bab-4-isu-isu-strategis.pdf
TRANSCRIPT
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 20102015 IV1
BAB IV
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 4.1 Permasalahan Pembangunan
Capaian kinerja pembangunan 2006-2009, sebagaimana tersaji pada tabel 2.49,
merupakan data dasar untuk merumuskan permasalahan pembangunan Kota Pasuruan.
Identifikasi masalah pembangunan dilakukan dengan membandingkan target-realisasi kinerja
Kota Pasuruan, maupun membandingkan capaian kinerja pembangunan Kota Pasuruan
dengan Provinsi Jawa Timur (benchmarking). Memperhatikan target-realisasi kinerja
pembangunan Kota Pasuruan, serta realisasi kinerja pembangunan Jawa Timur; maka
permasalahan pembangunan Kota Pasuruan 20102015 adalah sebagai berikut:
1. Derajat kesehatan masyarakat Kota Pasuruan masih berada di bawah rata-rata
Kabupaten/Kota di Jawa Timur. Hal ini tercermin dari angka harapan hidup Kota
Pasuruan masih berada di bawah Provinsi Jawa Timur.
2. Taraf pendidikan masyarakat Kota Pasuruan masih belum memenuhi program wajib
belajar dasar 9 tahun.
3. Pembangunan ekonomi masih belum mampu menciptakan pertumbuhan kesempatan
kerja di atas pertumbuhan angkatan kerja yang mencari kerja.
4. Program pengentasan kemiskinan masih lebih berorientasi pada charity, daripada
productivity; sehingga belum mampu menciptakan kemandirian bagi si miskin untuk
lepas dari belenggu kemiskinan.
5. Pertumbuhan ekonomi semakin bertumpu pada non-tradeable sectors, sehingga
menghambat pemerataan pendapatan dan berujung pada semakin sulitnya upaya
penanggulangan kemiskinan dan penngguran.
6. Penurunan daya dukung lingkungan, antara lain, ditandai dengan semakin
meningkatnya intensitas bencana banjir.
7. Masih adanya kesenjangan pengembangan wilayah utara dengan wilayah selatan.
4.2 Isu Strategis
Analisis lebih lanjut terhadap permasalahan pembangunan di atas, akan menghasilkan
isu-isu strategis pembangunan, yang diduga akan memperngaruhi keberhasilan atau
kegagalan pencapaian visi Kota Pasuruan 20102015.
4.2.1 Pendidikan: Rintisan Wajar 12 Tahun dan Pengembangan Kurikulum SMK
Berbasis Pengembangan Potensi Lokal
Pendidikan merupakan salah satu pilar penting untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia. Oleh karena itu pembangunan pendidikan harus mampu menjamin pemerataan
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 20102015 IV2
kesempatan dan peningkatan mutu pendidikan. Pembangunan pendidikan merupakan salah
satu jalan untuk menanggulangi kemiskinan, meningkatkan kesetaraan gender, pemahaman
nilai-nilai budaya dan multikulturalisme, serta meningkatkan keadilan sosial. Isu-isu strategis
dalam pembangunan pendidikan Kota Pasuruan, antara lain:
1. Penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun dan Rintisan Wajib Belajar 12 tahun
Pada tahun 2010, angka rata-rata lama sekolah (RLS) di Kota Pasuruan masih tercatat
di bawah 9 tahun. Kondisi ini menjadi pekerjaan rumah bagi Pemerintah Kota, yang
berupaya menuntaskan Program Wajib Belajar (Wajar) 9 tahun, sekaligus merintis
pencapaian Wajar 12 tahun.
Di tengah upaya pencapaian program tersebut, Pemerintah Kota juga dihadapkan pada
masalah berikut:
Terbatasnya aksesibitas pelayanan pendidikan bagi anak usia sekolah dasar (SD)
dan sekolah menengah pertama (SMP), yang berasal dari keluarga miskin.
Karena desakan kondisi ekonomi, sebagian keluarga miskin yang memiliki anak usia
sekolah menjelang SMP, lebih menyukai anak mereka untuk bekerja membantu
perekonomian keluarga, daripada melanjutkan/menyelesaikan sekolah pada jenjang
SMP. Kondisi ini menyiratkan bahwa Pemerintah Kota harus meringankan bahkan
membebaskan biaya sekolah murid dari keluarga tidak mampu, sekaligus
meningkatkan pemberdayaan ekonomi keluarganya.
Peningkatan kesejahteraan pendidik belum diikuti dengan peningkatan kualitas
pendidik.
Masyarakat menuntut agar peningkatan kesejahateraan guru, berbanding lurus
dengan perbaikan kualitas. Mereka menuntut agar proses belajar mengajar
berlangsung dalam format dialogis, bukan monologis, dengan wawasan guru yang
mampu mengikuti dinamika ilmu pengetahuan. Permasalahan pemerataan sebaran
guru yang berkualitas juga menjadi masalah tersendiri bagi upaya Pemerintah Kota
untuk meningkatkan pemerataan kualitas pendidikan.
Kesejenjangan angka partisipasi pendidikan antara jenjang pendidikan dasar
dengan menengah.
Kondisi ini tercermin dari angka partisipasi murni (APM) SD, yang jauh berada di
atas APM SMP dan SMA. Indikator ini menunjukkan bahwa semakin tinggi jenjang
pendidikan, semakin rendah proporisi anak usia sekolah yang mendapatkan
layanan pendidikan secara tuntas.
APM SD yang mencapai lebih dari 100
Data menunjukkan bahwa capian APM untuk jenjang pendidikan dasar telah
melampui angka 100. Artinya, sekolah dasar di Kota Pasuruan tidak hanya
menerima murid yang berasal dari Kota Pasuruan, tetapi juga Kabupaten Pasuruan.
Kondisi berpotensi menimbulkan masalah, karena migrasi anak usia sekolah SD dari
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 20102015 IV3
luar Kota Pasuruan akan mengurangi peluang anak usia sekolah SD dari Kota
Pasuruan yang ingin bersekolah di Kota Pasuruan. Fenomena ini menguat pada
beberapa sekolah dasar favorit di Kota Pasuruan.
