library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2doc/2012-1... · web viewauditor tidak...

77
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – Teori Umum 2.1.1 Evaluasi Menurut Arikunto dan Cepi (2008 : 2), Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi adalah proses mengumpulkan informasi yang digunakan untuk mengambil keputusan. 8

Upload: hadang

Post on 19-Jul-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Teori – Teori Umum

2.1.1 Evaluasi

Menurut Arikunto dan Cepi (2008 : 2), Evaluasi adalah kegiatan untuk

mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya

informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat

dalam mengambil sebuah keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini

adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak

decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil

berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi adalah proses mengumpulkan

informasi yang digunakan untuk mengambil keputusan.

2.1.2 Sistem

Menurut Gondodiyoto (2007 : 108), sistem adalah kumpulan elemen –

elemen atau sumber daya yang saling berkaitan secara terpadu, terintegrasi

dalam suatu hubungan hirarkis tertentu, dan bertujuan untuk mencapai

tujuan tertentu.

8

Page 2: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

9

Dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem adalah kumpulan berbagai elemen

yang terdapat di perusahaan untuk mecapai tujuan.

2.1.3 Informasi

Menurut Gondodiyoto (2007 : 107), informasi adalah data yang diolah

menjadi bentuk yang lebih berguna, lebih bermanfaat dan lebih berarti bagi

yang menerimanya.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa informasi adalah kumpulan data – data yang

diproses agar berguna bagi pemakainya.

2.1.4 Sistem Informasi

O’Brien (2008 : 6) mendefinisikan, “Information system can be any orgenized

combination of people, hardware, software, communication networks, and

data resources that collect, transform, disseminates information in an

organization”. Yang berarti Sistem Informasi adalah suatu kesatuan yang

terdiri dari manusia, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komputer dan

sumber daya yang mengumpulkan, mentransformasikan dan mendistribusikan

informasi di dalam suatu organisasi.

Menurut Gondodiyoto (2007 : 112), sistem informasi masih dapat

didefinisikan sebagai kumpulan elemen – elemen atau sumber daya dan

Page 3: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

10

jaringan prosedur yang saling berkaitan secara terpadu, terintegrasi dalam

suatu hubungan hierarki tertentu dan bertujuan untuk mengolah data menjadi

informasi.

Berdasarkan pendapat – pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem

informasi adalah kumpulan elemen – elemen yang mengolah data menjadi

informasi yang dibutuhkan dalam perusahaan.

2.1.5 Audit Sistem Informasi

Menurut Kusrini (2007), Audit Sistem Informasi merupakan pengumpulan

dan evaluasi bukti-bukti untuk menentukan apakah sistem komputer yang

digunakan telah dapat melindungi aset milik organisasi, mampu menjaga

integritas data, dapat membantu pencapaian tujuan organisasi secara efektif,

serta menggunakan sumber daya yang dimiliki secara efisien.

Menurut pendapat Ron Weber (1999 : 10), “Information systems auditing is

the process of collecting and evaluating evidence to determine whether a

computer systems safeguards assets, maintains data integrity, achieves

organizational goals effectively and consumes resources efficiently”.

Pengertiannya secara garis besar adalah audit sistem informasi adalah proses

pengumpulan data dan pengevaluasian bukti untuk menentukan apakah suatu

sistem komputer telah mengamankan aset, mengelola integritas data,

Page 4: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

11

menjadikan tujuan organisasi tercapai secara efektif, dan menggunakan

sumber daya secara efisien.

Berdasarkan pendapat – pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa audit

sistem informasi adalah proses pengumpulan data dan bukti agar diketahui

apakah sistem telah mengamankan aset, mengelola integritas data, mencapai

tujuan perusahaan, dan sumber daya telah digunakan secara efisien.

2.1.6 Sistem Informasi Akuntansi

Pengertian sistem informasi akuntansi menurut Rama dan Jones (2008 : 6)

adalah suatu subsistem dari sistem informasi manajemen yang menyediakan

informasi akuntansi dan keuangan, juga informasi lain yang diperoleh dari

pengolahan rutin atas transaksi akuntansi.

Pengertian sistem informasi akuntansi menurut Midjan dan Susanto (2008 :

72) adalah kumpulan (integrasi) dari sub sistem/komponen baik phisik

maupun non phisik yang saling berhubungan dan bekerjasama satu sama lain

secara harmonis untuk mengolah data transaksi yang berkaitan dengan

masalah keuangan menjadi informasi keuangan.

Page 5: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

12

Berdasarkan pendapat – pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sistem

informasi akuntansi adalah kumpulan dari komponen – komponen yang

berhubungan untuk mengolah data transaksi menjadi informasi akuntasi.

2.1.7 Tujuan Audit Sistem Informasi

Menurut Kusrini (2007), tujuan audit sistem informasi adalah untuk meninjau

dan mengevaluasi pengendalian internal yang melindungi sistem tersebut.

Ketika melakukan audit sistem informasi, seorang auditor harus memastikan

tujuan-tujuan ini terpenuhi:

1. Perlengkapan keamanan melindungi perlengkapan komputer, program,

komunikasi, dan data dari akses yang tidak sah, modifikasi atau

penghancuran.

2. Pengembangan dan perolehan program dilaksanakan sesuai dengan otorisasi

khusus dan umum dari pihak manajemen.

3. Modifikasi program dilaksanakan dengan otorisasi dan persetujuan dari pihak

manajemen.

4. Pemrosesan transaksi, file laporan dan catatan komputer lainnya telah akurat

dan lengkap.

5. Data sumber yang tidak akurat atau yang tidak memiliki otorisasi yang tepat

diidentifikasi dan ditangani sesuai dengan kebijakan manajerial yang telah

ditetapkan.

6. File data komputer telah akurat, lengkap dan dijaga kerahasiaannya.

Page 6: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

13

2.1.8 Metode Audit Sistem Informasi

Menurut Gondodiyoto (2007 : 451), dalam melakukan audit sistem informasi

dapat dilakukan dengan tiga pendekatan:

1. Audit disekitar komputer (Audit Around The Computer)

Dalam pendekatan ini, auditor dapat melangkah pada perumusan

pendapat hanya dengan menelaah struktur pengendalian dan

melaksanakan pengujian transaksi dan prosedur verifikasi saldo

perkiraan dengan cara sama seperti pada sistem manual. Auditor

tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis

komputer klien (yaitu terhadap file, program data di dalam

komputer), melainkan cukup terhadap input dan output sistem

informasi saja.

Keunggulan menggunakan pendekatan ini adalah :

a. Pelaksanaan auditnya lebih sederhana.

b. Auditor yang meiliki pengetahuan minimal dibidang

komputer dapat dilatih dengan mudah untuk melaksanakan

audit.

Kelemahannya adalah jika lingkungan berubah, kemungkinan

sistem itu akan berubah dan perlu penyesuaian sistem atau program

– programnya, bahkan mungkin struktur data, sehingga auditor

tidak dapat menilai/menelaah apakah sistem masih berjalan dengan

baik.

