bab ii isu 4

Upload: chellapremita

Post on 14-Oct-2015

42 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

boleh dicoba

TRANSCRIPT

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1 Sistem Indra

2.1.1 Pengertian

Alat indra adalah alat-alat tubuh yang berfungsi mengetahui keadaan luar. Alat indra manusia sering disebut panca indra, karena terdiri dari lima indra yaitu indra penglihat (mata), indra pendengar (telinga), indra pembau/pencium (hidung), indra pengecap (lidah) dan indra peraba (kulit) (Sloane, 2003).

2.1.2 Fungsi

Sistem indera memiliki fungsi sebagai menerima stimulus dari lingkungan luar ataupun dari lingkungan dalam. Selanjutnya stimulus tersebut diubah menjadi impuls yang merambat melalui sel saraf menuju system saraf pusat (Kusnadi, 2007).

2.1.3 Mata

A. Anatomi Mata

Mata adalah sistem optik yang memfokuskan berkas cahaya pada fotoreseptor, yang mengubah energi cahaya menjadi impuls saraf (Sloane, 2004). Mata terletak di dalam orbita. Mata berbentuk bulat dan tertanam di dalam lemak, terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan fibrosa bagian luar, lapisan pembuluh darah dan berpigmen, serta bagian dalam adalah lapisan saraf.

Struktur mata:

1) Lapisan luar terdiri atas sklera dan kornea.

Sklera berwarna putih dan tidak tembus cahaya. Kornea mengandung banyak serabut saraf. Tidak terdapat pembuluh darah, dan tembus cahaya. Kornea berfungsi memfokuskan bayangan benda pada retina. Kornea dilindungi oleh selaput pelindung konjungtiva.

2) Lapisan tengah terdiri atas koroidea dan iris.

Koroidea mengandung banyak pembuluh darah dan berfungsi member nutrisi pada retina. Bagian depan koroidea dan belakang kornea terdapat iris. Iris mengandung pigmen warna sehingga mengakibatkan perbedaan warna pada mata. Lubang bulat di tengah iris disebut pupil. Pupilmerupakan jalan masuknya cahaya. Pupil akan mengecil jika cahaya terang. Sebaliknya, pupil jika cahaya redup (Sloane, 2003).

3) Lapisan dalam, tempat retina berada

Pada retina inilah terdapat fotoreseptor. Ada dua macam fotoreseptor, yaitu sel batang dan sel kerucut. Sel batang mengandung rodopsin dan diperlukan untuk melihat dalam suasana remang.Sel kerucut mengandung pigmen iodopsin dan mampu menerima rangsang warna dan sinar terang.Bagian yang berada di belakang lensa mata diisi oleh vitreous humor yang berfungsi mempertahankan bentuk bola mata agar tetap bundar. Sementara itu, ruangan di antara lensa, iris, dan kornea diisi oleh aqueous humor. Aqueous humor berfungsi memberi makan kornea dan lensa (Sloane, 2003).

B. Proses Melihat

Alur mekanisme penglihatan pada mata sebagai berikut :1. cahaya memasuki mata melalui jendela transparan di dalam sklera, yaitu kornea.

2. Kemudian melewati pupil yang berlubang di dalam tabir otot yang disebut iris. Iris ini berpigmen. Iris dapat berkontraksi dan berdilatasi terhadap berbagai jumlah cahaya yang masuk ke mata.

3. Cahaya difokuskan oleh lensa yang elastis, tepat dibelakang iris. Ligamen menahan lensa ke korpus sillaris, bagian anterior dari lapisan koroid.

4. Sinar difokuskan sebagai bayangan terbalik pada retina dibelakang mata. Retina hampir transparan dan bagian anterior mata mempunyai penampilan hitam coklat gelap karena lapisan yang berpigmen dan bervaskuler.

5. Serabut-serabut saraf dari retina menjalar melalui sekelompok lubang-lubang di dalam sklera, pada diskus optikus membentuk saaf optikus ke otak.(cambridge, 1999)2.1.4 Hidung A. Anatomi Hidung

Gambar 2. Anatomi hidungStruktur organ hidung sebagai alat indera pembau adalah sebagai berikut :

1. Rongga hidung bagian dalam, terdapat sekat yang memisahkan rongga tersebut menjadi bagian kiri dan kanan. Rongga hidung sendiri pada bagian atap dibatasi oleh lempeng tipis, sedangkan bagian dasar oleh langit-langit, dan bagian sisi oleh karang hidung. (Pearce, 2002)

2. Rongga hidung bagian atas, terdapat lendir pembau yang berfungsi sebagai penerima rangsang bau. Rangsang bau diterima oleh selaput lendir pembau yang memiliki sel-sel pembau untuk diteruskan ke gelembung pembau. Dari gelembung pembau inilah rangsang bau bergerak melalui berkas saraf pembau menuju ke otak untuk ditafsirkan. (Pearce, 2002)A. Proses Penciuman

a. Yang berperan : epitel olfaktorius (pada bagian luar bulbus olfaktorius) di bagian tengah septum nasal & bag lateral di atas konkha superior b. Nervus olfaktorius atau saraf kranial ke-1 c. serabut sarafnya muncul pada bagian atas selaput lendir hidung d. Nervus olfaktorius dilapisi sel2 khusus yg mengeluarkan fibril-fibril halus untuk berikatan dg serabut2 di bulbus olfaktorius e. Dari bulbus olfaktorius, stimulus bergerak melalui traktus olfaktoriusf. mencapai daerah penerima akhir dalam pusat olfaktori di lobus temporalis otak untuk ditafsirkan g. Syarat rasa penciuman : senyawa harus mudah menguap, mempunyai sedikit kelarutan dalam air maupun lemak h. Rasa penciuman distimulasi oleh gas atau unsur2 halus yg terhirup. Rasa penciuman sangat peka, tetapi kepekaannya mudah hilang, jika dihadapkan dg suatu bau yang sama untuk suatu waktu yg cukup lamai. Rasa penciuman diperlemah jika selaput lendir hidung sangat kering, sangat basah atau membengkak. Mis. Orang yg terserang pilek(pearce, 2009). Alurnya:

Rangsang (bau) > lubang hidung > epitelium olfaktori > mukosa olfaktori > saraf olfaktori > talamus >hipotalamus > otak (pearce, 2009).

