bab 4
DESCRIPTION
BAB 4TRANSCRIPT
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Prinsip Kerja DFR/Disturbance Fault Recorder
DFR akan bekerja secara real time untuk memonitor kondisi listrik dan
peralatan terkait lainnya. Karena menggunakan sistem digital maka semua data
dikonversikan ke bentuk digital dan disimpan di memori. Pada saat terjadi gangguan,
hasil monitor tersebut akan tersimpan secara permanen dalam bentuk hasil cetakan di
kertas dan data memori.
Manfaat Disturbance/ Fault Recorder (DFR) [24]:
a. Mendeteksi penyebab gangguan
b. Mengetahui lamanya gangguan (fault clearing time)
c. Mengetahui besaran listrik seperti Arus (I), Tegangan (V) dan Frekuensi (f)
d. Mengetahui unjuk kerja sistem proteksi terpasang
e. Melihat harmonik dari sistem tenaga listrik
f. Melihat apakah CT normal / tidak ( jenuh)
g. Memastikan bahwa PMT bekerja dengan baik
h. Dokumentasi
Pengembangan DFR [24]:
a. Time Synchronizing (GPS)
42
b. Master Station
c. Monitoring Frekuensi
d. DC Monitoring
Bagian dari DFR (Disturbance Fault Recorder) :
DAU (Data Acquisition Unit),
AC/DC Power Supply Communication Channel, Sistem Alarm
Gambar 4.1 Bagian DFR (Disturbance Fault Recorder). [24]
43
4.2 Single Line Diagram Jaringan Transmisi 70 kV Puuwatu
Gambar 4.2 Diagram satu garis jaringan Transmisi 70 kV Puuwatu.[26]
4.3 Perhitungan Arus Gangguan Hubung Singkat
Perhitungan arus gangguan hubung singkat dihitung besarnya berdasarkan
panjang transmisi. Dengan menghitung impedansi transmisi sebagai berikut:
Dari data yang diperoleh bahwa jenis penghantar yang digunakan pada saluran
transmisi 70 kV menggunakan jenis kabel yaitu ACSR Hawrk 120 mm2, dimana
panjang saluran transmisi 12,7 km, sehingga :
44
Z1=Z2 ( ACSR 120 )=(0,23602+ j0,43327 ) Ωkm
× 12,7 km=2,99754+ j 5,50253 Ω
Z0 ( ACSR120 )=(0,26800+ j1,27200 ) Ωkm
×12,7 km=3,4036+ j 16,1544 Ω
Perhitungan arus gangguan hubung singkat dapat dihitung dengan
menggunakan runus dasar seperti dijelaskan pada bab sebelumnya dan perhitungan
arus gangguan hubung singkat 3 fasa, 2 fasa, dan 1 fasa ke tanah dihitung per
penyulang, yaitu :
A. Gangguan hubung singkat 3 (tiga) fasa
Rumus dasar yang digunakan untuk menghitung besarnya arus gangguan
hubung singkat tiga fasa adalah :
I=VZ
Dimana :
I = I3 fasa = Arus gangguan 3 fasa
V = Vph = Tegangan fasa netral 70 kV (V)
Z = Z1eq = Impedansi ekivalen urutan positif
Sehingga arus gangguan hubung singkat tiga fasa dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
I 3 fasa=V ph
Z1 eq
45
I 3 fasa=V ph
Z1 eq=
70.000∠0
√32,99754+ j 5,50253
¿ 40414,51884∠02,99754+ j5,50253
= 40414,51884∠06,26603∠61,42037
=6449,7806∠−61,42037 A
B. Gangguan hubung singkat 2 (dua) fasa
