bab 2 landasan teori - bina nusantara | library...
TRANSCRIPT
9
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori - Teori Umum
2.1.1 Pengertian Data
Menurut Turban, & Rainer (2009, p. 6), data adalah fakta mentah atau
deskripsi dasar dari benda, peristiwa, aktivitas dan transaksi yang
didapatkan, direkam, disimpan, diklasifikasi tetapi belum terorganisir
untuk menyampaikan suatu arti spesifik.
Menurut Conolly dan Begg (2010, p70), data merupakan komponen
yang paling penting dalam Database Management System (DBMS),
berasal dari sudut pandang dari end-user. Data berperan sebagai
penghubung antara mesin dengan pengguna.
Menurut Williams & Sawyer (2011, p. 25), data terdiri dari fakta –
fakta, dan gambaran mentah yang akan diproses menjadi informasi.
Data penting karena pengguna memerlukan data untuk membuat
informasi yang berguna.
2.1.2 Pengertian Basis Data (Database)
Menurut Thomas Connoly dan Carolyn Begg (2010, p.65), basis data
adalah sekumpulan data yang berelasi secara logikal dan deskripsi
dari data dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi dari sebuah
organisasi.
10
Menurut Thomas Connoly dan Carolyn Begg (2010, p.65), basis data
adalah tempat penyimpanan data tunggal (mungkin dalam skala besar)
yang dapat digunakan secara bersama – sama oleh banyak departemen
dan pengguna. Daripada menggunakan file – file yang berulang
(redundant) dan sama sekali tidak terhubung, basis data menyimpan
semua data yang terintegrasi dengan jumlah duplikasi data seminimal
mungkin. Selain menyimpan data operasional perusahaan, basis data
juga menyimpan deskripsi mengenai hal itu. Oleh karena itu, basis
data sering disebut dengan a self describing collection of integrated
records. Deskripsi mengenai data tersebut dikenal dengan kamus data
atau metadata.
Nadim Obeid and Raj B. K. N. Rao (2010: 129) mengatakan database
yang aktif adalah sistem manajemen database yang dapat melakukan
tindakan ketika beberapa peristiwa tertentu atau pola peristiwa yang
terdeteksi. Pada database yang aktif, merupakan kejadian yang
menarik yang dapat berupa primitif (misalnya menyimpan uang di
bank) atau komposit (Contoh: cash menyimpan di bank, diikuti
penarikan tunai dari bank).
2.1.3 Arsitektur Basis Data
Menurut Thomas Connoly dan Carolyn Begg (2010, p.86), 3 tiga level
arsitektur basis data (Three Level ANSI-SPARC Architecture) adalah:
a. External Level
11
External level merupakan apa yang dilihat oleh pengguna terhadap
basis. Level ini mendeskripsikan bagian basis data yang
berhubungan dengan tiap pengguna.
b. Conceptual Level
Conceptual level menggambarkan data apa saja yang disimpan
dalam basis data dan hubungan antara data tersebut.
c. Internal Level
Internal level merupakan representasi fisik dari basis data yang
ada di dalam komputer. Level ini menggambarkan bagaimana data
disimpan dalam suatu basis data.
Tujuan utama dari tiga level arsitektur basis data adalah untuk
mendapatkan arsitektur basis data adalah untuk mendapatkan data
independence. Dengan adanya data independence pada basis data,
data dapat diubah tanpa mempengaruhi aplikasi yang berhubungan
dengan basis data tersebut.
2.2 Teori-teori Khusus
2.2.1 Bahasa Sistem Basis Data
2.2.1.1 Data Definition Language (DDL)
Menurut Thomas Connolly dan Carolyn Begg (2010, p.92), data
Definition Language (DDL) adalah sebuah bahasa yang mengijinkan
Database Administrator (DBA) atau pengguna untuk menjelaskan
dan memberi nama pada entitas, atribut, dan hubungan yang
12
diperlukan untuk aplikasi, secara bersamaan dengan associated
intergrity dan security constraint.
2.2.1.2 Data Manipulation Language (DML)
Menurut Thomas Connolly dan Carolyn Begg (2010, p.92), data
Manipulation Language (DML) adalah sebuah bahasa yang
menyediakan satu set operasi untuk mendukung dasar dari operasi
manipulasi pada data yang disimpan pada basis data.
2.2.2 Database Management System (DBMS)
2.2.2.1 Pengertian DBMS
Menurut Thomas Connolly dan Carolyn Begg (2010, p.66), DBMS
adalah sebuah sistem software yang memungkinkan penggunanya
untuk mendefinisikan, membuat, memelihara, dan mengendalikan
akses ke basis data.
Menurut Dadashzadeh, Mohammad berdasarkan jurnal (Journal of
Information Systems Education, 2007), mengatakan pernyataan
DBMS yang didukung secara terbatas oleh semua perangkat lunak
DBMS saat ini. Khusus kemampuan untuk menunjuk primary key
tabel tidak lebih dari menyatakan kendala dan membiarkan DBMS
menegakkan selama update database.
13
2.2.2.2 Fungsi DBMS
Menurut Thomas Connolly dan Carolyn Begg (2010, p.99), fungsi
DBMS adalah:
- Menyimpan, memperoleh, dan meng-update data.
- Sebuah katalog yang bisa di akses oleh pengguna.
- Mendukung transaksi.
- Layanan kendali concurrency.
- Layanan recovery.
