bukti evolusi fosil

36
PENDAHULUAN Evolusi merupakan proses perubahan struktur tubuh makhluk hidup yang berlangsung sangat lambat dan dalam kurun waktu yang sangat lama. Evolusi berjalan terus sepanjang masa. Evolusi menyebabkan adanya keanekaragaman makhluk hidup. Teori-teori ilmiah terbaru sering mendorong banyak kontroversi. Kontroversi ini mempunyai pengaruh bermanfaat pada kemajuan ilmiah, karenanya para ilmuan dengan pandangan-pandangan yang berbeda bekerja secara intensif untuk menemukan bukti-bukti yang dapat mendukung ide-ide mereka. Teori evolusi organik dan teori seleksi alam (natural selection) Darwin melandasi setiap aktivitas mereka. Sebagai ilmuan, mereka berusaha mencari data-data yang dapat mendukung ataupun dapat membuktikan bahwa teori-teori terdahulu itu mungkin saja tidak benar. Bukti-bukti ilmiah tertentu yang lebih dari 100 tahun terakhir mendukung pemikiran Darwin, dan merupakan bagian-bagian khusus dari ilmu biologi antara lain: (1) bukti biogeografi, (2) bukti paleontologi, (3) bukti anatomi perbandingan, (4) bukti perbandingan embriologi, dan (5) bukti molekuler. Beberapa prinsip yang digunakan Darwin yang dianggap dapat memberikan petunjuk adanya evolusi antara lain adanya variasi di antara individu- individu dalam satu keturunan, adanya pengaruh penyebaran geografi, ditemukannya fosil-fosil diberbagai lapisan batuan bumi yang menunjukkan adanya perubahan secara berangsur-angsur, adanya homology antara organ system pada makhluk hidup, adanya data sebagai hasil studi mengenai komparatif perkembangan embrio. A. Bukti Anatomi Perbandingan Pendekatan untuk menginterpretasi bukti-bukti paleontologi adalah anatomi perbandingan. Para ahli anatomi perbandingan mencoba menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan antara struktur dasar (fundamental structure) organisme hidup. Mereka mempelajari bentuk-bentuk struktur dasar setiap kelompok organisme. Sebagai contoh, semua hewan vertebrata memiliki struktur dasar yang sama, yakni: suatu kerangka utama penyanggah tengkorak dan tulang belakang; tulang rusuk yang melindungi jantung dan paru-paru, tertancap pada tulang belakang; sepasang organ tambahan; 1

Upload: lya-vita-ferdana

Post on 05-Aug-2015

1.304 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

Evolusi merupakan proses yang terjadi selama pembentukan dan berlangsungnya kehidupan di alam semesta. Bukti tentang terjadinya evolusi banyak yang berserakan di sekitar kita untuk kita pelajari bersama.

TRANSCRIPT

Page 1: BUKTI EVOLUSI FOSIL

1

PENDAHULUAN

Evolusi merupakan proses perubahan struktur tubuh makhluk hidup yang

berlangsung sangat lambat dan dalam kurun waktu yang sangat lama. Evolusi

berjalan terus sepanjang masa. Evolusi menyebabkan adanya keanekaragaman

makhluk hidup. Teori-teori ilmiah terbaru sering mendorong banyak kontroversi.

Kontroversi ini mempunyai pengaruh bermanfaat pada kemajuan ilmiah,

karenanya para ilmuan dengan pandangan-pandangan yang berbeda bekerja secara

intensif untuk menemukan bukti-bukti yang dapat mendukung ide-ide mereka.

Teori evolusi organik dan teori seleksi alam (natural selection) Darwin melandasi

setiap aktivitas mereka. Sebagai ilmuan, mereka berusaha mencari data-data yang

dapat mendukung ataupun dapat membuktikan bahwa teori-teori terdahulu itu

mungkin saja tidak benar. Bukti-bukti ilmiah tertentu yang lebih dari 100 tahun

terakhir mendukung pemikiran Darwin, dan merupakan bagian-bagian khusus dari

ilmu biologi antara lain: (1) bukti biogeografi, (2) bukti paleontologi, (3) bukti

anatomi perbandingan, (4) bukti perbandingan embriologi, dan (5) bukti

molekuler. Beberapa prinsip yang digunakan Darwin yang dianggap dapat

memberikan petunjuk adanya evolusi antara lain adanya variasi di antara individu-

individu dalam satu keturunan, adanya pengaruh penyebaran geografi,

ditemukannya fosil-fosil diberbagai lapisan batuan bumi yang menunjukkan

adanya perubahan secara berangsur-angsur, adanya homology antara organ system

pada makhluk hidup, adanya data sebagai hasil studi mengenai komparatif

perkembangan embrio.

A. Bukti Anatomi Perbandingan

Pendekatan untuk menginterpretasi bukti-bukti paleontologi adalah

anatomi perbandingan. Para ahli anatomi perbandingan mencoba menemukan

persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan antara struktur dasar

(fundamental structure) organisme hidup. Mereka mempelajari bentuk-bentuk

struktur dasar setiap kelompok organisme. Sebagai contoh, semua hewan

vertebrata memiliki struktur dasar yang sama, yakni: suatu kerangka utama

penyanggah tengkorak dan tulang belakang; tulang rusuk yang melindungi

jantung dan paru-paru, tertancap pada tulang belakang; sepasang organ tambahan;

1

Page 2: BUKTI EVOLUSI FOSIL

2

dan sistem peredaran darah, pernafasan atau respirasi, pencernaan, pengeluaran

yang sama. Menurut Widodo, Lestari, U., Amin, M., (2003), semua kesamaan

tersebut menunjukkan bahwa organ tersebut berasal dari struktur yang sama yang

dikenal dengan istilah homolog. Sedangkan apabila suatu organ memiliki

Kesamaan fungsi namun berbeda asalnya disebut dengan analog.

Homologi adalah struktur dasar sama yang diturunkan secara genetik dari

nenek moyang yang umum tetapi kemudian memiliki fungsi yang berbeda. Suatu

contoh homologi yang baik adalah tulang lengan depan vertebrata (Gambar 2.5).

Semua vertebrata seperti burung, ikan paus, dan manusia mempunyai struktur

dasar tulang lengan depan yang sama kemudian melewati proses perubahan

(evolusi) dari nenek moyang yang umum, kemudian menampilkan fungsi yang

berbeda (Frida, 2006).

Gambar Struktur Homologi pada beberapa vertebrata. Semua tetrapod moderen mempunyai pentadactyl dasar

(lima digit) struktur lengannya. Misalnya, forelimb pada burung, manusia, ikan paus, dan kelelawar,

semuanya mempunyai struktur dasar yang sama, tetapi mempunyai fungsi yang berbeda (Ridley,

1996).

Analogi adalah menunjukkan fungsi yang sama, tetapi mempunyai

struktur dasar yang berbeda. Misalnya sayap burung dengan sayap serangga

mempunyai fungsi yang sama tetapi struktur dasarnya berbeda. Burung

mempunyai kerangka tulang sayap sedangkan serangga mempunyai sayap yang

tersusun dari lapisan kitin yang keras, tetapi keduanya berfungsi untuk terbang

(Frida, 2006).

Page 3: BUKTI EVOLUSI FOSIL

3

Anatomi perbandingan yang juga diidentifikasi yakni struktur vestigial.

Struktur vestigial adalah struktur-struktur tertentu yang tidak berkembang terus

pada beberapa organsime, tetapi dalam perkembangan selanjutnya berfungsi lain.

Gagasan organ vestigial kali pertama dikemukakan sekitar seabad yang

lalu. Menurut para evolusionis, di dalam tubuh sebagian makhluk hidup, terdapat

sejumlah organ yang tak berfungsi. Organ-organ ini telah diwarisi dari moyang

dan secara bertahap menjadi vestigial (kehilangan manfaat) karena jarang dipakai.

Ketika adaptasi terjadi melalui modifikasi perlahan pada stuktur yang telah ada,

struktur dengan organisasi internal dapat memiliki fungsi yang sangat berbeda

pada organisme terkait. Ini merupakan akibat dari stuktur leluhur yang

diadaptasikan untuk berfungsi dengan cara yang berbeda. Ciri-ciri anatomi

idiosinkratik lainnya adalah tulang pada pergelangan panda yang terbentuk

menjadi "ibu jari" palsu, mengindikasikan bahwa garis keturunan evolusi suatu

organisme dapat membatasi adaptasi apa yang memungkinkan (Gonzaga, 2009).

Selama adaptasi, beberapa struktur dapat kehilangan fungsi awalnya dan menjadi

struktur vestigial. Struktur tersebut dapat memiliki fungsi yang kecil atau sama sekali

tidak berfungsi pada spesies sekarang, namun memiliki fungsi yang jelas pada spesies

leluhur atau spesies lainnya yang berkerabat dekat. Struktur vestigial termasuk

rudimentasi, sayap pada mutan vestigial (Drosophila melanogaster) kekurangan

penglihatan pada hewan-hewan penghuni gua, gigi geraham manusia, tulang ekor

pada manusia (pada mamalia yang lain ekornya tumbuh memanjang) (Anonim,

2009).

