bab 2

37
Perencan aan Produksi Pengendal ian Hasil BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Perencanaan dan Pengendalian Produksi Perencanaan dan pengendalian adalah dua fungsi manajemen yang tidak dapat dipisahkan dalam setiap bidang kegiatan termasuk kegiatan produksi. Perencanaan adalah langkah pertama dalam proses manajemen yang meliputi penetapan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dan keputusan tentang bagaimana cara untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut. Perencanaan dan pengendalian dihubungkan oleh proses produksi yaitu proses implementasi rencana yang telah disusun. Proses implementasi dikendalikan yaitu dimonitor, diawasi, dievaluasi dan terhadap deviasi yang terjdi dilakukan tindakan perbaikan dapat dilihat pada Gambar 2.1. 6 Gambar 2.1. Hubungan Perencanaan dan Pengendalian 6 Prof. DR. IR. Sukaria Sinulingga, Perencanaan & Pengendalian Produksi, Cetakan Pertama, Graha Ilmu, 2009, p. 81 10

Upload: johny-iskandar-nst

Post on 27-Sep-2015

217 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

LANDASAN TEORI

TRANSCRIPT

32BAB 2LANDASAN TEORI

2.1. Perencanaan dan Pengendalian Produksi

PerencanaanProduksiPengendalian HasilPerencanaan dan pengendalian adalah dua fungsi manajemen yang tidak dapat dipisahkan dalam setiap bidang kegiatan termasuk kegiatan produksi. Perencanaan adalah langkah pertama dalam proses manajemen yang meliputi penetapan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dan keputusan tentang bagaimana cara untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut. Perencanaan dan pengendalian dihubungkan oleh proses produksi yaitu proses implementasi rencana yang telah disusun. Proses implementasi dikendalikan yaitu dimonitor, diawasi, dievaluasi dan terhadap deviasi yang terjdi dilakukan tindakan perbaikan dapat dilihat pada Gambar 2.1.[footnoteRef:2] [2: Prof. DR. IR. Sukaria Sinulingga, Perencanaan & Pengendalian Produksi, Cetakan Pertama, Graha Ilmu, 2009, p. 81 ]

Gambar 2.1. Hubungan Perencanaan dan Pengendalian dalam Sistem Produksi

2.2. Penelitian Waktu (Time Study)Studi waktu adalah metoda yang umum digunakan dalam melakukan pengukuran kerja pada saat ini. Penggunaan istilah Time & Motion Study, mengacu pada salah satu cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan cara yang sistematik untuk menentukan metode kerja yang sesuai, menentukan waktu yang dibutuhkan atas penggunaan mesin atau tenaga manusia untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dan menentukan bahan baku yang dibutuhkan agar pekerjaan tersebut dapat diselesaikan. Istilah Time & Motion Study itu sendiri dapat diartikan atas dua hal [footnoteRef:3]: [3: Monika Kussetya Captiani, Peningkatan Produktivitas dan Efisiensi Biaya Melalui Integrasi Time and Motion Study dan Activity Base Costing, Jurusan Ekonomi Akuntansi, Mei 2001]