2. Pengembangan kurikulum kewirausahaan berbasis pengembangn potensi lokal di SMK
SMK, sebagai lembaga pendidikan kejuruan yang mencetak siswa siap kerja, memiliki
posisi strategis dalam mengembangkan potensi ekonomi lokal Kota Pasuruan.
Pengembangan industri mebel dan logam, perlu ditunjang oleh kurikulum SMK yang
mengarah pada penyiapan tenaga-tenaga kerja terampil di bidang produksi maupun
pengelolaan usaha mebel dan logam.
3. Kualitas pendidikan diniyah dan pondok pesantren
Sebagai kota dengan masyarakat yang memiliki kultur religius, wajar jika Kota Pasuruan
dijuluki sebagai Kota Santri. Oleh karena itu muncul dugaan yang cukup kuat, bahwa
pendidikan diniyah dan pondok pesantren, memiliki catatan yang cukup panjang dalam
sejarah pembangunan pendidikan di Kota Pasuruan. Ironisnya, saat ini pendidikan
diniyah dan pondok pesantran mengalami penurunan kualitas, sehingga relatif tertinggal
dibandingkan lembaga pendidikan umum.
Sebagai lembaga pendidikan yang cukup tua dan memasyarakat, pendidikan diniyah
dan pondok pesantren masih mempertahankan nilai-nilai kearifan lokal (local wisdom) di
tengah derasnya serbuan nilai-nilai globalisasi. Disamping itu, pendidikan diniyah dan
pesantren mampu menjangkau segmen pendidikan khusus, yang tidak tersentuh oleh
pendidikan umum. Keterjangkauan ini penting, dalam menunjang keberhasilan upaya
Pemerintah Kota dalam meningkatkan pemerataan aksesibilitas pelayanan pendidikan.
Potensi yang dimiliki lembaga pendidikan diniyah dan pondok pesantren sebagaimana
tersebut di atas, merupakan sumber motivasi Pemerintah Kota untuk terus berkomitmen
dalam mengembangkan kualitas lembaga pendidikan diniyah dan pondok pesantren.
4.2.2 Kesehatan: Kota Swasti Saba dan Akreditasi Rumah Sakit
Derajat kesehatan dipengaruhi beberapa faktor, yaitu keturunan, pelayanan
kesehatan, perilaku dan lingkungan. Faktor perilaku dan lingkungan mempunyai andil paling
besar dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Karenanya, untuk meningkatkan
derajat kesehatan, maka setiap orang memiliki dua kewajiban, yaitu berperilaku sehat, dan
aktif memelihara kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar.
Isu-isu strategis lima tahun ke depan dalam pembangunan di bidang kesehatan,
antara lain:
1. Peningkatan indeks harapan hidup
Secara umum, IPM Kota Pasuruan mencatakan kinerja di atas Provinsi Jawa Timur.
Namun demikian, diantara tiga komponen IPM, indeks harapan hidup (IHH) Kota
Pasuruan tercatat sebagai satu-satunya komponen yang mencatatkan kinerja di bawah
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 20102015 IV4
Provinsi Jawa Timur. Oleh karenanya, peningkatan IHH merupakan isu strategis di
tengah upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat Kota Pasuruan.
Terdapat beberapa masalah yang menjadi kendala utama bagi upaya peningkatan IHH,
antara lain:
Angka kematian bayi lahir
Kondisi eksisting kinerja pada bab 2 menunjukkan capaian angka kematian bayi lahir
(AKB), di mana angka ini berada di atas rata-rata Provinsi Jawa Timur. Pemerintah
Kota melakukan berbagai upaya untuk menurunkan AKB, antara lain, melalui
peningkatan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil maupun peningkatan proporsi ibu
melahirkan yang ditangani oleh tenaga medis. Lebih lanjut, Pemerintah Kota juga
memberikan perhatian pada angka kecukupan gizi bagi bayi di bawah tiga tahun
(batita) maupun bayi di bawah lima tahun (balita).
Puskesmas dan posyandu sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan, terutama
bagi segmen ibu hamil dan melahirkan serta batita dan balita, memiliki peran
penting bagi keberhasilan upaya Pemerintah Kota untuk menekan AKB. Untuk itu,
Pemerintah Kota terus berkomitmen meingkatkan kualitas pelayanan dan sarana
kesehatan di puskesmas maupun posyandu.
Secara menyeluruh, Pemerintah Kota berkomitmen untuk senantiasa meningkatkan
pemerataan mutu dan jenis pelayanan kesehatan, melalui pengembangan sumberdaya
keseatan, baik berupa sarana dan prasarana maupun tenaga kesehatan. Komitmen ini
juga perlu ditunjang dengan pengembangan kesadaran masyarakat untuk menciptakan
lingkungan dan pola hidup sehat.
2. Kualitas pelayanan dan akreditasi Rumah Sakit Umum Daerah
Sebagai bentuk nyata komitmen Pemerintah Kota dalam meningkatkan pelayanan
kesehatan, maka pada tahun 2008 Pemerintah Kota telah menyelesaikan pemugaran
bangunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soedharsono Kota Pasuruan. Namun
demikian, peningkatan kualitas fisik rumah sakit masih belum diikuti dengan
peningkatan kualitas layanan kesehatan oleh tenaga medis maupun non medis rumah
sakit.
Kondisi tersebut, antara lain, diindikasikan oleh masih adanya keluhan masyarakat
terhadap pelayanan RSUD, baik yang terkspos dalam surat kabar maupun yang terjaring
dalam ruang aspirasi publik. Pemerintah Kota telah melakukan upaya tindak lanjut atas
keluhan tersebut, melalui pemberian materi pelatihan peningkatan personality bagi
karyawan RSUD.
Peningkatan pelayanan RSUD ini merupakan salah satu rangkaian upaya Pemerintah
Kota untuk memperoleh akreditasi kelas rumah sakit dari kelas C menjadi kelas B.
Peyediaan sarana dan prasarana kesehatan yang layak juga dilakukan, untuk
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 20102015 IV5
menunjang pelayanan rumah sakit; dalam rangka mempercepat proses akreditasi RSUD
dr soedharsono.