- Layanan authorization.
- Mendukung data komunikasi.
- Layanan integrity.
- Layanan untuk promote data independents.
- Layanan utility.
2.2.2.3 Fasilitas DBMS
Menurut Thomas Connolly dan Carolyn Begg (2010, p.66), DBMS
menyediakan pengendalian akses ke basis data yaitu:
- Sistem keamanan yang mencegah pemakai yang tidak memiliki
hak akses untuk mengakses basis data.
- Intergrity system yang menangani konsistensi data yang telah
disimpan.
- Sistem concurrency control yang mengijinkan untuk berbagi
akses dari basis data.
14
- Sistem recovery control yang memperbaiki basis data menjadi
seperti sebelumnya yang disebabkan karena adanya kegagalan
yang terjadi pada perangkat keras atau perangkat lunak.
- User–accessible catalog yang berisi tentang deskripsi dari data
yang telah tersimpan dalam basis data.
2.2.2.4 Komponen Lingkungan DBMS
Menurut Thomas Connolly dan Carolyn Begg (2010,p.68), komponen
lingkungan DBMS terdiri dari:
- Hardware
DBMS dan aplikasi memerlukan hardware agar dapat dijalankan.
Beberapa DBMS hanya dapat bekerja pada hardware atau sistem
operasi tertentu. DBMS juga membutuhkan sejumlah minimum
dari main memory dan space disk untuk bekerja.
- Software
Komponen software terdiri dari software DBMS itu sendiri dan
program aplikasi, bersama dengan sistem operasi, termasuk
network software jika DBMS digunakan pada jaringan.
- Data
Mungkin komponen yang paling penting dari lingkungan DBMS
dari pandangan end-user adalah data. Data bertindak sebagai
jembatan antara komponen mesin dan komponen manusia. Basis
data memiliki baik data operasional dan meta-data.
- Prosedur
15
Prosedur merujuk pada instruksi dan peraturan yang mengatur
rancangan dan kegunaan dari basis data. Pengguna dari sistem dan
staff yang mengatur basis data memerlukan dokumentasi prosedur
tentang bagaimana menggunakan atau menjalankan sistem.
- Manusia
Komponen manusia terdiri dari:
1. Data administrator adalah orang yang bertanggung jawab
untuk pengaturan dari sumber data, termasuk perencanaan
basis data, pengembangan dan pemeliharaan, kebijakan dan
prosedur, dan desain konseptual/logikal basis data.
2. Database administrator adalah orang yang bertanggung jawab
untuk realisasi fisikal dari basis data, termasuk desain fisikal
basis data dan implementasi, kontrol keamanan dan integritas,
memelihara sistem operasional, memastikan kepuasan
pengguna untuk peforma dari aplikasi.
3. Database designer terbagi menjadi dua yaitu logical database
designer dan physical database designer.
a. Logical database designer adalah orang yang
mengidentifikasi data (entitas dan atribut), hubungan antar
data, constraint data yang disimpan dalam basis data.
Logical database designer harus memiliki secara
menyeluruh dan mengerti sepenuhnya tentang data
organisasi dan constraint dari data (constraint ini
terkadang disebut dengan peraturan bisnis). Peraturan
16
bisnis menggambarkan karakteristik utama dari data yang
dilihat oleh perusahaan.
b. Physical database designer adalah orang yang
memutuskan bagaimana basis data logical direalisasikan
secara physical.
2.2.2.5 Pemilihan DBMS
Menurut Thomas Connolly dan Carolyn Begg (2010, p.325-329),
pemilihan DBMS merupakan pemilihan dari ketepatan DBMS yang
mendukung sistem basis data. Dalam memilih DBMS perlu
melakukan langkah – langkah sebagai berikut :
1. Mendefinisikan kerangka yang digunakan untuk acuan studi
terlebih dahulu
Kerangka yang menjadi acuan untuk pemilihan DBMS dibangun,
menyatakan tujuan, batasan dari pelajaran, serta tugas – tugas
yang perlu untuk diambil alih.
2. Persiapan dua atau tiga produk
Kriteria cenderung menjadi “penting” untuk sebuah implementasi
yang bisa digunakan untuk menghasilkan sebuah daftar
pendahuluan dari produk DBMS untuk evaluasi.
3. Mengevaluasi produk – produk
Ada fitur yang beragam yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi sebuah produk DBMS untuk tujuan evaluasi, fitur
tersebut bisa melakukan analisis secara kelompok maupun
individual.
17
4. Merekomendasikan pilihan – pilihan menghasilkan laporan
Langkah terakhir dari pemilihan DBMS adalah untuk
merekomendasikan dari proses – proses dan untuk menyediakan
sebuah pernyataan dari menemukan dan merekomendasikan untuk
produk DBMS.
2.2.3 Tahapan Perancangan Basis Data
2.2.3.1 The Database Application Lifecycle
Menurut Thomas Connolly dan Carolyn Begg (2010, p.313-314),
untuk merancang aplikasi sistem basis data diperlukan tahapan –
tahapan yang dinamakan dengan siklus hidup aplikasi basis data
(Database Application LifeCycle). Tahapan – tahapan ini dapat dilihat
pada gambar 2.1.
