bab 2 tinjauan pustaka - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2011-2-00684- ti bab...
TRANSCRIPT
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kualitas
Ada berbagai macam pengertian kualitas saat ini. Menurut para ahli,
kualitas itu adalah:
• Konsistensi peningkatan atau perbaikan dan penurunan variasi karakteristik
dari suatu produk (barang atau jasa) yang dihasilkan, agar memenuhi
kebutuhan yang telah dispesifikasikan, guna meningkatkan kepuasan
pelanggan internal maupun eksternal (Vincent Gaspersz).
• Suatu tingkat dari kesempurnaan: dalam hal ini berarti kualitas adalah suatu
ukuran relatif dari kesempurnaan (David A. Garvin).
• Seluruh gabungan karakteristik produk dan jasa dari pemasaran, rekayasa
pembuatan dan pemeliharaan yang membuat produk dan jasa yang digunakan
dapat memenuhi harapan pelanggan (A.V. Feigenbaum).
• Kecocokan penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan
dan kepuasan pelanggan (Juran dalam Nasution, 2004).
• Kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar. Perusahaan harus benar–
benar dapat memahami apa yang dibutuhkan konsumen atas suatu produk
yang akan dihasilkan (Deming dalam Nasution, 2004)
9
• Suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia/tenaga
kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi
harapan pelanggan atau konsumen (Garvin dan Davis dalam Nasution, 2004).
Berbagai pengertian kualitas di atas sebenarnya memiliki arti yang tidak
jauh berbeda satu dengan yang lainnya. Berdasarkan berbagai pengertian tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa kualitas merupakan kesesuaian suatu produk
(barang/jasa) dengan apa yang menjadi kebutuhan pelanggan saat itu.
2.2 Pengertian Pelanggan
Pelanggan adalah semua orang yang menuntut kita atau perusahaan untuk
memenuhi standar kualitas tertentu dan arena itu akan memberikan pengaruh pada
performansi kita atau perusahaan kita. Beberapa definisi tentang pelanggan
sebagai berikut :
a. Pelanggan adalah orang yang tidak tergantung pada kita tetapi kita yang
tergantung padanya.
b. Pelanggan adalah orang yang membawa kita kepada keinginannya.
c. Tidak ada seorangpun yang menang beradu argumentasi dengan pelanggan.
d. Pelanggan adalah orang yang teramat penting yang harus dipuaskan.
10
Pelanggan terdiri dari tiga jenis menurut (Gaspersz, 1997: 33) yaitu :
a. Pelanggan Internal
Adalah orang yang berada dalam perusahaan dan memiliki pengaruh
pada performansi perusahaan. Bagian-bagian pembelian, produksi,
pemasaran, pembayaran gaji, rekruitmen dan karyawan, merupakan contoh
dari pelanggan internal.
b. Pelanggan Antara (Intermediate Customer)
Adalah mereka yang bertindak sebagai perantara bukan sebagai pemakai
akhir produk itu. Distributor adalah mendistribusikan produk-produk, agen-
agen yang memesan kamar hotel untuk pemakai, merpakan contoh dari
pelanggan antara.
c. Pelanggan Eksternal (Eksternal Customer)
Adalah pembeli atau pamakai akhir produk itu, yang sering disebut
sebagai pelanggan nyata (Real Customer). Pelanggan Eksternal adalah orang
yang membayar untuk menggunakan produk yang dihasilkan itu.
2.3 Kepuasan Pelanggan
Menurut Yamit (2001:78) kepuasan pelanggan adalah hasil yang dirasakan
atas penggunaan produk dan jasa, sama atau melebihi harapan yang diinginkan.
11
Secara tradisional pelanggan diartikan orang yang membeli dan menggunakan
jasa pelayanan. Dalam dunia perbankan pelanggan diartikan nasabah. Pandangan
tradisional ini menyimpulkan bahwa pelanggan adalah orang yang berinteraksi
dengan perusahaan setelah proses produksi selesai, karena mereka pengguna
produk. Sedang orang yang berinteraksi dengan perusahaan sebelum proses
produksi berlangsug adalah dianggap sebagai pemasok.
Kotler, mengemukakan beberapa metode yang dapat digunakan untuk
mengukur kepuasan pelanggan, metode tersebut antara lain (Yamit, 2002: 80):
1. Sistem pengaduan
Sistem ini memberikan kesempatan kepada pelanggan untuk memberikan
saran, keluhan, dan bentuk ketidak puasan lainnya dengan cara menyediakan
kotak saran. Setiap saran dan keluhan yang masuk harus menjadi perhatian
bagi perusahaan, sebab saran dan keluhanitu pada umumnya dilandasi oleh
pengalaman mereka dan hal ini sebagai bentuk kecintaan mereka terhadap
produk maupun terhadap perusahaan.
2. Survey pelanggan
12
Survey pelanggan merupakan cara yang umum digunakan dalam
mengukur kepuasan pelanggan misalnya, melalui surat pos, telepon, atau
wawancara secara langsung.
3. Panel pelanggan
Perusahaan mengundang pelanggan yang setia terhadap produk dan
mengundang pelanggan yang telah berhenti atau telah pindah menjadi
pelanggan perusahaan lain. Dari pelanggan setia akan diperoleh informasi
tingkat kepuasan yang mereka rasakan dan dari pelanggan yang telah berhenti
membeli, perusahaan akan memperoleh informasi mengapa hal itu dapat
terjadi. Apabila pelanggan yang berheti membeli (customer loss rate) ini
meningkat hal ini menunjukan kegagalan perusahaan dalam memuaskan
pelanggan.