Page 7: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

14

2. Audit melalui komputer (Audit Through The Computer)

Dalam pendekatan ini, auditor melakukan pemeriksaan langsung

terhadap program program dan file komputer yang ada pada audit

sistem informasi berbasis komputer. Auditor menggunakan bantuan

software komputer atau dengan cek logika atau listing program

untuk menguji logika program dalam rangka pengujian

pengendalian yang ada dalam komputer. Selain itu, auditor juga

dapat meminta penjelasan dari pada teknisi komputer mengenai

spesifikasi sistem dan program yang diperiksanya.

Keunggulan menggunakan pendekatan ini adalah :

a. Auditor dapat menilai kemampuan sistem komputer

tersebut untuk menghadapi perubahan lingkungan.

b. Auditor memperoleh kemampuan yang besar dan efektif

dalam melakukan pengujian terhadap sistem komputer.

c. Auditor akan merasa lebih yakin terhadap kebenaran hasil

kerjanya.

Kelemahannya adalah pendekatan ini memerlukan biaya yang besar

dan memerlukan tenaga ahli yang terampil.

3. Audit dengan komputer (Audit With The Computer)

Pendekatan ini dilakukan dengan menggunakan komputer dan

software untuk mengotomatisasi prosedur pelaksanaan audit.

Pendekatan ini merupakan cara audit yang sangat bermanfaat,

khususnya dalam pengujian substantif atas file dan record

Page 8: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

15

perusahaan. Software audit yang digunakan merupakan program

komputer auditor untuk membantu dalam pengujian dan evaluasi

kehandalan data, file dan record perusahaan.

Keunggulan menggunakan pendekatan ini adalah dapat

melaksanakan tugas audit yang terpisah dari catatan klien yaitu

dengan mengambil copy data atau file untuk di test dengan

komputer lain. Kelemahannya adalah upaya dan biaya untuk

pengembangan relatif besar.

2.1.9 Penilaian Risiko

Menurut Griffiths (2007 : 18) setelah memperoleh bukti audit yang cukup

beserta temuannya dengan menggunakan instrumen pengumpulan bukti, audit

dilanjutkan dengan menggunakan matriks penilaian risiko guna merumuskan dan

mempertajam analisa terhadap bukti evaluasi dan temuan agar dapat

merumuskan dan menyimpulkan opini dengan melakukan perbandingan dan

penilaian terhadap tingkat risiko dan pengendalian yang ada.

2.1.10 Jenis Risiko

Menurut Gondodiyoto (2009 : 110-111), Risiko dari berbagai sudut

pandang dapat dibedakan dalam beberapa jenis :

1. Risiko Bisnis (Business Risks)

Risiko bisnis adalah risiko yang dapat disebabkan oleh faktor – faktor intern

maupun ekstern yang berakibat kemungkinan tidak tercapainya tujuan

organisasi (Business Goal Objectives).

Page 9: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

16

2. Risiko bawaan (Inherent Risk)

Risiko bawaan ialah potensi kesalahan atau penyalahgunaan yang melekat

pada suatu kegiatan jika tidak ada pengendalian internal.

3. Risiko Pengendalian (Control Risk)

Dalam suatu organisasi yang baik seharusnya sudah ada risk assessment, dan

dirancang pengendalian internal secara optimal terhadap setiap potensi risiko.

Risiko pengendalian ialah masih adanya risiko meskipun sudah ada

pengendalian.

4. Risiko Deteksi (Detection Risk)

Risiko deteksi adalah risiko yang terjadi karena prosedur audit yang dilakukan

mungkin tidak dapat mendeteksi adanya error yang cukup materialitas atau

adanya kemungkinan fraud.

5. Risiko Audit (Audit Risk)

Risiko audit sebenarnya adalah kombinasi dari inherent risk, control risk, dan

detection risk. Risiko audit adalah risiko bahwa hasil pemeriksaan auditor

ternyata belum dapat mencerminkan keadaan yang sesungguhnya.

2.1.11 Teknik Penaksiran Risiko

Menurut Gondodiyoto (2007 : 489), dalam menetapkan fungsi/area/unit

yang akan di audit, auditor memiliki berbagai pilihan bergantung pada risiko

subjek audit. Ada beberapa metode untuk melakukan penilaian risiko, yaitu :

Page 10: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

17

a. Pendekatan penaksiran dengan sistem scoring sistem

Pendekatan ini digunakan dengan mengutamakan audit berdasarkan pada

evaluasi faktor-faktor risiko.

b. Penilaian risiko secara judgemental

Yaitu keputusan dibuat berdasarkan pengetahuan bisnis, instruksi manajemen

eksekutif, sejarah kehilangan, tujuan bisnis dan faktor – faktor lingkungan.

c. Teknik kombinasi

2.1.12 Penetapan Penilaian Risiko dan Pengendalian

Menurut Gondodiyoto (2007 : 559), penilaian risiko dan pengendalian

internal dapat dilakukan dengan menggunakan :

a. Matriks Penilaian Risiko

Matriks penilaian risiko adalah metode analisis dengan menghitung

aspek risiko (dampak) dan tingkat keterjadian risiko tersebut, dengan

nilai : L (low) nilai -1, M (medium) nilai -2, H (high) diberi nilai -3.

Teknik perhitungan nilai risiko menggunakan rasio antara dampak

dengan keterjadian :

1. Risiko Kecil (Low) nilainya berkisar antara -1 dan -2, seperti :

a. Jika dampak Low (-1) dan keterjadian Low (-1), maka nilai

risiko adalah - 1, artinya nilai risiko dari dampak dan

keterjadian adalah kecil.

Page 11: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

18

b. Jika dampak Low (-1) dan keterjadian Medium (-2), maka nilai

risiko adalah -2, artinya nilai risiko dari dampak dan keterjadian

adalah kecil.

c. Jika dampak Medium (-2) dan keterjadian Low (-1), maka nilai

risiko adalah -2, artinya nilai risiko dari dampak dan keterjadian

adalah kecil.

2. Risiko Sedang (Medium) nilainya antara -3 dan -4 adalah :

a. Jika dampak Low (-1) dan keterjadian High (-3), maka nilai

risiko adalah -3, artinya nilai risiko dari dampak dan keterjadian

adalah sedang.

b. Jika dampak Medium (-2) dan keterjadian Medium (-2), maka

nilai risiko adalah -4, artinya nilai risiko dari dampak dan

keterjadian adalah sedang.

c. Jika dampak High (-3) dan keterjadian Low (-1), maka nilai

risiko adalah -3, artinya nilai risiko dari dampak dan keterjadian

adalah sedang.

