pusat penelitian dan pengembangan …pangan.litbang.pertanian.go.id/files/lakip/lakip2018.pdf29...
TRANSCRIPT
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian i
LAPORAN KINERJA
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
TANAMAN PANGAN
2018
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2019
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian ii
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia-Nya
sehingga Laporan Kinerja Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbangtan) 2018
telah selesai disusun. Laporan Kinerja merupakan
bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi
yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah
atas penggunaan anggaran.
Laporan Kinerja ini memuat perencanaan dan
perjanjian kinerja, serta akuntabilitas kinerja sesuai
tugas dan fungsi Puslitbangtan. Capaian kinerja selama tahun 2018 merupakan
pelaksanaan tahun ke-empat dari Rencana Strategis Puslitbangtan 2015 – 2019,
diukur atas dasar penilaian Penetapan Kinerja (PK) dan Indikator Kinerja Utama
(IKU) yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja.
Penyusunan Laporan Kinerja ini mengacu pada Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia
Nomor 53 Tahun 2014 tanggal 20 November 2014 tentang Petunjuk Teknis
Penyusunan Penetapan Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Sejalan dengan pelaksanaan reformasi
birokrasi, keberhasilan Puslitbangtan diukur atas dasar penilaian Indikator Kinerja
yang merupakan indikator keberhasilan pencapaian sasaran kegiatan
sebagaimana telah ditetapkan pada Perjanjian Kinerja Puslitbangtan tahun 2018.
Capaian kinerja kegiatan Puslitbangtan secara umum dapat memenuhi
target yang telah ditetapkan. Berdasarkan analisis dan evaluasi obyektif yang
dilakukan melalui Laporan Kinerja diharapkan dapat terjadi optimalisasi peran
kelembagaan, peningkatan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kinerja lingkup
Puslitbangtan pada periode selanjutnya dalam mewujudkan Good Governance
dan Clean Government.
Bogor, Januari 2019
Kepala Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan,
Dr. Ir. Moh. Ismail Wahab, M.Si.
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian iv
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian v
IKHTISAR EKSEKUTIF
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbangtan)
merupakan salah satu Unit Kerja Badan Litbang Pertanian dengan mandat
melakukan penelitian dan pengembangan di bidang tanaman pangan
(Permentan RI nomor 43 tahun 2015). Visi Puslitbangtan adalah “Menjadi
Lembaga Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Terkemuka, Penghasil
Teknologi dan Inovasi Pertanian Modern untuk Mewujudkan Kedaulatan Pangan
dan Kesejahteraan Petani”. Mandat tersebut dilaksanakan bersama dengan Balai
Besar Penelitian Tanaman Padi di Sukamandi Jawa Barat, Balai Penelitian
Tanaman Aneka Kacang dan Umbi di Malang Jawa Timur, Balai Penelitian
Tanaman Serealia di Maros Sulawesi Selatan, dan Loka Penelitian Penyakit
Tungro di Lanrang Sulawesi Selatan.
Kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang) tanaman pangan pada
periode Renstra 2015 – 2019 diarahkan untuk menghasilkan inovasi teknologi
tanaman pangan yang produktif dan efisien serta ramah lingkungan yang siap
diadopsi/dimanfaatkan serta penyediaan layanan jasa dan informasi teknologi
tanaman pangan bagi stakeholders (pengguna).
Target outcome yang dicapai merupakan indikator kinerja dalam
Penetapan Kinerja (PK) Puslitbangtan tahun 2018 yaitu: 1) Jumlah hasil
penelitian dan pengembangan tanaman pangan yang dimanfaatkan; 2) Rasio
hasil penelitian dan pengembangan tanaman pangan pada tahun berjalan
terhadap kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman pangan; 3) Jumlah
rekomendasi kebijakan; 4) Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan
publik Puslitbangtan beserta Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkup
Puslitbangtan; dan 5) Jumlah temuan Inspektorat Jenderal (Itjen) atas
implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instnasi Pemerintah (SAKIP) yang
terjadi berulang di lingkup Puslitbangtan.
Target output dituangkan dalam Indikator Kinerja Utama (IKU) yaitu: 1)
Jumlah varietas unggul baru tanaman pangan; 2) Jumlah teknologi budi daya,
panen, dan pascapanen primer tanaman pangan; 3) Jumlah produksi benih
sumber tanaman pangan; dan 4) Jumlah rekomendasi kebijakan
pengembangan tanaman pangan.
Ukuran keberhasilan pencapaian sasaran tahun 2018 ditetapkan
berdasarkan laporan capaian IKU Satker lingkup Puslitbangtan yang dipantau
setiap triwulan melalui aplikasi i-Monev, PMK 214, dan e-Monev, serta monitoring
dan evaluasi melalui kunjungan ke lapangan setiap semester. Kriteria penilaian
terbagi menjadi empat kategori, yaitu: 1) Sangat berhasil (capaian sasaran
>100%); 2) Berhasil (capaian sasaran 80-100%); 3) Cukup berhasil (capaian
sasaran 60-<80%); dan 4) Kurang berhasil (capaian sasaran <60%).
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian vi
Kinerja Puslitbangtan tahun 2018 termasuk dalam kategori Berhasil
dengan capaian sasaran 100%, dengan uraian sebagai berikut: 1) Telah
dihasilkan 16 teknologi hasil penelitian dan pengembangan tanaman pangan
yang dimanfaatkan; 2) Rasio hasil penelitian dan pengembangan tanaman
pangan pada tahun berjalan terhadap kegiatan penelitian dan pengembangan
tanaman pangan yang dilakukan pada tahun berjalan adalah 100%; 3)
Dihasilkan sebanyak lima Rekomendasi Kebijakan Tanaman Pangan; 4) Tercapai
skala 4 pada Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik di lingkup
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan; dan 5) Tidak ada atau 0
temuan Itjen atas implementasi SAKIP yang terjadi berulang.
Kinerja keuangan lingkup Puslitbangtan adalah baik, berdasarkan capaian
realisasi anggaran dan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang melebihi
target rencana. Realisasi anggaran sampai dengan 31 Desember 2018 sebesar
Rp191.530.473.953,- (90,54%), terdiri dari Belanja Pegawai Rp49.687.552.314,-
(93,99%), Belanja Barang Operasional Rp18.543.118.921,- (96,71%), Belanja
Barang Non-Operasional Rp35.675.529.599,- (85,56%), dan Belanja Modal
Rp15.037.363.500,- (83,31%).
Realisasi PNBP sampai dengan 31 Desember 2018 adalah Penerimaan
Umum sebesar Rp1.112.670.236,- (1.851,61%) dan Penerimaan Fungsional
Rp11.008.681.948,- (112,53%). Total penerimaan PNBP lingkup Puslitbangtan
sebesar Rp12.121.352.184,- (123,15%) dari target Rp9.842.718.000.
Sumber Daya Manusia pendukung kinerja instansi di lingkup Puslitbangtan
sampai dengan 31 Desember 2018 berjumlah 665 orang, berkurang sekitar 8,9%
daripada tahun 2017 yang semula adalah 730 orang. Penyebab utamanya adalah
pegawai yang purna tugas. Kualitas SDM terus ditingkatkan melalui pendidikan
jangka pendek dan jangka panjang. Ketersediaan sarana dan prasarana telah
dimanfaatkan secara optimal untuk penelitian dengan ketersediaan laboratorium
yang telah terakreditasi.
Kerja sama penelitian telah terjalin dengan lembaga penelitian
internasional (IRRI, CYMMIT, CIP) dan dalam negeri (perguruan tinggi, BATAN,
LIPI), serta swasta.
Produk Puslitbangtan untuk varietas unggul padi yang dilisensikan selama
tahun 2018 dengan pihak swasta adalah: 1) Padi Hibrida Hipa 8 dengan PT.
Dupont Indonesia; 2) Padi Hibrida Hipa 12 dan Hipa 14 dengan PT. Saprotan
Benih Utama; dan 3) Padi Hibrida Hipa Jatim 1, 2 dan 3 dengan Dinas Pertanian
Propinsi Jatim. Begitu pula dengan produk aneka kacang dan ubi yaitu Kacang
Hijau Varietas Vima 3 dengan CV. Semi dengan masa perjanjian selama 5 tahun.
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian vii
Sementrara itu komoditas jagung produk Puslitbangtan yang diminati dan
telah dilisensikan pada tahun 2018 adalah: 1) Jagung Hibrida varietas Bima 14
Batara dan Jagung Hibrida Bima 19 Uri masa perjanjian selama 5 tahun dengan
PT. Sangkara Putra Pertiwi Jakarta, Jagung Bima 10 dan 20 dengan PT. Soka
Mitra Manunggal Jawa Timur; 2) Jagung Bima 2 Bantimurung dengan PT. Karya
Parawansa Group Sulawesi Selatan; 3) Jagung Bima 19 dan JH 27 dengan PT.
Wahana Baru Sejahtera NTB; 4) Jagung Bima 2 Bantimurung dengan PT. Pertani
(Persero) Jakarta; 5) Jagung Bima 14, 15 dan 19 dengan PT. Hanjaya Mas
Plosjom Jombang Jawa Timur; 6) Jagung HJ 21 Agritan, JH 27 dan Nasa 29
dengan PT. Benih Jatim Nusantara Jombang Jawa Timur; 7) Jagung Nasa 29
dengan PT. Pertani Persero; 8) Jagung Nasa 29 dengan PT. Benindo Perkasa
Utama Sulawesi Selatan; 9) Jagung HJ 21 Agritan dengan PT. Sangkara Putra
Pertiwi Jakarta; 10) Jagung Nasa 29 dan HJ 21 Agritan dengan PT. Rahmat Rodel
Sulawesi Selatan; 11) Jagung Bima 14 Batara dengan PT. Karya Parawansa
Group Sulawesi Selatan; 12) Jagung Nasa 29 dengan PT. Mulya Agro Sarana
Jakarta; 13) Jagung Nasa 29 dan HJ 21 Agritan dengan PT. Jafran Indonesia
Jember Jawa Timur; 14) Jagung Bima 20 URI dan Bima 19 URI dengan CV.
Bunga Tani Sejahtera Jember Jawa Timur; 15) Jagung HJ 28 Agritan dengan PT.
Petrosida Gresik; 16) Jagung Bima 9 dan HJ 22 Agritan dengan PT. Srijaya
Internasional Kediri Jawa Timur; 17) Jagung Bima 3 Bantimurung dan HJ 21
Agritan dengan PT. Golden Indonesia Seed Malang Jawa Timur; 18) Jagung Bima
20 URI dengan PT. Anugrah Cemerlang Indonesia Sulawesi Selatan; 19) Jagung
Nasa 29 dengan PT.Samudra Artha Abadi Medan Sumatera Utara; 20) Jagung
Bima 14 Batara, Nasa 29 dan Bima 20 URI dengan PT. Petro Kimia Gresik Jawa
Timur; 21) Jagung Bima 19 URI, HJ 21 Agritan dan Nasa 29 dengan CV. Adi Jaya
Nganjuk Jawa Timur; dan 22) Jagung Bima 10 dan HJ 21 Agritan dengan CV.
Tani Makmur Pekalongan Jawa Tengah.
Ini merupakan suatu bentuk scientific dan impact recognition terhadap
kinerja outcome Puslitbangtan. Capaian kinerja 2018 telah menjadi acuan
penyusunan rencana kegiatan tahun mendatang dan bahan reviu Renstra
Puslitbangtan 2015-2019 dalam mendukung program Kementerian Pertanian.
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian viii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................. iii
IKHTISAR EKSEKUTIF ........................................................................ v
DAFTAR ISI ....................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................... .…` xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiii
I. Pendahuluan ............................................................................... 3 1.1. Latar Belakang ..................................................................... 3
1.2. Kedudukan Tugas dan Fungsi ............................................... 4
1.3. Sumber Daya Manusia .......................................................... 5
1.4. Dukungan Anggaran ............................................................. 5
II. Perencanaan dan Perjanjian Kinerja ............................................. 9
2.1. Visi ...................................................................................... 9
2.2. Misi ..................................................................................... 9
2.3. Tujuan dan Sasaran ............................................................. 9
2.4. Arah Kebijakan Litbang Pertanian .......................................... 10
2.5. Program dan Sasaran ........................................................... 10
2.6. Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan ...... 11
2.7. Target Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan ........................... 14
2.8. Perjanjian Kinerja Tahun 2018……………………………………………. 14
III. Akuntabilitas Kinerja .................................................................... 19
3.1. Analisis Kinerja ..................................................................... 19
3.1.1. Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2018 ..................... 22
3.1.2. Pengukuran Capaian Antar Tahun ............................... 69
3.1.3.Pengukuran Capaian Kinerja Satker dengan Target Renstra 2015-2019 ..................................................... 73
3.1.4. Pengukuran Capaian Kinerja TA 2018 dengan Standar Nasional ………………………………………………………………. 74
3.1.5. Keberhasilan, Kendala dan Langkah Antisipasi .............. 76
3.1.6. Analisis atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya .......... 79
3.2. Akuntabilitas Keuangan ........................................................ 81
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian ix
3.2.1. Realisasi Anggaran Lingkup Puslitbang Tanaman
Pangan ………………………………………………………………….. 81
3.2.2. Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) ........ 82
IV. Penutup …………………………………………………………………………………. 89
Lampiran ........................................................................................... 95
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian x
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
1 Rencana Kinerja Tahunan Puslitbang Tanaman Pangan 2018 15
2 Matriks tingkat capaian kinerja Puslitbangtan TA. 2018 21
3 Target dan realisasi capaian indikator kinerja 1 tahun 2018 23
4 Produksi benih varietas Dena 1 dan Devon 1 tahun 2015-2018 33
5 Distribusi Varietas Dena 1 dan Devon Kelas Benih BS 35
6 Distribusi Varietas Dena 1 dan Devon Kelas Benih FS 36
7 Teknologi Budidaya Kedelai Naungan 36
8 Daftar Perusahaan Penerima Lisensi Jagung Nasa 40
9 Daftar Perusahaan Penerima Lisensi Jagung Hibrida Bima 20 URI 41
10 Target dan realisasi capaian indikator kinerja 2 42
11 Kegiatan Utama Pendukung Indikator Kinerja 2 43
12 Varietas Unggul Baru Tanaman Pangan TA 2018 44
13 Teknologi budidaya panen dan pasca panen primer tanaman pangan
52
14 Komponen Teknologi Produksi Ubi Kayu Lahan Pasang Surut 55
15 Capaian kinerja kegiatan produksi benih sumber tanaman pangan tahun 2018
59
16 Hasil Analisis IKM Puslitbangtan 2018 66
17 Pengukuran capaian antar tahun 2013-2017 69
18 Perbandingan capaian indikator kinerja 2 tahun 2018 dan 2017 71
19 Perbandingan capaian indikator kinerja 3 tahun 2018 dan 2018 72
20 Perbandingan capaian indikator kinerja 4 tahun 2018 dan 2017 72
21 Perbandingan nilai capaian 2015-2019 74
22 Nilai efisiensi kinerja indikator kinerja utama Puslitbangtan TA. 2018
80
23 Realisasi anggaran satker lingkup Puslitbangtan per 31 Desember 2018
82
24 Target dan realisasi PNBP lingkup Puslitbangtan 2018 82
25 Matriks tingkat capaian kinerja Puslitbangtan TA 2018 83
26 Distribusi SDM di lingkup Puslitbang Tanaman Pangan berdasarkan pendidikan, 31 Desember 2018
98
27 Pagu anggaran lingkup Puslitbang Tanaman Pangan 2012-2018 98
28 Komponen Teknologi Produksi Ubi Kayu Lahan Pasang Surut 112
29 Teknologi budidaya kacang tanah di lahan kering iklim kering 114
30 Deskripsi Teknologi Budidaya kacang hijau di Lahan Kering Iklim
Kering
115
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
1 Varietas Unggul Padi Inpari 32 HDB 24
2 Varietas Padi Inpari 33 25
3 Varietas Padi Inpari 34 dan Inpari 35 Agritan 25
4 Varietas Padi Inpago 10 26
5 Varietas Padi Inpara 8 Agritan 27
6 Varietas Padi Hibrida HiPa 18 27
7 Varietas Padi Inpari 36 Lanrang 28
8 Diseminasi Budidaya Padi Jajar Legowo Super 29
9 Diseminasi PTT Padi Sawah dan Juknis GP-PTT Padi 30
10 Diseminasi PTT Padi Gogo 31
11 Diseminasi PTT Padi Rawa Pasang Surut 32
12 Varietas Kedelai Dena 1 33
13 Pohon Kedelai Dena 1 34
14 Keragaan Tanaman Kedelai Devon 35
15 Keragaan kedelai naungan tegakan jati 37
16 Keragaan kedelai naungan kayu putih dan benih hasil naungan
kayu putih yang siap didistribusikan
38
17 Keragaan kedelai naungan pohon sawit 39
18 Keragaan VUB jagung Nakula Sadewa (NASA 29) bertongkol 2
dengan potensil hasil 13,7 ton/ha
39
19 Keragaan VUB jagung Bima Uri 20 40
20 Penampilan tanaman, beras dan gabah VUB Purwa 44
21 Penampilan tanaman, gabah dan beras VUB Inpara 10 BLB 45
22 Penampilan tanaman, gabah dan beras VUB Luhur 1 45
23 Penampilan tanaman, gabah dan beras VUB Luhur 2 46
24 Penampilan tanaman, malai, gabah dan beras VUB Siliwangi
Agritan
46
25 Penampilan tanaman, malai, gabah dan beras VUB Padjadjaran Agritan
47
26 Penampilan tanaman, gabah dan beras VUB Cakrabuana Agritan
47
27 Keragaan tanaman, umbi dan granula pati klon CMM 02040-/Vati1
49
28 Keragaan tanaman, umbi, dan granula pati klon CMM 03038-7/Vati 2
49
29 Penampilan jagung hibrida Jhana 1 50
30 Penampilan jagung komposit Sinhas 1 50
31 Penampilan jagung komposit Jakarin 1 51
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian xii
32 Panen dan Temu Lapang Demfarm RAISA 53
33 Susu beras fortifikasi BB Padi 54
34 Formulir pendaftaran paten susu beras fortifika 54
35 Keragaan GH K13 pada lahan salin di Lamongan tahun 2018
dengan DHL 10-15 dS/m
55
36 Keragaan tanaman kacang tanah di lahan kering iklim kering 56
37 Penampilan varietas GURI-3 dibanding yang lainnya 57
38 Peta sebaran varietas 58
39 Grafik perbandingan capaian antar tahun varietas unggul baru tanaman pangan dan realisasi anggaran 2013-2017
69
40 Grafik perbandingan capaian antar tahun teknologi budidaya panen dan pasca panen primer tanaman pangan dan realisasi anggaran
2013-2017
70
41 Grafik perbandingan capaian antar tahun benih sumber tanaman
pangan dan realisasi anggaran 2013-2017
70
42 Grafik perbandingan capaian antar tahun rekomendasi kebijakan
tanaman pangan dan realisasi anggaran 2013-2017
70
43 Distribusi 1,7 juta kilogram benih sumber di BB Padi 76
44 Struktur Organisasi Puslitbang Tanaman Pangan
berdasarkan Permentan 43/2015
97
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
1 Penetapan Kinerja Puslitbangtan 2018 95
2 Struktur Organisasi Puslitbangtan, Keragaan SDM lingkup Puslitbangtan dan Pagu Anggaran lingkup Puslitbangtan
97
3 Kegiatan 1 dan 2 pendukung Indikator Kinerja 2 99
4 Lima Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Tanaman Pangan
122
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian xiv
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 1
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 3
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan pertanian di Indonesia masih akan menghadapi tantangan
yang terkait dengan penambahan jumlah penduduk, perubahan iklim, dan
perubahan pasar global yang mempengaruhi lingkungan strategis sektor
pertanian Indonesia. Terkait dengan dinamika perubahan lingkungan strategis
domestik dan global tersebut, maka perlu mencermati potensi (kekuatan dan
peluang) maupun permasalahan/kelemahan dan implikasinya yang dihadapi
subsektor tanaman pangan. Pembangunan pertanian dalam lima tahun ke
depan berlandaskan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) ke tiga (2015-2019), di mana RPJMN sebagai penjabaran dari Visi,
Program Aksi Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, serta
berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025.
Visi pembangunan dalam RPJM 2015-2019 adalah “Terwujudnya Indonesia
yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”. Visi
tersebut dijabarkan menjadi Tujuh Misi serta Sembilan Agenda Prioritas (NAWA
CITA) yaitu: 1) Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa
dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara; 2) Membangun tata
kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya; 3)
Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa
dalam kerangka negara kesatuan; 4) Memperkuat kehadiran negara dalam
melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas dari korupsi,
bermartabat, dan terpercaya; 5) Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia;
6) Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional; 7)
Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor strategis
ekonomi domestik; 8) Melakukan revolusi karakter bangsa; dan 9)
Memperteguh ke-bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
Berdasarkan rincian dari Sembilan Agenda Prioritas, maka agenda prioritas di
bidang pertanian terdiri dari dua hal, yaitu Peningkatan Agroindustri dan
Peningkatan Kedaulatan Pangan.
Teknologi pertanian yang dibutuhkan ke depan harus sejalan dengan era
revolusi bioekonomi (Modern Agriculture) sesuai konsep Ekonomi Biru yang
digerakkan oleh revolusi bioteknologi dan bioenjinering untuk menghasilkan
biomasa sebesar-besarnya yang akan diolah menjadi bahan pangan, pakan,
energi, obat-obatan, dan beragam bioproduk lain secara berkelanjutan.
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 4
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbangtan)
akan semakin strategis guna mendukung pengembangan Modern Agriculture
yang ditandai dengan pengembangan 1) Bio-Science (Genom Research), 2)
Teknologi Inovasi menjawab Perubahan Iklim, dan 3) Aplikasi IT (Bioinformatika,
Agrimap Info, dan Diseminasi). Puslitbangtan, sebagai lembaga pendukung
Sektor Pertanian telah merumuskan perencanaan strategis lima tahun ke depan
secara lebih kontekstual dalam merespon dinamika dan perubahan lingkungan
strategis.
1.2. Kedudukan Tugas Dan Fungsi
Puslitbangtan merupakan salah satu Unit Kerja di bawah koordinasi Badan
Litbang Pertanian yang memperoleh mandat melaksanakan penelitian dan
pengembangan di bidangan tanaman pangan (padi, anrka kacang dan umbi,
serta jagung dan serealia lainnya). Tugas yang diemban Puslitbangtan
menyiapkan perumusan kebijakan dan program serta melaksanakan penelitian
dan pengembangan tanaman pangan. Penelitian yang dilakukan bersifat
mendasar dan strategis untuk mendapatkan teknologi tinggi dan inovatif yang
berlaku bagi agroekologi dominan di beberapa wilayah. Penelitian yang bersifat
hulu (upstream) ditujukan untuk mengembangkan teknologi dasar dan teknologi
generik yang akan diuji daya adaptasi oleh BPTP sebelum disebarluaskan kepada
petani.
Dalam melaksanakan tugasnya, Puslitbangtan menyelenggarakan fungsi
yaitu: a) penyiapan rumusan dan kebijakan penelitian dan pengembangan; b)
perumusan program penelitian dan pengembangan; c) pelaksanaan kerja sama dan
pendayagunaan hasil penelitian dan pengembangan; d) pelaksanaan penelitian
dan pengembangan; e) evaluasi serta pelaporan pelaksanaan penelitian dan
pengembangan tanaman pangan; dan f) pelaksanaan urusan tata usaha dan
rumah tangga di tingkat pusat.
Puslitbangtan dipimpin oleh Kepala Pusat dan dibantu oleh: 1) Bidang
Program dan Evaluasi membawahi Subbidang Program dan Subbidang Evaluasi; 2)
Bidang Kerja Sama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian membawahi Subbidang
Kerja Sama Penelitian dan Subbidang Pendayagunaan Hasil Penelitian; dan 3)
Bagian Tata Usaha membawahi Subbagian Kepegawaian dan Rumah Tangga
serta Subbagian Keuangan dan Perlengkapan. Struktur Organisasi Puslitbangtan
disampaikan dalam Lampiran Gambar 1 (terlampir).
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 5
Kegiatan operasional penelitian dilaksanakan oleh satu Balai Besar, dua Balai,
dan satu Loka Penelitian sebagai berikut:
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), Sukamandi Jawa Barat,
bertugas melakukan penelitian tanaman padi.
Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi), Malang Jawa
Timur, bertugas melakukan penelitian tanaman aneka kacang dan umbi.
Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal), Maros Sulawesi Selatan,
bertugas melakukan penelitian tanaman jagung dan serealia lain.
Loka Penelitian Penyakit Tungro (Lolit Tungro), di Lanrang Sulawesi
Selatan, bertugas melakukan penelitian penyakit tungro tanaman padi.
1.3. Sumber Daya Manusia
Puslitbangtan dalam melaksanakan mandat, tugas, dan fungsinya,
didukung oleh sarana kebun percobaan sejumlah 13 KP, 21 laboratorium dan 8
diantaranya sudah terakreditasi, dan didukung oleh 205 tenaga fungsional
peneliti.
Jumlah pegawai di lingkup Puslitbangtan setiap tahun berkurang secara
alamiah karena purna tugas. Hal tersebut tidak sebanding dengan penerimaan
SDM pendukung kinerja yang diharapkan sebagai generasi penerus. Pada tahun
2018 jumlah SDM lingkup Puslitbangtan adalah 665 orang, sedangkan pada
tahun 2017 berjumlah 730 orang. Berarti mengalami penurunan sebanyak 65
orang. Delapan tahun yang lalu, yaitu pada tahun 2010, jumlah SDM lingkup
Puslitbangtan adalah 901 orang. Dalam kurun waktu delapan tahun tersebut
telah terjadi penurunan junlah SDM sebanyak 236 orang, dengan rata-rata
pengurangan setiap tahunnya adalah sekitar 30 SDM. Distribusi SDM lingkup
Puslitbangtan pada tahun 2018 dalat dilihat pada Tabel 26 (Lampiran 2).
1.4. Dukungan Anggaran
Dukungan anggaran sangat diperlukan untuk merakit teknologi menjawab
berbagai tantangan pembangunan pertanian, seperti pengelolaan lahan
suboptimal yang sangat luas guna meningkatkan produktivitas lahan dan
produksi padi, jagung, dan kedelai, serta tanaman pangan lainnya. Puslitbangtan
memperoleh anggaran guna menunjang kegiatan manajemen dan pelaksanaan
penelitian dan pengembangan tanaman pangan.
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 6
Alokasi anggaran bervariasi dari tahun 2012 – 2018. Pada tahun 2018
Puslitbangtan memperoleh anggaran sebesar Rp.211.537.665.000,- yang lebih
tinggi dibandingkan tahun 2017 sebesar Rp.128.460.000.000,-. Pagu anggaran
lingkup Puslitbangtan dapat dilihat dalam Tabel 27 (terlampir). Kenaikan
anggaran pada TA 2018 karena adanya penambahan dua kegiatan yaitu
kegiatan Denfarm dan Inovasi Perbenihan. Hal ini menjadi tantangan kinerja
lembaga sesuai dengan sasaran yang akan dicapai dan diamanatkan guna
mendukung peningkatan agroindustri dan kedaulatan pangan.
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 7
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 8
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 9
II. PERENCANAAN KINERJA
2.1. Visi
Visi dan Misi Puslitbangtan 2015 – 2019 mengacu pada visi dan misi Badan
Litbang Pertanian dan merupakan bagian integral dari visi dan misi Kementerian
Pertanian, dengan memperhatikan dinamika lingkungan strategis, perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kondisi yang diharapkan pada tahun 2019.
Visi Badan Litbang Pertanian adalah “Menjadi lembaga penelitian terkemuka
penghasil teknologi dan inovasi pertanian modern untuk mewujudkan kedaulatan
pangan dan kesejahteraan petani”.
Sejalan dengan visi Badan Litbang Pertanian, maka Puslitbangtan merumuskan
visi yaitu: ”Menjadi Lembaga Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Terkemuka, Penghasil Teknologi dan Inovasi Pertanian Modern untuk
Mewujudkan Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani”.
2.2. Misi
1. Menghasilkan dan mengembangkan teknologi pertanian modern yang
memiliki scientific recognition dengan produktivitas dan efisiensi tinggi.
2. Mewujudkan Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
sebagai institusi yang mengedepankan transparansi, profesionalisme
dan akuntabilitas.
2.3. Tujuan Dan Sasaran
Tujuan kegiatan Puslitbangtan tahun 2015 – 2019 antara lain:
1. Menyediakan teknologi tanaman pangan yang produktif dan efisien
serta ramah lingkungan yang siap diadopsi/dimanfaatkan oleh
stakeholder (pengguna).
2. Menyediakan layanan jasa dan informasi teknologi tanaman pangan
terhadap pengguna.
3. Mewujudkan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah di lingkungan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.
Sasaran kegiatan Puslitbangtan 2015 – 2019 yaitu:
1. Dimanfaatkannya Inovasi teknologi tanaman pangan.
2. Meningkatnya kualitas layanan publik Puslitbang Tanaman Pangan.
3. Terwujudnya akuntabilitas kinerja pemerintah di lingkungan Puslitbang
Tanaman Pangan.
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 10
2.4. Arah Kebijakan Litbang Pertanian
Arah kebijakan dan strategi penelitian dan pengembangan ke depan
disusun dengan mempertimbangkan sasaran pembangunan pertanian 2015 –
2019 melalui peningkatan penguasaan dan pengembangan IPTEK yang inovatif,
efisien, dan efektif dengan mengedepankan kaidah ilmiah dan berkontribusi
terhadap perkembangan IPTEK dalam mewujudkan sistem pertanian bioindustri
berkelanjutan. Kebijakan tersebut diimplementasikan melalui pemanfaatan
sumber daya penelitian secara optimal dan meningkatkan jejaring kerja sama
dengan institusi lain, baik nasional maupun internasional.
Balitbangtan pada periode 2015 – 2019, sebagai masa periode kurva
kedua (second curve) yang sudah dimulai sejak tahun 2005, memfokuskan
pengembangan sarana dan prasarana yang high profile/high quality system
dengan sumber daya manusia yang andal dan berkualitas. Manajemen dikelola
secara profesional dalam kerangka corporate management serta menerapkan
standar mutu (ISO) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam pelaksanaan
penelitian, pengembangan, dan manajemen.
Arah kebijakan pengembangan Badan Litbang Pertanian adalah:
1. Dalam lima tahun ke depan fokus pada upaya percepatan pemanfaatan hasil
penelitian dan pengembangan bagi stakeholders dan pengguna secara luas.
2. Mendorong pengembangan dan penerapan advanced technology yang
produktif, efisien dan ramah lingkungan untuk meningkatkan daya saing dan
kualitas produk pangan dan pertanian.
3. Membangun terciptanya suasana kehidupan berorganisasi yang kondusif bagi
pengembangan potensi dan kapasitas sumber daya manusia dalam
pelaksanaan penelitian dan pengembangan serta diseminasi hasil penelitian
sehingga dijamin akuntabilitasnya.
4. Meningkatkan kerja sama dan sinergi sumber daya penelitian yang saling
menguatkan antara UK/UPT di lingkup Badan Litbang Pertanian dan antara
Badan Litbang Pertanian dengan berbagai lembaga riset di dalam dan luar
negeri.
2.5. Program dan Sasaran
Program Badan Litbang Pertanian pada periode 2015 – 2019 diarahkan
untuk menghasilkan teknologi dan inovasi pertanian bioindustri berkelanjutan.
Oleh karena itu, Balitbangtan menetapkan kebijakan alokasi sumber daya litbang
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 11
menurut fokus komoditas yang terdiri dari delapan kelompok produk yang
ditetapkan oleh Kementerian Pertanian, yakni: (1) Bahan Makanan Pokok
Nasional: Padi, Jagung, Kedelai, Gula, Daging Unggas, Daging Sapi-Kerbau; (2)
Bahan Makanan Pokok Lokal: Sagu, Jagung, Umbi-Umbian (ubikayu, ubijalar);
(3) Produk Pertanian Penting Pengendali Inflasi: Cabai, Bawang Merah, Bawang
Putih; (4) Bahan Baku Industri (Konvensional): Sawit, Karet, Kakao, Kopi, Lada,
Pala, Teh, Susu, Ubi Kayu; (5) Bahan Baku Industri: Sorgum,Gandum, Tanaman
Obat, Minyak Atsiri, (6) Produk Industri Pertanian Prospektif: Aneka Tepung dan
Jamu; (7) Produk Energi Pertanian (prospektif): Biodiesel, Bioetanol, Biogas; dan
(8) Produk Pertanian Berorientasi Ekspor dan Substitusi Impor: Buah-buahan
(Nanas, Manggis, Salak, Mangga, Jeruk), Kambing/ Domba, Babi, Florikultura.
