bab 2 landasan teori - library & knowledge...

57
28 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penilaian Kinerja 2.1.1 Definisi Penilaian Kinerja Kinerja merupakan hasil kerja yang dihasilkan oleh karyawan atau perilaku nyata yang ditampilkan sesuai dengan perannya dalam organisasi. Kinerja pegawai merupakan suatu hal yang sangat penting dalam organisasi untuk mencapai tujuannya, sehingga berbagai kegiatan harus dilakukan organisasi untuk meningkatkannya. Salah satu diantaranya ialah melalui penilaian kinerja. Penilaian kinerja merupakan suatu proses di dalam organisasi untuk menilai kinerja karyawannya. Penilaian kinerja menurut Dessler (1997) bisa didefinisikan sebagai prosedur yang meliputi penetapan standar kerja, penilaian aktual karyawan dalam hubungan dengan standar-standar ini dan memberi umpan balik kepada karyawan dengan tujuan memotivasi orang tersebut untuk menghilangkan kemerosotan kinerja atau tersulut berkinerja lebih tinggi lagi. 2.1.2 Tujuan dan Kegunaan Penilaian Kinerja Tujuan dilakukannya penilaian kinerja adalah untuk memberikan feedback kepada karyawan dalam upaya memperbaiki tampilan kerjanya dan upaya untuk meningkatkan produktivitas organisasi dan secara khusus berkaitan dengan berbagai

Upload: vodieu

Post on 26-May-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

28

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Penilaian Kinerja

2.1.1 Definisi Penilaian Kinerja

Kinerja merupakan hasil kerja yang dihasilkan oleh karyawan atau perilaku

nyata yang ditampilkan sesuai dengan perannya dalam organisasi. Kinerja pegawai

merupakan suatu hal yang sangat penting dalam organisasi untuk mencapai

tujuannya, sehingga berbagai kegiatan harus dilakukan organisasi untuk

meningkatkannya. Salah satu diantaranya ialah melalui penilaian kinerja.

Penilaian kinerja merupakan suatu proses di dalam organisasi untuk menilai

kinerja karyawannya. Penilaian kinerja menurut Dessler (1997) bisa didefinisikan

sebagai prosedur yang meliputi penetapan standar kerja, penilaian aktual karyawan

dalam hubungan dengan standar-standar ini dan memberi umpan balik kepada

karyawan dengan tujuan memotivasi orang tersebut untuk menghilangkan

kemerosotan kinerja atau tersulut berkinerja lebih tinggi lagi.

2.1.2 Tujuan dan Kegunaan Penilaian Kinerja

Tujuan dilakukannya penilaian kinerja adalah untuk memberikan feedback

kepada karyawan dalam upaya memperbaiki tampilan kerjanya dan upaya untuk

meningkatkan produktivitas organisasi dan secara khusus berkaitan dengan berbagai

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

29

kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi, kenaikan gaji,

pendidikan dan latihan.

Kegunaan dari penilaian kinerja adalah sebagai berikut :

1. Perbaikan kinerja memberikan kesempatan kepada karyawan untuk

mengambil tindakan-tindakan perbaikan untuk meningkatkan kinerja melalui

feedback yang diberikan.

2. Penyesuaian gaji dapat dipakai sebagai informasi untuk mengkompensasi

karyawan secara layak sehingga dapat memotivasi mereka.

3. Keputusan untuk penempatan, yaitu dapat dilakukannya penempatan pegawai

sesuai dengan keahliannya.

4. Pelatihan dan pengembangan, yaitu melalui penilaian dapat diketahui

kelemahan-kelemahan dari pegawai sehingga dapat dilakukannya program

pelatihan dan pengembangan yang lebih efektif.

5. Perencanaan karir, yaitu organisasi dapat memberikan bantuan perencanaan

karir bagi pegawai dan menyelaraskannya dengan kepentingan organisasi.

6. Mengidentifikasi kelemahan-kelemahan dalam proses penempatan, yaitu

unjuk kerja yang tidak baik menunjukkan adanya kelemahan dalam

penempatan sehingga dapat dilakukan perbaikan.

7. Dapat mengidentifikasi adanya kekurangan dalam desain pekerjaan, yaitu

kekurangan kinerja akan menunjukkan adanya kekurangan dalam

perancangan jabatan.

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

30

8. Meningkatkan adanya perlakuan kesempatan yang sama pada pegawai, yaitu

dengan dilakukannya penilaian yang objektif berarti meningkatkan perlakuan

yang adil bagi pegawai.

9. Dapat membantu pegawai mengatasi masalah yang bersifat eksternal, yaitu

dengan penilaian unjuk kerja atasan akan mengetahui apa yang menyebabkan

terjadinya unjuk kerja yang jelek, sehingga atasan dapat membantu

menyelesaikannya.

10. Umpan balik pada pelaksanaan fungsi manajemen sumber daya manusia,

yaitu dengan diketahuinya unjuk kerja pegawai secara keseluruhan, ini akan

menjadi inforrmasi sejauh mana fungsi sumber daya manusia berjalan dengan

baik atau tidak.

2.1.3 Elemen dan Proses Penilaian Kinerja

Selanjutnya bilamana penilaian unjuk kerja harus dikaitkan dengan usaha

pencapaian unjuk kerja yang diharapkan, maka sebelumnya harus ditentukan tujuan-

tujuan setiap pekerjaan, kemudian penentuan standar atau dimensi-dimensi kerja serta

ukurannya, diikuti dengan penentuan metode penilaian, pelaksanaan, dan evaluasi.

Proses tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1.

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

31

Penentuan Sasaran

Penentuan Standar/ukuran

Penentuan Metode dan Pelaksanaan Penilaian

Evaluasi Penilaian

Gambar 2.1 Langkah-langkah Penilaian Kinerja Sumber : (Efendi, 2002)

1. Penentuan sasaran

Penentuan sasaran harus spesifik, terukur, menantang dan didasarkan

pada waktu tertentu. Di samping itu, perlu pula diperhatikan proses penentuan

sasaran tersebut, yaitu diharapkan sasaran tugas individu dirumuskan

bersama-sama antara atasan dan bawahan. Setiap sasaran yang diturunkan

atau diterjemahkan dari sasaran yang lebih tinggi. Jadi sasaran unit adalah

bagian dari sasaran organisasi.

2. Penentuan standar kerja

Pentingnya penilaian kinerja menghendaki penilaian tersebut harus

benar-benar objektif, yaitu mengukur kinerja karyawan yang sesungguhnya

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

32

yang disebut job related. Artinya, pelaksanaan penilaian harus mencerminkan

pelaksanaan kinerja yang sesungguhnya atau mengevaluasi perilaku yang

mencerminkan keberhasilan pelaksanaan pekerjaan. Untuk itu sistem

penilaian kinerja harus :

a. Mempunyai standar

Mempunyai standar berarti mempunyai dimensi-dimensi yang

menunjukkan perilaku kerja yang sedang dinilai, yang umumnya

diterjemahkan dari sasaran kerja. Misalnya hasil kerja berupa barang

yang dihasilkan, kualitas dan kuantitas, kehadiran di tempat kerja,

kepatuhan terhadap peraturan atau prosedur, dan lain-lain.

b. Memiliki ukuran yang dapat dipercaya

Memiliki ukuran yang dapat dipercaya berarti bilamana digunkan oleh

orang lain atau beberapa orang dalam waktu yang berbeda akan

menghasilkan kesimpulan yang sama.

c. Mudah digunakan

Mudah digunakan berarti harus praktis dan mudah dipahami oleh

penilai dan yang dinilai.

3. Penentuan metode dan pelaksanaan penilaian

Metode yang dimaksudkan adalah pendekatan atau cara serta

perlengkapan yang digunakan seperti formulir dan pelaksanaannya.

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

33

4. Evaluasi penilaian

Evaluasi penilaian merupakan pemberian umpan balik kepada karyawan

mengenai aspek-aspek kinerja yang harus diubah dan dipertahankan serta

berbagai tindakan yang harus diambil, baik oleh organisasi maupun karyawan

dalam upaya perbaikan kinerja pada masa yang akan datang.

2.1.4 Metode Penilaian Kinerja

Secara praktis banyak metode penilaian yang dilakukan, yang sudah barang

tentu berbeda-beda antara satu perusahaan dengan perusahaan lain. Keseluruhan

metode tersebut secara garis besar dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu :

1. Penilaian yang berorientasi pada masa lalu

Metode penilaian yang berorientasi pada masa lalu diartikan dan didefinisikan

sebagai penilaian perilaku kerja yang dilakukan pada masa lalu sebelum penilaian

dilakukan. Dengan mengevaluasi prestasi kerja di masa lalu, para karyawan

mengarahkan kepada perbaikan-perbaikan prestasi. Teknik-teknik penilaian

tersebut antara lain :

a. Rating Scale

Rating scale adalah penilaian yang didasarkan pada suatu skala

tertentu dari rendah sampai tinggi. Faktor-faktor yang dipilih dalam metode

ini biasanya terbagi ke dalam dua jenis yaitu yang berhubungan dengan

pekerjaan (jumlah dan mutu pekerjaan) dan yang berhubungan dengan

karakteristik pribadi (inisiatif, kemampuan menyesuaikan diri, kerja sama).