3. Risiko Tinggi (High) nilainya antara -6 dan -9, seperti :

a. Jika dampak Medium (-2) dan keterjadian High (-3), maka nilai

risiko adalah -6, artinya nilai risiko dari dampak dan keterjadian

adalah tinggi.

b. Jika dampak High (-3) dan keterjadian Medium (-2), maka nilai

risiko adalah -6, artinya nilai risiko dari dampak dan keterjadian

adalah tinggi.

Page 12: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

19

c. Jika dampak High (-3) dan keterjadian High (-3), maka nilai

risiko adalah -9, artinya nilai risiko dari dampak dan keterjadian

adalah tinggi.

b. Matriks Penilaian Pengendalian

Matriks penilaian pengendalian adalah metoda analisis desain

(rancangan) dan tingkat efektifitas pengendalian internal. Besarnya

tingkatan efektifitas dan desain (rancangan) dinyatakan dengan : L

(Low) diberi nilai (-1), M (Medium) diberi nilai (-2), dan H (High)

diberi nilai (-3).

Teknik perhitungan dalam matriks penilaian pengendalian

menggunakan fungsi perkalian antara efektifitas dengan desain

(rancangan). Kriteria penilaian dalam matriks pengendalian terdiri

dari :

1. Pengendalian kecil (Low) nilainya berkisar antara -1 dan -2,

seperti :

a. Jika efektifitas Low (-1) dan desain Low (-1), maka nilai

pengendalian adalah -1, artinya nilai pengendalian dari

efektifitas dan desain adalah kecil.

b. Jika efektifitas Low (-1) dan desain Medium (-2), maka nilai

pengendalian adalah -2, artinya nilai pengendalian dari

efektifitas dan desain adalah kecil.

Page 13: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

20

c. Jika efektifitas Medium (-2) dan desain Low (-1), maka nilai

pengendalian adalah -2, artinya nilai pengendalian dari

efektifitas dan desain adalah kecil.

2. Pengendalian sedang (Medium) nilainya antara -3 dan -4, seperti :

a. Jika efektifitas Low (-1) dan desain High (-3), maka nilai

pengendalian adalah -3, artinya nilai pengendalian dari

efektifitas dan desain adalah sedang.Jika efektifitas Medium (-

2) dan desain Medium (-2), maka nilai pengendalian adalah -4,

artinya nilai pengendalian dari efektifitas dan desain adalah

sedang.

b. Jika efektifitas High (-3) dan desain High (-3), maka nilai

pengendalian adalah -3, artinya nilai pengendalian dari

efektifitas dan desain adalah sedang.

3. Pengendalian tinggi (High) nilainya antara -6 dan -9, seperti :

a. Jika efektifitas Medium (-2) dan desain High (-3), maka nilai

pengendalian adalah -6, artinya nilai pengendalian dari

efektifitas dan desain adalah tinggi.

b. Jika efektifitas High (-3) dan desain Medium (-2), maka nilai

pengendalian adalah -6, artinya nilai pengendalian dari

efektifitas dan desain adalah tinggi.

c. Jika efektifitas High (-3) dan desain High (-3), maka nilai

pengendalian adalah -9, artinya nilai pengendalian dari

efektifitas dan desain adalah tinggi.

Page 14: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

21

Penetapan tingkat efektifitas antara risiko dan pengendalian adalah

sebagai berikut :

a. Jika jumlah penilaian risiko dan pengendalian adalah 0, maka

tingkat pengendalian dan risiko adalah normal, artinya setiap

risiko yang terjadi dapat ditanggulangi (dicover) oleh

pengendalian yang ada.

b. Jika jumlah penilaian risiko dan pengendalian positif, maka

pengendalian adalah baik. Tetapi jika nilai pengendalian terlalu

tinggi dibanding risiko, maka kemungkinan akan terjadi

kelebihan pengendalian (over control) yang menyebabkan

terjadinya pemborosan dalam operasional.

c. Jika jumlah penilaian risiko dan pengendalian negatif, maka

pengendalian adalah buruk. Sehingga perlu dilakukan

peningkatan terhadap pengendalian karena risiko yang dihadapi

besar.

2.1.13 Komponen Pengendalian

2.1.13.1 Pengendalian Umum

a. Pengendalian Manajemen Keamanan (Security Management Control)

Menurut Weber (1999 : 256), Pengendalian Manajemen Keamanan

meliputi perlindungan terhadap asset dan fungsi sistem informasi, yang dapat

diimplementasi. Berikut beberapa ancaman terhadap sistem informasi beserta

cara penanganannya:

Page 15: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

22

1. Kebakaran

Tindakan pengamanan untuk ancaman kebakaran adalah :

a. Memiliki alarm kebakaran otomatis yang diletakkan di ruangan

dimana aset – aset sistem informasi berada.

b. Memiliki tabung kebakaran yang diletakkan pada lokasi yang

mudah dijangkau.

c. Gedung tempat penyimpanan aset sistem informasi dibangun dari

bahan yang tahan api.

2. Banjir

Tindakan pengamanan untuk ancaman kebanjiran, antara lain :

a. Memiliki atap, dinding dan lantai yang dibuat dari bahan yang

tahan air.

3. Perubahan tegangan sumber energi

Tindakan pengamanan untuk mengatasi perubahan tegangan sumber

energi listrik, dapat menggunakan stabilizer ataupun Uninterruptible

Power Supply (UPS) yang mampu mengatasi masalah yang terjadi

ketika tegangan listrik tiba – tiba turun.

4. Polusi

Tindakan pengamanan untuk mengantisipasi polusi adalah dengan

membuat situasi kantor bebas debu, tidak memperbolehkan

Page 16: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

23

membawa binatang peliharaan serta melarang pegawai membawa

atau meletakkan minuman di dekat peralatan komputer.

5. Virus dan Worm

Tindakan pengamanan untuk mengantisipasi virus dan worm adalah :

a. Preventif, dapat dengan menginstal anti virus dan di-update

secara berkala, melakukan scan atas file yang akan digunakan.

b. Detektif, melakukan scan secara rutin untuk mendeteksi adanya

virus maupun worm.

c. Korektif, memastikan back up data bebas virus dan worm,

pemakaian anti virus terhadap file yang terinfeksi.

b. Pengendalian Manajemen Operasional (Operational Management Control)

Menurut Gondodiyoto (2007 : 331), pengendalian manajemen

operasional merupakan jenis pengendalian intern yang didesain untuk

pengelolaan sumberdaya dan operasi teknologi informasi ( TI ) pada suatu

organisasi.

Page 17: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

24

Secara keseluruhan Pengendalian Operasional bertanggung jawab

terhadap hal-hal sebagai berikut :

1. Pengoperasian Komputer (Computer Operations)

Tipe pengendalian yang harus dilakukan adalah :

a. Menentukan perawatan terhadap hardware / software

agar dapat berjalan dengan baik.

2. Pengoperasian jaringan ( Network Operation )

Pengendalian yang dilakukan adalah seperti memonitor dan

memelihara jaringan dan pencegahan terhadap akses oleh

pihak yang tidak berwenang. Pengendalian sistem

komunikasi data antara lain jalur komunikasi, Hardware,

Cryptology, Software.

