bab 2 landasan teori 2.1 2.1.1 sistem -...

18
9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Teori Umum Dalam menyusun skripsi ini diperlukan landasan teori yang digunakan guna menunjang dan mendukung hasil penelitian yang ada. Berikut adalah teori teori yang digunakan dalam penelitian dan pembahasan skripsi ini. 2.1.1 Sistem Sistem biasanya disebut juga sebagai kumpulan atau group dari sebuah bagian dan komponennya terhubung satu dengan lainnya. Tujuan utama dari sistem adalah adanya keteraturan dan keterkaitan antar setiap komponen yang ada di organisasi atau perusahaan tersebut. Menurut Djahir, (2015,p47). Bahan Ajar Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta; Deepublish, bahwa sistem haruslah terdiri atas berbagai komponen atau elemen yang saling berhubungan sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh guna mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan. Gambar 2. 1 Karakteristik Sistem Sehingga dapat disimpulkan bahwa, sistem seharusnya merupakan sebuah kesatuan dari beberapa komponen yang saling berkaitan. Sehingga dengan adanya sistem, pekerjaan diharapkan lebih efisien dan efektif bagi organisasi atau perusahaan.

Upload: dangduong

Post on 25-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

9

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Teori – Teori Umum

Dalam menyusun skripsi ini diperlukan landasan teori yang digunakan guna

menunjang dan mendukung hasil penelitian yang ada. Berikut adalah teori – teori

yang digunakan dalam penelitian dan pembahasan skripsi ini.

2.1.1 Sistem

Sistem biasanya disebut juga sebagai kumpulan atau group dari sebuah bagian

dan komponennya terhubung satu dengan lainnya. Tujuan utama dari sistem adalah

adanya keteraturan dan keterkaitan antar setiap komponen yang ada di organisasi

atau perusahaan tersebut.

Menurut Djahir, (2015,p47). Bahan Ajar Sistem Informasi Manajemen.

Yogyakarta; Deepublish, bahwa sistem haruslah terdiri atas berbagai komponen atau

elemen yang saling berhubungan sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh guna

mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.

Gambar 2. 1 Karakteristik Sistem

Sehingga dapat disimpulkan bahwa, sistem seharusnya merupakan sebuah

kesatuan dari beberapa komponen yang saling berkaitan. Sehingga dengan adanya

sistem, pekerjaan diharapkan lebih efisien dan efektif bagi organisasi atau

perusahaan.

10

2.1.2 Data dan Informasi

Seringkali data dan informasi disebutkan dengan arti yang sama karena banyak

orang menganggap bahwa informasi adalah data begitu juga sebaliknya. Sedangkan

dalam ilmu manajemen sistem informasi, data dan informasi memiliki artian yang

berbeda walaupun keduanya sangat berkaitan.

Menurut Tyoso, (2016,p21). Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta;

Deepublish, bahwa informasi adalah pertambahan dalam ilmu pengetahuan yang

meyumbangkan kepada konsep kerangka kerja yang umum dan fakta-fakta yang

diketahui. Informasi bertumpu pada konteks dan pengetahuan umum si penerima

untuk kepentingannya. Sedangkan data adalah bahan mentah untuk memperoleh

informasi.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebelum adanya informasi diperlukannya

data-data untuk mendukung informasi terkait apakah valid atau tidak. Data

merupakan bahan mentah kemudian informasi adalah kumpulan data yang berkaitan.

2.1.3 Sistem Informasi

Dalam sebuah evaluasi atau pengukuran kinerja, tentunya ada hal yang akan

dijadikan bahan utama untuk dievaluasi, dalam hal penelitian, peneliti biasanya

mengevaluasi kinerja sistem yang ada pada perusahaan. Untuk itu berikut pengertian

sistem informasi yang selalu berkaitan dengan data dan informasi yang ada di

organisasi dan perusahaan.

Menurut Jeperson, (2014,p13). Konsep Sistem Informasi. Yogyakarta;

Deepublish, sistem informasi adalah suatu sistem didalam suatu organisasi yang

mempertemukan kebutuhan pengelolaan transaksi harian, mendukung operasi,

bersifat manajerial, dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan

pihak luar yang dibutuhkan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem informasi merupakan sebuah

penyedia informasi yang berisi data dan informasi yang tujuannya memberikan data

atau informasi yang berguna untuk pengguna sistem. Sistem informasi juga

merupakan sebuah kesatuan antara inputan data, pemrosesan data serta apa yang

dihasilkan dari proses data tersebut dikenal dengan output data.

