bab-4-isu-isu-strategis.pdf

16
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 20102015 IV1 BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 4.1 Permasalahan Pembangunan Capaian kinerja pembangunan 2006-2009, sebagaimana tersaji pada tabel 2.49, merupakan data dasar untuk merumuskan permasalahan pembangunan Kota Pasuruan. Identifikasi masalah pembangunan dilakukan dengan membandingkan target-realisasi kinerja Kota Pasuruan, maupun membandingkan capaian kinerja pembangunan Kota Pasuruan dengan Provinsi Jawa Timur (benchmarking). Memperhatikan target-realisasi kinerja pembangunan Kota Pasuruan, serta realisasi kinerja pembangunan Jawa Timur; maka permasalahan pembangunan Kota Pasuruan 2010–2015 adalah sebagai berikut: 1. Derajat kesehatan masyarakat Kota Pasuruan masih berada di bawah rata-rata Kabupaten/Kota di Jawa Timur. Hal ini tercermin dari angka harapan hidup Kota Pasuruan masih berada di bawah Provinsi Jawa Timur. 2. Taraf pendidikan masyarakat Kota Pasuruan masih belum memenuhi program wajib belajar dasar 9 tahun. 3. Pembangunan ekonomi masih belum mampu menciptakan pertumbuhan kesempatan kerja di atas pertumbuhan angkatan kerja yang mencari kerja. 4. Program pengentasan kemiskinan masih lebih berorientasi pada “charity”, daripada productivity”; sehingga belum mampu menciptakan kemandirian bagi si miskin untuk lepas dari belenggu kemiskinan. 5. Pertumbuhan ekonomi semakin bertumpu pada non-tradeable sectors, sehingga menghambat pemerataan pendapatan dan berujung pada semakin sulitnya upaya penanggulangan kemiskinan dan penngguran. 6. Penurunan daya dukung lingkungan, antara lain, ditandai dengan semakin meningkatnya intensitas bencana banjir. 7. Masih adanya kesenjangan pengembangan wilayah utara dengan wilayah selatan. 4.2 Isu Strategis Analisis lebih lanjut terhadap permasalahan pembangunan di atas, akan menghasilkan isu-isu strategis pembangunan, yang diduga akan memperngaruhi keberhasilan atau kegagalan pencapaian visi Kota Pasuruan 2010–2015. 4.2.1 Pendidikan: Rintisan Wajar 12 Tahun dan Pengembangan Kurikulum SMK Berbasis Pengembangan Potensi Lokal Pendidikan merupakan salah satu pilar penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu pembangunan pendidikan harus mampu menjamin pemerataan

Upload: heri-julianto

Post on 30-Sep-2015

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 20102015 IV1

    BAB IV

    ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 4.1 Permasalahan Pembangunan

    Capaian kinerja pembangunan 2006-2009, sebagaimana tersaji pada tabel 2.49,

    merupakan data dasar untuk merumuskan permasalahan pembangunan Kota Pasuruan.

    Identifikasi masalah pembangunan dilakukan dengan membandingkan target-realisasi kinerja

    Kota Pasuruan, maupun membandingkan capaian kinerja pembangunan Kota Pasuruan

    dengan Provinsi Jawa Timur (benchmarking). Memperhatikan target-realisasi kinerja

    pembangunan Kota Pasuruan, serta realisasi kinerja pembangunan Jawa Timur; maka

    permasalahan pembangunan Kota Pasuruan 20102015 adalah sebagai berikut:

    1. Derajat kesehatan masyarakat Kota Pasuruan masih berada di bawah rata-rata

    Kabupaten/Kota di Jawa Timur. Hal ini tercermin dari angka harapan hidup Kota

    Pasuruan masih berada di bawah Provinsi Jawa Timur.

    2. Taraf pendidikan masyarakat Kota Pasuruan masih belum memenuhi program wajib

    belajar dasar 9 tahun.

    3. Pembangunan ekonomi masih belum mampu menciptakan pertumbuhan kesempatan

    kerja di atas pertumbuhan angkatan kerja yang mencari kerja.

    4. Program pengentasan kemiskinan masih lebih berorientasi pada charity, daripada

    productivity; sehingga belum mampu menciptakan kemandirian bagi si miskin untuk

    lepas dari belenggu kemiskinan.

    5. Pertumbuhan ekonomi semakin bertumpu pada non-tradeable sectors, sehingga

    menghambat pemerataan pendapatan dan berujung pada semakin sulitnya upaya

    penanggulangan kemiskinan dan penngguran.

    6. Penurunan daya dukung lingkungan, antara lain, ditandai dengan semakin

    meningkatnya intensitas bencana banjir.

    7. Masih adanya kesenjangan pengembangan wilayah utara dengan wilayah selatan.

    4.2 Isu Strategis

    Analisis lebih lanjut terhadap permasalahan pembangunan di atas, akan menghasilkan

    isu-isu strategis pembangunan, yang diduga akan memperngaruhi keberhasilan atau

    kegagalan pencapaian visi Kota Pasuruan 20102015.

    4.2.1 Pendidikan: Rintisan Wajar 12 Tahun dan Pengembangan Kurikulum SMK

    Berbasis Pengembangan Potensi Lokal

    Pendidikan merupakan salah satu pilar penting untuk meningkatkan kualitas sumber

    daya manusia. Oleh karena itu pembangunan pendidikan harus mampu menjamin pemerataan

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 20102015 IV2

    kesempatan dan peningkatan mutu pendidikan. Pembangunan pendidikan merupakan salah

    satu jalan untuk menanggulangi kemiskinan, meningkatkan kesetaraan gender, pemahaman

    nilai-nilai budaya dan multikulturalisme, serta meningkatkan keadilan sosial. Isu-isu strategis

    dalam pembangunan pendidikan Kota Pasuruan, antara lain:

    1. Penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun dan Rintisan Wajib Belajar 12 tahun

    Pada tahun 2010, angka rata-rata lama sekolah (RLS) di Kota Pasuruan masih tercatat

    di bawah 9 tahun. Kondisi ini menjadi pekerjaan rumah bagi Pemerintah Kota, yang

    berupaya menuntaskan Program Wajib Belajar (Wajar) 9 tahun, sekaligus merintis

    pencapaian Wajar 12 tahun.

    Di tengah upaya pencapaian program tersebut, Pemerintah Kota juga dihadapkan pada

    masalah berikut:

    Terbatasnya aksesibitas pelayanan pendidikan bagi anak usia sekolah dasar (SD)

    dan sekolah menengah pertama (SMP), yang berasal dari keluarga miskin.