3. Kota Swasti Saba
Swasti Saba adalah penghargaan yang diberikan kepada pemerintah daerah, atas
keberhasilannya dalam menyelenggarakan kabupate/kota sehat. Kriteria penilaian kota
sehat meliputi: adalah tatanan kabupaten/kota sehat, berfungsinya forum masyarakat
dan tim pembina kabupaten/kota serta dukungan kebijakan dari pemerintah daerah.
Sejak tahun 2010, Pemerintah Kota telah merintis perwujudan kota swastisaba dan
tetap berlanjut dalam lima tahun ke depan. Sampai dengan saat ini, Kota Pasuruan telah
berhasil memenuhi indikator pokok yang diperlukan untuk merintis perwujudan kota
swastisaba.
Pada periode lima tahun ke depan, pencapaian kota swasti saba difokuskan pada
perwujudan kondisi: kawasan permukiman dengan sarana dan prasarana yang sehat,
Kawasan tertib lalu lintas dan pelayanan transportasi, kawasan pariwisata sehat,
kawasan industri dan perkantoran sehat, ketahanan pangan, kehidupan masyarakat
yang mandiri dan kehidupan sosial yang sehat.
4.2.3 Tenaga Kerja: Kewirausahaan dan Tradeable Sectors Sebagai Penyedia
Lapangan Kerja
Isu pembangunan ketenagkerjaan di Kota Pasuruan, memiliki keterkaitan erat dengan
upaya pengendalian penduduk. Jumlah penduduk usia produktif di Kota Pasuruan, cenderung
lebih besar (>60%) penduduk usia non produktif. Kondisi ini merupakan potensi sekaligus
ancaman bagi pembangunan Kota Pasuruan. Penduduk merupakan sumber daya utama
pembangunan. Namun demikian, pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan
pertumbuhan kesempatan kerja, akan menimbulkan masalah pengangguran yang justru
kontraproduktif dengan pelaksanaan pembangunan.
Lebih jauh, dalam penduduk kelompok usia produktif, terdapat sub kelompok
angkatan kerja yang mencari kerja. Permasalahannya, laju pertumbuhan kelompok angkatan
kerja yang mencari kerja di Kota Pasuruan, jauh lebih tinggi bila dibandingkan pertumbuhan
tingkat kesempatan kerja. Ujungnya, pencari kerja yang tidak mendapatkan pekerjaan akan
meningkatkan beban pengangguran di Kota Pasuruan. Hal ini tercermin dari, angka tingkat
pengangguran terbuka (TPT) Kota Pasuruan yang tercatat di atas Provinsi Jawa Timur pada
tahun 2008 dan 2009.
Penanganan masalah pengangguran, berkaitan erat dengan supply side dan demand
side tenaga kerja. Suplly side, secara kuantitas ditentukan oleh pertambahan kelompok
angkatan kerja yang mencari kerja. Secara kualitas, supply side ditentukan oleh seberapa jauh
tingkat pendidikan dan ketrampilan yang dimiliki oleh calon tenaga kerja, mampu memenuhi
kualifikasi pekerjaan. Oleh karena itu, Pemerintah Kota secara kontinyu memberikan pelatihan
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 20102015 IV6
ketrampilan bagi calon tenaga kerja, sebagai upaya meningkatkan daya saing calon tenaga
kerja dalam berkompetisi di pasar tenaga kerja untuk mendapatkan pekerjaan.
Adapun demand side tenaga kerja, ditentukan oleh siklus kinerja sektor-sektor
ekonomi. Ketika perekonomian bergairah, permintaan tenaga kerja akan meningkat. Begitu
pun sebaliknya. Faktanya, pertumbuhan tradeable sectors di Kota Pasuruan dalam lima tahun
terakhir mengalami penurunan. Padahal sektor-sektor tersebut merupakan penyedia lapangan
kerja utama di Kota Pasuruan.
Secara riil, Tradeable sectors di Kota Pasuruan adalah pelaku usaha ekonomi rakyat.
Usaha ekonomi rakyat pada sektor industri adalah industri kerajinan rumah tangga (IKRT)
mebel dan logam. Pada sektor perdagangan adalah pedagang toko pracangan rumah tangga
dan pedagang pasar tradisional. Karakteristik usaha ekonomi rakyat yang bersifat labour
intensive, menyebabkan mereka mampu menyediakan lapangan kerja dalam jumlah cukup
besar.
Dinamika perekonomian Kota Pasuruan dalam sepuluh tahun terakhir, menyebabkan
usaha ekonomi rakyat mengalami tekanan dalam bentuk persaingan tidak sempurna dari
pelaku ekonomi skala besar. Kondisi inilah yang menyebabkan pertumbuhan tradeable sectors
di Kota Pasuruan terus mengalami penurunan dalam lima tahun terakhir. Pertumbuhan
ekonomi Kota Pasuruan lebih bertumpu pada non-tradeable sectors yang lebih bersifat capital
intensive, sehingga hanya mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah lebih sedikit.
Penciptaan lapangan kerja perlu didukung oleh penciptaan wirausahawan baru,
dengan memperhatikan pengembangan potensi lokal. Misal, sebagai kota dengan potensi
industri mebel yang menonjol, pengembangan wirausahawan perlu dimulai sejak SMK, yang
mengarah pada pengembangan produk mebel Kota Pasuruan, maupun potensi lokal lainnya.
Oleh karena itu, perlu dikembangkan kurikulum di sekolah kejuruan yang berbasis pada
pengembangan potensi lokal.
4.2.4 Kemiskinan:Pengentasan Kemiskinan yang Berorientasi Pada Produktifitas
Stratifikasi kemiskinan di Kota Pasuruan menunjukkan pola piramida terbalik. Artinya
proprorsi Rumah Tangga Miskin (RTM) di Kota Pasuruan didominasi oleh kelompok hampir
miskin. Kelompok RTM kategori miskin berada di peringkat kedua dan disusul kelompok RTM
kategori sangat miskin pada posisi terakhir. Dari sisi sebaran wilayah, proporsi RTM di Kota
Pasuruan sebagaian besar berada di wilayah utara, yang notabene merupakan wilayah pesisir
dengan mata pencaharian utama penduduknya adalah nelayan dan petani tambak maupun
garam.
