bab 4 metode penelitianeprints.umm.ac.id/39162/5/bab iv.pdf18 bab 4 metode penelitian 4.1 jenis dan...
TRANSCRIPT
18
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental (true experiment
design) dengan menggunakan metode Post Test Randomized Group Design.
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Waktu penelitian direncanakan selama 37 hari pada tahun 2018 di
Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Malang.
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan (Rattus novergicus )
strain Wistar karena memiliki kemiripan fungsi metabolik dengan manusia
(Goutianos, 2015).
4.3.2 Sampel
Penelitian ini menggunakan sampel tikus putih (Rattus novergicus) jantan
strain Wistar yang dipilih dengan kriteria jenis kelamin tikus jantan umur 3
bulan, berat tikus rata-rata 150-200 gram dan tikus sehat (bergerak aktif, bulu
putih bersih, dan mata cerah).
19
4.3.3 Besar Sampel
Pada penelitian ini terdapat 5 kelompok perlakuan yaitu satu kelompok
control (+), kontrol negatif (-), dan tiga kelompok perlakuan. Besar sampel
dihitung dengan Resource Equation Methode yaitu
E (besar sampel) = Ʃ hewan – Ʃ kelompok perlakuan
Selanjutnya dilakukan replikasi penelitian yang digunakan sesuai dengan
rumus Federer yaitu
(𝑛 − 1)(𝑡 − 1) ≥ 15
Keterangan:
n= Jumlah replikasi tiap perlakuan
t= Banyaknya kelompok perlakuan
Karena terdapat 5 kelompok, maka didapatkan:
(𝑛 − 1)(5 − 1) ≥ 15
(𝑛 − 1)4 ≥ 15
4𝑛 − 4 ≥ 15
4𝑛 ≥ 19
𝑛 ≥ 4,75
Atau dibulatkan menjadi 5 ekor untuk setiap kelompok.
Ʃ hewan = n x Ʃ kelompok perlakuan
= 5 x 5
= 25 ekor
20
dilanjutkan dengan rumus
E (besar sampel) = Ʃ hewan – Ʃ kelompok perlakuan
= 25 – 5
= 20 ekor
Rumus besar sampel untuk mengantisipasi kemungkinan sampel terpilih
mengalami drop out (Saryono, 2011) sebagai berikut:
n’ = [n/1-f]
n’ = 4 / (1- 0,2)
n’= 5
Cadangan untuk satu kelompok = n’- n = 5 - 4 = 1
Cadangan untuk lima kelompok = 1 x 5 = 5
Keterangan :
n’ = jumlah sampel penelitian
n = besar sampel yang dihitung
f = perkiraan proporsi drop out, kira-kira 20% (f = 0,2)
Jadi total sampel tikus yang dibutuhkan beserta cadangan adalah 25 ekor tikus
dibagi ke dalam 5 kelompok yang berarti 1 kelompok terdiri dari 4 ekor tikus
dan 1 ekor tikus cadangan.
4.3.4 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive
sampling, yaitu pengambilan sampel dengan cara mengambil sample tikus
21
putih jantan (Rattus norvegicus) jantan strain Wistar menyesuaikan dengan
kriteria penelitian yang sudah ditentukan.
4.3.5 Karakteristik Sampel Penelitian
a. Kriteria Inklusi :
1. Tikus putih (Rattus norvegicus) strain Wistar
2. Jenis kelamin jantan
3. Umur tikus 3 bulan
4. Berat tikus 150-200 gram
5. Tikus sehat (gerak aktif, bulu tebal putih, mata jernih)
b. Kriteria eksklusi:
1. Tikus yang mengalami cacat fisik
2. Tikus yang mengalami infeksi
c. Kriteria dropout:
Tikus yang sakit atau mati selama proses penelitian
4.3.6. Variabel Penelitian
a. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dosis ekstrak umbi
rumput teki (Cyperus rotundus L.).
b. Variabel Tergantung
Variabel tergantung pada penelitian ini adalah kadar MDA dan
fungsi memori pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan strain Wistar.
22
c. Variabel Kontrol
Variabel kontrol pada penelitian ini adalah jumlah dan waktu
pemberian diet hiperlipidemia dan ekstrak umbi rumput teki secara oral.
