yasir ichwan

101
NASIONALISME DALAM NOVEL 5 cm. KARYA DONNY DHIRGANTORO: ANALISIS STRUKTURALISME SKRIPSI OLEH YASIR ICHWAN NIM 100701030 DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

Upload: yeahrightskripsi

Post on 26-Dec-2015

1.118 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

YASIR ICHWAN

TRANSCRIPT

Page 1: YASIR ICHWAN

NASIONALISME DALAM NOVEL 5 cm.

KARYA DONNY DHIRGANTORO: ANALISIS STRUKTURALISME

SKRIPSI

OLEH

YASIR ICHWAN

NIM 100701030

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014

Page 2: YASIR ICHWAN
Page 3: YASIR ICHWAN

PERNYATAAN

Nasionalisme Dalam Novel 5 cm.

Karya Donny Dhirgantoro: Analisis Strukturalisme

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi saya ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, April 2014

Yasir Ichwan

Page 4: YASIR ICHWAN

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat dan kasih

sayang-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Nasionalisme

dalam Novel 5 cm. Karya Donny Dhirgantoro: Analisis Strukturalisme”. Penyusunan skripsi

ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan

pada Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Dalam proses pengerjaan skripsi ini, peneliti sangat banyak mendapat bimbingan, dorongan,

dan dukungan. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu terwujudnya skripsi saya ini, yaitu

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, D.T.M.&H., M.Sc., (C.T.M.), Sp.A(K.).

selaku Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Ir. Zulkifli Nasution,

M.Sc., Ph.D selaku Pembantu Rektor I Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof.

Dr. Ir. Armansyah Ginting, M.Eng selaku Pembantu Rektor II Universitas

Sumatera Utara, Bapak Drs. Bongsu Hutagalung, M.Si. selaku Pembantu Rektor

III Universitas Sumatera Utara, Ibu Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait, S.H., M.LI

selaku Pembantu Rektor IV Universitas Sumatera Utara, dan Bapak Ir. Yusuf

Husni selaku Pembantu Rektor V Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak

memberikan sarana dan prasarana dalam proses penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Bapak Dr.

M. Husnan Lubis, M.A. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Budaya, Bapak

Drs. Samsul Tarigan selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Budaya, Bapak

Drs. Yuddi Adrian Mulyadi, M.A. selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu

Budaya, yang telah banyak memberikan sumbangsih berupa sistem pendidikan

Page 5: YASIR ICHWAN

3. yang baik sesuai dengan kurikulum sehingga mempermudah proses penyelesaian

skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si. selaku Ketua Departemen Sastra

Indonesia dan Bapak Drs. Haris Sutan Lubis, M.S.P. selaku Sekretaris

Departemen Sastra Indonesia, yang telah memberikan dorongan, nasihat dan

saran dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Drs. Isma Tantawi, M.A. selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Drs.

Haris Sutan Lubis, M.S.P. selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak

meluangkan waktu, memberikan kritik, dan saran dalam proses penyelesaian

skripsi ini.

6. Staf pengajar dan Administrasi di Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu

Budaya, Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan proses pengajaran

yang baik dan ilmu yang bermanfaat dalam proses penyelesaian skripsi ini.

7. Abah H. Saiful Ahyar dan Ibunda Hj. Nursiah tercinta yang tidak henti-hentinya

memberikan semangat dan dorongan baik secara moril dan materil untuk

menyelesaikan skripsi ini.

8. Kepada semua pihak yang telah banyak memberikan masukan berupa saran dan

kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini, peneliti mengucapakan terima kasih.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena

kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan

saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, April 2014

Penulis

Yasir Ichwan

Page 6: YASIR ICHWAN

Nasionalisme Dalam Novel 5 cm.

Karya Donny Dhirgantoro: Analisis Strukturalisme

Oleh

Yasir Ichwan

Departemen Sastra Indonesia

Fakultas Ilmu Budaya USU

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisis tentang struktur yang membangun nilai nasionalisme dan bentuk nasionalisme dalam novel 5 cm. karya Donny Dhirgantoro. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memahami makna nasionalisme secara lebih luas. Metode pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah teknik pustaka, baca, dan catat. Teknik analisis data yang dilakukan peneliti adalah menganalisis unsur-unsur pembangun novel, mengaitkan antara unsur pembangun novel, menyajikan hasil analisis, dan menyimpulkan penelitian. Pada penelitian ini, diperoleh data dan informasi melalui buku-buku yang berkaitan dengan objek penelitian. Teori yang digunakan adalah teori strukturalisme yang memaparkan dan menunjukkan unsur-unsur yang membangun karya sastra serta mengaitkan antara unsur pembangun karya sastra. Novel yang dianalisis adalah novel 5 cm.karya Donny Dhirgantoro. Struktur yang membangun nilai nasionalisme dalam novel 5 cm. yaitu tema yang mengangkat tentang nilai kebersamaan, latar tempat yang berada di kota-kota Indonesia, latar waktu yang mengacu pada hari kemerdekaan bangsa Indonesia, latar sosial para tokoh yang berasal dari kaum terpelajar dan eksponen peristiwa reformasi, perwatakan tokoh yang bersikap pantang menyerah, sopan santun, bangga terhadap negara sendiri, rela berkorban, berjiwa pemimpin, cinta kepada negara sendiri, alur cerita yang mengandung nilai kebersamaan, sikap toleransi, bermusyawarah, tidak korupsi, kolusi, dan nepotisme, pantang menyerah, tolong-menolong, selalu bersyukur, rela berkorban, dan cinta tanah air, sudut pandang pengarang yang mengajarkan tentang nilai cinta terhadap tanah air, pantang menyerah, bangga terhadap negara sendiri, dan gaya bahasa yang digunakan adalah bahasa Betawi dan bahasa Jawa. Bentuk nasionalisme dalam novel 5 cm. adalah doa, sopan santun, musyawarah, mencerdaskan kehidupan bangsa, tidak korupsi, kolusi, dan nepotisme, kebersamaan, bertanggung jawab, kerja keras, batik, bersyukur, blangkon, bahasa Jawa, kerukunan, gotong royong, peduli lingkungan hidup, kepemimpinan, disiplin, bendera merah putih, sikap hormat, lagu Indonesia Raya, upacara bendera, persatuan dan kesatuan, dan cinta tanah air.

Page 7: YASIR ICHWAN

DAFTAR ISI

PERNYATAAN................................................................................................................. i

PRAKATA ......................................................................................................................... ii

ABSTRAK ......................................................................................................................... iv

DAFTAR ISI...................................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

1.1 .........................................................................................................Latar

Belakang..................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 3

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................. 4

1.3.1 Tujuan Penelitian .................................................................................. 4

1.3.2 Manfaat Penelitian ................................................................................ 4

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA ............... 5

2.1 Konsep ....................................................................................................... 5

2.1.1 Novel .................................................................................................... 5

2.1.2 Nasionalisme ........................................................................................ 6

2.2 Landasan Teori ........................................................................................... 14

2.2.1 Teori Strukturalisme ............................................................................. 14

2.3 Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 16

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................................. 19

3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 19

3.2 Metode dan Teknik Analisis Data .............................................................. 20

BAB IV ANALISIS STRUKTUR YANG MEMBANGUN NILAI

NASIONALISME DALAM NOVEL 5 cm. KARYA

DONNY DHIRGANTORO ........................................................................... 21

Page 8: YASIR ICHWAN

4.1 Tema........................................................................................................... 21

4.2 Latar ........................................................................................................... 22

4.3 Penokohan dan Perwatakan ....................................................................... 27

4.4 Alur ............................................................................................................ 35

4.5 Sudut Pandang ........................................................................................... 44

4.6 Gaya Bahasa ............................................................................................... 46

BAB V ANALISIS BENTUK NASIONALISME DALAM NOVEL 5 cm.

KARYA DONNY DHIRGANTORO ........................................................... 48

5.1 Doa ............................................................................................................. 48

5.2 Sopan Santun.............................................................................................. 49

5.3 Musyawarah ............................................................................................... 50

5.4 Mencerdaskan Keheidupan Bangsa ........................................................... 51

5.5 Tidak Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme ...................................................... 52

5.6 Kebersamaan .............................................................................................. 55

5.7 Bertanggung Jawab .................................................................................... 57

5.8 Kerja Keras ................................................................................................ 60

5.9 Batik ........................................................................................................... 61

5.10 Bersyukur ................................................................................................. 64

5.11 Blangkon .................................................................................................. 66

5.12 Bahasa Jawa ............................................................................................. 68

5.13 Kerukunan ................................................................................................ 70

5.14 Gotong Royong ........................................................................................ 72

5.15 Peduli Lingkungan Hidup ........................................................................ 74

Page 9: YASIR ICHWAN

5.16 Kepemimpinan ......................................................................................... 76

5.17 Disiplin ..................................................................................................... 78

5.18 Bendera Merah Putih ............................................................................... 79

5.19 Sikap Hormat ........................................................................................... 81

5.20 Lagu Indonesia Raya ................................................................................ 82

5.21 Upacara Bendera ...................................................................................... 83

5.22 Persatuan dan Kesatuan ........................................................................... 84

5.23 Cinta Tanah Air ........................................................................................ 87

BAB VI SIMPULAN ..................................................................................................... 89

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 90

SINOPSIS .......................................................................................................................... 93

Page 10: YASIR ICHWAN

Nasionalisme Dalam Novel 5 cm.

Karya Donny Dhirgantoro: Analisis Strukturalisme

Oleh

Yasir Ichwan

Departemen Sastra Indonesia

Fakultas Ilmu Budaya USU

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisis tentang struktur yang membangun nilai nasionalisme dan bentuk nasionalisme dalam novel 5 cm. karya Donny Dhirgantoro. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memahami makna nasionalisme secara lebih luas. Metode pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah teknik pustaka, baca, dan catat. Teknik analisis data yang dilakukan peneliti adalah menganalisis unsur-unsur pembangun novel, mengaitkan antara unsur pembangun novel, menyajikan hasil analisis, dan menyimpulkan penelitian. Pada penelitian ini, diperoleh data dan informasi melalui buku-buku yang berkaitan dengan objek penelitian. Teori yang digunakan adalah teori strukturalisme yang memaparkan dan menunjukkan unsur-unsur yang membangun karya sastra serta mengaitkan antara unsur pembangun karya sastra. Novel yang dianalisis adalah novel 5 cm.karya Donny Dhirgantoro. Struktur yang membangun nilai nasionalisme dalam novel 5 cm. yaitu tema yang mengangkat tentang nilai kebersamaan, latar tempat yang berada di kota-kota Indonesia, latar waktu yang mengacu pada hari kemerdekaan bangsa Indonesia, latar sosial para tokoh yang berasal dari kaum terpelajar dan eksponen peristiwa reformasi, perwatakan tokoh yang bersikap pantang menyerah, sopan santun, bangga terhadap negara sendiri, rela berkorban, berjiwa pemimpin, cinta kepada negara sendiri, alur cerita yang mengandung nilai kebersamaan, sikap toleransi, bermusyawarah, tidak korupsi, kolusi, dan nepotisme, pantang menyerah, tolong-menolong, selalu bersyukur, rela berkorban, dan cinta tanah air, sudut pandang pengarang yang mengajarkan tentang nilai cinta terhadap tanah air, pantang menyerah, bangga terhadap negara sendiri, dan gaya bahasa yang digunakan adalah bahasa Betawi dan bahasa Jawa. Bentuk nasionalisme dalam novel 5 cm. adalah doa, sopan santun, musyawarah, mencerdaskan kehidupan bangsa, tidak korupsi, kolusi, dan nepotisme, kebersamaan, bertanggung jawab, kerja keras, batik, bersyukur, blangkon, bahasa Jawa, kerukunan, gotong royong, peduli lingkungan hidup, kepemimpinan, disiplin, bendera merah putih, sikap hormat, lagu Indonesia Raya, upacara bendera, persatuan dan kesatuan, dan cinta tanah air.

Page 11: YASIR ICHWAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan sebuah negara yang sangat menarik karena faktor

keanekaragamannya, mulai dari suku, budaya, agama, bahasa, warna kulit, dan sebagainya.

Sebagai sebuah negara, keanekaragaman Indonesia dapat diilustrasikan dengan bentuk tangan

manusia yang memiliki lima jari. Kelima jari manusia memiliki bentuk yang berbeda-beda,

tetapi memiliki fungsi yang sama, yaitu mempermudah manusia dalam menyelesaikan suatu

pekerjaan. Lima jari manusia akan berfungsi secara maksimal apabila kelima jari tersebut

bersatu dan bekerja sama. Begitu juga dengan keanekaragaman yang ada di negara Indonesia,

walaupun berbeda-beda suku, budaya, agama, bahasa, warna kulit, dan sebagainya, warga

negara Indonesia harus tetap bersatu dan bekerja sama untuk mewujudkan sikap kebangsaan

yang kuat.

Nasionalisme berasal dari kata nation yang berarti negara atau bangsa, ditambah

akhiran isme yang berarti: (a) suatu sikap ingin mendirikan negara bagi bangsanya sesuai

dengan paham/ideologinya, (b) suatu sikap ingin membela tanah air/negara dari penguasaan

dan penjajahan bangsa asing, (Budiyono, 2007: 208). Menurut Smith (2003: 10) nasionalisme

adalah suatu ideologi yang meletakkan bangsa di pusat masalahnya dan berupaya

mempertinggi keberadaannya. Nasionalisme sebagai manifestasi kecintaan dan kesetiaan

tertinggi kepada tanah air, negara, dan bangsa merupakan modal dasar bagi pembentukan

negara dan karakter bangsa.

Kata sya’ab, qaum, ummah banyak digunakan Alquran untuk merujuk makna

bangsa. Kata sya’ab yang menjadi kata tunggal dari syu’uban tercantum dalam Alquran pada

surat Al Hujurat ayat 13 yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia:

”Wahai manusia kami sesungguhnya telah menciptakan kamu dari seseorang laki-laki dan seorang perempuan, dan kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu disisi Allah adalah yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. Bangsa dalam pengertian politik menurut Dault (2005: 2) adalah masyarakat dalam

suatu daerah yang sama dan tunduk kepada kedaulatan negaranya sebagai suatu kekuasaan

tertinggi ke luar dan ke dalam.

Semangat kebangsaan atau nasionalisme dari suatu bangsa tidak dapat dilepaskan

dari hasrat bangsa itu dalam mewujudkan arah dan tujuan yang hendak dicapai oleh bangsa

Page 12: YASIR ICHWAN

tersebut. Nasionalisme merupakan sikap politik dan sosial dari kelompok masyarakat yang

mempunyai kesamaan kebudayaan, bahasa, dan wilayah, serta kesamaan cita-cita, dan tujuan.

Hal itu diutarakan pula oleh Soekarno (1964: 3) yang mengatakan bahwa nasionalisme adalah

suatu iktikad; suatu keinsyafan rakyat bahwa rakyat itu ada satu golongan, satu bangsa.

Menurut Soekarno (1964: 5) semangat kebangsaan atau nasionalisme secara tersirat

telah lahir sejak masa Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Semangat seperti itu terbelah-belah

pada saat Indonesia dijajah oleh Belanda. Jiwa kebangsaan hanya terlihat sebagai jiwa

persatuan satu daerah atau satu kepulauan. Semangat kebangsaan itu secara keseluruhan

mempunyai satu tujuan, yaitu mengusir penjajah dari negeri tumpah darah kita ini, Indonesia.

Akan tetapi, wujud nasionalisme seperti itu bersifat lokal. Rasa kebangsaan secara nyata baru

dilakukan pada tahun 1908, yaitu Budi Utomo. Bentuk dan arah nasionalisme kita pada saat

itu didasari oleh kesatuan wilayah, kesatuan keinginan, kesamaan nasib, dan kesamaan hal-

ihwal. Kesamaan itu diarahkan pada usaha mengusir penjajah dari bumi Indonesia. Itulah

yang terlihat dalam nasionalisme sebelum kemerdekaan Indonesia.

Bagaimana bentuk semangat kebangsaan atau nasionalisme pada masa kini?

Tampaknya nasionalisme telah mengalami pergeseran makna. Barangkali rasa kebangsaan

kita kini telah ternodai atau terancam oleh berbagai faktor dari luar dan dari dalam negeri

sendiri. Apakah memang dalam bentuk dan arah seperti sekarang inikah nasionalisme yang

kita idamkan untuk membawa bangsa ini ke arah masyarakat yang adil dan makmur?

Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945 yang diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa menempatkan

persatuan kesatuan, kepentingan, keselamatan bangsa, dan negara di atas kepentingan pribadi

atau kepentingan golongan, menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan

negara, bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa

rendah diri, mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama

manusia dan sesama bangsa, menumbuhkan sikap saling mencintai manusia,

mengembangkan sikap tenggang rasa dan tidak semena-mena terhadap orang lain, gemar

melakukan kegiatan kemanusiaan, senantiasa menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, berani

membela kebenaran dan keadilan, merasa bahwa bangsa Indonesia merupakan bagian dari

seluruh umat manusia, dan menganggap pentingnya sikap saling menghormati dan bekerja

sama dengan bangsa lain.

Karya sastra adalah sebuah hasil ciptaan manusia. Sastra tumbuh dan berkembang

karena peranan manusia. Sebuah karya sastra pada dasarnya berisi tentang permasalahan

yang melingkupi kehidupan masyarakat, termasuk persoalan-persoalan sosial. Nasionalisme

Page 13: YASIR ICHWAN

merupakan bagian dari persoalan sosial, karena menyangkut tentang kehidupan masyarakat

dalam berbangsa dan bernegara. Masalah nasionalisme sering diangkat dalam cerita yang

berbentuk novel, salah satunya adalah novel 5 cm.

Novel 5 cm. adalah novel karya Donny Dhirgantoro, yang diterbitkan oleh Grasindo

pada tahun 2005. Novel ini menceritakan tentang perjalanan lima orang bersahabat yakni

Arial, Riani, Zafran, Ian, dan Genta. Novel ini mengajarkan tentang harapan, impian, tekad,

cinta, dan persahabatan. Novel ini mencetak rekor buku laris di Gramedia Bookstore selama

dua tahun berturut-turut. Pada tahun 2012, novel ini diadaptasi menjadi sebuah film dengan

judul yang sama 5 cm.

Novel 5 cm. adalah novel yang mengangkat nilai nasionalisme. Dalam novel

tersebut terdapat nilai nasionalisme yang dapat menjadi titik balik bagi segenap pemuda

Indonesia untuk kembali menancapkan nilai nasionalisme di dalam benak dan hati mereka,

yang dewasa ini mungkin terkontaminasi oleh pengaruh-pengaruh yang datangnya dari luar

maupun dari dalam negerinya sendiri.

Nasionalisme kita seakan muncul dengan paksaan yaitu ketika ada serangan atau ada

ancaman dari pihak luar, kita baru bersatu teguh mengganyang negara yang bersangkutan.

Nasionalisme bangsa Indonesia terjadi pasang surut akibat pengaruh global yang telah

mendarah daging dalam jiwa generasi Indonesia. Dalam kenyataannya, kini rasa nasionalisme

kultural dan politik sudah mengkhawatirkan dalam kehidupan keseharian kita.

Nasionalisme merupakan suatu paham yang berkaitan dengan usaha untuk

menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (nation) dengan mewujudkan

satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia. Permasalahan yang menarik untuk

dikaji dan diteliti dalam penelitian ini adalah nasionalisme yang terdapat dalam novel 5 cm.

1.2 Rumusan Masalah

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang terarah, maka diperlukan suatu rumusan

masalah. Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah struktur yang membangun nilai nasionalisme dalam novel 5 cm.

karya Donny Dhirgantoro?

2. Bagaimanakah bentuk nasionalisme yang terdapat dalam novel 5 cm. karya

Donny Dhirgantoro?

Page 14: YASIR ICHWAN

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan suatu penelitian haruslah jelas mengingat penelitian harus mempunyai arah

dan tujuan yang tepat. Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis struktur yang membangun nilai nasionalisme dalam novel 5 cm.

karya Donny Dhirgantoro.

2. Menganalisis bentuk nasionalisme yang terdapat dalam novel 5 cm. karya Donny

Dhirgantoro.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Memperluas khasanah ilmu pengetahuan terutama bidang bahasa dan sastra

Indonesia, khususnya dalam menganalisis novel dengan teori strukturalisme.

2. Memahami makna nasionalisme secara lebih luas.

3. Memberikan masukan kepada mahasiswa untuk mengkaji dan menelaah novel.

4. Menambah referensi dan membantu pembaca dalam memahami makna yang

terdapat dalam karya sastra.

Page 15: YASIR ICHWAN

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konsep adalah gambaran mental

dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk

memahami hal-hal lain. Menurut Malo (1985: 47) konsep-konsep yang dipakai dalam ilmu

sosial, walaupun kadang-kadang istilahnya sama dengan yang digunakan sehari-hari, namun

makna dan pengertiannya dapat berubah.

Konsep-konsep yang digunakan adalah sebagai berikut:

2.1.1 Novel

Istilah novel berasal dari bahasa Latin, novellas yang kemudian diturunkan menjadi

novies, yang berarti baru. Perkataan baru ini dikaitkan dengan kenyataan bahwa novel

merupakan jenis cerita fiksi (fiction) yang muncul belakangan dibandingkan dengan cerita

pendek (short story) dan roman, (Waluyo, 2002: 36).

Pengertian novel dalam The American College Dictionary yang dikutip oleh Tarigan

(2003: 164) menjelaskan bahwa novel adalah suatu cerita yang fiktif dalam panjang yang

tertentu, melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata yang representatif dalam

suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. Di dalam novel memang

mempunyai panjang yang tertentu dan merupakan suatu cerita prosa yang fiktif. Hal itu

sejalan dengan pendapat Nurgiyantoro (2005: 9) yang memberikan pengertian bahwa novel

adalah sebuah prosa fiksi yang panjangnya cukup, artinya tidak terlalu panjang, namun juga

tidak terlalu pendek.

Menurut Robert Lindell (dalam Waluyo, 2006: 6) karya sastra yang berupa novel,

pertama kali lahir di Inggris dengan judul Pamella merupakan bentuk catatan harian seorang

pembantu rumah tangga kemudian berkembang dan menjadi bentuk prosa fiksi yang kita

kenal seperti saat ini.

Novel merupakan jenis karya sastra yang tentunya menyuguhkan nilai yang berguna

bagi masyarakat pembaca. Hal ini telah diungkapkan oleh Goldmann (dalam Saraswati, 2003:

87) mendefinisikan novel merupakan cerita mengenai pencarian yang terdegradasi akan nilai-

nilai otentik di dalam dunia yang juga terdegradasi akan nilai-nilai otentik di dalam dunia

yang juga terdegradasi, pencarian itu dilakukan oleh seorang hero yang problematik. Ciri

tematik tampak pada istilah nilai-nilai otentik yang menurut Goldmann merupakan totalitas

yang secara tersirat muncul dalam novel, nilai-nilai yang mengorganisasikan sesuai dengan

Page 16: YASIR ICHWAN

mode dunia sebagai totalitas. Atas dasar definisi itulah selanjutnya Goldmann

mengelompokkan novel menjadi tiga jenis yaitu novel idealisme abstrak, novel psikologis

(romantisme keputusasaan), dan novel pendidikan (paedagogis).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa novel merupakan jenis cerita

fiksi yang muncul paling akhir jika dibandingkan dengan cerita fiksi yang lain. Novel

mengungkapkan konflik kehidupan para tokohnya secara lebih mendalam dan halus. Selain

itu tokoh-tokoh, serangkaian peristiwa, dan latar ditampilkan secara tersusun hingga

bentuknya lebih panjang dibandingkan dengan prosa rekaan yang lain.

Fungsi novel pada dasarnya untuk menghibur para pembaca. Novel pada hakikatnya

adalah cerita dan karenanya terkandung juga di dalamnya tujuan memberikan hiburan kepada

pembaca. Sebagaimana yang dikatakan Wellek dan Warren (dalam Nurgiyantoro, 2005: 3)

membaca sebuah karya fiksi adalah menikmati cerita, menghibur diri untuk memperoleh

kepuasan batin.

Tarigan (2003: 165) menyatakan bahwa novel mengandung kata-kata berkisar antara

35.000 buah sampai tidak terbatas jumlahnya. Dengan kata lain jumlah minimum kata-

katanya adalah 35.000 buah, kalau kita pukul-ratakan sehalaman kertas kuarto jumlah

barisnya ke bawah 35 buah dan jumlah kata dalam satu baris 10 buah, maka jumlah kata

dalam satu halaman adalah 35 x 10 = 350 buah. Selanjutnya dapat kita maklumi bahwa novel

yang paling pendek itu harus terdiri minimal lebih dari 100 halaman. Lebih lanjut Brooks

dalam ”An Approach to Literature” (Tarigan, 2003: 165) menyimpulkan bahwa ciri-ciri

novel adalah (1) novel bergantung pada tokoh; (2) novel menyajikan lebih dari satu impresi;

(3) novel menyajikan lebih dari satu efek; (4) novel menyajikan lebih dari satu emosi.

2.1.2 Nasionalisme

Penggunaan istilah nasionalisme dalam pengertian sosial dan politik yang diakui

merujuk pada filsuf Jerman, Johan Gottfried Herder dan biarawan kontra-revolusioner

Perancis, Uskup Augustin de Barruel pada akhir abad kedelapan belas. Penggunaan istilah ini

di dalam Bahasa Inggris pada tahun 1936 bersifat teologis, sebagai doktrin bahwa bangsa-

bangsa tertentu dipilih secara ilahiah. Sejak itu, istilah ini cenderung disamakan dengan

egoisme nasional. Namun demikian, biasanya istilah lain seperti kebangsaan/nasionalitas

(nationality) dan kenasionalan (nationalness) dalam arti sebagai semangat nasional atau

individualitas nasional lebih disukai, (Smith, 2003: 6).

Ideologi nasionalisme telah didefinisikan dengan berbagai cara, tetapi kebanyakan

definisi tersebut tumpang tindih dan menyingkapkan tema yang sama. Tentu saja tema

Page 17: YASIR ICHWAN

utamanya adalah masalah yang mendominasi bangsa. Tempat nasionalisme berupaya

mempertinggi derajat bangsa. Sasaran umum nasionalisme ada tiga: otonomi nasional,

kesatuan nasional, dan identitas nasional, (Smith, 2003: 6). Bagi para nasionalis, suatu bangsa

tidak bisa melangsungkan hidupnya kalau tidak terdapat ketiga sasaran ini dalam derajat yang

memadai. Dari sini muncul definisi kerja nasionalisme: suatu gerakan ideologis untuk

mencapai dan mempertahankan otonomi, kesatuan, dan identitas bagi suatu populasi, yang

sejumlah anggotanya bertekad untuk membentuk suatu bangsa yang aktual atau bangsa yang

potensial, (Smith, 2003: 6).

Dalam satu abad terakhir istilah nasionalisme digunakan dalam rentang arti yang

kita gunakan sekarang. Di antara penggunaan-penggunaan itu, yang paling penting adalah:

(1) suatu proses pembentukan, atau pertumbuhan bangsa-bangsa; (2) suatu sentimen atau

kesadaran memiliki bangsa bersangkutan; (3) suatu bahasa dan simbolisme bangsa; (4) suatu

gerakan sosial dan politik demi bangsa bersangkutan; (5) suatu doktrin atau ideologi bangsa,

baik yang umum maupun yang khusus, (Smith, 2003: 7).

Rupert Emerson (dalam Dault, 2005: 2) mendefinisikan nasionalisme sebagai

komunitas orang-orang yang merasa bahwa mereka bersatu atas dasar elemen-elemen penting

yang mendalam dari warisan bersama dan bahwa mereka memiliki takdir bersama menuju

masa depan. Sementara menurut Ernest Renan (dalam Dault, 2005: 2) yang sering dikutip

Soekarno, nasionalisme merupakan unsur yang dominan dalam kehidupan sosial-politik

sekelompok manusia dan telah mendorong terbentuknya suatu bangsa atau nation guna

menyatukan kehendak untuk bersatu. Menurut Soekarno (dalam Dault, 2005: 3) semangat

nasionalisme merupakan semangat kelompok manusia yang hendak membangun suatu

bangsa yang mandiri, dilandasi satu jiwa dan kesetiakawanan yang besar, mempunyai

kehendak untuk bersatu dan terus menerus ditingkatkan untuk bersatu, dan menciptakan

keadilan dan kebersamaan. Hasrat hidup bersama itu merupakan solidaritas agung.

Ernest Renan (dalam Dault, 2005: 3) menyebut nasionalisme sebagai le desire

d’entre ensemble atau kehendak untuk bersatu. Nasionalisme ini membentuk persepsi dan

konsepsi identitas sosial kaum pergerakan di seluruh negara-negara jajahan sebagai suatu

kekuatan politik yang tidak bisa disangkal oleh penguasa kolonial. Tujuan nasionalisme ini

adalah pembebasan dari penjajahan dan menciptakan masyarakat/negara yang adil dan tidak

ada lagi penindasan manusia oleh manusia.

Dalam dimensi politik, nasionalisme merupakan ideologi yang meyakini bahwa

kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan, yaitu suatu negara

yang penduduknya memiliki hak dan kewajiban sama serta mau mengingatkan dirinya dalam

Page 18: YASIR ICHWAN

suatu negara, (Kohn, 1984: 11). Demikian juga Soekarno, presiden pertama Indonesia,

mengatakan bahwa bangsa adalah sebuah konstruksi yang dihasilkan oleh sebuah visi yang

diperjuangkan. Dalam pengertian politik ini, prinsip-prinsip utama dalam nasionalisme

adalah kebebasan, kesatuan, keadilan, dan kepribadian yang menjadi orientasi kehidupan

kolektif suatu kelompok untuk mencapai tujuan politik, yaitu negara nasional, (Kartodirdjo,

1993: 3).

Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi oleh empat pilar yaitu Pancasila,

Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal

Ika. Pancasila yang berarti lima dasar atau lima asas adalah nama dari Dasar Negara Republik

Indonesia. Pancasila yang dimaksud adalah lima Dasar Negara sebagaimana yang tercantum

di dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat, yang berbunyi sebagai berikut: (1)

Ketuhanan Yang Maha Esa; (2) Kemanusiaan yang adil dan beradab; (3) Persatuan

Indonesia; (4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan

perwakilan; (5) Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia. Dalam hal ini dapat

disimpulkan bahwa Pancasila memiliki dua pengertian, yaitu: (1) Pancasila sebagai Dasar

Negara Republik Indonesia, dan Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia,

(Darmodihardjo, 1984: 24).

Pengertian pokok tentang Undang-Undang Dasar 1945 adalah keseluruhan naskah

yang terdiri dari: (1) Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945; (2) Batang Tubuh Undang-

Undang Dasar 1945 yang terdiri dari 16 Bab berisi 37 pasal, Aturan Peralihan dan Aturan

Tambahan; (3) Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, (Bakry, 1987: 89). Undang-Undang

Dasar 1945 merupakan hukum dasar yang tertulis, yang disampingnya masih ada hukum

dasar tidak tertulis, yaitu ”aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktik

penyelenggaraan negara, meskipun tidak tertulis”, (Bakry, 1987: 89).

Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan bentuk negara yang dipilih sebagai

komitmen bersama. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah pilihan yang tepat untuk

mewadahi kemajemukan bangsa. Oleh karena itu komitmen kebangsaan akan keutuhan

Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi suatu “keniscayaan” yang harus dipahami oleh

seluruh komponen bangsa. Dalam pasal 37 ayat 5 secara tegas menyatakan bahwa khusus

mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan

karena merupakan landasan hukum yang kuat bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

tidak dapat diganggu gugat, (MPR, 2012: 7).

Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan negara sebagai modal untuk bersatu.

Kemajemukkan bangsa merupakan kekayaan kita, kekuatan kita, yang sekaligus juga menjadi

Page 19: YASIR ICHWAN

tantangan bagi kita bangsa Indonesia, baik kini maupun yang akan datang. Oleh karena itu

kemajemukan itu harus kita hargai, kita junjung tinggi, kita terima, dan kita hormati serta kita

wujudkan dalam semboyan Bhinneka Tunggal ika, (MPR, 2012: 7).

Dr. M. Quraish Shihab dalam bukunya Wawasan Alquran (Shihab, 2006: 333-344)

menyatakan bahwa unsur-unsur nasionalisme juga dapat ditemukan dalam Alquran:

1. Persamaan Keturunan

Dalam Alquran ditegaskan bahwa Allah SWT menciptakan manusia terdiri dari

berbagai ras, suku, dan bangsa agar tercipta persaudaraan dalam rangka menggapai tujuan

bersama yang dicita-citakan. Alquran sangat menekankan kepada pembinaan keluarga yang

merupakan unsur terkecil terbentuknya masyarakat, dari masyarakat terbentuk suku, dan dari

suku terbentuk bangsa, sebagaimana dalam Alquran pada surat Al A’raf ayat 160 yang

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia:

”Dan mereka Kami bagi menjadi dua belas suku yang masing-masingnya berjumlah besar dan Kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta air kepadanya: ”Pukullah batu itu dengan tongkatmu!”. Maka memancarlah dari padanya dua belas mata air. Sesungguhnya tiap-tiap suku mengetahui tempat minum masing-masing. Dan Kami naungkan awan di atas mereka dan Kami turunkan kepada mereka manna dan salwa. (Kami Berfirman): ”Makanlah yang baik-baik dari apa yang telah Kami rezekikan kepadamu”. Mereka tidak menganiaya Kami, tapi merekalah yang selalu menganiaya dirinya sendiri”. Rasulullah Muhammad SAW dalam perjuangannya di Makkah justru mendapat

pembelaan dari keluarga besarnya. Sejalan dengan itu Rasulullah Muhammad SAW

bersabda: ”Sebaik-baiknya kamu adalah pembela keluarga besarnya selama pembelaannya itu

bukan dosa (HR Abu Daud dari Suroqoh bin Malik)”.