3. Persiapan dan Pengentrian data ( Preparation and Entry Data )

Fasilitas – fasilitas yang ada harus dirancang untuk memiliki

kecepatan dan keakuratan data serta telah dilakukan pelatihan

terhadap pengentrian data.

4. Documentation and Program Library

Orang yang bertanggung jawab atas dokumentasi mempunyai

beberapa fungsi yang harus dilakukan yaitu :

a. Memastikan bahwa semua dokumentasi disimpan

Page 18: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

25

secara aman.

b. Memastikan bahwa hanya orang yang mempunyai

otorisasi saja yang bisa mengakses dokumentasi.

7. Help Desk / Technical Support

Ada dua fungsi utama help desk / technical support yaitu :

a. Membantu end user dalam menggunakan hardware

dan softwareyang berhubungan dengan end user

seperti microcomputer, spreadsheet packages, database

management packages, dan local area networks.

b. Menyediakan technical support untuk sistem produksi

dengan dilengkapi suatu penyelesaian masalah yang

berhubungan dengan hardware, software, dan database.

Menurut Gondodiyoto (2007 : 331), pengendalian manajemen operasi

diterapkan dengan mencakup hal – hal sebagai berikut :

a. Pemisahan tugas dan fungsi.

b. Pengendalian personil.

c. Pengendalian perangkat keras.

d. Pengendalian jaringan.

Page 19: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

26

e. Manajemen operasi.

Programming management bertanggung jawab dalam proses

pemrograman sistem yang baru, merawat sistem lama dan menyediakan

perangkat lunak ( Software ) pendukung.

2.1.13.2 Pengendalian Aplikasi

a. Boundary Control

Weber (1999 : 370), menyatakan bahwa Subsistem boundary

menghubungkan antara user dengan sistem komputer dan dengan komputer itu

sendiri, mengendalikan sifat dan fungsi pengendalian akses. Pengendalian

dalam subsistem boundary mempunyai tiga tujuan yaitu :

1. Untuk memastikan bahwa pemakai komputer adalah

orang yang berwenang.

2. Untuk memastikan bahwa identitas yang diberikan oleh

pemakai benar.

3. Untuk membatasi tindakan yang dapat dilakukan pemakai

saat menggunakan komputer ketika melakukan tindakan

otorisasi.

Menurut Weber (1999) terdapat beberapa jenis pengendalian batasan

diantaranya adalah :

1. Access Control

Jenis kontrol yang digunakan pada subsistem boundary adalah kontrol

Page 20: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

27

akses. Kontrol akses melarang pemakaian komputer yang tidak

berwenang, membatasi tindakan yang dapat dilakukan oleh pemakai, dan

memastikan bahwa pemakai hanya memperoleh sistem komputer yang

asli.

2. Personel Identification Numbers

PIN adalah teknik yang digunakan secara luas untuk mengidentifikasikan

individu. Sebuah PIN merupakan password yang sederhana, biasanya

merupakan nomor rahasia seseorang yang berhubungan dengan individu

tersebut dan digunakan untuk verifikasi keotentikan individu.

3. Audit Trail Control

Diketahui ada dua jenis jejak audit yang harus ada pada subsistem

Boundary, yaitu :

1. Jejak audit akuntansi untuk menjaga catatan setiap

kejadian pada subsistem.

2. Jejak audit operasional untuk menjaga catatan pemakaian

sumber daya yang berhubungan dengan setiap kejadian dan

subsistem.

b. Input Control

Menurut Weber (1999 : 420), Pengendalian input bertanggung jawab

untuk mengirimkan data dan instruksi dari pengguna kepada sistem

aplikasi. Input merupakan salah satu tahap dalam sistem komputerisasi

yang paling krusial dan mengandung risiko. Risiko yang dihadapi

Page 21: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

28

misalnya:

1. Data transaksi yang ditulis oleh pelaku transaksi salah ( error).

2. Kesalahan pengisian dengan kesengajaan.

3. Penulisan tidak jelas sehingga dibaca salah oleh

orang lain.

Tipe pengendalian yang berhubungan dengan

pengendalian input, yaitu :

1. Data input Methods

Mengingat bahwa cara yang dilakukan oleh auditor untuk mengevaluasi

control terhadap sistem aplikasi adalah dengan menelusuri jenis – jenis

transaksi pada sistem, maka untuk dapat melakukan tugas itu dengan

baik mereka harus mengerti bagaimana cara sistem tersebut bekerja

terutama pada proses input data.

Dengan cara memahami metode input data yang digunakan pada aplikasi

maka auditor dapat mengembangkan cara pengendalian terhadap kekuatan

maupun kelemahan dari input subsistem tersebut.

2. Source Document Design

Beberapa dokumen data menggunakan dokumen sumber untuk mencatat

data yang akan dimasukkan pada komputer. Sumber daya dokumen

digunakan bila terdapat interval waktu antara waktu terjadinya data dengan

waktu input berbeda. Proses desain sumber data dimulai setelah analisis

terhadap sumberdaya yang telah dilakukan, apa saja data yang akan

direkam pada sumber data tersebut, bagaimana cara data tersebut

Page 22: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

29

direkam, siapa yang akan merekam data, bagaimana data tersebut

disiapkan dan dimasukkan dalam komputer dan bagaimana data tersebut

ditangani, disimpan dan diarsip.

3. Data Entry Screen Design

Jika data dimasukkan ke dalam monitor, maka diperlukan desain yang

berkualitas terhadap layar tampilan masukkan data (Data input) agar

mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan dan agar tercapainya

efektif dan efisien masukkan data pada subsistem input.

4. Check Digits

Pada beberapa kasus kesalahan pengetikan data dapat berdampak serius.

Pengendalian data yang digunakan untuk menjaga terjadinya kesalahan

adalah dengan melakukan check digit. Check digit ini biasanya digunakan

pada berbagai aplikasi untuk mendeteksi kesalahan, seperti pada proses

kartu kredit, proses rekening bank dan lain – lain.

5. Batch Control

Cara kontrol yang mudah dan efektif untuk melakukan pengendalian

terhadap masukkan data (Data input) adalah batch control. Batching

adalah proses pembentukkan suatu transaksi yang memiliki hubungan satu

sama lainnya.

6. Validation of Data Input

Data yang dimasukkan pada aplikasi harus segera divalidasikan setelah

diinput.

Page 23: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

30

7. Instruction Input

Memastikan bahwa kuantitas dari data input. Data masukkan cenderung

untuk mengikuti pola yang telah terstandarisasi.

8. Audit trial Control

Jejak audit pada subsistem input memelihara kronologis kejadian data dari

waktu ke waktu dan instruksi yang diterima serta yang dimasukkan pada

sistem aplikasi sampai pada waktu penentuan data tersebut valid dan dapat

dikirim kepada subsistem yang lain, yang terdapat pada aplikasi.

c.Output Control

Menurut Weber (1999:615), Pengendalian output menyediakan fungsi

yang menentukan isi data yang akan tersedia bagi pengguna, cara data

diubah dan dipresentasikan kepada pengguna, dan cara data akan

disediakan dan didistribusikan ke pengguna.