23
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1 Ekstrak umbi
rumput teki
(Cyperus
rotundus L.)
Tanaman rumput teki (Cyperus
rotundus L.) yang diperoleh dari
Materia Medika. Bagian rumput
teki yang digunakan untuk ektraksi
diambil dari bagian umbinya.
Neraca ohaus
digital, Spuit
Jumlah ekstrak sesuai dosis yang
di dapat yaitu 125 mg/kgBB, 250
mg/kgBB, 500 mg/kgBB secara
peroral setiap hari selama 35 hari.
Ordinal (kategorik)
2 Kadar MDA Pengamatan kadar MDA pada tikus
wistar.
Kadar MDA mengalami penurunan
disebabkan oleh adanya aktivitas
antioksidan dari ekstrak umbi
rumput teki.
Spektrofotometri Pengukuran kadar MDA diambil
dari darah jantung sebanyak 2ml.
Kadar MDA serum didapat dalam
satuan nmol/ml yang diukur
dengan reagen tiobutirat (TBA)
dengan spektrofotometri panjang
gelombang 532 nm. Data
Rasio (numerik)
4.3.7. Definisi Operasional Variabel
24
disajikan perindividu, kemudian
dicari rerata dari semua replikasi
dalam satu kelompok.
3 Fungsi
Memori
Pengamatan fungsi memori pada
tikus wistar. Tikus wistar dengan
pemberian diet hiperlipidemia dan
ekstrak umbi rumput teki akan
memiliki fungsi memori yang lebih
baik daripada tikus wistar yang
tidak diberikan ekstrak umbi
rumput teki. Hal tersebut
disebabkan oleh berkurangnya
kadar MDA yang diproduksi akibat
serangan radikal bebas terutama
Water maze test Fungsi memori pada penelitian ini
didapat dengan menilai waktu
yang diperlukan tikus untuk
berenang menemukan hidden
platform yang diletakkan dalam
water maze. Waktu maksimal
tikus wistar dalam menemukan
hidden platform adalah 60 detik,
lebih dari itu maka tikus akan
dibantu untuk menemukan
platform. Semakin baik fungsi
Rasio (numerik)
25
pada polyunsaturated fatty acid
(PUFA) yang banyak didapatkan di
membrane sel neuron.
memori tikus maka semakin
singkat waktu yang dibutuhkan
untuk menemukan platform. Data
disajikan perindividu, kemudian
dicari rerata dari semua replikasi
dalam satu kelompok.
26
4.4 Alat dan Bahan Penelitian
4.4.1 Alat pemeliharaan tikus
Alat yang digunakan untuk pemeliharaan tikus ialah kandang pemeliharaan
tikus, botol minum dan tempat makan tikus, anyaman kawat untuk penutup
kandang, dan timbangan.
4.4.2 Alat dan Bahan Pembuatan Ekstrak Umbi Rumput Teki
Timbangan analitik (0,001 gram), water bath, refluk, pompa pendingin, bak
air, tabung erlenmayer, tabung pemisah dengan pengunci, lampu sorot,
evapolator, kertas saring whatman 40, labu ukur 100 ml, corong kaca,
pengaduk (spatula), beaker glass, kertas aluminium foil, timble, batu didih.
4.4.3 Alat Pengambilan Darah Tikus
Handscoon, jarum, pipet mikro 50 l, tabung kuvat pirex, dan EDTA.
4.4.4 Alat dan Bahan Pengukuran MDA
Spektrofotometer, Mesin Sentrifuse, Tabung reaksi, Pipet, Pipet Eppendorf,
Pipet mikrohematokrit
4.4.5 Alat dan Bahan Pembuatan Diet Hiperlipidemi.
Baskom, pakan standar BR-1, satu buah telur burung puyuh, 10% lemak sapi,
dan 17 ml minyak jelantah.
27
4.4.6 Alat dan Bahan Water Maze Test
Kolam renang plastik polos diameter 1,2 – 2 meter dengan tinggi 0,2 - 0,6
meter, balok atau papan transparan sebagai hidden platform dengan diameter
10cm.