Gambar Organ vestigial pada manusia yang berupa umbai cacing (apendiks vermiformis) (Anonim,

2010)

Page 4: BUKTI EVOLUSI FOSIL

4

B. Bukti Embriologi Perbandingan

Kalau ditinjau dari perkembangan embrio pada hewan multiseluler, akan

dijumpai kenyataan bahwa perkembangan mulai dari zigot menunjukan bentuk

yang hampir sama. Misalnya perkembangan pada blastula, grastrula, namun

dalam perkembangan selanjut-nya berbeda satu dengan yang lain sehingga bentuk

dewasanya menjadi sangat berbeda. Contohnya perbedaan antara ikan,

salamander, kura-kura, ayam, babi, sapi, kelinci dan mansuia sungguh sangat

berbeda, namun semua dimulai dari blastula dan grastrula serta embrio yang

hampir sama (Frida, 2006).

Mengenai perkembangan embrio Karl von Baer, menyatakan bahwa:

(a) sifat-sifat umum muncul paling awal kemudian diikuti sifat-sifat khusus; (b)

perkembangan dimulai dari yang umum sekali, kemudian kurang umum, dan

akhirnya ke sifat-sifat yang khusus; (c) hewan yang satu memisah secara progresif

dari hewan yang lain; (d) dalam perkem-bangannya hewan-hewan multiseluler

bentuk embrionya sama, tetapi kemudian pada saat dewasa bentuknya menjadi

berbeda-beda.

Informasi dari perbandingan pertumbuhan dapat dicontohkan dari adanya celah

insang pada embrio vertebrata. Celah-celah insang pada ikan dewasa akan tumbuh

menjadi insang, sedangkan pada reptilia, aves, dan mamalia dewasa tidak tumbuh insang

kecuali pada beberapa amphibia (Widodo, Lestari, U., Amin, M., 2003). Hal ini dapat

dijelaskan dengan gambar sketsa perbandingan embrio yang menunjukkan adanya

homologi.

Gambar Perkembangan embrio vertebrata. Semua vertebrata memiliki celah-celah insang pada stadium

embrional (Widodo, Lestari, U., Amin, M., 2003).

Page 5: BUKTI EVOLUSI FOSIL

5

C. Bukti Biogeografi

Biogeografi adalah mempelajari distribusi geografi dari tanaman dan

hewan. Kesimpulan mendasar dari studi biogeografis memperlihatkan bahwa

suatu spesies baru muncul pada satu tempat dan kemudian menyebar menuju

keluar dari titik atau tempat asal. Beberapa spesies kemudian menjadi lebih luas

distribusinya, tetapi mereka tidak dapat melewati barier-barier alami yang terpisah

daerah biogeografis yang besar. Oleh karena itu, meskipun lingkungan hidup

sesungguhnya identik pada daerah biogeografis berbeda, jarang ditempati oleh

spesies yang sama (Frida, 2006).

Contoh bukti biogeografi nyata yang telah diteliti oleh para ilmuwan

adalah burung finch. Burung finch (satu genus dengan burung pipit) di Kepulauan

Galapagos yang dulu dipakai Charles Darwin untuk mengembangkan teori

evolusi, kini terbukti cocok dengan teori itu mereka memang berevolusi (Schmid,

2006).

Beragam burung Finch yang ditemukan di Kepulauan Galapagos ini

diduga berasal dari nenek moyang yang sama. Burung Finch diduga mengalami

isolasi geografis sehingga sekarang ini ditemukan burung finch dengan berbagai

macam bentuk paruh. Bentuk paruh disesuaikan dengan cara memperoleh

makanannya. Perbedaan bentuk paruh ini diduga sebagai salah satu reaksi

adaptasi terhadap habitat yang berbeda-beda. Burung Finch yang berukuran

sedang yang diteliti Darwin, ternyata perlahan-lahan memperkecil paruhnya untuk

mendapatkan aneka jenis biji-bijian. Perubahan ini mulai terjadi sekitar duapuluh

tahun setelah kedatangan burung pesaing mereka yang berukuran lebih besar, dan

memperebutkan sumber makanan yang sama. Perubahan ukuran paruh

menunjukkan bahwa spesies yang berkompetisi untuk mendapatkan makanan

dapat mengalami evolusi. Berikut ini gambar sketsa dari burung beberapa finch

yang mempunyai perbedaan bentuk morfologi dan anatomi pada paruh.

Page 6: BUKTI EVOLUSI FOSIL

6

Grant telah mempelajari burung-burung Finch di Kepulauan Galapagos

selama beberapa puluh tahun dan pada mulanya bermaksud meneliti perubahan-

perubahan yang terjadi ketika beradaptasi dengan kekeringan yang turut pula

mengubah jenis makanan yang tersedia di sana. Menurut Robert C. Fleischer,

pakar genetika di Smithsonian National Museum of Natural History and National

Zoo dalam Schmid (2006), jarang ilmuwan bisa mendokumentasikan perubahan-

perubahan yang muncul dari hewan menanggapi kompetisi di alam. Lebih banyak

mereka mengamati ketika satwa masuk ke habitat yang baru atau perubahan iklim

dan perilaku untuk menemukan sumber makanan baru.

Dalam teori evolusi Darwin, perubahan itu dikenal dengan istilah

character displacement, yang terjadi ketika seleksi alam yang menghasilkan

perubahan pada generasi berikutnya. Adaptasi dari burung Finch ini merupakan

struktur atau perilaku yang bertujuan meningkatkan fungsi organ tertentu, yang

menyebabkan organisme menjadi lebih baik dalam bertahan hidup dan

bereproduksi. Variasi burung Finch yang ada saat ini mempunyai beragam bentuk

paruh yang disesuaikan dengan cara hidupnya. Hal ini jelas diakibatkan oleh

kombinasi perubahan acak dalam skala kecil pada sifat organisme secara terus

menerus yang diikuti oleh seleksi alam varian yang paling cocok terhadap

Gambar Perbandingan bentuk paruh burung Finch secara anatomi (a) dan (b) morfologi (Anonim, 2009)

Page 7: BUKTI EVOLUSI FOSIL

7

lingkungannya. Dengan demikian homologi paruh pada beragam variasi burung

finch dapat dijadikan sebagai salah satu bukti adanya evolusi, dan burung Finch

merupakan contoh fosil hidup adanya evolusi (Schmid, 2006).

D. Bukti Paleontologi

Fosil (dalam bahasa Latin: fossa yang berarti "menggali keluar dari dalam

tanah" ) adalah sisa-sisa atau bekas-bekas makhluk hidup yang menjadi batu atau

mineral. Fosil merupakan makhluk hidup atau sebagian dari makhluk hidup yang

tertimbun oleh tanah, pasir, lumpur dan akhirnya membatu, atau kadang-kadang

hanya bekas-bekas organisme. Pada umumnya fosil yang telah ditemukan terdapat

dalam keadaan tidak utuh, yaitu hanya merupakan suatu bagian atau beberapa

bagian dari tubuh makhluk hidup. Hancurnya tubuh makhluk hidup yang telah

mati disebabkan karena pengaruh air, angin, bakteri pembusuk, hewan-hewan

pemakan bangkai dan lain-lain. Fosil-fosil dapat ditemukan diberbagai macam

lapisan bumi, sehingga penentuan umumnya didasarkan atas umur lapisan yang

paling dalam, mempunyai umur yang lebih tua sedangkan umur fosil yang

ditemukan yang lebih atas mempunyai umur yang lebih muda. Dengan

membandingkan fosil-fosil yang ditemukan diberbagai lapisan bumi yaitu mulai

dari sederetan fosil-fosil yang telah ditemukan dalam lapisan batuan bumi dari

yang tua sampai ke yang muda menunjukkan ada perubahan yang terjadi secara

berangsur-angsur maka dapat disimpulkan bahwa fosil merupakan petunjuk

adanya evolusi (Widodo, Lestari, U., Amin, M., 2003).

Fosil merupakan catatan sejarah penting sebagai petunjuk adanya evolusi.

Dengan membandingkan struktur tubuh hewan masa lampau yang telah menjadi

fosil dengan hewan sekarang dapat disimpulkan bahwa keadaan lingkungan di

masa lampau berbeda dengan sekarang. Tokoh yang mempelajari fosil dan

hubungannya dengan evolusi adalah:

a) Leonardo da Vinci (Italia 1452-1519). Orang yang pertama kali berpendapat

fosil merupakan bukti adanya makhluk hidup di masa lampau.

b) George Cuvier (Perancis 1769-1832) merupakan ahli anatomi perbandingan.