Ada beberapa pengendalian yang harus diperhatikan dalam

melakukan pengendalian atas output yang dihasilkan, yaitu :

1. Stationery supplies storage controls

Orang yang menggunakan printer untuk mencetak laporan biasanya

memiliki jumlah formulir preprinted yang cukup banyak, sebagai contoh

invoice untuk memudahkan kontrol terhadap formulir tersebut penggunaan

warna kertas dapat dilakukan sehingga memudahkan pencarian dan

pemakaian formulir tersebut.

2. Report program execution controls

Auditor harus memperhatikan tiga hal yang berhubungan dengan

Page 24: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

31

pelaksanaan program pembuatan laporan, yaitu :

1. Hanya orang yang memiliki wewenang saja yang dapat

menjalankan program.

2. Wewenang yang diberikan kepada orang yang dapat

menjalankan perintah pembuatan laporan harus sesuai dengan

kebutuhan. Jadi laporan dibuat selengkap mungkin sesuai

dengan kebutuhan yang memerlukan laporan tersebut.

3. Program pembuatan laporan yang menghasilkan laporan

dalam jumlah banyak harus memiliki fasilitas checkpoint /

restart.

3. Printing controls

Kontrol terhadap pencetakan laporan memiliki tiga tujuan, yaitu :

1. Untuk mencegah pihak yang tidak berwenang melihat data

sensitif yang terkandung pada laporan tersebut.

2. Untuk memastikan bahwa kontrol yang tepat telah dilakukan pada

proses pencetakan laporan.

4. Report collection controls

Ketika output sudah dihasilkan maka harus diperhatikan keamanannya

agar output tidak hilang, diambil oleh pihak yang tidak berwenang.

5,User / client services review controls

Sebelum output dikirim ke pemakai, maka perlu dilakukan pemeriksaan

atas kualitas output yang dihasilkan. Pemeriksaan yang bisa dilakukan

dapat berupa pemeriksaan atas nomor halaman yang tidak tercetak

Page 25: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

32

karena printer kehabisan tinta, kualitas tulisan, media penyimpanan

telah diberi label yang memadai, halaman laporan yang hilang, dan

halaman laporan yang tercetak miring.

6. Report distribution controls

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan dalam pengiriman laporan ke

pemakai, yaitu :

1. Output harus disimpan pada tempat yang terkunci dan

terjangkau oleh pemakai.

7. User output controls

Pemakai dapat dilibatkan untuk melakukan kontrol terhadap output yang

dihasilkan karena pemakai sudah terbiasa dengan output yang mereka

terima maka sangat mudah bagi mereka untuk mengetahui terjadinya

kesalahan pada output.

8.Storage controls

Ada tiga hal utama yang harus dilakukan sehubungan dengan media

penyimpanan output, yaitu :

1. Output harus disimpan ditempat yang mudah dijangkau

sehingga bila output tersebut diperlukan mudah untuk ditemukan.

2. Output harus disimpan dengan aman.

3. Kontrol terhadap keluar masuk output harus dilakukan bila

output menggunakan mekanisme kontrol persediaan.

9. Retention controls

Keputusan tentang berapa lama output disimpan harus dilakukan.

Page 26: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

33

2.2 Teori – Teori Khusus

2.2.1 Koperasi

Undang-Undang (UU) No. 25 tahun 1992 pasal 1 ayat 1, mendefinisikan

koperasi sebagai badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan

hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prisnsip koperasi

sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.

Menurut International labor organization (ILO) (Subandi, 2010 : 18),

koperasi ialah suatu kumpulan orang, biasanya yang memiliki kemampuan

ekonomi terbatas, yang melalui suatu bentuk perusahaan yang diawasi secara

demokratis, masing-masing memberikan sumbangan yang setara terhadap modal

yang diperlukan dan bersedia menanggung risiko serta menerima imbalan yang

sesuai dengan usaha yang mereka lakukan.

2.2.2 Koperasi Simpan Pinjam

Menurut Burhanuddin (2010 : 14) Koperasi simpan pinjam adalah

koperasi yang didirikan guna memberikan kesempatan kepada para anggotanya

untuk memperoleh pinjaman atas dasar kebaikan.

Menurut Rudianto (2006 : 76) koperasi simpan pinjam adalah koperasi

yang kegiatannya untuk menghimpun dana dan menyalurkan melalui kegiatan

Page 27: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

34

simpan pinjam dari dan untuk anggota koperasi yang bersangkutan, calon

anggota koperasi yang bersangkutan, koperasi lain dan atau anggotanya.

2.2.3 Syarat untuk pendirian koperasi simpan pinjam

1. Dua rangkap salinan akta pendirian koperasi dari notaris (NPAK).

2. Berita acara rapat pendirian koperasi.

3. Daftar hadir rapat pendirian koperasi.

4. Fotocopy KTP pendiri (urutannya disesuaikan dengan daftar hadir agar

mempermudah pada saat verifikasi).

5. Kuasa pendiri (pengurus terpilih) untuk mengurus permohonan pengesahan

pembentuka koperasi.

6. Surat bukti penyetoran modal sendiri pada awal pendirian KSP berupa deposito

pada bank pemerintah atas nama menteri Negara koperasi dan UKM, dilengkapi

dengan bukti penyetoran dari anggota kepada koperasi.

7. Rencana kerja koperasi minimal 3 (tiga) tahun kedepan (rencana permodalan,

neraca awal, rencana kegiatan usaha (business plan), rencana bidang organisasi

& SDM).

8. Kelengkapan administrasi organisasi dan pembukuan.

9. Daftar susunan pengurus dan pengawas.

10. Nama dan riawayat hidup calon pengelola yang dilengkapi dengan :

a. Bukti telah mengikuti pelatihan / magang usaha simpan pinjam koperasi.

Page 28: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

35

b. Surat keterangan berkelakukan baik.

c. Surat pernyataan tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah dan semenda

dengan pengurus dan pengawas.

d. Surat pernyataan pengelola tentang kesediaannya untuk bekerja secara purna

waktu.

11. Surat pernyataan tidak mempunyai hubungan keluarga antara pengurus.

12. Daftar sarana kerja.

13. Permohonan ijin menyelenggarakan usaha simpan pinjam.

14. Surat pernyataan bersedia untuk diperiksa dan dinilai kesehatan koperasinya oleh

pejabat yang berwenang.

15. Surat pernyataan status kantor koperasi dan bukti pendukungnya.

16. Struktur organisasi KSP.

2.2.4 Tambahan persyaratan pendirian koperasi apabila memiliki usaha unit

simpan pinjam (USP)

1. Surat bukti penyetoran modal sendiri pada awal pendirian, berupa deposito

pada bank pemerintah atas nama menteri Negara koperasi dan UKM.

