pai gabungan

31
MASYARAKAT MADANI 1. Sejarah Masyarakat Madani Masyarakat Madani bermula dari perjuangan Nabi Muhammad SAW menghadapi kondisi jahiliyyah masyarakat Arab Quraisy di Mekkah dan juga berasal dari inspirasi yang merupakan kisah tentang keberhasilan Rasulullah Beliau memperjuangkan kedaulatan, agar ummatnya leluasa menjalankan syari’at agama di bawah suatu perlindungan hukum. Hijrah Muhammad SAW dan pengikutnya bukanlah sekedar perpindahan dari Mekkah menuju Yastrib. Lebih dari itu, hijrah merupakan sebuah upaya untuk menyelamatkan diri dari penindasan yang dilakukan orang-orang Quraysh Mekkah, yang kerap kali mengancam jiwa Nabi dan pengikutnya. Langkah tersebut untuk meneguhkan, bahwa Islam pada hakikatnya adalah agama yang mengajak setiap manusia pada kemuliaan nilai. Nabi mempunyai komitmen yang sangat kuat untuk menjadikan Islam sebagai payung bagi kebhinekaan kelompok dan golongan. Komitmen tersebut dituangkan dalam Piagam Madinah. Sebab itu pula, Islam dikenal sebagai salah satu agama yang sangat modern dan demokratis, karena mempunyai sejarah emas dalam hal membentuk konstitusi yang memberikan jaminan kepada keamanan dan kenyamanan kepada mereka yang terlibat dalam perjanjian tersebut. Nadirsyah Hosen dalam Shari’a and Constitutional Reform in Indonesia, menegaskan bahwa Piagam Madinah merupakan salah satu potret konstitusi yang demokratis. Piagam tersebut menggarisbawahi hak orang-orang Muslim dan orang-orang Yahudi yang terlibat di dalam perjanjian. Mereka yang terlibat di dalam perjanjian disebut ummah, meskipun di antara mereka adalah kelompok minoritas di madinah. Uniknya, di dalam piagam tersebut tidak disebutkan terma “ Negara Islam”. Konstitusi tersebut membuktikan Islam sebagai agama yang melindungi dan menjunjung tinggi kebhinekaan dan memiliki komitmen kuat untuk membangun perdamian sebagai prasyarat kesejahteraan dan peradaban. Dengan demikian, kembali ke Madinah, pada hakikatnya adalah gerakan untuk menegakkan hukum, toleransi dan menegakkan hak asasi manusia, serta mematuhi hukum yang telah menjadi kesepakatan bersama. KARTIKA DWI RACHMAWATI Page 1

Upload: kartika-dwi-rachmawati

Post on 15-Apr-2017

140 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pai gabungan

MASYARAKAT MADANI1. Sejarah Masyarakat Madani

Masyarakat Madani bermula dari perjuangan Nabi Muhammad SAW menghadapi kondisi jahiliyyah masyarakat Arab Quraisy di Mekkah dan juga berasal dari inspirasi yang merupakan kisah tentang keberhasilan Rasulullah Beliau memperjuangkan kedaulatan, agar ummatnya leluasa menjalankan syari’at agama di bawah suatu perlindungan hukum.

Hijrah Muhammad SAW dan pengikutnya bukanlah sekedar perpindahan dari Mekkah menuju Yastrib. Lebih dari itu, hijrah merupakan sebuah upaya untuk menyelamatkan diri dari penindasan yang dilakukan orang-orang Quraysh Mekkah, yang kerap kali mengancam jiwa Nabi dan pengikutnya. Langkah tersebut untuk meneguhkan, bahwa Islam pada hakikatnya adalah agama yang mengajak setiap manusia pada kemuliaan nilai.

Nabi mempunyai komitmen yang sangat kuat untuk menjadikan Islam sebagai payung bagi kebhinekaan kelompok dan golongan. Komitmen tersebut dituangkan dalam Piagam Madinah. Sebab itu pula, Islam dikenal sebagai salah satu agama yang sangat modern dan demokratis, karena mempunyai sejarah emas dalam hal membentuk konstitusi yang memberikan jaminan kepada keamanan dan kenyamanan kepada mereka yang terlibat dalam perjanjian tersebut.

Nadirsyah Hosen dalam Shari’a and Constitutional Reform in Indonesia, menegaskan bahwa Piagam Madinah merupakan salah satu potret konstitusi yang demokratis. Piagam tersebut menggarisbawahi hak orang-orang Muslim dan orang-orang Yahudi yang terlibat di dalam perjanjian. Mereka yang terlibat di dalam perjanjian disebut ummah, meskipun di antara mereka adalah kelompok minoritas di madinah. Uniknya, di dalam piagam tersebut tidak disebutkan terma “ Negara Islam”.

Konstitusi tersebut membuktikan Islam sebagai agama yang melindungi dan menjunjung tinggi kebhinekaan dan memiliki komitmen kuat untuk membangun perdamian sebagai prasyarat kesejahteraan dan peradaban.

Dengan demikian, kembali ke Madinah, pada hakikatnya adalah gerakan untuk menegakkan hukum, toleransi dan menegakkan hak asasi manusia, serta mematuhi hukum yang telah menjadi kesepakatan bersama.

Madinah pada masa Nabi ditandai dengan kehidupan beragama yang gegap-gempita. Masjid dijadikan sebagai pusat perkenalan ajaran islam yang mengajak umatnya pada ketauhidan dan kehidupan yang damai. Di samping itu, adanya komunikasi intensif antara Nabi dengan pihak-pihak yang berada di Madinah. Begitu pula, terbit komitmen bersama untuk melawan segala bentuk kezaliman yang dilakukan oleh pihak-pihak yang menganggu ketenangan hidup di Madinah.

Muhammad SAW dicatat dalam sejarah sebagai pemimpin yang berhasil menjadikan Madinah sebagai kota yang aman dan damai untuk seluruh penduduknya, sehingga dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab sebagian besar penduduk Madinah memeluk agama islam. Apalagi setelah kemenangan diraih Nabi dalam beberapa peperangan, hal tersebut telah menyebabkan munculnya kepercayaan yang tinggi, bahwa Nabi dapat melindungi mereka dari berbagai ancaman pihak luar. Sehingga, Perubahan dari Yatsrib ke Madinah menyimpan keistimewaan tersendiri, karena membuktikan kelahiran sebuah fajar baru untuk sebuah kota yang menjunjung tinggi moralitas kebersamaan dan keadilan di antara mereka. mempunyai makna dan visi yang dalam dan jauh kedepan, sebuah revolusi kebudayaan yang dimulai dari

KARTIKA DWI RACHMAWATI Page 1

Page 2: Pai gabungan

kota ini. Perubahan tersebut bukan hanya perubahan nama belaka, melainkan nilai dan strategi perjuangan dalam membangun peradaban yang mesti dihayati oleh umat Islam yang berkunjung ke sana.

2. Pengertian Masyarakat MadaniMasyarakat Madani adalah sebuah peradaban yang dicita-citakan oleh Nabi. Masyarakat

madani adalah Thayyibatun wa rabbun ghafur. Yaitu masyarakat atau kota yang amat makmur dan direstui Allah. Secara sosiologis-geografis, Masyarakat madani adalah tipe masyarakat agraris yang memungkinkan di antara mereka terjalin hubungan yang solid dan harmonis. Mereka sangat menghargai Kebhinekaan dan menggunakan akal budi yang luhur yang selalu haus terhadap kebajikan. Dan untuk menwujudkan hal tersebut, dibutuhkan seorang pemimpin yang arif dan inisiatif.

Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi.

Allah SWT memberikan gambaran dari masyarakat madani dengan firman-Nya dalam Q.S. Saba’ ayat 15:

“Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun”.