11

2.1.4 Komponen Sistem Informasi

Setelah mengetahui pengertian dari sistem informasi maka harus juga

diketahui mengenai komponen-komponen yang ada didalamnya sehingga jelas

sebuah sistem pasti memiliki komponen yang saling berkaitan dan membuat sistem

informasi dapat berjalan dengan baik.

Sistem informasi terdiri dari komponen-kompnen yang disebut dengan istilah

blok bangunan. Menurut Jeperson, (2014,p3). Konsep Sistem Informasi.

Yogyakarta; Deepublish, komponen sistem informasi terdiri dari :

Blok masukkan (input block)

Input mewakili data yang masuk ke dalam sistem informasi. Input

disini termasuk metode-metode dan media yang digunakan untuk

menangkap data yang akan dimasukkan, yang dapat berupa dokumen

dasar.

Blok model (model block)

Blok ini terdiri dari kombinasi prosedur, logika dan metode matematik

yang akan memanipulasi data input dan data tersimpan di basis data

dengan cara yang sudah tertentu untuk menghasilkan keluaran yang

sudah diinginkan.

Blok keluaran (output block)

Produk dari sistem informasi adalah keluaran yang merupakan

informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua

tingkatan manajemen serta semua pemakai sistem.

Blok teknologi (technology block)

Teknologi digunakan untuk menerima input, menjalankan model,

menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan

keluaran dan membantu pengendalian diri secara keseluruhan.

Teknologi terdiri dari unsur utama:

a. Teknisi (human ware atau brain ware)

12

b. Perangkat lunak (software)

c. Perangkat keras (hardware)

Blok basis data (database block)

Merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan

yang lainnya, tersimpan diperangkat keras komputer dan digunakan

perangkat lunak untuk memanipulasinya.

Blok kendali (control block)

Banyak faktor yang dapat merusak sistem informasi, misalnya bencana

alam, api, temperatur tinggi, air, debu, kecurangan-kecurangan,

kejanggalan sistem itu sendiri, kesalahan-kesalahan ketidak-efisienan

dan sebagainya. Beberapa pengendalian perlu dirancang dan diterapkan

untuk meyakinkan bahwa hal-hal yang dapat merusak sistem dapat

dicegah atau bila terlanjur terjadi kesalahan dapat langsung diatasi.

Sehingga dapat disimpulkan dari beberapa sumber dan referensi diatas bahwa

komponen sistem informasi merupakan penunjang dan berperan penting dalam alur

proses sistem informasi. Setiap komponen akan saling berinteraksi untuk

menghasilkan sistem yang baik, memberikan data dan informasi yang diperlukan

serta berjalan sesuai dengan ekspektasi awal pembentukan sistem informasi.

2.1.5 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Hamdi, (2014,p47). Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam

Pendidikan, Yogyakarta; Deepublish, menjelaskan bahwa penelitian mencakup

pengumpulan informasi tentang variabel yang ada dalam penelitian. Peneliti memilih

teknik dan pendekatan dalam pengumpulan data. Masing-masing metode memiliki

kelebihan dan kekurangan tersendiri, dan pendekatan spesifik yang diambil harus

merupakan metode terbaik guna menjawab pertanyaan penelitian. Beberapa metode

yang lazim digunakan dalam pengumpulan informasi yaitu :

Kuisioner

Wawancara terencana

Tes

13

Observasi terencana

Inventarisasi

Skala rating

Ukuran biasa

Teknik pengumpulan data adalah suatu cara khusus yang digunakan peneliti

dalam menggali data dan fakta yang diperlukan dalam penelitian. Teknik yang

digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian yaitu :

1. Pengumpulan data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari

responden seperti : angket dan hasi test ujian, sedangkan angket adalah

serangkaian pertanyaan tertulis yang diajukan peneliti kepada responden

untuk mendapatkan jawaban secara tertulis.