2. Rencana kerja paling sedikit 3 (tiga) tahun.

3. Kelengkapan administrasi organisasi & pembukuan USP dikelola secara

khusus dan terpisah dari pembukuan koperasinya.

4. Nama dan riwayat hidup pengurus dan pengawas.

Page 29: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

36

5. Surat perjanjian kerja antara pengurus koperasi dengan pengelola USP

koperasi.

6. Nama dan riwayat hidup calon pengelola yang dilengkapi dengan :

a. Bukti telah mengikuti pelatihan / magang usaha simpan pinjam koperasi.

b. Surat keterangan berkelakuan baik.

c. Surat pernyataan tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah dan

semenda dengan pengurus dan pengawas.

d. Surat pernyataan pengelola tentang kesediaannya untuk bekerja secara

purna waktu.

7. Permohonan ijin menyelenggarakan usaha simpan pinjam.

8. Surat pernyataan bersedia untuk diperiksa dan dinilai kesehatan USP

koperasinya oleh pejabat yang berwenang.

9. Struktur organisasi usah unit simpan pinjam (USP).

2.2.5 Pelaksanaan Kegiatan Koperasi Simpan Pinjam

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang pelaksanaan

kegiatan usaha simpan pinjam oleh koperasi, Presiden Republik Indonesia,

menimbang :

a. Bahwa untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan anggota

koperasi, maka kegiatan usaha simpan pinjam perlu ditumbuhkan dan

dikembangkan;

Page 30: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

37

b. Bahwa kegiatan sebagaimana dimaksud huruf a harus dikelola secara

berdaya guna dan berhasil guna;

c. Bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas dan sebagai

pelaksanaan Pasal 44 Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

Perkoperasian, maka dipandang perlu untuk mengatur kegiatan usaha

simpan pinjam oleh Koperasi dalam Peraturan Pemerintah;

Mengingat :

1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945

2. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian

(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 3502);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG

PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH

KOPERASI.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Page 31: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

38

Pasal 1

Yang dimaksud dalam Peraturan Pemerintah ini dengan:

1. Kegiatan usaha simpan pinjam adalah kegiatan yang dilakukan

untuk menghimpun dana dan menyalurkannya melalui kegiatan

usaha simpan pinjam dari dan untuk anggota koperasi yang

bersangkutan, calon anggota koperasi yang bersangkutan,

koperasi lain dan atau anggotanya.

2. Koperasi Simpan Pinjam adalah koperasi yang kegiatannya hanya

usaha simpan pinjam.

3. Unit Simpan Pinjam adalah unit koperasi yang bergerak di bidang

usaha simpan pinjam, sebagai bagian dari kegiatan usaha

Koperasi yang bersangkutan.

4. Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh anggota, calon

anggota, koperasi-koperasi lain dan atau anggotanya kepada

koperasi dalam bentuk tabungan, dan simpanan koperasi

berjangka.

5. Simpanan Berjangka adalah simpanan di koperasi yang

penyetorannya dilakukan sekali dan penarikannya hanya dapat

dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara

penyimpan dengan koperasi yang bersangkutan.

6. Tabungan Koperasi adalah simpanan di koperasi yang

Page 32: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

39

penyetorannya dilakukan berangsur-angsur dan penarikannya

hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati

antara penabung dengan koperasi yang bersangkutan dengan

menggunakan Buku Tabungan Koperasi.

7. Pinjaman adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan pinjam-meminjam antara Koperasi dengan pihak

lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya

setelah jangka waktu tertentu disertai dengan pembayaran

sejumlah imbalan.

8. Menteri adalah Menteri yang membidangi koperasi.

BAB II

ORGANISASI

Bagian Pertama

Bentuk Organisasi

Pasal 2

1) Kegiatan usaha simpan pinjam hanya dilaksanakan oleh Koperasi

Simpan Pinjam atau Unit Simpan Pinjam.

2) Koperasi Simpan Pinjam dapat berbentuk Koperasi Primer atau

Koperasi Sekunder.

Page 33: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

40

3) Unit Simpan Pinjam dapat dibentuk oleh Koperasi Primer atau

Koperasi Sekunder.

Bagian Kedua

Pendirian

Pasal 3

1) Pendirian Koperasi Simpan Pinjam dilaksanakan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan mengenai persyaratan dan tata

cara pengesahan Akta Pendirian dan perubahan Anggaran Dasar

Koperasi.

2) Permintaan pengesahan Akta Pendirian Koperasi Simpan Pinjam

diajukan sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) dengan tambahan lampiran:

a) Rencana kerja sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun

b) Administrasi dan pembukuan;

c) Nama dan riwayat hidup calon Pengelola

d) Daftar sarana kerja.

e) Pengesahan Akta Pendirian Koperasi Simpan Pinjam

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) berlaku

sebagai izin usaha.

Page 34: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

41

Pasal 4

1) Permintaan pengesahan Akta Pendirian Koperasi yang membuka

Unit Simpan Pinjam diajukan sesuai dengan ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dan ayat (2).

2) Pengesahan Akta Pendirian Koperasi sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) berlaku sebagai izin usaha.

Pasal 5

1) Koperasi yang sudah berbadan hukum dan akan memperluas

usahanya di bidang simpan pinjam wajib mengadakan perubahan

Anggaran Dasar dengan mencantumkan usaha simpan pinjam

sebagai salah satu usahanya.

2) Tatacara perubahan Anggaran Dasar dilaksanakan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3) Permintaan pengesahan perubahan Anggaran Dasar diajukan

dengan disertai tambahan lampiran sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3 ayat (2).

Page 35: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

42

4) Pengesahan perubahan Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud

dalam ayat (2) berlaku sebagai izin usaha. Bagian Ketiga Jaringan

Pelayanan

Pasal 6

1) Untuk meningkatkan pelayanan kepada anggota, Koperasi Simpan

Pinjam dan Unit Simpan Pinjam dapat membuka jaringan

pelayanan simpan pinjam.

2) Jaringan pelayanan simpan pinjam sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) berupa :

a) Kantor Cabang yang berfungsi mewakili Kantor Pusat

dalam menjalankan kegiatan usaha untuk menghimpun

dana dan penyalurannya serta mempunyai wewenang

memutuskan pemberian pinjaman.

b) Kantor Cabang Pembantu yang berfungsi mewakili Kantor

Cabang dalam menjalankan kegiatan usaha untuk

menghimpun dana dan penyalurannya serta mempunyai

wewenang menerima permohonan pinjaman tetapi tidak

mempunyai wewenang untuk memutuskan pemberian

pinjaman;

Page 36: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

43

c) Kantor Kas yang berfungsi mewakili Kantor Cabang

dalam menjalankan kegiatan usaha untuk menghimpun

dana.

Pasal 7

1) Pembukaan Kantor Cabang harus memperoleh persetujuan dari

Menteri.