2.4 Pengertian Produk
Produk adalah suatu kombinasi dari atribut-atribut yang dapat menimbulkan
daya tarik bagi para pelanggan antara lain corak, mode, desain, merk dan lain-
lain. Setiap kombinasi dari tiap atribut-atribut dapat menciptakan suatu produk
baru. Selain itu produk-produk tidak sama bagi setiap orang, misalnya penawaran
suatu produk adalah apa yang dirasakan oleh penjual sebagai suatu dasar yang
akan menjadi produk yang akan diproduksi.
13
2.5 Pengembangan Produk
2.5.1 Pengertian Konsep Pengembangan Produk
Pengembangan produk pada dasarnya adalah upaya perusahaan untuk
senantiasa menciptakan produk baru, memperbaiki produk lama atau
memodifikasi produk lama agar selalu dapat memenuhi tuntutan pasar dan
selera pelanggan. Keinginan untuk melakukan pengembangan produk dan
jasa pelayanan sangat tergantung pada strategi bisnis yang diterapkan.
Apapun strategi bisnis yang dimiliki perusahaan, pengembangan produk
sangat diperlukan. Misalnya, meskipun terdapat globalisasi selera
konsumen, segmentasi produk dan jasa pelayanan masih diperlukan untuk
melayani pelanggan. Hal ini didasari oleh adanya perbedaan selera
pelanggan, maka semakin banyak jenis produk dan jasa pelayanan yang
diperlukan untuk melayani segmentasi pasar dan menuntut pengembangan
produk harus terus dilakukan. (Yamit, 2002 : 100).
Pengembangan produk dapat pula dikatakan sebagai aktivitas kreatif
dan merupakan lompatan imajinatif dari fakta yang sekarang menuju
kemungkinan masa depan. Karena itu keputusan yang diambil selama tahap
pengembangan produk akan berpengaruh pada keseluruhan organisasi
dalam jangka panjang. Tanpa adanya pengembangan produk maka
kemungkinan dapat menimbulkan ketidakpuasan pelanggan dan pada
akhirnya berakibat penurunan penjualan. Organisasi yang berhasil mencapai
14
tujuan adalah yang selalu berusaha memberikan produk dan jasa pelayanan
sesuai keinginan pelanggan (Yamit, 2002 : 101).
Pengembangan produk merupakan aktivitas lintas disiplin yang
membutuhkan kontribusi dan hampir semua yang ada pada perusahan,
namun ada fungsi yang paling penting bagi proyek pengembangan produk
menurut (Ulrich dan Eppinger, 2001 : 3), yaitu:
a. Pemasaran
Fungsi pemasaran menjembatani interaksi antara perusahaan
dengan pelanggan. Peranan lainnya adalah memfasilitasi proses
identifikasi peluang produk, Pendefinisikan segmen pasar, dan
identifikasi kebutuhan pelanggan. Bagian pemasaran juga secara khusus
merancang komunikasi antara perusahaan dengan pelanggan,
menetapkan target harga dan merancang peluncuran serta promosi
produk.
b. Perancangan (Design)
Peranannya sangat penting dalam mendefinisikan bentuk fisik suatu
produk agar dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Dalam konteks
tersebut tugas bagian perancang mencakup desain engineering
(mekanika, elektrik, software)
c. Manufaktur
15
Fungsi manufaktur terutama bertanggung jawab untuk merancang
dan mengoperasikan suatu sistem produksi pada proses produksi suatu
produk. Secara luas, fungsi manufaktur sering kali mencakup pembelian,
distribusi dan instalasi. Kumpulan aktivitas ini disebut sebagai rantai
pemasok.
2.5.2 Tipe Pengembangan Produk
Dalam pengembangan produk, ada yang disebut tipe pengembangan
produk. Tipe pengembangan produk tersebut dibagi menjadi 4, yaitu:
1. Platform produk baru
Tipe proyek ini usaha pengembangan utama untuk merancang suatu
keluarga produk baru berdasarkan platform yang baru dan umum
2. Turunan dari platform produk yang telah ada
Proyek ini memperpanjang platform produk supaya lebih baik
dalam memasuki pasar yang telah dikenal dengan satu atau lebih produk
baru
3. Peningkatan perbaikan untuk produk yang telah ada
Proyek ini mungkin hanya melibatkan penambahan atau modifikasi
beberapa detil produk dari produk yang telah ada dalam rangka menjaga
lini produk yang ada pesaingnya
16
4. Pada dasarnya produk baru
Proyek ini melibatkan produk yang sangat berbeda atau teknologi
produksi dan mungkin membantu untuk memasuki pasar yang baru dan
belum dikenal
2.5.3 Proses Pengembangan Produk
Proses pengembangan produk adalah urutan langkah-langkah atau
kegiatan dimana suatu perusahaan berusaha untuk menyusun, merancang
langkah-langkah dan kegiatan-kegiatan tersebut lebih bersifat intelektual
dan organisasional daripada bersifat fisik. Secara umum proses
pengembangan produk ada enam fase yaitu: (Ulrich dan Eppinger, 2001 :
14-17).
- Fase 0: Perencanaan
Kegiatan perencanaan sering dirujuk sebagai “zero fase” karena
kegiatan ini mendahului persetujuan suatu proyek dan proses peluncuran
pengembangan produk aktual.
- Fase 1: Pengembangan Konsep
Pada fase pengembangan konsep, kebutuhan pasar target
diidentifikasi alternatif konsep-konsep produk dibangkitkan dan
dievaluasi dan satu atau lebih konsep dipilih untuk dikembangkan lebih
lanjut.
17
- Fase 2: Perancangan tingkat system
Fase perancangan tingkat sistem mencakup definisi arsitektur
produk dan uraian produk menjadi sub sistem – sub sistem serta
komponen – komponen.
