bab 2 ichwan

36
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep TB 2.1.1 Definisi TB adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Misnadiarly, 2006). 2.1.2 Etiologi Mycobacterium tuberculosis adalah suatu jenis bakteri yang berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, sehingga disebut Basil Tahan Asam (BTA). Mycobacterium Tuberculosis memiliki dinding yang sebagian besar terdiri atas lipid, kemudian peptidoglikan dan arabinomannan (PPTI, 2012). Lipid ini yang membuat bakteri lebih tahan asam dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Bakteri ini dapat hidup dalam udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es), tetapi ia tidak tahan terhadap sinar 10

Upload: aldan-rahmad-noer

Post on 14-Dec-2015

246 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hdfhsdvashvfterfbdshgb sjfh

TRANSCRIPT

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep TB

2.1.1 Definisi

TB adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB

(Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi

dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Misnadiarly, 2006).

2.1.2 Etiologi

Mycobacterium tuberculosis adalah suatu jenis bakteri yang berbentuk

batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan,

sehingga disebut Basil Tahan Asam (BTA). Mycobacterium Tuberculosis

memiliki dinding yang sebagian besar terdiri atas lipid, kemudian peptidoglikan

dan arabinomannan (PPTI, 2012). Lipid ini yang membuat bakteri lebih tahan

asam dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Bakteri ini dapat

hidup dalam udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-

tahun dalam lemari es), tetapi ia tidak tahan terhadap sinar matahari. Dalam

jaringan tubuh bakteri ini dapat dormant (tertidur) selama beberapa tahun. Bakteri

ini dapat bangkit kembali sehingga menjadikan penyakit TB menjadi aktif lagi

(Misnadiarly, 2006).

Sifat lain bakteri ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa bakteri

lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Tekanan oksigen

pada bagian apikal paru lebih tinggi dari bagian lain, sehingga bagian apikal ini

merupakan tempat predileksi tertinggi penyakit TB paru (Sudoyo, 2009).

10

11

2.1.3 Cara penularan

Mycobacterium Tuberculosis (MT) ditularkan dari orang ke orang melalui

jalan pernapasan. Sumber penularan TB paru adalah pasien TB BTA positif. Pada

waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk

droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan pada

suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut

terhirup kedalam saluran pernapasan. Setelah kuman tuberkulosis masuk kedalam

tubuh manusia melalui pernapasan, kuman tuberkulosis tersebut dapat menyebar

ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe,

saluran pernapasan atau menyebar langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya

(Price, 2006).

Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman

yang ditularkan dari parunya, makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan

dahak, makin menular penderita tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang

terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dahak dalam udara dan

lamanya menghirup udara tersebut (Depkes RI, 2009).

Faktor risiko yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi

penderita TB adalah mereka yang tinggal berdekatan dengan orang yang terinfeksi

aktif, memiliki daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya mereka yang

kekurangan gizi, orang berusia lanjut, bayi atau mereka yang mengidap

HIV/AIDS (Depkes RI, 2009).

12

2.1.4 Manifestasi klinis

Manifestasi klinis yang menunjukkan penyakit TB Paru adalah (Aditama,

2008) :

1. Manifestasi respiratorik

- batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih

- dahak bercampur darah dan batuk darah

- sesak nafas dan nyeri dada

2. Manifestasi sistemik

- berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas

- demam meriang lebih dari 1 bulan

- berkeringat malam walaupun tanpa aktifitas

- badan lemah, nafsu makan menurun, dan malaise

2.1.5 Diagnosis

2.1.5.1 Diagnosis TB pada orang dewasa

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai

keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak

untuk penegakan diagnosis pada semua suspek TB dilakukan dengan

mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan

yang berurutan berupa dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS) (Menkes RI, 2009) :

1) S (sewaktu):

Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali.

Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan

dahak pagi pada hari kedua.

13

2) P (pagi):

Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun

tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK.

3) S (sewaktu):

Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak

pagi.

Interpretasi hasil pemeriksaan dahak SPS dari 3 kali pemeriksaan tersebut

ialah bila (PDPI, 2006) :

a) 3 positif atau 2 positif dan1 negatif = BTA positif.

b) 1 positif dan 2 negatif = ulang pemeriksaan. Kemudian, bila tetap 1 positif

dan 2 negatif = BTA positif. Tapi bila 3 negatif = BTA negatif.

Interpretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD

rekomendasi WHO. Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis

and Lung Disease) yaitu (PDPI, 2006) :

a) Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif.

b) Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman

yang ditemukan.

c) Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+).

d) Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ (2+).

e) Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ (3+).

Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya

kuman TB (BTA) pada dahak. Pada program TB nasional, penemuan BTA

melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama.

14

Pemeriksaan lain seperti foto torak, biakan, dan uji kepekaan dapat digunakan

sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Tidak

dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto torak saja. Foto

torak tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering

terjadi overdiagnosis. Gambaran kelainan radiologik paru tidak selalu

menunjukkan aktifitas penyakit (Menkes RI, 2009).

Gambar 2.1. Alur Diagnosis TB paruSumber: Pedoman Pengendalian TB, 2011

2.1.5.2 Diagnosis TB pada anak-anak

Ada beberapa cara (Nastiti, 2010) :

a. Uji tuberkulin (Mantoux)

Bila uji tuberkulin positif, menunjukkan adanya infeksi TB dan

15

kemungkinan ada TB aktif pada anak. Namun, uji tuberkulin dapat negatif pada

anak TB berat dengan alergi (malnutrisi, penyakit sangat berat, dan lain-lain).

b. Reaksi cepat BCG

Bila dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat (dalam 3-7 hari) berupa

kemerahan dan indurasi > 5 mm, maka anak tersebut dicurigai telah terinfeksi

kuman TB.

c. Foto torak

Gambaran foto torak TB paru pada anak tidak khas dan interpretasi foto

biasanya sulit, harus hati-hati, kemungkinan bisa overdiagnosis atau

underdiagnosis.

d. Pemeriksaan mikrobiologi dan serologi

Pemeriksaan BTA secara mikroskopis langsung pada anak biasanya

dilakukan dengan bilasan lambung karena dahak biasanya sulit didapat pada anak.

Dari uraian diatas terlihat sulitnya menegakkan diagnosis TB pada anak,

sehingga dibuatlah pedoman dengan sistem skoring untuk menegakkan diagnosis

TB pada anak (PP IDAI, 2005).

16

Tabel 2.1 Sistem Skoring Diagnosis TB Anak

Parameter 0 1 2 3

Kontak TB Tidak jelas Laporan keluarga, BTA (-) atau tidak tahu

Kavitas (+), BTA tidak jelas

BTA (+)

Uji Tuberkulin Negatif Positif

Status Gizi BB/TB<90% atau BB/U<80%

Klinis gizi buruk atau BB/TB<70% atau BB/U<60%

Demam Tanpa Sebab Jelas

≥2 minggu

Batuk ≥3 minggu

Pembesaran Kelenjar Limfe Kolli, Aksila, Inguinal

≥1 cm, jumlah >1, tidak nyeri

Foto Rontgen Torak

Normal/ Tidak jelas

- Infiltrat-Pembesaran kelenjar-Konsolidasi segmental/lobar- Atelektasis

- Kalsifikasi + infiltrat- Pembesaran kelenjar + infiltrat

Sumber: Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak, UKK Pulmonologi PP IDAI, 2005

Catatan : Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter Jika dijumpai skrofuloderma, langsung didiagnosis TB Berat badan dinilai saat datang (moment opname) Demam dan batuk tidak ada respon terhadap terapi sesuai baku Foto torak bukan alat diagnostik utama pada TB anak Semua anak dengan reaksi cepat BCG harus dievaluasi dengan sistem

skoring TB anak Didiagnosis TB jika skor ≥ 6 (skor maksimal 14)

17

2.1.5.3 Pemeriksaan foto torak

Pada sebagian besar TB paru, diagnosis terutama ditegakkan dengan

pemeriksaan dahak secara mikroskopis dan tidak memerlukan foto torak. Namun

pada kondisi tertentu pemeriksaan foto torak perlu dilakukan sesuai dengan

indikasi sebagai berikut (Tabrani, 2010) :

a) Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini

pemeriksaan foto torak diperlukan untuk mendukung diagnosis TB paru

BTA positif.

b) Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak

SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada

perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.

c) Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang

memerlukan penanganan khusus (seperti: pneumotorak, pleuritis eksudatif,

efusi perikarditis atau efusi pleural) dan pasien yang mengalami

hemoptisis berat (untuk menyingkirkan bronkiektasis atau aspergiloma).