18
Gambar 2.1 Database Application LifeCycle
1. Perancangan Model Basis Data
Menurut Connolly dan Begg (2010, p313), perencanaan basis data
(database planning) merupakan perencanaan bagaimana setiap
tahapan dari siklus dapat direalisasikan menjadi lebih efisien dan
efektif. Perencanaan basis data harus dapat terintegrasi dengan
sistem informasi perusahaan secara umum. Beberapa hal yang
terlibat dalam formula adalah strategi sistem informasi, yaitu :
19
1. Identifikasi dari rencana dan tujuan perusahaan dengan
menentukan kebutuhan sistem informasi.
2. Evaluasi sistem informasi yang sedang berjalan untuk
menentukan kelebihan dan kekurangan.
3. Penilaian dari keuntungan teknologi informasi yang dapat
member keuntungan kompetitif.
a. System Definition
Menurut Connolly dan Begg (2010, p316), definisi sistem adalah
mendeskripsikan cakupan dan batasan dari aplikasi basis data, baik
pengguna dan area aplikasi tersebut. Sebelum mencoba untuk
merancang aplikasi basis data, pertama – tama harus
mengidentifikasi batasan dari sistem yang akan kita investigasi dan
bagaimana membuat antarmuka dengan sistem informasi tiap
bagian dalam organisasi. Dalam mendefinisikan sistem, harus
ditentukan oleh user view, yaitu mendefinisikan apa yang
dibutuhkan oleh aplikasi basis data berdasarkan pandangan dari
tiap bagian tugas (misalnya manager atau supervisor) atau area
aplikasi perusahaan (misalnya marketing, personnel, atau stock
control).
b. Requirement Collection and Analysis
Menurut Connolly and Begg (2010, p316), analisis data dan
pengumpulan kebutuhan adalah proses mengumpulkan dan analisis
informasi tentang bagian dari organisasi yang dapat didukung oleh
aplikasi basis data, dan menggunakan informasi tersebut untuk
mengidentifikasi kebutuhan pengguna dari sistem baru. Banyak
20
teknik yang dapat dilakukan untuk mengumpulkan informasi
tersebut, disebut teknik fact finding. Informasi yang dikumpulkan
untuk setiap user view, mencakup :
1. Deskripsi data yang digunakan.
2. Rincian mengenai bagaimana data dapat digunakan atau
dihasilkan.
3. Kebutuhan tambahan lainnya untuk aplikasi basis data yang
baru.
Informasi ini selanjutnya dianalisis untuk mengidentifikasi
kebutuhan yang dapat dimasukkan ke dalam aplikasi basis data
baru. Kebutuhan ini dideskripsikan ke dalam dokumen bersama
sebagai requirement specifications untuk aplikasi basis data baru.
Ada 3 pendekatan untuk mengelola kebutuhan dari aplikasi basis
data dengan banyak user view, yaitu :
1. The centralized approach : kebutuhan dari setiap user view
digabung menjadi sebuah set kebutuhan dari aplikasi basis data.
2. The view integration approach : kebutuhan dari setiap user view
digunakan untuk membangun model data secara terpisah untuk
merepresentasikan user view tersebut. Model data yang
dihasilkan tersebut nantinya akan digabungkan pada tahapan
database.
3. Kombinasi dari dua pendekatan di atas.
c. Database Design
Menurut Connolly dan Begg (2010, p320), database design adalah
proses membuat perancangan basis data yang dapat mendukung
21
pekerjaan dan tugas perusahaan. Menurut Connolly dan Begg
(2010, p322), perancangan basis data ini memiliki tiga tahapan,
yaitu:
1. Perancangan basis data konseptual, yaitu proses membangun
sebuah model informasi yang digunakan di sebuah
perusahaan, terbebas dari segala pertimbangan fisik.
2. Perancangan basis data logikal, yaitu proses membangun
sebuah model informasi yang digunakan di sebuah perusahaan
berdasarkan pada sebuah model data yang spesifik, tetapi
terbatas dari DBMS tertentu dan pertimbangan –
pertimbangan fisikal lainnya.
3. Perancangan basis data fisikal, yaitu proses menghasilkan
sebuah deskripsi dari pengimplementasian basis data pada
media penyimpanan sekunder, yang mendeskripsikan
hubungan dasar, pengorganisasian file, dan indeks yang
digunakan untuk memperoleh akses data secara efisien serta
segala batasan integritas dan ukuran – ukuran keamanan yang
berhubungan.
Menurut Connoly dan Begg (2010. P321), ada 4 pendekatan
dalam desain basis data yaitu :
1. Top-Down
Diawali dengan pembentukan model data yang berisi
beberapa entitas high-level dan relationship, yang
kemudian menggunakan pendekatan top-down secara
22
berturut – turut untuk mengidentifikasi entitas lower level,
relationship dan atribut lainnya.
2. Bottom-up
Dimulai dari atribut dasar yaitu sifat – sifat entitas dan
relationship, dengan analisis dari penggabungan antar
atribut, yang dikelompokan ke dalam suatu relasi yang
merepresentasikan tipe dari entitas dan relationship antar
entitas.
3. Inside-out
Berhubungan dengan pendekatan bottom-up tetapi sedikit
berbeda dengan identifikasi awal entitas utama dan
kemudian menyebar ke entitas, relationship, dan atribut
terkait lainnya yang lebih dulu diidentifikasi.