Ia mengadakan studi perbandingan antara fosil-fosil dari berbagai lapisan bumi

dan makhluk hidup yang ada sekarang. Cuvier menyimpulkan bahwa pada

Page 8: BUKTI EVOLUSI FOSIL

8

masa tertentu telah diciptakan makhluk-makhluk hidup yang berbeda dari masa

ke masa. Setiap masa diakhiri kehancuran alam. Paham ini dikenal dengan

kataklisma.

c) Darwin mengatakan bahwa makhluk hidup pada lapisan bumi tua mengadakan

perubahan bentuk untuk menyesuaikan diri dengan lapisan bumi yang lebih

muda. Oleh sebab itu, fosil pada lapisan bumi muda berbeda dengan fosil di

lapisan bumi tua (Anonim, 2009).

Fosil jarang ditemukan dalam keadaan lengkap (utuh), umumnya

merupakan suatu bagian atau beberapa bagian tubuh makhluk hidup. Faktor-faktor

yang menyebabkan jarang ditemukan fosil dalam keadaan lengkap, yaitu:

1) Terjadinya lipatan batuan bumi;

2) Pengaruh air, angin, dan bakteri pembusuk;

3) Hewan pemakan bangkai;

4) Jenis organisme, ada organisme yang tidak mungkin menjadi fosil, misalnya

amoeba; (Anonim, 2010)

Keadaan lingkungan yang tidak memungkinkan suatu bagian tubuh

organisme menjadi fosil. Untuk menjadi fosil, sisa-sisa hewan atau tanaman ini

harus segera tertutup sedimen. Proses Pembentukan fosil disebut dengan

fosilisasi.

Fosilisasi

Fosilisasi merupakan proses penimbunan sisa-sisa hewan atau tumbuhan

yang terakumulasi dalam sedimen atau endapan-endapan baik yang mengalami

pengawetan secara menyeluruh, sebagian ataupun jejaknya saja. Terdapat

beberapa syarat terjadinya pemfosilan yaitu antara lain:

1. Organisme mempunyai bagian tubuh yang keras

2. Mengalami pengawetan

3. Terbebas dari bakteri pembusuk

4. Terjadi secara alamiah

5. Mengandung kadar oksigen dalam jumlah yang sedikit

6. Umurnya lebih dari 10.000 tahun yang lalu (Anonim, 2010).

Page 9: BUKTI EVOLUSI FOSIL

9

Fosil hidup

Istilah "fosil hidup" adalah istilah yang digunakan suatu spesies hidup

yang menyerupai sebuah spesies yang hanya diketahui dari fosil. Beberapa fosil

hidup antara lain ikan coelacanth, burung Finch dan pohon ginkgo. Fosil hidup

juga dapat mengacu kepada sebuah spesies hidup yang tidak memiliki spesies

dekat lainnya atau sebuah kelompok kecil spesies dekat yang tidak memiliki

spesies dekat lainnya. Contoh dari kriteria terakhir ini adalah nautilus (Anonim,

2009).

Tempat penemuan fosil

Kebanyakan fosil ditemukan dalam batuan endapan (sedimen) yang

permukaannya terbuka. Batu karang yang mengandung banyak fosil disebut

fosiliferus. Tipe-tipe fosil yang terkandung di dalam batuan tergantung dari tipe

lingkungan tempat sedimen secara ilmiah terendapkan. Sedimen laut, dari garis

pantai dan laut dangkal, biasanya mengandung paling banyak fosil (Anonim,

2010).

Proses terbentuknya fosil

Fosil terbentuk dari proses dari proses penghancuran peninggalan

organisme yang pernah hidup. Hal ini sering terjadi ketika tumbuhan atau hewan

terkubur dalam kondisi lingkungan yang bebas oksigen. Fosil yang ada jarang

terawetkan dalam bentuknya yang asli. Dalam beberapa kasus, kandungan

mineralnya berubah secara kimiawi atau sisa-sisanya terlarut semua sehingga

digantikan dengan cetakan.

Pemanfaatan fosil

Fosil penting untuk memahami sejarah batuan sedimen bumi. Subdivisi

dari waktu geologi dan kecocokannya dengan lapisan batuan tergantung pada

fosil. Organisme berubah sesuai dengan berjalannya waktu dan perubahan ini

digunakan untuk menandai periode waktu. Sebagai contoh, batuan yang

mengandung fosil graptolit harus diberi tanggal dari era paleozoikum. Persebaran

Page 10: BUKTI EVOLUSI FOSIL

10

geografi fosil memungkinkan para ahli geologi untuk mencocokan susunan batuan

dari bagian-bagian lain di dunia.

1. Fosil tumbuhan

Salah satu fosil tumbuhan yang pernah ditemukan adalah Archaefructus

liaoningensis yang berusia 140 juta tahun. Struktur fosil ini mirip daun dan pada

fosil tersebut mengandung minyak tumbuh-tumbuhan. Minyak ini merupakan

suatu ciri khas yang hanya dimiliki tanaman berbunga.

Jika dilihat dari fosil yang terekam dalam

lapisan-lapisan sedimen di kerak Bumi, fosil

tumbuh-tumbuhan tertua tercatat berusia 425 juta

tahun, yang ditunjukkan dengan keberadaan fosil

fern, fir, conifer dan beberapa varietas tumbuhan

purba yang lain. Sementara di masa 130 juta

tahun silam tumbuhan berbunga mulai mewarnai

permukaan Bumi. Di antara dua masa itu tidak

diketahui secara pasti bagaimana tumbuhan yang

lebih tua mampu berevolusi membentuk

tumbuhan berbunga. Charles Darwin menjumpai

fenomena ini sejak abad 19 lalu (Smunsa, 2001).

Sejak itu berbagai kemungkinan diungkapkan, namun permasalahan ini masih

kontroversial hingga sekarang. Di kalangan ilmuwan, fenomena ini dikenal

sebagai salah satu misteri Darwin.

Oleanane

Gambar disamping merupakan rumus

bangun molekul oleanane yang berhasil dideteksi

Moldowan dan rekan-rekannya dari deposit

sedimen berminyak yang berusia ratusan juta

tahun. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

tim geologi Amerika, penelitian ini didasarkan

pada sebuah senyawa organik yang dinamakan

Page 11: BUKTI EVOLUSI FOSIL

11

oleanane, yang acap ditemukan pada fosil-fosil tumbuhan. Hal ini merupakan

langkah maju. Selama ini kerja para palentolog terbatas pada anatomi tumbuhan

purba yang tercetak dalam fosil secara detil, bukan pada molekul pembentuk

(oleanane), kata Bruce Runnegar, profesor palentologi di University California of

Los Angeles.

Oleanane merupakan senyawa organik yang diproduksi oleh berbagai

macam tumbuhan dan berfungsi sebagai bagian dari mekanisme pertahanan

tumbuhan terhadap serangan serangga, jamur dan berbagai aktivitas mikroba

lainnya. Namun senyawa ini tidak dijumpai pada beberapa tumbuhan seperti

pinus. Gambar di samping merupakan sebuah fosil tumbuhan purba berbunga

(kiri) dan tumbuhan berbunga saat ini (Hanman's Fossils dalam Tim Smunsa,

2001).

Tim geologi yang dipimpin oleh Moldowan dan koleganya mempelajari

sedimen-sedimen berumur Permian yang mengandung sisa-sisa tumbuhan purba

yang dikenal sebagai gigantopterids. Dalam lapisan sedimen yang sama pula

ditemukan oleanane. Hal ini

memperlihatkan bahwa

gigantopterids pun memproduksi

oleanane, layaknya tumbuhan

moderan pada saat ini. Dari sini

biolog David W. Taylor dari

Indiana University menyimpulkan

bahwa tumbuh-tumbuhan berbunga

telah ada jauh lebih awal.

Penemuan ini cukup penting karena

dalam waktu yang belum lama juga di daratan Cina ditemukan fosil

gigantopterids yang lengkap dengan daun dan batangnya, yang sangat mirip jika

dibandingkan dengan tumbuhan berbunga modern. Taylor memperkirakan bahwa

gigantopterids dan tumbuhan berbunga mulai berevolusi dari tumbuhan yang

lebih tua secara bersama-sama semenjak 250 juta tahun yang lalu. Penemuan ini

sedang memasuki lapangan perdebatan ilmiah yang sesungguhnya. Namun di

samping itu, Moldowan dan rekan-rekannya mencatatkan diri bahwa oleanane

Page 12: BUKTI EVOLUSI FOSIL

12

dapatlah dijadikan sebagai fosil kimiawi yang penting untuk mempelajari sejarah

kehidupan di muka Bumi (Tim Smunsa, 2001)

Fosil tanaman yang paling banyak ditemukan di bumi adalah sejenis paku-

pakuan (fern). Salah satu temuan di dinding tambang batubara berupa fosil

tumbuhan sejenis pakis yang disebut pteridosperm yang memiliki daun selebar

sekitar 6 centimeter. Hal ini ditemukan oleh para pekerja sebuah tambang

batubara di Illinois, AS terkejut saat melihat lukisan di dinding tambang yang

menggambarkan pemandangan masa lalu. Setelah mengebor emas hitam yang

mereka inginkan, pada langit-langit gua bekas pengeboran terlihat jejak lumut,

semak belukar, dan tumbuh-tumbuhan purba lainnya.