4.4.7 Alat lain
Kamera digital, stopwatch
4.5 Prosedur Penelitian
4.5.1 Adaptasi
Proses adaptasi hewan coba di dalam kandang dilakukan selama 7 hari dengan
tujuan agar tikus dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang baru
sebelum diberi perlakuan sambil diamati kesehatannya. Pada tahap ini
dilakukan pengamatan terhadap keadaan umum dan penimbangan berat badan
setiap hari.
4.5.2 Pembagian Kelompok Tikus
Tikus yang digunakan sebanyak 30 ekor yang terbagi menjadi lima kelompok
dan tiap kelompok terdiri dari 6 tikus :
a. Kelompok kontrol positif (K+): Diberi pakan standar BR-1
sebanyak 15 g/hari/tikus serta minum ad libitum ditambah diet
hiperlipidemia yang diberikan dengan metode sonde sebanyak 2,5
ml/tikus/hari selama 35 hari tanpa pemberian ekstrak umbi rumput teki
(Cyperus rotundus L.).
28
b. Kelompok kontrol negatif (K-): Diberi pakan standar BR-1
sebanyak 15 g/hari/tikus serta minum ad libitum tanpa ditambah diet
hiperlipidemia dan ekstrak umbi rumput teki (Cyperus rotundus L.)
selama 35 hari.
c. Kelompok perlakuan 1 (P1): Diberi pakan standar BR-1
sebanyak 15g /tikus/hari serta minum ad libitum ditambah dengan diet
hiperlipidemia sebanyak 2,5ml/tikus/hari selama 35 hari dan pemberian
ekstrak umbi rumput teki (Cyperus rotundus L.) dengan dosis 125
mg/KgBB/hari dengan metode sonde lambung sekali dalam sehari selama
35 hari.
d. Kelompok perlakuan 2 (P2): Diberi pakan standar BR-1
sebanyak 15g /tikus/hari serta minum ad libitum ditambah dengan diet
hiperlipidemia sebanyak 2,5 ml/tikus/hari selama 35 hari dan pemberian
ekstrak umbi rumput teki (Cyperus rotundus L.) dengan dosis 250
mg/KgBB/hari dengan metode sonde lambung sekali dalam sehari selama
35 hari.
e. Kelompok perlakuan 3 (P3): Diberi pakan standar BR-1
sebanyak 15 g/hari/tikus serta minum ad libitum ditambah dengan diet
hiperlipidemia sebanyak 2,5ml/tikus/hari selama 35 hari dan pemberian
ekstrak umbi rumput teki (Cyperus rotundus L.)dengan dosis 500
mg/KgBB/hari dengan metode sonde lambung sekali dalam sehari selama
35 hari.
29
4.5.3 Pembuatan Ekstrak Umbi Rumput Teki
Umbi rumput teki yang dipakai adalah umbi umur 3-5 bulan yang
ditandai dengan besarnya umbi 1-3 cm. Umbi secara eksternal berwarna
hitam dan daging umbinya berwarna putih kemerahan. Pada penelitian ini
untuk mendapatkan ekstrak umbi rumput teki digunakan metode remaserasi.
Satu kilogram umbi rumput teki yang didapatkan dibersihkan lalu dipotong-
potong kemudian dikeringkan dengan cara diangin anginkan sampai kering.
Setelah kering (simplisia) umbi rumput teki diblender sehingga menjadi
serbuk dan di ayak sehingga besar partikel serbuk sama. Kemudian
dilakukan remaserasi yang merupakan cara penyarian sederhana dengan
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat
aktif. Zat aktif akan larut karena ada perbedaan konsentrasi antara larutan zat
aktif dalam sel dengan yang diluar sel. Remaserasi digunakan untuk
penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam
cairan penyari. Serbuk halus umbi rumput teki dimaserasi dengan pelarut
etanol 97% dan asam malat 0.5% sebanyak 5 kali bobot bubuk simplisia
(bubuk simplisia : pelarut = 1:5) sambil diaduk kemudian disaring. Maserasi
dilakukan sebanyak tiga kali filtrat yang diperoleh kemudian di uapkan
dengan rotavapour sampai pelarut tidak tersisa dan diperoleh ekstrak kental
sebanyak 90 ml, dilanjutkan dengan pembuatan berbagai konsentrasi ekstrak
umbi rumput teki.
