bab 4

55
BAB 4 Transmisi Digital

Upload: yanka

Post on 14-Jan-2016

78 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

BAB 4. Transmisi Digital. 4.1 Penyandian kanal (Line Coding). Beberapa Karakteristik Pola-pola penyandian kanal (Line Coding Schemes) Beberapa pola penyandian yang lain. Gambar 4.1 Penyandian kanal. Gambar 4.2 Level sinyal versus level data. Gambar 4.3 Komponen DC. Contoh 1. - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 4

BAB 4

Transmisi Digital

Page 2: BAB 4

4.1 Penyandian kanal (Line Coding)

Beberapa Karakteristik

Pola-pola penyandian kanal (Line Coding Schemes)

Beberapa pola penyandian yang lain

Page 3: BAB 4

Gambar 4.1 Penyandian kanal

Page 4: BAB 4

Gambar 4.2 Level sinyal versus level data

Page 5: BAB 4

Gambar 4.3 Komponen DC

Page 6: BAB 4

Contoh 1Contoh 1

Suatu sinyal memiliki dua lever data dengan durasi 1 ms. Dapat dihitung laju pulsa (pulse rate) dan laju bit (bit rate) sebagai berikut:

Pulse Rate = 1/ 10Pulse Rate = 1/ 10-3-3= 1000 pulses/s= 1000 pulses/s

Bit Rate = Pulse Rate x logBit Rate = Pulse Rate x log22 L = 1000 x log L = 1000 x log22 2 = 1000 bps 2 = 1000 bps

Page 7: BAB 4

Contoh 2Contoh 2

Suatu sinyal memiliki empat level data, dengan durasi pulsa 1 ms. Pulse rate dan bit rate dapat dihitung sebagai berikut:

Pulse Rate = = 1000 pulses/sPulse Rate = = 1000 pulses/s

Bit Rate = PulseRate x logBit Rate = PulseRate x log22 L = 1000 x log L = 1000 x log22 4 = 2000 bps 4 = 2000 bps

Page 8: BAB 4

Gambar 4.4 Keterlambatan (lag of) sinkronisasi

Page 9: BAB 4

Contoh 3Contoh 3

Pada transmisi digital, jika clock penerima 0.1 persen lebih cepat dari clock pengirimnya. Berapa ekstra bit per detik yang diterima oleh penerima, jika data rate-nya 1 Kbps? Berapa laju bit jika bekerja dapa 1 Mbps?

PenyelesaianPenyelesaian

Pada 1 Kbps:1000 bit terkirim 1001 bit diterima1 ekstra bpsPada 1 Mbps: 1,000,000 bit terkirim 1,001,000 bit diterima1000 ekstra bps

Page 10: BAB 4

Gambar 4.5 Skema penyandian kanal (Line coding)

Page 11: BAB 4

Penyandian unipolar hanya menggunakan satu level voltage.

Catatan:Catatan:

Page 12: BAB 4

Gambar 4.6 Penyandian Unipolar

Page 13: BAB 4

Penyandian Polar menggunakan dua Penyandian Polar menggunakan dua level voltage (positif dan negatif).level voltage (positif dan negatif).

Catatan:Catatan:

Page 14: BAB 4

Gambar 4.7 Tipe-tipe penyandian polar

Page 15: BAB 4

Dalam NRZ-L, level sinyal ditentukan Dalam NRZ-L, level sinyal ditentukan oleh keadaan (state) bit-nya.oleh keadaan (state) bit-nya.

Catatan:Catatan:

Page 16: BAB 4

Dalam NRZ-I, sinyal akan membalik Dalam NRZ-I, sinyal akan membalik keadaan (inverted) jika menjumpai keadaan (inverted) jika menjumpai

logika 1 (transisi dari tinggi-ke-rendah logika 1 (transisi dari tinggi-ke-rendah atau transisi dari rendah-ke- tinggi).atau transisi dari rendah-ke- tinggi).

Catatan:Catatan:

Page 17: BAB 4

Gambar 4.8 Sinyal penyandian NRZ-L dan NRZ-I encoding

Page 18: BAB 4

Gambar 4.9 Penyandian RZ

Page 19: BAB 4

A good encoded digital signal must A good encoded digital signal must contain a provision for contain a provision for

synchronization.synchronization.