Sebagaimana dilaporkan dalam sebuah jurnal Geologi edisi bahwa fosil

vegetasi purba yang diperkirakan berumur 300 juta tahun memenuhi kawasan

tambang hingga seluas 10 kilometer persegi. Ini merupakan fosil hutan terbesar

yang pernah ditemukan. Menurut Dr. Howard Falcon-Lang seorang pakar

kebumian dari Universitas Bristol yang menemukan situs tersebut menyatakan

bahwa Para geolog mencoba menuruni sekitar seratus meter di bawah permukaan

tanah dan menyusuri orong-lorong gelap gulita yang panjangnya beberapa

kilometer dengan fosil hutan di langit-langitnya. Mereka menemukan jejak

keragaman ekologi yang sangat kompleks. Jenis tumbuh-tumbuhan paling banyak

ditemukan berupa sejenis pakis yang tingginya sekitar 4 meter dan membentuk

Page 13: BUKTI EVOLUSI FOSIL

13

sub kanopi yang menaungi vegetasi di bawahnya. Namun, ada jenis paku-pakuan

raksasa yang tingginya mencapai 40 meter dan ini merupakan temuan yang tak

ternilai.

Kenakeragaman hayati yang jelas terlihat dari kumpulan fosil tumbuh-

tumbuhan menjadi sumber informasi yang penting untuk mempelajari sejarah

hutan purba. Menurut Scott, proses pembentukan fosil di wilayah ini sangat lain

dan lebih dinamis dibandingkan kawasan lainnya. Epos Pennsylvania yang

berlangsung antara 229-325 juta tahun lalu diperkirakan puncak periode

pembentukan formasi batubara di wilayah tersebut. Deposit tambang dan fosil di

Illinois itu mungkin terbentuk karena gempa besar yang menyebabkan kawasan

tersebut lebih rendah dari permukaan laut. Hutan yang terendam air garam

kemudian mati dan mulai tertutup endapan-endapan selama jutaan tahun sampai

menjadi batubara (Enterpises, 2010).

Biasanya, para ilmuwan mencari tahu sejarah kebumian dengan mengebor

lapisan batuan secara vertikal dan mempelajari lapisan demi lapisan. Tapi, dengan

temuan ini mereka dapat mempelajari satu periode kehidupan di Bumi secara rinci

yang terekam dalam satu lapisan yang sangat luas.

2. Fosil Hewan

Fosil Hewan paling banyak ditemukan daripada fosil tumbuhan. Fosil

vertebrata banyak ditemukan diberbagai daerah, sedangkan fosil avertebrata

sangat jarang ditemukan dipermukaan bumi. Hal ini karena pada umumnya

anggota vertebrata tidak memiliki bagian tubuh yang keras. Namun demikian hal

ini tidak menutup kemungkinan bahwa akan dapat ditemukan fosil dari

vertebrata. Faktor adanya bagain tubuh yang keras bukanlah satu-satunya penentu

adanya fosil. Jika fosil terbentuk pada zaman es, maka pada tersebut masih

terdapat bakteri pembusuk. Zaman es terjadi beberapa juta tahun yang lalu. Pada

iklim yang dingin mayoritas bakteri sedang tidak aktif melakukan proses

pembusukan. Fosil yang ditemukan pada umumnya berusia lebih dari 10.000

tahun. Dengan demikian maka fosil dari golongan Avertebrata yang hidup pada

zaman es pada jutaan tahun yang lalu sangat mungkin untuk ditemukan. Berikut

ini beberapa contoh fosil hewan yang pernah ditemukan oleh para arkeolog.

Page 14: BUKTI EVOLUSI FOSIL

14

Gambar Fosil Hewan (Anonim, 2009)

Page 15: BUKTI EVOLUSI FOSIL

15

Contoh Catatan Fosil yang Lengkap

Data fosil untuk kelompok kuda dan primata cukup lengkap untuk dapat

mendeskripsikan evolusi yang terjadi pada dua kelompok hewan tersebut. Namun

demikian, selengkap-lengkapnya data fosil masih belum dapat menjelaskan secara

detail apa yang terjadi pada masa silam. Dasar deskripsi evolusi kuda dan primata

ini, para ahli menggunakan metode pendekatan dengan dengan membandingkan

perubahan struktur dari makhluk hidup yang paling erat kaitannya dengan

makhluk hidup sasaran.

a) Evolusi Kuda

Evolusi kuda merupakan suatu contoh klasik yang datanya cukup lengkap.

Hal ini disebabkan oleh kuda hidup berkelompok dan berjumlah cukup besar,

sehingga meninggalkan sejumlah besar fosil dari masa ke masa. Fosil kuda

primitif ditemukan dalam jumlah besar pada jaman eosen yaitu ± 58 juta tahun

yang lalu di Amerika Utara dan Eropa (Widodo, Lestari, U., Amin, M., 2003).

Fosil kuda paling primitif dikenal dengan Eohippus. Ciri-ciri fosil

eohippus berdasarkan rangkanya dapat dideskripsikan sebagai berikut, kuda ini

sebesar kucing atau kancil dan tingginya hanya sekitar 30 cm. Dari fosil struktur

gigi diketahui bahwa eohippus adalah pemakan semak belukar, giginya berjumlah

22 pasang dengan gigi geraham yang terspesialisasi untuk menggiling makanan.

Ukuran tubuh yang pendek sangat menguntungkan eohippus karena dapat

menyelinap diantara semak belukar. Hal ini ditunjukkan pula oleh pola gigi yang

sesuai untuk menggigit semak belukar dan bukan rumput. Kaki dengan beberapa

jari ikut membantu dalam mengais dan menggali akar-akar yang lunak (Widodo,

Lestari, U., Amin, M., 2003).

Pada masa berikutnya terjadi suatu perubahan pada permukaan bumi.

Hutan menjadi berkurang dan timbul padang rumput yang luas. Padang rumput ini

merupakan suatu biotop baru. Gigi yang sebelumnya cocok untuk merenggut

Gambar: Eohipus dengan panjang 20 cm pada habitat semak

Page 16: BUKTI EVOLUSI FOSIL

16

semak belukar, tidak diperlukan lagi. Kini diperlukan suatu gigi yang lebih lebar

dan bermahkota email yang cukup tebal untuk menggigit dan mengunyah rumput.

Gigi beremail sesuai untuk mengunyah rumput karena rumput mengandung kadar

silikat yang tinggi. Gigi seri melebar dan pipih untuk menggigit rumput. Gigi

premolar berubah bentuk menjadi molar. Gigi geraham melebar untuk

menggantikan fungsi mengunyah menjadi menggiling. Perubahan gigi

mengakibatkan gigi bertambah lebar (Widodo, Lestari, U., Amin, M., 2003).

Panjang alat gerak diperlihatkan pada berrtambah panjangnya kaki, jumlah

jari yang lebih sedikit yang disesuaikan untuk kehidupan padang rumput. Kaki

depan terdiri dari empat jari dan satu jari mengalami rudimentasi, sedangkan kaki

belakangnya mempunyai tiga jari dan dua jari mengalami rudimentasi. Bentuk jari

tengah semakin panjang dan besar dibandingkan dengan jari moyangnya. Ujung

jari setiap kaki ditutupi oleh kuku (Widodo, Lestari, U., Amin, M., 2003).

Gambar Evolusi Kuda dimulai dariu 50 jtl dimulai pada era Eocence, Oligocence,

Miocence, Pliocence, Pleistocence, dan bentuk dari kuda yang ada saat ini

(Anonim, 2009).