- Fase 3: Perancangan detail
Fase perencanaan detail mencakup spesifikasi lengkap dari produk,
material dan toleransi-toleransi dari seluruh komponen unik pada produk
identifikasi seluruh komponen standar yang dibeli dari pemasok.
- Fase 4: Pengujian dan Perbaikan
Fase pengujian dan perbaikan melibatkan konstruksi dan evaluasi
dari bermacam-macam versi produksi awal produk.
- Fase 5: Produksi awal
Pada fase produksi awal, produk dibuat dengan menggunakan
sistem produksi yang sesungguhnya. Tujuan dari produksi awal ini
adalah untuk melatih tenaga kerja dalam memecahkan permasalahan
yang timbul pada proses produksi sesungguhnya. Peralihan dari produksi
awal menjadi produksi sesungguhnya biasanya tahap demi tahap. Pada
beberapa titik pada masa peralihan ini, produk diluncurkan dan mulai
disediakan untuk didistribusikan.
18
Tahap pengembangan konsep dan proses pengembangan itu sendiri
membutuhakan lebih banyak koordinasi dibandingkan fungsi – fungsi yang
lainnya. Proses pengembangan konsep mencakup kegiatan – kegiatan
sebagai berikut menurut (Ulrich dan Eppinger, 2001:19):
1. Identifikasi kebutuhan pelanggan
Sasaran kegiatan ini untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan
mengakomodasi secara efektif kepada team pengembang. Output dari
langkah ini adalah sekumpulan pertanyaan kebutuhan pelanggan yang
tersusun rapi, dan diatur dalam daftar secara hirarki, dengan nilai bobot
kepentingan untuk tiap kebutuhan.
2. Penetapan spesifikasi target
Spesifikasi memberikan uraian yang tepat mengenai bagaimana
produk bekerja. Ini merupakan terjemahan dari kebutuhan pelanggan
menjadi kebutuhan secara teknis.
Proses pembuatan target spesifikasi terdiri dari 3 langkah :
A. Menyiapkan daftar metrik kebutuhan dengan tingkat kepentingan
yang diturunkan dari tingkat kepentingan kebutuhan yang
direfleksikannya.
B. Mengumpulkan informasi tentang pesaing dan
mengkombinasikannya dengan tingkat kepuasan dari pelanggan
produk pesaing.
19
C. Menetapkan nilai target ideal dan marginal yang dapat dicapai untuk
tiap metrik.
3. Penyusunan konsep
Sasaran penyusunan konsep adalah menggali lebih jauh area
konsep-konsep produk yang mungkin sesuai dengan kebutuhan
pelanggan. Penyusunan konsep mencakup gabungan dari penelitian
eksternal, Proses pemecahan masalah secara kreatif oleh tim dan
penelitian dari bagian-bagian solusi yang dihasilkan oleh tim.
Proses penyusunan konsep terdiri dari 4 langkah :
a. Pemaparan masalah dengan diagram fungsi
b. Pencarian eksternal
c. Pencarian internal
d. Penggalian secara sistematis dengan pohon klasifikasi dan tabel
kombinasi.
4. Pemilihan konsep
Pemilihan konsep merupakan kegiatan dimana berbagai konsep
dianalisa secara berturut-turut dan dieliminasi untuk mengidentifikasikan
suatu konsep yang paling menjanjikan.
Pemilihan konsep terdiri atas dua metode, yaitu :
a. Penyaringan konsep
20
Tujuan penyaringan konsep adalah mempersempit jumlah
konsep secara cepat dan untuk memperbaiki konsep.
b. Penilaian konsep
Pada tahap ini, tim memberikan bobot kepentingan relatif untuk
setiap kriteria seleksi dan memfokuskan pada hasil perbandingan yang
lebih baik dengan penekanan pada setiap kriteria.
5. Pengujian konsep
Satu atau lebih konsep diuji untuk mengetahui apakah kebutuhan
konsumen telah terpenuhi, memperkirakan potensi pasar dari produk, dan
mengidentifikasi beberapa kelemahan yang harus diperbaiki selama
proses pengembangan selanjutnya.
6. Penentuan spesifikasi akhir
Spesifikasi target yang telah ditentukan diawal proses ditinjau
kembali setelah proses dipilih dan diuji, pada titik ini tim harus konsisten
dengan nilai-nilai besaran spesifik yang mencerminkan batas-batas pada
konsep produk itu sendiri.
7. Perencanaan proyek
21
Pada kegiatan akhir pengembangan konsep ini team membuat suatu
jadwal pengembangan secara rinci, menentukan strategi untuk
meminimasi waktu penyelesaian proyek.
8. Analisis ekonomi
Analisis ekonomi digunakan untuk memastikan kelanjutan program
pengembangan menyeluruh dan memecahkan tawar-menawar spesifik,
misalnya antara biaya manufaktur dan biaya pengembangan. Analisis
ekonomi merupakan salah satu kegiatan dalam tahap pengembangan.
9. Analisis produk-produk pesaing
Pemahaman mengenai produk pesaing adalah untuk menentukan
posisi produk baru yang berhasil dan dapat menjadi sumber ide yang
kaya untuk rancanagan produk dan proses produksi.
10. Pemodelan dan pembuatan prototipe
Setiap tahapan dalam proses pengembangan konsep melibatkan
banyak bentuk model dan prototipe. Hal ini mencakup antara lain model
pembuktian konsep yang akan membantu tim pengembangan dalam
menunjukkan kelayakan model ‘hanya bentuk’ yang ditunjukkan kepada
konsumen untuk mengevaluasi keergonomisan dan gaya, sedangkan
model lembar kerja adalah untuk pilihan teknis.
