bab 2.pdf

34
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan Dewasa ini manajer keuangan memegang peranan penting. Seorang manajer keuangan (Financial Manager) suatu perusahaaan harus tahu bagaimana mengelola segala unsur dan segi keuangan. Hal ini wajib dilakukan karena keuangan merupakan salah satu fungsi penting dalam mencapai tujuan perusahaan. Manajemen keuangan merupakan salah satu fungsi operasional perusahaan yang sangat penting disamping fungsi operasional lainnya, seperti manajemen pemasaran, manajemen operasional, dan lain sebagainya. Manajemen keuangan membicarakan pengelolaan keuangan yang pada dasarnya dapat dilakukan oleh individu, perusahaan maupun pemerintah. Manajemen keuangan terdiri dari dua kata yaitu manajemen dan keuangan. Pengertian ini akan dijelaskan lebih lanjut di bawah ini. 2.1.1 Pengertian Manajemen, Keuangan, dan Manajemen Keuangan Manajemen merupakan suatu proses yang menggunakan metode ilmu dan seni yang menempatkan fungsi -fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian pada kegiatan sekelompok manusia yang dilengkapi dengan sumber ekonomi dan factor produksi untuk mencapai tujuan yang telah dicapai sebelumnya. Berikut pendapat menurut para ahli mengenai manajemen.

Upload: badiu-cool

Post on 31-Jan-2016

213 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 2.pdf

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Keuangan

Dewasa ini manajer keuangan memegang peranan penting. Seorang

manajer keuangan (Financial Manager) suatu perusahaaan harus tahu bagaimana

mengelola segala unsur dan segi keuangan. Hal ini wajib dilakukan karena

keuangan merupakan salah satu fungsi penting dalam mencapai tujuan

perusahaan.

Manajemen keuangan merupakan salah satu fungsi operasional perusahaan

yang sangat penting disamping fungsi operasional lainnya, seperti manajemen

pemasaran, manajemen operasional, dan lain sebagainya. Manajemen keuangan

membicarakan pengelolaan keuangan yang pada dasarnya dapat dilakukan oleh

individu, perusahaan maupun pemerintah. Manajemen keuangan terdiri dari dua

kata yaitu manajemen dan keuangan. Pengertian ini akan dijelaskan lebih lanjut di

bawah ini.

2.1.1 Pengertian Manajemen, Keuangan, dan Manajemen Keuangan

Manajemen merupakan suatu proses yang menggunakan metode ilmu dan

seni yang menempatkan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan

dan pengendalian pada kegiatan sekelompok manusia yang dilengkapi dengan

sumber ekonomi dan factor produksi untuk mencapai tujuan yang telah dicapai

sebelumnya. Berikut pendapat menurut para ahli mengenai manajemen.

Page 2: Bab 2.pdf

Menurut Ernie Tisnawati dan Kurniawan Saefullah (2005:6):

Manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan organisasi melalui rangkaian kegiatan berupa perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian orang-orang serta sumber daya organisasi lainnya .

Menurut Griffin (2004:2):

Manajemen merupakan serangkaian (termasuk perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian) yang diarahkan pada sumber-sumber daya organisasi (manusia, financial, fisik, dan informasi) untuk mencapai organisasi dengan cara yang efektif dan efisien .

Menurut Robbins dan Coulter (2004:6):

Manajemen adalah suatu pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain .

Dari penjelasan para ahli di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

manajemen merupakan suatu aktivitas perencanaan, pengorganisasian,

pengaktualisasian, dan pengendalian anggota organisasi secara efektif dan efisien

untuk mencapai tujuan perusahaan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada

pada perusahaan.

Sedangkan keuangan didalam perusahaan sangat diperlukan untuk dapat

memperlancar kegiatan operasinya. Menurut Ridwan S.Sundjaja dan Inge

Barlian (2003:42) pengertian keuangan yaitu:

Keuangan merupakan ilmu dan seni dalam mengelola uang yang memperngaruhi kehidupan setiap orang dan setiap organisasi. Keuangan berhubungan dengan proses, lembaga, pasar, dan instrumen yang terlibat dalam transfer uang diantara individu maupun antara bisnis dan pemerintah .

Page 3: Bab 2.pdf

Dari pengertian manajemen dan keuangan diatas, maka dapat diketahui

pengertian dari manajemen keuangan menurut beberapa pendapat dibawah ini.

Menurut Dr. Darsono (2006:01) bahwa :

Manajemen Keuangan ialah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk memperoleh sumber modal yang semurah-murahnya dan menggunakannya seefektif, seefisien, dan seproduktif mungkin untuk menghasilkan laba .

Sedangkan Sutrisno (2003:03) mengemukakan bahwa:

Manajemen keuangan dapat diartikan sebagai semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien .

Dilihat dari uraian di atas tentang menajemen keuangan, maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa manajemen keuangan merupakan hal terpenting dalam

usaha-usaha pengelolaan dana yang dialokasikan dan dikumpulkan untuk

membiayai segala aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk mencapai tujuan.

2.1.2 Fungsi-fungsi manajemen keuangan

Kegiatan utama keuangan yaitu untuk mencari dana dan menggunakan

dana. Pengelompokan ini didasarkan pada banyaknya keputusan yang harus

dilakukan oleh manajer keuangan. Menurut Van Horne dan Wachowich,Jr.

(2005:3) bahwa fungsi manajemen keuangan dapat dibagi menjadi tiga area

utama: investasi, pendanaan, dan manajemen aktiva.

Page 4: Bab 2.pdf

1. Keputusan Investasi

Keputusan investasi adalah hal yang paling penting dari ketiga keputusan

di atas ketika perusahaan ingin menciptakan nilai. Hal tersebut dimulai

dengan penetapan jumlah total aktiva yang perlu dimiliki oleh perusahaan.

