bab 4 - gambaran ringkas

34
4 Bab GAMBARAN RINGKAS BEBERAPA KELOMPOK NEGARA 1. PENDAHULUAN Upaya melakukan benchmark (benchmarking) sebagai salah satu alat manajemen dipandang bermanfaat dalam membantu perusahaan ”membandingkan” dirinya dengan dan merujuk pada pesaingnya, dan khususnya kasus-kasus yang dinilai unggul. 30 Cara ini diharapkan dapat memberikan dampak demonstrasi yang kuat dan rangsangan (insentif) untuk belajar dari kasus-kasus yang berhasil sehingga dapat mengubah perilaku perusahaan. Benchmarking berkaitan dengan sistem inovasi (termasuk kinerja dan bagaimana praktik kebijakan) semakin dipandang penting. Namun hal demikian belum secara luas diterapkan. Selain lingkup sistem inovasi dan kebijakan inovasi itu sendiri merupakan bidang yang kompleks, benchmarking hanya dapat dilakukan dalam kerangka tertentu, terutama terdapat situasi yang memiliki keserupaan proses, atau setidaknya keserupaan masukan (input) dan keluaran (output) sehingga memberikan keyakinan untuk dapat melakukan ”pembandingan yang sama” (apples with apples) dan menarik kesimpulan logis yang bermanfaat serta menghindari penarikan kesimpulan yang keliru. Karena itu, untuk menghindari pemahaman yang keliru, perlu ditekankan di sini bahwa diskusi tentang beberapa contoh selektif sistem inovasi dan praktik kebijakan beberapa negara (kelompok negara tertentu) yang disampaikan terutama sebagai muatan tiga bab berikut dalam buku ini bukanlah sebagai (atau setidaknya tidak/belum dimaksudkan sebagai upaya) benchmarking. Ulasan di sini lebih dimaksudkan sebagai upaya untuk memberikan ilustrasi contoh menyangkut beberapa aspek/dimensi tertentu yang diharapkan dapat memberikan pelajaran yang dapat dipetik dalam meningkatkan pemahaman dan mendorong kajian lebih lanjut yang lebih komprehensif dan mendalam serta bahan-bahan pertimbangan bagi pengembangan/perbaikan upaya yang relevan di Indonesia. Dalam kaitan ini, diskusi dalam buku ini diharapkan dapat menjadi pelengkap atas upaya serupa lainnya terkait dengan sistem inovasi di Indonesia. 30 Inti benchmarking adalah pengukuran internal, perbandingan eksternal, kajian atas kelemahan dan kekuatan, identifikasi praktik yang lebih baik untuk membantu perbaikan kinerja, implementasi perbaikan, dan proses berulang (lihat misalnya Boekholt, et al., 20004).

Upload: tatang-taufik

Post on 07-Jun-2015

1.169 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Buku “Pengembangan Sistem Inovasi Daerah: Perspektif Kebijakan” (2005).

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 4 - Gambaran Ringkas

4Bab

GAMBARAN RINGKAS

BEBERAPA KELOMPOK NEGARA

1. PENDAHULUAN

Upaya melakukan benchmark (benchmarking) sebagai salah satu alat manajemen dipandang bermanfaat dalam membantu perusahaan ”membandingkan” dirinya dengan dan merujuk pada pesaingnya, dan khususnya kasus-kasus yang dinilai unggul.30 Cara ini diharapkan dapat memberikan dampak demonstrasi yang kuat dan rangsangan (insentif) untuk belajar dari kasus-kasus yang berhasil sehingga dapat mengubah perilaku perusahaan. Benchmarking berkaitan dengan sistem inovasi (termasuk kinerja dan bagaimana praktik kebijakan) semakin dipandang penting. Namun hal demikian belum secara luas diterapkan.

Selain lingkup sistem inovasi dan kebijakan inovasi itu sendiri merupakan bidang yang kompleks, benchmarking hanya dapat dilakukan dalam kerangka tertentu, terutama terdapat situasi yang memiliki keserupaan proses, atau setidaknya keserupaan masukan (input) dan keluaran (output) sehingga memberikan keyakinan untuk dapat melakukan ”pembandingan yang sama” (apples with apples) dan menarik kesimpulan logis yang bermanfaat serta menghindari penarikan kesimpulan yang keliru.

Karena itu, untuk menghindari pemahaman yang keliru, perlu ditekankan di sini bahwa diskusi tentang beberapa contoh selektif sistem inovasi dan praktik kebijakan beberapa negara (kelompok negara tertentu) yang disampaikan terutama sebagai muatan tiga bab berikut dalam buku ini bukanlah sebagai (atau setidaknya tidak/belum dimaksudkan sebagai upaya) benchmarking. Ulasan di sini lebih dimaksudkan sebagai upaya untuk memberikan ilustrasi contoh menyangkut beberapa aspek/dimensi tertentu yang diharapkan dapat memberikan pelajaran yang dapat dipetik dalam meningkatkan pemahaman dan mendorong kajian lebih lanjut yang lebih komprehensif dan mendalam serta bahan-bahan pertimbangan bagi pengembangan/perbaikan upaya yang relevan di Indonesia. Dalam kaitan ini, diskusi dalam buku ini diharapkan dapat menjadi pelengkap atas upaya serupa lainnya terkait dengan sistem inovasi di Indonesia.

30 Inti benchmarking adalah pengukuran internal, perbandingan eksternal, kajian atas kelemahan

dan kekuatan, identifikasi praktik yang lebih baik untuk membantu perbaikan kinerja, implementasi perbaikan, dan proses berulang (lihat misalnya Boekholt, et al., 20004).

Page 2: Bab 4 - Gambaran Ringkas

PENGEMBANGAN SISTEM INOVASI DAERAH: PERSPEKTIF KEBIJAKAN 74

Diskusi tentang gambaran sistem inovasi dapat menjadi uraian yang panjang lebar. Namun itu tentu bukan maksud/tujuan penulisan buku ini. Yang disampaikan di sini ditekankan pada perbandingan beberapa indikator penting dan beberapa praktik kebijakan yang telah atau sedang dikembangkan, yang umumnya terkait dengan sistem inovasi. Bab ini mengungkapkan beberapa contoh ilustratif dan sangat selektif tentang sistem inovasi beberapa kelompok negara tertentu beserta beberapa contoh praktik kebijakannya. Diskusi terbatas tentang himpunan beberapa negara maju, yaitu OECD dan Uni Eropa,31 akan disampaikan secara singkat. Sementara itu, prakarsa awal yang relevan di lingkungan ASEAN dan APEC akan disampaikan selintas.

Upaya yang dilakukan Uni Eropa, baik dalam rangka mengembangkan prakarsa bersama antarnegara maupun antardaerah dari beberapa negara dinilai sangat relevan. Beberapa isu didiskusikan untuk meninjau beberapa isu penting tentang kebijakan inovasi dan terkait dengan agenda bersama antarnegara atapun antardaerah dalam kerangka Uni Eropa. Diskusi suatu negara, misalnya Amerika Serikat juga relevan, mengingat beberapa karakteristik heterogen ”negara bagiannya” dan bagaimana Pemerintah Federal dan Pemerintah Negara Bagian (atau pemerintah lokal) berperan dalam kerangka kebijakan inovasi yang dikembangkan. Tinjauan atas gambaran (dan pengalaman praktik) negara lain diharapkan dapat memberi pelajaran berharga khususnya bagi pengembangan kebijakan inovasi yang sesuai dalam rangka mengembangkan sistem inovasi daerah di Indonesia. Tentunya, karena di luar tujuan dan lingkup bahasan buku ini, beberapa contoh prakarsa dan/atau pengalaman negara lain tersebut penting untuk dikaji lebih dalam.

2. GAMBARAN SINGKAT BEBERAPA KELOMPOK NEGARA MAJU

The Science, Technology and Industry Scoreboard 2003 (STI Scoreboard 2003) menyajikan data perbandingan internasional, yang dikembangkan berdasarkan basisdata (terutama MSTI database), indikator dan metodologi oleh the Directorate for Science, Technology and Industry (DSTI) berfokus pada (OECD, 2003):

Pertumbuhan basis pengetahuan dalam ekonomi OECD: menyangkut investasi dalam pengetahuan, sumber daya manusia (SDM) dan mobilitas ilmuwan secara internasional, litbang, dan inovasi yang diukur dengan paten, serta pentingnya bidang-bidang yang kini tengah muncul/berkembang seperti bioteknologi dan nanoteknologi.

Ekonomi informasi: sumber daya dan infrastruktur ekonomi informasi, difusi dan pemanfaatan teknologi internet dan e-business, kontribusi sektor teknologi informasi dan komunikasi/TIK (ICT) terhadap aktivitas ekonomi dan perdagangan internasional.

Integrasi global dari aktivitas ekonomi: saluran-saluran terpenting dari integrasi ekonomi dan difusi teknologi, seperti misalnya investasi langsung dan portfolio, peran afiliasi kepemilikan asing, kepemilikan invensi yang lintas-batas, dan kerjasama internasional di bidang sains dan inovasi, serta analisis daya saing perdagangan dalam industri menurut intensitas teknologi.

Produktivitas dan struktur ekonomi: perbandingan ekonomi OECD menurut pendapatan, produktivitas, dan kinerja industri, pentingnya pertumbuhan industri yang sarat pengetahuan/teknologi, interaksi manufaktur dan jasa, serta peran perubahan perusahaan.

31 Uni Eropa juga telah mengembangkan kerjasama dengan Indonesia dan ASEAN sejak tahun 1980 (lihat misalnya EC,

2000),

Page 3: Bab 4 - Gambaran Ringkas

BAB 4 GAMBARAN RINGKAS BEBERAPA KELOMPOK NEGARA

75

OECD (Organization for Economic Co-operation and Development), yang sejauh ini sebagai himpunan beranggotakan 30 negara-negara yang umumnya maju, merupakan kelompok negara dengan kinerja sistem inovasi terdepan diukur dengan beragam indikator utama. Ini tidak terlepas dari investasi yang mereka lakukan dalam aktivitas inovasi, termasuk misalnya dalam pembiayaan litbang. Negara anggota OECD umumnya mengalokasikan dana litbang di atas 1,5% dari PDB mereka setiap tahunnya. Menurut data OECD32 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.1, pembiayaan litbang negara-negara OECD dan Uni Eropa dari tahun ke tahun cenderung meningkat, terutama sejak paruh 1990an.

Dalam kurun waktu 1995-2001, pengeluaran untuk litbang di wilayah OECD meningkat rata-rata 4,7% setiap tahunnya. Pertumbuhan paling cepat adalah di Amerika Serikat (5,4% per tahun), diikuti oleh Uni Eropa (3,7%) dan Jepang (2,8%).

Perkembangan aktivitas litbang di negara-negara maju tersebut berkaitan dengan kecenderungan perubahan komposisi sumber pembiayaannya. Proporsi dana pemerintah umumnya cenderung menurun dan digantikan oleh swasta yang perannya cenderung meningkat (Gambar 4.2 dan 4.3).

Nordic countries (seperti Finlandia, Denmark dan Swedia) di kelompok Uni Eropa, Jepang di Asia dan Amerika Serikat di benua Amerika adalah di antara negara yang dinilai berhasil dalam pengembangan sistem inovasi memang mengalokasikan pembiayaan litbang secara signifikan proporsinya relatif dibanding dengan negara lainnya. Pembiayaan litbang oleh swasta cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Walaupun begitu, di masa-masa awal seperti halnya Amerika Serikat dan banyak negara maju lainnya, pemerintah sangat berperan dalam memicu aktivitas litbang.

Amerika Serikat

Jepang (*)

Uni Eropa

OECD

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

1981 83 85 87 89 91 93 95 97 99 2001

Tahun

% dari PDB

Sumber : OECD, Main Science and Technology Indicators 2003. (*) Data Disesuaikan hingga tahun 1995.

Gambar 4.1Pembiayaan Litbang Menurut Wilayah, 1981 – 2001.

32 Data litbang OECD tersebut dikompilasi berdasarkan metodologi Frascati Manual 2002 (lihat OECD, 2002).

Page 4: Bab 4 - Gambaran Ringkas

PENGEMBANGAN SISTEM INOVASI DAERAH: PERSPEKTIF KEBIJAKAN 76

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

1981 1984 1987 1990 1993 1996 1999

Pers

enta

se d

ari P

DB

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

Finlandia

Jepang

AS

Uni Eropa

OECD

Sumber : OECD, MSTI 2003.

Gambar 4.2 Litbang yang Didanai oleh Swasta di Negara OECD.

0.25

0.50

0.75

1.00

1.25

1.50

1981 1984 1987 1990 1993 1996 1999

Pers

enta

se d

ari P

DB

0.25

0.50

0.75

1.00

1.25

1.50

Finlandia

AS

OECD

Uni Eropa

Jepang

Sumber : OECD, MSTI 2003.

Gambar 4.3 Litbang yang Didanai oleh Pemerintah di Negara OECD.

Page 5: Bab 4 - Gambaran Ringkas

BAB 4 GAMBARAN RINGKAS BEBERAPA KELOMPOK NEGARA

77

Dalam rangka mengembangkan strategi dan kebijakan inovasi di Australia, Department of Industry, Tourism, and Resources – Australia (http://isr.gov.au atau http://industry.gov.au) antara lain melakukan kajian perbandingan tentang sistem inovasi antar negara, dengan mempertimbangkan beberapa komponen yang dinilai penting seperti ditunjukkan pada Tabel 4.1 dan memperoleh perbandingan antar negara seperti ditunjukkan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.1 Komponen Inovasi.