Formulir penilaian diisi dengan menandai tanggapan yang paling sesuai untuk

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

34

setiap dimensi pelaksanaan kerja. Tanggapan-tanggapan penilai bisa diberikan

dengan nilai-nilai numerik agar memungkinkan skor rata-rata dihitung dan

diperbandingkan di antara para karyawan.

Kelebihan metode rating scale ini adalah tidak mahal dalam

penyusunan dan administrasinya, tidak memakan waktu dan dapat diterapkan

untuk jumlah karyawan yang besar. Selain kelebihan-kelebihan tersebut,

metode ini juga mempunyai kelemahan. Kelemahannya adalah sulit

menentukan kriteria yang relevan dengan pelaksanaan kerja. Apalagi kalau

formulir akan diterapkan untuk semua pekerjaan. Suatu kriteria penting bagi

pekerjaan tertentu mungkin tidak tercakup dalam formulir penilaian. Dan bila

kriteria prestasi kerja tertentu sulit diidentifikasikan, formulir bisa berisi

variabel-variabel kepribadian yang tidak relevan dan mengurangi arti

penilaian. Hasilnya adalah formulir dan prosedur yang distandarisasi tidak

selalu berhubungan dengan pelaksanaan kerja.

Evaluasi deskriptif juga dapat diinterprestasikan dengan sangat

bervariasi oleh para penilai. Atau dengan kata lain, tipe penilaian ini

merupakan peralatan penilaian yang subyektif. Bias penilai cenderung

tercermin dalam metode skala penilaian.

b. Checklist

Checklist adalah penilaian yang didasarkan pada suatu standar unjuk

kerja yang sudah dideskripsikan terlebih dahulu, kemudian penilai memeriksa

apakah sudah memenuhi atau melakukannya. Standar-standar unjuk kerja

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

35

misalnya pegawai hadir atau pulang tepat waktu, pegawai bersedia bilamana

diminta untuk lebur, pegawai patuh pada atasan, dan lain-lain. Penilai disini

adalah atasan langsung.

Kelebihan metode checklist ialah ekonomis, mudah administrasinya,

latihan bagi penilai terbatas dan terstandarisasi. Kelemahannya meliputi

penggunaan kriteria kepribadian di samping kriteria prestasi kerja,

kemungkinan terjadinya bias penilai (terutama half effect), interpretasi salah

terhadap item-item checklist dan tidak memungkinkan penilai memberikan

penilaian relatif.

c. Critical Incident Technique

Critical Incident Technique adalah penilaian yang didasarkan pada

perilaku khusus yang dilakukan di tempat kerja, baik perilaku yang baik

maupun perilaku yang tidak baik. Penilaian dilakukan dengan observasi

langsung ke tempat kerja, kemudian mencatat perilaku-perilaku kritis yang

tidak baik atau baik, dan mencatat tanggal dan waktu terjadinya perilaku

tersebut.

Metode ini sangat berguna dalam memberikan umpan balik kepada

karyawan, dan mengurangi kesalahan kesan akhir. Kelemahan metode ini

ialah bahwa atasan sering tidak berminat mencatat peristiwa-peristiwa kritis

atau cenderung mengada-ada, dan bersikap subyektif.

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

36

d. Skala penilaian berjangkarkan perilaku

Skala penilaian berjangkarkan perilaku (behaviorally anchored rating

scale – BARS) mengkombinasikan manfaat penilaian berdasarkan kuantitas

dan penilaian insiden kritis, penilaian naratif dengan menjangkari sebuah

skala berdasarkan kuantitas dengan contoh perilaku-perilaku spesifik dari

kinerja yang baik dan jelek (Dessler, 1997).

Dengan menggunakan BARS, perilaku kerja yang diperoleh dari

critical incident perilaku efektif dan tidak efektif diuraikan secara obyektif.

Orang-orang yang sangat memahami satu pekerjaan tertentu mengidentifikasi

komponen-komponen utama dari pekerjaan itu. Kemudian, mereka menyusun

peringkat dan menvalidasi perilaku spesifik untuk tiap-tiap komponen tadi.

e. Observasi dan tes unjuk kerja

Observasi dan tes unjuk kerja adalah penilaian yang dilakukan melalui

tes dilapangan. Metode ini memerlukan ongkos yang besar dan kurang

praktis.

f. Metode perbandingan kelompok

Metode perbandingan kelompok dilakukan dengan membandingkan

seorang karyawan dengan rekan sekerjanya. Penilaian ini biasanya dilakukan

oleh penyelia atau atasan langsung. Berbagai metode perbandingan kelompok

diantaranya adalah :

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

37

• Pemeringkatan (ranking method)

Pemeringkatan yaitu keseluruhan karyawan dalam suatu kelompok

diurutkan dari yang terbaik hingga yang terburuk. Departemen personalia

dapat mengetahui karyawan tertentu yang lebih baik daripada yang lain,

tetapi tidak mengetahui berapa besar perbedaan prestasi kerja mereka.

Kelemahan metode ini adalah kesulitan untuk menentukan faktor-faktor

pembanding. Kelebihan dari metode ini adalah menyangkut kemudahan

administrasi dan penjelasannya.

• Pengelompokkan pada klasifikasi yang sudah ditentukan (Grading atau

forced distributions)

Pada metode ini penilaian memisah-misahkan atau ”menyortir” para

karyawan ke dalam berbagai klasifikasi yang berbeda. Biasanya suatu

proporsi tertentu harus diletakkan pada setiap kategori.

• Metode pemberian poin (point allocation method)

Metode ini merupakan bentuk lain metode grading. Penilaian

diberikan sejumlah nilai total untuk dialokasikan di antara para karyawan

dalam kelompok. Para karyawan yang lebih baik diberi nilai lebih besar

daripada karyawan dengan prestasi lebih jelek. Kebaikan metode alokasi

nilai adalah bahwa penilai dapat mengevaluasi perbedaan relatif di antara

para karyawan.

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

38

2. Penilaian yang berorientasi pada masa depan

Metode ini dapat diartikan dengan penilaian akan potensi seorang pegawai

untuk melakukan pekerjaan pada masa yang akan datang. Metode penilaian-

penilaian ini terdiri dari :

a. Penilaian diri sendiri

Penilaian diri sendiri adalah penilaian pegawai untuk diri sendiri

dengan harapan pegawai tersebut dapat mengidentifikasi aspek-aspek perilaku

kerja yang perlu diperbaiki pada masa yang akan datang. Pelaksanaannya,

organisasi atau atasan penilai mengemukakan harapan-harapan yang

diinginkan dari pegawai pada pegawai, tujuan organisasi, dan tantangan-

tantangan yang dihadapi organisasi. Kemudian berdasarkan informasi tersebut

pegawai dapat mengidentifikasi aspek-aspek perilaku yang perlu diperbaiki.

Salah satu kebaikan dari metode ini adalah dapat mencegah terjadinya

perilaku membenarkan diri (defensive behavior). Metode ini disebut

pendekatan masa depan, sebab pegawai akan memperbaiki diri dalam rangka

melakukan tugas-tugas untuk masa yang akan datang dengan lebih baik.

b. Management By Objective (MBO)

Management by objective adalah sebuah program manajemen yang

melibatkan pegawai dalam pengambilan keputusan untuk menentukan

sasaran-sasaran yang dicapainya, yang dapat dilakukan melalui prosedur:

atasan menginformasikan tujuan yang akan dicapai unit kerjanya yang

merupakan terjemahan dari unit kerjanya dari yang lebih atas, dan tentunya

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

39

dengan tantangan-tantangan yang mungkin dihadapi dalam pencapaian tujuan

tersebut. Kemudian, setiap individu menentukan tujuan masing-masing yang

dirundingkan dengan atasan dalam periode waktu tertentu, berikut tantangan-

tantangan yang mungkin dihadapi dan bagaimana cara mengatasi tantangan

tersebut. Dalam proses pencapaian tujuan, atasan dapat membantu dalam

bentuk memberi umpan balik. Pada akhir periode yang ditentukan, atasan dan

bawahan melakukan evaluasi tentang pencapaian tujuan tersebut.

MBO sebagai metode penilaian kinerja pada masa yang akan datang.

Di sini kinerja seseorang akan dinilai melalui tujuan-tujuan yang

ditetapkannya serta pencapaian tujuan tersebut. MBO memperlihatkan potensi

seseorang dalam pelaksanaan tugas yang lebih besar tanggung jawabnya pada

masa yang akan datang melalui pencapaian tujuan tersebut.

Kelebihan dari metode ini sebagimana tersirat di dalamnya adalah

standar unjuk kerja jelas, ukuran kinerja juga jelas, dapat dipahami oleh atasan

dan bawahan, dapat memotivasi karyawan, dan menunjukkan bimbingan dan

dukungan yang akan diberikan dalam peningkatan unjuk kerja serta

pengembangan pegawai. Kelemahan utama dari metode ini sering kali tujuan-

tujuan yang ditentukan oleh para pegawai bisa terlalu sederhana.

c. Penilaian secara psikologis

Penilaian secara psikologis adalah proses penilaian yang dilakukan

oleh para ahli psikologi untuk mengetahui potensi seseorang yang berkaitan

dengan pelaksanaan pekerjaan seperti kemampuan intelektual, motivasi, dan

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

40

lain-lain yang bersifat psikologis. Penilaian ini biasanya dilakukan melalui

serangkaian tes psikologi seperti tes kecerdasan, tes kecerdasan emosional,

dan tes kepribadian, yang dilakukan melalui wawancara atau tes-tes tulis

d. Assessment centre

Assessment centre atau pusat penilaian adalah penilaian yang

dilakukan melalui serangkaian teknik penilaian dan dilakukan oleh sejumlah

penilai untuk mengetahui potensi seseorang dalam melakukan tanggung jawab

yang lebih besar.