Untuk mengembangkan perencanaan produk dan pernyataan misi,
maka terdapat lima tahapan proses:
22
1. Mengidentifikasi peluang
Pada tahap ini biasanya muncul ide baru atau detail produk itu
yang berasal dari :
1. Personal pemasaran dan penjualan
2. Penelitian dan organisasi pengembangan teknologi
3. Tim pengembangan produk saat ini
4. Manufaktur dan operasional organisasi
5. Pelanggan sekarang atau potensial
6. Pihak ketiga seperti pemasok, pencipta dan partner-partner bisnis
2. Evaluasi dan memprioritaskan proyek
Empat perspektif dasar yang berguna dalam mengevaluasi dan
memprioritaskan peluang-peluang bagi produk baru dalam kategori
produk yang sudah ada adalah:
a. Strategi bersaing
Strategi bersaing perusahaan merupakan sebuah pendekatan
pasar dan produk yang mendasar dengan memperhatikan para
pesaing. Strategi ini digunakan untuk memilih peluang. Pada
umumnya perusahaan melakukan diskusi pada tingkat manajemen
merupakan sebuah kompetensi strategi dan membantu dalam
bersaing. Beberapa strategi yang mungkin untuk diterapkan:
a) Kepemimpinan yang berbasis pada teknologi.
23
b) Kepemimpinan berbasis efisiensi biaya.
c) Fokus pelanggan.
d) Produk tiruan.
b. Segmentasi pasar
Pembagian pasar ke dalam segmen-segmen memungkinkan
perusahaan untuk mempertimbangkan tindakan-tindakan pesaing dan
kekuatan produk perusahaan sekarang berdasarkan kelompok
pelanggan yang jelas. Pemetaan produk-produk pesaing dan milik
sendiri dalam segmen-segmen akan membantu perusahaan dalam
memperkirakan peluang produk yang menyebabkan kelemahan lini
produknya dan dan yang memanfaatkan kelemahan dari penawaran
pesaing.
c. Perkembangan teknologi
Dalam bisnis yang sifatnya intensif teknologi, keputusan
perencanaanyang utama adalah penentuan waktu untuk menggunakan
teknologi dasar yang baru dalam lini produk.
d. Perencanaan platform produk
Platform produk merupakan sekumpulan aset yang dibagi dalam
sekumpulan produk. Platform yang efektif dapat memungkinkan
24
variasi turunan produk untuk dirancang lebih cepat dan mudah, yang
setiap produk memberikan ciri-ciri dan fungsi-fungsi yang diinginkan
oleh pasar utama.
e. Evaluasi peluang produk baru secara fundamental
Beberapa kriteria untuk mengevaluasi peluang produk baru
secara fundamental adalah:
a) Ukuran pasar (unit/tahun x harga rata-rata).
b) Tingkat pertumbuhan pasar (persen per tahun).
c) Intensitas persaingan (jumlah pesaing dan kekuatannya).
d) Pengetahuan perusahaan mengenai pasar.
e) Pengetahuan perusahaan mengenai teknologi.
f) Kesesuaian dengan produk perusahaan lain.
g) Kesesuaian dengan kemampuan perusahaan.
f. Menyeimbangkan portofolio proyek pengembangan
Metode penyeimbang portofolio akan melibatkan pemetaan
portofolio sesuai dengan dimensi-dimensi yang berguna, sehingga
manajer akan mempertimbangkan implikasi dari keputusan
perencanaan. Pendekatan pemetaan yang dikemukakan Cooper et al
(1998) melibatkan dimensi seperti resiko teknis, pengembalian
finansial, daya tarik pasar dan sebagainya.
3. Mengalokasikan sumberdaya dan rencana waktu
25
a. Pengalokasian sumber daya
Pengalokasian sumber daya bertujuan mengefisiensikan jumlah
pekerja baik itu tenaga ahli maupun buruh disetiap proyek demi
keefektifan dari suatu proses pengembangan produk. Dengan begitu
perusahaan akan memperoleh keuntungan yang lebih besar.
b. Penentuan waktu proyek
Dalam menentukan waktu dan urutan proyek, sebaiknya
mempertimbangkan faktor:
• Penentuan waktu pengenalan produk
• Kesiapan teknologi
• Kesiapan pasar
• Persaingan
4. Rencana produk
Suatu rencana harus mencakup gabungan produk baru secara
fundamental, proyek platform, dan proyek-proyek lanjutan dengan
ukuran bervariasi. Rencana produk diperbaharui secara periodik
(semesteran, tahunan) sebagai bagian dari kegiatan perencanaan strategi
perusahaan.
5. Melengkapi perencanaan pendahuluan proyek
1. Pernyataan misi
Pernyataan misi mencakup:
26
a. Uraian produk ringkas, mencakup manfaat produk utama untuk
pelanggan namun menghindari penggunaan konsep produk secara
spesifik.
b. Sasaran utama bisnis, mencakup waktu, biaya dan kualitas.
c. Pasar target untuk produk, mengidentifikasi pasar utama dan pasar
kedua yang perlu dipertimbangkan dalam suatu pengembangan.
d. Asumsi dan batasan, untuk mengarahkan usaha pengembangan.
e. Stakeholder, untuk menjamin bahwa banyak permasalahan
pengembangan ditujukan untuk mendaftar secara eksplisit
seluruh stakeholder dari produk. Daftar stakeholder dimulai dari
pengguna akhir dan pelanggan eksternal yang membuat keputusan-
keputusan tentang produk. Daftar stakeholder menyediakan suatu
bayangan bagi tim untuk mempertimbangakn kebutuhan setiap
konsumen.
