bab 2 revisi terbaru

34
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar-Dasar Perencanaan Struktur Beton Bertulang Stuktur dan unsur-unsurnya direncanakan untuk memiliki cadangan kekuatan untuk memikul beban yang lebih tinggi dari beban normal. Kapasitas cadangan ini mencakup faktor-faktor yang dapat digolongkan menjadi dua kategori, yaitu faktor pembebanan, dan factor reduksi kekuatan - Faktor Pembebanan adalah faktor yang memperhitungkan pelampauan beban. - Faktor Reduksi Kekuatan , yang memperhitungkan kemungkinan berkurangnya mutu bahan dilapangan Didalam metode rencana kekuatan, lazimnya digunakan istilah “factor pembebanan” untuk membedakannya dengan factor keamanan didalam metode tegangan kerja. 1. Kuat Perlu 3

Upload: muammar-fauzi

Post on 24-Dec-2015

243 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Tugas Akhir poltek Laboratorium

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 Revisi Terbaru

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar-Dasar Perencanaan Struktur Beton Bertulang

Stuktur dan unsur-unsurnya direncanakan untuk memiliki cadangan kekuatan

untuk memikul beban yang lebih tinggi dari beban normal. Kapasitas

cadangan ini mencakup faktor-faktor yang dapat digolongkan menjadi dua

kategori, yaitu faktor pembebanan, dan factor reduksi kekuatan ∅

- Faktor Pembebanan adalah faktor yang memperhitungkan pelampauan

beban.

- Faktor Reduksi Kekuatan ∅ , yang memperhitungkan kemungkinan

berkurangnya mutu bahan dilapangan

Didalam metode rencana kekuatan, lazimnya digunakan istilah

“factor pembebanan” untuk membedakannya dengan factor keamanan

didalam metode tegangan kerja.

1. Kuat Perlu

Dalam SK SNI T-15-1991-03, factor beban dicakup dalam persyaratan

kuat perlu sebagai berikut :

- Kuat perlu U dari komponen struktur yang menahan beban mati D dan

beban hidup L paling tidak harus sama dengan :

U = 1,2 D + 1,6 L ............................................ (2.1)

3

Page 2: BAB 2 Revisi Terbaru

- Bila beban angin W diperhitungkan :

U = 0,75 (1,2 D + 1,6 L + 1,6 W), atau

U = 0,9 D + 1,3 W ............................................ (2.2)

- Bila beban gempa E diperhitungkan :

U = 1,05 (D + LR± E), atau

U = 0,9 (D ± E) ........................................................ (2.3)

Keterangan:

LR = beban hidup yang telah direduksi menurut SKBI 1987

E = beban gempa menurut ketentuan SKBI 1987

- Bila beban horizontal tanah H diperhitungkan :

U = 1,2 D + 1,6 L + 1,6 H, tapi dalam hal D dan L

mengurangi pengaruh H, maka :

Umaks.= 0,9 D + 1,6 H .......................................... (2.4)

- Bila penurunan, rangkak atau susut T, diperhitungkan :

U = 0,75 (1,2 D + 1,2 T + 1,6 L), atau

U = 1,2 (D + T) ............................................ ......... (2.5)

2. Kuat Rencana (Rancang)

Kuat rencana adalah nominal dikalikan dengan suatu faktor reduksi

kekuatan ∅ , dimana besar ∅ ditentukan sebagai berikut :

- Lentur, tanpa beban aksial …………………………………… 0,8

- Aksial tarik, dan aksial tarik dengan lentur ………………….. 0,8

- Aksial tekan, dan aksial tekan dengan lentur :

4

Page 3: BAB 2 Revisi Terbaru

Komponen struktur dengan tulangan spiral maupun

Sengkang ikat……………………………………………….. 0,7

- Komponen dengan tulangan sengkang biasa ………………. 0,65

- Geser dan torsi ……………………………………………… 0,6

- Tumpuan pada beton ………………………………………. 0,7

SK SNI-T-15-1991-03 pasal 3.3.2 butir7.(3). Menetapkan nilai reduksi

adalah sebesar 0.008 untuk setiap kenaikan 10 MPa dari fc = 30 MPa.