Proses pelaksanaannya dilakukan dengan interview mendalam, tes

psikologi, pemeriksaan latar belakang, penilaian rekan kerja dan

menstimulasikan pekerjaan dalam bentuk mengambil keputusan dari suatu

masalah untuk mengetahui kekuatan-kekuatan, kelemahan-kelemahan dari

potensi seseorang.

Assessment centre biasanya dilakukan di suatu tempat yang terpisah

dari tempat kerja dan membutuhkan waktu yang lama serta biaya yang besar.

2.1.5 Pelaksanaan Penilaian Kinerja

Siapakah yang sebaiknya melakukan penilaian terhadap kinerja karyawan?

Terdapat beberapa alternatif pilihan untuk melakukan penilaian, yaitu :

1. Penilaian yang dilakukan oleh atasan terdekat

Penilaian atasan masih tetap merupakan inti dari sistem penilaian.

Mendapatkan penilaian seseorang atasan itu relatif rendah dan juga sangat masuk

akal. Para atasan merupakan posisi terbaik untuk mengobservasikan dan

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

41

mengevaluasi kinerja bawahannya dan bertanggung jawab untuk kinerja orang

tersebut.

2. Menggunakan penilaian rekan kerja

Penilaian atas seorang karyawan oleh rekan kerjanya dapat menjadi efektif

dalam meramalkan keberhasilan manajemen masa depan. Penilaian rekan kerja

bermanfaat dalam meramal siapa yang akan dipromosikan.

3. Komite penilaian

Banyak atasan yang menggunakan komite penilai untuk mengevaluasi

karyawan. Komite-komite ini biasanya terkomposisi dari atasan terdekat

karyawan dan tiga atau empat atasan lainnya.

Bisa menggunakan berbagai macam penilai bisa menguntungkan. Walaupun

bisa ada ketidakcocokan dalam penilaian yang dibuat oleh para atasan individual,

penilaian gabungan cenderung menjadi lebih handal, lebih jujur dan absah.

Beberapa penilai dapat membantu menghapuskan masalah-masalah seperti

prasangka di pihak penilai individual. Selanjutnya, bila ada perbedaan dalam

penilaian para penilai, itu biasanya berasal dari kenyataan bahwa para penilai

pada level yang berbeda sering mengamati faset-faset yang berbeda dari kinerja

seorang karyawan.

4. Penilaian diri

Penilaian diri karyawan atas kinerja juga kadang-kadang digunakan (biasanya

dalam hubungan dengan penilaian para atasan). Masalah dasar dengan semua ini

adalah bahwa karyawan biasa menilai diri mereka sendiri lebih tinggi daripada

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

42

mereka dinilai para atasan atau rekan kerja. Para atasan yang menuntut penilaian

diri hendaknya tahu bahwa penilaian mereka dan penilaian diri bisa menonjolkan

perbedaan penilai dan orang yang dinilai.

5. Penilaian dilakukan oleh bawahan

Banyak perusahaan yang saat ini membiarkan bawahannya menilai kinerja

atasan mereka, suatu proses yang banyak disebut umpan balik dari bawah. Proses

tersebut membantu manajemen puncak mendiagnosis gaya manajemen,

mengidentifikasi masalah-masalah orang yang potensial, dan mengambil tindakan

perbaikan dengan para manajer individual sebagaimana dituntut. Penilaian

bawahan tersebut terutama bermanfaat bila digunakan lebih untuk tujuan

pengembangan daripada tujuan evaluatif.

6. Umpan balik 3600

Banyak perusahaan yang telah memperluas gagasan umpan balik ke atas ke

dalam apa yang mereka sebut umpan balik 3600. Informasi kinerja disini

dikumpulkan disekeliling karyawan, dari para atasannya, bawahannya, rekan

kerja, dan pelanggan internal atau eksternal. Umpan balik umumnya lebih

digunakan untuk pelatihan dan pengembangan daripada untuk peningkatan upah.

2.1.6 Periode Penilaian

Periode penilaian adalah lamanya waktu untuk mengobservasi kinerja seorang

karyawan. Evaluasi atas kinerja biasanya dilakukan secara berkala dalam interval

waktu tertentu. Pada sebagian besar organisasi, penilaian dilakukan satu atau dua kali

dalam setahun.

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

43

2.2 Kompetensi

2.2.1 Pengertian Kompetensi

Menurut McClelland (1973), kriteria pengukuran kemampuan yang lebih

mengutamakan kemampuan akademik dan pengetahuan semata tidak dapat dijadikan

alat prediksi kesuksesan individu dalam pekerjaan maupun kehidupannya dan sering

bias terhadap minoritas, jenis kelamin dan faktor sosial ekonomi. Hal lain yang dapat

dijadikan pedoman dalam memprediksi kesuksesan seorang individu dalam pekerjaan

maupun kehidupannya yaitu melalui kompetensi. Kompetensi mengandung

pengertian karakteristik seseorang yang berpengaruh pada kinerja. Karakteristik

tersebut dapat berupa pengetahuan, ketrampilan, kemampuan, perilaku dan sifat yang

terdapat pada diri seseorang serta berpengaruh terhadap pekerjaannya.

Spencer (1993) mendefinisikan kompetensi sebagai ”An underlying

characteristic of individual that is causally related to criterion referenced effective

and/or superior performance in a job or situation”. Berdasarkan definisi tersebut,

kata “underlying characteristic” mengandung arti bahwa kompetensi adalah bagian

kepribadian yang melekat pada diri seseorang serta perilaku yang diprediksi pada

berbagai keadaan dan tugas serta pekerjaan. “Causally related” mengandung arti

bahwa kompetensi memiliki persyaratan yang dapat digunakan untuk memprediksi

penyebab suatu keberhasilan. Sedangkan kata “criterion referenced” mengandung arti

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

44

bahwa kompetensi sebenarnya memprediksi siapa yang berkinerja baik dan kurang

baik, yang diukur dari kriteria atau standar yang digunakan.

2.2.2 Kompetensi Sebagai Karakteristik Individu Yang Melekat (Underlying

characteristic)

Sebagai karakteristik individu yang melekat, kompetensi nampak pada cara

berperilaku di tempat kerja seseorang. Spencer (1973) mengemukakan bahwa

kompetensi dapat bersumber dari lima jenis sumber kompetensi yang berbeda, yaitu :

1. Motif

Motif adalah sesuatu yang secara konsisten menjadi dorongan, pikiran atau

keinginan seseorang yang menyebabkan munculnya suatu tindakan. Motif akan

mengarahkan dan menyeleksi sikap menjadi tindakan atau mewujudkan tujuan

sehingga berbeda dari yang lain.

2. Karakter dan unsur bawaan

Karakter dan unsur bawaan seseorang dapat mempengaruhi prestasi di tempat

kerja. Karakter dan unsur bawaan ini dapat berupa bawaan fisik (seperti postur

tubuh, penglihatan yang baik, dan lain-lain) maupun bawaan sifat yang dimiliki

seseorang (seperti kemampuan mengendalikan emosi).

3. Konsep diri

Konsep diri seseorang mencakup gambaran atas diri sendiri, sikap dan nilai-

nilai yang diyakininya. Misalnya seseorang yang memiliki rasa percaya diri yang

tinggi menggambarkan dirinya sebagai orang yang dapat mencapai sesuatu yang

diharapkan.

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

45

4. Pengetahuan

Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki seseorang untuk bidang tertentu.

Pengukuran pada aspek ini dapat dilakukan dengan menggunakan tes

pengetahuan (knowledge test). Tes ini mempunyai kelemahan karena hanya

mampu mengukur seseorang dalam memilih jawaban yang paling benar, tetapi

tidak mampu melihat apakah seseorang tersebut dapat melakukan pekerjaan

berdasarkan pengetahuan yang dimiliki.

5. Ketrampilan

Ketrampilan adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu baik

secara fisik maupun mental.

Dari kelima karakteristik kompetensi tersebut, kompetensi pengetahuan dan

kompetensi ketrampilan cenderung bersifat lebih nyata dan mudah untuk

dikembangkan dengan pelatihan. Sedangkan motif, karakter atau unsur bawaan dan

konsep diri cenderung lebih tersembunyi dan sulit untuk dinilai dan dikembangkan.

2.2.3 Kompetensi Sebagai Hubungan Sebab Akibat

Spencer (1993) juga menjelaskan aspek penting kedua adalah bahwa

kompetensi dapat digunakan untuk memprediksi kinerja dengan lebih baik. Hal ini

didasarkan pada teori perilaku klasik (kausalitas) yang menjelaskan sebab akibat

antara niat, tindakan dan hasil seperti yang dapat dilihat pada gambar 2.2

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

46

Gambar 2.2 Model Kausalitas antara Niat, Tindakan dan Hasil Sumber : (Spencer & Spencer, 1993)

Tindakan seseorang berasal dari adanya keinginan atau niat untuk berbuat

sesuatu yang dipengaruhi oleh motif, karakter atau unsur bawaan dan konsep diri

serta pengetahuan dari individu. Jadi niat mendorong tindakan seseorang. Tindakan

yang dilakukan sesuai dengan tuntutan pekerjaan atau permasalahan yang dihadapi

didasari oleh ketrampilan yang dimiliki. Perilaku terampil ini pada akhirnya

memberikan hasil kerja yang sering kali digunakan sebagai ukuran kinerja dalam

bekerja.