Sebagian masyarakat miskin bersikap pragmatis terhadap kultur religius kental, yang
dimiliki oleh masyarakat Kota Pasuruan. Mereka memanfaatkan secara subyektif, nilai-nilai
agama yang menganjurkan sifat kedermawanan dan belas kasihan, untuk menutupi
kemalasannya. Mereka lebih mengharapkan sikap dermawan orang lain, daripada bekerja
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 20102015 IV7
mandiri untuk lepas dari jerat kemiskinan. Bagi kelompok ini, kemiskinan bukanlah suatu
keterpaksaaan kondisi, namun kemiskinan adalah pilihan hidup.
Sementara itu hasil evaluasi upaya penanggulangan kemiskinan di Kota Pasuruan pada
masa lalu, menunjukkan bahwa (i) pembangunan ekonomi masih berorientasi pada
pertumbuhan ekonomi makro daripada pemerataan; (iii) memposisikan masyarakat sebagai
objek daripada subyek; (iv) cara pandang tentang penanggulangan kemiskinan yang masih
berorientasi pada charity daripada productivity; (v) asumsi permasalahan dan solusi
kemiskinan sering dipandang sama (uniformitas) daripada pluralistik.
Berpijak pada fakta kemiskinan dan hasil evalauas penanggulangannya di Kota
Pasuruan, maka isu strategis penanganan kemiskinan dalam lima tahun ke depan adalah:
1. Perlunya penanaman paradigma berpikir bahwa agama membenci kemiskinan, hal ini
tercermin dari nilai yang terkandung dalam ungkapan bahwa tangan di atas lebih baik
daripada tangan di bawah.
2. Kebijakan penanggulangan kemiskinan harus memperhatikan karakteristik usia
penduduk miskin.
Penduduk miskin yang masuk dalam kelompok produktif merupakan segmen yang harus
disasar oleh program-program pemberdayaan masyarakat miskin, tang bertujuan untuk
meningkatkan produktivitas (productivity) masyarakat miskin. Harapannya, program
pemberdayaan ini mampu meningkatkan taraf hidup si miskin dari kategori sangat
miskin, meningkat ke kategori miskin. Begitu pun dari kategori miskin, meningkat ke
kategori hampir miskin, sampai benar-benar mentas dari jurang kemiskinan.
Adapun penduduk miskin yang masuk kelompok non produktif (kaum lansia dan
penyandang cacat) merupakan segmen program-program pengentasan kemiskinan yang
bersifat charity. Program-program tersebut lebih ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan dasar si miskin yang layak sebagai manusia dan masyarakat.
3. Kebijakan penanggulangan kemiskinan perlu memperhatikan potensi wilayah di mana si
miskin tinggal.
Wilayah utara Kota Pasuruan merupakan pesisir pantai, yang memiliki potensi besar di
bidang perikanan dan kelautan. Program pemberdayaan masyarakat miskin kelompok
produktif di wilayah ini, perlu mendayagunakan potensi perikanan dan kelautan yang
bernilai ekonomis. Misal, diversifkasi produk olahan ikan laut.
4.2.5 Ekonomi: Penguatan Peran UKM di Sektor Industri dan Perdagangan
Potensi indutri mebel dan logam, perdagangan pasar tradisional dan jasa di Kota
Pasuruan menginspirasi perwujudan visi Kota Pasuruan sebagai kota industri, perdagangan
dan jasa. Apabila ditelusuri lebih dalam, sektor industri, perdagangan dan jasa di Kota
Pasuruan didominasi oleh pelaku usaha kecil dan menengah (UKM). Pelaku UKM pada sektor
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 20102015 IV8
industri adalah IKRT mebel dan logam. Pelaku UKM di sektor perdagangan adalah pedagang
di pasar tradisional.
UKM sektor industri dan mebel maupun perdagangan pasar tradisional, juga mampu
menjadi penyedia lapangan kerja utama bagi masyarakat Kota Pasuruan. Hal ini tidak terlepas
dari karakteristik UKM Kota Pasuruan yang bersifat labour intensive . Rata-rata setiap IKRT
mebel mampu menyerap 3-5 tenaga kerja. Dengan jumlah yang mencapai ribuan IKRT, maka
wajar jika sektor ini menjadi penyedia lapangan kerja utama. Oleh karena itu sektor ini juga
dikenal sebagai tradeable sectors.
Gejala-gejala dalam pertumbuhan ekonomi Kota Pasuruan dalam lima tahun terakhir,
yang patut diamati, adalah pertumbuhan tradeable sectors. Atau dengan kata lain,
pertumbuhan ekonomi Kota Pasuruan memiliki kecenderungan lebih bertumpu pada non-
tradeable sectors. Gejala ini merupakan isu strategis pembangunan ekonomi Kota Pasuruan
dalam lima tahun mendatang, terkait dengan upaya perwujudan Kota Pasuruan sebagai kota
industri, perdagangan dan jasa.
Kuat dugaan bahwa turunnya tradeable sectors ini disebabkan oleh semakin ter-
marginal-kannya peran UKM dalam berkompetisi dengan usaha skala besar. Menurunnya
kinerja pertumbuhan tradeable sectors ini disebabkan oleh:
1. Kesulitan pasokan bahan baku
Sebagian besar mebel produksi Industri Kecil Menengah (IKM) Kota Pasuruan berbahan
baku kayu jati. Masalahnya, kayu jati termasuk komoditas yang diawasi secara ketat
peredarannya. Akibatnya, IKRT mebel terhimpit oleh masalah mahal dan langkanya
bahan baku kayu, sebagai akibat regulasi tata niaga kayu yang semakin ketat, untuk
mengurangi ilegal logging. Namun demikian patut disayangkan, apabila kebijakan tata
niaga kayu tersebut justru kontraproduktif dengan pemberdayaan IKM. Kendala pasokan
bahan baku juga dialami oleh IKRT logam, dengan variasi motif yang berbeda.