Dalam delapan kelompok produk tersebut, terdapat tujuh komoditas yang
ditetapkan sebagai komoditas strategis, yakni padi, jagung, kedelai, gula, daging
sapi/kerbau, cabai merah, dan bawang merah.
2.6. Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Sasaran kegiatan Litbang Tanaman Pangan dalam upaya mempertahankan
swasembada padi dan jagung, pencapaian swasembada kedelai serta
peningkatan produksi tanaman pangan lainnya untuk pangan, pakan dan energi
adalah: (1) tersedianya varietas dan galur/klon unggul baru; (2) tersedianya
teknologi dan inovasi pertanian; (3) tersedianya model pengembangan inovasi;
(4) tersedianya rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian; dan (5)
tersedianya dan terdistribusinya produk inovasi pertanian.
Adapun kegiatan strategis Litbang Tanaman Pangan diarahkan untuk
mendukung: (1) swasembada padi, (2) swasembada jagung, (3) swasembada
kedelai dan (4) peningkatan produksi tanaman pangan lainnya.
Rencana aksi Kegiatan Litbang Tanaman Pangan mendukung swasembada
padi, jagung dan kedelai untuk pencapaian sasaran program dalam upaya
penyediaan varietas dan galur unggul baru diarahkan pada perakitan varietas
unggul tanaman pangan, terutama padi, jagung, dan kedelai, dengan
keunggulan salah satu atau lebih seperti potensi hasil (produktivitas) tinggi,
adaptif spesifik lokasi pada lahan basah maupun kering (ampibi), umur sangat
pendek (sangat genjah), dan tahan/toleran terhadap cekaman biotik/abiotik,
adaptif dikembangkan pada lahan-lahan suboptimal dan lahan terdampak
perubahan iklim akibat fenomena pemanasan global. Perakitan varietas unggul
dirancang dengan melibatkan konsumen dan stakeholder agar sesuai preferensi
konsumen. Sementara peningkatan produksi tanaman pangan lainnya khususnya
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 12
untuk sorgum dan ubikayu, upaya penyediaan varietas tidak hanya untuk
pangan, tetapi juga untuk bahan baku industri dan bahan bakar nabati (BBN).
Penyediaan teknologi dan inovasi pertanian guna meningkatkan
produktivitas aktual dan indeks panen dilakukan dalam rencana aksi: 1)
Perakitan dan perbaikan komponen teknologi spesifik lokasi, pra dan pasca-
panen padi, jagung, kedelai dan tanaman pangan lainnya di lahan sub optimal
dan optimal; 2) Perakitan teknologi pengelolaan hara dan air tanaman pangan
lainnya; 3) Pengembangan pertanian bioindustri berbasis tanaman pangan; 5)
Perakitan teknologi untuk antisipasi dinamika perubahan iklim; 6) Teknologi
peningkatan mutu dan rendemen beras, pengembangan beras fungsional dan
pemanfaatan hasil samping/limbah padi untuk pakan, material maju berbasis
nano dan pupuk; dan 7) Teknologi penanganan pascapanen dan pengolahan
untuk meningkatkan mutu, daya simpan dan keamanan pangan, serta
pengembangan produk pangan lokal fungsional non beras dengan cita rasa dan
citra yang tinggi.
Penyediaan model pengembangan inovasi berbasis tanaman pangan yang
efisien dan ramah lingkungan dilaksanakan dalam bentuk pengembangan model
pertanian bioindustri tanaman pangan berbasis komoditas (padi, jagung dan
kedelai) diintegrasikan dengan komoditas unggulan daerah. Inovasi teknologi
untuk mendukung model tersebut misalnya teknologi penyimpanan/pengolahan
limbah pertanian (jerami/sekam padi) untuk produksi pakan, teknologi
pembuatan pupuk organik, teknologi produksi silika, teknologi pengolahan
kotoran sapi untuk produksi biogas skala rumah tangga, teknologi pengawetan
hijauan (jerami padi dan jagung, pucuk tebu) dalam bentuk silase, teknologi
berkaitan dengan manajemen usaha tani-ternak. Pengembangan model
usahatani skala ekonomi ditujukan untuk mendukung pencapaian swasembada
padi dan kedelai. Dari sisi kebijakan, masalah pembangunan pertanian semakin
kompleks seiring dengan globalisasi ekonomi dan perubahan lingkungan
strategis. Pada periode TA 2015 – 2019, kegiatan penelitian sosial ekonomi dan
kebijakan pertanian adalah menghasilkan rekomendasi kebijakan bidang pangan.
Terkait dengan hal tersebut, untuk mewujudkan sasaran program tersebut
beberapa rencana aksi dalam rangka pencapaian swasembada padi, jagung dan
kedelai dan peningkatan produksi tanaman pangan lainnya seperti:
1. Analisis kelayakan inovasi teknologi padi, jagung dan kedelai;
2. Analisis kebijakan sumber-sumber pertumbuhan baru jagung dan kedelai di
lahan sub optimal;
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 13
3. Analisis kebijakan HPP jagung dan kedelai;
4. Analisis kebijakan subsidi pada komoditi pangan;
5. Analisis dampak kebijakan perdagangan terhadap kinerja produksi jagung,
kedelai, dan pangan lainnya;
6. Analisis kebijakanpembangunan pertanian wilayah, mendukung swasembada
jagung, kedelai dan peningkatan produksi aneka tanaman pangan lainnya
unggulan daerah;
7. Analisis nilai tambah dan rantai pasok padi, jagung dan kedelai
8. Kajian desentraliasi kebijakan pembangunan Pertanian.
Terobosan hilirisasi diperlukan untuk mempercepat diseminasi produk
inovasi pertanian berupa varietas unggul yang baru dilepas, teknologi yang telah
dihasilkan dan benih sumber yang diproduksi sesuai dengan sistem manajemen
mutu (ISO 9001:2008) serta akselerasi penyebaran dan distribusi benih sumber.
Ketersediaan benih dalam mendukung peningkatan produksi menuju
swasembada dan swasembada berkelanjutan, tidak terlepas dari peran sistem
logistik benih nasional. Pemberdayaan Unit Pengelolaan Benih Sumber (UPBS)
pada balit penelitian komoditas dan UPBS seluruh BPTP dalam satu jaringan
produksi dan distribusi benih merupakan salah satu strategi untuk mendukung
ketersediaan benih dan bibit disetiap wilayah. Manajemen UPBS yakni
manajemen program dan sumber daya UPBS selalu ditingkatkan menuju UPBS
high profile, sehingga sistem produksi,distribusi dan stok benih sumber (BS, FS,
dan SS), bahkan benih sebar (ES) terjaga secara kontinyu mendukung sistem
logistik benih.
Upaya lain dalam mendukung sistem logistik benih sumber dan benih
sebar dikembangkan Model Desa Mandiri Benih dimana Jaringan UPBS Balit
komoditas, BPTP-petani/calon penangkar memanfaatkannya untuk memenuhi
kebutuhan benih bermutu varietas unggul baru yang sesuai preferensi. Model ini
mengimplementasikan pula sekolah lapang (SL) mandiri benih guna
meningkatkan kemampuan petani/calon penangkar menghasilkan benih bermutu
varietas yang disukai. Pelaksanaannya dalam bentuk pendampingan dan
pemberdayaan petani/calon penangkar benih padi, jagung dan kedelai yang
dilaksanakan pada sentra-sentra produksi di setiap kabupaten.
Diseminasi produk inovasi pertanian lain dalam rangka swasembada padi,
jagung dan kedelai adalah model pengembangan inovasi pertanian spesifik
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 14
lokasi, penyiapan materi diseminasi inovasi teknologi dan penyebaran informasi,
publikasi teknologi, penyediaan koleksi perpustakaan (materi cetak dalam bentuk
audio – visual). Materi diseminasi diditribusikan keseluruh stakeholder, terutama
kepada petani pengguna akhir teknologi pertanian.
2.7. Target Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Sesuai dengan sasaran strategis, target kinerja Puslitbangtan adalah:
1. Penciptaan varietas dan galur/klon unggul baru, adaptif dan berdaya saing
dengan memanfaatkan advanced technology dan bioscience.
2. Penciptaan teknologi dan inovasi budi daya, pascapanen, dan prototipe
alsintan berbasis bioscience dan bioenjinering dengan memanfaatkan
advanced techonology, seperti teknologi nano, bioteknologi, iradiasi,
bioinformatika, dan bioprosesing yang adaptif.
3. Penyediaan rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian.
4. Penyediaan dan pendistribusian produk inovasi pertanian (benih sumber) dan
materi alih teknologi.
5. Pengembangan Taman Sains Pertanian (Agro Science Park).
6. Pengembangan Model Sekolah Lapang (SL)-Kedaulatan Pangan mendukung
1.000 Desa Mandiri Benih.
7. Penguatan dan perluasan jejaring kerja mendukung terwujudnya lembaga
litbang pertanian yang andal dan terkemuka, serta meningkatkan HKI.
2.8. Perjanjian Kinerja Tahun 2018
Penyusunan Perjanjian Kinerja kegiatan penelitian diselaraskan dengan
sasaran Renstra Puslitbangtan 2015 – 2019. Sejalan dengan hal tersebut
Puslitbang Tanaman Pangan setiap tahun telah menyusun Penetapan Kinerja
(PK) 2018 yang berisi: 1) Sasaran strategis kegiatan yang akan dilaksanakan; 2)
Indikator kinerja berupa hasil yang akan dicapai secara terukur, efektif, efisien,
dan akuntabel; dan 3) Target yang akan dihasilkan.
Rencana kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman pangan telah
dituangkan dalam PK tahun 2018 yang disajikan pada Tabel 1.
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 15
Tabel 1. Rencana Kinerja Tahunan Puslitbangtan 2018.
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
1. Dimanfaatkannya
inovasi teknologi tanaman pangan
Jumlah hasil penelitian dan
pengembangan tanaman pangan yang dimanfaatkan (akumulasi 5 tahun terakhir) (Jumlah)
16
Rasio hasil penelitian dan pengem-bangan tanaman pangan pada tahun
berjalan terhadap kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman pangan yang dilakukan pada tahun
berjalan (%)
100
Jumlah rekomendasi kebijakan yang dihasilkan (Rekomendasi)
5
2. Meningkatnya kualitas layanan publik Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan
Indek Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan beserta UPT di lingkup Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Skala Likert 1 –
4)
4
3. Terwujudnya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah di
lingkungan Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan
Jumlah temuan Itjen atas implement-tasi SAKIP yang terjadi berulang (Jumlah temuan)
0
Anggaran 211.537.655.000
Dokumen Penetapan Kinerja yang sudah ditandatangani oleh Kepala
Puslitbangtan dan Kepala Badan Litbang Pertanian disampaikan pada Lampiran 1
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 16
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 17
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 18
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 19
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
3.1. Analisis Kinerja
Hasil-hasil penelitian tanaman pangan memberikan kontribusi pencapaian
program Kementerian Pertanian, seperti meningkatnya produksi padi, jagung,
dan kedelai, serta tersebarnya benih unggul dan teknologi tanaman pangan.
Inovasi yang dihasilkan meliputi varietas unggul baru, benih sumber, dan
teknologi budi daya. Informasi teknologi tersebut dapat diperoleh melalui
berbagai pertemuan ilmiah, ekspose dan gelar teknologi, serta publikasi ilmiah
tercetak dalam bentuk jurnal, prosiding, buletin, dan website yang telah
terbangun di seluruh Satker lingkup Puslitbangtan.
Keberhasilan pencapaian sasaran kegiatan tidak terlepas dari telah
diterapkannya melalui monitoring dan evaluasi serta Sistem Pengendalian Intern
(SPI) di lingkup Puslitbangtan. Mekanisme monitoring dan evaluasi penelitian
dilakukan setiap triwulan melalui pelaporan dari masing-masing Satker, serta
setiap semester melakukan kunjungan ke Satker untuk pemeriksaan dokumen
dan peninjauan lapang. Realisasi keuangan dipantau melalui aplikasi i-Monev
berbasis web yang di-update setiap hari Jumat oleh masing-masing Satker, serta
penerapan Permenkeu No. 249 tahun 2011, pelaporan e-Monev Bappenas, e-
Sakip Kementan dan SPAN setiap bulan.
Pencapaian sasaran tersebut didukung oleh berbagai faktor, yaitu
komitmen yang kuat dari pimpinan dalam mendukung pelaksanaan kegiatan,
sumber daya manusia, sumber daya sarana dan prasarana penelitian serta
sumber daya anggaran. Dari aspek tata kelola, Puslitbangtan telah
menyelaraskan sistem manajemennya dengan standar ISO 9001:2008 untuk
meningkatkan jaminan mutu hasil litbang, termasuk didalamnya aspek
monitoring dan evaluasi.
Puslitbangtan senantiasa berupaya meningkatkan akuntabilitas kinerja
yang dilaksanakan dengan menggunakan indikator kinerja yang meliputi efisiensi
masukan (input), kualitas perencanaan dan pelaksanaan (proses) dan keluaran
(output). Metode yang digunakan dalam pengukuran pencapaian kinerja sasaran
adalah membandingkan antara target indikator kinerja setiap sasaran dengan
realisasinya. Berdasarkan perbandingan tersebut dapat diperoleh informasi
capaian kinerja setiap sasaran pada tahun 2018. Informasi ini menjadi bahan
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 20
tindak lanjut untuk perbaikan perencanaan dan dimanfaatkan untuk memberi
gambaran kepada pihak internal dan eksternal mengenai sejauh mana
pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam mewujudkan tujuan, misi, dan
Puslitbangtan.
Penerapan monitoring dan evaluasi kegiatan litbang tanaman pangan
dilakukan secara periodik mulai tahap perencanaan hingga tahap akhir kegiatan,
sehingga fungsi pengawasan pada setiap tahapan kegiatan dapat berjalan
dengan baik. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan untuk
memastikan tercapainya target setiap kegiatan. Metode yang dilakukan adalah
dengan memantau kemajuan pelaksanaan kegiatan dan capaian kinerjanya
secara bulanan, triwulanan, semesteran, dan tahunan beserta kendala dan
permasalahan yang dihadapi. Dengan demikian, kemungkinan tidak tercapainya
target suatu indikator dapat diantisipasi sejak awal. Secara umum indikator
kinerja memiliki fungsi yaitu: (1) dapat memperjelas tentang apa, berapa dan
kapan suatu kegiatan dilaksanakan; dan (2) membangun dasar bagi pengukuran,
analisis dan evaluasi kinerja unit kerja.
Indikator kinerja yang berlaku untuk semua kelompok kinerja harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: (1) spesifik dan jelas; (2) dapat diukur
secara objektif baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif; (3) harus relevan;
(4) dapat dicapai, penting dan harus berguna untuk menunjukkan keberhasilan
masukan, proses, keluaran, hasil, manfaat dan dampak; (5) harus fleksibel dan
sensitif; serta (6) efektif dan data/informasi yang berkaitan dengan indikator
dapat dikumpulkan, diolah dan dianalisis.
Pada Renstra tahun 2015 – 2019 edisi Revisi Kedua, Puslitbangtan telah
menetapkan tiga sasaran strategis yang akan dicapai pada perjanjian kinerjanya.
Keberhasilan pencapaian sasaran tersebut diukur dengan lima indikator kinerja.
Berdasarkan data hasil akhir kegiatan lingkup Puslitbangtan, capaian indikator
kinerja kegiatan utama tahun 2018 disajikan pada Tabel 2.
Tabel 4 memperlihatkan bahwa capaian indikator kinerja Puslitbangtan
tahun 2018 rata-rata melebihi 100% atau termasuk dalam kategori sangat
berhasil. Penetapan kategori keberhasilan tersebut sesuai dengan kriteria yang
telah disepakati oleh seluruh unit eselon I lingkup Kementerian Pertanian. Empat
kategori keberhasilan dalam pengukuran kinerja sasaran, yaitu: 1) sangat
berhasil jika capaian >100%; 2) berhasil jika capaian 80-100%; 3) cukup
berhasil jika capaian 60-79%; dan 4) tidak berhasil jika capaian 0-59%.
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 21
Tabel 2. Matriks tingkat capaian kinerja Puslitbangtan TA 2018
No. Sasaran Indikator Kinerja Persentase
% Uraian Target Realisasi
1. Dimanfaatkannya inovasi teknologi tanaman pangan
Jumlah hasil penelitian dan pengembangan tanaman pangan yang dimanfaatkan (akumulasi 5 tahun terakhir)
16 16 100
Rasio hasil penelitian dan pengembangan tanaman pangan pada tahun berjalan terhadap kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman pangan yang dilakukan pada tahun berjalan (%)
100 100 100
Jumlah rekomendasi kebijakan yang dihasilkan Rekomendasi)
5 5 100
2. Meningkatnya kualitas layanan publik Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Indek Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik Pusat Penelitian dan Pengem-bangan Tanaman Pangan beserta UPT di lingkup Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Skala Likert 1 – 4)
4 4 100
3. Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah di lingkungan Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Jumlah temuan Itjen atas implementtasi SAKIP yang terjadi berulang (Jumlah temuan)
0 0 100
Rata-rata 100
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 22
3.1.1. PENGUKURAN CAPAIAN KINERJA TAHUN 2018
Evaluasi dan analisis capaian kinerja Puslitbangtan tahun 2018 dijelaskan sebagai berikut:
Sasaran Strategis 1: Dimanfaatkannya Inovasi Teknologi Tanaman Pangan
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan 3 (tiga) indikator kinerja
sasaran, yaitu: 1) Jumlah hasil penelitian dan pengembangan tanaman pangan
yang dimanfaatkan (akumulasi 5 tahun terakhir); 2) Rasio hasil penelitian dan
pengembangan tanaman pangan pada tahun berjalan terhadap kegiatan
penelitian dan pengembangan tanaman pangan yang dilakukan pada tahun
berjalan dan 3) Jumlah rekomendasi kebijakan yang dihasilkan pada tahun
berjalan.
Indikator Kinerja 1
Jumlah hasil penelitian dan pengembangan tanaman pangan yang
dimanfaatkan (akumulasi 5 tahun terakhir)
Pencapaian target indikator kinerja sasaran “jumlah hasil penelitian dan
pengembangan tanaman pangan yang dimanfaatkan (akumulasi 5 tahun
terakhir)” disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan data realisasi indikator kinerja
tersebut, jumlah hasil penelitian dan pengembangan tanaman pangan yang
dimanfaatkan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir telah berhasil diperoleh sesuai
dengan target pada tahun 2018 sebanyak 16 teknologi tanaman pangan atau
realisasi mencapai 100% dari target 16 teknologi dan termasuk ke dalam
kategori sangat berhasil. Rincian capaian jumlah hasil penelitian dan
pengembangan tanaman pangan yang dimanfaatkan dalam kurun waktu 5 tahun
terakhir terdiri dari 16 teknologi yaitu: (1) varietas unggul padi Inpari 32 HDB;
(2) varietas unggul padi Inpari 33; (3) varietas unggul padi Inpari 35 Salin
Agritan; (4) varietas unggul padi Inpago 10; (5) varietas unggul padi Inpara 8;
(6) varietas unggul padi Hipa 18; (7) VUB padi tahan tungro Inpari 36 Lanrang;
(8) Teknologi Jajar Legowo Super; (9) Perbaikan Komponen Teknologi PTT di
Lahan Sawah; (10) Perbaikan Komponen Teknologi PTT Padi Gogo; (11)
Perbaikan Komponen Teknologi PTT di Lahan Rawa; (12) varietas kedelai Dena1;
(13) varietas kedelai Devon 1; (14) Teknologi kedelai dibawah naungan; (15)
Varietas jagung hibrida Nakula Sadewa 29; dan (16) Varietas jagung hibrida
Bima 20 URI.
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 23
Pemanfaatan teknologi tersebut dilakukan melalui kegiatan SL-PTT, GP-
PTT Dirjen Tanaman Pangan pada tahun 2015 di seluruh provinsi melalui BPTP-
BPTP provinsi. Teknologi jajar legowo super di-launching tahun 2016 pada
demfarm 100 hektar di Indramayu. Pada tahun 2017 dilakukan pengembangan
Jarwo Super pada kawasan 10.000 ha di 11 Provinsi sentra produksi padi, yaitu
Jabar, Jateng, Jatim, Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Aceh,
Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, NTB. Selain program tersebut,
pemanfaatan teknologi dilakukan melalui demfarm, bimbingan teknis,
penyuluhan, ekspose, gelar teknologi, dan website lingkup Puslitbang Tanaman
Pangan di http://pangan.litbang.pertanian.go.id. Sedangkan publikasi ilmiah
disampaikan dalam bentu buku maupun leaflet publikasi ilmiah.
Tabel 3. Target dan realisasi capaian indikator kinerja 1 tahun 2018
Indikator Kinerja Target (teknologi)
Realisasi (teknologi)
Persentase (%)
Jumlah hasil penelitian dan pengembangan tanaman pangan yang dimanfaatkan (akumulasi 5 tahun
terakhir)
16 16 100
Berdasarkan perjanjian kinerja tersebut, target dan capaian kinerja
outcome terhadap indikator jumlah hasil penelitian tanaman pangan yang
dimanfaatkan selama 5 tahun terakhir adalah sebagai berikut:
1. Varietas Unggul Padi Inpari 32 HDB
Pemanfaatan varietas Inpari 32 HDB (Gambar 1) sudah dilakukan
diantaranya oleh petani di Kabupaten Pati Jawa Tengah (Antara News, 30-
01-18) dan Kabupaten Merauke Papua (Swadayaonline, 05-05-18). Varietas
turunan Ciherang dan IRBB 64 ini walaupun memiliki potensi hasil yang
seimbang dengan Ciherang, namun di banyak lokasi mampu menghasilkan
rata-rata 8 ton per hektare. Dengan rasa nasi yang setara dengan Ciherang
(medium), tidak heran jika dalam waktu yang relatif singkat, varietas Inpari
32 HDB mulai menjadi primadona di lahan-lahan sawah irigasi. Keunggulan
lainnya adalah ketahanannya terhadap penyakit HDB ras III di lahan
endemis HDB sehingga dapat menekan penyemprotan bakterisasi (informasi
selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran Evidence).
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 24
Gambar 1. Varietas Unggul Padi Inpari 32 HDB
2. Varietas Unggul Padi Inpari 33
Varietas Inpari 33 (Gambar 2) telah dimanfaatkan oleh para petani Desa
Sukadana, Kecamatan Compreng, Kabupaten Subang Jawa Barat melalui
Kelompok Tani Moga yang berjumlah 35 kepala keluarga
(www.sembadapangan.com, 13-04-18). Mereka bersepakat untuk menanam
padi varietas unggul baru Inpari 33 karena varietas ini sangat hemat dalam
penggunaan input dibanding varietas Ciherang dan Mekongga. Hasilnya pun
luar biasa yaitu untuk satu ubinan berukuran 3 meter kali 4 meter adalah 15
kg atau secara keseluruhan mencapai 9,2 ton per ha.
Disisi lain, melalui demonstrasi area (demarea) di Kabupaten Ogan Komering
Ulu Timur (OKU), Sumatera Selatan (Antara News, 26-01-18), pertanaman
varietas Inpari 33 menunjukkan hasil 11,89 ton per hektare GKP atau setara
10,10 ton per hektare GKG. Hasil tersebut sangat membanggakan, sehingga
Kepala Dinas Pertanian OKU menyampaikan bahwa rata-rata provitas
pertanaman musim sebelumnya (sebelum demfarm) di lokasi ini sekitar 6-7 t
GKP per ha dan lebih rendah lagi ketika adanya serangan WBC sehingga
pemanfaatan varietas Inpari 33 dapat terus dilanjutkan (informasi
selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran Evidence).
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 25
Gambar 2. Varietas Padi Inpari 33
3. Inpari 35 Salin Agritan
Penggunaan Varietas Inpari 35 Salin Agritan (Gambar 3) merupakan inovasi
terobosan Balitbangtan dalam menyelamatkan petani dari cekaman salinitas
di Kampung Hidup Baru, Distrik Tanah Miring, Kabupaten Merauke, Papua
(Swadayaonline.com, 19-12-17). Hamparan lahan sawah 550 ha pada
umumnya petani tanam padi dua kali (IP 200)(MK Mei dan MH Desember)
setahun. Petani IP 300 memanfaatkan air long storage. Produktivitas padi
varietas Inpari 34 Salin Agritan saat panen mencapai 6-7 ton GKP/ha, lebih
tinggi dari varietas eksisting Ciherang 4 ton GKP/ha. Perbedaan hasil
disebabkan oleh penerapan VUB padi toleran salin dan pola tanam jarwo
super 2:1, pemupukan spesifik lokasi berbasis BWD (informasi selengkapnya
dapat dilihat dalam Lampiran Evidence).
Gambar 3. Varietas Padi Inpari 34 dan Inpari 35 Agritan
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 26
4. Varietas Unggul Padi Inpago 10
Varietas Padi Inpago 10 (Gambar 4) telah diadopsi di Desa Ujung Baruh,
Kecamatan Tringgadeng, Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi NAD melalui kegiatan
introduksi yang dilaksanakan oleh BPTP Aceh (www.celebeschanel, 12-09-
18). Inovasi Balitbangtan VUB padi gogo awalnya dicirikan dengan umur
tanaman 6 bulan sekarang sudah menjadi antara 3-4 bulan dengan provitas
6-8 ton, sehingga menjadi harapan untuk pengembangan padi gogo ke depan
(informasi selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran Evidence).
Gambar 4. Varietas Padi Inpago 10
5. Varietas Unggul Padi Inpara 8
Varietas Inpara 8 Agritan (Gambar 5) telah dimanfaatkan di berbagai
propinsi yang memiliki lahan rawa karena memiliki sifat istimewa, yakni
mampu memanjangkan tinggi tanamannya mengikuti tinggi muka air,
sehingga dapat bertahan pada kondisi genangan (stagnant flooding) antara
60 sampai 80 cm hingga fase generative, dengan produktivitas 6 hingga 9,5
ton per hectare, dan toleran terhadap penyakit blast (detikfinance, 22-08-
18).
Kementerian Pertanian (Kementan) tengah menargetkan lahan rawa lebak
menjadi lahan pertanian produktif untuk menambah pasokan pangan
nasional. Lahan rawa lebak yang sedang digencarkan oleh Kementan di
antaranya ada di Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan (informasi
selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran Evidence).
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 27
Gambar 5. Varietas Padi Inpara 8 Agritan
6. Varietas Unggul Padi HiPa 18
Varietas unggul padi hibrida yang dirilis tahun 2013 dengan potensi hasil 10,3
ton/ha, rasa nasi pulen aromatik, umur tanaman 115 hari, nomor galur H190,
telah lulus dalam sidang Pelepasan Varietas bulan Juni 2013, diberi nama
HiPa 18. Rata-rata hasil gabah kering giling ± 7,8 t/ha, potensi hasil 10,3
t/ha. Mampu beradaptasi pada lingkungan yang luas, jumlah gabah isi/malai
± 144 butir/malai. Tahan penyakit blas ras 073 dan 173, agak tahan WBC
biotipe1, HDB patotipe IV dan VIII, dan penyakit blas ras 133, tekstur nasi
pulen, aromatik dengan satus komersial.
Gambar 6. Varietas Padi Hibrida HiPa 18
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 28
Pemanfaatan Varietas Padi Hibrida HiPa 18 di Desa Mernek, Kecamatan Maos,
Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah dengan hasil panen di atas 10 ton
per ha, rendemen bagus dan harga gabah di pasaran mencapai Rp3.900 per
kilogram (informasi selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran Evidence).
7. Varietas Unggul Padi Inpari 36 Lanrang
Varietas Padi Inpari 36 Lanrang (Gambar 7) merupakan salah satu
varietas yang mendapatkan persetujuan dari Menteri Pertanian RI untuk
dipamerkan pada Ritech Expo tahun 2017. Setelah diakui dan memiliki
SK dari Menteri Pertanian pada tahun 2015, pemasaran padi Inpari ini
sudah disebar sampai ke Provinsi Sumatera Utara dan Papua, dan
diharapkan dapat mengurangi gagal panen para petani padi di Indonesia
akibat serangan penyakit tungro (ristekdikti.go.id).
Kehadiran varietas ini di wilayah Sulawesi Selatan disambut baik oleh petani
di sekitaran Sidrap yaitu Wajo, Pinrang, Bone dan wilayah lainnya di Sulawesi
Selatan, hal ini terlihat dari antusiasme petani di sekitar wilayah tersebut
untuk mengunjungi Kebun Percobaan Lanrang untuk mengetahui dan
mengenal lebih jauh teknologi yang dihasilkan berupa varietas tahan tungro
yang terbaru.
Varietas inpari 36 Lanrang diminati oleh petani dikarenakan performa
tanaman serta potensi hasil yang terbilang tinggi, dengan peforma tanaman
yang juga tahan blas selain keunggulan utama sebagai varietas tahan tungro
dan potensi hasil. Berkat varietas ini, UPBS Lolittungro dalam memproduksi
benih unggul tersebut telah banyak diketahui oleh petani sekitar sebagai
penghasil produksi benih bermutu (informasi selengkapnya dapat dilihat
dalam Lampiran Evidence).
Gambar 7. Varietas Padi Inpari 36 Lanrang
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 29
8. Teknologi Tanam Jajar Legowo Super
Teknologi Budidaya Tanam Padi Jajar Legowo Super (Gambar 8) telah
diimplementasikan oleh petani di Desa Talohen Hulu, Kecamatan
DusunTengah, Kabupaten Barito Timur dalam rangka menghasilkan calon
benih sebar VUB padi Inpari 30 Ciherang (Antara News, 10-10-17). Salah
seorang petani penangkar menyatakan bahwa penggunaan teknologi jarwo
super mampu meningkatkan produksi pada pertanaman, tampilan tanaman
terlihat lebih tegak dan berwarna lebih hijau, dan lebih hemat pada
penggunaan pupuk Urea. Dengan demikian diharapkan mampu mendukung
ketersediaan benih pada musim tanam OKMAR 2017/2018 dan meningkatkan
pendapatan keluarga petani penangkar padi.
Penerapan teknologi tersebut juga dilaksanakan di beberapa Desa pada
Kabupaten Poso, Provinsai Sulawesi Tengah yang sebelumnya menggunakan
sistem hambur kiri kanan (hakika) (Antara News, 30-01-18). Apresiasi Wakil
Bupati Poso menyatakan bila teknologi itu bisa diaplikasikan di seluruh areal
persawahan di Poso akan membuat daerah itu surplus beras, yang selama ini
hasilnya memang sangat terbatas, dengan rata-rata 2,5 ton per ha (informasi
selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran Evidence).
Gambar 8. Diseminasi Budidaya Tanam Padi Jajar Legowo Super
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 30
9. Pengelolaan Tanaman Terpadu di Lahan Sawah
Pengelolaan tanaman terpadu sangatlah membantu untuk lebih
mengedepankan peningkatan produktivitas hasil, mempermudah
pengendalian hama dan penyakit, penggunaan pupuk lebih efisien, dan dapat
meningkatkan pendapatan usahatani. Teknologi hasil Balitbangtan ini diteliti
oleh para peneliti Institut Pertanian Bogor yang berhubungan dengan
penerapan PTT padi sawah di Ds. Tolisu, Ds. Tirta Sari, Ds. Sindang Baru,
dan Ds. Mekar Kencana, Kec. Toili, Kab. Banggai, Sulawesi Tengah pada
Agustus 2015 – Juli 2016. Hasilnya adalah pencapaian keuntungan yang
relatif sudah sangat menguntungkan dalam penerapannya, kompatibilitas
sudah sesuai dengan kebutuhan dan kebiasaan petani, dan observabilitas
sudah dapat dicoba dalam skala luasan yang lebih kecil (Jurnal Penyuluhan
IPB Vol 13, No 2 Tahun 2017).
Disamping itu, PTT juga dijadikan sebagai kajian oleh Mahasiswa dan Staf
Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang melaksanakan
studi kasusnya di Ds. Pematang Setrak, Kec. Teluk Mengkudu, Kab. Serdang
Bedagai, Sumatera Utara dengan judul DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI
PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI
PADI SAWAH. Tujuannya antara lain adalah untuk mengidentifikasi tingkat
adopsi PTT oleh keluarga petani di daerah tersebut dan dampaknya terhadap
pendapatan petani. Hasilnya antara adalah: 1) tingkat adopsi petani padi
sawah terhadap PTT di daerah penelitian adalah sangat berhasil; 2)
penerapan PTT berdampak terhadap tingginya pendapatan petani padi sawah
di daerah penelitian (Media neliti) (informasi selengkapnya dapat dilihat
dalam Lampiran Evidence).