1. Elemen Struktural:

Komposisi Industri

Persaingan

Struktur Biaya

Akses terhadap Pasar

Sumber Daya Alam

Kepemilikan Asing

Globalisasi

Ukuran Perusahaan

Jaringan

Klaster Industri

Orientasi Ekspor

2. Kerangka Legal dan Regulasi:

Rejim Perpajakan

Iklim Regulasi

Perlindungan HKI (mis. paten, dll.)

3. Budaya Inovatif/Kewirausahaan:

Sumber Daya Manusia

Sistem Pendidikan/ Pelatihan

Sekolah, Perguruan Tinggi

Inkubator/Taman Teknologi

Program Difusi Teknologi

Program Pengembangan Manajemen

Faktor-faktor Eksternal

4. Pendorong Inovasi:

Kebijakan dan Program Pemerintah

Pendanaan Modal Ventura

Industri (inkubator bisnis, pemimpin pasar, dll.)

Pusat-pusat Riset

Mekanisme Koordinasi

5. Infrastuktur Inovasi:

Lembaga Pendidikan Tinggi

Pusat-pusat Keunggulan

Badan Inovasi Pemerintah

Organisasi Swasta Inovatif

Jaringan Kedutaan dan Bisnis di Luar Negeri

Jasa Layanan Inkubator

Taman Teknologi

6. Keuangan:

Program Pemerintah

Sektor Swasta

Modal Ventura

Pasar Saham

Investasi Asing

7. Diseminasi Informasi:

Asosiasi Industri

Perguruan Tinggi

Jaringan

Situs Web

Basisdata Paten

8. Mekanisme Alih/ Difusi Teknologi:

Program Pemerintah

Inkubator

Klaster Industri

Organisasi Litbang

Jaringan/Keterkaitan Bisnis-Riset

9. Dukungan Komersialisasi:

Program/Badan Pemerintah

Mentoring

Inkubator

Perusahaan Spin-off

Page 6: Bab 4 - Gambaran Ringkas

PENGEMBANGAN SISTEM INOVASI DAERAH: PERSPEKTIF KEBIJAKAN 78

Tabel 4.2 Rating Internasional Komponen Sistem Inovasi Nasional.

Elemen Struktural

Kerangka Legal dan Regulasi

Budaya Inovatif/ Kewirausahaan

Pendorong Inovasi

Infrastruktur Inovasi

Australia ** *** *** Entrepreneurial

training courses

*** Program

pemerintah CSIRO

***

Kanada *** NAFTA

**** *** Compete to

Win program

*** Team Canada

**** Pusat-pusat

keunggulan (centres of excellence)

Finlandia ***

Manufactures over 70% of exports

***

Part of EU

***

Program kemitraan

Spinno BDC

Culminatum

****

Badan dan program pemerintah yang efektif

Sistem yang terkoordinasi

****

Irlandia ***

Ekonomi global

Klaster Jaringan Program

keterkaitan nasional

***

10 % corporate tax rate

*** Sistem

pendidikan yang inovatif

Program hibah pengembangan manajemen

***

Program pemerintah yang efektif

***

Israel ***

Klaster Jaringan

? ***

Melimpahnya ilmuwan dan enjiner

Program inkubator teknologi

***

Dana modal ventura

Melimpahnya ilmuwan dan enjiner

***

Norwegia ** ** **

Oslo Research Park

BUNT program

*** ***

Inkubator Taman

teknologi

Taiwan ** ? **

Repatriation

***

Targeted Govt. programs

***

Amerika Serikat

*****

***** *****

FastTrac

Private foundations

***** *****

Page 7: Bab 4 - Gambaran Ringkas

BAB 4 GAMBARAN RINGKAS BEBERAPA KELOMPOK NEGARA

79

Tabel 4.2 Rating Internasional Komponen Sistem Inovasi Nasional (lanjutan).

Keuangan Diseminasi Informasi

Mekanisme Alih/ Difusi Teknologi

Dukungan Komersialisasi

Australia *** 125% tax

deductions for eligible R&D

** *** (TDF) technology

diffusion program CSIRO

** Program

pemerintah

Kanada ***

**** CANARIE Strategis web

site

*** TPC

?

Finlandia **** TEKES SITRA Links to USA

**** CORDIS (EU)

*** Inkubator

*** SITRA

Irlandia **** Investment

attraction programs

Spesialisasi teknologi

**** CORDIS (EU)

*** EU programs

*** EU

Israel **** Dana modal

ventura (Yozma) Program

pemerintah Keterkaitan

dengan AS

Probably ***+ *** Inkubator Keterkaitan

dengan AS

**** Inkubator Export of

technology companies

Norwegia *** ** *** Inkubator

*** Oslo research park (outreach)

Taiwan *** Spesialisasi

teknologi Keterkaitan

dengan AS

? *** Inkubator ITRI

?

Amerika Serikat ***** SBIC

? ***** SBIC MEP program

***** Inkubator

Sumber: Dept. Industry, Tourism and Resources – Australia (http://isr.gov.au). Catatan Sistem Rating: * Hampir seluruh elemen tidak ada atau tidak kondusif bagi inovasi.

***** Semua elemen ada dan efektif dalam mendorong inovasi.

? Tidak tersedia informasi yang memadai.

Catatan lain: Rating bersifat subyektif berdasarkan informasi yang tersedia. Elemen yang dicantumkan dalam tabel adalah elemen yang dinilai sangat efektif

dalam sistem. Untuk informasi lebih detail, lihat di situs http://isr.gov.au

Page 8: Bab 4 - Gambaran Ringkas

PENGEMBANGAN SISTEM INOVASI DAERAH: PERSPEKTIF KEBIJAKAN 80

Kecenderungan perkembangan inovasi beberapa negara maju antara lain ditunjukkan pada Gambar 4.4 berikut (lihat Stern, 2003).

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

220

240

1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000

Jepang

AS

Swedia

Swiss

Jerman

Denmark

Perancis

Inggris

Australia

Korea Selatan

Itali

* Untuk periode 1980 - 1989, indeks disusun hanya berdasarkan data untuk Jerman Barat.

Sumber: Stern (2003).

Gambar 4.4 Perkembangan Indeks Inovasi Beberapa Negara, 1980 – 2000.

Stern mengungkapkan beberapa temuan penting dari indeks inovasi jangka panjang antara lain sebagai berikut:33

Perkembangan inovasi antarnegara dari waktu ke waktu mengindikasikan kecenderungan konvergensi.

Sebelum periode pertengahan 1980an, posisi Amerika Serikat dan Swiss sangatlah menonjol.

Perbaikan yang sangat dramatis di dalam paten internasional nampak berkaitan erat dengan ukuran kapasitas inovatif nasional.

Denmark dan Finlandia mengalami kemajuan signifikan dalam kapasitas inovatif, terutama sejak pertengahan 1980an; sementara Perancis dan Itali relatif stabil.

Antara 1980 hingga akhir 1990an, Korea Selatan telah berubah dari negara “imitator” (“classical” imitator economy country) menjadi negara “inovator lapis kedua” (a low “second-tier innovator” economy).

33 Untuk informasi lebih detail, lihat http://www.isc.hbs dan http://www.weforum.org

Page 9: Bab 4 - Gambaran Ringkas

BAB 4 GAMBARAN RINGKAS BEBERAPA KELOMPOK NEGARA

81

Upaya-upaya yang dilakukan secara sungguh-sungguh oleh masing-masing negara dalam mengembangkan sistem inovasinya semakin menentukan untuk dapat berperan di arena persaingan global. Gambar 4.5 menunjukkan bahwa walaupun perkembangan pasar ekspor teknologi tinggi berkembang dinamis dan masih didominasi oleh negara-negara maju, peran beberapa negara Asia (di luar Jepang) seperti China dan Korea Selatan di sektor ini cenderung semakin meningkat. Peran industri teknologi tinggi ini dari keseluruhan keluaran (output) manufaktur negara-negara yang memiliki posisi penting atau semakin penting dalam ekspor global teknologi tinggi umumnya semakin meningkat (lihat Gambar 4.6).

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

1980 1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001

Pers

en

Amerika Serikat

Uni Eropa

Jepang

JermanChina

Korea Selatan

Sumber: NSB-NSF “Science and Engineering Indicators – 2004.”

Catatan: Data tahun 1981-1984 dan 1986-1988 adalah hasil ekstrapolasi.

Gambar 4.5Perkembangan Pangsa Pasar Global Ekspor Teknologi Tinggi

Beberapa Negara/Wilayah, 1980 – 2001.

Page 10: Bab 4 - Gambaran Ringkas

PENGEMBANGAN SISTEM INOVASI DAERAH: PERSPEKTIF KEBIJAKAN 82

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00

Amerika Serikat

Kanada

Uni Eropa

Jerman

Perancis

Inggris

Itali

Jepang

China

Korea Selatan

India

Persen

198019902001

Sumber : NSB-NSF “Science and Engineering Indicators – 2004.”

Gambar 4.6 Pangsa Industri Teknologi Tinggi dari Keseluruhan Keluaran Manufaktur Beberapa Negara/Wilayah, Tahun 1980, 1990, dan 2001.

Upaya yang dilakukan saat ini oleh para negara anggota Uni Eropa (UE), walaupun bukan suatu bentuk negara baru, dalam mendorong kemajuan bersama (termasuk dalam inovasi) lebih dari organisasi internasional lainnya. Dalam konteks inovasi dan kinerja ekonomi, beberapa negara anggotanya sangat menonjol secara internasional.

Para pemimpin negara anggota UE pada bulan Maret 2000 di Lisbon (Portugal) bersepakat untuk menjadikan UE sebagai ekonomi berbasis pengetahuan yang paling kompetitif dan dinamis di dunia dan paling mampu mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang bekelanjutan dengan kesempatan kerja yang lebih baik dan kohesi sosial yang lebih kuat. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut tahun 2010, disepakati untuk mengadopsi yang disebut reformasi ekonomi dan struktural the Lisbon Strategy. The Lisbon Strategy selanjutnya dapat dielaborasi atas delapan dimensi34 yang dinilai sangat penting bagi daya saing nasional. World Economic Forum (WEF) sejauh ini selalu melakukan tinjauan (review) tahunan atas capaian kinerja negara anggota UE berdasarkan dimensi-dimensi tersebut seperti ditunjukkan pada Tabel 4.3 dan 4.4 berikut.

Dengan nilai berskala dari 1 hingga 7 dan evaluasi pada delapan kategori menurut the Lisbon Strategy, beberapa negara yang termasuk Nordic countries (terutama Finlandia, Denmark, Swedia) menunjukkan kinerja terbaik secara keseluruhan. Negara seperti Inggris menunjukkan kinerja beragam, menonjol pada beberapa bidang (seperti efisiensi keuangan dan lingkungan bisnis) dan lemah pada bidang lain (seperti inklusi sosial, inovasi dan litbang). Walaupun begitu, Inggris merupakan negara di luar the Nordic countries dan di antara empat anggota negara UE dari G735 yang menempati ranking tertinggi. Sementara itu, Jerman dinilai baik dalam beberapa hal seperti inovasi dan litbang, industri jaringan dan aspek pembangunan berkelanjutan, namun berkinerja buruk dalam beberapa hal seperti inklusi sosial.

34 (1) Masyarakat informasi; (2) Inovasi dan litbang; (3) Liberalisasi; (4) Industri jaringan (networked industries); (5) Jasa

pelayanan keuangan yang efisien; (6) Lingkungan usaha yang kondusif; (7) Inklusi sosial; dan (8) Pembangunan berkelanjutan.

35 Catatan: G7 terdiri atas Amerika Serikat, Kanada, Jerman, Inggris, Perancis, Italia, dan Jepang.

Page 11: Bab 4 - Gambaran Ringkas

BAB 4 GAMBARAN RINGKAS BEBERAPA KELOMPOK NEGARA

83

Tabel 4.3 Ranking dan Nilai Negara-negara Uni Eropa dan Perbandingan dengan AS Menurut Lisbon Review 2004.

Negara Uni Eropa Ranking Nilai Finlandia 1 5,80 Denmark 2 5,63 Swedia 3 5,62 Inggris 4 5,30 Belanda 5 5,21 Jerman 6 5,18 Luxembourg 7 5,14 Perancis 8 5,03 Austria 9 4,94 Belgia 10 4,88 Irlandia 11 4,69 Spanyol 12 4,47 Italia 13 4,38 Portugal 14 4,25 Yunani 15 4,00 Amerika Serikat - 5,55

Sumber: Blanke dan Lopez-Claros (2004).

Tabel 4.4 Kinerja Beberapa Negara Uni Eropa dan Perbandingan dengan AS.