2. Pengumpulan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari lembaga yang

berpengaruh dengan penelitian, buku pustaka dan sebagainya seperti :

Studi kepustakaan

Penulis berusahaan mengumpulkan informasi mengenai teori-teori yang

berkaitan dengan penelitian yaitu dengan membaca literatur atau buku

yang ada di perpustakaan

Pengambilan data dari luar tempat penelitian secara langsung seperti

pengambilan data dari lembaga sekitar tempat penelitian

Data-data dari Kabupaten, kecamatan dan dinas pendidikan setempat

untuk mendukung penelitian

Sehingga dapat disimpulkan bahwa banyak metode dalam penelitian yang

dapat menghasilkan solusi dan jawaban atas setiap permasalahan yang diteliti, tetapi

setiap metode atau teknik penelitian memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-

masing sehingga penting bagi peneliti untuk menentukan dari awal metode apa yang

akan dipakai dalam sebuah penelitian dengan melihat situasi serta kondisi

permasalahan dalam organisasi tersebut, dengan begitu maka akan didapat hasil

yang dapat membantu perusahaan dalam mengatasi masalah yang ada.

14

2.1.6 Survey

Menurut Hamdi, (2014,p6). Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam

Pendidikan. Yogyakarta, Deepublish, mengungkapkan bahwa survei biasanya

digunakan untuk mengumpulkan informasi berbentuk opini dari sejumlah besar

orang terhadap topik atau isu-isu tertentu.

Karakteristik utama survei yaitu :

Informasi dikumpulkan dari sekelompok besar orang untuk

mendeskripsikan beberapa aspek atau karakteristik tertentu seperti

kemampuan, sikap, kepercayaan, pengetahuan dari populasi

Informasi dikumpulkan melalui pengajuan pertanyaan umumnya

tertulis maupun lisan dari suatu populasi

Informasi diperoleh dari sampel bukan dari populasi

Tujuan utama dari survei adalah mengetahui gambaran umum karakteristik

dari populasi.

Dapat disimpulkan bahwa survei baik digunakan dalam penelitian disamping

metode ini cukup mudah, efisien, multi fungsi dan informasi dapat dengan cepat

didapat dari responden. Pertanyaan dapat di berikan oleh peneliti dalam bentuk lisan

maupun tulisan sehingga dengan metode ini dapat menjangkau responden dimana

saja.

2.1.7 Evaluasi

Dalam sebuah organisasi atau perusahaan, penting sekali mengadakan evaluasi

dikarenakan dengan adanya evaluasi, organisasi atau perusahaan tersebut akan dapat

membandingkan kinerja, mengukur kinerja dari sebuah sistem (evaluasi sistem).

Menurut Suardi, (2015,p204). Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta;

Deepublish, evaluasi adalah suatu aktivitas yang bermaksud menentukan nilai

belajar pembelajaran (baik belumnya/tidaknya, berhasil belumnya/tidaknya,

memadai belum/tidak, belajar pembelajaran yang meliputi hasil belajar). Oleh karena

itu pengukuran adalah salah satu kegiatan yang ada dalam evaluasi, maka orang

yang mengevaluasi sebenarnya juga melakukan aktivitas pengukuran.

15

Sehingga dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan suatu proses atau

keputusan akhir serta penilaian terhadap suatu hal melalui proses pengujian atau

tanpa pengujian.

2.2 Teori – Teori Khusus

Berangkat dari teori-teori umum yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian,

maka peneliti juga menjabarkan teori-teori khusus yang mendukung dalam

penelitian ini, dengan tujuan bahwa penelitian didasari landasan teori yang valid dan

menjadi acuan serta berguna dalam berjalannya proses penelitian nantinya.

2.2.1 Supply Chain Management

Saat ini banyak organisasi mulai mempelajari bagaimana peran supply chain

management dalam kegiatan proses bisnis yang ada, didasari dari berbagai fenomena

bahwa peran supply chain management sangat efektif jika di aplikasikan dalam

proses bisnis perusahaan saat ini, sehingga banyak perusahaan mulai berlomba-

lomba dalam implementasinya karena dengan implementasi supply chain dapat

mereduksi biaya produksi dan meningkatkan pendapatan perusahaan jika di

implementasikan dengan baik.

Journal Peran Supply Chain Management dalam Sistem Produksi dan Operasi

Perusahaan yang ditulis oleh Widyarto, (2012,p93), mengemukakan bahwa Supply

chain merupakan salah satu upaya untuk mereduksi biaya penawaran produk

dibandingkan dengan tingkat harga yang bersaing dengan mengoptimalkan distribusi

material dari pemasok, aliran material dalam proses produksi sampai dengan

distribusi produk ke tangan konsumen.