Gambar 9. Diseminasi PTT Padi Sawah dan Juknis GP-PTT Padi
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 31
10. Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Gogo
Secara umum komponen utama pendekatan model pengelolaan tanaman
dan sumberdaya terpadu (PTT) padi gogo adalah: (a) penggunaan varietas
unggul dengan sistem mozaik (3 – 4 varietas/petani) dan penerapan rotasi
varietas; (b) penambahan bahan organik tanah dan konservasi tanah; (c)
pemupukan berimbang berdasarkan status kesuburan tanah; dan (d) usaha
efsiensi pemupukan dengan sistem jajar legowo dan cara pupuk dengan
larikan serta waktu pemupukan yang tepat.
Gambar 10. Diseminasi PTT Padi Gogo
11. Komponen Teknologi PTT di lahan Rawa
Komponen teknologi yang dapat diintroduksikan dalam pengembangan
usahatani padi melalui pendekatan PTT padi lahan rawa pasang surut terdiri
atas:
a. Varietas unggul baru yang sesuai dengan karakteristik lahan, lingkungan,
bentuk gabah maupun rasa nasi yang diinginkan oleh petani setempat;
b. Benih bermutu (kemurnian dan daya kecambah tinggi);
c. Jumlah bibit 2-3 batang per lubang dan tanam dengan system jajar
legowo 2:1, 4:1 dan lainnya dengan populasi minimum 2.500
rumpun/ha, atau dengan system tanam tabela;
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 32
d. Pengelolaan tanah air mikro dengan sistem tata air satu arah dengan
saluran keliling dan kemalir, pintu-pintu air (flapgate) masuk dan keluar
serta stoplog. Saluran kemalir dibuat dengan interpal 6-8 m yang disertai
dengan caren-caren;
e. Mengaplikasikan pupuk urea tablet/granul dengan dosis 200 kg/ha.
Pemberian pupuk N berdasarkan pembacaan BWD;
f. Pemberian pupuk P dan K didasarkan pada status hara tanah.
Pemakaian perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) atau menggunakan petak
omisi;
g. Amelioran lahan dengan mengaplikasi 1-2 t/ha kapur pertanian atau
dolomit;
h. Pengendalian gulma secara terpadu;
i. Pengendalian hama penyakit secara terpadu (PHT);
j. Panen beregu dan pasca panen menggunakan alat perontok.
Gambar 11. Diseminasi PTT Padi Rawa Pasang Surut
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 33
12. Kedelai Dena 1
Varietas Dena 1 (Gambar 12 dan 13) mulai termanfaatkan pada tahun 2015
yaitu kelas benih FS sebanyak 885,5 kg, dimana pengguna terbanyak adalah
BPTP (558 kg) dan Dinas (205 kg). Sampai tahun 2018 untuk kelas benih BS
Dena 1 telah digunakan oleh peneliti Balitkabi (1432,5 kg), BBI (160 kg),
BPSB (16 kg), BPTP (62 kg), Dinas (134 kg), perguruan tinggi (41,5 kg),
petani (5 kg) dan swasta (1 kg). Sedangkan untuk kelas benih FS varietas
Dena 1 telah digunakan oleh peneliti Balitkabi (2080 kg), BBI (45 kg), BPSB
(46 kg), BPTP (1878 kg), Dinas (358,5 kg), Perguruan Tinggi (125,5 kg),
Petani (143 kg) dan swasta (1019 kg).
Tabel 4. Produksi benih varietas Dena 1 dan Devon 1 tahun 2015-2018
Varietas 2015 2016 2017 2018 Total
BS FS BS FS BS FS BS FS BS FS
Dena 1 176 2656 1970 5525 521,5 2373 2747 6401 5.414,5 16.955
Devon 1 - - 4853 3517 532 8078 967 1777 6.352 13.372
Gambar 12. Varietas Kedelai Dena 1
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 34
Gambar 13. Tanaman Kedelai Dena 1
13. Kedelai Devon 1
Benih sumber varietas Devon 1 (Gambar 14) mulai diproduksi pada tahun
2016, sampai tahun 2018 varietas ini telah didistribusikan sebanyak 6.352
kg untuk kelas benih BS dan 13.372 kg untuk kelas benih FS. Jika kelas
benih BS ini ditanam luasan yang akan tertanami mencapai 127 ha, yang
akan menghasilkan 127 t dengan kelas benih FS atau setara dengan luasan
2.540 ha. Benih kelas FS yang telah terdistribusi 13.372 kg atau seluas
267,5 ha. Jika diasumsi tiap hektar akan menghasilkan benih sebanyak 1
t/ha maka akan menghasilkan benih setara 267,5 t kelas benih SS atau
setara dengan luasan 5.350 ha.
Varietas Devon 1 ini mulai banyak terdistribusi pada tahun 2017. Sampai
tahun 2018 varietas Devon 1 untuk kelas benih BS telah dimanfaatkan oleh
swasta (800,5 kg), BPTP (454 kg), BBI (135 kg), Dinas (45 kg), petani (7
kg) dan perguruan tinggi sebanyak 5,25 kg serta digunakan oleh peneliti
Balitkabi sekitar 872 kg. Sedangkan untuk kelas benih FS telah digunakan
oleh swasta (857 kg), BPTP (688 kg), BPSB (121 kg), Dinas (63,5 kg),
petani (105 kg) dan perguruan tinggi sebanyak 114,5 kg serta digunakan
oleh peneliti Balitkabi sekitar 2928 kg.
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 35
Gambar 14. Keragaan Tanaman Kedelai Devon 1
Distribusi kedelai BS dan FS hingga bulan November 2018 untuk Dena
1 telah mencapai 1.700 kg untuk kelas benih BS dan 4.150 kg untuk kelas
benih FS, sedangkan varietas Devon mencapai 592 kg untuk kelas benih BS
dan 912 kg untuk kelas benih FS. Lima varietas yang terdistribusi dalam
jumlah besar antara lain berturut-turut adalah Devon 1, Dena 1, Anjasmoro,
Dega 1, dan Dering 1. Distribusi kedelai terbanyak ada di propinsi Jawa
Timur. Selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 5 dan 6.
Tabel 5. Distribusi Varietas Dena 1 dan Devon Kelas Benih BS
No Instansi 2015 2016 2017 2018
Dena 1 Devon 1 Dena 1 Devon 1 Dena 1 Devon 1 Dena 1 Devon 1
1 Balai 0,00 0,00 120,00 0,00 1219,5 871,50 93,00 0,50
2 BBI 0,00 0,00 0,00 0,00 60,00 135,00 100,00 0,00
3 BPP 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
4 BPSB 0,00 0,00 0,00 0,00 5,00 0,00 11,00 0,00
5 BPTP 0,00 0,00 0,00 0,00 67,00 19,00 25,00 435,00
6 Dinas 0,00 0,00 0,00 0,00 64,00 5,00 70,00 40,00
7 P. Tinggi 0,00 0,00 0,00 0,00 13,50 2,75 28,00 2,50
8 Petani 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5,00 7,00
9 Sekolah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
10 Swasta 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 800,5 1,00 0,00
Jumlah 0,00 0,00 120,00 0,00 1429,0 1833,7 333,00 485,0
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 36
Tabel 6. Distribusi Varietas Dena 1 dan Devon Kelas Benih FS
No Instansi 2015 2016 2017 2018
Dena 1 Devon 1 Dena 1 Devon 1 Dena 1 Devon 1 Dena 1 Devon 1
1 Balai 46,00 0,00 65,00 0,00 978,5 99,50 991,0 2829
2 BBI 0,00 0,00 0,00 0,00 45,00 0,00 0,00 0,00
3 BPP 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
4 BPSB 7,00 0,00 0,00 0,00 37,00 59,00 2,00 62,00
5 BPTP 558,0 0,00 400,0 0,00 915,0 587,0 5,00 101,0
6 Dinas 205,0 0,00 26,00 0,00 127,0 31,00 0,50 32,50
7 P. Tinggi 8,50 0,00 10,50 0,00 90,00 88,50 16,50 26,00
8 Petani 51,00 0,00 15,00 0,00 67,00 35,00 10,00 70,00
9 Sekolah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
10 Swasta 10,00 0,00 0,00 0,00 1009 856,0 0,00 1,00
TOTAL 885,5 0,00 516,5 0,00 3268,5 1756,0 1025,0 3121,5
14. Teknologi BUDENA
BUDENA, teknologi budidaya kedelai pada lahan naungan, merupakan
sistem perluasan areal tanam kedelai pada kawasan hutan/perkebunan
sebagai peluang untuk memanfaatkan lahan yang masih kosong pada
tanaman-tanaman muda atau pada kawasan tanaman yang belum
menghasilkan dengan harapan dapat membantu peningkatan produktivitas
kedelai nasional dalam mendukung swasembada kedelai tahun 2020.
Penjelasan tentang Budena disampaikan dalam Tabel 7.
Tabel 7. Teknologi Budidaya Kedelai Naungan
No Komponen teknologi Teknologi
1. Penyiapan lahan Sisa tanaman sebelumnya dibersihkan, gulma disemprot
herbisida kontak, TOT/olah tanah minimal (tergantung kepadatan tanah)
2. Saluran drainase Dibuat saluran drainase, lebar bedengan sesuai kondisi setempat
3. Persiapan benih Benih berkualitas, daya tumbuh >80%
4. Varietas Dena 1, argomulyo dan Anjasmoro
5. Perlakuan benih Agrisoy dicampur benih sebelum tanam, dosis 20 g/10 kg
benih
6. Cara tanam Tugal, 2-3 biji/lubang, menggunakan alsintan
7. Jarak tanam 40 cm x 15 cm
8. Pupuk organik 1 t/ha
9. Pupuk NPK majemuk 250 kg Phonska/ha + 100 kg SP36/ha
11. Dolomit 1 t/ha (tanah masam)
12. Penyiangan Penyiangan ke-I umur 15-20 hari. Penyiangan ke-II pada
umur 28-30 hari.
13. Pengendalian
hama/penyakit
Secara preventif dengan pestisida kimia
14. Saat panen Bila polong berwarna coklat, cara manual
15. Pembijian Menggunakan thresher
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 37
Pada tahun 2018 pengembangan Budena adalah sebagai berikut:
a. BUDENA kayu jati (Pengembangan Teknologi Budidaya Kedelai pada
lahan naungan di bawah tegakan kayu jati) di Jawa Tengah,
menggunakan varietas unggul baru Dena 1, Dega 1, Argomulyo, dan
Anjasmoro di lahan naungan di bawah tegakan jati. Berdasarkan
keragaan hasil, varietas kedelai yang sesuai ditanam pada BUDENA Jati
adalah Dena 1. Keragaan pertumbuhan empat varietas tersebut di
bawah tegakan jati relatif baik, dengan produktivitas tertinggi 1,83 t/ha.
Dari hasil analisis ekonomi, dengan menggunakan perhitungan biaya
produksi eksplisit, pertanaman kedelai pada periode tanggal tanam 8 s.d.
18 Februari 2018 masih dapat memberikan hasil kedelai yang
menguntungkan bagi petani (R/C ratio >1). Gambar 15 menunjukkan
keragaan kedelai naungan tegakan pada perkebunan jati.
Gambar 15. Keragaan kedelai naungan tegakan jati
b. BUDENA kayu putih (Pengembangan Teknologi Budidaya Kedelai pada
lahan naungan di bawah tegakan kayu putih) di Jawa Timur,
dilaksanakan di bawah tegakan kayu putih milik Perum Perhutani KPH
(Kesatuan Pemangkuan Hutan) Mojokerto pada bulan Januari – Juli 2018
pada areal seluas 40 ha. Lokasi kegiatan di desa Simo Ngagrok,
Kecamatan Dawar Blandong, kabupaten Mojokerto. Petani/pesanggem
berjumlah 164 orang rata-rata luas lahan 0,1 - 0,5 ha per pesanggem.
Tanaman kayu putih berumur 5 bulan hingga 9 tahun dengan persentase
hidup tanaman kayu putih 87-98%. Keragaan pertumbuhan empat
varietas (Anjasmoro, Argomulyo, Dena1 dan Dega 1) di bawah tegakan
kayu putih relatif baik, dengan produktivitas tertinggi 2,36 t/ha. Hasil
benih yang dapat disertifikasi dari kegiatan ini sebanyak 23.440 kg, dan
hingga saat ini telah terdistribusi ke daerah Jawa dan Sumatera
sebanyak 21.025 kg (89%). Hasil analisis ekonomi kegiatan superimpose
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 38
(varietas Dena 1 ditanam baris ganda maupun baris tunggal) yang
mampu menghasilkan 1,8 - 2,36 t/ha mempunyai peluang secara
ekonomi menguntungkan dan juga layak dikembangkan. Petani
mempunyai respon positif terhadap teknologi BUDENA kayu putih
dengan penggunaan varietas kedelai yang berkualitas. Gambar 17
menunjukkan keragaan kedelai naungan tegakan pada perkebunan kayu
putih.
Gambar 16. Keragaan kedelai naungan kayu putih dan benih hasil naungan kayu putih yang siap didistribusikan
c. BUDENA kelapa sawit (Pengembangan Teknologi Budidaya Kedelai pada
lahan naungan di bawah tegakan kelapa sawit) dilaksanakan di Desa
Tanjungjati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.
Kelompok tani yang berperan menanam yaitu kelompok tani Sinar Tani
(11 ha), Tunas Mekar (17 ha) dan Sederhana (12 ha), total 40,0 hektar.
Area kegiatan di lahan tanaman kelapa sawit, jarak tanam antar kelapa
sawit adalah 9 m x 8 m, sedangkan lorong yang ditanami kedelai pada
ukuran 9 m. Untuk TBM1 (tanaman kelapa sawit sekitar umur 1 tahun)
lahan yang ditanami kedelai dengan lebar lorong 7 m, sedangkan pada
TBM2 (tananam kelapa sawit sekitar umur 2 tahun) hanya 4,5 m hingga
6,0 m. Teknologi budidaya kedelai untuk naungan yang diterapkan di
lahan kelapa sawit pada lahan TBM1 potensi hasil biji mencapai 2,57 t/ha
(Anjasmoro), sedangkan di TBM2 mecapai 2,32 t/ha (Dena 1). Produksi
hasil biji kedelai di lahan kelapa sawit terdiri dari varietas Anjasmoro
(21,88 ton), Dena 1 (7,45 ton), Dega 1 (3,45 ton) dan Argomulyo (10,59
ton), total sebanyak 43,37 ton. Dari hasil tersebut sebanyak 9,2 ton
tersertifikasi yang terdiri dari varietas Anjasmoro (7,2 t), Dena 1 (1,0 t)
dan Dega 1 (1,0 t). Selain itu, sebanyak 5,0 ton benih (varietas
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 39
d. Anjasmoro) terdistribusikan ke Kabupaten Asahan, Sumatera Utara, dan
sebanyak 1,2 ton varietas Anjasmoro kelas SS ditanam di Gapoktan
Wampo Jaya, Kec. Wampo, Kab. Langkat (10 ha), Kel. Sinar Tani Ds.
Tanjungjati. Kec. Binjai. Kab. Langkat (7 ha) dan Kel. Tani Rahmad III.
Ds. Mangga. Kec. Stabat, Kab. Langkat (3 ha). Gambar 17 menunjukkan
keragaan kedelai naungan tegakan pada perkebunan kelapa sawit.
Gambar 17. Keragaan kedelai naungan pohon sawit
15. Varietas Jagung Nakula Sadewa 29
Gambar 18. Keragaan VUB jagung Nakula Sadewa (NASA 29)
bertongkol 2 dengan potensil hasil 13,7 ton/ha
Gelar teknologi varietas jagung Nasa 29 telah dilaksanakan di propinsi
Sumatera Utara, Kalimantan Timur, Jawa Timur, Maluku, Nusa Tenggara
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 40
Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Kalimantan
tengah dan Papua. Gelar teknologi dilakukan bekerja sama dengan Balai
Pengkajian Teknologi (BPTP), Dinas Pertanian dan Pemerintah Daerah
setempat. Tahun 2018, varietas jagung hibrida Nasa 29 dilisensi oleh 8
perusahaan benih jagung. Daftar perusahaan penerima lisensi jagung
hibrida Nasa 29 disampaikan dalam Tabel 8.
Tabel 8. Daftar Perusahaan Penerima Lisensi Jagung Nasa 29
No Nama Perusaan Tanggal Lisensi Masa
Lisensi
1. CV. Adi Jaya 28 November 2018 5 tahun
2. PT. Benindo Perkasa Utama 30 Oktober 2018 5 tahun
3. PT. Benih Jatim Nusantara 19 Juli 2018 5 tahun 4. PT. Jafran Indonesia 30 Oktober 2018 5 tahun
5. PT. Mulya Agro Sarana 30 Oktober 2018 5 tahun 6. PT. Petrokimia Gresik 28 November 2018 5 tahun
7. PT. Rahmat Rodel 30 Oktober 2018 5 tahun
8. PT. Samudera Artha Abadi 28 November 2018 5 tahun
16. Varietas Jagung Hibrida Bima 20 URI
Gambar 19. Keragaan VUB jagung Bima 20 Uri
Teknologi subak identik dengan penggunaan kearifan lokal dalam budi daya
tanaman padi. Dengan sedikit modifikasi, teknologi subak juga bisa
diterapkan dalam budidaya jagung, perbedaan hanya pada alokasi air yang
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 41
lebih sedikit sesuai dengan lebutuhan air tanaman dalam satu musim.
Demplot varietas unggul litbang dilakukan bekerjasama dengan BPTP Bali.
Balitsereal menyediakan benih sumber dan tenaga pendamping lapangan
sementara pelaksanaan lapangan dilakukan oleh BPTP Bali. Kajian tahun
2018 ini dilakukan di kelompok tani Tulus Bakti, Desa Musi, Kec. Gerokgak,
Kab. Buleleng. Dari hasil ubinan diketahui ternyata Jagung Bima 20 URI
dengan sistem tanam Jajar Legowo jarak tanam 25 x (50 x 100) serta
ditambah aplikasi Bio Silika, memiliki produktivitas tertinggi yaitu sebesar
11, 048 ton/ha, Jagung pipilan kering (Gambar 19). Dalam Tabel 9
disampaikan daftar perusahaan penerima lisensi jagung hibrida Bima 20
URI.
Tabel 9. Daftar Perusahaan Penerima Lisensi Jagung Hibrida Bima 20 URI
No. Nama Perusahaan Tanggal Lisensi Masa Lisensi
1. PT. Mulya Agro Sarana 10 Januari 2017 5 tahun
2. PT. Pertani Persero 10 Januari 2017 5 tahun
3. PT. Sang Hyang Seri 12 Januari 2017 5 tahun
4. PT. Tani Solusi 7 Pebruari 2017 5 tahun
5. PT. Golden Indonesia Seed 10 Juli 2017 5 tahun
6. PT. Sarwa Guna Adinata 10 Juli 2017 5 tahun
7. PB. Oryza Sativa 10 Juli 2017 5 tahun
8. PT. Agro Indo Mandiri 9 OKtober 2017 5 tahun
9. PT. Tunas Wiji Inti Nayottama 18 Desember 2017 5 tahun
10. PT. Soka Mitra Manunggal 26 Januari 2018 5 tahun
11. CV. Bunga Tani Sejahtera 30 Oktober 2018 5 tahun
12. PT. Anugrah Cemerlang Indonesia 28 November 2018 5 tahun
13. PT. Petro Kimia Gresik 28 November 2018 5 tahun
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 42
Indikator Kinerja 2
Rasio hasil penelitian dan pengembangan tanaman pangan pada tahun
berjalan terhadap kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman
pangan yang dilakukan pada tahun berjalan (%)
Indikator kinerja sasaran ke-2 yang memberikan kontribusi dalam
perjanjian kinerja (PK) Puslitbangtan adalah “Rasio hasil penelitian dan
pengembangan tanaman pangan pada tahun berjalan terhadap kegiatan
penelitian dan pengembangan tanaman pangan yang dilakukan pada tahun
berjalan”. Realisasi indikator kinerja sasaran ini pada tahun 2018 telah sesuai
target (realisasi 100%) dan termasuk ke dalam kategori berhasil.
Tabel 10. Target dan realisasi capaian indikator kinerja 2
Indikator Kinerja Target (%) Realisasi (%) Persentase
(%)
Rasio hasil penelitian dan
pengembangan tanaman pangan pada tahun berjalan terhadap kegiatan penelitian
dan pengembangan tanaman pangan yang dilakukan pada tahun berjalan.
100 100 100
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 43
Target tersebut dicapai melalui empat kegiatan penelitian utama penelitian dan
pengembangan tanaman pangan pada tahun 2018, dengan rincian hasil
sebagaimana disampaikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Kegiatan Utama Pendukung Indikator Kinerja 2
Kegiatan 1 Target (%) Realisasi (%) Persentase
(%)
Terciptanya Varietas Unggul Baru Tanaman Pangan
12 VUB 16 VUB 100
Tersedianya teknologi budidaya
panen dan pasca panen primer
tanaman pangan
12 Teknologi 12 Teknologi 100
Tersedianya benih sumber
varietas unggul baru padi,
serealia serta kacang dan ubi
untuk penyebaran varietas
berdasarkan SMM ISO
9001:2008
162 Ton 175,78 Ton 100
Tersedianya rekomendasi
kebijakan pengembangan
tanaman pangan
5 Rekomendasi 5 Rekomendasi 100
Kegiatan 1: Terciptanya Varietas Unggul Baru Tanaman Pangan
(12 VUB)
Kegiatan perakitan varietas unggul baru tanaman pangan telah
menghasilkan 16 varietas unggul baru dari target 12 VUB yang terdiri dari 7 VUB
padi, 6 CVUB kacang dan ubi, dan 3 CVUB tanaman serealia dengan penjelasan
sebagaimana disampaikan dalam Tabel 12. Sedangkan untuk deskripsi lengkap
hal VUB disampaikan dalam Lampiran 3.
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 44
Tabel 12. Varietas Unggul Baru Tanaman Pangan TA 2018
1. Varietas Purwa
Dirilis dengan SK Mentan No: 324/Kpts/TP.010/5/2018. Varietas ini Baik
ditanam pada lahan rawa pasang surut dan lebak. Agak toleran terhadap
keracunan Fe, agak toleran terhadap cekaman salinitas fase vegetatif, agak
toleran genangan pada fase vegetative.
Gambar 20. Penampilan tanaman, beras dan gabah VUB Purwa
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 45
2. Varietas Inpara 10 BLB
Dirilis dengan SK Mentan No: 325/Kpts/TP.010/05/2018. Varietas ini Agak tahan terhadap hawar daun bakteri patotipe III, dan VII, agak rentan patotipe IV dan VIII, rentan terhadap penyakit tungro, tahan terhadap
penyakit blas ras 001, 041, agak tahan ras 003, 073, 133, 173, rentan ras 033, 061, 211 dan 213. Baik ditanam pada lahan rawa pasang surut dan lebak. Toleran terhadap keracunan Fe.
Gambar 21. Penampilan tanaman, gabah dan beras VUB Inpara 10 BLB
3. Varietas Luhur 1
Dirilis dengan SK Mentan No: 323/Kpts/TP.010/05/2018. Varietas ini Tahan terhadap penyakit blas ras 013, 101, agak tahan terhadap blas ras 041, 033,
dan 023 juga baik ditanam pada lahan kering di dataran menengah dan dataran tinggi (700-1.000 mdpl). Toleran terhadap kekeringan fase vegetatif dan agak toleran terhadap keracunan aluminium
Gambar 22. Penampilan tanaman, gabah dan beras VUB Luhur 1
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 46
4. Varietas Luhur 2
Dirilis dengan SK Mentan No: 330/Kpts/TP.010/05/2018. Varietas ini Baik ditanam pada lahan kering di dataran menengah dan dataran tinggi (700-1.000 mdpl). Toleran terhadap kekeringan fase vegetatif dan toleran
terhadap keracunan aluminium.
Gambar 23. Penampilan tanaman, gabah dan beras VUB Luhur 2
5. Varietas Siliwangi Agritan
Dirilis dengan SK Mentan No: 326/Kpts/TP.010/05/2018. Varietas ini tahan
terhadap penyakit hawar daun bakteri strain III, rentan hawar daun bakteri
strain IV dan VII. Juga tahan terhadap penyakit blas ras 033, 073, dan 133.
Baik ditanam pada lahan sawah irigasi dataran rendah sampai ketinggian
600 mdpl
Gambar 24. Penampilan tanaman, malai, gabah dan beras VUB Siliwangi Agritan
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 47
6. Varietas Padjadjaran Agritan
Dirilis dengan SK Mentan No: 327/Kpts/TP.010/05/2018. Varietas ini gak
tahan terhadap wereng batang coklat biotipe 1 dan 2, agak rentan wereng
batang coklat biotipe 3, agak tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri
strain III, rentan hawar daun bakteri strain IV dan VIII, dan baik ditanam
pada lahan sawah irigasi dataran rendah sampai 600 mdpl.
Gambar 25. Penampilan tanaman, malai, gabah dan beras VUB Padjadjaran Agritan
7. Varietas Cakrabuana Agritan
Dirilis dengan SK Mentan No: 328/Kpts/TP.010/05/2018. Varietas ini agak
tahan terhadap wereng batang coklat biotipe 1, 2 dan 3, agak tahan
terhadap penyakit hawar daun bakteri strain III, rentan hawar daun bakteri
strain IV dan VIII. Tahan penyakit blas ras 033, dan 173. Agak tahan
penyakit tungro inokulum Purwakarta, dan baik ditanam pada lahan sawah
irigasi dataran rendah dan menegah sampai ketinggian 600 mdpl.
Gambar 26. Penampilan tanaman, gabah dan beras VUB Cakrabuana Agritan
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 48
8. Calon Varietas Unggul Baru Kedelai Derek
Kedelai Derek merupakan hasil seleksi persilangan Tanggamus dengan
Anjasmoro, yang memiliki keunggulan: potensi hasil 3,56 t/ha dengan rata-
rata hasil 2,61 t/ha, tahan terhadap hama penggerek polong dan agak
tahan terhadap hama pengisap polong dan penyakit karat, rentan terhadap
ulat grayak, ukuran biji sedang, umur masak genjah (84 hari), tahan
terhadap pecah polong serta memiliki kandungan protein 36,13%.
9. Calon Varietas Unggul Baru Kedelai Depas
VUB Kedelai DEPAS merupakan hasil seleksi persilangan Burangrang x
MLGG 0511, yang memiliki keunggulan: potensi hasil 2,84 t/ha dengan rata-
rata hasil 2,35 t/ha, tahan terhadap penyakit karat, agak tahan terhadap
ulat grayak, dan agak tahan terhadap hama pengisap polong, serta memiliki
kandungan protein 39,83%.
10. Calon Varietas Unggul Baru Kacang Tanah Tasia 1
Varietas unggul Tasia 1 merupakan hasil persilangan varietas Talam 1
dengan Lokal Malang (T3) memiliki keunggulan: potensi hasil 4,19 t/ha
polong kering dengan rata-rata hasil 2,79 t/ha polong kering, tahan
penyakit layu bakteri, agak tahan penyakit karat, agak tahan penyakit
bercak daun, serta toleran hama kutu kebul.
11. Calon Varietas Unggul Baru Kacang Tasia 2
Tasia 2 merupakan hasil persilangan varietas Talam 1 dengan varietas Takar
1 memiliki keunggulan: potensi hasil 4,32 t/ha polong kering dengan rata-
rata hasil 2,77 t/ha polong kering, tahan penyakit layu bakteri, agak tahan
penyakit bercak daun, serta toleran hama kutu kebul.
12. Calon Varietas Unggul Baru Ubi Kayu Vati 1
Varietas unggul Vati 1 merupakan hasil persilangan antara tetua betina MLG
10098 dengan tetua jantan MLG 10025. Varietas ini memiliki keunggulan:
potensi hasil 46,88 t/ha dengan rata-rata hasil 37,46 t/ha, agak tahan
terhadap hama tungau, rentan terhadap penyakit busuk akar/umbi
(Fusarium spp.)
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 49
Granula pati CMM 02040-1
Gambar 27. Keragaan tanaman, umbi dan granula pati klon CMM 02040-/Vati1
13. Calon Varietas Unggul Baru Ubi Kayu Vati 2
Sedangkan Vati 2 merupakan hasil persilangan antara tetua betina Adira 4
dengan tetua jantan UJ 4. Varietas ini memiliki keunggulan: potensi hasil
66,79 t/ha dengan rata-rata hasil 42,54 t/ha, agak tahan terhadap hama
tungau, tahan terhadap penyakit busuk akar/umbi (Fusarium spp.)
Granula pati CMM 03038-7 Vati 2
Gambar 28. Keragaan tanaman, umbi, dan granula pati klon CMM 03038-7/Vati 2
14. Calon Varietas Unggul Baru Jagung hibrida Jhana 1
CVUB jagung Jhana 1 berumur sedang 101 hari, tahan terhadap penyakit
Bulai jenis pathogen Peronosclerospora philippinensis, agak tahan terhadap
penyakit bulai jenis pathogen Peronosclerospora maydis, hawar daun
(Helminthosporium maydis) dan karat daun (Puccinia polysora). Toleran
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 50
pada kondisi intensitas naungan cahaya 50% sehingga cocok dibudidayakan
pada lahan di bawah tegak tanaman tahunan dengan intensitas naungan
cahaya sebesar 50% dengan potensi hasil 7,85 ton/ha. CVUB ini telah
disidangkan tinggal menunggu SK pelepasan varietas (Gambar 29).
Gambar 29. Penampilan jagung hibrida Jhana 1.
15. Calon Varietas Unggul Baru Jagung Komposit Sinhas 1
CVUB jagung Sinhas 1 berumur sedang 101 hari, tahan terhadap penyakit
bulai jenis patogen Peronosclerospora philippinensis, dan agak tahan
terhadap penyakit bulai jenis patogen Peronosclerospora maydis, hawar
daun (Helmintosporium maydis) dan karat daun (Puccinia polysora) Toleran
pada kondisi cekaman kekeringan pada fase menjelang berbunga sampai
panen dan pemupukan N rendah sehingga cocok dibudidayakan pada lahan
dengan ketersediaan air rendah dan kurang subur. Hasil tinggi pada kondisi
lingkungan dan pemeliharaan optimum potensi hasil 10,71 ton/ha. CVUB ini
telah disidangkan tinggal menunggu SK pelepasan varietas (Gambar 30).
Gambar 30. Penampilan jagung komposit Sinhas 1.
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 51
16. Calon Varietas Unggul Baru Jagung Komposit Jakarin 1
CVUB jagung Jakarin 1 berumur sedang 100 hari, tahan terhadap penyakit
bulai jenis patogen Peronosclerospora philippinensis, dan agak tahan
terhadap penyakit bulai jenis patogen Peronosclerospora maydis, hawar
daun (Helmintosporium maydis) dan karat daun (Puccinia polysora). Hasil
cukup stabil dan toleran pada kondisi cekaman kekeringan pada fase
menjelang berbunga sampai panen dan pemupukan N rendah sehingga
cocok dibudidayakan pada lahan dengan ketersediaan air rendah dan
kurang subur potensi hasil 10 ton/ha. CVUB ini telah disidangkan tinggal
menunggu SK pelepasan varietas Gambar 31).
Gambar 31. Penampilan jagung komposit Jakarin 1.
Kegiatan 2. Tersedianya teknologi budidaya panen dan pasca panen
primer tanaman pangan (12 Teknologi)
Kegiatan 2 yaitu hal “Tersedianya teknologi budidaya panen dan pasca
panen primer tanaman pangan menargetkan untuk menghasilkan 12 teknologi.
Pada tahun 2018 target tersebut tercapai sehingga 12 teknologi dapat
mendukung kinerja dalam rangka meningkatkan produksi pangan nasional. Dari
ke 12 teknologi tersebut adalah 5 terkait tanaman padi, 4 terkait tanaman
pangan palawija lainnya dan 3 untuk tanaman serealia sebagaimana diuraikan
dalam Tabel 13. Sedangkan untuk deskripsi lengkap hal teknologi tersebut
disampaikan dalam Lampiran.