Pengelompokkan dalam suku bangsa tidak boleh menyebabkan fanatisme buta, sikap

superioritas dan penghinaan terhadap bangsa lain. Rasulullah Muhammad SAW bersabda:

”Tidaklah termasuk dalam golongan kita orang yang mengajak kepada ashobiyyah (fanatik

buta terhadap kelompok), bukan pula yang berperang atas dasar ashobiyyah, bukan pula yang

mati dengan mendukung ashobiyyah (HR Abu Daud dari Jubair bin Muth’im)”.

2. Persamaan Bahasa

Bahasa pada hakikatnya bukan hanya sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan

isi pikiran dan tujuan, tapi untuk memelihara identitas dan sebagai pembeda dari komunitas

lain. Jadi, bahasa merupakan perekat terjadinya persatuan umat atau bangsa. Dalam konteks

paham nasionalisme, bahasa pikiran, dan perasaan, jauh lebih penting ketimbang bahasa

lisan, karena sekali lagi ditekankan bahwa bahasa lisan adalah jembatan perasaan. Orang-

Page 20: YASIR ICHWAN

orang Yahudi yang bahasanya satu, yaitu bahasa Ibrani, dikecam oleh Alquran dalam surat Al

Hasyr ayat 14 yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia:

”Mereka (Yahudi) tidak akan memerangi kamu dalam keadaan bersatu padu, kecuali dalam kampung-kampung yang berbenteng atau di balik tembok. Permusuhan antara sesama mereka (Yahudi) adalah sangat hebat. Kamu kira mereka (Yahudi) itu bersatu, sedang hati mereka berpecah belah. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka (Yahudi) adalah kaum yang tidak mengerti”. Sahabat-sahabat Rasulullah ketika meremehkan sahabat Salman (berasal dari

Persia), Suhaib (berasal dari Romawi) dan Bilal (berasal dari Ethiopia) maka Rasulullah

Muhammad SAW bersabda: ”Kebangsaan Arab yang ada pada diri kalian bukanlah karena

bapak atau ibu melainkan dari bahasa, maka barang siapa berbicara bahasa Arab maka dia

adalah bangsa Arab (HR Ibnu ’Asakir)”.

Jadi, terlihat bahwa bahasa, saat dijadikan sebagai perekat dan unsur kesatuan umat,

dapat diakui oleh Alquran, bahkan inklusif dalam ajarannya. Bahasa dan keragamannya

merupakan salah satu bukti keesaan dan kebesaran Allah SWT. Hanya saja harus

diperhatikan bahwa dari bahasa harus lahir kesatuan pikiran dan perasaan, bukan sekadar alat

menyampaikan informasi.

3. Persamaan Adat Istiadat

Pikiran dan perasaan satu kelompok/umat tercermin antara lain dalam adat

istiadatnya. Dalam konteks ini, kita dapat merujuk perintah Alquran surat Ali Imran ayat 104:

”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,

menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang

yang beruntung”.

Kata ‘urf dan ma’ruf pada ayat-ayat itu mengacu kepada kebiasaan dan adat istiadat

yang tidak bertentangan dengan al-khair, yakni prinsip-prinsip ajaran Islam. Rincian dan

penjabaran kebaikan dapat beragam sesuai dengan kondisi dan situasi masyarakat. Sehingga,

sangat mungkin suatu masyarakat berbeda pandangan dengan masyarakat lain. Apabila

rincian maupun penjabaran itu tidak bertentangan dengan prinsip ajaran agama, maka itulah

yang dinamai ‘urf/ma’ruf.

Imam Bukhari meriwayatkan, bahwa suatu ketika Aisyah mengawinkan seorang

gadis yatim kerabatnya kepada seorang pemuda dari kelompok Anshar (penduduk kota

Madinah). Nabi Muhammad SAW yang tidak mendengar nyanyian pada acara itu, berkata

kepada Aisyah, ”Apakah tidak ada permainan/nyayian? Karena orang-orang Anshar senang

mendengarkan nyanyian”. Demikian Nabi Muhammad SAW menghargai adat-kebiasaan

Page 21: YASIR ICHWAN

masyarakat Anshar. Jadi, jelas bahwa adat istiadat sebagai salah satu pembentuk bangsa

tidaklah bertentangan dengan Islam.

4. Kesatuan dan Persatuan

Tidak dapat disangkal bahwa Alquran memerintahkan persatuan dan kesatuan.

Sebagaimana secara jelas dinyatakan dalam surat Al Anbiyaa ayat 92 dan surat Al Mu’minun

ayat 52 yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia: ”Sesungguhnya umatmu ini adalah

umat yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku”.

Hal yang harus dipahami pertama kali adalah pengertian dan penggunaan Alquran

terhadap kata umat. Ar-Raghib Al-Isfahani, pakar bahasa yang menyusun kamus Alquran Al-

Mufradat fi Ghanb, Alquran menjelaskan bahwa umat adalah kelompok yang dihimpun oleh

sesuatu, baik persamaan agama, waktu, tempat, baik pengelompokkan itu secara terpaksa

maupun atas kehendak sendiri. Kalau demikian, dapat dikatakan bahwa makna kata umat

dalam Alquran sangat lentur, dan mudah menyesuaikan diri.

Jamaluddin Al-Afghani, yang dikenal sebagai penyatu persatuan Islam (Liga Islam),

menegaskan bahwa idenya bukan untuk menuntut umat Islam berada di bawah satu

kekuasaan, tetapi hendaknya mereka mengarah kepada satu tujuan, serta saling membantu

untuk menjaga keberadaan masing-masing. Sebagaimana dijelaskan dalam Alquran surat Ali

Imran ayat 105 yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia: ”Janganlah kamu menjadi

seperti mereka yang berkelompok-kelompok dan berselisih sesudah datang keterangan yang

jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat”.

Kalimat ”dan berselisih” digandengkan dengan ”berkelompok-kelompok” untuk

mengisyaratkan bahwa yang terlarang adalah pengelompokkan yang mengakibatkan

perselisihan. Kesatuan umat Islam tidak berarti dileburnya segala perbedaan, atau ditolaknya

segala ciri/sifat yang dimiliki oleh perorangan, kelompok, asal keturunan, dan bangsa.

Kelenturan kandungan makna umat seperti yang dikemukakan terdahulu mendukung

pandangan ini. Sekaligus membuktikan bahwa dalam banyak hal, Alquran hanya

mengamanatkan nilai-nilai umum dan menyerahkan kepada masyarakat untuk menyesuaikan

diri dengan nilai-nilai umum itu.

Dalam Alquran juga mengakui adanya kebinekaan dalam kesatuan, yaitu dijelaskan

dalam surat Al Maidah ayat 48 yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia: ”Seandainya

Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak

menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat

kebajikan”.

Page 22: YASIR ICHWAN

Akan tetapi itu tidak dikehendaki-Nya. Dengan demikian, tidak dapat dibuktikan

bahwa Alquran menuntut penyatuan umat Islam seluruh dunia pada satu wadah persatuan

saja, dan menolak paham kebangsaan.

Alquran tidak mengharuskan penyatuan seluruh umat Islam ke dalam satu wadah

kenegaraan. Sistem kekhalifahan yang dikenal sampai masa kekhalifahan Utsmaniyah

merupakan salah satu bentuk yang dapat dibenarkan, tetapi bukan satu-satunya bentuk baku

yang ditetapkan. Oleh sebab itu, jika perkembangan pemikiran manusia atau kebutuhan

masyarakat menuntut bentuk lain, hal itu dibenarkan pula oleh Islam, selama nilai-nilai yang

diamanatkan maupun unsur-unsur perekatnya tidak bertentangan dengan Islam.

5. Persamaan Sejarah

Persamaan sejarah muncul sebagai unsur kebangsaan karena unsur ini merupakan

salah satu yang terpenting demi menyatukan perasaan, pikiran, dan langkah-langkah

masyarakat. Sejarah menjadi penting, karena umat, bangsa, dan kelompok dapat melihat

dampak positif atau negatif pengalaman masa lalu, kemudian mengambil pelajaran dari

sejarah, untuk melangkah ke masa depan. Sejarah yang gemilang dari suatu kelompok akan

dibanggakan anggota kelompok serta keturunannya, demikian pula sebaliknya.

Alquran sangat menonjol dalam menguraikan peristiwa sejarah. Bahkan tujuan

utama dari uraian sejarahnya adalah guna mengambil iktibar (pelajaran), guna menentukan

langkah berikutnya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa unsur kesejarahan sejalan dengan

ajaran Alquran. Sehingga kalau unsur ini dijadikan salah satu faktor lahirnya nasionalisme,

hal ini inklusif di dalam ajaran Alquran, selama uraian kesejarahan itu diarahkan untuk

mencapai kebaikan dan kemaslahatan.

6. Cinta Tanah Air

Cinta tanah air sejalan dengan perintah Alquran, bahkan inklusif dalam ajarannya

dan praktik Nabi Muhammad SAW. Cinta kepada tanah air tampak pada saat beliau tinggal

di Madinah dan menjadi warga kota, beliau memohon kepada Allah: ”Ya Allah cintakan kota

Madinah kepada kami, sebagaimana Engkau mencintakan kota Makkah kepada kami (HR

Bukhari, Malik, dan Akhmad)”.

Orang yang gugur dalam mempertahankan keluarga, harta, dan negeri sendiri dinilai

sebagai mati syahid, sebagaimana gugur dalam membela agama, bahkan agama

menggandengkan pembelaan agama dan pembelaan negara dalam Alquran surat Al

Mumtahanah ayat 8-9 yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia:

”Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari

Page 23: YASIR ICHWAN

negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”.

Dari uraian di atas terlihat bahwa nasionalisme sangat sejalan dengan ajaran Alquran

dan Sunah. Bahkan semua unsur yang melahirkan paham tersebut, inklusif dalam ajaran

Alquran.

Nasionalisme politik di Indonesia diperkenalkan oleh para intelektual dan kaum

terpelajar pada awal abad 20, yang kemudian tokoh-tokoh tersebut membentuk Budi Utomo

pada tahun 1908. Gerakan ini berkembang di kalangan terpelajar yang kelak menjadi cikal-

bakal terbentuknya elit modern Indonesia.

Kebangkitan nasionalisme yang dipelopori oleh Wahidin Soedirohoesodo, Soetomo,

HOS Tjokroaminoto dan generasi yang lebih muda seperti Soekarno, Hatta, Sjahrir, SM

Kartosoewirjo, Tan Malaka, dan lain-lain, semakin mendinamisasikan kaum pergerakan

dalam upaya mencapai kemerdekaan. Di bawah cengkraman kolonialis Hindia-Belanda dan

juga Jepang, para tokoh pergerakan itu benar-benar menyadari arti penting semangat

nasionalisme, karena penjajah menerapkan kapitalisme modern yang telah mengakibatkan

bangsa Indonesia sangat menderita dengan kemiskinan, kebodohan, dan kesengsaraan.

Setelah Budi Utomo pada tahun 1908 dibentuk kemudian menyusul organisasi yang

bersifat politik, yaitu Indische-Partij pada tahun 1911 dan Sarekat Islam pada tahun 1912

yang kemudian menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Indische-Partij dibentuk oleh

tiga “serangkai” EFE Douwes Dekker, Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi

Soeryaningrat (bangsawan Jawa dari keraton Paku Alam). Sarekat Islam dibentuk oleh Haji

Samanhoedi pedagang batik dari Solo yang “keturunan Bugis-Makassar”, dan kemudian

berkembang di bawah kepemimpinan (Haji Oemar Said) Tjokroaminoto. Selanjutnya,

keberanian untuk berorganisasi makin berkembang dan pemuda-pemuda etnik mengambil

peranannya masing-masing. Tegaklah kemudian Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Sumatera,

Jong Batak, dan sebagainya. Dengan menggunakan organisasinya yang berdasarkan asal

kelahiran mereka, maka mereka telah memberikan makna ideologi dalam kerangka proses

pencerahan dan pembentukan identitas baru, ke-Indonesiaan. Artinya, ideologi yang berlatar

etnik terlibat secara intens di tengah-tengah pertarungan pencarian identitas di bawah bayang-

bayang kekuasaan kolonialisme Belanda. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa cita-cita

ke-Indonesiaan sudah sejak awal dicari dan ditemukan bersama oleh warga terdidik-

tercerahkan yang berasal dari kelahiran etnik yang berbeda-beda itu. Warga Hindia-Belanda

Page 24: YASIR ICHWAN

yang terdidik-tercerahkan dan dari etnik berbeda-beda itu bersatu padu, berdialog dan

mempertanyakan identitas diri mereka, meskipun identitas etnik dan budaya mereka berbeda-

beda.

Selanjutnya tibalah saat yang bersejarah bagi bangsa Indonesia ketika sejumlah

warga terdidik-tercerahkan itu berkumpul dan berkongres pada tanggal 28 Oktober 1928.

Pertemuan itu menghasilkan sebuah rumusan (penegasan) tentang nama diri bangsa, tanah

air, dan bahasa, yaitu Indonesia. Momen bersejarah itu hingga kini masih diperingati sebagai

Hari Sumpah Pemuda.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Teori Strukturalisme

Analisis sastra adalah ikhtiar untuk menangkap atau mengungkapkan makna yang

terkandung dalam teks sastra. Pemahaman terhadap teks sastra harus memperhatikan unsur-

unsur struktur yang membentuk dan menentukan sistem makna, (Culler dalam Pradopo,

1995: 41).

Kehadiran strukturalisme dalam penelitian sastra, sering dipandang sebagai teori dan

pendekatan. Hal ini pun tidak salah, karena baik pendekatan maupun teori saling melengkapi

dalam penelitian sastra. Pendekatan strukturalisme akan menjadi sisi pandang apa yang akan

diungkap melalui karya sastra, sedangkan teori adalah pisau analisisnya, (Endraswara, 2008:

49).

Strukturalisme sebenarnya merupakan paham filsafat yang memandang dunia

sebagai realitas berstruktur. Dunia sebagai suatu hal yang tertib, sebagai sebuah relasi dan

keharusan. Jaringan relasi ini merupakan struktur yang bersifat otonom. Keteraturan struktur

itu, akan membentuk sebuah sistem yang baku dalam penelitian sastra. Menurut Junus (dalam

Endraswara, 2008: 49) strukturalisme memang sering dipahami sebagai bentuk. Karya sastra

adalah bentuk. Oleh sebab itu, strukturalisme sering dianggap sekadar formalisme modern.

Memang, ada kesamaan antara strukturalisme dengan formalisme, yang sama-sama mencari

arti dari teks itu sendiri.

Strukturalisme merupakan cabang penelitian sastra yang tidak bisa lepas dari aspek-

aspek linguistik. Keutuhan makna bergantung pada koherensi keseluruhan unsur sastra,

(Endraswara, 2008: 50). Keseluruhan sangat berharga dibandingkan unsur yang berdiri

sendiri, karena masing-masing unsur memiliki pertautan yang membentuk sistem makna.

Setiap unit struktur teks sastra hanya akan bermakna jika dikaitkan hubungannya dengan

Page 25: YASIR ICHWAN

struktur lainnya. Hubungan tersebut dapat berupa paralelisme, pertentangan, inversi, dan

kesetaraan. Hal yang terpenting adalah bagaimana fungsi hubungan tersebut menghadirkan

makna secara keseluruhan.

Menurut Jean Peaget (dalam Endraswara, 2008: 50) strukturalisme mengandung tiga

hal pokok. Pertama, gagasan keseluruhan (wholness), dalam arti bahwa bagian-bagian atau

unsurnya menyesuaikan diri dengan seperangkat kaidah intrinsik yang menentukan baik

keseluruhan struktur maupun bagian-bagiannya. Kedua, gagasan transformasi

(transformation), struktur itu menyanggupi prosedur transformasi yang terus menerus

memungkinkan pembentukan bahan-bahan baru. Ketiga, gagasan keteraturan yang mandiri

(self regulation) yaitu tidak memerlukan hal-hal di luar dirinya untuk mempertahankan

prosedur transformasinya, struktur itu otonom terhadap rujukan sistem lain.

Paham strukturalis, secara langsung maupun tidak langsung sebenarnya telah

menganut paham penulis Paris yang dikembangkan oleh Ferdinand de Saussure. Paham ini

mencuatkan konsep sign dan meaning (bentuk dan makna/isi) atau seperti yang dikemukakan

Luxemburg (dalam Endraswara, 2008: 50) tentang signifiant-signifie dan paradigma-

syntagma. Kedua unsur itu selalu berhubungan dan merajut makna secara keseluruhan. Oleh

karena itu, kedua unsur penting ini tidak dapat dipisahkan dalam penafsiran sastra.

Karya sastra yang dibangun atas dasar bahasa, memiliki ciri bentuk (form) dan isi

(content) atau makna (significance) yang otonom, (Endraswara, 2008: 50). Artinya,

pemahaman karya sastra dapat diteliti dari teks sastra itu sendiri. Hanya saja, pemahaman

harus mampu mengaitkan kebertautan antar unsur pembangun karya sastra. Kebertautan

unsur itu akan membentuk sebuah makna utuh.

Ide dasar strukturalis adalah menolak kaum mimetik (yang menganggap karya sastra

sebagai tiruan kenyataan), teori ekspresif (yang menganggap karya sastra sebagai ungkapan

watak dan perasaan pengarang), dan menentang asumsi bahwa karya sastra sebagai media

komunikasi antara pengarang dan pembaca, (Endraswara, 2008: 50). Pendek kata,

strukturalisme menekankan pada otonomi penelitian sastra.

Penekanan Strukturalis adalah memandang karya sastra sebagai teori mandiri.

Penelitian dilakukan secara obyektif yaitu menekankan aspek intrinsik karya sastra. Analisis

struktural dalam analisis teks sastra menjadi perantaraan dalam membongkar sistem makna

yang terkandung di dalamnya. Pendekatan struktural sebagai prioritas awal untuk mengetahui

kebulatan makna teks sastra yang harus memperhatikan pemahaman peran dan fungsi unsur-

unsur yang membangun teks sastra, (Teeuw, 1991: 61).

Page 26: YASIR ICHWAN

Berdasarkan penilaian tersebut, analisis struktural terhadap teks sastra memiliki

tujuan untuk membongkar atau mengungkapkan keterkaitan unsur-unsur dalam teks sastra

secara totalitas dalam menghasilkan makna, (Teeuw, 1991: 135). Menurut Goldman (dalam

Ratna, 2004: 122) menekankan bahwa dalam rangka memberi keseimbangan antara karya

sastra dengan aspek-aspek yang berada di luarnya, yaitu antara hakikat otonomi dengan

hakikat ketergantungan sosialnya, tidak secara langsung menghubungkan karya dengan

struktur sosial yang menghasilkannya, melainkan mengaitkannya terlebih dahulu dengan

kelas sosial dominan.

Hal ini sesuai dengan pendapat A. Teeuw (dalam Pradopo, 1995: 46). “Analisis

struktural merupakan hal yang harus dilakukan untuk memahami prosa (baik cerpen, novel,

dan roman) yaitu dengan memahami struktur fisik dan struktur batin yang terdapat di

dalamnya”. Sebelum melakukan analisis karya sastra dengan menggunakan pendekatan

apapun haruslah menggunakan pendekatan strukturalisme.

Analisis struktural merupakan prioritas utama sebelum diterapkannya analisis yang

lain. Tanpa analisis struktural tersebut, kebulatan makna yang dapat digali dari karya sastra

tersebut tidak dapat ditangkap, dipahami sepenuhnya atas dasar pemahaman tempat dan

fungsi unsur itu di dalam keseluruhan karya sastra, (Teeuw, 1991: 16).

Mukarovski dan Vodica (dalam Ratna, 2004: 93) menyebutkan unsur-unsur prosa, di

antaranya tema, latar atau setting, penokohan atau perwatakan, alur atau plot, sudut pandang,

dan gaya bahasa. Berdasarkan pandangan tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis

strukturalisme berusaha memaparkan dan menunjukkan unsur-unsur yang membangun karya

sastra serta menjelaskan bahwa antara unsur-unsur tersebut kurang berfungsi tanpa adanya

interaksi. Untuk dapat memecahkan masalah, maka digunakan analisis strukturalisme pada

novel 5 cm. karya Donny Dhirgantoro yang akan dikaji.

2.3 Tinjauan Pustaka

Penelitian terhadap Novel 5 cm. pernah dilakukan oleh Dwi Lindawati pada tahun

2009 yang berjudul ”Moralitas Sosial Tokoh dan Amanat dalam Novel 5 cm. Karya Donny

Dhirgantoro”. Data dalam penelitian tersebut adalah unit-unit teks pada novel 5 cm. karya

Donny Dhirgantoro yang berupa paparan bahasa yang menggambarkan moralitas sosial tokoh

dan amanat-amanat yang terkandung. Namun yang membedakan dengan penelitian ini adalah

data yang menjadi objek kajiannya. Dwi menggunakan unit-unit teks yang berupa paparan

bahasa yang menggambarkan moralitas sosial tokoh dan amanat-amanat yang ingin

disampaikan pengarang sedangkan penelitian ini menggunakan data yang berupa kata, klausa,

Page 27: YASIR ICHWAN

kalimat, dan ungkapan yang mengandung makna nasionalisme. Selain itu, Dwi juga

membahas moralitas sosial tokoh berdasarkan beberapa aspek, yaitu: (1) moralitas dilihat dari

aspek ketaatan kepada peraturan, (2) moralitas dilihat dari aspek tidak suka menyakiti orang

lain, (3) moralitas dilihat dari aspek memiliki rasa empati terhadap orang lain, (4) moralitas

dilihat dari aspek cinta tanah air, dan (6) moralitas dilihat dari aspek memiliki rasa tanggung

jawab terhadap orang lain. Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti membahas nasionalisme

dari segala aspek, seperti aspek politik, agama, pendidikan, kebudayaan, ideologi dan

sebagainya.

Novel 5 cm. juga pernah diteliti oleh Silvia Ratna Juwita pada tahun 2012 yang

berjudul ”Nilai Moral Novel 5 cm. Karya Donny Dhirgantoro dan Implikasinya Terhadap

Pembelajaran Sastra di Sekolah”. Metode yang digunakan dalam penulisan penelitian

tersebut adalah metode kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai moral yang

terdapat dalam novel 5 cm. karya Donny Dhirgantoro, selain itu penulisan penelitian tersebut

juga menggunakan pendekatan psikologi sosial yang membahas tentang hubungan antar

individu dan tanggapan masyarakat terhadap individu karena dalam penelitian tersebut

mencoba menguraikan nilai moral yang terkandung dalam novel 5 cm. karya Donny

Dhirgantoro. Namun yang membedakan dengan penelitian ini adalah cara menganalisis

kajiannya. Silvia menganalisis nilai moral yang terdapat dalam Novel 5 cm. kemudian

menghubungkannya dengan proses pembelajaran sastra di sekolah tingkat SMA kelas XI

(sebelas). Dalam analisisnya Silvia mendapatkan nilai moral yang terkadung dalam novel 5

cm. seperti: kejujuran, bertanggungjawab, disiplin, visioner, adil, peduli, dan kerja keras.

Kemudian nilai-nilai moral tersebut diimplikasikan pada pembelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia di tingkat SMA kelas XI (sebelas) dalam aspek mendengarkan. Sedangkan

penelitian ini, peneliti menganalisis nasionalisme berdasarkan kajian strukturalisme, artinya

peneliti memaparkan keterkaitan unsur-unsur dalam teks sastra secara totalitas sehingga

menghasilkan makna nasionalisme. Unsur-unsur yang dianalisis seperti tema, peristiwa atau

kejadian, latar atau setting, penokohan atau perwatakan, alur atau plot, sudut pandang, dan

gaya bahasa berdasarkan indikator nasionalisme.

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian Irvandi Arifiansyah pada tahun 2011

yang berjudul ”Kajian Struktural Dan Nilai Pendidikan Novel 5 cm. Karya Donny

Dhirgantoro”. Penelitian tersebut berbentuk deskriptif kualitatif dengan menggunakan

pendekatan strukturalisme. Metode yang digunakan adalah metode analisis isi. Walaupun

sama-sama menggunakan kajian strukturalisme, yang menjadi kajian Irvandi yaitu tentang

nilai pendidikan yang terdapat dalam Novel 5 cm. Artinya, dalam penelitian tersebut Irvandi

Page 28: YASIR ICHWAN

menganalisis secara struktural Novel 5 cm., kemudian Irvandi juga menganalisis nilai

pendidikan yang terdapat dalam novel tersebut. Adapun nilai pendidikan yang dibahas, yaitu

nilai pendidikan sosial, nilai pendidikan moral, nilai pendidikan religius, dan nilai pendidikan

estetika. Jadi, Irvandi memaparkan nilai pendidikan berdasarkan keterkaitan antar unsur

dalam teks sastra. Hal yang menjadi pembeda dengan penelitian ini adalah fokus kajiannya.

Penelitian ini secara lebih spesifik membahas tentang nasionalisme yang merupakan bagian

dari nilai pendidikan itu sendiri. Peneliti menganalisis nasionalisme berdasarkan keterkaitan

antar unsur teks sastra. Artinya, peneliti menganalisis secara lebih luas tentang nasionalisme

berdasarkan strukturalisme.

Page 29: YASIR ICHWAN

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian pustaka. Penelitian pustaka

merupakan suatu penelitian yang dilakukan di ruang perpustakaan untuk menghimpun dan

menganalisis data yang bersumber dari perpustakaan, baik berupa buku-buku, periodikal-

periodikal, seperti majalah-majalah ilmiah yang diterbitkan secara berkala, kisah-kisah

sejarah, dokumen-dokumen dan materi perpustakaan lainnya, yang dapat dijadikan sumber

rujukan untuk menyusun suatu laporan ilmiah, (Fathoni, 2006: 95-96).

Metode dan teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah teknik pustaka,

baca, dan catat.

a. Teknik Pustaka adalah teknik yang menggunakan sumber-sumber tertulis untuk

memperoleh data, (Subroto, 1992: 42). Data diperoleh dalam bentuk tulisan maka

harus dibaca, hal-hal yang penting dicatat kemudian disimpulkan dan memelajari

sumber tulisan yang dapat dijadikan sebagai landasan teori dan acuan dalam

hubungan dengan objek yang akan diteliti.

b. Teknik baca dan catat. Teknik baca yaitu dengan membaca secara berulang-ulang

secara keseluruhan novel tersebut untuk memahami isinya secara utuh. Teknik catat

yaitu mencatat kata, kalimat, atau data-data yang penting yang berkaitan dengan

permasalahan yang diteliti, serta mengumpulkan teori-teori yang relevan yang

berhubungan dengan penelitian.

c. Kemudian dilanjutkan dengan sumber data, yaitu menggunakan data primer dan data

sekunder. Data primer merupakan data yang langsung didapat dan diperoleh oleh

penulis dari sumber pertamanya untuk keperluan penelitian, (Surachmad, 1990:163).

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah novel 5 cm. karya Donny

Dhirgantoro.

Sumber Data:

Judul Novel : 5 cm.

Pengarang : Donny Dhirgantoro

Penerbit : PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Jumlah Halaman : 381 Halaman

Cetakan : Keduapuluh Sembilan

Tahun Terbit : 2013

Page 30: YASIR ICHWAN

Warna Sampul : Hitam

Desain Sampul : Bayu Abdinegoro

Sumber data sekunder adalah sumber data yang terlebih dahulu dikumpulkan orang

di luar penyelidik itu sendiri. Walaupun yang dikumpulkan itu sebenarnya adalah data asli,

(Surachmad, 1990: 163). Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku sastra,

referensi, catatan singkat, dan sebagainya yang relevan dengan penelitian. Data penelitian

berisi kutipan-kutipan dari data buku, dokumen, catatan resmi, dan lain-lain untuk memberi

gambaran laporan.

3.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang akan dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

a. Menganalisis Unsur-Unsur Pembangun Novel

Peneliti akan menganalisis unsur-unsur pembangun novel 5 cm. karya Donny

Dhirgantoro berdasarkan kata, klausa, kalimat, dan ungkapan yang mengandung

nasionalisme melalui tokoh Arial, Riani, Zafran, Ian dan Genta.

b. Mengaitkan Antara Unsur Pembangun Novel

Setelah dianalisis peneliti, maka langkah selanjutnya adalah mengaitkan hasil

analisis antara unsur yang satu dengan lainnya yang membangun struktur novel 5

cm. karya Donny Dhirgantoro.

c. Menyajikan Hasil Analisis

Kemudian peneliti akan menyajikan hasil analisis tersebut dengan menjelaskan

bagaimana nasionalisme dalam novel 5 cm. karya Donny Dhirgantoro berdasarkan

analisis strukturalisme.

d. Menyimpulkan Penelitian

Hasil analisis akan dibuat simpulan tentang nasionalisme dalam novel 5 cm. karya

Donny Dhirgantoro berdasarkan analisis strukturalisme.

Page 31: YASIR ICHWAN

BAB IV

ANALISIS STRUKTUR YANG MEMBANGUN NILAI NASIONALISME DALAM

NOVEL 5 cm. KARYA DONNY DHIRGANTORO

4.1 Tema

Tema adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita, (Stanton dan Kenny dalam

Nurgiantoro, 2005: 67). Tema disaring dari motif-motif yang terdapat dalam karya yang

bersangkutan yang menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik, dan situasi tertentu.

Menurut Sudjiman (1986: 50) tema adalah gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari

suatu karya sastra, sedangkan menurut Sumardjo dan Saini (1986: 56), mengemukakan

bahwa tema adalah ide sebuah cerita. Pengarang dalam menulis ceritanya bukan sekadar mau

bercerita, tetapi mau menyampaikan sesuatu kepada pembacanya. Menurut beberapa

pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tema adalah gagasan atau ide sentral (pokok) yang

menjadi dasar penciptaan cerita.

Secara keseluruhan tema novel 5 cm. adalah tentang persahabatan. Pada novel 5 cm.

kisah persahabatan begitu kental tertuang dalam setiap peristiwa yang dijalani para tokohnya.

Tokoh yang menjalani persahabatan dalam novel 5 cm. ini adalah Genta, Arial, Zafran, Riani,

dan Ian. Mereka adalah lima orang bersahabat yang sering menghabiskan waktu bersama-

sama.

Tema tentang persahabatan tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut:

”Tapi kan ada yang lebih penting dari sekadar selera...,” Genta ngomong pelan dan melanjutkan, “yang penting kan kita bareng-bareng terus berlima...menghargai pendapat semuanya, selera semuanya, ketawa buat semuanya, sedih buat semuanya”. (5 cm.: 50)

Pada kutipan tersebut, nilai nasionalisme dari persahabatan adalah tentang

kebersamaan yang dilakukan oleh kelima orang tokoh yang bersahabat, yaitu Genta, Arial,

Zafran, Riani, dan Ian. Kebersamaan merupakan bagian yang mendasar dalam sebuah

persatuan. Kebersamaan melambangkan sebuah persatuan dari kelima orang tokoh bersahabat

tersebut. Kebersamaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 986) mempunyai arti

yaitu hal yang dilakukan bersama. Kebersamaan merupakan suatu bentuk nasionalisme

karena adanya unsur persatuan di dalamnya.

Nilai persatuan terdapat dalam sila ketiga Pancasila Persatuan Indonesia. Pada sila

ketiga Pancasila ini menyiratkan adanya suatu keragaman, sehingga perlu adanya rasa untuk

bersatu dari keberagaman tersebut guna membentuk suatu kebulatan yang utuh. Pada novel 5

Page 32: YASIR ICHWAN

cm. keberagaman terlihat dalam aspek perbedaan pendapat, jenis kelamin, selera, dan juga

pandangan hidup. Semua perbedaan tersebut menjadi sebuah kekuatan yang membuat mereka

bisa memahami satu dengan yang lainnya sehingga terjalin rasa saling menghargai. Adanya

rasa saling menghargai tersebut, membuat kelima orang bersahabat ini menjalin kebersamaan

atas nama persahabatan.