Ada dua masyarakat madani dalam sejarah yang terdokumentasi sebagai masyarakat madani, yaitu:a) Masyarakat Saba’, yaitu masyarakat di masa Nabi Sulaiman. Nama saba’ yaitu terdapat

dalam al-Qur’an itu ini bahkan dijadikan salah satu surat al-Qur’an yaitu surat ke-34. Keadaan masyarakat saba’ yang dikisahkan didalam al-qur’an itu mendiami negeri yang baik, yang subur dan nyaman. Di tempat ini terdapat kebun dengan tanamannya yang subur, yang menyediaakn rezki, memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Masyarakat saba’ sangat popular dengan ungkapan al-qur’an “ Baladatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur”.

b) Masyarakat Madinah setelah terjadi traktat, perjanjjian Madinah antara Rasullullah SAW beserta umat Islam dengan penduduk Madinah yang beragama Yahudi dan beragama Watsani dari kaum Aws dan Khazraj. Perjanjian Madinah berisi kesepakatan ketiga unsur masyarakat untuk saling menolong, menciptakan kedamaian dalam kehidupan sosial, menjadikan Al-Qur’an sebagai konstitusi, menjadikan Rasullullah SAW sebagai pemimpin dengan ketaatan penuh terhadap keputusan-keputusannya, dan memberikan kebebasan bagi penduduknya untuk memeluk agama serta beribadah sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.

3. Karakteristik Masyarakat MadaniAda beberapa karakteristik masyarakat madani, diantaranya: 1) Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok ekslusif kedalam masyarakat

melalui kontrak sosial dan aliansi sosial. 2) Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang mendominasi dalam

masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan alternatif.

KARTIKA DWI RACHMAWATI Page 2

Page 3: Pai gabungan

3) Dilengkapinya program-program pembangunan yang didominasi oleh negara dengan program-program pembangunan yang berbasis masyarakat.

4) Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan negara karena keanggotaan organisasi-organisasi volunter mampu memberikan masukan-masukan terhadap keputusan-keputusan pemerintah.

5) Tumbuhkembangnya kreatifitas yang pada mulanya terhambat oleh rejim-rejim totaliter. 6) Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga individu-individu mengakui

keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri. 7) Adanya pembebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga-lembaga sosial dengan

berbagai ragam perspektif.8) Bertuhan, artinya bahwa masyarakat tersebut adalah masyarakat yang beragama, yang

mengakui adanya Tuhan dan menempatkan hukum Tuhan sebagai landasan yang mengatur kehidupan sosial.

9) Damai, artinya masing-masing elemen masyarakat, baik secara individu maupun secara kelompok menghormati pihak lain secara adil.

10) Tolong menolong tanpa mencampuri urusan internal individu lain yang dapat mengurangi kebebasannya.

11) Toleran, artinya tidak mencampuri urusan pribadi pihak lain yang telah diberikan oleh Allah sebagai kebebasan manusia dan tidak merasa terganggu oleh aktivitas pihak lain yang berbeda tersebut.

12) Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial.13) Berperadaban tinggi, artinya bahwa masyarakat tersebut memiliki kecintaan terhadap ilmu

pengetahuan dan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan untuk umat manusia.14) Berakhlak mulia.

Dari beberapa ciri tersebut, kiranya dapat dikatakan bahwa masyarakat madani adalah sebuah masyarakat demokratis dimana para anggotanya menyadari akan hak-hak dan kewajibannya dalam menyuarakan pendapat dan mewujudkan kepentingan-kepentingannya; dimana pemerintahannya memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi kreatifitas warga negara untuk mewujudkan program-program pembangunan di wilayahnya. Namun demikian, masyarakat madani bukanlah masyarakat yang sekali jadi, yang hampa udara, taken for granted. Masyarakat madani adalah konsep yang cair yang dibentuk dari poses sejarah yang panjang dan perjuangan yang terus menerus. Bila kita kaji, masyarakat di negara-negara maju yang sudah dapat dikatakan sebagai masyarakat madani, maka ada beberapa prasyarat yang harus dipenuhi untuk menjadi masyarakat madani, yakni adanya democratic governance (pemerintahan demokratis) yang dipilih dan berkuasa secara demokratis dan democratic civilian (masyarakat sipil yang sanggup menjunjung nilai-nilai civil security; civil responsibility dan civil resilience).

4. Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani yaitu :

1) Kualitas SDM Umat IslamDalam QS. 3 (Ali Imran) :110 yang artinya : ”kamu adalah umat terbaik yang di

lahirkan untuk manusia menyuruh kepada kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran,

KARTIKA DWI RACHMAWATI Page 3

Page 4: Pai gabungan

dan beriman kepada allah sekiranya ahli kitab beriman dan tentulah itu lebih baik dari mereka dalah orang yang fasik”

Allah menyatakan bahwa umat islam adalah umat yang terbaik dari semua kelompok umat manusia yang allah ciptakan. Diantara aspek kebaikan umat islam adalah keunggulan kualitas SDM nya dibanding umat non islam. Keunggulan kualitas umat islam yang dimaksud dalam al-Qur’an itu sifatnya normative, potensial,bukan rill. Realitas dari norma tersebut bergantung pada kemampuan umat islam sendiri untuk memanfaatkan norma atau potensi yang telah dimilikinya.

Dalam sejarah islam, realisasi keunggulan normative atau potensial umat islam terjadi pada masa Abbassiyah. Umat islam menunjukkan kemajuan diberbagai bidang : ilmu pengetahuan, teknologi, militer, ekonomi, politik dan kemajuan bidang-bidang lainnya.

Nama-nama ilmuan besar dunia lahir pada masa itu, Ibnu Sina, Ubnu Rusyd, Imam al-Ghazali, al-Farabi dan yang lainnya. Kemunduran umat islam terjadi pada pertengahan abad 13 setelah Dinasti Bani Abbas dijatuhkan oleh Hulagu Khan, cucu Jengis Khan.

Semangat untuk maju bedasar nilai-nilai Islam telah mulai dibangkitkan melalui pemikiran Islamisasi ilmu pengetahuan, Islamisasi kelembagaan ekonomi melalui lembaga ekonomi dan perbankan syari’ah, dan lain-lain.

2) Posisi Umat IslamSDM umat islam saat ini belum mampu menunjukkan kualitasnya yang unggul. Karena itu

dalam percaturan global, baik dalam bidang politik, ekonomi, militer, ilmu pengetahuan dan teknologi, belum mampu menunjukkan perannya yang signifikan. Dari segi jumlah, umat islam cukup besar, begitu pula dari segi potensi alamnya, wilayah Negara Islam memiliki kekayaan alam yang dominan, tetapi karena SDM nya masih rendah, eksploitasi kekayaan alamnya itu dilakukan oleh orang bangsa non Islam sehingga keuntungan terbesar diperoleh orang non Islam.

Hukum positif yang berlaku di negeri ini bukan hokum Islam, Sistem social politik dan ekonomi juga belum dijiwai oleh nilai-nilai Islam, bahkan tokoh-tokoh Islam belum mencerminkan akhlak Islam. Terealisasi tidaknya syiar dan keunggulan Islam bergantung pada keunggulan dan komitmen SDM umat Islam.

3) Sistem ekonomi islam dan kesejahteraan umatMenurut ajaran islam semua kegiatan manusia termasuk kegiatan sosial dan ekonomi

haruslah berlandaskan tauhid (mengesakan Allah)Dalam Q.S. Al-Syu-ara ayat 183.Dalam komitmen islam khas dan mendalam terhadap persaudaraan keadilan ekonomi

dan sosial.Q.S. An-Nahl ayat 71

Artinya: dan allah melebihkan sebagian kamu dan sebagian yang lain dalam hal rezeki, tetapi orang-orang yang di lebihkan rezeki nya itu tidak mau membagikan sebagian rezeki nya itu kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama merasakan rezeki itu maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah.

Banyak ayat-ayat Allah yang menguatkan atau mendorong manusia untuk mengamalkan sedekah antara lain adalah Q.S. Annisa ayat 114.

4) Menejemen zakat

KARTIKA DWI RACHMAWATI Page 4

Page 5: Pai gabungan

Zakat adalah memberikan harta yang telah mencapai nisab dan haul kepada orang yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat tertentu.

Nisab adalah ukuran tertentu dari harta yang di miliki yang mewajibkan dikeluarkan nya zakat.