Arus gangguan hubung singkat dua fasa dapat dihitung dengan menggunakan
rumus :
I 2 fasa=V ph−ph
Z1 eq+Z2 eq
atau I 2 fasa=V ph−ph
2 x Z1 eq
Dimana :
I2 fasa = Arus gangguan hubung singkat 2 fasa (A)
Vph-ph = Tegangan fasa-fasa sistem 70 KV
Z1eq = Impedansi urutan positif (ohm)
I 2 fasa=70000∠0
2x (2,99754+ j5,50253)= 70000∠0
12,53205∠61,42037=5585,67832∠−61,42037 A
C. Gangguan hubung singkat 1 (satu) fasa ke tanah
Arus hubung singkat satu fasa ke tanah dapat dihitung dengan menggunakan
rumus :
I 1 fasa=3 xV ph
Z1 eq+Z2 eq+Z0 eq
atau I1 fasa=3 x V ph
2 x Z1 eq+Z0 eq
46
Dimana :
I1 fasa = Arus gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah (A)
Vph = Tegangan fasa-netral sistem 70 KV
Z1eq = Impedansi urutan positif (ohm)
Z0eq = Impedansi urutan nol (ohm)
:
I 2 fasa=3×
70000
√32x (2,99754+ j5,50253)+3,4036+ j16,1544
= 121243,5565∠028,73972∠70,91154
=4218,67563∠−70,91154 A
4.4 Alur Identifikasi Gangguan
Pada prinsipnya gangguan diidentifikasi melalui nilai arus gangguan yang
terjadi. Semakin dekat gangguan, maka nilai arusnya semakin besar. Sedangkan
semakin jauh lokasi gangguan, nilai arus yang terasa di sisi pengirim semakin kecil.
Hal tersebut dipengaruhi oleh impedansi penghantar, semakin panjang penghantar
semakin besar impedansinya.
Arus perfase gangguan merupakan hasil pembagian antara tegangan fase
dengan impedansi penghantarnya. Sehingga dengan berbekal dua informasi utama
(tegangan dan arus) dapat dicari lokasi gangguan yang terjadi.
Proses pengenalan gangguan dapat digambarkan dalam diagram alir.
47
Gambar 4.3 Diagram alir proses identifikasi gangguan
4.5 Studi Kasus Gangguan
Pada tanggal 24 Agustus 2013, terjadi gangguan fasa A ke tanah pada saluran
transmisi 70 kV pada line 2. Dari gangguan tersebut menyebabkan relay trip.
48
4.6 Analisis
Hanya 1 DFR yang dipasang pada monitor jaringan transmisi, tetapi biasanya
terletak di ujung lokasi gardu induk yang di perlukan untuk analisis. Prosedur yang
digunakan untuk analisis adalah
1. Membaca file DFR
2. Memilih saluran memantau relay input
3. Mengatur urutan saluran
Va, Vb, Vc, Ia, Ib, Ic
4. Menyimpan file dalam bentuk COMTRADE
5. Menvalaidasi bentuk gelombang
i. Scaling-puncak benar versus RMS puncak
ii. Phasing-Koreksi aliran daya
DFR dipasang pada lokasi akhir gardu induk. Pada step 1 membaca file DFR
dan menyimpannya dalam bentuk COMTRADE. Step ke 2 memilih 3 tegangan dan
3 arus jaringan yang memantau masukan relay untuk jaringan transmisi. Seperti pada
gambar berikut, dengan channel sebagai berikut:
49
Gambar 4.4 Channel Pada Rekaman DFR
Step 3 dan 4 mengatur urutan saluran untuk Va, Vb, Vc, Ia, Ib, dan Ic. Dan di
simpan sebagai file COMTRADE baru. Step 5 menvalidasi bentuk gelombang.