    Karena desakan kondisi ekonomi, sebagian keluarga miskin yang memiliki anak usia

    sekolah menjelang SMP, lebih menyukai anak mereka untuk bekerja membantu

    perekonomian keluarga, daripada melanjutkan/menyelesaikan sekolah pada jenjang

    SMP. Kondisi ini menyiratkan bahwa Pemerintah Kota harus meringankan bahkan

    membebaskan biaya sekolah murid dari keluarga tidak mampu, sekaligus

    meningkatkan pemberdayaan ekonomi keluarganya.

    Peningkatan kesejahteraan pendidik belum diikuti dengan peningkatan kualitas

    pendidik.

    Masyarakat menuntut agar peningkatan kesejahateraan guru, berbanding lurus

    dengan perbaikan kualitas. Mereka menuntut agar proses belajar mengajar

    berlangsung dalam format dialogis, bukan monologis, dengan wawasan guru yang

    mampu mengikuti dinamika ilmu pengetahuan. Permasalahan pemerataan sebaran

    guru yang berkualitas juga menjadi masalah tersendiri bagi upaya Pemerintah Kota

    untuk meningkatkan pemerataan kualitas pendidikan.

    Kesejenjangan angka partisipasi pendidikan antara jenjang pendidikan dasar

    dengan menengah.

    Kondisi ini tercermin dari angka partisipasi murni (APM) SD, yang jauh berada di

    atas APM SMP dan SMA. Indikator ini menunjukkan bahwa semakin tinggi jenjang

    pendidikan, semakin rendah proporisi anak usia sekolah yang mendapatkan

    layanan pendidikan secara tuntas.

    APM SD yang mencapai lebih dari 100

    Data menunjukkan bahwa capian APM untuk jenjang pendidikan dasar telah

    melampui angka 100. Artinya, sekolah dasar di Kota Pasuruan tidak hanya

    menerima murid yang berasal dari Kota Pasuruan, tetapi juga Kabupaten Pasuruan.

    Kondisi berpotensi menimbulkan masalah, karena migrasi anak usia sekolah SD dari

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 20102015 IV3

    luar Kota Pasuruan akan mengurangi peluang anak usia sekolah SD dari Kota

    Pasuruan yang ingin bersekolah di Kota Pasuruan. Fenomena ini menguat pada

    beberapa sekolah dasar favorit di Kota Pasuruan.

    2. Pengembangan kurikulum kewirausahaan berbasis pengembangn potensi lokal di SMK

    SMK, sebagai lembaga pendidikan kejuruan yang mencetak siswa siap kerja, memiliki

    posisi strategis dalam mengembangkan potensi ekonomi lokal Kota Pasuruan.

    Pengembangan industri mebel dan logam, perlu ditunjang oleh kurikulum SMK yang

    mengarah pada penyiapan tenaga-tenaga kerja terampil di bidang produksi maupun

    pengelolaan usaha mebel dan logam.

    3. Kualitas pendidikan diniyah dan pondok pesantren

    Sebagai kota dengan masyarakat yang memiliki kultur religius, wajar jika Kota Pasuruan

    dijuluki sebagai Kota Santri. Oleh karena itu muncul dugaan yang cukup kuat, bahwa

    pendidikan diniyah dan pondok pesantren, memiliki catatan yang cukup panjang dalam

    sejarah pembangunan pendidikan di Kota Pasuruan. Ironisnya, saat ini pendidikan

    diniyah dan pondok pesantran mengalami penurunan kualitas, sehingga relatif tertinggal

    dibandingkan lembaga pendidikan umum.

    Sebagai lembaga pendidikan yang cukup tua dan memasyarakat, pendidikan diniyah

    dan pondok pesantren masih mempertahankan nilai-nilai kearifan lokal (local wisdom) di

    tengah derasnya serbuan nilai-nilai globalisasi. Disamping itu, pendidikan diniyah dan

    pesantren mampu menjangkau segmen pendidikan khusus, yang tidak tersentuh oleh

    pendidikan umum. Keterjangkauan ini penting, dalam menunjang keberhasilan upaya

    Pemerintah Kota dalam meningkatkan pemerataan aksesibilitas pelayanan pendidikan.

    Potensi yang dimiliki lembaga pendidikan diniyah dan pondok pesantren sebagaimana

    tersebut di atas, merupakan sumber motivasi Pemerintah Kota untuk terus berkomitmen

    dalam mengembangkan kualitas lembaga pendidikan diniyah dan pondok pesantren.

    4.2.2 Kesehatan: Kota Swasti Saba dan Akreditasi Rumah Sakit

    Derajat kesehatan dipengaruhi beberapa faktor, yaitu keturunan, pelayanan

    kesehatan, perilaku dan lingkungan. Faktor perilaku dan lingkungan mempunyai andil paling

    besar dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Karenanya, untuk meningkatkan

    derajat kesehatan, maka setiap orang memiliki dua kewajiban, yaitu berperilaku sehat, dan

    aktif memelihara kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar.

    Isu-isu strategis lima tahun ke depan dalam pembangunan di bidang kesehatan,

    antara lain:

    1. Peningkatan indeks harapan hidup

    Secara umum, IPM Kota Pasuruan mencatakan kinerja di atas Provinsi Jawa Timur.

    Namun demikian, diantara tiga komponen IPM, indeks harapan hidup (IHH) Kota

    Pasuruan tercatat sebagai satu-satunya komponen yang mencatatkan kinerja di bawah

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 20102015 IV4

    Provinsi Jawa Timur. Oleh karenanya, peningkatan IHH merupakan isu strategis di

    tengah upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat Kota Pasuruan.

    Terdapat beberapa masalah yang menjadi kendala utama bagi upaya peningkatan IHH,

    antara lain:

    Angka kematian bayi lahir

    Kondisi eksisting kinerja pada bab 2 menunjukkan capaian angka kematian bayi lahir

    (AKB), di mana angka ini berada di atas rata-rata Provinsi Jawa Timur. Pemerintah

    Kota melakukan berbagai upaya untuk menurunkan AKB, antara lain, melalui

    peningkatan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil maupun peningkatan proporsi ibu

    melahirkan yang ditangani oleh tenaga medis. Lebih lanjut, Pemerintah Kota juga

    memberikan perhatian pada angka kecukupan gizi bagi bayi di bawah tiga tahun

    (batita) maupun bayi di bawah lima tahun (balita).

    Puskesmas dan posyandu sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan, terutama

    bagi segmen ibu hamil dan melahirkan serta batita dan balita, memiliki peran

    penting bagi keberhasilan upaya Pemerintah Kota untuk menekan AKB. Untuk itu,

    Pemerintah Kota terus berkomitmen meingkatkan kualitas pelayanan dan sarana

    kesehatan di puskesmas maupun posyandu.