4. Mixed
Mengunakan pendekatan bottom-up dan top-down untuk
bagian yang berbeda sebelum pada akhirnya
digabungkan.
d. DBMS Selection
Menurut Connolly dan Begg (2010, p325), pemilihan DBMS yang
sesuai untuk mendukung aplikasi basis data yang mencakup :
1. Mendefinisikan syarat – syarat referensi studi. Menentukan
sasaran, batasan masalah dan tugas yang harus dilakukan.
2. Mendaftarkan 2 atau 3 jenis barang. Membuat daftar barang –
barang, misalkan dari mana barang ini didapat, berapa
biayanya serta bagaimana bila ingin mendapatkannya.
23
3. Mengevaluasi barang – barang yang ada dalam daftar diteliti
lebih lanjut untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan
barang tersebut.
4. Merekomendasikan pilihan dan membuat laporan
merupakan langkah terakhir dari DBMS yaitu
mendokumentasikan proses dan untuk menyediakan
pernyataan mengenai kesimpulan dan rekomendasi terhadap
salah satu produk DBMS.
e. Application Design
Menurut Connolly dan Begg (2010, p329), perancangan aplikasi
adalah merancang antarmuka pemakai (user interface) dan
program aplikasi, yang akan memproses basis data. Dalam
merancang aplikasi harus memastikan semua pernyataan
fungsional dari spesifikasi kebutuhan pemakai (user requirement
specification) yang menyangkut perancangan aplikasi program
yang mengakses basis data dan merancang transaksi yaitu cara
akses ke basis data dan perubahan terhadap isi basi data (retrieve,
update dan kegiatan keduanya). Artinya bagaimana fungsi yang
dibutuhkan dengan cara untuk menciptakan user friendly.
f. Prototyping
Menurut Connolly dan Begg (2010, p333), pengertian prototyping
adalah membuat model kerja dari aplikasi basis data, yang
memperbolehkan perancang atau user untuk mengevaluasi hasil
akhir sistem, baik dari segi tampilan maupun fungsi yang dimiliki
sistem. Tujuan utama dari mengembangkan suatu prototype
24
adalah mengijinkan user untuk menggunakan bentuk dasar guna
mengidentifikasi corak sistem apakah bekerja dengan baik dan
jika mungkin meningkatkan corak baru kepada aplikasi basis data.
Dengan cara ini, kebutuhan dari pemakai dan pengembang sistem
dalam mengevaluasi kelayakan design sistem akan semakin jelas
sehingga kelebihan atau kekurangan sistem dapat ditangani
dengan baik.
Strategi prototyping yang umum digunakan ada dua, yaitu
requirement dan evolutionary prototyping. Requirement
prototyping adalah menggunakan bentuk dasar untuk menetapkan
kebutuhan dari tujuan aplikasi basis data dan ketika kebutuhan
sudah terpenuhi, prototype tidak digunakan lagi atau dibuang.
Sedangkan evolutionary prototype menggunakan tujuan yang
sama, tetapi perbedaaannya adalah prototype tetap digunakan
untuk selanjutnya dikembangkan menjadi aplikasi basis data yang
lengkap.
g. Implementation
Menurut Connolly dan Begg (2010, p333), implementation
merupakan realisasi secara fisik dari database dan desain aplikasi.
Pada tahap penyelesaian desain, kini kita dapat menerapkan basis
data dan program aplikasi yang telah kita buat. Implementasi basis
data menggunakan DDL yang kita pilih dalam melakukan
pemilihan DBMS atau dengan menggunakan Graphical User
Interface (GUI), yang menyediakan fungsional yang sama dengan
pernyataan DDL yang low level. Pernyataan DDL digunakan
25
untuk menciptakan struktur basis data dan mengosongkan file
yang terdapat dalam basis data tersebut. Pandangan pemakai
lainnya juga diimplementasikan dalam tahapan ini. Data
Manipulation Language (DML) digunakan untuk
mengimplementasikan transaksi basis data di dalam bagian
aplikasi program dari sasaran DBMS, mungkin termasuk host
programming language seperti, Visual basic, Delphi, C, C++,
Java, COBOL, dan Pascal.
h. Data Conversion and Loading
Menurut Connolly dan Begg (2010, p 334), data conversion and
loading adalah mencakup pengambilan data dari sistem lama
untuk dipindahkan ke dalam sistem yang baru. Langkah ini
diperlukan hanya ketika suatu sistem basis data baru sedang
menggantikan sistem yang lama. Sekarang, DBMS yang memiliki
kegunaan yang dapat mengisi file yang ada ke dalam sistem yang
baru telah dianggap umum, kegunaan yang ada umumnya
memerlukan spesifikasi sumber file dan target basis data yang
baru. Ketika conversion and loading dibutuhkan, prosesnya harus
direncanakan untuk memastikan kelancaran transaksi untuk
keseluruhan operasi.
i. Testing
Menurut Connolly dan Begg (2010, p334), testing adalah suatu
proses melaksanakan program aplikasi dengan tujuan menemukan
kesalahan sebelum diterapkan dalam suatu sistem, basis data harus
dilakukan testing terlebih dahulu. Hal ini dicapai dengan
26
penggunaan secara hati – hati untuk merencanakan suatu test dan
data yang realistis sedemikian sehingga keseluruhan proses
pengujian sesuai dengan metode dan dilaksanakan sesuai aturan
yang ada.
j. Operational Maintenance
Menurut Connolly dan Begg (2010, p335), operational
maintenancne adalah proses memantau dan memelihara sistem
setelah di-install. Pada tahapan sebelumnya, basis data benar –
benar diuji dan diimplementasikan. Sekarang sistem beralih ke
tahapan pemeliharaan. Yang termasuk aktivitas dari tahapan ini
adalah sebagai berikut :
- Memantau kinerja dari sistem. Jika kinerjanya menurun
dibawah level yang dapat diterima, mungkin basis data perlu
diorganisasi.