2.2.4 Kompetensi Sebagai Kinerja Sukses atau Kinerja Superior

Kriteria yang digunakan dalam kompetensi menurut Spencer (1993) adalah :

1. Kinerja superior

Kinerja superior yaitu kinerja di atas rata-rata. Tingkatan ini biasa dicapai

oleh satu yang terbaik dari sepuluh orang total populasi atau 10% terbaik dari

karyawan yang ada.

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

47

2. Kinerja efektif

Kinerja efektif yaitu kinerja minimal yang harus dimiliki oleh seseorang

dalam bekerja.

2.2.5 Model Kompetensi Menurut Spencer & Spencer (1993)

Tabel 2.1 Model Kompetensi berdasarkan Spencer & Spencer

No Kelompok Kompetensi Kompetensi Kode

Achievement orientation ACH Concern for order, quality &

accurancy CO

Initiative INT 1 Achievement and

Action

Information seeking ANFO Interpersonal understanding IU 2 Helping and Human

Service Customer service orientation CSO Impact and influence IM

Organizational awareness OA 3 Impact and Influence Relationship building BR

Developing Others DEV Directiveness DIR

Teamwork and Cooperation TW 4 Managerial

Team Leadership TL Analytical Thinking AT Conceptual Thinking CT 5 Cognitive

Expertise EXP Self Control SCT

Self Confidence SCF Flexibility FLX

6 Personal Effectiveness

Organizational Commitment OC Occupational Preference UC1 Acurate Self-Assesment UC2

Affiliative Interest UC3 Writing Skills UC5

7 Personal Competencies (Unique

Competencies)

Visioning UC6

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

48

Concentrete Style of Learning and Communication UC7

Low Fear or Rejection UC8

Thoroughness UC9

Positive Expectation of Others UC4

Dinamic Structural Visualization -

8 Unusual Personal Competencies Broad-based Technical

Knowledge -

I. Achievement and Action

• Achievement Orientation (ACH)

Yaitu derajat kepedulian seseorang terhadap pekerjaannya, sehingga

terdorong untuk berusaha bekerja baik di atas standar yang telah

ditentukan.

Terbagi menjadi 3 dimensi, yaitu :

1. Intensitas dan kelengkapan tindakan

2. Besarnya pengaruh atau dampak dari usaha yang dilakukan

3. Inovasi, yaitu usaha untuk membuat sesuatu yang baru, berbeda, baik

berupa tindakan maupun ide dalam konteks pekerjaan dan organisasi.

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

49

• Concern for order, Quality and Accuracy (CO)

Berkaitan dengan dorongan dalam diri seseorang untuk mengurangi

ketidakpastian di lingkungan sekitarnya, khususnya berkaitan dengan

pengaturan kerja, instruksi, informasi dan data.

• Initiative

Yaitu dorongan bertindak untuk melebihi tindakan yang dibutuhkan atau

yang dituntut dari pekerjaan, misalnya melakukan sesuatu tanpa

menunggu perintah terlebih dahulu. Tindakan ini dilakukan untuk

memperbaiki, meningkatkan hasil pekerjaan, menghindari timbulnya suatu

masalah dan menciptakan peluang baru.

Terbagi ke dalam 2 dimensi, yaitu :

1. Dimensi waktu, berkisar dari keputusan yang diambil untuk waktu

lampau, sekarang atau peluang masa yang akan datang.

2. Usaha ekstra yang dilakukan yang berhubungan dengan tugas dalam

suatu pekerjaan.

• Information Seeking (INFO)

Besarnya usaha tambahan yang dikeluarkan untuk mengumpulkan

informasi lebih banyak.

Information Seeking meliputi :

1. Menggali atau menekankan pada informasi yang tepat atau resolusi

dari ketidakpastian dengan mengajukan serangkaian pertanyaan.

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

50

2. Meneliti peluang-peluang yang potensial atau mengamati informasi

yang beraneka ragam yang mungkin berguna di masa yang akan

datang.

3. Terlibat langsung dalam situasi yang terkait dengan pekerjaan.

II. Helping and Human Services

• Interpersonal Understanding (IU)

Kemampuan memahami dan mendengarkan hal-hal yang tidak

diungkapkan dengan perkataan biasa berupa pemahaman atas

perasaan, keinginan atau pemikiran orang lain.

Terbagi atas 2 dimensi :

1. Kedalaman dalam memahami orang lain, berkisar dari memahami

alasan yang terungkapkan atau emosi yang jelas sampai yang

tersembunyi, untuk perilaku yang terus menerus.

2. Tanggapan terhadap keluhan yaitu sejumlah usaha yang

dikeluarkan untuk mendengarkan dan memberikan tanggapan

terhadap masalah orang lain.

• Costumer Services Orientation (CSO)

Keinginan untuk menolong atau melayani pelanggan atau orang lain

dalam memenuhi keinginannya.

Meliputi dimensi :

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

51

1. Intensitas dan kelengkapan dari usaha dan perhatian pada

kebutuhan konsumen.

2. Inisiatif untuk membantu atau melayani/memenuhi kepentingan

orang lain.

III. Impact and Influences

• Impact and Influence (IMP)

Tindakan membujuk, meyakinkan dan mempengaruhi atau tindakan

yang mengesankan sehingga orang lain mau mendukung rencana

kerjanya.

Indikator dari kompetensi ini adalah :

1. Mengantisipasi dampak dari tindakan atau detail lainnya akan

citra orang lain terhadapnya.

2. Tertarik dengan alasan, data, fakta dan bilangan.

3. Menggunakan contoh-contoh konkret, bantuan visual, peragaan,

dan lain-lain.

4. Mendukung terciptanya koalisi politik, membangun dukungan di

belakang layar untuk ide-ide baru.

5. Dengan sengaja memberikan atau menyembunyikan informasi

untuk maksud-maksud tertentu.

6. Menggunakan kemampuan berkelompok untuk memimpin dan

mengatur kelompok.

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

52

Terbagi atas 2 dimensi, yaitu :

1. Jumlah dan tingkat kesulitan tindakan.

2. Luasnya pengaruh yang ditimbulkan.

• Organization Awarness (OA)

Kemampuan untuk memahami hubungan kekuasaan atau posisi dalam

organisasi tempat ia bekerja atau organisasi lain, seperti konsumen,

pemasok, dan lain sebagainya.

Terbagi atas 2 dimensi :

1. Kedalaman dan pemahaman mengenai organisasi.

2. Luasnya pemahaman organisasi.

• Relationship Building (RB)

Besarnya usaha untuk menjalin atau membina hubungan sosial agar

tetap hangat dan akrab.

Terbagi atas 2 dimensi :

1. Intensitas yang dilakukan untuk mempengaruhi orang lain.

2. Luasnya dampak dalam membangun hubungan.

IV. Managerial

• Developing Others (DEV)

Tindakan untuk mengajarkan atau mendorong pengembangan orang

lain.

Terdiri dari 2 dimensi :

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

53

1. Intensitas ke arah pengembangan dan kelengkapan tindakan

pengembangan.

2. Jumlah dan level orang yang didorong pengembangannya.

• Directness (DIR)

Kemampuan untuk memerintah dan mengarahkan orang lain untuk

melakukan sesuatu sesuai posisi dan kewenangannya.

Terbagi atas 2 dimensi :

1. Intensitas pengarahan.

2. Banyaknya dan tingkatan orang yang diarahkan.

• Team Work (TW)

Dorongan dan kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain,

menjadi bagian dari suatu kelompok dalam melaksanakan suatu tugas.

Terbagi atas 3 dimensi :

1. Intensitas dan kesungguhan dalam mendukung kerja sama.

2. Ukuran tim atau kelompok.

3. Besarnya usaha/inisiatif dalam membina kerja sama.

• Team Leader

Keinginan dan kemampuan untuk berperan sebagai pemimpin

kelompok, biasanya ditunjukkan dalam posisi otoritas formal.

Terbagi menjadi 2 dimensi :

1. Kekuatan peran kepemimpinan.

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

54

2. Ukuran tim atau kelompok yang dipimpin.

V. Cognitive

• Analytical Thinking

Kemampuan untuk memahami situasi dengan cara menguraikan

masalah menjadi bagian-bagian yang lebih rinci atau mengamati

akibat suatu keadaan tahap demi tahap berdasarkan pengalaman masa

lalu.

Terbagi atas 2 dimensi :

1. Kompleksitas analisis.

2. Ukuran permasalahan yang dianalisa.

• Conceptual Thinking (CT)

Kemampuan memahami suatu situasi atau masalah dengan cara

memandangnya sebagai satu kesatuan yang terintegrasi mencakup

kemampuan mengidentifikasi pola keterkaitan antara masalah yang

tidak tampak dengan jelas, atau kemampuan mengidentifikasikan

permasalahan utama yang mendasar dalam situasi yang kompleks.