2.1.5.4 Uji tuberkulin

Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan yang paling bermanfaat

untuk menunjukkan sedang/pernah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis dan

sering digunakan dalam “Screening TB”. Efektifitas dalam menemukan infeksi

TB dengan uji tuberkulin pada anak adalah lebih dari 90%. Penderita anak umur

kurang dari 1 tahun yang menderita TB aktif uji tuberkulin positif 100%, umur 1–

2 tahun 92%, 2– 4 tahun 78%, 4–6 tahun 75%, dan umur 6–12 tahun 51%. Dari

18

persentase tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar usia anak maka hasil uji

tuberkulin semakin kurang spesifik (Nastiti, 2010).

Lokasi penyuntikan uji tuberkulin umumnya pada ½ bagian atas lengan

bawah kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan (ke dalam kulit). Penilaian uji

tuberkulin dilakukan 48–72 jam setelah penyuntikan dan diukur diameter dari

pembengkakan (indurasi) yang terjadi (Nastiti, 2010) :

a) Pembengkakan (indurasi) : 0–4 mm, uji mantoux negatif. Arti klinis : tidak

ada infeksi Mycobacterium tuberculosis.

b) Pembengkakan (indurasi) : 5–9 mm, uji mantoux meragukan. Hal ini bisa

karena kesalahan teknik, reaksi silang dengan Mycobacterium atypikal

atau pasca vaksinasi BCG.

c) Pembengkakan (indurasi) : ≥ 10 mm, uji mantoux positif. Arti klinis :

sedang atau pernah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis.

2.1.6 Klasifikasi penyakit dan tipe pasien

Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien tuberkulosis memerlukan

suatu “definisi kasus” yang meliputi (Menkes RI, 2009) :

a) Lokasi atau organ tubuh yang sakit

b) Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis)

c) Riwayat pengobatan TB sebelumnya

2.1.6.1 Berdasarkan organ tubuh yang terkena

A. Tuberkulosis paru

Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan

(parenkim) paru. Tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.

19

B. Tuberkulosis ekstra paru

Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya

pleura, selaput otak, selaput jantung (perikardium), kelenjar limfe, tulang,

persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain. Pasien

dengan TB paru dan TB ekstraparu diklasifikasikan sebagai TB paru.

2.1.6.2 Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis

A. Tuberkulosis paru BTA positif

Kriterianya sebagai berikut (Depkes RI, 2006) :

1) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.

2) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto torak menunjukkan

gambaran tuberkulosis.

3) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.

4) 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS

pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada

perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.

B. Tuberkulosis paru BTA negatif

Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. Kriteria

diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:

1) Pasien yang pada spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif sedikitnya

pada 2 kali pemeriksaan tetapi foto torak menunjukkan gambaran

tuberkulosis.

2) Pasien yang pada spesimen dahak SPS nya tidak ditemukan BTA sama

sekali tetapi biakan kuman TB positif.

20

3) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT, bagi pasien

dengan HIV negatif.

4) Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.

2.1.6.3 Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya

Pembagiannya sebagai berikut (Menkes RI, 2009) :

A. Kasus baru

Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah

menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu). Pemeriksaan BTA bisa positif

atau negatif.

B. Kasus yang sebelumnya pernah diobati

1) Kasus kambuh (relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan

tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, tetapi

didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).

2) Kasus setelah putus berobat (default )

Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih

dengan BTA positif.

3) Kasus setelah gagal (failure)

Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali

menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.

C. Kasus Pindahan (transfer in)

Adalah pasien yang dipindahkan ke register lain untuk melanjutkan

pengobatannya.

21

D. Kasus Lain

Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas, seperti :

1) tidak diketahui riwayat pengobatan sebelumnya

2) pernah diobati tetapi tidak diketahui hasil pengobatannya

2.1.7 Pengobatan

Pengobatan TB paru bertujuan untuk menyembuhkan pasien dan

memperbaiki kualitas hidup serta produktivitas pasien, mencegah kematian,

mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan, dan mencegah terjadinya

resistensi kuman terhadap obat antituberkulosis (OAT) (WHO, 2011).