Kondisi perekonomian yang dalam fase recovery, menyebabkan daya beli masyarakat
tidak mengalami peningkatan secara berarti. Mereka lebih memprioritaskan alokasi
belanja untuk pemenuhan kebutuhan primer, bukan membeli mebel yang notabene
merupakan kebutuhan sekunder. Mahalnya harga kayu, yang tidak diimbangi dengan
kenaikan harga jual mebel di pasaran, menyebabkan margin keuntungan yang diterima
pengrajin semakin menipis.
Untuk memecahkan masalah ini, Pemerintah Kota (berupaya merintis jejaring kerja
dengan: 1) Pemerintah Daerah penghasil kayu, 2) Pemasok kayu, 3) Perhutani dan
4) regulator tata niaga kayu; untuk duduk bersama guna menjamin pasokan kayu tanpa
mengorbankan kebijakan pencegahan pembalakan liar yang dicanangkan pemerintah.
3. Membanjirnya produk impor di pasaran lokal
Dewasa ini, produk mebel dan logam buatan china marak bererdar di pasaran lokal.
Permasalahannya, mebel impor tersebut memiliki harga yang lebih murah bila
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 20102015 IV9
dibandingkan dengan mebel dan logam produk pengrajin. Konsumen yang selama ini
dibidik oleh pengrajin lokal adalah segmen menengah ke bawah, yang sangat sensitif
dengan selisih harga. Harga produk kerajinan lokal yang lebih mahal, menyebabkan
konsumen beralih ke produk impor.
2. Kesulitan membangun jaringan pemasaran langsung ke end-user
Mebel Kota Pasuruan telah memiliki reputasi yang cukup baik dimata konsumen lokal,
regional, nasional bahkan internasional. Setiap hari sabtu, pedagang maupun konsumen
mebel dari berbagai penjuru kota/kabupaten, bertransaksi mebel di Pasar Mebel Bukir.
Hal ini menunjukkan apresiasi konsumen mebel terhadap produk mebel Kota Pasuruan.
Apresiasi pasar internasional terhadap mebel Kota Pasuruan, ditunjukkan dengan
jangkauan pemasaran yang merambah pasar internasional. Ironinya, IKM memasarkan
mebel ke luar negeri melalui perantara pengepul mebel yang berlokasi di Bali dan
Surabaya. Pengrajin tidak pernah melakukan kontak langsung dengan end-user di luar
negeri. Akibatnya, margin keuntungan yang diterima oleh pengrajin jauh lebih kecil
daripada pengepul.
Oleh karena itu revitalisasi peran IKRT dan perdagangan pasar tradisional merupakan
hal yang mutlak diperlukan, agar pertumbuhan tradeable sectors Kota Pasuruan dapat pulih
kembali. Pemulihan kinerja tradeable sectors ini memiliki keterkaitan erat dengan keberhasilan
penanggulangan pengangguran dan kemiskinan. Mengingat, tradeable sectors inilah yang
selama ini berperan sebagai penyedia lapangan kerja utama.
Disamping isu strategis yang berkenaan dengan eksistensi UKM, Pemerintah Kota juga
merespon isu kondusifitas iklim investasi bagi usaha skala besar, khususnya dari aspek
keamanan investasi. Fenomena peritel besar di Kota Pasuruan yang hanya memajang replika
produk berharga mahal, merupakan pengingat dini bahwa keamanan investasi di Kota
Pasuruan perlu mendapatkan perhatian.
4.2.6 Pendapatan Asli Daerah: Pengelolaan Bersama Mata Air Umbulan
Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satu komponen pendapatan daerah yang
perlu digali potensinya, dengan mempertimbangkan kondusifitas iklim usaha, untuk
membiayai pelaksanaan pembangunan. Sejak tahun 2009, Pemerintah Kota bersama
Pemerintah Kabupaten/Kota Lainnya, membahas pengelolaan bersama sumber air umbulan
yang berlokasi di Kecamatan Winongan Kabupaten Pasuruan. Pembahasan tersebut dimotori
Pemerintah Provinsi Jawa Timur selaku mediator kerja sama lintas daerah.
Wacana akhir berkembang dalam pembahasan tersebut, mengarah pada: Pemerintah
Provinsi Jawa Timur selaku pengelola sumber air umbulan, dengan memprioritaskan
pemenuhan pasokan air bersih di Kota dan Kabupaten Pasuruan terlebih dahulu, sebelum
didistribusikan ke daerah lain di Jawa Timur. Sementara itu, Pemerintah Kota adalah penerima
bagi hasil atas pengelolaan bersama mata air umbulan.
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 20102015 IV10
Namun demikian, Sampai dengan RPJMD ini ditetapkan, Pemerintah Kota terus
berupaya aktif untuk meminta kepada Pemerintah Provinsi Jawa Timur, agar segera
melakukan finalisasi konsep pengelolaan bersama dimaksud, untuk selanjutnya dituangkan
dalam nota kesepakatan bersama (memorandum of understanding). Dalam pada itu,
Pemerintah Kota berupaya memperjuangkan hak privilege (hak istimewa) terkait dengan
pengelolaan bersama mata air umbulan, khususnya agar:
1. Pemerintah Kota memperoleh pemenuhan kebutuhan air bersih tanpa dipungut biaya,
untuk kemudian didistribusikan kepada masyarakat Kota Pasuruan.
2. Aset sumber mata air umbulan dapat diakui oleh Pemerintah Kota sebagai modal
kepemilikan saham.
3. Pembagian keuntungan dari pengelolaan bersama mata air umbulan, mampu
memberikan dampak signifikan bagi peningkatan kapasita fiskal Pemerintah Kota.
4.2.7 Pemerintahan: Pemekaran Kecamatan dan Penataan Ulang Kelembagaan
Daerah
Pada tahun 2008, Pemerintah Kota telah merampungkan restrukturisasi kelembagaan
daerah. Pasca penataan kelembagaan tersebut, struktur organisasi Pemerintah Kota Pasuruan
terdiri atas: sekretariat daerah (terdiri dari 10 bagian), sekretariat DPRD, 6 badan, 10 dinas,
1 inspektorat, 3 kantor, 3 kecamatan, 1 satuan tugas dan 1 RSUD. Harapannya, penataan
kelembagaan ini akan meningkatkan efesiensi dan efektivitas kinerja SKPD dalam
menyelenggarakan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan di Kota Pasuruan.