2.1.5 Telinga

A. Anatomi telinga

Telinga adalah organ pendengran .saraf yang melayani indra ini adalah saraf kranial kedelapan atau nervus auditorius.telinga terdiri atas tiga bagian yaitu bagian:telinga luar ,telinga tengah,dan telinga dalam. (Sloane,2004)

1. Telinga luar terdiri dari pinna atau aurikula ,yaitu daun kartilago yang menangkap gelombang bunyidan menjalarkannya ke kanal auditori eksterna ,suatu lintasan sempit yang panjangnya sekitr 2,5 cm yang merentang dari .aurikula sampai membran timpani. (Sloane,2004)

2. Membran timpani(gendang telinga)adalah perbatasan telinga tengah

Membraan timpani berbentuk kerucut dan dilapisi kulit pada permukaan eksternal dan membran mukosa pada permukaan eksternal. (Sloane,2004)

Membran ini memisahkan telinga luar dari telinga tengah,dan memiliki tegangan ,ukuran,ketebalan yang sesuai untuk menggetarkan gelombang bunyi secara mekanis. (Sloane,2004)

3. Telinga tengah terletak di rongga berisi udara dalam bagian petrosus tulang temporal

Tuba eustachius menghubungkan telinga tengah dengan faring

Tuba yang biasanya tertutup dapat terbuka saat menguap,menelan atau mengunyah.saluran ini berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membran timpani. (Sloane,2004)

4. Osikel auditor bentuknya

Dinamakan sesuai bentuknya,terdiri dari maleus ,inkus dan stapes.tulang-tulang ini mengarahkan getaran dari membran ke fenestra vestibuli ,yang memisahkan telinga tengah dari telinga dalam. (Sloane, 2004)

Otot stapedium yang melekat pada stapes,yang ukurannya sesuai dengan fenestra vestibuli oval,dan menariknya ke arah luar. (Sloane, 2004)

Bunyi yang keras mengakibatkan suatu refleks yang menyebabkan kontraks kedua otot yang berfungsi sebagai pelindung untuk meredam bunyi. (Sloane,2004)

5. Telinga dalam berisi cairan dan terletak dalam tulang temporal,di sisi medial telinga tengah.telinga dalam terdiri dari dua bagian labirin tulang dan labirin membranosa di dalam labirin tulang. (Sloane, 2004)

Labirin tulang adalah ruang berliku berisi perilimfe,suatu cairan yang menyerupai cairan serebrospinalis terdiri atas 3 bagian yaitu vestibula,saluran setengah lingkaran dan koklea. (Sloane, 2004)

Labirin membranosa adalah serangkaian tuba berongga dan kantong yang terletak dalam labirin tulang dan mengikuti kontur labirin tersebut yang terdiri atas vestibuli dan fenestra koklus. (Sloane,2004)

B. Proses Pendengaran

Suara ditimbulkan oleh getaran atmosfer yang dikenal sebagai gelombang suara, yang kecepatan dan volumenya berbeda beda. Gelombang suara bergerak melalui rongga telinga luar yang menyebabkan membran timfani bergetar. Getaran getaran tersebut selanjutnya diteruskan menuju inkus dan stapes, melalui maleus yang terkait pada membrane itu. Karena gerakan gerakan yang timbul pada setiap tulang ini sendiri, maka tulang tulang itu memperbesar getaran, yang kemudian disalurkan melalui fenestra vestibular menuju perilimfe. Getaran peri limfe dialihkan melalui membran menuju endolimfe dalam saluran koklea, dan rangsangan mencapai ujung ujung akhir saraf dalam organ corti, untuk kemudian diantarkan menuju otak oleh nervus auditorius. (Pearce, 2002)

Alur mekanisme pendengaran sebagai berikut:

1. Gelombang bunyi yang masuk ke dalam telinga luar menggetarkan gendang telinga.2. Getaran ini akan diteruskan oleh ketiga tulang pendengaran ke jendela oval.3. Getaran struktur koklea pada jendela oval diteruskan ke cairan limfa yang ada di dalam saluran vestibulum.4. Getaran cairan tadi akan menggerakkan membran Reissner dan menggetarkan cairan limfa dalam saluran tengah.5. Perpindahan getaran cairan limfa di dalam saluran tengah menggerakkan membran basiler yang dengan sendirinya akan menggetarkan cairan dalam saluran timpani.

6. Perpindahan ini menyebabkan melebarnya membran pada jendela bundar.7. Getaran dengan frekuensi tertentu akan menggetarkan selaput-selaput basiler, yang akan menggerakkan sel-sel rambut ke atas dan ke bawah.8. Ketika rambut-rambut sel menyentuh membrantektorial, terjadilah rangsangan (impuls).9. Getaran membran tektorial dan membran basiler akan menekan sel sensori pada organ Korti dan kemudian menghasilkan impuls yang akan dikirim ke pusat pendengar di dalam otak melalui saraf pendengaran (Guyton , 2003).