Kelima tokoh dalam novel 5 cm. merupakan orang-orang sejak masa SMA sudah

bersahabat. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut:

”Kalau kata Zafran, sebuah cerminan masa-masa bahagia yang sudah begitu gelap karena walau bagaimana pun dengan cara apa pun kita nggak akan bisa kembali lagi ke masa-masa SMA yang sangat indah bagi mereka. Masa SMA yang nggak akan tergantikan dengan apa pun.... Jadi, biarkan aja semuanya gelap, yang penting kita pernah sama-sama di gelap bahagia sana.” (5 cm.: 46)

Pada kutipan tersebut dapat diidentifikasikan bahwa rasa kebersamaan mereka

memang sudah terjalin lama karena sudah menghabiskan waktu bersama-sama sejak masa

SMA, sehingga membuat rasa persatuan di antara kelima orang bersahabat ini sudah cukup

kuat. Rasa kebersamaan kelima orang bersahabat ini juga berlanjut, ketika mereka mendaki

gunung Semeru. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Kalo ada yang capek bilang ya, jangan ada yang gengsi. Satu orang capek, semuanya berhenti. Kebanyakan orang gagal ke puncak karena kecapekan dan gengsi nggak mau bilang. Yang ada cuma maksa sehingga akibatnya nggak bisa ngelanjutin.” (5 cm.: 237)

Pada kutipan tersebut, kebersamaan dalam persahabatan mereka memang cukup

jelas terlihat. Rasa kebersamaan seakan sudah tertanam di dalam benak mereka, sehingga

mereka harus melaksanakan sesuatunya berdasarkan kepentingan bersama. Kelima orang

bersahabat dalam novel 5 cm. ini benar-benar menempatkan kepentingan bersama di atas

kepentingan dirinya sendiri. Hal itu dilakukan sejak masa SMA, mereka bersama-sama

mendaki gunung Semeru. Nilai nasionalisme yang terdapat dalam tema novel 5 cm. adalah

tentang persahabatan, yang di dalamnya terdapat rasa kebersamaan.

4.2 Latar

Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semua

yang dapat berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung (Stanton dalam

Sugihastuti, 2007: 35). Latar atau setting mengacu pada pengertian tempat, hubungan waktu,

dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan, (Abrams dalam

Page 33: YASIR ICHWAN

Nurgiantoro, 2005: 216). Latar dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu latar tempat, latar waktu,

dan latar sosial.

a. Latar Tempat

Latar tempat merujuk pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan. Latar

tempat dalam novel 5 cm. adalah di Indonesia yaitu terbagi di beberapa kota di Indonesia

seperti Jakarta, Bogor, Cirebon, Jogjakarta, Madiun, dan Malang. Hal itu dapat dilihat dalam

kutipan berikut:

”Panasnya Jakarta hari itu menimpa gerbong, menambah tua tampilan kereta”. (5

cm.: 148)

”Heh bengong, udah sampai Bogor nih...,” Arial menyenggol bahu Indy. (5 cm.: 91)

”Menjelang sore kereta mulai memasuki daerah Cirebon. Mereka berenam masih

saja bercanda ngobrol segala macam, nggak peduli dengan keadaan kereta. Kerinduan pada

diri mereka masing-masing mengalahkan semuanya.” (5 cm.: 152-153)

”Genta, Riani, Zafran, dan Dinda turun dari kereta, menginjakkan kaki di ubin putih

yang mulai kekuningan di stasiun Lempuyangan Jogjakarta.” (5 cm.: 172)

”Kita di mana, Ta?” Riani yang baru bangun bertanya ke Genta. ”Di Madiun.” Arial

menjawab pertanyaan Riani. (5 cm.: 178)

”Jalan-jalan kota Malang yang tidak terlalu lebar menyambut mereka sore itu, suatu

tempat yang lain dan asing.” (5 cm.: 194)

Jakarta adalah kota yang menjadi asal dan tempat tinggal para tokoh dalam novel 5

cm. Bogor adalah kota yang menjadi salah satu tempat yang tertera dalam novel 5 cm. yaitu

ketika Arial dan Indy datang ke sebuah pesta ulang tahun temannya. Cirebon juga menjadi

salah satu kota yang disinggahi oleh para tokoh di dalam novel 5 cm. karena pada saat itu

kereta api yang mereka tumpangi melintasi daerah Cirebon. Jogjakarta menjadi tempat

pemberhentian sementara para tokoh dalam novel 5 cm. menuju Malang. Pada saat itu

mereka berhenti di stasiun Lempuyangan, Jogjakarta, untuk ke toilet. Madiun juga menjadi

tempat berhenti mereka sementara, tepatnya di stasiun kereta Madiun. Mereka juga sempat

bersarapan nasi pecel di stasiun ini. Malang merupakan kota terakhir yang menjadi

pemberhentian mereka sebelum menuju Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, tempat

yang menjadi tujuan utama mereka.

Selain enam kota tersebut, yang menjadi latar tempat dalam novel 5 cm. yang paling

utama adalah berada di Gunung Semeru tepatnya di Puncak Mahameru. Hal itu dapat dilihat

dalam kutipan berikut:

Page 34: YASIR ICHWAN

”Para pendaki tampak berbaris teratur di puncak Mahameru. Di depan barisan tertancap tiang bendera bambu yang berdiri tinggi sendiri dengan latar belakang kepulan asap Mahameru dan langit biru.

”Pengibaran Sang Saka Merah Putih di puncak Mahameru.” Teriakan seorang pendaki, memecah segala suara yang ada saat itu, menimbulkan keheningan yang mendadak. Hanya suara angin dan desir pasir yang ada.” (5 cm.: 344)

Gunung Semeru adalah gunung berapi tertinggi di Pulau Jawa. Puncak Gunung

Semeru dikenal dengan nama Mahameru. Mahameru artinya adalah raja dari gunung atau

gunung yang besar. Maha artinya besar atau megah dan meru dalam bahasa Jawa artinya

gunung (5 cm.: 202). Posisi gunung ini terletak di antara wilayah administrasi Kabupaten

Malang dan Lumajang. Gunung Semeru masuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo

Tengger Semeru.

Nilai nasionalisme dari kutipan di atas adalah di puncak Mahameru para tokoh

dalam novel 5 cm. dan seluruh pendaki melakukan upacara bendera untuk memperingati hari

kemerdekaan bangsa Indonesia. Mereka melakukan upacara bendera dengan khidmat dan

penuh tangis bahagia. Keheningan di puncak Mahameru menjadikan suasana semakin penuh

dengan keharuan. Hal itu dapat dilihat juga dalam kutipan berikut:

”YEAH...!!! teriak semua pendaki serentak membahana memecahkan keheningan, disusul dengan saling berpelukan. Sekali lagi Sang Dwiwarna berkibar di puncak Mahameru tahun ini. Suara-suara tangis bahagia dan teriakan-teriakan penuh semangat terdengar memenuhi puncak. Hampir seluruh pendaki di situ tak bisa menahan haru. Di pagi ini semua merasa dekat sekali satu sama lain, bergembira dengan hati sesak penuh kebanggaan. Di sini... di Mahameru tanggal tujuh belas Agustus... Tanah Air ini indah sekali.” (5 cm.: 347)

Nilai nasionalisme yang terkadung dari latar tempat ini adalah di Puncak Mahameru

para tokoh dalam novel 5 cm. melakukan upacara pengibaran bendera Merah Putih untuk

memperingati hari kemerdekaan bangsa Indonesia. Ketinggian puncak Mahameru dapat

diartikan bahwa itulah tempat tertinggi yang berada di Pulau Jawa, sehingga para tokoh

dalam novel 5 cm. merasa lebih dekat dengan Tuhan tetapi tetap menjejakkan kaki di tanah

air Indonesia, yaitu di puncak Mahmeru. Mereka juga mengucapkan rasa syukur kepada

Tuhan karena telah diberikan negeri yang begitu indah, yang bernama Indonesia di puncak

Mahameru.

b. Latar Waktu

Latar waktu merupakan hal yang berhubungan dengan masalah kapan terjadinya

peristiwa yang diceritakan pada sebuah karya fiksi, dalam hal ini latar waktu yang

mengandung nilai nasionalisme terdapat dalam kutipan berikut:

Page 35: YASIR ICHWAN

”Di sini... di Mahameru tanggal tujuh belas Agustus... Tanah Air ini indah sekali.

Ibu Pertiwi pun tersenyum melihat anak-anaknya yang bergembira di atas pangkuannya”. (5

cm.: 347)

Tanggal 17 Agustus adalah tanggal yang keramat bagi bangsa Indonesia. Tanggal 17

Agustus tepatnya pada tahun 1945, merupakan hari yang menjadi tonggak baru perjalanan

bangsa Indonesia, karena pada saat itulah mulai dikumandangkan proklamasi kemerdekaan

bangsa Indonesia oleh Presiden Republik Indonesia yang pertama, Ir. Soekarno. Tanggal 17

Agustus juga dijadikan sebagai Hari Ulang Tahun Republik Indonesia, sehingga setiap

tahunnya pada tanggal tersebut selalu diadakan sebuah penghormatan berupa upacara bendera

dan acara-acara hiburan seperti perlombaan-perlombaan untuk memeriahkan hari yang begitu

sakral bagi bangsa Indonesia.

Kaitannya dengan kutipan tersebut, dapat dijelaskan bahwa pada tanggal 17 Agustus

mereka sampai di puncak Mahameru setelah mendaki dengan susah payah. Pada tanggal

tersebut pula mereka melakukan upacara pengibaran bendera Merah Putih di puncak tertinggi

Pulau Jawa yaitu Mahameru, guna memperingati hari kemerdekaan bangsa Indonesia. Hal ini

menjelaskan bahwa dari segi latar waktu, nilai nasionalisme yang terdapat pada tanggal 17

Agustus adalah tanggal tersebut merupakan tanggal yang menjadi kebanggaan bagi seluruh

bangsa Indonesia, karena pada saat itu adalah tanggal lahirnya bangsa Indonesia.

c. Latar Sosial

Latar sosial mencakup hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial

masyarakat di suatu tempat. Kehidupan sosial tokoh-tokoh dalam novel 5 cm. adalah sama-

sama berasal dari kaum terpelajar yaitu alumni perguruan tinggi. Selain itu mereka berlima

juga merupakan mahasiswa yang ikut berdemo sewaktu menurunkan Orde Baru dalam

peristiwa reformasi, hal itu dapat dilihat dari kutipan berikut:

”Gue jadi inget waktu zaman kita demo nurunin Orde baru...,” Riani tiba-tiba menggumam sendiri. ”Lho apa hubungannya, Ni?” Ian bingung. ”Dulu kita teriak-teriak atas nama rakyat di seluruh penjuru Indonesia. Trus yang di sekeliling lo ini emangnya siapa?” Semua mengedarkan pandangan ke sekeliling. Diam. Kilatan peristiwa masa-masa kuliah, demo, long march ke Gedung DPR/MPR, memakai jaket alamamater kebanggaan kampus, dan nggak ada yang ditakutin. Saat berduka atas tewasnya empat pahlawan reformasi, pita hitam pun diikatkan di lengan sebagai tanda berduka, mengiringi upacara pemakaman penuh haru dan semangat yang membara di Tanah Kusir. Kilasan beralih ke ruas Jalan Sudirman dan Gatot Subroto yang jadi lautan jaket almamater mahasiswa, gedung DPR/MPR yang berubah menjadi base camp kebanggaan mahasiswa, kepalan tangan dan pekik reformasi, hingga

Page 36: YASIR ICHWAN

memuncak pada pendudukan atap gedung rakyat dan berbasah basah ria di kolam depan DPR/MPR. Nasi bungkus gratis dari rakyat yang dibagikan oleh ibu-ibu di pinggir jalan dan Indonesia Raya yang dikumandangkan penuh haru setelah reformasi tercapai, semuanya sepilas terlintas. ”Bener juga lo,” Arial memecah kekosongan. ”Mereka juga sebagian dari yang dulu kita perjuangkan,” sambut Riani. (5 cm.: 185)

Nilai nasionalisme yang terdapat dalam kutipan di atas adalah tokoh-tokoh dalam

novel 5 cm. adalah tokoh-tokoh yang terpelajar. Tokoh-tokoh dalam novel 5 cm. adalah para

alumni perguruan tinggi. Berada di bangku perguruan tinggi merupakan suatu pencapaian

yang membanggakan di dunia pendidikan karena ilmu yang didapatkan di perguruan tinggi

jauh lebih mendalam. Pendidikan begitu penting dalam proses membangun bangsa, karena

dengan pendidikan dapat mencerdaskan kehidupan anak bangsa sehingga dapat

meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Berada di bangku perguruan tinggi,

berarti juga ikut dalam proses mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga dapat membangun

bangsa ke arah yang lebih baik.

Selain itu nilai nasionalisme yang terdapat dalam kutipan tersebut adalah para tokoh

dalam novel 5 cm. adalah mahasiswa yang ikut berdemo untuk menurunkan Orde Baru dalam

peristiwa reformasi. Peristiwa reformasi adalah peristiwa lengsernya Presiden Soeharto dari

tampuk kepemimpinan negara Republik Indonesia. Lengsernya Soeharto sebagai presiden

dilatarbelakangi oleh berbagai faktor, seperti masalah politik, ekonomi, dan sosial. Dari segi

politik, dipicu oleh pengangkatan kembali Soeharto menjadi Presiden Republik Indonesia

setelah hasil pemilu 1997 yang menunjukkan bahwa Golkar sebagai pemenang mutlak.

Terpilihnya kembali Soeharto menjadi Presiden Republik Indonesia dan membentuk Kabinet

Pembangunan VII penuh dengan ciri nepotisme dan kolusi.

Dari faktor ekonomi, Indonesia merupakan salah satu negara yang terkena dampak

dari krisis moneter dunia yang berakibat pada merosotnya nilai rupiah secara drastis. Hal ini

diperparah dengan hutang luar negeri Indonesia yang semakin memburuk. Keadaan semakin

kacau karena terjadinya ketidakstabilan harga-harga bahan pokok, termasuk minyak.

Kenaikan harga minyak, kemudian berpengaruh pada kenaikan tarif angkutan umum.

Dari faktor sosial, banyak terjadinya konflik-konflik sosial diberbagai daerah di Indonesia.

Selain itu, krisis ekonomi yang berkepanjangan berdampak pada rakyat yang mengalami

kelaparan. Hal ini berakibat pada hilangnya kepercayaan rakyat kepada pemerintah. Ini

berarti bahwa krisis ekonomi yang melanda Indonesia mendorong hancurnya kredibilitas

pemerintahan Orde Baru dimata rakyat.

Page 37: YASIR ICHWAN

Mahasiswa yang pada saat itu menjadi kaum terpelajar merasa bahwa situasi

Indonesia sudah tidak lagi kondusif di bawah pemerintahan Orde Baru. Kasus Trisakti juga

menjadi salah satu penyebab semakin kuatnya persatuan di kalangan mahasiswa pada saat itu,

untuk menuntut agar Presiden Soeharto mundur dari jabatannya sebagai Presiden Republik

Indonesia. Para tokoh dalam novel 5 cm. dituliskan sebagai bagian dari mahasiswa yang

berdemo di gedung DPR/MPR. Mereka berdemo untuk melengserkan Presiden Soeharto dari

jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia karena dianggap sudah tidak mampu lagi

menjadi pemimpin yang mensejahterakan rakyatnya, serta sudah banyak berbuat korupsi,

kolusi, dan nepotisme sehingga membuat rakyatnya semakin menderita.

Nilai nasionalisme yang dapat disimpulkan dalam kutipan di atas adalah para tokoh

dalam novel 5 cm. merupakan pahlawan reformasi yang memperjuangkan aspirasi rakyat

yang sudah tidak lagi menginginkan Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia karena

merasa kehidupan mereka sudah terombang-ambing oleh krisis moneter yang melanda

Indonesia. Para tokoh dalam novel 5 cm. berjuang atas nama rakyat Indonesia yang

menginginkan adanya reformasi di segala bidang. Hal itu tercapai ketika Presdien Soeharto

mengumumkan pengunduran dirinya sebagai Presiden Republik Indonesia tepat pada tanggal

21 Mei 1998.

4.3 Penokohan atau Perwatakan

Penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh. Tokoh-tokoh

itu rekaan pengarang, maka tokoh-tokoh perlu digambarkan dan hanya pengaranglah yang

‘mengenal’ mereka. Tokoh-tokoh dalam cerita perlu digambarkan ciri-ciri lahir dan sifat serta

sikap batinnya agar wataknya juga dikenal oleh pembaca, (Sudjiman, 1986: 23).

Perwatakan seorang tokoh memiliki tiga dimensi sebagai struktur pokoknya, yaitu

fisiologis, sosiologis, dan psikologis (Lajos Egri dalam Sukada, 1993: 62). Dimensi fisiologis

meliputi: jenis kelamin, umur, tinggi badan, warna kulit, rumbut, postur tubuh, dan

penampilan. Dimensi sosiologis meliputi golongan masyarakat, pekerjaan, pendidikan,

agama, suku bangsa, tempat tinggal, kedudukan dalam masyarakat, dan hobi. Dimensi

psikologis meliputi: moral, ambisi pribadi, temperamen, sikap hidup, pikiran, perasaan,

tanggung jawab, dan tingkat kecerdasan.

Tokoh adalah pelaku cerita. Tokoh ialah individu rekaan yang mengalami peristiwa

atau berkelakuan dalam berbagai peristiwa pada cerita (Sudjiman, 1991: 16). Namun

demikian, tokoh dalam cerita rekaan haruslah digambarkan sesuai dengan realita kehidupan

yang ada. Perwatakannya pun haruslah logis diterima oleh akal sehat.

Page 38: YASIR ICHWAN

Tokoh cerita dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh sampingan atau disebut

tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh utama adalah tokoh yang menjadi titik sentral

perhatian dalam cerita. Tokoh ini berperan menonjol dalam cerita. Tokoh utama mengalami

masalah dari awal cerita sampai akhir cerita. Tokoh sampingan adalah tokoh yang tidak

sentral kedudukannya di dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk

mendukung tokoh utama.

Tokoh utama dibedakan menjadi tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh

protagonis adalah tokoh yang memegang peranan utama dan menjadi pusat sorotan di dalam

intensitas keterlibatannya di dalam cerita. Tokoh protagonis mempunyai watak baik dan

terpuji. Sebaliknya, tokoh antagonis adalah tokoh yang mempunyai watak jahat dan salah.

Tokoh protagonis dan tokoh antagonis saling bertentangan dalam sebuah cerita. Selain tokoh

protagonis dan tokoh antagonis, dalam sebuah cerita kadang ditemukan tokoh tritagonis.

Tokoh tritagonis adalah tokoh yang menengahi perselisihan antara tokoh protagonis dan

antagonis. Tokoh tritagonis tidak harus ada dalam sebuah cerita.

Tokoh utama dalam novel 5 cm. adalah Arial, Riani, Zafran, Ian, dan Genta.

Sementara tokoh sampingan dalam novel 5 cm. adalah Arinda/Dinda.

a. Arial

Arial adalah sosok yang paling ganteng di antara mereka berlima. Arial badannya

tinggi, besar, dan kulitnya hitam. Arial merupakan orang yang rapi dan juga simple. Arial

merupakan sosok yang dibanggakan oleh teman-temannya karena sikapnya yang tenang,

pembawaannya yang banyak senyum, dan jarang khilaf. Arial kalau makan harus ada kecap.

Arial merupakan tipe orang yang santai, dan tidak ada yang dia kejar. Arial menyukai lagu

apa saja, asalkan lagunya asik. Arial merupakan orang yang biasa-biasa saja, jarang menyela,

jarang becanda, tetapi kalau tertawa yang paling keras. Kalau ada dia suasana menjadi ramai.

Pada novel 5 cm. nilai nasionalisme yang terdapat pada tokoh Arial adalah sikap

pantang menyerah. Hal itu dapat dilihat pada kutipan berikut:

“Yuk....” Tanpa berkata apa-apa lagi, Arial berdiri, matanya memicing melihat puncak Mahameru. “Ada orang yang mau nyerah... tapi gue bukan orang kayak gitu.” Arial meneruskan, “Lagian, kayaknya di sana lebih hangat deh. Kan lebih dekat ke matahari.” Arial tersenyum. (5 cm.: 332)

Sikap pantang menyerah merupakan bentuk dari nilai nasionalisme karena sikap

pantang menyerah mengindikasikan sebuah sikap yang tidak mudah putus asa dan selalu

berusaha dalam menghadapi situasi apa pun. Sikap pantang menyerah dikobarkan para

pahlawan kita dahulu dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Para pahlawan

Page 39: YASIR ICHWAN

tidak kenal lelah dan pantang menyerah kepada penjajah untuk memerdekakan bangsa

Indonesia dari segala bentuk penjajahan. Jika para pahlawan bangsa Indonesia dahulu mudah

putus asa dan mudah menyerah, mungkin sekarang bangsa Indonesia belum merdeka.

Sikap pantang menyerah harus ditanamkan dalam setiap jiwa generasi bangsa

Indonesia. Menjalani proses berbangsa dan bernegara pasti selalu dihadapkan dengan

berbagai bentuk permasalahan yang rumit dan kompleks. Untuk menyelesaikan masalah

tersebut harus ada sikap pantang menyerah dalam diri setiap warga negara Indonesia, karena

sikap pantang menyerah merupakan sebuah cerminan kesungguhan dan keseriusan dalam

mengatasi suatu permasalahan.

Pada kutipan tersebut Arial diceritakan mengalami keadaan yang benar-benar

kedinginan, Arial merasa sudah tidak sanggup lagi melanjutkan perjalanan mendaki gunung

Semeru. Arial mengalami kedinginan yang luar biasa di jalur pendakian gunung Semeru,

karena pada saat itu Arial memakai jaket yang tidak cukup tebal untuk melawan rasa dingin.

Namun, karena teman-temannya memberikan semangat, Arial seakan mendapatkan kekuatan

untuk melanjutkan perjalanan menuju puncak Mahameru. Arial akhirnya terus mendaki

gunung Semeru dengan sikap pantang menyerah dan penuh keyakinan bahwa dirinya mampu

untuk sampai di puncak Mahameru.

Sikap pantang menyerah merupakan sikap yang tidak mudah lelah, tidak mudah

putus asa, dan selalu berusaha dalam mengatasi suatu permasalahan. Sikap pantang menyerah

merupakan bentuk dari nilai nasionalisme, karena sikap tersebut merupakan bentuk dari

kesungguhan dan keseriusan dalam mencapai apa yang diinginkan. Pada proses bernegara

dan berbangsa sangat perlu adanya sikap pantang menyerah, karena bangsa Indonesia

merupakan bangsa yang mempunyai banyak sekali permasalahan yang menuntut untuk

diselesaikan. Menyelesaikan permasalahan suatu negara bukanlah perkara yang mudah, perlu

adanya kesungguhan dan keseriusan dalam proses penyelesaiannya.

b. Riani

Riani adalah orang yang cerdas, cantik, dan selalu mengutamakan prestasi. Riani

memakai kacamata dan mempunyai karisma. Kalau sudah berbicara pasti semua orang akan

memperhatikannya. Riani merupakan orang yang dominan di mana-mana, cerewet dan tidak

mau kalah sama siapa pun. Semua orang selalu diajaknya berdebat, karena dia adalah orang

yang banyak membaca dan banyak belajar. Berbicara sama Riani tidak boleh sembarangan,

karena hampir semuanya dia tahu. Selain itu, Riani merupakan penggemar sendal jepit, dan

sering menggunakan sendal jepit pada saat tertentu.

Page 40: YASIR ICHWAN

Pada novel 5 cm. nilai nasionalisme yang terdapat pada tokoh Riani adalah sikap

sopan santun. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Saya sudah kerja di lantai ini selama tiga tahun dan belum ada orang yang sepenuh Mbak Riani perhatiannya. Bilang terima kasih karena sudah mencuci gelasnya setiap hari, baru hari ini ada yang bilang terima kasih ke saya. Apalagi memanggil sopan dengan sapaan ‘Mbak’, bukan dengan teriakkan keras “Jumiii...” yang bikin kaget. Atau kayak beberapa orang yang di sini dipanggil ‘bos’ itu, yang sama sekali nggak pernah ngomong, meski udah tiga tahun gelasnya saya cuci setiap hari....”. (5 cm.: 83)

Sopan santun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 1084), berarti budi

pekerti yang baik; tata krama; dan peradaban. Sopan santun adalah sikap yang sangat

menjunjung tinggi nilai-nilai hormat-menghormati sesama manusia, yang muda menghormati

yang tua, dan yang tua menghargai yang muda. Sikap sopan santun merupakan bagian dari

nilai nasionalisme karena sikap sopan santun merupakan salah satu ciri dari manusia yang

beradab.

Pada kehidupan bernegara dan berbangsa perlu adanya suatu sikap yang menuntut

agar manusia selalu menjunjung suatu adab atau kesopanan. Hal itu jelas terlihat dalam sila

kedua Pancasila, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Sopan santun merupakan bagian dari

sikap dari manusia yang beradab. Tanpa adanya sikap sopan santun maka akan terjadi suatu

kondisi yang tidak lagi menjunjung tinggi nilai tata krama dan saling menghormati.

Pada kutipan tersebut, diceritakan bahwa Riani merupakan sosok yang menjunjung

tinggi nilai tata krama dan saling menghormati. Riani bersikap sopan santun terhadap semua

orang bahkan kepada pekerja yang ada di kantornya. Riani tidak memandang jabatan dan

status untuk bersikap saling menghormati, bahkan Riani tidak segan-segan untuk

mengucapkan terima kasih kepada orang yang sudah mencucikan gelasnya setiap hari.

Sikap sopan santun merupakan sikap nasionalisme karena di dalam sikap sopan

santun terdapat nilai tata krama dan saling menghormati. Manusia yang mempunyai sikap

sopan santun merupakan bagian dari manusia yang beradab. Sikap sopan santun berarti

menunjukkan bahwa manusia tersebut menjunjung tinggi nilai kemanusiaan yang adil dan

beradab, yang tercantum dalam sila kedua Pancasila.

c. Zafran

Zafran berbadan kurus dan mempunyai potongan rambut yang gondrong samping

dan depan. Zafran merupakan tipe orang yang kocak dan sering berbicara sesuka hatinya.

Zafran juga memiliki kelakuan yang sedikit berantakan, karena terinspirasi dari gaya

Page 41: YASIR ICHWAN

seniman. Zafran merupakan vokalis dari salah satu band, namun band tersebut kurang

terkenal. Selain itu, Zafran adalah orang yang sering membaca puisi dan menciptakan puisi.

Pada novel 5 cm. nilai nasionalisme yang terdapat pada tokoh Zafran adalah sikap

bangga terhadap negaranya. Hal itu dapat dilihat dari kutipan berikut:

“Zafran membuka lagi matanya perlahan. Serombongan penduduk desa sedang menunggu kereta lewat di perlintasan, wajah-wajah penuh senyum melihat kereta, petani dengan cangkul dan bakul selempang kain, ibu muda yang tertawa lepas dengan caping tani di tangannya. Bapak tua berpeci dengan seragam guru tersenyum ramah ke para petani, anak kecil berseragam SD penuh tawa berlarian dan langsung mencium tangan sang guru. Mulut Zafran mendesis pelan, “Negeri ini indah sekali....” (5 cm. : 178)

Sikap bangga terhadap negara sendiri merupakan bagian dari sikap nasionalisme

karena sikap tersebut menyatakan kekaguman terhadap negaranya sendiri. Bangga dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 101) memiliki arti besar hati, merasa gagah karena

mempunyai keunggulan. Sikap bangga terhadap negara sendiri maksudnya adalah bangga

sudah menjadi bagian dari suatu negara karena negara tersebut memiliki keunggulan, tanpa

merendahkan negara lain.

Sikap bangga terhadap negara sendiri timbul karena adanya rasa kekaguman yang

didapat dari negaranya. Pada kutipan tersebut diceritakan bahwa sosok Zafran mengagumi

dan bangga menjadi bagian dari negara Indonesia. Zafran yang pada saat itu berada di kereta

melihat pemandangan di luar, yang baginya begitu indah. Zafran melihat rombongan

penduduk desa yang sedang menunggu kereta melewati perlintasan, petani dengan cangkul

dan bakul selempang kain, guru yang tersenyum ramah ke para petani, anak SD yang penuh

tawa berlarian dan mencium tangan sang guru. Sebuah pemandangan khas pedesaan yang

begitu indah menurut Zafran, yang jarang ia lihat di Jakarta. Zafran merasa negaranya begitu

indah dengan ketenangan dan ketentraman kehidupan desa yang ia lihat.

Sikap bangga terhadap negara sendiri merupakan suatu bentuk kekaguman,

penghormatan, dan rasa cinta yang perlu terus dijaga sebagai warga negara, agar rasa

nasionalisme tetap terpelihara dengan baik. Sikap bangga terhadap negara sendiri merupakan

bentuk dari nilai nasionalisme karena dengan sikap tersebut kita mengagumi dan menaruh

rasa hormat kepada negara Indonesia, dengan tanpa merendahkan negara lain. Suatu

keharusan untuk selalu menanamkan rasa bangga terhadap negara sendiri apa pun kondisinya.

Menaruh rasa bangga terhadap negara sendiri akan membentuk jiwa nasionalisme yang kuat

dalam diri seseorang.

Page 42: YASIR ICHWAN

d. Ian

Ian berbadan gendut dan kepala botak plontos. Ian adalah penggemar berat sepak

bola. Klub sepakbola kegemarannya adalah Manchester United. Ian juga hobi dengan games

sepakbola mulai dari Championship Manager sampai Winning Eleven. Selain itu, Ian

merupakan sosok yang suka dengan segala bentuk tantangan. Ian juga mempunyai usaha

sablon baju.

Pada novel 5 cm. nilai nasionalisme yang terdapat pada tokoh Ian adalah sikap rela

berkorban. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan berikut:

“Yang berani nyela Indonesia... ribut sama gue,” Ian tersenyum ke teman-temannya.

(5 cm.: 349)

Rela dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 943) mempunyai arti yaitu

bersedia dengan ikhlas hati. Berkorban dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 595)

adalah menyatakan kebaktian, kesetiaan, dan sebagainya. Rela berkorban merupakan bentuk

kebaktian dan kesetiaan yang dilakukan dengan ikhlas hati tanpa mengharapkan imbalan.

Sikap rela berkorban demi bangsa dan negara merupakan bentuk dari sikap

nasionalisme karena dengan berkorban kepada bangsa dan negara menyatakan bentuk

kesetiaan dan kebaktian seseorang terhadap negaranya tanpa adanya pengharapan untuk

mendapatkan imbalan. Sikap rela berkorban demi bangsa dan negara juga menunjukkan

bahwa seseorang lebih mementingkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan

pribadi.

Pada kutipan tersebut tokoh Ian diceritakan siap untuk ribut dengan siapa pun yang

menghina negara Indonesia. Pada kutipan tersebut Ian menempatkan negara Indonesia

merupakan negara yang harus dihormati oleh siapa pun. Mencela negara Indonesia berarti

sama saja dengan tidak menghormati negara Indonesia. Ian mengatakan bahwa dirinya siap

ribut dengan siapa pun yang berani mencela negara Indonesia. Hal ini merupakan suatu

bentuk pengorbanan yang dilakukan oleh seseorang yang sangat mencintai negaranya. Sikap

rela berkorban yang dilakukan oleh Ian merupakan bentuk rasa cinta dan kesetiaannya kepada

bangsa Indonesia.

e. Genta

Genta pemimpin di antara teman-temannya. Genta merupakan orang yang selalu

mementingkan orang lain di bandingkan dirinya sendiri. Genta selalu maju paling depan dan

pasang badan kalau ada yang berantakan di kelompoknya. Selain itu, Genta juga orang yang

sering berfilosofi, suka mengutip kata-kata yang bagus, dan kadang-kadang juga suka

Page 43: YASIR ICHWAN

menciptakan puisi. Genta juga merupakan salah satu asisten dosen favorit di kampus. Genta

memiliki perawakan badan yang agak besar, rambut agak lurus berjambul. Genta merupakan

orang yang serius dan pikirannya penuh dengan program.

Pada novel 5 cm. nilai nasionalisme yang terdapat pada tokoh Genta adalah sikap

kepemimpinan. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan berikut:

“Genta diam saja. Dia memang mulai merasa lelah sekali, tapi dia tahu kelima temannya ini mengandalkan dirinya, dia nggak boleh menurunkan mental mereka. Untuk sekarang Genta adalah pemimpin di rombongan kecil ini dan pada saat ini dia nggak boleh ngeluh, nggak boleh ngomong ‘nggak tau’, dan nggak boleh nggak bisa ngambil keputusan.” (5 cm.: 305)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 874), makna pemimpin adalah

orang yang memimpin, sedangkan kepemimpinan adalah perihal pemimpin; cara memimpin.

Seorang pemimpin harus mempunyai kualitas kepemimpinan yang berbasiskan ciri universal

seorang pemimpin. Pada saat melaksanakan tugas kepemimpinan, seorang pemimpin

sepantasnya memperhatikan etika kepemimpinan. Etika kepemimpinan bersumber dari

paham-paham dasar mengenai kepemimpinan. Paham-paham dasar kepemimpinan tersebut

yaitu (1) mengabdi untuk kepentingan umum, (2) menjadi otak dan hati di kelompoknya, (3)

berdiri di tengah-tengah, (4) bersikap jujur, dan (5) selalu bersikap bijaksana.

Kepemimpinan yang berdasarkan Pancasila, yaitu kepemimpinan yang berjiwa

Pancasila, yang memiliki wibawa dan daya, mampu untuk membawa serta dan memimpin

masyarakat lingkungannya ke dalam kesadaran kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, (Bakry, 1987: 163).

Pada kutipan tersebut tokoh Genta diceritakan merupakan sebagai pemimpin di

antara teman-temannya. Genta dalam rombongan tersebut diharapkan tetap tegar, serba tahu,

dan bisa mengambil keputusan. Genta digambarkan sebagai seseorang yang menjadi panutan

dan yang dihandalkan oleh teman-temannya. Hal itu disebabkan karena hanya Genta yang

tahu seluk beluk jalur pendakian menuju puncak Mahameru. Genta menjadi seorang yang

diharapkan oleh teman-temannya untuk tetap memberikan semangat agar bisa sampai ke

puncak Mahameru. Genta pada kutipan tersebut harus bijaksana dalam mengambil keputusan

dan menjadi panutan bagi teman-temannya.