30
Pembuatan dosis ekstrak umbi rumput teki didahului dengan
pembuatan larutan, yaitu larutan ekstrak umbi rumput teki yang telah
diencerkan dengan air hingga homogen. Buat larutan stok sebanyak
500mg/mL. Sebanyak 500mg ekstrak umbi rumput teki diencerkan
dengan 5mL air. Rumus yang digunakan: V1.M1=V2.M2, V1 adalah
volume larutan sebelum pengenceran, M1 adalah molaritas larutan
sebelum pengenceran, V2 adalah volume larutan setelah pengenceran dan
M2 adalah molaritas larutan setelah pengenceran. Kemudian larutan
ekstrak ini dicampur dengan DMEM dan diteteskan pada kelompok
perlakuan. Dosis ekstrak umbi rumput teki dengan dosis ½xIC50, IC50
dan 2xIC50. Dosis ekstrak umbi rumput teki yang diberikan ditentukan
berdasarkan “dose doubling design”, yaitu 20 µg/mL, 40 µg/mL dan 80
µg/mL.maserasi selama 3x24 jam. Dilakukan penyaringan dengan kasa
berlapis kapas steril. Kemudian dilakukan penyaringan ulang dengan
cellulose nitrate membrane filter steril yang dipasang pada vaccum flask
yang dihubungkan dengan vaccum pum. Lalu maserasi diuapkan dengan
rotary evaporator sampai bebas dari ethanol 95% yang dipakai sebagai
pelarut (Rahim et al.2014).
31
4.5.4 Dasar Penentuan Dosis Umbi Rumput Teki
Pada penelitian yang pernah dilakukan terdahulu dosis efektif umbi
rumput teki sebagai hipolipidemia yaitu 250 mg/kgBB/hari. Pada penelitian
ini dosis 250 mg/kgBB/hari digunakan sebagai dosis empiris (n). Pada
penelitian ini menggunakan tiga dosis dengan menaikkan dan menurunkan
dari dosis empiris berdasarkan rumus deret hitung yaitu 1/2n, n, 2n (Okwu,
2015). Dosis ekstrak umbi rumput teki yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
Dosis I: ½ n = ½ x 250 = 125 mg/kgBB/hari
Dosis II: n=250 mg/kgBB/hari
Dosis III: 2n = 2 x 250 = 500 mg/kgBB/hari
4.5.5 Pelaksanaan Perlakuan Penelitian
Peneliti mengambil tikus yang sudah dikelompokkan satu per satu
secara perlahan sehingga tikus tidak stress. Tikus yang stress akan
mempengaruhi kerja hormonnya, sehingga akan berpengaruh pada absorbsi
ekstrak di dalam tubuh tikus. Setelah itu tikus dipegang dengan cara
memegang badan tikus dan menaruh bagian ekor serta menjepitnya pada jari
antara kelingking dengan jari manis, lalu menyilangkan kaki depan tikus dan
menjepitnya pada jari antara jari telunjuk dengan jari tengah, sedangkan
posisi tikus siap untuk diberi diet tinggi lemak dan ekstrak umbi rumput teki.
32
Diet hiperlipidemi diberikan dengan cara memberi diet tinggi lemak
10g/tikus/hari yang terdiri atas pakan standar BR-1, satu buah telur burung
puyuh, 10% lemak sapi, dan 17 ml minyak jelantah (Wulandari et al, 2013;
Azhari et al, 2017).
Pemberian ekstrak umbi rumput teki dilakukan secara peroral
dengan sonde setiap hari selama 35 hari dengan dosis 125 mg/kgBB/hari,
250 mg/kgBB/hari, dan 500 mg/kgBB/hari. Pemberian melalui peroral
dilakukan melalui sudut mulut agar tikus tidak menggigit sonde. Pemasukan
sonde dilakukan ketika tikus melakukan gerakan menelan atau menggerak-
gerakkan lidahnya, sehingga sonde tidak melukai bagian dalam mulut tikus.
Setelah sonde masuk sampai bagian esofagus, ekstrak umbi rumput teki
dimasukkan. Esktrak umbi rumput teki diberikan 4 jam setelah pemberian
diet hiperlipidemia (waktu pengosongan lambung tikus adalah 4 jam).