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 52
Tabel 13. Teknologi budidaya panen dan pasca panen
primer tanaman pangan
Untuk lebih jelasnya akan keunggulan masing-masing teknologi disampaikan
dalam keterangan sebagai berikut:
1. Perakitan paket teknologi budidaya padi sawah produksi tinggi
ramah lingkungan (Isabela)
Hasil kegiatan Perakitan Paket Teknologi Budidaya Padi Sawah Produksi
Tinggi Ramah Lingkungan telah menghasilkan teknologi intensifikasi sebar
benih langsung (Isabela) pada lahan sawah tadah hujan. Varietas unggul
yang ditanam terdiri dari 8 varietas spesifik lahan tadah hujan yaitu Inpari 7
Lanrang, Inpari 38 Tadah Hujan Agritan, Inpari 39 Tadah Hujan Agritan,
Inpari 37 Lanrang, Inpari 41 Tadah Hujan Agritan, Inpari 42 Agritan GSR
dan Inpari 43 Agritan GSR. Hasil panen ubinan Inpari 42 Agritan GSR 7,2
t/ha GKP lebih tinggi dengan rata-rata produksi wilayah tersebut 5,1 t/ha.
2. Optimalisasi Produktivitas Padi Rawa Mendukung Kedaulatan
Pangan Dan Swasembada Beras Nasional
Hasil kegiatan Optimalisasi Produktivitas Padi Rawa Mendukung Kedaulatan
Pangan dan Swasembada Beras Nasional telah menghasilkan teknologi
sistem produksi padi sawah pasang surut intensif, super dan aktual (RAISA).
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 53
Teknologi RAISA merupakan rangkai komponen teknologi yang pada
prinsipnya mengambil dari Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi
pasang surut.
Teknologi RAISA telah di launching dalam kegiatan Demonstrasi Farming
(Demfarm) seluas 50 hektar di Desa Sukaraya, Kecamatan Tungkal Ilir,
Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Terdapat peningkatan
hasil 1-2 ton/ha setelah menggunakan teknologi RAISA untuk varietas
Inpara 2, Inpara 3 dan Inpara 8 Agritan (Gambar 32).
Gambar 32. Panen dan Temu Lapang Demfarm RAISA
3. Teknologi Pengendalian Hama dan Penyakit Utama Tanaman Padi
Hasil kegiatan Teknologi Pengendalian Hama dan Penyakit Utama Tanaman
Padi telah menghasilkan teknologi teknologi pengendalian hama penggerek
batang padi secara preventif. Bertujuan untuk mengurangi penggunaan
insektisida dan penggunaan penegndalian cara kuratif yang kurang efektif.
Preventif mengutamakan pemantauan populasi penggerek batang padi
sebagai tindakan early warning system. Dengan teknologi ini diharapkan
penggerek batang padi dapat terkendali sebelum menyerang tanaman padi.
4. Teknologi Pasca Panen Primer Padi
Hasil kegiatan Tekonologi Pasca Panen Primer Padi telah menghasilkan
teknologi pemanfaatan produk samping penggilingan padi (menir dan beras
patah) menjadi susu beras fortifikasi.
Hasil penelitian telah didapatkan formulasi susu beras fortifikasi dengan
mutu rasa yang lebih disukai dan mutu nutrisi yang jauh lebih tinggi
dibanding susu beras impor Australia dan Korea. Kandungan senyawa
fenolik susu beras fortifikasi mencapai 132.8 mg/100 mL yaitu 200-500%
lebih tinggi dibandingkan susu sapi, susu kedelai, dan susu beras lainnya.
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 54
Sedangkan aktivitas antioksidan susu beras fortifikasi adalah 17.8 mg
AAE/100 mL. Susu beras fortifikasi setidaknya mengandung 4 mineral, 3
vitamin serta asam lemak Omega 3 dan Omega 6. Kandungan vitamin B2
susu beras fortifikasi sangat tinggi yaitu mencapai 37% AKG. Susu beras
fortifikasi tidak hanya dapat meningkatkan nilai ekonomis beras patah dan
menir tetapi juga berpotensi menjadi pangan fungsional. Susu beras
fortifikasi BB Padi ini sudah didaftarkan untuk mendapatkan hak paten
(Gambar 33 dan 34).
Gambar 33. Susu beras fortifikasi BB Padi
Gambar 34. Formulir pendaftaran paten susu beras fortifikasi
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 55
5. Teknologi Budidaya Kedelai Pada Lahan Salin
Teknologi budidaya ini disusun berdasarkan hasil penelitian pada lahan salin dengan DHL 10-15 dS/m yang diharapkan dapat meningkatkan produksi kedelai galur harapan (GH) K13 mencapai 1,3 t/ha (Gambar 35).
Gambar 35. Keragaan GH K13 pada lahan salin di Lamongan tahun 2018 dengan
DHL 10-15 dS/m.
6. Inovasi Teknologi Produksi Ubi Kayu di Lahan Pasang Surut
Rakitan inovasi teknologi produksi ubi kayu dilahan pasang surut (Kalsel) dengan penjelasan sesuai Tabel 14.
Tabel 14. Komponen Teknologi Produksi Ubi Kayu Lahan Pasang Surut
Komponen
Teknologi
Teknologi
Eksisting Paket Inovasi
Lahan Bajak 2x Bajak 2x & garu 2x
Varietas Gajah Kristal
Jarak tanam 100 x 200 100 x 200
Popuk 2 t/ha 5 t/ha
Pupuk 400 kg (ditugal) 600 kg (dialurkan)
Anorganik
Dolomit 1 t/ha 5 t/ha
PPC-ZPT 0, 2 dan 4 BST 0, 2 dan 4 BS
Wiwil (tunas) 2 dan 4 BST
Penyiangan 1 x 2 x
Pengendalian Tanpa BeBas & SBM
OPT Pengendalian
Panen 8-10 BST 8-10 BST
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 56
7. Teknologi Budidaya Kacang Tanah di Lahan Kering Beriklim Kering
Sumba Timur NTT
Khusus di lahan kering iklim kering (LKIK) bertipe iklim D3 dan E, usahatani
kacang tanah secara agronomis dan ekonomis layak dikembangkan meski
secara bio-fisik menghadapi kendala antara lain kekurangan air pada fase
generatif tanaman, investasi gulma dan penyakit. Teknologi budidaya
kacang tanah di LKIK tipe iklim D3 (3-4 bulan basah/tahun) ditanam pada
akhir musim hujan (Januari-Maret), telah tersedia. Teknologi budidaya
kacang tanah di lahan kering iklim kering disampaikan dalam Tabel
terlampir.
Pada lahan kering beriklim kering di Sumba Timur, dengan penerapan
teknologi budidaya tersebut, pertanaman tumbuh cukup baik, dan diperoleh
hasil polong segar 3.422 kg/ha atau 2396 kg/ha polong kering. Selain hasil
polong, juga diperoleh hasil panen dalam bentuk hijuan sebanyak 5,5 – 13,0
t/ha, yang dapat digunakan sebagai pakan ternak, diantaranya kuda dan
sapi yang banyak dipelihara oleh petani/masyarakat wilayah lahan kering
iklim kering Sumba Timur (Gambar 36).
Gambar 36. Keragaan tanaman kacang tanah di lahan kering iklim kering
8. Komponen Teknologi Budidaya Kacang Hijau di Lahan Kering Iklim Kering
Dengan paket teknologi tersebut produktivitas kacang hijau bisa mencapai
1,63 t/ha. Deskripsi teknologi dijelaskan sesuai pada Tabel terlampir.
9. Teknologi Pengendalian Hama Penggerek Batang dan Hama Utama Kedelai dengan Kombinasi beberapa cara Pengendalian
Pengendalian hama utama kedelai tidak mudah dilakukan dengan hanya
mengandalkan satu cara pengendalian saja, mengingat jenis dan sifat
hama, stadia menyerang serta waktu menyerang tidak bersamaan. Oleh
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 57
karena itu, diperlukan kombinasi beberapa cara pengendalian untuk
menekan serangan hama utama. Rakitan pengendalian hama penggerek
batang dan hama utama kedelai dilakukan dengan mengkombinasikan
antara: (1) varietas toleran; (2) perlakuan benih; dan (3) biopestisida
ekstrak serbuk biji mimba (SBM), entomovirus SlNPV (VIR-GRA), dan
entomopatogen Beauveria bassiana (Be-bas). Sebagai pembanding diujikan
pengendalian dengan biopestisida terjadwal yang efektif di lahan pasang
surut dan pengendalian kimiawi. Lebih lengkapnya dapat dilihat dalam
halaman Lampiran.
Hasil biji kedelai yang diperoleh dari petak pengendalian kombinasi (2,2
t/ha) setara dengan pengendalian biopestisida terjadwal (2,2 t/ha), tetapi
masih lebih rendah dibandingkan pengendalian pestisida kimia (2,4 t/ha).
Menurut deskripsi varietas, potensi hasil varietas Dena 1 adalah 2,9 t/ha
dengan rerata hasil 1,7 t/ha.
10. Teknologi Pengendalian Hama/Penyakit Pada Tanaman Gandum
Dengan melaksanakan penerapan pengelolaan yang baik dapat menghindari
dampak negatif tarhadap lingkungan akibat penggunaan pestisida sintetik.
Tindakan tepat yang harus dilakukan ada Pengendalian Hama dan Penyakit
secara Terpadu (PHT), baik dengan cara bercocok tanam, fisik, mekanik,
biologi, maupun cara kimia.
Varietas GURI-3 menunjukkan tingkat serangan hama dan penyakit yang
lebih rendah daripada varietas lainnya. Pestisida nabati Mitol 20EC
menunjukkan hasil yang terbaik dalam mengendalikan hama dan penyakit
sesuai pada Gambar 37.
Gambar 37. Penampilan varietas GURI-3 dibanding yang lainnya.
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 58
11. Peta Sebaran Varietas di Sulsel
Peta adopsi varietas unggul jagung nasional dibuat dengan menggunakan
software pembuat peta untuk membuat Batasan wilayah/kabupaten/kota
berdasarkan tingkat adopsi VUB jagung nasional. Database penyebaran
varietas disusun berdasarkan data skala kabupaten dan entri data luas
tanam dilakukan pada setiap sel. Interpretasi hasil dilakukan dengan
membagi tingkat adopsi dalam 4 kategori yaitu adopsi tinggi (> 10.000 ha),
Adopsi sedang (3000-5000 ha), adopsi agak rendah (1000-3000 ha) dan
adopsi rendah (< 1000 ha). Adopsi tinggi hanya didapatkan pada 2
kabupaten yaitu Kabupaten Gowa dan Kabupaten Jeneponto. Peta ini
bermanfaat untuk perencanaan kebutuhan benih hibrida, delineasi wilayah
untuk penyaluran bantuan pupuk/saprodi, memudahkan dalam
melaksanakan program perluasan areal tanam baru (PATB) serta dapat
dijadikan pengambilan keputusan/pedoman dalam pembagian alokasi
bantuan benih berdasarkan tingkat ketersediaan lahan, penguasaan
teknologi oleh petani serta kemudahan dalam penyaluran bantuan. Peta ini
juga bisa diintegrasikan dengan hasil pencitraan satelit untuk pemantauan
standing crop tanaman jagung yang secara jelas terdapat dalam Gambar
38.
Gambar 38. Peta sebaran varietas
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 59
12. Teknologi Pengendalian Tungro Terpadu di Daerah Endemis Tungro
Pada prinsipnya penyakit tungro tidak dapat dikendalikan secara langsung,
sehungga tanaman yang telah terserang tidak dapat disembuhkan.
Pengendalian bertujuan untuk mencegah dan meluasnya serangan serta
menekan populasi wereng hijau yang menularkan penyakit. Mengingat
banyaknya faktor yang berpengaruh pada terjadinya serangan dan
intensitas serangan, serta untuk mencapai efektivitas dan efisiensi, upaya
pengendalian harus dilakukan secara terpadu yang meliputi: waktu tanam,
tanam serempak, menggunakan varietas tahan tungro, memusnahkan
tanaman terserang, pemupukan N yang tepat dan penggunaan pestisida.
Lengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran.
Kegiatan 3. Tersedianya benih sumber varietas unggul baru padi,
serealia serta kacang dan ubi untuk penyebaran varietas berdasarkan
SMM ISO 9001:2008 (162 ton)
Target produksi benih sumber padi yang telah ditetapkan pada IKU 2018
sebanyak 162 ton. Hasil capaian kinerja dari kegiatan ini telah menghasilkan
benih padi BS/FS/SS sebanyak 175,78 ton, dengan uraian sebagaimana dalam
Tabel 15.
Tabel 15. Capaian kinerja kegiatan
produksi benih sumber tanaman pangan tahun 2018
Indikator Kinerja Target
(ton)
Realisasi
(ton)
Fisik
(%)
Jumlah produksi benih sumber padi (BS, FS, SS)
110 118,28 107,52
Jumlah produksi benih sumber tanaman aneka kacang dan ubi
(BS, FS, SS)
26 29,4 113,07
Jumlah produksi benih sumber tanaman Serealia (BS, FS, SS)
26 28,1 108,07
Benih tersebut telah disebarkan ke pengguna baik BPTP, penangkar swasta, dan
petani untuk memproduksi benih yang akan ditanam pada musim tanam
berikutnya.
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 60
Kegiatan 4. Tersedianya rekomendasi kebijakan pengembangan
tanaman pangan (5 rekomendasi kebijakan)
Untuk mencapai sasaran kegiatan tersebut sesuai dengan yang
ditetapkan dalam IKU 2018 yaitu tersedianya 5 rekomendasi kebijakan tanaman
pangan. Sasaran tersebut telah dicapai seluruhnya yaitu 5 rekomendasi
kebijakan tanaman pangan dengan perincian sebagai berikut:
1. Kelayakan teknis, sosial dan ekonomi inovasi teknologi larikan padi gogo
2. Menimbang performa “Nasa 29” melalui sudut pandang petani sudahkankah
harapan sesuai dengan kenyataan
3. Pupuk hayati gliocompost untuk mendukung pengembangan produsi padi
gogo dan hortikultura nasional
4. Sebaran varietas unggul padi Inpari masih lambat
5. Kebijakan system bantuan benih sebar varietas unggul jagung hibrida rakitan
Balitbangtan perlu diperbaiki.
Indikator Kinerja 3
Jumlah Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Tanaman Pangan
(5 Rekomendasi)
Pada tahun anggaran 2018, Puslitbangtan menargetkan untuk dapat
menghasilkan rekomendasi kebijakan yang diharapkan menjadi acuan bagi
pelaksana bidang tanaman pangan dalam beraktivitas menghasilkan kebutuhan
pangan. Target lima rekomendasi dapat dihasilkan lima rekomendasi sehingga
tercapai 100%. Berikut disampaikan judul-judul rekomendasi kebijakan (policy
brief) secara ringkas, dan selengkapnya disampaikan dalam Lampiran 4 dan
Lampiran Evidence.
1. Kelayakan Teknis, Sosial, dan Ekonomi Inovasi Teknologi Larikan Padi Gogo (LARGO)
Rekomendasi Kebijakan
Keberlanjutan penyediaan benih VUB padi gogo yang diperkenalkan kepada
petani melalui penerapan paket teknologi Largo Super maupun tanaman
pangan lainnya akan dapat dicapai apabila petani mampu memproduksi
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 61
benihnya sendiri secara mandiri Kelompok Tani/Gabungan Kelompok Tani
(Gapoktan) melalui langkah-langkah:
a. Pengembangan sistem produksi benih berbasis korporasi melalui
konsolidasi manajemen usahatani perbenihan.
b. Pembentukan kelembagaan korporasi petani yang berbadan hukum agar
memiliki akses ke sumber keuangan baik dalam bentuk Korporasi Mandiri
atau Korporasi Kemiteraan sebagai berikut.
1) Korporasi Petani Mandiri: Konsolidasi manajemen sistem usahatani
dalam bentuk lembaga korporasi yang melaksanakan kegiatan
usahatani yang dibentuk oleh, dari, dan untuk petani, guna
meningkatkan produktivitas dan efisiensi Usaha Tani, baik yang
berbadan hukum maupun yang belum berbadan hukum.
2) Korporasi Kemitraan: Lembaga korporasi yang dibentuk oleh, dari,
dan untuk petani sebagai plasma yang bermitra dengan swasta
sebagai inti dengan syarat contract agreement dikehendaki oleh
kedua pihak, saling menguntungkan, dan berbagi keuntungan dan
resiko secara proposional
c. Menggunakan model Desa Mandiri Benih (DMB) dalam penerapan sistem
produksi benih berbasis korporasi baik dalam bentuk korporasi mandiri
maupun kemiteraan.
d. Rancang bangun Prototipe Pengembangan Korporasi Kemiteraan yang
membutuhkan dukungan kebijakan untuk pengembangan Desa Mandiri
Benih yang terlanjutkan.
e. Pemanfaatan Demonstration Farm (Dem-Farm) skala luas (50-100 ha)
per lokasi sebagai show window dalam percepatan proses diseminasi dan
masalisasi penerapan paket teknologi introduksi termasuk Largo Super.
f. Pemanfaatan Keterkaitan antar Komponen Pertumbuhan Produksi Benih
berkelanjutan sebagai berikut:
1) Keterkaitan kelembagaan petani/KT, swasta, BUMN, BUMD, sumber
modal dan lain-lain.
2) Keterkaiatan horizontal (diversifikasi produk perbenihan)
3) Keterkaitan vertikal (penciptaan nilai tambah di tingkat petani
produsen)
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 62
4) Keterkaitan regional (Jalur Benih antar Lapang dan Musim (Jabalsim)
baik tingkat kawasan maupun antar kawasan.
2. Menimbang Performa “Nasa 29” Melalui Sudut Pandang Petani, Sudahkah Harapan Sesuai Dengan Kenyataan
Rekomendasi Kebijakan Teknis
a. Tingkat kepuasan petani calon penangkar terhadap performa dan
atribut2 NASA 29 perlu terus diperbaiki karena berimplikasi terhadap
tingkat kepercayaan dan komitmen petani calon penangkar untuk terus
mendukung sub sistem penyediaan benih dalam rangka masalisasi dan
hilirisasi VUB tsb.
b. Permintaan pasar terhadap benih yang dihasilkan oleh petani calon
penangkar perlu terus diciptakan. BPTP dan Pemda harus melakukan
upaya2 untuk menghubungkan petani kepada mitra bisnis pengguna
benih, memberikan akses petani terhadap dukungan permodalan, dan
untuk tahap awal pengembangan ini Pemda perlu memprioritaskan
opkup terhadap benih yang telah dihasilkan untuk didistribusikan lebih
lanjut ke CP/CL yg lebih luas di dalam wilayah pengembangan
Kabupaten Berau.
c. Keterjangkauan harga saprodi pendukung perbanyakan benih dapat
dilakukan dengan melakukan upaya2 mendekatkan petani dengan
penyedia saprodi. Hal ini selain dapat memangkas biaya transportasi
saprodi juga memberikan akses yang lebih besar kepada petani
terhadap produk2 pengendali OPT unggul untuk meningkatkan
produksi benih yang dihasilkannya.
d. Perbaikan tingkat kemudahan budidaya perbanyakan/penangkaran
benih dapat diupayakan dengan jalan meningkatkan kapasitas petani
calon penangkar. Dalam hal ini peran pendampingan intens oleh BPTP,
Balitsereal, dan BPSB mutlak diperlukan.
e. Keberlanjutan penyediaan benih VUB introduksi sebagai salah satu
komponen paket inovasi teknologi hasil Balitbangtan, mutlak diperlukan
untuk menjamin hilirisasi VU tersebut, dapat dilakukan melalui:
1) Sistem produksi benih berbasis korporasi di tingkat petani, oleh
dan untuk petani (kelembagan petani korporasi mandiri)
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 63
2) Sistem produksi benih kemitraan yang melibatkan kelembagaan
petani sebagai plasma dengan mitra bisnis (swasta, BUMN, BUMD)
sebagai inti yang: (1) dikehendaki dan disepakati oleh kedua belah
pihak, (2) saling menguntungkan, (3) saling berbagi resiko secara
proporsional.
3. Pupuk Hayati Gliocompost Untuk Mendukung Pengembangan
Produksi Padi Gogo dan Hortikultura Nasional
Rekomendasi Kebijakan
a. Penggunaan pupuk hayati Gliocompost untuk mendukung usahatani
padi gogo dan hortikultura dalam skala luas layak dikembangkan, karena
disamping dapat meningkatkan produktivitas per satuan luas, juga dapat
mengurangi biaya pemupukan.
b. Penggunaan pupuk hayati Gliocompost dalam jangka panjang akan
memperbaiki degradasi lahan pertanian yang makin parah dan mampu
mengembalikan kesuburan tanah.
4. Sebaran Varietas Unggul Padi Inpari Masih Lambat Rekomendasi Kebijakan
Saran kebijakan yang diajukan untuk percepatan adopsi varietas unggul baru
padi Inpari guna peningkatan produktivitas padi nasional sebagai berikut:
a. Memperluas program teknologi Jarwo Super dengan bantuan benih dan
input pendukungnya dari Ditjen Tanaman Pangan. Apabila dilakukan
program massalisasi teknologi Jarwo Super seluas 1 juta ha dengan
peningkatan produktivitas minimal 1,00 ton GKG/ha, maka akan diperoleh
tambahan produksi 1 juta ton GKG.
b. Mengevaluasi adopsi/keberlanjutan petani menggunakan Inpari 30, Inpari
32 dan/atau Inpari 33 di lokasi-lokasi yang telah mampu meningkatkan
hasil padi melalui uji coba Teknologi Jarwo Super seluas 10.000 ha di 10
Provinsi pada tahun 2017. Walaupun komponen pendukung Jarwo Super
(Agrimeth, Biodekomposer, Bioprotektor, dll) belum/tidak tersedia di lokasi
tersebut, minimal petani/Poktan masih menggunakan benih Inpari 30,
Inpari 32 dan/atau Inpari 33 khususnya melalui kegiatan penangkaran
benih Inpari tersebut oleh salah satu Poktan di wilayah pengembangan
Jarwo Super 2017.
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 64
c. Mengembangkan Desa-desa di sekitar Desa yang telah menerima program
1.000 Desa Mandiri Benih (DMB) padi untuk menggunakan benih bermutu
Inpari adaptif spesifik lokasi di setiap Desa melalui program bantuan benih
dari Ditjen Tanaman Pangan. Pengembangan DMB terutama di luar Jawa
dalam pengembangan budidaya padi spesifik lokasi secara berkelanjutan
akan menjamin benih dari VUB Inpari yang direkomendasikan tersedia di
lapang, dengan memperbanyak jumlah DMB untuk lokasi yang terpencil
dan belum ada penangkar di Kabupaten tersebut.
d. Balai Penyuluhan Pertanian (BPP/BP3K) pada Provinsi yang varietas Inpari
belum masuk peringkat 10 besar, agar lebih meningkatkan pendampingan
pengembangan Inpari melalui diseminasi (display/demfarm) dengan
supervisi oleh BPTP sebagai perpanjangan tangan (agen pemasaran
teknologi) Balitbangtan, Kementan di Provinsi.
e. BB Padi agar mengurangi secara bertahap produksi benih kelas Benih
Penjenis (BS) varietas-varietas lama (Ciherang, Mekongga, Situbagendit,
IR64, dan IR42) untuk mempercepat berkembangnya varietas-varietas
unggul Inpari spesifik
5. Kebijakan Sistem Bantuan Benih Sebar Varietas Unggul Jagung
Hibrida Rakitan Balitbangtan Perlu Diperbaiki
Rekomendasi Kebijakan
Rekomendasi kebijakan untuk meningkatkan adopsi benih varietas jagung
hibrida Balitbangtan adalah sebagai berikut:
a. Balitbangtan (melalui BPTP) agar bekerjasama dengan Diperta
Kabupaten (melalui BPP/BP3K di Kecamatan) dan produsen
benih/lisensor varietas tertentu untuk memperbanyak diseminasi atau
pengenalan varietas rakitan Balitbangtan berupa dermplot/demfarm di
lokasi/wilayah yang belum pernah menanam jagung hibrida
Balitbangtan.
b. Untuk lokasi/wilayah yang kelompok taninya telah biasa menanam benih
jagung hibrida non-Balitbangtan yang umumnya hibrida Silang Tunggal,
maka apabila akan diberikan benih bantuan Balitbangtan sebaiknya
diberikan hibrida Silang Tunggal Balitbangtan yang rata-rata hasilnya
lebih tinggi atau minimal sebanding dengan hibrida non-Balitbangtan,
sehingga tidak terjadi penurunan hasil, mengingat program kita adalah
untuk meningkatkan produktivitas dan produksi jagung.
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 65
c. BPTP bersama Balitsereal hendaknya memetakan lokasi/wilayah yang
mengalami endemik penyakit bulai atau penyakit/hama lainnya,
sehingga di daerah tersebut perlu diuji beberapa varietas hibrida
Balitbangtan yang tahan bulai atau penyakit/hama lainnya dengan
karakter utama hasil biji yang tinggi atau minimal sebanding dengan
hibrida non-Balitbangtan.
d. Ke depan, bantuan benih hibrida hibrida Silang Tiga Jalur varietas Bima
19 URI dan Bima 20 URI Balitbangtan sebaiknya diarahkan ke lahan
potensial (lahan kering, lahan masam, dll) di luar Jawa yang umumnya
masih menanam jagung komposit (varietas unggul atau lokal) sehingga
akan terjadi peningkatan produktivitas dan produksi jagung di lahan-
lahan tersebut.
e. Memperbanyak pelepasan dan uji coba varietas jagung hibrida Silang
Tiga Jalur adaptif lahan potensial (lahan kering, lahan masam, dll) di luar
Jawa. Hal ini berkaitan dengan potensi hasil benih hibrida Silang Tiga
Jalur yang mencapai dua kali dibandingkan dengan hibrida Silang
Tunggal, sehingga harga benih hibrida Silang Tiga Jalur lebih murah
(sekitar 3 kali harga jagung komposit) dibandingkan dengan hibrida
Silang Tiga Jalur, dengan potensi hasil di atas jagung komposit.
f. Hibrida Silang Tiga Jalur sebaiknya ditujukan untuk menggantikan
jagung komposit unggul (seperti varietas Bisma dan Lamuru) yang
berdasarkan data tahun 2016 luasnya mencapai 663.454 ha (13,94%)
dari total luas tanam 4,41 juta ha. Sedangkan bantuan benih jagung
komposit unggul (varietas Lamuru dan Bisma) dapat diprogramkan untuk
menggantikan jagung komposit lokal yang berdasarkan data tahun 2016
luasnya mencapai 460.609 ha (10,44%) dari luas tanam 4,41 juta ha.
Bantuan benih jagung komposit unggul (varietas Lamuru dan Bisma) ini
juga dapat diprogramkan untuk lahan bukaan baru yang umumnya
kesuburan tanahnya masih rendah. Apabila dari 1.124.063 ha luas lahan
yang masih menggunakan jagung komposit (varietas unggul dan lokal)
ditanami jagung hibrida hibrida Silang Tiga Jalur dengan peningkatan
produktivitas minimal 1 ton/ha di atas jagung komposit unggul atau
lokal, maka akan diperoleh peningkatan produksi sebesar 1,12 juta ton.
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 66
Indikator Kinerja 4
Indek Kepuasan Masyarakat (IKM) atas Layanan Publik Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan berserta UPT di
lingkup Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Skala
Liker 1 – 4)
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) adalah data dan informasi tentang
tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran secara
kuantitatif dan kualitatif atas pendapat masyarakat dalam memperoleh
pelayanan dari aparatur penyelenggara pelayanan publik dengan
membandingkan antara harapan dan kebutuhannya.
Hasil Analisis IKM Puslitbang Tanaman Pangan tahun 2018 setelah
dikonversi dengan angka 86,936 berdasarkan Permen Pan RB nomor 14 tahun
2017 masuk dalam nilai persepsi 4 (76,61 – 88,30) dengan mutu pelayanan A
(baik).
Hasil Analisis IKM Puslitbang Tanaman Pangan tahun 2018 setelah
dikonversi dengan angka 86,11 berdasarkan Permen Pan RB nomor 14 tahun
2017 masuk dalam nilai persepsi 4 (76,61 – 88,30) dengan mutu pelayanan A
(baik).
Tabel 16. Hasil Analisis IKM Puslitbangtan 2018
No
Unsur Pelayanan
Nilai
Rata-Rata
1. Persyaratan 3,30
2. Sistem Manajemen dan Prosedur 3,22
3. Waktu Penyelesaian 3,35
4. Biaya/Tarif 4,00
5. Produk spesifikasi jenis pelayanan 3,22
6. Komptensi pelaksana 3,32
7. Prilaku Pelaksana 3,37
8. Penanganan Pengaduan Saran dan Masukan 3,33
9. Sarana dan Prasarana 3,90
NRR Tertimbang Unsur 3,44
Sumber Permenpan RB No. 14 tahun 2017
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 67
Jumlah Indek pelayanan 3,44
a. Nilai IKM setelah dikonversi = 86,11
b. Mutu Pelayanan = A
c. Kinerja pelayanan Puslitbangtan Baik.
Keterangan :
Nilai IKM : Jumlah NRR Tertimbang x 25 : 3,44 X 25 : 86,00
Interval Nilai IKM Pelayanan
Analisa:
Berdasarkan dari hasil rekapitulasi data, diperoleh nilai IKM Unit Pelayanan
86,11 yang termasuk ke dalam kategori Baik (81,26-100). Hal ini
menunjukkan bahwa pelayanan yang diberikan oleh Puslitbangtan telah
memberikan kepuasan kepada pengguna jasa karena pelayanan dinilai mudah,
cepat dan adil. Berdasarkan kepada unsur pelayanan yang dinilai, nilai terbesar
diperoleh untuk unsur Biaya/Tarif dengan nilai 4,00 yang menunjukkan bahwa
pengguna jasa merasa terbantu dan puas bahwa pelayanan di Puslitbangtan
tidak memungut biaya, nilai terbesar lainnya Sarana dan Prasarana dengan
nilai 3,90 hal tersebut menunjukkan bahwa pengguna merasa nyaman dengan
kondisi sarana, prasarana dan lingkungan pelayanan yang bersih, rapi, dan
teratur. Nilai tertinggi lainnya yaitu Prilaku Pelaksana dengan nilai 3,37 yang
menunjukkan bahwa petugas pelayanan memiliki keahlian dan keterampilan,
serta memiliki prilaku yang baik dalam memberikan pelayanan kepada pengguna
jasa. Nilai terendah diperoleh untuk unsur pelayanan Sistem, Mekanisme
Prosedur dengan nilai 3,22 hal tersebut akan menjadi perhatian dan perbaikan
dimasa yang akan datang.
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 68
Indikator Kinerja 5
Jumlah temuan Itjen atas implementasi SAKIP yang terjadi berulang
(5 aspek SAKIP sesuai PermenPAN RB No.12/2015 meliputi:
perencanaan, pengukuran, pelaporan kinerja, evaluasi internal, dan
capaian kinerja) di lingkup Puslitbangtan (temuan)
Terhadap indicator jumlah temuan Itjen atas implementasi SAKIP diperoleh dari
evaluasi yang dilakukan Inspektorat Jenderal atas lima aspek SAKIP sesuai
PermenPAN RB no 12 Tahun 2015 yang meliputi Rencana Strategis, Pengukuran
Kinerja, Pelaporan Kinerja, Capaian Kinerja, dan Evaluasi Kinerja pada tahun
2018 tidak ada. Hal ini karena Puslitbangtan tidak menjadi sampling dalam
evaluasi atas implementasi SAKIP oleh Itjen, sehingga indikator ini tidak dapat
diukur tingkat keberhasilannya.
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Jumlah temuan Itjen atas implementasi SAKIP yang
terjadi berulang (5 aspek SAKIP sesuai PermenPAN RB
Nomor 12 tahun 2015 meliputi: perencanaan,
pengukuran, pelaporan kinerja, evaluasi internal, dan
capaian kinerja)
0 N/A N/A
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 69
3.1.2. PENGUKURAN CAPAIAN ANTAR TAHUN
Indikator Kinerja 1: Jumlah hasil penelitian dan pengembangan
tanaman pangan yang dimanfaatkan (akumulasi 5 tahun terakhir)
Tahun 2018, merupakan tahun pertama diberlakukannya PK berbasis
outcome sedangkan pada tahun 2013 - 2017 masih menggunakan PK berbasis
output dengan empat output utama yaitu varietas, teknologi, benih sumber dan
rekomendasi kebijakan, sehingga perbandingan capaian kinerja hanya bisa
diperbandingkan dengan PK output dari tahun 2013-2017 sedangkan untuk PK
2018 hanya dapat diperbandingkan dengan PK 2019. Capaian kinerja tiap tahun
pada setiap indikator kinerja rata-rata tercapai 100%. Perbandingan capaian
output utama tahun 2013-2017 dapat dilihat pada (Tabel 17).