Kepemimpinan merupakan suatu bentuk dari nilai nasionalisme, karena dengan

kepemimpinan akan terjalin rasa patuh dan taat terhadap suatu kebijakan. Tanpa adanya

kepemimpinan maka akan terjadi kekacauan dan ketidakjelasan terhadap sesuatu keputusan

yang ingin diambil. Kepemimpinan yang bersifat nasionalisme adalah kepemimpinan yang

berdasarkan nilai-nilai Pancasila, yaitu kepemimpinan yang berwibawa, jujur, terpercaya,

Page 44: YASIR ICHWAN

bijaksana, mengayomi, berani, mawas diri, mampu melihat jauh ke depan, berani dan mampu

mengatasi kesulitan, bersikap wajar, tegas, dan bertanggung jawab atas putusan yang diambil,

sederhana, penuh pengabdian kepada tugas, berjiwa besar, dan mempunyai sifat ingin tahu

sebagai modal pendorong kemajuan, (Bakry, 1987: 164).

f. Arinda

Arinda adalah adik dari Arial yang memiliki paras yang cantik. Arinda masih duduk

di bangku kuliah. Arinda merupakan sosok yang polos dan lugu. Arinda adalah sosok yang

suka bercanda dan merupakan tipe orang yang tidak tegaan. Nilai nasionalisme yang terdapat

pada tokoh Arinda adalah sikap cinta terhadap negaranya. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan

berikut:

“Juga bagi saya... Arinda, Indonesiaku... saya mencintaimu sepenuhnya.” (5 cm.:

348)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 214) arti cinta adalah suka sekali,

sayang benar. Cinta terhadap negara sendiri berarti cinta kepada negara yang menjadi tempat

kita memperoleh penghidupan semenjak lahir sampai akhir hayat. Cinta kepada negara

sendiri adalah suatu sikap yang dilandasi ketulusan dan keikhlasan yang diwujudkan dalam

perbuatan untuk kejayaan dan kebahagiaan bangsanya. Mencintai negara sendiri, diharapkan

warga negara dapat selalu tanggap dan waspada terhadap setiap kemungkinan adanya unsur-

unsur yang dapat membahayakan keamanan negaranya serta kelangsungan hidup bangsa dan

negaranya, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.

Pada kutipan tersebut sosok Arinda diceritakan mencintai negara Indonesia dengan

sepenuh hati. Sebuah bentuk pengakuan rasa sayang seseorang terhadap negaranya. Sikap

kecintaan Arinda terhadap negaranya, diungkapkan pada saat Arinda sudah sampai di puncak

Mahameru. Arinda merasakan kecintaan yang begitu mendalam terhadap negaranya sesaat

setelah mengikuti upacara bendera di puncak Mahameru. Arinda berujar bahwa dirinya

begitu sayang dengan negara Indonesia. Sebuah bentuk penghargaan bagi Arinda bisa

mengucapkan ungkapan seperti itu dalam suasana yang penuh khidmat.

Cinta kepada negara sendiri merupakan sebuah kebanggaan bagi seseorang yang

telah menjadi salah satu bagian dari negara dan bangsanya. Mengembangkan rasa cinta

kepada negara dan bangsa termasuk dalam bentuk pengamalan Pancasila, khususnya sila

ketiga, yaitu Persatuan Indonesia. Sikap cinta kepada negara sendiri merupakan sebuah sikap

yang menunjukkan rasa sayang dan penuh pengabdian. sikap cinta terhadap negara sendiri

Page 45: YASIR ICHWAN

merupakan salah satu bentuk dari nilai nasionalisme, karena dengan sikap tersebut dapat

menunjukkan bahwa seseorang benar-benar setia, berbakti, dan sayang terhadap negara

tempat ia memperoleh kehidupan.

4.4 Alur

Alur disebut juga dengan plot. Nurgiantoro (2005: 113) menyatakan bahwa plot atau

alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan

secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa

lain. Menurut Aminuddin (2000: 83) alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh

tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku

dalam suatu cerita.

Alur merupakan unsur penting dalam cerita yang menuntun dipahami keseluruhan

cerita dengan segala sebab-akibat di dalamnya. Bila ada bagian yang terlepas dari

pengamatan tentu tidak dapat dipahami kecuali kemunculan peristiwa atau kejadian yang

lain, (Baribin, 1985: 61-62).

Kajian alur merupakan salah satu kajian ilmu yang digunakan untuk menganalisis

sebuah novel. Berdasarkan urutan peristiwa yang terjalin, alur sendiri sebenarnya terbagi

menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Alur Maju, adalah jalan cerita yang berjalan maju ke depan. Pada artian yang lain

beranjak dari masa lalu - masa kini - masa mendatang.

2. Alur Mundur (flashback), adalah jalan cerita yang berjalan mundur dari suatu

jabaran waktu, atau dengan kata lain adalah lawan dari alur maju yaitu masa kini -

masa lalu.

3. Alur Gabungan (maju-mundur) merupakan sebuah jalan cerita yang sesekali

bergerak maju, tetapi dilain waktu bergerak mundur ke belakang. Masa kini, masa

lalu, masa depan secara bergantian.

Sudjiman (1986: 30-36) menguraikan pola-pola pengaluran sebagai berikut: awal

(paparan, rangsangan, gawatan/tengahan), tengah (tikaian, rumitan, klimaks), dan akhir

(leraian, selesaian).

Berdasarkan urutan peristiwanya, novel 5 cm. memiliki alur gabungan. Hal tersebut

dikarenakan dalam novel 5 cm. peristiwa yang terjadi diceritakan secara berurutan bergerak

maju, kemudian bergerak mundur ke belakang, dan setelah itu kembali lagi bergerak maju.

Page 46: YASIR ICHWAN

a. Paparan

Paparan merupakan pengenalan awal suatu cerita. Pada paparan diberikan informasi

sekadarnya yang memungkinkan pembaca untuk dapat mengikuti cerita selanjutnya. Paparan

menjadi penting, karena pembaca akan menjadi lebih tertarik untuk melanjutkan membaca

cerita selanjutnya.

Pada novel 5 cm. pengarang memulai cerita dengan mengungkapkan lima orang

tokoh yang sering bersama. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan berikut:

“CERITA BERAWAL dari sebuah tongkrongan lima orang yang mengaku “manusia-manusia agak pinter dan sedikit tolol yang sangat sok tahu” yang sudah kehabisan pokok bahasan di saat-saat nongkrong sehingga akhirnya cuma bisa ketawa-ketawa”. (5 cm.: 4) Nongkrong dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 1205) adalah berjongkok,

duduk-duduk saja karena tidak bekerja, berada di suatu tempat. Pada kutipan tersebut

diceritakan bahwa lima orang yang mengaku sebagai manusia-manusia agak pintar dan

sedikit tolol yang sangat sok tahu merujuk kepada lima orang bersahabat yaitu Arial, Riani,

Zafran, Ian, dan Genta.

Arial, Riani, Zafran, Ian, dan Genta adalah lima orang bersahabat yang sudah sejak

masa SMA bersama. Mereka sering nongkrong bersama dan melakukan sesuatunya secara

bersama-sama, sehingga dalam persahabatan mereka sudah ada ikatan kebersamaan yang

cukup dalam. Kebersamaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 986) mempunyai

arti yaitu hal yang dilakukan bersama. Kebersamaan identik dengan adanya rasa saling ingin

bersatu untuk kepentingan bersama, dan meninggalkan segala kepentingan diri sendiri.

Kebersamaan merupakan dasar dalam membentuk sebuah persatuan yang kuat.

Tanpa adanya kebersamaan mustahil sebuah persatuan yang kuat akan terjalin. Sebuah

kebersamaan yang sudah terjalin lama pasti akan membentuk sebuah persatuan yang kuat.

Hal itu akan berdampak pada kekompakan yang akan selalu terjaga dengan baik. Rasa

kebersamaan yang digambarkan pada persahabatan kelima orang tokoh dalam novel 5 cm.

yaitu Arial, Riani, Zafran, Ian, dan Genta sudah terjalin begitu lama, hal itu berpengaruh pada

bentuk kekompakan mereka. Semakin lamanya kebersamaan yang telah mereka jalani, akan

membuat persatuan di antara mereka tertanam lebih dalam. Hal itu merupakan sebuah dasar

untuk terciptanya sebuah persatuan yang kuat dan erat diantara mereka.

Kebersamaan merupakan bentuk dari nilai nasionalisme, karena dengan

kebersamaan tersebut akan membentuk sebuah persatuan yang kuat. Hal itu sesuai dengan

konsep kehidupan bangsa Indonesia dalam berbangsa dan bernegara yang selalu

Page 47: YASIR ICHWAN

menempatkan persatuan di atas segala keberagaman. Sila Persatuan Indonesia mengandung

arti bahwa disatukannya segala jenis keberagaman, hal ini dilakukan agar tercipta suatu

kondisi yang nyaman, aman, dan tentram atas dasar kepentingan bersama. Kebersamaan

merupakan cikal bakal terbentuknya sebuah persatuan yang kokoh.

b. Rangsangan

Rangsangan merupakan peristiwa yang mengawali gawatan. Pada novel 5 cm.

peristiwa rangsangan ditandai dengan munculnya perbedaan-perbedan kecil di antara kelima

orang bersahabat ini. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Tapi kan ada yang lebih penting dari sekadar selera...,” Genta ngomong pelan dan melanjutkan, “yang penting kan kita bareng-bareng terus berlima...menghargai pendapat semuanya, selera semuanya, ketawa buat semuanya, sedih buat semuanya.” (5 cm.: 50)

Pada sebuah persahabatan pasti akan selalu ada perbedaan pendapat. Hal tersebut

juga terjadi dalam persahabatan Arial, Riani, Zafran, Ian, dan Genta. Perbedaan pendapat

merupakan hal yang lumrah terjadi dalam persahabatan. Hal yang paling penting adalah

menghargai dan menghormati perbedaan tersebut agar tercipta suatu suasana yang damai dan

kondusif.

Pada kutipan tersebut diceritakan adanya perbedaan pendapat di antara para tokoh

dalam novel 5 cm. Namun, karena adanya rasa kebersaamaan dan saling menghormati, suatu

kondisi yang nyaman dan damai pun terjalin diantara mereka. Sikap toleransi yang

ditunjukan oleh para tokoh dalam novel 5 cm. merupakan cerminan dari nilai nasionalisme.

Sikap toleransi merupakan bentuk dari nilai nasionalisme karena sikap tersebut selalu

mengedepankan rasa saling menghormati dan menghargai untuk kepentingan bersama.

Sikap toleransi adalah bentuk pengamalan dari nilai Pancasila. Sikap toleransi

merupakan sikap yang menghargai segala bentuk perbedaan. Perbedaan merupakan suatu hal

yang wajar di dalam suatu kehidupan, hal tersebut karena dipengaruhi berbagai faktor.

Perbedaan merupakan bentuk karunia dari Tuhan yang harus disyukuri.

Sikap toleransi harus terus dijunjung dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

karena dengan adanya sikap toleransi tersebut akan membawa bangsa Indonesia menjadi

bangsa yang beradab dan berkeadilan. Sikap toleransi perlu terus dipelihara agar tercipta

suasana yang saling menghormati dan menghargai antara sesama warga bangsa. Sikap

toleransi merupakan bentuk dari nilai nasionalisme karena dengan sikap tersebut seseorang

selalu menghargai dan menghormati perbedaan, guna mencapai suatu kondisi kehidupan

yang damai dan nyaman dalam berbangsa dan bernegara.

Page 48: YASIR ICHWAN

c. Gawatan

Gawatan merupakan awal dari peristiwa mulai memuncak. Gawatan dalam novel 5

cm. dimulai ketika Genta mengajak berbicara keempat sahabatnya, supaya berpisah untuk

sementara waktu. Pada saat menyatakan berpisah untuk sementara waktu, kelima orang

bersahabat ini terlebih dahulu melakukan musyawarah. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan

berikut:

”Untuk berapa lama?” Pertanyaan yang susah ini bikin bingung semuanya. ”Enam bulan?” usul Zafran. ”Enggak mau!” Riani langsung ngambek sambil matanya yang indah melihat ke teman-temannya. ”Kelamaan ah... nggak mau,” Riani memperjelas keinginannya. ”Tiga bulan aja,” tiba-tiba Ian nyeletuk. ”Setuju!” Arial langsung setuju. Genta mengangguk. Zafran pun setuju. Sebentar mereka semuanya menoleh ke Riani, makhluk terindah bernama wanita yang semesta berikan kepada mereka. ”Ya udah, kalian jahat,” ketegaran wanita seorang Riani yang biasanya kuat menghadapi segalanya akhirnya setuju. (5 cm.: 64)

Permusyawarahan adalah suatu tata cara khas kepribadian Indonesia untuk

merumuskan atau memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak rakyat, hingga tercapai

keputusan yang berdasarkan kebulatan pendapat atau mufakat, (Darmodiharjo, 1984: 59).

Musyawarah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 768) adalah pembahasan

bersama dengan maksud mencapai keputusan atas penyelesaian masalah; perundingan;

perembukan.

Pada kutipan tersebut diceritakan bahwa kelima orang bersahabat yaitu Arial, Riani,

Zafran, Ian, dan Genta sedang berkumpul untuk berbicara tentang kemungkinan untuk

berpisah sementara. Riani yang tidak ingin berpisah dengan sahabat-sahabatnya mengatakan

ketidaksetujuannya. Namun, setelah mereka bermusyawarah dan menjelasakan maksud dari

berpisah tersebut, Riani akhirnya setuju untuk berpisah. Suatu hal yang sulit untuk diterima

Riani, karena akan berpisah dengan sahabat-sahabatnya selama tiga bulan. Pada kutipan

tersebut terlihat bahwa cara bermusyawarah dipakai oleh kelima orang bersahabat ini untuk

mencapai suatu kesepakatan yang akan diambil.

Prinsip dari musyawarah adalah menghormati dan menjunjung tinggi setiap hasil

keputusan dan melaksanakannya dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab. Hal ini

menjelaskan bahwa musyawarah merupakan bagian dari nasionalisme bangsa Indonesia,

karena cukup jelas tertera di dalam sila keempat Pancasila. Negara Indonesia berkedaulatan

rakyat mempunyai sistem pemerintahan demokrasi yang disebut Demokrasi Pancasila. Ini

merupakan perwujudan dari sila keempat Pancasila, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

Page 49: YASIR ICHWAN

kebijaksanaan dalam permusyawatan/perwakilan. Musyawarah merupakan sebuah cara yang

khas bagi bangsa Indonesia dalam mengambil keputusan mengenai sesuatu yang menyangkut

kepentingan bersama.

d. Tikaian

Tikaian adalah perselisihan yang ditimbulkan karena adanya pertentangan. Tikaian

merupakan pertentangan yang dapat dilihat melalui pertentangan antartokoh ataupun

pergolakan jiwa tokoh itu sendiri. Konflik yang utama dalam novel 5 cm. adalah pertentangan

batin dalam diri Ian yang merasa muak dengan negerinya karena banyak yang berbuat KKN.

Hal itu dapat dilihat dalam kutipan berikut:

“Di antara mereka, Ian satu-satunya yang punya pandangan paling sinis tentang tanah yang mereka diami dari dulu. Ian bahkan terang-terangan menyatakan kalo dia nggak suka sama semua elemen brengsek negara ini yang udah bikin kacau keadaan dari segala tingkat. Ian muak dengan semua kelakuan orang yang bilang anti korupsi, sampai ke koruptornya”. (5 cm.: 188) “Ian menjawab pertanyaan Zafran, “Karena kita dulu yang teriak-teriak anti KKN bukan? Masa kalo saatnya kita jadi orang kantor atau punya bisnis sendiri, jadi manajer atau bahkan CEO kita juga KKN? Nah teriakan-teriakan kita waktu zaman reformasi itu buat apa? Betul nggak, Ta?” (5 cm.: 190)

KKN atau Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme merupakan masalah yang sangat serius,

ketiga tindak pidana tersebut dapat membahayakan stabilitas dan keamanan masyarakat,

membahayakan pembangunan sosial, ekonomi, politik, serta merusak nilai-nilai demokrasi

dan moralitas, karena lama-kelamaan akan berubah menjadi sebuah budaya. Korupsi, Kolusi,

dan Nepotisme merupakan suatu tindak kejahatan yang dapat merugikan negara.

Pada kutipan tersebut, Ian diceritakan sebagai sosok yang begitu benci kepada

tindakan korupsi yang ada di negaranya. Sampai-sampai ia menyatakan tidak suka dengan

semua elemen brengsek yang sudah menyengsarakan masyarakatnya. Ian begitu kesal dengan

tindakan korupsi yang sudah begitu merajalela di negaranya. Ian dan sahabat-sahabatnya

yang dulu teriak-teriak anti KKN pada zaman reformasi merasa bahwa mereka tidak boleh

melakukan tindakan KKN suatu saat nanti. Pada kutipan tersebut menegaskan bahwa kelima

orang yang bersahabat ini benar-benar orang yang anti perbuatan KKN.

Nilai nasionalisme yang terkandung dari tindakan tidak melakukan korupsi, kolusi,

dan nepotisme adalah selalu bersikap jujur, tidak melanggar hukum, serta tidak merugikan

keuangan negara. Tidak melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme juga mengindikasikan

bahwa seseorang mencintai negara Indonesia, karena dengan tindakan tersebut tidak ada uang

negara yang dicuri atau pun dirampas, sehingga uang negara tersebut dapat dimanfaatkan

Page 50: YASIR ICHWAN

untuk kepentingan pembangunan bangsa dan negara menuju Indonesia yang adil, makmur,

dan sejahtera.

e. Rumitan

Rumitan sangatlah penting dalam sebuah cerita rekaan. Rumitan adalah

perkembangan dari gejala awal tikaian menuju klimaks. Rumitan dalam novel 5 cm. ditandai

dengan kondisi badan Arial yang mulai kedinginan pada saat mendaki gunung Semeru. Hal

itu dapat dilihat dalam kutipan berikut:

“Arial, please jangan nyerah... please....” “Arial, jangan nyerah....” Genta mengedarkan pandangannya. Beberapa pendaki tampak melewati mereka dan dengan ramah menanyakan keadaan Arial yang tergeletak. Senyum beberapa pendaki tadi dan badannya yang mulai hangat kembali, membuat semangat Arial hidup lagi. “Yuk....” Tanpa berkata apa-apa lagi, Arial berdiri, matanya memicing melihat puncak Mahameru. “Ada orang yang mau nyerah... tapi gue bukan orang kayak gitu.” Arial meneruskan, “Lagian, kayaknya di sana lebih hangat deh. Kan lebih dekat ke Matahari.” Arial tersenyum. (5 cm.: 331-332)

Sikap pantang menyerah yang ditunjukkan oleh Arial pada saat mendaki gunung

Semeru merupakan suatu bentuk kesungguhan dan keseriusannya dalam menyelesaikan

proses pendakian. Arial yang dalam kondisi kedinginan, mampu untuk bangkit, dan tidak

patah semangat menuju puncak Mahameru.

Sikap pantang menyerah merupakan bentuk dari nilai nasionalisme karena sikap

pantang menyerah mengindikasikan sebuah sikap yang tidak mudah putus asa dan selalu

berusaha dalam menghadapi situasi apa pun. Jika dilihat jauh ke belakang, Indonesia

merupakan negara yang merdeka berkat usaha pantang menyerah dan tidak kenal lelah yang

ditunjukkan oleh para pahlawan kita dahulu. Bangsa ini merdeka berkat dari usaha para

pahlawan yang pantang menyerah dalam mengusir para penjajah. Para pahlawan tidak ingin

bangsanya terus-terusan menderita dan sengsara. Sikap pantang menyerah tersebut

menunjukkan bahwa para pahlawan dahulu benar-benar serius ingin mengantarkan bangsa

Indonesia terlepas dari belenggu panjajahan, menuju suatu bangsa yang bebas dan merdeka.

Sikap pantang menyerah yang ditunjukkan Arial dalam kutipan tersebut merupakan

bentuk dari nilai nasionalisme karena Arial pada saat itu harus benar-benar melawan rasa

kedinginan yang menusuk tubuhnya untuk mencapai puncak Mahameru, guna melaksanakan

upacara bendera pada tanggal 17 Agustus.

Page 51: YASIR ICHWAN

f. Klimaks

Klimaks merupakan puncak dari sebuah cerita rekaan. Puncak dari kisahan dalam

novel 5 cm. adalah ketika Ian tidak sadarkan diri setelah kepalanya terkena batu yang jatuh

dari atas gunung. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan berikut:

“Ketiganya langsung berlari ke tempat Ian tergeletak. Ian masih tergeletak tak sadarkan diri, Genta langsung mencuci luka di kening Ian, memberi Betadine dan membungkusnya dengan perban. “Ian... Ian... Ian bangun, Yan!” “Please bangun, Yan!” “Ian, Ian!!!” Zafran, Riani dan Dinda menangis melihat Ian yang masih tak sadar... seluruh badan dan wajah Ian penuh dengan pasir. “Ian... Ian... bangun... Ian, please....” Mereka terus menggoyang-goyang tubuh Ian. Arial menekan dada Ian. Genta melakukan prosedur CPR...meniupkan udara ke mulut Ian. Tiba-tiba dada Ian naik turun cepat sekali. Ian memuntahkan pasir bercampur air dari mulutnya. Riani dan Arial agak lega karena mungkin Ian akan sadar seperti Dinda. Tapi tubuh Ian masih belum bergerak. Genta terus menggoncang-goncangkan tubuh itu. air matanya tampak menetes. Kembali dada Ian turun naik cepat sekali dan... badan Ian terlonjak seperti tersengat listrik. Tiba-tiba Dada Ian berhenti naik turun dan diam....”(5 cm.: 336)

Nilai nasionalisme yang dapat dilihat dalam kutipan tersebut adalah ketika Ian tidak

sadarkan diri setelah terkena batu, para sahabatnya langsung memberikan pertolongan kepada

Ian. Arial, Riani, Zafran, Genta, dan Dinda tidak henti-hentinya berusaha memberi

pertolongan kepada Ian agar cepat sadar. Namun, usaha yang mereka lakukan belum juga

membuahkan hasil. Arial, Riani, Zafran, Genta, dan Dinda sudah berpikiran yang macam-

macam, mereka sudah hampir menyerah dengan keadaan Ian yang tidak kunjung sadarkan

diri. Bahkan Genta, yang menjadi pemimpin rombongan tersebut menangis melihat kondisi

Ian. Mereka berlima sudah berpikir kalau Ian sudah tidak bernyawa dan tidak bisa ditolong

lagi. Akhirnya, setelah berusaha cukup lama dan dengan susah payah untuk menyadarkan

Ian, Ian akhirnya sadar dengan penuh kebingungan melihat teman-temanya yang menangis.

Mereka berlima akhirnya lega melihat Ian yang kembali sadarkan diri. Mereka pun akhirnya

melanjutkan pendakian menuju puncak Mahameru.

Nilai nasionalisme yang terdapat dalam kutipan tersebut adalah sikap menolong

yang dilakukan Arial, Riani, Zafran, Genta, dan Dinda terhadap Ian yang tidak sadarkan diri

akibat tertimpa batu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 1204) Menolong adalah

membantu untuk meringankan beban, membantu supaya dapat melakukan sesuatu. Menolong

merupakan suatu sikap yang mulia jika perbuatan tersebut mempunyai pengaruh yang baik

dan tidak merugikan orang lain. Menolong orang yang sedang membutuhkan pertolongan

Page 52: YASIR ICHWAN

merupakan suatu sikap yang baik dan merupakan sebuah ciri manusia yang memiliki hati

nurani dan beradab. Pada sila kedua Pancasila, Kemanusiaan yang adil dan beradab merujuk

kepada sikap manusia Indonesia yang harus berprinsip pada nilai keadilan dan penuh adab,

artinya memiliki daya cipta, karsa, rasa, dan keyakinan antara sesama manusia. Sudah

seharusnya sebagai sesama manusia menjunjung tinggi suatu nilai peradaban. Menolong

orang yang sedang membutuhkan pertolongan merupakan sebuah sikap yang merujuk kepada

ciri manusia yang beradab, artinya ada sebuah perasaan yang mengharuskan manusia untuk

bersikap menolong, apalagi dalam kutipan tersebut Arial, Riani, Zafran, Genta, dan Dinda

menolong sahabatnya sendiri, yang sudah lama mereka kenal. Nilai nasionalisme yang

terdapat dalam kutipan tersebut adalah sikap menolong yang merupakan bagian dari ciri

manusia yang beradab.

g. Leraian

Leraian merupakan struktur alur sesudah klimaks yang menunjukkan perkembangan

peristiwa ke arah selesaian. Leraian dalam novel 5 cm. ditandai dengan pengucapan rasa

syukur dan terima kasih para tokoh dalam novel 5 cm. kepada Tuhan setelah berhasil sampai

di puncak Mahameru. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan berikut:

“Semuanya tersenyum dan menoleh ke Arial. Rombongan kecil anak manusia itu bersujud syukur di puncak Mahameru, mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada Tuhan dan kepada tanah yang telah menghidupi mereka, Ibu yang selalu memberikan tanah dan airnya setiap hari. Ibu yang akan selalu mencintai anak-anak bangsa. Air mata yang berjatuhan membasahi pasir di Puncak Mahameru, membuat rasa terima kasih mereka menjadi begitu indah. Mereka berenam berpelukan sangat erat, air mata kembali jatuh, menjadi saksi bening dan eratnya persahabatan mereka”. (5 cm.: 344) Bersyukur menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 1115), mempunyai arti

yaitu berterima kasih, mengucapkan syukur. Rasa bersyukur yang ditunjukkan dalam kutipan

tersebut merupakan bentuk dari rasa terima kasih mereka berenam kepada Tuhan yang telah

membuat mereka bisa sampai di Puncak Mahameru, dan juga rasa terima kasih mereka

kepada tanah yang telah menghidupi mereka yaitu tanah air Indonesia. Mereka sampai di

Puncak Mahameru dengan susah payah dan penuh perjuangan, sehingga segala puji syukur

yang mereka lakukan merupakan bentuk dari rasa terima kasih mereka kepada Tuhan atas

segala nikmat dan anugerah yang mereka dapatkan pada hari itu.

Bersyukur merupakan bentuk dari nilai nasionalisme karena dengan bersyukur

berarti manusia mengakui adanya Tuhan yang telah memberi mereka nikmat dan rahmat.

Bersyukur juga mengindikasikan bahwa manusia mempunyai Tuhan sebagai tempat untuk

Page 53: YASIR ICHWAN

mengucapkan terima kasih dan bersujud atas segala bentuk kenikmatan yang telah mereka

rasakan. Mengakui adanya Tuhan berarti mengamalkan nilai Pancasila yaitu sila pertama,

Ketuhanan Yang Maha Esa. Negara Indonesia merupakan negara yang mengakui adanya

Tuhan. Sebagai negara yang mengakui adanya Tuhan berarti negara Indonesia adalah negara

yang selalu mengutamakan nilai-nilai yang berdasarkan Ketuhanan.

Bersyukur merupakan salah satu cara manusia untuk mengucapkan rasa terima kasih

kepada Tuhan. Mengucapkan rasa terima kasih kepada Tuhan berarti manusia tersebut

meyakini bahwa nikmat yang sudah ia rasakan datangnya dari Tuhan. Bersyukur merupakan

salah satu bentuk nasionalisme karena dengan sikap tersebut manusia meyakini bahwa Tuhan

itu ada dan menjadi pemberi nikmat kepada mereka. Hal itu sesuai dengan isi sila pertama

Pancasila yang menjunjung tinggi nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.

h. Selesaian

Selesaian adalah bagian akhir dari sebuah cerita rekaan. Selesaian dapat berupa

penyelesaian segala masalah dan persoalan atau pun tanpa pemecahan masalah. Selesaian

dalam novel 5 cm ditandai dengan keputusan Ian yang mengatakan bahwa dirinya tidak jadi

berkuliah di luar negeri, dan tetap berada di dalam negeri. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan

berikut:

“Tiba-tiba Ian jadi serius, “Gue nggak jadi ah ke Manchester....” “Haah? Kenapa?” Semuanya bingung. “Enakan di Indonesia.” “Katanya males sama semuanya, sama rakyatnya, sama pemerintahnya.” “Nggak jadi ah malesnya.” “Hahaha....” “Lagian lo kalo ditimbang juga nggak boleh masuk pesawat penumpang, disuruh langsung ke kargo,” Genta nyahut lalu tertawa keras. “Lebih baik di sini, rumah kita sendiri.” “Lagu kan tuh?” tanya Zafran. “Iya, lagunya God Bless.” Ian menatap sekitarnya dan meneruskan, “Iya lebih enak di Indonesia, baru sadar gue banyak siaran langsung sepakbola, trus juga yang paling penting temen-temen gue di sini, dari lahir gue di sini memakai tanahnya, minum airnya. Masa gue nggak ada terima kasihnya....”. (5 cm.: 351-352)

Pada kutipan tersebut Ian mengatakan bahwa dirinya tidak jadi kuliah di luar negeri,

dan tetap berada di dalam negeri. Ian juga mengatakan bahwa dia lebih baik hidup di

Indonesia, karena teman-temannya berada di Indonesia, dari lahir dia sudah hidup di

Indonesia, memakai tanahnya dan meminum airnya, sehingga Ian tidak tega untuk

Page 54: YASIR ICHWAN

meninggalkan negaranya. Hal itu merupakan bentuk dari rasa sayang dan terima kasih Ian

kepada negara Indonesia yang telah menghidupinya selama ini.

Bentuk rasa sayang dan terima kasih Ian terhadap negaranya ia tunjukkan dengan

tidak jadi berangkat ke luar negeri untuk kuliah. Sikap yang ditunjukkan oleh Ian tersebut

merupakan salah satu bentuk dari nilai nasionalisme, karena dengan berada di negara sendiri

berarti membuat Ian menjadi lebih bangga dengan kualitas negara sendiri. Sikap pengorbanan

dan rasa sayang Ian kepada negara Indonesia dalam kutipan tersebut merupakan bentuk

nasionalisme yang ia lakukan sebagai bentuk persembahan rasa terima kasihnya kepada

negara Indonesia.

4.5 Sudut Pandang

Sudut pandang dapat diartikan sebagai tempat pengarang di dalam mengisahkan

ceritanya, (Zulfahnur, 1996: 35-36). Sudut pandang atau pusat pengisahan juga dapat

diartikan sebagai tempat pengarang di dalam ceritanya atau dari mana ia melihat peristiwa-

peristiwa yang terdapat dalam ceritanya itu.

Aminuddin (2000: 90) menyebut sudut pandang dengan istilah titik pandang. Sudut

pandang adalah cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkannya.

Menurutnya, sudut pandang dibedakan menjadi empat, yaitu:

1. Narator omniscient adalah narator atau pengisah yang juga berfungsi sebagai

pelaku cerita. Karena pelaku adalah pengarang, maka akhirnya pengisah juga

merupakan penutur yang serba tahu tentang apa yang ada dalam benak pelaku

utama.

2. Narator observer adalah pengisah yang hanya berfungsi sebagai pengamat terhadap

pemunculan para pelaku serta hanya tahu sebatas perilaku lahiriah para pelaku.

3. Narator observer omniscient adalah pengisah yang berfungsi sebagai pengamat dan

pelaku dalam cerita. Cerita dengan sudut pandang ini, pengarang sebagai pelaku

sampingan.

4. Narator the third person omniscient adalah pengisah yang berfungsi sebagai orang

ketiga. Pengarang tidak terlibat sebagai pelaku dalam cerita, tetapi ia serba tahu.