2. Asumsi dan batasan
Asumsi dan batasan diperlukan agar pengembangan teknis dari
produk lebih terarah. Permasalahan yang perlu dipertimbangkan
dalam menyatakan asumsi dan batasan:
a. Manufaktur, mempertimbangkan kemampuan, kapasitas, dan
batasan operasional manufaktur.
27
b. Pelayanan. Pelayanan pelanggan dan pendapatan pelayanan sangat
menentukan keberhasilan perusahaan, sehingga perusahaan perlu
menyatakan sasaran strategis untuk tingkat-tingkat kualitas
pelayanan.
c. Lingkungan. Sasarannya adalah bahwa seluruh komponen akan
dimanufaktur kembali atau didaur ulang atau keduanya, sehingga
seharusnya tidak ada komponen yang dibuang pelanggan.
3. Penentuan staf dan kegiatan perencanaan proyek pendahuluan lain
4. Merefleksikan kembali hasil dan proses
Langkah terakhir dari perencanaan dan proses strategi, tim
seharusnya menanyakan beberapa pertanyaan untuk memperkirakan
kualitas hasil dan proses. Seperti:
• Apakah perencanaan produk mendukung strategi kompetitif
perusahaan?
• Apakah perencanaan poduk menunjukkan peluang yang ditemui
perusahaan sekarang yang paling penting?
• Apakah sumber daya yang dialokasikan untuk pengembangan
produk cukup untuk mengejar strategi kompetitif perusahaan?
• Apakah cara-cara kreatif untuk penentuan sumberdaya terbatas
telah dipertimbangkan, spt joiny venture dan kemitraan dengan
pemasok?
28
• Apakah peluang produk yang menyenangkan benar-banar telah
dikumpulkan?
• Apakah tim telah menerima tantangan yang dihasilkan dalam
pernyataan misi?
• Apakah elemen-lemen dari pernyataan misis konsisten?
• Apakah asumsi-asumsi yang terdapat dalam pernyataan misi
sungguh-sungguh diperlukan atau terlalu dibatasi?
• Bagaimana proses perencanaan produk dapat diperbaiki
2.6 Quality Function Deployment (QFD)
2.6.1 Definisi Quality Function Deployment (QFD)
Quality Function Deployment (QFD) adalah metodologi dalam proses
perancangan dan pengembangan produk atau layanan yang mampu
mengintegrasikan ‘suara konsumen’ ke dalam proses perancangannya. QFD
sebenarnya adalah merupakan suatu jalan bagi perusahaan untuk
mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan serta keinginan konsumen
terhadap produk atau jasa yang dihasilkannya. Berikut ini dikemukakan
beberapa definisi Quality Function Deployment menurut para pakar :
1. QFD merupakan metodologi untuk menterjemahkan keinginan dan
kebutuhan konsumen ke dalam suatu rancangan produk yang memiliki
29
persyaratan teknis dan karakteristik kualitas tertentu (Akao, 1990; Urban,
1993).
2. QFD adalah metodologi terstruktur yang digunakan dalam proses
perancangan dan pengembangan produk suntuk menetapkan spesifikasi
kebutuhan dan keinginan konsumen, serta mengevaluasi secara sistematis
kapabilitas produk atau jasa dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen (Cohen, 1995).
3. QFD adalah sebuah sistem pengembangan produk yang dimulai dari
merancang produk, proses manufaktur, sampai produk tersebut ke tangan
konsumen, dimana pengembangan produk berdasarkan keinginan
konsumen (Djati, 2003).
2.6.2 Manfaat dan Keunggulan QFD
Menurut Lou Cohen (1995), manfaat utama yang diperoleh dari
penerapan QFD yaitu:
1. Rancangan produk dan jasa baru fokus pada kebutuhan pelanggan karena
kebutuhan pelanggan tersebut sudah lebih dipahami.
2. Kegiatan desain dapat lebih diutamakan dan dipusatkan pada kebutuhan
pelangggan.
3. Dapat menganalisis kinerja produk/jasa perusahaan terhadap pesaing
utama dalam rangka memenuhi kebutuhan pelanggan utama pula.
30
4. Dapat memfokuskan pada upaya rancangan sehingga akan mengurangi
waktu untuk perubahan rancangan secara keseluruhan sehingga akan
mengurangi waktu pemasaran produk baru.
5. Dapat mengurangi frekuensi perubahan suatu desain setelah dikeluarkan
dengan memfokuskan pada tahap perencanaan sehingga akan
mengurangi biaya untuk memperkenalkan desain baru.
6. Dapat mendorong terselenggaranya tim kerja antar departemen.
7. Dapat menyediakan cara untuk membuat dokumentasi proses dan dasar
yang kuat untuk pengambilan keputusan.
Keunggulan dari penerapan metode QFD adalah:
Menyediakan format standar untuk menerjemahkan kebutuhan konsumen
menjadi persyaratan teknis, sehingga dapat memenuhi kebutuhan
konsumen.
Menolong tim perancang untuk memfokuskan proses perancangan yang
dilakukan pada fakta-fakta yang ada, bukan intuisi.
Selama proses perancangan, pembuatan keputusan ‘direkam’ dalam
matriks matriks sehingga dapat diperiksa ulang serta dimodifikasi di
masa yang akan datang.
