bab 2 lanjutkan

Upload: loeb-qulub

Post on 15-Oct-2015

40 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lanjut Usia2.1.1 Definisi Lanjut usiaMenurut Undang-Undang No.13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Sementara itu WHO mengatakan bahwa lanjut usia meliputi usia pertengahan yaitu kelompok usia 45-59 tahun (Nugroho, 2000) dan mengidentifikasikan lanjut usia sebagai kelompok masyarakat yang mudah terserang kemunduran fisik dan mental (Watson, 2003).Berbagai istilah berkembang terkait dengan lanjut usia (lansia) yaitu: gerontologi, geriatric dan keperawatan gerontik. Gerontology berasal dari kata geros artinya lanjut usia dan logos artinya ilmu. Jadi Gerontology adalah ilmu yang mempelajari secara khusus mengenai faktor-faktor yang menyangkut lanjut usia. Sedangkan lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun keatas (Nugroho, 2000).

2.1.2 Batasan-Batasan Lanjut UsiaMengenai kapankah orang disebut lanjut usia, ada beberapa pendapat mengenai batasan umur lanjut usia. a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, lanjut usia meliputi :1. Usia pertengahan (middle age) adalah kelompok usia 45-59 tahun.2. Lanjut usia (elderly) adalah usia antara 60-74 tahun.3. Lanjut usia tua (old) adalah usia antara 75-90 tahun.4. Usia sangat tua (very old) adalah usia diatas 90 tahun.b. Menurut Prof.Dr. Sumiati Ahmad MohammadMembagi periodesasi biologis perkembangan manusia sebagai berikut :1. 0-1 tahun (masa bayi)2. 1-6 tahun (masa prasekolah)3. 6-10 tahun (masa sekolah)4. 10-20 tahun (masa pubertas)5. 20-40 tahun (masa dewasa)6. 40-65 tahun (masa setengah umur/prapensiun)7. 65 tahun keatas (lanjut usia)c. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI)Mengatakan usia lanjut merupakan kelanjutan dari kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu :1. Fase iuventus :25-40 tahun2. Fase verilitas : 40-50 tahun3. Fase prapensiun : 55-65 tahun4. Fase senium : 65 tahun hingga tutup usiad. Menurut Prof.Dr. Koesoemato Setyonegoro1. Usia dewasa muda (elderly Adulhood) = 18/20-25 tahun.2. Usia dewasa penuh (Middle Years) =25-60/65 tahun.3. Usia lanjut (Geriatric Age) = > 65/70 tahun, terbagi ; Untuk umur 70-75 tahun (young old) Untuk umur 75-80 tahun (old) Untuk umur >80 tahun (very old)

Jika dilihat dari pembagian umur dari beberapa ahli tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa yang disebut lanjut usia adalah orang-orang yang telah berumur 65 tahun keatas. Saat ini berlaku UU No 13/tahun1998 tentang kesejahteraan lanjut usia yang berbunyi Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas (Nugroho, 2008).