2.1.5.1 FrekuensiFrekuensi suara yang dapat didengar oleh manusia berkisar dari sekitar 20 sampai maksimum 20.000 siklus per detik (hertz). Pada hewan, terutama kelelawar dan anjing frekuensi yang jauh lebih tinggi dapat terdengar. Ambang telinga manusia beragam sesuai nada suara , dengan kepekaan tertinggi dalam rentang 1000-4000 Hz. Nada suara pria rata-rata dalam percakapan adalah 120 Hz dan untuk wanita adalah sekitar 250 Hz ( Ganong, 2005).Suara adalah sensasi yang timbul apabila getaran longitudinal molekul di lingkungan eksternal, yaitu fase pemadatan dan pelonggaran molekul yang terjadi secara beragantian mengenai timpani.Gelombang berjalan melalui udara dengan kecepatan sekitar 344 m/det pada 20 0C setinggi permukaan laut.Amplitudo gelombang suara dapat dinyatakan berdasarakan perubahan tekanan maksimum di gendang telinga, tetapi lebih mudah menggunakan skala relatif. Skala desibel adalah salah satunya. Intensitas suara dalam bel adalah logaritma perbandingan intensitas suara terhadap suara standar. Hal yang penting untuk diingat adalah bahwa skala desibel merupakan skala log. Dengan demikian, angka 0 dB bukan berarti tidak ada suara melainkan intensitas suara yang setara dengan standar.2.1.5.2 Hambatan Mendengar The Deaf

Hambatan sensori pendengaran yang berakibat pada kesulitan untuk berkomunikasi dengan lingkungan Hard of Hearing

Hambatan sensori pendengaran dimana pendengaran yang tersisa masih dapat digunakan untuk melaksanakan proses mendengar ( APM)

Hambatan sensori pendengaran ringan (mild hearing loss)

-mengalami sedikit kesulitan untuk mendengar suara bisik

-jika dialami sejak lahir sedikit gangguan dalam perkembangan bahasa Hambatan sensori pendengaran sedang (moderat hearing loss)

Mengalami kesulitan menerima pembicaraan terutama suara konsonan nada-nada tinggi Hambatan sensori pendengaran sedang berat (moderate severe hearing loss)

Sulit mendengar meskipun nada suara keras

Hambatan sensori pendengaran berat (severe hearing loss) sering tidak mengerti apa yang disampaikan orang lainHambatan sensori pendengaran total (profound hearing loss) sama sekali tidak mendengar 2.1.6 LidahA. Anatomi

Gambar 4. Anatomi lidah

Lidah terletak pada dasar mulut, sementara pembuluh darah dan urat saraf masuk dan keluar pada akarnya. Ujung serta pinggiran lidah bersentuhan dengan gigi-gigi bawah. Bila lidah digulung ke belakang, tampak permukaan bawahnya yang disebut frenulum linguae, sebuah struktur ligamen halus yang mengaitkan bagian poterior lidah pada dasar mulut. Bagian anterior lidah bebas tidak terkait. Permukaan atasnya ditutupi papil-papil yang terdiri dari tiga jenis yaitu:1. Papila sirkumvalata

Ada delapan hingga dua belas buah jenis ini yang terletak pada bagian dasar lidah. Papila ini adalah jenis papila jenis terbesar dan tersusun berjajar membentuk huruf V pada bagian belakang lidah.

2. Papila fungiformis

Papila jenis ini menyebar pada permukaan ujung dan sisi lidah serta bentuknya seperti jamur.

3. Papila filiformis

Papila jenis ini adalah yang terbanyak dan menyebar pada seluruh permukaan lidah. Papila ini lebih berfungsi untuk menerima rasa sentuh daripada rasa pengecapan yang sebenarnya (Pearce, 2009).A. Proses Pengecapan

B. Alurnya:

Makanan/Larutanzat berasaPapila lidahSaraf gustatoriMedula oblongataTalamusPusat rasa pada korteksserebrum

Membran sel-sel pengecap, seperti kebanyakan sel-sel reseptor sensorik lainnya, mempunyai muatan negatif di bagian dalam yang berlawanan dengan bagian luar. Pemberian zat pengecap pada rambut-rambut pengecap akan menyebabkan hilangnya sebagian potensial negatif, sehingga sel pengecap mengalami depolarisasi. Di sebagian besar keadaan, penurunan potensial dalam kisaran yang luas, hampir sebanding dengan logaritma dari konsentrasi zat perangsang. Perubahan potensial listrik pada sel pengecap ini disebut potensial reseptor untuk pengecapan (Guyton, 2007).

C. Mekanisme reaksi untuk memulai potensial reseptor di sebagian besar zat yang terangsang dengan vili pengecap adalah dengan pengikatan zat kimia kecap pada molekul reseptor protein yang dekat atau menonjol melalui membran vilus. Hal ini kemudian akan membuka kanal ion, sehingga membuat ion natrium yang memiliki muatan positif masuk dan mendepolarisasi kenegatifan normal di dalam sel. Selanjutnya, zat kimia kecap secara bertahap dibersihkan dari vilus pengecap oleh saliva, sehingga akan menghilangkan rangsangan (Guyton, 2007).

D. Tipe protein reseptor disetiap vilus pengecap menentukan tipe rasa yang akan diterima. Untuk ion natrium dan ion hidrogen, yang secara berurutan melepaskan sensasi kecap rasa asin dan asam, protein reseptor akan membuka kanal ion yang spesifik pada membran sel kecap di bagian apikal, dengan cara mengaktifkan reseptor. Namun demikian, untuk sensasi rasa manis dan pahit, bagian molekul protein reseptor yang menonjol ke membran di bagian apikal, akan mengaktifkan substansi second messenger transmiter di dalam sel, dan second messenger ini yang akan menyebabkan perubahan kimia untuk melepaskan sinyal pengecapan (Guyton, 2007).2.1.7 Kulit

A. Anatomi Kulit1. Epidermis

Lapisan epidermis merupakan lapisan terluar dari kulit dan terdiri dari jaringan epitel berlapis pipih. Epidermis terdiri dari lima lapisan, yaitu

a) Stratum korneum

Selnya tipis, datar, seperti sisik dan terus-menerus dilepaskan (Pearce, 2002). Pada lapisan ini selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel (inti selnya sudah mati) dan mengandung zat keratin (Syaifuddin, 2006).b) Stratum lusidum

Selnya pipih, bedanya dengan stratum granulosum ialah sel-selnya sudah banyak yang kehilangan inti dan butir-butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus sinar. Lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki. Dalam lapisan ini terlihat seperti suatu pita yang bening, batas-batas sel sudah tidak begitu terlihat (Syaifuddin, 2006).c) Stratum granulosum