Catatan:Catatan:

Page 20: BAB 4

Gambar 4.10 Penyandian Manchester

Page 21: BAB 4

Dalam penyandian Manchester, Dalam penyandian Manchester, terjadi transision di tengah bit-nya terjadi transision di tengah bit-nya

digunakan untuk sinkronisasi bit dan digunakan untuk sinkronisasi bit dan juga representasi bitjuga representasi bit

Catatan:Catatan:

Page 22: BAB 4

Gambar 4.11 Penyandian Differential Manchester

Page 23: BAB 4

Dalam penyandian differential Dalam penyandian differential Manchester, transisi pada tengah bit Manchester, transisi pada tengah bit

digunakan hanya untuk sinkronisasi. digunakan hanya untuk sinkronisasi. Bit diwakili ditetapkan oleh adanya Bit diwakili ditetapkan oleh adanya

perubahan (inversion) atau perubahan (inversion) atau (noninversion) pada awal bit.(noninversion) pada awal bit.

Catatan:Catatan:

Page 24: BAB 4

Dapam penyandian bipolar, Dapam penyandian bipolar, menggunakan tiga level: positif, nolo, menggunakan tiga level: positif, nolo,

dan negatif.dan negatif.

Catatan:Catatan:

Page 25: BAB 4

Gambar 4.12 Penyandian Bipolar AMI

Page 26: BAB 4

Gambar 4.13 2B1Q

Page 27: BAB 4

Gambar 4.14 Sinyal MLT-3

Page 28: BAB 4

4.2 Penyandian Block (Block Coding)

Langkah-lanhkah dalam Transformasi

Beberapa Common Block Codes

Page 29: BAB 4

Gambar 4.15 Penyandian Block

Page 30: BAB 4

Gambar 4.16 Substitusi dalam penyandian block

Page 31: BAB 4

Tabel 4.1 Penyandian 4B/5BTabel 4.1 Penyandian 4B/5B

Data Code Data Code

0000 1111011110 1000 1001010010

0001 0100101001 1001 1001110011

0010 1010010100 1010 1011010110

0011 1010110101 1011 1011110111

0100 0101001010 1100 1101011010

0101 0101101011 1101 1101111011

0110 0111001110 1110 1110011100

0111 0111101111 1111 1110111101

Page 32: BAB 4

Tabel 4.1 Penyandian 4B/5B encoding (Lanjutan)Tabel 4.1 Penyandian 4B/5B encoding (Lanjutan)

Data Code

Q (Quiet) 0000000000

I (Idle) 1111111111

H (Halt) 0010000100

J (start delimiter) 1100011000

K (start delimiter) 1000110001

T (end delimiter) 0110101101

S (Set) 1100111001

R (Reset) 0011100111

Page 33: BAB 4

Gambar 4.17 Contoh Penyandian 8B/6T

Page 34: BAB 4

4.3 Pencuplikan (Sampling)4.3 Pencuplikan (Sampling)

PAM (Pulse Amplitude Modulation)PCM (Pulse Code Modulation)Sampling Rate: Nyquist TheoremBerapa jumlah Bits per Sample?Laju bit (Bit Rate)

Page 35: BAB 4

Gambar 4.18 PAM

Page 36: BAB 4

Pulse amplitude modulation memiliki Pulse amplitude modulation memiliki beberapa aplikasi, tetapi beberapa aplikasi, tetapi

penerapannya tidak digunakan pada penerapannya tidak digunakan pada komunikasi data. Akan tetapi, ini komunikasi data. Akan tetapi, ini merupakan langkah pertama dari merupakan langkah pertama dari metode-metode lain yang sangat metode-metode lain yang sangat

populer seperti PCMpopuler seperti PCM(pulse code modulation).(pulse code modulation).

Catatan:Catatan:

Page 37: BAB 4

Gambar 4.19 Sinyal PAM terkuantisasi

Page 38: BAB 4

Gambar 4.20 Kuantisasi dengan tanda (sign) dan magnitude

Page 39: BAB 4

Gambar 4.21 PCM

Page 40: BAB 4

Gambar 4.22 Dari sinyal analog ke kode PCM

Page 41: BAB 4

Berdasar teorema Nyquist, laju Berdasar teorema Nyquist, laju pencuplikan (sampling rate) paling pencuplikan (sampling rate) paling

rendah adalah 2 kali frekuensi rendah adalah 2 kali frekuensi tertingginya.tertingginya.