Terbagi menjadi 2 dimensi :

1. Kompleksitas dan keaslian konsep/gagasan.

2. Ukuran permasalahan yang dihadapi.

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

55

• Expertise (EXP)

Bidang pengetahauan yang terkait dengan pekerjaan (dapat teknik,

manajerial, profesional) dan motivasi untuk menggunakan,

mengembangkan dan membagikan pengetahuannya yang terkait

dengan pekerjaan kepada orang lain.

Terbagi atas 4 dimensi :

1. Kedalaman pengetahuan

2. Lingkup kepakaran

3. Penguasaan keilmuan

4. Penyebaran pengetahuan/keahlian yang dimiliki.

VI. Personel Effectiveness

• Self Control (SCT)

Kemampuan mengendalikan emosi diri sehingga mencegah

melakukan tindakan-tindakan yang negatif pada saat menghadapi

tantangan atau penolakan orang lain pada saat bekerja di bawah

tekanan.

• Self Confidence (SCF)

Keyakinan seseorang terhadap kemampuan dirinya sendiri dalam

menyelesaikan pekerjaan.

Terbagi atas 2 dimensi :

1. Kepercayaan diri dalam menghadapi tantangan dan resiko.

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

56

2. Tanggung jawab yang diambil dalam menghadapi kegagalan.

• Flexibility (FLX)

Kemampuan untuk menyesuaikan diri dan bekerja secara efektif pada

berbagai situasi, dengan berbagai rekan atau kelompok yang berbeda,

kemampuan untuk memahami dan menghargai perbedaan dan

pandangan yang bertentangan atas suatu isu.

Terbagi atas 2 dimensi :

1. Besarnya perubahan yang dilakukan untuk beradaptasi.

2. Kecepatan dalam bertindak.

• Organizational Commitment (OC)

Kemampuan untuk mengaitkan apa yang diperbuat dengan kebutuhan,

prioritas dan tujuan organisasi, berbuat sesuatu untuk mempromosikan

tujuan organisasi atau untuk memenuhi kebutuhan organisasi dan

menempatkan misi organisasi di atas keinginan diri sendiri atau peran

profesionalnya.

2.2.6 Model Kompetensi Menurut PDI (Personnel Decisions International)

dalam Davis, et.,al (1996)

Menurut PDI dalam Davis, et., al (1996) terdapat sembilan kelompok besar

kompetensi, yaitu :

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

57

I. Administrative Skills

• Establish Plans

Kemampuan untuk menyusun rencana jangka pendek sampai jangka

panjang yang representatif, komprehensif, realistis, efektif dalam

mencapai tujuan serta mengintergrasikan upaya perencanaan berbagai

satuan kerja.

• Structure and Staff

Kemampuan untuk membentuk organisasi atau tim yang efektif dan

produktif, baik dalam tugas-tugas rutin maupun tugas-tugas insidentil,

membangun tim yang kuat serta melakukan pembinaan atau

pengembangan terhadap pegawai atau staf.

• Develops system and process

Kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengimplementasikan sistem,

proses atau prosedur yang efektif untuk melaksanakan pekerjaan.

• Manage execution

Kemampuan memikul tanggung jawab, mendelegasikan tugas dan

wewenang, memberdayakan orang lain menghilangkan mengatasi

hambatan, mengalokasikan sumber daya yang dibutuhkan,

mengkoordinasikan upaya kerja pada saat yang diperlukan, memantau

kemajuan.

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

58

• Work efficiently

Mengalokasikan waktu secara efisien, menangani tugas ganda dan

prioritas yang ketat secara efisien, memproses dokumen, mengelola rapat

secara efisien.

II. Communication Skills

• Speak effectively

Berbicara dengan jelas dalam mengekspresikan diri di kelompok dan

pembicaraan dua pihak.

• Foster open communication

Kemampuan untuk menciptakan atmosfir yang memiliki arus informasi

berkualitas tinggi, lancar dan tepat waktu antara dirinya dengan orang lain,

mendukung mengekspresikan gagasan dan pendapat secara terbuka.

• Listen to others

Secara aktif memberi perhatian dan membangun pemahaman atas

pendapat dan pertanyaan orang lain, pendengar yang baik dalam

kelompok.

• Deliver presentation

Kemampuan untuk menyiapkan dan menyampaikan presentasi dengan

lancar dan jelas, membawakan diri dengan baik di depan kelompok.

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

59

• Prepare written communication

Menyampaikan informasi dengan jelas dan efektif baik melalui dokumen

formal maupun informal, meninjau ulang dan mengedit tulisan secara

konstruktif.

III. Self Management Skills

• Act with integrity

Menunjukkan kepimimpinan yang berprinsip dan memiliki etika bisnis,

menunjukkan kekonsistenan dalam prinsip, nilai dan perilaku,

membangun kepercayaan dengan orang lain melalui komitmen.

• Demonstrate adaptability

Kemampuan untuk menyelesaikan berbagai pekerjaan yang menantang

setiap hari dengan penuh keyakinan, dapat menunjukkan fleksibilitas

terhadap penentuan prioritas pekerjaan dan berbagai perubahan yang

cepat.

• Develop oneself

Kemampuan seseorang dalam belajar dari pengalaman-pengalaman masa

lalu dan aktif mengembangkan kemampuan diri.

IV. Thinking Skills

• Think strategically

Kemampuan untuk memperhitungkan faktor-faktor internal dan eksternal

yang luas dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan,

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

60

mengidentifikasi strategi yang kritis dan bernilai dan menetapkan prioritas

upaya tim menurut kekritisan tadi, menggunakan informasi tentang situasi

nasional, regional dan internasional dalam mengambil keputusan,

mengenali kesempatan-kesempatan strategis untuk mencapai keberhasilan,

menyesuaikan tindakan dan keputusan agar fokus pada isu-isu strategis

kritis.

• Analyze issues

Mengumpulkan informasi yang relevan secara sistematis,

memperhitungkan isu-isu atau faktor-faktor dalam suatu lingkup yang

luas, menangkap kerumitan dan memahami keterkaitan antar masalah atau

isu, mencari masukan dari yang lain, menggunakan logika yang akurat

dalam analisis.

• Use sound judgement

Common sense yang baik dikombinasikan dengan analisis yang akurat dan

lengkap berbekal informasi yang dimiliki dan kecerdasan sehingga

mampu membuat keputusan dalam kondisi yang tidak pasti.

• Innovate

Kemampuan untuk membangun solusi yang kreatif, membangun gagasan

baru, keluar dari status quo, mengenali kebutuhan akan pendekatan baru

atau modifikasi pendekatan, membawa perspektif dan pendekatan

sekaligus, dan mengkombinasikan dengan cara yang kreatif.

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

61

V. Inter – personal Skills

• Build relationship

Kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain secara terbuka dan

ramah, menunjukkan minat dan perhatian yang jujur terhadap orang lain,

memulai dan mengembangkan hubungan dengan orang lain sebagai suatu

prioritas penting.

• Display organizational savvy

Kemampuan mengembangkan hubungan yang seimbang dengan orang

lain, memahami agenda dan perspektif orang lain, mengenali dan secara

efektif menyeimbangkan minat dan kebutuhan kelompok dengan minat

dan kebutuhan organisasi yang lebih luas.

• Leverage network

Kemampuan untuk mengidentifikasi dan membina keterkaitan dengan

stakeholder utama yang menunjukkan suatu fungsi dari tingkatan yang

luas cakupannya, menggunakan jaringan informal untuk melaksanakan

sesuatu, membangun jaringan eksternal yang kuat dengan orang yang

berada dalam profesi yang berkaitan.

• Value diversity

Menunjukkan hormat dan penghargaan terhadap setiap orang tanpa

memandang budaya, ras, usia, gender dan sebagainya.

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

62

• Manage disagreement

Membawa permasalahan dan konflik menjadi terbuka dan berusaha

menyelesaikan secara kolaboratif, membangun konsesus.

VI. Leadership Skills

• Provide direction

Mengemukakan pengembangan visi bersama, memberikan arahan dan

prioritas yang jelas.

• Lead courageously

Kemampuan untuk melangkah ke depan untuk menghadapi isu sulit,

menempatkan diri pada suatu posisi yang berurusan dengan persoalan

penting.

• Influence others

Kemampuan menyampaikan gagasan sendiri dengan tegas sehingga dapat

membujuk orang lain atau mendapat dukungan dan komitmen dari orang

lain, memobilisasi orang lain untuk mengambil tindakan.

• Foster teamwork

Membangun strategi dalam tim secara efektif untuk mencapai tujuan

organisasi atau memecahkan masalah, mendorong kolaborasi antar

anggota tim dan antar tim, menggunakan tim untuk mengatasi isu yang

relevan.

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

63

• Motivate others

Kemampuan untuk mendorong dan memberdayakan orang lain,

menciptakan antusiasme dan perasaan ingin maju.

• Coach and develop others

Secara akurat menilai kekuatan dan kebutuhan pengembangan pegawai,

memberi umpan balik tepat waktu dan spesifik dan memberi bimbingan

yang sangat membantu, memberikan penugasan dan kesempatan yang

menantang untuk berkembang.