Dapat dirumuskan sebagai berikut :

β1 = 0.85 untuk 0 <f’c< 30 MPa

β1 = 0.85 – 0.008 (f’c – 30) untuk 30 <f’c< 55 MPa

β1 = 0.65 untuk f’c> 55 MPa

3. Provisi Daktilitas

Perilaku daktail pada suatu elemen lentur merupakan hal yang sangat

penting. Perilaku ini untuk menjamin terjadinya peringatan dari struktur

di saat awal keruntuhan pada beban ekstrim. Peringatan ini berupa

terjadinya deformasi yang cukup besar pada saat mendekati beban

maksimum. Dengan demikian seluruh penghuni bangunan tersebut dapat

diselamatkan.

Untuk dapat mencapai perilaku daktail ini SK SNI T-15-1991-03

memberikan rekomendasi batasan maksimum luas penampang baja

tulangan terhadap luas penampang beton yang dinyatakan dengan ρ.

Untuk penulangan daktail disyaratkan :

ρmaks. ≤ 0,75 ρb ............................................ (2.6)

5

Page 4: BAB 2 Revisi Terbaru

Keterangan :

ρb = rasio tulangan tarik pada saat regangan berimbang.

ρ = As

b .d

As = luas tulangan tarik (mm2)

b = lebar balok (mm)

d = tinggi efektif (mm)

4. Keadaan Regangan Berimbang

Suatu defenisi yang sangat berguna di dalam metode kekuatan adalah

yang dinamakan “keadaan berimbang (Balanced Strain Condition)“,

yang dimaksud dengan keadaan regangan berimbang adalah keadaan

dimana serat tekan ekstrim dan tulangan tarik secara bersamaan

mencapai masing-masing reganganε cu (regangan beton maksimum pada

saat hancur), dan εy (regangan pada saat baja mencapai tegangan leleh).

Keadaan ini seperti yang diperlihatkan pada gambar dibawah ini.

3

h

Xb

b cu0,85 f'c

Penampang Melintang(a)

Diagram Regangan(b)

Gaya - Gaya dalam(c)

ASb

Cb

T =b ASb . f y

ab

3

s

3

y = f y E s

6

Page 5: BAB 2 Revisi Terbaru

Gambar 2.1 Keadaan regangan berimbang

Lambang ρ, yang dikenal sebagai perbandingan tulangan atau rasio

tulangan, digunakan untuk menyatakan jumlah luas relative tulangan

tarik didalam suatu balok.

Jadi, ρ= As

b .d.¿> ρb=

Asbb .d

..............................(2.7)

Keterangan : As = luas tulangan tarik (mm2)

b = lebar balok (mm)

d = tinggi efektif (mm)

ρb = rasio tulangan tarik pada saat regangan

Rasio tulangan ρb untuk keadaan regangan berimbang, dapat diperoleh

dengan mengunakan syarat-syarat keseimbangan dan kompatibilitas. Dari

diagram regangan pada gambar 2.1.b., dengan mengunakan perbandingan

segitiga diperoleh :

Xb

d=

ε cu

εcu+ε y , dimana : Es = 2.105 MPa , ε cu = 0.003

Xb

d =

0.003

0.003+f y

Es

= 600

600+f y

Gaya-gaya dalam gambar 2.1.c diperoleh sebagai berikut :

Cb = 0.85 .f’c .b .ab = 0.85 . f.c .β1 . xb ……………… (2.8)

Tb = Asb .fy = ρb . b .d .fy ……………………………… (2.9)

7

Page 6: BAB 2 Revisi Terbaru

Dimana : Asb = ρb . b .d

Dengan menyatakan Cb = Tb, didapat 0.85 .f.c . β1 . xb = ρb . b .d . fy sampai

diperoleh : ρb = 0.85 . f 'c

f y .(

600600+f y

) ……………………. (2.10)

Dimana nilai fy dan f’c dalam satuan MPa.