Tabel 17. Pengukuran capaian antar tahun 2013-2017
Indikator Kinerja Target/ Realisasi
2013 2014 2015 2016 2017
Varietas unggul baru tanaman pangan
Target 20 16 16 17 10
Realisasi 22 16 16 21 11
Teknologi budidaya panen dan
pasca panen primer tanaman pangan
Target 11 17 21 20 11
Realisasi 14 21 21 20
11
Jumlah produksi benih sumber
tanaman pangan
Target 219 203 231,8 218 173
Realisasi 223,18 256,04 254,80 232,47 188,6
Rekomendasi kebijakan pengembangan tanaman pangan
Target 10 11 9 9 6
Realisasi 13 11 9 9 6
Gambar 39. Grafik perbandingan capaian antar tahun varietas unggul baru tanaman pangan dan realisasi anggaran 2013-2017
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 70
Gambar 40. Grafik perbandingan capaian antar tahun teknologi budidaya panen dan pasca panen primer tanaman pangan dan realisasi anggaran 2013-2017
Gambar 41. Grafik perbandingan capaian antar tahun benih sumber tanaman pangan dan realisasi anggaran 2013-2017
Gambar 42. Grafik perbandingan capaian antar tahun rekomendasi kebijakan tanaman pangan dan realisasi anggaran 2013-2017
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 71
Indikator Kinerja 2: Rasio hasil penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian pada tahun berjalan terhadap kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman pangan yang dilakukan pada tahun berjalan
Capaian indikator kinerja 2 jika dibandingkan tahun sebelumnya relatif
stabil, dimana dari 7 kegiatan penelitian pada tahun 2017 telah dihasilkan 7
laporan hasil penelitian (100%) yang didalamnya mencakup 15 teknologi yang
menjadi target pada tahun tersebut. Demikian juga dengan tahun ini, dari 14
kegiatan penelitian telah dihasilkan 14 laporan hasil penelitian (100%) yang
didalamnya mencakup 36 teknologi yang dihasilkan dari 20 teknologi yang telah
ditargetkan (180%).
Tabel 18. Perbandingan capaian indikator kinerja 2 tahun 2018 dan 2017
Indikator Kinerja
Target
(kegiatan penelitian)
Capaian (hasil
kegiatan penelitian)
Persentase Capaian (%)
2017 2018 2017 2018 2017 2018
Rasio hasil penelitian dan pengembangan tanaman pangan pada tahun berjalan terhadap kegiatan penelitian dan
pengembangan tanaman pangan yang dilakukan pada tahun berjalan
4 keg
22 tek
4 keg
28 tek
11 VUB
11 tek
16 VUB
12 tek
100
100
100
180
Indikator Kinerja 3: Jumlah rekomendasi yang dihasilkan pada tahun berjalan
Capaian indikator kinerja 3 jika dibandingkan tahun sebelumnya
mengalami penurunan, dimana pada tahun 2017 capaian jumlah rekomendasi
kebijakan tanaman pangan tercapai 6 rekomendasi (100%), sedangkan pada
tahun 2018 turun sebanyak 1 rekomendasi, dari 5 rekomendasi yang ditargetkan
telah dicapai 5 rekomendasi (100%).
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 72
Tabel 19. Perbandingan capaian indikator kinerja 3 tahun 2018 dan 2017
Indikator Kinerja
Target (rekomendasi)
Capaian (rekomendasi)
Persentase Capaian (%)
2017 2018 2017 2018 2017 2018
Jumlah rekomendasi yang dihasilkan pada tahun berjalan
6 5 6 5 100 100
Indikator Kinerja 4: Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
Capaian indikator kinerja 4 jika dibandingkan tahun sebelumnya tidak
mengalami perubahan, jika dilihat dari nilai IKM berdasarkan nilai persepsi (skala
likert), yaitu berada pada nilai tertinggi (4). Pada tahun 2017, nilai indeks unit
pelayanan mencapai 3,367 (skala likert 4). Jika dikonversi ke nilai IKM mencapai
84,17 dengan mutu pelayanan masuk kategori A, sehingga kinerja unit
pelayanan Puslitbangtan pada tahun 2017 memiliki nilai Sangat Baik.
Tabel 20. Perbandingan capaian indikator kinerja 4 tahun 2018 dan 2017
Indikator Kinerja
Target (skala
likert)
Capaian (skala
likert)
Persentase
Capaian (%)
2017 2018 2017 2018 2017 2018
Indeks Kepuasan Masyarakat
(IKM) atas layanan publik
Puslitbang Tanaman Pangan
- 4 4 4 - 100
Catatan:
Indikator kinerja 5 tidak dapat diukur pada tahun 2018, karena untuk level
Eselon II pemeriksaan implementasi SAKIP tidak disampling, termasuk
Puslitbangtan. Demikian juga pada tahun 2017 sehingga tidak ada perbandingan.
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 73
3.1.3. PENGUKURAN CAPAIAN KINERJA SATKER DENGAN TARGET
RENSTRA 2015-2019
Pada Renstra Revisi Puslitbangtan 2015–2019 terjadi perubahan indikator
kinerja dibandingkan dengan Renstra sebelumnya. Pada renstra sebelumnya
indikator kinerja Puslitbangtan terdiri atas jumlah varietas unggul, jumlah
teknologi, jumlah benih sumber dan rekomendasi kebijakan.
Pada Tabel 21 disampaikan perbandingan target dan realisasi capaian
indikator kinerja Puslitbangtan selama periode tahun 2015–2019. Secara umum
capaian kinerja Puslitbangtan tahun 2018 telah mencapai target yang ditetapkan
Renstra. Indikator yang mencapai target sesuai dengan sasaran yang ditetapkan
dengan capaian 100% yaitu indikator kinerja 2, rasio hasil penelitian dan
pengembangan tanaman pangan pertanian pada tahun berjalan terhadap
kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman pangan yang dilakukan pada
tahun berjalan dan indikator kinerja 4, Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas
layanan publik Puslitbangtan.
Indikator yang nilai capaiannya telah sesuai dengan target Renstra Revisi
yaitu indikator kinerja 1, jumlah hasil penelitian dan pengembangan tanaman
pangan pertanian yang dimanfaatkan (akumulasi 5 tahun terakhir) dengan
capaian sebesar 100,00%, dan indikator 3, Jumlah rekomendasi yang dihasilkan
pada tahun berjalan (100,00%). Sedangkan indikator kinerja 5 tidak dapat
diukur, karena tidak ada nilainya.
Dengan adanya penyempurnaan IKU, Renstra Puslitbangtan direvisi pada
tahun 2018, sehingga untuk perbandingan nilai capaian selama tahun 2015 –
2018 dengan target Renstra Revisi tahun 2015 – 2019, hanya dapat dilakukan
pada dua tahun terakhir (2018 dan 2019) seperti tercantum pada Tabel 21.
Indikator kinerja 1, jumlah hasil penelitian dan pengambangan tanaman
pangan yang dimanfaatkan (akumulasi 5 tahun terakhir) capaiannya dari target
Renstra Revisi 2015-2019 telah mencapai 100,00%. Sedangkan untuk indikator
kinerja 3, jumlah rekomendasi kebijakan tanaman pangan yang dihasilkan,
capaiannya sebesar 100,00% dari total target Renstra Revisi. Indikator kinerja 2,
rasio hasil penelitian dan pengembangan tanaman pangan pada tahun berjalan
terhadap kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman pangan yang
dilakukan pada tahun berjalan sebasar 100,00% dan indikator kinerja 4, Indeks
Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik Puslitbangtan capaiannya sudah
mencapai 100% dari target renstra.
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 74
Tabel 21. Perbandingan nilai capaian 2015-2019
Indikator Kinerja Target/ Realisasi
2015 2016 2017 2018 2019
Jumlah hasil penelitian dan pengembangan tanaman pangan
yang dimanfaatkan (akumulasi 5 tahun terakhir)
Target - - - 12 12
Realisasi - - - 16 -
Persentase capaian
133,33 -
Rasio hasil penelitian dan pengembangan tanaman pangan pada tahun berjalan terhadap kegiatan penelitian dan
pengembangan tanaman pangan yang dilakukan pada tahun berjalan
Target - - - 100,00 100,00
Persentase
capaian
- - - 100,00 -
Jumlah rekomendasi kebijakan yang dihasilkan pada tahun berjalan
Target 10 11 9 9 6
Realisasi 13 11 9 9 6
Persentase capaian
130,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik Pusat Penelitian
dan Pengembangan Tanaman Pangan
Target 4 4
Realisasi 4 4
Persentase capaian
100,00 100,00
Jumlah temuan Itjen atas implementasi SAKIP yang terjadi berulang (5 aspek SAKIP sesuai PermenPAN RB Nomor 12 tahun
2015 meliputi: perencanaan, pengukuran, pelaporan kinerja, evaluasi internal, dan capaian kinerja) di lingkup Pusat Penelitian
dan Pengembangan Tanaman Pangan
Target 0 0
Realisasi 0 0
Persentase
capaian
100,00 100,00
Khusus untuk indikator kinerja 5, jumlah temuan Itjen atas implementasi
SAKIP yang terjadi berulang di lingkup Puslitbangtan, tidak dapat dibandingkan
pencapaiannya karena tidak ada nilai dan tidak dapat diukur, hal ini disebabkan
oleh tidak adanya penilaian itjen terkait implementasi SAKIP di Puslitbangtan
pada tahun 2018.
3.1.4. PENGUKURAN CAPAIAN KINERJA TA 2018 DENGAN STANDAR
NASIONAL
Puslitbang Tanaman Pangan sesuai dengan visinya yaitu Menjadi Lembaga
Penelitian dan Pengembangan Terkemuka, Penghasil Teknologi dan Inovasi
Tanaman Pangan Modern untuk Mewujudkan Kedaulatan Pangan dan
Kesejahteraan Petani, telah banyak menghasilkan varietas dan teknologi
perpadian yang diadopsi oleh petani Indonesia. Melalui BB Padi, sebagai pioner
dalam konsorsium padi nasional yang bertujuan agar perakitan varietas unggul
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 75
dapat lebih cepat dan efektif. Konsorsium tersebut terdiri dari instansi lingkup
Balitbangtan maupun instansi lain seperti Batan, LIPI, Unsoed dan IPB.
Hasil konsorsium padi nasional telah melepas varietas Inpago Lipigo 4
pada tahun 2014 (LIPI), pada tahun 2014 melepas Inpari Unsoed 79 Agritan
(Unsoed), dan pada tahun 2017 melepas Mustaban Agritan (Batan) dan Parimas
Unsoed (Unsoed). Selain dari konsorsium tersebut, Puslitbangtan telah melepas
35 varietas dari 2013-2018, jauh lebih unggul secara jumlah dibandingkan
dengan anggota konsorsium yang lain.
Kementerian Pertanian menjadikan tahun 2018 sebagai Tahun Benih
Nasional. Puslitbangtan mendapat mandat untuk memproduksi benih Varietas
Unggul Baru (VUB) padi dalam skala besar. Sebanyak 1.700 ton atau 1,7 juta
kilogram benih sumber berbagai VUB padi dengan kelas Benih Pokok (BP/Stock
Seed=SS) berlabel ungu telah diproduksi. Kelas benih pokok berpotensi untuk
dikembangkan menjadi kelas benih di bawahnya, yaitu benih sebar
(BR/Extension Seed=ES) yang berlabel biru.
Benih sumber VUB padi yang diproduksi pada tahun 2018 untuk padi
sawah irigasi terdiri dari Varietas Inpari 24 Gabusan, Inpari 30 Ciherang Sub 1,
Inpari 32 HDB, Inpari 33, Inpari 34 Salin Agritan, Inpari 42 Agritan GSR, Inpari
43 Agritan GSR, dan Tarabas. Sedangkan untuk padi gogo, diproduksi benih VUB
Inpago 8, Inpago 9, Inpago 10, Situ Bagendit, Rindang 1 Agritan, dan Rindang 2
Agritan. Sementara itu, untuk agroekosistem rawa, diproduksi Inpara 2, Inpara
3, dan Inpara 8 Agritan.
Dalam upaya memperderas adopsi varietas dan membantu kemudahan
ketersediaan benih di tingkat petani, Puslitbangtan bersama dengan BB Padi
telah mendistribusikan 1,7 juta kilogram benih sumber untuk dikembangkan
menjadi benih sebar. Benih 1,7 juta kg tersebut dapat memenuhi kebutuhan
benih untuk penangkaran seluas 68.000 hektar, dengan asumsi 1 hektar
menggunakan 25 kg benih. Jika 1 hektar pertanaman produksi benih pokok
menghasilkan benih sebar sebanyak 3 ton, maka diperkirakan dapat
menyediakan 204.000 ton benih sebar atau dapat mencukupi kebutuhan
pertanaman produksi seluas 8,1 juta hektar. Dengan asumsi tersebut, kebutuhan
benih nasional untuk luas baku lahan sawah Indonesia menurut BPS dengan
metode KSA seluas 7,1 juta hektar dapat terpenuhi.
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 76
Gambar 43. Distribusi 1,7 juta kilogram benih sumber di BB Padi
3.1.5. KEBERHASILAN, KENDALA DAN LANGKAH ANTISIPASI
Keberhasilan
Secara umum sasaran strategis penelitian dan pengembangan tanaman
pangan yang dituangkan dalam Renstra 2015-2019 telah berhasil dicapai dalam
mendukung program Balitbangtan untuk menghasilkan teknologi dan inovasi
pertanian bioindustri berkelanjutan. Dampak nyata dalam menunjang pencapaian
4 sukses Kementerian Pertanian secara tidak langsung tercapainya peningkatan
produksi padi, jagung, dan kedelai. Keberhasilan ini tidak dapat dipisahkan peran
hasil-hasil penelitian yang dilakukan Puslitbang Tanaman Pangan.
Kontribusi nyata Puslitbang Tanaman Pangan adalah varietas unggul
baru padi dan palawija, teknologi budi daya panen dan pascapanen, benih
sumber, serta kebijakan tanaman pangan, turut mewarnai keberhasilan
pencapaian swasembada beras dan jagung sejak tahun 2016. Puslitbang
Tanaman Pangan terus berupaya memacu kinerja melalui penyusunan program
secara komprehensif sesuai dengan keinginan pengguna dan program
pembangunan pertanian dari Kementerian Pertanian. Produksi dan produktivitas
tanaman pangan akan terus dipacu untuk mencapai swasembada padi dan
jagung berkelanjutan, serta pencapaian swasembada kedelai tahun 2020.
Target produksi padi nasional tahun 2018 sebesar 80 juta ton atau
setara dengan beras 46,5 juta ton sementara perkiraan total konsumsi beras
nasional hanya 33,4 juta ton sehingga akan ada surplus sebesar 13,03 juta ton.
Hal tersebut dapat dicapai mengingat pada awal tahun 2019 sudah memasuki
musim panen. Target produksi beras sebesar 80 juta ton adalah angka yang
realistis dan Kementan optimis bisa mencapai. Angka tersebut bisa diprediksi
dengan melihat data kecenderungan produksi beras Badan Pusat Statistik (BPS)
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 77
dalam sepuluh tahun terakhir yang terus meningkat. Produksi padi 2007 sebesar
57,15 juta ton, lalu meningkat menjadi 60,32 juta ton di tahun 2008. Tahun
2009 mencapai 64,39 juta ton, dan 2010 naik lagi menjadi 66,47 juta ton. Sejak
tahun 2011 hingga 2017 trend kenaikan produksi beras juga terus mengalami
kenaikan yakni 65,75 juta ton pada tahun 2011 dan 81,38 juta ton pada tahun
2017. Capaian 2017 sebenarnya sudah melampaui target produksi beras yang
ditetapkan yakni sebesar 79 juta ton, membuat pertumbuhan capaian dari tahun
sebelumnya sebesar 2,56%
Berdasarkan hitungan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (Ditjen TP)
Kementan, produksi jagung dalam 5 tahun terakhir meningkat rata-rata 12,49
persen per tahun artinya untuk tahun 2018 produksi jagung diperkirakan
mencapai 30 juta ton pipilan kering (PK). Hal ini juga didukung oleh data luas
panen per tahun yang rata-rata meningkat 11,06 persen, dan produktivitas rata-
rata meningkat 1,42 persen (ARAM I, BPS 2018). Sementara dari sisi kebutuhan,
berdasarkan data dari Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan, kebutuhan
jagung tahun ini diperkirakan sebesar 15, 5 juta ton, terdiri dari: pakan ternak
sebesar 7,76 juta ton, peternak mandiri 2,52 juta ton, untuk benih 120 ribu ton,
dan industri pangan 4,76 juta ton. Data tersebut menunjukkan bahwa ada
surplus sebesar 12,98 juta ton, dan bahkan Indonesia telah ekspor jagung ke
Philipina dan Malaysia sebanyak 372.990 ton.
Menurut data Angka Ramalan (ARAM) I BPS-KEMENTAN 2018, produksi
kedelai nasional mencapai 982.598 ton Biji Kering (BK) atau naik sebesar
443.870 ton biji kering (82,39 persen) dibandingkan dengan periode sama tahun
lalu. Tahun lalu (2017), produksinya sebesar 538.728 ton biji kering. Luas
tanam kedelai periode oktober – Agustus 2018 mencapai 747.863 ha. Angka ini
lebih besar dibandingkan luas tanam Oktober 2016 - Agustus 2017 sebesar
343.469 ha, sehingga terjadi surplus 403.394 ha (117,74 persen) atau setara
dengan 583.945 ton. Berdasarkan perkiraan tersebut di atas, produksi kedelai
sampai dengan sub-round II adalah sebesar 1,09 juta ton. Selain hal tersebut
pada tahun 2018 ada penambahan luas tanam kedelai berasal dari 20 provinsi.
Adapun 20 provinsi itu meliputi Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Sumatra Barat,
Riau, Jambi, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Kalimantan
Selatan, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur
(NTT), Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Barat, dan Gorontalo.
Saat ini, Puslitbangtan tengah mengembangkan pola baru tanam
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 78
tumpangsari jagung kedelai dan padi kedelai dengan populasi rapat. Hasilnya,
kualitas produksi kedelai nasional lebih unggul dibandingkan kedelai impor
karena kedelai nasional adalah kedelai hayati non GMO yang memiliki rasa lebih
gurih, sehat, dan renyah.
Peningkatan produksi tanaman pangan dicapai melalui penerapan GP-
PTT, UPSUS, serta pelaksanaan kegiatan mendukung 1000 desa mandiri benih.
Berbagai varietas padi, jagung, dan kedelai yang diminati petani telah ditanam
petani melalui pembinaan calon penangkar benih di sentra produksi padi, jagung
dan kedelai di Indonesia. Hal ini dapat terlaksana karena ketersediaan benih
sumber yang diproduksi oleh UPBS lingkup Puslitbang Tanaman Pangan untuk
memenuhi kebutuhan benih bermutu di tingkat petani.
Adopsi teknologi dipercepat dengan diseminasi multichannel melalui
kerja sama dengan berbagai pihak, terutama penyuluh lapang dan dukungan
pemerintah daerah. Penyebarluasan inovasi teknologi baik melalui media cetak,
ekspose lapang, dan media elektronik sangat bermanfaat dengan meningkatnya
adopsi teknologi yang telah dihasilkan. Memperbanyak jumlah Demplot di
berbagai daerah ditengarai mampu meningkatkan adopsi varietas unggul baru
dan teknologi produksi lainnya.
Capaian kinerja tahun 2018 telah menjadi acuan dalam penyusunan
rencana dan pemantauan kegiatan pada tahun mendatang, serta menjadi bahan
reviu Renstra Puslitbang Tanaman Pangan 2015-2019.
Kendala
Dalam melaksanakan kegiatan penelitian sangat bergantung pada kondisi
lingkungan seperti temperatur, iklim, dan musim. Kondisi lapang yang tak
terduga terkadang menyebabkan munculnya serangan hama dan penyakit yang
meski sudah diantisipasi tetap tidak dapat terkendali. Seperti halnya hama tikus
atau jenis hama dan penyakit lainnya yang mempengaruhi hasil penelitian di
lapang. Seperti kedelai misalnya, tahun 2018 belum mencapai produksi yang
menggembirakan. Peningkatan produksi kedelai dihadapkan pada beberapa
kendala antara lain persaingan dengan komoditas lain yang lebih
menguntungkan, seperti padi, jagung dan komoditas lainnya. "Belum adanya
jaminan pemasaran hasil, harga kedelai impor yang lebih murah dan risiko
kegagalan usaha tani kedelai. Serta rentannya kedelai terhadap serangan OPT
dan DPI dan tidak tersedianya tambahan lahan untuk perluasan areal juga
menjadi faktor utama," kata Menteri Pertanian beberapa waktu lalu.
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 79
Pengaruh pemanasan global juga terasa di lapang seperti penentuan saat
musim hujan tiba atau awal musim kemarau sangat sulit diprediksi. Hal ini
mempengaruhi saat penentuan musim tanam dan pelaksanaan penelitian di
lapang.
Langkah Antisipasi
Solusi untuk menghadapi berbagai kendala di lapang terus dilakukan baik
dengan memanfaatkan inovasi teknologi yang telah dihasilkan melalui penelitian,
maupun meningkatkan kerja sama dengan berbagai pihak, terutama penyuluh
lapang dan pemerintah daerah. Penyebarluasan inovasi teknologi baik melalui
media cetak, ekspose lapang, dan media elektronik sangat bermanfaat dengan
meningkatnya adopsi teknologi yang telah dihasilkan. Termasuk pula
pengembangan melalui Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT)
di seluruh Indonesia. Memperbanyak jumlah demplot di berbagai daerah
ditengarai mampu meningkatkan adopsi varietas unggul baru dan teknologi
produksi lainnya.
Terbukti, Kabupaten Aceh Timur siap untuk mendukung program
pemerintah pusat untuk pencapaian swasembada kedelai 2020. Selanjutnya
Bupati mengatakan tekad mengembalikan Kabupaten Aceh Timur sebagai sentra
produksi di NAD telah menyiapkan lahan untuk kedelai seluas 35.000 ha, di
kawasan lahan sawah tadah hujan, lahan kering, dan perkebunan dengan
sasaran produktivitas di atas 1,7 t/ha. Badan Litbang Pertanian melalui
Puslitbang Tanaman Pangan telah mempunyai teknologi budi daya kedelai
spesifik lokasi, yang dirakit dari komponen teknologi yakni varietas unggul, benih
berkualitas, teknologi budi daya spesifik lokasi (untuk lahan sawah, sawah tadah
hujan, lahan kering, kering masam dan tumpangsari dengan tanaman karet dan
sawit muda) melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).
Penerapan teknologi budi daya kedelai spesifik lokasi melalui pendekatan PTT
telah diteliti di berbagai lokasi mampu meningkatkan produksi 1,3 t/ha dari rata-
rata nasional menjadi 1,7 – 2,77 t/ha. Badan Litbang Pertanian siap membantu
Kabupaten Aceh Timur untuk mengembalikan menjadi daerah sentra produksi
kedelai.
3.1.6. ANALISIS ATAS EFISIENSI PENGGUNAAN SUMBERDAYA
Salah satu indikator pengukuran dan evaluasi kinerja atas pelaksanaan
rencana kerja dan anggaran kementerian/lembaga dalam PMK No. 214 Tahun
2017 adalah nilai efisiensi kinerja. Nilai efisiensi merupakan efisiensi keluaran
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 80
(output) kegiatan untuk evaluasi kinerja anggaran atas aspek
implementasi tingkat satuan kerja/kegiatan. Data yang dibutuhkan untuk
mengukur nilai efisiensi, meliputi: data capaian keluaran (output) kegiatan, data
capaian, pagu anggaran; dan realisasi anggaran. Pengukuran nilai efisiensi
dilakukan dengan membandingkan selisih antara pengeluaran seharusnya dan
pengeluaran sebenarnya dengan pengeluaran seharusnya. Pengeluaran
seharusnya merupakan jumlah anggaran yang direncanakan untuk menghasilkan
capaian keluaran (output) kegiatan. Pengeluaran sebenarnya merupakan jumlah
anggaran yang terealisasi untuk menghasilkan capaian keluaran (output)
kegiatan. Jika efisiensi diperoleh lebih dari 20%, maka nilai efisiensi (NE) yang
digunakan dalam perhitungan nilai kinerja adalah nilai skala maksimal (100%).
Tabel 22 menyajikan nilai efisiensi kinerja dari setiap indikator kinerja
yang ada pada Perjanjian Kinerja (PK) Puslitbangtan yang menggunakan
anggaran pada tahun 2018. Nilai efisiensi indikator kinerja Puslitbangtan
mencapai angka rata-rata 58,18%. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan
efisiensi penggunaan sumber daya anggaran di lingkup Puslitbangtan, meskipun
belum dapat mencapai 100%.
Tabel 22. Nilai efisiensi kinerja indikator kinerja utama Puslitbangtan TA. 2018
Indikator Kinerja/
Kegiatan
Target Volume
Output
Realisasi Volume
Output
Pagu Anggaran
(Rp)
Realisasi Anggaran
(Rp)
Harga satuan
(pagu)
Harga Total
seharusnya
Nilai Efisiensi
Rasio hasil
penelitian dan pengembangan tanaman pangan pada tahun berjalan terhadap
kegiatan penelitian dan pengem-bangan tanaman pangan yang
dilakukan pada tahun berjalan
24 28 10.226.814.000 10.164.721.538 426.117.250 11.6931.283.000
51,52
Jumlah
rekomendasi kebijakan yang dihasilkan pada tahun berjalan
5 5 1.175.000.000 1.105.117.689 235.000.000 1.175.000.000
64,84
Rata-rata 58,18
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 81
Pada indikator pertama jumlah hasil penelitian dan pengembangan
tanaman pangan yang dimanfaatkan (akumulasi 5 tahun terakhir) tidak dapat
diukur efisiensinya yang disebabkan oleh teknologi yang dihasilkan merupakan
kumpulan dari RPTP lima tahun terakhir dimana tiap RPTP dapat menghasilkan
lebih dari satu teknologi sedangkan anggarannya tergabung dalam satu kegiatan
sehingga tidak dapat diukur efisiensinya karena teknologi yang dihasilkan adalah
bagian dari kegiatan RPTP.
Efisiensi indikator kinerja Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan
publik Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan beserta UPT di
lingkup Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Skala Likert 1 –
4) tidak dapat diukur karena tidak mempunyai anggaran dalam kegiatannya.
Efisiensi indikator kinerja jumlah temuan Itjen atas implementasi SAKIP
yang terjadi berulang khusus untuk tahun 2018 Puslitbangtan tidak menjadi
sampling oleh Itjen sehingga tidak dapat diukur efisieninya.
3.2. AKUNTABILITAS KEUANGAN
3.2.1. Realisasi Anggaran Lingkup Puslitbang Tanaman Pangan
Total anggaran lingkup Puslitbang Tanaman Pangan TA 2018 sebesar
Rp211.537.655.000, yang tersebar di Puslitbangtan Rp21.830.878.000, BBPadi
Rp108.616.324.000, Balitkabi Rp34.692.330.000, Balitsereal Rp36.391.022.000,
dan Lolit Tungro Rp10.007.101.000.
Belanja dalam rangka operasional kegiatan Puslitbangtan dilakukan
dengan mempertimbangkan prinsip efisiensi, namun tetap menjamin
terlaksananya seluruh kegiatan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam
perencanaan. Rincian anggaran per jenis belanja TA 2018, terdiri dari Belanja
Pegawai Rp52.306.687.000, Belanja Barang Rp117.535.663.000, dan Belanja
Modal Rp41.695.305.000,-.
Realisasi anggaran sampai dengan 31 Desember 2018 sebesar
Rp191.530.474.953,- (90,54%), terdiri dari Belanja Pegawai Rp49.687.552.314,-
(94,99%), Belanja Barang Operasional Rp18.543.118.921, (96,71%), Belanja
Barang Non-Operasional Rp87.624.274.119, (89,08%), dan Belanja Modal
Rp35.675.529.599, (85,56%). Nampak, realisasi belanja modal lebih rendah dari
pos belanja lainnya karena terkendala dengan sumber dana yang berasal dari
SMARTD (Tabel 23).
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 82
Tabel 23. Realisasi anggaran satker lingkup Puslitbang Tanaman Pangan per 31
Desember 2018.
Satker Pagu Anggaran Realisasi Anggaran Per Jenis Belanja Total %
Pegawai Barang
Operasional
Barang Non
Operasional
Modal
Puslitbangtan 21.830.878.000 5.821.240.199 2.723.804.038 7.528.195.446 5.236.074.500 21.309.314.183 97,61
BBPadi 108.616.324.000 13.928.912.885 7.530.304.710 55.500.701.587 14.921.229.896 91.881.148.078 84,59
Balitkabi 34.692.330.000 14.647.724.212 3.979.126.334 12.498.993.473 3.087.337.140 34.031.181.159 98,09
Balitsereal 36.391.022.000 13.520.508.193 3.348.148.423 9.009.830.613 9.477.656.263 35.356.143.492 97,16
Lolit Tungro 10.007.101.000 1.769.167.825 1.143.734.416 3.086.553.000 2.953.231.800 8.952.687.041 89,46
211.537.655.000 49.687.552.314 18.543.117.921 87.624.474.119 35.675.529.599 191.530.473.953 90,54
3.2.2. Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Puslitbang Tanaman Pangan berdasarkan peraturan yang berlaku
mengumpulkan dan menyetorkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP).
Secara umum target yang ditetapkan pada tahun 2018 dapat terlampaui tercapai
123,15%.
Adapun Realisasi Penerimaan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP)
sampai dengan 31 Desember 2018 antara lain Penerimaan Umum sebesar
Rp1.112.670.236,- (1.851,61%) dan Penerimaan Fungsional Rp11.008.681.948,-
(112,53%). Total penerimaan PNBP lingkup Puslitbang Tanaman Pangan sebesar
Rp12.121.352.184,- (123,15%) dari target Rp9.842.718.000,-.
Tabel 24. Target dan realisasi PNBP lingkup Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Satker
Target (Rp) Realisasi (Rp)
Penerimaan
Umum
Penerimaan
Fungsional
Penerimaan
Umum
Penerimaan
Fungsional
Puslibangtan 4.200.000 - 80.510.052 -
BB Padi - 6.837.781.000 573.501.813 7.706.732.548
Balitkabi 5.000.000 1.101.376.000 162.859.866 1.194.985.100
Balitsereal 32.992.000 1.674.719.000 288.312.605 1.861.423.300
Lolit Tungro 17.900.000 168.750.000 7.485.900 245.541.000
Total 60.092.000 9.782.626.000 1.112.670.236 11.008.681.948
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 83
Capaian Organisasi
Tahun 2018 merupakan tahun keempat dalam pelaksanaan Rencana
Strategis Puslitbangtan 2015-2019. Pengukuran kinerja dilakukan dengan
membandingkan antara realisasi kinerja dengan target kinerja dari masing-
masing indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam perencanaan kinerja.