2.3.6 Implementasi QFD
31
Implementasi dari QFD terdiri dari 3 tahap, dimana seluruh kegiatan
yang dilakukan pada masing-masing tahapan dapat diterapkan seperti
layaknya suatu proyek, dengan terlebih dahulu dilakukan tahap perencanaan
dan persiapan. Ketiga tahapan tersebut adalah (Lou Cohen, 1995):
1. Tahap pengumpulan suara konsumen (Voice of Customer/VOC)
Prosedur umum dalam pengumpulan suara konsumen adalah:
a. Menentukan atribut-atribut yang dipentingkan konsumen (berupa data
kualitatif) dan data ini biasanya diperoleh dari wawancara dan
observasi terhadap konsumen.
b. Mengukur tingkat kepentingan dari atribut-atribut. Tiap atribut
mempunyai beberapa data numerik yang berkaitan dengan
kepentingan relatif atribut bagi pelanggan dan tingkat performasi
kepuasan pelanggan dari produk yang mirip berdasarkan atribut
tersebut.
2. Tahap penyusunan rumah kualitas (House of Quality/HOQ)
Matriks ini adalah upaya untuk mengkonversi voice of costumer secara
langsung terhadap persyaratan teknis atau spesifikasi teknis dari produk
atau jasa yang dihasilkan. Perusahaan akan berusaha mencapai
persyaratan teknis yang sesuai dengan target yang telah ditetapkan,
dengan sebelumnya melakukan benchmarking terhadap produk pesaing.
Benchmarking dilakukan untuk mengetahui posisi relatif produk yang
32
ada di pasaran yang merupakan kompetitor. Berikut ini adalah struktur
matrik pada HOQ:
Gambar 2.1 House of Quality
• Bagian A. Matriks kebutuhan pelanggan/customer requirements
Matriks ini berisi daftar kebutuhan pelanggan secara terstruktur yang
langsung diterjemahkan dari kata-kata pelanggan, sering disebut juga voice
of customers Langkah-langkah mendapatkan voice of customers:
1. Mendapatkan suara pelanggan melalui wawancara, kuisioner terbuka,
komplain pelanggan.
2. Sortir Voice of Customer ke dalam beberapa kategori (need/benefit,
dimensi kualitas, dll)
3. Masukkan ke dalam matriks kebutuhan pelanggan.
33
• Bagian B. Matriks perencanaan/planning matrix
Menurut Cohen, 1995 menjelakan bahwa matriks perencanaan
merupakan alat yang dapat membantu tim pengembangan untuk
memprioritaskan kebutuhan pelanggan. Matriks ini mencatat seberapa
penting masing-masing kebutuhan atau keuntungan dari produk atau jasa
yang ditawarkan kepada pelanggan berdasarkan interpretasi tim
pengembang dan data hasil penelitian. Kondisi ini mempengaruhi
keseimbangan antara prioritas perusahaan dan prioritas pelanggan. Adapun
bagian- bagian dari Matriks Perencanaan adalah sebagai berikut:
1. Tingkat kepentingan pelanggan (Important to Customer)
Kolom tingkat kepentingan pelanggan merupakan tempat dimana
hasil pengambilan data mengenai seberapa penting yang suatu atribut
kebutuhan.
2. Tingkat kepuasan pelanggan (Customer Satisfaction Performance)
Tingkat kepuasan pelanggan merupakan persepsi pelanggan
mengenai seberapa baik suatu produk atau layanan yang ada saat ini
dapat memenuhi kebutuhan pelanggan.
3. Tingkat kepuasan pelanggan pesaing (Competitive Satisfaction
Performance)
34
Tingkat kepuasan pelanggan merupakan persepsi pelanggan
mengenai seberapa baik suatu produk atau layanan kompetitor dapat
memenuhi kebutuhan pelanggan.
4. Goal
Goal merupakan target kepuasan pelanggan yang ingin dicapai oleh
perusahaan berdasarkan kondisi tingkat kepuasan sebenarnya.
5. Improvement ratio
Kombinasi dari Customer Satisfaction Performance dan Goal
menghasilkan sebuah niali yang disebut Improvement ratio. Improvement
ratio merupakan perkalian faktor Goal dan tingkat kepuasan pelanggan
(Customer Satisfaction Performance).
6. Sales point
Sales point adalah daya jual yang dimiliki oleh sebuah produk
berdasarkan seberapa baik kebutuhan pelanggan terpenuhi. Sales point
mempunyai nilai dari salah satu diantara tiga nilai berikut: 1.0, 1.2, dan
1.5. Arti dari ketiga nilai tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Sales point
35
7. Raw weight
Kolom Raw weight berisi nilai dari data dan keputusan yang
diambil dari kolom-kolom bagian matriks perencanaan sebelumnya. Nilai
raw weight adalah sebagai berikut:
Raw weight = (important to customer)x(improvement ratio)x(sales point)
8. Normalized raw weight
Normalized raw weight merupakan presentase nilai raw weigh dari
masing masing atribut kebutuhan
• Bagian C. Matriks karakteristik teknis/Substitute Quality Characteristics
(SQC)
Matriks ini memuat karakteristik teknis yang merupakan bagian
dimana perusahaan melakukan penerapan metode yang mungkin untuk
direalisasikan dalam usaha memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen.
Dalam technical response, perusahaan mentranslasikan kebutuhan
konsumen menjadi substitute quality characteristics.
Perlu ditentukan arah peningkatan atau target terbaik yang dapat dicapai,
yaitu:
36
1. ↑ semakin besar nilainya, semakin baik
2. ↓ semakin kecil nilainya, semakin baik
3. ○ nilai target yang ditentukan adalah yang terbaik
• Bagian D. Matriks hubungan/relationship
Matriks ini menentukan hubungan antara VOC dengan SQC dan
kemudian menerjemahkannya menjadi suatu nilai yang menyatakan
kekuatan hubungan tersebut (impact). Dari hubungan ini ada 4
kemungkinan yang terjadi, yaitu :
Tabel 2.2 Simbol dan nilai matrik interaksi
• Bagian E. Matriks korelasi karakteristik teknis/technical correlation
Matriks ini menggambarkan peta saling ketergantungan
(independancy) dan saling berhubungan (interrelationship) antara SQC.