• Champion change

Kemampuan untuk menentang status quo dan menghasilkan inisiatif baru,

bertindak sebagai katalis bagi perubahan dan menstimulasikan orang lain

untuk berubah, meratakan jalan untuk perubahan yang diperlukan,

mengelola pelaksanaannya secara efektif.

VII. Organizational Knowledge

• Use quantitative data

Kemampuan untuk menggunakan data kuantitatif secara efektif untuk

pengelolaan.

• Use technical / functional expertise

Kemampuan memiliki pengetahuan keprofesionalan yang mutakhir,

dipandang sebagai pakar dalam bidang teknis.

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

64

• Know the business

Menunjukkan pemahaman isu yang relevan terhadap oragnisasi yang luas,

menjaga agar pengetahuan ini mutakhir, memiliki dan menggunakan

pengetahuan lintas fungsi.

VIII. Organizational Strategy Skills

• Manage profitability

Kemampuan untuk mengelola pekerjaan sehingga dapat memberikan

profit bagi organisasi, membuat keputusan-keputusan yang dapat memberi

nilai tambah bagi keuangan organisasi.

• Commit to quality

Kemampuan untuk mempertahankan standar kualitas dari produk dan jasa

yang dihasilkan, dapat mengelola kualitas.

• Focus on costumer needs

Kemampuan untuk mengantisipasi kebutuhan stakeholder, bertindak

untuk memenuhi kebutuhan stakeholder dan secara kontinu mencari cara

untuk kepuasan stakeholder.

• Promote corporate citizenship

Kemampuan untuk mendorong penggunaan sumber daya manusia dengan

bijaksana, bekerja berdasarkan isu masyarakat yang relevan dengan usaha.

Page 38: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

65

• Recognize global implication

Usaha untuk memahami isu, trend dan perspektif berbagai budaya dan

negara, mengenali bahwa apa yang berlaku di suatu negara tidak akan

berlaku di negara lain, mempertimbangkan perbedaan budaya dan

geografis dalam strategi dan pendekatan.

IX. Motivation Skills

• Drive for result

Merupakan dorongan untuk mencapai hasil dan berhasil, mendorong sense

of urgency, teguh melawan hambatan dan perlawanan.

• Show work commitment

Menetapkan standar kinerja yang tinggi, mengejar tujuan yang agresif dan

bekerja keras untuk mencapainya.

2.3 Metode Cut-off Point

Sebuah nilai cut-off menggambarkan hasil standar dalam pemilihan proses

dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang memenuhi syarat secara obyektif. Dalam

menentukan nilai cut-off, pengambil keputusan menentukan level yang harus dimiliki

oleh faktor yang akan diolah dalam pengolahan data selanjutnya. Nilai cut-off

dikumpulkan dari sekumpulan orang yang mempunyai pemahaman yang baik tentang

Page 39: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

66

posisi atau jabatan yang akan dinilai dan level hasil pekerjaan yang diharapkan.

Biasanya atasan adalah orang yang cocok untuk memberikan nilai cut-off.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk memastikan tingkat kepentingan

kriteria adalah sebagai berikut :

1. Membagikan kuesioner yang berisikan kriteria-kriteria ke sejumlah Pengambil

Keputusan (PK) yang sudah memiliki pengalaman di bidang inventory untuk

memberikan penilaian.

2. Penilaian terhadap kriteria-kriteria yang ada dibagi menjadi 3, yaitu :

• Elemen yang dinilai sangat penting (very important) diberi skor 3.

• Elemen yang dinilai cukup penting (somewhat important) diberi skor 2.

• Elemen yang dinilai tidak penting (not important) diberi skor 1.

3. Seluruh penilaian Pengambil Keputusan (PK) kemudian dikumpulkan dan

kemudian dihitung nilai rata-rata untuk tiap kriteria.

4. Nilai rata-rata ini adalah nilai untuk masing-masing kriteria, kemudian seluruh

kriteria diurutkan dari nilai tertinggi sampai nilai terendah.

5. Perhitungan nilai cut-off dengan menggunakan rumus :

2minint scoreimumscoreMaximumPoOffCutNatural +

=−

6. Kriteria-kriteria yang memiliki nilai di bawah Cut-Off Point akan dibuang dari

perhitungan dan model AHP.

Contoh perhitungan, misalkan teridentifikasi lima kriteria dalam pemilihan vendor

untuk sistem telekomunikasi, yaitu: Kualitas Pelayanan, Pengalaman Vendor, Lead

Page 40: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

67

Time Pengantaran, Reputasi Vendor dan Garansi. Untuk menerapkan metode cut-off

point maka disebarkan kuesioner kepada 20 orang yang ahli di bidang tersebut dan

hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2.2 di bawah ini :

Tabel 2.2 Contoh Penerapan Metode Cut-Off Point

Jumlah Responden Sangat Penting

Cukup Penting

Tidak Penting Kriteria memilih

vendor Bobot =

3 Bobot =

2 Bobot =

1

Total Repond

en

Total

Nilai

Rata-rata

Kualitas Pelayanan 18 2 0 20 58 2,9 Pengalaman Vendor 15 3 2 20 53 2,65

Lead Time Pengantaran 7 8 5 20 42 2,1

Reputasi Vendor 5 9 6 20 39 1,95 Garansi 3 7 10 20 33 1,65

Nilai Rata-rata Terbesar 2,9 Nilai Rata-rata Terkecil 1,65

Nilai Cut-Off 2,275 Sumber : (Arisandhy, 2004)

Perhitungan nilai cut-off :

275.22

65.19.2int =+

=− PoOffCutNatural

Kriteria-kriteria yang memiliki nilai di bawah Cut-Off Point akan dibuang. Maka

kriteria-kriteria Lead Time Pengantaran, Reputasi Vendor dan Garansi tidak akan

diperhitungkan dalam memilih vendor sistem telekomunikasi.

Page 41: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

68

2.4 Analytical Hierarchy Process (AHP)

2.4.1 Prinsip AHP

AHP (Analitycal Hierarchy Process) dikembangkan oleh Prof. Thomas L.

Saaty, seorang guru besar matematika dari University of Pittsburgh pada tahun 1970.

Metode ini merupakan alat bantu sistem pendukung keputusan yang dinilai luas untuk

penyelesaian masalah atau problem keputusan multikriteria. Metode ini mensintesis

perbandingan ”judgement” pengambil keputusan yang berpasangan pada setiap level

hierarki keputusan. Caranya dengan menetapkan bobot prioritas relatif setiap elemen

keputusan, dimana bobot ini merepresentasikan intensitas preferensi atas keputusan.

(Saaty, 1993)

Terdapat 3 prinsip utama dalam AHP, yaitu :

1. Penyusunan Struktur Hierarki

AHP berdasarkan pada asumsi bahwa ketika menghadapi suatu pengambilan

keputusan kompleks, manusia akan bereaksi secara alamiah dengan memisah-

misahkan (clustering) setiap elemen keputusan berdasarkan karakteristik

umumnya. Setiap permasalahan disusun ke dalam unsur-unsur pembentuknya dan

dibagi lagi ke dalam beberapa bagian. Proses ini akan terus dilakukan hingga

permasalahan tidak lagi dianggap kompleks dan dapat dipecahkan dengan terlebih

dahulu mencari pemecahan untuk setiap unsur yang ada. Keseluruhan proses

tersebut membentuk pola bertingkat yang disebut struktur hierarki.

Page 42: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

69

2. Penentuan Prioritas

AHP memecahkan masalah dengan membangun suatu hierarki dari elemen-

elemen keputusan dan kemudian melakukan perbandingan antara setiap pasangan

yang mungkin dalam setiap cluster (sebagai suatu matriks) atas dasar preferensi

atau analisis ilmiah. Proses ini selanjutnya akan membentuk pembobotan untuk

setiap elemen di dalam suatu cluster (disebut juga level hierarki).

3. Konsistensi Logis

Dalam membandingkan beberapa objek, manusia mempunyai kemampuan untuk

berpikir logis dan konsisten. Sebagai contoh, bila seseorang lebih menyukai susu

daripada teh, namun lebih menyukai kopi daripada susu maka secara logis dapat

disimpulkan bahwa orang itu lebih menyukai kopi daripada teh. Sifat logis dan

konsisten ini juga terdapat dalam AHP dan dinamakan rasio konsistensi.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan didalam melakukan proses penjabaran

hierarki tujuan, yaitu (Suryadi, 2000) :

1. Pada saat penjabaran tujuan ke dalam sub tujuan, harus diperhatikan apakah

setiap aspek dari tujuan yang lebih tinggi tercakup dalam sub tujuan tersebut.

2. Meskipun hal tersebut terpenuhi, perlu menghindari terjadinya pembagian yang

terlampau banyak, baik dalam arah horizontal maupun vertikal.

3. Untuk itu sebelum menetapkan suatu tujuan untuk menjabarkan hierarki tujuan

yang lebih rendah, maka dilakukan tes kepentingan, :Apakah suatu tindakan/hasil

yang terbaik akan diperoleh bila tujuan tersebut tidak dilibatkan dalam proses

evaluasi?”.