Pada novel 5 cm. pengarang menempatkan dirinya sebagai orang pertama atau

narator omniscient. Maksudnya pengarang sebagai pelaku di dalam cerita. Selain itu, karena

pengarang merupakan pelaku dalam novel 5 cm. maka pengarang serba tahu tentang apa yang

ada dalam benak para pelaku. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan berikut:

Page 55: YASIR ICHWAN

“Sebuah kehormatan bagi saya. Saya... Genta telah mendaki Mahameru bersama kalian tercinta... di Tanah Air tercinta ini. Kehormatan ini tidak akan saya lupakan seumur hidup saya.” “Suatu kehormatan juga bagi saya dan kehormatan itu buat kita semua... saya Arial, seorang yang sangat mencintai tanah ini.” “Juga bagi saya... Arinda, Indonesiaku... saya mencintaimu sepenuhnya.” “Semuanya berawal dari sini...,” Zafran menunjuk keningnya, “Saya Zafran, saya mencintai negeri indah dengan gugusan ribuan pulaunya sampai saya mati dan menyatu dengan tanah tercinta ini.” Riani menarik napas panjang menahan tangis, “Dan selama ribuan langkah kaki ini, selama hati ini bertekad, hingga semuanya bisa terwujud sampai di sini, jangan pernah sekali pun kita mau menyerah mengejar mimpi mimpi kita.... Saya Riani, saya mencintai tanah ini dengan seluruh hati saya.” “Saya Ian... saya bangga bisa berada di sini bersama kalian semua. Saya akan mencintai tanah ini seumur hidup saya, saya akan menjaganya, dengan apa pun yang saya punya, saya akan menjaga kehormatannya seperti saya menjaga diri saya sendiri. Seperti saya akan selalu menjaga mimpi-mimpi saya terus hidup bersama tanah air tercinta ini.” “Yang berani nyela Indonesia... ribut sama gue,” Ian tersenyum ke teman-temannya. (5 cm.: 348-349) Pada kutipan tersebut, pengarang ingin memberikan pesan bahwa dirinya sangat

mencintai negara Indonesia. Pengarang menyampaikan pesan kecintaan terhadap negara

Indonesia melalui tokoh Genta, Arial, Arinda, Zafran, Riani, dan Ian. Cinta terhadap negara

Indonesia merupakan bentuk dari nasionalisme karena adanya rasa sayang dan bangga

menjadi bagian dari negara Indonesia. Selain ingin memberikan pesan rasa cinta terhadap

negara Indonesia, pengarang juga ingin memberikan pesan tentang perjuangan pengarang

dalam mencapai sesuatu. Hal itu dapat dilihat pada kutipan berikut:

“Kejadiannya sama kayak waktu gue bikin skripsi,” ujar Ian. “Maksudnya?” “Gue udah taruh puncak Mahameru di sini.” Ian menunjuk keningnya, “Sama, waktu gue ngejar skripsi, gue taruh skripsi itu disini.” Ian menunjuk keningnya lagi, “...dan apapun halangannya, gue nggak akan mau nyerah.” (5 cm.: 359)

Pada kutipan tersebut, pengarang ingin memberikan pesan bahwa dirinya memiliki

daya juang yang tinggi dalam mencapai sesuatu. Hal itu diungkapkannya melalui tokoh Ian

yang mempunyai sikap pantang menyerah dalam mengerjakan skripsi dan mencapai puncak

Mahameru. Pengarang ingin menampilkan pesan bahwa segala sesuatu yang ingin dicapai

haruslah diusahakan dengan cara sungguh-sungguh dan bersikap pantang menyerah dalam

menghadapi segala bentuk tantangan dan rintangan. Sikap pantang menyerah merupakan

salah satu bentuk dari nilai nasionalisme, karena adanya unsur kesungguhan dan pengorbanan

didalamnya. Selain itu, pengarang juga ingin memberikan pesan bahwa ia bangga dengan

negara Indonesia. Hal itu dapat dilihat pada kutipan berikut:

Page 56: YASIR ICHWAN

“Dari mana lo, Ple?” tanya Arial. “Dari tanah air gue yang indah.” “Mulai deh pagi-pagi mau opera.” “Apaan tuh, Ple?” “Nasi pecel... tadi gue turun sebentar, beli nasi pecel.” (5 cm.: 179)

Pada kutipan tersebut, pengarang menggambarkan bahwa dirinya merupakan orang

yang sangat mengagumi negaranya yaitu Indonesia. Rasa bangga pengarang terhadap

negaranya ia tunjukkan melalui tokoh Zafran. Rasa bangga yang dikemukakan pengarang

dalam kutipan tersebut merupakan bentuk rasa hormat dan sayangnya kepada negara

Indonesia. Bersikap bangga terhadap negara sendiri merupakan sesuatu yang

mengindikasikan bahwa seseorang benar-benar kagum terhadap negara sendiri tanpa

merendahkan bangsa lain. Sikap bangga terhadap negara sendiri merupakan bentuk dari nilai

nasionalisme, karena sikap tersebut menempatkan negara sendiri sebagai suatu negara yang

mempunyai keunggulan di bandingkan dengan negara-negara lain.

4.6 Gaya Bahasa

Gaya bahasa berasal dari bahasa latin, stilus, yang mempunyai arti susunan

perkataan yang terjadi karena perasaan yang tumbuh atau yang hidup dalam hati penulis, dan

yang sengaja ataupun menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca, (Slamet

Muljana dan Simanjuntak dalam Sukada, 1993: 84). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2007: 340) gaya bahasa adalah pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam

bertutur atau menulis, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu,

keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok penulis sastra, cara khas dalam menyatakan pikiran

dan perasaan dalam bentuk tulis atau lisan. Pada novel 5 cm. pengarang menampilkan bahasa

Indonesia yang tidak baku dan bahasa daerah, terutama bahasa Betawi dan bahasa Jawa.

Penggabungan antara bahasa Indonesia yang tidak baku dengan bahasa daerah (bahasa

Betawi dan bahasa Jawa) tersebut merupakan bentuk dari peristiwa campur kode. Hal itu

dapat dilihat dalam kutipan berikut:

“Iya, gue kan lagi masuk angin, abis dikerokin... eh mpok-mpok Betawi nyablak. ‘Eh tong, daripada masuk angin mendingan lo masuk TNI’ katanya.” “Hahaha...,” Genta menyenggol bahu Ian. (5 cm.: 352)

“Bagus... bagus... udah ngerti, wong iku ana tulisanne kok di kaca belakangku.” (5 cm.: 197)

Pada kutipan tersebut pengarang menggunakan gaya bahasa berupa bahasa daerah

yang cukup kental terlihat. Selain menggunakan bahasa daerah, pengarang juga

Page 57: YASIR ICHWAN

menggunakan bahasa Indonesia sehari-hari yang tidak baku. Pada novel 5 cm. pengarang

menggunakan bahasa daerah, yaitu bahasa Betawi dan bahasa Jawa.

Bahasa Betawi adalah bahasa yang lahir dari bahasa Melayu. Orang Jakarta asli

menyebut dirinya orang Betawi, atau orang Melayu Betawi, dan baru setelah kemerdekaan

Indonesia tercapai, nama mereka lebih dikenal dengan sebutan orang Jakarta. Bahasa Betawi

sekarang lebih dikenal dengan bahasa Jakarta. Bahasa Betawi digunakan dalam kutipan

tersebut karena para tokoh dalam novel 5 cm. memang merupakan orang-orang yang berasal

daerah DKI Jakarta, tempat dari suku betawi berasal. Bahasa betawi adalah salah satu bahasa

daerah yang ada di Indonesia, yang memperkaya khasanah bahasa di Indonesia.

Bahasa Jawa adalah bahasa daerah yang berasal dari suku Jawa. Bahasa Jawa juga

merupakan bahasa yang memperkaya keberagaman bahasa daerah yang ada di Indonesia.

Bahasa Jawa banyak memberikan sumbangsih dalam perbendaharaan bahasa Indonesia.

Sebagai contoh, kata, ungkapan, dan peribahasa Jawa banyak yang masuk dan digunakan

oleh bahasa Indonesia. Digunakannya kata, ungkapan, dan peribahasa itu oleh masyarakat

pemakai bahasa Indonesia bukan saja mengambil istilah lahirnya saja, tetapi juga kandungan

filsafat yang ada di dalamnya. Sebuah filsafat mempunyai kaitan dengan berbagai hal, seperti

sikap hidup, religi, dan kebudayaan. Filsafat yang dimiliki suatu bangsa atau suku adalah

cermin watak, perilaku, dan sifat pemiliknya (Slamet, 2003: 1). Bahasa Jawa merupakan aset

dari keberagaman bahasa daerah yang ada di Indonesia. Bahasa Jawa muncul dalam kutipan

tersebut yaitu pada saat Genta, Arial, Arinda, Zafran, Riani, dan Ian berada di kota Malang

dan berjumpa dengan sopir angkot yang berasal dari suku Jawa. Sopir angkot tersebut

menggunakan bahasa Jawa untuk berbicara dengan mereka.

Bahasa Betawi dan bahasa Jawa merupakan sebagian kecil dari keberagaman bahasa

daerah yang ada di Indonesia. Bahasa Betawi dan bahasa Jawa tentunya memperkaya warisan

bahasa daerah yang ada di Indonesia. Pada Pasal 32 Ayat 2 UUD 1945 dijelaskan bahwa

“Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional”.

Inti dari pasal tersebut adalah negara harus menjadi pihak yang menghormati keberagaman

dari bahasa daerah serta memelihara kelangsungan bahasa daerah agar tidak punah. Menjaga

kelestarian bahasa daerah merupakan suatu bentuk penghargaan dan penghormatan kepada

berbagai bentuk kebudayaan yang ada di Indonesia. Sikap menjaga dan melestarikan bahasa

Betawi dan bahasa Jawa merupakan bentuk dari nilai nasionalisme, karena dengan begitu kita

sebagai warga negara Indonesia menjadi mengakui dan merasa memiliki kebudayaan daerah,

sebagai hal yang memperkaya kebudayaan nasional Indonesia.

Page 58: YASIR ICHWAN

BAB V

ANALISIS BENTUK NASIONALISME

DALAM NOVEL 5 cm. KARYA DONNY DHIRGANTORO

5.1 Doa

Sebagai makhluk yang lemah, sudah menjadi fitrah manusia untuk selalu

mengharapkan perlindungan dan pertolongan dari Tuhan. Salah satu cara untuk

mengharapkan perlindungan dan pertolongan dari Tuhan tersebut yaitu dengan melakukan

doa. Pertolongan dan permohonan yang ditujukan kepada Tuhan tersebut merupakan suatu

bentuk penghambaan manusia terhadap penciptanya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 271), Doa adalah permohonan,

harapan, puji-pujian kepada Tuhan. Negara Indonesia bukan negara ateis, tetapi juga bukan

negara teokrasi. Negara kita menjunjung tinggi semua agama dan kepercayaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa. Ini merupakan perwujudan dari sila pertama yang berbunyi:

Ketuhanan Yang Maha Esa, (Darmodiharjo, 1984: 81). Pada sila pertama terdapat nilai

keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan sifat-sifat-Nya Yang Maha Sempurna.

Pada saat menghadapi suatu masalah dalam kehidupan, manusia biasanya

menampakkan sifat lemah dan tidak berdaya dalam menghadapi masalah tersebut. Doa

merupakan salah satu cara yang sering dilakukan manusia untuk berserah diri kepada

Tuhannya. Berdoa membuktikan bahwa manusia selalu mengingat, menyembah, dan

berusaha untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya.

Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang tidak dapat terbantahkan lagi.

Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, sudah sepatutnya manusia harus selalu berusaha

mendekatkan diri kepada-Nya dengan menyembah dan mengingatnya kapan pun dan di mana

pun. Cara mendekatkan diri terhadap Tuhan yaitu melalui perantaraan doa, sebab dengan

berdoa berarti manusia melakukan bentuk penghambaan kepada Tuhan.

Doa merupakan salah satu bentuk nasionalisme karena dengan berdoa, manusia

meyakini bahwa adanya Tuhan. Berdoa juga membuktikan bahwa manusia merupakan

makhluk ciptaan Tuhan yang selalu meminta pertolongan, perlindungan, dan permohonan

kepada-Nya.

Doa yang menjadi bentuk nasionalisme dalam novel 5 cm. terdapat pada kutipan

berikut:

Page 59: YASIR ICHWAN

“Batin Genta pun berdoa,”Ya, Allah... selamatkanlah mereka sahabat-sahabatku.

Semua yang terjadi adalah kehendak-Mu, semua yang hidup akan kembali kepada-Mu,

kuserahkan semua ke keagungan-Mu”. (5 cm.: 212)

Selain itu, doa yang menjadi bentuk nasionalisme dalam novel 5 cm. terdapat juga

pada kutipan berikut:

”Serentak mereka memandang ke atas puncak Mahameru dan memicingkan mata,

lalu membentuk lingkaran-tertunduk dan berdoa”. (5 cm.: 233)

“Berdoa dulu”. Semuanya tertunduk, memejamkan mata. (5 cm.: 280)

5.2 Sopan Santun

Sopan santun merupakan suatu sikap yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai

hormat-menghormati sesama manusia, yang muda menghormati yang tua, dan yang tua

menghargai yang muda.

Sopan santun merupakan salah satu dari ciri manusia yang beradab, dengan memiliki

sikap sopan santun seseorang bisa dikatakan sebagai manusia yang beradab. Pengertian dari

manusia yang beradab adalah yang memiliki daya cipta, karsa, rasa, dan keyakinan, sehingga

dapat dibedakan secara jelas antara manusia dan hewan, (Bakry, 1987: 136).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 1084), sopan santun berarti budi

pekerti yang baik; tata krama; dan peradaban. Prinsip sopan santun oleh Geoffrey Leech

(dalam Franzischa, 2012: 60) adalah salah satu kaidah berkomunikasi yang digunakan untuk

menciptakan kelancaran berkomunikasi antara satu dengan lainnya. Prinsip ini juga bisa

digunakan untuk menghindari ungkapan yang tidak sopan sehingga tuturan tersebut tidak

menyakiti perasaan lawan bertutur.

Sopan santun merupakan salah satu bentuk nasionalisme, karena sikap sopan santun

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ciri-ciri manusia yang beradab. Hal ini sesuai

dengan makna yang terkandung di dalam sila kemanusiaan yang adil dan beradab yaitu

mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai

makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan tidak bersikap semena-mena. Selain itu sopan santun

juga mengindikasikan bahwa manusia selalu menjunjung tinggi persamaan derajat, hak dan

kewajiban antara sesama manusia tanpa membedakan suku, turunan dan kedudukan sosial.

Sopan santun yang menjadi bentuk nasionalisme dalam novel 5 cm. terdapat pada

kutipan berikut:

”Saya sudah kerja di lantai ini selama tiga tahun dan belum ada orang yang sepenuh Mbak Riani perhatiannya. Bilang terima kasih karena sudah mencuci gelasnya setiap hari, baru hari ini ada yang bilang terima kasih ke saya. Apalagi memanggil sopan dengan sapaan ‘Mbak’, bukan dengan teriakkan keras “Jumiii...”

Page 60: YASIR ICHWAN

yang bikin kaget. Atau kayak beberapa orang yang di sini dipanggil ‘bos’ itu, yang sama sekali nggak pernah ngomong, meski udah tiga tahun gelasnya saya cuci setiap hari...”. (5 cm.: 83)

5.3 Musyawarah

Negara Indonesia berkedaulatan rakyat mempunyai sistem pemerintahan demokrasi

yang disebut Demokrasi Pancasila. Ini merupakan perwujudan dari sila keempat Pancasila,

kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawatan/perwakilan.

Demokrasi Pancasila ini bertolak pada paham kekeluargaan dan gotong royong, sehingga

mewujudkan prinsip-prinsip mekanisme demokrasi yang sejalan dengan sistem pemerintahan

negara.

Musyawarah yang tercantum dalam sila keempat mempunyai makna bahwa, dalam

bermusyawarah haruslah berdasarkan hikmat kebijaksanaan yang dilandasi akal sehat dan

semua warga negara dan warga masyarakat Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan

kewajiban yang sama. Keputusan yang menyangkut kepentingan bersama terlebih dahulu

diadakan musyawarah, dan keputusan musyawarah diusahakan secara mufakat, diliputi oleh

semangat kekeluargaan, (Bakry, 1987: 157).

Permusyawarahan adalah suatu tata cara khas kepribadian Indonesia untuk

merumuskan atau memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak rakyat, hingga tercapai

keputusan yang berdasarkan kebulatan pendapat atau mufakat, (Darmodiharjo, 1984: 59).

Musyawarah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 768) adalah pembahasan

bersama dengan maksud mencapai keputusan atas penyelesaian masalah; perundingan;

perembukan.

Pada saat mengambil keputusan untuk kepentingan bersama haruslah mengutamakan

kepentingan bersama dan tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. Keputusan yang

diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa,

menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan,

(Darmodiharjo, 1984: 120).

Prinsip dari musyawarah adalah menghormati dan menjunjung tinggi setiap hasil

keputusan dan melaksanakannya dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab. Hal ini

semakin menjelaskan bahwa musyawarah merupakan bagian dari bentuk nasionalisme,

karena cukup jelas tertera di dalam sila keempat Pancasila.

Musyawarah yang menjadi bentuk nasionalisme dalam novel 5 cm. terdapat pada

kutipan berikut:

”Untuk berapa lama?” Pertanyaan yang susah ini bikin bingung semuanya.

Page 61: YASIR ICHWAN

”Enam bulan?” usul Zafran. ”Enggak mau!” Riani langsung ngambek sambil matanya yang indah melihat ke teman-temannya. ”Kelamaan ah... nggak mau,” Riani memperjelas keinginannya. ”Tiga bulan aja,” tiba-tiba Ian nyeletuk. ”Setuju!” Arial langsung setuju. Genta mengangguk. Zafran pun setuju. Sebentar mereka semuanya menoleh ke Riani, makhluk terindah bernama wanita yang semesta berikan kepada mereka. ”Ya udah, kalian jahat,” ketegaran wanita seorang Riani yang biasanya kuat menghadapi segalanya akhirnya setuju”. (5 cm.: 64)

5.4 Mencerdaskan Kehidupan Bangsa

Membangun suatu bangsa dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya

adalah dengan meningkatkan mutu pendidikannya yang berdasarkan keimanan dan

ketakwaan serta akhlak mulia. Meningkatkan mutu pendidikan merupakan bagian dari proses

mencerdaskan kehidupan bangsa.

Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah satu tujuan dari negara Indonesia.

Hal itu tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 pada alinea keempat yaitu tentang tujuan

negara yang berhubungan dengan kesatuan bangsa Indonesia, dalam anak kalimat: ...untuk

membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa.... (Bakry, 1987: 67-68).

Mencerdaskan kehidupan bangsa juga diatur dalam UUD 1945 Pasal 31 Ayat 3 yang

berbunyi: ”Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan

nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang”. Pada kalimat tersebut

pemerintah bertanggung jawab terhadap sistem pendidikan nasional yang berusaha

meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dengan tujuan mencerdaskan

kehidupan bangsa.

Mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia berarti berperan juga dalam proses

pembangunan bangsa Indonesia menuju negara yang maju, modern, berorientasi ilmu

pengetahuan, rasional, dan demokratis.

Mencerdaskan kehidupan bangsa yang menjadi bentuk nasionalisme dalam novel 5

cm. terdapat pada kutipan berikut:

”Matahari seakan juga ikut bercerita kepada daun-daun taman kampus, kepada gedung kampus, juga kepada buku yang dibawa sang dosen, betapa selama ini sang dosen telah menjadikan seseorang bisa berjalan dalam dunia ilmu ke tingkat selanjutnya, membuatkan anak tangga pengetahuan ke setiap anak manusia yang dibimbingnya. Bagaimanapun sang dosen telah berbuat banyak dalam melestarikan

Page 62: YASIR ICHWAN

ilmu pengetahuan, betapa sang dosen telah banyak menyentuh kehidupan di sekitarnya, dan betapa sedikit manusia yang mengetahuinya dan menghargainya”. (5 cm.: 135)

5.4 Tidak Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

Menurut Andreae (dalam Hamzah, 2005: 4) kata korupsi berasal dari bahasa Latin

corruptio atau corruptus. Selanjutnya disebutkan bahwa corruptio itu berasal pula dari kata

asal corrumpere, suatu kata Latin yang lebih tua. Dari bahasa Latin itulah turun ke banyak

bahasa Eropa seperti Inggris, yaitu corruption, corrupt; Perancis, yaitu corruption; dan

Belanda, yaitu corruptie (korruptie). Kemudian disimpulkan bahwa dari bahasa Belanda

inilah kata itu turun ke bahasa Indonesia, yaitu “korupsi”. Arti harfiah dari kata itu ialah

kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral,

penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang menghina atau memfitnah,

(Hamzah, 2005: 5). Pengertian korupsi secara harfiah itu dapatlah ditarik suatu kesimpulan

bahwa sesungguhnya korupsi itu sebagai suatu istilah yang sangat luas artinya.

Menurut Encyclopedia Americana (dalam Hamzah, 2005: 6) korupsi itu adalah suatu

hal yang buruk dengan bermacam ragam artinya, bervariasi menurut waktu, tempat, dan

bangsa. Menurut Lubis dan Scott (1997: 19), korupsi dalam perspektif hukum adalah tingkah

laku yang menguntungkan diri sendiri dengan merugikan orang lain, oleh pejabat pemerintah

yang langsung melanggar batas-batas hukum atas tingkah laku tersebut; sedangkan menurut

norma-norma pemerintahan dapat dianggap korupsi apabila ada pelanggaran hukum atau

tidak, namun dalam bisnis tindakan tersebut adalah tercela. Menurut Suradi (2006: 1-2),

faktor-faktor pendorong dilakukannya korupsi ada tiga macam, yaitu: (1) adanya tekanan

(perceived pressure); (2) adanya kesempatan (perceived opportunity); dan (3) berbagai cara

untuk merasionalisasi agar kecurangan dapat diterima (some way to rationalize the fraud as

acceptable).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 582), kolusi memiliki arti yaitu

kerja sama rahasia untuk maksud tidak terpuji; persengkongkolan. Menurut Al-Asyhar (2003:

116), tindakan kolusi biasanya tidak terlepas dari budaya suap-menyuap (risywah) yang

sudah sangat kita kenal di lingkungan budaya birokrasi dan telah memasuki sistem jaringan

yang amat luas dalam masyarakat umum. Menurut Undang-Undang (2008: 122), kolusi

adalah pemufakatan secara melawan hukum antara penyelenggara negara dan pihak lain yang

merugikan pihak lain, masyarakat, dan negara. Menurut Rafi (2006: 1), kolusi adalah

perbuatan untuk mencari keuntungan pribadi atau golongan untuk merugikan negara. Kolusi

Page 63: YASIR ICHWAN

dapat dikatakan sebagai penyakit sosial yang menggerogoti sendi-sendi bangsa dan merusak

tatanan hidup bernegara.

Nepotisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kamus Besar Bahasa

Indonesia) (2007: 780) adalah prilaku yang memperlihatkan kesukaan yang berlebihan

kepada kerabat dekat; kecenderungan untuk mengutamakan (menguntungkan) sanak saudara

sendiri, terutama di jabatan, pangkat di lingkungan pemerintah; tindakan memilih kerabat

atau sanak saudara sendiri untuk memegang pemerintahan. Menurut Nashriana (2010: 15)

nepotisme yaitu orang yang berkuasa memberikan kekuasaan dan fasilitas pada keluarga atau

kerabatnya yang seharusnya orang lain juga dapat atau berhak bila dilakukan secara adil.

Nepotisme merupakan prilaku yang mementingkan masalah pribadi atau keluarga dari pada

masalah umum. Hal yang dimaksud dalam mementingkan masalah pribadi atau keluarga

yaitu lebih mengutamakan kerabat dekat atau saudara daripada orang lain untuk

menguntungkan diri sendiri atau orang dekat yang memanfaatkan keadaan atau jabatan yang

dijalani tersebut.

Negara yang berbentuk kerajaan seperti Saudi Arabia, Inggris, Belanda, dan

sebagainya, persoalan “nepotisme” yaitu sikap atau tindakan yang mengutamakan keluarga

atau teman-teman dekat yang diberikan kedudukan atau jabatan tidaklah menjadi masalah.

Pengangkatan anak sendiri menjadi raja atau jabatan lain dalam lingkungan kerajaan

bukanlah pelanggaran hukum, karena memang sistem pemerintahannya membolehkan hal

seperti itu. Berbeda dengan di Indonesia yang menganut sistem pemerintahan yang

demokratis dengan kadaulatan yang berada di tangan rakyat, masalah “nepotisme” adalah

pelanggaran hukum. Hal tersebut tercantum dan diatur secara tegas dalam Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 1999 Pasal 1 Ayat 5, nepotisme adalah setiap perbuatan penyelenggara

negara secara melawan hukum yang menguntungkan kepentingan keluarganya dan atau

kroninya di atas kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara. Berdasarkan ketentuan dalam

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Pasal 1 Ayat 5, maka jelas dan tegas bahwa

nepotisme di Indonesia adalah sebuah pelanggaran hukum.

Korupsi, kolusi, dan nepotisme memang menjadi musuh bersama di negeri Indonesia

tercinta ini. Korupsi, kolusi, dan nepotisme merupakan tindak kejahatan yang akan merusak

segala aspek kehidupan, baik itu di bidang ekonomi, politik, hukum, sosial, serta juga

merusak moralitas anak bangsa. Masalah korupsi bukan lagi masalah baru dalam persoalan

hukum dan ekonomi bagi suatu negara karena masalah korupsi telah ada sejak ribuan tahun

yang lalu, baik di negara maju maupun di negara berkembang termasuk juga di Indonesia.

Page 64: YASIR ICHWAN

Korupsi, kolusi, dan nepotisme atau sering disingkat dengan KKN merupakan

masalah yang sangat serius, ketiga tindak pidana tersebut dapat membahayakan stabilitas dan

keamanan masyarakat, membahayakan pembangunan sosial, ekonomi, politik, serta merusak

nilai-nilai demokrasi dan moralitas, karena lama-kelamaan akan berubah menjadi sebuah

budaya.

Korupsi telah merayap dan menyelinap dalam berabagai bentuk atau modus

operandi sehingga menggerogoti keuangan negara, perekonomian negara, dan merugikan

kepentingan masyarakat (Hamzah, 1991: 2). Korupsi di Indonesia dapat kita lihat terus-

menerus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, baik dari jumlah kasus yang terjadi

maupun dari jumlah kerugian keuangan negara. Kualitas tindak pidana korupsi yang

dilakukan juga semakin sistematis dengan lingkup yang memasuki seluruh aspek kehidupan

masyarakat. Kondisi tersebut menjadi salah satu faktor utama penghambat keberhasilan untuk

mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera.

Peraturan perundang-undangan yang dijadikan alat untuk memberantas tidak pidana

korupsi disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, namun demikian korupsi makin

merajalela, kerugian negara tidak hanya jutaan rupiah akan tetapi milyaran rupiah bahkan

mencapai triliunan rupiah. Disisi yang lain, korupsi tidak hanya memasuki lingkungan

eksekutif saja, tetapi juga berkembang di lingkungan yudikatif dan legislatif. Tindak pidana

korupsi tidak hanya dilakukan oleh pejabat negara melainkan juga dilakukan oleh korporasi.

Orang-orang sepertinya tidak lagi merasa malu menyandang predikat tersangka kasus korupsi

sehingga perbuatan korupsi seolah-olah sudah menjadi suatu yang biasa untuk dilakukan

secara bersama-sama dan berkelanjutan, walaupun sudah jelas melakukan perbuatan melawan

hukum dan memperkaya diri sendiri serta orang lain, dan dapat merugikan keuangan negara

atau perekonomian negara.

Praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme telah menjadikan keuangan dan

perekonomian negara rugi sangat besar, sedemikian besarnya uang negara yang diambil

merupakan perampasan sebagian besar hak-hak ekonomi dan sosial rakyat oleh sebagian

individu atau kelompok dalam masyarakat. Praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme merupakan

tindak kejahatan yang dapat mempengaruhi kehidupan bangsa baik saat ini maupun yang

akan datang.

Tidak melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme berarti sudah berbuat hal yang

mulia untuk negara, karena akan membuat kondisi keuangan negara menjadi aman dan stabil,

tanpa adanya suatu kondisi yang mengkhawatirkan. Bentuk nasionalisme yang terkandung

dari tindakan tidak melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme adalah selalu bersikap jujur,

Page 65: YASIR ICHWAN

tidak melanggar hukum, serta tidak merugikan keuangan negara. Tidak melakukan korupsi,

kolusi, dan nepotisme juga mengindikasikan bahwa seseorang mencintai negara Indonesia,

karena dengan tindakan tersebut tidak ada uang negara yang dicuri ataupun dirampas,

sehingga uang negara tersebut dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan bangsa

dan negara menuju Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera.

Tidak korupsi, kolusi, dan nepotisme yang menjadi bentuk nasionalisme dalam

novel 5 cm. terdapat pada kutipan berikut:

”Tapi, Yan... ada satu yang pasti, Yan, ” Genta berbicara tegas. “Di tempat gue kerja sekarang kan isinya seumuran kita, angkatan eksponen reformasi dulu. Jadinya, kita janji untuk mencoba sama sekali nggak pernah dan nggak akan ngelakuin KKN. Mudah-mudahan yang kayak gitu bisa kita jaga entah sampai kapan”. (5 cm.: 189)

5.6 Kebersamaan

Kebersamaan merupakan bagian yang mendasar dalam sebuah persatuan. Tanpa

adanya kebersamaaan, persatuan tidak akan mungkin terealisasikan, walaupun kebersamaan

tidak selalu menunjukkan pada bentuk persatuan, karena pada kenyataannya ada yang

bersama akan tetapi tidak menyatu. Kebersamaan bukan berarti mengharuskan antara

individu untuk selalu bersama setiap waktu, sehingga mengurangi hak-hak privasi individu.

Kebersamaan dan hak privasi memiliki porsinya tersendiri.

Kebersamaan yang baik tidak menghilangkan perbedaan, karena perbedaan

merupakan fitrah sekaligus penentu bagi kedinamisan, kreativitas, dan keharmonisan

manusia. Kebersamaan tidak selalu berbentuk fisik, akan tetapi juga kebersamaan yang

berbentuk maknawi, artinya walaupun secara jasmani berpisah namun rasa kebersamaan

dalam jiwa masih ada dengan selalu menjaga komunikasi sosial yang intensif dan harmonis.

Kebersamaan erat kaitannya dengan adanya keharmonisan yang terjalin di dalam suatu

kelompok. Selain itu, kebersamaan selalu mengacu pada keterbatasan. Manusia adalah

makhluk yang mempunyai keterbatasan, maka untuk mengatasi keterbataan tersebut perlu

adanya suatu usaha yang dilakukuan secara bersama-sama. Pada sisi keterbatasan inilah,

kebersamaan merupakan suatu hal penting yang menjadi solusi.

Kebersamaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 986) mempunyai arti

yaitu hal yang dilakukan bersama. Kebersamaan merupakan sebuah kondisi yang sengaja

diciptakan secara bersama-sama untuk menghasilkan sikap serentak yang dilakukan oleh

semua individu agar memperoleh tujuan atau harapan seiring dengan visi dan misi yang ingin

dicapai. Sementara inti dari kebersamaan itu adalah berkumpulnya individu dalam kondisi

apapun untuk meraih tujuan tertentu.

Page 66: YASIR ICHWAN

Kebersamaan merupakan faktor yang sangat penting dalam membentuk sebuah

persatuan. Persatuan mengandung pengertian disatukannya berbagai macam corak yang

beraneka ragam menjadi satu kebulatan. Hal-hal yang beraneka ragam itu, setelah disatukan

menjadi sesuatu yang serasi, utuh dan tidak saling bertentangan antara yang satu dengan yang

lain, (Kansil, 2002: 110).

Persatuan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 1003) mengandung arti

gabungan, ikatan, kumpulan, beberapa bagian yang sudah bersatu. Persatuan berasal dari kata

satu, yang berarti utuh dan tidak terpecah-pecah. Proses kehidupan berbangsa dan bernegara

perlu adanya rasa kebersamaan untuk mewujudkan sebuah persatuan yang kokoh. Hal

tersebut dapat dilihat dalam rumusan Pancasila, yaitu sila ketiga yang berbunyi Persatuan

Indonesia.

Persatuan Indonesia dalam sila ketiga mencakup persatuan dalam arti ideologi,

politik, ekonomi, sosial, budaya, dan keamanan. Persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa

yang mendiami wilayah Indonesia. Bersatu karena didorong untuk mencapai kehidupan

kebangsaan yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat, (Kansil, 2002:

111).

Memperkokoh persatuan bangsa merupakan suatu proses menyatu yang berangkat

dari sebuah kesadaran keberagaman (kemajemukan) untuk mewujudkan bangsa Indonesia

yang bersatu, tanpa harus menghilangkan sifat keragamannya, dan menempatkan

keindonesiaan di atas unsur-unsurnya. Kesadaran akan keberagaman (kemajemukan) menjadi

daya perekat yang menjadikan makin kokohnya bangsa dengan menjauhkan segala bentuk

perbedaan pandangan yang dapat menyebabkan konflik. Persatuan bangsa akan menjadi

kokoh pada saat semua merasa memiliki kepentingan dan tujuan yang sama, yaitu

mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur berdasarkan Pancasila

dan UUD 1945, (Sujanto, 2007: 10).

Kemajemukan seharusnya tidak perlu diperdebatkan atau dipertentangkan, apalagi

dipolemikkan, karena keragaman adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang dengan cirinya

sendiri-sendiri memiliki kekuatan dan kelemahan. Pada sila ketiga Pancasila dimaksudkan

bahwa bangsa Indonesia seluruhnya harus memupuk persatuan yang erat antara sesama

warga negara, tanpa membeda-bedakan suku atau golongan serta berdasarkan satu tekad yang

bulat dan satu cita-cita bersama.

Sebagaimana tercantum di dalam lambang negara Garuda Pancasila, pada pita

garuda tertulis kalimat “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti “Walaupun berbeda-beda (suku,

bahasa, budaya, agama) tetap satu juga (Indonesia). Kalimat ini digunakan sebagai salah satu

Page 67: YASIR ICHWAN

semboyan di dalam membangun persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, karena disadari

bahwa sejak awal perjuangan, kekuatan kita adalah keberagaman yang menyatu menjadi

suatu kekuatan besar bangsa Indonesia yang majemuk.