Kemudian untuk menentukan dosis dalam ml (mililiter) yaitu dengan cara:
Dimana massa jenis ekstrak umbi rumput teki (Cyperus rotundus L.)
diperoleh dari hasil pengukuran dengan menggunakan neraca analisis
(piknometer). Kemudian volume dicari dengan rumus:
33
4.5.6 Pemberian Diet Hiperlipidemi
Pemberian diet hiperlipidemi diberikan dengan komposisi lemak sapi
10%, 17 ml minyak jelantah, kuning telur puyuh rebus 1 buah diberikan
secara oral melalui sonde lambung (Wulandari et al, 2013; Azhari et al,
2017).
4.5.7 Proses Anastesi dan Pembedahan Hewan Coba
a. Proses Anastesi
Proses anastesi dilakukan dengan memasukkan hewan coba ke dalam
toples kaca yang sebelumnya sudah diberi kapas yang mengandung
kloroform. Pembiusan dilakukan satu persatu dengan harapan pembiusan
dapat dilakukan secara inhalasi dengan dosis kloroform 0,67ml/hewan
coba selama 60 detik yang dihitung menggunakan stopwatch. Hewan
coba yang teranastesi ditandai dengan tidak adanya respon nyeri,
kemudian diletakkan pada meja parafin dan keempat kaki tikus difiksasi
menggunakan jarum pentul (Alexandru, 2011).
b. Proses pembedahan
Setelah hewan coba teranastesi dengan baik (pingsan), hewan coba
diletakkan pada papan lilin dan keempat kakinya difiksasi dengan
menggunakan jarum pentul. Kemudian hewan coba dibedah
menggunakan gunting dari abdomen hingga setinggi leher, kemudian
34
dengan menggunakan spuit 3 cc, darah hewan coba diambil dari ventrikel
kiri sebanyak ± 3 cc (Alexandru, 2011).
c. Proses penanganan hewan coba setelah pembedahan
Setelah hewan coba dibedah, harus dipastikan bahwa hewan coba
tidak mengalami recovery. Sebelum mengubur hewan coba, dipastikan bahwa
denyut nadi sudah berhenti. Jika hewan coba mengalami recovery maka harus
dilakukan prosedur euthanasia, salah satunya dengan prosedur Cervical
Dislocation, yaitu dengan cara memisahkan tengkorak dan vertebrae. Teknik
ini dilakukan dengan memberikan tekanan ke bagian posterior dasar tulang
tengkorak dan vertebrae. Bila vertebrae terpisah dari otak, reflek kedip
menghilang dengan segera, rangsangan rasa sakit menghilang sehingga hewan
tidak merasakan sakit. Selanjutnya hewan coba yang sudah dipastikan mati,
dikumpulkan menjadi satu lalu dikubur (Alexandru, 2011).
4.5.8 Pengukuran Kadar MDA
Pemeriksaan kadar MDA dihitung melalui tes TBARS dengan
metode spektrofotometri (Zeb, 2016). Darah diambil dari Jantung dan
ditampung dengan tabung sentrifus sebanyak + 2 ml, darah didiamkan selama
15 menit, kemudian sentrifus selama 15 menit, dengan kecepatan 3000 rpm,
bagian cairan jernih (serum) dari darah digunakan untuk pengaturan kadar
MDA dengan cara:
a) Tambahkan serum dengan larutan TCA 15% sebanyak 2000µl
b) Tambahkan dengan larutan TBA 0,37% dalam HCl 0,25 N sebanyak
2000µl
35
c) Panaskan dalam waterbath pada suhu 95 derajat celsius selama 60
menit
d) Dinginkan pada suhu ruang diatas ice bath selama 15 menit
e) Sentrifuge selama 15 menit pada kecepatan 3000 rpm
f) Ambil supernatant dan masukan ke dalam cuvet
g) Baca absorbansi supernatant dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 545 nm.
