client disambungkan ke Server tanpa menggunakan sistem operasi di

Hard Disk. Sebagai gantinya, menggunakan bootrom (read only memory yang berisi

program untuk booting) pada Network Card. Jika tidak mempunyai bootrom, bisa

menggunakan Floppy Disk.

Pada saat komputer Client dinyalakan, komputer Client akan melakukan

serangkaian prosedur Power On Self Test (BIOS) dan BIOS akan menguji apakah segala

komponen bekerja dengan baik. Selama POST dilakukan, BIOS akan melakukan

pencarian Expansion Rom (ROM Tambahan). Jika komputer Client menggunakan

Network Card dengan eeprom (jenis read only memory yang bisa dihapus dan

diprogram secara elektronik), BIOS akan segera mengenalinya dan kemudian

melakukan eksekusi dengan menjalankan etherboot (booting melalui jaringan ethernet

yang sebelumnya telah diatur manual prioritas booting-nya melalui BIOS) ataupun PXE.

Jika Network Card tidak mempunyai eeprom, BIOS kemudian melakukan pencarian

pada Floppy Disk. Pada saat ditemukan program bootrom pada disket, BIOS kemudian

melakukan eksekusi dengan menjalankan etherboot ataupun PXE.

PXE ataupun Etherboot akan melakukan pencarian Network Card, jika

ditemukan, maka segera melakukan pengenalan dan konfigurasi Network Card.

PXE ataupun Etherboot kemudian akan melakukan permintaan DHCP Request

ke jaringan disertai dengan alamat MAC (Media Access Control) dari Network Card

pada komputer Client.

DHCPD daemon yang aktif di komputer Server yang mendapat sinyal request

dari DHCP Client akan merespon dan menyesuaikan dengan konfigurasi Server DHCP

tersebut, dimana rule-rule yang tersebut telah tertulis di file konfigurasi dhcpd.conf.

Page 10: BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00150-IF_Bab 3.pdfsebagian besar perusahaan kecil sampai dengan perusahaan besar menggunakan jaringan

46

Setelah menyesuaikan informasi yang diberikan oleh DHCP Client dengan file

konfigurasi dhcpd.conf, maka DHCP Server akan membangun paket yang akan

dikirimkan kembali ke Client tersebut. Informasi yang disertakan dalam paket tersebut

antara lain alamat :

• IP Address untuk komputer Client.

• NETMASK untuk jaringan lokal.

• Lokasi file kernel yang akan di-download.

• Parameter tambahan untuk dikirimkan ke kernel, melalui baris perintah kernel.

Setelah PXE ataupun Etherboot menerima paket yang dikirimkan oleh Server,

maka akan dilakukan konfigurasi jaringan TCP/IP pada Client tersebut berdasarkan

informasi parameter yang diterima.

Dengan menggunakan TFTP, etherboot akan melakukan request ke Server dan

mulai melakukan proses download kernel.

Setelah proses downloading kernel berhasil dilakukan, Etherboot akan

meletakkan di dalam dan me-load kernel tersebut dari memory Client.

Setelah kernel berhasil diloading ke dalam memory, maka kernel akan bertugas

mengontrol sistem secara keseluruhan dan melakukan inisialisasi pada sistem dan semua

perangkat yang ada.

Pada bagian akhir dari kernel terdapat image filesystem, yang akan diletakkan di

memory sebagai sebuah ramdisk, dan sementara akan di-mount sebagai root filesystem

dengan mode read only. Hal ini untuk mencegah terjadinya modifikasi terhadap root

filesystem yang dipakai secara bersama-sama oleh banyak komputer terminal. Hal ini

dilakukan dengan memberikan baris perintah root=/dev/ram0 yang kemudian akan

Page 11: BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00150-IF_Bab 3.pdfsebagian besar perusahaan kecil sampai dengan perusahaan besar menggunakan jaringan

47 memberitahu kernel untuk melakukan proses mount pada image tersebut sebagai root

directory.

Jika pada sebuah sistem normal, pada waktu kernel selesai diboot, langkah

selanjutnya adalah menjalankan program init. Namun pada kasus ini, kita

memerintahkan kernel untuk menjalankan shell script kecil dengan memberikan perintah

init=/linuxrc pada kernel command line.