Kebersamaan merupakan salah satu hal mendasar yang membentuk sebuah

persatuan yang kokoh. Rasa kebersamaan perlu dilakukan dalam proses berbangsa dan

bernegara, karena kebersamaan tersebut yang akan membentuk sebuah persatuan yang kuat

dalam menghadapi segala permasalahan yang dihadapi bangsa. Pada sila ketiga Pancasila,

ditegaskan bahwa untuk membangun bangsa perlu adanya rasa persatuan dari segenap

masyarakat Indonesia, karena dengan adanya persatuan, bangsa Indonesia tidak mudah

terpecah belah dan tidak mudah untuk dipisah-pisahkan. Sikap kebersamaan akan

membentuk bangsa Indonesia yang mempunyai jiwa kekompakan, selalu toleran, penuh

keharmonisan, dan juga selalu mengedepankan kepentingan bersama.

Kebersamaan yang menjadi bentuk nasionalisme dalam novel 5 cm. terdapat pada

kutipan berikut:

”Tapi kan ada yang lebih penting dari sekadar selera...,” Genta ngomong pelan dan melanjutkan, “yang penting kan kita bareng-bareng terus berlima...menghargai pendapat semuanya, selera semuanya, ketawa buat semuanya, sedih buat semuanya”. (5 cm.: 50) Selain itu, kebersamaan yang menjadi bentuk nasionalisme dalam novel 5 cm.

terdapat juga pada kutipan berikut:

”Kalo ada yang capek bilang ya, jangan ada yang gengsi. Satu orang capek, semuanya berhenti. Kebanyakan orang gagal ke puncak karena kecapekan dan gengsi nggak mau bilang. Yang ada cuma maksa sehingga akibatnya nggak bisa ngelanjutin.” (5 cm.: 237) “Masih dengan bergandengan mereka berputar-putar di puncak Mahameru. Mereka seakan terbang melayang-layang, genggaman mereka semakin erat, rasa yang ada tak terbayangkan, tidak ada lagi tanah lebih tinggi yang mereka lihat, tinggal langit saja-itu pun seperti bisa tersentuh”. (5 cm.: 342-343)

5.7 Bertanggung Jawab

Setiap manusia harus mempunyai rasa tanggung jawab, rasa tanggung jawab harus

disesuaikan dengan apa yang telah kita lakukan. Tanggung jawab merupakan kesadaran

manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak di sengaja.

Tanggung jawab berarti juga sebagai perwujudan kesadaran dan kewajiban. Seseorang mau

bertanggung jawab karena ada kesadaran, keinsafan, pengertian atas segala perbuatan dan

akibatnya, untuk kepentingan pihak lain. Timbulnya tanggung jawab karena manusia hidup

Page 68: YASIR ICHWAN

bermasyarakat dan hidup dalam lingkungan alam. Manusia tidak boleh berbuat semaunya

terhadap manusia lain dan terhadap alam lingkungannya.

Tanggung jawab menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 1139) adalah

keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Bertanggung jawab menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2007: 1139) adalah berkewajiban menanggung, memikul tanggung jawab,

menanggung segala sesuatunya. Menurut Hartono (1991: 154), tanggung jawab itu bersifat

kodrati, artinya sudah menjadi bagian hidup manusia. Apabila dikaji lebih mendalam,

tanggung jawab merupakan kewajiban yang harus dipikul sebagai akibat dari perbuatan pihak

yang berbuat atau sebagai akibat dari perbuatan pihak lain, atau sebagai pengabdian,

pengorbanan pada pihak lain. Kewajiban atau beban itu ditujukan untuk kebaikan pihak yang

berbuat sendiri, atau pihak lain. Keseimbangan, keserasian, keselarasan antara sesama

manusia, antara manusia dan lingkungannya, antara manusia dan Tuhan harus selalu

dipelihara dengan baik.

Tanggung jawab merupakan ciri dari manusia yang beradab. Manusia merasa

bertangggung jawab karena ia menyadari akibat baik dan buruk perbuatannya itu, dan

menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengabdian dan pengorbanannya (Hartono,

1991: 155). Wujud dari tanggung jawab dapat berupa pengabdian dan pengorbanan.

Pengabdian dan pengorbanan merupakan perbuatan baik untuk kepentingan manusia itu

sendiri. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 2), pengabdian adalah perbuatan

menghambakan diri atau berbakti. Pengabdian itu pada hakekatnya adalah rasa tanggung

jawab. Pengabdian merupakan perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat atau tenaga

sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat, yang kesemuanya itu dilakukan

dengan ikhlas, (Hartono, 1991: 158).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 595), pengorbanan adalah perbuatan

memberikan sesuatu sebagai pernyataan kebaktian, kesetiaan. Pengorbanan berasal dari kata

korban atau kurban yang berarti persembahan, sehingga pengorbanan berarti pemberian

untuk menyatakan kebaktian. Pengorbanan yang bersifat kebaktian itu mengandung unsur

keikhlasan yang tidak mengharapkan pamrih, suatu pemberian yang didasarkan atas

kesadaran moral yang tulus ikhlas, (Hartono, 1991: 160).

Tanggung jawab seorang mahasiswa adalah belajar. Setiap mahasiswa yang ingin

mendapatkan gelar sarjana diharuskan untuk menyelesaikan tugas akhir atau skripsi. Dengan

kata lain, mahasiswa tidak akan mendapatkan gelar sarjana sebelum menyelesaikan tanggung

jawabnya, yaitu menyelesaikan tugas akhir atau skripsi.

Page 69: YASIR ICHWAN

Menyelesaikan tugas akhir atau skripsi merupakan salah satu tanggung jawab yang

bersifat nasionalisme. Bersifat nasionalisme, karena mahasiswa adalah agen perubahan, calon

pemimpin masa depan, dan kaum intelektual yang akan mempengaruhi kehidupan bangsa

Indonesia kedepannya. Seorang mahasiswa yang menyelesaikan skripsi, berarti telah

bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan bangsanya. Mahasiswa yang telah

menyelesaikan skripsi berarti bersiap untuk melanjutkan jenjang kehidupannya ke arah yang

lebih kompleks, karena setelah menyelesaikan skripsi dan mendapatkan gelar sarjana berarti

mahasiswa akan langsung terjun ke tengah masyarakat yang sebenarnya. Untuk menghadapi

kehidupan di dalam masyarakat perlu adanya ilmu, karena dengan ilmu seseorang akan

mudah untuk bisa membaur dan menjalani kerasnya hidup di masyarakat. Melalui ilmu juga,

seseorang akan dihargai dan disegani dalam masyarakat, serta dengan ilmu pula kehidupan

bangsa akan berubah menuju ke masa depan yang lebih cerah.

Jika mahasiswa tidak menyelesaikan tugas akhir atau skripsi, maka mahasiswa

tersebut tidak bertanggung jawab dengan dirinya sendiri dan bangsa atas kewajiban yang

sudah dibebankan kepadanya. Jika sudah tidak bertanggung jawab dengan dirinya sendiri,

maka bagaimana bisa mendapatkan tanggung jawab dari orang lain. Mahasiswa merupakan

agen perubahan yang kelak akan menjadi calon pemimpin bangsa di masa yang akan datang.

Seorang pemimpin di masa depan pastinya akan mengemban tanggung jawab yang cukup

besar. Menjadi mahasiswa adalah proses untuk belajar mengemban tanggung jawab tersebut.

Sesuatu yang besar selalu berawal dari hal-hal yang kecil, begitu juga dengan hal tanggung

jawab. Apabila mahasiswa sudah tidak bisa mengemban tanggung jawab yang kecil,

bagaimana mungkin bisa mengemban tanggung jawab yang besar.

Tanggung jawab merupakan suatu bentuk pengorbanan dan pengabdian yang

dilakukan seseorang dengan rasa hormat untuk menyatakan bahwa dirinya berkewajiban

menyelesaikan segala urusan yang sudah diembannya. Sebagai mahasiswa bentuk tanggung

jawab itu adalah belajar serta menyelesaikan tugas akhir atau skripsi. Menyelesaikan tugas

akhir atau skripsi berarti menyatakan bahwa dirinya bertanggung jawab dengan diri sendiri

dan bangsa, serta bersiap untuk melanjutkan hidup ke jenjang yang lebih tinggi dan berbuat

yang terbaik untuk bangsa, karena mahasiswa merupakan aset bangsa yang kelak akan

menjadi calon pemimpin masa depan Indonesia.

Tanggung jawab yang menjadi bentuk nasionalisme dalam novel 5 cm. terdapat pada

kutipan berikut:

”Assalamualaikum Wr.Wb.... Selamat pagi, Salam Sejahtera. Nama Saya Adrian

Adriano. Hari ini saya akan mempertanggungjawabkan tugas akhir saya....”. (5 cm.: 132)

Page 70: YASIR ICHWAN

5.8 Kerja Keras

Manusia merupakan makhluk yang selalu mempunyai keinginan atau cita-cita.

Untuk mewujudkan keinginan atau cita-cita tersebut, manusia diharuskan untuk melakukan

usaha. Usaha yang dilakukan secara terus-menerus, sungguh-sungguh, dan tidak kenal

menyerah tentunya akan menghasilkan sesuatu yang baik sesuai dengan yang diharapkan.

Pada kehidupannya, manusia harus benar-benar bekerja keras jika ingin mewujudkan

keinginan atau cita-citanya.

Bekerja keras dapat diartikan sebagai kerja yang dilakukan dengan adanya dorongan

yang cukup tinggi untuk menghasilkan sesuatu target yang sudah ditetapkan. Kerja keras erat

kaitannya dengan sikap pantang menyerah atau tidak mudah putus asa dan rajin. Sikap

pantang menyerah merupakan bentuk perjuangan yang tiada henti meskipun menghadapi

berbagai rintangan. Rajin menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 922) memiliki arti

suka bekerja, getol, sungguh-sungguh, selalu berusaha giat.

Kerja keras artinya melakukan suatu usaha atau pekerjaan secara terus menerus

tanpa mengenal lelah. Kerja keras juga dapat diartikan suatu tindakan atau perbuatan yang

dilakukan dengan sungguh-sungguh dan serius sampai tercapai suatu tujuan. Orang yang

bekerja keras akan dengan senang hati menjalani kehidupan ini. Setiap orang harus bekerja

keras dalam bidang pekerjaan yang ia tekuni. Pekerjaan yang dilakukan tidak akan mungkin

berhasil dengan maksimal jika seseorang itu bermalas-malasan, atau tidak mau bekerja keras.

Seseorang akan jauh ketinggalan dari orang lain jika tidak memiliki semangat kerja keras ini.

Kemerdekaan bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 diperoleh melalui

kerja keras, perjuangan, dan pengorbanan dari para pahlawan. Kemerdekaan tersebut bukan

merupakan hadiah atau pemberian dari bangsa penjajah. Para pahlawan berusaha secara terus

menerus, sungguh-sungguh, dan pantang menyerah untuk mewujudkan kemerdekaan bangsa

Indonesia agar terbebas dari bentuk penjajahan dari bangsa asing. Indonesia tidak akan

mungkin merdeka jika para pahlawan pada saat itu bersikap mudah menyerah dan tidak

sungguh-sungguh untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa untuk memperjuangkan bangsa ke arah yang lebih baik juga memerlukan

sikap kerja keras, karena dengan sikap tersebut membuktikan bahwa kehidupan bangsa akan

berubah ke arah yang diinginkan atau dicita-citakan.

Setiap warga bangsa tentunya memiliki keinginan atau cita-cita yang berbeda-beda.

Keinginan atau cita-cita tersebut haruslah tetap berkontribusi untuk bangsa dan negara.

Keinginan atau cita-cita setiap warga negara juga harus mempunyai manfaat untuk bangsa

dan negara guna membangun kehidupan bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik. Setiap

Page 71: YASIR ICHWAN

warga negara harus tetap bekerja keras di bidang keahliannya masing-masing. Bekerja keras

di bidang masing-masing, dapat diharapkan setiap warga negara bahu-membahu membangun

bangsa untuk kepentingan bersama demi mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang

tercantum dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi

segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan

umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia, (Bakry,

1987: 67).

Bentuk nasionalisme yang terdapat dari sikap kerja keras adalah sikap kerja keras

mampu menjadi suatu alat untuk menuju cita-cita dan keinginan yang hendak dicapai oleh

suatu bangsa. Bekerja keras, akan merubah sesuatu hal menjadi lebih baik. Selain itu, dengan

bekerja keras pula, suatu bangsa dapat mewujudkan keinginan atau cita-cita dari bangsanya

sendiri. Tidak akan mungkin suatu bangsa akan berubah menjadi lebih baik, jika setiap warga

negaranya bersikap mudah menyerah dan tidak sungguh-sungguh mewujudkan keinginan

bangsanya. Tanpa adanya kerja keras suatu yang diinginkan pasti tidak akan terwujud.

Kerja keras yang menjadi bentuk nasionalisme dalam novel 5 cm. terdapat pada

kutipan berikut:

“Mas Fajar ada di situ, sore itu, bukan karena kamu hoki, tapi kerja keras kamu

selama ini yang telah kamu tanam dengan terus tekun dan pantang menyerah dalam

menjalankannya”. (5 cm.: 133-134)

Selain itu, kerja keras yang menjadi bentuk nasionalisme dalam novel 5 cm. terdapat

juga pada kutipan berikut:

“Kalo... lo... yakin... sama... sesuatu... lo... taruh... itu... di sini,” Genta meletakkan

jari telunjuknya di keningnya, “Abis itu lo kerja keras... semampu lo”. (5 cm.: 139)

5.9 Batik

Batik merupakan karya seni budaya bangsa Indonesia yang dikagumi dunia. Batik

telah menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara terkemuka penghasil kain tradisional

yang halus di dunia, (Purba, 2005: 43-44). Julukan ini datang dari suatu tradisi yang cukup

lama berakar di bumi Indonesia, sebuah sikap adat yang sangat kaya, beraneka ragam, kreatif

serta artistik. Selama periode yang panjang itulah aneka sifat, ragam kegunaan, jenis,

rancangan serta mutu batik Indonesia ditentukan oleh berbagai unsur, antara lain oleh iklim

dan keberadaan serat-serat setempat, faktor sejarah, perdagangan, penjajahan, dan kesiapan

masyarakatnya dalam menerima paham serta pemikiran baru. Namun demikian, yang paling

Page 72: YASIR ICHWAN

menentukan di atas segalanya adalah keanekaragaman adat dan kepercayaan asli penduduk

serta sikap budaya masyarakat dalam menerima berbagai unsur yang memenuhinya.

Menurut Tirta (dalam Purba, 2005: 44) batik merupakan teknik menghias kain atau

tekstil dengan menggunakan lilin dalam proses pencelupan warna, dan proses tersebut

semuanya menggunakan tangan. Menurut Syakur (dalam Purba, 2005: 44) batik adalah seni

rentang warna yang meliputi proses pemalaman (lilin), pencelupan (pewarnaan) dan

pelorotan (pemanasan), hingga menghasilkan motif yang halus, yang kesemuanya ini

memerlukan ketelitian yang tinggi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 112), batik adalah kain bergambar

yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan (mencetak) malam

(lilin batik) pada kain, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu. Lebih lanjut

dijelaskan bahwa batik adalah sehelai wastra yakni sehelai kain yang dibuat secara

tradisional dan digunakan dalam matra tradisional dengan beragam hias pola tertentu yang

pembuatannya menggunakan teknik celup rintang dengan malam (lilin batik) sebagai bahan

perintang warna. Suatu wastra dapat disebut batik apabila mengandung dua unsur pokok,

yaitu: teknik celup rintang yang menggunakan lilin sebagai perintang warna dan pola yang

beragam hias khas batik, (Purba, 2005: 44).

Seni batik maupun cara pembuatannya sudah dikenal di Indonesia sejak dulu.

Namun demikian, mengenai asal mula batik masih banyak menimbulkan perdebatan. Ada

sebagian pihak yang menyetujui bahwa batik memang berasal dari Indonesia, tetapi ada juga

beberapa pihak yang tidak menyetujuinya. Pihak yang tidak setuju dengan pendapat bahwa

batik berasal dari Indonesia mengemukakan bahwa batik dibawa oleh nenek moyang kita

ketika melakukan perpindahan penduduk, atau mungkin juga diperkenalkan kepada nenek

moyang kita oleh kaum pendatang. Pendukung pendapat ini mengatakan bahwa batik

sebenarnya berasal dari Mesir dan Persia. Itulah sebabnya cara pembuatan dan penghiasan

batik tidak hanya dikenal di Indonesia, tetapi juga ada di Thailand, India, Jepang, Sri Langka,

dan Malaysia.

Pihak yang setuju, mengatakan bahwa batik di Indonesia adalah suatu bentuk

kesenian yang berdiri sendiri dan tidak ada hubungannya dengan batik yang berkembang di

negara lain. Cara pembuatan maupun corak-corak dan cara hiasan yang ada pada batik

Indonesia tidak mempunyai kemiripan dengan cara pembuatan batik asing. Alat dan pola

hiasan batik Indonesia benar-benar mencerminkan cipta, rasa, dan karsa bangsa Indonesia.

Jika itu berbentuk hiasan, maka hiasan itu juga hiasan yang terdapat di Indonesia.

Page 73: YASIR ICHWAN

Pada mulanya batik yang dikenal hanya batik tulis. Seiring dengan penggunaan batik

yang makin meluas, teknologi batik berkembang pula dengan pesatnya. Sekarang di samping

pembuatan batik secara tradisional, dikenal pula pembuatan batik secara ”modern” yang

hasilnya disebut dengan batik modern. Menurut Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Industri dan Kerajinan Batik – Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Yogyakarta

(dalam Purba, 2005: 49-50), kain batik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu batik tulis dan

batik modern. Batik tulis merupakan batik yang dianggap paling baik dan tradisional. Proses

pembuatannya melalui tahap-tahap: persiapan, pemolaan, pembatikan, pewarnaan, pelorodan,

dan penyempurnaan. Pada proses pembatikan sering terjadi gerakan spontan, tanpa dihitung

atau diperhitungkan lebih rinci.

Batik modern dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: batik cap, batik kombinasi, tekstil

motif batik. Batik cap dalam proses pembuatannya melalui tahapan-tahapan seperti persiapan,

pencapan, pewarnaan, pelorodan, dan penyempurnaan. Pelaksanaan pembuatan batik cap

lebih mudah dan cepat. Kelemahan pada batik cap adalah motif yang dapat dibuat terbatas

dan tidak dapat membuat motif-motif besar. Selain itu pada batik cap tidak terdapat seni

coretan dan kehalusan motif yang dianggap menentukan motif batik. Batik kombinasi

merupakan jenis batik yang mengkombinasikan batik tulis dan batik cap. Batik ini dibuat

dalam rangka mengurangi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada produk batik cap,

seperti motif besar dan seni coretan yang tidak dapat dihasilkan dengan tangan. Pada proses

pembuatannya memerlukan persiapan-persiapan yang rumit, terutama pada penggabungan

motif yang ditulis dan motif capnya sehingga efisiensinya rendah dan hampir sama dengan

batik tulis, serta nilai seni produknya juga disamakan dengan batik cap. Adapun proses

pembuatannya melalui tahapan-tahapan yaitu persiapan, pemolaan (untuk motif besar),

pembatikan (motif yang tidak dapat dicap), pencapan, pewarnaan, pelorodan, dan

penyempurnaan. Tekstil motif batik merupakan jenis batik yang tumbuh dalam rangka

memenuhi kebutuhan batik yang cukup besar dan tidak dapat dipenuhi oleh industri batik

biasa. Tekstil motif batik diproduksi oleh industri tekstil dengan mempergunakan motif batik

sebagai desain tekstilnya. Proses produksinya dilakukan dengan sistem printing sehingga

produknya dikenal sebagai batik printing dan dapat diproduksi secara besar-besaran. Namun

demikian, ciri-ciri khas yang mendukung identitas batik tradisional tidak terdapat pada batik

printing, tetapi harganya relatif murah sehingga dapat dijangkau semua lapisan masyarakat

yang memerlukannya, (Purba, 2005: 50-51).

Sebagai cabang seni rupa warisan generasi lampau, batik memiliki berbagai

kegunaan sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada zamannya. Pada batik tradisional, peran

Page 74: YASIR ICHWAN

utamanya adalah sebagai bahan busana sedangkan bentuknya disesuaikan dengan

kegunaannya. Seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat modern memiliki aspirasi

yang berbeda dengan masyarakat tradisional, yaitu menganggap batik tradisional tidak sesuai

dengan kebutuhan dan kebiasaan yang baru. Maka orang lalu berusaha mencari dimensi baru

dalam dunia batik. Batik tidak hanya digunakan untuk kepentingan busana tradisional karena

dipandang tidak praktis untuk kehidupan modern. Berdasarkan hal tersebut maka media batik

dipandang lebih cocok untuk kebutuhan budaya modern sebagai busana modern (rok, kemeja,

dan jas), elemen interior (taplak meja, sprei, gorden), produk cinderamata (kipas, sandal, dan

kartu pos), serta media ekspresi (lukisan).

Melestarikan batik merupakan salah satu bentuk nasionalisme, karena batik

merupakan hasil dari kebudayaan bangsa Indonesia. Dalam Pasal 32 Ayat 1 UUD 1945

dijelaskan bahwa, “Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban

dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan

nilai-nilai budayanya”. semua yang menjadi warga negara Indonesia mempunyai peranan

yang penting dalam melestarikan batik. Melestarikan batik, berarti ikut berperan dalam

memelihara dan mengembangkannya menjadi sesuatu yang dapat dibanggakan sebagai

identitas bangsa. Batik merupakan suatu kebanggaan bagi segenap bangsa Indonesia,

sehingga bangsa lain tidak akan mudah untuk mengaku-ngaku menjadi pemilik batik.

Batik yang menjadi bentuk nasionalisme dalam novel 5 cm. terdapat pada kutipan

berikut:

“Nak, nasi pecel, ayam telur, Nak. Endok asin, ndok asin, hangat hangat.” Seorang

ibu tua dengan pakaian khas Jawa dan kain batik lusuh, mengusung gendongan makanannya,

menawarkan dagangannya ke Riani”. (5 cm.: 173)

5.10 Bersyukur

Syukur dapat diartikan sebagai rasa terima kasih kepada Tuhan yang memberikan

semua kenikmatan dunia. Seperti halnya ketika mendapat pemberian dari teman atau atasan,

maka pemberian itu harus dijaga dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Jika pemberian

itu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, maka pihak yang memberi akan merasa bahagia,

kemungkinan dia akan memberikan yang lainnya.

Syukur dalam konsep Islam adalah pengakuan terhadap nikmat yang telah diberikan

Allah SWT dengan dibuktikan ketaatan kepada-Nya. Rasa bersyukur adalah mempergunakan

nikmat Allah SWT menurut kehendak Allah SWT sebagai pemberi nikmat. Oleh karena itu,

dapat disimpulkan bahwa rasa bersyukur yang sebenarnya adalah mengucapkan pujian

Page 75: YASIR ICHWAN

kepada Allah SWT dengan lisan, mengakui dengan hati akan nikmat Allah SWT, dan

mempergunakan nikmat itu sesuai dengan kehendak Allah SWT.

Makna syukur secara luas adalah sebuah perbuatan yang patut untuk kita lakukan,

karena di dalam rasa bersyukur, kita menghargai dan menghormati kebesaran Tuhan.

Bersyukur bukan merupakan hal yang mudah untuk dilakukan, karena penilaian yang bisa

diberikan bukan dari perbuatan dan perkataan kita saja, akan tetapi Tuhan bisa melihat ke

dalam hati kita yang sesungguhnya.

Bersyukur menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 1115), mempunyai arti

yaitu berterima kasih, mengucapkan syukur. Manzhur (dalam Sulistyarini, 2010: 6)

mengatakan bahwa syukur adalah membalas kenikmatan (kebaikan orang lain) dengan

ucapan, perbuatan, dan niat. Seseorang harus menyampaikan (sanjungan) kepada yang

memberikannya dengan ucapan ketaatan yang sepenuhnya, serta berkeyakinan bahwa yang

memberinya itu adalah Allah SWT. Al-Fauzan (dalam Sulistyarini, 2010: 6) juga mengatakan

bahwa orang yang bersyukur adalah orang yang mengakui nikmat Allah SWT dan mengakui

Allah SWT sebagai pemberinya, tunduk kepada-Nya, cinta kepada-Nya, rida terhadap-Nya,

serta mempergunakan nikmat itu dalam hal yang disukai Allah SWT dalam rangka taat

kepada-Nya. Rasa syukur harus disertai ilmu dan amal yang didasari oleh ketaatan serta

kecintaan kita kepada Tuhan pemberi nikmat.

Al Sa’di (dalam Sulistyarini, 2010: 6) mengatakan bahwa orang yang bersyukur

adalah orang yang baik jiwanya, lapang dadanya, tajam matanya, hatinya penuh dengan

pujian kepada Allah SWT dan pengakuan akan nikmat-Nya, merasa senang dengan

kemuliaan-Nya, gembira dengan kebaikan-Nya, serta lisannya selalu basah pada setiap waktu

dengan bersyukur dan berzikir kepada Allah SWT.

Allah SWT dalam Asma Al-Husna yang ke-35 dari 99, bersifat Asy-Syakur dalam

arti yang menyebarluaskan anugerah-Nya. Maka Allah adalah pusat syukur. Hamba yang

bersyukur yaitu memuji Allah dengan mengingat-ingat anugerah yang telah diberikan-Nya.

Seorang hamba bersyukur dengan lisannya berupa pengakuan atas anugerah dalam derajat

kepasrahan, bersyukur dengan jasmaninya yaitu mengambil sikap setia dan mengabdi, dan

bersyukur dengan hati dengan mengundurkan diri ke tataran syahadat dengan terus-menerus

melaksanakan penghormatan.

Bersyukur merupakan tanda orang beriman karena mengakui kebesaran Allah SWT.

Oleh karena itu, rasa bersyukur erat kaitannya dengan keberadaan hamba dengan Sang

Pencipta Allah SWT. Orang yang mengerti makna syukur tidak lain adalah orang yang

memahami arti hidup, karena bersyukur merupakan bentuk tindakan manusia dalam

Page 76: YASIR ICHWAN

mengakui adanya Tuhan. Mengakui adanya Tuhan berarti sesuai dengan isi dalam sila

pertama Pancasila Ketuhanan Yang Maha Esa. Bersyukur merupakan bentuk dari

nasionalisme, karena sesuai dengan nilai dasar dari Pancasila.

Negara Republik Indonesia berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, artinya bangsa

Indonesia sebagai keseluruhan dan pada umumnya percaya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Setiap warga negara berkewajiban untuk mengakui dan menetapkan bahwa Ketuhanan Yang

Maha Esa adalah dasar negara, dan dianjurkan supaya setiap warga negara mengakui

Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai dasar hidupnya sendiri untuk mencapai kesejahteraan

lahir batin, (Bakry: 1987: 45). Bersyukur merupakan salah satu cara yang digunakan manusia

untuk menyatakan bahwa mereka mengakui adanya Tuhan.

Bersyukur yang menjadi bentuk nasionalisme dalam novel 5 cm. terdapat pada

kutipan berikut:

“Si Mbok melihat uang lima puluh ribu di tangannya, matanya membesar dan

mendekatkan genggaman tangannya ke hidung-nya. “Allhamdullilah Gusti Pangeran...

Allhamdulillah”. (5 cm.: 176)

Selain itu, bersyukur yang menjadi bentuk nasionalisme dalam novel 5 cm. terdapat

juga pada kutipan berikut:

“Tak hentinya mereka melihat ke langit sambil mengucap syukur”. (5 cm.: 288)

“Semuanya tersenyum dan menoleh ke Arial. Rombongan kecil anak manusia itu bersujud syukur di puncak Mahameru, mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada Tuhan dan kepada tanah yang telah menghidupi mereka, Ibu yang selalu memberikan tanah dan airnya setiap hari. Ibu yang akan selalu mencintai anak-anak bangsa. Air mata yang berjatuhan membasahi pasir di Puncak Mahameru, membuat rasa terima kasih mereka menjadi begitu indah. Mereka berenam berpelukan sangat erat, air mata kembali jatuh, menjadi saksi bening dan eratnya persahabatan mereka”. (5 cm.: 344)

5.11 Blangkon

Pada perkembangannya, blangkon menjadi sebuah simbol bagi para pria dari suku

Jawa. Bentuk blangkon sangat sederhana, akan tetapi dibalik kesederhanaannya itu blangkon

memiliki makna yang cukup tinggi. Makna estetika tercermin dari bentuk blangkon yang

dibuat sedemikian rupa sehingga memancarkan keindahan, makna martabat tercermin dari

kegunaan blangkon sebagai alat pembeda antara kaum ningrat Kraton dengan rakyat jelata,

dan makna etika tercermin dari kehidupan dan kepribadian orang Jawa.

Saat ini blangkon dianggap sebagai sesuatu yang kuno dan tidak relevan untuk

dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini berpengaruh terhadap penggunaan blangkon

Page 77: YASIR ICHWAN

yang hanya dipakai pada acara-acara tertentu yang menggunakan tema tradisional.

Masyarakat memandang blangkon hanya sebagai pakaian bagi orang-orang tradisional dan

hanya dipakai pada era tradisional, selain itu mereka juga beranggapan bahwa orang yang

memakai blangkon adalah orang yang tidak bisa mengikuti perkembangan zaman dan dinilai

tertinggal dalam aspek cita rasa berpakaian maupun prilakunya.

Blangkon adalah kain penutup kepala tradisional kaum pria Jawa yang digunakan

sebagai pelengkap busana tradisional (Soegeng, 1981: 27). Selain sebagai pelindung terhadap

sinar matahari, blangkon juga mempunyai fungsi sosial yang menunjukkan martabat atau

kedudukan sosial bagi pemiliknya. Sebagian besar masyarakat Jawa menjadikan blangkon

sebagai simbol atau ciri khas dan konon dulunya digunakan sebagai pembeda antara kaum

ningrat Kraton dengan masyarakat jelata yang hanya memakai iket sebagai penutup kepala.

Masyarakat Jawa beranggapan bahwa kepala lelaki mempunyai arti penting, sehingga

pelindung kepala lelaki sebagai penutup tubuh yang amat diutamakan, sehingga masyarakat

kuno menggunakan blangkon sebagai pakaian keseharian dan dapat dikatakan pakaian wajib

(Soegeng, 1981: 27).

Indonesia adalah negara kesatuan yang memiliki keanekaragaman kebudayaan.

Budaya Indonesia yang beraneka ragam merupakan kebudayaan yang perlu dilestarikan dan

dikembangkan terus-menerus guna meningkatkan ketahanan budaya serta dapat dimanfaatkan

untuk menunjang wisata budaya. Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan,

kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan-kemampuan, serta

kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia anggota masyarakat (Depdikbud, 1988:

10). Makna kebudayaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 170) adalah hasil

kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat

istiadat.

Budaya merupakan satu kata yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah negara,

terlebih untuk negara Indonesia yang dikenal sebagai negara multikultural. Budaya tidak

dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat karena semua aspek dalam kehidupan

masyarakat dapat dikatakan sebagai wujud dari kebudayaan, misalnya gagasan atau pikiran

manusia, aktivitas manusia, atau hasil karya yang dihasilkan manusia.

Pada Pasal 32 Ayat 1 UUD 1945 ditegaskan bahwa “Negara memajukan

kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan

masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya”. Pada pasal

tersebut dijelaskan bahwa negara menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan

mengembangkan nilai-nilai budayanya. Blangkon merupakan salah satu bentuk kebudayaan

Page 78: YASIR ICHWAN

berupa hasil karya yang dihasilkan manusia. Blangkon identik dengan kebudayaan suku

Jawa, karena memang Blangkon merupakan simbol yang membanggakan bagi pria dari suku

Jawa. Blangkon merupakan salah satu bentuk dari kebudayaan lokal yang harus dilestarikan,

karena memiliki makna yang penting dalam kebudayaan Jawa, yaitu sebagai identitas yang

membedakan suku Jawa dengan suku-suku lainnya. Perbedaan ini bukanlah menjadi suatu

ancaman yang menjadi pemisah antara suku yang satu dengan suku lainnnya dan antara

kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lainnya, melainkan menjadi suatu pengayaan

bagi kebudayaan Indonesia.

Indonesia merupakan negara yang kaya dengan budaya sehingga setiap kebudayaan

lokal harus tetap dilestariakan guna memperkaya khasanah kebudayaan Indonesia.

Melestarikan blangkon sebagai kebudayaan lokal berarti melakuakan sesuatu yang berbentuk

nasionalisme karena dengan tindakan tersebut kita mencintai kebudayaan lokal yang ada di

Indonesia, sehingga budaya lokal dapat menjadi identitas dan kebanggaan bagi bangsa

Indonesia di mata bangsa-bangsa lain, dan mencerminkan bahwa Indonesia merupakan

negara yang kaya dengan berbagai bentuk budaya.

Blangkon yang menjadi bentuk nasionalisme dalam novel 5 cm. terdapat pada

kutipan berikut:

“Mas-mas sama Mbak-mbak dari mana?” sopir angkot yang bertampang Jawa dan

mengenakan blangkon memecahkan bengong mereka”. (5 cm.: 195)

5.12 Bahasa Jawa

Bahasa Jawa adalah salah satu bahasa daerah yang ada di Indonesia dan merupakan

aset kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia. Aset tersebut bukanlah hal yang mati sebab

kehadirannya justru memperkaya bahasa nasional. Sebagai contoh, kata, ungkapan, dan

peribahasa banyak yang masuk dan digunakan dalam bahasa Indonesia. Digunakannya kata,

ungkapan, dan peribahasa itu oleh masyarakat pemakai bahasa Indonesia bukan saja

mengambil istilah lahirnya saja, tetapi juga kandungan filsafat yang ada di dalamnya. Sebuah

filsafat mempunyai kaitan dengan berbagai hal, seperti sikap hidup, religi, dan kebudayaan.