5. Rasio tulangan maksimum dan minimum.

Besarnya tulangan yang diberikan oleh persamaan (2.10) relative tinggi,

maka untuk menjamin pola keruntuhan yang daktail, jumlah tulangan tarik

dibatasi. SK SNI T-15-1991-03 membatasi jumlah tulangan tarik tidak

melebihi 75% dari tulangan keadaan berimbang.

Jadi : ρmaks = 0,75 . ρb ……………………................ (2.11)

Bila balok mengalami momen lentur Mn kecil, maka jumlah tulangan

kecil juga. Balok kemungkinan akan berfungsi dalam keadaan tak retak.

Akan tetapi metode yang akan dipakai untuk menghitung kekuatan lentur,

menganggap beton pada daerah tarik sudah retak. Demikian kemungkinan

bahwa kekuatan nominal Mn yang dihitung dengan penampang yang retak

dan tulangan sedikit. Mempunyai harga yang lebih kecil daripada Mn yang

dihitung berdasarkan beton polos. Jadi persyaratan daktail mengharuskan

digunakan tulangan minimum yang menghasilkan kekuatan yang sama

dengan balok tanpa tulangan. Secara teoritis, ρmin ≥ 0.15√ f 'c

f y

8

Page 7: BAB 2 Revisi Terbaru

Sedangkan SK SNI T-15-1991-03 menetapkan ρmin sebesar :

ρmin ≥ 1.4f y

…………………………………………..... (2.12)

6. Analisis Penampang Persegi Bertulangan Tunggal Akibat Lentur

Didalam perencanaan persegi terhadap lentur dengan tulangan tunggal

(tulangan tarik saja), permasalahan adalah menentukan b, d, dan As

untuk harga Mn = Mu / ∅ yang disyaratkan, dan sifat bahan f’c dan fy

yang diberikan.

3

h

b c0,85 f'c

Penampang Melintang(a)

Diagram Regangan(b)

Gaya - Gaya dalam(c)

ASb

C

T = A S . f y

3

s

d

Mn a

(d - a/2)

x

Gambar 2.2. Penampang Persegi Bertulangan Tunggal

Kekuatan batas :beton hancur dan baja leleh sehingga pada saat itu

regangan beton pada serat tertekan mencapai regangan maksimum

sebesar ε c = 0,003 dan tegangan tarik baja mencapai tegangan lelehnya

(fs= fy).

a. Keseimbangan Gaya-Gaya Dalam

- Jumlah gaya-gaya horizontal = 0

∑ H = 0 C = T

9

Page 8: BAB 2 Revisi Terbaru

0,085 f’c . a . b = As . Fy

a = A s. f y

0.85 . f 'c .b

…………………………………………. (2.13)

- Jumlah momen pada suatu titik = 0

- ∑ H = 0 Mn = C (d-a/2)

= T (d-a/2)

Mn = (0,85 . f’c . b) (d-a/2) ………………………. (2.14)

z = (d-a/2)

dimana nilai z diambil sebesar (0,85 – 0,9) d

z = lengan momen dalam

Atau : Mn = As . fy (d-a/2) ……………………….. (2.15)

Mn = As. Fy ( d-A s . f y

2. 0.85 . f ' c . b)

Mn = As. Fy ( d- A s .f y

1.7 . f 'c .b)

Mn = ρ .b.d.fy ( d- 0.59 . ρ . b . d . f y

f 'c . b)

Mn = ρ .b.d2. fy (1- 0,59 ρf y

f 'c .)…………………….... (2.16)

Mn = Mu∅ ……………………………………………… (2.17)

Mu = ∅ . ρ .b.d2. fy (1- 0,59 ρf y

f 'c .)