Proses selanjutnya dilakukan pemeriksaan bus PCI, dan mencari keberadaan

Network Card. Untuk setiap perangkat PCI yang ditemukan, shell script /linuxrc akan

mencocokkannya dengan file di /etc/niclist. Apabila peralatan PCI yang ditemukan

memiliki daftar di file tersebut, maka nama driver untuk kartu jaringan tersebut akan

diambil dan kemudian di eksekusi. Untuk ISA card, module driver tersbut HARUS

dirinci pada baris perintah kernel, disertai dengan IRQ atau parameter alamat yang

dibutuhkan.

Kemudian sebuah Client kecil DHCP yang disebut dhClient akan dijalankan dan

meminta query lagi dari DHCP Server. Permintaan tersebut dilakukan untuk kedua

kalinya, karena jika menggantungkan pada hasil query yang dilakukan oleh Etherboot

ataupun PXE, maka informasi tersebut tidak sepenuhnya dapat diterima oleh kernel.

Kernel kemudian akan mengabaikan konfigurasi NFS Server yang disertakan

sebagai parameter tambahan root-path. Hal ini perlu dilakukan jika dimiliki NFS Server

yang berada pada Server terpisah dari TFTP Server.

Pada saat dhClient mendapat balasan dari Server DHCP, maka shell script

/etc/dhClient-script akan dijalankan. Shell script ini akan melakukan konfigurasi pada

kartu jaringan pertama (eth0) berdasarkan informasi yang diterima dari Server.

Page 12: BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00150-IF_Bab 3.pdfsebagian besar perusahaan kecil sampai dengan perusahaan besar menggunakan jaringan

48

Sampai pada proses ini, filesystem root berada di ramdisk. Selanjutnya, script

/linuxrc akan melakukan proses mounting ulang filesystem root yang baru melalui NFS.

Direktori yang di-export pada Server umumnya adalah /opt/ltsp/i386. Proses tersebut

tidak bisa langsung melakukan proses mount filesystem yang baru sebagai /. Proses

mount akan terlebih dahulu dilakukan pada /mnt. Kemudian, dilakukan pivot_root.

pivot_root akan menukar filesystem root saat ini dengan filesystem root sebenarnya,

yang di mount di /mnt. Setelah proses pertukaran selesai, filesystem NFS dan filesystem

root yang sebenarnya akan di-mount pada /, dan filesystem root terdahulu akan di-mount

pada /oldroot.

Setelah proses mounting dan pivot filesystem root yang baru telah selesai, berarti

proses shell script /linuxrc telah selesai dan selanjutnya kita memanggil program

/sbin/init yang sebenarnya.

Init menggunakan konsep runlevel, dimana tiap runlevel memiliki konfigurasi

services yang berbeda. LTSP workstation akan diawali pada runlevel ‘2’. Konfigurasi

tersebut dapat dilihat pada baris initdefault pada file inittab. Selanjutnya init akan

membaca file /etc/inittab dan mulai mempersiapkan lingkungan kerja komputer Client.

Salah satu komponen pertama dalam file inittab adalah perintah rc.sysinit yang akan

dijalankan selagi komputer Client berada dalam keadaan ‘sysinit’. Script rc.sysinit akan

membuat RAMDISK 1 MB yang berguna untuk memuat semua hal yang dibutuhkan

pada proses read and write nantinya.

RAMDISK akan di-mount pada direktori /tmp. Semua file yang akan dituliskan

sebenarnya akan dilletakkan pada direktori /tmp, dan nantinya akan terdapat symbolic

link (shortcut) yang mengacu pada file-file tersebut. Selanjutnya filesystem /proc juga

akan di mount.

Page 13: BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00150-IF_Bab 3.pdfsebagian besar perusahaan kecil sampai dengan perusahaan besar menggunakan jaringan

49

File lts.conf akan dibaca, dan semua parameter di lts.conf yang berhubungan

dengan komputer Client akan digunakan sebagai variable untuk rc.sysinit untuk

membangun environmet pada komputer Client.

Jika workstation ditentukan untuk melakukan swap over NFS, maka direktori

/var/opt/ltsp/swapfile akan di-mount sebagai /tmp/swapfiles. Jika belum tersedia

swapfile untuk workstation tersebut, maka akan dibuat secara otomatis. Ukuran dari

swapfile tersebut ditentukan pada file lts.conf. Swapfile kemudian akan diaktifkan,

dengan menggunakan perintah swapon.

Selanjutnya loopback pada network interface akan dikonfigurasi dengan alamat

IP 127.0.0.1.

Jika aplikasi lokal di enabled, maka direktori /home juga akan dimount, sehingga

aplikasi-aplikasi tersebut dapat mengakses direktori /home.