Faktor Tiga Terbaik Empat Terendah

Nilai Rata-rata UE Nilai AS

Masyarakat Informasi FIN, DK, UK GR, PT, IT, ES 4,61 5,86 Inovasi, Litbang FIN, SWE, GER GR, PT, LX, IT 4,41 6,08 Liberalisasi Pasar Tunggal Bantuan Negara

FIN, DK, UK

GR, PT, IT, ES 4,69 5,13 4,25

5,11 5,70 4,52

Industri Jaringan Telekomunikasi Utilitas & Transportasi

DK, SWE, GER IRL, GR, IT, ES 5,81 5,96 5,65

5,85 5,60 6,10

Jasa Pelayanan Keuangan FIN, UK, DK GR, PT, IT, ES 5,52 5,82 Lingkungan Usaha Pemula (Start-ups) Beban Regulasi

UK, DK, FIN IT, GR, PT, AU 4,74 4,52 4,96

5,71 5,83 5,58

Inklusi Sosial Pengem. kembali TK* Upgrade Keterampilan Mod. Perlindungan Sosial

DK, FIN, SWE GR, PT, IT, GER 4,81 5,06 4,96 4,40

5,04 5,60 5,00 4,20

Pembangunan Berkelanjutan

FIN, GER, SWE GR, PT, IRL, ES 5,16 4,96

Lisbon Score Keseluruhan - - 4,97 5,55 Sumber: Berdasarkan Data Blanke dan Lopez-Claros (2004) “Lisbon Review 2004.” Catatan: * Berkaitan dengan upaya pengembalian masyarakat untuk dapat bekerja kembali. Catatan Singkatan: AU : Austria

BE : Belgia DK : Denmark ES : Spanyol FIN : Finlandia

FR : Perancis GER : Jerman GR : Yunani IRL : Irlandia IT : Italia

LX : Luxembourg NL : Belanda PT : Portugal SWE : Swedia UK : Inggris

Page 12: Bab 4 - Gambaran Ringkas

PENGEMBANGAN SISTEM INOVASI DAERAH: PERSPEKTIF KEBIJAKAN 84

The Lisbon Review juga menunjukkan bahwa berdasarkan delapan aspek secara keseluruhan, kinerja negara UE masih di bawah rata-rata Amerika Serikat namun tiga negara the Nordic countries berkinerja lebih baik dari Amerika Serikat. Negara UE berkinerja lebih baik dari AS dalam tiga aspek, yaitu dalam modernisasi perlindungan sosial, implementasi kebijakan dan praktik yang mendukung lingkungan pembangunan berkelanjutan, dan dalam bidang telekomunikasi (di mana UE memiliki nilai lebih baik dalam beberapa indikator seperti penggunaan dan jumlah pelanggan telepon seluler).

Berbagai indikator dan analisis/studi (misalnya studi atau laporan dari OECD, Uni Eropa, WEF, IMD, Bank Dunia, dan studi-studi oleh lembaga/perorangan lainnya) menunjukkan bahwa kinerja inovasi negara-negara maju berkontribusi atas daya saing dan tingkat kesejahteraan ekonomi mereka.36

3. BEBERAPA CONTOH PRAKTIK KEBIJAKAN INOVASI: OECD

3.1 Prakarsa OECD

Inovasi, melalui penciptaan/pengembangan, difusi dan pemanfaatan pengetahuan dalam perkembangan berbagai negara, diyakini sebagai pendorong kunci bagi pertumbuhan ekonomi dan dalam bagian dari respons yang berkembang terhadap berbagai perubahan masyarakat baru. Walaupun begitu, determinan kinerja inovasi dalam ekonomi berbasis pengetahuan yang mengglobal dinilai telah berubah, yang antara lain diakibatkan dari perkembangan ICT dewasa ini. Inovasi semakin dihasilkan dari interaksi yang kompleks pada tingkat lokal, nasional dan dunia antarindividu, perusahaan dan lembaga pengetahuan lainnya. Dalam kaitan ini, pemerintah dapat memberikan pengaruh kuat terhadap proses inovasi seperti misalnya melalui pendanaan dan pengarahan lembaga-lembaga publik yang terlibat langsung dalam pengembangan dan difusi pengetahuan (misalnya perguruan tinggi, laboratorium, dan sebagainya), dan melalui penyediaan insentif-insentif keuangan dan regulasi. Untuk itu, pemerintah membutuhkan kerangka konsepsi yang kuat dan basis empiris untuk lebih memahami bagaimana kebijakan publik atas kinerja inovasi nasional dapat diperbaiki.

Di bidang sains, teknologi dan industri, OECD menilai penting identifikasi praktik-praktik terbaik ekonomi berbasis pengetahuan dan sistem inovasi nasional. Karena itu, serangkaian kajian dilakukan oleh OECD. Mengawali prakarsa tersebut, OECD melakukan kajian sebagai upaya pengembangan indikator untuk memetakan aliran pengetahuan dan berfokus pada pengukuran keterkaitan kelembagaan, aliran sumber daya manusia (SDM), klaster industri dan perilaku perusahaan inovatif (lihat OECD, 1997a).

Suatu komisi beserta kelompok kerja di OECD (the OECD Committee for Scientific and Technological Policy/CSTP dan Working Party on Technology and Innovation Policy/TIP) mengembangkan prakarsa di bidang sistem inovasi melalui suatu proyek NIS (National Innovation System) yang dilaksanakan dalam dua tahapan:

Tahap pertama berkaitan dengan studi-studi kasus negara, pengembangan indikator yang dapat diperbandingkan secara internasional dan telaahan analitis oleh enam kelompok fokus, termasuk satu yang berkaitan dengan klaster. Hasil yang diperoleh dihimpun dalam buku Managing National Innovation Systems (lihat OECD, 1999). Buku ini menunjukkan bukti baru atas sifat sistem inovasi, menekankan alasan bagi kebijakan teknologi dan mengidentifikasi arah yang luas bagi perbaikan kebijakan nasional.

36 Beberapa sumber pada Daftar Pustaka mengupas khusus hal ini.

Page 13: Bab 4 - Gambaran Ringkas

BAB 4 GAMBARAN RINGKAS BEBERAPA KELOMPOK NEGARA

85

Tahap kedua ditekankan pada pendalaman analisis atas tiga tema, yaitu klaster, perusahaan dan jaringan inovatif, serta mobilitas SDM. Kajian jaringan inovatif yang dipimpin oleh Austria (OECD, 2001b) menganalisis peran jaringan dalam difusi inovasi dan teknologi, meninjau prakarsa-prakarsa kebijakan di beberapa negara OECD dalam mendorong jaringan yang efisien dan menelaah implikasi penting bagi kebijakan publik. Kajian dalam topik klaster yang dipimpin oleh Belanda (OECD, 2001a), mengungkap semakin pentingnya peran klaster dalam menentukan kinerja inovasi perusahaan, nasional maupun daerah, serta dalam membentuk struktur keterkaitan internasional di antara sistem inovasi nasional. Pengalaman berbagai negara diharapkan dapat memberikan panduan yang berharga tentang bagaimana kehadiran klaster dapat dipertimbangkan dalam merancang dan mengimplementasikan kebijakan inovasi. Selanjutnya, keseluruhan temuan dalam tahapan proyek NIS sebelumnya tersebut beserta implikasi kebijakannya dirangkum dalam publikasi OECD tahap “terakhir” dalam topik sistem inovasi (lihat OECD, 2002).

3.2 Contoh Praktik Baik Kebijakan

Studi OECD (1999), yang ditujukan untuk mempelajari transformasi dalam proses inovasi, mengidentifikasi faktor-faktor spesifik negara dan faktor lainnya yang menentukan pola dan kinerja inovasi, serta menentukan implikasi kebijakan untuk mendorong inovasi, menyampaikan temuan penting. Studi tersebut mengungkapkan beberapa kecenderungan perubahan yang secara bersama mempengaruhi kondisi-kondisi bagi keberhasilan inovasi, yaitu:

Inovasi semakin bergantung pada interaksi yang efektif antara basis sains dan sektor bisnis. Proses inovatif di semua sektor semakin ditentukan oleh umpan balik (feedback) antara basis sains dan perbedaan tahapan pengembangan dan komersialisasi teknologi. Dalam bidang seperti bioteknologi misalnya, riset saintifik merupakan sumber utama inovasi, sehingga sebenarnya mengaburkan perbedaan antara sains dan teknologi. Sebagian besar agenda riset saintifik didorong oleh persoalan-persoalan yang teridentifikasi selama proses pengembangan teknologi di sektor bisnis.

Pasar yang lebih kompetitif dan perubahan iptek yang semakin cepat mendorong perusahaan-perusahaan berinovasi semakin cepat pula. Bersamaan dengan semakin luasnya rentang teknologi yang harus dikelola atau dikuasai oleh perusahaan, maka hal ini menambah tekanan bagi litbang bisnis dan sangat boleh jadi semakin membatasi swasta untuk berinvestasi dalam riset terapan jangka panjang. Hal demikian terjadi dalam konteks di beberapa negara di mana kendala anggaran dan pemotongan dalam pembiayaan litbang yang terkait dengan pertahanan mengakibatkan kemandekan dalam pembiayaan litbang oleh pemerintah. Hal ini dapat berimplikasi pada kapasitas inovatif jangka panjang.

Jaringan dan kolaborasi antarperusahaan kini semakin penting dibanding dengan di masa lampau, dan semakin melibatkan jasa layanan yang semakin sarat pengetahuan (knowledge-intensive). Persaingan dapat menjadi insentif untuk berinovasi, namun di lain pihak, jaringan dan kolaborasi pada tingkat lokal, nasional maupun internasional juga seringkali diperlukan untuk membangun kapabilitas berinovasi. Klaster-klaster perusahaan inovatif dan lembaga pengetahuan baik swasta maupun pemerintah kini semakin menjadi penentu bagi pertumbuhan dan kesempatan kerja. Dua-pertiga produksi negara-negara OECD dan 70% kesempatan kerja adalah dalam bentuk jasa, di mana inovasi biasanya tidak begitu dipengaruhi oleh pembiayaan litbang dan lebih bergantung kepada teknologi yang diperoleh dan kualitas SDM. Selain itu, perusahaan-perusahaan manufaktur yang inovatif semakin berinteraksi dengan jasa-jasa layanan yang makin sarat dengan pengetahuan.

Page 14: Bab 4 - Gambaran Ringkas

PENGEMBANGAN SISTEM INOVASI DAERAH: PERSPEKTIF KEBIJAKAN 86

Usaha kecil dan menengah (UKM), terutama perusahaan pemula (baru) berbasis teknologi/PPBT (new technology-based firms/NTBFs) mempunyai peran yang semakin penting dalam pengembangan dan difusi teknologi baru. Perusahaan-perusahaan berskala kecil, terutama yang berbasis teknologi, semakin memegang peranan penting dalam sistem inovasi. Selain sumbangannya pada penciptaan dan difusi barang dan jasa baru, perusahaan pemula (baru) berbasis teknologi (PPBT) juga membantu menumbuhkan budaya inovasi, mendorong investasi dalam keterampilan, dan memperbaiki efisiensi alokatif dinamis dalam keseluruhan ekonomi. Walaupun begitu, kondisi untuk kelahiran dan pertumbuhannya di sebagian besar negara masih jauh dari optimal, dan kapasitas inovasi dari sebagian besar UKM umumnya masih terbatas.

Globalisasi ekonomi membuat sistem inovasi berbagai negara menjadi semakin saling bergantung (interdependent). Perdagangan teknologi, aliansi internasional antarperusahaan dan pembelian paten dan lisensi lintas-batas semakin meningkat. Demikian halnya dengan investasi fasilitas riset di luar negeri yang semakin berkembang, terutama dilakukan oleh perusahaan yang basisnya di negara yang lebih kecil. Dalam lingkungan demikian, maka daya saing perusahaan semakin bergantung pada kemampuan mereka mengembangkan keterkaitan dengan jaringan inovasi internasional. Walaupun begitu, globalisasi tidaklah membawa kepada homogenisasi pola inovasi nasional. Negara akan berbeda satu dengan lainnya karena perbedaan-perbedaan titik mulai, spesialisasi teknologi dan industri, kelembagaan, kebijakan dan sikap terhadap perubahan.

Pada intinya, kinerja inovasi tidak saja bergantung pada bagaimana para aktor tertentu (misalnya perusahaan, lembaga penelitian dan perguruan tinggi) berkinerja, tetapi juga pada bagaimana mereka berinteraksi satu dengan lainnya sebagai elemen dari suatu sistem inovasi, baik pada tingkat lokal, nasional maupun internasional.

Sehubungan dengan itu, pemerintah di semua negara dinilai perlu memainkan peran pengintegrasi dalam pengelolaan pengetahuan atas dasar keseluruhan ekonomi dengan membuat kebijakan inovasi (dan teknologi) sebagai bagian integral dari keseluruhan kebijakan ekonomi. Hal ini memerlukan koordinasi dari keragaman kebijakan untuk:

1. Mengamankan kondisi umum yang kondusif bagi inovasi, seperti misalnya lingkungan ekonomi makro yang stabil, perpajakan dan lingkungan regulasi yang mendukung, serta infrastruktur dan kebijakan pendidikan dan pelatihan yang memadai;

2. Menghapuskan hambatan yang lebih spesifik bagi inovasi di sektor bisnis dan meningkatkan sinergi antara investasi pemerintah dan swasta dalam inovasi

Selain itu, dalam menghadapi kecenderungan baru seperti yang disampaikan, pemerintah perlu mengembangkan kebijakan inovasi dan teknologi yang saling melengkapi dengan reformasi struktural yang lebih luas dengan berfokus pada tujuan penting berikut:

1. Membangun budaya inovasi. Strategi perusahaan maupun pemerintah dibutuhkan dalam mengatasi ketidakmampuan berbagai perusahaan dalam menghadapi kemajuan teknologi yang dapat mengakibatkan ketidaksesuaian pengorganisasian kerja, praktik manajemen yang buruk, dan teknik yang sudah tertinggal, serta lemahnya insentif untuk memanfaatkan pengetahuan dan teknologi yang baru. Pemerintah juga dipandang perlu mengatasi faktor-faktor tertentu yang menghambat perkembangan jumlah dan potensi pertumbuhan perusahaan pemula berbasis teknologi (PPBT).