Page 17: BUKTI EVOLUSI FOSIL

17

Lebih jelasnya pada evolusi kuda terjadi perubahan sebagai berikut:

a) Pertambahan dalam ukuran. Ukuran tubuh kuda bertambah mulai dari sebesar

kancil menjadi sebesar kuda akutual sekarang.

b) Pemanjangan kaki depan dan belakang. Kaki kuda yang relatif sebanding

dengan tubuhnya seperti proporsi tubuh kucing atau anjing.

c) Reduksi jari-jari lateral dan pembesaran jari tengah. Mula-mula jari kaki

berjumlah ¾ buah, kemudian tereduksi menjadi satu jari saja.

d) Punggung menjadi lurus dan datar. Punggung yang miring melekuk dengan

bagian dada lebih tinggi menjadi datar.

e) Gigi seri melebar. Gigi seri yang semula serupa gigi mamalia lainnya menjadi

lebar dan pipih untuk menggigit rumput.

f) Gigi premolar berubah bentuk menjadi molar. Gigi geraham melebar semua

menggantikan fungsi menguyah menjadi menggiling.

g) Pemanjangan dari tengkorak. Tengkorak memanjang untuk memperoleh

bentuk kepala yang lebih ideal untuk menambah kecepatan berlari.

h) Pertambahan mahktota gigi dengan pertumbuhan bagian email. Sesuai dengan

fungsi dan jenis makanannya cara menggiling makanan mengakibatkan

mahkota gigi aus. Untuk menanggulangi kerusakan gigi, maka bagian

mahkota gigi cukup tebal untuk mengakomodasi keausan sampai kudanya

berusia 5 tahun.

i) Volume otak bertambah besar dan juga bertambah kompleks.

j) Rahang bertambah lebar untuk mengakomodasi perubahan gigi (Frida, 2006).

Eohippus sampai menjadi equus diperkirakan melalui tahapan Eohippus

borealis Orohippus Epihippus Mesohippus bairdi Miohippus

Parahippus Pliohippus Equus (Widodo, Lestari, U., Amin, M., 2003).

b) Evolusi Primata

Evolusi primata merupakan salah satu contoh evolusi dengan data yang

cukup lengkap. Teori evolusi yang hanya didasarkan atas adanya fosil tidak

pernah dapat menerangkan dengan lengkap apa yang terjadi di masa lampau. Oleh

karena itu untuk mempelajari evolusi suatu organisme, biasanya para ahli

menggunakan data suatu organisme yang masih hidup hingga kini. Dalam hal ini,

Page 18: BUKTI EVOLUSI FOSIL

18

yang dilakukan para ahli ialah melihat perubahan stuktur dari organisme-

organisme yang paling erat hubungan kekerabatan dengan organisme sasaran

yang diteliti. Dengan mengaitkan perubahan-perubahan suatu ciri, maka dapat

ditarik kesimpulan mengenai apa yang terjadi pada masa silam. Dalam hal ini,

digunakan pendekatan pada golongan primata.

Salah satu definisi evolusi adalah merupakan suatu ilmu yang mempelajari

perubahan yang berangsur-angsur menuju ke arah yang sesuai dengan masa dan

tempat. Pada dasarnya evolusi tidak untuk membuktikan apakah suatu jenis

berasal dari jenis yang lain. Memang menurut Darwin, suatu organisme berasal

dari organisme lain. Tetapi pembuktian bahwa suatu jenis berasal dari jenis yang

lain tidak pernah dapat dibuktikan. Yang dipelajari dalam evolusi adalah proses

perubahannya.

Primata muncul sekitar 70 juta tahun yang lalu seiring dengan punahnya

dinosaurus. Ordo primata dibagi menjadi dua sub ordo, yakni Prosimian (meliputi

lemur, tarsius, dll) dan Antropoid (kera, monyet, manusia). Prosimian yang

dahulu mendominasi primata, sekarang semakin tersingkir dan akhirnya menjadi

endemik beberapa daerah seperti Madagaskar. Dengan pemisahan garis

filogenetik, maka cabang dari Anthropoidea ada 3, yaitu monyet, kera, dan

Hominid (manusia). Monyet pertama muncul kira-kira 50 juta tahun lalu. Awal

mulanya, monyet dunia baru muncul dari cabang primata kuno, dan belakangan

monyet dunia lama berevolusi sebagai garis keturunan terpisah. Garis keturunan

yang tersisa setelah pemisahan monyet disebut garis Hominoid. George Gaylord

Simpson menyarankan pengelompokan garis itu ke superfamilia Hominoidea.

Pengelompokan itu mencakup: Hylobatidae (kera kecil), Pongidae (kera besar),

Hominidae (manusia). Fosil kera primitif yang pernah ditemukan kira-kira berusia

35 juta tahun dan dinamakan Aegyptopithecus, yakni “kera fajar”. Karena itu

merupakan garis keturunan hominoid, maka kera tersebut adalah nenek moyang

bersama kera dan manusia. Divergensi antara kera purba dan manusia diduga

terjadi sekitar 7 atau 8 tahun yang lalu (Anonima, 2006).

Page 19: BUKTI EVOLUSI FOSIL

19

Prosimian (tarsius) Antropoid (kera)

Awal mulanya, primata mengadaptasikan kehidupan arboreal. Sendi bahu

yang sangat fleksibel pada monyet dan kera memudahkan mereka untuk berayun-

ayun dari pohon yang satu ke pohon yang lain. Tipe lokomosi seperti itu disebut

brachiasi (dari kata Latin brachia/brachium untuk lengan). Modifikasi lainnya

adalah pergeseran mata ke tengah wajah, sehingga citra dari kedua mata dapat

menumpuk ditengah dan menghasilkan citra yang lebih baik. Kebanyakan primata

memiliki pegangan tangan dan kaki yang kuat dan fleksibel. Namun, kemampuan

itu telah tereduksi hampir seratus persen pada primata bipedal yang plantigrad,

seperti manusia. Akan tetapi, hampir semua primata dari yang primitif sampai

yang modern sekalipun, memiliki tangan dengan ibu jari yang dapat berputar. Hal

ini sangat menguntungkan bukan saja untuk memegang objek, namun melakukan

manipulasi dan modifikasi lingkungan. Apalagi, dengan perkembangan

neokorteks (cerebrum) yang amat pesat, hal ini memberikan peluang untuk

perkembangannya.

Bukti yang digunakan untuk mempelajari perubahan akan ditinjau dari

banyak segi, yang dapat memberikan petunjuk mengenai apa yang terjadi pada

masa lalu. Suatu sifat akan berevolusi sesuai dengan perkembangan waktu dan

tempat. Dengan menggunakan data fosil dan organisme aktuil mempunyai semua

sifat terevolusi. Analisis yang dilakukan pada primata primitive sampai dengan

primata yang maju, yakni manusia memberikan gambaran sebagai berikut:

Page 20: BUKTI EVOLUSI FOSIL

20

1. Perkembangan Primata primitif ke Primata maju

Hubungan antara tulang vertebra dan tengkorak mengalami perubahan yang

berangsur-angsur menuju titik berat tengkorak. Mula-mula hubungan ini

terdapat dibagian tepi menjadi tepat berada di bawah. Perubahan ini diikuti

dengan perubahan cara berjalan dari empat kaki menjadi dua kaki. Sejalan

dengan perubahan ini, maka otot leher menjadi lebih lemah, sedangkan

panggul menjadi lebih penting dan kuat. Bentuk tengkorak yang memanjang

dengan rahang besar, gigi yang kuat dan membentuk moncong menjadi

bertambah pendek. Rongga hidung menjadi mengecil (Widodo, Lestari, U.,

Amin, M., 2003).

Bola mata pada organisme non primata tidak mempunyai tulang yang

meliputinya. Tetapi pada kera dan manusia, mata sudah sepenuhnya

terlindung. Hal ini menunjukkan bahwa mata menjadi organ yang sangat

penting. Selain itu, dapat pula dilihat bahwa mata yang menghadap ke

samping, menjadi berangsur-angsur menghadap ke depan. Penglihatanpun

berubah dari dua dimensi menjadi tiga dimensi, dan kemampuan melihat

warna meningkat dari hitam putih untuk membedakan gelap dan terang

menjadi mampu melihat hampir semua spectrum warna. Hal ini erat kaitannya

dengan cara hidup dari malam hari menjadi siang hari. Selain itu, matapun

diperlukan untuk melihat makan diantara ranting-ranting pohon, dan untuk

menyelinap dengan mudah diantara hutan (Widodo, Lestari, U., Amin, M.,

2003).

Ujung jari bercakar berangsur-angsur berubah menjadi kuku. Hal ini terlihat

bahwa tupai mempunyai cakar, sedangkan primata lebih lanjut mempunyai

kuku yang tebal dan akhirnya manusia mempunyai kuku yang tipis. Cakar

mula-mula digunakan untuk mengais mencari makan. Dengan berubahnya

cara hidup dari hidup di tanah menjadi kehidupan arboreal, maka cakar

menjadi mengganggu kemapuan bergerak dengan cepat di atas pohon.

Kehidupan arboreal lebih membutuhkan kemampuan untuk memegang.

Dengan demikian, terjadi pula perubahan cara memegang dengan

terbentuknya ibu jari dengan persendiaan yang lain daripada jari-jari yang lain.

Hal ini erat kaitannya dengan timbulnya flora hutan sebagai habitat baru di

Page 21: BUKTI EVOLUSI FOSIL

21

muka bumi. Cakar perlu untuk naik pohon, tetapi selalu terkait kalau pindah

dari suatu tempat ke tempat lain. Selain itu, terjadi pula perubahan dari telapak

tangan. Hal ini penting berkaitan dengan kemampuan untuk memegang yang

terlihat pada kera, yang mempunyai “empat tangan”, bahkan pada kera

Amerika Selatan, ekorpun dapat digunakan untuk memegang (Widodo,

Lestari, U., Amin, M., 2003).