Stratum ini terdiri dari sel-sel pipih seperti kumparan. Sel-sel tersebut hanya terdapat hanya 2-4 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit. Dalam sitoplasma terdapat butir-butir yang disebut keratohialin yang merupakan fase dalam pembentukan keratin oleh karena banyaknya butir-butir stratum granulosum (Syaifuddin, 2006).d) Stratum spinosum / Stratum akantosum

Lapisan ini merupakan lapisan yang paling tebal dan dapat mencapai 0,2 mm terdiri dari 5-8 lapisan. Sel-selnya disebut spinosum karena jika dilihat di bawah mikroskop sel-selnya terdiri dari sel yang bentuknya poligonal (banyak sudut) dan mempunyai tanduk (spina). Disebut akantosum karena sel-selnya berduri. Ternyata spina atau tanduk tersebut adalah hubungan antara sel yang lain yang disebut interceluler bridges atau jembatan interseluler (Syaifuddin, 2006).e) Stratum basal / germinativum

Disebut stratum basal karena sel-selnya terletak di bagian basal. Stratum germinativum menggantikan sel-sel yang di atasnya dan merupakan sel-sel induk. Bentuknya silindris (tabung) dengan inti yang lonjong. Di dalamnya terdapat butir-butir yang halus disebut butir melanin warna (Syaifuddin, 2006).Sel tersebut disusun seperti pagar (palisade) di bagian bawah sel tersebut terdapat suatu membran yang disebut membran basalis. Sel-sel basalis dengan membran basalis merupakan batas terbawah dari epidermis dengan dermis. Ternyata batas ini tidak datar tetapi bergelombang. Pada waktu kerium menonjol pada epidermis tonjolan ini disebut papila kori (papila kulit), dan epidermis menonjol ke arah korium. Tonjolan ini disebut rete ridges atau rete pegg (prosessus interpapilaris) (Syaifuddin, 2006).

2. Dermis atau Korium

Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit (Syaifuddin, 2006). Lapisan ini tersusun atas jaringan fibrus dan jaringan ikat yang elastik. Batas dengan epidermis dilapisi oleh membran basalis dan di sebelah bawah berbatasan dengan subkutis tetapi batas ini tidak jelas hanya sebagai patokan ialah mulainya terdapat sel lemak. Dermis terdiri dari dua lapisan, yaitu

a) Pars papilaris (stratum papilar)

Letaknya bagian atas, yang tersusun atas jaringan ikat kendor, membentuk papil yang menonjol ke epidermis. Lapisan ini kaya akan pembuluh darah kapiler (Syaifuddin, 2006).b) Stratum retikularis

Letaknya bagian bawah, yang tersusun atas jaringan ikat padat tidak teratur (Syaifuddin, 2006).B. Proses Meraba

C. Rangsangan di kulit (misalnya, memegang air dingin, dicubit, disentuh dll) akan diterima oleh reseptor (penerima rangsangan) yang terletak di bawah permukaan kulit2. Kemudian diteruskan ke saraf tepi (saraf di luar otak dan sumsum tulang belakang),3. Lalu masuk ke dalam susunan saraf pusat di sumsum tulang belakang.4. Kemudian stimulus diteruskan ke atas sampai ke thalamus (pusat penyebaran utama impuls-impuls sensoris yang berperan penting dalam memproses/mengolah informasi sensorik ini).5. Dari sini, stimulus dikirimkan ke pusat sensorik di otak besar (cerebral cortex), yang disebut korteks sensorik(Guyton, 2007).2.2 Saraf yang berperan dalam sistem indra

1) Saraf olfaktorius

Saraf olfaktorius adalah saraf kranial per-tama. Ujung serabut saraf ini bermula di membran mukosa rongga hidung dan berakhir di bonggol saraf olfaktorius yang terdapat di tulang etmoid. Saraf ini hanya berfungsi sebagai saraf sensorik dan mem-bawa impuls bau dari hidung ke otak (permukaan bawah lobus temporalis).2) Saraf optikus

Saraf optikus hanya berfungsi sebagai saraf sensorik yang bertanggung jawab terha-dap penglihatan. Ujung serabut saraf ber-mula di lapisan retina pada bola mata. Saraf optikus keluar di belakang bola mata dan masuk ke dalam rongga tengkorak. Di permukaan bawah otak, di bagian yang disebut kiasma optik, sebagian saraf optik kiri melintas ke sebelah kanan dan seba-liknya. Sebagian besar serabut dari berkas saraf optikus berakhir di talamus. Dari sini, berkas baru menghantarkan impuls penglihatan ke pusat penglihatan di kor-teks oksipitalis.3) Saraf akustikus (saraf pendengaran)

Saraf akustikus termasuk ke dalam saraf sensorik dan saraf ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu:

a) Saraf vestibularis

b) Saraf koklearis

Saraf vestibularis bermula sebagai ujung serabut sensorik di saluran setengah lingkaran di telinga bagian dalam; dari sini serabut-serabut tersebut masuk ke dalam ganglion vestibula yang terdapat di lubang telinga dalam; kemudian serabut ini ber-lanjut ke nukleus vestibula di pons dan medula. Sebagian dari serabut-serabut ini terhubung ke serebelum. Saraf vestibularis bertanggung jawab terhadap keseim-bangan tubuh. Saraf koklearis bertanggung jawab terhadap pendengaran. Saraf ini bermula sebagai ujung serabut organ Korti yang terdapat di dalam koklea (rumah siput). Dari koklea, serabut saraf koklearis berlanjut ke medula dan pons. Setelah itu, serabut-serabut tersebut dibawa ke pusat pendengaran di lobus temporalis serebrum (serabut dari telinga kiri ke lobus kanan temporalis dan sebaliknya).4) Saraf glosofaringeus

Sebagian besar saraf glosofaringeus meru-pakan saraf sensorik yang mempersarafi faring dan lidah (1/3 bagian dari belakang lidah). Serabut-serabut motoriknya mempersarafi otot faring. Selain itu, terdapat juga serabut saraf autonom yang mempersarafi kelenjar parotis.5) Saraf hipoglosus

Saraf hipoglosus merupakan saraf motorik yang mempersarafi otot lidah. Nukleus saraf ini terdapat di medula.