7. Analisis Penampang Persegi Bertulangan Rangkap

10

Page 9: BAB 2 Revisi Terbaru

Penampang persegi dengan penulangan tarik dan tekan dinamakan juga

penampang yang bertulangan rangkap atau rangkap. Ada beberapa

pertimbangan yang mendorong penggunaan tulangan rangkap :

- Aspek deformasi jangka panjang yang merupakan fungsi dari waktu,

seperti rangkak (creep) dan susut (shrinkage). Adapun kehadiran

tulangan tekan disini berfungsi untuk membebaskan beton dari

tekanan yang terus menerus (Persistent).

- Kemungkinan dari momen luar yang arahnya bolak-balik.

- Terbatasnya tinggi balok (alasan arsitekturil), maka dibutuhkan

tulangan tekan didalam menambah kapasitas momen.

Alasan terakhir ini, sekali pun sering dipakai orang secara umum,

sebenarnya merupakan alasan yang kurang tepat karena :

- Penambahan kapasitas penampang dengan penambahan tulangan

tekan, tidaklah sebanding dengan jumlah tulangan yang

ditambahkan.

- Aspek kelayakan yang berkenaan dengan lendutan berangkali akan

menjadi masalah, sebab balok yang rendah cenderung mengalami

lendutan yang berlebihan.

- Balok rendah akan cenderung membutuhka tulangan geser yang

banyak sehingga kemungkinan akan sulit untuk menetapkan

tulangan.

Penampang bertulang rangkap, analisisnya diuraikan atas 2 bagian,

sebagai berikut :

11

Page 10: BAB 2 Revisi Terbaru

- Bagian tulangan tunggal (berikut blok tegangan tekan ekivalen).

- Luas baja tulangan As2 dan As’ pada sisi tertarik dan tertekan yang

membentuk koppel T2 dan Cs.

0,003

h

b 0,85 f'c

(a) (b) (d)

A S

Cc

T1

3

s

d-d'

a

(d - d')

d'

XGN

E's Csd'

As1 As2

(c)

= +

As'

T

Gambar 2.3 Penampang Persegi Bertulanga rangkap

Dimana :

Mn1 = momen nominal bagian 1 (gambar 2.3.c)

Mn2 = momen nominal bagian II (gambar 2.3.d)

a. Keseimbangan Gaya-Gaya Dalam

- Bagian I

T1 = Cc ; T1 = As1 . fy

Cc = As1 . fy ; As2 = As’

As1 = As – As2 = As – As’

Jadi :

Mn1 = As1 . fy (d-a/2), atau

Mn1 = (As – As’). fy (d – a/2)……………………………. (2.18)

12

Page 11: BAB 2 Revisi Terbaru

Dimana :

a = As1 . f y

0,85 . f 'c .b =

( As−A s' ) . f y

0,85 . f 'c . b ………………………………

(2.19)

- Bagian II

Luas tulangan tekan : As’ = As2

As’ = As2 = (As – As’)

Cs = T2 ; T2 = As2 . fy

Cs = As2 . fy

∑ M = 0 (terhaap posisi tulangan tarik)

Mn2 = As2 . fy (d – d’) ………………………………….... (2.20)

Jumlahkan bagian I dan II :

Mn = (As – As’) fy (d – a/2) + As’ . fy (d – d’)………….. (2.21)

Momen rancang : ∅ Mn ≥ Mu eksternal, jadi :

Mu = ∅ ((As – As’)fy (d – a/2) + As’ . fy (d – d’))……… (2.22)

Persamaan (2.14) hanya berlaku apabila tulangan tekan (As’) leleh.

Bila tidak leleh, balok boleh dipandang sebagai penampang

bertulangan tunggal (tulangan tekan diabaikan) atau atau tulangan

tekan diperhitungkan dengan mencari tegangan aktual fs’, dan

menggunakan gaya As’.

8. Geser

13

Page 12: BAB 2 Revisi Terbaru

Gaya geser yang terjadi pada elemen struktur pada umumnya

berkombinasi dengan lentur, torsi atau gaya normal. Sifatnya keruntuhan

akibat gaya geser pada suatu elemen struktur adalah getas (brittle), tidak

daktail, dan keruntuhannya terjadi secara tiba-tiba tanpa ada peringatan.