2. Keputusan Pendanaan

Dalam keputusan pendanaan, manajer berhubungan dengan perbaikan sisi

kanan neraca. Keputusan dividen perusahaan juga harus dipandang sebagai

bagian integral dari keputusan pendanaan perusahaan. Semakin banyak

jumlah laba saat ini yang ditahan dalam perusahaan berarti semakin sedikit

uang yang akan tersedia bagi pembayaran dividen saat ini.

3. Keputusan Manajemen Aktiva

Ketika aktiva telah diperoleh dan pendanaan yang tepat telah tersedia,

aktiva ini masih harus dikelola secara efisien. Tanggung jawab operasional

atas berbagai aktiva yang ada, membuat manjer keuangan menjadi lebih

memerhatikan manajemen aktiva lancar (current asset) daripada aktiva

tetap (fixed asset).

2.2 Modal Kerja

2.2.1 Pengertian dan Konsep Modal Kerja

Setiap perusahaan membutuhkan modal kerja untuk membelanjai

operasinya sehari-hari. Terdapat beberapa pengertian modal kerja sebagai berikut:

Page 5: Bab 2.pdf

Gitman (2006:511) berpendapat:

Working capital is current assets, which represent the portion of investment that circulates from one to another in the ordinary conduct of business .

Yang artinya bahwa modal kerja adalah aktiva lancar, yang menghadirkan bagian

investasi yang dari satu bentuk ke bentuk lain yang berhubungan dengan bisnis.

Menurut Hilton (2003:708):

Working capital is current assets minus current liabilities .

Yang artinya bahwa modal kerja adalah harta lancar dikurangi kewajiban lancar.

Sedangkan menurut Dr. Darsono (2006:115):

Modal kerja adalah investasi dalam harta jangka pendek atau investasi dalam harta lancar (current assets) .

Dari pendapat beberapa ahli diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa modal kerja

merupakan investasi perusahaan dalam bentuk aktiva lancar. Dalam praktik

sehari-hari modal kerja atau lebih dikenal dengan modal kerja bersih juga dapat

didefinisikan sebagai harta lancar dikurangi dengan kewajiban lancar, atau aktiva

dikurangi pasiva lancar.

Menurut Susan Irawati (2006:90) bahwa ada tiga macam modal kerja

yang digunakan untuk analisis, yaitu:

1. Konsep Kuantitatif (Gross Concept of Working Capital)

Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam

unsur-unsur aktiva lancar dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali

berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva dimulai dari yang tertanam di

Page 6: Bab 2.pdf

dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dengan demikian

modal kerja dalam konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar.

2. Konsep Kualitatif (Net Concept of Working Capital)

Dalam konsep ini pengertian modal kerja juga dikaitkan dengan besarnya

jumlah utang lancar atau utang yang harus segera dibayar. Dengan demikian maka

sebagian dari aktiva lancar itu harus disediakan untuk memenuhi kewajiban

finansial yang harus segera dibayar dimana bagian aktiva lancar ini tidak boleh

digunakan untuk membayar operasi perusahaan untuk menjaga likuiditasnya. Oleh

karena itu modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang

benar-benar dapat digunakan untuk membayar operasi perusahaan mampu

mengganggu likuiditasnya yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar diatas

utang lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja memo

(non working capital).

3. Konsep Fungsional (Functional Concept of Working Capital)

Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan

pendapatan. Setiap dana yang dikerjakan atau digunakan dalam perusahaan

dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Pendapatan yang dimaksud adalah

pendapatan dalam satu periode accounting (current income) bukan periode

berikutnya (future income).

Dari pengertian tersebut maka terdapat sejumlah dana yang tidak

menghasilkan current income atau kalau menghasilkan tidak sesuai dengan misi

perusahaan yaitu non working capital, sehingga besarnya modal kerja adalah:

Page 7: Bab 2.pdf

a. Besarnya kas

b. Besarnya persediaan

c. Besarnya piutang (dikurangi bersarnya laba)

d. Besarnya sebagian dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap (besarnya

adalah sejumlah dana yang berfungsi untuk menghasilkan current income

tahun yang bersangkutan).

Sedangkan bagian piutang yang merupakan keuntungan adalah tergolong

dalam modal kerja potensial dan sebagian dana yang ditanamkan dalam aktiva

tetap yang menghasilkan future income (pendapatan tahun-tahun sesudahnya)

termasuk dalam non working capital.

2.2.2 Fungsi Modal Kerja

Suatu dana yang digunakan oleh perusahaan dalam menjalankan

operasinya sehari-hari dapat masuk kembali ke dalam perusahaan dalam jangka

waktu yang pendek yaitu dari hasil penjualan produknya. Akan tetapi, antara

pengeluaran dan penerimaan tersebut terdapat tenggang waktu. Oleh karena

itulah, selama tenggang waktu itulah modal kerja dibutuhkan untuk membiayai

kegiatan sehari-hari perusahaan. Jadi, fungsi sebenarnya dari modal kerja yaitu

untuk mengatur antara pengeluaran dana untuk operasi sehari-hari.

2.2.3 Jenis-Jenis Modal Kerja

Terdapat pengelompokan mengenai modal kerja. Menurut Sutrisno

(2003:45) jenis-jenis modal kerja tersebut terdiri dari:

Page 8: Bab 2.pdf

1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)

Merupakan modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat

menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus

menerus diperlukan untuk kelancaran usaha.

a. Modal Kerja Primer (Primary Working Capital)

Merupakan jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan

untuk menjamin kontinuitas usahanya.

b. Modal Kerja Normal (Normal Working Capital)

Merupakan jumlah modal kerja yang digunakan untuk penyelenggaraan

kas produksi yang normal yang merupakan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan barang sebesar kapasitas normal perusahaan.

2. Modal kerja Variabel (Variable Working Capital)

Merupakan modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan

perubahan keadaan.

a. Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital)

Merupakan modal kerja yang jumlahnya berbeda-beda disebabkan karena

fluktuasi musim.

b. Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital)

Merupakan modal kerja yang jumlahnya berbeda-beda disebabkan karena

fluktuasi konjungtur.

c. Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital)

Merupakan modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena adanya

keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya.