Dinamika pemerintahan Kota Pasuruan dalam dua tahun terakhir, menyeruakkan
kembali isu penataan ulang komposisi kecamatan di Kota Pasuruan. Saat ini, Kota Pasuruan
terbagi atas 3 kecamatan dan 34 kelurahan. Berangkat dari keinginan untuk meningkatkan
aksesibilitas dan kualitas pelayanan kepada masyarakat, dengan mendekatkan jangkauan
masyarakat terhadap layanan publik di kecamatan; maka Pemerintah Kota menyambut
tuntutan masyarakat dengan menambah jumlah kecamatan di Kota Pasuruan, menjadi 5
kecamatan.
Pembentukan daerah (kabupaten dan kota) harus memenuhi syarat administratif,
teknis, dan fisik kewilayahan; sebagaimana diatur dalam pasal 5 Undang-Undang Nomor 32
tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Lebih lanjut, salah satu syarat fisik pembentukan
kota adalah memiliki minimal 4 kecamatan. Aspek legal ini merupakan salah satu
pertimbangan yang diperhatikan Pemerintah Kota dalam melakukan pemekaran kecamatan.
Rencana penambahan kecamatan di Kota Pasuruan, sebagai isu strategis
pembangunan bidang pemerintahan, akan menimbulkan dampak cukup berarti bagi
keberlangsungan pemerintahan dan pembangunan di Kota Pasuruan. Biaya atas keputusan ini
(meliputi tambahan biaya penyiasapan sarpras pemerintahan hingga tambahan gaji pegawai),
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 20102015 IV11
harus sebanding dengan manfaat yang diperoleh (peningkatan kualitas pelayanan yang
dirasakan langsung oleh masyarakat).
Penambahan jumlah kecamatan telah diawali dengan pelaksanaan kajian empiris dari
aspek penataan ruang maupun pelayanan publik, yang dilakukan pada periode RPJMD 2006
2010. Lebih lanjut pada RPJMD 2010-2015 ini, dilakukan pematangan jumlah kecamatan yang
akan dimekarkan. Memperhatikan hasil kajian sekaligus peraturan yang mendasarinya, maka
opsi penambahan kecamatan adalah sebagai berikut:
1. Apabila luas wilayah Kota Pasuruan adalah 36,58 km2, maka jumlah kecamatan yang
ideal adalah 4 kecamatan.
2. Apabila luas wilayah Kota Pasuruan adalah 38,89 km2, sebagai akibat penambahan tanah
oloran, maka jumlah kecamatan yang ideal adalah 5 kecamatan. Namun demikian,
pelaksanaan opsi ini, sebagaimana tertera dalam RTRW Kota Pasuruan, masih menunggu
pengesahan dari Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bakorsurtanal).
Sementara itu, dalam rentang waktu 2010-2015 ini, Pemerintah Kota juga
berkomitmen untuk merampungkan restrukturisasi lembaga daerah. Hasil evaluasi penataan
kelembagaan tahap I pada tahun 2008; merupakan alasan utama yang melatarbelakangi
restrukturisasi ini. Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Kota Pasuruan, yang
dilaksanakan pada tahun 2011, merupakan respon Pemerintah Kota atas potensi banjir yang
intensitasnya menunjukkan peningkatan dalam tiga tahun terakhir.
4.2.8 Lingkungan Hidup: Ruang Terbuka Hijau
Pelaksanaan pembangunan yang kurang memperhatikan kelestarian lingkungan, telah
menghasilkan dampak yang merugikan bagi masyarakat. Dampak paling nyata yang dirasakan
masyarakat Kota Pasuruan dalam tiga tahun terakhir adalah meningkatnya intensitas banjir di
wlayah permukiman di musim hujan. Salah satu penyebabnya adalah semakin berkurangnya
lahan serapan air, seiring dengan semakin banyaknya alih fungsi lahan menjadi kawasan
permukiman.
Oleh karena itu, isu strategis lingkungan hidup di Kota Pasuruan dalam lima tahun ke
depan adalah pemulihan daya dukung lingkungan, terutama yang berkenaan dengan
penambahan jumlah ruang terbuka hijau (RTH), sebagai upaya untuk meningkatkan daya
serap air hujan. Pemulihan kualitas lingkungan sungai juga menjadi perhatian, mengingat
sungai-sungai yang melintas di Kota Pasuruan merupakan media utama bagi air bah yang
datang dari wilayah hulu ketika musim hujan.
Tabel 4.1 mencantumkan sebaran RTH Publik per kecamatan di Kota Pasuruan, serta
target yang akan dicapai pada 20 tahun ke depan.
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 20102015 IV12
Tebel 4.1
Sebaran Eksisting RTH Publik Kota Pasuruan dan Proyeksinya Per Kecamatan
No Kecamatan Luas (m)
Ruang Terbuka Hijau
Eksisting (2010) Rencana (2031)
Luas (m) % Luas (m) %
1 Gadingrejo 10.530.000 1.014.942 2,78 1.845.149 5,05
2 Purworejo 8.390.000 1.204.254 3,29 1.818.619 4,97
3 Bugul Kidul 17.660.000 2.741.457 7,49 4.255.261 11,63
Total RTH Publik 4.960.653 13,56 7.919.029 21,65 Sumber: Skenario Pengembangan RTH Kota Pasuruan
Proporsi RTH Kota Pasuruan saat ini masih mencapai 20,01%. Idealnya, proporsi RTH
suatu derah adalah 30%. Pada tahun 2031, proprosi RTH Kota Pasuruan diproyeksikan
mencapai 32,01%. Target tersebut merupakan kumpulan dari RTH publik dan privat,
sebagaimana terinci dalam Tabel 4.2.