Page 43: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

70

Kegunaan AHP adalah kemampuannya dalam pengukuran kriteria intangible

bersama dengan kriteria tangible melalui skala rasio. Di dalam AHP, skala rasio 1

sampai 9 digunakan untuk memberikan preferensi relatif antara 2 alternatif. Skala ini

dapat dipertanggungjawabkan untuk alasan-alasan berikut ini (Saaty, 1998;

Arisandhy, 2004) :

1. Kemampuan manusia untuk membuat perbedaan kualitatif secara baik disajikan

dalam 5 atribut : equal, weak, strong, very strong dan absolute. Kompromi antara

atribut-atribut yang berdekatan dapat dibuat apabila kepresisian besar.

2. Ada metode yang sering digunakan untuk menilai sesuatu dengan (reflection),

ketidakpedulian (indifference), dan tinggi (high), yang menghasilkan 9 buah

perbedaan.

3. Otak manusia memiliki batasan psikologi 7 ± 2 item untuk melakukan

perbandingan berpasangan secara serentak. Kapasitas ini berhubungan dengan

jumlah jari. Karena hal tersebut, maka ke-9 skala penilaian ini akan tepat untuk

melakukan perbandingan antara item.

2.4.2 Kelebihan dan Kekurangan AHP

AHP mempunyai kelebihan, yaitu :

1. Fleksibel

AHP dapat secara fleksibel digunakan untuk menyelesaikan beragam jenis

masalah yang tidak terstruktur.

Page 44: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

71

2. Mereduksi Komplektisitas

AHP menggabungkan pendekatan deduktif dan sistem untuk digunakan secara

komperhensif dalam meninjau masalah yang kompleks.

3. Melihat Ketergantungan Elemen

AHP dapat menyelesaikan masalah dengan elemen-elemen yang saling

bergantung.

4. Penyusunan Hierarki

AHP dapat meniru kemampuan manusia dalam menyusun struktur masalah ke

dalam hierarki.

5. Pengukuran

AHP dapat menghasilkan skala pengukuran (bobot) untuk elemen-elemen

kualitatif dan abstrak.

6. Konsistensi

AHP memberikan analisis konsistensi dalam penilaian kesesuaian data dan

hierarki yang merupakan refleksi atas logika manusia.

7. Sintesis

AHP menghasilkan pertimbangan dan penilaian menyeluruh untuk setiap

alternatif.

Selain kelebihan, AHP juga mempunyai kekurangan, yaitu :

1. Membutuhkan partisipasi pihak yang benar-benar mengetahui permasalahan

yang real yang ada, khususnya dalam membangun hierarki permasalahan.

Page 45: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

72

2. Jika dalam pengambilan masalah multipartisipan terdapat perbedaan yang

sangat ekstrim (dapat dilihat dari hasil analisis konsistensi), maka AHP tidak

dapat langsung diterapkan dan perlu dilakukan suatu usaha untuk menyatukan

pendapat/masalah.

3. AHP tidak dapat ditinjau dari segi statistik murni atau distribusi peluang karena

pengambilan sampel tidak acak dan dapat dilakukan secara single partisipan

maupun multipartisipan.

2.4.3 Penyusunan Struktur Hierarki Masalah

Agar pemecahan masalah yang kompleks lebih mudah, maka suatu

permasalahan dapat disusun ke dalam suatu struktur tertentu yang

mengidentifikasikan hubungan kausal antar elemen-elemen suatu masalah yang

tersusun dalam rangkaian dimana setiap tingkat merupakan kelompok elemen yang

homogen. Atau dapat dikatakan juga bahwa struktur hierarki AHP adalah kumpulan

elemen yang tersusun dalam beberapa tingkat/level. Dimana setiap level mencakup

beberapa elemen yang homogen.

Pada dasarnya, struktur hierarki dibagi menjdi dua jenis, yaitu:

1. Hierarki Struktural

Yaitu hierarki yang menyusun sistem kompleks ke dalam elemen-elemennya

berdasarkan sistem elemen tersebut, misalnya dimensi, berat, dan lain-lain.

Page 46: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

73

2. Hierarki Fungsional

Yaitu hierarki yang menyusun sistem kompleks ke dalam elemen-elemennya

berdasarkan fungsi elemen tersebut. Misalnya organisasi suatu perusahaan dapat

dibagi ke dalam fungsi desain dan lain-lain.

Pada tingkat paling atas dari hierarki dinyatakan tujuan/sasaran dari faktor dan

formulir yang akan dicari solusi masalahnya. Tingkat berikutnya merupakan

penjabaran dari tujuan tersebut.

Kriteria-kriteria yang dibentuk harus sesuai dengan tujuan permasalahan, oleh

karena itu harus mencakup hal-hal sebagai berikut :

1. Lengkap

Suatu set disebut lengkap bila set ini dapat menunjukkan seberapa jauh seluruh

tujuan dapat dicapai. Dengan kata lain, dengan mengetahui tingkat pencapaian

kriteria, pengambil keputusan dapat mempunyai gambaran yang jika berkenaan

dengan seberapa jauh tujuan tersebut dapat dicapai. Bila set kriteria yang ada,

mungkin tetap akan muncul rasa tidak puas dengan hasil analisis tersebut. Hal ini

terjadi karena sebenarnya ada beberapa aspek yang belum dimasukkan dalam

analisis. Jadi kelengkapan set kriteria amatlah penting untuk memperoleh suatu

keputusan yang baik.

2. Operasional

Set kriteria yang dipilh haruslah operasional. Hal ini mencakup beberapa

pengertian, diantaranya yaitu bahwa set tersebut harus mempunyai arti bagi

pengambil keputusan, sehingga ia dapat benar-benar menghayati implikasinya

Page 47: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

74

terhadap alternatif yang ada. Selain itu, bila tujuan analisis keputusan ini adalah

juga untuk meyakinkan pihak lain, maka set kriteria ini harus dapat digunakan

sebagai sarana untuk memberikan penjelasan atau untuk berkomunikasi.

Operasional juga mencakup sifat dapat diukur.

Sifat yang dapat diukur ini adalah untuk :

• Memperoleh distribusi kemungkinan dari tingkat pencapaian kriteria yang

mungkin diperoleh (untuk keputusan dalam ketidakpastian).

• Mengungkapkan preferensi pengambil keputusan atas tingkat pencapaian

kriteria.

3. Independen

Dalam penentuan set kriteria, sedapat mungkin agar tidak terdapat kriteria

yang mempunyai pengertian yang sama. Atau dengan kata lain, satu kriteria

dengan kriteria lainnya tidak saling tumpang tindih dan harus dihindarkan

pengulangan kriteria dengan maksud yang sama. Kriteria harus ditentukan

sedemikian rupa sehingga tidak terjadi perhitungan ulang.

4. Minimum

Dalam penentuan set kriteria, perlu diusahakan agar jumlah kriteria yang

ditentukan adalah seminimal mungkin. Karena semakin banyak kriteria maka

semakin sukar untuk dihayati dengan baik. Selain itu, perhitungan yang

diperlukan dalam analisis akan meningkat dengan bertambahnya jumlah

kriteria. Dalam beberapa hal mungkin diperlukan kombinasi dua atau lebih

Page 48: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

75

kriteria menjadi satu kriteria. Hal ini menjadikan jumlah kriteria berkurang

dan perhitungan yang dilakukan lebih mudah.

Hal-hal yang menjadi pegangan di dalam menyusun struktur hierarki

(Arisandhy, 2004) :

1. Sebaiknya pembagian horizontal dan vertikal tidak terlalu banyak.

2. Kriteria harus dapat mencakup seluruh aspek penting dalam persoalan.

3. Setiap elemen tidak saling tumpang tindih dan harus dihilangkan pengulangan

elemen untuk suatu maksud yang sama.

4. Elemen pada tingkat paling rendah harus dapat diukur dan dianalisis, baik

secara kuantitatif (skala obyektif), dan dapat juga dikomunikasikan.

5. Karena setiap elemen akan dibandingkan dengan elemen lain dalam suatu sub

sistem hierarki yang sama, maka elemen-elemen tersebut haruslah setara

dalam kualitas.

6. Perlu dipikirkan apakah suatu tindakan atau hasil terbaik akan diperoleh bila

tujuan tersebut dilibatkan dalam proses evaluasi.

2.4.4 Langkah dan Prosedur AHP

Langkah-langkah yang dilakukan dalam menggunakan metode AHP secara

umum adalah sebagai berikut :

1. Mendefinisikan suatu masalah dan menetapkan tujuan.

Bila AHP digunakan untuk memilih suatu alternatif, maka pada tahap ini

dilakukan pengembangan alternatif.

Page 49: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

76

2. Menyusun masalah ke dalam hierarki.

Tujuan yang paling utama ditempatkan pada tingkat tertinggi dalam hierarki.

Tingkat selanjutnya adalah penjabaran tujuan tersebut ke dalam bagian-bagian

yang lebih rinci. Pembuatan struktur hierarki diawali dengan tujuan umum,

dilanjutkan dengan subtujuan-subtujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif-

alterbatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah. Proses pembuatan

hierarki tidak mempunyai pola atau aturan tertentu, tetapi tergantung pada

kemampuan pemahaman masalah dari pihak analisis.

Jumlah judgement seluruhnya berjumlah sebanyak n (n-1)/2, n adalah

banyaknya elemen yang dibandingkan. Misalnya terdapat suatu sub sistem

hierarki dengan suatu kriteria C dan sejumlah n elemen di bawahnya, 1A

sampai An seperti terlihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Struktur Hierarki dalam Proses Sumber : (Suryadi, 2000)

Page 50: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

77

3. Menyusun prioritas untuk tiap elemen masalah untuk setiap tingkat pada

hierarki.