    Secara menyeluruh, Pemerintah Kota berkomitmen untuk senantiasa meningkatkan

    pemerataan mutu dan jenis pelayanan kesehatan, melalui pengembangan sumberdaya

    keseatan, baik berupa sarana dan prasarana maupun tenaga kesehatan. Komitmen ini

    juga perlu ditunjang dengan pengembangan kesadaran masyarakat untuk menciptakan

    lingkungan dan pola hidup sehat.

    2. Kualitas pelayanan dan akreditasi Rumah Sakit Umum Daerah

    Sebagai bentuk nyata komitmen Pemerintah Kota dalam meningkatkan pelayanan

    kesehatan, maka pada tahun 2008 Pemerintah Kota telah menyelesaikan pemugaran

    bangunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soedharsono Kota Pasuruan. Namun

    demikian, peningkatan kualitas fisik rumah sakit masih belum diikuti dengan

    peningkatan kualitas layanan kesehatan oleh tenaga medis maupun non medis rumah

    sakit.

    Kondisi tersebut, antara lain, diindikasikan oleh masih adanya keluhan masyarakat

    terhadap pelayanan RSUD, baik yang terkspos dalam surat kabar maupun yang terjaring

    dalam ruang aspirasi publik. Pemerintah Kota telah melakukan upaya tindak lanjut atas

    keluhan tersebut, melalui pemberian materi pelatihan peningkatan personality bagi

    karyawan RSUD.

    Peningkatan pelayanan RSUD ini merupakan salah satu rangkaian upaya Pemerintah

    Kota untuk memperoleh akreditasi kelas rumah sakit dari kelas C menjadi kelas B.

    Peyediaan sarana dan prasarana kesehatan yang layak juga dilakukan, untuk

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 20102015 IV5

    menunjang pelayanan rumah sakit; dalam rangka mempercepat proses akreditasi RSUD

    dr soedharsono.

    3. Kota Swasti Saba

    Swasti Saba adalah penghargaan yang diberikan kepada pemerintah daerah, atas

    keberhasilannya dalam menyelenggarakan kabupate/kota sehat. Kriteria penilaian kota

    sehat meliputi: adalah tatanan kabupaten/kota sehat, berfungsinya forum masyarakat

    dan tim pembina kabupaten/kota serta dukungan kebijakan dari pemerintah daerah.

    Sejak tahun 2010, Pemerintah Kota telah merintis perwujudan kota swastisaba dan

    tetap berlanjut dalam lima tahun ke depan. Sampai dengan saat ini, Kota Pasuruan telah

    berhasil memenuhi indikator pokok yang diperlukan untuk merintis perwujudan kota

    swastisaba.

    Pada periode lima tahun ke depan, pencapaian kota swasti saba difokuskan pada

    perwujudan kondisi: kawasan permukiman dengan sarana dan prasarana yang sehat,

    Kawasan tertib lalu lintas dan pelayanan transportasi, kawasan pariwisata sehat,

    kawasan industri dan perkantoran sehat, ketahanan pangan, kehidupan masyarakat

    yang mandiri dan kehidupan sosial yang sehat.

    4.2.3 Tenaga Kerja: Kewirausahaan dan Tradeable Sectors Sebagai Penyedia

    Lapangan Kerja

    Isu pembangunan ketenagkerjaan di Kota Pasuruan, memiliki keterkaitan erat dengan

    upaya pengendalian penduduk. Jumlah penduduk usia produktif di Kota Pasuruan, cenderung

    lebih besar (>60%) penduduk usia non produktif. Kondisi ini merupakan potensi sekaligus

    ancaman bagi pembangunan Kota Pasuruan. Penduduk merupakan sumber daya utama

    pembangunan. Namun demikian, pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan

    pertumbuhan kesempatan kerja, akan menimbulkan masalah pengangguran yang justru

    kontraproduktif dengan pelaksanaan pembangunan.

    Lebih jauh, dalam penduduk kelompok usia produktif, terdapat sub kelompok

    angkatan kerja yang mencari kerja. Permasalahannya, laju pertumbuhan kelompok angkatan

    kerja yang mencari kerja di Kota Pasuruan, jauh lebih tinggi bila dibandingkan pertumbuhan

    tingkat kesempatan kerja. Ujungnya, pencari kerja yang tidak mendapatkan pekerjaan akan

    meningkatkan beban pengangguran di Kota Pasuruan. Hal ini tercermin dari, angka tingkat

    pengangguran terbuka (TPT) Kota Pasuruan yang tercatat di atas Provinsi Jawa Timur pada

    tahun 2008 dan 2009.

    Penanganan masalah pengangguran, berkaitan erat dengan supply side dan demand

    side tenaga kerja. Suplly side, secara kuantitas ditentukan oleh pertambahan kelompok

    angkatan kerja yang mencari kerja. Secara kualitas, supply side ditentukan oleh seberapa jauh

    tingkat pendidikan dan ketrampilan yang dimiliki oleh calon tenaga kerja, mampu memenuhi

    kualifikasi pekerjaan. Oleh karena itu, Pemerintah Kota secara kontinyu memberikan pelatihan

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 20102015 IV6

    ketrampilan bagi calon tenaga kerja, sebagai upaya meningkatkan daya saing calon tenaga

    kerja dalam berkompetisi di pasar tenaga kerja untuk mendapatkan pekerjaan.

    Adapun demand side tenaga kerja, ditentukan oleh siklus kinerja sektor-sektor

    ekonomi. Ketika perekonomian bergairah, permintaan tenaga kerja akan meningkat. Begitu

    pun sebaliknya. Faktanya, pertumbuhan tradeable sectors di Kota Pasuruan dalam lima tahun

    terakhir mengalami penurunan. Padahal sektor-sektor tersebut merupakan penyedia lapangan

    kerja utama di Kota Pasuruan.

    Secara riil, Tradeable sectors di Kota Pasuruan adalah pelaku usaha ekonomi rakyat.

    Usaha ekonomi rakyat pada sektor industri adalah industri kerajinan rumah tangga (IKRT)

    mebel dan logam. Pada sektor perdagangan adalah pedagang toko pracangan rumah tangga

    dan pedagang pasar tradisional. Karakteristik usaha ekonomi rakyat yang bersifat labour

    intensive, menyebabkan mereka mampu menyediakan lapangan kerja dalam jumlah cukup

    besar.