- Pemeliharaan dan upgrade aplikasi basis data (jika
diperlukan). Ketika basis data sepenuhnya bekerja,
pemantauan harus memastikan kinerja hanya dapat berada
dalam tingkat yang diterima. Sebuah DBMS biasanya
menyediakan berbagai kegunaan (utilities) untuk membantu
administrasi basis data termasuk kegunaan untuk mengisi data
kedalam basis data dan untuk memberikan informasi seperti
pemakaian basis data dan strategi eksekusi query. Basis data
administrasi dapat menggunakan informasi ini untuk
memperbaiki sistem agar dapat memberikan kinerja yang lebih
baik.
27
2. Perancangan User Interface
Membuat rancangan user interface untuk aplikasi basis data
manajemen proyek menggunakan C# sesuai dengan permintaan
perusahaan.
2.2.3.2 Tahapan Konseptual
Menurut Thomas Connolly dan Carolyn Begg (2010, p.470-485),
langkah – langkah membangun conceptual database design yaitu:
1. Membangun data model konseptual untuk setiap view.
a. Mendefinisikan tipe entitas
Cara alternatif yang dipakai adalah dengan cara
mendefinisikan entitas untuk mencari objek yang dibutuhkan
oleh pemakai. Pada metode ini perlu untuk
mengidentifikasikan entitas – entitas yang ada untuk
memeriksa keperluan pemakai secara spesifik.
b. Mendefinisikan tipe relationship
Pada kenyataannya catatan keperluan yang spesifik adalah
adanya saran untuk relationship dimana catatan – catatan
tersebut penting untuk perusahaan dan terdapat pada model.
c. Identifikasi dan asosiasi atribut dengan entitas atau tipe
relationship
Metode ini mengidentifikasikan tipe – tipe dari kenyataan
yang ada tentang entitas – entitas dan relationship yang telah
dipilih untuk direpresentasikan pada basis data.
d. Menentukan domain atribut
28
Domain merupakan kumpulan dari nilai – nilai dimana
terdapat satu atau lebih atribut yang tergambar dalam nilai
atribut itu sendiri. Untuk mengembangkan data model secara
spesifik termasuk:
• Mengijinkan kumpulan nilai untuk atribut.
• Ukuran dan bentuk atribut.
Implementasi dari karakteristik domain pada DBMS masih
menjadi subjek dari penelitian. Atribut domain berisi
indentifikasi atribut domain tersebut, catatan nama atribut
domain tersebut, dan karakteristik yang terdapat dalam kamus
data.
e. Menentukan atribut candidate, primary, dan alternate key
Pada metode ini, memilih primary key diantara candidate key
sangat penting sehingga diperlukan pedoman untuk dapat
membantu membedakan key tersebut.
f. Mempertimbangkan penggunaan konsep enhanced modeling
(optional)
Pada metode ini, kita memiliki pilihan untuk melanjutkan
pengembangan dari ER model menggunakan konsep modeling
tingkat lanjut (specification, generalization, aggregation, dan
compotition).
g. Memeriksa ulang model – model untuk redudansi
Pada tahap ini, perlu dilakukan pemeriksaan model konseptual
data dengan objek identifikasi yang lebih spesifik dimana
terdapat model yang redudansi dan menghilangkan yang ada.
29
3 (tiga) aktivitas yang perlu dilakukan pada langkah ini
adalah:
• Meninjau kembali one–to–one relationship (1:1).
• Menghilangkan relationship yang redudansi.
• Mempertimbangkan dimensi waktu.
h. Memvalidasikan model data konseptual dengan transaksi user
Pada tahap ini terdapat dua pendekatan yang mendukung
model konseptual data untuk pemakaian transaksi yaitu:
• Menjelaskan transaksi.
• Menggunakan pathway transaksi.
i. Meninjau model data konseptual dengan pemakai
Pada tahap ini perlu dilakukan pengulangan dengan pemakai.
Model konseptual termasuk ER diagram dan mendukung
dokumentasi yang menjelaskan tentang data model. Titik
tahapan ini perlu ditinjau secara berulang – ulang. Proses
pengulangan ini akan berhenti apabila pemakai menyediakan
model yang telah disetujui sehingga tidak perlu melakukan
pengulangan karena representasi tersebut telah disepakati
bersama.