Haul adalah berjalan genap satu tahun.Zakat juga berarti kebersihan.Di dalam Alquran Allah telah berfirman sebagai berikut:Al-Baqarah: 110Artinya: “Dan Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu

usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan”

Adapun hadist yang dipergunakan dasar hukum diwajibkannya zakat antara lain adalah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas berikut:

Dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah SAW ketika mengutus Mu’az ke Yaman, ia bersabda: “Sesungguhnya engkau akan datang ke satu kaum dari Ahli Kitab, oleh karena itu ajaklah mereka untuk bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan sesungguhnya aku adalah utusan Allah. Kemudian jika mereka taat kepadamu untuk ajakan itu, maka beritahukannlah kepada mereka, bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka atas mereka salat lima kali sehari semalam; lalu jika mereka mentaatimu untuk ajakan itu, maka beritahukanlah kepada mereka, bahwa Allah telah mewajibkan zakat atas mereka, yang diambil dari orang-orang kaya mereka; kemudian jika mereka taat kepadamu untuk ajakan itu, maka berhati-hatilah kamu terhadap kehormatan harta-harta mereka, dan takutlah terhadap doa orang yang teraniaya, karena sesungguhnya antara doa itu dan Allah tidak hijab (pembatas)”

5) Manajemen wakafMenurut Hj. Muh. Anwar wakaf adalah mnahan suatu barang dari pada di jual belikan

atau diberikab atau di pinjamkan dari empunya dan dipergunakan untuk suatu kepentingan sesuatu yang di perbolehkan oleh syura’serta tetap bentuk nya dan boleh dipergunakan di ambil manfaatnya oleh orang yang di tentukan (yang menerima wakafan, perorangan atau umum).

Adapun ayat-ayat Al-Qur’an dan hadist yang menerangkan tentang wakaf ini ialah:Al-Baqarah ayat 267:Artinya: Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil

usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan Ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

Al-Hajj ayat 77Artinya: Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah

Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.

ZAKAT1. Tinjauan tentang zakat

a.Pengertian zakat

KARTIKA DWI RACHMAWATI Page 5

Page 6: Pai gabungan

Menurut bahasa, zakat merupakan kata dasar (masdar) dari zaka yang berarti berkah, tumbuh, bersih, baik, berkembang. Bagi orang yang mengeluarkan zakat, hati dan jiwanya akan menjadi bersih, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah swt. Yang terdapat dalam surah At-Taubah ayat 103 Artinya :“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka…”Dinamakan zakat karena ia dapat mengembangkan harta yang telah dikeluarkan zakatnya dan menjauhkan dari degala kerusakan. Sedangkan menurut istilah, zakat berarti sebutan atau nama bagi sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah swt. Untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya.Orang-orang yang berhak menerima zakat dijelaskan dalam surah at-Taubah ayat 60, yang berbunyi :Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”Orang yang berhak menerima zakat adalah :

1. Orang Fakir,yaitu orang yang Amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya.

2. Orang miskin, yaitu orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam keadaan kekurangan.

3. Pengurus zakat, yaitu orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan membagikan zakat.

4. Muallaf, yaitu orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah.

5. Memerdekakan budak, mencakup juga untuk melepaskan Muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir.

6. Orang berhutang, yaitu orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya.

7. Orang yang berjuang pada jalan Allah (sabilillah): Yaitu untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin. di antara mufasirin ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain.

8. Musafir, yaitu orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.

b. Syarat zakatHarta yang wajib dizakati adalah harta yang memiliki persyaratan sebagaimana berikut :1) Dimiliki secara penuh, yaitu kekayaan berada di bawah kekuasaan pemilik dan tidak

tersangkut di dalamnya hak orang lain.

KARTIKA DWI RACHMAWATI Page 6

Page 7: Pai gabungan

2) Berkembang, yaitu kekayaan yang dikembangkan atau mempunyai potensi untuk berkembang produktif dan memberikan keuntungan.

3) Cukup senisab, yaitu jumlah minimal harta yang harus dikeluarkan zakatnya dalam waktu tertentu.

4) Melebihi kebutuhan rutin, yaitu sesuatu yang harus ada untuk ketahanan hidup, seperti makanan dan minuman, pakaian, perumahan, dan alat kerja.

5) Bebas dari hutang, apabila mempunyai hutang yang mengurangi jumlah satu nisab, pemilik tidak wajib mengeluarkan zakat.

6) Berlaku satu tahun (haul), maksudnya bahwa kepemilikan yang berada di tangan si pemilik sudah berlalu masanya dua belas bulan Qamariyah. Persyaratan satu tahun hanya untuk ternak, uang, dan harta perdagangan.

c. Macam-macam zakatSecara garis besar zakat dibagi menjadi dua, yaitu zakat mal dan zakat fitrah.

1) Zakat Mal (harta)Zakat mal[5] adalah bagian dari harta kekayaan seseorang atau badan hukum yang wajib diberikan kepada orang tertentu setelah mencapai jumlah minimal tertentu dan setelah dimiliki selama jangka waktu tertentu.Yang termasuk zakat mal adalah emas dan perak, binatang ternak (an’am), hasil tanaman dan buah-buahan, harta terpendam (rikaz), hasil tambang (ma’din), harta profesi, dan investasi.

2) Zakat FitrahZakat fitrah[6] adalah zakat yang diwajibkan pada akhir bulan puasa Ramadhan bagi setiap muslim, bagi anak kecil maupun orang dewasa, baik laki-laki maupun perempuan. Zakat fitrah pembagiannya diprioritaskan bagi fakir miskin, mengingat maksud utamanya adalah untuk membantu fakir miskin pada hari lebaran.Zakat fitrah bertujuan menyucikan orang yang berpuasa dari ucapan kotor dan perbuatan yang tidak berguna, memberi makan pada orang-orang miskin, dan mencukupi kebutuhan mereka pada Hari Raya Idul Fitri.Zakat fitrah dikeluarkan untuk setiap orang sebanyak 2,5 kg atau 3,5 liter beras atau boleh diganti dengan uang senilai 2,5 kg beras. Waktu pembayaran zakat fitrah adalah sebelum sholat Idul Fitri.

d. Cara pengumpulan zakatDalam Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat pasal 12, 13, 14, dan 15 ditentukan cara pengumpulan zakat sebagai berikut :

1) Pengumpulan zakat dilakukan oleh Badan Amil Zakat (BAZ) atau Lembaga Amil Zakat (LAZ) dengan cara menerima atau mengambil zakat dari muzaki, atas dasar pemberitahuan dari muzaki.

2) Muzaki melakukan penghitungan sendiri hartanya dan kewajiban zakatnya berdasarkan hukum agama.

3) Badan Amil Zakat (BAZ) atau Lembaga Amil Zakat (LAZ) dapat memberikan bantuan kepada muzaki untuk menghitung zakatnya.

KARTIKA DWI RACHMAWATI Page 7

Page 8: Pai gabungan

4) Zakat yang dibayarkan kepada amil zakat atau lembaga amil zakat dikurangkan dari laba atau pendapatan sisa kena pajak dari wajib pajak yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5) Pembayaran zakat dapat dilakukan kepada unit pengumpul zakat pada Badan Amil Zakat (BAZ) nasional, BAZ provinsi, BAZ kabupaten/kota, atau BAZ kecamatan secara langsung atau melalui rekening pada bank.

Pengurus Badan Amil Zakat (BAZ) terdiri dari kelompok ulama, cendikiawan, professional, tokoh masyarakat, serta wakil dari pemerintah. Mereka harus memiliki kualifikasi sifat amanah, adil, berdedikasi, professional, dan berintegritas tinggi (Pasal 6 Ayat (4), Pasal 2 ayat (2) Keputusan Mentri Agama). Masa kepengurusan mereka selama tiga tahun (Pasal 13 Keputusan Mentri Agama)e. Hikmah zakatHikmah disyariatkannya zakat bagi umat Islam antara lain sebagai berikut :1) Melatih seseorang untuk menjadi dermawan sehingga mengantarkan seseorang

mensyukuri nikmat Allah swt. untuk kepentingan menyucikan harta atau dirinya.2) Menciptakan ketenangan dan ketentraman bagi pemberi dan penerima zakat dan

membersihkan jiwa manusia dari kotoran kikir, keburukan, dan kerakusan.3) Menciptakan dan memelihara persatuan, persaudaraan sesama umat manusia, dan

menumbuhkan solidaritas social secara nyata dan berkesinambungan.4) Membantu mensejahterahkan orang-orang yang berada dalam kesulitan dan penderitaan.5) Menyambung tali silaturrahmi antara orang kaya dan miskin, dab memperkecil

kesenjangan social antara orang kaya dan miskin.