Jenis tulangan geser pada umumnya dapat dibuat 3 (tipe) bentuk, yaitu :

a. Sengkang kombinasi

b. Sengkang vertikal

c. sengkang miring

Tulangan geser berfungsi :

- Menahan sebagian gaya geser pada bagian yang retak.

- Mengurangi pertambahan retak

- Mengikat tulangan utama.

Perencanaan penampang komponen struktur akibat gaya lintang yang

bekerja harus direncanakan (SK SNI-T15-1991-03 pasal 3.4.1)

ØVn ≥ Vu ...................................................................……… (2.23)

Dimana :

Vu = Gaya lintang pada penampang yang terjadi (N)

Vn = Kekuatas geser nominal

Vn = Vc + Vs ...................................................... (2.24)

14

Page 13: BAB 2 Revisi Terbaru

Vc = Kekuatan gaya geser akibat beton (N)

Vs = Kekuatan geser akibat tulangan (N)

Sebagai pendekatan yang aman nilai Vc dapat diambil berdasarkan pedoman

sebagai berikut : (SK SNI-T15-1991-03 pasal 3.4.3)

Vc = 16

. √ fy . bw . d ...................................................... (2.25)

Vc

bw . d √ f ' c =

16

, dimana Vc

bw .d = Vc

Sehingga diperoleh :

Vc

√ f ' c =

16

Vc = 16

√ f ' c .................................................................. (2.26)

Keterangan :

bw = lebar balok untuk T, untuk penampang persegi bw = b (mm)

d = tinggi efektif balok (mm)

Vc = batas tegangan geser dari penampang (MPa)

f’c = mutu beton (MPa)

Vc = Av f y d

s ……………………………………........... (2.27)

= f y d

s .

b . s3 . f y

= d .b

3

15

Page 14: BAB 2 Revisi Terbaru

Keterangan :

Av = luas tulangan berpenampang ganda dalam mm2

(Av=b ss f y

)s = lebar sengkang (mm)

b = lebar balok (mm)

fy = mutu baja (MPa)

sehingga diperoleh :

Vu ≤ ∅ (Vc + Vs)

Vu ≤ ∅ Vc + ∅Vs ……………………………………….. (2.28)

Dengan menggunakan persamaan 2.28, nilai-nilai ∅ Vc dapat

dirangkum pada tabel berikut :

Tabel 2.1 Daftar nilai ∅ Vc

Mutu beton f’c (MPa) 15 20 25 30 35

∅ Vc = 0,1 √ f ' c 0,39 0,45 0,5 0,55 0,59

Sumber : dasar-dasar perc. Beton bertulang berdasarkan SK SNI T-15-1991-03

Apabila Vu ≥∅ Vc maka harus dipasang tulangan geser dengan

rumus sebagai berikut :

As = (Vu−∅Vc )ratarata by

∅ f y

…………………. (2.21)

Berdasarkan SK SNI T-!5-1991-03 pasal 3.4.5 (4), jarak tulangan geser

harus mengikuti ketentuan berikut :

Jarak tulangan geser yang dipasang tegak lurus terhadap sumbu aksial

komponen struktur tidak boleh melebihi ½ d atau 600 mm/

16

Page 15: BAB 2 Revisi Terbaru

Smaks = ½ d atau S maks = 600 mm

B. Fondasi Dangkal

Fondasi dangkal merupakan Fondasi yang menyalurkan beban bangunan atas

(upper structure) pada tanah dekat permukaan. Suatu Fondasi dikatakan

dangkaapabila lebarnya lebih kecil atau sama dengan kedalaman perletakan

(Df ≤ B) seperti pada gambar dibawah ini.