    Dinamika perekonomian Kota Pasuruan dalam sepuluh tahun terakhir, menyebabkan

    usaha ekonomi rakyat mengalami tekanan dalam bentuk persaingan tidak sempurna dari

    pelaku ekonomi skala besar. Kondisi inilah yang menyebabkan pertumbuhan tradeable sectors

    di Kota Pasuruan terus mengalami penurunan dalam lima tahun terakhir. Pertumbuhan

    ekonomi Kota Pasuruan lebih bertumpu pada non-tradeable sectors yang lebih bersifat capital

    intensive, sehingga hanya mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah lebih sedikit.

    Penciptaan lapangan kerja perlu didukung oleh penciptaan wirausahawan baru,

    dengan memperhatikan pengembangan potensi lokal. Misal, sebagai kota dengan potensi

    industri mebel yang menonjol, pengembangan wirausahawan perlu dimulai sejak SMK, yang

    mengarah pada pengembangan produk mebel Kota Pasuruan, maupun potensi lokal lainnya.

    Oleh karena itu, perlu dikembangkan kurikulum di sekolah kejuruan yang berbasis pada

    pengembangan potensi lokal.

    4.2.4 Kemiskinan:Pengentasan Kemiskinan yang Berorientasi Pada Produktifitas

    Stratifikasi kemiskinan di Kota Pasuruan menunjukkan pola piramida terbalik. Artinya

    proprorsi Rumah Tangga Miskin (RTM) di Kota Pasuruan didominasi oleh kelompok hampir

    miskin. Kelompok RTM kategori miskin berada di peringkat kedua dan disusul kelompok RTM

    kategori sangat miskin pada posisi terakhir. Dari sisi sebaran wilayah, proporsi RTM di Kota

    Pasuruan sebagaian besar berada di wilayah utara, yang notabene merupakan wilayah pesisir

    dengan mata pencaharian utama penduduknya adalah nelayan dan petani tambak maupun

    garam.

    Sebagian masyarakat miskin bersikap pragmatis terhadap kultur religius kental, yang

    dimiliki oleh masyarakat Kota Pasuruan. Mereka memanfaatkan secara subyektif, nilai-nilai

    agama yang menganjurkan sifat kedermawanan dan belas kasihan, untuk menutupi

    kemalasannya. Mereka lebih mengharapkan sikap dermawan orang lain, daripada bekerja

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 20102015 IV7

    mandiri untuk lepas dari jerat kemiskinan. Bagi kelompok ini, kemiskinan bukanlah suatu

    keterpaksaaan kondisi, namun kemiskinan adalah pilihan hidup.

    Sementara itu hasil evaluasi upaya penanggulangan kemiskinan di Kota Pasuruan pada

    masa lalu, menunjukkan bahwa (i) pembangunan ekonomi masih berorientasi pada

    pertumbuhan ekonomi makro daripada pemerataan; (iii) memposisikan masyarakat sebagai

    objek daripada subyek; (iv) cara pandang tentang penanggulangan kemiskinan yang masih

    berorientasi pada charity daripada productivity; (v) asumsi permasalahan dan solusi

    kemiskinan sering dipandang sama (uniformitas) daripada pluralistik.

    Berpijak pada fakta kemiskinan dan hasil evalauas penanggulangannya di Kota

    Pasuruan, maka isu strategis penanganan kemiskinan dalam lima tahun ke depan adalah:

    1. Perlunya penanaman paradigma berpikir bahwa agama membenci kemiskinan, hal ini

    tercermin dari nilai yang terkandung dalam ungkapan bahwa tangan di atas lebih baik

    daripada tangan di bawah.

    2. Kebijakan penanggulangan kemiskinan harus memperhatikan karakteristik usia

    penduduk miskin.

    Penduduk miskin yang masuk dalam kelompok produktif merupakan segmen yang harus

    disasar oleh program-program pemberdayaan masyarakat miskin, tang bertujuan untuk

    meningkatkan produktivitas (productivity) masyarakat miskin. Harapannya, program

    pemberdayaan ini mampu meningkatkan taraf hidup si miskin dari kategori sangat

    miskin, meningkat ke kategori miskin. Begitu pun dari kategori miskin, meningkat ke

    kategori hampir miskin, sampai benar-benar mentas dari jurang kemiskinan.

    Adapun penduduk miskin yang masuk kelompok non produktif (kaum lansia dan

    penyandang cacat) merupakan segmen program-program pengentasan kemiskinan yang

    bersifat charity. Program-program tersebut lebih ditujukan untuk memenuhi

    kebutuhan dasar si miskin yang layak sebagai manusia dan masyarakat.

    3. Kebijakan penanggulangan kemiskinan perlu memperhatikan potensi wilayah di mana si

    miskin tinggal.

    Wilayah utara Kota Pasuruan merupakan pesisir pantai, yang memiliki potensi besar di

    bidang perikanan dan kelautan. Program pemberdayaan masyarakat miskin kelompok

    produktif di wilayah ini, perlu mendayagunakan potensi perikanan dan kelautan yang

    bernilai ekonomis. Misal, diversifkasi produk olahan ikan laut.

    4.2.5 Ekonomi: Penguatan Peran UKM di Sektor Industri dan Perdagangan

    Potensi indutri mebel dan logam, perdagangan pasar tradisional dan jasa di Kota

    Pasuruan menginspirasi perwujudan visi Kota Pasuruan sebagai kota industri, perdagangan

    dan jasa. Apabila ditelusuri lebih dalam, sektor industri, perdagangan dan jasa di Kota

    Pasuruan didominasi oleh pelaku usaha kecil dan menengah (UKM). Pelaku UKM pada sektor

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 20102015 IV8

    industri adalah IKRT mebel dan logam. Pelaku UKM di sektor perdagangan adalah pedagang

    di pasar tradisional.

    UKM sektor industri dan mebel maupun perdagangan pasar tradisional, juga mampu

    menjadi penyedia lapangan kerja utama bagi masyarakat Kota Pasuruan. Hal ini tidak terlepas

    dari karakteristik UKM Kota Pasuruan yang bersifat labour intensive . Rata-rata setiap IKRT

    mebel mampu menyerap 3-5 tenaga kerja. Dengan jumlah yang mencapai ribuan IKRT, maka

    wajar jika sektor ini menjadi penyedia lapangan kerja utama. Oleh karena itu sektor ini juga

    dikenal sebagai tradeable sectors.

    Gejala-gejala dalam pertumbuhan ekonomi Kota Pasuruan dalam lima tahun terakhir,

    yang patut diamati, adalah pertumbuhan tradeable sectors. Atau dengan kata lain,

    pertumbuhan ekonomi Kota Pasuruan memiliki kecenderungan lebih bertumpu pada non-

    tradeable sectors. Gejala ini merupakan isu strategis pembangunan ekonomi Kota Pasuruan

    dalam lima tahun mendatang, terkait dengan upaya perwujudan Kota Pasuruan sebagai kota

    industri, perdagangan dan jasa.