Page 9: Bab 2.pdf

2.2.4 Unsur Modal Kerja

Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Julianty (2002:17) mengenai unsur-

unsur modal kerja:

Unsur-unsur modal kerja yaitu pos-pos yang ada dalam aktiva yang manfaat ekonomisnya diharapkan akan diperoleh dalam waktu satu tahun atau kurang (atau siklus operasi normal), misalnya kas, surat berharga, persediaan piutang, dan persekot biaya-biaya .

Berikut merupakan yang termasuk dalam unsur-unsur modal kerja:

1. Kas atau uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi

perusahaan, cek yang diterima dari para langganan dengan simpanan

perusahaan di bank dalam bentuk giro atau demand deposit yaitu simpanan

di bank yang dapat diambil kembali setiap kali dibutuhkan perusahaan.

2. Investasi jangka pendek yaitu investasi yang bersifat sementara untuk

memanfaatkan uang kas yang sementara masih belum dibutuhkan dalam

operasi perusahaan. Syaratnya harus bersifat marketable yaitu dapat segera

dijual dengan harga pasti setiap saat perusahaan membutuhkan uang.

3. Piutang dagang yaitu tagihan perusahaan kepada pihak lain

(kreditur/langganan) sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan

secara kredit.

4. Persediaan barang dagangan (bagi perusahaan dagang) yaitu bahan

mentah, barang dalam proses, dan barang jadi.

5. Hutang lancar yaitu suatu kewajiban yang akan jatuh tempo dalam waktu

dekat (biasanya dalam 1 tahun atau kurang) dan yang akan dibayar dari

aktiva lancar.

Page 10: Bab 2.pdf

2.2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Modal Kerja

Kebutuhan perusahaan akan modal tergantung pada faktor-faktor sebagai

berikut (Ridwan D.Sundjaja dan Inge Barlian 2003:189) :

1. Besar kecilnya skala usaha perusahaan

Kebutuhan modal kerja pada perusahaan besar berbeda dengan perusahaan

kecil dikarenakan perusahaan besar mempunyai keuntungan akibat luasnya

sumber pembiayaan yang tersedia dibandingkan dengan perusahaan kecil yang

hanya tergantung pada beberapa sumber saja. Pada perusahaan kecil, tidak

tertagihnya beberapa piutang dari beberapa langganan dapat sangat

mempengaruhi unsur-unsur modal kerja lainnya seperti kas dan persediaan.

2. Aktivitas perusahaan

Perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa tidak mempunyai persediaan

barang dagangan, sedangkan perusahaan yang menjual persediaannya secara tunai

tidak memiliki piutang dagang. Hal tersebut akan memperngaruhi tingkat

perputaran dan jumlah modal kerja suatu perusahaan. Demikian juga dengan

syarat pembelian dan waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau

memperoleh barang yang akan dijual.

3. Volume penjualan

Merupakan faktor yang sangat penting dalam modal kerja. Bila tingkat

penjualan naik, maka kebutuhan modal kerja pun akan ikut naik, demikian

sebaliknya.

Page 11: Bab 2.pdf

4. Perkembangan teknologi

Khususnya yang berhubungan dengan proses produksi akan

mempengaruhi kebutuhan modal kerja. Otomatisasi yang mengakibatkan proses

produksi yang lebih cepat membutuhkan persediaan bahan baku yang lebih

banyak agar kapasitas maksimum dapat dicapai, selain itu akan membuat

perusahaan mempunyai persediaan barang jadi dalam jumlah lebih banyak bila

tidak diimbangi dengan pertambahan penjualan yang besar.

5. Sikap perusahaan terhadap likuiditas dan profitabilitas

Adanya biaya dari semua yang digunakan perusahaan mengakibatkan

jumlah modal kerja yang relatif besar mempunyai kecenderungan untuk

mengurangi laba perusahaan, tetapi dengan menahan uang kas dan persediaan

barang yang lebih besar akan membuat perusahaan lebih mampu untuk membayar

transaksi yang dilakukan dan resiko kehilangan pelanggan tidak terjadi karena

perusahaan mempunyai persediaan barang yang cukup.

2.2.6 Sumber Modal Kerja

Sumber-sumber dana perlu dipisahkan terhadap kebutuhan modal kerja

permanen dan kebutuhan modal kerja variabel. Kebutuhan modal kerja variabel

dimana modal kerja tersebut hanya dibutuhkan beberapa saat saja (beberapa bulan

saja) dan tidak dibutuhkan secara terus menerus (biasanya kebutuhan pada saat

volume penjualan puncak), maka harus dibelanjai dengan sumber dana jangka

pendek selama atau pada saat modal kerja tersebut dibutuhkan.

Page 12: Bab 2.pdf

Menurut Drs.M.Manullang (2005:16), sumber modal kerja suatu perusahaan

dapat berasal dari:

1. Working capital provided by current operations.

2. Profit on the sale of marketable securities.

3. Sale of fixed assets, long term investments and other non current assets.

4. Federal income tax refunds and other similar extra ordinary gain items.

5. Sales of bonds and capital stock and contributions of funds by owner.

6. Bank and other short term loans.

7. Trade creditor (accounts, trade acceptances and notes payable).

8. Whether the sales are uniform through out the year or are seasonal

9. Credit rating of company

Menurut S. Munawir (2004: 120) sumber modal kerja suatu perusahaan

dapat berasal dari:

a. Hasil operasi perusahaan adalah jumlah net income yang nampak dalam

perhitungan rugi laba ditambah dengan depresiasi dan amortisasi, jumlah

ini menunjukkan jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi

perusahaan.

Jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan dapat

dihitung dengan menganalisa laporan perhitungan rugi laba perusahaan

tersebut. Dengan adanya keuntungan atau laba dari usaha perusahaan, dan

apabila laba tersebut tidak diambil oleh pemilik perusahaan maka laba

tersebut akan menambah modal perusahaan yang bersangkutan.

Page 13: Bab 2.pdf

b. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka

pendek).