2. Meningkatkan difusi teknologi. Pemerintah perlu mencermati keseimbangan antara dukungan terhadap bagian “teknologi tinggi” misalnya di sektor manufaktur, dan dukungan yang ditujukan untuk menumbuhkembangkan difusi inovasi dan teknologi dalam perekonomian secara keseluruhan. Pemerintah perlu mengarahkan upaya difusi kepada beragam perusahaan, baik

Page 15: Bab 4 - Gambaran Ringkas

BAB 4 GAMBARAN RINGKAS BEBERAPA KELOMPOK NEGARA

87

yang memiliki kemampuan teknologi maju maupun yang memiliki kapabilitas teknologi terbatas, dari perusahaan di sektor tradisional hingga industri-industri yang baru berkembang (emerging), dan kepada perusahaan-perusahaan pada berbagai tahapan siklus perkembangannya, serta kepada sektor jasa.

3. Mendorong jaringan dan klasterisasi. Kebijakan teknologi dan inovasi sebaiknya tidak berfokus kepada perusahaan-perusahaan tunggal yang terisolasi, melainkan kepada perusahaan yang memiliki kemampuan berinteraksi dengan perusahaan lainnya. Pemerintah perlu mengurangi hambatan-hambatan yang menghalangi formasi jaringan dan memastikan bahwa infrastruktur riset pemerintah bekerja dalam kolaborasi erat dengan dunia usaha. Pemerintah juga dapat menumbuhkan pengembangan klaster-klaster inovatif melalui skema-skema untuk menstimulasi pertukaran pengetahuan, mengurangi kegagalan informasi, dan memperkuat kerjasama antarperusahaan.

4. Membangkitkan/meningkatkan penelitian dan pengembangan. Biasanya akan ada kebutuhan untuk pendekatan baru dalam menstimulasi inovasi yang memberikan cakupan dan insentif yang lebih luas kepada prakarsa swasta, dan semakin tidak bergantung kepada dukungan keuangan pemerintah secara langsung. Pemerintah perlu membantu sistem sains menyesuaikan diri terhadap model kewirausahaan yang berkembang dari penciptaan dan pemanfaatan pengetahuan, sambil memastikan upaya yang berkelanjutan dalam riset-riset yang bersifat dasar (curiosity-driven research). Dalam rangka meningkatkan daya ungkit program-program dukungan pemerintah pada pembiayaan sektor swasta, menumbuh-kembangkan kerjasama antarpelaku dalam sistem inovasi, dan meningkatkan sinergi antara litbang yang market-driven dengan yang lebih bersifat “misi pemerintah” (government missions) seperti misalnya pertahanan, kesehatan, lingkungan, maka pemerintah perlu mempertimbangkan pemanfaatan secara lebih baik dari kemitraan-kemitraan litbang pemerintah-swasta dan menumbuhkembangkan komersialisasi litbang melalui paten, lisensi dan perusahaan-perusahaan spin-off.

5. Merespon globalisasi. Beberapa kebijakan diperlukan untuk memperoleh manfaat yang terkait dengan investasi litbang (inward maupun outward) dan aliansi teknologi global lainnya, sepanjang peluang dan insentif untuk mendapatkan manfaat yang saling menguntungkan bergantung pada aturan-aturan main yang kuat dan terprediksi. Setiap negara umumnya perlu membangun proses globalisasi melalui keterbukaan terhadap aliran internasional berupa barang, investasi, orang (SDM) dan gagasan. Negara dapat menigkatkan kemampuan masing-masing menyerap iptek dari seluruh penjuru dunia dan membuatnya menjadi lokasi yang menarik untuk inovasi dengan meningkatkan (meng-upgrade) basis teknologinya sendiri (the indigenous technology base), menstimulasi pertumbuhan klaster-klaster inovatif atau pusat-pusat kompetensi yang terlokalisasi, dan meningkatkan kerjasama internasional dalam litbang. Walaupun setiap negara akan menghadapi tantangan serupa, kebijakan nasional akan selalu memiliki konteks yang sangat berbeda. Oleh karena itu, respons kebijakan hingga batas tertentu akan bersifat spesifik negara dan bergantung pada warisan historis serta pada fitur sistem ekonomi dan inovasi. Terdapat perbedaan penting pula menyangkut kapasitas dan tradisi lembaga kebijakan iptek antarnegara. Namun, berdasarkan pemahaman umum tentang mekanisme difusi inovasi dan teknologi dalam ekonomi berbasis pengetahuan (EBP), maka selalu terdapat ruang bagi perbaikan untuk dapat saling belajar dari keberhasilan dan kegagalan dalam mengatasi tujuan-tujuan bersama.

Dengan demikian, OECD mengidentifikasi tujuh tema utama kebijakan inovasi yang dinilai perlu dikembangkan. Beberapa contoh praktik kebijakan yang baik terkait dengan rekomendasi kebijakan yang utama dalam laporan studi tersebut, adalah seperti dirangkum dalam Tabel 4.5 berikut. Tabel 4.5 memberikan suatu gambaran tentang cakupan bidang kebijakan dan negara anggota OECD. Contoh tersebut lebih merupakan ilustrasi kemungkinan respons yang baik menyangkut tantangan kebijakan yang bersifat generik dalam konteks nasional tertentu.

Page 16: Bab 4 - Gambaran Ringkas

PENGEMBANGAN SISTEM INOVASI DAERAH: PERSPEKTIF KEBIJAKAN 88

Tabel 4.5 Tipologi Praktik Kebijakan yang Baik.

Tema Tujuan Kebijakan Cara Contoh Negara

Reformasi pendidikan menengah.

Austria – Fachhochschulen study courses.

Mengembangkan SDM Iptek.

Meningkatkan dukungan pemerintah dan industri terhadap pendidikan profesi.

Finlandia – Public/private partnership programme.

Mengamankan kondisi umum yang sesuai

Memperkecil kesenjangan pasar dalam pembiayaan inovasi.

Menetapkan kerangka legal untuk modal ventura.

Hungaria – Venture Capital Act.

Mengurangi asimetri informasi.

Jaringan informasi bisnis berbasis internet.

Kanada – Strategies Initiative.

Mendifusikan praktik-praktik terbaik dalam manajemen inovasi.

Mendanai pemanfaatan yang lebih luas tentang alat-alat benchmarking dan diagnosis.

Norwegia – BUNT programme.

Spanyol – MINER scheme.

Membangun budaya inovasi

Mendorong penciptaan perusahaan-perusahaan inovatif.

Investasi publik dalam modal ventura.

AS – SBIC programme.

Meningkatkan kapasitas absorptif perusahaan-perusahaan.

Pendanaan bersama (co-financing) konsultan untuk meningkatkan (meng-upgrade) kemampuan organisasional perusahaan.

Norwegia – BUNT programme.

Meningkatkan difusi teknologi

Memperbaiki keterkaitan antara UKM dengan riset publik.

Pendanaan bersama (co-financing) untuk meningkatkan (technology uptake) melalui kemitraan publik-swasta

Spanyol – CDIT Centre.

Brokering dan kebijakan pengadaan.

Belanda – Kebijakan klasterisasi (clustering policies).

Menstimulasi formasi klaster-klaster inovatif perusahaan.

Kompetisi antardaerah untuk pembiayaan prakarsa-prakarsa klaster.

Jerman – BioRegio Initiative.

Pendanaan bersama (co-financing) pusat keunggulan untuk memfasilitasi interaksi perguruan tinggi-industri.

Swedia - NUTEK Competence Centre Programme.

Mendorong jaringan dan klasterisasi

Memastikan kesepadanan yang lebih baik antara infrastruktur iptek dengan kebutuhan industri. Membangun jaringan-jaringan

antara para pelaku riset publik dengan perusahaan-perusahaan.

Perancis - R´eseaux Nationaux de la Recherche (RNS).

Page 17: Bab 4 - Gambaran Ringkas

BAB 4 GAMBARAN RINGKAS BEBERAPA KELOMPOK NEGARA

89

Tabel 4.5 Tipologi Praktik Kebijakan yang Baik (lanjutan).

Tema Tujuan Kebijakan Cara Contoh Negara

Meningkatkan pembiayaan pemerintah dalam litbang dasar.

Jepang, Korea. Mempertahankan peluang-peluang teknologi jangka panjang.

Meningkatkan dukungan publik terhadap litbang.

Finlandia.

Kemitraan publik-swasta. Australia – CRC Programme.

Austria – CD Society and Laboratories.

Technology foresight untuk penentuan kebijakan.

Selandia Baru.

Mengungkit penelitian dan pengembangan

Meningkatkan manfaat ekonomi dari riset publik.

Reformasi regulasi (antarmuka perguruan tinggi – industri).

Jepang

Meningkatkan keterkaitan antara perusahaan-perusahaan dalam negeri dan asing.

Membangun jaringan-jaringan perusahaan dalam negeri yang kompetitif.

Irlandia – National Linkage Programme.

Membangun klaster-klaster inovatif.

Lihat di atas.

Merespon globalisasi

Meningkatkan daya tarik negara sebagai lokasi untuk aktivitas-aktivitas berbasis pengetahuan

Meningkatkan (meng-upgrade) secara sistemik infrastruktur iptek

Meksiko.

Meningkatkan koordinasi kebijakan.

Meningkatkan/ mengangkat fungsi koordinasi kepada tingkat kebijakan tertinggi.

Korea - Science and Technology Council.

Membuat evaluasi sebagai suatu keharusan (obligatory).

Inggris – ROAME-F model.

Memperbaiki pembuatan kebijakan

Memperbaiki evaluasi kebijakan.

Mengembangkan metodologi-metodologi baru.

Swiss.

Sumber : OECD (1999).

Page 18: Bab 4 - Gambaran Ringkas

PENGEMBANGAN SISTEM INOVASI DAERAH: PERSPEKTIF KEBIJAKAN 90

3.3 Beberapa Pelajaran yang Dapat Dipetik

Kajian-kajian OECD menunjukkan berbagai bukti dan pengalaman beberapa negara dalam sistem inovasi. Perkembangan sistem inovasi bukanlah proses seketika. Esensinya, kemajuan sistem inovasi dipengaruhi oleh aliran pengetahuan yang mendukung dan membutuhkan peran yang saling memperkuat dari berbagai pihak. Aliran/transaksi pengetahuan tersebut, baik berupa transaksi pasar maupun non-pasar antara berbagai aktor dapat ditumbuhkembangkan melalui interaksi yang saling melengkapi dalam sistem inovasi. Kinerja inovasi ditentukan oleh cakupan dan efisiensi transaksi pengetahuan tersebut akan dipengaruhi oleh berbagai faktor, terutama kerangka kondisi yang mempengaruhi modal/kapital, pasar produk dan tenaga kerja, dan tatanan kelembagaan serta tindakan-tindakan kebijakan untuk mengatasi berbagai kegagalan pasar maupun kegagalan sistemik yang menentukan transaksi pengetahuan.

Aliran pengetahuan sangat ditentukan oleh beragam interaksi yang saling melengkapi dalam sistem inovasi. Dalam kaitan ini, berbagai bukti di negara maju menunjukkan pentingnya sistem klaster dalam menghimpun kombinasi yang saling memperkuat antara modal yang berbasis pasar dan aliran disembodied technology serta insentif inovasi yang berbasis persaingan, maupun kecenderungan untuk berkolaborasi dan bekerjasama serta perkembangan jaringan yang efisien bagi aliran pengetahuan tacit. Walaupun begitu, ini tidak berarti bahwa meningkatnya aliran pengetahuan merupakan pengganti dari perkembangan himpunan/aset pengetahuan dan faktor-faktor penting yang mempengaruhinya seperti investasi dalam SDM, litbang, dan lainnya. Pada intinya, dinamika sistem inovasi bergantung pada keduanya, baik pertumbuhan pengetahuan maupun interaksi produktif antaraktor dalam sistem.

Berbagai kajian yang dilakukan oleh OECD mengindikasikan bahwa implementasi kerangka sistem inovasi dapat memberikan suatu perspektif yang komprehensif dalam merancang kebijakan yang ditujukan untuk memperbaiki tatanan sistem inovasi terutama berkaitan dengan realokasi dukungan keuangan bagi litbang, insentif untuk kolaborasi antarperusahaan maupun antara lembaga pemerintah dan swasta, serta penurunan hambatan regulasi bagi mobilitas SDM.