    Kuat dugaan bahwa turunnya tradeable sectors ini disebabkan oleh semakin ter-

    marginal-kannya peran UKM dalam berkompetisi dengan usaha skala besar. Menurunnya

    kinerja pertumbuhan tradeable sectors ini disebabkan oleh:

    1. Kesulitan pasokan bahan baku

    Sebagian besar mebel produksi Industri Kecil Menengah (IKM) Kota Pasuruan berbahan

    baku kayu jati. Masalahnya, kayu jati termasuk komoditas yang diawasi secara ketat

    peredarannya. Akibatnya, IKRT mebel terhimpit oleh masalah mahal dan langkanya

    bahan baku kayu, sebagai akibat regulasi tata niaga kayu yang semakin ketat, untuk

    mengurangi ilegal logging. Namun demikian patut disayangkan, apabila kebijakan tata

    niaga kayu tersebut justru kontraproduktif dengan pemberdayaan IKM. Kendala pasokan

    bahan baku juga dialami oleh IKRT logam, dengan variasi motif yang berbeda.

    Kondisi perekonomian yang dalam fase recovery, menyebabkan daya beli masyarakat

    tidak mengalami peningkatan secara berarti. Mereka lebih memprioritaskan alokasi

    belanja untuk pemenuhan kebutuhan primer, bukan membeli mebel yang notabene

    merupakan kebutuhan sekunder. Mahalnya harga kayu, yang tidak diimbangi dengan

    kenaikan harga jual mebel di pasaran, menyebabkan margin keuntungan yang diterima

    pengrajin semakin menipis.

    Untuk memecahkan masalah ini, Pemerintah Kota (berupaya merintis jejaring kerja

    dengan: 1) Pemerintah Daerah penghasil kayu, 2) Pemasok kayu, 3) Perhutani dan

    4) regulator tata niaga kayu; untuk duduk bersama guna menjamin pasokan kayu tanpa

    mengorbankan kebijakan pencegahan pembalakan liar yang dicanangkan pemerintah.

    3. Membanjirnya produk impor di pasaran lokal

    Dewasa ini, produk mebel dan logam buatan china marak bererdar di pasaran lokal.

    Permasalahannya, mebel impor tersebut memiliki harga yang lebih murah bila

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 20102015 IV9

    dibandingkan dengan mebel dan logam produk pengrajin. Konsumen yang selama ini

    dibidik oleh pengrajin lokal adalah segmen menengah ke bawah, yang sangat sensitif

    dengan selisih harga. Harga produk kerajinan lokal yang lebih mahal, menyebabkan

    konsumen beralih ke produk impor.

    2. Kesulitan membangun jaringan pemasaran langsung ke end-user

    Mebel Kota Pasuruan telah memiliki reputasi yang cukup baik dimata konsumen lokal,

    regional, nasional bahkan internasional. Setiap hari sabtu, pedagang maupun konsumen

    mebel dari berbagai penjuru kota/kabupaten, bertransaksi mebel di Pasar Mebel Bukir.

    Hal ini menunjukkan apresiasi konsumen mebel terhadap produk mebel Kota Pasuruan.

    Apresiasi pasar internasional terhadap mebel Kota Pasuruan, ditunjukkan dengan

    jangkauan pemasaran yang merambah pasar internasional. Ironinya, IKM memasarkan

    mebel ke luar negeri melalui perantara pengepul mebel yang berlokasi di Bali dan

    Surabaya. Pengrajin tidak pernah melakukan kontak langsung dengan end-user di luar

    negeri. Akibatnya, margin keuntungan yang diterima oleh pengrajin jauh lebih kecil

    daripada pengepul.

    Oleh karena itu revitalisasi peran IKRT dan perdagangan pasar tradisional merupakan

    hal yang mutlak diperlukan, agar pertumbuhan tradeable sectors Kota Pasuruan dapat pulih

    kembali. Pemulihan kinerja tradeable sectors ini memiliki keterkaitan erat dengan keberhasilan

    penanggulangan pengangguran dan kemiskinan. Mengingat, tradeable sectors inilah yang

    selama ini berperan sebagai penyedia lapangan kerja utama.

    Disamping isu strategis yang berkenaan dengan eksistensi UKM, Pemerintah Kota juga

    merespon isu kondusifitas iklim investasi bagi usaha skala besar, khususnya dari aspek

    keamanan investasi. Fenomena peritel besar di Kota Pasuruan yang hanya memajang replika

    produk berharga mahal, merupakan pengingat dini bahwa keamanan investasi di Kota

    Pasuruan perlu mendapatkan perhatian.

    4.2.6 Pendapatan Asli Daerah: Pengelolaan Bersama Mata Air Umbulan

    Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satu komponen pendapatan daerah yang

    perlu digali potensinya, dengan mempertimbangkan kondusifitas iklim usaha, untuk

    membiayai pelaksanaan pembangunan. Sejak tahun 2009, Pemerintah Kota bersama

    Pemerintah Kabupaten/Kota Lainnya, membahas pengelolaan bersama sumber air umbulan

    yang berlokasi di Kecamatan Winongan Kabupaten Pasuruan. Pembahasan tersebut dimotori

    Pemerintah Provinsi Jawa Timur selaku mediator kerja sama lintas daerah.

    Wacana akhir berkembang dalam pembahasan tersebut, mengarah pada: Pemerintah

    Provinsi Jawa Timur selaku pengelola sumber air umbulan, dengan memprioritaskan

    pemenuhan pasokan air bersih di Kota dan Kabupaten Pasuruan terlebih dahulu, sebelum

    didistribusikan ke daerah lain di Jawa Timur. Sementara itu, Pemerintah Kota adalah penerima

    bagi hasil atas pengelolaan bersama mata air umbulan.

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 20102015 IV10

    Namun demikian, Sampai dengan RPJMD ini ditetapkan, Pemerintah Kota terus

    berupaya aktif untuk meminta kepada Pemerintah Provinsi Jawa Timur, agar segera

    melakukan finalisasi konsep pengelolaan bersama dimaksud, untuk selanjutnya dituangkan

    dalam nota kesepakatan bersama (memorandum of understanding). Dalam pada itu,

    Pemerintah Kota berupaya memperjuangkan hak privilege (hak istimewa) terkait dengan

    pengelolaan bersama mata air umbulan, khususnya agar:

    1. Pemerintah Kota memperoleh pemenuhan kebutuhan air bersih tanpa dipungut biaya,

    untuk kemudian didistribusikan kepada masyarakat Kota Pasuruan.