Surat berharga yang dimiliki perusahaan untuk jangka pendek (marketable

securities atau efek) adalah salah satu elemen aktiva lancar yang segera

dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan

adanya penjualan surat berharga menyebabkan terjadinya perubahan dalam

unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga berubah menjadi uang

kas. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan surat berharga ini

merupakan suatu sumber untuk bertumbuhnya modal kerja; sebaliknya,

apabila dalam penjualan tersebut terjadi kemajuan maka akan

menyebabkan berkurangnya modal kerja. Apabila efek atau investasi

jangka pendek ini dijual dengan harga jual yang sama dengan harga

perolehannya (tanpa laba maupun rugi), maka penjualan efek-efek tersebut

tidak akan mempengaruhi besarnya modal kerja (modal kerja tidak

bertambah maupun berkurang). Diadakan menganalisa sumber-sumber

modal kerja maka sumber yang berasal dari keuntungan penjualan surat-

surat berharga harus dipisahkan dengan modal kerja yang berasal dari hasil

usaha pokok perusahaan.

c. Penjualan aktiva tidak lancar.

Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan

aktiva tetap, investai jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya yang

tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini menjadi

kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja sebesar

Page 14: Bab 2.pdf

hasil penjualan tersebut. Apabila dari hasil penjualan aktiva tetap atau

aktiva tidak lancar lainnya ini tidak segera digunakan untuk mengganti

aktiva yang bersangkutan akan menyebabkan keadaan aktiva lancar

sedemikian besarnya sehingga melebihi jumlah modal kerja yang

dibutuhkan (adanya modal kerja yang berlebih-lebihan).

d. Penjualan saham atau obligasi

Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan perusahaan

dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para

pemilik perusahaan untuk menambah modalnya. Disamping ini

perusahaan dapat juga mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang jangka

panjang lainnya guna memahami modal kerja. Penjualan obligasi ini

mempunyai konsekuensi bahwa perusahaan harus membayar bunga tetap,

oleh karena itu dalam mengeluarkan hutang dalam bentuk obligasi ini

harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan penjualan obligasi yang

tidak sesuai dengan kebutuhan (terlalu besar) disamping menimbulkan

beban bunga yang besar, juga akan mengakibatkan keadaan aktiva lancar

yang besar sehingga melebihi jumlah modal kerja yang dibutuhkan.

Disamping keempat sumber diatas masih ada lagi sumber lain yang dapat

diperoleh perusahaan untuk menambah aktiva lancarnya misalnya dana

pinjaman/kredit dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya serta hutang

dagang yang diperoleh dari para penjual atau supplier. Disini bertambahnya aktiva

lancar diimbangi atau dibarengi dengan bertambahnya hutang lancar, sehingga

modal kerja (dalam arti net working capital) tidak berubah.

Page 15: Bab 2.pdf

2.2.7 Manajemen Modal Kerja

Manajemen modal kerja diperlukan didalam pengambilan keputusan

dalam berinvestasi dalam modal kerja. Menurut Muhamad Muslich (2003:143):

Manajemen modal kerja adalah manajemen aktiva lancar dan pasiva lancar .

Menurut Dr.Darsono (2006:116) yang mengutip dari Weston dan Brigham:

Manajemen modal kerja adalah investasi perusahaan dalam jangka pendek: kas, surat-surat berharga (efek),piutang dan persediaan .

Sedangkan menurut Dr.Darsono (2006:116) dalam buku Manajemen keuangan

Pendekatan Praktis:

Manajemen modal kerja meliputi administrasi harta lancar dan utang lancar, mempunyai fungsi utama yakni: (1) menyesuaikan tingkat volume penjualan dan penjualan musiman; dimana siklus volume penjualan jangka pendek ini merupakan syarat untuk prospek jangka panjang yang menguntungkan, (2) Membantu perusahaan memaksimumkan nilainya dengan cara menurunkan biaya modal dan menaikkan laba .

Dari pengertian-pengertian tentang manajemen modal kerja diatas, maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen modal kerja bertujuan mengelola

aktiva lancar, dan hutang lancar supaya terjamin modal kerja yang layak diterima,

dan dapat menjamin tingkat likuiditas perusahaan.

2.2.8 Pentingnya Modal Kerja

Manajemen modal kerja sangat penting bagi perusahaan khususnya

perusahaan kecil karena mereka sulit memperoleh sumber pembiayaan baik dari

pasar uang maupun pasar modal. Menurut Dr.Darsono (2006:120) bahwa modal

Page 16: Bab 2.pdf

kerja adalah ruh atau energi internal yang menggerakkan perusahaan. Perusahaan

yang tidak memiliki kecukupan modal kerja akan sulit untuk menjalankan

kegiatannya, atau akan macet operasinya. Tanpa modal kerja yang cukup, suatu

perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk meningkatkan kuantitas dan

kualitas produk yang dihasilkan. Besarnya modal kerja tergantung pada jenis

bisnis, tetapi pada umumnya nilai modal kerja suatu perusahaan kira-kira lebih

dari 50% dari jumlah harta.

Menurut Van Horne dan Wachowitcz, Jr. (2005:309) manajemen modal

kerja adalah hal yang paling penting, jika tidak ada hal lainnya daripada proporsi

waktu manajer keuangan yang harus didedikasikan untuk hal tersebut. Akan

tetapi, yang paling penting adalah pengaruh keputusan modal kerja atas resiko,

pengembalian, dan harga saham perusahaan.

2.2.9 Manfaat Modal Kerja

Ada berbagai manfaat dari modal kerja (Drs.M.Manullang 2005:15),

antara lain:

1. Melindungi perusahaan terhadap penurunan nilai aktiva lancar.

2. Memungkinkan untuk membayar semua kewajiban tepat pada waktunya.

3. Menjamin perusahaan untuk memiliki credit standing yang semakin besar

sehingga perusahaan selalu siap dalam menghadapi bahaya-bahaya yang

mungkin terjadi.

4. Memungkinkan untuk memilki persediaan barang dalam jumlah yang

cukup untuk melayani konsumen.