Ada 5 tingkat pengaruh teknis pada bagian ini, yaitu :
Tabel 2.3 Simbol interaksi parameter teknis
37
• Bagian F. Matriks teknis
Matriks ini berisi tiga jenis informasi, yaitu :
1. Kontribusi karakteristik teknis kepada performansi produk atau jasa secara
keseluruhan. Kontribusi ini didapat dengan mengurutkan peringkat
karakteristik teknis, berdasarkan bobot kepentingan dan kebutuhan pelanggan
pada bagian B serta hubungan antara karakteristik teknis dan kebutuhan
pelanggan pada bagian D.
2.. Technical benchmark yang menguraikan informasi pengetahuan mengenai
keunggulan karakteristik pesaing. Dilakukan dengan membandingkan masing-
masing SQC.
3. Target untuk SQC diekspresikan sebagai ukuran performansi fungsi dari SQC,
yang selanjutnya akan menjadi target aktivitas pengembangan.
4. Tahap analisa dan implementasi
Merupakan analisa dari tahap-tahap diatas.
2.7 Skala Likert
38
Mutu jasa atau produk dapat juga diindeks dengan kekuatan jawaban
menuju ke setiap butir kepuasan. Format tipe likert dirancang untuk
memungkinkan pelanggan menjawab dalam berbagai tingkatan pada setiap butir
yang menguraikan jasa/produk (J. Suprato, 1997: 85).
Adapun di dalam skala likert, tingkat kepentingan responden terhadap suatu
pertanyaan dalam angket diklafikasikan sebagai berikut :
· Sangat penting, dengan angka (5).
· Penting, dengan angka (4)
· Cukup penting, dengan angka (3)
· Kurang penting, dengan angka (2)
· Tidak penting, dengan angka (1)
2.8 Teknik Sampling
Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang
telah ditetapkan. Sebuah sampel adalah bagian dari populasi. Survei sampel
adalah suatu prosedur dimana hanya sebagian dari populasi saja yang diambil dan
dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari populasi.
Untuk mengetahui banyaknya sampel yang diperlukan untuk mewakili suatu
karakteristik dari keseluruhan suatu populasi, maka diperlukan metode teknik
sampling yang tepat sesuai dengan kondisi dan kebutuhan penilitian.
39
Berikut adalah beberapa pendekatan menentukan besar sampel :
• Untuk data kontinu
2
22
e
.Zn ⎟
⎟
⎠
⎞
⎜⎜
⎝
⎛=
σα
• Untuk data diskret
⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜
⎝
⎛=
22
2
e
q̂.p̂.Zn
α atau ⎟
⎟
⎠
⎞
⎜⎜
⎝
⎛=
22
2
e4
Zn
α
e = tingkat error
σ = simpangan baku
α = taraf nyata
n’ < n syarat data cukup
Sedangkan jika diketahui besar populasinya, gunakan pendekatan berikut
(Umar, 2000, PP, 78):
• Rumus SLOVIN
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
α+=
N1
Nn
2
N = jumlah populasi
n = besar sampel yang diperlukan
2.9 Validitas dan Reliabilitas
40
Reliabilitas adalah ukuran yang menujukkan bahwa alat ukur yang
digunakan dalam penelitian keperilakukan mempunyai keandalan sebagai alat
ukur, diantaranya di ukur melalui konsistensi hasil pengukuran dari waktu ke
waktu jika fenomena yang diukur tidak berubah (Harrison, Zulganef, 2006).
Sementara validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan bahwa variabel yang
diukur memang benar-benar variabel yang hendak diteliti oleh peneliti (Cooper
dan Schindler, Zulganef, 2006).
• Kriteria validitas:
1. Untuk menentukan apakah sebuah item dinyatakan valid atau tidak maka
para ahli menetapkan patokan besaran koefisien korelasi item total dikoreksi
(corrected item-total correlation) sebesar 0,25 atau 0,30 sebagai batas
minimal valid tidaknya sebuah ítem. Artinya, sama atau lebih besar dari 0,25
atau 0,30 mengindikasikan item tersebut memiliki validitas yang memadai.
2. Jika r hitung > r tabel, maka item dinyatakan valid. r tabel didapatkan dari
Tabel Nilai Product Moment, kemudian hitung derajat kebebasan (dk) = n –
2, dimana n adalah jumlah responden.
• Kriteria reliabilitas:
1. Sekarang (Zulganef, 2006) yang menyatakan bahwa suatu instrumen
penelitian mengindikasikan memiliki reliabilitas yang memadai jika
koefisien alpha Cronbach lebih besar atau sama dengan 0,70.
41
2. Hair, Anderson et al. (1998) menyatakan nilai alfa antara 0.6 – 0.7 masih
dapat memenuhi kriteria reliabel.
3. Jika nilai Cronbach Alpha < 0.7 atau bahkan < 0.6, umumnya jika item
pertanyaan untuk satu faktor dibawah 10 items, maka Briggs and Cheek
(1986) menyarankan untuk melihat parameter mean of inter-item
correlation yang harus memiliki nilai optimal antara 0.2 hingga 0.4.
2.10 Peta Kerja
2.10.1 Definisi Peta Kerja
Pendefinisian peta kerja Menurut Sritomo (1995: 123), merupakan
suatu peta ataupun alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara
sistematis dan jelas. Peta kerja juga merupakan alat komunikasi secara luas
dan sekaligus melalui peta-peta kerja ini kita bisa mendapatkan informasi-
informasi yang diperlukan untuk memperbaiki suatu metode kerja.