2. Tinjauan tentang kesejahteraan.a. Pengertian kesejahteraanMenurut Undang-undang No 11 Tahun 2009 Bab I pasal 1, Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.Menurut KBBI[8] (Kamus Besar Bahasa Indonesia) sejahtera adalah aman sentosa dan makmur, selamat (terlepas dr segala macam gangguan). Dan kesejahteraan adalah hal atau keadaan sejahtera, keamanan, keselamatan, ketenteraman jiwa, kesehatan jiwa, sosial keadaan sejahtera masyarakat.Menurut HAM, kesejahteraan adalah setiap laki-laki ataupun perempuan, pemuda dan anak kecil memiliki hak untuk hidup layak baik dari segi kesehatan, makanan, minuman, perumahan, dan jasa social, jika tidak maka hal tersebut telah melanggar HAM (Hak Asasi Manusia).Jadi pengertian kesejahteraan adalah sebuah kondisi dimana seseorang dapat memenuhi kebutuhan pokok, baik itu kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat tinggal, dan juga memiliki pekerjaan dan alat transportasi yang memadai yang dapat menunjang kualitas hidupnya.

b. Kriteria umat yang sejahteraMenurut pengertian-pengertian kesejahteraan diatas, maka penulis menyimpulkan kriteria umat yang sejahtera adalah :

KARTIKA DWI RACHMAWATI Page 8

Page 9: Pai gabungan

1) Mempunyai lapangan kerja yang tetap.2) Mempunyai kehidupan yang layak.3) Mampu memenuhi kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan.4) Tidak bergantung pada orang lain.5) Memiliki alat transportasi.

Standar minimal kesejahteraan menurut Qurasi Sihab tercermin di Surga yang dihuni oleh Adam dan Hawa sesaat sebelum mereka turun melaksanakan tugas kekhalifaan di bumi. Seperti yang disebutkan dalam surah Thaha ayat 117-119Artinya : “Maka Kami berkata: "Hai Adam, Sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi isterimu, Maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang. Dan Sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya" Dari ayat ini jelas bahwa pangan, sandang, dan papan yang diistilahkan dengan tidak lapar, dahaga, telanjang, dan kepanasan semuanya terpenuhi disana. Terpenuhinya kebutuhan ini merupakan unsur pertama dan utama kesejahteraan sosial.

c. Kesejahteraan dalam perspektif IslamDilihat dari pengertiannya, sejahtera sebagaimana dikemukakan dalam Kamus Besar Indonesia adalah aman, sentosa, damai, makmur, dan selamat (terlepas) dari segala macam gangguan, kesukaran, dan sebagainya. Pengertian ini sejalan dengan pengertian “Islam” yang berarti selamat, sentosa, aman, dan damai. Dari pengertiannya ini dapat dipahami bahwa masalah kesejahteraan sosial sejalan dengan misi Islam.Seluruh aspek ajaran Islam ternyata selalu terkait dengan masalah kesejahteraan sosial. Hubungan dengan Allah misalnya, harus dibarengi dengan hubungan dengan sesama manusia (habl min Allah wa habl min an-nâs). Demikian pula anjuran beriman selalu diiringi dengan anjuran melakukan amal saleh, yang di dalamnya termasuk mewujudkan kesejahteraan sosial.Kesejahteraan sosial dalam Islam pada intinya mencakup dua hal pokok yaitu kesejahteraan sosial yang bersifat jasmani (lahir) dan rohani (batin). Sejahtera lahir dan batin tersebut harus terwujud dalam setiap pribadi (individu) yang bekerja untuk kesejahteraan hidupnya sendiri, sehingga akan terbentuk keluarga/masyarakat dan negeri yang sejahtera.Dalam Islam kesejahteraan dibagi dalam tiga aspek, yaitu kesejahteraan perorangan (diwujudkan dengan mencari sumber penghasilan), kesejahteraan komunal dalam keluarga/masyarakat (diwujudkan dengan zakat dan kepedulian terhadap dhuafa), kesejahteraan masyarakat yang lebih luas/negara (keberkahan ahlul quro dan negeri sejahtera atau baladan aminan).Di dalam ajaran Islam terdapat pranata dan lembaga yang secara langsung berhubungan dengan upaya penciptaan kesejahteraan sosial, seperti zakat yang memiliki Lembaga Amil Zakat (LAZ) atau Badan Amil Zakat (BAZ). Semua bentuk pranata dan lembaga sosial berupaya mencari berbagai alternatif untuk mewujudkan kesejahteraan sosial.Selain itu, ajaran Islam menganjurkan agar tidak memanjakan orang lain atau membatasi kreativitas orang lain, sehingga orang tersebut tidak dapat menolong dirinya sendiri. Bantuan keuangan baru boleh diberikan apabila seseorang ternyata tidak dapat memenuhi kebutuhannya. Ketika seseorang datang kepada Nabi Saw. mengadukan kemiskinannya, Nabi

KARTIKA DWI RACHMAWATI Page 9

Page 10: Pai gabungan

Saw. tidak memberinya uang, tetapi kapak agar digunakan untuk mengambil dan mengumpulkan kayu. Dengan demikian, ajaran Islam tentang kesejahteraan sosial ini termasuk di dalamnya ajaran yang mendorong orang untuk kreatif dan bersikap mandiri, tidak banyak bergantung pada orang lain.d. Cara membangun kesejahteraan umatDalam Islam membangun kesejahteraan umat dapat dilakukan dengan cara yaitu :

1) Infak.2) Shadaqah.

3) Zakat.4) Wakaf.

3. Zakat dalam membangun kesejahteraan umat.Kewajiban zakat dalam pembangunan pada hakekatnya merupakan implementasi dari pembangunan sosial. Penerapan zakat dalam pembangunan dan aktifitas ekonomi ditujukan untuk menciptakan harmoni antara pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan ekonomi. Setidaknya, dalam pelaksanaan zakat, terdapat fungsi-fungsi dari pembangunan sosial yang secara umum terlihat dalam dua hal, yaitu agenda pendistribusian harta kekayaan dan upaya pemberdayaan masyarakat.Perintah zakat, pada dasarnya merupakan sebuah upaya agar harta kekayaan dapat terdistribusi di tengah-tengah masyarakat, tidak hanya mengumpul di kalangan orang-orang kaya saja, karena Islam tidak menginginkan harta kekayaan tersebut hanya beredar dikalangan tertentu saja dalam masyarakat, sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Hasyr ayat 7Artinya : “apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya.”Dalam pembangunan sektor riil, zakat memiliki peranan yang cukup besar. Peran tersebut diimplementasikan dalam agenda pemberdayaan masyarakat melalui produktifitas dana zakat. Pada dasarnya, zakat merupakan sebuah proses yang produktif dalam pemberdayaan masyarakat. Jelaslah bahwa zakat tidak hanya sebagai perwujudan keimanan kepada Allah, mensyukuri nikmat-Nya, menumbuhkan akhlaq mulia dengan rasa kemanusiaan yang tinggi, menghilangkan sikap kikir, rakus dan materialistis, menumbuhkan ketenangan hidup saja, tapi sekaligus membersihkan dan mengembangkan harta yang dimiliki. Maka dari itu pengumpulan dan pendistribuasian zakat harus dikelola dengan baik, agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

4. Perbedaan Pajak dengan Zakat.Perbedaan pajak dengan zakat adalah dalam hal penerimanya. Zakat dibayarkan melalui amil zakat (lembaga penyalur dan pengelola zakat) maupun dibayarkan langsung kepada 8 golongan orang yang berhak menerima zakat. Manfaat zakat dapat dirasakan langsung maupun tidak langsung oleh masyarakat. Sedangkan pajak negara merupakan kewajiban yang dibayarkan kepada kantor pelayanan pajak dan lembaga-lembaga lain yang ditunjuk oleh Pemerintah sebagai tempat pembayaran pajak. Manfaat pajak negara tidak bisa dirasakan langsung oleh masyarakat suatu negara.