Selanjutnya proses dilanjut kan dengan dibuatnya filesystem /tmp untuk

menyimpan file-file sementara yang dibutuhkan selagi sistem berjalan. Direktori-

direktori tersebut seperti :

• /tmp/compiled

• /tmp/var

• /tmp/var/run

• /tmp/var/log

• /tmp/var/lock

• /tmp/var/lock/subsys

Proses selanjutnya adalah melakukan konfigurasi pada sistem X Windows. Pada

file lts.conf, terdapat parameter yaitu XServer. Jika parameter tersebut tidak

Page 14: BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00150-IF_Bab 3.pdfsebagian besar perusahaan kecil sampai dengan perusahaan besar menggunakan jaringan

50 diketemukan, atau ditentukan menjadi “auto”, maka akan dilakukan proses deteksi. Jika

card yang digunakan adalah PCI, maka akan diambil PCI Vendor dan Device ID, untuk

kemudian dicari apakah terdapat pada file /etc/vidlist.

Jika card tersebut didukung oleh XFree86 4.X, maka pci_scan akan memberikan

hasil yaitu nama dari driver modul yang digunakan. Jika hanya didukung oleh Xfree86

3.3.6, maka pci_scan akan memberikan X Server yang akan digunakan. Script rc.local

dapat membedakan hasil dari pci_scan tersebut dikarenakan pada versi terdahulu 3.3.6

nama Server didahului oleh ‘XF86_’.

Jika digunakan XFree86 4.x, maka script /etc/rc.setupx akan dijalankan untuk

membentuk file XF86Config untuk X4. Jika yang digunakan adalah Xfree86 3.3.6

maka script /etc/rc.setupx3 akan dijalankan untuk membentuk file XF86Config. File

XF86Config akan dibuat, berdasarkan file /etc/lts.conf.

Ketika script rc.setupx selesai, maka alur proses akan kembali pada rc.local.

Kemudian /tmp/start_ws akan dibuat. Script ini juga berfungsi untuk menjalankan

XServer.

Selanjutnya file /tmp/syslog.conf akan dibuat. File ini berisi informasi yang

memerintahkan daemon syslogd host yang mana dalam jaringan yang akan dikirim

informasi logging workstation. Host syslog ditentukan pada file lts.conf. Adapun file

konfigurasi tersebut terdapat di /etc/syslog.conf yang merupakan softlink ke

/tmp/syslog.conf

Syslogd daemon kemudian akan dijalankan, menggunakan konfigurasi file yang

disebutkan pada langkah sebelumnya.

Page 15: BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00150-IF_Bab 3.pdfsebagian besar perusahaan kecil sampai dengan perusahaan besar menggunakan jaringan

51

Setelah script rc.init selesai, kontrol dikembalikan kepada /sbin/init yang akan

menentukan runlevel yang digunakan. Nilai dari initdefault adalah 2

Runlevel 2 akan menyebabkan init untuk menjalankan script set_runlevel yang

akan membaca file lts.conf dan menentukan runlevel workstation yang dijalankan.

Standard runlevel untuk LTSP adalah 3, 4, dan 5.

• 3 – Akan menjalankan shell. Sangat berguna untuk debugging workstation.

• 4 – Akan menjalankan satu atau lebih Telnet session pada mode karakter

atau text base. Sangat cocok jika diaplikasikan untuk menggantikan

serial terminal.

• 5 – GUI mode. Ini akan menjalankan X windows, dan mengirimkan query

XDCMP ke Server, yang akan menampilkan kotak dialog login untuk

akses ke Server. Dibutuhkan display manager yang aktif di Server,

seperti XDM, GDM atau KDM.

Kemudian run level yang dijalankan pada Client adalah run level 5. Hal ini akan

menyebabkan entri-entri yang terdapat pada /etc/inittab dijalankan. Sistem X Window

akan diinisialisasi. Inisialisasi meliputi pemeriksaan kartu video dan nama Server X

yang akan dijalankan. Untuk konfigurasi Server X dapat menggunakan dua option, yaitu

Xfree atau Xorg, yang konfigurasi pemilihannya diatur pada file lts.conf

Jika Xorg yang digunakan, maka script akan memanggil script

/etc/build_x4_cfg akan dipanggil untuk membuat file XF86Config. Jika Xfree yang

digunakan, maka /etc/build_x3_cfg yang akan dipanggil untuk membuat file

XF86Config. File-file ini diletakkan dalam direktori /tmp, yang merupaka RAMDISK

pada komputer Client.