Melalui pengukuran kinerja diperoleh gambaran pencapaian masing-masing
indikator sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan kegiatan di masa
yang akan datang agar setiap kegiatan yang direncanakan dapat lebih berhasil
guna dan berdaya guna. Capaian kinerja Puslitbangtan pada tahun 2018 akan
diuraikan menurut Sasaran Strategis Puslitbangtan sebagaimana disebutkan
dalam Renstra tahun 2015-2019. Terdapat lima Sasaran Strategis yang akan
dicapai oleh Puslitbangtan dalam kurun waktu lima tahun. Uraian capaian lima
Sasaran Strategis tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 25. Matriks tingkat capaian kinerja Puslitbangtan TA. 2018
No. Sasaran Indikator Kinerja Persentase
% Uraian Target Realisasi
1. Dimanfaatkannya
inovasi teknologi tanaman pangan
Jumlah hasil penelitian dan
pengembangan tanaman pangan yang dimanfaatkan (akumulasi 5 tahun terakhir)
16 16 100
Rasio hasil penelitian dan
pengembangan tanaman pangan pada tahun berjalan terhadap kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman
pangan yang dilakukan pada tahun berjalan (%)
100 100 100
Jumlah rekomendasi kebijakan yang dihasilkan Rekomendasi)
5 5 100
2. Meningkatnya kualitas layanan publik Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan
Indek Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik Pusat Penelitian dan Pengem-bangan Tanaman Pangan
beserta UPT di lingkup Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Skala Likert 1 – 4)
4 4 100
3. akuntabilitas kinerja instansi pemerintah di
lingkungan Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Jumlah temuan Itjen atas implementtasi SAKIP yang
terjadi berulang (Jumlah temuan)
0 Na Na
Rata-rata 100
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 84
Indikator Kinerja 1. Jumlah hasil penelitian dan pengembangan
tanaman pangan yang dimanfaatkan (akumulasi 5 tahun terakhir)
Perhitungan capaian sasaran kinerja dengan perhitungan polarisasi
maximize sesuai dengan Permentan Nomor : 45/Permentan/OT.210/11/2018
Tentang Standar Pengelolaan Kinerja Organisasi Lingkup Kementerian Pertanian
sebagai berikut :
Realisasi jumlah hasil penelitian pengembangan tanaman pangan yang
dimanfaatkan 5 tahun terakhir sesuai target dengan formulasi perhitungan
sebagai berikut :
16
Indeks Capaian PK = ------------ x 100 = 100,00 % 16
Indikator Kinerja 2. Rasio hasil penelitian dan pengembangan tanaman
pangan pada tahun berjalan terhadap kegiatan penelitian dan
pengembangan tanaman pangan yang dilakukan pada tahun berjalan
Realisasi jumlah Rasio hasil penelitian dan pengembangan tanaman pangan pada
tahun berjalan terhadap kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman
pangan yang dilakukan pada tahun berjalan sesuai target dengan formulasi
perhitungan sebagai berikut :
100 Indeks Capaian PK = ------------ x 100 = 100,00 % 100
Indikator Kinerja 3. Jumlah rekomendasi kebijakan yang dihasilkan
Realisasi jumlah rekomendasi kebijakan yang dihasilkan Puslitbangtan tahun
2018 adalah 5 rekomendasi, berdasarkan perhitungan polarisasi maksimize
seluruhnya tercapai 100% dengan perhitungan sebagai berikut :
5 Indeks Capaian PK = ------------ x 100 = 100,00 % 5
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 85
Indek Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik Pusat
Penelitian dan Pengem-bangan Tanaman Pangan beserta UPT di
lingkup Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Skala
Likert 1 – 4)
Realisasi jumlah Indek Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan beserta UPT di lingkup Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Skala Likert 1 – 4) sesuai
target dengan formulasi sebagai berikut :
4 Indeks Capaian PK = ------------ x 100 = 100,00 %
4
Indikator Kinerja 4. Jumlah temuan Itjen atas implementtasi SAKIP
yang terjadi berulang
Realisasi jumlah temuan Itjen atas implementasi SAKIP yang terjadi berulang,
berdasarkan perhitungan polarisasi maksimize seluruhnya tercapai 100% dengan
perhitungan sebagai berikut :
0 Indeks Capaian PK = ------------ x 100 = 100,00 %
0
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 86
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 87
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 88
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 89
IV. PENUTUP
Secara umum sasaran strategis penelitian dan pengembangan tanaman
pangan yang dituangkan dalam Renstra 2015-2019 telah berhasil dicapai dalam
mendukung program Balitbangtan untuk menghasilkan teknologi dan inovasi
pertanian bioindustri berkelanjutan. Dampak nyata dalam menunjang pencapaian
program Kementerian Pertanian adalah tercapainya peningkatan produksi padi,
jagung, dan kedelai serta palawija lainnya. Keberhasilan ini tidak dapat
dipisahkan dari peran hasil-hasil penelitian yang dilakukan Puslitbangtan.
Ketersediaan varietas unggul padi (hibrida dan VUB), jagung (hibrida dan
komposit), dan kedelai adalah untuk memenuhi kebutuhan food, feed dan fibre.
Keberhasilan perakitan varietas unggul baru didukung oleh pengkayaan dan
pengelolaan sumber daya genetik tanaman pangan yang terus menerus
dilakukan. Sedangkan untuk fuel telah dikembangkan ubi kayu dan sorgum
termasuk ketersediaan varietas unggul baru yang sesuai untuk bahan baku
alternatif BBM berasal dari fosil. Ubi kayu, sorgum, limbah pertanian lainnya, dan
kotoran ternak dapat diolah menjadi sumber energi alternatif terbarukan
menunjang penciptaan masyarakat yang mandiri energi yang kini sudah banyak
dikembangkan di berbagai daerah.
Teknologi budi daya tanaman pangan telah tersedia untuk optimalisasi
pemanfaatan lahan kering yang banyak tersedia di luar Jawa dan peningkatan
indeks panen memanfaatkan anomali iklim seperti La-Nina lahan petani tidak
dapat tanam palawija diganti tanam padi umur genjah. Termasuk
mengembangkan Mikroba untuk menghasilkan pestisida hayati yang ramah
lingkungan sehingga dapat mengurangi biaya usahatani, namun produksi tetap
meningkat.
Peningkatan produksi tanaman pangan dicapai melalui penerapan UPSUS,
serta pelaksanaan kegiatan mendukung 1000 desa mandiri benih. Berbagai
varietas padi, jagung, dan kedelai yang diminati petani telah ditanam petani
melalui pembinaan calon penangkar benih di sentra produksi padi, jagung dan
kedelai di Indonesia. Hal ini dapat terlaksana karena ketersediaan benih sumber
yang diproduksi oleh UPBS lingkup Puslitbang Tanaman Pangan untuk memenuhi
kebutuhan benih bermutu di tingkat petani.
Puslitbang Tanaman Pangan merupakan lembaga penelitian pada tanaman
semusim seperti padi, jagung, kedelai, kacang-kacangan, dan umbi-umbian
lainnya. Dalam melaksanakan kegiatan penelitian ini sangat bergantung pada
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 90
kondisi lingkungan seperti temperatur, iklim, dan musim. Pengaruh pemanasan
global juga terasa di lapang seperti penentuan saat musim hujan tiba atau awal
musim kemarau sangat sulit diprediksi. Hal ini mempengaruhi saat penentuan
musim tanam dan pelaksanaan penelitian di lapang.
Sebagai dampak perubahan iklim menyebabkan kondisi lapang yang tak
terduga seperti munculnya serangan hama dan penyakit yang meski sudah
diantisipasi tetap tidak dapat terkendali karena lokasi penelitian hanya sebagian
kecil dari hamparan pertanaman. Seperti halnya ledakan hama tikus, hama
wereng coklat yang disertai penyakit virus grassy stunt dan ragged stunt yang
ditularkannya mempengaruhi hasil penelitian padi di lapang.
Varietas unggul dan teknologi budidaya tanaman pangan yang telah
dihasilkan pada periode 2015-2018 sudah banyak yang didukung oleh
ketersediaan sumber daya genetik dan logistik benih untuk diseminasi varietas,
meskipun hanya sebagian kecil yang sampai di lahan petani. Adopsi teknologi
sangat bergantung pada daya saing komoditas. Adopsi teknologi untuk
peningkatan produksi kedelai dihadapkan pada beberapa kendala antara lain
persaingan dengan komoditas lain yang lebih menguntungkan, seperti padi,
jagung dan komoditas lainnya. "Belum adanya jaminan pemasaran hasil, harga
kedelai impor yang lebih murah dan risiko kegagalan usahatani kedelai, serta
rentannya kedelai terhadap serangan OPT dan DPI dan tidak tersedianya
tambahan lahan untuk perluasan areal juga menjadi faktor utama tidak
tercapainya target produksi kedelai.
Menghadapi kendala dampak perubahan iklim yang dicirikan dengan
musim yang sulit diprediksi, pelaksanaan penelitian diupayakan dengan optimasi
pemanfaatan laboratorium, rumah kaca, dan kebun percobaan. Sarana dan
prasarana penelitian terus ditingkatkan dan laboratorium yang terakreditasi
diperbanyak.
Adopsi teknologi dipercepat dengan diseminasi multichannel melalui kerja
sama dengan berbagai pihak, terutama penyuluh lapang dan dukungan
pemerintah daerah. Penyebarluasan inovasi teknologi baik melalui media cetak,
ekspose lapang, dan media elektronik sangat bermanfaat dengan meningkatnya
adopsi teknologi yang telah dihasilkan. Termasuk pula pengembangan melalui
Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) di seluruh Indonesia.
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 91
Memperbanyak jumlah Demplot di berbagai daerah ditengarai mampu
meningkatkan adopsi varietas unggul baru dan teknologi produksi lainnya.
Pelaksanaan Demfarm dalam skala luas di berbagai daerah ditengarai mampu
meningkatkan adopsi varietas unggul baru dan teknologi produksi lainnya, yang
selanjutnya berdampak terhadap peningkatan produksi dan pendapatan petani.
Keberhasilan kinerja Kementerian Pertanian ini tidak luput dari perhatian
dan mendapat apresiasi Presiden RI. Bahkan Presiden RI berkesempatan untuk
memberi nama varietas unggul baru Jagung bertongkol 2 dengan nama Nasa 29.
Ini merupakan suatu tantangan untuk meningkatkan kinerja Puslitbang Tanaman
Pangan di masa mendatang didukung anggaran yang mencukupi.
Capaian kinerja tahun 2018 telah menjadi acuan dalam penyusunan
rencana dan pemantauan kegiatan pada tahun mendatang, serta menjadi bahan
reviu Renstra Puslitbang Tanaman Pangan 2015-2019.
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 92
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 93
LAMPIRAN
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 94
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 95
Lampiran 1. Penetapan Kinerja Puslitbangtan TA. 2018
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 96
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 97
Lampiran 2. Struktur Organisasi Puslitbangtan, Keragaan SDM lingkup
Puslitbangtan dan Pagu Anggaran lingkup Puslitbangtan
Gambar 44. Struktur Organisasi Puslitbang Tanaman Pangan berdasarkan
Permentan 43/2015
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 98
Tabel 26. Distribusi SDM di lingkup Puslitbang Tanaman Pangan berdasarkan
pendidikan, 31 Desember 2018.
Satker
SDM berdasarkan tingkat pendidikan
Total S3 S2 S1 D3 SLTA SLTP/SD
Puslitbangtan 8 10 18 6 35 7 84
BBPadi 16 23 48 7 82 16 192
Balitkabi 19 27 43 8 53 23 173
Balitsereal 12 33 31 14 60 34 184
Lolit Tungro 1 7 10 2 9 3 32
Jumlah 56 100 150 37 239 83 665
Tabel 27. Pagu anggaran lingkup Puslitbang Tanaman Pangan 2012-2018
Satker Jumlah anggaran per tahun (x Rp.juta)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Puslitbangtan 19.979 56.148 20.976 22.909 17.606 16.477 21.830
BBPadi 53.740 55.109 44.349 52.800 59.805 43.898 108.616
Balitkabi 29.478 31.854 31.995 37.491 44.200 27.344 36.391
Balitsereal 28.597 31.634 26.363 45.527 37.229 35.568 34.692
Lolit Tungro 4.376 6.792 4.786 5.750 4.982 5.170 10.007
Jumlah 136.172 181.539 128.472 164.480 163.825 128.460 211.537
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 99
Lampiran 3. Kegiatan 1 dan 2 pendukung Indikator Kinerja 2
Kegiatan 1: Terciptanya Varietas Unggul Baru Tanaman Pangan (12 VUB)
1. Varietas Purwa
Dirilis dengan SK Mentan No: 324/Kpts/TP.010/5/2018. Deskripsi tanaman sebagai berikut:
Nomor Seleksi : TDK1-Sub1-MR-1-2 (IR07F289) Asal Persilangan : Introduksi dari IRRI (TDK1/IR40931//3*TDK1) Golongan : Cere Umur Tanaman : ± 121 Hari Bentuk Tanaman : Tegak Tinggi Tanaman : ± 105 Cm Jumlah Gabah Isi per Malai : ± 115 Butir Anakan Produktif : ± 17 Batang Warna Kaki : Hijau Warna Batang : Hijau Warna Telinga Daun : Tidak Berwarna/Transparan Warna Lidah Daun : Tidak Berwarna/Transparan Warna Helai Daun : Hijau Warna Daun : Hijau Permukaan Daun : Kasar Posisi Daun : Tegak Posisi Daun Bendera : Tegak Bentuk Gabah : Ramping Warna Gabah : Kuning Jerami Warna Ujung Gabah : Kuning Jerami Warna Beras Pecah Kulit : Coklat Muda Bentuk Beras : Ramping Kerontokan : Sedang Kerebahan : Tahan Potensi Hasil : 6,7 Ton/Ha Rata-rata Hasil : 4,9 Ton/Ha Berat 1000 Butir : ± 28,8 Gram Tekstur Nasi : Ketan Rendemen Beras Pecah Kulit : ± 75,5 % Rendemen Beras Giling : ± 66,5 % Persentase Beras Kepala : ± 90,0 % Pengapuran : - Kadar Amilosa : 3,8 % Ketahanan Terhadap Hama : Agak rentan terhadap wereng batang coklat biotipe 1, 2
dan 3 Ketahanan Terhadap Penyakit : Agak tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri patotipe III pada
fase vegetatif dan tahan terhadap penyakit HDB patotipe II pada generatif, agak rentan HDB patotipe IV dan VIII, tahan terhadap penyakit blas ras 001, 041, 061, 133, agak tahan ras 003, 033, 073, 213, rentan ras 173 dan 211, rentan terhadap penyakit tungro
Keterangan : Baik ditanam pada lahan rawa pasang surut dan lebak. Agak toleran terhadap keracunan Fe, agak toleran terhadap keracunan Fe, agak toleran terhadap cekaman salinitas fase vegetatif, agak toleran genangan pada fase vegetatif
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 100
2. Varietas Inpara 10 BLB
Dirilis dengan SK Mentan No: 325/Kpts/TP.010/05/2018. Deskripsi tanaman sebagai berikut:
Nomor Seleksi : B13100-2-MR-3-KY-3
Asal Persilangan : Pokhali/Conde//B11578E-MR-B-17/IUF5-10
Golongan : Cere
Umur Tanaman : ± 126 Hari
Bentuk Tanaman : Tegak
Tinggi Tanaman : ± 101 Cm
Jumlah Gabah Isi per Malai : ± 117 Butir
Anakan Produktif : ± 17 Batang
Warna Kaki : Hijau
Warna Batang : Hijau
Warna Telinga Daun : Tidak Berwarna/Transparan
Warna Lidah daun : Tidak Berwarna/Transparan
Warna Helai Daun : Hijau
Muka Daun : Kasar
Posisi Daun : Tegak
Daun Bendera : Tegak
Bentuk Gabah : Ramping
Warna Gabah : Kuning Jerami
Warna Ujung Gabah : Kuning Jerami
Warna Beras Pecah Kulit : Coklat Muda
Bentuk Beras : Ramping
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Tahan
Potensi Hasil : 6,8 Ton/Ha
Rata-rata Hasil : 5,0 Ton/Ha
Berat 1000 Butir : ± 26,3 Gram
Tekstur Nasi : Sedang
Rendemen Beras Pecah Kulit : 77,1 %
Rendemen Beras Giling : 70,2 %
Rendemen Beras Kepala : 89,0 %
Pengapuran : 0,1 %
Kadar Amilosa : 24,9 %
Ketahanan Terhadap Hama : Agak rentan terhadap wereng batang coklat biotipe 1, 2 dan 3
Ketahanan Terhadap Penyakit : Agak tahan terhadap hawar daun bakteri patotipe III, dan VII, agak rentan patotipe IV dan VIII, rentan terhadap penyakit tungro, tahan terhadap penyakit blas ras 001, 041, agak tahan ras 003, 073, 133, 173, rentan ras 033, 061, 211 dan 213
Keterangan : Baik ditanam pada lahan rawa pasang suruty dan lebak. Toleran terhadap keracunan Fe
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 101
3. Varietas Luhur 1
Dirilis dengan SK Mentan No: 323/Kpts/TP.010/05/2018. Deskripsi tanaman sebagai berikut:
Nomor Seleksi : B14168E-MR-10
Asal Persilangan : Jatiluhur/B10580E-KN-28-1-1
Umur Tanaman : ± 124 Hari Setelah Semai
Tinggi Tanaman : ± 120 Cm
Jumlah Gabah Isi per Malai : ± 118 Butir
Anakan Produktif : ± 14 Batang Per Rumpun
Potensi Hasil : 6,4 Ton/Ha
Rata-rata Hasil : 4,8 Ton/Ha
Bobot 1000 Butir : ± 26,4 Gram
Tekstur Nasi : Pulen
Rendemen Beras Giling : ± 67 %
Pengapuran : Sedikit
Kadar Amilosa : ± 21,0 %
Ketahanan Terhadap Hama : Agak tahan terhadap wereng batang coklat biotipe 1, 2 dan 3
Ketahanan Terhadap Penyakit : Tahan terhadap penyakit blas ras 013, 101, agak tahan terhadap blas ras 041, 033, dan 023
Keterangan : Baik ditanam pada lahan kering di dataran menengah dan dataran tinggi (700-1.000 mdpl). Toleran terhadap kekeringan fase vegetatif dan agak toleran terhadap keracunan aluminium
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 102
4. Varietas Luhur 2
Dirilis dengan SK Mentan No: 330/Kpts/TP.010/05/2018. Deskripsi tanaman sebagai berikut:
Nomor Seleksi : B11592F-MR-23-2-2
Asal Persilangan : IR60080-23/BP303
Umur Tanaman : ± 123 Hari Setelah Semai
Tinggi Tanaman : ± 110 Cm
Jumlah Gabah Isi per Malai : ± 111 Butir
Anakan Produktif : ± 14 Batang Per Rumpun
Potensi Hasil : 6,9 Ton/Ha
Rata-rata Hasil : 4,6 Ton/Ha
Bobot 1000 Butir : ± 24,6 Gram
Tekstur Nasi : Sedang
Rendemen Beras Giling : ± 68,4 %
Pengapuran : Sedang
Kadar Amilosa : ± 24,3 %
Ketahanan Terhadap Hama : Agak rentan terhadap wereng batang coklat biotipe 1, 2 dan 3
Ketahanan Terhadap Penyakit : Tahan terhadap penyakit blas ras 073, 023, agak tahan terhadap blas ras 001, 013, 033, 013, 173 dan 101
Keterangan : Baik ditanam pada lahan kering di dataran menengah dan dataran tinggi (700-1.000 mdpl). Toleran terhadap kekeringan fase vegetatif dan toleran terhadap keracunan aluminium
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 103
5. Varietas Siliwangi Agritan
Dirilis dengan SK Mentan No: 326/Kpts/TP.010/05/2018. Deskripsi tanaman sebagai berikut:
Nomor Seleksi : CRS1274
Asal Persilangan : IR40750/OM1490
Golongan : Cere
Umur Tanaman : ± 111 Hari setelah semai
Bentuk Tanaman : Tegak
Tinggi Tanaman : ± 111 Cm
Jumlah Gabah Isi per Malai : ± 138 Butir
Anakan Produktif : ± 16 Malai
Warna Kaki : Hijau
Warna Batang : Hijau
Warna Telinga Daun : Hijau
Warna Lidah Daun : Hijau
Warna Daun : Hijau
Warna Helai Daun : Hijau
Permukaan Daun : Kasar
Posisi Daun : Tegak
Posisi Daun Bendera : Tegak
Bentuk Gabah : Panjang Ramping
Warna Gabah : Kuning Bersih
Warna Ujung Gabah : Kuning Jerami
Warna Beras Pecah Kulit : Coklat Muda
Bentuk Beras : Medium
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Tahan
Potensi Hasil : 10,7 Ton/Ha
Rata-rata Hasil : 7,4 Ton/Ha
Bobot 1000 butir : 26,4 Gram
Tekstur Nasi : Pulen
Rendemen Beras Pecah Kulit : ± 76 %
Rendemen Beras Giling : ± 64 %
Rendemen Beras Kepala : ± 92 %
Persentase Beras Kepala : 74,56 %
Pengapuran : Medium
Kadar Amilosa : 21,2 %
Ketahanan terhadap Hama : Agak tahan terhadap wereng batang coklat biotipe 1, 2 dan 3
Ketahanan terhadap Penyakit : Tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri strain III, rentan hawar daun bakteri strain IV dan VII. Tahan penyakit blas ras 033, 073, 133
Keterangan : Baik ditanam pada lahan sawah irigasi dataran rendah sampai ketinggian 600 mdpl
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 104
6. Varietas Padjadjaran Agritan
Dirilis dengan SK Mentan No: 327/Kpts/TP.010/05/2018. Deskripsi tanaman sebagai berikut:
Nomor Seleksi : BP19562B-WBC-1-7-1
Asal Persilangan : Inpari 5/IR66
Golongan : Cere
Umur Tanaman : ± 105 Hari Setelah Semai
Bentuk Tanaman : Agaak Tegak
Tinggi Tanaman : ± 97 Cm
Jumlah Gabah Isi per Malai : ± 135 Butir
Anakan Produktif : ± 17 Batang
Warna Kaki : Hijau
Warna Telinga Daun : Tidak Berwarna
Warna Lidah Daun : Tidak Berwarna
Warna Daun : Hijau
Warna Helai Daun : Hijau
Permukaan Daun : Agak Kasar
Posisi Daun : Agak Tegak
Posisi Daun Bendera : Agak Tegak
Warna Batang : Hijau
Kerebahan : Tahan Rebah
Kerontokan : Sedang
Bentuk Gabah : Ramping
Warna Gabah : Kuning Jerami
Warna Ujung Gabah : Kuning Jerami
Warna Beras Pecah Kulit : Coklat Muda
Bentuk Beras : Medium
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Toleran
Jumlah Gabah per Malai : ± 138 Butir
Potensi Hasil : 11,0 Ton/Ha
Rata-rata Hasil : 7,8 Ton/Ha
Bobot 1000 Butir : 26 Gram
Tekstur Nasi : Pulen
Rendemen Beras Pecah Kulit : ± 79 %
Rendemen Beras Giling : ± 69 %
Rendemen Beras Kepala : ± 87 %
Pengapuran : Sedikit
Kadar Amilosa : 20,6 %
Ketahanan Terhadap Hama : Agak tahan terhadap wereng batang coklat biotipe 1 dan 2, agak rentan wereng batang coklat biotipe 3
Ketahanan Terhadap Penyakit : Agak tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri strain III, rentan hawar daun bakteri strain IV dan VIII
Keterangan : Baik ditanam pada lahan sawah irigasi dataran rendah sampai 600 mdpl
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 105
7. Varietas Cakrabuana Agritan
Dirilis dengan SK Mentan No: 328/Kpts/TP.010/05/2018. Deskripsi tanaman sebagai berikut:
Nomor Seleksi : BP17280M-27D-SKI-1-3-IND-1
Asal Persilangan : Iradiasi Sinar Gamma Co60 dosis 0,1 kGy terhadap Inpari 13
Golongan : Cere
Umur Tanaman : ± 104 Hari Setelah Semai
Bentuk Tanaman : Tegak
Tinggi Tanaman : ± 105 Cm
Jumlah Gabah Isi per Malai : ± 131 Butir
Anakan Produktif : ± 16 Batang
Warna Kaki : Hijau
Warna Telinga Daun : Putih
Warna Lidah Daun : Hijau
Warna Batang : Hijau
Warna Helai Daun : Hijau
Warna Daun : Hijau
Permukaan Daun : Kasar
Posisi Daun : Tegak
Posisi Daun Bendera : Tegak
Bentuk Gabah : Panjang Ramping
Warna Gabah : Kuning Bersih
Warna Ujung Gabah : Kuning Jerami
Warna Beras Pecah Kulit : Coklat Muda
Bentuk Beras : Panjang Ramping
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Sedang
Potensi Hasil : 10,2 Ton/Ha
Rata-rata Hasil : 7,5 Ton/Ha
Bobot 1000 Butir : 27,1 Gram
Tekstur Nasi : Pulen
Rendemen Beras Pecah Kulit : ± 80 %
Rendemen Beras Giling : ± 68 %
Rendemen Beras Kepala : ± 85 %
Pengapuran : Sedikit
Kadar Amilosa : 22,0 %
Ketahanan Terhadap Hama : Agak tahan terhadap wereng batang coklat biotipe 1, 2 dan 3
Ketahanan Terhadap Penyakit : Agak tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri strain III, rentan hawar daun bakteri strain IV dan VIII. Tahan penyakit blas ras 033, dan 173. Agak tahan penyakit tungro inokulum Purwakarta
Keterangan : Baik ditanam pada lahan sawah irigasi dataran rendah dan menegah sampai ketinggian 600 mdpl
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 106
8. Calon Varietas Unggul Baru Kedelai Derek
Kedelai Derek merupakan hasil seleksi persilangan Tanggamus dengan
Anjasmoro, yang memiliki keunggulan: potensi hasil 3,56 t/ha dengan rata-
rata hasil 2,61 t/ha, tahan terhadap hama penggerek polong dan agak
tahan terhadap hama pengisap polong dan penyakit karat, rentan terhadap
ulat grayak, ukuran biji sedang, umur masak genjah (84 hari), tahan
terhadap pecah polong serta memiliki kandungan protein 36,13%.
9. Calon Varietas Unggul Baru Kedelai Depas
VUB Kedelai DEPAS merupakan hasil seleksi persilangan Burangrang x
MLGG 0511, yang memiliki keunggulan: potensi hasil 2,84 t/ha dengan rata-
rata hasil 2,35 t/ha, tahan terhadap penyakit karat, agak tahan terhadap
ulat grayak, dan agak tahan terhadap hama pengisap polong, serta memiliki
kandungan protein 39,83%.
10. Calon Varietas Unggul Baru Kacang Tanah Tasia 1
Varietas unggul Tasia 1 merupakan hasil persilangan varietas Talam 1
dengan Lokal Malang (T3) memiliki keunggulan: potensi hasil 4,19 t/ha
polong kering dengan rata-rata hasil 2,79 t/ha polong kering, tahan
penyakit layu bakteri, agak tahan penyakit karat, agak tahan penyakit
bercak daun, serta toleran hama kutu kebul.
11. Calon Varietas Unggul Baru Kacang Tasia 2
Tasia 2 merupakan hasil persilangan varietas Talam 1 dengan varietas Takar
1 memiliki keunggulan: potensi hasil 4,32 t/ha polong kering dengan rata-
rata hasil 2,77 t/ha polong kering, tahan penyakit layu bakteri, agak tahan
penyakit bercak daun, serta toleran hama kutu kebul.
12. Calon Varietas Unggul Baru Ubi Kayu Vati 1
Varietas unggul Vati 1 merupakan hasil persilangan antara tetua betina MLG
10098 dengan tetua jantan MLG 10025. Varietas ini memiliki keunggulan:
potensi hasil 46,88 t/ha dengan rata-rata hasil 37,46 t/ha, agak tahan
terhadap hama tungau, rentan terhadap penyakit busuk akar/umbi
(Fusarium spp.)
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 107
13. Calon Varietas Unggul Baru Ubi Kayu Vati 2
Sedangkan Vati 2 merupakan hasil persilangan antara tetua betina Adira 4 dengan
tetua jantan UJ 4. Varietas ini memiliki keunggulan: potensi hasil 66,79 t/ha dengan
rata-rata hasil 42,54 t/ha, agak tahan terhadap hama tungau, tahan terhadap
penyakit busuk akar/umbi (Fusarium spp.)
14. Calon Varietas Unggul Baru Jagung hibrida Jhana 1
CVUB jagung Jhana 1 berumur sedang 101 hari, tahan terhadap penyakit Bulai jenis
pathogen Peronosclerospora philippinensis, agak tahan terhadap penyakit bulai jenis
pathogen Peronosclerospora maydis, hawar daun (Helminthosporium maydis) dan
karat daun (Puccinia polysora). Toleran pada kondisi intensitas naungan cahaya 50%
sehingga cocok dibudidayakan pada lahan di bawah tegak tanaman tahunan dengan
intensitas naungan cahaya sebesar 50% dengan potensi hasil 7,85 ton/ha. CVUB ini
telah disidangkan tinggal menunggu SK pelepasan varietas.
15. Calon Varietas Unggul Baru Jagung Komposit Sinhas 1
CVUB jagung Sinhas 1 berumur sedang 101 hari, tahan terhadap penyakit bulai jenis
patogen Peronosclerospora philippinensis, dan agak tahan terhadap penyakit bulai
jenis patogen Peronosclerospora maydis, hawar daun (Helmintosporium maydis) dan
karat daun (Puccinia polysora) Toleran pada kondisi cekaman kekeringan pada fase
menjelang berbunga sampai panen dan pemupukan N rendah sehingga cocok
dibudidayakan pada lahan dengan ketersediaan air rendah dan kurang subur. Hasil
tinggi pada kondisi lingkungan dan pemeliharaan optimum potensi hasil 10,71 ton/ha.
CVUB ini telah disidangkan tinggal menunggu SK pelepasan varietas.
16. Calon Varietas Unggul Baru Jagung Komposit Jakarin 1
CVUB jagung Jakarin 1 berumur sedang 100 hari, tahan terhadap penyakit bulai jenis
patogen Peronosclerospora philippinensis, dan agak tahan terhadap penyakit bulai
jenis patogen Peronosclerospora maydis, hawar daun (Helmintosporium maydis) dan
karat daun (Puccinia polysora). Hasil cukup stabil dan toleran pada kondisi cekaman
kekeringan pada fase menjelang berbunga sampai panen dan pemupukan N rendah
sehingga cocok dibudidayakan pada lahan dengan ketersediaan air rendah dan
kurang subur potensi hasil 10 ton/ha. CVUB ini telah disidangkan tinggal menunggu
SK pelepasan varietas Gambar 27).
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 108
Kegiatan 2. Tersedianya teknologi budidaya panen dan pasca panen
primer tanaman pangan (12 Teknologi)
1. Perakitan paket teknologi budidaya padi sawah produksi tinggi
ramah lingkungan (Isabela)
Hasil kegiatan Perakitan Paket Teknologi Budidaya Padi Sawah Produksi
Tinggi Ramah Lingkungan telah menghasilkan teknologi intensifikasi sebar
benih langsung (Isabela) pada lahan sawah tadah hujan. Teknologi ini
dikembangkan dalam demfarm seluas 56 hektar di Kecamatan Takkalalla,
Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Tujuan utama demfarm tersebut untuk
mempercepat proses diseminasi sekaligus memperkenalkan teknologi
budidaya padi produksi tinggi, spesifik agro-ekosistem (Tepat-Sae) untuk
peningkatan produksi padi di lahan sawah tadah hujan dengan teknologi
intensifikasi sebar benih langsung (Isabela). Varietas unggul yang ditanam
terdiri dari 8 varietas spesifik lahan tadah hujan yaitu Inpari 7 Lanrang,
Inpari 38 Tadah Hujan Agritan, Inpari 39 Tadah Hujan Agritan, Inpari 37
Lanrang, Inpari 41 Tadah Hujan Agritan, Inpari 42 Agritan GSR dan Inpari
43 Agritan GSR. Hasil panen ubinan Inpari 42 Agritan GSR 7,2 t/ha GKP
lebih tinggi dengan rata-rata produksi wilayah tersebut 5,1 t/ha. Berikut ini
komponen teknologi Tepat-Sae Isabela antara lain (1) penggunaan varietas
unggul tahan yang punya potensi hasil tinggi, dengan sistem tanam
sebar/hambur benih langsung maksimal 40 kg/ha hal ini untuk menjaga
populasi optimal per ha, (2) Optimalisasi daya kecambah benih, dengan
perendaman benih selama 48 jam, dilanjutkan dengan penirisan selama 12
jam, hingga calon bibit tumbuh, dan siap untuk diberikan tambahan pupuk
hayati Agrimeth (Seed treatment); atau pada lahan sawah tadah hujan yang
tergenang air lebih dari 5 cm diatas permukaan tanah, dianjurkan untuk
menggunakan (iron coated seed). Coating seed merupakan benih yang
diselimuti iron sebagai bahan pemberat benih sehingga benih dapat
menancap di permukaan tanah meskipun benih disebar/dihambur dalam
kondisi air tergenang, juga untuk mengurangi serangan hama keong-mas;
(3) Hambur dengan jarak antar lorong maksimal 4m, untuk memudahkan
perawatan tanaman dan aplikasi pupuk, pestisida/herbisida; (4).
Pemupukan spesifik sawah tadah hujan untuk menghindari rebah tanpa
menurunkan hasil panen; (5). Aplikasi bio-silika dosis 1l/ha pada saat
vegetatif maksimal dan panicle initiation untuk meningkatkan
kekuatan/kekerasan batang dan menghindari rebah; (6) Penggunaan
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 109
combine harvester untuk panen. Kedepan, Isabela bisa dikembangkan
dengan menggunakan alat/mesin hambur dengan menggunakan boom-
sprayer atau drone-hambur benih.