Kehidupan arboreal menyebabkan fungsi tangan lebih penting daripada kaki.

Hal ini terlihat pada bangsa kerayang memilki tangan yang lebih panjang dan

lebih kuat daripada kaki. Struktur ini penting untuk dapat berayun-ayun dan

berpindah tempat. Dengan berubahnya permukaan bumi, maka jumlah hutan

menjadi semakin sedikit. Selain itu, ditemukan primata besar yang tidak dapat

ditunjang oleh hutan. Dengan demikian, primata mulai turun ke permukaan

bumi. Akibatnya tangan menjadi kurang diperlukan sedangkan kaki

diperlukan untuk mengejar mangsa dan menghindarkan diri dari predator

(Widodo, Lestari, U., Amin, M., 2003).

Volume otak mengalami perubahan pesat. Faktor ini sangat nyata terlihat pada

golongan kera-manuasia. Australopithecus hanya mempunyai volume otak

600 cc, sedangkan manusia modern sekitar dua kali lebih besar. Data fosil

menunjukkan bahwa fosil manusia lainnya mempunyai kisaran antara

keduanya. Perubahan volume otak dapat pula dilihat pada perubahan dahi.

2. Data Fosil Evolusi Primata

Bermacam-macam fosil primata seperti Mesopithecus, Miopithecus,dan

Aegyptophitecus dari lapisan Oligosen; Parapithecus, Propliopithecus yang

berbentuk seperti bajing, diperkirakan tidak mempunyai hubungan kekerabatan

yang cukup erat dengan manusia. Fosil primata yang paling tua dan masih

termasuk famili Homonidae adalah Dryopithecus, Limnopithecus,

Brahmapithecus, Sivapithecus, Pliopithecus, Oreopithecus, dan Proconsul yang

dikenal sejak zaman Miosen. Dryopithecus dianggap berkerabat dengan bangsa

beruk dan kera, sedangkan Proconsul, merupakan fosil Homidid tertua yang

diduga berkerabat dengan gorilla dan simpanse. Fosil Brahmapithecus, dan

Sivapithecus belum diketahaui kerabat dekatnya. Kemudian dikenal fosil Hominid

yang lebih muda yakni Ramapithecus yang dianggap sebagai fosil yang erat

Page 22: BUKTI EVOLUSI FOSIL

22

hubungannya dengan manusia. Fosil ini pada mulanya hanya sebuah tulang

rahang. Namun kini pandangan tersebut berubah, karena penemuan baru telah

meberikan pandangan yang lebih baik. Fosil ini ternyata identik dengan

Dropithecus (Anonimb, 2006).

Pada lapisan yang lebih muda, mulai dijumpai Paraustralopithecus

aethiopicus, yang kemudian oleh para ahli yang beraliran progresif sekarang

disebut Homo aethiopicus, Australopithecus (A. africanus, A. afarensis), Homo,

Meganthropus palaeojavanicus (Homo mojokertoensis), dan Paranthropus (P.

boisei, P. robustus). Kedua marga fosil terakhir dan Gigantopithecus adalah fosil

manusia atau kera berukuran besar dan mungkin pantas dinamakan raksasa.

Fosol-fosil yang menempati lapisan lebih atasa adalah Zinjanthropus, Homo

habilis, Homo ergaster, Homo rudolfensis. Baru kemudian kita mengenal manusia

purba, Homo erectus (Sinatropus, Pithecanthropus, Atlanthropus, Telanthropus,

Eoanthropus dan Homo heidelbergensis). Fosil-fosil Hominid yang paling muda

semuanya sudah dianggap sebagai Homo-sapiens (Swancombe, Steinheim, Cro-

Magnon), dan Homo sapiens neaderthalensis (Homo soloensis, Homo

rhodosiensis) (Anonimb, 2006).

3. Makhluk–makhluk pra-Homo sapiens

Evolusi makhluk pra–Homo sapiens dapat digolongkan menjadi dua

bagian besar, yakni:

a) Evolusi pra-Homo sapiens berdasarkan hubungan kekerabatan manusia

dengan hewan. Berdasarkan hubungan kekerabatan antara manusia dengan

hewan, evolusiner pra-Homo sapiens secara garis besar mengalami 4

perkembangan, yakni:

Famili Tupaiidae

Famili Tupaiidae merupakan ordo Primata, yakni golongan hewan

pemakan serangga.

Famili Lemuroidae

Famili ini merupakan Ordo Primata primitif termasuk di dalamnya

adalah jenis binatang setelah kera. Misalnya Tarsius spectrum (binatang

hantu), yang hidup di Indonesia (Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatra), dan

Page 23: BUKTI EVOLUSI FOSIL

23

Filipina. Jenis binatang tersebut mempunyai ekor panjang serta berkuku

bukan cakar dengan kemampuan memanipulasi objek.

Famili Pongidae

Famili Homonidae (Anonima, 2006).

b) Evolusi pra-Homo sapiens berdasarkan ditemukannya fosil

Evolusi pra - Homo sapiens berdasarkan hasil penemuan fosil yang

ditemukan di berbagai lapisan dunia. Berdasarkan fosil yang ditemukan

diperkirakan kehidupan manusia dimulai lebih kurang 25 juta tahun lalu yang

tersebar menjadi 3 zaman, yakni:

1. Zaman Miosin (25 – 10 juta tahun yang lalu)

Tahap pertama, yakni Plipithecus. Makhluk ini sepenuhnya bersifat kera,

oleh karena itu dinamakan kera primitif. Tubuhnya kecil dan pendek.

Kedua tangannya mungkin masih digunakan untuk bergelantungan di

dahan pohon. Mereka belum dapat berjalan tegak. Diduga, kera primitif

hidup 35 – 25 juta tahun yang lalu. Ditemukan oleh tim ekspedisi

Universitas Yale di Fayum tahun 1961 (Anonimb, 2006).

Tahap kedua, Proconsul, yakni kera purba yang hidup sekitar 25 -15 juta

tahun yang lalu. Para ahli berpendapat bahwa makhluk ini tidak

sepenuhnya bersifat kera; disebabkan pada muka, rahang, gig geliginya

terdapat ciri yang ditafsirkan sebagai ciri manusia. Makhluk ini ditemukan

di danau Victoria, dikatakan oleh seorang ahli: “Mungkinkah ini

merupakan bisikan samar – samar pertama tentang makhluk hidup yakni

Page 24: BUKTI EVOLUSI FOSIL

24

manusia”. Proconsul semakin banyak terkumpul dan semuanya

menunjukkan bahwa binatang ini muncul dengan berbagai ukuran yang

berbeda – beda; ada yang sekecil simpanse dan ada yang menjadi sebesar

gorilla. Tipe gorilla inilah yang menjadi nenek moyang gorilla modern

(Anonimb, 2006).

Tahap ketiga, Dryopithecus, yakni kera raksasa yang hidup sekitar 15 –

10 juta tahun yang lalu. Makhluk ini sejenis Proconsul. Fosilnya

ditemukan luas di Eropa, India, Cina, dan Afrika. Fosil ini belum lengkap

untuk menunjukkan salah satu anggota dari genus yang luas menuju ke

arah manusia. Karena rekonstruksi makhluk ini dibuat terutama dengan

menggunakan fragmen–fragmen dan gigi–gigi. Dryopithecus memiliki

bentuk badan yang cukup besar serta sangat gemar mengembara sehingga

menempati hutan tropis yang sangat luas (Anonimb, 2006).

Page 25: BUKTI EVOLUSI FOSIL

25

Tahap keempat, Ramapithecus, yakni primata paling purba yang pada

umumnya dianggap sebagai leluhur manusia. Hidup sekitar 15 -10 juta

yang lalu. Ukurannya jauh lebih lebih kecil daripada manusia sekarang,

yakni 0,9 – 1,2 meter dan kapasitas tengkoraknya lebih kurang 40 cc.

Ramapithecus memiliki busur gigi yang lebih kecil namun jauh lebih besar

daripada kera. Bentuknya kira-kira mirip dengan busur gigi manusia. Pada

manusia, tanganlah yang melakukan sebagian besar pemecahan dan

pencabikan makanan yang keras, sedangkan pada kebanyakan kera, gigi

tampak merupakan satu-satunya alat untuk melakukan tugas-tugas

tersebut. Fosil dari makhluk ini ditemukan pada tahun 1930-an di bukit

Siwalik (Pakistan) oleh G. E. Lewis dari Universitas Yale (Anonimb, 2006).