2.1.3 Teori-Teori Proses Menua.a. Teori Genetic ClockMenurut teori inimenua telah terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Setiap spesies mempunyai di dalam nuclei (inti sel) nya suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu (Nugroho, 2003).b. Mutasi Somatik (Teori Error Catastrophe).Hal penting lainya yang perlu diperhatikan dalam menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya proses menua adalah faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya mutasi somatik. Sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur, sebaliknya menghindari radiasi dan zat kimia yang bersifat toksik dapat memperpanjang umur (Nugroho, 2003)c. Teori Biologi1. Teori genetik dan mutasi (Somatic Mutatie Theory)Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi akibat dari peru bahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin.2. Teori Imunologi Slow Virus (Imuunology Slow Virus Theory)Menurut teori ini sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dengan masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.3. Teori StressMenurut teori ini menua terjadiakibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.4. Teori Radikal Bebas Teori ini menjelaskan radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (Kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.5. Teori Rantai SilangMenurut teori ini sel-sel tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringankolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis,kekacauan dan hilangnya fungsi.6. Teori ProgramMenurut teori ini kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah sel-sel tersebut mati.2.1.4 Mitos-mitos Lanjut Usia dan KenyataannyaMenurut Sheiera Saul (1974):1. Mitos Kedamaian dan KetenanganLanjut Usia dapat santai menikmati hasil kerja dan jerih payahnya di masa muda dan dewasanya, badai dan berbagai goncangan kehidupan seakan-akan sudah berhasil dilewati.Kenyataannya:a) Sering ditemui stress karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta penderitaan karena penyakit.b) Depresic) Kekhawatirand) Paranoide) Masalah Psikotik2. Mitos Konvservatisme dan KemunduranPandangan bahwa lanjut usia pada umumnya :a) Konservatifb) Tidak Kreatifc) Menolak Inovasid) Berorientasi ke masa silame) Merindukan masa laluf) Kembali ke masa anak-anakg) Susah berubahh) Keras kepala dan, i) CerewetKenyataanya :Tidak semua lanjut usia bersikap dan berfikir demikian.3. Mitos BerpenyakitanLanjut usia dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai oleh berbagai penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai proses menua. (Lanjut usia merupakan masa berpenyakit dan kemunduran).Kenyataannya : a) Memang proses penuaan disertai dengan menurunnya daya tahan tubuh dan metabolisme sehingga rawan terhadap penyakit.b) Tetapi banyak penyakit yang masa sekarang dapat dikontrol dan diobati.4. Mitos SenilitasLanjut Usia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkanoleh kerusakan bagian otak (banyak yang tetap sehat dan segar). Banyak cara untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan daya ingat.5. Mitos Tidak Jatuh CintaLanjut usia tidak lagi jatuh cinta dan gairah kepada lawan jenis tidak ada.Kenyataannya:a) Perasaan dan emosi setiap orang berubah sepanjang masa. Perasaan cinta tidak berhenti hanya karena menjadi lanjut usia.6. Mitos AseksualitasAdapun pandangan bahwa pada Lanjut Usia, hubungan seks itu menurun, minat, dorongan, gairah, kebutuhan, dan daya seks berkurang.Kenyataanya :a) Menunjukan bahwa kehidupan seks pada lanjut usia normal saja. Memang frekuensi hubungan seksual menurun, sejalan dengan meningkatnya usia tetapi masih tetap tinggi.7. Mitos ketidakproduktifanLanjut usia dipandang sebagai usia tidak produktif.Kenyatannya : a) Tidak demikian, banyak lanjut usia yang mencapai kematanga,kemantapan, dan produktifitas mental dan material.2.1.5 Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usiaa) Perubahan fisik1) SelLebih sedikit jumlahnya, lebih besar ukuranya, berkurangnya jumlah cairan tubuhdanberkurangnya cairan intraseluler,mempunyai proporsi protein di otak, otot ginjal, darah dan hati, jumlah sel otak menurun, tergangunya mekanisme perbaikan sel, otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.2) Sistem persarafanBerat otak menurun 10-20%, cepatnya menurun hubungan persarafan, lambat dalm respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stress, mengecilnya saraf pancaindera. Berkurangya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf pencium dan perasa, lebih sensitive terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin, kurang sensitive terhadap sentuhan.3) Sistem pendengaranPresbiakuis(ganguan pada pendengaran). Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 56 tahun, membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.4) Sistem penglihatanLensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan, meningkatnya ambang, daya adptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap, hilangnya respon terhadap sinar, menurunya lapang pandang, berkurang luas pandanganya.5) Sistem kardiovaskulerKemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunya kontraksi dan volumenya, kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksiganasi, perubahan posisi dari tidur keduduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing mendadak).6) Sistem pengaturan temperatur tubuhPada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu termostrat yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi berbagai faktor yang mempengaruhinya. Yang sering ditemui antara lain temperatur tubuh menurun (hipotermi) secara fisiologik 350 ini akibat metabolisme yang menurun dan keterbatasan refleks menggigil dan dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.7) Sistem gastrointestinalLambung rasa lapar menurun (sensitifits lapar menurun), asam lambung menurun, waktu mengosongkan menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi, fungsi absorsi melemah. Kehilangan gigi yang biasa terjadi setelah umur30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.8) Sitem genitourinariaGinjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, melalui urine darah yang masuk ginjal, disaring oleh satuan (unit) terkecildai ginjal yang disebut nefron (tempatnya di glomerulus). Kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang akibatnya, kurang kemampuan mengkonsentrasi urine, berat jenis menurun proteinuria (BUN 21 mg%), Vesika Urinaria (kandung kemih) otot-otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urine.9) Sistem respirasiOtot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat,kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalam bernafas menurun.10) Sistem endokrinPoduksi dari hampir semua hormon menurun, menurunnya sekresi hormon kelamin misalnya progesteron, esterogen, dan testoteron.11) Sistem kulitKulit mengerut atau mengeriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit kasar dan bersisik (karena kehilangan proses keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis), kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal.12) Sistem muskuloskeletelTulang kehilangan cairan dan maikn rapuh, atrofi serabut otot, serabut otot mengecil sehingga seseorang menjadi lamban, otot-otot kram dan menjadi tremor, pinggang lutut an jari-jari pergelangan menjadi terbatas pergerakannya.b) Perubahan mentalDi bidang mental atau psikis pada lanjut usia, perubahan dapat berupa sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga, bertambah pelit atau tamak bila memiliki sesuatu. Perlu dimengerti bahwa sikap umum yang ditemukan pada hampir setiap lanjut usia yaitu keinginan berumur panjang, tenaganya sedapat mungkin di hemat.Faktor-faktor yangmempengaruhi perubahan mental antara lain adalah perubahan fisik, khusunya oragan perasa, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturuna (herediter), dan lingkungan (Nugroho, 2000).c) Perubahan psikososialNilai seseorang dapat diukur dari produktivitas dan identitas dikaitkan dengan peranan dalam bekerja dan lingkungan sosialnya. Bila seseorang pensiun , maka akan mengalami kehilangan-kehilangan seperti , kehilanngan finansial, kehilanga status, kehilangan relasi dan kehilangan pekerjaan, merasakan atau sadar akan kematian, perubahan dalam cara hidup, kemampuan ekonomi akibat dari pemberhentian jabatan. Biaya hidup meningkat pada penghasilan yang sulit, biaya pengobatan bertambah, adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan, timbul kesepian akibat pengasinngan dari lingkungan sosial, adanya gangguan sraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian, gangguan konsep dir akibat kehilanga jabatan,rangkaian dari kehilangan, seperti kehilanga hubungan teman denga keluarga, hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri serta perubahan konsep diri (Nugroho, 2000).d) Perubahan spiritualLanjut usia makin matur dalm kehidupan keagamaannya, hal tersebut terlihat dalam berpikir dan berindak dalam sehari-hari (Nugoho, 2000). Menurut Folwer (1978) dalam Nugroho (2000) , dijelaskan spiritual pada usia 70 tahun , Universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak denga cara memberikan contoh cara mencintai dan keadilan.