50
Gambar 4.5 Event Record
Kemudian gambar di simpan dalam bentuk COMTRADE,
Gambar 4.6 Tegangan dan Arus
51
4.7
Gangguan pada Sistem Transmisi
Berikut ini akan ditunjukan hasil dari pembacaan COMTRADE untuk jenis
gangguan dan loksi gangguan dari sending end. Sinyal transien gangguan yang
terukur pada sending end adalah:
4.7.1 Keadaan Sinyal Tegangan Sebelum Terjadi Gangguan
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2-2000
-1000
0
1000
2000
0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
-10000
-5000
0
5000
X: 0.2592Y: 5438
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2-200
-100
0
100
200
F1-IA A
F2-IB BF3-IC C
F4-IG G
LINE Ia Mag _
LINE Ib Mag _LINE Ic Mag _
LINE In Mag _
F5-VA A
F6-VB BF7-VC C
F8-VN N
LINE Vag Mag _
LINE Vbg Mag _LINE Vcg Mag _
BUS Vbg Mag _
LINE Ia Angle _
LINE Ib Angle _LINE Ic Angle _
LINE In Angle _
LINE Vag Angle _
LINE Vbg Angle _LINE Vcg Angle _
BUS Vbg Angle _
Gambar 4.7 Sinyal tegangan yang terbaca oleh COMTRADE
52
Grafik berwarna merah menunjukan sinyal tegangan pada fasa A, Grafik
berwarna kuning menunjukan sinyal teganga pada fasa B, Grafik berwarna biru
menunjukan sinyal tegangan pada fasa C.
Pada sinyal tegangan fasa A mempunyai tegangan minimal -1.1987x104 Volt
sedangkan tegangan maksimunnya adalah 5.4710x103 Volt. Dapat di lihat hasil
plotnya pada gambar 4.8 sebagai berikut:
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 350010
-1
100
101
102
103
104
X: 2111Y: 5470
53
Gambar 4.8 sinyal tegangan pada fasa A
Pada sinyal tegangan fasa B mempunyai tegangan minimal -1.8188x104 Volt
sedangkan tegangan maksimunnya adalah 1.7287x104 Volt. Dapat di lihat hasil
plotnya pada gambar 4.9 sebagai berikut:
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 350010
0
101
102
103
104
105
X: 2559Y: 1.548e+004
Gambar 4.9 sinyal tegangan pada fasa B
54
Pada sinyal tegangan fasa C mempunyai tegangan minimal -2.3174x104 Volt
sedangkan tegangan maksimunnya adalah 1.4308x104 Volt. Dapat di lihat hasil
plotnya pada gambar 4.10 sebagai berikut:
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 350010
-1
100
101
102
103
104
105
X: 2063Y: 1.431e+004
Gambar 4.10 sinyal tegangan pada fasa C
4.7.2 Keadaan Sinyal Tegangan Sesudah Terjadi Gangguan
55
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2-2000
-1000
0
1000
2000
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.453
4
5
6
x 104
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2-200
-100
0
100
200
F1-IA A
F2-IB BF3-IC C
F4-IG G
LINE Ia Mag _
LINE Ib Mag _LINE Ic Mag _
LINE In Mag _
F5-VA A
F6-VB BF7-VC C
F8-VN N
LINE Vag Mag _
LINE Vbg Mag _LINE Vcg Mag _
BUS Vbg Mag _
LINE Ia Angle _
LINE Ib Angle _LINE Ic Angle _
LINE In Angle _
LINE Vag Angle _
LINE Vbg Angle _LINE Vcg Angle _
BUS Vbg Angle _
Gambar 4.11 Sinyal yang terbaca oleh COMTRADE setelah terjadi gangguan
Setelah terjadi gangguan akan menimbulkan perubahan pada nilai magnitude
tegangan. Adapun grafik warna nila nilai magnitude tegangan pada fasa A, grafik
warna ungu nilai magnitude tegangan pada fasa B, dan grafik warna hitam nilai
magnitude tegangan pada fasa C.