    2. Aset sumber mata air umbulan dapat diakui oleh Pemerintah Kota sebagai modal

    kepemilikan saham.

    3. Pembagian keuntungan dari pengelolaan bersama mata air umbulan, mampu

    memberikan dampak signifikan bagi peningkatan kapasita fiskal Pemerintah Kota.

    4.2.7 Pemerintahan: Pemekaran Kecamatan dan Penataan Ulang Kelembagaan

    Daerah

    Pada tahun 2008, Pemerintah Kota telah merampungkan restrukturisasi kelembagaan

    daerah. Pasca penataan kelembagaan tersebut, struktur organisasi Pemerintah Kota Pasuruan

    terdiri atas: sekretariat daerah (terdiri dari 10 bagian), sekretariat DPRD, 6 badan, 10 dinas,

    1 inspektorat, 3 kantor, 3 kecamatan, 1 satuan tugas dan 1 RSUD. Harapannya, penataan

    kelembagaan ini akan meningkatkan efesiensi dan efektivitas kinerja SKPD dalam

    menyelenggarakan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan di Kota Pasuruan.

    Dinamika pemerintahan Kota Pasuruan dalam dua tahun terakhir, menyeruakkan

    kembali isu penataan ulang komposisi kecamatan di Kota Pasuruan. Saat ini, Kota Pasuruan

    terbagi atas 3 kecamatan dan 34 kelurahan. Berangkat dari keinginan untuk meningkatkan

    aksesibilitas dan kualitas pelayanan kepada masyarakat, dengan mendekatkan jangkauan

    masyarakat terhadap layanan publik di kecamatan; maka Pemerintah Kota menyambut

    tuntutan masyarakat dengan menambah jumlah kecamatan di Kota Pasuruan, menjadi 5

    kecamatan.

    Pembentukan daerah (kabupaten dan kota) harus memenuhi syarat administratif,

    teknis, dan fisik kewilayahan; sebagaimana diatur dalam pasal 5 Undang-Undang Nomor 32

    tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Lebih lanjut, salah satu syarat fisik pembentukan

    kota adalah memiliki minimal 4 kecamatan. Aspek legal ini merupakan salah satu

    pertimbangan yang diperhatikan Pemerintah Kota dalam melakukan pemekaran kecamatan.

    Rencana penambahan kecamatan di Kota Pasuruan, sebagai isu strategis

    pembangunan bidang pemerintahan, akan menimbulkan dampak cukup berarti bagi

    keberlangsungan pemerintahan dan pembangunan di Kota Pasuruan. Biaya atas keputusan ini

    (meliputi tambahan biaya penyiasapan sarpras pemerintahan hingga tambahan gaji pegawai),

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 20102015 IV11

    harus sebanding dengan manfaat yang diperoleh (peningkatan kualitas pelayanan yang

    dirasakan langsung oleh masyarakat).

    Penambahan jumlah kecamatan telah diawali dengan pelaksanaan kajian empiris dari

    aspek penataan ruang maupun pelayanan publik, yang dilakukan pada periode RPJMD 2006

    2010. Lebih lanjut pada RPJMD 2010-2015 ini, dilakukan pematangan jumlah kecamatan yang

    akan dimekarkan. Memperhatikan hasil kajian sekaligus peraturan yang mendasarinya, maka

    opsi penambahan kecamatan adalah sebagai berikut:

    1. Apabila luas wilayah Kota Pasuruan adalah 36,58 km2, maka jumlah kecamatan yang

    ideal adalah 4 kecamatan.

    2. Apabila luas wilayah Kota Pasuruan adalah 38,89 km2, sebagai akibat penambahan tanah

    oloran, maka jumlah kecamatan yang ideal adalah 5 kecamatan. Namun demikian,

    pelaksanaan opsi ini, sebagaimana tertera dalam RTRW Kota Pasuruan, masih menunggu

    pengesahan dari Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bakorsurtanal).

    Sementara itu, dalam rentang waktu 2010-2015 ini, Pemerintah Kota juga

    berkomitmen untuk merampungkan restrukturisasi lembaga daerah. Hasil evaluasi penataan

    kelembagaan tahap I pada tahun 2008; merupakan alasan utama yang melatarbelakangi

    restrukturisasi ini. Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Kota Pasuruan, yang

    dilaksanakan pada tahun 2011, merupakan respon Pemerintah Kota atas potensi banjir yang

    intensitasnya menunjukkan peningkatan dalam tiga tahun terakhir.

    4.2.8 Lingkungan Hidup: Ruang Terbuka Hijau

    Pelaksanaan pembangunan yang kurang memperhatikan kelestarian lingkungan, telah

    menghasilkan dampak yang merugikan bagi masyarakat. Dampak paling nyata yang dirasakan

    masyarakat Kota Pasuruan dalam tiga tahun terakhir adalah meningkatnya intensitas banjir di

    wlayah permukiman di musim hujan. Salah satu penyebabnya adalah semakin berkurangnya

    lahan serapan air, seiring dengan semakin banyaknya alih fungsi lahan menjadi kawasan

    permukiman.

    Oleh karena itu, isu strategis lingkungan hidup di Kota Pasuruan dalam lima tahun ke

    depan adalah pemulihan daya dukung lingkungan, terutama yang berkenaan dengan

    penambahan jumlah ruang terbuka hijau (RTH), sebagai upaya untuk meningkatkan daya

    serap air hujan. Pemulihan kualitas lingkungan sungai juga menjadi perhatian, mengingat

    sungai-sungai yang melintas di Kota Pasuruan merupakan media utama bagi air bah yang

    datang dari wilayah hulu ketika musim hujan.

    Tabel 4.1 mencantumkan sebaran RTH Publik per kecamatan di Kota Pasuruan, serta

    target yang akan dicapai pada 20 tahun ke depan.

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 20102015 IV12

    Tebel 4.1

    Sebaran Eksisting RTH Publik Kota Pasuruan dan Proyeksinya Per Kecamatan

    No Kecamatan Luas (m)

    Ruang Terbuka Hijau

    Eksisting (2010) Rencana (2031)

    Luas (m) % Luas (m) %

    1 Gadingrejo 10.530.000 1.014.942 2,78 1.845.149 5,05

    2 Purworejo 8.390.000 1.204.254 3,29 1.818.619 4,97

    3 Bugul Kidul 17.660.000 2.741.457 7,49 4.255.261 11,63

    Total RTH Publik 4.960.653 13,56 7.919.029 21,65 Sumber: Skenario Pengembangan RTH Kota Pasuruan

    Proporsi RTH Kota Pasuruan saat ini masih mencapai 20,01%. Idealnya, proporsi RTH

    suatu derah adalah 30%. Pada tahun 2031, proprosi RTH Kota Pasuruan diproyeksikan

    mencapai 32,01%. Target tersebut merupakan kumpulan dari RTH publik dan privat,

    sebagaimana terinci dalam Tabel 4.2.