2) Pembukaan Kantor Cabang Pembantu dan Kantor Kas tidak

diperlukan persetujuan Menteri tetapi harus dilaporkan kepada

Menteri paling lambat 1 (satu) bulan terhitung sejak pembukaan

kantor.

BAB III

PENGELOLAAN

Pasal 8

1) Pengelolaan kegiatan usaha simpan pinjam dilakukan oleh

Pengurus.

2) Pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat

dilakukan oleh Pengelola yang diangkat oleh Pengurus.

3) Pengelola sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) bertanggung

jawab kepada Pengurus.

Page 37: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

44

4) Pengelola sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat berupa

perorangan atau badan usaha, termasuk yang berbentuk badan

hukum.

5) Dalam melaksanakan pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam

ayat (2), Pengelola wajib mengadakan kontrak kerja dengan

Pengurus.

Pasal 9

1) Dalam hal Pengelola adalah perorangan, wajib memenuhi

persyaratan minimal sebagai berikut:

a) Tidak pernah melakukan tindakan tercela di bidang

keuangan dan atau dihukum karena terbukti melakukan

tindak pidana di bidang keuangan;

b) Memiliki akhlak dan moral yang baik;

c) Mempunyai keahlian di bidang keuangan atau pernah

mengikuti pelatihan simpan pinjam atau magang dalam

usaha simpan pinjam.

2) Dalam hal Pengelola adalah badan usaha wajib memenuhi

persyaratan minimal sebagai berikut:

a) Memiliki kemampuan keuangan yang memadai;

b) Memiliki tenaga managerial yang berkualitas baik.

Page 38: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

45

Pasal 10

Dalam hal Pengurus secara langsung melakukan pengelolaan terhadap

usaha simpan pinjam maka berlaku ketentuan mengenai persyaratan

Pengelola sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1).

Pasal 11

a) Dalam hal pengelolaan dilakukan oleh lebih dari 1 (satu)

orang, maka:sekurang-kurangnya 50% (lima puluh

perseratus) dari jumlah Pengelola wajib mempunyai

keahlian di bidang keuangan atau pernah mengikuti

pelatihan di bidang simpan pinjam atau magang dalam

usaha simpan pinjam.

b) Di antara Pengelola tidak boleh mempunyai hubungan

keluarga sampai derajat ke satu menurut garis lurus ke

bawah maupun ke samping.

Pasal 12

Page 39: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

46

1) Pengelolaan Unit Simpan Pinjam dilakukan secara terpisah dari

unit usaha lainnya.

2) Pendapatan Unit Simpan Pinjam setelah dikurangi biaya

penyelenggaraan kegiatan unit yang bersangkutan, dipergunakan

untuk keperluan sebagai berikut:

a) Dibagikan kepada anggota secara berimbang berdasarkan

nilai transaksi;

b) Pemupukan modal Unit Simpan Pinjam;

c) Membiayai kegiatan lain yang menunjang Unit Simpan

Pinjam.

3) Sisa pendapatan Unit Simpan Pinjam setelah dikurangi biaya dan

keperluan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), diserahkan

kepada koperasi yang bersangkutan untuk dibagikan kepada

seluruh anggota koperasi.

4) Pembagian dan penggunaan keuntungan Unit Simpan Pinjam

diajukan oleh Pengurus Unit Simpan Pinjam untuk mendapat

persetujuan para anggota yang telah mendapat pelayanan dari Unit

Simpan Pinjam.

Pasal 13

1) Sisa Hasil Usaha yang diperoleh Koperasi Simpan Pinjam setelah

dikurangi dana cadangan, dipergunakan untuk :

Page 40: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

47

a) Dibagikan kepada anggota secara berimbang berdasarkan

jumlah dana yang ditanamkan sebagai modal sendiri pada

koperasi dan nilai transaksi;

b) Membiayai pendidikan dan latihan serta peningkatan

ketrampilan;

c) Insentip bagi Pengelola dan karyawan;

d) Keperluan lain untuk menunjang kegiatan koperasi.

2) Penentuan prioritas atau besarnya dana untuk penggunaan

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, b, c, dan d

diputuskan oleh Rapat Anggota.

Pasal 14

1) Dalam menjalankan usahanya, Penglola wajib memperhatikan

aspek permodalan, likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas guna

menjaga kesehatan usaha dan menjaga kepentingan semua pihak

yang terkait.

2) Aspek permodalan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

a) Modal sendiri koperasi tidak boleh berkurang jumlahnya

dan harus ditingkatkan;

b) Setiap pembukaan jaringan pelayanan, harus disediakan

tambahan modal sendiri;

Page 41: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

48

c) Antara modal sendiri dengan modal pinjaman dan modal

penyertaan harus berimbang.

3) Aspek likuiditas yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

a) Penyediaan aktiva lancar yang mencukupi untuk

memenuhi kewajiban jangka pendek;

b) Ratio antara pinjaman yang diberikan dengan dana yang

telah dihimpun.

4) Aspek solvabilitas yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

a) Penghimpunan modal pinjaman dan modal penyertaan

didasarkan pada kemampuan membayar kembali;

b) Ratio antara modal pinjaman dan modal penyertaan

dengan kekayaan harus berimbang.

5) Aspek rentabilitas yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

a) Rencana perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) atau

keuntungan ditetapkan dalam jumlah yang wajar untuk

dapat memupuk permodalan,pengembangan usaha,

pembagian jasa anggota dengan tetap mengutamakan

kualitas pelayanan;

b) Ratio antara Sisa Hasil Usaha (SHU) atau keuntungan

dengan aktiva harus wajar.

Page 42: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

49

6) Untuk menjaga kesehatan usaha, Koperasi Simpan Pinjam atau

Unit Simpan Pinjam tidak dapat menghipotekkan atau

menggadaikan harta kekayaannya.

7) Pelaksanaan ketentuan ayat (1) sampai dengan ayat (5) diatur

lebih lanjut oleh Menteri.

Pasal 15

1) Pengelola Koperasi berkewajiban merahasiakan segala sesuatu

yang berhubungan dengan simpanan berjangka dan tabungan

masing-masing penyimpan kepada pihak ketiga dan kepada

anggota secara perorangan, kecuali dalam hal yang diperlukan

untuk kepentingan proses peradilan dan perpajakan.

2) Permintaan untuk mendapatkan keterangan mengenai simpanan

berjangka dan tabungan sehubungan dengan ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diajukan oleh pimpinan

instansi yang menangani proses peradilan atau perpajakan kepada

Menteri.

BAB IV

PERMODALAN

Pasal 16

Page 43: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

50

1) Koperasi Simpan Pinjam wajib menyediakan modal sendiri dan

dapat ditambah dengan modal penyertaan.

2) Koperasi yang memiliki Unit Simpan Pinjam wajib menyediakan

sebagian modal dari koperasi untuk modal kegiatan simpan

pinjam.