Pada sinyal tegangan fasa A mempunyai tegangan magnitude minimal
1.8750x103 Volt sedangkan tegangan maksimunnya adalah 6.2871x104 Volt. Dapat
di lihat hasil plotnya pada gambar 4.12 sebagai berikut:
56
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 350010
3
104
105
X: 2525Y: 6.287e+004
Gambar 4.12 sinyal nilai magnitude tegangan fasa A
Pada sinyal tegangan fasa B mempunyai tegangan magnitude minimal
1.0034x103 Volt sedangkan tegangan maksimunnya adalah 6.4937x104 Volt. Dapat
di lihat hasil plotnya pada gambar 4.13 sebagai berikut:
57
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 350010
3
104
105
X: 2253Y: 6.494e+004
Gambar 4.13 sinyal nilai magnitude tegangan fasa B
Pada sinyal tegangan fasa C mempunyai tegangan magnitude minimal 0 Volt
sedangkan tegangan maksimunnya adalah 7.0400x104 Volt. Dapat di lihat hasil
plotnya pada gambar 4.124sebagai berikut:
58
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 350010
2
103
104
105
X: 889Y: 7.04e+004
Gambar 4.14 sinyal nilai magnitude tegangan fasa C
4.7.3 Keadaan Arus Sinyal Sebelum Terjadi Gangguan
0.65 0.7 0.75 0.8 0.85
0
100
200
300
400
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2-5
0
5
10x 10
4
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2-200
-100
0
100
200
F1-IA A
F2-IB BF3-IC C
F4-IG G
LINE Ia Mag _
LINE Ib Mag _LINE Ic Mag _
LINE In Mag _
F5-VA A
F6-VB BF7-VC C
F8-VN N
LINE Vag Mag _
LINE Vbg Mag _LINE Vcg Mag _
BUS Vbg Mag _
LINE Ia Angle _
LINE Ib Angle _LINE Ic Angle _
LINE In Angle _
LINE Vag Angle _
LINE Vbg Angle _LINE Vcg Angle _
BUS Vbg Angle _
Gambar 4.15 Sinyal arus yang terbaca oleh COMTRADE sebelum terjadi gangguan
59
Grafik berwarna merah menunjukan sinyal arus pada fasa A, Grafik berwarna
kuning menunjukan sinyal arus pada fasa B, Grafik berwarna biru menunjukan sinyal
arus pada fasa C.
Pada sinyal arus fasa A mempunyai tegangan minimal -1.1827x103 A
sedangkan arus maksimunnya adalah 52.6387 A. Dapat di lihat hasil plotnya pada
gambar 4.16 sebagai berikut:
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 350010
-2
10-1
100
101
102
X: 143Y: 52.64
60
Gambar 4.16 sinyal arus pada fasa A
Pada sinyal arus fasa B mempunyai tegangan minimal -15.7233 A sedangkan
teganga maksimunnya adalah 3.8576 A. Dapat di lihat hasil plotnya pada gambar
4.17 sebagai berikut:
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 350010
-2
10-1
100
101
X: 667Y: 3.858
Gambar 4.17 sinyal arus pada fasa B
61
Pada sinyal tegangan fasa C mempunyai tegangan minimal -11.1821 A
sedangkan teganga maksimunnya adalah 5.0295 A. Dapat di lihat hasil plotnya pada
gambar 4.18 sebagai berikut:
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 350010
-2
10-1
100
101
X: 2905Y: 5.029
Gambar 4.18 sinyal arus pada fasa C
4.7.4 Keadaan Tegangan Sinyal Sesudah Terjadi Gangguan
62
0.5 0.55 0.6 0.65 0.7 0.75 0.8 0.85 0.9 0.95
0
200
400
600
800
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2-5
0
5
10x 10
4
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2-200
-100
0
100
200
F1-IA A
F2-IB BF3-IC C
F4-IG G
LINE Ia Mag _
LINE Ib Mag _LINE Ic Mag _
LINE In Mag _
F5-VA A
F6-VB BF7-VC C
F8-VN N
LINE Vag Mag _
LINE Vbg Mag _LINE Vcg Mag _
BUS Vbg Mag _
LINE Ia Angle _
LINE Ib Angle _LINE Ic Angle _
LINE In Angle _
LINE Vag Angle _
LINE Vbg Angle _LINE Vcg Angle _
BUS Vbg Angle _
Gambar 4.19 Sinyal arus yang terbaca oleh COMTRADE sebelum terjadi gangguan
Setelah terjadi gangguan akan menimbulkan perubahan pada nilai magnitude
arus. Adapun grafik warna nila nilai magnitude arus pada fasa A, grafik warna ungu
nilai magnitude arus pada fasa B, dan grafik warna hitam nilai magnitude arus pada
fasa C. Terlihat bahwa fasa A meningkat dari sebelumnya. Ini menunjukan bahwa
fasa yang terganggu adalah fasa A dengan jenis gangguan satu fasa ke tanah (AG).