B

Df

Gambar 2.4 Fondasi Dangkal

1. Jenis Fondasi Dangkal

Jenis fondasi dangkal termaksuk fondasi dangkal yaitu :

a. Fondasi telapak (spread footing)

b. Fondasi tikar/rakit (mat raf foundation)

Berbagai bentuk pondasi telapak (gambar 2.5) sebagai berikut :

a. Fondasi telapak bujur sangkar (square footing)

17

Page 16: BAB 2 Revisi Terbaru

b. Fondasi telapak persegi panjang (rectangular footing)

c. Fondasi telapak menerus/jalur (continuous sirip wall footing)

d. Fondasi telapak gabungan (combined footing)

B

BT D

Square

B

BT D

Rectangular

L

B

T D

Combined

T DB

Continuous

Gambar 2.5 Bentuk-Bentuk Fondasi Telapak

2. Syarat Stabilitas Fondasi Dangkal

Fondasi dangkal dikatakan stabil jika memenuhi syarat yaitu :

a. Tegangan kontak ( σ ) < daya dukung izin (qall)

b. Penurunan yang terjadi (S) < penurunan izin (Sall)

Daya dukung (bearing capacity) tanah dimana fondasi diletakkan

ditentukan oleh :

18

Page 17: BAB 2 Revisi Terbaru

a. Dimensi dan letak fondasi

Fondasi berdimensi besar dan diletakkan agak dalam/jauh dari

permukaan tanah cenderung lebih stabil daya dukungnya.

b. Sifat-sifat tanah meliputi : γ, c, Ø

Penurunan fondasi ditentukan oleh jumlah antara penurunan

seketika, penurunan konsolidasi, dan penurunan sekunder.

3. Pola Keruntuhan Geser

Pada umumnya pola keruntuhan geser ini dikaitkan dengan karakteristik

kemampuan tanah (soil compressibility).

Ada 3 pola keruntuhan daya dukung fondasi dangkal yaitu :

a. Keruntuhan geser umum (general shear failure)

Pola keruntuhan ini terjadi pada tanah yang tidak mudah mampat

seperti : tanah lempung dan pasir padat (Dr > 67%). Pada pola

keruntuhan geser umum, bidang keruntuhan jelas dan memanjang

sampai kepermukaan. Bidang keruntuhan terdiri dari kumpulan

segitiga seperti terlihat pada gambar 2.6.a berikut.

b. Keruntuhan geser setempat (local shear failure)

Pola keruntuhan ini terjadi pada tanah yang lunak atau tanah yang

mudah mampat seperti : tanah pasir lepas sampai kepadatan sedang

(30% < Dr < 67%). Pola keruntuhan ini serupa dengan pola

keruntuhan umum, hanya berbeda pada bidang gelincingnya tidak

mencapai permukaan tanah seperti yang terlihat pada gambar 2.6.b

19

Page 18: BAB 2 Revisi Terbaru

berikut.pola keruntuhan lokal dapat disebut sebagai transisi antara

keruntuhan geser umum dan keruntuhan pons.

c. Keruntuhan geser pons (punching shear failure)

Pola keruntuhan ini terjadi pada tanah yang sangat mudah mampat

seperti : pasir sangat lepas (Dr < 30%). Pada pola keruntuhan ini

penggelembungan permukaan tanah tidak terjadi seperti terlihat pada

gambar 2.6.c b.

(a)

(b)

20

Page 19: BAB 2 Revisi Terbaru

(c)

Gambar 2.6 Bentuk-bentuk keruntuhan Daya dukung dibawah fondasi telapak

C. Kuat Geser Pons

Perhitungan gaya geser untuk pondasi telapak harus memenuhi syarat-syarat-

syarat :

Vu ≤ ∅ Vn ……………………………………................ (2.29)

dan

Vn = Vc + Vs ……………………………………............ (2.30)

1. Geser satu arah (aksi balok) :

Digunakan untuk pondasi telapak yang panjang dan sempit.Gaya tarik

diagonal beton pada penampang kritis (sejarak d), ditentukan sebagai

berikut : (lihat Gambar dibawah ini baik dalam arah sisi pendek maupun

arah sisi panjang)

V c = 16

.√ f c' .bw .d

………………………....... (2.30)

Gaya geser yang bekerja pada penampang kritis sejarak d,Ditentukan

sebagai berikut :

21

Page 20: BAB 2 Revisi Terbaru

V u = qa . netto . B .( H2

− h2

− d )……………... (2.32)

atau

V u = qa . netto . H .( B2

− b2

− d ) ……………... (2.33)

Apabila : Vu ≤∅Vc tebal pelat pondasi aman. (∅ = 0,60 untuk

keruntuhan geser.)

a dh

L

L

B

h

db

Pu

d

ds

retak miring

luas bidang geser

tekanan tanah

kolom

Gambar 2.7 Luas bidang geser 1 arah.