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai

berikut (Menkes RI, 2009) :

1. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam

jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan

gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap

(OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.

2. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan

langsung (DOTS = Directly Observed Treatment Shortcourse) oleh seorang

Pengawas Menelan Obat (PMO).

3. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu :

1) Tahap awal (intensif) :

i. Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu

diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.

Jenis OAT Sifat Dosis yang direkomendasikan

(mg/kg)

Jenis OAT SifatHarian 3xseminggu

Isoniazid (H) Bakterisid 5 (4-6)

10(8-12)

Rifampicin (R) Bakterisid 10 (8-12)

10(8-12)

Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25 (20-30)

35 (30-40)

Streptomycin (S) Bakterisid 15 (12-18)

15(12-18)

Ethambutol (E) Bakteriostatik 15 (15-20)

30(20-35)

Efek Samping Penyebab Penatalaksanaan

Tidak ada nafsu makan, mual,sakit perut

Rifampisin Semua OAT diminum malamsebelum tidur

Nyeri Sendi Pirasinamid Beri Aspirin

Kesemutan s/d rasa terbakar dikaki

INH Beri vitamin B6 (piridoxin) 100mg per hari

Warna kemerahan pada air seni(urine)

Rifampisin Tidak perlu diberi apa-apa, Tapi perlu penjelasan kepada pasien.

22

ii. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya

pasien menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.

iii. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi)

dalam 2 bulan.

2) Tahap lanjutan :

i. Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam

jangka waktu yang lebih lama.

ii. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten sehingga

mencegah terjadinya kekambuhan.

2.1.7.1 Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

Tabel 2.2 Jenis, Sifat, dan Dosis OAT Lini Pertama

Sumber: Kemenkes RI, 2009

Tabel 2.3 Efek Samping Ringan OAT

Sumber: Kemenkes RI, 2009

Efek Samping Penyebab Penatalaksanaan

Gatal dan kemerahan kulit Semua jenis OAT Ikuti petunjuk penatalaksanaandibawah *).

Tuli Streptomisin Streptomisin dihentikan, gantiEtambutol.

Gangguan keseimbangan Streptomisin Streptomisin dihentikan, gantiEtambutol.

Ikterus tanpa penyebab lain Hampir semuaOAT

Hentikan semua OAT sampaiikterus menghilang.

Bingung dan muntah-muntah

(permulaan ikterus karena

obat)

Hampir semuaOAT

Hentikan semua OAT, segeralakukan tes fungsi hati.

Gangguan penglihatan Etambutol Hentikan Etambutol.

Purpura dan renjatan (syok) Rifampisin Hentikan Rifampisin.

23

Tabel 2.4 Efek Samping Berat OAT

Sumber: Kemenkes RI, 2009

Penatalaksanaan pasien dengan efek samping “gatal dan kemerahan kulit”

dari tabel 2.3 diatas yaitu : Jika seorang pasien dalam pengobatan OAT mulai

mengeluh gatal-gatal singkirkan dulu kemungkinan penyebab lain. Berikan dulu

antihistamin, sambil meneruskan OAT dengan pengawasan ketat. Gatal-gatal

tersebut pada sebagian pasien hilang, namun pada sebagian pasien malahan terjadi

suatu kemerahan kulit. Bila keadaan seperti ini, hentikan semua OAT. Tunggu

sampai kemerahan kulit tersebut hilang. Jika gejala efek samping ini bertambah

berat, pasien perlu dirujuk (Kemenkes RI, 2009).

2.1.7.2 Paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) di Indonesia

Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan

Tuberkulosis di Indonesia merupakan rekomendasi dari WHO dan IUATLD

(Internatioal Union Against Tuberculosis and Lung Disease). Paduan OAT

disediakan dalam bentuk paket berupa obat Kombinasi Dosis Tetap (OAT KDT).

24

Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet.

Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu

paket untuk satu pasien dalam satu masa pengobatan (Menkes RI, 2009).

KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB, yaitu

(Menkes RI, 2009) :

1) Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin

efektifitas obat dan mengurangi efek samping

2) Mencegah penggunaan obat tunggal sehingga menurunkan resiko

terjadinya resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep

3) Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat

menjadi sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien

Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan TB

di Indonesia yaitu (Menkes RI, 2009) :

A. OAT Kategori 1 (2HRZE/ 4H3R3)

` Tahap intensif terdiri dari Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z),

dan Etambutol (E). Obat-obat tersebut diberikan satu kali sehari selama 2 bulan

(2HRZE). Kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari Isoniazid

(H) dan Rifampisin (R), diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan

(4H3R3).