Dengan mengetahui tentang apa itu supply chain management, apa dampak

dalam organisasi atau perusahaan, pastilah ada komponen-komponen atau rantai-

rantai yang mendukung dalam siklus supply chain management tersebut. Terdapat 3

macam komponen rantai supplai menurut Journal Peran Supply Chain Management

dalam Sistem Produksi dan Operasi Perusahaan yang ditulis oleh Widyarto,

(2012,p93), yaitu:

Rantai suplai hulu (Upstream Supply Chain) bagian upstream supply

chain meliputi aktivitas dari suatu perusahaan manufaktur dengan para

penyalurannya dan koneksi mereka kepada penyalur mereka. Hubungan

para penyalur dapat diperluas kepada beberapa strata, semua jalan dari

16

asal material (contohnya biji tambang, pertumbuhan tanaman). Didalam

upstream supply chain, aktivitas utama adalah pengadaan

Manajemen rantai suplai internal (Internal Supply Chain Management)

meliputi semua proses pemasukan barang ke gudang yang digunakan

dalam mentranformasikan masukan dari para penyalur ke dalam

keluaran organisasi itu. Hal itu meluas dari waktu masukan masuk ke

dalam organisasi. Didalam rantai suplai internal, perhatian utama

adalah manajemen produksi, pabrikasi, dan pengendalian persediaan.

Segmen rantai suplai hilir (Downstream Supply Chain Segment)

meliputi semua aktivitas yang melibatkan pengiriman produk kepada

pelanggan akhir. Didalam Downstream Supply Chain, perhatian

diarahkan pada distribusi, pergudangan, transportasi, dan after-sales-

service.

Evolusi supply chain management yang telah mencapai tahap keempat tersebut

menunjukan suatu integrasi yang menyeluruh diantara seluruh komponen terkait

sehingga menuntut adanya transparansi arus informasi. Sehingga dengan adanya

transparansi informasi yang ada pada supply chain management maka akan dapat

mengoptimalkan biaya dan produksi sehingga diharapkan perusahaan dapat bersaing

dengan harga saing optimal serta mendapatkan keuntungan, yang sesuai dengan

strategi perusahaan.

2.2.2 Manfaat Supply Chain Management

Dalam penerapannya supply chain management pasti memiliki manfaat bagi

organisasi/perusahaan, dalam journal Manajemen Rantai Pasokan (Supply Chain

Management) Konsep dan Hakikat yang ditulis oleh Sarijun, (2011,p3) secara umum

penerapan konsep Supply Chain Management dalam perusahaan akan memberikan

manfaat sebagai berikut:

Kepuasan pelanggan. Konsumen atau pengguna produk merupakan

target utama dari aktivitas proses produksi setiap produk yang

dihasilkan perusahaan. Konsumen dan pengguna yang dimaksud dalam

konteks ini tentunya konsumen yang setia dalam jangka waktu yang

lama. Untuk menjadikan konsumen setia maka terlebih dahulu

17

konsumen harus puas dengan pelayanan yang telah diberikan oleh

perusahaan.

Meningkatkan pendapatan. Semakin banyak konsumen yang setia dan

menjadi mitra perusahaan maka dapat berarti bahwa keuntungan

perusahaan ikut meningkat sehingga produk-produk yang dihasilkan

perusahaan tidak terbuang percuma karena diminati oleh konsumen.

Menurunnya biaya. Pengintegrasian aliran produk dari perusahan

kepada konsumen akhir berarti pula mengurangi biaya-biaya pada jalur

distribusi.

Pemanfaatan asset semakin tinggi. Aset terutama faktor manusia akan

semakin terlatih dan terampil baik dari segi pengetahuan maupun

keterampilan. Tenaga manusia akan mampu memberdayakan

penggunaan teknologi tinggi sebagaimana yang dituntut dalam

pelaksanaan Supply Chain Management.

Peningkatan laba. Dengan semakin meningkatnya jumlah konsumen

yang setia dan menjadi pengguna produk, pada gilirannya akan

meningkatkan laba perusahaan

Perusahaan semakin besar. Perusahaan yang mendapat keuntungan dari

segi proses distribusi produknya lambat laun akan menjadi besar, dan

tumbuh lebih kuat.

Manfaat yang didapatkan oleh perusahaan dapat dibagi lagi menjadi 2 tipe

manfaat seperti disebutkan di Journal Peran Supply Chain Management dalam

Sistem Produksi dan Operasi Perusahaan. Widyarto, (2012,p95), juga menyimpulkan

secara umum manfaat langsung dari penerapan Supply Chain Management bagi

perusahaan dibagi menjadi 2 :

1. Supply Chain Management secara fisik dapat mengkonversi bahan baku

menjadi produk jadi dan mengantarkannya kepada konsumen akhir.