1. Motion Study Aspek motion study terdiri dari deskripsi, analitis sistematis dan pengembangan metode kerja dalam menentukan bahan baku, desain output, proses, alat, tempat kerja, dan perlengkapan untuk setiap langkah dalam suatu proses, aktivitas manusia yang mengerjakan setiap aktivitas itu sendiri. Tujuan metode motion study adalah untuk menentukan atau mendesain metode kerja yang sesuai untuk menyelesaikan sebuah aktivitas. 2. Time Study Aspek utama time study terdiri atas keragaman prosedur untuk menentukan lama waktu yang dibutuhkan dengan standar pengukuran waktu yang ditetapkan, untuk setiap aktivitas yang melibatkan manusia, mesin atau kombinasi aktivitas. Metode Time & Motion Study ini pada dasarnya dapat diterapkan ke semua bidang dan fungsi sertaakti vitas yang dilakukan oleh perusahaan. Dalam penerapan Time & Motion Study ini diperlukan tiga asumsi dasar yang harus dipenuhi antara lain yaitu :1. Secara umum terdapat banyak cara yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan suatu perkerjaan, tetapi karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki, biasanya akan muncul satu metode saja yang lebih dominan.2. Metode-metode scientific untuk memecahkan masalah lebih sering digunakan dan memberikan hasil yang baik dibandingkan metode pemecahan masalah yang tidak bersifat scientific. 3. Standar pengukuran kinerja atau nilai waktu dari sebuah pekerjaan dapat ditentukan dengan baik sehingga memungkinkan manajemen untuk mendesain standar sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya. Dalam metode Time & Motion Study ini, pihak manajemen haruslah memperhatikan asumsi-asumsi mendasar yang harus digunakan pada setiap teknik pengukuran yang dipakai. Dengan kata lain, prosedur-prosedur yang harus dilaksanakan dalam metode time & motion study ini haruslah dilandasi pemikiran bahwa setiap aktivitas, pekerjaan ataupun proses selalu ada pemecahan terbaik, dan dalam pemecahan tiap aktivitas dan proses tersebut, metode yang bersifat scientific (ilmiah) selalu menjadi pemecahan terbaik. Selain hal tersebut, dalam penerapan metode time & motion study ini juga dilandasi pemikiran bahwa nilai waktu dari sebuah pekerjaan dapat diukur dalam satuan pengukuran yang bersifat konsisten. Dalam hal ini pemecahan terbaik bukanlah berarti menutup kemungkinan penerapan metode ilmiah lain yang dipandang lebih baik lagi dibandingkan metode time & motion study. Prosedur yang harus dilakukan dalam penerapan metode time & motion study ini terdiri beberapa langkah-langkah kerja atau prosedur seperti : 1. Penentuan tujuan Penentuan tujuan yang dimaksud adalah area pekerjaan atau aktivitas yang harus diselesaikan dan kriteria yang jelas untuk mengevaluasi area pekerjaan yang dimaksud. Kriteria untuk mengevaluasi tersebut antara lain meliputi kualitas yang lebih baik, keahlian tenaga kerja yang terbatas, waktu kerja yang makin berkurang, lebih banyak waktu yang diserap untuk berproduksi, pengurangan penggunaan material dengan harga yang lebih mahal, hasil yang lebih baik dari penggunaan material, waktu penggunaan peralatan yang makin sedikit, pengurangan penggunaan valuta asing dalam bertransaksi dan sebagainya. 2. Analisis Analisis yaitu prosedur memisahkan keseluruhan metode kerja yang digunakan dalam langkah-langkah, subdivisi, kesesuaian dengan lingkup pekerjaan, dan sebagainya. Dalam hal ini keahlian tertentu yang dimiliki oleh tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan tersebut sangat mempengaruhi kinerja aktivitas yang bersangkutan. 3. Kritisisme Kritisisme yaitu aplikasi terhadap analisis data yang telah dilakukan, dan pengecekan terhadap penyusunan langkah untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. 4. Inovasi Formulasi atas ide-ide baru yang diberikan untuk melaksanakan tugas dan pekerjaan. 5. Tes Tes yaitu prosedur evaluasi dengan menggunakan dasar data yang telah dianalisis pada langkah 3 dengan formulasi metode yang diterapkan pada langkah 4 dengan mengacu pada tujuan yang dirumuskan pada langkah 1. 6. Percobaan Percobaan yaitu prosedur pengambilan sampel atas aplikasi dari metode yang digunakan pada langkah 4 dan dievaluasi dengan langkah 5, sehingga bisa memperhitungkan semua variabel yang bisa diukur dengan menggunakan metode time & motion study. 7. Aplikasi Aplikasi yaitu prosedur terakhir yang diterapkan dan merupakan final standardization, instalasi, pengukuran, evaluasi dan penggunaan atas metode yang telah dikembangkan tersebut. Prosedur penggunaan metode time & motion ini pada dasarnya sama untuk semua bidang atau lingkup kerja, baik digunakan didalam kantor, dalam lingkup industri pabrik, jasa rumah sakit, industri jasa lainnya bahkan aktivitas yang dilakukan oleh pemerintah. Yang berbeda adalah detil metode dan pelaksanaan untuk masing-masing industri, serta data yang dirangkum dan digunakan untuk melaksanakan tiap prosedur dalam time & motion study.