2. Zaman Pliosin (10 – 2 juta tahun yang lalu)

Pada zaman ini telah muncul makhluk baru yakni primata yang tidak

menyerupai primata yang hidup sebelumnya. Makhluk ini bukan kera penghuni

hutan, tetapi lebih banyak hidup di padang rumput terbuka. Makhluk ini berjalan

tegak dengan kedua kakinya. Ada dua jenis makhluk ini, yakni:

Tahap kelima, Australopithecus afarensis. Makhluk ini merupakan

tingkatan kelima. Australopithecus afarensis merupakan makhluk purba

yang diduga merupakan keturunan Ramapithecus. Hidup sekitar 5 juta

tahun yang lalu. Makhluk ini juga dianggap sebagai Hominoid paling awal

Page 26: BUKTI EVOLUSI FOSIL

26

yang menurut beberapa ahli sudah mampu berjalan tegak.

Australopithecus afarensis ditemukan oleh Lois dan Mary Leakey

dibagian Timur dan Utara Afrika Selatan, di tebing Olduvai dekat dengan

Ethiopia. Fosil – fosil makhluk ini ditemukan dari lapisan-lapisan batuan

yang berbentuk tebing lembah. Dengan metode kalium-argon dapat

ditentukan dengan tepat fosil itu (Anonimb, 2006).

Tahap keenam, Australopithecus africanus merupakan tingkatan keenam.

Makhluk ini ditemukan oleh Raymond Dart, pada tahun 1924, yakni

seorang ahli otonomi dan palaentologi dari Universitas Witwatersrand di

Johannesburg, Afrika Selatan. Fosil Australopithecus africanus dipelajari

Dart dari koleksi batuan yang mengandung fosil dari suatu lubang galian

pertambangan kapur di Taung, Batswana. Fosil terbenam dalam salah satu

bagian batuan dimana tengkorak – tengkorak yang ditemukan tidak

menyerupai tengkorak lainnya yang pernah dilihatnya. Ketika tengkorak

tadi dipisahkan sama sekali dari batuan, Nampak suatu tengkorak yang

menakjubkan. Dalam beberapa hal, tengkorak ini menyerupai anak

manusia yang berumur lima atau enam tahun. Tetapi dalam hal beberapa

lainnya tengkorak tadi jelas menyerupai tengkorak kera. Dart menamakan

penemuanya dengan Australopithecus africanus, artinya “Kera Afrika

Selatan”. Dia terus mempelajarinya dan setelah empat tahun bekerja

berhasil memisahkan rahang tengkorak sedemikian, sehingga giginya

Page 27: BUKTI EVOLUSI FOSIL

27

tampak jelas. Terlihat gigi – giginya sangat menyerupai gigi anak manusia.

Lain dari itu, dari letak foramen magnum, yakni lubang yang menghadap

ke tengkorak dan yang melewati oleh urat saraf tulang belakang menuju ke

otak, menghadap langsung ke bawah. Dart merasa bahwa tengkorak tadi

adalah tengkorak suatu makhluk yang letak kepalanya seperti pada

manusia; mungkin makhluk tersebut sudah berjalan tegak. Penemuan Dart

didukung oleh ahli palaentologi lain yang berkerja di Afrika Selatan, yakni

Robert Broom. Setelah bertahun – tahun dia mempelajari fosil Mammalia

di Afrika Selatan dengan beberapa teman sekerja, Broom mencari fosil-

fosil lagi yang mungkin dapat memberikan petunjuk untuk memperkuat

kesimpulannya. Selama empat puluh tahun berikutnya, terkumpul sudah

bahan fosil yang fosil tengkorak, tulang kaki, dan tulang panggul. Semua

fosil diharapkan dapat memberi petunjuk dengan jelas bahwa memang

sesungguhnya di Afrika Selatan terdapat makhluk pra – manusia (pra –

Homo sapiens) (Anonimb, 2006).

3. Zaman Pleistosin (2 juta tahun yang lalu sampai sekarang)

Pada zaman ini manusia mengalami evolusi yang sangat cepat dan sudah

menggunakan perkakas baik dari batu maupun kayu. Mereka sudah pandai

berburu, sudah dapat menggunakan api dan diduga sudah dapat berbicara.

Anggapan ini berdasarkan pada volume otak yang lebih besar bila dibandingkan

dengan makhluk sebelumnya.

Tahap ketujuh, Australopithecus robustus merupakan makhluk sejenis

Australopithecus africanus, namun ukurannya lebih besar. Tinggi

Page 28: BUKTI EVOLUSI FOSIL

28

badannya mencapai 1,5 meter dan berat badannya 65 – 75 kg, mempunyai

gigi – gigi besar dan otak rahang yang kuat yang menunjukkan bahwa

spesies ini adalah herbivora. Sedangkan Australopithecus robustus lebih

langsing, berat badanya kira – kira 50 kg dan tingginya 1,2 meter.

Meskipun catatan fosil jauh dari sempurna, akan tetapi ada petunjuk

bahwa Australopithecus tersebut hidup di Afrika Selatan kira – kira

selama 750. 000 tahun yang lalu. Selama waktu itu, Australopithecus

africanus makin lama makin menyerupai manusia, sedangkan

Australopithecus robustus tetap tidak berubah (Anonimb, 2006).

Tahap kedelapan, Australopithecus boisei. Makhluk ini merupakan tahap

kedelapan, yang merupakan jenis Australopithecus yang paling besar.

Australopithecus boisei hidup di Afrika Timur, dengan ciri – ciri badan

tegap, muka dan giginya khas lagi kokoh, tempurung kepalanya rendah

dan kasar. Diduga hidup 1,5 juta tahun yang lalu. Ditemukanj oleh Leakey

di Lenbah Olvuvai, Tanzania.

Page 29: BUKTI EVOLUSI FOSIL

29

Tahap kesembilan, Homo habilis. Makhluk ini merupakan keturunan dari

Australopithecus purba yang lebih ramping dan berbeda dengan saudara –

saudaranya, karena lebih tinggi intelegensinya. Homo habilis (manusia

tukang) merupakan pembuat dan memakai alat. Homo habilis hidup

sekitar 2 – 1,5 tahun yang lalu. Beberapa ahli berpendapat bahwa makhluk

ini sebagai “manusia sejati pertama”, yang lebih cerdas daripada Homo

habilis karena memiliki rongga otek yang lebih besar. Ditemukan oleh

Leakey di Lembah Olduvai.

Tahap kesepuluh, Homo erectus. Makhluk ini diduga hidup pada 1,5 –

0,5 juta tahun yang lalu. Homo erectus dapat berjalan tegak, kakinya

panjang dan lurus, dan tulang tungkainya lebih maju. Otaknya lebih besar

dengan valume berkisar 750 – 1.400 cc. Homo erectus sebagai manusia

purba sudah pandai membuat perkakas, misalnya kapak genggam,

walaupun masih agak kasar. Kehidupannya dengan berburu mammalian

besar. Telah menggunakan api, sudah dapat berbicara untuk mengajari

anaknya bagaimana membuat perkakas. Makhluk ini ditemukan tersebar di

dunia. Kenapa Homo erectus dapat hidup di seluruh dunia belumlah jelas.

Mungkin tipe makhluk ini berevolusi di beberapa tempat menyebar

sepanjang daratan subur dan yang mudah dilalui, terbentang dari Afrika

Timur, mengitari Samudra Indonesia sampai ke Jawa.

Page 30: BUKTI EVOLUSI FOSIL

30

Tahap kesebelas, munculnya makhluk yang dinamakan Homo sapiens

purba, yakni makhluk yang hidup sekitar 400.000 tahun yang lalu.

Makhluk ini sebagai hasil penemuan fosil dari tiga tengkorak yang tidak

lengkap, yakni kepingan tengkorak, tulang, dan beberapa gigi. Dari fosil

yang ada ditafsirkan bahwa manusia purba ini merupakan tipe peralihan

antara Homo erectus ke Homo sapiens yang lebih modern. Kemampuan

membuat alat sudah jauh lebih maju, bahkan ada yang menduga bahwa

mereka sudah mulai bercocok tanam (Anonimb, 2006).

Page 31: BUKTI EVOLUSI FOSIL

31

Tahap keduabelas, adalah munculnya Homo sapiens neanderthalesis

(Manusia Lembah Neander (Neanderthal)) , yakni makhluk yang diduga

hidup pada masa antara 75.000 – 10.000 tahun yang lalu. Fosil makhluk

ini ditemukan tahun 1856 di Lembah Neanderthal, Jerman. Bentuk

tubuhnya sepenuhnya manusia, hidungnya terlihat mancung. Ukuran

volume otaknya relative sudah termasuk dalam kisaran ukuran rongga

antara 1.,6 – 1,8 meter, berbahu lebar, berdada cembung, dan berotot

padat. Manusia Lembah Neander sudah memiliki kemampuan membuat

dam memakai pakaian dari kulit dan hidup menetap secara sederhana di

gua-gua. Para ahli pada umumnya sependapat bahwa manusia Lembah

Neander adalah leluhur manusia modern, walaupun sekelompok ahli

masih meragukan (Anonimb, 2006).