KARTIKA DWI RACHMAWATI Page 10

Page 11: Pai gabungan

Perbedaan pajak dan zakat yang kedua adalah waktu pembayarannya. Zakat fitrah dibayarkan hanya pada bulan Ramadhan, lalu zakat harta dibayarkan pada saat telah mencapai nisab dan dimiliki selama setahun. Sedangkan waktu pembayaran pajak negara adalah satu tahun pembukuan. Misalnya tenggang waktu pembayaran pajak setiap akhir bulan Maret. Perbedaan pajak dan zakat yang ketiga adalah benda yang digunakan sebagai alat pembayaran. Pajak negara umumnya dibayar menggunakan uang tunai. Sementara itu zakat fitrah boleh dibayarkan dalam bentuk uang tunai maupun bahan makanan pokok seperti beras dan gandum. Menurut saya sebaiknya agar tidak menyamakan pajak dengan zakat seperti yang saya uraikan di kajian faktual. Karena zakat adalah perintah yang datangnya dari Allah swt. Sedangkan pajak adalah peraturan Negara.

5. Kurang optimalnya lembaga zakat.Seperti kajian faktual diatas, masyarakat kebanyakan lebih memilih untuk mendistribusikan zakatnya sendiri-sendiri daripada memilih untuk mendistribusikannya lewat lembaga-lembaga zakat. Hal ini disebabkan kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga-lembaga zakat. Menurut saya untuk mengoptimalkan lembaga-lembaga zakat yang ada diperlukannya sosialisasi ke masyarakat agar masyarakat memahami fungsi dari lembaga zakat itu sendiri. Dan juga lembaga zakat memberikan transparansi terhadap dana dari zakat agar masyarakat mengetahui bagaimana kinerja dari lembaga zakat yang akan memupuk kepercayaan masyarakat terhadap lembaga zakat tersebut.

D. Pemecahan Masalah.Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa cara untuk membangun kesejahteraaan umat salah satunya dengan zakat. Dengan adanya zakat dapat menumbuhkan sikap dermawan, kasih sayang terhadap sesama muslim, membangun persatuan dan menyambung tali sillaturrahmi antar umat Islam, dan juga meningkatkan kesejahteraan umat.Selain di dalam Islam dianjurkan untuk berzakat agar dapat meningkatkan kesejahteraan umat, Islam juga menganjurkan umatnya untuk berusaha dan bekerja agar dapat menunjang kualitas kehidupannya.Zakat berfungsi pula sebagai sumber dana bagi pengembangan ekonomi syariah dengan manajemen amanah. Zakat disalurkan bukan sekedar kepada fakir miskin yang lebih ditujukan ke kepentingan konsumsi (keluarga), tetapi idealnya dana yang disalurkan dapat dijadikan modal usaha bagi perbaikan ekonomi keluarga warga Muslim. Jadi sisi investasi atas zakat jauh lebih bermanfaat dibandingkan sisi konsumsi dari zakat. Agar tujuan pengelolaan zakat tersebut dapat dicapai dan masyarakat dapat dan mau membayarkan zakatnya melalui Badan Amil Zakat (BAZ), maka perlu dilakukan perubahan paradigma tentang zakat, sehingga dengan demikian konsepsi zakat berubah dari konsepsi yang bersifat statis menjadi konsepsi yang bersifat dinamis dan pada gilirannya akan mendapat perhatian yang cukup dari ummat Islam. Perubahan paradigma menuju paradigma baru tersebut dengan melakukan hal-hal sebagai berikut :1. Merubah pandangan yang menyatakan bahwa zakat adalah bersifat sukarela dan belas

kasihan orang kaya terhadap fakir miskin, menjadi zakat adalah merupakan perintah Allah dan hukumnya wajib untuk dilaksanakan.

KARTIKA DWI RACHMAWATI Page 11

Page 12: Pai gabungan

2. Zakat dibayarkan setelah satu tahun, menjadi zakat dibayarkan tidak mesti satu tahun tetapi dapat dicicil setiap bulan (system kredit).

3. Zakat adalah untuk kiyai, tuan guru mengaji, menjadi zakat adalah untuk delapan asnaf.4. Zakat adalah diserahkan langsung kepada orang per orang, menjadi zakat diserhakan

melalui Badan Amil Zakat (BAZ), Lembaga Amil Zakat (LAZ) dan diserahkan kepada kumpulan orang (system kelompok).

5. Zakat harus dibagi delapan asnaf sama besar, menjadi zakat dibagi secara prioritas sesuai kebutuhan yang paling mendesak.

6. Zakat dikelola secara konsumtif murni, menjadi zakat harus dikelola secara produktif.7. Zakat hanya dapat dirasakan seketika, menjadi zakat harus bermanfaat ganda dan bersifat

jangka panjang.8. Zakat cenderung tidak mendidik, menjadi zakat harus mendidik masyarakat keluar dari

kemiskinan yang menyelimutinya.9. Hal-hal yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah yang terdapat dalam fiqh-fiqh lama,

mejadi hal-hal yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah semua perolehan dan penghasilan yang baik-baik.

10. Zakat dianggap mengurangi kekayaan muzakki, menjadi zakat justru menambah dan memberkahi kekayaan si muzakki.

Selain dengan cara mengubah paradigma tentang zakat, untuk mengoptimalkan kerja Badan Amil Zakat (BAZ) dapat dilakukan dengan sosialisasi ke masyarakat tentang fungsi dan kinerja dari BAZ sendiri. Kemudian untuk pengurus dari Badan Amil Zakat (BAZ) hendaknya mengelola dan mendayagunakan zakat semaksimal mungkin, memiliki program kerja yang jelas dan terukur, memberikan zakat kepada orang-orang yang tepat, serta senantiasa mengedepankan prinsip-prinsip kejujuran, profesionalisme, dan transparansi dalam setiap aktivitasnya.

NIKAHA. PENGERTIAN NIKAH

Pernikahan atau nikah secara bahasa berarti terkumpul atau menyatu. Menurut istilah lain juga dapat berarti Ijab Qobul (akad nikah) yang mengharuskan perhubungan antara sepasang manusia yang diucapkan oleh kata-kata yang ditujukan untuk melanjutkan ke pernikahan, sesusai peraturan yang diwajibkan oleh Islam.

Kata zawaj digunakan dalam al-Quran artinya adalah pasangan yang dalam penggunaannya pula juga dapat diartikan sebagai pernikahan, Allah menjadikan manusia itu saling berpasangan, menghalalkan pernikahan dan mengharamkan zina.

Nabi Muhammad SAW menganjurkan untuk menikah kepada mereka yang sudah mampu menikah. Sebagaimana tertuang dalam hadist beliau,

“Dari Abdullah Bin Mas’ud ia berkata, telah bersabda Rasulullah SAW., kepada kami, Hai pe muda-pemuda! barang siapa yang mampu diantara kamu serta berkeinginan hendak menikah, hendaklah dia menikah karena sesungguhnya pernikahan itu akan memejamkan mata, terhadap orang yang tidak halal dilihatnya dan akan memeliharanya dari godaan syahwat. Dan barang siapa yang tidak mampu menikah, hendaklah ia berpuasa karena dengan puasa hawa nafsunya terhadap perempuan akan berkurang.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

B. TUJUAN MENIKAH

KARTIKA DWI RACHMAWATI Page 12

Page 13: Pai gabungan

Lelaki dan perempuan lajang hendaklah menyiapkan diri menuju pernikahan yang sesuai dengan tuntunan agama dan aturan negara. Jika belum memiliki cukup kekuatan motivasi untuk menikah, perhatikanlah berbagai tujuan mulia dari pernikahan yang dituntunkan agama. Menikah itu bukan semata-mata penyaluran hasrat biologis, namun menikah merupakan sarana terbentuknya masyarakat, bangsa dan negara yang kuat serta bermartabat.

Menikah memiliki tujuan-tujuan mulia dan jelas. Bukan semata-mata urusan pribadi seseorang. Di antara tujuan pernikahan adalah sebagai berikut:

1. Melaksanakan tuntunan para RasulMenikah adalah ajaran para Nabi dan Rasul. Hal ini menunjukkan, pernikahan bukan semata-

mata urusan kemanusiaan semata, namun ada sisi Ketuhanan yang sangat kuat. Oleh karena itulah menikah dicontohkan oleh para Rasul dan menjadi bagian dari ajaran mereka, untuk dicontoh oleh umat manusia.

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka istri-istri dan keturunan.” (QS. Ar Ra’du: 38).