Obat kategori 1 diberikan untuk:

a) Penderita baru TB Paru BTA positif

b) Penderita baru TB Paru BTA negatif dengan foto torak positif

c) Penderita baru TB Ekstra Paru

Berat BadanTahap Intensif

tiap hari selama 56 hariRHZE (150/75/400/275)

Tahap Lanjutan3 kali seminggu selama 16 minggu

RH (150/150)

30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT

38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT

55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT

≥ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT

BeratBadan

Tahap Intensiftiap hari

RHZE (150/75/400/275) + S

Tahap Lanjutan 3 kali semingguRH (150/150) + E(400)

Selama 56 hari Selama 28hari

selama 20 minggu

30-37 kg2 tab 4KDT

+ 500 mg Streptomisin inj. 2 tab 4KDT2 tab 2KDT

+ 2 tab Etambutol

38-54 kg3 tab 4KDT

+ 750 mg Streptomisin inj. 3 tab 4KDT3 tab 2KDT

+ 3 tab Etambutol

55-70 kg4 tab 4KDT

+ 1000 mg Streptomisin inj. 4 tab 4KDT4 tab 2KDT

+ 4 tab Etambutol

≥71 kg5 tab 4KDT

+ 1000mg Streptomisin inj. 5 tab 4KDT5 tab 2KDT

+ 5 tab Etambutol

25

Tabel 2.5 Dosis OAT KDT untuk kategori 1

Sumber: Kemenkes RI, 2009

B. OAT Kategori 2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)

Tahap intensif diberikan selama 3 bulan yang terdiri dari 2 bulan dengan

HRZE dan suntikan Streptomisin setiap hari dari UPK. Dilanjutkan 1 bulan

dengan HRZE setiap hari. Setelah itu diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5

bulan dengan HRE yang diberikan tiga kali dalam seminggu.

Obat kategori 2 diberikan untuk :

a) Penderita kambuh (relaps)

b) Penderita gagal (failure)

c) Penderita dengan putus obat (default)

Tabel 2.6 Dosis OAT KDT untuk kategori 2

Sumber: Kemenkes RI, 2009

Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hariRHZE (150/75/400/275)

30 – 37 kg 2 tablet 4KDT

38 – 54 kg 3 tablet 4KDT55 – 70 kg 4 tablet 4KDT

≥ 71 kg 5 tablet 4KDT

Berat badan (kg) 2 bulan tiap hariRHZ (75/50/150)

4 bulan tiap hariRH (75/50)

5-9 1 tablet 1 tablet

10-14 2 tablet 2 tablet15-19 3 tablet 3 tablet

20-32 4 tablet 4 tablet

26

C. OAT Sisipan (HRZE)

Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA positif

dengan kategori 1 atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2

hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif, maka diberikan obat sisipan (HRZE)

setiap hari selama 1 bulan.

Tabel 2.7 Dosis OAT KDT untuk kategori sisipan

Sumber: Kemenkes RI, 2009

D. OAT Kategori Anak (2HRZ/ 4HR)

Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam obat dan berikan

dalam waktu 6 bulan. OAT pada anak diberikan setiap hari, baik pada tahap

intensif maupun tahap lanjutan.

Tabel 2.8 Dosis OAT KDT untuk kategori anak

Sumber: Kemenkes RI, 2009

Keterangan:

Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg dirujuk ke rumah sakit Anak dengan BB 15-19 kg dapat diberikan 3 tablet. Anak dengan BB > 33 kg , dirujuk ke rumah sakit. Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah OAT KDT dapat diberikan dengan cara : ditelan secara utuh atau digerus

sesaat sebelum diminum.