Tebel 4.2
Kondisi Eksisting RTH Publik Kota Pasuruan dan Proyeksinya
No Uraian
Ruang Terbuka Hijau
Eksisting (2010) Rencana (2031)
Luas (m) % Luas (m) %
1 RTH Publik 4.960.653 13,56 7.919.029 21,65
2 RTH Privat 2.359.090 6,45 3.790.131 10,36
RTH Kota 7.319.743 20,01 11.709.160 32,01 Sumber: : Skenario Pengembangan RTH Kota Pasuruan
Skenario pencapaian target proporsi RTH publik tersebut di atas, ditempuh melalui
beberapa langkah berikut:
1. RTH taman kota dikembangkan secara bertahap di taman alun-alun, taman kota, taman
sarinah, taman ALRI, taman batas kota Karangketug, taman batas kota Blandongan,
taman Slagah, dan taman tugu adipura. Direncanakan pula pembangunan taman lansia
dan taman anak-anak di Kelurahan Sekargadung dan Purutrejo;
2. RTH jalur jalan dikembangkan terutama di jalan-jalan arteri primer dan sekunder yaitu
Jalan Jendral Ahmad Yani, Jalan Sukarno Hatta, Jalan Letjen Suprapto, Jalan Veteran
serta jalan kolektor primer dan sekunder meliputi WR.Supratman, Jalan DR.Wahidin
Sudirohusodo, Jalan Hasanudin, Jalan Diponegoro dan jalan RA.Kartini;
3. RTH sempadan sungai diarahkan pada pengembangan sempadan Sungai Gembong,
Petung, Welang, dan anak sungai yang mengikutinya;
4. RTH sempadan rel diarahkan mengikuti jalur rel KA;
5. RTH sempadan pantai diarahkan pada pengembangan kawasan hutan bakau di
Kelurahan Blandongan, Kepel, Panggungrejo, Ngemplakrejo dan Tambaan; serta
6. RTH pemakaman dan lapangan dikembangkan secara tersebar di seluruh wilayah kota
menurut lokasi.
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 20102015 IV13
Pada periode 20102015, Pemerintah Kota berupaya merintis peningkatan proporsi
RTH hingga menuju kondisi ideal. Wilayah pesisir pantai utara merupakan sasaran utama
program penmbahan RTH, melalui penanaman mangrove di tepi pantai. Hutan mangrove
memiliki fungsi penting dalam menjaga keanekaragaman hayati (biodiversity) habitat pantai.
Dari sisi estetika, isu lingkungan hidup Kota Pasuruan menyeruak seiring dengan
menguatnya tuntutan masyarakat akan terciptanya kondisi kota yang indah, bersih dan
nyaman. Keberhasilan Kota Pasuruan dalam meraih Piala Adipura pada tahun 2009,
merupakan dampak dari komitmen Pemerintah Kota dalam memenuhi tuntutan masyarakat
akan kebersihan kota. Prestasi ini bukan merupakan tujuan akhir, namun justru merupakan
titik awal bagi Pemerintah Kota untuk semakin meningkatkan kebersihan, keindahan dan
kenyaman kota.
Fokus utama Pemerintah Kota dalam menciptakan kebersihan dan keindahan kota
adalah penanganan sampah, penyediaan dan penataan taman serta ruang terbuka publik,
penerangan. Sasaran utamanya adalah kawasan alun-alun kota, taman kota dan rest area.
Selain itu, kebersihan dan keindahan 6 pasar tradisional di Kota Pasuruan juga menjadi
perhatian utama Pemerintah Kota, demi mempertankan piala adipura di Kota Pasuruan.
4.2.9 Pengembangan Wilayah: Akselerasi Pembangunan Wilayah Utara dan
Penanggulangan Banjir
Tema pembangunan Walikota Pasuruan 2010-2015 yang, antara lain, memberikan
perhatian pada pengembangan wilayah utara, agar mampu mengejar ketertinggalanannya
dengan wilayah selatan; merupakan isu strategis utama dalam aspek pengembangan wilayah
Kota Pasuruan pada lima tahun ke depan.
Sebagai daerah pesisir pantai, permukiman di wilayah utara sebagian besar
merupakan perkampungan nelayan. Penghasilan sebagai nelayan sangat bergantung pada
kondisi cuaca. Ketika cuaca buruk, banyak nelayan yang menganggur karena mereka tidak
memiliki pekerjaan lain. Ketersediaan fasilitas yang menunjang peningkata penghasilan
mereka sebagai nelayan juga relatif kurang. Misal, lahan tambatan perahu yang sempit
sehingga kerap menimbulkan konflik, pendangkalan muara sungai yang menghambat lalu
lintas berlabuh dan berlayarnya perahu, hingga tempat pelelangan ikan yang masih kurang
representatif.
Selayaknya perkampungan nelayan pada umumnya, karakteristik permukiman di
wilayah utara Kota Pasuruan juga dicirikan dengan permukiman yang padat, karena
cenderung menempati titik strategis untuk menambatkan perahu. Akibatnya, perkembangan
perkampungan bercirikan: jalanan cenderung sempit, lahan yang sempit menyebabkan
sanitasi kurang layak hingga rumah yang berhimpitan menyebabkan ventilasi berkurang.
Tema pengembangan wilayah utara inilah yang menginspirasi pencanangan dedicated
program, sebagai berikut:
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 20102015 IV14
1. Pembangunan Jalur Lintas Utara (JLU)
Wilayah utara memiliki karakteristik sebagai kawasan pesisir, dengan mata pencaharian
utama penduduknya adalah nelayan dan petani tambak maupun garam. Diperlukan
berbagai pembangunan infrastruktur untuk membangkitkan potensi ekonomi dan sosial di
wilayah pesisir ini. Pembangunan Jalan Lingkar Utara (JLU) yang dirintis pada periode
20102015 ini, diharapkan akan mampu menjadi pioner bagi upaya membuka akses
terhadap pemberdayaan potensi perikanan dan kelautan di wilayah ini.