2.10.2 Jenis - Jenis Peta Kerja
Menurut Sritomo (1995: 125-151) peta kerja dapat dibagi menjadi
dua jenis, yaitu:
42
A. Peta Kerja Keseluruhan
Peta kerja keseluruhan merupakan peta kerja yang digunakan untuk
menganalisa kerja secara keseluruhan. Peta kerja keseluruhan yang
umum dipakai adalah:
• Peta Aliran Proses (Flow Process Chart)
Merupakan peta kerja yang menggambarkan semua aktivitas baik yang
produktif maupun tidak produktif yang terlibat dalam proses
pelaksanaan kerja.
• Peta Proses Operasi (Operation Process Chart)
Merupakan peta kerja yang mencoba menggambarkan urutan kerja
dengan jalan membagi pekerjaan tersebut menjadi elemen-elemen
operasi secara detail.
• Diagram Aliran (Flow Chart)
Merupakan peta kerja yang serupa dengan peta aliran proses hanya saja
penggambarannya dilakukan diatas layout kerja yang ada.
• Peta Proses Produk Banyak (Multi Product Process Chart)
Merupakan peta kerja yang dibuat untuk memberikan gambaran
pekerjaan dari banyak produk secara mendetail untuk setiap produknya.
43
B. Peta Kerja Setempat
Peta kerja setempat merupakan peta kerja yang digunakan untuk
menganalisa kerja setempat. Peta kerja setempat yang umum dipakai
adalah :
• Peta Tangan Kiri dan Kanan (Left and Right Hand Chart)
Merupakan peta kerja yang digunakan untuk menganalis gerakan tangan
kiri atau kanan dari pekerja secara mendetail dengan menggunakan
gerakan dasar therblig.
• Peta Pekerja dan Mesin (Man and Machine Process Chart)
Merupakan peta kerja yang memberikan informasi tentang hubungan
waktu siklus pekerja dan waktu operasi mesin yang ditangani.
Lambang-lambang yang digunakan dalam peta kerja, antara lain:
1. Operasi
Suatu kegiatan operasi terjadi apabila benda kerja mengalami perubahan sifat
baik fisik maupun kimiawi, mengambil informasi, dan memberikan informasi
mengenai suatu keadaan.
Gambar 2.2 Lambang operasi
2. Pemeriksaan
Suatu kegiatan pemeriksaan terjadi apabila benda kerja atau peralatan
mengalami pemeriksaan baik segi kualitas maupun kuantitasnya.
44
Gambar 2.3 Lambang pemeriksaan
3. Transportasi
Suatu kegiatan transportasi terjadi apabila benda kerja, pekerja atau
perlengkapan mengalami peperpindahan tempat yang bukan bagian dari
suatu operasi seperti memindahkan barang dengan kereta dorong,
mengangkat benda kerja dengan katrol, dan memindahkan benda kerja dari
mesin bubut ke mesin fris.
Gambar 2.4 Lambang transportasi
4. Menunggu
Proses menunggu terjadi apabila benda kerja, pekerja atau perlengkapan
tidak mengalami kegiatan apapun atau berhenti sementara yang
menunjukkan bahwa suatu obyek ditinggalkan untuk sementara tanpa
pencatatan sampai diperlukan kembali.
Gambar 2.5 Lambang menunggu
45
5. Penyimpanan
Proses penyimpanan terjadi apabila benda kerja disimpan untuk jangka waktu
yang cukup lama. Jika benda kerja tersebut ingin diambil kembali biasanya
membutuhkan prosedur perizinan tertentu.
Gambar 2.6 Lambang penyimpanan
6. Aktivitas gabungan
Kegiatan ini terjadi apabila antara aktivitas operasi dan pemeriksaan
dilakukan bersamaan atau dilakukan pada suatu tempat kerja.
Gambar 2.7 Lambang aktivitas gabungan
2.11 Waktu Baku
Menurut Sritomo (1995: 170), waktu baku didefinisikan sebagai waktu yang
dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki tingkat keahlian rata-rata untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan. Kegunaan dari waktu baku adalah :
• Untuk membuat penjadwalan kerja mengenai seberapa lama suatu pekerjaan
berlangsung.
• Untuk merencanakan berapa bamyak output yang dapat dihasilkan.
46
• Untuk mengetahui seberapa banyak tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Beberapa faktor yang mempengaruhi dalam perhitungan untuk menentukan
waktu baku adalah :
1. Faktor penyesuaian
Faktor penyesuaian diberikan berkenaan dengan tingkat kecepatan kerja
yang dilakukan pekerja dalam melakukan pekerjaannya terkadang dalam
melakukan kerja terdapat ketidakwajaran yang dilakukan seperti bekerja sangat
cepat seolah diburu waktu, bekerja tanpa kesungguhan, atau kesulitan kerja
akibat pengaruh kondisi ruangan kerja yang buruk. Cara menentukan faktor
penyesuaian adalah cara Shumard, cara Westinghouse, cara Bedaux, dan cara
Objektif
2. Faktor kelonggaran
Faktor kelonggaran diberikan berkenaan dengan adanya sejumlah
kebutuhan pekerja diluar kerja yang terjadi selama pekerjaan berlangsung
seperti kebutuhan pribadi, hambatan kerja yang tidak dapat dihilangkan, dan
kebutuhan untuk melepas lelah.
Menurut Sutalaksana (1979: 140-154), Rumus yang digunakan dalam
perhitungan waktu baku adalah :
)1( PrataRataSiklusWaktuNormalWaktu +×−=
%%100%100
ANormalWaktuBakuWaktu
−×=
47
Dimana:
P = Faktor Penyesuaian
A = Persentase Faktor Kelonggaran