2. Optimalisasi Produktivitas Padi Rawa Mendukung Kedaulatan
Pangan Dan Swasembada Beras Nasional
Hasil kegiatan Optimalisasi Produktivitas Padi Rawa Mendukung Kedaulatan
Pangan dan Swasembada Beras Nasional telah menghasilkan teknologi
sistem produksi padi sawah pasang surut intensif, super dan aktual (RAISA).
Teknologi RAISA merupakan rangkai komponen teknologi yang pada
prinsipnya mengambil dari Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi
pasang surut. Namun demikian komponennya menjadi aktual, karena
menggunakan hasil inovasi Balitbangtan terkini untuk pengelolaan dan
sistem produksi padi di lahan rawa pasang surut. Dikatakan intensif karena
teknologi ini mendorong peningkatan hasil dan peluang peningkatan indeks
pertanaman dari 1 menjadi 2 atau 3 kali dalam satu tahun.
Komponen penting dari teknologi RAISA adalah: 1) Persiapan Lahan; 2)
Pengelolaan Tata Air Mikro; 3) Pengaturan cara tanam dan populasi
tanaman; 4) Varietas Unggul Baru (VUB) Potensi Hasil Tinggi; 5) Aplikasi
Pupuk Hayati; 6) Ameliorasi dan Remediasi;7) Pemupukan berimbang
berdasarkan Perangkat Uji Tanah Rawa (PUTR); 8) Pengendalian Organisme
Pengganggu Tanaman (OPT) Terpadu; dan 9) Alat dan mesin pertanian,
khususnya untuk tanam dan panen (combine harvester).
Teknologi RAISA ini telah di launching dalam kegiatan Demonstrasi Farming
(Demfarm) seluas 50 hektar di Desa Sukaraya, Kecamatan Tungkal Ilir,
Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Terdapat peningkatan
hasil 1-2 ton/ha setelah menggunakan teknologi RAISA untuk varietas
Inpara 2, Inpara 3 dan Inpara 8 Agritan.
3. Teknologi Pengendalian Hama dan Penyakit Utama Tanaman Padi
Hasil kegiatan Teknologi Pengendalian Hama dan Penyakit Utama Tanaman
Padi telah menghasilkan teknologi teknologi pengendalian hama penggerek
batang padi secara preventif.
Pengendalian hama penggerek batang padi di lahan sawah irigasi masih
bertumpu pada penggunaan insektisida kimia. Kondisi tersebut sangat
beresiko karena penggunaan insektisida yang terus menerus berdampak
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 110
negatif terhadap lingkungan. Selain itu, untuk mengendalikan hama
penggerek batang padi umumnya petani menggunakan cara pengendalian
secara kuratif. Cara pengendalian seperti ini kurang efektif karena tanaman
sudah rusak dan kehilangan hasil sudah terjadi. Untuk itu perlu mencari
teknologi pengendalian penggerek batang padi yang sifatnya preventif,
salah satunya dengan pemantauan populasi penggerek batang padi sebagai
tindakan early warning system. Dengan teknologi ini diharapkan penggerek
batang padi dapat terkendali sebelum menyerang tanaman padi.
Pemantauan populasi penggerek batang padi umumnya dilakukan dengan
menggunakan light trap, namun hal ini tidak efektif untuk penggerek batang
padi merah jambu (Sesamia inferens), karena ngengat penggerek batang
padi merah jambu kurang tertarik cahaya. Untuk mengatasi masalah ini
perlu dipelajari perilaku lain dari serangga hama ini, diantaranya dengan
mempelajari tanggapan (respons) serangga terhadap rangsangan
(stimulant) yang berasal dari tanaman sehingga serangga tertarik datang.
Pada saat ini hama S. inferens dapat dipantau dengan menggunakan trap
yang berisi atraktan yang berasal dari ekstrak daun tanaman jagung.
Ekstrak tanaman jagung dari bagian daun ini efektif terhadap daya tangkap
ngengat S. inferens disebabkan daun tanaman jagung memiliki komponen
minyak atsiri metil eugenol dengan persentase area kandungan sebesar
16,58% dalam waktu retensi 1,533 menit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak daun tanaman
jagung yang efektif terhadap daya tangkap ngengat S. inferens yaitu 200
gram serbuk daun jagung kering yang diekstrak dalam 2 liter air dan
konsentrasi hasil ekstraknya 12,5%. Populasi hama S. inferens tertinggi
terpantau pada saat pengolahan lahan dan persemaian. Semakin pekat
konsentrasi hasil ekstrak semakin kecil kemampuan menguapnya, dan
semakin encer konsentrasi hasil ekstrak semakin besar kemampuan
menguapnya. Serangan penggerek batang padi di lokasi yang dipasang trap
rata-rata intensitas serangan berkisar 0,00–5,93%.
4. Teknologi Pasca Panen Primer Padi
Hasil kegiatan Tekonologi Pasca Panen Primer Padi telah menghasilkan
teknologi pemanfaatan produk samping penggilingan padi (menir dan beras
patah) menjadi susu beras fortifikasi.
Susu beras adalah minuman yang dibuat dari ekstrak beras. Produk susu
beras yang telah beredar di pasar saat ini belum memanfaatkan produk
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 111
samping produksi beras kelas mutu premium yaitu beras patah dan menir
sebagai bahan bakunya. Padahal potensi pengembangan beras patah
sebagai bahan baku pembuatan susu beras sangat tinggi. Selain itu belum
ada penambahan pengkaya bahan pangan alami terutama wortel dan
kacang hijau untuk menghasilkan susu beras fortifikasi yang bernutrisi.
Pengembangan susu beras fortifikasi ini melalui 5 tahapan yaitu (1)
Penentuan karakteristik susu beras, (2) Penentuan teknik pembuatan susu
dan konsentrasi ekstrak beras; (3) Penentuan formulasi susu beras
campuran; (4) Pembuatan susu beras fortifikasi; dan (5) Analisa kandungan
nutrisi susu beras fortifikasi. Berdasarkan Focus Group Discussion,
karakteristik susu beras yang diinginkan panelis adalah beraroma netral dan
atau menyegarkan, rasa sedikit nutty (seperti ada kacang) dan creamy
(seperti ada unsur fat/lemak), serta tekstur sedikit lebih kental dari air
biasa.
Hasil penelitian telah didapatkan formulasi susu beras fortifikasi dengan
mutu rasa yang lebih disukai dan mutu nutrisi yang jauh lebih tinggi
dibanding susu beras impor Australia dan Korea. Kandungan senyawa
fenolik susu beras fortifikasi mencapai 132.8 mg/100 mL yaitu 200-500%
lebih tinggi dibandingkan susu sapi, susu kedelai, dan susu beras lainnya.
Sedangkan aktivitas antioksidan susu beras fortifikasi adalah 17.8 mg
AAE/100 mL. Susu beras fortifikasi setidaknya mengandung 4 mineral, 3
vitamin serta asam lemak Omega 3 dan Omega 6. Kandungan vitamin B2
susu beras fortifikasi sangat tinggi yaitu mencapai 37% AKG. Susu beras
fortifikasi tidak hanya dapat meningkatkan nilai ekonomis beras patah dan
menir tetapi juga berpotensi menjadi pangan fungsional. Susu beras
fortifikasi BB Padi ini sudah didaftarkan untuk mendapatkan hak paten.
5. Teknologi Budidaya Kedelai Pada Lahan Salin
Teknologi budidaya ini disusun berdasarkan hasil penelitian pada lahan salin dengan DHL 10-15 dS/m. Keterangannya adalah sebagai berikut:
a. Lahan dibersihkan dari sisa tanaman sebelumnya.
b. Tanah diolah ringan dengan bajak/rotari, atau tanpa olah tanah.
c. Saluran drainase setiap 3 m.
d. Varietas Anjasmoro atau galur harapan K13 (toleran salin hingga DHL
tanah sekitar 15 dS/m).
e. Jarak tanam 40 cm x 10-15 cm, 2-3 tanaman/rumpun.
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 112
f. Dosis pupuk 75 kg Urea + 100 kg SP36 + 50 kg KCl per ha (setara 200
kg Phonska + 25 kg SP36).
g. Mulsa jerami 3,5 t/ha (bila tersedia). Pemulsaan mencegah peningkatan
DHL tanah selama pertumbuhan tanaman.
h. Ameliorasi tanah dengan salah satu bahan sebagai berikut (disebar
bersamaan atau setelah pengolahan tanah):
1. 750 kg S/ha
2. 5 t/ha gipsum pertanian
3. 5 t/ha pupuk kandang
4. 1,5 t/ha gipsum + 5 t/ha pupuk kandang.
i. Pengairan sesuai kebutuhan. Air dengan DHL 4,0 dS/m masih dapat
digunakan untuk pengairan.
j. Pengendalian gulma, hama dan penyakit sesuai kebutuhan.
k. Panen bila tanaman sudah siap dipanen.
Dengan cara budidaya tersebut, hasil kedelai galur harapan (GH) K13
mencapai 1,3 t/ha.
6. Inovasi Teknologi Produksi Ubi Kayu di Lahan Pasang Surut
Rakitan inovasi teknologi produksi ubi kayu dilahan pasang surut (Kalsel) dengan penjelasan sesuai Tabel 28.
Tabel 28. Komponen Teknologi Produksi Ubi Kayu Lahan Pasang Surut
Komponen
Teknologi
Teknologi
Eksisting Paket Inovasi
Lahan Bajak 2x Bajak 2x & garu 2x
Varietas Gajah Kristal
Jarak tanam 100 x 200 100 x 200
Popuk 2 t/ha 5 t/ha
Pupuk 400 kg (ditugal) 600 kg (dialurkan)
Anorganik
Dolomit 1 t/ha 5 t/ha
PPC-ZPT 0, 2 dan 4 BST 0, 2 dan 4 BS
Wiwil (tunas) 2 dan 4 BST
Penyiangan 1 x 2 x
Pengendalian Tanpa BeBas & SBM
OPT pengendalian
Panen 8-10 BST 8-10 ST
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 113
7. Teknologi Budidaya Kacang Tanah di Lahan Kering Beriklim Kering
Sumba Timur NTT
Kacang tanah merupakan salah satu sumber pendapatan tunai bagi petani.
Khusus di lahan kering iklim kering (LKIK) bertipe iklim D3 dan E, usahatani
kacang tanah secara agronomis dan ekonomis layak dikembangkan meski
secara bio-fisik menghadapi kendala antara lain kekurangan air pada fase
generatif tanaman, investasi gulma dan penyakit. Teknologi budidaya
kacang tanah di LKIK tipe iklim D3 (3-4 bulan basah/tahun) ditanam pada
akhir musim hujan (Januari-Maret), telah tersedia.
Teknologi kunci budidaya kacang tanah di lahan kering iklim kering sesuai
Tabel 29 adalah:
1. Penggunaan varietas toleran kekeringan.
2. Tanam tepat waktu.
3. Memanfaatkan ketersediaan air tanah.
4. Pemupukan yang berimbang untuk menjaga kesuburan tanah.
Pada lahan kering beriklim kering iklim kering di Sumba Timur, dengan
penerapan teknologi budidaya tersebut, pertanaman tumbuh cukup baik, dan
diperoleh hasil polong segar 3.422 kg/ha atau 2396 kg/ha polong kering. Selain
hasil polong, juga diperoleh hasil panen dalam bentuk hijuan sebanyak 5,5 –
13,0 t/ha, yang dapat digunakan sebagai pakan ternak, diantaranya kuda dan
sapi yang banyak dipelihara oleh petani/masyarakat wilayah lahan kering iklim
kering Sumba Timur.
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 114
Tabel 29. Teknologi budidaya kacang tanah di lahan kering iklim kering
Uraian Pelaksanaan
Sistem tanam Monokultur
Pilihan Varietas Kancil, Hypoma 1, Hypoma 3
Penyiapan lahan Olah sempurna, dibajak dan diratakan (dengan traktor atau
tenaga ternak).
Perlakuan benih (daya
tumbuh > 80%)
Thiamektosan untuk mengendalikan serangan lalat kacang
(dosis sesuai dengan petunjuk dalam kemasannya).
Perlakuan benih juga menghindari benih dimakan oleh
binatang dan Captan untuk pengendalian penyakit.
Jarak tanam 40 cm x 15 cm, satu biji/lubang.
Waktu dan Cara tanam Kacang tanah ditanam pada saat awal musim hujan, tanah
sudah lembab pada kedalaman 10-15 cm. Tanam secara
tugal (kedalaman lubang tugal 2-4 cm, ditanam 1 benih per
lubang tugal, setelah tanam lubang tugal segera ditutup
tanah untuk menghindari benih kacang tanah kering.
Pengendalian gulma Apabila sebelum tanah diolah gulmanya banyak, gulma
disemprot dengan herbisida kontak-sistemik. Penyiangan I
pada umur 15-20 hst, dengan herbisida (nozle pakai
sungkup agar herbisida tidak mengenai tanaman) atau
manual (cangkul, parang, tangan). Jika diperlukan,
penyiangan II pada umur 30-35 hst (manual).
Pemupukan 50 kg Ponska/ha + 25 kg SP-36/ha, dilakukan bersamaan
setelah tanam (Dosis rendah karena tanahnya subur,
berfungsi untuk menjaga kesuburan tanah saja)
Pengairan Hujan
Pengendalian hama &
penyakit
Berdasarkan pemantauan. Pengendalian dengan insekstisida
atau pestisida sesuai dengan hama dan penyakit yang
menyerang, dosis sesuai yang tertera pada kemasan.
Panen Kacang tanah dipanen pada saat kemasakan biji yang tepat,
yang ditandai dengan polong yang keras, kelihatan berserat
dan bagian dalam berwarna coklat, biji telah terisi penuh.
Umumnya dipanen berumur 90-105 hari (tergantung
varietas).
8. Komponen Teknologi Budidaya Kacang Hijau di Lahan Kering Iklim Kering
Deskripsi teknologi dijelaskan sesuai pada Tabel 30.
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 115
Tabel 30. Deskripsi Teknologi Budidaya kacang hijau di Lahan Kering Iklim
Kering
Uraian Pelaksanaan
Pilihan Varietas Vima 1, Sriti, Perkutut, Murai
Penyiapan lahan Olah tanah sempurna
Jarak tanam 40 x 15 cm
Waktu dan Cara tanam Pada awal atau akhir musim hujan
Pengendalian gulma Apabila sebelum tanah diolah gulmanya banyak, gulma
disemprot dengan herbisida kontak-sistemik. Penyiangan I
pada umur 15-20 hst, dengan herbisida (nozle pakai sungkup
agar herbisida tidak mengenai tanaman) atau manual
(cangkul, parang, tangan). Jika diperlukan, penyiangan II
pada umur 30-35 hst (manual).
Pemupukan 150 kg Phoska/ha atau 50 kg Urea/ha + 50-100 kg SP36/ha +
50-100 kg KCl/ha
Pengairan Hujan
Pengendalian hama &
penyakit
Berdasarkan pemantauan. Pengendalian dengan insekstisida
atau pestisida sesuai dengan hama dan penyakit yang
menyerang, dosis sesuai yang tertera pada kemasan.
Panen Warna polong sudah hitam atau coklat
Dengan paket teknologi tersebut produktivitas kacang hijau bisa mencapai
1,63 t/ha.
9. Teknologi Pengendalian Hama Penggerek Batang dan Hama Utama Kedelai dengan Kombinasi Beberapa Cara Pengendalian
Pengendalian hama utama kedelai tidak mudah dilakukan dengan hanya
mengandalkan satu cara pengendalian saja, mengingat jenis dan sifat
hama, stadia menyerang serta waktu menyerang tidak bersamaan. Oleh
karena itu, diperlukan kombinasi beberapa cara pengendalian untuk
menekan serangan hama utama. Rakitan pengendalian hama penggerek
batang dan hama utama kedelai dilakukan dengan mengkombinasikan
antara: (1) varietas toleran; (2) perlakuan benih; dan (3) biopestisida
ekstrak serbuk biji mimba (SBM), entomovirus SlNPV (VIR-GRA), dan
entomopatogen Beauveria bassiana (Be-bas). Sebagai pembanding diujikan
pengendalian dengan biopestisida terjadwal yang efektif di lahan pasang
surut dan pengendalian kimiawi.
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 116
Kombinasi Pengendalian Hama Utama Kedelai:
1) Varietas toleran
Beberapa varietas unggul kedelai telah diuji tingkat ketahanannya
terhadap penggerek batang. Dari 12 varietas unggul kedelai yang diuji
(Anjasmoro, Argomulyo, Grobogan, Dega 1, Dena 1, Dena 2, Gema,
Demas 1, Dering 1, Detam 4, Gepak ijo dan Gepak kuning), Dena 1
terindikasi toleran dengan tingkat serangan terendah dan kehilangan
hasil rendah. Dena 1 juga teridentifikasi agak tahan hingga tahan
terhadap kutu kebul dibandingkan Anjasmoro (sangat peka), Dega 1
(peka hingga agak tahan), Gema (agak tahan), dan Devon 1 (peka
hingga agak tahan).
2) Perlakuan benih/seed treatment, cara aplikasi dan hama sasaran.
Varietas toleran dikombinasi dengan perlakuan benih menggunakan
insektisida berbahan aktif tiametoksam 3 ml/kg benih dapat mengurangi
serangan penggerek batang kedelai. Bahan aktif ini juga dapat
mengurangi serangan lalat bibit (Ophiomyia phaseoli). Cara aplikasi
dengan mencampurkan tiap 1 kg benih dengan 3 ml tiametoksam secara
merata sebelum tanam.
3) Biopestisida, penyiapan, cara aplikasi dan hama sasaran Bahan aktif
biopestisida SBM, VIRGRA dan BeBas, hama sasaran yang dikendalikan,
dosis, cara penyiapan dan aplikasi
Cara kerja biopestisida:
a. Ekstrak SBM. Bahan aktif mempengaruhi daya makan, pertumbuhan,
daya reproduksi, proses ganti kulit, menghambat perkawinan dan
komunikasi seksual, penurunan daya tetas telur dan menghambat
pembentukan kitin. Senyawa volatil mampu mengusir hama.
b. VIRGRA yang mengandung Sl-NPV bekerja setelah partikel virus
tertelan bersama bagian tanaman yang dimakan hama. Partikel virus di
usus tengah mereplikasi dengan cepat hingga memenuhi tubuh hama.
Polihedral diproduksi dalam sel dan secara perlahan hama akan
mengalami kematian. Hama terinfeksi akan hancur dan polihedral yang
terbentuk dilepaskan ke alam dan siap menginfeksi hama lain dari
spesies yang sama.
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 117
c. Bahan aktif Be-Bas berupa konidia cendawan berkecambah pada tubuh
serangga dan menggunakan darah serangga sebagai sumber
makanan. Serangga yang terinfeksi akan mati 47 hari setelah aplikasi
yang berbentuk seperti mumi berwarna putih. Telur serangga yang
terkoloni tidak menetas.
Hama-hama utama yang dapat dikendalikan dengan kombinasi antara
varietas toleran, perlakuan benih dan bioinsektisida SBM, VIRGRA dan Be-
Bas pada tanaman kedelai adalah:
a. Hama penggerek batang kedelai Varietas toleran peng-gerek batang
kedelai yang dikombinasikan dengan perlakuan benih menggunakan
tiametoksam menurunkan intensitas serangan penggerek batang
sebesar 42,1% dan 33,3% pada umur 28 hst dan 35 hst dibandingkan
perlakuan pestisida kimia.
b. Hama kutu kebul Aplikasi biopestisida SBM mampu menekan separoh
populasi kutu kebul. Populasi kutu kebul yang tertangkap perangkap
kuning (yellow trap) pada perlakuan kombinasi pengendalian (18 ekor)
lebih rendah dibandingkan dengan pengendalian pestisida kimia (38
ekor) pada umur 40 hst. Apabila kutu kebul membawa vektor virus,
maka risiko penularan virus di lahan dapat dikurangi dengan
tertekannya populasi vektor.
c. Hama pemakan daun Ulat grayak memakan tanaman kedelai pada
berbagai umur tanaman. Pengamatan intensitas serangan (IS) ulat
grayak hingga umur tanaman 50 hst menunjukkan bahwa
pengendalian dengan cara kombinasi menekan serangan ulat grayak
(IS = 4%) hampir setara dengan pengendalian pestisida kimia (IS =
3%). Akan tetapi, intensitas serangan hama penggulung daun lebih
tinggi (IS = 1,8%) dibandingkan dengan pengendalian pestisida kimia
(IS = 0,4%).
d. Hama pengisap, penggerek, pemakan polong dan biji Aplikasi bio-
insektisida pada kombinasi pengendalian menurunkan intensitas
serangan pengisap, penggerek dan pemakan pada polong (Gambar
1a). Polong yang diserang oleh hamahama tersebut tidak berdampak
pada kerusakan.
Hasil biji kedelai yang diperoleh dari petak pengendalian kombinasi (2,2
t/ha) setara dengan pengendalian biopestisida terjadwal (2,2 t/ha), tetapi
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 118
masih lebih rendah dibandingkan pengendalian pestisida kimia (2,4 t/ha).
Menurut deskripsi varietas, potensi hasil varietas Dena 1 adalah 2,9 t/ha
dengan rerata hasil 1,7 t/ha.
10. Teknologi Pengendalian Hama/Penyakit Pada Tanaman Gandum
Kondisi lingkungan yang sesuai, beberapa serangga dapat menyebabkan
kehilangan hasil gandum secara signifikan. Beberapa diantaranya merusak
langsung ke malai atau bagian tanaman lainnya. Untungnya, kemungkinan
terjadinya serangan berat dapat ditekan dengan penerapan pengelolaan
yang baik. Menghadapi masalah OPT tersebut, perlu dilakukan pengendalian
yang tepat yaitu Pengendalian Hama dan Penyakit secara Terpadu (PHT),
baik dengan cara bercocok tanam, fisik, mekanik, biologi, maupun cara
kimia. Untuk menghindari dampak negatif tarhadap lingkungan akibat
penggunaan pestisida sintetik, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan
untuk mengendalikan hama utama gandum dengan cara yang ramah
lingkungan yakni menggabungkan pestisida nabati dan varietas tahan.
Varietas GURI-3 menunjukkan tingkat serangan hama dan penyakit yang
lebih rendah daripada varietas lainnya. Pestisida nabati Mitol 20EC
menunjukkan hasil yang terbaik dalam mengendalikan hama dan penyakit
sesuai pada.
11. Peta Sebaran Varietas di Sulsel
Peta adopsi varietas unggul jagung nasional dibuat dengan menggunakan
software pembuat peta untuk membuat Batasan wilayah/kabupaten/kota
berdasarkan tingkat adopsi VUB jagung nasional. Database penyebaran
varietas disusun berdasarkan data skala kabupaten dan entri data luas
tanam dilakukan pada setiap sel. Interpretasi hasil dilakukan dengan
membagi tingkat adopsi dalam 4 kategori yaitu adopsi tinggi (> 10.000 ha),
Adopsi sedang (3000-5000 ha), adopsi agak rendah (1000-3000 ha) dan
adopsi rendah (< 1000 ha). Adopsi tinggi hanya didapatkan pada 2
kabupaten yaitu Kabupaten Gowa dan Kabupaten Jeneponto. Peta ini
bermanfaat untuk perencanaan kebutuhan benih hibrida, delineasi wilayah
untuk penyaluran bantuan pupuk/saprodi, memudahkan dalam
melaksanakan program perluasan areal tanam baru (PATB) serta dapat
dijadikan pengambilan keputusan/pedoman dalam pembagian alokasi
bantuan benih berdasarkan tingkat ketersediaan lahan, penguasaan
teknologi oleh petani serta kemudahan dalam penyaluran bantuan. Peta ini
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 119
juga bisa diintegrasikan dengan hasil pencitraan satelit untuk pemantauan
standing crop tanaman jagung.
12. Teknologi Pengendalian Tungro Terpadu di Daerah Endemis
Tungro
Tungro adalah penyakit virus pada padi yang biasanya terjadi pada fase
pertumbuhan vegetatif dan menyebabkan tanaman tumbuh kerdil dan
berkurangnya jumlah anakan. Pelepah dan helaian daun memendek dan
daun yang terserang berwarna kuning sampai kuning-oranye. Daun muda
sering berlurik atau strip berwarna hijau pucat sampai putih dengan
panjang berbeda sejajar dengan tulang daun. Gejala mulai dari ujung daun
yang lebih tua. Daun menguning berkurang bila daun yang lebih tua
terinfeksi. Dua spesies wereng hijau Nephotettix malayanus dan N.virescens
adalah serangga yang menyebarkan (vektor) virus tungro.
Cara pengendalian
Pada prinsipnya penyakit tungro tidak dapat dikendalikan secara langsung
artinya, tanaman yang telah terserang tidak dapat disembuhkan.
Pengendalian bertujuan untuk mencegah dan meluasnya serangan serta
menekan populasi wereng hijau yang menularkan penyakit. Mengingat
banyaknya faktor yang berpengaruh pada terjadinya serangan dan
intensitas serangan, serta untuk mencapai efektivitas dan efisiensi, upaya
pengedalian harus dilakukan secara terpadu yang meliputi :
Waktu tanam tepat
Waktu tanam harus disesuaikan dengan pola fluktuasi populasi wereng hijau
yang sering terjadi pada bulan-bulan tertentu.Waktu tanam diupayakan
agar pada saat terjadinya puncak populasi, tanaman sudah memasuki fase
generatif (berumur 55 hari atau lebih).Karena serangan yang terjadi setelah
masuk fase tersebut tidak menimbulkan kerusakan yang berarti.
Tanam serempak
Upaya menanam tepat waktu tidak efektif apabila tidak dilakukan secara
serempak. Penanaman tidak serempak menjamin ketersediaan inang dalam
rentang waktu yang panjang bagi perkembangan virus tungro, sedangkan
bertanam serempak akan memutus siklus hidup wereng hijau dan
keberadaan sumber inokulum. Penularan tungro tidak akan terjadi apabila
tidak tersedia sumber inokulum walaupun ditemukan wereng hijau,
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 120
sebaliknya walaupun populasi wereng hijau rendah akan terjadi penularan
apabila tersedia sumber inokulum.
Menanam varietas tahan
Menanam varietas tahan merupakan komponen penting dalam pengendalian
penyakit tungro.Varietas tahan artinya mampu mempertahankan diri dari
infeksi virus dan atau penularan virus oleh wereng hijau.Walaupun
terserang, varietas tahan tidak menunjukkan kerusakan fatal, sehingga
dapat menghasilkan secara normal. Sejumlah varietas tahan yang
dianjurkan untuk daerah NTB antara lain: Tukad Patanu, Tukad Unda,
Bondoyudo dan Kalimas. IR-66, IR-72 dan IR-74.Sejumlah varietas Inpari
yang baru dilepas juga dinyatakan tahan tungro. Hasil penelitian di daerah
endemis membuktikan Tukad Unda cukup tahan dengan intensitas serangan
0,0%-9,14% sedangkan varietas peka IR-64 berkisar 16,0%-79,1%.
Penelitian di Lanrang Sulawesi Selatan juga menunjukkan daya tahan Tukad
Patanu terhadap tungro dengan intensitas serangan 18,20% sedangkan
varietas peka Ciliwung mencapai 75,7%.
Memusnahkan (eradikasi) tanaman terserang
Memusnahkan tanaman terserang merupakan tindakan yang harus
dilakukan untuk menghilangkan sumber inokulum sehingga tidak tersedia
sumber penularan. Eradikasi harus dilakukan sesegera mungkin setelah ada
gejala serangan dengan cara mencabut seluruh tanaman sakit kemudian
dibenamkan dalam tanah atau dibakar. Pada umumnya petani tidak
bersedia melakukan eradikasi karena mengira penyakit bisa disembuhkan
dan kurang memahami proses penularan penyakit. Untuk efektifitas upaya
pengendlian, eradikasi mesti dilakukan diseluruh areal dengan tanaman
terinfeksi, eradikasi yang tidak menyeluruh berarti menyisakan sumber
inokulum.
Pemupukan N yang tepat
Pemupukan N berlebihan menyebab-kan tanaman menjadi lemah, mudah
terserang wereng hijau sehingga memudahkan terjadi inveksi tungro,
karena itu penggunaan pupuk N harus berdasarkan pengamatan dengan
Bagan Warna Daun (BWD) untuk mengetahui waktu pemupukan yang
paling tepat. Dengan BWD, pemberian pupuk N secara berangsur-angsur
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 121
sesuai kebutuhan tanaman sehingga tanaman tidak akan menyerap N
secara berlebihan.
Penggunaan pestisida
Penggunaan pestisida dalam mengendalikan tungro bertujuan untuk
eradikasi wereng hijau pada pertanaman yang telah tertular tungro agar
tidak menyebar ke pertanaman lain dan mencegah terjadinya infeksi virus
pada tanaman sehat. Penggunaan insektisida sistemik butiran (carbofuran)
lebih efektif mencegah penularan tungro. Mengingat infeksi virus dapat
terjadi sejak di pesemaian, sebaiknya pencegahan dilakukan dengan antara
lain tidak membuat pesemaian di sekitar lampu untuk menghindari
berkumpulnya wereng hijau di pesemaian dan menggunakan insektisida
confidor ternyata cukup efektif. Insesektisida hanya efektif menekan populasi
wereng hijau pada pertanaman padi yang menerapkan pola tanam
serempak. Karena itu pengendalian penyakit tungro yang sangat berbahaya
akan berhasil apabila dilakukan secara bersama-sama dalam hamparan
relatif luas, utamakan pencegahan melalui pengelolaan tanaman yang tepat
(PTT) untuk memperoleh tanaman yang sehat sehinga mampu bertahan dari
ancaman hama dan penyakit.
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 122
Lampiran 4. Lima Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Tanaman
Pangan
Indikator Kinerja 3
Jumlah Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Tanaman Pangan
(5 Rekomendasi)
1. Kelayakan Teknis, Sosial, dan Ekonomi Inovasi Teknologi Larikan
Padi Gogo (LARGO)
Terkait dengan upaya peningkatan produksi padi nasional, Balitbangtan
pada tahun 2008 telah menghasilkan inovasi Pengelolaan Tanaman Terpadu
(PTT) padi sawah. Inovasi ini kemudian diadopsi dan dikembangkan oleh
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan diimplementasikan dalam bentuk
Sekolah Lapang PTT (SL-PTT). Komponen teknologi penyusun PTT terus
disempurnakan dari waktu ke waktu. Berbagai komponen teknologi yang
dihasilkan dirakit menjadi paket teknologi yang disebut teknologi padi
“Largo Super”. Keunggulan teknologi Larikan Padi Gogo Super (Largo
Super) telah diuji melalui dem-farm seluas 50 ha pada lahan sawah irigasi di
Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, musim tanam 2017, dengan melibatkan
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) setempat. Berdasarkan panen ubinan
Tim Terpadu BPS, Peneliti Balitbangtan, varietas Inpago ternyata
mempunyai potensi produksi > 7ton GKP/ha, sementara produktivitas
varietas Ciherang yang diusahakan petani di luar dem-farm hanya 5,0 ton
GKP/ha. Penerapan teknologi Largo Super secara utuh oleh petani diyakini
mampu memberikan hasil > 7 ton GKP/ha per musim, sementara hasil padi
yang diusahakan petani hanya 4 t GKP/ha. Kalau Teknologi Largo Super
diimplementasikan secara utuh pada 20% lahan kering dan sawah tadah
hujan akan diperoleh tambahan produksi padi sekitar 3,8 juta ton GKG per
musim. Sistem tanam Larikan Gogo bertujuan untuk meningkatkan populasi
tanaman per satuan luas, pengaruh tanaman pinggir dan mempermudah
pemeliharaan tanaman. Teknologi Largo Super merupakan implementasi
terpadu teknologi budidaya padi berbasis cara tanam jajar legowo 2:1.
Beberapa keunggulan tambahan yang melengkapi paket Teknologi Largo
Super adalah: (1) pemberian biodekomposer untuk mempercepat
pengomposan jerami, (2) pemberian pupuk organik, (3) pemberian pupuk
hayati sebagai seed treatment yang dapat menghasilkan fitohormon
(pemacu tumbuh tanaman), penambat nitrogen dan pelarut fosfat serta
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 123
meningkatkan kesuburan dan kesehatan tanah, (4) pestisida nabati yang
efektif dalam pengendalian hama tanaman padi seperti wereng batang
cokelat, dan (5) penggunaan alat mesin pertanian untuk penghematan
biaya tenaga kerja serta penurunan kehilangan hasil panen.