Manfaat ini menekankan pada fungsi produksi dan operasi dalam sebuah

perusahaan. Dalam fungsi ini dilakukan penggunaan dari seluruh sumber

daya yang dimiliki dalam sebuah proses transformasi yang terkendali,

18

untuk memberikan nilai pada produk yng dihasilkan sesuai dengan

kebijaksanaan perusahaan dan mendistribusikannya kepada konsumen yang

dibidik.

2. Supply Chain Management berfungsi sebagai mediasi pasar, yaitu

memastikan apa yang dipasok oleh rantai suplai mencerminkan aspirasi

pelanggan atau konsumen akhir tersebut. Dalam hal ini fungsi pemasaran

yang akan berperan. Melalui pelaksanaan Supply Chain Management,

pemasaran dapat mengidentifikasi produk dengan karakteristik yang

diminati konsumen. Selanjutnya fungsi ini harus mampu mengidentifikasi

seluruh atribut produk yang diharapkan konsumen tersebut dan

mengkomunikasikan kepada perancang produk. Apabila seleksi rancangan

produk sudah dilakukan dan dilakukan pengujian maka produk dapat

diproduksi. Sehingga Supply Chain Management akan berperan dalam

memberikan manfaat seperti point 1.

2.2.3 Balanced Scorecard

Dalam penelitian ini, pengukuran kinerja B2Bi didasari dengan menggunakan

pengukuran Balanced Scorecard sehingga nantinya dengan metode ini diharapkan

perbandingan sebelum diimplementasikan B2Bi dan sesudah implementasi B2Bi

dalam supply chain management terlihat jelas dan valid.

Menurut journal Using Cobit 4.1 to Achieve Business-IT Alignment: A

Practical Approach, Rouyet, (2010,p1), IT Balanced Scorecard merupakan alat yang

berguna untuk mencapai bisnis-IT alignment dan merupakan alat untuk mengukur

kinerja perusahaan. Namun alat pengukuran ini impelentasinya berbeda-beda di

setiap organisasi, sehingga sangatlah perlu untuk setiap organisasi menerapkan

konsep-konsep balanced scorecard dan disesuaikan dengan konteks organisasinya

sendiri.

Adapun visi dan strategi balanced scorecard diterjemahkan kedalam 4

perspektif yang kemudian oleh masing-masing perspektif visi dan strategi tersebut

dinyatakan dalam bentuk tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi, ukuran

(measures) dari tujuan, target yang diharapkan dimasa yang akan datang serta

inisiatif-inisiatif atau program yang harus dilaksanakan untuk memenuhi tujuan-

tujuan strategis.

19

2.2.4 Perspektif Balanced Scorecard

Dalam penggunaan Balanced Scorecard perlu diperhatikan mengenai

pandangan atau perspektif apa yang mendukung dalam pengukuran balanced

scorecard tersebut, sehingga dengan pertimbangan persepektif akan sangat

membantu dalam implementasi metode pengukuran balanced scorecard yang

efektif.

Menurut journal Using Cobit 4.1 to Achieve Business-IT Alignment: A Practical

Approach, Rouyet, (2010,p1), IT Balanced Scorecard yaitu:

Perspektif Finansial

Dalam perspektif finansial organisasi merumuskan tujuan finansial yang

ingin dicapai organisasi dimasa yang akan datang. Selanjutnya tujuan

finansial tersebut dijadikan dasar bagi ketiga perspektif lainnya dalam

menetapkan tujuan dan ukurannya. Tujuan finansial suatu organisasi selalu

berkaitan dengan profitabilitas yang bisa diukur. Ukuran finansial

menggambarkan apakah implementasi strategi organisasi memberikan

kontribusi atau tidak terhadap keberhasilan finasial organisasi.

Perspektif Pelanggan

Dalam perspektif pelanggan, organisasi mengidentifikasikan pelanggan dan

segmen pasar dimana organisasi akan bersaing. Tujuan yang bisa ditetapkan

dalam perspektif ini adalah pemuasan kebutuhan pelanggan. Ukuran-ukuran

yang digunakan dalam perspektif ini antara lain retensi pelanggan, kepuasan

pelanggan, profitabilitas pelanggan, akuisisi pelanggan baru dan market

share. Dalam perspektif ini organisasi menyusun strategi yang bertujuan

untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang pada akhirnya memberikan

keuntungan finansial bagi organisasi.