Page 17: Bab 2.pdf

5. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat-syarat kredit

yang lebih menguntungkan bagi pelanggan.

6. Memungkinkan perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien

karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang

dibutuhkan.

2.2.10 Menentukan Kebutuhan Modal Kerja

Modal kerja yang baik harus dapat membiayai pengeluaran perusahaan

sehari-hari, karena modal kerja yang cukup akan dapat menguntungkan

perusahaan. Menurut Susan Irawati (2006:93) bahwa untuk menentukan

besarnya modal kerja, bisa digunakan beberapa metode, diantaranya:

1. Metode Keterikatan Dana

Faktor-faktor yang mempengaruhi keterikatan dana pada modal kerja,

adalah:

a. Periode terikatnya modal kerja yang merupakan waktu yang

diperlukan, mulai dari kas yang ditanamkan pada komponen modal

kerja sampai kas kembali.

b. Proyeksi kebutuhan kas rata-rata per hari yang merupakan jumlah

pengeluaran kas setiap hari untuk keperluan pembelian bahan baku,

bahan penolong, dan upah karyawan.

Page 18: Bab 2.pdf

2. Metode Perputaran Modal Kerja

Besarnya modal kerja ditentukan dengan cara menghitung perputaran

unsur-unsur pembentuk modal kerja seperti perputaran kas, piutang, dan

persediaan.

Metode ini mengakui dua hal penting (Suad Husnan 2004:168), yaitu:

a. Untuk mendanai kebutuhan akan modal kerja mungkin saja telah

disediakan (sebagian) oleh pihak lain dalam bentuk pendanaan

spontan.

b. Dana yang diperlukan untuk membiayai piutang seharusnya tidak

dimasukkan unsur laba.

2.2.11 Perputaran modal kerja

Modal kerja selalu berputar selama usaha masih berjalan. Perputaran

tersebut secara sederhana merupakan peralihan modal kerja perusahaan yang

berulang dari kas ke persediaan, lalu ke piutang, dan kembali ke kas.

Rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat

diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja. Makin tinggi Working

Capital Turnover (WCT), makin rendah atau sedikit modal kerja yang dibutuhkan

dalam inventory dan receivables. Sebaliknya, Working Capital Turnover (WCT)

mungkin juga menunjukkan keanehan net working capital dalam perputaran

inventory dan receivables yang rendah akibat kelebihan hutang lancar.

Page 19: Bab 2.pdf

Formulasi dari Working Capital Turnover (WCT) adalah sebagai berikut :

(M.Manullang,2005: 19)

2.3 Likuiditas Perusahaan

2.3.1 Pengertian Likuiditas

Likuiditas menurut Van Horne dan Wachowich,Jr. (2005:206):

Merupakan kemampuan aktiva untuk diubah ke dalam bentuk tunai tanpa adanya konsesi harga yang signifikan .

Sedangkan menurut Gitman (2006:52):

Liquidity is a firm s ability to satisfy is short-term obligations as they come due .

Yang artinya likuiditas adalah kekuatan suatu perusahaan untuk kepuasan obligasi

jangka pendek sebagai waktu jatuh temponya.

Likuiditas menurut Susan Irawati (2006:27) adalah:

Kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban jangka pendek pada saat jatuh tempo .

Sehingga dapat disimpulkan bahwa likuiditas adalah kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendeknya yang segera

harus dipenuhi.

Page 20: Bab 2.pdf

2.3.2 Pengukuran Likuiditas

Untuk menilai likuiditas perusahaan terdapat beberapa rasio yang dapat

digunakan sebagai alat untuk menganalisa dan menilai posisi likuiditas

perusahaan, yaitu:

1. Current Ratio

Current Ratio menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar

kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya. (Van Horne

2005:206). Semakin tinggi rasio lancar, maka akan semakin besar kemampuan

perusahaan untuk membayar berbagai tagihannya, akan tetapi rasio ini harus

dianggap sebagai ukuran kasar karena tidak akan memperhitungkan likuiditas

(liquidity) dari setiap komponen aktiva lancar. Perusahaan yang mempunyai

aktiva lancar sebagian besar terdiri dari kas dan piutang yang belum jatuh tempo,

umumnya akan dianggap sebagai likuid daripada perusahaan yang aktiva

lancarnya terutama terdiri dari persediaan.

Aktiva lancar pada umumnya meliputi kas, sekuritas, piutang usaha, dan

persediaan. Kewajiban lancar terdiri atas utang usaha, wesel tagihan ljangka

pendek, utang jatuh tempo yang kurang dari satu tahun, akrual pajak, dan beban-

beban akrual lainnya (terutama gaji).

Jika sebuah perusahaan mengalami kesulitan keuangan, perusahaan akan

mulai membayar tagihan-tagihannya (hutang usaha) secara lebih lambat,

meminjam dari bank, dan seterusnya. Jika kewajiban lancar meningkat lebih cepat

dari aktiva lancar, rasio lancar akan turun, dan hal ini pertanda adanya masalah.

Karena rasio lancar merupakan indikator tunggal terbaik dari sampai sejauh mana

Page 21: Bab 2.pdf

klaim dari kreditor jangka pendek telah ditutup oleh aktiva-aktiva yang

diharapkan dapat diubah menjadi kas dengan cukup cepat, rasio ini merupakan

ukuran solvabilitas jangka pendek yang paling sering digunakan (Brigham &

Houston, 2006:96).

Adapun formulasi dari current ratio (CR) adalah sebagai berikut :

(Van Horne,2005: 206)

2. Quick Ratio

Rasio ini disebut juga sebagai acid test ratio, yaitu perbandingkan antara

aktiva lancar dikurangi persediaan, dan dibagi dengan kewajiban jangka panjang.