Catatan:Catatan:

Page 42: BAB 4

Gambar 4.23 Theorema Nquist

Page 43: BAB 4

Contoh 4Contoh 4

Berapakah sampling rate yang diperlukan untuk mendigitalisasi suatu sinyal dengan bandwidth 10,000 Hz (1000 sampai 11,000 Hz)?

PenyelesaianPenyelesaian

Sampling rate harus dua kali dari frekuensi tertinggi sinyalnya:

Sampling rate = 2 x (11,000) = 22,000 samples/sSampling rate = 2 x (11,000) = 22,000 samples/s

Page 44: BAB 4

Contoh 5Contoh 5

Suatu sinyal dicuplik (sampling). Jika tiap sampel memerlukan hingga 12 level untuk kepresisian-nya (+0 ke +5 dan -0 ke -5). Berapa jumlah bit yang harus dikirim untuk tiap sampel-nya?

PenyelesaianPenyelesaian

Kita perlukan 4 bit; 1 bit untuk tanda (sign) dan 3 bit untuk nilainya. 3-bit nilai (value) dapat mewakili 23 = 8 level (000 sampai 111), artinya lebih dari yang diperlukan. Jika ditetapkan 2-bit untuk nilai (value) tidak mencukupi karena 22 = 4. Jika 4-bit value terlalu banyak karena 24 = 16.

Page 45: BAB 4

Contoh 6Contoh 6

Digitalidasi tutur manusia (human voice). Berapakah bit rate-nya, anggap bahwa tiap sampel terdiri 8 bit?

PenyelesaianPenyelesaian

Suara tutur (voice) manusia umumnya memiliki frekuensi dari 0 sampai 4000 Hz. Sampling rate = 4000 x 2 = 8000 samples/sSampling rate = 4000 x 2 = 8000 samples/s

Bit rate = sampling rate x number of bits per sample Bit rate = sampling rate x number of bits per sample = 8000 x 8 = 64,000 bps = 64 Kbps= 8000 x 8 = 64,000 bps = 64 Kbps

Page 46: BAB 4

Bahwa kita selalu dapat mengubah Bahwa kita selalu dapat mengubah suatu band-pass signal ke suatu low-suatu band-pass signal ke suatu low-

pass signal sebelum melakukan pass signal sebelum melakukan sampling. Dalam hal ini, sampling sampling. Dalam hal ini, sampling

rate-nya adalah dua kali bandwidth-rate-nya adalah dua kali bandwidth-nya.nya.

Catatan:Catatan:

Page 47: BAB 4

4.4 Mode Transmisi4.4 Mode Transmisi

Transmisi Paralel Transmis Serial

Page 48: BAB 4

Gambar 4.24 Transmisi data

Page 49: BAB 4

Gambar 4.25 Transmisi Paralel

Page 50: BAB 4

Gambar 4.26 Transmission Serial

Page 51: BAB 4

Dalam transmisi asynchronous, kita Dalam transmisi asynchronous, kita kirimkan 1 start bit (0) pada awal dan kirimkan 1 start bit (0) pada awal dan 1 atau lebih stop bits (1s) pada akhir 1 atau lebih stop bits (1s) pada akhir masing-masing byte. Dapat terjadi masing-masing byte. Dapat terjadi

suatu gap diantara byte satu dan byte suatu gap diantara byte satu dan byte berikutnya.berikutnya.

Catatan:Catatan:

Page 52: BAB 4

Asynchronous berarti “asynchronous Asynchronous berarti “asynchronous pada level byte,” tetapi bit-bit-nya pada level byte,” tetapi bit-bit-nya masih memerlukan sinkronisasi masih memerlukan sinkronisasi (synchronized); durasinya tetap (synchronized); durasinya tetap

(sama).(sama).

Catatan:Catatan:

Page 53: BAB 4

Gambar 4.27 Transmisi Asynchronous

Page 54: BAB 4

Pada transmisi synchronous, kelompok Pada transmisi synchronous, kelompok bit-bit (group) dikirimkan satu dengan bit-bit (group) dikirimkan satu dengan

yang lain (berikutnya) tanpa adanya yang lain (berikutnya) tanpa adanya start/stop bit atau gap. start/stop bit atau gap.

Catatan:Catatan:

Page 55: BAB 4

Gambar 4.28 Transmission Synchronous