Page 16: BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00150-IF_Bab 3.pdfsebagian besar perusahaan kecil sampai dengan perusahaan besar menggunakan jaringan

52

Setelah file XF86Config atau Xorg dikonfigurasi maka X-Server akan

dijalankan dengan memanggil script startx, dan X-Server akan mengirimkan query

XDMCP kepada Server LTSP. Pengiriman query ini akan memunculkan layar login ke

Server. Untuk itu perlu menjalankan Display Manager seperti XDM, GDM atau KDM

pada sisi Server. Jika user login, maka proses akan dijalankan pada Server, tapi display

output dari proses tersebut akan ditampilkan pada PC user.

3.2.2 Cara Kerja Sistem Windows Terminal Services

Untuk dapat bekerja dengan baik, terminal Server pada sistem operasi Windows

dibagi menjadi 3 bagian utama yaitu Terminal Server Services, Display Protocol dan

Client itu sendiri.

Terminal Server Services atau yang biasa disebut Terminal Service merupakan

salah satu service yang merupkan komponen utama dari terminal Server. Service ini

merupakan optional pada saat instalasi sistem operasi windows itu sendiri. Di saat

service ini berjalan, terminal service akan mulai melakukan listening port pada TCP Port

3389. Pada saat yang sama, session Client untuk console dibuat, bersamaan dengan dua

koneksi yang dengan kondisi ‘dormant/idle’. Jadi apabila ada respon dari listening port

TCP 3389, makan koneksi dapat dibangun dengan cepat. Console Session tersebut akan

diberi ID 0. Pada saat Client membuat sebuah session baru, Virtual Memory Manager

pada Windows akan memberikan SessionID yang baru untuk session tersebut dan

memberikan ke Session Manager untuk membuat SessionSpace untuk session yang telah

dibuat. Session tambahan akan diberi nomor secara urut. Dan apabila session akan

Page 17: BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00150-IF_Bab 3.pdfsebagian besar perusahaan kecil sampai dengan perusahaan besar menggunakan jaringan

53 ditutup (Logged out), session akan memberikan respon ke pada session manager bawa

session akan ditutup dan sessionID tidak akan digunakan lagi.

Detailnya saat kita memasuki sistem operasi Windows, salah satu services yang

berjalan adalah terminal Server service (termserv.exe). Terminal Service ini merupakan

service essential, dan tidak bisa dimatikan service ini walaupun kita ingin

mematikannya. Ia bertugas mengatur koneksi dari Client seperti inisialisasi koneksi, dan

mematikan koneksi. Terminal Services akan menunggu koneksi dari Client. Setiap

koneksi yang masuk, akan diberikan session identifier atau “SessionID” yang unik untuk

merepresentasikan sebuah session individual. Dan setiap session yang dibuat akan diatur

sessionID nya sehingga ID yang satu dan ID yang lain nantinya akan berbeda.

Pada waktu pembuatan session, Console Session juga melakukan proses loading.

Ia dianggap sebagai special Client dan diberi sessionID0. Dengan console Session yang

spesial inilah, Windows akan berjalan normal dengan mengenali driver-driver display,

mouse dan keyboard untuk diloading.

Setelah membuat console session, Terminal Service akan memanggil Windows

Session Manager (SMSS.exe) untuk membuat dua koneksi Client yang bersifat idle dan

kemudian menunggu respon dari koneksi Client dari komputer. Pada saat membuat

session idle, Session Manager juga menjalankan Client-Server Run-Time Subsistem

(CRSS.EXE), dan sebuat SessionID akan diberikan pada proses tersebut. Pada saat

melakukan loading, CRSS juga memanggil proses WinLogon (WINLOGON.EXE),

Windows Manager dan GDI Kernel Module (win32k.sys) dibawah proses SessionID

yang baru diberikan pada CRSS tersebut.

Page 18: BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00150-IF_Bab 3.pdfsebagian besar perusahaan kecil sampai dengan perusahaan besar menggunakan jaringan

54

Gambar 3.3 Proses Loading Terminal Server

Tidak seperti Console Session, Terminal Server Client Session akan melakukan

loading driver secara terpisah untuk display, keyboard. Untuk driver display diakses oleh

driver “Remote Desktop Protocol (RDP) display device driver (rdpdd.dll), sedang mouse

dan keyboard driver akan digantikan oleh RDP driver rdpwd.sys. Driver tersebut dapat

membuat RDP Client connection berinteraksi secara remote. Tahap akhir, Terminal

Server juga akan membuat sebuah “connection listener” melalui RDP protocol

(Termdd.sys), untuk merespon koneksi dari RDP Client melalui TCP Port.