    Tebel 4.2

    Kondisi Eksisting RTH Publik Kota Pasuruan dan Proyeksinya

    No Uraian

    Ruang Terbuka Hijau

    Eksisting (2010) Rencana (2031)

    Luas (m) % Luas (m) %

    1 RTH Publik 4.960.653 13,56 7.919.029 21,65

    2 RTH Privat 2.359.090 6,45 3.790.131 10,36

    RTH Kota 7.319.743 20,01 11.709.160 32,01 Sumber: : Skenario Pengembangan RTH Kota Pasuruan

    Skenario pencapaian target proporsi RTH publik tersebut di atas, ditempuh melalui

    beberapa langkah berikut:

    1. RTH taman kota dikembangkan secara bertahap di taman alun-alun, taman kota, taman

    sarinah, taman ALRI, taman batas kota Karangketug, taman batas kota Blandongan,

    taman Slagah, dan taman tugu adipura. Direncanakan pula pembangunan taman lansia

    dan taman anak-anak di Kelurahan Sekargadung dan Purutrejo;

    2. RTH jalur jalan dikembangkan terutama di jalan-jalan arteri primer dan sekunder yaitu

    Jalan Jendral Ahmad Yani, Jalan Sukarno Hatta, Jalan Letjen Suprapto, Jalan Veteran

    serta jalan kolektor primer dan sekunder meliputi WR.Supratman, Jalan DR.Wahidin

    Sudirohusodo, Jalan Hasanudin, Jalan Diponegoro dan jalan RA.Kartini;

    3. RTH sempadan sungai diarahkan pada pengembangan sempadan Sungai Gembong,

    Petung, Welang, dan anak sungai yang mengikutinya;

    4. RTH sempadan rel diarahkan mengikuti jalur rel KA;

    5. RTH sempadan pantai diarahkan pada pengembangan kawasan hutan bakau di

    Kelurahan Blandongan, Kepel, Panggungrejo, Ngemplakrejo dan Tambaan; serta

    6. RTH pemakaman dan lapangan dikembangkan secara tersebar di seluruh wilayah kota

    menurut lokasi.

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 20102015 IV13

    Pada periode 20102015, Pemerintah Kota berupaya merintis peningkatan proporsi

    RTH hingga menuju kondisi ideal. Wilayah pesisir pantai utara merupakan sasaran utama

    program penmbahan RTH, melalui penanaman mangrove di tepi pantai. Hutan mangrove

    memiliki fungsi penting dalam menjaga keanekaragaman hayati (biodiversity) habitat pantai.

    Dari sisi estetika, isu lingkungan hidup Kota Pasuruan menyeruak seiring dengan

    menguatnya tuntutan masyarakat akan terciptanya kondisi kota yang indah, bersih dan

    nyaman. Keberhasilan Kota Pasuruan dalam meraih Piala Adipura pada tahun 2009,

    merupakan dampak dari komitmen Pemerintah Kota dalam memenuhi tuntutan masyarakat

    akan kebersihan kota. Prestasi ini bukan merupakan tujuan akhir, namun justru merupakan

    titik awal bagi Pemerintah Kota untuk semakin meningkatkan kebersihan, keindahan dan

    kenyaman kota.

    Fokus utama Pemerintah Kota dalam menciptakan kebersihan dan keindahan kota

    adalah penanganan sampah, penyediaan dan penataan taman serta ruang terbuka publik,

    penerangan. Sasaran utamanya adalah kawasan alun-alun kota, taman kota dan rest area.

    Selain itu, kebersihan dan keindahan 6 pasar tradisional di Kota Pasuruan juga menjadi

    perhatian utama Pemerintah Kota, demi mempertankan piala adipura di Kota Pasuruan.

    4.2.9 Pengembangan Wilayah: Akselerasi Pembangunan Wilayah Utara dan

    Penanggulangan Banjir

    Tema pembangunan Walikota Pasuruan 2010-2015 yang, antara lain, memberikan

    perhatian pada pengembangan wilayah utara, agar mampu mengejar ketertinggalanannya

    dengan wilayah selatan; merupakan isu strategis utama dalam aspek pengembangan wilayah

    Kota Pasuruan pada lima tahun ke depan.

    Sebagai daerah pesisir pantai, permukiman di wilayah utara sebagian besar

    merupakan perkampungan nelayan. Penghasilan sebagai nelayan sangat bergantung pada

    kondisi cuaca. Ketika cuaca buruk, banyak nelayan yang menganggur karena mereka tidak

    memiliki pekerjaan lain. Ketersediaan fasilitas yang menunjang peningkata penghasilan

    mereka sebagai nelayan juga relatif kurang. Misal, lahan tambatan perahu yang sempit

    sehingga kerap menimbulkan konflik, pendangkalan muara sungai yang menghambat lalu

    lintas berlabuh dan berlayarnya perahu, hingga tempat pelelangan ikan yang masih kurang

    representatif.

    Selayaknya perkampungan nelayan pada umumnya, karakteristik permukiman di

    wilayah utara Kota Pasuruan juga dicirikan dengan permukiman yang padat, karena

    cenderung menempati titik strategis untuk menambatkan perahu. Akibatnya, perkembangan

    perkampungan bercirikan: jalanan cenderung sempit, lahan yang sempit menyebabkan

    sanitasi kurang layak hingga rumah yang berhimpitan menyebabkan ventilasi berkurang.

    Tema pengembangan wilayah utara inilah yang menginspirasi pencanangan dedicated

    program, sebagai berikut:

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 20102015 IV14

    1. Pembangunan Jalur Lintas Utara (JLU)

    Wilayah utara memiliki karakteristik sebagai kawasan pesisir, dengan mata pencaharian

    utama penduduknya adalah nelayan dan petani tambak maupun garam. Diperlukan

    berbagai pembangunan infrastruktur untuk membangkitkan potensi ekonomi dan sosial di

    wilayah pesisir ini. Pembangunan Jalan Lingkar Utara (JLU) yang dirintis pada periode

    20102015 ini, diharapkan akan mampu menjadi pioner bagi upaya membuka akses

    terhadap pemberdayaan potensi perikanan dan kelautan di wilayah ini.