Ayat di atas menjelaskan bahwa para Rasul itu menikah dan memiliki keturunan. Rasulullah Saw bersabda, “Empat perkara yang termasuk sunnah para rasul, yaitu sifat malu, memakai wewangian, bersiwak dan menikah” (HR. Tirmidzi dan Ahmad).

2. Menguatkan IbadahMenikah adalah bagian utuh dari ibadah, bahkan disebut sebagai separuh agama. Tidak

main-main, menikah bukan sekadar proposal pribadi untuk “kepatutan” dan “kepantasan” hidup bermasyarakat. Bahkan menikah menjadi sarana menggenapi sisi keagamaan seseorang, agar semakin kuat ibadahnya.

Nabi Saw bersabda, “Apabila seorang hamba menikah maka telah sempurna separuh agamanya, maka takutlah kepada Allah SWT untuk separuh sisanya” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman).

3. Menjaga kebersihan dan kebaikan diriSemua manusia memiliki insting dan kecenderungan kepada pasangan jenisnya yang

menuntut disalurkan secara benar. Apabila tidak disalurkan secara benar, yang muncul adalah penyimpangan dan kehinaan. Banyaknya pergaulan bebas, fenomena aborsi di kalangan mahasiswa dan pelajar, kehamilan di luar pernikahan, perselingkuhan, dan lain sebagainya, menjadi bukti bahwa kecenderungan syahwat ini sangat alami sifatnya. Untuk itu harus disalurkan secara benar dan bermartabat, dengan pernikahan.

Rasulullah Saw bersabda, “Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian berkemampuan untuk nikah, maka nikahlah, karena nikah itu lebih menundukkan pandangan, dan lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia puasa (shaum), karena shaum itu dapat membentengi dirinya” (Hadits Shahih Riwayat Imam Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Darimi, dan Baihaqi).

4. Mendapatkan ketenangan jiwaPerasaan tenang, tenteram, nyaman atau disebut sebagai sakinah, muncul setelah menikah.

Tuhan memberikan perasaan tersebut kepada laki-laki dan perempuan yang melaksanakan

KARTIKA DWI RACHMAWATI Page 13

Page 14: Pai gabungan

pernikahan dengan proses yang baik dan benar. Sekadar penyaluran hasrat biologis tanpa menikah, tidak akan bisa memberikan perasaan ketenangan dalam jiwa manusia.

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang” (QS. Ar Rum: 21).

5. Mendapatkan keturunanTujuan mulia dari pernikahan adalah mendapatkan keturunan. Semua orang memiliki

kecenderungan dan perasaan senang dengan anak. Bahkan Nabi menuntutkan agar menikahi perempuan yang penuh kasih sayang serta bisa melahirkan banyak keturunan. Dengan memiliki anak keturunan, akan memberikan jalan bagi kelanjutan generasi kemanusiaan di muka bumi. Jenis kemanusiaan akan terjaga dan tidak punah, yang akan melaksanakan misi kemanusiaan dalam kehidupan.

“Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau istri) dari jenis kamu sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rizki dari yang baik” (QS. An-Nahl: 72).

6. Investasi akhiratAnak adalah investasi akhirat, bukan semata-mata kesenangan dunia. Dengan memiliki anak

yang shalih dan shalihah, akan memberikan kesempatan kepada kedua orang tua untuk mendapatkan surga di akhirat kelak.

Rasulullah Saw bersabda, “Di hari kiamat nanti orang-orang disuruh masuk ke dalam surga, namun mereka berkata: wahai Tuhan kami, kami akan masuk setelah ayah dan ibu kami masuk lebih dahulu. Kemudian ayah dan ibu mereka datang. Maka Allah berfirman: Kenapa mereka masih belum masuk ke dalam surga, masuklah kamu semua ke dalam surga. Mereka menjawab: wahai Tuhan kami, bagaimana nasib ayah dan ibu kami? Kemudian Allah menjawab: masuklah kamu dan orang tuamu ke dalam surga” (HR. Imam Ahmad dalam musnadnya).

7. Menyalurkan fitrahDi antara fitrah manusia adalah berpasangan, bahwa laki-laki dan perempuan diciptakan

untuk menjadi pasangan agar saling melengkapi, saling mengisi, dan saling berbagi. Kesendirian merupakan persoalan yang membuat ketidakseimbangan dalam kehidupan. Semua orang ingin berbagi, ingin mendapatkan kasih sayang dan menyalurkan kasih sayang kepada pasangannya.

Manusia juga memiliki fitrah kebapakan serta keibuan. Laki-laki perlu menyalurkan fitrah kebapakan, perempuan perlu menyalurkan fitrah keibuan dengan jalan yang benar, yaitu menikah dan memiliki keturunan. Menikah adalah jalan yang terhormat dan tepat untuk menyalurkan berbagai fitrah kemanusiaan tersebut.

8. Membentuk peradabanMenikah menyebabkan munculnya keteraturan hidup dalam masyarakat. Muncullah

keluarga sebagai basis pendidikan dan penanaman nilai-nilai kebaikan. Lahirlah keluarga-keluarga sebagai pondasi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan menikah, terbentuklah tatanan kehidupan kemasyarakatan yang ideal. Semua orang akan terikat dengan keluarga, dan akan kembali kepada keluarga.

KARTIKA DWI RACHMAWATI Page 14

Page 15: Pai gabungan

Perhatikanlah munculnya anak-anak jalanan yang tidak memiliki keluarga atau terbuang dari keluarga. Mereka menggantungkan kehidupan di tengah kerasnya kehidupan jalanan. Padahal harusnya mereka dibina dan dididik di tengah kelembutan serta kehangatan keluarga. Mereka mungkin saja korban dari kehancuran keluarga, dan tidak bisa dibayangkan peradaban yang akan diciptakan dari kehidupan jalanan ini.

Peradaban yang kuat akan lahir dari keluarga yang kuat. Maka menikahlah untuk membentuk keluarga yang kuat. Dengan demikian kita sudah berkontribusi menciptakan lahirnya peradaban yang kuat serta bermartabat.

C. HUKUM PERNIKAHANPada dasarnya pernikahan itu diperintahkan atau dianjurkan oleh syari’at. Sebagaimana

firman Allah dalam Al-Qur’an surah An-Nisa, ayat 3.

Artinya : maka kawinilah perempuan-perempuan yang kamu nikahi dua, tiga, dan empat, tetapi jika kamu kuatir tidak dapat berlaku adil (antara perempuan-perempuan itu), hendaklah 1 saja.atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.

Dilihat dari keadaan orang yang akan melangsungkan pernikahan, maka hukum nikah itu dibagi menjadi 5 :

a. Jaiz atau Mubah, yaitu diperbolehkan, dan inilah yang menjadi hukum asal pernikahan.

b. Sunnah,Yaitu bagi orang yang telah mempunyai keinginan untuk menikah dan mempunya bekal

hidup untuk membiayai orang yang menjadi tanggungannya kelak, seperti sandang, pangan, dan lain sebagainya.

c. Makruh,Yaitu bagi orang yang mempunyai keinginan untuk menikah tapi belum mempunyai bekal

hidup untuk memberi nafkah bagi orang yang menjadi tanggungannya kelak.d. Wajib,

Yaitu bagi orang yang telah mempunyai bekal hidup untuk memberi nafkah dan adanya kekhawatiran terjerumus dalam perbuatan maksiat atau zinah, jika tidak segera menikah.

e. Haram,Yaitu bagi orang yang hendak melangsungkan pernikahan, namun memiliki niat buruk,

seperti niat untuk menyakiti pasangan yang akan dinikahinya.

D. SYARAT SAH MENIKAHa. Mempelai laki laki dan perempuan

Adalah calon pengantin yang akan mengikat janji untuk melaksanakan salah satu sunnah Rasul untuk membentuk keluarga sakinnah, mawaddah, warrohmah.