2.1.6 Permasalahan Lanjut UsiaProses munua merupakan hal yang wajar dan akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai umur panjang. Hanya lambat cepatnya proses menua itu bergantung pada setiap individu yang bersangkutan (Nugorho, 2008).Permasalah yang berkaitan dengan lanjut usia sebagai berikut (Nugroho, 2000):1. Secara individuPengaruh prose menua dapat menimbulkan berbagai masalh baik secara fisik-biologik, mental maupun sosial ekonomi. Denga semakin lanjut usia seseorang,mereka akan mengalami kemunduran terutama di bidang kemampuan fisik, yang dapat mengakibatkan penurunan pada peranan-peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan pula timbulnya gangguan didalam mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat menigkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain.2. Lanjut usia tidak saja ditandai denga kemunduran fisik, tetapi dapat pula berpengaruh terhadap kondisi mentalSemakin lanjut seseorang, kesibukan sosialnya akan semakin berkurang hal mana akan dapat mengakibatkan berkurangnya integrasi denga lingkungan. Hal ini akan dapat menimbulkan dampak pada kebahagiaan seseorang.3. Pada usia mereka yang telah lanjut, sebagian dari lanjut usia tersebut masih mempunyai kemampuan untuk bekerjaPermasalahan yang mungkin timbul adalah bagaiman memfungsikan tenaga dan kemampuan mereka didalam situasi keterbatasan kesempatan kerja.4. Masih ada sebagian dari lanjut usia dalam keadaan terlantarPermasalah ini dapat terjadi dikarenakan lanjut usia tidak mempunyai bekal hidup, dan pekerjaan/penghasilan,dimungkinkan mereka juga tidak mempunyai keluarga dan sebatang kara.5. Dalam masayarakat traditional biasanya lanjut usia dihargai dan dihormatiDimungkinkan lanjut usia masih mempunyai peran dan berguna bagi masyarakat. Akan tetapi dalam masyarakat industri ada kecenderungan mereka kurang dihargai sehingga mereka terisolir dari kehidupan masyarakat.6. Sistem kulturalLanjut usia masih dibutuhkan sebagai pembina agar jati diri budaya dan ciri-ciri khas Indonesia tetap terpelihara kelestariannya.7. Dilihat dari kondisiLanjut usia memerlukan tempat tinggal atau fasilitas perumahan yang khusus, agar mempermudah dalam pemenuhan kebutuhan seharianya.Sedangkan permasalahan lanjut usia yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut usia, antara lain sebagai berikut (Hardywinoto dan tony, 2005):1. Permasalahan Umuma. Masih besarnya jumlah lanjut usia yang berada dibawah garis kemiskinan.b. Makin melemahnya nilai kekerabatan, sehingga anggota keluargayang berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan dihormati, berhubung terjadi perkembangan pola kehidupan keluarga yang secara fisik kebih mengarah pada bentuk keluarga kecil.c. Lahirnya kelompok masyarakat industri, yang memiliki ciri kehidupan yang lebih bertumpu kepada individu dan menjalankan kehidupan berdasarkan perhitungan untung rugi, lugas dan efisien, yang secara tidak langsung merugikan ksesejahteraanlanjut usia.d. Masih rendahnya kuantitasdan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia dan masih terbatasnya sarana pelayanan dan fasilitas khusus bagi lanjut usia dalam berbagai bidang pelayananpembinaan kesejahteraan lanjut usia.e. Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lanjut usia.2. Permasalahan Khususa. Berlangsungnya proses menjadi tua,yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental maupun sosial. Mundurnya keadaan fisik yang menyebabkan penurunan peran sosialnya dan dapat menjadikan mereka lebih tergantung kepada pihak lain.b. Berkurangnya intregasisosial lanjut usia, akibatproduktivitas dan kegiatan lanjut usia menurun. Hal ini berpengaruh negatif padakondisi sosial psikologis mereka yang merasasudah tidak diperlukan lagi oleh masyarakat lingkungansekitarnya.c. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah kepada tatanan masyarakat yang mengarah kepda tatanan masyarakat individualistik, sihingga lanjut usia kurang dihargai dan dihormati serta mereka tersisih dari kehidupan masyarakat dan bis amenjadi terlantar. Disamping itu terjadi pergeseran nilai budaya tradisional, dimana norma yang dianut bahwa orang tua merupakan bagian dari kehidupan keluarga yang tidak dapat dipisahkan dan didasarkan kepada suatu ikatan kekerabatan yang kuat, dimana orang tua dihormati dan dihargai, sehingga seorang anak mempunyai kewajiban untuk mengurus orangtuanya.d. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan seperti dampak lingkungan, populasi danurbanisasi yang dapat menggangu kesehatan fisik lanjut usia.2.2 Perilaku2.2.1 Definisi PerilakuPerilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan (Depdiknas, 2005). Dari pandangan biologis perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan.Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, berkerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati secara langsung, maupun yang tidak diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).Robert Kwick (1974) dalam notoatmodjo (2003), menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari.Skinner (1983) dalam notoatmodjo (2003) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsanga dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespons.2.2.2 Klasifikasi perilakuMenurut skinner (1938) dalam notoatmodjo (2003), dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus maka perilaku dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:a) Perilaku tertutupRespon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas.b) Perilaku terbukaRespon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek yang dengan mudah dapat diamati atau dengan mudah dipelajari.2.2.3 Faktor faktor yang berperan dalam pembentukan perilakuMenurut Notoatmodjo (2003) faktor-faktoryang berperan dalam pembentukan perilaku dikelompokkan dua jenis yaitu :1. Faktor internalFaktor yang berada dalam diri individu itu sendiri yaitu berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, emosi dan sebagainya untuk mengolah pengaruh-pengaruh dari luar. Motivasi merupakan pergerakan perilaku, hubungan antara kedua konstruksiini cukup kompleks, antara lain dapatg dilihat sebagai berikut :a. Motivasi yang sama dapat saja menggerakkan perilaku yang berbeda demikian pula perilaku yang sama dapat saja diarahkan oleh motivasi yang berbeda.b. Motivasi mengarahkan perilaku pada tujuan tertentu.c. Pengutan positif/ positive reinforcement menyebabkan satu perilaku tertentu cenderung untuk diulang kembali.d. Kekutan perilaku dapat melemah akibat dari perbutan itu bersifat tidak menyenangkan.2. Faktor eksternalFaktor-faktor yang berada diluar individu yang bersangkutan yang meliputi objek, orang, kelompok Dn hasil-hasil kebudayaan yang disajikan sasaran dalam mewujudkan bentuk perilakunya.Konsep umum yang difunakan untuk mendiagnosa perilaku adalah konsep diri Lawrence Green (1980), dalam Notoatmodjo (2003) perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni :1. Faktor predisposisi (predisposising faktor)Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sisterm nilai yang dianut masayrakat, tingkatpendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya.2. Faktor pemungkin (enabling faktor)Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasaran atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat.3. Faktor penguat (reinforcing faktor)Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama dan perilaku petugas termasuk petugas kesehatan, keluarga yang mendukung dalam proses perawatan.2.2.4 Domain perilakuPerilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku dalam tiga domain yaitu terdiri dari ranah pengetahuan (knowledge), ranah sikap (attitude), dan ranah tindakan (practice). (Notoatmodjo, 2003)a. Pengetahuan (Knowledge)Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadimelalui panca indera manusia yaitu penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalamn langsung atau orang lain yang sampai kepada seseorang (Notoatmodjo, 2003)Menurut Notoatmodjo (1993) pengetahuan dibagi menjadi enam tingkatan yaitu :1. Tahu (Know)Yaitu mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Tingkat tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang palingrendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentng apa yang telah dipelajari antara lain menyebutkan, ,emguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.2. Memahami (Comprehension)Yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Kata kerja yang biasa dipakai menyebutkan contoh, menyimpulkan , meramalkan terhadap suatu objek dan sebagainya.3. Aplikasi (Aplication)Yaitu sebgai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang nyata. Aplikasi dpat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan prinsip-prinsipsiklus pemecahan masalah.4. Analisis (Analysis)Yaitu suatu kemampuan unruk menjabarkan materi atau objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lain. Misalnya dapat menggambarkan atau membuat bagan, membedakan, mengelompokan dan sebagainya.5. Sintesis (Syntesis)Sintesi menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian informasi sebagai suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya dapat menyusun , dapat merencanakan terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.6. EvaluasiBerkaitan dengan kemamouan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang telah ada.b. Sikap (attitude)Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap mencerminkan kesenanganatau ketidaksenangan seseorang terhadap sesuatu. Sikap berasal dari pengalaman, atau dari orang yang dekat dengan kita. Mereka dapat mengakrabkan kita dengan sesuatu, atau menyebabkan kita menolaknya (Wahid, 2007).Allport (1954) menjelaskan bahwa siakp mempunyai 3 komponen pokok :1. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek.2. Kehiduoan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to be have).Adapun ciri-ciri sikap menurut WHO adalah sebagai berikut :1. Pemikiran dan perasaan (Thoughts and feelin), hasil pemikiran dan perasaan seseorang, atau lebih tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadapobjek atau stimulus.2. Adanya orang lain yang menjadi acuan (Personal reference) merupakan faktor penguat sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi tetap mengacu pada pertimbangan-pertimbangan individu tersebut.3. Sumberdaya (Resource) yyang tersedia merupakan pendukung untuk bersikap positif atau negatif terhadap objek atau stimulus tertentu dengan pertimbangan kebutuhan dari pada individu tersebut.4. Sosial budaya (Culture), berperan besar dalam mempengaruhi pola pikir seseorang untuk bersikap terhadap objek/stimulus tententu (Notoatmodjo, 2007).Menurut Notoatmodjo (2007:148) seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni :1. Menerima (Receiving)Menerima diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan. Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian terhadap penyuluhan gizi yang diberikan.2. Merespons (Responding)Memberikan jawaban apabilaa ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untik menjawabprtanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan.3. Menghargai (Valuing)Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lainterhadapa suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya, seorang ibu mengajak ibu yang lain, untuk pergi menimbang anaknya ke Posyandu.4. Bertangguang jawab (Responsible)Bertanggung jawab atas sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tantangan dari mertua atau orang tuany sendiri.c. Praktik atau tindakan (practice)Tindakan atau praktik adalah respon tau reaksi konkret seseorang terhadapa stimulus atau objek. Respon ini sudah dalam bentuk tindakan (action) yang melibatkan aspek psikomotor atau seseorang telh mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapi (Notoatmodjo, 2003).Tindakan atau perilaku kesehatanterjadi setelah seseorang mengetahui stimulus kesehatan, kemudian mengadakan penilaian terhadap apa yang diketahui dan memberikan respon batin dalam bentuk sikap. Proses selanjutnya diharapkan subjek akan melaksanakan apa yang diketahui atau disikapinya (Notoatmodjo, 2003).Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support) (Notoatmodjo, 2007).Adapun tingkatan-tingkatan dalam tindakan atau praktek adalah:1. Persepsi (Percepion)Yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan tingkat pertama.2. Respon terpimpin (Guided respon)Yaitu apabila seseorang telah melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat kedua.3. Mekanisme (Mechanism)Yaitu apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.4. Adopsi (Adoption)Yaitu suatu praktek atau tindakan yang sudh berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.2.2.5 Cara Pengukuran PerilakuPengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan melalui dua cara, secara langsung, maupun secara tidak langsung. Pengukuran perilaku yang paling baik adalah secara langsung, yakni dengan pengamatan (observasi), yaitu mengamati tindakan dari subyek dalam rangka memelihara kesehatannya seperti dimana responden membuang air besar, makan yang disajikan ibu dalam keluarga untuk mengamati praktik gizi dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005).Secara tidak langsung menggunakan metode mengingat kembali (recall). Metode ini dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan terhadap objek tentang apa yang telah dilakukan berhubungan dengan obyek tertentu (Notoatmodjo, 2005).Untuk mengukur upaya, setiap jawaban ya diberikan skor 2, jawaban kadang-kadang diberikan skor 1 dan jawaban yang tidak diberikan skor 0. Berdasarkan skoring tersebut jawaban benar dari masing-masing responden dijumlahkan dan dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan kemudian dikalikan 100% dan hasilnya berupa prosentase (Arikunto, 2002).Rumus yang digunakan adalah :

Keterangan: n = Nilai

Sp = Skor perolehanSm= Skor maksimal

Dalam prosentase tersebut kemudian ditafsirkan ke dalam skala kualitatif dengan menggunakan skala (Arikunto, 2002) yaitu:Baik : jika 76100%Kurang : jika 4055%Sedang : jika 5675%Tidak baik : jika