27

2.2 Pengawas Menelan Obat

Untuk menjamin kesembuhan dan mencegah resistensi serta keteraturan

pengobatan dan mencegah drop out (lalai) pada penderita TB paru maka

diterapkan strategi DOTS, yang salah satu komponennya yaitu pengawasan

langsung menelan OAT oleh Pengawas Menelan Obat (PMO). Bagi penderita TB

yang rumahnya dekat dengan puskesmas dan unit pelayanan kesehatan lainnya

maka PMO mereka adalah petugas puskesmas, sedangkan bagi penderita yang

rumahnya jauh, diperlukan PMO atas bantuan masyarakat, LSM (Lembaga

Swadaya Masyarakat), PPTI (Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis

Indonesia), dan keluarga sendiri. Obat harus ditelan setiap hari yang disaksikan

oleh PMO. Jika tidak mungkin bagi penderita untuk datang setiap hari ke

puskesmas maka petugas puskesmas harus merundingkannya dengan penderita

bagaimana caranya agar terjamin obat di telan setiap hari (Menkes RI, 2009).

Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan, misalnya bidan di desa,

perawat, pekarya, sanitarian, juru imunisasi, dan lain-lain. Bila tidak ada petugas

kesehatan yang memungkinkan, PMO dapat berasal dari kader kesehatan, guru,

anggota PPTI, tokoh masyarakat lainnya, keluarga pasien, atau orang yang

serumah dengan pasien (Menkes RI, 2009).

Persyaratan untuk menjadi seorang PMO adalah : (1) seseorang yang

dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan dan maupun pasien,

selain itu juga harus disegani dan dihormati oleh pasien, (2) seseorang yang

tinggal dekat dengan pasien, (3) bersedia membantu pasien dengan suka rela, (4)

28

bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien

(Depkes RI, 2009).

Peran atau tugas seorang PMO adalah : a) mengawasi penderita agar

menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatan, b) memberi dorongan dan

motivasi kepada penderita agar mau berobat teratur, c) mengingatkan penderita

untuk periksa ulang dahak pada waktu-waktu yang telah ditentukan, d) memberi

penyuluhan pada anggota keluarga penderita TB yang mempunyai gejala-gejala

tersangka penderita TB untuk segera memeriksakan diri ke unit pelayanan

kesehatan. Tugas seorang PMO bukanlah untuk menggantikan kewajiban pasien

mengambil obat dari UPK (Menkes RI, 2009).

Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada

pasien dan keluarganya adalah : a) TB disebabkan kuman bukan penyakit

keturunan atau kutukan, b) TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur, c) cara

penularan TB, gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya, d) cara

pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan), e) pentingnya

pengawasan supaya pasien berobat secara teratur, f) kemungkinan terjadinya efek

samping obat dan perlunya segera meminta pertolongan ke fasilitas pelayanan

kesehatan (PDPI, 2011).

2.3 Pengetahuan

2.3.1 Pengertian

Pengetahuan adalah hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

29

rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2007).

2.3.2 Sumber

Sumber pengetahuan berasal dari pengindraan indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodjo, 2007).

2.3.3 Tingkatan

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang tercakup dalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkatan, meliputi:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang paling rendah. Misalnya menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar. Misalnya dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagainya.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi ini dapat diartikan

30

sebagai aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya

dalam konteks atau situasi tertentu.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu komponen untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur

organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat

dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat

bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk menciptakan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Sintesis juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun formulasi baru

dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat

merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap

suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian penelitian itu didasari

pada suatu kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat

dilakukan dengan wawancara atau kuesioner yang menanyakan tentang isi materi

yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan

yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-

tingkatan diatas.

31

2.3.4 Faktor-Faktor yang mempengaruhi

Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang (Mubarak,

2007) :

1) Umur

Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan

pengetahuan yang diperoleh, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang

usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan

berkurang.

2) Intelegensi

Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir

abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar.

Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal berfikir dan mengolah

berbagai informasi secara terarah sehingga ia mampu menguasai lingkungan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang

akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahauan.

3) Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi

seseorang dimana seseorang dapat mempelajari hal- hal yang baik dan juga hal-

hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang

akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berfikir

seseorang.

32

4) Sosial Budaya

Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang.

Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungan dengan orang lain,

karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh

suatu pengetahuan.

5) Pendidikan

Makin tinggi pendidikan semakin mudah pula seseorang memahami

informasi dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya,

serta sebaliknya.

6) Informasi

Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang.

Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi bila ia mendapatkan

informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar

maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.

7) Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat

diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman

itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu,

pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh

pengetahuan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada

masa lalu.

33

8) Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh

pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.