2. Geser dua arah (geser-pons) :

22

Page 21: BAB 2 Revisi Terbaru

Digunakan untuk pondasi telapak segi-empat biasa besarnya kapasitas geser

beton pada keruntuhan dua arah (geser-pons) dari pondasi telapak, pada

penampang kritis sejarak d/2, ditentukan nilai terkecil dari persamaan berikut :

V c = (1 +2βc

) .√ f c' .b0 .d

……………....... (2.33)

V c = (α s . d

b0

+ 2) .√ f c

' .b0. d

12……………... (2.33)

V c = 13

.√ f c' . b0. d

……………...................... (2.33)

Dimana :

D = tinggi efektif pelat lantai

b0 = keliling dari penampang kritis, jarak d/2

βc = rasio dari sisi panjang terhadap sisi pendek d kolom,

daerah beban terpusat atau dari daerah reaksi.

α s = 40 untuk kolom dalam, 30 untuk kolom pinggir dan 20 untuk

kolom sudut, dimana kata-kata dalam, pinggir dan sudut

berhubungan dengan jumlah sisi dari penampang kritis.

Besarnya gaya geser yang bekerja pada penampang kritis sejarak

d/2,dapat ditentukan sebagai berikut :

23

Page 22: BAB 2 Revisi Terbaru

V u = qa . netto . [ (B x H ) − (b + d ) . (h + d ) ]

Gambar 2.8 Luas bidang geser 2 arah

D. Daya Dukung Tanah

24

a d/2

h

L

L

B

Pu

h

d/2 d/2

d

ds

retak miring

tekanan tanah

d

luas retak yang diakibatkan olehpunching shear

Page 23: BAB 2 Revisi Terbaru

Daya dukung tanah adalah besarnya tekanan atau kemampuan tanah untuk

menerima beban dari luas sehingga menjadi stabil. Kapasitas daya dukung

pondasi dangkal berhubungan dengan perancangan dalam bidang geoteknik.

Untuk pondasi lapisan pasir, Meyerhof (1956) menyarankan persaman

sederhana untuk menentukan kapasitas dukung izin didasarkan penurunan 1

inch. Persamaannya didasarkan pada kurva Terzaghi dan Peck (1943) dan

dapat diterapkan untuk pondasi telapak atau pondasi memanjang yang

dimensinya tidak begitu besar, pada pasir kering sebagai berikut :

Untuk fondasi bujur sangkar atau fondasi memanjang dengan lebar

B ≤ 1,20 meter.

qa = qc

30 (kg/cm2) ……………………………………. (2.15)

Untuk pondasi bujur sangkar atau pondasi memanjang dengan

lebar B ≥ 1,20 meter.

qa = qc

50 (1+ 0,30B )2 (kg/cm2) ...………………….... (2.16)

dengan :

B = lebar pondasi dalam meter

qa = kapasitas daya dukung izin untuk penurunan 2,54 cm (1’’)

qc = tahanan konus (kg/cm2)

Tahanan konus (qc), diambil nilai qc rata-rata pada kedalaman 0 sampai B

dari dasar pondasi.

25

Page 24: BAB 2 Revisi Terbaru

Persamaan (2.24) dan persamaan (2.25) didasarkan pada nilai pendekatan

hubungan antara nilai N dari pengujian SPT dan tahanan konus (Meyerhof,

1956) :

qc = 4N ..................………………………… (2.17)

dengan N adalah nilai SPT.

26