bab 4. biostr. fosil indeks doc

6
36 BAB 4. BIOSTRATIGRAFI BERDASARKAN FOSIL INDEKS Penyusunan biostratigrafi berdasarkan angka prosentase antara kehidupan yang telah menjadi fosil dibandingkan dengan yang masih hidup hingga sekarang, secara teoritis mudah mudah diterima namun secara praktis hal ini sulit bahkan tidak mungkin untuk dilakukan. Walaupun demikian, semua geologist yang telah berusaha menyusun biostratigrafi dengan mendasarkan atas angka prosentase, mendapatkan kesimpulan yang serupa yaitu: makin tua batuannya, angka prosentasenya makin kecil. Inilah salah satu bukti penelitian ilmiah: orang yang melakukan penelitian berbeda, pada obyek yang sama dan menghasilkan kesimpulan yang serupa. 4.1. STRATIGRAFI BERDASARKAN MOLLUSKA Perkembangan penyusunan biostratigrafi dengan dasar fosil indeks telah dilakukan. Model ini menuntut kecermatan dalam melakukan identifikasi fosil hingga pada tingat genus, species bahkan hingga sampai subspecies. Model yang telah dikembangkan antara lain seperti terlihat pada tabel berikut: Tabel 4.1. Biostratigrafi Oostingh, 1938, memanfaatkan fosil indeks Gastropoda. East Indies Middle Bantam South Bantam Guide fossil Bantamien (L.Pleistosene) Boyong layers Tjikeusik layers Turritella angulata bantamensis, Clavus malingpingensis Sondian (U.Pliocene) Tjilegong layers Tjimantjeuri layers Turritella angulata tjicumpeiensis. Terebra verbeeki,T.insulinid ae, Conus sondeanus East Indies Middle Bantam Central & East Java Guide fossil Rembangiens Badui layers Rembang & West Turritella subulata

Upload: dobi

Post on 12-Apr-2016

34 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Penyusunan biostratigrafi dengan menggunakan fosil indeks dalam mikropaleontologi

TRANSCRIPT

36

BAB 4. BIOSTRATIGRAFI BERDASARKAN FOSIL INDEKSPenyusunan biostratigrafi berdasarkan angka prosentase antara kehidupan yang telah menjadi fosil dibandingkan dengan yang masih hidup hingga sekarang, secara teoritis mudah mudah diterima namun secara praktis hal ini sulit bahkan tidak mungkin untuk dilakukan. Walaupun demikian, semua geologist yang telah berusaha menyusun biostratigrafi dengan mendasarkan atas angka prosentase, mendapatkan kesimpulan yang serupa yaitu: makin tua batuannya, angka prosentasenya makin kecil. Inilah salah satu bukti penelitian ilmiah: orang yang melakukan penelitian berbeda, pada obyek yang sama dan menghasilkan kesimpulan yang serupa.

4.1. STRATIGRAFI BERDASARKAN MOLLUSKAPerkembangan penyusunan biostratigrafi dengan dasar fosil indeks telah dilakukan. Model ini menuntut kecermatan dalam melakukan identifikasi fosil hingga pada tingat genus, species bahkan hingga sampai subspecies. Model yang telah dikembangkan antara lain seperti terlihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1. Biostratigrafi Oostingh, 1938, memanfaatkan fosil indeks Gastropoda. East Indies Middle Bantam South Bantam Guide fossilBantamien (L.Pleistosene)

Boyong layers Tjikeusik layers Turritella angulata bantamensis, Clavus malingpingensis

Sondian (U.Pliocene) Tjilegong layers Tjimantjeuri layers Turritella angulata tjicumpeiensis. Terebra verbeeki,T.insulinidae, Conus sondeanus

East Indies Middle Bantam Central & East Java Guide fossilRembangiens (L.Miocene)

Badui layers Rembang & West Progo

Turritella subulata

East Indies Middle Bantam South Bantam West & Central Java

Guide fossil

Chirebonien (L.Pliocene)

Tjipatjar layers Chirebon layers from Krawang to Semarang, Waled (Manenteng Canyon)