(Saputra. dkk., 2003).

2.2.1 Koordinasi antar alat Indra

Panca indra adalah organ-organ akhir yang dikhususkan untuk menerima jenis rangsangan tertentu. Bebereapa kesan yang disampaikan alat indera akan diartikan oleh otak. Beberapa kesan ditimbulkan dari luar seperti sentuhan, pengecapan pengelihatan, penciuman, dan suara. Dan timbul dari dalam seperti rasa haus, lapar, dan sakit. Panca indera manusia saling berhubungan dan melengkapi satu sama lain, karena sesungguhnya otaklah yang mengkoordinasikan dan menghubungkan sistem indra (Pearce, 2010).

Saraf merupakan struktur atau sistem menyerupai tali yang menghatarkan impuls antara bagian sistem saraf pusat dan bagian-bagian dari tubuh (Dorland, 1998). Ada dua belas pasang saraf kranial. Beberapa daripadanya adalah serabut campuran. yaitu gabungan saraf motorik dan saraf motorik, sementara lainnya adalah atau hanya saraf motorik, ataupun hanya saraf sensorik, misalnya saraf untuk panca indra (Pearce, 2010).

Sebagai contoh, saraf trigeminus yang terdapat di mata khususnya kornea, hidung khusunya membran mukosa, dan bagian duapertiga anterior lidah (Moore. Dkk,. 2002).

Selain saraf sistem indra juga saling berhubungan dari struktur anatominya. Sebagai contoh, antara mata dan hidung dihubungkan dengan duktus nasolakrimalis sebagai penyalir air mata dari sakus konjungtiva ke rongga hidung. Antara telinga dan hidung dihubungkan dihubungkan oleh tuba eustachius. Antara hidung dan mulut atau lidah dihubungkan dengan faring (Leeson, dkk,. 1996). 2.2 StimulusStimulus atau rangsangan adalah setiap agen, tindakan, atau pengaruh yang menghasilkan reaksi fungsional atau tropikpada reseptor atau jaringan peka rangsang (kamus dorland,eds 28)

Macam-macam stimulus atau rangsangan.

Ada beberapa macam rangsanganberdasarkan intensitasnya:

1.Rangsangan subliminalyaitu rangsang terkecil yang belum mampu menimbulkan respons

2.Rangsanganliminalyaiturangsangterkecilyangmampumenimbulkan respons

3.Rangsangan supraliminal

yaitu rangsangan terkecil yang mampu menimbulkan respons yang lebih besar4.Rangsangan submaksimal

yaitu rangsang dengan intensitas yangbervariasi dari minimal sampai maksimal5.Rangsangan maksimal

yaitu rangsangan dengan intensitas terbesar(maksimal) dan hasil responsnya maksimal6.Rangsangansupramaksimal

yaitu rangsang dengan intensitas lebihbesardarimaksimal,tetapiresponsyangdihasilkansamadenganmaksimal Rangsangantersebutditangkapolehreseptorsensorikyang kemudianmengubahnyamenjadiimpulssaraf. Reseptorsensorikdapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi sensasinya antara lain:

1.Eksteroreseptoryaitureseptoryangsensitifterhadapstimulus eksternal terhadap tubuh dan terletak pada atau dekat permukaan tubuh misalnya,sentuhan,tekanan,nyeripadakulit,suhu,penciuman, penglihatan, serta pendengaran.2.Proprioreseptoryaitureseptoryangterletakpadatubuhdalam otot, tendon, dan persendian juga mencakup reseptor ekuilibrium pada area telinga dalam.

Apabila dibagi ke dalam kelompok alat indera, makadapat kitabagi ke dalam tiga grup kelompok, yakni :

1. Kemoreseptor

Kemoreseptor adalah alat indera yang merespon terhadap rangsangan zat kimiayaitu indra pembau (idung) dan indrapengecap (lidah).

2. Mekanoreseptor

Mekanoreseptor adalah alat indera yang merespon terhadap rangsangan gaya berat,tegangan suara dan tekanan yakni indra peraba (kulit) dan indrapendengaran(kuping).3. Photoreseptor /Fotoreseptor

Photoreseptor adalah alatindera yang merespon terhadap rangsangan cahayaseperti indra penglihatan atau mata2.3 Reseptor

Reseptor Berdasarkan Strukturnya

1. Reseptor saraf

Merupakan reseptor saraf yang paling sederhana, yang hanya berupa ujung dendrite dari suatu sel saraf (tidak memiliki selubung mielin), dapat di temukan pada reseptor nyeri nosiseptor.

2. Reseptor nonsaraf

Merupakan struktur saraf yang lebih rumit dapat di temukan dalam organ pendengaran vertebrata (berupa sel rambut) dan pada organ penglihatan (berupa sel batang dan kerucut). Reseptor ini merupakan resepptor khusus dan bukan reseptor saraf.

Reseptor berdasarkan lokasi sumber rangsang

1. Interoreseptor, merupakan reseptor yang berfungsi untuk menerima rangsang dari dalam tubuh. 2. Eksteroreseptor, berfungsi untuk menerima rangsang dari lingkungan diluar tubuh.2.4 Sensasi2.4.1Pengertian

Sensasi adalah proses menangkap stimuli dan tahap paling awal dalam penerimaan informasi. Menurut Saputra (2009), sensasi adalah perasaan atau kesadaran yang terjadi diotak hasil interpretasi impuls sensori yang sampai diotak dari struktur -struktur lain. Seperti kulit, otot dan sendi, serta dari organ organ khusus.