Filsafat yang dimiliki suatu bangsa atau suku adalah cermin watak, perilaku, dan sifat

pemiliknya (Slamet, 2003: 1).

Daerah kebudayaan Jawa itu luas, yaitu meliputi seluruh bagian tengah dan timur

dari pulau Jawa. Orang Jawa dalam pergaulan hidup maupun hubungan sosial sehari-hari,

mereka selalu berbahasa Jawa. Pada waktu mengucapkan bahasa daerah ini, seseorang harus

memperhatikan dan membeda-bedakan keadaan orang yang diajak berbicara atau yang

Page 79: YASIR ICHWAN

sedang dibicarakan, berdasarkan usia maupun status sosialnya. Pada prinsipnya ada dua

macam bahasa Jawa apabila ditinjau dari kriteria tingkatannya. Yaitu bahasa Jawa Ngoko dan

Krama (Kodiran, 2002: 329). Bahasa Jawa Ngoko dibagi menjadi dua, yaitu ngoko kasar dan

ngoko halus. Sementara Krama, dibagi menjadi Krama Madya dan Krama Inggil atau halus.

Krama Madya juga dibedakan lagi menjadi Krama Madya yang digunakan di kota dan

Krama Madya yang digunakan di desa. Krama Inggil atau halus juga dibedakan lagi menjadi

Krama Inggil yang digunakan di kalangan Kraton dan Krama Inggil yang digunakan di

kalangan rakyat biasa.

Dalam penerapan berkomunikasi (verbal maupun non verbal pada konteks

keberagaman kebudayaan) dengan masyarakat beda budaya, memang sudah sepantasnya

menggunakan bahasa penghubung dalam hal ini bahasa nasional yang disepakati, atau tindak

tanduk yang umum. Namun, pada tataran komunikasi interpersonal dengan masyarakat yang

berada dalam ranah tradisi kebudayaan yang sama, seyogianya bahasa yang digunakan

maupun tindak tanduk yang diperagakan tetap menggunakan tradisi bahasa ibu dengan segala

tata kramanya sesuai dengan etika yang telah dijalankan turun-temurun, karena jika tidak, hal

ini akan berpotensi menghilangnya jati diri pada masyarakat Jawa itu sendiri.

Bahasa Jawa merupakan salah satu dari berbagai macam bahasa daerah di

Indonesia. Bahasa Jawa tentunya memperkaya warisan bahasa daerah yang ada di Indonesia.

Dalam Pasal 32 Ayat 2 UUD 1945 dijelaskan bahwa “Negara menghormati dan memelihara

bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional”. Inti dari pasal tersebut adalah negara

harus menjadi pihak yang menghormati keberagaman dari bahasa daerah serta memelihara

kelangsungan bahasa daerah agar tidak punah. Bahasa Jawa sebagai bahasa daerah

merupakan suatu bentuk kebudayaan yang perlu dihormati dan dipelihara agar tetap ada dan

tidak punah diterjang zaman, karena semakin banyak bahasa daerah yang ada di Indonesia

tentunya menjadi suatu kebanggaan untuk bangsa Indonesia, yang dikenal dengan sebutan

bangsa yang multikultural.

Sebagai warga negara Indonesia yang baik, menghormati dan memelihara bahasa

daerah merupakan suatu kewajiban untuk menjalankan undang-undang yang telah ditetapkan.

Menghormati dan memelihara bahasa Jawa merupakan salah satu bentuk nasionalisme yang

harus tetap dijaga guna menyelamatkan dan mempertahankan bahasa Jawa sebagai warisan

budaya bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya agar tidak punah diterjang zaman.

Menghormati dan memelihara bahasa Jawa sebagai bahasa daerah yang memperkaya

kebudayaan nasional tentunya merupakan suatu bentuk dari penghargaan dan rasa hormat

kepada kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia. Sikap menghormati dan memelihara

Page 80: YASIR ICHWAN

bahasa Jawa mampu membuat setiap warga negara menjadi merasa memiliki, serta tidak

anggap remeh terhadap kebudayaan yang ada di Indonesia. Sebuah kebanggaan hidup dalam

suatu bangsa yang mempunyai banyak kebudayaan.

Bahasa Jawa yang menjadi bentuk nasionalisme dalam novel 5 cm. terdapat pada

kutipan berikut:

“Bagus... bagus... udah ngerti, wong iku ana tulisanne kok di kaca belakangku”. (5

cm.: 197)

5.13 Kerukunan

Indonesia adalah salah satu negara yang menarik karena keanekaragaman suku,

budaya, dan agama. Sebagai realitas sosial yang eksistensial, kemajemukan termasuk hukum

kodrat tidak terbantahkan oleh siapa pun dengan alasan apa pun. Kemajemukan, warna-

warni, perbedaan, dan keanekaragaman telah menjadi unsur hakiki kebudayaan manusia.

Kemajemukan ini tidak hanya mencakup bahasa, budaya, agama, warna kulit, warisan tradisi,

pandangan hidup, dan ideologi politik, tetapi juga tatanan dasar kepribadian manusia.

Bangsa Indonesia yang dibangun di atas keberagaman/kemajemukan etnis, budaya,

agama, bahasa, adat istiadat merupakan suatu kekayaan bagi bangsa Indonesia, sesuatu yang

sangat unik, yang tidak dimiliki oleh semua negara. Kemajemukan apabila dikelola dengan

baik, merupakan kekuatan yang tidak dimiliki oleh bangsa lain di dunia. Namun hal ini juga

sekaligus menjadi kelemahan, karena sangat rawan dan rentan terhadap konflik, apabila tidak

dikelola secara jujur dan tegas. Secara positif harus disyukuri, karena hal itu merupakan

anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa, mengingat sudah 68 tahun Indonesia Merdeka.

Secara kodrati, kemajemukan dalam pribadi manusia turut membentuk tatanan hidup

manusia. Perbedaan latar belakang hidup, budaya, bahasa, pendidikan, iklim, dan lingkungan

hidup, mewarnai perjuangan manusia untuk hidup dalam integritas intelektual, moral, yuridis,

dan spiritual.

Rukun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 966), berarti baik dan damai,

tidak bertengkar, bersatu hati, dan bersepakat. Kerukunan menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2007: 966) adalah perihal hidup rukun, rasa rukun, dan kesepakatan. Kerukunan

erat hubungannya dengan kehidupan yang damai dan tidak bertengkar antara suatu individu

dengan individu yang lain dan antara suatu kelompok dengan kelompok yang lain. Berbicara

soal kerukunan pasti erat hubungannya dengan Bhinneka Tunggal Ika, yaitu semboyan

negara Indonesia yang menjadi dasar dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Bhinneka Tunggal Ika merupakan kondisi dan tujuan kehidupan yang ideal dalam lingkungan

Page 81: YASIR ICHWAN

masyarakat yang serba majemuk, multietnik, dan multiagama. Keberagaman atau

kemajemukan kehidupan masyarakat kita bersifat alamiah dan merupakan sumber kekayaan

budaya bangsa yang sudah ada sejak nenek-moyang kita.

Begitu juga berbicara mengenai kemajemukan dalam suporter sepakbola yang ada di

Indonesia. Indonesia merupakan negara yang mempunyai suporter sepakbola yang banyak,

mulai dari Aceh sampai Papua semuanya mempunyai keunikan dan kekhasan masing-

masing. Kemajemukan suporter sepakbola di Indonesia tidak bisa dilepaskan oleh unsur

fanatisme kedaerahan, hal itu disebabkan karena klub-klub sepakbola yang ada di Indonesia

berasal dari wilayah-wilayah atau pun daerah-daerah yang berbeda. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2007: 1107) suporter memiliki arti yaitu orang yang memberikan

dukungan, sokongan dalam pertandingan. Suporter sepakbola merupakan orang yang

memberikan dukungan kepada tim sepakbola yang sedang melakuan pertandingan.

Fanatisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 313) adalah keyakinan

atau kepercayaan yang terlalu kuat terhadap suatu ajaran. Fanatisme yang selalu ada dalam

nuansa sepakbola di Indonesia adalah fanatisme kedaerahan. Maksud dari fanatisme

kedaerahan tersebut adalah keyakinan yang telalu kuat untuk membela tim yang berasal dari

daerahnya. Membela tim sepakbola yang berasal dari daerah tempat kita tinggal merupakan

suatu hal yang baik dan merupakan suatu kebanggaan tersendiri. Namun, apabila membela

tim sepakbola yang berasal dari tempat kita tinggal dilakukan secara tidak wajar, berlebihan,

dan brutal maka akan menimbulkan dampak yang negatif. Dampak negatif tersebut adalah

kita akan menjadi suatu kelompok yang eksklusif dan tidak akan membaur dengan kelompok

suporter yang lain, serta meremehkan kelompok suporter yang lain sehingga tidak terjalin

rasa saling menghargai dan menghormati antar sesama suporter sepakbola. Jika sudah tidak

ada lagi rasa saling menghargai dan menghormati antar sesama suporter sepakbola, maka

akan menimbulkan konflik serta berakibat terjadinya pertikaian atau pun tawuran antar

suporter sepakbola.

Sepakbola pada hakikatnya merupakan suatu cabang olahraga yang mengajarkan

tentang perdamaian. Sangat disayangkan apabila sepakbola diwarnai dengan kericuhan yang

disebabkan oleh para suporter yang terlalu berlebihan dan brutal dalam mendukung tim

kesayangannya. Indonesia merupakan negara yang selalu menjunjung tinggi prinsip

berbangsa dan bernegara berdasarkan Bhineka Tunggal Ika. Kemajemukan bangsa Indonesia

merupakan suatu bentuk kekayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Kemajemukan

seharusnya menjadi suatu kekuatan yang menjadi perekat antar individu yang satu dengan

individu yang lainnya atau pun antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya.

Page 82: YASIR ICHWAN

Begitu juga dengan dunia sepakbola, perbedaan mendukung tim sepakbola

kesayangan kita, seharusnya bukan menjadi penyebab terpecah belahnya kesatuan dan

persatuan kita sebagai suatu bangsa Indonesia, akan tetapi menjadi suatu sumber kekuatan

yang harus dikelola dengan prinsip Bhineka Tunggal Ika. Tidak perlu adanya suatu pertikaian

antara suporter sepakbola atas nama fanatisme kedaerahan. Fanatisme kedaerahan bukanlah

suatu hal yang dilarang, malah harus ditanamkan di dalam benak kita masing-masing.

Namun, apabila fanatisme kedaerahan tersebut dilakukan secara berlebihan dan dapat

memecah belah kita sebagai satu bangsa, maka hal tersebut justru menjadi suatu yang harus

ditinggalkan. Atas nama kesadaran berbangsa yang satu yaitu bangsa Indonesia, serta

menginginkan adanya kerukunan atau kedamaian, maka fanatisme kedaerahan yang

berlebihan tersebut harus ditinggalkan karena dapat mengancam keutuhan kita sebagai suatu

bangsa.

Kehidupan yang rukun dan damai harus dilakukan oleh suporter Indonesia, karena

kerukunan merupakan salah satu prinsip bangsa Indonesia yang tercermin dalam Bhinneka

Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetap satu juga, yaitu bangsa Indonesia. Kerukunan

merupakan bentuk dari nasionalisme, karena melalui kehidupan yang rukun antar sesama

warga bangsa tentunya akan membuat persatuan terjalin dengan kuat di dalam kehidupan

bernegara dan berbangsa di Indonesia. Apabila persatuan antar sesama warga bangsa sudah

terjalin kuat maka bangsa Indonesia tidak akan mudah untuk terpecah belah, karena kita

bersatu padu membentuk suatu bangsa yang kokoh yang didasari nilai Pancasila yaitu sila

Persatuan Indonesia serta didasari oleh prinsip yang mempersatukan segenap perbedaan

menjadi sebuah kekuatan yaitu Bhinneka Tunggal Ika.

Kerukunan yang menjadi bentuk nasionalisme dalam novel 5 cm. terdapat pada

kutipan berikut:

“Wah, Mbak jangan salah sangka, tiap suporter itu sebenarnya nggak mau berantem,

apalagi sekarang udah rapi”. (5 cm.: 200)

5.14 Gotong Royong

Konsep gotong-royong mempunyai nilai yang tinggi dan mempunyai sangkut paut

dengan kehidupan rakyat Indonesia terutama masyarakat pedesaan. Istilah gotong-royong

untuk pertama kali tampak dalam tulisan-tulisan mengenai hukum adat dan juga dalam

karangan-karangan tentang aspek-aspek sosial dari pertanian. Gotong royong merupakan

salah satu unsur penting dalam pembangunan bangsa Indonesia yang berfalsafah Pancasila.

Sikap hidup manusia Pancasila adalah (1) meletakkan kepentingan pribadinya dalam

Page 83: YASIR ICHWAN

kerangka kesadaran kewajibannya sebagai makhluk sosial dalam kehidupan masyarakatnya,

(2) merasakan bahwa kewajibannya terhadap masyarakat adalah lebih besar dari kepentingan

pribadinya.

Gotong royong adalah kerjasama secara sukarela yang biasa dilakukan oleh

penduduk desa sejak nenek moyang kita, (Bintarto, 1980: 9). Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2007: 370), definisi gotong royong adalah bekerja bersama-sama, tolong-

menolong, bantu-membantu. Menurut Koentjaraningrat (dalam Bintarto, 1980: 9) gotong

royong merupakan suatu sistem pengerahan tenaga tambahan dari luar kalangan keluarga,

untuk mengisi kekurangan tenaga pada masa-masa sibuk dalam lingkaran aktivitas produksi

bercocok tanam di sawah.

Menurut Ina Slamet (dalam Bintarto, 1980: 10) jenis gotong royong dapat dibedakan

berdasarkan fungsinya, yaitu: (1) gotong royong yang bersifat jaminan sosial dan (2) gotong

royong yang bersifat pekerjaan umum. Berkaitan dengan fungsinya sebagai jaminan sosial,

gotong royong dalam bentuk tolong-menolong ini masih menyimpan ciri khas gotong royong

yang asli. Jenis gotong royong ini berupa tolong-menolong yang terbatas di dalam

lingkungan beberapa keluarga tetangga atau satu dusun, misalnya dalam hal kematian,

perkawinan, mendirikan bangunan dan sebagainya. Fungsi gotong royong sebagai pekerjaan

umum, yaitu ditujukan untuk kepentingan umum, misalnya pembuatan/perbaikan jalan,

memperbaiki/membuat saluran air dan lain-lain. Menurut Presiden Soeharto (dalam Bintarto,

1980: 11) gotong royong merupakan ciri khas dan pola hidup masyarakat Indonesia. Maka

dari itu gotong royong dapat digolongkan sebagai salah satu kebudayaan nasional.

Berdasarkan pada uraian-uraian tersebut tentunya dapat ditafsirkan, bahwa gotong

royong merupakan tingkah laku atau prilaku sosial yang konkret dan merupakan sesuatu tata

nilai kehidupan sosial yang turun-temurun, terutama dalam kehidupan di desa-desa di

Indonesia. Gotong royong dalam arti yang murni masih dapat dijumpai di masyarakat yang

terpencil letaknya, tetapi di masyarakat yang sudah membuka diri dengan dunia luar, sifat

gotong royongnya sudah kurang murni. Gotong royong merupakan bentuk nasionalisme

karena mencerminkan sikap hidup dan kepribadian bangsa Indonesia yang selalu bersama-

sama dan saling membantu untuk menyelesaikan suatu hal demi kepentingan dan kebaikan

bersama.

Gotong royong yang menjadi bentuk nasionalisme dalam novel 5 cm. terdapat pada

kutipan berikut:

Page 84: YASIR ICHWAN

“OKE MULAI bagi tugas. Gue sama Arial bikin tenda. Ian sama Juple coba cari

sesuatu yang bisa dibakar, ranting-ranting kecil atau sampah kering. Riani sama Dinda masak

air panas, bikin kopi sama teh”. (5 cm.: 223)

Selain itu, gotong royong yang menjadi bentuk nasionalisme dalam novel 5 cm.

terdapat juga pada kutipan berikut:

Zafran dan Genta melipat terpal. Arial dan Ian membereskan kompor parafin, Riani

dan Dinda tampak membereskan sisa-sisa makan siang. (5 cm.: 279)

5.15 Peduli Lingkungan Hidup

Antara manusia dan lingkungan hidupnya terdapat hubungan timbal balik. Manusia

mempengaruhi lingkungan hidupnya dan sebaliknya, manusia dipengaruhi oleh lingkungan

hidupnya. Manusia ada di dalam lingkungan hidupnya dan ia tidak dapat terpisahkan

daripadanya. Jika lingkungan rusak, maka manusia dalam melakukan aktivitasnya akan

tergangggu juga. Lingkungan hidup yang rusak adalah lingkungan yang tidak dapat lagi

menjalankan fungsinya dalam mendukung kehidupan. Keinginan manusia untuk

meningkatkan kualitas hidupnya merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari, namun tanpa

disertai kearifan dalam proses pencapaiannya, justru kemerosotan kualitas hidup yang akan

diperoleh.

Peduli dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 841) memiliki arti yaitu

mengindahkan, memperhatikan, menghiraukan. Arti lingkungan hidup menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2007: 675) adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan,

dan makhluk hidup, termasuk manusia dan prilakunya yang mempengaruhi perikehidupan

dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Peduli lingkungan hidup merupakan

sebuah tindakan memperhatikan ataupun menghiraukan kehidupan dan kesejahteraan

manusia dan makhluk hidup lainnya dalam suatu tempat.

Menurut UU No. 23/1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua

benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya,

yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk

hidup lainnya. Hampir seluruh kegiatan yang dilakukan manusia tidak luput dari

menghasilkan bekas atau sisa kegiatan, atau dengan kata lain adalah menghasilkan sampah.

Tanpa disadari manusia adalah penghasil sampah, dan apabila pengelolaannya tidak

diperhitungkan, maka sampah akan menimbulkan banyak masalah. Sehingga kesadaran

manusia akan sampah sangat penting artinya untuk memberikan sumbangan pada kelestarian

lingkungan dan hidup manusia sendiri.

Page 85: YASIR ICHWAN

Secara khusus, kita sering menggunakan istilah lingkungan hidup untuk

menyebutkan segala sesuatu yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup segenap

makhluk hidup di muka bumi. Keberadaan lingkungan fisik sangat besar peranannya bagi

kelangsungan hidup segenap kehidupan di bumi, karena kehidupan di muka bumi akan

berlangsung secara wajar jika lingkungan fisik tetap terjaga keseimbangannya. Kerusakan

lingkungan fisik akan mengakibatkan banyak bencana yang dapat mengancam keselamatan

manusia seperti kekeringan, banjir, tanah longsor, perubahan musim yang tidak teratur, dan

munculnya berbagai penyakit.

Berdasarkan faktor penyebabnya, bentuk kerusakan lingkungan hidup dibedakan

menjadi dua jenis, yaitu: (1) kerusakan lingkungan hidup akibat peristiwa alam seperti

letusan gunung berapi, gempa bumi, angin puting beliung, (2) kerusakan lingkungan hidup

karena faktor manusia seperti penebangan hutan secara liar, perburuan liar, penggundulan

hutan, pembuangan sampah di sembarang tempat, pembangunan liar di daerah aliran sungai.

Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup di muka bumi berperan besar dalam

menentukan kelestarian lingkungan hidup. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang

berakal budi mampu merubah wajah dunia dari pola kehidupan sederhana sampai ke bentuk

kehidupan modern seperti sekarang ini. Namun, seringkali apa yang dilakukan manusia tidak

diimbangi dengan pemikiran akan masa depan kehidupan generasi berikutnya. Banyak

kemajuan yang diraih oleh manusia membawa dampak buruk terhadap kelangsungan

lingkungan hidup.

Melestarikan lingkungan hidup merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi

dan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemimpin negara saja, melainkan

tanggung jawab setiap insan di bumi, mulai dari anak balita (bawah lima tahun) sampai

manula (manusia usia lanjut). Setiap orang harus melakukan usaha untuk menyelamatkan

lingkungan hidup di sekitarnya sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Sekecil apapun

usaha yang kita lakukan sangat besar manfaatnya bagi terwujudnya bumi yang layak huni

bagi generasi anak cucu kita kelak.

Sebagai warga negara yang baik, masyarakat harus memiliki kepedulian yang tinggi

terhadap kelestarian lingkungan hidup di sekitarnya sesuai dengan kemampuan masing-

masing. Ikut melestarikan dan menjaga keseimbangan lingkungan hidup, berarti juga ikut

serta dalam proses menyelamatkan generasi yang akan datang. Generasi yang akan datang

merupakan calon-calon pemimpin bangsa yang akan juga mempengaruhi kehidupan dan

kelangsungan hidup selanjutnya.

Page 86: YASIR ICHWAN

Melestarikan dan menjaga keseimbangan lingkungan hidup berperan juga dalam

proses pembentukan karakter bangsa. Semakin peduli seseorang terhadap keseimbangan

lingkungan hidupnya berarti juga ikut serta dalam proses pencegahan kerusakan yang akan

terjadi di negaranya. Bersikap peduli terhadap lingkungan hidup maka akan berdampak

kepada proses kehidupan berbangsa dan bernegara. Suatu negara akan terhindar dari bencana

dan kerusakan alam yang disebabkan oleh tangan-tangan manusia. Sikap peduli terhadap

lingkungan hidup merupakan suatu bentuk nasionalisme karena dampak dari sikap tersebut

dapat berpengaruh terhadap proses kehidupan berbangsa dan bernegara. Suatu negara akan

tetap terjaga kelestarian lingkungan hidup masyarakatnya, dan terjaga dari kerusakan alam

yang akan berdampak kepada kehidupan generasi yang akan datang. Bersikap peduli terhadap

lingkungan hidup berarti menyelamatkan generasi bangsa yang akan datang.

Peduli lingkungan hidup yang menjadi bentuk nasionalisme dalam novel 5 cm.

terdapat pada kutipan berikut:

“Genta berujar ke teman-temannya, “Sampah kita mana? Masukin di plastik, jangan

dibuang di sini, kita bawa aja, gantung di luar carrier. Jangan pernah ninggalin sampah di

gunung”. (5 cm.: 279)

5.16 Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah sebuah nilai yang dimiliki oleh semua orang. Kita memimpin

diri kita sendiri untuk tumbuh dan berkembang sebagai manusia seutuhnya, kita memimpin

keluarga kita untuk menjadi keluarga yang memperoleh rasa hormat dari lingkungan tempat

kita berada. Kepemimpinan mempunyai dua makna, pertama, bahwa yang bersangkutan

diterima dilingkungannya sebagai pemimpin, baik formal maupun informal. Kedua, sebuah

karakter yang pasti dimiliki setiap manusia sebagai ciptaan Tuhan.

Seorang pemimpin harus mempunyai kualitas kepemimpinan yang berbasiskan ciri

universal seorang pemimpin, mempunyai prilaku pemimpin tatkala berada dalam kelompok

kerja, menggunakan format kekuasaan pengaruh dalam melaksanakan tugas

kepemimpinannya, dan selalu menekankan perlunya konteks ruang dan waktu pada saat

kepemimpinan dilaksanakan.

Pemimpin juga harus memiliki wewenang dan wibawa. Wewenang adalah hak dan

kekuasaan yang diberikan kepada seseorang untuk secara sah (menurut peraturan yang

berlaku) memimpin orang lain, sedangkan wibawa adalah bobot kepribadian seseorang, yang

menyebabkan dirinya dihargai orang lain dan dianggap layak/mampu memimpin (Riberu,

1992: 3). Wibawa merupakan syarat mutlak bagi keberhasilan seorang pemimpin. Wewenang

Page 87: YASIR ICHWAN

tanpa wibawa kurang ampuh, sedangkan wibawa tanpa wewenang masih punya daya dorong

yang besar.

Wibawa selalu bertumpu pada salah satu keunggulan yang ada dalam diri seseorang.

Keunggulan ini bisa disebabkan karena seseorang mempunyai keahlian atau keterampilan di

bidang tertentu, atau karena berbakat dalam mengatur dan mengelola sesuatu. Hal yang

paling penting adalah keunggulan karena kelebihan watak atau keluhuran akhlak.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 874), makna pemimpin adalah

orang yang memimpin, sedangkan kepemimpinan adalah perihal pemimpin, cara memimpin.

Menurut Moeljono (2003: 27), pemimpin adalah individu manusianya, sementara

kepemimpinan adalah sifat yang melekat kepadanya sebagai pemimpin. Beberapa syarat

pemimpin dan kepemimpinan adalah (1) dicirikan adanya pengikut, (2) pemimpin efektif

bukanlah seseorang yang selalu dipuja atau dicintai, namun mereka adalah individu yang

menjadikan para pengikutnya berbuat benar, (3) pemimpin adalah mereka yang sangat

tampak. Oleh karena itu, mereka harus memberi contoh, (4) kepemimpinan bukanlah

kedudukan, jabatan, atau uang. Kepemimpinan adalah tangggung jawab, (Moeljono, 2003:

27).

Kepemimpinan yang berdasarkan Pancasila, yaitu kepemimpinan yang memiliki

jiwa Pancasila, yang memiliki wibawa dan daya, mampu untuk membawa serta dan

memimpin masyarakat lingkungannya ke dalam kesadaran kehidupan kemasyarakatan dan

kenegaraan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, (Bakry, 1987: 163).

Unsur keteladanan memegang peranan yang sangat menentukan, maka salah satu

aspek kepemimpinan Pancasila adalah sikap konsisten dan konsekuen dalam menghayati dan

mengamalkan Pancasila. Selain itu, semangat kekeluargaan merupakan unsur penting lainnya

dari kepemimpinan Pancasila. Seorang pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang

mendorong, menuntun, dan membimbing asuahannya.

Menurut Bakry (1987: 164), prinsip-prinsip utama kepemimpinan Pancasila adalah

sebagai berikut: (1) Ing ngarso sung tulodo, yang berarti bahwa seorang pemimpin harus

mampu, lewat sikap dan perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan orang-

orang yang dipimpinnya, (2) Ing madya mangun karso, yang berarti bahwa seorang

pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang-

orang yang dibimbingnya, (3) Tut wuri handayani, yang berarti bahwa seorang pemimpin

harus mampu mendorong orang-orang yang diasuhnya agar berani berjalan di depan dan

sanggup bertanggungjawab.

Page 88: YASIR ICHWAN

Kepemimpinan merupakan bagian dari bentuk nasionalisme, karena dengan

kepemimpinan mampu mempengaruhi jalannya proses kehidupan berbangsa dan bernegara.

Tanpa adanya kepemimpinan di dalam suatu negara, maka akan meyebabkan kekacauan dan

ketidakjelasan proses bernegara. Kepemimpinan yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila

adalah kepemimpinan yang berwibawa, jujur, terpercaya, bijaksana, mengayomi, berani

mawas diri, mampu melihat jauh ke depan, berani dan mampu mengatasi kesulitan, bersikap

wajar, tegas, dan bertanggung jawab atas putusan yang diambil, sederhana, penuh pengabdian

kepada tugas, berjiwa besar, dan mempunyai sifat ingin tahu sebagai modal pendorong

kemajuan, (Bakry, 1987: 164).

Kepemimpinan yang menjadi bentuk nasionalisme dalam novel 5 cm. terdapat pada

kutipan berikut:

“Genta diam saja. Dia memang mulai merasa lelah sekali, tapi dia tahu kelima temannya ini mengandalkan dirinya, dia nggak boleh menurunkan mental mereka. Untuk sekarang Genta adalah pemimpin di rombongan kecil ini dan pada saat ini dia nggak boleh ngeluh, nggak boleh ngomong ‘nggak tau’, dan nggak boleh nggak bisa ngambil keputusan”. (5 cm.: 305)

5.17 Disiplin

Disiplin merupakan suatu perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang

dipercaya, termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung jawabnya. Selain

itu disiplin juga memerlukan integritas emosi dalam mewujudkan keadaan. Disiplin

merupakan suatu kondisi seseorang yang dalam perbuatannya selalu dapat menguasai diri

sehingga tetap mengontrol dirinya dari berbagai keinginan yang terlalu meluap-luap dan

berlebih-lebihan. Fungsi utama disiplin yaitu untuk mengajarkan mengendalikan diri dengan

mudah, menghormati dan mematuhi otoritas.

Disiplin ada dua macam, yaitu (1) Disiplin yang datang dari individu sendiri adalah

disiplin yang berdasarkan atas kesadaran individu sendiri dan bersifat spontan. Disiplin

seperti ini merupakan disiplin yang sangat diharapkan karena disiplin ini tidak memerlukan

perintah atau teguran. (2) Disiplin berdasarkan perintah yakni dijalankan karena adanya

sanksi atau ancaman hukuman. Orang yang melaksanakan disiplin ini karena takut terkena

sanksi atau hukuman, sehingga disiplin dianggap sebagai alat untuk menuntut pelaksanaan

tanggung jawab.

Disiplin mengandung beberapa unsur, yaitu (1) kepatuhan dan ketaatan terhadap

ketentuan perundang-undangan dan ketentuan lain berbentuk tertulis atau kebijakan tidak

tertulis, (2) konsisten dalam menjalankan wewenang yang dipercayakan kepada pemegang

Page 89: YASIR ICHWAN

kewenangan, (3) kejujuran dan rasa tangggung jawab dalam mengambil keputusan dan

melaksanakan tugas.

Disiplin menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 268) adalah tata tertib,

ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan. Menurut Nawawi (1990: 128), disiplin adalah

tindakan yang menunjukkan prilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

Pada kehidupan bernegara dan berbangsa, kita mempunyai suatu tujuan bersama

yang tercantum dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Setiap ungkapan yang

tertulis dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 harus dijalankan dengan penuh

kesadaran dan sikap disiplin. Perlunya sikap disiplin dalam menjalankan peraturan

perundang-undangan, karena sikap disiplin sangat erat kaitannya dengan proses ketaatan

terhadap sesuatu. Ketika sikap disiplin sudah dijalankan dalam proses menaati peraturan yang

berlaku, berarti seseorang telah mengikuti dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung

dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Sikap disiplin merupakan bagian dari

sikap nasionalisme karena dengan disiplin, kita bisa menjalankan segala bentuk peraturan dan

tujuan yang hendak dicapai oleh negara. Bersikap disiplin juga menyatakan bentuk ketaatan

kita terhadap peraturan yang berlaku dalam suatu negara untuk kebaikan bersama.

Disiplin yang menjadi bentuk nasionalisme dalam novel 5 cm. terdapat pada kutipan

berikut:

“Setelah doa, cuma disiplin yang bisa bikin kita selamat di sini”. (5 cm.: 311)

5.18 Bendera Merah Putih

Bendera Negara Republik Indonesia, yang secara singkat disebut Bendera Negara,

adalah Sang Saka Merah Putih, Sang Merah Putih, Merah Putih, dan terkadang sering disebut

Sang Dwiwarna atau dua warna. Warna merah putih bendera negara diambil dari warna panji

kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa Timur pada abad ke-13 Masehi. Bendera Indonesia

memiliki makna filosofis. Merah berarti berani, putih berarti suci.

Ditinjau dari sejarah, sejak dahulu kedua warna merah dan putih mengandung

makna yang suci. Warna merah mirip dengan warna gula jawa (gula aren) dan warna putih

mirip dengan warna nasi. Kedua bahan ini adalah bahan utama dalam masakan Indonesia,

terutama di pulau Jawa. Sejak dahulu warna merah dan putih ini oleh orang Jawa digunakan

untuk upacara selamatan kandungan bayi sesudah berusia empat bulan didalam rahim berupa

bubur yang diberi nama bubur merah putih.

Bendera menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 131) adalah sepotong kain

atau kertas segiempat atau segitiga (diikatkan pada ujung tongkat, tiang, dan sebagainya)

Page 90: YASIR ICHWAN

dipergunakan sebagai lambang negara, perkumpulan, badan, atau sebagai tanda. Pada

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 35 disebutkan Bendera Negara Indonesia ialah Sang

Merah Putih, (Bakry, 1987: 122). Selain itu peraturan mengenai bendera negara juga

disebutkan dalam UU No. 24/2009, dan Peraturan Pemerintah No. 40/1958.

Pengibaran dan pemasangan bendera negara dilakukan pada waktu antara matahari

terbit hingga matahari terbenam. Pada keadaan tertentu, dapat dilakukan pada malam hari.

Bendera negara wajib dikibarkan pada setiap peringatan Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia

pada setiap tanggal 17 Agustus oleh warga negara yang menguasai hak penggunaan rumah,

gedung atau kantor, satuan pendidikan, transportasi umum, dan transportasi pribadi di seluruh

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan di kantor perwakilan Republik Indonesia

di luar negeri.

Bendera negara juga berfungsi sebagai penutup peti atau usungan jenazah orang-

orang terhormat. Bendera negara dapat dipasang pada peti atau usungan jenazah presiden

atau wakil presiden, mantan presiden atau mantan wakil presiden, anggota lembaga negara,

menteri atau pejabat setingkat menteri, kepala daerah, anggota dewan perwakilan rakyat

daerah, kepala perwakilan diplomatik, anggota Tentara Nasional Indonesia, anggota Polisi

Republik Indonesia yang meninggal dalam tugas, dan warga negara Indonesia yang berjasa

bagi bangsa dan negara.