Turitella angulata acuticarinata

37

Hiatus? Stage of Tjiodeng & Kampong Kramat West Preanger

Genteng layers Tjimandiri layers Tjiodeng layers & Cramatensi horizon

Turritella angulata cramatensis

East Indies Middle Bantam West Java Guide fossilPreangurian (M.Miocene)

Bodjongmanik layers (S.sir)

Parung-Ponteng, Tjilanang & Nyalindung layers, Tjidadap layers in Krawang

Turritella angulata angulata, Siphocyprea caput viperae, Vicarya verneuilli calosa

Turritella Clavus

Terebra ConusGambar 4.1. Beberapa genus yang dipakai sebagai penciri horison

4.2. STRATIGRAFI BERASARKAN FORAMINIFERA Beberapa penelitian yang telah berhasil didokumentasikan antara lain:

38

(1). Koolhoven (1933, 1936) menyusun biostratigrafi daerah Bayah, Jawa Barat berdasarkan asosiasi Foraminifera besar sebagai berikut:

Tabel 4.2. Biostratigrafi Koolhoven (1933,1936)Age Stage Series Fossils contentU.Oligocene Td U.Tjidjengkol layers Cycloclypeus

oopenorthi, Lepidocyclina cf.isolepidinoides, Eulepidina sp, Miogypsinoides, Camerina fichteli intermedia

L.Oligocene Tc Lower Tjidjengkol layers

Cycloclypeus koolhoveni, Camerina fichteli intermidea striae, Camerina

Young Eocene Tb (probably) Tjitarucup layers Pellatispira,Discocyclina (pengaronensis dan Djokdjakartae), Camerina

Older Eocene Ta (partly ?) Tb (partly)

Bayah layers Assilina,Pellatispira, Discocyclina, Camerina

Cycloclipeus Lepidocyclina Miogypsinoides

39

Camerina Assilina Pellatispira

DiscocyclinaGambar 4.2. Beberapa contoh genus Foraminifera besar

(2). Gerth (1929) menyusun biostratigrafi Eocene atas untuk daerah Nanggulan, Kulon Progo , Yogyakarta dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.3. Biostratigrafi Gerth (1929) berdasarkan fosil Foraminifera besar dan molluska

Discocyclina beds Discocyclina javana,D.dispansa,D.fritschi, Camerina bagelensis,C.nanggoelani, Pellatispira+ mollusca: Siphonalia ickei, Ampulina boettgeri, Ancilla paeteli.

Djokdjakartae beds Camerina djokdjakartae, C.vredenburgi, C.bagelensis, Discocyclina javana, D.dispansa

Axinea beds Axinnaea dunkeri, Cardita helligondae, Corbula semitorta, Arca mollengraffi + gastropoda (Volutilithes ickei, Euthria jogjacartensis, Hindsia nanggoelanensis, Drilina sultani, Natica trisulcata, Solarium microdiscus, Ancilla songgoensis, Strepsidura songgoensis, Cetritherium songgoense

Siphonalia Ampulina Arca

40

Volutilithes Cardita CorbulaGambar 4.3. Beberapa contoh genus molluska sebagai fosil penciri

(3). Bothe (1929) menusun biostratigrafi Djiwo Hills Bayat berdasarkan atas Foraminifera besar

Tabel 4.4. Biostratigrafi Bothe (1929) berdasar Foraminifera besarU. Eocene Gamping layers D.javana,D.omphalus,

C.bagelensis, C.pengaronensisM.Eocene Gunung Wungkal Assilina spira,

A.granulosa,C.javana,D.sowerbyi

Assillina Camerina DiscocyclinaGambar 4.4. Beberapa contoh genus Foraminifera besar sebagai penciri

Perlu dperhatikan: untuk melakukan diskripsi fosil Foraminifera besar diperlukan pembuatan sayatan tipis dari fosil yang bersangkutan, kemudian dibandingkan dengan standart figure.

Stratigrafi tersebut di atas hingga saat ini masih dipergunakan sebagai salah satu acuan untuk menyusun stratigrafi cekungan daerah yang berkaitan.

Catatan kerja