2. Pembangunan wisata marina
Potensi wisata bahari yang masih terpendam di wilayah utara, akan tereksplorasi melalui
program pengembangan wisata marina, dengan dua pilihan lokasi, yakni Kelurahan
Blandongan dan Kelurahan Panggungrejo. Sebagai obyek wisata yang dikembangkan
dengan konsep pemberdayaan potensi ekonomi lokal, pembangunan komplek wisata
marina akan memberikan space khusus untuk men-display produk ekonomi wilayah
utara. Hal ini diharapkan mampu memberikan mata pencaharian baru bagi penduduk,
selain profesi yang ada sekarang.
3. Revitalisasi kawasan Pelabuhan Pasuruan
Pengembangan kawasan pelabuhan pasuruan, juga merupakan bagian terpadu dalam
rencana pengembangan wilayah utara. Saat ini, kondisi Pelabuhan Pasuruan hanyalah
sebatas pelabuhan tradisional, di mana aktivitas berlabuh kapal sangat mengandalkan
pasang-surut air laut di muara Sungai Gembong. Kondisi jalan di kawasan pelabuhan
juga kurang layak dalam menunjang kelancaran aktivitas bongkar muat dan lalu lalang
kendaraan niaga di pelabuhan. Kondisi yang sama juga ditemui pada gudang-gudang
penyimpanan, yang sebagian besar merupakan bangunan tua yang cukup berumur.
Upaya perwujudan visi Kota Pasuruan sebagai kota perdagangan, akan terakselerasi
apabila kawasan Pelabuhan Pasuruan dapat direvitalisasi. Komitmen Pemerintah Kota
untuk mengembangkan kawasan pelabuhan; memerlukan dukungan dari PT Pelindo III,
selaku pihak pengelola Pelabuhan Pasuruan.
Apabila revitalisasi ini dapat direalisasikan, maka diharapkan terjadi peningkatan aktivitas
kepelabuhanan, meliputi: bongkar muat, penggudangan maupun pelayaran; yang secara
tidak langsung akan membuka lapangan kerja baru, dan berujung pada peningkatan
pendapatan penduduk sekitar.
Hal-hal di atas merupakan langkah terobosan untuk mengakselerasi peningkatan
aktivitas ekonomi wilayah utara. Di samping langkah terobosan ini, Pemerintah Kota juga
berupaya memberdayakan potensi yang telah berkembang, antara lain, melalui: perintisan
pemasaran terpadu untuk produk cor logam, maupun pengembangan perikanan yang lebih
ditekankan pada peningkatan nilai tambah produk perikanan.
Isu strategis lainnya adalah penanggulangan bencana banjir. Saat ini, sungai-sungai
yang melintas di Kota Pasuruan merupakan media utama bagi terjadinya banjir kiriman, ketika
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 20102015 IV15
wilayah hulu sungai mengalami hujan lebat. Upaya Pemerintah Kota untuk memperbaiki
sistem saluran air di Kota Pasuruan, masih memerlukan dukungan dari Pemerintah Daerah
yang wilayahnya menjadi lokasi hulu sungai-sungai di Kota Pasuruan. Artinya,
penanggulangan banjir di Kota Pasuruan harus dilakukan secara terpadu, yang memerlukan
peran Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam memediasi kerja sama lintas daerah tersebut.
Gambar 4.1
Peta Kawasan Rawan Bencana Kota Pasuruan
Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pasuruan
Sebagaimana terlihat pada gambar 4.1, kawasan rawan bencana banjir Kota Pasuruan
ditunjukkan oleh warna merah muda (pink) yang tersebar sepanjang jalur sungai-sungai besar
(warna biru), yaitu: Sungai Welang, Sungai Petung dan Sungai Gembong. Secara lebih detil,
tabel 4.3 menunjukkan sebaran kelurahan-kelurahan rawan banjir di Kota Pasuruan.
Tabel 4.3
Sebaran Wilayah Genangan Air per Kelurahan di Kota Pasuruan
No. Kelurahan Genangan Air
Luas (ha)
Frekuensi (kali per tahun)
Lama (jam)
1 Karangketug 103 4 3
2 Randusari 6 4 2
3 Gentong 14 4 2
4 Purworejo 21 4 2
5 Kebonagung 9 4 2
6 Karanganyar 6 4 2
7 Gadingrejo 3 4 2
8 Tambaan 5 4 2
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 20102015 IV16
9 Trajeng 4 4 2
10 Ngemplakrejo 3 4 2
11 Bangilan 0.5 4 2
12 Kebonsari 3 4 2
13 Petamanan 1 4 2
14 Kandangsapi 1.5 4 2
15 Kebonagung 1 4 2
16 Purutrejo 2 4 2
17 Bugul Kidul 4 4 2
18 Bakalan 2 4 2
19 Blandongan 2 4 2
20 Kepel 2 4 2 Sumber: Status Lingkungan Hidup Kota Pasuruan
Banjir bandang akibat luapan Sungai Welang, Gembong dan Rejoso pada tanggal
30 Januari 2008, merendam 10 kecamatan di Kabupaten Pasuruan dan 3 Kecamatan di Kota
Pasuruan. Lebih lanjut, banjir ini mengakibatkan 13 jembatan ambrol, 7 titik jalur kereta
tergerus air, 500 rumah terendam dan 200 rumah diantaranya terendam rusak berat dan
roboh. Tercatat tiag orang tewas dan 500 hektar lahan pertanian tergenang.
Kerusakan terparah terjadi di Kecamatan Bugul Kidul, di mana daerah permukiman
penduduk di daerah aliran Sungai Gembong terendam air hingga 2 meter. Bahkan beberapa
permukiman warga yang posisinya lebih rendah daripada jalan, terendam air hingga 3 meter.
Wilayah kelurahan di Kota Pasuruan yang terendam air, mencapai 20 kelurahan. Air sungai
yang bercampur lumpur dan material lain, menimbulkan kerusakan fasilitas umum dan rumah
penduduk.
Wilayah utara juga rentan mengalami banjir yang diakibatkan oleh gelombang
ataupun arus pasang laut, atau disebut pula sebagai banjir ROB. Disamping itu, terpaan
gelombang laut telah mengakibatkan terjadinya abrasi garis pantai. Oleh karena itu,
Pemerintah Kota berupaya membangun tanggul penangkis gelombang, di sepanjang garis
pantai utara.