Perspektif Proses Bisnis Internal

Perspektif proses bisnis internal mengidentifikasi proses-proses yang penting

bagi organisasi untuk melayani pelanggan (perspektif pelanggan) dan pemilik

organisasi (perspektif finansial). Komponen utama dalam proses bisnis

internal adalah :

20

1. Proses inovasi, yang diukur dengan banyaknya produk baru yang

dihasilkan organisasi, waktu penyerahan produk ke pasar, dan lain

sebagainya.

2. Proses operasional, yang diukur dengan peningkatan kualitas produk,

waktu proses produksi lebih pendek..

3. Proses pelayanan yang diukur dengan pelayanan purna jual, waktu

dibutuhkan untuk memberikan pelayanan kepada pelanggan.

Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Perspektif ini menggambarkan kemampuan organisasi untuk menciptakan

pertumbuhan jangka panjang. Tujuan dalam perspektif ini adalah

menyediakan infrastruktur bagi perspektif finansial, pelanggan dan proses

bisnis internal agar tujuan dari perspektif-perspektif tersebut tercapai.

Perspektif ini bertujuan meningkatkan kemampuan karyawan, meningkatkan

kapabilitas sistem informasi, dan peningkatan keselarasan dan motivasi.

Ukuran yang bisa digunakan antara lain kepuasan karyawan, retensi

karyawan, banyaknya saran yang diberikan oleh karyawan.

Setiap tujuan dan ukuran dari setiap perspektif merupakan suatu hubungan

sebab akibat, artinya jika tujuan dari perspektif pelanggan, proses bisnis internal dan

pembelajaran serta pertumbuhan tercapai maka pada akhirnya adalah peningkatan

kinerja finansial pada organisasi.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa 4 perspektif yang ada pada balanced

scorecard saling berkaitan dengan yang lainnya sehingga penting untuk menjadi

tolak ukur dalam implementasi balanced scorecard pada sebuah organisasi. Jika

dengan semua perspektif diatas didapatkan data dan ukuran yang jelas sehingga

dapat membantu perusahaan dalam pengambilan keputusan saat itu juga serta dapat

dijadikan proses pembelajaran pada organisasi dan membantu memprediksi finansial

yang ada di organisasi tersebut. Perspektif yang paling mendasar dari balanced

scorecard yaitu pembelajaran dan pertumbuhan maka jika terjadi peningkatan

keahlian kerja, diharapkan terjadi peningkatan kualitas produk yang dihasilkan

dalam perspektif proses bisnis internal, selanjutnya produk yang berkualitas akan

21

meningkatkan kepuasan pelanggan serta kepuasan pelanggan akan mendatangkan

finasial yang baik bagi organisasi.

2.2.5 Fit Gap Analysis

Analisa fit gap ini biasanya digunakan untuk menentukan langkah yang perlu

diambil dari kondisi saat ini menuju kondisi selanjutnya. Analisa ini juga berguna

membantu perusahaan untuk mempertimbangkan, mengambil keputusan terhadap

sistem yang sudah dievaluasi sebelumnya. Analisa ini juga mengidentifikasikan

antara gap atau kesenjangan dari sistem yang ada dengan sistem yang diinginkan

oleh perusahaan.

Dapat disimpulkan bahwa analisa ini merupakan perbandingan kinerja aktual

dengan kinerja yang diharapkan oleh organisasi atau perusahaan. Analisa ini dapat

dijadikan alat evaluasi bisnis yang berfokus pada kesenjangan kinerja perusahaan

saat ini dan kinerja perusahaan masa mendatang. Analisa ini juga

mengidentifikasikan tindakan-tindakan yang diperlukan dalam mengatasi

kesenjangan yang ada.

Menurut Journal Fit Gap Analysis – The Role of Business Process Reference

Models oleh Dejan, (2013,p325) bahwa tujuan utama dari analisis ini adalah untuk

mengidentifikasi dan mendokumentasikan semua gap atau kesenjangan yang ada

berdasarkan perbandingan kebutuhan bisnis perusahaan dan kemampuan perusahaan,

serta analisis ini memberikan solusi atau alternatif lain dalam meminimalisir

kesenjangan yang ada.