2.3. Teknik Pengukuran dengan Motion StudyTeknik-teknik pengukuran dengan menggunakan Motion Study dapat dikategorikan menjadi : 1. Teknik yang digunakan untuk menentukan tingkat perubahan yang dapat dilihat secara jelas.2. Teknik yang digunakan untuk menunjukkan unit output, sebagai penggunaan metode awal atas penggunaan teknik Motion study kategori I penggunaan teknik Time Study. 3. Teknik yang digunakan untuk mengevaluasi aspek manusia dalam menyelesaikan pekerjaan. Dari ketiga macam kategori tersebut, beberapa teknik memiliki tingkat fleksibilitas tinggi yang dapat digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebutdiatas. Beberapa teknik yang telah dikembangkan dalam motion study dapat dilihat di bawah ini, sesuai dengan tipe pergerakan atau perubahan yang terjadi : 1. Teknik kategori 1 bertujuan untuk memilih jenis kelas perubahan, terdiri dari teknik: preliminary possibility guide, detailed possibility guide, work activity analysis, work sampling, dan memomotion study .2. Teknik kategori 2 bertujuan untuk mendeskripsikan output tertentu yang dihasilkan dari pergerakan, terdiri dari teknik: work-unit analysis, work activity analysis.3. Teknik kategori 3 bertujuan untuk mengevaluasi setiap detil dari sebuah pekerjaan, terdiri dari teknik: work activity analysis, work sampling, process-chart product analysis, horizontal time bar chart, network diagram, process-chart person analysis, information flow analysis, operation analysis, multiple-activity analysis chart, micromotion analysis, memomotion analysis. Untuk melakukan seleksi atas metode atau teknik mana yang lebih cocok untuk digunakan dalam motion study, terdapat beberapa hal yang harus dilakukan terlebih dahulu misalnya, jika sebuah pekerjan memiliki substantive output, maka teknik dalam kategori pertama yang digunakan terlebih dahulu. Jika sebuah aktivitas yang ada tidak dianggap penting dalam melakukan perhitungan output yang dihasilkan, maka teknik yang bisa diterapkan adalah work-unit analysis, dan apabila sebuah aktivitas memberikan jasa diatur dengan sebaik-baiknya, maka work-activity analysis dapat dipilih sebagai langkah awal.[footnoteRef:4] [4: Ibid]

2.4. Teknik-teknik yang dikembangkan dalam Time StudyBanyak orang beranggapan bahwa time study adalah sama dengan pengukuran kerja (work measurement), padahal kalau diperhatikan lebih jauh, kedua hal tersebut memiliki perbedaan tertentu. Perbedaan yang tampak tersebut adalah: work measurement merupakan istilah umum yang digunakan untuk sistem tertentu, untuk mengembangkan numerical coefficient statement dan mengkonversi quantitative statement untuk setiap pekerjaan yang telah diselesaikan. Sedangkan dalam time study lebih mengacu dengan sekelompok prosedur work measurement dimana aspek manusia dilibatkan untuk mengetahui seberapa besar tingkat produktivitas yang dihasilkan. Selain itu, dalam time study memungkinkan adanya prosedur yang digunakan untuk menyesuaikan waktu kerja masing-masing individu dengan standar yang telah ditetapkan oleh pihak manajemen. Standar tersebut dinamakan Waktu Standar (Standard Time). [footnoteRef:5] [5: Ibid]