2.2.3.3 Tahapan Logikal
Menurut Thomas Connolly dan Carolyn Begg (2010, p.490-560),
langkah-langkah membangun logical database design adalah :
1. Membangun data model logikal
a. Menurunkan relasi untuk data model logikal
30
Tahap ini bertujuan untuk membuat relasi data model logikal
untuk merepresentasikan entitas, hubungan, atribut yang telah
diidentifikasi.
b. Memvalidasikan relasi menggunakan normalisasi
Tahap ini bertujuan untuk memvalidasi relasi pada data model
logikal menggunakan normalisasi. Tujuan dari normalisasi
adalah untuk memastikan bahwa set dari relasi memiliki
jumlah artibut minimal yang cukup untuk mendukung
kebutuhan dari perusahaan.
c. Memvalidasikan hubungan dengan transaksi user
Tahapan ini diperlukan untuk memastikan hubungan pada
model data logikal yang mendukung transaksi yang
dibutuhkan. Pada tahapan ini hubungan yang dibuat pada
tahap sebelumnya dalam transaksi yang ada perlu ditinjau
kembali sehingga dapat memastikan bahwa tidak ada
kesalahan yang muncul pada saat membuat relations.
d. Mengecek integrity constraint
Tahap ini bertujuan untuk memeriksa apakah integrity
constraint terdapat pada data model logikal. Integrity
constraint merupakan constraint yang menentukan penjagaan
keamanan basis data dari ketidaksempurnaan, ketidakakuratan,
ataupun ketidakkonsistensian.
e. Meninjau kembali data model lokal logikal dengan transaksi
pengguna
31
Tahap ini bertujuan untuk meninjau kembali data model lokal
logikal dengan pengguna untuk memastikan data model
merupakan representasi nyata dengan kebutuhan data
perusahaan.
f. Menggabungkan data model logikal ke dalam data model
global (optional)
Tujuan pada tahap ini adalah untuk menggabungkan data
model lokal logikal ke dalam sebuah data model global logikal
yang merepresentasikan semua user view pada basis data.
Langkah – langkah pada tahap ini :
• Menggabungkan data model logikal kedalam data model
global logikal.
• Validasi data model global logikal.
• Meninjau kembali data model global logikal dengan user.
g. Cek untuk perkembangan di masa depan
Tahap ini bertujuan untuk menentukan apakah ada perubahan
secara besar pada masa depan dan untuk memperkirakan
apakah data model logikal dapat mengakomodasi perubahan
tersebut.
2.2.3.4 Tahapan Fisikal
Menurut Thomas Connolly dan Carolyn Begg (2010, p.523-544),
langkah-langkah membangun physical database design adalah:
1. Menerjemahkan data model global logikal untuk DBMS tujuan.
a. Merancang relasi dasar
32
Mengidentifikasi logikal data model pada DBMS. Untuk
membuat proses rancangan fisikal, harus menyusun dari
hubungan yang dihasilkan dari data model logikal.
b. Merancang representasi dari data turunan
Langkah ini bertujuan untuk menentukan bagaimana
merepresentasikan data turunan yang ada pada data model
global logikal pada DBMS tujuan.
c. Merancang constraint perusahaan
Tahap ini bertujuan untuk merancang constraint perusahaan
bagi DBMS tujuan.
2. Merancang organisasi file dan index
a. Menganalisa transaksi
Tahap ini bertujuan untuk mengetahui kegunaan dari transaksi
yang akan berjalan pada basis data untuk menganalisa
transaksi yang penting.
b. Memilih organisasi file
Tahap ini bertujuan untuk menentukan organisasi file yang
efisien untuk setiap relasi dasar.
c. Memilih indexes
Tahap ini bertujuan untuk menentukan apakah dengan
menambahkan index akan meningkatkan performa dari sistem.
d. Memperkirakan kebutuhan disk-space
Tahap ini bertujuan untuk memperkirakan jumlah dari disk-
space yang akan diperlukan oleh basis data.
e. Merancang user view
33
Dalam merancang user view yang diidentifikasi selama
pengumpulan persyaratan dan menganalsis tahap – tahap pada
sistem basis data.
f. Merancang mekanisme keamanan
Basis data merepresentasikan sumber daya yang berhubungan
dengan undang – undang atau hukum yang diperlukan. Pada
metode ini diperlukan dokumentasi dari keperluan sistem
secara spesifik. Pada metode ini, perancang basis data harus
menyadari fasilitas yang ditawarkan oleh target DBMS.
Keamanan pada basis data memiliki dua tipe yaitu:
• Keamanan sistem yang menangani akses dan kegunaan
basis data pada level sistem seperti username dan
password.
• Keamanan data yang menangani akses dan kegunaan objek
dari basis data (seperti relation dan view) dan tindakan dari
pemakai yang memakai objek.
2.2.4 Normalisasi
Menurut Thomas Connolly dan Carolyn Begg (2010, p.416),
normalisasi adalah suatu teknik yang menghasilkan satu set relasi
dengan properties yang diinginkan, yang memberikan kebutuhan data
organisasi. Suatu desain basis data harus dipastikan tidak
mengandung anomaly, yaitu kejanggalan yang tejadi dalam
penempatan artibut tertentu dari suatu obyek data. Setiap record yang
34
ada di basis data dibedakan dengan sebuah atribut atau kombinasi
atribut yang disebut primary key (kunci primer).
Menurut Thomas Connolly dan Carolyn Begg (2010, p.430),
Unnormalized Form (UNF) adalah suatu label yang terdiri dari satu
atau beberapa kelompok data berulang (repeating group).
Tujuan dari normalisasi adalah:
1. Meminimalkan data yang rangkap.
2. Menghindari adanya data yang tidak konsisten bila terjadi
penambahan dan penghapusan data sebagai akibat data yang
rangkap.
3. Menjamin bahwa identitas tabel secara tunggal sebagai
determinan semua atribut.