Tahap ketiga belas, yakni munculnya manusia Cro-Magnon. Makhluk

ini merupakan Hominidae (manusia) purba termodern. Diduga hidup

10.000 – ribuan tahun yang lalu. Mereka memiliki kebudayaan yang cukup

maju, bercocok tanam secara baik, memelihara binatang, menguasai

lingkungan, bahkan kemudian membangun kota serta mengembangkan

peradapan. Ciri – cirinya adalah memiliki dagu yang menonjol, hidung

mancung, gigi kecil dan merata, serta raut wajah yang tampan.

Sesungguhnya makhluk ini mirip dengan orang – orang Eropa sekarang.

Page 32: BUKTI EVOLUSI FOSIL

32

Tahap keempat belas, yakni munculnya Homo sapiens-sapiens (manusia

modern). Tidak pasti benar kapan munculnya manusia modern, namun

para peneliti ada yang beranggapan bahwa manusia modern muncul sejak

sekitar 2.000 tahun Sebelum Masehi.

Perkembangan evolusi sejalan dengan masa pengembaraan mereka dari

abad ke abad. Makhluk ini juga di temukan diberbagai tempat, antara lain:

i. Pithecanthropus erectus (manusia jawa), ditemukan oleh Eugene Dubois

tahun 1891. Dubois adalah seorang dokter Belanda menemukan fosil

manusia Jawa di daerah Trinil (sepanjang tepi bengawan solo). Fosil yang

ditemukan berupa rahang beberapa gigi, dan sebagian dari tulang

tengkorak.

Page 33: BUKTI EVOLUSI FOSIL

33

ii. Pithecanthropus pekinensis (Sinathropus pekinensis) (manusia Cina).

Fosil makhluk ini ditemukan oleh Davidson Black dan Tranz

Weidenreich pada tahun 1920 dari suatu penggalian di dalam sebuah gua

kapur di dekat Peking. Volume otaknya 900 – 1.200 cc. kebudayaannya

sudah lebih maju daripada Pithecanthropus. Mereka telah menggunakan

senjata dan perkakas yang terbuat dari tulang dan batu sebagai alat – alat

kerja. Penggunaan api nampaknya sudah biasa. Para ahli berpendapat

bahwa mahkluk ini suka membunuh sesamanya. Hal ini terbukti dari

tulang – tulang tengkorak kosong yang menunjukkkan bekas dibelah

dengan senjata dari bawah ke atas. Banyak ahli juga berpendapat bahwa

Sinanthropus pekinensis merupakan varian dari Pithecantropus, karena

kedua manusia purba mempunyai struktur tubuh yang sama dan hidup

pada zaman yang sama, yakni kira – kira 500.000 tahun yang lalu.

iii. Meganthropus Palaeojavanicus (Manusia Raksasa Jawa). Meganthropus

palaeojavanicus ditemukan di Sangiran di pulau jawa oleh Von

Koningswald pada tahun 1939 – 1941.

iv. Manusia Heidelberg. Manusia heidelberg ditemukan di Jerman

Page 34: BUKTI EVOLUSI FOSIL

34

CATATAN

1. Cara Menentukan Usia Fosil

Usia fosil bisa ditentukan dengan metode peluruhan radioaktif. Unsur yang

sering digunakan untuk kegiatan ini adalah atom karbon-14 (C14

). Setiap mahluk

hidup (manusia, binatang dan tumbuhan) dan benda mati di Bumi ini mengandung

C14

. C14

mempunyai waktu paruh 5.730 tahun. Hal ini berarti bahwa jika di dalam

tubuh mahluk hidup terdapat 1000 atom C14

, maka 5.730 tahun setelah mahluk

hidup itu mati, jumlah atom C14

akan berkurang setengahnya menjadi 500, apabila

5.730 tahun berikutnya atau 11.460 tahun kemudian, jumlah atom C14

tersisa 250

dan seterusnya. Dengan mengukur jumlah C14

yang terkandung pada fosil, umur

fosil bisa ditentukan. Untuk rekaman sepanjang sejarah, metode ini cukup baik

dengan penyimpangan akurasi sekitar beberapa ratus tahun. Untuk penentuan usia

fosil jaman prasejarah, dapat digunakan unsur lain seperti rubidium-87 yang

waktu paruhnya 50 juta tahun atau samaryum-147 yang mempunyai waktu paruh

selama 100 juta tahun (Anonim, 2009).

2. Cara membuat rekontruksi

Rekonstruksi yang dimaksud adalah pembuatan gambar atau model

makhluk hidup berdasarkan sepotong tulang atau kadangkala hanya berupa

fragmen yang berhasil digali. Fosil-fosil biasanya tidak tersusun dan tidak

lengkap. Karenanya, rekaan apa pun yang didasarkan padanya cenderung sangat

spekulatif. Kenyataannya, rekonstruksi (gambar atau model) yang dibuat

evolusionis berdasarkan peninggalan-peninggalan fosil itu telah dipersiapkan

secara spekulatif namun cermat untuk mendukung pernyataan evolusi.

Rekonstruksi berdasarkan sisa-sisa tulang hanya dapat mengungkapkan

karakteristik sangat umum dari obyek tersebut, karena penjelasan terperinci

sesungguhnya terletak pada jaringan lunak yang cepat sekali hancur. Jadi cara

membuat rekonstruksi dari fosil adalah berdasarkan perkiraan dari pembuatnya

yang disesuaikan dengan teori evolusinya, sejarah dan kondisi tempat

ditemukannya fosil tersebut pada masa lampau (Anonim, 2010).

Page 35: BUKTI EVOLUSI FOSIL

35

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari uraian diatas yaitu:

1. Bukti-bukti adanya proses evolusi dapat diamati melalui pengamatan

hubungan homologi organ, perbandingan embriologi, adanya organ

vestigial dan rudimentasi serta diperkuat dengan penemuan fosil

diberbagai lapisan bumi.

2. Fosil yang dapat digunakan sebagai bukti adanya evolusi dapat berupa

fosil yang telah membatu maupun fosil hidup yang berupa makhluk hidup

yang masih ada hingga sekarang ini.

3. Tidak semua makhluk dapat menjadi fosil karena proses fosilisasi

dipengaruhi oleh beberapa faktor, meliputi organisme mempunyai bagian

tubuh yang keras, mengalami pengawetan, terbebas dari bakteri pembusuk,

terjadi secara alamiah, mengandung kadar oksigen dalam jumlah yang

sedikit, dan umurnya lebih dari 10.000 tahun yang lalu.

4. Evolusi makhluk pra–Homo sapiens dapat digolongkan menjadi dua

bagian besar, yakni Evolusi pra-Homo sapiens berdasarkan hubungan

kekerabatan manusia dengan hewan dan evolusi pra-Homo sapiens

berdasarkan ditemukannya fosil.

5. Cara penentuan usia fosil dapat diketahui dengan menggunakan metode

peluruhan radioaktif, misalnya menggunakan atom karbon-14 (C14

) yang

mempunyai waktu paruh 5.730 tahun.

33

Page 36: BUKTI EVOLUSI FOSIL

36

DAFTAR RUJUKAN

Anonim a. 2006. Sejarah Manusia-Primata. (Online),

(http://www.talkorigins.org/faqs/faq-transitional/part2a.html#primate

diakses tanggal 15 September 2010)

Anonymous b. 2006. Sejarah Penemuan Fosil Manusia Purba, Manusia Kera dan

Manusia Modern- Teori Perkembangan Evolusi Antar Waktu Arkeologi

Biologi. (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Timur_Tengah_Kuno

diakses tanggal 15 September 2010)

Anonim. 2009. Bukti-bukti Evolusi .(Online), (http://www.crayonpedia.org_Bukti

_Evolusi), diakses tanggal 15 September 2010)

Enterprises, Jelsoft. 2010. Fosil hutan tersembunyi di tambang batu bara.

(Online), (http://www.indoforum.org/showthread.php, diakses tanggal 15

September 2010)

Frida, Maryati. 2006. Bahan Ajar Evolusi. Gorontalo: Univ. Gorontalo

Gonzaga. 2009. Bukti Evolusi. (Online),

(http://biologigonz.blogspot.com/2009/12 /bukti-evolusi.html, diakses

tanggal 14 September 2010).

Schmid, Randolph E. 2006. Burung Finch di Galapagos Ber-evolusi. (Online),

(http://greenpena.blogspot.com/2006/07/burung-finch-di-galapagos-ber-

evolusi.html, diakses tanggal 15 September 2010.

Tim Smunsa. 2001. Melacak Jejak Evolusi Bunga, (Online) (http://members.

hostedscripts.com, diakses tanggal 14 September 2010.

Widodo, Lestari, U., Amin, M. 2003. Bahan Ajar Evolusi. Malang: Dirjen

Dikti

34