3) Modal Unit Simpan Pinjam sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)

berupa modal tetap dan modal tidak tetap.

4) Modal Unit Simpan Pinjam dikelola secara terpisah dari unit

lainnya dalam Koperasi yang bersangkutan.

5) Jumlah modal sendiri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan

modal tetap Unit Simpan Pinjam sebagaimana dimaksud dalam

ayat (3) tidak boleh berkurang jumlahnya dari jumlah yang

semula.

6) Ketentuan mengenai modal yang disetor pada awal pendirian

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (3) diatur lebih

lanjut oleh Menteri.

Pasal 17

1) Selain modal sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 16,

Koperasi Simpan Pinjam dapat menghimpun modal pinjaman

dari:

a) Anggota;

Page 44: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

51

b) Koperasi lainnya dan atau anggotanya

c) Bank dan lembaga keuangan lainnya;

d) Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya;

e) Sumber lain yang sah.

2) Unit Simpan Pinjam melalui Koperasinya dapat menghimpun

modal pinjaman sebagai modal tidak tetap dari:

a) Anggota;

b) Koperasi lainnya dan atau anggotanya;

c) Bank dan lembaga keuangan lainnya

d) Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya;

e) Sumber lain yang sah.

3) Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya dilakukan dengan

memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang

pasar modal.

BAB V

KEGIATAN USAHA

Pasal 18

1) Kegiatan usaha simpan pinjam dilaksanakan dari dan untuk

anggota, calon anggota koperasi yang bersangkutan, koperasi lain

dan atau anggotanya.

Page 45: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

52

2) Calon anggota koperasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),

dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan setelah melunasi simpanan

pokok harus menjadi anggota.

Pasal 19

1) Kegiatan Usaha Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam

adalah:

a) Menghimpun simpanan koperasi berjangka dan tabungan

koperasi dari anggota dan calon anggotanya, koperasi lain

dan atau anggotanya;

b) Memberikan pinjaman kepada anggota, calon anggotanya,

koperasi lain dan atau anggotanya.

2) Dalam memberikan pinjaman, Koperasi Simpan Pinjam dan Unit

Simpan Pinjam wajib memegang teguh prinsip pemberian

pinjaman yang sehat dengan memperhatikan penilaian kelayakan

dan kemampuan pemohon pinjaman.

3) Kegiatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam dalam

melayani koperasi lain dan atau anggotanya sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) dilakukan berdasarkan perjanjian

kerjasama antar koperasi.

Page 46: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

53

Pasal 20

1) Dalam melaksanakan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 19 huruf b, Koperasi Simpan Pinjam dan Unit

Simpan Pinjam mengutamakan pelayanan kepada anggota.

2) Apabila anggota sudah mendapat pelayanan pinjaman sepenuhnya

maka calon anggota dapat dilayani.

3) Apabila anggota dan calon anggota sudah mendapat pelayanan

sepenuhnya, koperasi lain dan anggotanya dapat dilayani

berdasarkan perjanjian kerjasama antar koperasi yang

bersangkutan.

4) Pinjaman kepada anggota koperasi lain sebagaimana dimaksud

dalam ayat (3) diberikan melalui koperasinya.

Pasal 21

1) Rapat Anggota menetapkan ketentuan mengenai batas maksimum

pemberian pinjaman baik kepada anggota, calon anggota, koperasi

lain dan atau anggotanya.

Page 47: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

54

2) Ketentuan mengenai batas maksimum pinjaman kepada anggota

berlaku pula bagi pinjaman kepada Pengurus dan Pengawas.

Pasal 22

1) Dalam hal terdapat kelebihan dana yang telah dihimpun, setelah

melaksanakan kegiatan pemberian pinjaman sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf b, Koperasi Simpan

Pinjam dan Unit Simpan Pinjam dapat:

a) Menempatkan dana dalam bentuk giro, deposito berjangka,

tabungan, sertifikat deposito pada bank dan lembaga

keuangan lainnya;

b) Pembelian saham melalui pasar modal;

c) Mengembangkan dana tabungan melalui sarana investasi

lainnya.

2) Ketentuan mengenai penempatan dana sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Menteri.

Pasal 23

1) Penghimpunan dan penyaluran dana sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 17 dan Pasal 19 dilakukan dengan pemberian imbalan.

Page 48: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

55

2) Imbalan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditentukan oleh

Rapat Anggota.

Pasal 25

Untuk terciptanya usaha simpan pinjam yang sehat, Menteri menetapkan

ketentuan tentang prinsip kesehatan dan prinsip kehati-hatian usaha

koperasi.

Pasal 26

1) Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam melalui

koperasi yang bersangkutan wajib menyampaikan laporan berkala

dan tahunan kepada Menteri.

2) Neraca dan Perhitungan Laba/Rugi tahunan bagi Koperasi Simpan

Pinjam dan Unit Simpan Pinjam tertentu wajib terlebih dahulu

diaudit oleh akuntan publik dan diumumkan.

3) Tatacara dan pelaksanaan dari ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur oleh Menteri.

Pasal 27

Page 49: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

56

1) Menteri dapat melakukan pemeriksaan terhadap Koperasi Simpan

Pinjam dan Unit Simpan Pinjam, baik secara berkala maupun

setiap waktu apabila diperlukan.

2) Dalam hal terjadi pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1), Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam wajib

memberikan kesempatan bagi pemeriksaan buku-buku dan berkas-

berkas yang ada padanya, serta wajib memberikan bantuan yang

diperlukan dalam rangka memperoleh kebenaran dari segala

keterangan, dokumen dan penjelasan yang dilaporkan oleh

Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam yang

bersangkutan.

Pasal 28

1) Dalam hal Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam

mengalami kesulitan yang mengganggu kelangsungan usahanya,

Menteri dapat memberikan petunjuk kepada Pengurus untuk

melakukan tindakan sebagai berikut:

a) Penambahan modal sendiri dan atau modal penyertaan;

b) Penggantian Pengelola;

c) Penggabungan dengan koperasi lain;

Page 50: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewAuditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien (yaitu terhadap

57

d) Penjualan sebagian aktiva tetap;

e) Tindakan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

2) Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam dianggap

mengalami kesulitan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),

apabila mengalami salah satu atau gabungan dari hal-hal sebagai

berikut:

a) Terjadi penurunan modal dari jumlah modal yang

disetorkan pada waktu pendirian;

b) Penyediaan aktiva lancar tidak mencukupi untuk

memenuhi kewajiban jangka pendek;

c) Jumlah pinjaman yang diberikan lebih besar dari jumlah

simpanan berjangka dan tabungan;

d) Mengalami kerugian

e) Pengelola melakukan penyalahgunaan keuangan;

f) Pengelola tidak melaksanakan tugasnya.

3) Dalam hal kesulitan tidak dapat diatasi, Koperasi Simpan Pinjam

dan Unit Simpan Pinjam dapat dibubarkan sesuai dengan

ketentuan dalam peraturan perundang-undangan ini.