Menurut Thomas Connolly dan Carolyn Begg (2010, p.430-436),
normalisasi terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
1. First Normal Form (1NF)
Suatu relasi dikatakan 1NF bila titik temu pada setiap kolom dan
baris relasi tersebut mengandung satu dan hanya satu nilai. Sebuah
relasi dapat dikatakan berada pada bentuk 1NF jika repeating
group dihilangkan. Ada 2 (dua) pendekatan yang digunakan untuk
menghilangkan repeating group tersebut, yaitu :
a. Dengan memasukkan data yang sesuai ke dalam kolom yang
kosong dan baris yang mengandung kata yang berulang.
35
b. Dengan menempatkan data yang berulang selama salinan dari
atribut kunci pada relasi yang terpisah.
2. Second Normal Form (2NF)
Suatu relasi dapat dikatakan bentuk 2NF jika relasi tersebut
berada pada bentuk 1NF dan setiap atribut yang bukan primary
key bergantung sepenuhnya (fully functionally dependent)
terhadap primary key.
Fully functionally dependent menjelaskan hubungan diantara
atribut-atribut dalam relasi. Sebagai contoh, jika A dan B adalah
atribut dalam relasi R, maka B adalah functionally dependent A
(A→B). Jika setiap nilai dari A berasosiasi tepat satu dengan nilai
dari B, maka A dan B mungkin mengandung satu atau lebih
atribut.
3. Third Normal Form (3NF)
Suatu relasi dapat dikatakan 3NF jika relasi tersebut berada pada
bentuk 1NF dan 2NF serta tidak ada atribut yang bukan primary
key bergantung transitif.
Ketergantungan transitif adalah suatu suatu kondisi dimana A, B,
dan C adalah atribut dari sebuah relasi. Jika A→B dan B→C,
maka C bergantung pada A melalui B (A tidak fully dependent
pada B ataupun C).
2.2.5 Entitiy Relationshiop Modeling (ERM)
Menurut Thomas Connolly dan Carolyn Begg (2010, p.371), ERM
adalah salah 1 (satu) model yang dapat digunakan untuk mendapatkan
36
pengertian yang tepat dari sifat data dan bagaimana data tersebut
dapat digunakan oleh perusahaan.
ERM menggunakan pendekatan top-down dalam melakukan
perancangan basis data. Dengan melakukan pendekatan top-down ini,
perancangan dimulai dengan mengidentifikasi data penting yang
biasanya disebut sebagai entity dan perancangan hubungan antar data
yang direpresentasikan dalam model yang biasanya disebut
relationship.
2.2.5.1 Entity Types
Menurut Thomas Connolly dan Carolyn Begg (2010, p.372), entity
types adalah sekumpulan obyek dengan properti yang sama yang
diidentifikasi oleh perusahaan dan memiliki keberadaan yang
independen.
Gambar 2.2 Representasi Diagram dari Entity
Menurut Thomas Connolly dan Carolyn Begg (2010, 373), entity
occurence adalah suatu obyek dari entity type yang diidentifikasikan
secara unik.
Menurut Thomas Connolly dan Carolyn Begg (2010, p.383), entity
type dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) yaitu:
37
1. Strong Entity
Strong entity adalah entity type yang keberadaannya tidak
bergantung pada entity type lainnya.
2. Weak Entity
Weak Entity merupakan kebalikan dari strong entity yaitu entity
type yang keberadaannya bergantung pada entity type lainnya.
2.2.5.2 Relationship Types
Menurut Thomas Connolly dan Carolyn Begg (2010, p.374), relationship
types adalah sekumpulan asosiasi diantara entity types.
Gambar 2.3 Representasi Diagram dari Relationship
Menurut Thomas Connolly dan Carolyn Begg (2010, p.375-378),
relationship occurance adalah sekumpulan asosiasi yang
diidentifikasi secara unik, termasuk 1 (satu) kejadian/occurance dari
masing – masing entity types yang berpartisipasi. Derajat tipe
relationship adalah jumlah tipe entitas yang berpartisipasi dalam suatu
relationship. Derajat relationship terdiri dari :
• Binary relationship adalah hubungan antara 2 tipe entitas.
• Ternary relationship adalah hubungan antara 3 tipe entitas.
38
• Quarternary relationship adalah hubungan antara 4 entitas.
• Recrusive relationship adalah tipe relationship dimana tipe
entitas yang sama berpartisipasi lebih dari satu dalam role
yang berbeda.
Inti utama dari suatu relationship adalah multiplicity. Multiplicity
adalah jumlah atau hasil dari kejadian yang mungkin terjadi pada
sebuah entitas yang dapat menghubungkan ke kejadian tunggal dari
suatu tipe entitas yang berhubungan melalui particular relationship.
Beberapa jenis multiplicity adalah :
• Hubungan One – to – One (1:1)
• Hubungan One – to – Many (1:*)
• Hubungan Many – to – Many (*:*)
2.2.5.3 Attribute
Menurut Thomas Connolly dan Carolyn Begg (2010, p.379-382),
attribute merupakan properties/sifat dari suatu entity type atau
relationship type.
Arrtibute domain adalah sekumpulan nilai yang diijinkan untuk 1
(satu) atau beberapa attribute. Attribute dapat dibedakan menjadi 4
(empat) jenis, yaitu:
1. Simple dan Composite Attributes
Simple attribute adalah atribut yang terdiri dari 1 (satu) komponen
tunggal yang keberadaannya independen. Atribut ini sering
disebut juga sebagai atomic attribute. Simple attribute tidak dapat
dibagi lagi menjadi komponen yang lebih kecil.