Syarat calon suami 1. Islam

KARTIKA DWI RACHMAWATI Page 15

Page 16: Pai gabungan

2. Laki-laki yang tertentu3. Bukan lelaki muhrim dengan calon istri4. Mengetahui wali yang sebenarnya bagi akad nikah tersebut5. Bukan dalam ihram haji atau umroh6. Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan7. Tidak mempunyai empat orang istri yang sah dalam suatu waktu8. Mengetahui bahwa perempuan yang hendak dinikahi adalah sah dijadikan istri

Syarat bakal istri1. Islam2. Bukan perempuan muhrim dengan calon suami3. Bukan seorang banci

4. Akil Baligh5. Bukan dalam ihram haji atau umroh6. Tidak dalam iddah7. Bukan istri orang

b. MaharAdalah sebuah pemberian yang diberikan pihak laki laki sesuai kesanggupan dan persetujuan

pihak perempuan. Tidak ada patokan khusus dalam Islam mengenai jumlah dan kriteria mahar tersebut. Asalkan pihak laki laki sanggup memenuhi dan pihak perempuan tidak memaksakan mahar yang besar kepada calon mempelai laki-laki, maka hal itu sudah memenuhi syarat untuk sebuah pernikahan dalam islam.

c. Ijab KabulAdalah ucapan kalimat yang dilafalkan oleh mempelai laki laki sebagai ikrar bahwa dia

bersedia menerima calon istrinya dan menjadikannya rekan seperjuangan dalam berumah tangga.

Syarat ijab1. Pernikahan nikah ini hendaklah tepat2. Tidak boleh menggunakan perkataan sindiran3. Diucapkan oleh wali atau wakilnya4. Tidak diikatkan dengan tempo waktu seperti mutaah(nikah kontrak atau pernikahan

(ikatan suami istri) yang sah dalam tempo tertentu seperti yang dijanjikan dalam persetujuan nikah muataah)

5. Tidak secara taklik(tidak ada sebutan prasyarat sewaktu ijab dilafalkan)

Syarat qobul1. Ucapan mestilah sesuai dengan ucapan ijab2. Tidak ada perkataan sindiran3. Dilafalkan oleh calon suami atau wakilnya (atas sebab-sebab tertentu)4. Tidak diikatkan dengan tempo waktu seperti mutaah(seperti nikah kontrak)5. Tidak secara taklik(tidak ada sebutan prasyarat sewaktu qobul dilafalkan)6. Menyebut nama calon istri7. Tidak ditambahkan dengan perkataan lain

d. Wali

KARTIKA DWI RACHMAWATI Page 16

Page 17: Pai gabungan

Adalah pihak dari perempuan yang menyerahkan mempelai perempuan untuk dijadikan istri bagi pihak laki laki.

Syarat wali1. Islam, bukan kafir dan murtad2. Lelaki dan bukannya perempuan3. Telah pubertas4. Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan5. Bukan dalam ihram haji atau umroh6. Tidak fasik7. Tidak cacat akal pikiran, gila, terlalu tua dan sebagainya

e. SaksiSebagai bukti bahwa kedua mempelai telah melangsungkan akad nikah dan

melakukan pernikahan dalam Islam, maka saksi adalah jawabannya. Untuk banyaknya minimal 2 orang, 1 dari pihak laki laki dan 1 lagi dari pihak perempuan.

Syarat-syarat saksi1. Sekurang-kurangya dua orang2. Islam3. Berakal4. Telah pubertas5. Laki-laki6. Memahami isi lafal ijab dan qobul7. Dapat mendengar, melihat dan berbicara

E. PERNIKAHAN YANG DI LARANG OLEH ISLAM1. Nikah SyigharDefinisi nikah ini sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:“Nikah syighar adalah seseorang yang berkata kepada orang lain, ‘Nikahkanlah aku dengan

puterimu, maka aku akan nikahkan puteriku dengan dirimu.’ Atau berkata, ‘Nikahkanlah aku dengan saudara perempuanmu, maka aku akan nikahkan saudara perempuanku dengan dirimu.”

Dalam hadits lain, beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak ada nikah syighar dalam Islam.”

Hadits-hadits shahih di atas menjadi dalil atas haram dan tidak sahnya nikah syighar. Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak membedakan, apakah nikah tersebut disebutkan mas kawin ataukah tidak.

2. Nikah TahlilYaitu menikahnya seorang laki-laki dengan seorang wanita yang sudah ditalak tiga oleh

suami sebelumnya. Lalu laki-laki tersebut mentalaknya. Hal ini bertujuan agar wanita tersebut dapat dinikahi kembali oleh suami sebelumnya (yang telah mentalaknya tiga kali) setelah masa ‘iddah wanita itu selesai.

KARTIKA DWI RACHMAWATI Page 17

Page 18: Pai gabungan

Nikah semacam ini haram hukumnya dan termasuk dalam perbuatan dosa besar. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melaknat muhallil dan muhallala lahu.”

3. Nikah Mut’ahNikah mut’ah disebut juga nikah sementara atau nikah terputus. Yaitu menikahnya seorang

laki-laki dengan seorang wanita dalam jangka waktu tertentu; satu hari, tiga hari, sepekan, sebulan, atau lebih.

Para ulama kaum muslimin telah sepakat tentang haram dan tidak sahnya nikah mut’ah. Apabilah telah terjadi, maka nikahnya batal!

Telah diriwayatkan dari Sabrah al-Juhani radhiyal-laahu ‘anhu, ia berkata,“Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah memerintahkan kami untuk melakukan

nikah mut’ah pada saat Fat-hul Makkah ketika memasuki kota Makkah. Kemudian sebelum kami mening-galkan Makkah, beliau pun telah melarang kami darinya (melakukan nikah mut’ah”

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Wahai sekalian manusia! Sesungguhnya aku pernah mengijinkan kalian untuk bersenang-

senang dengan wanita (nikah mut’ah selama tiga hari). Dan sesungguhnya Allah telah mengharamkan hal tersebut (nikah mut’ah) selama-lamanya hingga hari Kiamat”

4. Nikah Dalam Masa ‘Iddah.Berdasarkan firman Allah Ta’ala:“Dan janganlah kamu menetapkan akad nikah, sebelum habis masa ‘iddahnya.” [Al-Baqarah :

235]

5. Nikah Dengan Wanita Kafir Selain Yahudi Dan Nasrani.Berdasarkan firman Allah Ta’ala:“Dan janganlah kaum nikahi perempuan musyrik, sebelum mereka beriman. Sungguh,

hamba sahaya perempuan yang beriman lebih baik daripada perempuan musyrik meskipun ia menarik hatimu. Dan janganlah kamu nikahkan orang (laki-laki) musyrik (dengan perempuan yang beriman) sebelum mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya laki-laki yang beriman lebih baik daripada laki-laki musyrik meskipun ia menarik hatimu. Mereka mengajak ke Neraka, sedangkan Allah mengajak ke Surga dan ampunan dengan izin-Nya. (Allah) menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka mengambil pelajaran.” [Al-Baqarah : 221]

6. Nikah Dengan Wanita-Wanita Yang Diharamkan Karena Senasab Atau Hubungan Kekeluargaan Karena Pernikahan.

Berdasarkan firman Allah Ta’ala:“Diharamkan atas kamu (menikahi) ibu-ibumu, anak-anak perempuanmu, saudara-saudara

perempuanmu, saudara-saudara perempuan ayahmu, saudara-saudara perempuan ibumu, anak-anak perempuan dari saudara laki-lakimu, anak-anak perempuan dari saudara perem-puanmu, ibu-ibu yang menyusuimu, saudara-saudara perempuan yang satu susuan denganmu, ibu-ibu isterimu (mertua), anak-anak perempuan dari isterimu (anak tiri) yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum mencampurinya

KARTIKA DWI RACHMAWATI Page 18

Page 19: Pai gabungan

(dan sudah kamu ceraikan) maka tidak berdosa atasmu (jika menikahinya), (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu), dan (diharamkan) mengumpulkan (dalam pernikahan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” [An-Nisaa' : 23]

7. Nikah Dengan Wanita Yang Haram Dinikahi Disebabkan Sepersusuan, Berdasarkan Ayat Di Atas.

8. Nikah Yang Menghimpun Wanita Dengan Bibinya, Baik Dari Pihak Ayahnya Maupun Dari Pihak ibunya.

Berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:“Tidak boleh dikumpulkan antara wanita dengan bibinya (dari pihak ayah), tidak juga antara

wanitadengan bibinya (dari pihak ibu).”