Struktur yang menimbulkan sensasi

Ujung serabut saraf yang menerima rangsangan sensasi tersebut Saraf sensorik yang menghantar impuls sensasi itu ke otak Pusat sensori di otak yang menginterpretasi impuls tersebut dan menyimpan sebagai ingatan.

Ciri ciri Sensasi

Sensasi yang muncul akhibat stimulus dari luar tubuh misalnya pendengaran, penglihatan, rasa, tekanan, sakit luar, suhu. Organ organ ini dikenal dengan organ sensasi luar Sensasi yang muncul akhibat stimulus dari dalam tubuh, misalnya rasa lapar, haus. Organ organ yang menyadarkan rasa ini dikenal sebagai organ dari sensasi luar. Organ ini termasuk organ sensasi dalam yang memberi kesadaran tentang kedudukan tubuh yaitu otot dan sendi serta sensasi dari saluran setengah lingkaran dibagian telinga dalam. Macam Sensasi

1. Sensasi NormalPenerimaan, persepsi dan reaksi adalah 3 komponen setiap pengalaman sensori. Dalam menjalankan fungsinya organ sensori berkaitan erat dengan sistem persyarafan yang berfungsi sebagai reseptor dan penghantar stimulus sehingga tercipta sebuah persepsi yang dapat menimbulkan reaksi dari individu Stimulus Organ sensori Sel syarafImpuls tingkat kesadaran Reaksi Persepsi Medula spinalis (otak).

2. Sensasi Murni Sensasi murni jarang terjadi, jika mendengar suara aneh, betapapun asingnya, kita akan segera menghubungkannya dengan suatu bentuknya yang telah kita lihat sebelumnya.sensasi murni itu terjadi mungkin dalam peristiwa saat rangsangan warna ditunjukkan untuk pertama kali kepada seseorang yang sejak lahirnya buta, tetapi tiba-tiba dapat melihat (Mahmud, 1990). Sumber Sensasi

Eksteroseptor sensitif terhadap stimulus eksternal terhadap tubuh dan terletak pada atau di dekat permukaan tubuh : misalnya, sentuhan, tekanan, nyeri pada kulit dan suhu, penciuman, pengelihatan, serta pendengaran. Properioseptor terletak pada tubuh dalam otot, tendon, dan persendian, juga mencakup reseptor ekuilibrium pada area telinga dalam. Jika distimulasi, bagian tersebut akan menyampaikan kesadaran akan posisi bagian tubuh, besarnya tonus otot, dan ekuilibrium. Interoseptor ( viseroseptor ) dipengaruhi oleh stimulus yang muncul dalam organ viseral dan pembuluh darah yang memiliki inervasi motorik dari SSO. Contohnya adalah stimulus yang terjadi akibat perubahan selama proses digesti, ekskresi, dan sirkulasi.2.4.2Proses Sensasi

Sistem saraf mengubah pesan pesan menjadi kode salah satu kode yaitu kode anatomis. Pertama kali diperkenalkan pada 1826 oleh seorang ahli fisiologi Johannes muller sebagai doktrin energy syaraf spesifik. Menurut doktrin,berbagai modalitas sensorik yang berbeda muncul karena sinyal yang diterima oleh organ indera merangsang beragam jalan syaraf yang menuju area otak yang beragam pula. Sinyal dari mata menyebabkan impils berjalan sepanjang saraf optik,menuju ke korteks visual.sinyal dari telinga. Sinyal dari telinga menyebabkan impuls berjalan dari saraf auditoris menuju ke korteks auditoris. Gelombang cahaya dan suara menghasilkan sensasi berbeda karena adanya perbedaan anatomi ini.

Sensasi mengacu pada pendeteksian dini terhadap stimuli. Serta Sensasi merupakan unsur-unsur pengalaman pancaindera yang disebabkan perangsang-perangsang diluar manusia, yaitu cahaya, suara, bau, manis dan sebagainya. Dan hanya sensasi yang mampu kita indralah yang akhirnya diproseskan oleh reseptor dan oleh pemrosesan kognitif tingkat tinggi. Sistem sensorik kita memiliki keterbatasan kemampuan manerima sensasi, sehingga dengan sendirinya pengetahuan kita tentang dunia pun terbatas. Konsep kita mengenai proses perseptual bahwa pendeteksian dan penginterpretasian sinyal-sinyal sensori, di tentukan oleh energi stimulus yang dideteksi oleh sistem-sistem sensorik dan oleh otak dan hasil pemrosesan disimpan dimemori dalam bentuk pengetahuan (knowledge), yang akan diguakan kelak dalam suatu kejadian nyata.2.5 Kelainan Sistem Indera

a. Kelainan Pada Indera Penglihatan 1. Rabun Senja

Gangguan penglihatan yang disebabkan oleh kekurangan vitamin A. Akhibatnya, menghambat pembentukan rodopsin dalam sel kerucut. Hal ini menyebabkan penderita menjadi rabun ketika berada pasda kondisi kurang cahaya seperti saat senja hari atau malam hari (Kusnadi, 2007).

2. Glaukoma

Glaukoma merupakan kelainan pada mata yang disebabkan oleh meningkanya tekanan dalam bola mata. Penyakit ini disebabkan oleh penyumbatan saluran air mata, gangguan lensa, katarak yang sudah pecah, dan penyakit pada bagian dalam bola mata misalnya penyakit pada iris mata (Kusnadi, 2007).3. Katarak

Katarak merupakan kelainan berupa gangguan penglihatan yang disebabkan oleh kekeruhan lensa mata. Katarak biasanya identik dengan usia lanjut, walaupun sebenarnya dapat juga terjadi pada bayi, anak-anak, remaja dan orang dewasa setelah mengalami cedera mata. Katarak bisa disebabkan oleh luka pada mata, sinar matahari yang berlebihan, penggunaan obat-obatan terutama obat steroid, diabetes, faktor keturunan, dan pertambahan usia. Beberapa gejala timbulnya katarak dapat berupa penglihatan yang berkabut (buram), kesulitan melihat di malam hari, sensitif melihat cahaya, adanya lingkaran bias pada mata, dan warna mata tampak menguning. Hingga saat ini belum ditemukan obat-obatan, alat bantu, dan tindakan medis untuk menyembuhkan katarak, kecuali jalan operasi (Kusnadi, 2007).