Implementasi dari kerangka sistem inovasi perlu dipandang sebagai suatu proses pembelajaran yang dapat membawa kepada perbaikan sistem pembuatan kebijakan itu sendiri. Kajian OECD mengungkapkan tiga hal penting yang dinilai perlu mendapat perhatian, yaitu (lihat OECD, 2002):

Kebijakan yang komprehensif perlu diimplementasikan dalam “ruang kebijakan” (policy space) yang jelas untuk sedapat mungkin mewujudkan interaksi terbaik antarkebijakan dan menciptakan lingkungan yang sebaik mungkin bagi para inovator. Reformasi sistem kebijakan demikian kini tengah dilakukan di banyak negara. Berbagai kebijakan perlu dikoordinasikan melalui mekanisme-mekanisme khusus, yang dapat beragam dari bentuk saling berbagi informasi hingga integrasi strategis pada tataran pemerintah, maupun dikoordinasikan dengan cara desentralisasi seperti misalnya melalui badan/lembaga-lembaga daerah;

Penadbiran inovasi perlu diupayakan sefleksibel mungkin yang dikembangkan atas dasar pembagian peran/tugas antara sektor pemerintah dan swasta. Tingkat daerah dapat membantu pengembangan lingkungan kebijakan yang lebih sensitif konteks (context sensitive);

Pembelajaran kebijakan (policy learning) perlu dilembagakan, misalnya melalui skema-skema khusus evaluasi atau mekanisme pembelajaran yang disesuaikan dengan siklus atau tahapan dalam proses kebijakan.

Bagi pemerintah, sangatlah penting untuk memanfaatkan kerangka SIN untuk mempelajari berbagai konsekuensi (yang direncanakan maupun yang tidak disengaja) dari kebijakan-kebijakan yang ditetapkannya, serta mengembangkan/memperbaiki implementasi kebijakannya atas dasar kelayakan politis dan pengembangan konsensus (concensus building).

Page 19: Bab 4 - Gambaran Ringkas

BAB 4 GAMBARAN RINGKAS BEBERAPA KELOMPOK NEGARA

91

4. CONTOH PRAKTIK KEBIJAKAN INOVASI: PRAKARSA UNI EROPA

4.1 Tinjauan Umum

Prakarsa yang dikembangkangkan oleh Uni Eropa dalam pengembangan sistem inovasi penting untuk ditelaah, bukan saja karena keberhasilannya di bidang-bidang tertentu tetapi juga mengingat beberapa karakteristik penadbiran, kelembagaan dan pola kebijakan yang dikembangkan.37

Terdapat lima lembaga Uni Eropa yang masing-masing memiliki peran khusus, yang secara singkat adalah sebagai berikut:38

1. European Parliament (Parlemen Eropa), yang dipilih oleh masyarakat dari Negara Anggota (the Member States);

2. Council of the European Union (Dewan Uni Eropa), merupakan perwakilan pemerintah Negara Anggota Uni Eropa;39

3. European Commission (Komisi Eropa), yang berperan sebagai badan eksekutif dan melaksanakan tugas keseharian kepentingan Uni Eropa;

4. Court of Justice, yang berperan memastikan kepatuhan (pelaksanaan) hukum/ perundangan;

5. Court of Auditors, semacam badan pengawas keuangan yang mengawasi pengelolaan pelaksanaan anggaran Uni Eropa.

Selain itu, juga terdapat lima badan penting lain, yaitu:

1. European Economic and Social Committee (Komisi Ekonomi dan Sosial Eropa), yang mencerminkan pendapat organisasi masa tertentu terkait dengan isu-isu ekonomi dan sosial;

2. Committee of the Regions (Komisi Daerah), yang menyuarakan opini dari pemerintah regional dan lokal;

3. European Central Bank (Bank Sentral Eropa), yang bertanggung jawab atas kebijakan moneter dan pengelolaan euro;

4. European Ombudsman, yang berurusan dengan keberatan masyarakat atas penyelewengan administrasi oleh lembaga atau badan Uni Eropa;

5. European Investment Bank (Bank Investasi Eropa), yang membantu mencapai tujuan-tujuan Uni Eropa melalui pembiayaan/pendanaan proyek-proyek investasi.

37 Pada awalnya, Uni Eropa terdiri atas enam negara anggota, yaitu Belgia, Jerman, Perancis, Italia, Luxembourg, dan

Belanda. Denmark, Irlandia dan Inggris selanjutnya bergabung pada tahun 1973, diikuti oleh Yunani (1981), Spanyol dan Portugal (1986), Austria, Finlandia dan Swedia (1995). Kini beberapa negara lainnya dalam proses untuk bergabung.

38 Lihat misalnya http://europa.eu.int/ 39 The Council merupakan badan pengambil keputusan yang utama dari Uni Eropa. Di sinilah para menteri dari Negara

Anggota bertemu. Setiap negara diwakili oleh menteri yang bertanggung jawab atas isu yang menjadi agenda yang dibahas. Sementara itu, Kepresidenan the Council akan dipegang selama periode enam bulan oleh Negara Anggota secara bergiliran.

Page 20: Bab 4 - Gambaran Ringkas

PENGEMBANGAN SISTEM INOVASI DAERAH: PERSPEKTIF KEBIJAKAN 92

Sejumlah badan dan kelembagaan lainnya juga dikembangkan untuk melengkapi sistem Uni Eropa. Pada dasarnya, setiap keputusan dan prosedur di Uni Eropa didasarkan atas Treaty yang disepakati oleh seluruh negara Uni Eropa.

Dalam konteks kebijakan inovasi Komisi Eropa sangat berperan. Komisi Eropa, terutama Enterprise Directorate General dan Directorate General for Research, adalah dua di antara unit organisasi pada Komisi Eropa yang sangat erat kaitannya dengan konteks isu dan agenda kebijakan riset dan inovasi dalam kerangka Uni Eropa.

Kebijakan litbang Uni Eropa diawali dan didasarkan atas tiga pakta perjanjian (ECSC, Euratom, dan Title XVIII of the EC Treaty). Kemudian, The Single European Act memasukkan konsep teknologi dalam perundangan Uni Eropa dan the EU Treaty mengembangkan tujuan Uni Eropa di bidang ini. Di antara prioritas Uni Eropa adalah mendukung daya saing industri Eropa dan mendorong riset untuk membantu menghadapi tantangan teknologi.

Koordinasi dalam prakarsa-prakarsa di bidang litbang Uni Eropa didasarkan beragam instrumen, terutama sebagai berikut:

The framework programme for research, technological development and demonstration (RTD). Program multi-tahun ini dimulai tahun 1984, yang mengkoordinasikan program-program yang lebih spesifik bagi berbagai bidang misalnya seperti teknologi informasi dan komunikasi, lingkungan, biologi, energi (termasuk nuklir), transportasi dan mobilitas peneliti.40

The Joint Research Centre (JRC) dan the Euratom Supply Agency.41 The JRC terdiri atas delapan lembaga riset yang dikembangkan di Masyarakat Eropa untuk memenuhi kebutuhan Komisi Eropa. Kompetensi risetnya mencakup antara lain energi nuklir dan beberapa bidang seperti material, lingkungan dan risiko industri.

COST, yang dibentuk tahun 1971, merupakan kerangka kerjasama antarpemerintah dalam bidang riset saintifik dan teknis untuk mengembangkan koordinasi riset-riset yang didanai oleh pemerintah di tingkat Eropa. Aktivitas COST mencakup riset dasar dan pre-competitive maupun aktivitas utilitas publik. COST meliputi 25 negara, yaitu 15 Negara Anggota (Member States) dari Uni Eropa ditambah Islandia, Norwegia, Kroasia, the Czech Republic, Hungaria, Polandia, Slovakia, Slovenia, dan Turki. Tujuan program kerjasama Eropa ini adalah mengkoordinasikan prioritas riset di Eropa.

Eureka, yang dibentuk tahun 1985 merupakan organisasi antarpemerintah dari 26 negara termasuk Negara Anggota Uni Eropa dan Rusia, Swiss, serta Turki. Tujuannya adalah mendukung kemitraan antara bisnis dan lembaga-lembaga riset, terutama di sektor-sektor teknologi maju.

40 The fifth framework programme (FP5) misalnya, yang dilaksanakan dalam periode 1998 – 2002 telah mengalokasikan

lebih dari EUR 14.9 billion untuk mencapai tujuan tersebut, termasuk melalui aktivitas untuk mendorong perkembangan masyarakat informasi dan akses terhadap riset bagi usaha kecil.

41 Catatan: Euratom (European Atomic Energy Community Treaty) merupakan pakta perjanjian kerjasama di bidang atomic energy. Aktivitas riset dan pelatihan di sektor nuklir dilaksanakan di bawah ketentuan the Euratom section dari setiap Framework Programmes.

Page 21: Bab 4 - Gambaran Ringkas

BAB 4 GAMBARAN RINGKAS BEBERAPA KELOMPOK NEGARA

93

4.2 Beberapa Perkembangan Penting

Sejak awal perkembangan Uni Eropa, beberapa prakarsa terkait dengan pemajuan inovasi dan kebijakan inovasi di negara-negara anggotanya dalam kerangka bersama UE terus dikembangkan dan diimplementasikan. Secara ringkas, beberapa perkembangan yang dapat dikatakan capaian sangat penting (atau sebagai Milestones) antara lain adalah sebagai berikut (di sini hanya disajikan mulai tahun 1994):42

Tahun 1994: The Innovation Programme pada The Fourth Framework Programme (FP4)

Di antara prakarsa yang penting pada FP4 ini (dengan periode 1994-1998) adalah the Innovation Programme. The Innovation Programme pada dasarnya mengimplementasikan “Aktivitas Ketiga” (the Third Activity - Dissemination and Exploitation of Results) dari the Fourth RTD Framework Programme (1994-98). Program ini dikelola oleh the European Commission, DG XIII/D - Dissemination and Exploitation of R&TD Results, Technology Transfer and Innovation. Program ini melengkapi upaya-upaya yang dilakukan dalam program riset khusus lainnya berkaitan dengan diseminasi dan pemanfaatan hasil riset, mencakup beragam aktivitas dengan fokus pada tiga tujuan, yaitu:

1. Mendorong lingkungan yang kondusif bagi inovasi dan penyerapan (absorpsi) teknologi baru oleh perusahaan;

2. Menstimulasi suatu daerah terbuka Eropa bagi difusi teknologi dan pengetahuan;

3. Memasok daerah tersebut dengan teknologi-teknologi yang sesuai.

The Innovation Programme terdiri atas:

Increasing Awareness of Innovation (TDSP - Training and dissemination schemes Projects; EASW - European Awareness Scenario Workshops; dan Interfaces);

IMT - Innovation Management Techniques;

Technology Transfer & Technology Validation Projects; dan

EIMS - European Innovation Monitoring System.

Tahun 1995: Penyusunan Green Paper on Innovation (lihat EC, 1995)43

Komisi Eropa meluncurkan Green Paper on Innovation pada bulan Desember 1995. Tujuan the Green Paper tersebut pada intinya adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi inovasi di Eropa dan memformulasikan usulan (proposal) instrumen kebijakan yang memungkinkan peningkatan kapasitas inovatif Uni Eropa.

42 Lihat referensi yang berkaitan dengan UE pada Daftar Pustaka. Sebagian besar dokumen, publikasi dan/atau informasi

tentang UE juga dapat dilihat di situs http://www.cordis.lu/ atau http://europa.eu.int/ 43 Catatan: Green papers merupakan makalah-makalah diskusi yang dipublikasikan oleh Komisi Eropa menyangkut

bidang kebijakan tertentu; biasanya disampaikan kepada pihak tertentu (organisasi ataupun individu) yang diundang untuk berpartisipasi dalam proses konsultasi atau debat, dan terkadang menjadi suatu yang harus disiapkan untuk legislasi tertentu. Sementara itu, white papers lebih merupakan dokumen yang memuat usulan (proposal) bagi Komisi Eropa menyangkut bidang tertentu; terkadang merupakan kelanjutan dari green papers yang dipublikasikan dalam proses konsultasi di tingkat Uni Eropa. Jika green papers lebih berkaitan dengan upaya menggali/menetapkan gagasan yang disajikan untuk diskusi dan debat publik, white papers lebih memuat sehimpunan usulan resmi dalam bidang kebijakan tertentu dan digunakan sebagai wahana untuk pengembangannya.

Page 22: Bab 4 - Gambaran Ringkas

PENGEMBANGAN SISTEM INOVASI DAERAH: PERSPEKTIF KEBIJAKAN 94

Tahun 1996: Publikasi First Action Plan for Innovation in Europe

Menindaklanjuti Green Paper on Innovation, Komisi Eropa mempublikasikan First Action Plan for Innovation in Europe (disetujui pada bulan Nopember 1996). Rencana Tindak (the Action Plan) tersebut mencanangkan tiga pilar yang diyakini sebagai kunci penting bagi perbaikan inovasi di Eropa, yaitu:

1. Menumbuhkembangkan budaya inovasi;

2. Menciptakan suatu kerangka legal regulasi, dan keuangan yang kondusif bagi inovasi; dan

3. Mendorong/menggerakkan riset lebih erat dengan inovasi baik pada tataran nasional maupun Komunitas Eropa.

Sejak publikasi the First Action Plan for Innovation in Europe 1996 oleh Komisi Eropa, Uni Eropa mengadopsi pendekatan sistem dalam kebijakan inovasi. Dalam kerangka konsepsi ini, perubahan teknologi (technical change) dan inovasi dipahami akan terjadi dalam sistem lokal, regional, nasional maupun Eropa, yang dinamis dan kompleks, melibatkan beragam proses yang berbeda serta pelaku/aktor dan institusi yang juga berbeda.