Tujuan utama dikembangkannya Waktu Standar adalah membantu penentuan waktu yang terjadi terutama dalam proses operasi yang terjadi dalam siklus manajemen, yaitu proses penentuan tujuan, perencanaan program, menentukan beban kerja, menentukan sumber-sumber yang dibutuhkan, menentukan otoritas penggunaan sumber daya yang dimiliki, melaksanakan aktivitas, membandingkan antara aktivitas dengan rencana semula, evaluasi aktual dan rencana, serta membandingkan tujuan yang ingin dicapai dari aktivitas yang dilakukan. Waktu standar yang ditetapkan oleh pihak manajemen digunakan sebagai koefisien numerik untuk mengkonversi pernyataan-pernyataan yang bersifat kuantitatif dari setiap beban kerja yang dilakukan ke dalam pernyataan kuantitaif mengenai penggunaan sumber daya yang digunakan, dalam hal ini seringkali difokuskan pada penggunaan staf/pekerja sebagai sumber daya. Apabila penggunaan suatu sumber daya tersebut bersamaan waktunya dengan penggunaan staf, maka jumlah sumber daya yang digunakan tersebut dapat ditentukan dari waktu standar yang telah ditetapkan. Penggunaan waktu standar yang digunakan oleh perusahaan bermanfaat untuk : 1. Menentukan permintaan tenaga kerja dan peralatanSetiap rencana yang dilakukan oleh pihak manajemen untuk menghasilkan output yang diinginkan haruslah diuji kelayakannya sesuai dengan sumber daya yang digunakan. Jika perencanaan yang dilakukan tidak layak, maka baik jumlah output yang diinginkan maupun faktor yang mempengaruhi kebutuhan atas sumber daya harus diubah. Apabila tenaga kerja dan peralatan yang dibutuhkan (dinyatakan dalam satuan uang) ditambahkan terhadap biaya material dan biaya overhead maka dinamakan biaya standar. 2. Membantu mengembangkan metode yang efektifMetode-metode yang dikembangkan yang efektif untuk dikembangkan berfungsi untuk menentukan berapa banyak jenis peralatan yang bisa dioperasikan oleh seseorang, dan untuk menjaga keseimbangan pekerjaan para tenaga kerja yag membantu jalannya pergerakan, mengkoordinasi dan menjaga jarak, serta membandingkan setiap metode yang dilakukan. Dalam hal ini penerapan standar yang konsisten agar mudah disesuaikan dengan dua atau tiga metode untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. 3. Membatasi penggunaan sumber daya para pekerja yang dibutuhkanDalam hal ini tandar yang ditetapkan antara lain bermanfaat untuk menyusun penjadualan aktivitas, untuk menyusun standar upah tenaga kerja, untuk menentukan tujuan pengawasan oleh supervisor, untuk menyediakan dasar yang baik dalam menyusun tarip upah tenaga kerja. 4. Membantu membandingkan kinerja dengan perencanaan yang sesuai dengan bebankerja dan penggunaan sumber dayaUntuk memprediksi kinerja sebuah waktu aktivitas, waktu standar dapat digunakan secara maksimal selama waktu standar tersebut memberikan hubungan yang erat dan saling mempengaruhi terhadap waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. 5. Pengukuran produktivitas secara keseluruhanProduktivitas sebuah organisasi dapat diukur dari perbandingan output yang dihasilkan secara menyeluruh dengan input yang digunakan pada periode tertentu. Produktivitas yang diukur bisa meliputi banyak hal, termasuk produktivitas faktor perubahan internal dan produktivitas faktor eksternal. Untuk pengukuran tingkat produktivitas, waktu standar yang ditetapkan haruslah konsisten bahkan jika pengukuran produktivitas total dilakukan baik dalam lingkup aktivitas kecil maupun kelompok, sehingga akan mempermudah penentuan tingkat upah para pekerja.

2.5. Penentuan Waktu StandarDalam penetapan waktu standar, pertanyaan yang bisa muncul adalah dalam hal penentuan satuan unit beban kerja dan sumber daya manusia (pekerja) yang digunakan. Untuk menentukan beban kerja yang dilakukan dalam satuan unit dapat melalui perhitungan output secara substantif (berhubungan langsung dengan proses penciptaan produk kepada customer) maupun secara nonsubstantif (tidak berhubungan langsung dengan proses penciptaan produk). Sedangkan untuk menentukan besarnya sumberdaya manusia (para pekerja) yang dibutuhkan, haruslah mempertimbangkan dasar penyusunan standar yang sesuai dengan kondisi perusahaan, konsistensi pengukuran atas waktu kerja melalui waktu standar, dan faktor manusia. [footnoteRef:6] [6: Ibid]