4. Kelainan Refraksi, meliputi : Miopia (penglihatan dekat)

Pada miopia pada miopian atau penglihatan dekat, sewaktu otot siliaris relaksasi total, cahaya dari objek jauh di fokuskan di depan retina. Keadaan ini biasanya akibat bola mata yang terlalu panjang, atau kadang kadang daya bias sistim lensa terlalu kuat. (kusnadi, 2007)

Tidak ada mekanisme bagi miopia untuk mengurangi kekuatan lensanya karena memang otot siliari dalam keadaan relaksasi sempurna. Pasien miopia tidak mempunya mekanisme untuk memfokuskan bayangan dari objek jauh dengan tegas di retina. Namun, bila objek di dekatkan ke mata, bayangan akhirnya akan menjadi cukup dekat sehingga dapat di fokuskan di retina. Kemudian, bila objek terus di dekatkan ke mata, pasien miopia dapat menggunakan mekanisme akomondasi agar bayangan yang terbentuk tetap terfokus secara jelas. Seorang pasien miopia titik jauh yang terbatas untuk pengelihatan jelas. (Kusnadi, 2007)

Hiperopia (Penglihatan jauh)

Hiperopia dikenal sebagai penglihatan jauh, biasanya akibat bola mata terlalu pendek , atau kadang kadng sistem lensa terlalu lemah . Pada keadaan ini seperti yang ditunjukan oleh gambar 65-68 bagian tengah, terlihat bahwa cahaya sejajar kurang dibelokkan oleh sistem lensa sehingga tidak terfokus di retina. Untuk mengatasi kelainan ini, otot siliaris berkontraksi untuk meningkatkan kekuatan lensa. Dengan menggunakan mekanisme akomodasi, pasien hiperopia dapat memfokuskan bayangan dari objek jauh di retina. Bila pasien menggunakan sebagian dari otot siliarisnya untuk melakukan akomodasi jarak jauh, ia tetap masih mempunyai sisa daya akomodasi untuk melihat dengan tegas objek yang mendekati mata sampai otot siliaris telah berkontraksi maksimum. Pada orang tua, sewaktu lensa menjadi presbiop, pasien hiperopia sering tidak dapat berakomodasi, cukup kuat untuk memfokuskan objek jauh sekali pun, apalagi untuk memfokuskan objek dekat. (Kusnadi, 2007)

Astigmatisma

Astigmatisma merupakan kelainan refraksi mata yang menyebabkan bayangan penglihatan pada suatu bidang difokuskan pada jarak yang berbeda dari bidang yang tegak lurus terhadap bidang tersebut. Hal ini paling sering disebabkan oleh terlalu besarnya lengkung kornea pada salah satu bidang di mata. Contoh lensa astigmatisma adalah permukaan lensa seperti telur yang terletak pada sisi datangnya cahaya. Derajat kelengkungan bidang yang melalui sumbu panjang telur tidak sama dengan derajat kelengkungan pada bidang yang melalui sumbu pendek. (Kusnadi, 2007).

Karena lengkung lensa astigmtis pada suatu bidang lebih kecil dari pada lengkung pada bidang yang lain, cahaya yang mengenai bagian perifer lensa pada suatu sisi tidak dibelokkan sama kuatnya dengan cahaya yang mengenai bagian perifer pada bidang yang lain. Hal tersebut dilukiskan dalam gambar 49-14, yang memperlihatkan berkas cahaya dipancarkan dari titik sumber dan berjalan melalui lensa astigmatis yang lonjong. Cahaya dalam bidang vertikal, yang ditandai oleh bidang BD, dibiaskan secara kuat oleh lensa astigmatis karena kelengkungan pada bidang vertikal lebih cembung dari pada bidang horizontal. Sebaliknya, cahaya dalam bidang horizontal, yang ditandai oleh bidang AC dibelokkan tidak sekuat cahaya yang melewati bidang vertikal. Jelaslah bahwa cahaya yang melelui lensa astigmtik tidak seluruhnya dibiaskan menuju satu titik fokus, karena cahaya yang melalui suatu bidang dari lensa difokuskan lebih jauh dari cahaya yang melalui bidang yang lain. (Kusnadi, 2007).

Daya akomodasi mata tidak dapat mengkompensasi kelainan astigmatisma karena selama akomodasi, lengkung lensa mata berubah kurang lebih sma kuatnya di semua bidang, oleh karena itu pada astigmatisma kedua bidang memerlukan derajat akomodasi yang berbeda. Sehingga pada pasien astigmatisma bila tidak dibantu dengan kaca mata penglihatannya tidak pernah tajam. (Kusnadi, 2007).

Presbiopi

Presbiopi adalah istilah yang digunakan untuk melukiskan kesalahan akomodasi yang terjadi pada orang-orang tua atau orang orang yang sedang usia lanjut. Di atas usia 40 tahun, lensa mata banyak mengalami kehilangan kelenturan sehingga tidak mampu memfokuskan tanda yang letaknya jauh maupun dekat dengan tajam, Kelainan ini diatasi dengan penggunaan kacamata berlensa rangkap (Kusnadi, 2007).

b. Kelainan Pada Indera Pendengar

1. Tuli

Kehilangan kemampuan mendengar. Ada dua macam tuli, yaitu tuli konduktif dan tuli saraf. Tuli Konduktif disebabkan adanya gangguan transmisi suara ke dalam koklea, misalnya adanya kotoran telinga yang menumpuk dan karena adanya peradangan pada telinga tengah yang menyebabkan kerusakan tulang tulang pendengaran. Sedangkan tuli saraf merupakan hilangnya kemampuan mendengar karena adanya kerusakan pada koklea, organ korti, ataupun pusat saraf pendengaran di otak (Kusnadi, 2007).