Kebijakan inovasi dipandang penting untuk mendukung peningkatan produktivitas, profitabilitas, dan pangsa pasar perusahaan-perusahaan Eropa melalui pengembangan dan adopsi produk, proses dan jasa yang baru atau yang lebih baik.

Tahun 1998:

a. Publikasi Communication on Implementation of the Innovation Action Plan, “Innovation for Growth and Employment”44

Memuat laporan kemajuan dan tinjauan atas prioritas:

Perlindungan kekayaan intelektual (intellectual property);

Pembiayaan/pendanaan inovasi;

Simplifikasi kerangka regulasi dan administratif;

Pendidikan dan pelatihan;

Menggerakkan riset ke arah inovasi;

Memperkuat koordinasi keseluruhan.

b. Promotion of Innovation and Participation of SMEs pada The Fifth Framework Programme (FP5)

FP5 Promotion of Innovation and Participation of SMEs merupakan program dalam kerangka mendorong inovasi dan partisipasi UKM dalam pemajuan inovasi di Uni Eropa dalam jangka waktu lima tahunan dalam periode 1998 – 2002. Ini merupakan kelanjutan dari program periode sebelumnya terkait dengan inovasi yaitu elemen the Innovation Programme (dengan periode 1994-1998).

44 Catatan: COM documents (Communication documents) merupakan usulan legislasi dan dokumen lain yang

disampaikan/dikomunikasikan oleh Komisi Eropa kepada Dewan (the Council) dan/atau lembaga lain, dan bentuk makalah-makalah persiapannya (preparatory papers).

Page 23: Bab 4 - Gambaran Ringkas

BAB 4 GAMBARAN RINGKAS BEBERAPA KELOMPOK NEGARA

95

Tahun 2000:

a. Pengembangan European Research Area (ERA)

Gagasan the European Research Area menghimpun sumber daya Komisi Eropa (the European Commission/EC) untuk mengkoordinasikan secara lebih baik aktivitas riset dan inovasi baik pada tingkat Negara Anggota (Member States) maupun tingkat Uni Eropa. Konsep ini diluncurkan oleh Komisi Eropa tahun 2000 dengan gagasan untuk mengembangkan peluang yang benar-benar menarik bagi para peneliti.

Hal ini dilakukan menyadari bahwa riset di Eropa memiliki kelemahan seperti terfragmentasinya aktivitas, keterisolasian sistem riset nasional, disparitas dalam kerangka regulasi dan administratif, dan rendahnya tingkat investasi dalam pengetahuan. Oleh karena itu, melalui sumber daya yang disediakan, ERA diharapkan dapat memungkinkan berbagi data, membandingkan hasil, melakukan studi-studi multi-disiplin, mengalihkan dan melindungi pengetahuan saintifik baru, dan meningkatkan akses yang lebih baik terhadap pusat-pusat keunggulan (centres of excellence) serta peralatan termaju. ERA diharapkan dapat memenuhi ambisi yang sangat penting bagi Uni Eropa, yaitu mengembangkan suatu kebijakan riset bersama yang nyata.

b. Kesepakatan atas The Lisbon Strategy for Economic, Social and Environmental Renewal

Para pemimpin negara dan pemerintah negara anggota Uni Eropa mendeklarasikan the Lisbon Strategy sebagai suatu komitmen atas pembaruan ekonomi, sosial dan lingkungan di lingkungan Uni Eropa. Pada bulan Maret 2000, the European Council di Lisbon (disebut the Lisbon Council) tersebut menetapkan suatu strategi 10 (sepuluh) tahun untuk membawa Uni Eropa menjadi “perekonomian yang paling dinamis dan kompetitif di dunia.” The Lisbon Council menekankan pentingnya inovasi sebagai sumber utama bagi daya saing dan pertumbuhan ekonomi, serta peran kuncinya dalam ERA. Dengan strategi tersebut, diharapkan bahwa ekonomi yang lebih kuat akan mendorong penciptaan kesempatan kerja bersamaan dengan kebijakan sosial dan lingkungan yang dapat menjamin pembangunan berkelanjutan dan inklusi sosial.

Bersama dengan tujuan-tujuan strategik bagi Uni Eropa, the Lisbon Council memperkenalkan suatu metode baru bagi negara anggota untuk mencapai tujuan strategik tersebut, yang disebut “metode koordinasi terbuka” atau open coordination method, sebagai cara untuk menyebarluaskan praktik terbaik dan mencapai konvergensi lebih tinggi menuju pewujudan sasaran Uni Eropa. Hal ini mencakup:

Jadwal spesifik untuk mencapai tujuan/sasaran jangka pendek, menengah, dan panjang;

Benchmarking secara internasional dengan menggunakan indikator-indikator kuantitatif dan kualitatif, sebagai cara untuk membandingkan praktik terbaik;

Sasaran dan alat/instrumen kebijakan nasional dan regional; dan

Pembelajaran bersama melalui pemantauan (monitoring), evaluasi dan peer review.

c. Publikasi Communication on “Innovation in a Knowledge-driven Economy”

Komisi Eropa menetapkan jadwal pemajuan secara konkrit dalam 5 (lima) tujuan yang berkaitan dengan inovasi, yaitu:

Page 24: Bab 4 - Gambaran Ringkas

PENGEMBANGAN SISTEM INOVASI DAERAH: PERSPEKTIF KEBIJAKAN 96

1. Koherensi kebijakan inovasi. Tindakan kebijakannya adalah:

Pembelajaran kebijakan antarnegara (pertimbangan atas praktik terbaik dan mengadopsinya sesuai dengan lingkungan spesifik masing-masing);

Memastikan mekanisme koordinasi, baik antara tingkat nasional dengan regional, maupun antara beragam departemen yang berbeda yang bertanggung jawab atas isu-isu yang terkait dengan inovasi, serta menjamin pendekatan yang koheren bagi kebijakan inovasi;

Mengimplementasikan penetapan sasaran periodik, pemantauan (monitoring) dan peer review atas program-program nasional maupun regional untuk meningkatkan inovasi maupun lembaga-lembaga yang mengimplementasikannya.

2. Kerangka regulasi yang kondusif bagi inovasi. Tindakan kebijakannya adalah:

Menyesuaikan aturan-aturan untuk difusi hasil-hasil riset yang didanai pemerintah (misalnya lisensi, akses terhadap pengetahuan terkini, dan sebagainya), untuk mendorong pemanfaatan dan alih hasil-hasil riset tersebut sehingga juga mendukung perkembangan inovasi;

Menggunakan instrumen fiskal untuk mendorong investasi swasta dalam riset dan inovasi serta pemanfaatan para peneliti oleh sektor swasta.

3. Mendorong penciptaan dan pertumbuhan perusahaan-perusahaan inovatif. Tindakan kebijakannya adalah:

Mengupayakan semaksimal mungkin pengembangan lingkungan legal, fiskal dan keuangan yang kondusif bagi penciptaan dan pengembangan perusahaan-perusahaan pemula (baru);

Menumbuhkembangkan, terutama pada tingkat regional, penciptaan atau penguatan jasa layanan dan struktur pendukung yang memadai seperti misalnya inkubator;

Mengembangkan skema pendidikan dan pelatihan di bidang kewirausahaan dan manajemen inovasi (jika belum ada) pada lembaga-lembaga pendidikan tinggi dan sekolah-sekolah bisnis, serta mendiseminasikan praktik baik dalam bidang tersebut.

4. Memperbaiki antarmuka (interface) yang penting dalam sistem inovasi. Tindakan kebijakannya adalah:

Mendorong perguruan tinggi untuk memberi perhatian khusus, selain misi tradisional pendidikan dan risetnya, atas peningkatan difusi pengetahuan dan teknologi;

Mendorong fasilitas-fasilitas riset pemerintah untuk melakukan benchmark atas aktivitas-aktivitas mereka dalam alih teknologi dan kemitraan dengan perusahaan;

Memfasilitasi implementasi program-program pembelajaran seumur hidup (lifelong learning) untuk memperbaiki asimilasi secara umum teknologi-teknologi baru dan mengatasi kelemahan-kelemahan keterampilan.

Page 25: Bab 4 - Gambaran Ringkas

BAB 4 GAMBARAN RINGKAS BEBERAPA KELOMPOK NEGARA

97

5. Masyarakat yang terbuka terhadap inovasi. Tindakan kebijakannya adalah:45

Mendorong debat antara para pemangku kepentingan (stakeholders) dalam inovasi melibatkan kalangan ilmuwan, industri, konsumen dan otoritas publik.

Bersamaan dengan hal tersebut, dikembangkan pilot percontohan edisi pertama dari the European Innovation Scoreboard (EIS) sebagai bagian dari mekanisme bagi Komisi Eropa untuk mengimplementaskan koordinasi terbuka di bidang kebijakan inovasi.

Tahun 2001: The European Innovation Scoreboard (EIS) 2001

EIS merangkum data perbandingan atas indikator kinerja inovasi di setiap negara anggota Uni Eropa.

Tahun 2002:

a. European Council in Barcelona

The Council menyatakan “pentingnya peningkatan secara signifikan dalam keseluruhan upaya litbang dan inovasi di Uni Eropa dengan tekanan khusus pada teknologi-teknologi terdepan (frontier technologies)” dan menetapkan 3% dari PDB sebagai sasaran pengeluaran Uni Eropa dalam litbang dan inovasi sebelum tahun 2010, serta menekankan bahwa dua-pertiga dari pengeluaran tersebut berasal dari sektor swasta.

b. The Sixth Research Framework Programme (FP6)

Mengawali tahun pertama implementasi Framework Programme 6 (FP6), yang berjangka waktu 2002 - 2006. Dalam memenuhi the Lisbon Strategy, dikembangkan usaha untuk dapat memanfaatkan secara lebih baik upaya-upaya riset Eropa melalui penciptaan suatu pasar internal bagi iptek, yaitu European Research Area (ERA). Jadi, FP6 pada dasarnya merupakan instrumen keuangan untuk merealisasikan gagasan ERA.

Pada tahun pertama FP6, fokus program kerja bagi aktivitas riset dan inovasi adalah pada konsolidasi sehimpunan skema yang dilakukan pada tingkat Uni Eropa. Program utama pada FP6 ini adalah sebagai berikut:

1. Specific programme 1: "Integrating and strengthening the European Research Area" (2002-2006);

2. Specific programme 2: "Structuring the European Research Area" (2002-2006);

3. Specific programme 3: Euratom research and training programme on nuclear energy (2002-2006);

4. Joint Research Centre.

45 Catatan: berkaitan dengan perluasan keanggotaan Uni Eropa atas negara anggota yang ada, maka isu inovasi dan

perluasan dinilai penting untuk diperhatikan. Sehubungan dengan itu, beberapa upaya yang dinilai penting antara lain adalah:

Pengelolaan inovasi di negara calon anggota (candidate countries);

Pengembangan kebijakan dan dampak dari the 2000 Innovation Communication; dan

Kerjasama antara Negara Anggota (Member States) dan candidate countries.

Page 26: Bab 4 - Gambaran Ringkas

PENGEMBANGAN SISTEM INOVASI DAERAH: PERSPEKTIF KEBIJAKAN 98

Tahun 2003:

a. Kelanjutan Implementasi FP6

Penjelasan tentang FP6 dapat dilihat di http://www.cordis.lu.

b. Green Paper on Entrepreneurship in Europe

Dokumen the Green Paper menyarankan adopsi suatu pendekatan yang terkoordinasi bagi kebijakan kewirausahaan di Eropa, yang melibatkan seluruh pembuat kebijakan untuk mengembangkan respons yang koheren dan komprehensif terhadap kebutuhan para pewirausaha. Dokumen tersebut mengusulkan perumusan tindakan atas tiga pilar, yaitu:

1. Menurunkan berbagai hambatan bagi pengembangan dan pertumbuhan bisnis;

2. Mengembangkan keseimbangan atas risiko dan imbalan kewirausahaan;

3. Mengembangkan masyarakat yang menghargai kewirausahaan.

4.3 Tinjauan Singkat Kebijakan Inovasi Uni Eropa: The European Trend Chart on Innovation

Seperti telah disinggung, Komisi Eropa (the European Commission/EC) mengembangkan The European Trend Chart on Innovation (ETCI)46 sebagai suatu mekanisme untuk mengimplementasikan koordinasi terbuka di bidang kebijakan inovasi. ETCI dikembangkan oleh Group of Senior Officials in Innovation Policy yang mewakili negara anggota UE dan terdiri atas 3 (tiga) komponen yang saling melengkapi, yaitu:

1. The survey of innovation policy;

2. The European Innovation Scoreboard (EIS); dan

3. The Innovation policy reviews.

A. The Survey of Innovation Policy

The survey of innovation policy47 merupakan basisdata (database) yang menghimpun dan menganalisis alat/instrumen kebijakan inovasi di Eropa. Basisdata tersebut, yang menghimpun skema-skema pendukung inovasi berdasarkan tema dan negara, menjelaskan kelompok sasaran (target group), tujuan dan mekanisme setiap skema, serta bagaimana keberhasilan dan persoalan yang dihadapi, dan juga sebagian besar mencantumkan personil kontak masing-masing. Informasi yang dihimpun disusun berdasarkan kerangka klasifikasi yang ditetapkan dalam the 1997 European Innovation Action Plan.