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban

jangka pendek dengan aktiva yang paling likuid atau cepat (Van Horne

2005:207). Rasio ini berfungsi sebagai pelengkap rasio lancar dalam menganalisis

likuiditas. Sama dengan rasio lancar, hanya saja rasio tersebut tidak meliputi

persediaan yang diasumsikan bagian aktiva lancar yang paling tidak likuid sebagai

angka yang dibagi. Rasio ini lebih tajam dari pada current ratio karena hanya

membandingkan aktiva yang sangat likuid dan ada hubungannnya dengan

berbagai obligasi jangka pendek seperti kas, sekuritas yang diperjualbelikan, dan

pitang. Jika current ratio tinggi tapi quick ratio rendah, hal ini menunjukkan

adanya investasi yang sangat besar dalam persediaan.

Page 22: Bab 2.pdf

Adapun formulasi dari quick ratio adalah sebagai berikut :

(Van Horne,2005: 207)

2.4 Rasio Aktivitas

Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar efektivitas

perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya (Susan Irawati 2006:52).

Rasio ini dinyatakan sebagai perbandingan penjualan dengan berbagai elemen

aktiva. Semakin efektif dalam memanfaatkan dan semakin cepat perputaran dana

tersebut. Dalam mengukur keefektifan perusahaan tersebut, maka peneliti hanya

akan menggunakan satu variabel dari rasio aktivitas ini yaitu Total Assets

Turnover.

2.4.1 Pengertian Total Assets Turnover

Menurut Lawrence J.Gitman (2006:55):

Total asset turnover is indicates the efficiency with which the firm uses its assets to generate sales .

Yang berarti berarti bahwa total assets turnover menunjukkan

keefisiensian perusahaan dalam menggunakan aktivanya untuk menghasilkan

penjualan.

Menurut Ridwan D.Sundjaja dan Inge Barlian (2003:189):

Perputaran total aktiva, menunjukkan efisien efisiensi dimana perusahaan menggunakan seluruh aktivanya untuk menghasilkan penjualan

Page 23: Bab 2.pdf

Menurut Susan Irawati (2006:52) Total Assets Turnover adalah:

Rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar efektivitas pemanfaatan aktiva dalam menghasilkan penjualan suatu perusahaan .

Semakin besar perputaran aktiva semakin efektif perusahaan dalam

mengelola aktivanya. Dengan kata lain, Total Assets Turnover merupakan

kecepatan perputaran operating assets atau aktiva usaha dalam suatu periode

tertentu, dengan melihat assets turnover yang dimaksudkan untuk mengetahui

efisiensi perusahaan dengan melihat pula kecepatan perputaran operating assets

atau aktiva usaha dalam suatu periode tertentu.

3.4.2 Pengukuran Total Assets Turnover

Berikut formula untuk menentukan Total Assets Turnover :

(Van Horne,2005:221)

2.5 Leverage Ratio

2.5.1 Pengertian Leverage Ratio

Rasio Leverage atau sebagian orang menyebutnya sebagai rasio

solvabilitas, memiliki beberapa arti menurut para ahli sebagai berikut:

Menurut Gitman (2006:438):

Leverage is a results from the use of fixed-cost assets or funds to magnify returns to the firm s owners .

Page 24: Bab 2.pdf

Yang berarti bahwa leverage adalah hasil dari penggunaan biaya aktiva

tetap atau dana untuk diperbesar kembali ke pemilik perusahaan.

Menurut Brigham dan Houston (2006:101):

Leverage Keuangan merupakan penggunaan pendanaan melalui hutang .

Sedangkan menurut Suad Husnan (2004:70)

Rasio solvabilitas berarti mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangannya .

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa rasio leverage menunjukkan

seberapa besar kebutuhan dana perusahaan yang dibelanjai atau didanai dengan

pinjaman. Menurut Susan Irawati (2006:42), apabila perusahaan tidak

menggunakan leverage dalam struktur modalnya, maka perusahaan dalam operasi

sepenuhnya menggunakan modal sendiri, sehingga resiko perusahaan menjadi

kecil. Jadi, semakin besar tingkat leverage perusahaan, maka akan semakin besar

jumlah pinjaman yang digunakan, sehingga resiko keuangan yang dihadapi

perusahaan semakin besar.

2.5.2 Pengukuran Leverage Ratio

Terdapat 2 prosedur yang digunakan para analis untuk memeriksa utang

perusahaan: (1) memeriksa neraca untuk menentukan proporsi dari total dana

yang dicerminkan oleh utang, dan (2) meninjau laporan laba rugi untuk melihat

seberapa baik beban-beban tetap tertutupi oleh keuntungan operasi (Brigham dan

Houston, 2006:103). Ukuran rasio leverage menurut Van Horne (2005:209)

dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Page 25: Bab 2.pdf

a. Total Debt to Total Assets Ratio

Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur persentase besarnya dana

atau modal yang berasal dari pinjaman. Rasio ini menekankan pada peran penting

pendanaan utang bagi perusahaan dengan menunjukkan persentase aktiva

perusahaan yang didukung oleh pendanaan utang. Semakin tinggi rasio Debt to

Total Asset, maka semakin besar risiko keuangannya; semakin rendah rasio ini,

maka akan semakin rendah risiko keuangannya (Van Horne, 2005:210). Formula

untuk rasio ini:

b. Total Debt to Total Equity Ratio

Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur perimbangan antara

kewajiban yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin rendah rasio

ini, maka semakin tinggi tingkat pendanaan perusahaan yang disediakan oleh

pemegang saham, dan semakin besar perlindungan bagi kreditor (margin

perlindungan) jika terjadi penyusutan nilai aktiva atau kerugian besar (Van

Horne, 2005:209). Perbandingan rasio Debt to Equity untuk suatu perusahaan

dengan perusahaan lainnya yang hampir sama, memberi kita indikasi umum

tentang nilai kredit dan risiko keuangan dari perusahaan itu sendiri. Formula

untuk rasio ini:

Page 26: Bab 2.pdf

c. Time Interest Earned Ratio

Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan

untuk memenuhi beban tetapnya berupa bunga dengan laba yang diperolehnya.