Gap Analysis bertujuan untuk mengevaluasi kebutuhan perbaikan pada sistem

yang sedang berjalan dan mengidentifikasi apakah ada fit atau gap antara kondisi

proses sistem saat ini dengan kondisi yang diharapkan. Fit berarti proses yang

dijalankan telah sesuai dengan harapan perusahaan. Sedangkan gap berarti proses

yang dijalankan masih memiliki jarak untuk sesuai dengan harapan perusahaan.

Menurut Bens, (2012,p160). Facilitating with Ease! Core Skills for

Facilitators, Team Leaders and Member, Managers, Consultants and Trainers, 3rd

Edition. San Fransisco: John Wiley & Sons, berpendapat bahwa tujuan dari Gap

Analysis adalah untuk mendorong review realistis dari sekarang dan membantu

mengidentifikasi hal-hal yang perlu dilakukan untuk sampai pada keinginan masa

depan.

22

Menurut Bens, (2012,p160). Facilitating with Ease! Core Skills for

Facilitators, Team Leaders and Member, Managers, Consultants and Trainers, 3rd

Edition. San Fransisco: John Wiley & Sons, ada enam langkah dalam melakukan

Gap Analysis, yaitu:

Langkah 1: Mengidentifikasi situasi mendatang. Menggunakan alat

seperti visi atau pendekatan lain yang menghasilkan gambar dimana

suatu kelompok ingin berada pada waktu tertentu. Deskripsi dari

gambaran masa depan harus rinci. Melakukan posting informasi disisi

kanan dinding kosong yang besar.

Langkah 2: Mengidentifikasi situasi sekarang. Menjelaskan komponen

yang sama yang ditampilkan dalam situasi mendatang, namun dalam

keadaan sekarang ini. Sekali lagi, sangat rinci. Melakukan postingan ide-

ide yang dihasilkan disisi kiri dinding ruang kerja.

Langkah 3: Meminta anggota untuk bekerja dengan mitra untuk

mengidentifikasi kesenjangan (gap) antara masa sekarang (present) dan

masa depan (future)

Langkah 4: Ketika Mitra telah menyelesaikan diskusi mereka, berbagai

ide sebagai kelompok total dan melakukan postingan kesenjangan antara

“sekarang” dan “masa depan”.

Langkah 5: Ketika ada kesepakatan mengenai kesenjangan, maka akan

membagi kelompok besar menjadi beberapa sub kelompok. Memberikan

setiap kelompok satu atau lebih item kesenjangan untuk memecahkan

masalah atau melakukan rencana tindakan.

Langkah 6: Memasang kembali seluruh kelompok untuk mendengar

rekomendasi dan rencana tindakan. Mintalah anggota untuk mengesahkan

rencana, kemudian mekanisme tindak lanjut ke depan.

2.2.5.1 Rangking Requirement

Requirement harus diidentifikasikan ke dalam tingkat prioritasnya masing-

masing. Tingkatan tersebut akan membantu tim proyek dan sponsor tim dalam

memastikan semua proses bisnis kritis yang diakomodasi selama implementasi

23

sistem baru. Berikut rangking of requirement yang digunakan dalam melakukan

fit/gap analysis:

H (High / Kebutuhan Penting), yaitu kebutuhan yang sangat penting

untuk kegiatan peroperasi dan tanpa hal tersebut organisasi tidak dapat

berfungsi, hal tersebut juga meliputi kebutuhan pelaporan eksternal dan

internal.

M (Medium / Kebutuan Nilai Tambah), yaitu kebutuhan yang jika

dipenuhi, akan meningkatkan proses bisnis secara signifikan, kebutuhan

ini biasanya kurang kritis untuk bisnis organisasi, tetapi jika dipenuhi

akan memberikan keuntungan biaya signifikan pada organisasi.

L (Low / Kebutuhan yang diinginkan), yaitu kebutuhan yang baik untuk

dimiliki dan hanya akan menambah nilai kecil ke proses bisnis dan

mungkin dipertemukan melalui perubahan bisnis.

2.2.5.2 Tingkat Kesesuaian

Tingkat kesesuaian antara sistem berjalan dengan kebutuhan pengguna.

Berikut ini akan diuraikan kode-kode yang digunakan dalam menentukan tingkat

kesesuaian untuk fit/gap analysis:

F (Fit), yakni kebutuhan secara penuh dipenuhi oleh perangkat lunak.

G (Gap), yakni perangkat lunak tidak memenuhi kebutuhan secara penuh.

Comment adalah deskripsi dari kondisi perusahaan yang sedang

berlangsung.