Varietas unggul merupakan komponen utama teknologi Largo Super yang
sangat berperan dalam upaya meningkatkan produksi dan kontribusi padi
gogo dalam total produksi padi nasional. Upaya perakitan varietas terus
dilakukan sebagai kegiatan yang strategis guna mengatasi kondisi
agroekosistem yang beragam yang memiliki keunggulan di spesifik lokasi.
Beberapa varietas unggul padi yang telah berkembang luas di lahan kering
adalah Inpago 8-11. Benih bermutu adalah benih dengan tingkat
kemurnian dan vigor yang tinggi. Benih varietas unggul berperan tidak
hanya sebagai pengantar teknologi tetapi juga menentukan potensi hasil
yang bisa dicapai, kualitas gabah yang akan dihasilkan, dan efisiensi
produksi. Penggunaan benih bersertifikat atau benih dengan vigor tinggi
menghasilkan bibit yang sehat dengan perakaran lebih banyak, sehingga
pertumbuhan tanaman lebih cepat dan merata. Keberhasilan difusi suatu
teknologi dipengaruhi oleh empat faktor penting, salah satunya yaitu
kelayakan sosial ekonomi inovasi itu sendiri. Largo Super sebagai inovasi
paket teknologi budidaya padi perlu diuji kelayakan sosial ekonominya
dalam penerapannya ditingkat petani. Selain itu, dalam pelaksanaan
penerapan suatu inovasi paket teknologi tertentu di tingkat pengguna yang
bervariasi (petani) selalu muncul hambatan atau kendala tersendiri yang
perlu diidentifikasi.
Dalam budidaya tanaman pangan khususnya padi, perakitan rekomendasi
komponen teknologi budidaya terus diperbaiki dan disempurnakan. Melalui
pengkajian yang mendalam di lapangan, secara teknis produktivitas padi
dapat ditingkatkan sekitar 60% dari pada hasil yang dicapai petani melalui
penerapan teknologi Larikan Padi Gogo Legowo Super (Largo Super).
Analisis kelayakan usahatani yang dilakukan pada kegiatan Dem-Farm Largo
Super di Kabupaten Kebumen seluas 50 hektar menunjukan bahwa hasil
padi gogo pada kegiatan Largo Super mencapai rata-rata sebesar 5,25
ton/ha dibandingkan dengan usahatani petani sebesar 3.28 ton/ha. Analisis
kelayakan teknis dan finansial terhadap uasahatani Pra Largo Super
menunjukkan bahwa hasil panen sebesar 3.96 ton GKP/ha dengan R/C dan
B/C masing-masing 1,63 dan 0,63. Indikator ini menunjukkan bahwa kurang
kompetitif atau biaya produksi sebesar Rp 10 jt hanya mendapat
keuntungan bersih Rp 6,30 jt/ha. Sedangkan dengan menerapkan Largo
Super sesuai dengan rekomendasi, petani mampu menghasilkan padi gogo
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 124
5.26 ton GKG/ha atau sekitar 32,8% lebih tinggi dari hasil sebelum
menerapkan Largo Super dengan R/C dan B/C masing-masing 2,26 dan
1,26 atau dengan biaya usatani Rp 10 jt/ha mampu memberikan
keuntungan bersih Rp 12,6 jt/ha. Apabila dibandingkan dengan petani non-
kooperator hasil Largo Super masih sekitar 18.2% lebih tinggi (4,44 ton/ha).
Pembentukan kelembagaan petani dalam sistem produksi benih korporasi
baik mandiri maupun kemitraan diharapkan mampu mewujudkan
penyediaan benih berkelanjutan di tingkat petani melalu Desa Mandiri Benih
(DMB) dan antar kawasan sentra produksi (KSP) padi termasuk padi gogo.
Rekomendasi Kebijakan
Keberlanjutan penyediaan benih VUB padi gogo yang diperkenalkan kepada
petani melalui penerapan paket teknologi Largo Super maupun tanaman
pangan lainnya akan dapat dicapai apabila petani mampu memproduksi
benihnya sendiri secara mandiri Kelompok Tani/Gabungan Kelompok Tani
(Gapoktan) melalui langkah-langkah:
a. Pengembangan sistem produksi benih berbasis korporasi melalui
konsolidasi manajemen usahatani perbenihan.
b. Pembentukan kelembagaan korporasi petani yang berbadan hukum agar
memiliki akses ke sumber keuangan baik dalam bentuk Korporasi Mandiri
atau Korporasi Kemiteraan sebagai berikut.
1) Korporasi Petani Mandiri: Konsolidasi manajemen sistem usahatani
dalam bentuk lembaga korporasi yang melaksanakan kegiatan
usahatani yang dibentuk oleh, dari, dan untuk petani, guna
meningkatkan produktivitas dan efisiensi Usaha Tani, baik yang
berbadan hukum maupun yang belum berbadan hukum.
2) Korporasi Kemitraan: Lembaga korporasi yang dibentuk oleh, dari,
dan untuk petani sebagai plasma yang bermitra dengan swasta
sebagai inti dengan syarat contract agreement dikehendaki oleh
kedua pihak, saling menguntungkan, dan berbagi keuntungan dan
resiko secara proposional
c. Menggunakan model Desa Mandiri Benih (DMB) dalam penerapan sistem
produksi benih berbasis korporasi baik dalam bentuk korporasi mandiri
maupun kemiteraan.
d. Rancang bangun Prototipe Pengembangan Korporasi Kemiteraan yang
membutuhkan dukungan kebijakan untuk pengembangan Desa Mandiri
Benih yang terlanjutkan.
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 125
e. Pemanfaatan Demonstration Farm (Dem-Farm) skala luas (50-100 ha)
per lokasi sebagai show window dalam percepatan proses diseminasi dan
masalisasi penerapan paket teknologi introduksi termasuk Largo Super.
f. Pemanfaatan Keterkaitan antar Komponen Pertumbuhan Produksi Benih
berkelanjutan sebagai berikut:
1) Keterkaitan kelembagaan petani/KT, swasta, BUMN, BUMD, sumber
modal dan lain-lain.
2) Keterkaiatan horizontal (diversifikasi produk perbenihan)
3) Keterkaitan vertikal (penciptaan nilai tambah di tingkat petani
produsen)
4) Keterkaitan regional (Jalur Benih antar Lapang dan Musim (Jabalsim)
baik tingkat kawasan maupun antar kawasan.
Rekomendasi kebijakan secara lengkap disampaikan dalam Lampiran
Evidence.
2. Menimbang Performa “Nasa 29” Melalui Sudut Pandang Petani,
Sudahkah Harapan Sesuai Dengan Kenyataan
Penggunaan Varietas Unggul Baru (VUB) jagung hibrida merupakan salah
satu upaya khusus dalam peningkatan produksi jagung dan keberhasilan
usahatani jagung. Salah satunya melalui penggunaan varietas NASA 29
yang memiliki produktivitas tinggi dengan tingkat persentase prolifik
(tongkol dua) dapat mencapai ≥ 70% di dataran tinggi. Selama tahun 2018
pengembangan dan diseminasi NASA 29 telah dilakukan secara masif oleh
Kementerian Pertanian, khususnya Balitbangtan. Kinerja Penelitian dan
Pengembangan Pertanian 2014-2018 mencatatkan NASA 29 sebagai
varietas jagung Balitbangtan yang paling banyak ditanam petani dalam
kurun waktu tersebut. NASA 29 sudah didiseminasikan di daerah sentra
pengembangan jagung hibrida seperti di Provinsi Jawa Timur seluas 15 ha
dengan produktivitas 12,5 – 13,5 t/ha, di Jawa Barat seluas 10 ha dengan
produktivitas mencapai 11,5 – 12,5 t/ha, di Jambi seluas 5 ha dengan
produktivitas 11,35 – 12 t/ha, di Sulawesi Selatan mencapai luasan 30 ha
dengan produktivitas 11,5 – 12,6 t/ha, di Sulawesi Utara seluas 10 ha
dengan produktivitas 12,15 – 13,0 t/ha, di Sulawesi Tenggara seluas 15 ha
dengan produktivitas 11,25 – 12 t/ha dan di NTB seluas 30 ha menghasilkan
12,13 – 13,41 t/ha. Diharapkan setelah melihat performa NASA 29 di
lapangan secara langsung, petani akan tertarik dan berminat untuk
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 126
membudidayakan varietas ini secara mandiri. Komitmen petani untuk
kembali menanam NASA 29 tentunya sangat ditentukan oleh tingkat
kepuasan mereka terhadap performanya serta terpenuhinya aspek-aspek
pendukung pengembangan varietas ini.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbang TP)
selama tahun 2017-2018 telah melakukan analisis kelayakan sosial ekonomi
pengembangan inovasi teknologi jagung berupa VUB hibrida prolifik
(tongkol ganda) NASA 29 di sejumlah area target pengembangan yaitu
Lamongan (Jawa Timur), Lombok Timur (NTB), dan Berau (Kalimantan
Timur). Hasil analisis pada tahun 2017 mengerucutkan rekomendasi
pengembangan VUB jagung hibrida NASA 29 dapat diarahkan ke dua
kategori area pengembangan dengan penekanan aspek diseminasi yang
berbeda, yaitu AREA MANTAP dan AREA PENGEMBANGAN. Area Mantap
dicirikan dengan produktivitas jagung yang tinggi, pilihan varietas jagung
hibrida swasta banyak dan mudah tersedia, kesejahteraan petani relatif
baik, sehingga pada area yang demikian NASA 29 perlu dilengkapi dengan
paket budidaya efisien dan tahan OPT utama. Area Pengembangan, di sisi
lain, memiliki karakteristik produktivitas jagung yang sedang/rendah, akses
terhadap varietas jagung hibrida swasta terbatas, kesejahteraan petani
sedang/rendah, sehingga untuk pengembangan ke area-area yang demikian
NASA 29 perlu didukung dengan inisiasi pembinaan penangkar lokal sebagai
mitra penyedia benih serta penyediaan paket budidaya yang efisien.
Bertolak dari hasil yang telah diperoleh di tahun sebelumnya, pada 2018
titik berat analisis kelayakan sosial ekonomi “NASA 29” diarahkan ke Area
Pengembangan, yaitu di Berau (Kalimantan Timur). Petani dilibatkan secara
aktif dalam proses budidaya dan produksi benih NASA 29 dengan
pendampingan teknis dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Kalimantan Timur dan Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal). Hasil
telaah terhadap sikap dan persepsi petani calon penangkar di Berau
memperlihatkan tingkat kepuasan petani berada pada level 72,79%
terhadap performa NASA 29 yang baru mereka tanam dan perbanyak
benihnya selama 1 musim tanam. Terdapat 3 atribut/aspek dari NASA 29
yang masih perlu ditingkatkan kinerjanya, yaitu permintaan pasar,
keterjangkauan harga saprodi, serta kemudahan budidaya perbanyakan
benih. Permintaan pasar terhadap benih yang dihasilkan oleh petani calon
penangkar perlu terus diciptakan. BPTP dan Pemda harus melakukan upaya-
upaya untuk menghubungkan petani kepada mitra bisnis pengguna benih,
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 127
memberikan akses petani terhadap dukungan permodalan, dan untuk tahap
awal pengembangan ini Pemda perlu memprioritaskan opkup terhadap
benih yang telah dihasilkan untuk didistribusikan lebih lanjut ke CP/CL yg
lebih luas di dalam wilayah pengembangan Kabupaten Berau.
Keterjangkauan harga saprodi pendukung perbanyakan benih dapat
dilakukan dengan melakukan upaya-upaya mendekatkan petani dengan
penyedia saprodi. Hal ini selain dapat memangkas biaya transportasi saprodi
juga memberikan akses yang lebih besar kepada petani terhadap produk2
pengendali OPT unggul untuk meningkatkan produksi benih yang
dihasilkannya. Terakhir, perbaikan tingkat kemudahan budidaya
perbanyakan/penangkaran benih dapat diupayakan dengan jalan
meningkatkan kapasitas petani calon penangkar. Dalam hal ini peran
pendampingan intensif oleh BPTP, Balitsereal, dan Badan Pengawasan dan
Sertifikasi Benih (BPSB) mutlak diperlukan.
Rekomendasi Kebijakan Teknis
a. Tingkat kepuasan petani calon penangkar terhadap performa dan
atribut2 NASA 29 perlu terus diperbaiki karena berimplikasi terhadap
tingkat kepercayaan dan komitmen petani calon penangkar untuk terus
mendukung sub sistem penyediaan benih dalam rangka masalisasi dan
hilirisasi VUB tsb.
b. Permintaan pasar terhadap benih yang dihasilkan oleh petani calon
penangkar perlu terus diciptakan. BPTP dan Pemda harus melakukan
upaya2 untuk menghubungkan petani kepada mitra bisnis pengguna
benih, memberikan akses petani terhadap dukungan permodalan, dan
untuk tahap awal pengembangan ini Pemda perlu memprioritaskan
opkup terhadap benih yang telah dihasilkan untuk didistribusikan lebih
lanjut ke CP/CL yg lebih luas di dalam wilayah pengembangan
Kabupaten Berau.
c. Keterjangkauan harga saprodi pendukung perbanyakan benih dapat
dilakukan dengan melakukan upaya2 mendekatkan petani dengan
penyedia saprodi. Hal ini selain dapat memangkas biaya transportasi
saprodi juga memberikan akses yang lebih besar kepada petani
terhadapproduk2 pengendali OPT unggul untuk meningkatkan produksi
benih yang dihasilkannya.
d. Perbaikan tingkat kemudahan budidaya perbanyakan/penangkaran benih
dapat diupayakan dengan jalan meningkatkan kapasitas petani calon
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 128
e. penangkar. Dalam hal ini peran pendampingan intens oleh BPTP,
Balitsereal, dan BPSB mutlak diperlukan.
f. Keberlanjutan penyediaan benih VUB introduksi sebagai salah satu
komponen paket inovasi teknologi hasil Balitbangtan, mutlak diperlukan
untuk menjamin hilirisasi VU tersebut, dapat dilakukan melalui:
1) Sistem produksi benih berbasis korporasi di tingkat petani, oleh dan
untuk petani (kelembagan petani korporasi mandiri)
2) Sistem produksi benih kemitraan yang melibatkan kelembagaan
petani sebagai plasma dengan mitra bisnis (swasta, BUMN, BUMD)
sebagai inti yang: (1) dikehendaki dan disepakati oleh kedua belah
pihak, (2) saling menguntungkan, (3) saling berbagi resiko secara
proporsional.
Rekomendasi kebijakan secara lengkap disampaikan dalam Lampiran
Evidence.
3. Pupuk Hayati Gliocompost Untuk Mendukung Pengembangan
Produksi Padi Gogo dan Hortikultura Nasional
Saat ini banyak jenis pupuk hayati telah dihasilkan oleh lembaga riset
nasional dan swasta yang sudah dikomersialkan atau beredar di pasaran
dengan kualitas yang beragam. Namun yang direkomendasikan oleh Komite
Inovasi Nasional (KIN) hanya 12 jenis yang sudah mengalami uji multilokasi
di seluruh Indonesia, salah satu diantaranya adalah Gliocompost. Pupuk
hayati Gliocompost mengandung mikroba Gliocladium Sp. yang fungsinya
disamping sebagai pupuk hayati juga sebagai pestisida hayati. Dari hasil
penelitian yang sudah dipublikasikan diketahui bahwa Gliocladium memiliki
manfaat yang sangat besar untuk mengurangi penggunaan pestisida.
Berdasarkan pengujian multilokasi pada tahun 2010-2015 diperoleh hasil
sebagai berikut: a) Aplikasi Gliocompost pada tanaman padi gogo dapat
menekan penggunaan pupuk anorganik N, P, K sebesar 50%, b) Hasil padi
gogo dari petak percobaan yang diaplikasi Gliocompost dengan takaran
pupuk anorganik (N,P,K) 50% sama dengan hasil padi dari petak percobaan
yang diaplikasi pupuk anorganik saja dengan dosis 100%, c) Dari percobaan
Gliocompost di Magelang pada tahun 2013, diketahui bahwa hasil cabe
varietas Jacko 99 mencapai 6,83 t/ha. Hasil tersebut lebih baik dari
perlakuan kontrol dengan dosis pupuk sebanyak 200 kg/ha yang
menghasilkan 3,31 t/ha. Demikian juga pada percobaan aplikasi gliocompost
di Garut pada tahun 2013, hasil cabai mencapai 4,55 t/ha, sedangkan
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 129
kontrol hasilnya hanya 3,60 t/ha. Hal ini disebabkan oleh aktivitas enzimatik
dan fitohormon yang berpengaruh positif terhadap pengambilan hara makro
dan mikro tanah, peningkatan vigor dan viabilitas benih, efisiensi
penggunaan pupuk NPK anorganik dan produktivitas tanaman.
Sejak tahun 1970-an, lahan-lahan pertanian di Indonesia mulai
menggunakan pupuk anorganik secara massal dan terus-menerus. Hal ini
menyebabkan terjadinya proses degradasi kesuburan lahan pertanian
terutama pada lahan sawah yaitu ditunjukkan dengan menurunnya kualitas
sifat fisik, kimia, dan biologi tanah yang mengakibatkan rendahnya
kandungan bahan organik terutama pada lahan sawah, bahkan juga terjadi
penurunan pH tanah. Sementara itu, beberapa sumberdaya alam yang
dimiliki belum dimanfaatkan secara optimal. Misalnya udara yang
mengandung 78% Nitrogen tidak dapat digunakan oleh tanaman
sepenuhnya, padahal mikroba mampu menambat nitrogen yang berlimpah
di udara. Demikian juga dengan fosfat dan kalium yang tersedia di alam.
Hanya 20-30% P dan K di tanah yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman,
sisanya berada dalam keadaan tidak tersedia. Sementara itu mikroba
mampu melarutkan fosfat (P) dan kalium (K) yang tidak tersedia di tanah.
Rekomendasi Kebijakan
a. Penggunaan pupuk hayati Gliocompost untuk mendukung usahatani
padi gogo dan hortikultura dalam skala luas layak dikembangkan, karena
disamping dapat meningkatkan produktivitas per satuan luas, juga dapat
mengurangi biaya pemupukan.
b. Penggunaan pupuk hayati Gliocompost dalam jangka panjang akan
memperbaiki degradasi lahan pertanian yang makin parah dan mampu
mengembalikan kesuburan tanah.
Rekomendasi kebijakan secara lengkap disampaikan dalam Lampiran
Evidence.
4. Sebaran Varietas Unggul Padi Inpari Masih Lambat
Program pemerintah agar Indonesia sebagai lumbung pangan dunia pada
tahun 2045 memerlukan peningkatan produksi padi sebesar 18,65%
dibandingkan produksi tahun 2017. Badan Litbang Pertanian sejak era
dilepasnya varietas populer Ciherang, telah melepas padi inbrida yang diberi
nama varietas Inpari. Mulai tahun 2008, lebih dari 50 varietas Inpari telah
dilepas yaitu Inpari 1 (tahun 2008) hingga Inpari Padjadjaran Agritan (tahun
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 130
2018). Hingga tahun 2017, beberapa varietas Inpari telah diadopsi petani
tetapi dalam luasan terbatas atau adopsinya tergolong lambat. Sebaran luas
tanam pada tahun 2016 rata-rata dari 34 Provinsi masih didominasi oleh
varietas Ciherang (dilepas tahun 2000) yang menempati peringkat I dengan
luas tanam 4.702.214 ha (31,92% dari total luas tanam nasional 14.731.252
ha). Beberapa varietas Inpari yang berkembang, terutama Inpari 30 Ciherang
Sub 1 (dilepas tahun 2012) dalam waktu lima tahun telah menempati
peringkat ke-enam pada tahun 2016, tetapi dengan luas tanam yang masih
rendah yaitu 437.447 ha (2,97%) dibandingkan dengan varietas Ciherang
(31,92%). Sedangkan peringkat ke-lima hingga ke-dua dengan luas tanam
3,41% hingga 15,24% ditempati oleh varietas Cigeulis, Situbagendit, IR64,
dan Mekongga. Pada tahun 2017 Balitbangtan telah berhasil melakukan
pengembangan teknologi Jajar Legowo (Jarwo) Super seluas 10.000 ha di 10
Provinsi sentra padi menggunakan varietas Inpari 30, Inpari 32 dan Inpari 33
dengan komponen pendukungnya (Agrimeth, Biodekomposer, Bioprotektor,
dll). Peningkatan produktivitas padi melalui Jarwo Super dibandingkan dengan
petani non-Jarwo Super rata-rata dari tiga provinsi di Sumatera yaitu sebesar
30% (1,79 ton GKP/ha) dan paket teknologi Jarwo Super layak diusahakan.
Akan tetapi pada tahun 2018, belum ada program massalisasi teknologi Jarwo
Super oleh Ditjen Tanaman Pangan untuk meningkatkan luas tanam varietas
Inpari tersebut. Oleh karena itu, beberapa saran kebijakan untuk percepatan
adopsi varietas unggul baru padi Inpari guna meningkatkan produktivitas padi
nasional, yaitu: a). Memperluas program teknologi Jarwo Super dengan
bantuan benih dan input pendukungnya melalui program Ditjen Tanaman
Pangan; b). Mengevaluasi adopsi serta keberlanjutan petani menggunakan
Inpari 30, Inpari 32 dan/atau Inpari 33 di lokasi-lokasi yang telah terbukti
mampu meningkatkan hasil padi melalui uji lapang Teknologi Jarwo Super
seluas 10.000 ha di 10 Provinsi pada tahun 2017; c). Mengembangkan Desa-
desa di sekitar Desa yang telah menerima program 1.000 Desa Mandiri Benih
(DMB) padi untuk menggunakan benih bermutu Inpari adaptif spesifik lokasi
melalui program bantuan benih dari Ditjen Tanaman Pangan, Kementan; d).
Balai Penyuluhan Pertanian (BPP/BP3K) pada Provinsi yang varietas Inpari
belum masuk peringkat 10 besar, agar lebih meningkatkan pendampingan
pengembangan Inpari melalui diseminasi; dan e). BB Padi agar mengurangi
secara bertahap produksi benih kelas Benih Penjenis (BS) varietas-varietas
lama (Ciherang, dll) untuk mempercepat berkembangnya varietas-varietas
unggul Inpari spesifik lokasi.
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 131
Rekomendasi Kebijakan
Saran kebijakan yang diajukan untuk percepatan adopsi varietas unggul baru
padi Inpari guna peningkatan produktivitas padi nasional sebagai berikut:
a. Memperluas program teknologi Jarwo Super dengan bantuan benih dan
input pendukungnya dari Ditjen Tanaman Pangan. Apabila dilakukan
program massalisasi teknologi Jarwo Super seluas 1 juta ha dengan
peningkatan produktivitas minimal 1,00 ton GKG/ha, maka akan diperoleh
tambahan produksi 1 juta ton GKG.
b. Mengevaluasi adopsi/keberlanjutan petani menggunakan Inpari 30, Inpari
32 dan/atau Inpari 33 di lokasi-lokasi yang telah mampu meningkatkan
hasil padi melalui uji coba Teknologi Jarwo Super seluas 10.000 ha di 10
Provinsi pada tahun 2017. Walaupun komponen pendukung Jarwo Super
(Agrimeth, Biodekomposer, Bioprotektor, dll) belum/tidak tersedia di lokasi
tersebut, minimal petani/Poktan masih menggunakan benih Inpari 30,
Inpari 32 dan/atau Inpari 33 khususnya melalui kegiatan penangkaran
benih Inpari tersebut oleh salah satu Poktan di wilayah pengembangan
Jarwo Super 2017.
c. Mengembangkan Desa-desa di sekitar Desa yang telah menerima program
1.000 Desa Mandiri Benih (DMB) padi untuk menggunakan benih bermutu
Inpari adaptif spesifik lokasi di setiap Desa melalui program bantuan benih
dari Ditjen Tanaman Pangan. Pengembangan DMB terutama di luar Jawa
dalam pengembangan budidaya padi spesifik lokasi secara berkelanjutan
akan menjamin benih dari VUB Inpari yang direkomendasikan tersedia di
lapang, dengan memperbanyak jumlah DMB untuk lokasi yang terpencil
dan belum ada penangkar di Kabupaten tersebut.
d. Balai Penyuluhan Pertanian (BPP/BP3K) pada Provinsi yang varietas Inpari
belum masuk peringkat 10 besar, agar lebih meningkatkan pendampingan
pengembangan Inpari melalui diseminasi (display/demfarm)
dengansupervisi oleh BPTP sebagai perpanjangan tangan (agen
pemasaran teknologi) Balitbangtan, Kementan di Provinsi.
e. BB Padi agar mengurangi secara bertahap produksi benih kelas Benih
Penjenis (BS) varietas-varietas lama (Ciherang, Mekongga, Situbagendit,
IR64, dan IR42) untuk mempercepat berkembangnya varietas-varietas
unggul Inpari spesifik
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 132
Rekomendasi kebijakan secara lengkap disampaikan dalam Lampiran
Evidence.
5. Kebijakan Sistem Bantuan Benih Sebar Varietas Unggul Jagung Hibrida Rakitan Balitbangtan Perlu Diperbaiki
Kebutuhan jagung terus meningkat dengan bertambahnya penduduk dan
pada tahun 2045 diperkirakan 45,628 juta ton, sehingga perlu program
peningkatan produksi jagung. Tahun 2017, produksi jagung 28,92 juta ton
dan produktivitas 5,53 ton/ha. Pada tahun 2045 pemerintah mentargetkan
produksi jagung sebesar 63,16 juta ton atau meningkat 118% dibandingkan
dengan tahun 2017. Untuk mencapai target produksi jagung tersebut, maka
diperlukan peningkatan luas panen dan produktivitas antara lain dengan
menanam jagung hibrida. Pada tahun 2016 luasnya baru mencapai 74,44%,
sedangkan sisanya adalah jagung komposit yang produktivitasnya lebih
rendah daripada hibrida. Untuk mempercepat dan meningkatkan adopsi
varietas jagung hibrida Balitbangtan, maka Kementerian Pertanian tahun
2017 memberikan porsi bantuan benih bersubsidi varietas jagung hibrida
sebanyak 40% (sekitar 1.120.122 ha) dari total 3 juta ha luas jagung yang
mendapat bantuan pemerintah kepada petani. Sisanya 60% adalah benih
jagung hibrida yang diproduksi umumnya oleh Multy National Companies
(MNC). Untuk mengetahui respon petani penerima bantuan benih dari
pemerintah pada tahun 2017 tersebut terhadap varietas jagung hibrida
Balitbangtan, maka pada tahun 2018 dilakukan survey di tiga Provinsi utama
jagung di pulau Jawa (Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat). Tujuan
survey ini untuk memberikan saran perbaikan kebijakan bantuan benih lebih
lanjut.
Dari survey yang telah dilakukan di 9 Kabupaten terpilih 55 kelompok tani dan
diperoleh informasi bahwa kelompok tani penerima bantuan benih jagung
hibrida Balitbangtan berupa hibrida Silang Tiga Jalur varietas Bima 19 URI
dan Bima 20 URI yang belum pernah mereka tanam sebelumnya. Mereka
telah biasa menanam benih jagung hibrida non-Balitbangtan yang umumnya
hibrida Silang Tunggal. Pada lokasi endemik penyakit bulai, hibrida
Balitbangtan Bima 19 URI dan Bima 20 URI lebih tahan bulai sehingga
diperoleh hasil biji lebih tinggi dibandingkan dengan hibrida non-Balitbangtan.
Rekomendasi kebijakan untuk meningkatkan adopsi benih varietas jagung
hibrida Balitbangtan adalah: 1) memperbanyak diseminasi atau pengenalan
hibrida Balitbangtan berupa dermplot/demfarm di lokasi/wilayah yang belum
pernah menanam jagung hibrida Balitbangtan; 2) untuk lokasi/wilayah yang
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 133
telah biasa menanam benih jagung hibrida non-Balitbangtan, maka sebaiknya
diberikan hibrida Silang Tunggal Balitbangtan yang rata-rata hasilnya lebih
tinggi atau minimal sebanding dengan hibrida non-Balitbangtan, sehingga
tidak terjadi penurunan hasil; 3) perlunya memetakan lokasi/wilayah yang
mengalami endemik penyakit bulai atau penyakit/hama lainnya; dan 4)
bantuan benih hibrida hibrida Silang Tiga Jalur Balitbangtan sebaiknya
diarahkan ke lahan potensial (lahan kering, lahan masam, dll) di luar Jawa
yang umumnya masih menanam jagung komposit (varietas unggul atau lokal)
sehingga akan terjadi peningkatan produktivitas dan produksi jagung di
lahan-lahan tersebut.
Rekomendasi Kebijakan
Rekomendasi kebijakan untuk meningkatkan adopsi benih varietas jagung
hibrida Balitbangtan adalah sebagai berikut:
a. Balitbangtan (melalui BPTP) agar bekerjasama dengan Diperta
Kabupaten (melalui BPP/BP3K di Kecamatan) dan produsen
benih/lisensor varietas tertentu untuk memperbanyak diseminasi atau
pengenalan varietas rakitan Balitbangtan berupa dermplot/demfarm di
lokasi/wilayah yang belum pernah menanam jagung hibrida
Balitbangtan.
b. Untuk lokasi/wilayah yang kelompok taninya telah biasa menanam benih
jagung hibrida non-Balitbangtan yang umumnya hibrida Silang Tunggal,
maka apabila akan diberikan benih bantuan Balitbangtan sebaiknya
diberikan hibrida Silang Tunggal Balitbangtan yang rata-rata hasilnya
lebih tinggi atau minimal sebanding dengan hibrida non-Balitbangtan,
sehingga tidak terjadi penurunan hasil, mengingat program kita adalah
untuk meningkatkan produktivitas dan produksi jagung.
c. BPTP bersama Balitsereal hendaknya memetakan lokasi/wilayah yang
mengalami endemik penyakit bulai atau penyakit/hama lainnya,
sehingga di daerah tersebut perlu diuji beberapa varietas
hibridaBalitbangtan yang tahan bulai atau penyakit/hama lainnya dengan
karakter utama hasil biji yang tinggi atau minimal sebanding dengan
hibrida non-Balitbangtan.
d. Ke depan, bantuan benih hibrida hibrida Silang Tiga Jalur varietas Bima
19 URI dan Bima 20 URI Balitbangtan sebaiknya diarahkan ke lahan
potensial (lahan kering, lahan masam, dll) di luar Jawa yang umumnya
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 134
e. masih menanam jagung komposit (varietas unggul atau lokal) sehingga
akan terjadi peningkatan produktivitas dan produksi jagung di lahan-
lahan tersebut.
f. Memperbanyak pelepasan dan uji coba varietas jagung hibrida Silang
Tiga Jalur adaptif lahan potensial (lahan kering, lahan masam, dll) di luar
Jawa. Hal ini berkaitan dengan potensi hasil benih hibrida Silang Tiga
Jalur yang mencapai dua kali dibandingkan dengan hibrida Silang
Tunggal, sehingga harga benih hibrida Silang Tiga Jalur lebih murah
(sekitar 3 kali harga jagung komposit) dibandingkan dengan hibrida
Silang Tiga Jalur, dengan potensi hasil di atas jagung komposit.
g. Hibrida Silang Tiga Jalur sebaiknya ditujukan untuk menggantikan
jagung komposit unggul (seperti varietas Bisma dan Lamuru) yang
berdasarkan data tahun 2016 luasnya mencapai 663.454 ha (13,94%)
dari total luas tanam 4,41 juta ha. Sedangkan bantuan benih jagung
komposit unggul (varietas Lamuru dan Bisma) dapat diprogramkan untuk
menggantikan jagung komposit lokal yang berdasarkan data tahun 2016
luasnya mencapai 460.609 ha (10,44%) dari luas tanam 4,41 juta ha.
Bantuan benih jagung komposit unggul (varietas Lamuru dan Bisma) ini
juga dapat diprogramkan untuk lahan bukaan baru yang umumnya
kesuburan tanahnya masih rendah. Apabila dari 1.124.063 ha luas lahan
yang masih menggunakan jagung komposit (varietas unggul dan lokal)
ditanami jagung hibrida hibrida Silang Tiga Jalur dengan peningkatan
produktivitas minimal 1 ton/ha di atas jagung komposit unggul atau
lokal, maka akan diperoleh peningkatan produksi sebesar 1,12 juta ton.
Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 135