Sampai saat dengan proses tersebut, proses CRSS diloading pada SessionID nya

sendiri, dan data akan diproses dengan cepat dan seperlunya. Setiap proses yang dibuat

di SessionID ini akan dieksekusi di SessionSpace yang merupakan bagian dari proses

Page 19: BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00150-IF_Bab 3.pdfsebagian besar perusahaan kecil sampai dengan perusahaan besar menggunakan jaringan

55 CRSSS secara otomatis. Hal ini untuk mencegah akses data dari SessionID yang satu ke

SessionID yang lain.

Gambar 3.4 Penggunaan Resource Pada Terminal Services

3.3 Analisa Kebutuhan

Pada analisis kebutuhan, yang menjadi sasaran analisa adalah perangkat keras

Server dan Client, serta perangkat lunak yang akan digunakan.

Page 20: BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00150-IF_Bab 3.pdfsebagian besar perusahaan kecil sampai dengan perusahaan besar menggunakan jaringan

56 3.3.1 Analisa Kebutuhan Perangkat Keras

3.3.1.1 Server

Digunakan 2 Perangkat komputer Server yang masing – masing mempunyai

spesifikasi seperti berikut :

Prosessor : Processor Pentium IV 3.4 Dual Core

Motherboard : Motherboard ECS P965TA

Memory : Memory DDRAM 1GB

VGA Card : Display Adapter Nvidia GeForce FX6200

Hard Drive : Seagate 250 GB SATA

ROM : DVD-ROM Lite On 16X

Network Card : Realtek Family 8139 PCI Fast Ethernet NIC

Monitor, mouse, keyboard dan casing CPU dapat disesuaikan dengan kebutuhan

standard.

3.3.1.2 Client

Perangkat komputer Client yang digunakan masing – masing mempunyai

spesifikasi seperti berikut :

Prosessor : Intel Pentium 100 MHz

Memory : 32 MB

Network Card : Realtek Family PCI Fast Ethernet NIC

Monitor, mouse, keyboard dan casing CPU dapat disesuaikan dengan kebutuhan

standard.

Page 21: BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00150-IF_Bab 3.pdfsebagian besar perusahaan kecil sampai dengan perusahaan besar menggunakan jaringan

57 3.3.2 Analisa Kebutuhan Perangkat Lunak

Perangkat Lunak yang diperlukan adalah sebagai berikut :

1. Sistem Operasi Linux Fedora Core 5

2. Sistem Operasi Microsoft Windows XP Professional SP 2

3. Microsoft Windows Terminal Services

4. XP Unlimited

5. ltsp-4.2u2-0.iso

6. ltsp-utils-0.25-0.noarch.rpm

7. DHCP Server

8. TFTP Server

9. NFS Server

10.XDMCP (X Display Manager Control Protocol)

Khusus untuk Perangkat Lunak dari nomor 3 sampai dengan nomor 6, pada

umumnya telah terintegrasi dengan paket instalasi Linux Operating System sehingga

paket instalasi tersebut otomatis terdapat pada CD atau DVD Linux Operating System

dan tidak perlu di download di Internet serta dapat di instalasikan secara langsung

dengan memilih paket instalasi tersebut saat pre-instalasai maupun post-instalasi.

3.3.3 Analisa Biaya Perancangan

Berikut adalah analisa perancangan biaya yang diperlukan untuk membangun

Network yang berbasis Diskless System :

Page 22: BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00150-IF_Bab 3.pdfsebagian besar perusahaan kecil sampai dengan perusahaan besar menggunakan jaringan

58 3.4.3.1 Perangkat Keras :

Perancangan menggunakan Server,

Harga 1 Server komputer dengan spesikasi :

a. Processor Pentium IV 3.4 Dual Core Rp. 1.600.000,-

b. Motherboard ECS P965TA Rp. 1.000.000,-

c. Memory DDRAM 1GB Rp.1.100.000,-

d. Display Adapter Nvidia GeForce FX6200 Rp. 400.000,-

e. Harddisk Seagate 250 GB SATA Rp. 800.000,-

f. DVD-ROM Lite On 16X Rp. 200.000,-

g. Lain-Lain (Casing, Keyboard, Mouse) Rp. 300.000,-

h. Monitor 17” Rp.1.100.000,-

Total Biaya Rp. 6.500.000,-

Perancangan menggunakan Client,

Harga 1 Client komputer dengan spesikasi :

a. Prosessor Intel Pentium 100 MHz (second)

b. Memory 16-32 MB (second)

c. Network Card Realtek Family PCI Fast Ethernet NIC

d. Monitor 15” (baru)