P (Partial Fit), yakni perangkat lunak memiliki fungsionalitas kebutuhan

pengguna.

2.2.6 Manfaat Zero Error

Menurut Journal Pengaruh Total Quality Management Terhadap Defect Produk

pada Labelling and Packaging Department di PT. Great Giant Pineapple Lampung

Tengah oleh Dinata, (2016,p48) bahwa Philips B. Crosby mendefinisikan kualitas

adalah „Zero Defects/Zero Error‟, yaitu kesesuaian seratus persen dengan spesifikasi

produk.

24

Empat prinsip zero defects/zero error antara lain:

1. Kualitas adalah kesesuaian dengan persyaratan. Setiap produk atau

layanan seharusnya merupakan deskripsi dari apa yang pelanggan

butuhkan

2. Pencegahan cacat produk lebih disarankan untuk pemeriksaan kualitas

dan koreksi. Prinsip kedua ini didasarkan pada pengamatan bahwa

mencegah kecacatan lebih tidak merepotkan, lebih pasti dan lebih

murah daripada menemukan dan memperbaikinya

3. Zero error atau disebut juga dengan zero defects pada system

merupakan standar kualitas. Prinsip ketiga didasarkan pada sifat

normative persyaratan: jika persyaratan mengungkapkan apa yang

benar-benar diperlukan, maka setiap unit yang tidak memenuhi

persyaratan tidak akan memuaskan kebutuhan dan tidak baik. Jika unit

yang tidak memenuhi persyaratan ternyata mampu memuaskan

kebutuhan, maka persyaratan harus diubah untuk mencerminkan

realitas.

4. Kualitas diukur dalam istilah moneter, harga dari ketidaksesuaian (Price

of non conformance / PONC). Prinsip keempat ini adalah kunci untuk

metodologi. Phil Crosby percaya bahwa setiap cacat merupakan biaya

yang sering tersembunyi. Biaya ini mencakup waktu pemeriksaan,

pengerjaan ulang, bahan terbuang dan tenaga kerja, pendapatan yang

hilang dan biaya ketidakpuasan pelanggan.

Dapat disimpulkan bahwa manfaat dari zero defect/zero error pada system

merupakan sebuah mutu dan sebagai syarat dalam sebuah sistem sehingga system

memiliki mutu yang berkualitas dan lebih baik mencegah terjadinya error

dibandingkan untuk memeriksanya dikarenakan akan ada kemungkinan pengeluaran

biaya terhadap pemeriksaan error atau perbaikan error tersebut. Sehingga zero

defect/zero error haruslah menjadi salah satu syarat utama dalam sistem.

2.2.7 Skala Pengukuran

Menurut Sugiyono, (2013,p131). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D. Bandung: ALFABETA, bahwa skala pengukuran merupakan kesepakatan

25

yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang

ada dalam alat ukur sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran

akan menghasilkan data kuantitatif.

Menurut Sugiyono, (2013,p131). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D. Bandung: ALFABETA, skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial,

fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti dan selanjutnya

disebut variable penelitian. Jawaban setiap item instrument yang menggunakan skala

Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat

berupa kata-kata, antara lain:

a) Sangat Setuju

b) Setuju

c) Ragu-Ragu

d) Tidak Setuju

e) Sangat Tidak Setuju

a) Selalu

b) Sering

c) Kadang-kadang

d) Tidak pernah

a) Sangat positif

b) Positif

c) Negatif

d) Sangat negatif

a) Sangat baik

b) Baik

c) Tidak baik

d) Sangat tidak baik

Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka penelitian ini point-point diberikan skor

sebagai berikut:

26

1. Setuju/selalu/sangat positif diberi skor 4

2. Setuju/sering/positif diberik skor 3

3. Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 2

4. Tidak setuju/hamper tidak pernah/negative diberi skor 1

Setelah mengetahui point nilai yang telah ditentukan, kemudian mencari nilai ideal

setelah pertanyaan diberikan skor, dengan rumus sebagai berikut:

Nilai Ideal = Nilai Tertinggi X Jumlah Soal X Jumlah Responden

Setelah mendapatkan nilai ideal, selanjutnya nilai tersebut menginterpretasikan skor

jawaban responden kedalam rating scale seperti dibawah ini.

Gambar 2. 2 Contoh Rating Scale

Keterangan:

Tabel 2. 1 Rating Scale

0 Sangat tidak cukup

1-195 Kurang Baik

196-390 Cukup Baik

391-585 Sangat Baik