Susunan hierarki didapatkan dengan melakukan perbandingan antar elemen

dalam setiap tingkat. Proses penyusunan dilakukan dengan sebuah matriks

perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau

pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang

setingkat di atasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan ”judgement” dari

pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen

dibandingkan elemen lainnya.

Tabel 2.3 Matriks Perbandingan Berpasangan

C A1 A2 A3 … An

A1 a11 a12 a13 a2n

A2 a21 a22 a23 a1n

A3 a31 a32 a33 a3n

An an1 an2 an3 ann

Sumber : (Suryadi, 2000)

Matriks pada Tabel 2.3 adalah matriks perbandingan berpasangan Matriks

tersebut dihasilkan dari suatu sistem hierarki sebagai berikut :

Nilai aij adalah nilai perbandingan berpasangan elemen Ai terhadp Aj yang

menyatakan hubungan :

• Seberapa jauh tingkat kepentingan Ai bila dibandingkan dengan Aj, atau

Page 51: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

78

• Seberapa banyak kontribusi Ai terhadap kriteria C dibandingkan Aj, atau

• Seberapa banyak sifat kriteria C terhadap Ai dibandingkan Aj, atau

• Seberapa jauh dominasi Ai dibandingkan Aj

Bila diketahui nilai aij maka secara teoritis aji =1. Saat menetapkan skala

kuantitaif 1 sampai dengan 9 untuk menilai perbandingan tingkat kepantingan

suatu elemen terhadap elemen lain yang diperlihatkan pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan

Intensitas Kepentingan Keterangan Penjelasan

1 Kedua elemen sama pentingnya

Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan

3

Elemen yang satu sedikit lebih penting

daripada elemen yang lainnya

Pengalaman dan penilaian sedikit

menyokong satu elemen dibandingkan elemen

lainnya

5

Elemen yang satu lebih penting

daripada elemen yang lainnya

Pengalaman dan penilaian sangat kuat

menyokong satu elemen dibandingkan elemen

lainnya

7

Satu elemen jelas lebih mutlak penting

daripada elemen lainnya

Satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam praktek

9 Satu elemen mutlak

penting daripada elemen lainnya

Bukti yang mendukung elemen yang satu

terhadap elemen lain memiliki tingkat

penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan

2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua pertimbangan yang

berdekatan

Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan

Page 52: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

79

Kebalikan Jika untuk aktivitas I mendapat satu angka

dibanding dengan aktivitas j, maka j mempunyai kebalikannya dibanding dengan i

Sumber : (Suryadi, 2000)

4. Perhitungan Bobot Elemen

Bobot yang dicari dinyatakan dalam vektor W = [ ]nWWWW ...,, 321 . Nilai Wn

menyatakan bobot relatif kriteria An terhadap keseluruhan set kriteria pada

susunan sistem tersebut. Pada situasi penilaian yang sempurna (teoritis) maka

didapatkan hubungan :

jkijik aaa .= untuk semua i, j, k (1)

Dari matriks yang diperoleh yang konsisten, dengan demikian nilai

perbandingan yang didapatkan dari partisipan berdasarkan tabel, yaitu ija

dapat dinyatakan di dalam vektor W sebagai :

jiij wwa /= i, j = 1, 2, 3, ..., n (2)

Dari persamaan (2) dapat dibuat persamaan berikut :

1/. =ijij wwa i = 1, 2, 3, ..., n (3)

Atau

nwwa ijij

n

j=∑

=

/.1

i = 1, 2, 3, ..., n (4)

ijij

n

jwnwa =∑

=

.1

i = 1, 2, 3, ..., n (5)

Page 53: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

80

Yang dinyatakan dengan :

A W = n W (6)

W adalah vektor eigen dari matriks A dengan nilai eigen n. Bila ditulis secara

lengkap maka persamaan tersebut akan terlihat seperti pada persamaan berikut

ini :

⎥⎥⎥⎥

⎢⎢⎢⎢

=

⎥⎥⎥⎥

⎢⎢⎢⎢

⎥⎥⎥⎥⎥⎥

⎢⎢⎢⎢⎢⎢

nnn

nnn

n

n

W

WW

n

W

WW

WW

WW

WW

WW

WW

WW

WW

WW

WW

..................

...

...

2

1

2

1

21

2

2

2

1

2

1

2

1

1

1

(7)

Variabel n pada persamaan di atas dapat digantikan dengan sebuah vektor λ,

sebagai berikut :

nWWA λλλλλ ...,,, 21== (8)

Setiap λ yang memenuhi persamaan (8) di atas dinamakan sebagai nilai eigen,

sedangkan vektor yang memenuhi persamaan (8) tersebut dinamakan sebagai

vektor eigen.

Bila matriks A adalah matriks yang konsisten, maka semua nilai eigen bernilai

0 kecuali satu yang bernilai sama dengan n. Bila matriks A adalah matriks

yang tidak konsisten, variasi kecil atas ija akan membuat nilai eigen value

terbesar λ maks, tetap dengan n dan nilai eigen lainnya mendekati nol. Nilai λ

maks dapat dicari dengan rumus :

A W = λmaks . W (9)

Page 54: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

81

5. Melakukan pengujian konsistensi terhadap perbandingan antar elemen yang

didapatkan pada tiap subsistem.

Langkah ini bertujuan untuk memastikan bahwa urutan prioritas yang

dihasilkan masih berada dalam batas-batas preferensi yang logis.

Bobot yang diperoleh dari hasil perbandingan secara perbandingan

berpasangan tersebut harus mempunyai hubungan kardinal dan ordinal

sebagai berikut :

a. Hubungan kardinal : jiA , . kjA , = kiA ,

b. Hubungan ordinal : Ai > Aj, Aj > Ak, maka Ai > Ak

Hubungan di atas dapat dilihat dari dua hal sebagai berikut :

Bila elemen A diberi nilai dua kali elemen B, maka nilai elemen B adalah 21

elemen A. Tetapi konsistensi ini tidak berlaku bila terdapat banyak elemen

yang harus dibandingkan. Karena keterbatasan kemampuan numerik manusia

maka prioritas yang diberikan untuk sekumpulan elemen tidaklah selalu

konsisten secara logis. Misalnya A adalah 5 kali lebih penting dari D, B 3 kali

lebih penting dari D, dan C 3 kali lebih penting dari B, maka kita tidak akan

dengan mudah untuk menentukan bahwa secara numerik, C adalah 79 lebih

penting dari A.

Hal ini berkaitan dengan sifat penerangan AHP sendiri, yaitu bahwa penilaian

dalam AHP dilakukan berdasarkan pengalaman dan pemahaman yang bersifat

Page 55: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

82

kualitatif dan subyektif. Sehingga secara numerik terdapat kemungkinan suatu

rangkaian penilaian menyimpang secara logis.

Penyimpangan dari konsistensi dinyatakan dengan Consistensy Index (CI).

( )( )1−

−=

nn

CI maksλ

Keterangan :

maksλ = nilai eigen value maksimum

n = ukuran matriks

CI dari matriks random dengan skala penilaian 1 sampai dengan 9 beserta

kebalikannya disebut Random Index (RI).

Tabel 2.5 Random Index untuk Ordo matriks

Ukuran Matriks

Indeks Random (Inkonsistensi)

1 0 2 0 3 0,58 4 0,9 5 1,12 6 1,24 7 1,32 8 1,41 9 1,45 10 1,49 11 1,51 12 1,48 13 1,56 14 1,57 15 1,59

Sumber : (Suryadi, 2000)

Page 56: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

83

Perbandingan antara CI dan RI untuk suatu matriks didefinisikan sebagai

Consistensy Ratio (CR).

RICICR=

Hasil penilaian yang diterima adalah matriks yang mempunyai perbandingan

konsistensi lebih kecil atau sama dengan 10% (CR ≤ 0.1). Jika lebih besar dari

angka 10% berarti penilaian yang telah dilakukan bersifat random dan perlu

diperbaiki.

2.4.5 Penilaian Perbandingan Multi Partisipan

Penilaian yang melibatkan banyak partisipan akan menghasilkan pendapat

yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. AHP hanya membutuhkan satu

jawaban untuk satu matriks berpasangan. Jadi semua jawaban partisipan harus dirata-

ratakan, dengan menggunakan metode perataan geometris (geometric Mean Theory).

Perataan geometris menyatakan bahwa jika terdapat n partisipan yang

melakukan perbandingan berpasangan, maka terdapat nilai n untuk tiap pasangan.

Untuk mendapatkan satu nilai tertentu dari semua nilai tersebut, maka masing-masing

nilai harus dikalikan satu sama lain, kemudian hasil perkalian tersebut dipangkatkan

dengan (1/n). Secara sistematis, dapat dituliskan sebagai berikut :

nnij xZxxZZA ...21=

Dimana :

ijA = Nilai rata-rata perbandingan antara kriteria Ai dengan Aj untuk partisipan.

Page 57: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00488-TI Bab 2.pdf29 kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi,

84

iZ = Nilai perbandingan antara kriteria Ai dengan Aj untuk partisipan ke-i

i = 1, 2, 3, ..., n

n = Jumlah partisipan.