1. Otitis Media

Otitis media atau radang telinga tengah, merupakan kelainan pada pendengaran pada saluran pernafasan bagian atas. Hal ini disebabkan oleh adanya saluran eustachius yang menghubungkan telinga tengah dengan saluran pernafasan atas (faring) (Kusnadi, 2007).

3. Motion Sickness

Motion sickness atau mabuk perjalanan, merupakan gangguan pada fungsi vestibular (keseimbangan), karena rangsangan yang terus menerus oleh gerakan gerakan atau getaran yang terjadi selama perjalanan laut , udara, ataupun di darat. Impuls dari labirin akan dijalarkan ke pusat muntah sehingga menimbulkan rasa jual dan rasa muntah yang disertai pusing, badan dingin, dan muka pucat (Kusnadi, 2007).

2. Kelainan Pada Indera Pembau

1. Anosmia (Guyton, 2007)

Kehilangan rasa bau atau yang hilangnya daya menghidu. Penyakit ini disebabkan:

Penyumbatan rongga hidung missal tumor

Reseptor-reseptor pembauan rusak karena infeksi virus/atrophi

Gangguan pada saraf ke I, bulbus, traktus olfaktorius/cortex otak karena kepala atau tumor

2. Hiposmia (Guyton, 2007)

Pengurangan sensifitas olfaktorius atau berkurangnya kepekaan dalam menghidu.

3. Disosmia (Guyton, 2007)

Distori gaya menghidu atau indera penciuman berubah. Penyakit ini disebabkan oleh: Infeksi didalam sinus

Kerusakan parsial pada saraf olfaktorius

Kebersihan mulut yang jelek sehingga terjadi infeksi mulut yang berbau tidak enak yang tercium oleh hidung.

4. Influenza (Guyton, 2007)

Yaitu infeksi saluran pernafasan atas sehingga kurang mampu menerima rangsangan bau dan selera makan berkurang.

5. Epistaksis (mimisan) (Guyton, 2007)

Disebabkan karena perdarahan berasal dari bagian sepertiga anterior hidung. Epistaksis yang seringkali terjadi akibat mencungkil-cungkil hidung yang menyebabkan robeknya vena-vena pada vestibulum nasi.3. Kelainan Pada Indera Pengecap

Lidah yang punya peran sangat penting dalam bicara, pengunyahan penelanan dan juga pembersihan rongga mulut, dapat juga mengalami kelainan-kelainan. (Guyton, 2007).1. Oral candidosis. Penyebabnya adalah jamur yang disebut candida albicans.. gejalanya lidah akan tampak tertutup lapisan putih yang dapat dikerok. (Guyton, 2007).2. Atropic glossitis. Penyakit ini juga sering ditemukan. Lidah akan terlihat licin dan mengkilat baik seluruh bagian lidah maupun hanya sebagian kecil. Penyebab yang paling sering biasanya adalah kekurangan zat besi. Jadi banyak didapatkan pada penderita anemia. (Guyton, 2007).3.Geografic tongue. Lidah seperti peta, berpulau-pulau. Baik banyak maupun sedikit. Bagian pulau itu berwarna merah dan lebih licin dan bila parah akan dikelilingi pita putih tebal. (Guyton, 2007).4.Fissured tongue. Lidah akan terlihat pecah-pecah. Kadang garis hanya satu ditengah, kadang juga bercabang-cabang. (Guyton, 2007).5.Glossopyrosis. Kelainan ini berupa keluhan pada lidah dimana lidah terasa sakit dan panas dan terbakar tetapi tidak ditemukan gejala apapun dalam pemeriksaan. Hal ini kebanyakan karena psikosomatis dibandingkan dengan kelainan pada syaraf.(Guyton,2007).

6. Kanker lidah Kanker disebabkan oleh merokok dan minum minuman beralkohol terlalu banyak. Pengobatan dilakukan dengan cara operasi, radiasi sinar-X, dan kemoterapi.4. Kelainan Pada Indera Peraba (Kulit)

Kulit manusia dapat mengalami gangguan karena berbagaisebab. Beberapa kelainan dan penyakit pada kulit, sebagai berikut (Guyton,2007).1. SkabiesSkabies disebut pula seven-year itch. Penyakit tersebut disebabkan oleh parasit insekta yang sangat kecil (Sarvoptes scabies) dan dapat menular pada orang lain(Guyton,2007).2. EksimEksim merupakan penyakit kulit yang akut atau kronis.Penyakit tersebut menyebabkan kulit menjadi kering, kemerah-merahan, gatal-gatal, dan bersisik.3. GangrenGangren adalah kelainan pada kulit karena kematian sel-sel jaringan tubuh. Hal ini disebabkan oleh suplai darah yang buruk untuk bagian tubuh tertentu. Suplai darah yang buruk dapat disebabkan oleh penekanan pada pembuluh darah (misalnya, balutan yang terlalu ketat). Terkadang, gangren disebabkan oleh cedera langsung (gangren traumatik) atau infeksi (Guyton,2007).

4. Kanker kulitPenyakit kanker kulit disebabkan oleh penerimaan sinar matahari yang berlebihan. Penyakit ini lebih sering menyerang orang yang berkulit putih atau terang, karena warna kulit tersebut lebih sensitif terhadap sinar matahari. Pencegahan dapat dilakukan dengan tabir surya atau menghindari kontak dengan sinar matahari yang terlalu banyak(Guyton,2007).a. DermatitisDermatitis adalah peradangan pada permukaan kulit, ditandai dengan gatal-gatal merah, bengkak, melepuh, dan berair. Bisanya disebabkan oleh zat kimia, obat-obatan dan getah tumbuh-tumbuhan (Guyton,2007).

Gambar 1. Anatomi mata

Gambar 3. Anatomi telinga