Bendera negara yang dikibarkan pada Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia

tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pengangsaan Timur No. 56 Jakarta disebut sebagai Bendera

Pusaka atau Sang Saka Merah Putih. Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih disimpan dan

dipelihara di Monumen Nasional di Jakarta.

Bendera merah putih merupakan bendera negara yang menjadi simbol atau pun

sebagai identitas negara yang menjadi kebanggaan bagi bangsa Indonesia. Bendera merah

putih merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam perjalanan panjang sejarah bangsa

Indonesia mulai dari awal kemerdekaan sampai sekarang ini. Bendera merah putih juga

merupakan simbol yang menjadi salah satu bentuk nasionalisme kita dalam bernegara dan

berbangsa.

Setiap hari senin pagi, hari kemerdekaan Bangsa Indonesia, serta hari-hari besar

kenegaraan lainnya, pasti selalu diadakan kegiatan upacara bendera untuk menghormati dan

menghargai setiap perjuangan para pahlawan bangsa dalam memperjuangkan kemerdekaan

bangsa Indonesia. Kita memberikan rasa hormat dengan penuh khidmat kepada bendera

merah putih sebagai bentuk kesetiaan dan penghormatan kita kepada negara. Bendera merah

Page 91: YASIR ICHWAN

putih merupakan bagian dari bangsa dan negara kita yang harus terus kita jaga nilai

kesakralannya sebagai simbol dan identitas negara Indonesia.

Bendera merah putih yang menjadi bentuk nasionalisme dalam novel 5 cm. terdapat

pada kutipan berikut:

“Kita seperti pahlawan perang yang dielu-elukan, aku kadang menangis lagi kalo inget bagaimana dulu kita menangis haru bahagia saat reformasi akhirnya tercapai. Kita berlarian senang, berteriak-teriak di antara lorong gedung rakyat, naik ke atapnya, melambaikan bendera merah putih di atas atap, dan berteriak MERDEKA!”. (5 cm.: 317)

5.19 Sikap Hormat

Ada berbagai cara untuk mencintai tanah air Indonesia, salah satunya dapat

dilakukan dengan cara hormat kepada Bendera merah putih. Hal itu dapat dilihat dalam Pasal

62 UU No. 24 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa “Setiap orang yang hadir pada saat lagu

kebangsaan diperdengarkan dan atau dinyanyikan, wajib berdiri tegak dengan sikap hormat”.

Sikap menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 356), mempunyai arti yaitu

bentuk tubuh, cara berdiri, tegak, teratur, perbuatan yang berdasarkan pendirian dan

keyakinan. Makna hormat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 408) adalah

menghargai, takzim, khidmat, sopan; perbuatan yang menandakan rasa khidmat atau takzim.

Melakukan hormat kepada bendera merah putih dengan khidmat dan penuh percaya

diri serta sungguh-sungguh merupakan bentuk sikap yang harus dilakukan ketika bendera

merah putih dikibarkan pada saat acara-acara besar kenegaraan maupun acara-acara penting

lainnya. Menghormati bendera merah putih merupakan prilaku yang terpuji karena sikap

tersebut menggambarkan sebuah perbuatan penghargaan terhadap jasa para pahlawan kita

yang sudah berjuang untuk mendapatkan kemerdekaan serta berjuang untuk mendapatkan

bendera merah putih sebagai simbol dan identitas negara yang sah. Oleh karena itu, kita

sebagai penerus bangsa wajib untuk menghormati bendera merah putih untuk tetap

menerapkan dan menumbuhkan rasa nasionalisme kita terhadap tanah air Indonesia.

Salah satu bentuk yang paling mudah untuk menunjukkan sikap kecintaan kita

terhadap tanah air Indonesia adalah dengan cara yang sangat mudah, yaitu menghormati

bendera merah putih. Selain itu, sikap menghormati bendera merah putih selain bertujuan

menunjukkan rasa cinta kita kepada tanah air Indonesia, dapat juga dijadikan sebagai rasa

menghargai jasa para pahlawan. Sikap menghormati bendera merah putih merupakan wujud

rasa nasionalisme kita terhadap tanah air Indonesia karena bendera merah putih adalah simbol

dan identitas bangsa Indonesia yang menjadi kebanggaan bagi setiap warga negaranya.

Page 92: YASIR ICHWAN

Sikap hormat yang menjadi bentuk nasionalisme dalam novel 5 cm. terdapat pada

kutipan berikut:

“Kepada..., Sang Saka Merah Putih! Hormaaaat....” suara teriakan lantang memecah keheningan puncak Mahameru. Seluruh pendaki serentak memberi hormat dalam keheningan, suara gesekan pakaian mereka saat memberi gerakan menghormat terdengar serempak”. (5 cm.: 345)

5.20 Lagu Indonesia Raya

Indonesia Raya adalah lagu kebangsaan Negara Republik Indonesia. Lagu ini

pertama kali diperkenalkan oleh penciptanya, Wage Rudolf Soepratman, pada tanggal 28

Oktober 1928 saat Kongres Pemuda II di Batavia (sekarang Jakarta). Lagu ini menandakan

kelahiran pergerakan nasionalisme di seluruh nusantara, yang mendukung ide satu

”Indonesia” sebagai penerus Hindia Belanda.

Pada saat mempublikasikan Indonesia Raya pada tahun 1928, Wage Rudolf

Soepratman dengan jelas menuliskan lagu kebangsaan Indonesia dengan judul Indonesia

Raya. Setelah dikumandangkan pada tahun 1928 dihadapan para peserta Kongres Pemuda II

dengan menggunakan alat musik biola, pemerintah kolonial Hindia Belanda langsung

melarang penyebutan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Indonesia Raya dikumandangkan pada saat upacara bendera. Bendera Indonesia

dinaikkan dengan khidmat dan gerakan yang diatur sedemikian rupa, supaya bendera

mencapai puncak tiang bendera ketika lagu berakhir. Upacara bendera yang paling utama

dilakukan setiap tahun pada tanggal 17 Agustus untuk memperingati hari kemerdekaan

Republik Indonesia. Lagu Indonesia Raya juga selalu dikumandangkan setiap hari senin pada

upacara bendera di sekolah-sekolah dan instansi pemerintahan. Selain itu, Indonesia Raya

juga sering dikumandangkan pada saat kunjugan Presiden Republik Indonesia ke negara lain

dan atlet Indonesia yang memenangkan pertandingan di kejuaraan Internasional.

Menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia (2007: 624) lagu memiliki arti yaitu

ragam suara yang berirama. Lagu Indonesia Raya yang menjadi lagu kebangsaan Indonesia

mempunyai fungsi untuk menumbuhkan sikap atau jiwa nasionalisme sebagai alat pemersatu

bangsa Indonesia. Kepada setiap warga negara diwajibkan agar menanam dan menumbuhkan

sikap atau jiwa cinta kepada tanah air Indonesia, sadar dalam berbangsa dan bernegara

Indonesia, serta rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara Indonesia yang

dilandasi tekad melaksanakan dan mengamalkan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan

konsekuen.

Page 93: YASIR ICHWAN

Makna dari lagu kebangsaan Indonesia juga menyiratkan bahwa setelah merdeka,

perjuangan bangsa Indonesia belum selesai, kita sebagai bangsa Indonesia masih dituntut

untuk mengisi kemerdekaan dengan melaksanakan pembangunan di segala bidang kehidupan.

Selain itu, dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, diharapkan menjadi salah satu alat

untuk menumbuh kembangkan persatuan dan kesatuan di setiap lapisan masyarakat dari

golongan, agama, suku, dan ras apa pun. Seluruh warga Republik Indonesia harus mampu

menjadi pahlawan dan memiliki sikap tegas dalam mempertahankan, membela, dan

membangun negara Republik Indonesia untuk tetap bersatu dengan kesatuan yang utuh

sebagai suatu negara, walaupun terdapat perbedaan pada semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

Lagu Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan Republik Indonesia mempunyai

fungsi yang sangat penting dalam proses berbangsa dan negara. Menyanyikan lagu Indonesia

Raya dapat menumbuhkan rasa nasionalisme, serta menjadi penyemangat dalam memupuk

rasa persatuan dan kesatuan, cinta tanah air, serta rela berkorban demi bangsa dan negara.

Lagu Indonesia Raya yang menjadi bentuk nasionalisme dalam novel 5 cm. terdapat

pada kutipan berikut:

““Aku masih ingat saat reformasi tercapai dan Indonesia Raya berkumandang, kita

berpelukan dengan siapa saja yang kita temui di gedung itu, biarpun tidak ada yang kita

kenal”. (5 cm.: 317)

5.21 Upacara Bendera

Upacara bendera yang sering dilaksanakan setiap hari Senin di sekolah-sekolah,

bukan hanya sekadar ceremonial atau ritual belaka. Di balik semua itu, tertanam rasa

nasionalisme secara tersirat, seperti dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya yang menjadi

lagu kebangsaan. Lagu kebangsaan ini memberikan semangat yang tinggi, bahkan dapat

meneteskan air mata jika dihayati mendalam.

Upacara bendera merupakan bentuk renungan mendalam terhadap perjuangan para

pahlawan kemerdekaan dan merupakan salah satu bentuk penghargaan setinggi-tingginya

terhadap pengorbanan para pahlawan. Merupakan suatu kenaifan jika tidak bisa meluangkan

waktu sekitar satu jam untuk melakukan upacara, sementara para pahlawan berkorban dan

berjuang bertahun-tahun untuk meraih kemerdekaan dengan segala pengorbanannya, baik

material, keluarga, bahkan nyawa, dengan harapan anak cucunya sejahtera dan bermartabat

tanpa pengaruh bangsa asing.

Upacara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 1250) memiliki arti yaitu

tanda-tanda kebesaran, rangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada aturan tertentu

Page 94: YASIR ICHWAN

menurut adat atau agama, perbuatan atau perayaan yang dilakukan atau diadakan sehubungan

dengan peristiwa penting. Bendera menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 131)

adalah sepotong kain atau kertas segiempat atau segitiga (diikatkan pada ujung tongkat, tiang,

dan sebagainya) dipergunakan sebagai lambang negara, perkumpulan, badan, atau sebagai

tanda.

Upacara bendera merupakan salah satu bentuk untuk membangun kesadaran

berdisiplin. Sebagai warga negara yang baik tentu pernah melaksanakan kegiatan upacara

bendera. Upacara bendera adalah bentuk kegiatan yang mencerminkan sikap cinta tanah air,

bangsa, dan negara kita. Nilai-nilai yang ditanamkan dalam upacara bendera, bukan hanya

mencerminkan sikap cinta terhadap tanah air, bangsa dan negara, tetapi masih banyak lagi

yang terkandung dari kegiatan upacara bendera, yaitu (1) menghargai pahlawan, (2)

mencerminkan ketertiban, (3) menumbuhkan sikap kedisiplinan, (4) menumbuhkan nilai

saling menghormati dan menghargai, (5) menumbuhkan sikap kekompakan dan kerja sama,

(6) menumbuhkan potensi kepemimpinan, (7) menumbuhkan rasa percaya diri, (8)

menumbuhkan semangat kebersamaan, (9) membangun sikap bersosial di lingkungan, (10)

belajar bertanggung jawab.

Upacara bendera bukan hanya merupakan ceremonial atau ritual belaka, akan tetapi

mempunyai makna yang sangat dalam yaitu menumbuhkan rasa dan sikap nasionalisme.

Selain itu upacara mempunyai banyak manfaat, yang kesemuanya itu mengarahkan kita

kepada proses berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945.

Upacara Bendera yang menjadi bentuk nasionalisme dalam novel 5 cm. terdapat

pada kutipan berikut:

Duluan ya Mas-mas dan Mbak-Mbak. Ayo sebentar lagi sampai puncak langsung

upacara bendera di atas”. (5 cm.: 341)

5.22 Persatuan dan Kesatuan

Istilah persatuan dan kesatuan merujuk pada UUD 1945, antara lain: Pertama, alinea

kedua Pembukaan UUD 1945, yang berbunyi: ”...dan perjuangan pergerakan kemerdekaan

Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa

menghantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia,

yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur....” Hal ini memuat makna bahwa

perjuangan kemerdekaan itu adalah perjuangan oleh seluruh rakyat dan untuk seluruh rakyat.

Alinea ini juga menegaskan cita-cita dasar bangsa Indonesia: merdeka, bersatu, berdaulat,

Page 95: YASIR ICHWAN

adil dan makmur. Cita-cita bangsa Indonesia ini merupakan kesatuan yang bulat, tidak dapat

dipisah-pisahkan, bukan sekadar adil dan makmur, tetapi juga merdeka, bersatu dan

berdaulat.

Kedua, pada alinea keempat, ”...suatu pemerintahan negara Indonesia yang

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia... maka

disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar

negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang

berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan

yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.” Hal ini menegaskan persatuan meliputi keseluruhan

aspek bangsa dan wilayah serta sebagai dasar negara bangsa Indonesia.

Ketiga, Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945 menyebutkan: Negara Indonesia adalah negara

kesatuan yang berbentuk Republik. Pilihan susunan negara adalah kesatuan, berbentuk

republik, dan bukan federasi atau konfederasi.

Persatuan dan kesatuan banyak dipahami sebagai suatu derivasi/hasil upaya untuk

bersatu saja. Pengungkapan persatuan dan kesatuan bangsa sering kali merujuk pada

”peringatan” (warning) adanya ancaman persatuan dan kesatuan itu sendiri. Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia (2007: 1003), makna persatuan adalah gabungan (ikatan, kumpulan,

dsb) beberapa bagian yang sudah bersatu, perserikatan, serikat, sedangkan makna kesatuan

adalah perihal satu, keesaan, sifat tunggal, dan satuan. Makna persatuan dan kesatuan berada

dalam pola berpikir kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Persatuan dan

kesatuan berkembang dalam proses historis bangsa dan negara Indonesia. Persatuan di

samping sebagai perwujudan kehendak bersatu sebagai bangsa yang tetap harus

dipertahankan, juga sebagai satu nilai yang dimanifestasikan dalam konstitusi, (Sirait, 1997:

29).

Pembukaan UUD 1945 yang merupakan pancaran dari Pancasila sebagai dasar

negara memuat empat pokok pikiran, salah satu pokok pikirannya adalah persatuan. Pada

pembukaan ini, pengertian negara persatuan adalah negara yang melindungi dan meliputi

segenap bangsa seluruhnya. Negara mengatasi segala paham golongan, mengatasi segala

paham perorangan, (Sirait, 1997: 31).

Tidak dapat dipungkiri, bahwa makna persatuan senantiasa dikaitkan dengan kondisi

riil masyarakat Indonesia yang beranekaragam elemennya. Keanekaragaman ini berdimensi

horizontal dan vertikal. Kondisi obyektif teritorial geografis, etnik, budaya dan bahasa

Page 96: YASIR ICHWAN

daerah, agama-agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa menunjukkan

keanekaragamannya. Indonesia merupakan negara kepulauan meliputi lebih dari 17 ribu

pulau, dengan panjang 3.000 mil dan lebar 1.000 mil dengan ratusan etnik yang memiliki

berbagai budaya dan bahasa lokal yang berbeda, (Sirait, 1997: 31).

Bangsa Indonesia itu timbul dari adanya keyakinan nilai persatuan. Nilai persatuan

ini mempunyai akar kultural dalam masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia tumbuh dari

pola-pola keterikatan yang berasal dari marga, keluarga atau keturunan dan kesamaan

teritorial. Suatu wilayah (teritorial) secara keseluruhan merupakan milik bersama masyarakat.

Pola keterikatan ini tumbuh dari bawah sebagai manifestasi kebutuhan hidup bersama dalam

satu masyarakat. Pola keterikatan integratif tersebut merupakan pangkal tolak dan tempat

tumbuhnya persatuan, (Sirait, 1997: 33).

Nilai persatuan yang semula terbatas pada loyalitas primordial masing-masing

kelompok, melalui perjuangan bersama sejak Kebangkitan Nasional ditransformasikan

kepada loyalitas nasional. Persatuan sebagai suatu nilai mengintegrasikan bangsa Indonesia

yang serba majemuk. Para tokoh perintis kemerdekaan dan pendiri negara berhasil

meletakkan akar kultural ikatan integratif dalam cita-cita dan perspektif negara kebangsaan

Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Pada bagian ini Pancasila

berperan sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang terkristalisasi dari nilai-nilai

masyarakat majemuk itu.

Persatuan dan kesatuan merupakan bentuk nasionalisme segenap warga negara

Indonesia, yang menjadi modal untuk mengarungi kehidupan bermasyarakat dalam dimensi

yang serba beragam, mulai dari suku, agama, ras, golongan, bahasa, budaya, dan sebagainya.

Hanya dengan persatuan dan kesatuan, bisa mempererat dan menyatukan segala perbedaan

yang ada di Indonesia, seperti semboyan Bhinneka Tunggal Ika, “Walaupun Berbeda-Beda,

Tetap Satu Juga”. Persatuan dan kesatuan menyiratkan bahwa negara Indonesia dibentuk atas

rasa saling menghormati dan menghargai antara individu yang satu dengan individu yang

lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya demi kepentingan

bersama dalam berbangsa dan bernegara.

Persatuan dan kesatuan yang menjadi bentuk nasionalisme dalam novel 5 cm.

terdapat pada kutipan berikut:

“Bencana itu banyak memberikan pelajaran berharga dan memberitahukan ke kita

kalo rakyat di Indonesia masih merasa satu. Tanah Air ini masih ada. Setiap orang masih

peduli saudara sebangsanya”. (5 cm.: 319)

Page 97: YASIR ICHWAN

5.23 Cinta Tanah Air

Cinta tanah air adalah cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan

kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial,

budaya, ekonomi, dan politik bangsa. Cinta tanah air berarti cinta pada negara tempat kita

memperoleh penghidupan semenjak lahir sampai akhir hayat. Seseorang yang cinta tanah air

senantiasa berusaha agar negaranya tetap aman, sentosa, dan sejahtera.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 214) arti cinta adalah suka sekali,

sayang benar. Arti tanah air menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 1132) adalah

negeri tempat kelahiran. Cinta tanah air dan bangsa adalah suatu sikap yang dilandasi

ketulusan dan keikhlasan yang diwujudkan dalam perbuatan untuk kejayaan tanah air dan

kebahagiaan bangsanya. Mencintai tanah air diharapkan warga negara dapat selalu tanggap

dan waspada terhadap setiap kemungkinan adanya unsur-unsur yang dapat membahayakan

keamanan negerinya serta kelangsungan hidup bangsa dan negaranya, baik yang berasal dari

dalam maupun luar negeri.

Wujud dari rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa, yaitu: (1) bangga sebagai

bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia, (2) tidak akan melakukan perbuatan atau

tindakan yang merugikan bangsa dan negaranya, (3) setia dan taat terhadap peraturan dan

perundang-undangan yang berlaku, (4) berjiwa dan berkepribadian Indonesia.

Cinta tanah air merupakan sebuah kebanggaan menjadi salah satu bagian dari tanah

air dan bangsanya, yang berujung ingin membuat sesuatu yang dapat mengharumkan tanah

air dan bangsanya. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa termasuk butir-

butir Pancasila yaitu pada sila ketiga, yang berbunyi Persatuan Indonesia. Sebagai warga

negara Indonesia harus mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa sebagai

pengamalan terhadap Pancasila.

Cinta tanah air sama saja dengan rela berkorban demi kepentingan negara,

memajukan kehidupan bangsa, mencerdaskan diri demi ikut berpartisipasi dalam proses

pembangunan tanah air atau negaranya dari negara yang kecil, berkembang sampai menjadi

negara yang maju. Menghayati arti dari cinta tanah air memang bukan masalah yang mudah,

perlu kesabaran dan kerendahan hati untuk menjalankan hal tersebut, dikarenakan banyak

ancaman dan tantangan yang dapat datang dari mana saja, baik itu dalam diri kita maupun

dari luar diri kita, baik itu datang dari dalam negeri maupun datang dari luar negeri, tetapi

jika mempunyai tekad yang kuat untuk mencintai tanah air Indonesia dengan sepenuh hati,

maka kita akan selalu berjuang dan berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.

Page 98: YASIR ICHWAN

Sebagai warga negara Indonesia sudah selayaknya menghormati bangsa dan negara

sendiri apa pun kondisinya. Orang-orang yang tidak menghormati serta membenci bangsa

dan negara tempat kelahirannya bisa disebut sebagai pengkhianat. Adanya rakyat yang

mencintai tanah airnya, maka negara akan aman dari berbagai macam gangguan yang datang

baik dari dalam maupun dari luar negara. Bersikap cinta tanah air merupakan pondasi bagi

kita untuk dapat bahu-membahu membangun negara ini agar bisa sejajar dengan negara-

negara maju. Bersikap mencintai negara Indonesia, pasti akan selalu berupaya dengan sekuat

tenaga memberikan yang terbaik untuk bangsa dan negara, bukan malah menghancurkannya.

Mencintai tanah air Indonesia, seorang warga negara sudah menunjukkan rasa

nasionalismenya, karena ia akan rela untuk berjuang dan berkorban demi bangsa dan

negaranya. Jika banyak pihak asing yang ingin menguasai dan merusak negara Indonesia,

makan sebagai warga negara Indonesia pasti akan selalu menjaga dan mempertahankan

negara yang dicintai sampai titik darah penghabisan.

Cinta tanah air yang menjadi bentuk nasionalisme dalam novel 5 cm. terdapat pada

kutipan berikut:

“Sebuah kehormatan bagi saya. Saya... Genta telah mendaki Mahameru bersama kalian tercinta... di Tanah Air tercinta ini. Kehormatan ini tidak akan saya lupakan seumur hidup saya.” “Suatu kehormatan juga bagi saya dan kehormatan itu buat kita semua... saya Arial, seorang yang sangat mencintai tanah ini.” “Juga bagi saya... Arinda, Indonesiaku... saya mencintaimu sepenuhnya.” “Semuanya berawal dari sini...,” Zafran menunjuk keningnya, “Saya Zafran, saya mencintai negeri indah dengan gugusan ribuan pulaunya sampai saya mati dan menyatu dengan tanah tercinta ini.” Riani menarik napas panjang menahan tangis, “Dan selama ribuan langkah kaki ini, selama hati ini bertekad, hingga semuanya bisa terwujud sampai di sini, jangan pernah sekali pun kita mau menyerah mengejar mimpi mimpi kita.... Saya Riani, saya mencintai tanah ini dengan seluruh hati saya.” “Saya Ian... saya bangga bisa berada di sini bersama kalian semua. Saya akan mencintai tanah ini seumur hidup saya, saya akan menjaganya, dengan apa pun yang saya punya, saya akan menjaga kehormatannya seperti saya menjaga diri saya sendiri. Seperti saya akan selalu menjaga mimpi-mimpi saya terus hidup bersama tanah air tercinta ini.” “Yang berani nyela Indonesia... ribut sama gue,” Ian tersenyum ke teman-temannya”. (5 cm. 348-349)

Page 99: YASIR ICHWAN

BAB VI

SIMPULAN

Berdasarkan analisis yang telah dibahas pada bab IV dan bab V yaitu analisis

struktur yang membangun nilai nasionalisme dan analisis bentuk nasionalisme dalam novel 5

cm. karya Donny Dhirgantoro, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Struktur yang membangun nilai nasionalisme dalam novel 5 cm. yaitu

a. Tema yang mengangkat tentang nilai kebersamaan.

b. Latar tempat yang berada di kota-kota Indonesia, latar waktu yang mengacu

pada hari kemerdekaan bangsa Indonesia, latar sosial para tokoh yang

berasal dari kaum terpelajar dan eksponen peristiwa reformasi.

c. Perwatakan tokoh yang bersikap pantang menyerah, sopan santun, bangga

terhadap negara sendiri, rela berkorban, berjiwa pemimpin, cinta kepada

negara sendiri.

d. Alur cerita yang mengandung nilai kebersamaan, sikap toleransi,

bermusyawarah, tidak korupsi, kolusi, dan nepotisme, pantang menyerah,

tolong-menolong, selalu bersyukur, rela berkorban dan cinta tanah air.

e. Sudut pandang pengarang yang mengajarkan tentang nilai cinta terhadap

tanah air, pantang menyerah, bangga terhadap negara sendiri.

f. Gaya bahasa yang digunakan adalah bahasa Betawi dan bahasa Jawa.

2. Bentuk nasionalisme dalam novel 5 cm. adalah doa, sopan santun, musyawarah,

mencerdaskan kehidupan bangsa, tidak korupsi, kolusi, dan nepotisme,

kebersamaan, bertanggung jawab, kerja keras, batik, bersyukur, blangkon,

bahasa Jawa, kerukunan, gotong royong, peduli lingkungan hidup,

kepemimpinan, disiplin, bendera merah putih, sikap hormat, lagu Indonesia

Raya, upacara bendera, persatuan dan kesatuan, dan cinta tanah air.

Page 100: YASIR ICHWAN

SINOPSIS NOVEL 5 cm.

KARYA DONNY DHIRGANTORO

Novel ini merupakan kisah dari lima orang bersahabat yang mengaku manusia-manusia agak pintar, sedikit tolol dan sok tahu tentang semua hal. Mereka adalah Arial, Riani, Zafran, Ian, dan Genta. Arial adalah sosok yang paling ganteng di antara mereka. Riani adalah orang yang memakai kacamata, cantik, cerdas, dan seorang yang selalu mengutamakan prestasi. Zafran adalah seorang penyair yang selalu bimbang dengan keadaan hidupnya. Ian adalah sosok yang gendut dan kepalanya botak plontos. Genta adalah seorang pemimpin di kelompok ini, Genta merupakan sosok yang mempunyai perawakan badan yang agak besar dengan rambut agak lurus berjambul.

Lagu Picture of You miliknya The Cure terdengar lembut dari tape mobil Ian di sepanjang jalan Diponegoro, Menteng. Lima orang di dalam mobil itu baru saja makan bubur ayam di Cikini. Mereka sepakat, entah untuk ke berapa kalinya pergi ke rumah Arial. Tiba-tiba Genta berucap kepada teman-temannya supaya tidak berjumpa sementara untuk beberapa bulan. Riani yang pada awalnya tidak setuju dengan ide Genta, akhirnya mau untuk tidak berjumpa dengan teman-temannya selama tiga bulan. Mereka sepakat untuk bertemu kembali yaitu pada tanggal 14 Agustus. Genta meyakinkan kepada teman-temannya bahwa dia akan memberikan informasi tentang rencana yang akan mereka lakukan pada tanggal 14 Agustus tersebut.

Pada tanggal 7 Agustus, pukul sembilan pagi, Genta memberikan informasi kepada teman-temannya tentang rencana yang akan mereka lakukan pada tanggal 14 Agustus. Genta mengatakan kepada teman-temannya bahwa mereka akan berkumpul pada tanggal 14 Agustus di stasiun kereta api Senen pukul dua siang. Genta juga mengatakan kepada temannya bahwa mereka harus membawa tas gunung, baju hangat, senter, baterai, makanan ringan untuk empat hari, kacamata hitam, betadine, obat, sandal sepatu. Genta juga mengingatkan kepada teman-temannya terutama Ian, agar melakukan olahraga kecil-kecilan.

Pada tanggal 14 Agustus, pukul satu lebih tiga puluh lima menit, di stasiun kereta api Senen terasa panas sekali. Genta yang membawa barang bawaan yang sangat banyak, sedang menikmati makan siang di salah satu restoran Padang. Tiba-tiba Genta melihat Zafran dengan tas yang besar, baju oranye menyala, celana pendek, dan kacamata hitam dari kejauhan. Zafran langsung menghampiri Genta dan membuat suasana terasa begitu bahagia di hati mereka. Kemudian Riani dan Ian yang baru sampai di stasiun kereta api Senen juga langsung menghampiri Zafran dan Genta. Tidak lama kemudian, Arial yang datang bersama adiknya yang bernama Arinda juga langsung menghampiri mereka berempat.

Pukul setengah tiga lebih, mereka berenam yang membawa barang bawaan cukup banyak menuju ke kereta yang siap untuk berangkat. Mereka menaiki kereta ekonomi Matarmaja, yang melayani trayek Malang-Jakarata. Kereta tersebut terlihat tua dan kumuh, dengan kaca-kaca yang sudah pecah. Setelah membereskan barang bawaan, mereka duduk berenam, berhadap-hadapan. Riani dan Dinda duduk berhadapan di pojok dekat jendela. Genta di sebelah Riani berhadapan dengan Arial, dan Zafran di sebelah Arial berhadapan dengan Ian. Lima menit kemudian kereta pun mulai bergerak meninggalkan stasiun kereta api Senen. Kereta bergerak perlahan dengan sesekali mengeluarkan angin dari sambungan gerbongnya.

Ian lalu bercerita tentang jungkir baliknya dia selama dua bulan. Ian menceritakan semua hal yang dialaminya selama dua bulan tersebut, mulai dari sikap pantang menyerahnya dia dalam mengerjai skripsi, mengalami dua kali penolakan terhadap kuisionernya,

Page 101: YASIR ICHWAN

menghadapi dosen pembimbingnya, melihat keriput tangan kedua orang tuanya, dan merasakan sidang skripsinya. Sementara Arial mulai bercerita tentang Indy, wanita yang telah merebut hatinya. Arial menceritakan kepada teman-temanya tentang sosok Indy yang memiliki paras yang biasa saja tetapi enak untuk dilihat dan tidak membuat bosan. Indy yang selama ini selalu mengisi hari-harinya.

Pada saat tengah malam, kereta yang membawa mereka mulai memasuki kota-kota di Jawa Tengah. Kereta melaju dengan cepat melewati jalan desa dan jalan kota yang damai dan sepi. Pukul setengah tiga malam, Genta, Riani, Zafran, dan Dinda turun dari kereta, menginjakkan kaki di ubin putih yang mulai kekuningan di stasiun Lempuyangan, Jogjakarta. Mereka berjalan ke toilet stasiun yang ada di antara para pedagang yang masih mencari rezeki di malam yang terasa dingin.

Mereka berempat segera berjalan masuk ke kereta. Perlahan tapi pasti, kereta mulai berjalan meninggalkan stasiun Lempuyangan. Kereta mulai melaju cepat melewati hutan jati antara Madiun dan Nganjuk. Keenam anak manusia ini pun sudah lepas dari rasa kantuknya, dan kembali bercanda di kereta. Pagi yang begitu cerah seakan menyambut rombongan yang jauh dari rumah ini.

Pukul setengah tiga lebih, mereka tiba di stasiun Malang. Matahari sore yang sudah enggan mengeluarkan panasnya datang menyambut. Sebelum meninggalkan kereta, sekali lagi mereka memandang kereta yang terdiam lelah setelah berlari seharian penuh, kereta yang dalam diamnya telah banyak bercerita tentang beragam manusia. Rombongan pecinta alam itu menarik perhatian banyak orang di stasiun Malang. Rasa pegal belum hilang benar dari badan mereka, sehingga mereka memutuskan untuk duduk sebentar di bangku stasiun yang panjang untuk meluruskan kaki dan menghilangkan penat.

Matahari sore masih tersisa sedikit, menembus pepohonan di jalan desa kecil. Sore itu di Tumpang banyak sekali kesibukan jip-jip menunggu pendaki yang mulai berdatangan dengan berbagai macam tas gunung yang besar. Penampilan mereka mirip semua karena memang mempunyai tujuan yang sama yaitu Mahameru. Mereka mulai melangkah, menyusuri jalan berbatu desa yang akhirnya berbelok ke jalan setapak kecil menuju ke punggung Mahameru. Perjalanan berlanjut menembus pinggir hutan, punggung Mahameru. Tampak dari ketinggian pinggiran lereng hutan Mahameru, Ranu Kumbolo perlahan muncul seperti tetesan air raksasa yang jatuh dari langit dan membesar di depan mereka.

Pukul dua malam, keadaan terasa dingin di atas tiga ribu meter dari permukaan laut. Keenam anak manusia itu tertegun melihat puncak Mahameru dalam gelap malam. Rombongan mulai bergerak, berjalan melewati hutan cemara yang gelap. Puncak Mahameru seperti sebuah gundukan pasir mahabesar dengan tebaran batu karang gunung di mana-mana. Jalur pendakian terlihat terang dipenuhi sinar bulan dan cahaya senter para pendaki yang mulai mendaki Gunung Semeru.

Matahari pagi 17 Agustus pun terbit, sinar matahari yang hangat menyapa badan dingin mereka. Keenam anak manusia itu seperti melayang saat menjejakkan kaki di tanah tertinggi Pulau Jawa. Waktu seperti terhenti, dataran luas berpasir itu seperti sebuah papan besar menjulang indah di ketinggian menggapai langit, di sekeliling mereka tampak langit biru sebiru-birunya dengan sinar matahari yang begitu dekat. Awan putih berkumpul melingkar di bawah mereka. Asap putih tebal yang membubung di depan mereka sekarang terlihat jelas sekali kepulannya. Para pendaki tampak berbaris teratur di puncak Mahameru. Tertancap tiang bendera bambu yang berdiri tinggi sendiri di depan barisan upacara dengan latar belakang kepulan asap Mahameru dan langit biru.

Rombongan anak manusia itu pun dengan khidmat dan penuh tangis haru melaksanakan upacara bendera di tanah tertinggi Pulau Jawa. Mereka tidak henti-hentinya mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan mereka negeri yang begitu Indah yang bernama Indonesia.