Formula untuk rasio ini:

d. Fixed Charge Coverage Ratio

Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kesanggupan perusahaan

dalam memenuhi beban tetapnya berupa bunga beserta angsuran pokok pinjaman,

pembayaran dividen saham preferen, dan sewa dengan laba yang diperolehnya.

Formula untuk rasio ini:

e. Debt Service Coverage Ratio

Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kesanggupan suatu

perusahaan dalam memenuhi beban tetapnya termasuk angsuran pokok

pinjamannya dengan laba yang diperolehnya. Formula untuk rasio ini:

2.6 Profitabilitas

Pada perusahaan yang bersifat profit oriental tentunya akan berusaha

menggunakan setiap asset yang dimilikinya untuk menghasilkan laba. Pengukuran

terhadap profitabilitas akan memungkinkan bagi perusahaan, dalam hal ini

Page 27: Bab 2.pdf

manajemen untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya dengan

volume penjualan, jumlah aktiva dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan.

Profitabilitas dinilai sangat penting karena untuk kelangsungan hidup perusahaan,

haruslah dalam keadaan yang menguntungkan.

2.6.1 Pengertian Profitabilitas

Setiap perusahaan dalam menjalankan bisnisnya akan berusaha untuk

menghasilkan laba. Menurut Gitman (2006:512), profitabilitas adalah:

The relationship between revenues and costs generated by using the firm s assets-both current and fixed-in productive activities .

Yang artinya profitabilitas adalah hubungan antara pendapatan dan biaya-biaya

yang dihasilkan dengan penggunaan aset perusahaan yang lancar dan tetap dalam

aktivitas produktif.

Sedangkan menurut Sartono (2001:130) dalam Jurnal Ekonomi & Bisnis

Indonesia (vol.23, no.23, Juli 2008):

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri .

Perusahaan yang memiliki profitabilitas yang rendah cenderung

melakukan perataan laba (Archibalt 1967).

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan

untuk mengukur efektivitas manajemen yang didasarkan pada hasil pengembalian

volume penjualan, total aktiva, dan modal sendiri.

Page 28: Bab 2.pdf

2.6.2 Pengukuran Profitabilitas

Pengukuran tingkat profitabilitas dapat dilakukan dengan berbagai cara.

Penilaian profitabilitas yang dimaksud adalah dengan menghubungkan antara

keuntungan dengan tingkat penjualan yang dicapai oleh suatu perusahaan dalam

satu periode tertentu. Berikut ini adalah beberapa rasio yang digunakan untuk

mengukur profitabilitas adalah sebagai berikut :

1. Gross Profit Margin

Rasio gross profit margin atau margin keuntungan kotor berguna untuk

mengetahui keuntungan kotor perusahaan dari setiap barang yang dijual. Gross

profit margin sangat dipengaruhi oleh harga pokok penjualan. Apabila harga

pokok penjualan meningkat maka gross profit margin akan menurun, begitu pula

sebaliknya. Dengan kata lain, rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga

pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk

berproduksi secara efisien.

Formulasi dari gross profit margin atau GPM adalah sebagai berikut:

(Van Horne,2005: 222)

2. Net Profit Margin

Net Profit Margin (NPM) menggambarkan besarnya laba bersih yang

diperoleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan. Dengan kata lain

rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Formulasi dari

net profit margin adalah sebagai berikut:

Page 29: Bab 2.pdf

(Van Horne,2005: 223)

3. Return on Investment

Return on Investment atau return on assets menunjukkan kemampuan

perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Dengan

mengetahui rasio ini, akan dapat diketahui apakah perusahaan efisien dalam

memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga

memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena

menunjukkan efektifitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk

memperoleh pendapatan. Formulasi dari return on investment atau ROI adalah

sebagai berikut:

(Van Horne,2005: 224)

4. Return on Equity

Return on equity atau return on net worth mengukur kemampuan

perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan atau

untuk mengetahui besarnya kembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk

setiap rupiah modal dari pemilik. ROE menunjukkan daya untuk menghasilkan

laba atas investasi berdasarkan nilai buku para pemegang saham, dan sering kali

digunakan dalam membandingkan dua atau lebih perusahaan dalam sebuah

industri yang sama. Oleh karena itulah penulis mengambil rasio ini untuk

mengukur profitabilitas perusahaan.

Page 30: Bab 2.pdf

Rasio ini dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila

proporsi utang makin besar maka rasio ini juga akan makin besar. ROE yang

tinggi sering kali mencerminkan penerimaan perusahaan atas peluang investasi

yang baik dan manajemen biaya yang efektif. Akan tetapi, jika perusahaan

tersebut telah memilih untuk menerapkan tingkat utang yang tinggi berdasarkan

standar industri ROE yang tinggi hanyalah merupakan hasil dari asumsi risiko

keuangan yang berlebihan. Formulasi dari return on equity atau ROE adalah

sebagai berikut:

(Van Horne,2005: 225)

Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi profitabilitas :

1. Profit margin, yaitu perbandingan antara Net operating income dengan Net

Sales .

2. Turnover of operating assets (tingkat perputaran aktiva usaha), yaitu

kecepatan berputarnya operating assets dalam suatu periode tertentu.

2.7 Peranan Modal Kerja, Likuiditas, Total Assets Turnover Dan Leverage

Ratio Dalam Mengoptimalkan Profitabilitas Perusahaan

2.7.1 Peranan Modal Kerja dalam Mengoptimalkan Profitabilitas

Perusahaan

Suatu investasi dikatakan menguntungkan (profitable) kalau investasi

tersebut bisa membuat pemodal menjadi lebih kaya. Investasi dalam modal kerja

dapat berpengaruh terhadap profitabilitas. Seperti yang dikemukakan oleh Van

Page 31: Bab 2.pdf

Horne (2005:309), bahwa manajemen modal kerja yang baik didasarkan pada dua

isu keputusan mendasar bagi perusahaan, yaitu:

a. Tingkat investasi aktiva lancar optimal

b. Bauran yang tepat atas pendanaan jangka pendek dan jangka panjang yang

digunakan untuk mendukung investasi dalam aktiva lancar ini.