Bagian pertama hasil survei tentang kebijakan tersebut dihimpun dalam the Trend Chart Innovation Policy Knowledge Base dengan informasi relevan dalam tiga bentuk, yaitu:

1. The innovation policy measures base, yang memuat informasi terbaru tentang instrumen kebijakan di negara yang disurvei yang dikelompokkan menurut negara dan tujuan kebijakan;

46 Lihat http://trendchart.cordis.lu/ 47 Lihat http://trendchart.cordis.lu/tc_policy_measures.cfm

Page 27: Bab 4 - Gambaran Ringkas

BAB 4 GAMBARAN RINGKAS BEBERAPA KELOMPOK NEGARA

99

2. The innovation policy information, yang melengkapi informasi tentang kebijakan inovasi dengan dokumen-dokumen kebijakan (misalnya white paper, strategi, dan sebagainya);

3. Who’s Who in innovation, yang memuat organisasi dan individu yang terlibat dalam (terkait dengan) kebijakan inovasi.

Bagian kedua dari upaya pemantauan kebijakan tersebut adalah menghasilkan ringkasan dan analisis yang berkaitan dengan pengembangan kebijakan inovasi, yang dituangkan dalam tiga bentuk, yaitu:

1. Country Report yang saat ini mencakup 33 negara;

2. Annual Synthesis Report, yang menyajikan skema kebijakan dan kecenderungan-kecenderungan yang baru;

3. Trend Chart Policy Workshop, yang memuat dokumen-dokumen dalam bentuk workshop country briefing dan Workshop Input Report untuk setiap workshop yang diselenggarakan.

Pengelompokan tujuan dan alat/instrumen kebijakan inovasi dalam the Innovation Policy Knowledge Base (the innovation policy measures) tersebut dilakukan sebagai berikut:

1. Menumbuhkembangkan Budaya Inovasi: a. Pendidikan dan Pelatihan; b. Mobilitas Siswa/Peneliti/Pengajar; c. Meningkatkan Keperdulian Masyarakat (Public Awareness); d. Inovasi dan Manajemen; e. Pemerintah (Public Authorities); f. Mendorong Klasterisasi dan Kerjasama bagi Inovasi.

2. Mengembangkan Kerangka Umum yang kondusif bagi Inovasi: a. Persaingan; b. Perlindungan HKI; c. Simplifikasi Administratif; d. Lingkungan Legal dan Regulasi; e. Pembiayaan/Pendanaan; f. Perpajakan.

3. Menggerakkan Riset kepada Inovasi: a. Visi Strategis Litbang; b. Penguatan Riset Perusahaan; c. Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi; d. Kerjasama Riset/Perguruan Tinggi/Perusahaan; e. Absorpsi Teknologi oleh UKM.

4. Tujuan Lain.

Contoh instrumen kebijakan dalam kerangka ini dapat dilihat di http://trendchart.cordis.lu/.

Page 28: Bab 4 - Gambaran Ringkas

PENGEMBANGAN SISTEM INOVASI DAERAH: PERSPEKTIF KEBIJAKAN 100

B. The European Innovation Scoreboard (EIS)

The European Innovation Scoreboard (EIS)48 merangkum data atas 17 indikator kinerja inovasi di setiap negara anggota yang mencakup empat bidang: sumber daya manusia/SDM, penciptaan pengetahuan (knowledge creation), alih dan aplikasi pengetahuan baru, dan pembiayaan/pendanaan inovasi, keluaran (output) dan pasar inovasi.

Dalam The EIS 2003, edisi keempat (edisi terbaru saat diakses untuk bahan penulisan buku ini), tercakup indikator inovasi dan kecenderungannya di 15 negara anggota UE (EU Member States), 10 negara yang sedang dalam proses bergabung dengan UE (Acceding countries), 3 negara Calon (Candidate countries), 3 Associate countries, serta Amerika Serikat dan Jepang.

C. The Innovation Policy Reviews

The Innovation policy reviews49 menawarkan platform bagi para pembuat kebijakan dan pengelola skema untuk mengakses efektivitas skema dan mengidentifikasi praktik baik dalam kerangka rangkaian semiloka/workshop berpola benchmarking.

4.4 Beberapa Prakarsa Kebijakan Inovasi Daerah di Uni Eropa50

Eropa, terutama dalam kerangka Uni Eropa, merupakan salah satu contoh di mana kebijakan inovasi (termasuk kebijakan riset dan teknologi) tidak lagi merupakan ranah kewenangan eksklusif pemerintah pusat. Kebijakan inovasi pada tataran nasional, daerah dan antarnegara disadari akan saling berinteraksi (saling mengisi, memperkuat, bahkan seringkali juga saling bertentangan) dan berimplikasi pada kemajuan inovasi.

Menyadari pentingnya penentuan dan implementasi strategi inovasi pada tingkat daerah (regional), Komisi Eropa (melalui Enterprise Directorate General dan Regional Policy Directorate General) mengembangkan program dalam kerangka the Innovation and SMEs programme and the Innovative Actions programme dari the European Regional Development Fund.

Beberapa ciri utama dari strategi inovasi daerah dalam prakarsa-prakarsa yang dikembangkan tersebut adalah:

Merupakan prakarsa yang didorong oleh kebutuhan daerah;

Proyeknya dikembangkan berdasarkan konsensus;

Mengutamakan optimalisasi infrastruktur riset dan pengembangan teknologi;

Merupakan upaya yang berorientasi pada tindakan;

Mensyaratkan proses pemantauan (monitoring);

Memiliki dimensi Eropa.

48 Lihat http://trendchart.cordis.lu/tc_innovation_scoreboard.cfm 49 Lihat http://trendchart.cordis.lu/tc_workshop_home.cfm 50 Beragam bahan tentang ini dapat dilihat di http://www.innovating-regions.org/

Page 29: Bab 4 - Gambaran Ringkas

BAB 4 GAMBARAN RINGKAS BEBERAPA KELOMPOK NEGARA

101

Beberapa prakarsa tersebut secara ringkas adalah seperti ditunjukkan pada Tabel 4.6 berikut.

Tabel 4.6 Prakarsa Khusus Pengembangan Sistem Inovasi Daerah di Uni Eropa.

Proyek Masa Awal Pengembangan Relatif Baru

Strategi Daerah (Regional) RIS, RITTS, RIS+ RIS NACs, Innovative Actions

Kerjasama Lintas Daerah (Trans-regional) TRIP Thematic Networks

Selain itu, untuk mendukung pengembangan inovasi daerah, Komisi Eropa (melalui Enterprise DG) juga mengembangkan “jaringan daerah berinovasi di Eropa” (innovating regions in Europe/IRE Network). IRE Network merupakan suatu “portal inovasi” (berbasis internet) yang dikembangkan untuk mendukung upaya pembelajaran antardaerah, mendorong perluasan praktik baik, kerjasama antardaerah, dan pertukaran alat-alat analisis serta alat praktik kebijakan lainnya.51 Dalam pelaksanaannya, IRE Network tersebut dikelola oleh IRC-IRE Central Unit52 yang kegiatannya antara lain:

Memberikan saran dan dukungan teknis;

Mendukung aktivitas yang bersifat lintas-negara;

Memberikan pelatihan dan panduan-panduan;

Melakukan promosi;

Menindaklanjuti strategi inovasi daerah.

Komisi Eropa juga mengembangkan RINNO (A Resource for Regional Innovation & Technology Transfer).53 RINNO merupakan prakarsa bersama antara Enterprise DG, Regional Policy DG, dan Research DG (dalam Komisi Eropa) sebagai suatu fasilitas berbasis internet yang dimaksudkan sebagai sumber tunggal dan pusat untuk informasi tentang skema-skema dan kebijakan inovasi daerah termasuk praktik-praktik baik dalam inovasi daerah.

Jika CORDIS (Community Research and Development Information Service)54 merupakan fasilitas berbasis internet untuk program-program dan isu-isu penting menyangkut litbang UE yang lebih berkaitan dengan negara, antarnegara dan tataran UE, maka RINNO lebih berkaitan dengan konteks daerah dan antardaerah dalam kerangka UE.

A. Regional Innovation and Technology Transfer Strategies and Infrastructure (RITTS) dan Regional Innovation Strategies (RIS)

Diawali oleh prakarsa proyek RITTS/RIS di tahun 1994, program penguatan inovasi daerah terus dikembangkan hingga kini, bahkan menjadi suatu tema prioritas dalam kerangka kebijakan inovasi di tingkat Uni Eropa dalam bentuk prakarsa ERA (European Research Area).

51 Hingga akhir 2004, IRE Network terdiri atas 200 anggota dan telah mencakup 120 daerah yang tergabung dalam IRE

mengembangkan strategi inovasi daerah. 52 IRC-IRE CU : Innovation Relay Centres and Innovating Regions in Europe Central Unit. 53 Lihat http://www.rinno.com/ 54 Lihat http://www.cordis.lu/

Page 30: Bab 4 - Gambaran Ringkas

PENGEMBANGAN SISTEM INOVASI DAERAH: PERSPEKTIF KEBIJAKAN 102

Baik RITTS maupun RIS keduanya dimaksudkan untuk mendukung daerah-daerah dalam mengembangkan (termasuk memformulasikan) strategi inovasi daerah untuk mengoptimumkan kebijakan dan infrastruktur inovasi daerah. Elaborasi strategi didasarkan atas analisis dari sistem inovasi daerah, termasuk manajemen, keuangan, komersialisasi, pelatihan, dan isu-isu organisasional maupun teknis. Strategi inovasi daerah juga dimaksudkan untuk mendorong kerjasama antara pelaku kunci dalam sistem inovasi daerah.55

Perbedaan utama antara RITTS dan RIS lebih pada sumber pendanaan dan daerah cakupannya. RITTS didanai di bawah the Innovation Programme dan cakupan daerahnya tidak dibatasi. Sedangkan sumber pendanaan RIS adalah the Europen Regional Development Fund (ERDF) dan hanya mencakup wilayah tertentu yang dinilai prioritas.

Proyek-proyek RITTS dan RIS meliputi pengkajian yang mendalam berkaitan dengan alih teknologi dan infrastruktur inovasi di daerah-daerah, terutama dalam relevansinya terhadap kebutuhan UKM. Beragam kebijakan dan kerangka strategi berkaitan dengan dukungan bagi inovasi dikembangkan dan proyek-proyek baru serta dukungan jasa pelayanan dirancang dan diimplementasikan melalui kedua proyek ini. Proyek tersebut juga menghasilkan penggunaan instrumen-instrumen untuk melakukan pemantauan dan evaluasi atas kebijakan inovasi.

B. RIS+

Proyek-proyek RIS+, yang didanai oleh Regional Policy DG, diarahkan untuk mendukung daerah-daerah dalam mengimplementasikan instrumen-instrumen dan proyek khusus yang berkembang dari strategi-strategi RITTS/RIS.56

C. Trans-Regional Innovation Projects (TRIP)

Proyek-proyek TRIP dimaksudkan untuk mendukung proyek-proyek kolaborasi antardaerah dalam pengembangan dan implementasi instrumen-instrumen kebijakan berdasarkan hasil dari proyek-proyek RITTS/RIS. Tujuan akhirnya adalah mendukung inovasi di perusahaan-perusahaan dengan menggabungkan berbagai kekuatan dan melakukan perbandingan di beberapa daerah. Proyek-proyek TRIP melibatkan berbagai aktor penting daerah dan hasilnya harus memberikan manfaat kepada UKM di daerah.57

D. RIS NACs RIS NACs (RIS New Accession Countries) merupakan prakarsa RIS untuk negara-negara yang baru bergabung dalam Uni Eropa, yang ditujukan untuk sistem inovasi daerah dengan pendekatan mentoring, memperkuat kerjasama di Eropa, dan menumbuhkembangkan kohesi daerah dan ekonomi.58

55 RITTS dikelola oleh Enterprise DG, sedangkan RIS dikelola oleh Regional Policy DG. Kini telah dikembangkan lebih

dari 100 proyek RITTS dan RIS. 56 Sekitar 25 proyek RIS+ telah dilaksanakan. 57 Sejauh ini sekitar 11 proyek dan 40 daerah dalam program TRIP telah diimplementasikan. 58 Telah diimplementasikan 16 proyek di 10 NAC, di mana sekitar 70 organisasi terlibat dan memperoleh dukungan dari

beragam mitra, yang juga tergabung dalam suatu kolaborasi yang disebut PARTNER.

Page 31: Bab 4 - Gambaran Ringkas

BAB 4 GAMBARAN RINGKAS BEBERAPA KELOMPOK NEGARA

103

E. ERDF Innovative Actions

Program aksi yang sebagian didanai oleh the European Regional Development Fund (ERDF) diarahkan terutama bagi daerah-daerah yang relatif tertinggal atau dalam proses transisi, yang kurang/belum terlayani melalui the Structural Funds untuk meningkatkan daya saing, mengembangkan kompetensi teknologi dan menciptakan kesempatan kerja berketerampilan tinggi.