Sinyal arus pada fasa A mempunyai arus magnitude minimal 0 Volt
sedangkan arus maksimunnya adalah 1.2125x103 A Dapat di lihat hasil plotnya pada
gambar 4.20 sebagai berikut:
63
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 350010
0
101
102
103
104
X: 1961Y: 1213
Gambar 4.20 sinyal nilai magnitude arus fasa A
Pada sinyal arus pada fasa B mempunyai arus magnitude minimal 17.9688 A
sedangkan arus maksimunnya adalah 62.5000 A. Dapat di lihat hasil plotnya sebagai
pada gambar 4.21 berikut:
64
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
101.3
101.4
101.5
101.6
101.7
101.8
X: 489Y: 62.5
Gambar 4.21 sinyal nilai magnitude arus fasa B
Pada sinyal arus fasa C mempunyai arus magnitude minimal 0 Volt
sedangkan tegangan maksimunnya adalah 57.0313 A. Dapat di lihat hasil plotnya
pada gambar 4.22 sebagai berikut:
65
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 350010
0
101
102
X: 361Y: 57.03
Gambar 4.22 sinyal nilai magnitude arus fasa C
4.8 Penentuan Lokasi Gangguan Saluran Transmisi dengan Metode Single-
Ended
Penentuan lokasi gangguan dapat di tentukan dengan metode Single-Ended
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan faktor Kompensasi
k 0=( Z0 L−Z L)
3 Z L
Dengan nilai Impedansi positif dan Impedansi nol maka nilai faktor
kompensansinya adalah 0.5079 + j2521
2. Menentukan jenis gangguan
Setelah di running dengan program matlab maka jenis gangguannya adalah
Fasa A ke tanah (AG)
66
3. Menentukan Lokasi Gangguan
Lokasi gangguan dapat ditentukan dengan metode Single-Ended. Adapun
persamaan Single-Endednya jika gangguan AG adalah sebagai berikut:
n=V d . I q−V q . I d
( I . Z L )d . I q−( I . ZL )q . I d
Nilai tegangan fasa yang terganggu adalah (62871∠178. 31930 )V
=((−62843 .953)+ j1843 . 978)V. Sedangkan nilai arus fasa yang terganggu adalah
(1212. 5∠163 .70790) A=((−1163. 811)+ j 340 .148 ) A . Dengan nilai impedansi
jaringan adalah ZL=(2. 99754+ j 5 .50253 )Ω , maka:
n=(((−62843 . 953 ).(340 .148 )−(1843 .978 ) .(−1163. 811))
((−1163. 811).(2 . 99754 )).(340 .148)−((340 . 148 ).(5 .50253 )) .(−1163.811)
=−19 .3922 %=−0 .193922 km
Hasil ini menunjukan bahwa arah lokasi gangguan terjadi pada sending (tegangan
kirim). Atau dengan persamaan lain sebagai berikut:
n= xl
Dengan panjang jaringan transmisi (l) kota Kendari adalah 12.7 km, maka:
x=(−0 . 193922) .(12.7 )=−2 . 4628km
67