4.5.9 Pengujian water maze
Menurut Nunez, 2008 pengujian water maze dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut
a. Menuliskan nomor pada ekor hewan coba. Menempatkan hewan
pertama pada platform selama 20 detik. Hal ini akan membuat hewan
mengamati posisi dan bentuk platform.
b. Setelah 20 detik, ambil hewan coba dan masukkan dalam air di salah
satu kuadran kolam dengan kepala menghadap dinding. Stopwatch
dinyalakan dan pastikan untuk mencatat kuadran mana hewan tadi
ditempatkan.
c. Jika hewan tidak menemukan platform selama 60 detik makan dapat
dibantu dengan mengarahkan hewan berenang menuju platform.
d. Setelah hewan menemukan platform, biarkan selama 15 detik lalu
ambil dari platform. Catat kuadaran awal dan waktu yang dibutuhkan.
e. Prosedur diulang sebanyak tiga sampai empat kali dan hewan harus
diletakkan di platform yang berbeda.
36
f. Menempatkan hewan di tempat yang hangat dan kering setiap selesai
percoban.
4.6 Alur Penelitian
4.7 Analisis Data
Hari ke-36 : Melakukan uji water maze
Pengambilan sediaan darah dilakukan di hari ke-36
KONTRO
L
NEGATIF
Hari ke-8 hingga 35 diberikan
pakan standar BR-1
sebanyak 15 mg/hari/tikus dan minum ad
libitum.
KONTROL
POSITIF
Hari ke-8 hingga 35 diberikan
pakan standar BR-1
sebanyak 15 mg/hari/tikus,
minum ad libitum, dan
diet hiperlipidemi
KELOMPO
K P1
Hari ke-8 hingga 35
diberikan pakan standar BR-1 sebanyak 15
mg/hari/tikus, minum ad
libitum, diet hiperlipidemi,
dan ekstrak umbi rumput
teki 125 mg/kgBB
KELOMPOK
P2
Hari ke-8 hingga 35
diberikan pakan standar BR-1 sebanyak 15
mg/hari/tikus, minum ad
libitum, diet hiperlipidemi,
dan ekstrak umbi rumput
teki 250 mg/kgBB
KELOMPOK
P3
Hari ke-8 hingga 35 diberikan
pakan standar BR-1 sebanyak
15 mg/hari/tikus,
minum ad libitum, diet
hiperlipidemi, dan ekstrak
umbi rumput teki 500
mg/kgBB
Adaptasi pada hari ke-1sampai hari ke-7
Analisis data
Pemeriksaan MDA
37
Data-data penelitian dianalisis menggunakan uji normalitas, uji homogenitas,
uji ANOVA, uji post hoc, uji korelasi menggunakan analisis regresi linier yang
pengolahannya menggunakan aplikasi SPSS 23.
a. Uji Normalitas
Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis menggunakan uji
normalitas dengan metode Shapiro-Wilk, karena besar sampel yang digunakan ≤
50. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data normal.
Sebaran data dinilai normal jika p>0,05.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas menggunakan uji varian Levene’ test untuk mengetahui
kehomogenan varian dari data-data yang diperoleh. Varian dinilai homogen jika
p>0,05.
c. Uji Anova
Jika data terdistribusi normal dan varian datanya homogen, maka pengujian dapat
dilanjutkan dengan analisis varian 1 jalur. Secara umum, analisis varian ini
dilakukan untuk mengetahui apakah tiap perlakuan berpengaruh pada hasil. Jika
pada analisis varian diperoleh taraf signifikansi < 0,05 yang berarti ada pengaruh
berbagai dosis pemberian ekstrak umbi rumput teki terhadap kadar MDA dan
fungsi memori pada tikus hiperlipidemia.
38
d. Uji Post Hoc
Analisis Post Hoc dilakukan untuk mengetahui kelompok dosis ekstrak umbi
rumput teki mana yang efektif terhadap penurunan MDA dan pencegahan defisit
meori pada tikus hiperlipidemia. Uji Post-Hoc Bonferroni digunakan apabila
varian data homogen dan sama sedangkan Post-Hoc Tamhane digunakan apabila
varian data tidak homogen.
e. Uji Regresi
Uji regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui seberapa kuat hubungan
dan memprediksikan antar kelompok.Proses perhitungan dilakukan dengan
bantuan perangkat lunak komputer program SPSS 23 for windows.