    2. Pembangunan wisata marina

    Potensi wisata bahari yang masih terpendam di wilayah utara, akan tereksplorasi melalui

    program pengembangan wisata marina, dengan dua pilihan lokasi, yakni Kelurahan

    Blandongan dan Kelurahan Panggungrejo. Sebagai obyek wisata yang dikembangkan

    dengan konsep pemberdayaan potensi ekonomi lokal, pembangunan komplek wisata

    marina akan memberikan space khusus untuk men-display produk ekonomi wilayah

    utara. Hal ini diharapkan mampu memberikan mata pencaharian baru bagi penduduk,

    selain profesi yang ada sekarang.

    3. Revitalisasi kawasan Pelabuhan Pasuruan

    Pengembangan kawasan pelabuhan pasuruan, juga merupakan bagian terpadu dalam

    rencana pengembangan wilayah utara. Saat ini, kondisi Pelabuhan Pasuruan hanyalah

    sebatas pelabuhan tradisional, di mana aktivitas berlabuh kapal sangat mengandalkan

    pasang-surut air laut di muara Sungai Gembong. Kondisi jalan di kawasan pelabuhan

    juga kurang layak dalam menunjang kelancaran aktivitas bongkar muat dan lalu lalang

    kendaraan niaga di pelabuhan. Kondisi yang sama juga ditemui pada gudang-gudang

    penyimpanan, yang sebagian besar merupakan bangunan tua yang cukup berumur.

    Upaya perwujudan visi Kota Pasuruan sebagai kota perdagangan, akan terakselerasi

    apabila kawasan Pelabuhan Pasuruan dapat direvitalisasi. Komitmen Pemerintah Kota

    untuk mengembangkan kawasan pelabuhan; memerlukan dukungan dari PT Pelindo III,

    selaku pihak pengelola Pelabuhan Pasuruan.

    Apabila revitalisasi ini dapat direalisasikan, maka diharapkan terjadi peningkatan aktivitas

    kepelabuhanan, meliputi: bongkar muat, penggudangan maupun pelayaran; yang secara

    tidak langsung akan membuka lapangan kerja baru, dan berujung pada peningkatan

    pendapatan penduduk sekitar.

    Hal-hal di atas merupakan langkah terobosan untuk mengakselerasi peningkatan

    aktivitas ekonomi wilayah utara. Di samping langkah terobosan ini, Pemerintah Kota juga

    berupaya memberdayakan potensi yang telah berkembang, antara lain, melalui: perintisan

    pemasaran terpadu untuk produk cor logam, maupun pengembangan perikanan yang lebih

    ditekankan pada peningkatan nilai tambah produk perikanan.

    Isu strategis lainnya adalah penanggulangan bencana banjir. Saat ini, sungai-sungai

    yang melintas di Kota Pasuruan merupakan media utama bagi terjadinya banjir kiriman, ketika

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 20102015 IV15

    wilayah hulu sungai mengalami hujan lebat. Upaya Pemerintah Kota untuk memperbaiki

    sistem saluran air di Kota Pasuruan, masih memerlukan dukungan dari Pemerintah Daerah

    yang wilayahnya menjadi lokasi hulu sungai-sungai di Kota Pasuruan. Artinya,

    penanggulangan banjir di Kota Pasuruan harus dilakukan secara terpadu, yang memerlukan

    peran Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam memediasi kerja sama lintas daerah tersebut.

    Gambar 4.1

    Peta Kawasan Rawan Bencana Kota Pasuruan

    Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pasuruan

    Sebagaimana terlihat pada gambar 4.1, kawasan rawan bencana banjir Kota Pasuruan

    ditunjukkan oleh warna merah muda (pink) yang tersebar sepanjang jalur sungai-sungai besar

    (warna biru), yaitu: Sungai Welang, Sungai Petung dan Sungai Gembong. Secara lebih detil,

    tabel 4.3 menunjukkan sebaran kelurahan-kelurahan rawan banjir di Kota Pasuruan.

    Tabel 4.3

    Sebaran Wilayah Genangan Air per Kelurahan di Kota Pasuruan

    No. Kelurahan Genangan Air

    Luas (ha)

    Frekuensi (kali per tahun)

    Lama (jam)

    1 Karangketug 103 4 3

    2 Randusari 6 4 2

    3 Gentong 14 4 2

    4 Purworejo 21 4 2

    5 Kebonagung 9 4 2

    6 Karanganyar 6 4 2

    7 Gadingrejo 3 4 2

    8 Tambaan 5 4 2

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 20102015 IV16

    9 Trajeng 4 4 2

    10 Ngemplakrejo 3 4 2

    11 Bangilan 0.5 4 2

    12 Kebonsari 3 4 2

    13 Petamanan 1 4 2

    14 Kandangsapi 1.5 4 2

    15 Kebonagung 1 4 2

    16 Purutrejo 2 4 2

    17 Bugul Kidul 4 4 2

    18 Bakalan 2 4 2

    19 Blandongan 2 4 2

    20 Kepel 2 4 2 Sumber: Status Lingkungan Hidup Kota Pasuruan

    Banjir bandang akibat luapan Sungai Welang, Gembong dan Rejoso pada tanggal

    30 Januari 2008, merendam 10 kecamatan di Kabupaten Pasuruan dan 3 Kecamatan di Kota

    Pasuruan. Lebih lanjut, banjir ini mengakibatkan 13 jembatan ambrol, 7 titik jalur kereta

    tergerus air, 500 rumah terendam dan 200 rumah diantaranya terendam rusak berat dan

    roboh. Tercatat tiag orang tewas dan 500 hektar lahan pertanian tergenang.

    Kerusakan terparah terjadi di Kecamatan Bugul Kidul, di mana daerah permukiman

    penduduk di daerah aliran Sungai Gembong terendam air hingga 2 meter. Bahkan beberapa

    permukiman warga yang posisinya lebih rendah daripada jalan, terendam air hingga 3 meter.

    Wilayah kelurahan di Kota Pasuruan yang terendam air, mencapai 20 kelurahan. Air sungai

    yang bercampur lumpur dan material lain, menimbulkan kerusakan fasilitas umum dan rumah

    penduduk.

    Wilayah utara juga rentan mengalami banjir yang diakibatkan oleh gelombang

    ataupun arus pasang laut, atau disebut pula sebagai banjir ROB. Disamping itu, terpaan

    gelombang laut telah mengakibatkan terjadinya abrasi garis pantai. Oleh karena itu,

    Pemerintah Kota berupaya membangun tanggul penangkis gelombang, di sepanjang garis

    pantai utara.