9. Nikah Dengan Isteri Yang Telah Ditalak Tiga.Wanita diharamkan bagi suaminya setelah talak tiga. Tidak dihalalkan bagi suami untuk

menikahinya hingga wanitu itu menikah dengan orang lain dengan pernikahan yang wajar (bukan nikah tahlil), lalu terjadi cerai antara keduanya. Maka suami sebelumnya diboleh-kan menikahi wanita itu kembali setelah masa ‘iddahnya selesai.

Berdasarkan firman Allah Ta’ala:“Kemudian jika ia menceraikannya (setelah talak yang kedua), maka perempuan itu tidak

halal lagi baginya sebelum ia menikah dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya (suami pertama dan bekas isteri) untuk menikah kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah ketentuan-ketentuan Allah yang diterangkan-Nya kepada orang-orang yang berpengetahuan.” [Al-Baqarah : 230]

Wanita yang telah ditalak tiga kemudian menikah dengan laki-laki lain dan ingin kembali kepada suaminya yang pertama, maka ketententuannya adalah keduanya harus sudah bercampur (bersetubuh) kemudian terjadi perceraian, maka setelah ‘iddah ia boleh kembali kepada suaminya yang pertama. Dasar harus dicampuri adalah sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam,

“Tidak, hingga engkau merasakan madunya (bersetubuh) dan ia merasakan madumu.”

10. Nikah Pada Saat Melaksanakan Ibadah Ihram.Orang yang sedang melaksanakan ibadah ihram tidak boleh menikah, berdasarkan sabda

Nabi shallal-laahu ‘alaihi wa sallam:. “Orang yang sedang ihram tidak boleh menikah atau melamar.”

11. Nikah Dengan Wanita Yang Masih Bersuami. Berdasarkan firman Allah Ta’ala: “Dan (diharamkan juga kamu menikahi) perempuan yang

bersuami...” [An-Nisaa' : 24]

12. Nikah Dengan Wanita Pezina/PelacurBerdasarkan firman Allah Ta’ala:

KARTIKA DWI RACHMAWATI Page 19

Page 20: Pai gabungan

"Pezina laki-laki tidak boleh menikah kecuali dengan pezina perempuan, atau dengan perempuan musyrik; dan pezina perempuan tidak boleh menikah kecuali dengan pezina laki-laki atau dengan laki-laki musyrik; dan yang demikian itu diharamkan bagi orang-orang mukmin.” [An-Nuur : 3]

Seorang laki-laki yang menjaga kehormatannya tidak boleh menikah dengan seorang pelacur. Begitu juga wanita yang menjaga kehormatannya tidak boleh menikah dengan laki-laki pezina. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala:

“Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rizki yang mulia (Surga).” [An-Nuur : 26]

Namun apabila keduanya telah bertaubat dengan taubat yang nashuha (benar, jujur dan ikhlas) dan masing-masing memperbaiki diri, maka boleh dinikahi.

Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhuma pernah berkata mengenai laki-laki yang berzina kemudian hendak menikah dengan wanita yang dizinainya, beliau berkata, “Yang pertama adalah zina dan yang terakhir adalah nikah. Yang pertama adalah haram sedangkan yang terakhir halal.”

13. Nikah Dengan Lebih Dari Empat WanitaBerdasarkan firman Allah Ta’ala:“Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan

yatim (bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat...” [An-Nisaa' : 3]

Ketika ada seorang Shahabat bernama Ghailan bin Salamah masuk Islam dengan isteri-isterinya, sedangkan ia memiliki sepuluh orang isteri. Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk memilih empat orang isteri, beliau bersabda,.

“Tetaplah engkau bersama keempat isterimu dan ceraikanlah selebihnya.” Juga ketika ada seorang Shahabat bernama Qais bin al-Harits mengatakan bahwa ia akan

masuk Islam sedangkan ia memiliki delapan orang isteri. Maka ia mendatangi Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan men-ceritakan keadaannya. Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Pilihlah empat orang dari mereka.”

F. PEREMPUAN YANG HARAM DINIKAHIMahram adalah orang yang tidak halal untuk dinikahi. Dalam hal ini perempuan yang

dilarang untuk dinikahi, yaitu sbb :a. Karena nasabnya.o Ibu, nenek, dst keataso Anak perempuan, cucu, dst ke bawaho Saudara perempuan sekandung (seayah atau seibu).o Bibi (saudara ibu, baik yang sekandung atau dengan perantaraan ayah atau ibu).o Bibi (saudara ayah, baik yang sekandung atau dengan perantaraan ayah atau ibu).

KARTIKA DWI RACHMAWATI Page 20

Page 21: Pai gabungan

o Anak perempuan dari saudara laki-laki dst ke bawah.o Anak perempuan dari saudara perempuan dst ke bawah.b. Karena sesusuan.o Ibu yang menyusui o Saudara sepersusuan.c. Karena hubungan mashaharah/perkawinan.o Ibu mertua dst ke atas, baik ibu dari keturunan, maupun susuan.o Rabibah/anak tiri, apabila sudah bercampur dengan ibunya.o Isteri ayah dst ke atas.o Wanita-wanita yang pernah dikawini oleh ayah, kakek (datuk) sampai keataso Isteri anak laki-laki (menantu) dst

G. PERSIAPAN NIKAHTerdapat beberapa hal yang berhubungan dengan persiapan pada pernikahan, yaitu :

a. Persiapan moral (spiritual), yaitu kematangan visi keislaman. b. Persiapan konsepsional, yaitu memahami konsep tentang pernikahan. Dimana

Pernikahan adalah ajang untuk menambah ibadah dan pahala bukan hanya sekedar hawa nafsu. Pernikahan juga sebagai wadah terciptanya generasi robbani, penerus perjuangan menegakkan dienullah.

c. Persiapan kepribadian sang calon mempelai, yaitu penerimaan adanya seorang calon pemimpin dan calon ratu dalam rumah tangga.

d. Persiapan fisik sang calon pengantin.Persiapan fisik ini ditandai dengan kesehatan tubuh kita yang memadai, sehingga

kedua belah pihak akan mampu melaksanakan fungsi diri sebagai suami ataupun isteri secara optimal.

e. Persiapan harta.Islam tidak menghendaki kita untuk berpikiran secara materialistis, yaitu hidup yang

hanya berorientasi pada materi. Namun, bagi seorang calon suami, yang akan mengemban amanah sebagai kepala keluarga, maka diutamakan dan diupayakan adanya kesiapan calon suami untuk menafkahi bagi istri dan keluarganya nanti.

f. Persiapan sosial.Setelah nanti kedua calon pengantin menikah, maka status sosial di

masyarakat pun akan berubah. Mereka berdua bukan lagi seorang gadis dan lajang, tetapi telah berubah menjadi keluarga.

H. PELAKSANAAN PERNIKAHAN

Pernikahan dinyatakan sah apabila terkumpul rukun-rukunnya, yaitu:1. Ada calon suami2. Ada calon isteri

3. Ada wali nikah dari pihak calon isteri

Wali nikah terdiri dari wali nasab (wali yang diambil dari garis keturunan/pertalian darah) dan wali hakim (penguasa). Tetapi wali hakim hanya dapat bertindak apabila wali nasabnya:

a. Gaib (tidak dapat hadir pada saat ijab dan kabul)b. Tawari’ (wali membandel tidak mau menikahkan)

KARTIKA DWI RACHMAWATI Page 21

Page 22: Pai gabungan

c. Para wali saling berselisih.d. Tidak mempunyai wali nasab.Adapun wali terdiri atas:

a. Wali mujbir, yaitu wali yang berhak memaksa.b. Wali akbar, yaitu wali yang lebih dekat hubungan pertalian darahnya dengan mempelai

wanita.c. Wali a’bad, yaitu wali yang sudah jauh hubungan pertalian darahnya dengan mempelai

wanita.d. Ada 2 orang saksi laki-lakie. Ada ijab dan kabul

Disamping hal-hal tersebut, masih terdapat hal-hal yang harus ada dalam suatu pernikahan, yaitu :

Mahar, yaitu suatu pemberian wajib dari calon suami kepada calon isteri.

Artinya : “Dan berikanlah maskawin (mahar) kepada perempuan (yang kamu nikahi) sebagai pemberian yang penuh kerelaan”. (Q.S. An-Nisa : 4.

KARTIKA DWI RACHMAWATI Page 22