Untuk 1 Unit PC Rp. 1.000.000,-

Peralatan Jaringan Kabel UTP, Switch, Router Rp. 7.000.000,-

Page 23: BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00150-IF_Bab 3.pdfsebagian besar perusahaan kecil sampai dengan perusahaan besar menggunakan jaringan

59 3.4.3.2 Perangkat Lunak :

Microsoft Windows XP SP2 Professional Edition Rp. 1.200.000,

XP Unlimited Rp. 1.200.000,-

Linux Operating Syster Fedora Core 5 FREE

Linux Terminal Service Project Packet FREE

Open Office FREE

Untuk perangkat lunak dalam sistem operasi Microsoft Windows XP,

aplikasi yang paling sering digunakan dalam segala bidang adalah Microsoft Office,

tetapi aplikasi tersebut bisa digantikan dengan Open Office yang bersifat FREE License,

sedangkan untuk aplikasi tambahan lainnya, akan diusahakan menggunakan aplikasi

yang free dan open source.

3.5 Perancangan

3.5.1 Perancangan Sistem Yang Berjalan Pada Client

Client yang terhubung dengan LTSP atau disebut dengan LTSP Client tidak

memerlukan Hard Disk karena konsep LTSP adalah sebuah jaringan dimana Client

LTSP mampu berjalan tanpa Hard Disk. Client LTSP mampu untuk booting melalui

Network Card dan mengambil image sistem operasinya untuk di-load ke memory lokal

dan dijalankan di sistem lokalnya sendiri. Sedangkan untuk sistem yang berjalan, Client

LTSP ini juga tidak perlu menjalankan sistem apa-apa karena dia sendiri pada dasarnya

tidak memiliki sistem operasi dan Hard Disk. Oleh karena itu, Client LTSP ini hanya

memerlukan sebuah komputer yang bisa dihidupkan dengan memiliki komponen

Page 24: BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00150-IF_Bab 3.pdfsebagian besar perusahaan kecil sampai dengan perusahaan besar menggunakan jaringan

60 standard seperti mainboard, memory, graphic card, power supply dan yang paling

penting adalah network card yang mendukung network booting (booting melalui

jaringan).

3.5.2 Perancangan Sistem Yang Berjalan Pada Server

Untuk server yang akan diimplementasikan dalam Network Diskless System ini

terdiri dari dua buah server, yaitu server LTSP dan Application Server. Server LTSP

yang bertugas mendistribusikan sistem operasi kepada diskless Client yang ada pada

jaringan sehingga komputer Client mendapatkan sistem operasi secara terdistribusi

melalui jaringan.

Pada Server LTSP, setiap Client yang melakukan proses booting akan

mendapatkan alamat IP dari DHCP Server dan melakukan koneksi ke LTSP Server.

Setelah melakukan semua proses booting dan inisialisasi, komputer Client akan

mendapatkan tampilan dari Display Manager yang telah dikonfigurasi di LTSP itu

sendiri.

Diskless Client akan menjalankan program rdesktop sebagai aplikasi yang

menjembatani Terminal Server di sistem operasi Microsoft Windows dengan sistem

operasi Linux, sehingga user di linux dapat bekerja seperti di lingkungan Windows.

Rdesktop ini juga biasa disebut Terminal Service Client ataupun Remote Desktop

Client. Dengan demikian Client LTSP dapat melakukan koneksi dengan Application

Server.

Untuk Application Server sendiri telah terinstall Terminal Server dengan

program XP Unlimited. Dengan demikian setiap koneksi yang masuk ke dalam terminal

Page 25: BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00150-IF_Bab 3.pdfsebagian besar perusahaan kecil sampai dengan perusahaan besar menggunakan jaringan

61 server akan diberikan sebuah session ID tersendiri, sehingga user yang mendapatkan

satu desktop dimana kinerjanya tidak tercampur dengan remote desktop yang lain karena

mememiliki session yang berbeda sesuai dengan cara kerja Terminal Server itu sendiri.

Page 26: BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00150-IF_Bab 3.pdfsebagian besar perusahaan kecil sampai dengan perusahaan besar menggunakan jaringan

62

Page 27: BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00150-IF_Bab 3.pdfsebagian besar perusahaan kecil sampai dengan perusahaan besar menggunakan jaringan

63

Gambar 3.5 Proses Kerja Pada Sistem Secara Keseluruhan