Program aksi tersebut pada dasarnya menyangkut tiga pilar berikut:

Program-program inovasi daerah beserta proyek-proyek terkaitnya;

Kebijakan-kebijakan pendukung untuk berbagi pengalaman dan pengembangan jaringan antardaerah;

Kompetisi untuk mengidentifikasi dan mengembangkan proyek-proyek terbaik.

Tiga tema strategis yang dipilih adalah:

Ekonomi daerah berbasis pengetahuan dan inovasi teknologi (knowledge-based regional economies and technological innovation);59

e-EuropeRegio: masyarakat informasi dan pembangunan daerah (the information society and regional development);60

Identitas daerah dan pembangunan berkelanjutan (regional identity and sustainable development).61

F. IRE Thematic Network Sebagai bagian dari program Innovating Regions in Europe (IRE), maka Thematic Network merupakan prakarsa pengembangan jaringan dengan tujuan utama: memfasilitasi pertukaran pengalaman dan gagasan, menumbuhkembangkan kolaborasi antardaerah, dan mengembangkan instrumen-instrumen kebijakan pendukung inovasi.

Cakupan dari IRE Thematic Network adalah: dukungan kepada RIS NACs, kerjasama lintas-batas, pengembangan klaster industri, IMT, mendukung inovasi di wilayah-wilayah metropolitan (yang besar), inovasi di sektor pertanian-pangan (agri-food sector), pemanfaatan hasil riset, pengembangan kewirausahaan, dan penciptaan perusahaan-perusahaan baru. Contoh dari prakarsa ini antara lain adalah STRINNOP, PARTNER, ACENET, dan sebagainya.

4.5 Beberapa Kecenderungan “Baru” dalam Kebijakan Inovasi di Uni Eropa

Secara umum, kecenderungan kebijakan inovasi di Negara Anggota Uni Eropa adalah seperti berikut (EC, 2000):

Sejauh ini, Negara Anggota telah mengembangkan prakarsa-prakarsa untuk:

Menstimulasi riset yang dilakukan oleh perusahaan;

Memperbaiki pembiayaan/pendanaan inovasi;

Mendorong absorpsi teknologi dan manajemen inovasi oleh UKM.

59 Lihat http://www.eriknetwork.net/ 60 Lihat http://www.erisa.be/ 61 Lihat http://www.sustainableregions.net/

Page 32: Bab 4 - Gambaran Ringkas

PENGEMBANGAN SISTEM INOVASI DAERAH: PERSPEKTIF KEBIJAKAN 104

Dewasa ini, beberapa prioritas telah muncul, seperti:

Mengintensifkan kerjasama antara riset, perguruan tinggi dan perusahaan;

Mendorong “klasterisasi” dan bentuk-bentuk kerjasama lainnya antara perusahaan dan organisasi lain dalam proses inovasi;

Mendorong pengembangan perusahaan pemula (baru) berbasis teknologi/PPBT.

Peningkatan perhatian dalam tiga tema berikut juga terjadi:

Penyederhanaan prosedur administratif yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan inovatif;

Penggunaan perpajakan dan metode-metode tak langsung lainnya untuk mendorong inovasi dan riset;

Pengembangan visi strategis inovasi dan riset, serta peningkatan keperdulian di kalangan masyarakat luas.

Selain itu, beberapa kecenderungan umum lain yang juga berkembang adalah:

Pendekatan sistem dalam kebijakan inovasi;

Meningkatnya komplementaritas antara kebijakan nasional dan daerah (regional);

Bentuk-bentuk baru kemitraan pemerintah – swasta;

Peran baru bagi kebijakan publik sebagai fasilitator inovasi;

Penanganan globalisasi.

5. BEBERAPA PRAKARSA LAIN

Kerjasama negara Asia Tenggara ASEAN (the Association of Southeast Asian Nations) yang diprakarsai tahun 196762 dan saat kini beranggotakan 10 negara dianggap merupakan kawasan perekonomian yang penting di Asia. Di tahun 1990an, kawasan ini dianggap penting bukan saja sebagai “pasar” yang besar tetapi juga diperkirakan akan menjadi motor pertumbuhan perekonomian dunia. Dengan perkembangan belakangan ini, antara lain akibat dampak krisis ekonomi, anggapan yang terakhir tersebut nampaknya berubah. Berdasarkan indikator kinerja yang sebelumnya dibahas, mungkin yang masih dapat dinilai sebagai motor kemajuan adalah Singapura, Malaysia dan Thailand.

Dalam struktur dan mekanisme kerja yang sejauh ini berkembang di ASEAN, pembuatan keputusan terpenting, terutama berkaitan dengan “kebijakan inovasi” adalah pada tingkat pertemuan para kepala negara (the ASEAN Summit) yang dilakukan setiap tahun sekali dan pertemuan tingkat menteri (the ASEAN Ministerial Meeting untuk para Menteri Luar Negeri dan pertemuan menteri-menteri bidang lainnya).

Yang paling “dekat” dengan upaya-upaya yang lebih berkaitan dengan kebijakan inovasi adalah suatu komisi ASEAN di bidang iptek - the ASEAN Committee on Science and Technology (COST), yang biasanya bertemu dua kali setahun untuk meninjau proyek-proyek, merencanakan program-program baru dan menentukan arah strategis untuk diimplementasikan oleh sembilan subkomisinya.

62 Pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, lima MenterI Luar Negeri dari Indonesia, Malaysia, Philipina, Singapura, dan

Thailand, menandatangani dokumen kerjasama yang kini dikenal sebagai ‘Deklarasi ASEAN.” Brunei Darussalam selanjutnya bergabung (8 Januari 1984), diikuti oleh Vietnam (28 Juli 1995), Laos dan Myanmar (23 Juli 1997), dan Kambodia (30 April 1999).

Page 33: Bab 4 - Gambaran Ringkas

BAB 4 GAMBARAN RINGKAS BEBERAPA KELOMPOK NEGARA

105

Selain COST yang lebih banyak berkaitan dengan kerjasama di bidang/sektor tematik teknologi tertentu dan the ASEAN Science Fund/ASF (didirikan tahun 1989), nampaknya belum ada prakarsa khusus berkaitan dengan kebijakan inovasi dalam organisasi ASEAN seperti yang dilakukan oleh UE atau OECD.

Dengan cakupan area yang lebih luas dari ASEAN, wilayah Asia Pasifik yang diperkirakan memerankan sekitar 50% PNB dunia dan 40% perdagangan internasional tentu merupakan wilayah yang sangat penting. Karena itu, salah satu upaya APEC63 adalah mengembangkan kerjasama di bidang iptek. The APEC Industrial Science and Technology Working Group (IST WG) merupakan salah satu kelompok kerja dalam organisasi APEC yang menangani bidang iptek. Di antara awal penting upaya di bidang iptek adalah kesepakatan enam agenda yang dinilai prioritas yang dihasilkan dari Osaka Action Agenda (OAA) sebagai berikut:64

1. Memperkuat kerjasama APEC di bidang teknologi-teknologi yang dinilai kunci;

2. Meningkatkan keterkaitan antara riset dan inovasi antara negara-negara anggota APEC;

3. Mengembangkan kapasitas SDM bagi iptek untuk memasuki Ekonomi Baru.

4. Mengatasi tantangan lingkungan melalui sains, teknologi dan inovasi;

5. Membantu pencegahan dan pengendalian penyakit menular;

6. Melakukan dialog dalam bidang iptek industri di antara negara-negara anggota APEC.

Walaupun bidang prioritas di bidang iptek tersebut telah disepakati, namun dari perspektif kebijakan harus diakui bahwa sejauh ini belum ada format sistematis yang memberikan pengaruh signifikan bagi perbaikan sistem inovasi bagi negara berkembang anggotanya, setidaknya bagi Indonesia, terlebih lagi yang secara khusus berimplikasi bagi pemajuan sistem inovasi daerah.

Perbedaan yang signifikan antara negara berkembang dengan negara maju anggota APEC merupakan tantangan, bukan saja bagi negara berkembang itu sendiri, tetapi juga bagi APEC untuk mendapatkan pemecahan yang lebih sistematis. Jika tidak, maka keikutsertaan negara-negara berkembang seperti Indonesia dalam APEC hanya akan menguntungkan negara maju sebagai pasar produk dan kemajuan teknologi mereka. APEC perlu mengembangkan langkah-langkah yang benar-benar memberikan kemanfaatan bagi perbaikan (upgrade) sistem inovasi negara berkembang melalui kerjasama dan investasinya.

6. CATATAN PENUTUP

Diskusi yang telah disampaikan sebenarnya mengungkap cukup banyak pelajaran yang dapat dipetik oleh Indonesia (dan daerah-daerah yang ada di Indonesia) dari praktik yang dilakukan oleh beberapa kelompok/kerjasama negara, terutama dari perspektif kebijakan.

Di masa lalu, analisis yang berkaitan dengan teknologi biasanya hanya ditekankan pada masukan (seperti misalnya pengeluaran untuk riset) dan keluaran (misalnya paten). Namun disadari bahwa interaksi antara beragam pelaku yang terkait dengan pengembangan teknologi juga sama 63 APEC (Asia Pacific Economic Cooperation) dibentuk tahun 1989, kini terdiri dari 21 negara ekonomi berkembang dan

maju dari kawasan Asia dan Pasifik. 64 Dalam pertemuan ketiga para pemimpin ekonomi APEC di Osaka, Jepang tanggal 19 Nopember 1995 (didahului oleh

pertemuan para menteri APEC, 16 – 17 Nopember 1995), ditandatangani suatu deklarasi yang dikenal dengan Osaka Action Agenda (OAA) yang intinya menyangkut tiga pilar aktivitas APEC, yaitu: liberalisasi perdagangan dan investasi, fasilitasi bisnis, dan kerjasama ekonomi dan teknis.

Page 34: Bab 4 - Gambaran Ringkas

PENGEMBANGAN SISTEM INOVASI DAERAH: PERSPEKTIF KEBIJAKAN 106

pentingnya dengan investasi dalam litbang. Interaksi sangat menentukan dalam mengubah masukan menjadi keluaran. Pendekatan sistem dipandang sangat membantu dalam memberikan kerangka yang lebih baik untuk memahami kinerja inovasi dan ekonomi di beberapa kelompok negara seperti OECD dan Uni Eropa. Studi-studi sistem inovasi yang dilakukan kini mengarahkan perhatian pada keterkaitan atau jaringan interaksi dalam keseluruhan sistem inovasi.

Pemahaman atas sistem inovasi dapat membantu para pembuat kebijakan mengembangkan pendekatan-pendekatan untuk memperbaiki kinerja inovasi dalam “perekonomian baru.” Berjalannya sistem inovasi sangat bergantung pada aliran pengetahuan antara perusahaan, lembaga litbang, perguruan tinggi dan aktor lainnya. Pengetahuan, baik yang bersifat tacit maupun explicit (codified), sangat penting bagi perkembangan sistem inovasi. Karena itu, pemerintah perlu mendorong berbagai mekanisme untuk mendorong mengalirnya pengetahuan produktif, seperti misalnya melalui litbang bersama, kemitraan (termasuk pemerintah – swasta), difusi teknologi dan pergerakan personil. Pengembangan aliansi untuk berinovasi semakin penting bagi pemajuan sistem inovasi.

Dalam pemajuan sistem inovasi, negara-negara maju sangat menyadari pentingnya upaya benchmarking. Benchmarking memang merupakan suatu langkah awal. Namun hal demikian akan sangat membantu, termasuk bagi daerah, dalam konteks nasional maupun global. The European Trend Chart on Innovation misalnya, merupakan salah satu contoh benchmarking tool untuk kebijakan inovasi sebagai bagian dari prakarsa yang dilakukan oleh Uni Eropa.

Dalam proses kebijakan akan selalu dibutuhkan analisis yang lebih mendalam dengan pengetahuan lokasi/daerah yang lebih rinci. Namun bagi Indonesia (dan daerah-daerah di Indonesia), hal ini belum memperoleh perhatian sungguh-sungguh. Dalam kaitan ini, di antara agenda urgen bagi setiap daerah dan upaya secara nasional adalah:

Penyediaan/peningkatan data yang berkualitas dan berlanjut.

Peningkatan keperdulian, pemahaman dan prakarsa kebijakan.

Sebagaimana telah didiskusikan, di antara nilai terpenting dari pendekatan yang telah disampaikan adalah integrasi (keterpaduan) sistem, yang akan membantu mengembangkan “kesadaran” dan pemahaman para pemangku kepentingan. Karena itu, proses partisipatif dalam membangun sistem inovasi, terutama yang membawa pada perbaikan kebijakan, sangat penting. Apabila analisisnya dilakukan bersama dengan para pemangku kepentingan kunci, maka hal tersebut akan membantu mengembangkan keberterimaan oleh pemangku kepentingan dan memfasilitasi konsensus untuk tindakan bersama.

Yang paling sulit namun termasuk merupakan bagian paling penting adalah melakukan reformasi rejim ekonomi dan kelembagaan. Karena itu, perbaikan koordinasi terutama antara pembuat kebijakan merupakan hal yang mutlak dalam pemajuan inovasi, baik dalam tataran nasional, daerah maupun antara ”pusat” dan ”daerah.” Mekanisme kebijakan perlu terus diperbaiki, sehingga implementasinya (termasuk instrumen-instrumen yang direncanakan) dapat terus dipantau dan disesuaikan dengan perubahan keadaan.