39
Composite attribute adalah atribut yang terdiri dari banyak
komponen yang keberadaannya independen. Atibut ini dapat
dibagi menjadi komponen lain yang lebih kecil, yang masing-
masing memiliki keberadaan yang independen.
2. Single-Valued dan Multi-Valued Attributes
Single-valued attribute adalah atribut yang memiliki nilai tunggal
untuk setiap kejadian/occurence pada setiap entity. Multi-valued
attribute adalah atribut yang memiliki banyak nilai/occurence
pada setiap entity.
3. Derived Attributes
Derived attribute adalah atribut yang nilainya dihasilkan dari satu
atau beberapa atribut lainnya dan tidak harus berasal dari entity
yang sama.
4. Keys
a. Candidate Key
Candidate key merupakan sejumlah kecil atribut dari suatu
entity yang dapat mengidentifikasikan secara unik suatu
kejadian dari entity tersebut. Candidate key tidak boleh berupa
null.
b. Primary Key
Primary key merupakan candidate key yang dipilih untuk
mengidentifikasikan secara unik setiap kejadian pada entity
tersebut. Pemilihan primary key pada suatu entity didasarkan
pada pertimbangan panjang atribut, jumlah minimal atribut
yang dibutuhkan serta keunikannya. Candidate key yang tidak
40
dipilih menjadi primary key pada suatu entity disebut alternate
key.
c. Composite Key
Composite key adalah candidate key yang terdiri dari 2 (dua)
atau lebih atribut.
d. Foreign Key
Foreign key adalah sebuah atribut atau sekumpulan atribut
pada suatu relasi yang sesuai dengan candidate key yang ada
di relasi yang sama ataupun relasi lainnya.
2.2.5.4 Spesialisasi/ Generalisasi (Specialization/Generalization )
Menurut Thomas Connolly dan Carolyn Begg (2010, p.400-403),
konsep dari spesialisasi dan generalisasi adalah asosiasi tipe entitas
dengan tipe entitas khusus yang dikenal sebagai superclass dan
subclass, dan proses dari atribut turunan (inheritance).
Superclass adalah suatu tipe entitas yang mengandung satu atau lebih
subgroup terpisah dari suatu occurance, yang dibutuhkan untuk
direpresentasikan pada suatu data model.
Subclass adalah suatu subgroup terpisah dari occurance suatu tipe
entitas, yang dibutuhkan untuk direpresentasikan pada suatu data
model.
41
2.3 Teori Pendukung
2.3.1 Pengertian Project
Menurut Kathy Schwalbe (2007, p.5), proyek adalah sebuah usaha
keras yang bersifat sementara untuk membuat sebuah produk, jasa,
atau hasil yang unik. Proyek adalah sesuatu hal yang berbeda dengan
operasi saat tujuan atau objektifnya tercapai maka proyek itu akan
selesai.
• Scope
Sebuah batasan dimana pekerjaan yang harus diselesaikan dan
menjadi bagian dalam proyek.
• Time
Lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek
tersebut, dan siapa yang bertanggung jawab apabila ada perubahan
dalam jadwal yang telah di tentukan.
• Cost
Apa saja yang akan menjadi biaya untuk menyelesaikan proyek
tersebut.
Menurut Ludovic-Alexandre Vidal; Marle, Franck berdasarkan jurnal
(Kybernetes journal Vol. 37 No. 8, 2008) mengatakan proyek adalah
usaha yang bersifat sementara dan unik yang dilakukan untuk
memberikan hasil. Hasil ini selalu perubahan dalam organisasi, apa
pun itu dalam proses, kinerja, produk atau jasa.
42
2.3.2 Pengertian Project Management
Menurut Kathy Schwalbe (2007, p.5), project management adalah
penerapan pengetahuan, kemampuan, perangkat, dan teknik untuk
memenuhi aktivitas proyek.
Poston, Robin. S (2011: 52-57) mengatakan permintaan untuk
keterampilan manajemen proyek dalam industri meningkat sehingga
permintaan yang lebih tinggi untuk program manajemen proyek
pendidikan. Proyek mengambil posisi yang lebih menonjol dalam
perencanaan strategis dan keberhasilan organisasi dalam lingkungan
yang kompetitif saat ini.
Menurut Martin, Nancy L;Pearson, J Michael;Furumo, Kimberly
berdasarkan jurnal (The Journal of Computer Information Systems,
2007) mengatakan proyek manajemen IS didefinisikan sebagai
penerapan pengetahuan formal dan informal, keterampilan, alat dan
teknik untuk mengembangkan sebuah sistem yang menyediakan
tingkat yang diinginkan fungsionalitas tepat waktu dan sesuai
anggaran.
43
2.4 Kerangka Pikir Pemecahan Masalah
Gambar 2.4 Kerangka Pikir Pemecahan Masalah
Keterangan Gambar :
1. Mendefinisikan ruang lingkup atau batasan yang akan dibahas dari
masalah yang ada.
2. Menganalisis masalah – masalah yang terdapat dalam sebuah
perusahaan tersebut.
3. Menganalisis kebutuhan dari perusahaan tersebut agar dapat memberi
solusi dan menyelesaikan masalah yang telah dianalisis.
4. Mendesain atau menggambarkan model logika.
5. Mendesain atau menggambarkan model fisikal.
6. Menguji hasil analisis terhadap masalah yang ada.
7. Mengevaluasi hasil dari implementasi yang telah dilakukan terhadap
perusahaan.