Dalam hal ini pendanaan jangka pendek yang nyata lebih sedikit daripada

pendanaan jangka menengah dan jangka panjang, semakin besar proporsi utang

jangka pendek jika dibandingkan dengan total utangnya, semakin tinggi

profitabilitas perusahaan.

Begitu pula yang dikemukakan oleh Gitman (2006:629) sebagai berikut:

Too much investment in current assets reduced profitability, where as too little investment increase the risk or not being able to pay debts at they come due .

Yang berarti bahwa investasi dalam aktiva lancar yang berlebih akan

menurunkan profitabilitas, padahal investasi yang terlalu sedikit akan

meningkatkan resiko ketidakmampuan membayar utang pada saat jatuh tempo.

Dari penjelasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa investasi

modal kerja merupakan investasi yang sangat penting yang menuntut manajer

keuangan dapat memprediksi dan menentukan kebutuhan modal kerja yang baik

sehingga dapat membiayai kegiatan operasi perusahaan yang berjalan.

Page 32: Bab 2.pdf

2.7.2 Peranan Likuiditas dalam Mengoptimalkan Profitabilitas Perusahaan

Menurut Van Horne (2005:161):

Dalam penentuan kebijakan modal kerja yang efisien, perusahaan dihadapkan pada masalah adanya pertukaran (trade off) antara faktor likuiditas dan profitabilitas .

Dalam menentukan jumlah, tingkat, aktiva lancar yang sesuai, manajemen

harus mempertimbangkan antara profitabilitas dan risiko. Jika perusahaan

memutuskan menetapkan modal kerja dalam jumlah yang besar, kemungkinan

tingkat likuiditas akan terjaga namun kesempatan untuk memperoleh laba yang

besar akan menurun yang pada akhirnya berdampak pada menurunnya

profitabilitas. Sebaliknya jika perusahaan ingin memaksimalkan profitabilitas,

kemungkinan dapat mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan.

Makin tinggi likuiditas, maka makin baiklah posisi perusahaan di mata

kreditur. Oleh karena terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa perusahaan

akan dapat membayar kewajibannya tepat pada waktunya. Semakin besar tingkat

aktiva lancar, semakin besar pula likuiditas perusahaan, jika hal-hal lainnya sama.

Dengan likuiditas yang besar, risiko semakin kecil, namun profitabilitas juga

semakin kecil (Van Horne dan Wachowicz,Jr. 2005:323).

2.7.3 Peranan Total Assets Turnover dalam Mengoptimalkan Profitabilitas

Perusahaan

Keefektivitasan pemanfaatan aktiva dalam menghasilkan penjualan suatu

perusahaan sangat penting untuk menghasilkan pofitabilitas bagi perusahaan.

Menurut Susan Irawati (2006:52):

Page 33: Bab 2.pdf

Semakin besar perputaran aktiva, maka semakin efektif perusahaan dalam mengelola aktivanya .

Kecepatan perputaran operating assets atau aktiva usaha dalam suatu

periode tertentu tersebut, dengan melihat assets turnover dimaksudkan untuk

mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat pula kecepatan perputaran

operating assets atau aktiva usaha dalam suatu periode tertentu

Penggunaan variabel ini oleh peneliti, dikarenakan variabel ini mempunyai

hubungan yang kuat dalam memprediksi profitabilitas yang optimal pada

perusahaan. Dalam Total Asset Turnover dapat diketahui dengan jelas berapa dana

yang tertanam dalam keseluruhan aktiva rata-rata daam satu tahun atau dapat

diketahui jumlah pendapatan dakan tiap rupiah aktiva yang dikelola dalam

setahun. Sehingga tujuan perusahaan untuk dapat mengoptimalkan profit akan

dapat terpenuhi dengan menganalisis variabel ini.

2.7.4 Peranan Leverage Ratio dalam Mengoptimalkan Profitabilitas

Perusahaan

Perusahaan juga dihadapkan pada masalah penentuan sumber dana. Jika

perusahaan menggunakan lebih banyak hutang dibanding modal sendiri maka

tingkat solvabilitas akan menurun karena beban bunga yang harus di tanggung

juga meningkat. Hal ini akan berdampak terhadap menurunnya profitabilitas. Pada

dasarnya, jika perusahaan meningkatkan jumlah hutang sebagai sumber dananya

hal tersebut dapat meningkatkan risiko keuangan.

Jika perusahaan tidak dapat mengelola dana yang diperoleh dari hutang

secara produktif, hal tersebut dapat memberikan pengaruh yang negatif dan

Page 34: Bab 2.pdf

berdampak terhadap menurunnya profitabilitas perusahaan. Sebaliknya jika

hutang tersebut dapat dikelola dengan baik dan digunakan untuk proyek investasi

yang produktif, hal tersebut dapat memberikan pengaruh yang positif dan

berdampak terhadap peningkatan profitabilitas perusahaan. Rasio solvabilitas

yang digunakan dalam penelitian ini adalah debt to total equity ratio. Rasio ini

menunjukkan berapa bagian dari aktiva yang digunakan untuk menjamin utang.

Kreditur lebih menyukai rasio utang yang rendah karena semakin rendah rasio ini,

maka semakin besar perlindungan terhadap kerugian kreditur dalam peristiwa

likuidasi. Di sisi lain, pemegang saham akan menginginkan leverage yang lebih

besar karena akan dapat meningkatkan laba yang diharapkan.

Dari uraian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa modal kerja,

likuiditas, total assets turnover, dan leverage ratio mempunyai peranan dalam

mengoptimalkan profitabilitas perusahaan. Dimana pada penambahan modal

kerja, total assets turnover yang maksimal dan pengelolaan leverage ratio yang

baik akan meningkatkan keutungan. Sedangkan dengan terjadinya peningkatan

profitabilitas pada perusahaan akan meningkatkan likuiditas perusahaan pula.

Dengan begitu, untuk dapat meningkatkan keuntungan atau profitabilitas tentunya

perusahaan harus menjalankan operasinya secara efektif dan efisien.