Semua teknik time study memerlukan empat jenis data untuk menentukan besarnya waktu standar. Data tersebut adalah: data waktu kerja (work time), perhitungan waktu pekerjaan atas waktu kerja (work count), rating (variabel untuk menyesuaikan waktu kerja dengan sesungguhnya), dan variabel penambah untuk menyesuaikan waktu standar dengan kondisi manusia yang sesungguhnya. Sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :(2.1.)Dimana : WS = Standar Time = waktu standar yang ditetapkan WN = Work Time = waktu kerja yang dibutuhkanSesuai dengan persamaan di atas, dalam pengukuran suatu pekerjaan, M adalah variabel sebagai satu kesatuan, sedangkan A merupakan variabel yang secara implicit termasuk dalam WT (waktu kerja). Dalam teknik pengukuran kerja dan time study, pengelompokan teknik tersebut dapat dibedakan menjadi lima kategori sebagai berikut : 1. Membutuhkan observasi langsung Membutuhkan observasi langsung yaitu teknik direct time study extensive sampling dan intensive sampling.2. Membutuhkan catatan atas kinerja masa lalu Membutuhkan catatan atas kinerja masa lalu yaitu teknik simple mathematical dan complex mathematical. 3. Menggunakan data time study masa lalu Menggunakan data time study masa lalu yaitu teknik predetermined time system, and standard data system 4. Secara tidak langsung terlihat dalam sifat pekerjaannya Secara tidak langsung terlihat dalam sifat pekerjaannya yaitu teknik penetapan time standard secara perkiraan 5. Melibatkan karyawan dalam pengumpulan data Melibatkan karyawan dalam pengumpulan data yaitu teknik self-reporting, fractioned professional estimates. Untuk dapat menerapkan teknik time study dengan hasil yang maksimal dan bermanfaat bagi perusahaan secara keseluruhan, maka perlu diperhatikan kondisi dan situasi perusahaan yang memungkinkan diterapkannya teknik time study, variable teknik secara detil, unit-of-output dari standar yang sedang dikembangkan, dan kemudahan pengukuran atas penyelesaian suatu pekerjaan. Menurut Mundel, aktivitas motion and time study adalah aktivitas yang bersifat memberikan nilai bagi perusahaan terutama bila semua aktivitas time and motion study tersebut diarahkan pada pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan. Tujuan utama yang ingin dicapai oleh pihak manajemen tersebut lebih berfokus pada hasil yang tercapai atas strategi perusahaan dalam memberdayakan sistem yang dimiliki, dimana didalamnya terkait penggunaan sumber daya manusia, bahan baku, informasi, peralatan dan bahan bakar yang digunakan oleh perusahaan dalam aktivitas operasionalnya, sedangkan ukuran efektivitas dari teknik time and motion study ini adalah seberapa besar sumberdaya yang berhasil dihemat atas sebuah aktivitas yang menghasilkan output tertentu.Penelitian waktu didefinisikan sebagai analisa tentang penentuan elemen kerja beserta urutannya, serta waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Dengan penelitian waktu dapat ditentukan waktu normal dan waktu standar yang dibutuhkan untuk menyelisaikan suatu pekerjaan. Hal ini akan dapat memberi manfaat sebagai berikut[footnoteRef:7]: [7: Ralph M. Barnes, Motion and Time Study : Design and Measurement of Work, Sixth Edition, Wiley International Edition, 1968, p. 344]

1. Lebih banyak pekerjaan yang dapat diberikan dan diselesaikan. 2. Apabila waktu yang dibutuhkan telah dapat ditentukan maka penentuan jadwal (schedule) dan perencanaan pengolahan akan lebuh efektif. 3. Pendapatan pekerja dapat dinilai lebih adil berdasarkan nilai produktif pekerjaannya. 4. Biaya produksi dapat lebih ditekan. 5. Efisiensi pekerjaan pergrup dapat lebih mudah dihitung. 6. Metoda-metoda yang digunakan dalam melaksanakan pekerjaan dapat diukur dengan waktu standar yang telah ditentukan.

2.6. KapasitasKapasitas adalah suatu ukuran kemempuan produksi suatu fasilitas per unit waktu. Beberapa definisi kapasitas secara umum diterima, dapat diperinci sebagai berikut : 1. Design capacity, yaitu tingkat keluaran persatuan waktu untuk mana pabrik dirancang. 2. Rated capacity, yaitu tingkat keluaran persatuan waktu yang menunjukkan bahwa fasilitas secara teoritik mempunyai kemampuan memproduksinya.3. Standar capacity, yaitu tingkat keluaran persatuan waktu yang ditetapkan sebagai sasaran pengoperasian bagi manajemen, supervise, dan para operator mesin; dapat digunakan sebagai dasar bagi penyusun anggaran. 4. Actual or operating capacity, yaitu tingkat keluaran rata-rata persatuan waktu selama priode-priode waktu yang telah lewat. 5. Peak capacity, yaitu jumlah keluaran persatuan waktu yang dapat dicapai melalui maksimasi keluaran, dan mungkin dilakukan dengan lembur, menambah tenaga kerja, mengurangi jam istirahat, dan lain-lain. [footnoteRef:8] [8: T. Hani Handoko, Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi, BPFE, yogyakarta, 1984, p. 299]

Kapasitas atau tingkat keluaran ini pada umumnya dinyatakan dalam satuan-satuan sebutan persamaan, seperti batang, ton, kilogram, meter, atau jam kerja yang tersedia. Sedangkan satuan-satuan waktu yang sangat penting bagi perencanaan kapasitas dapat dinyatakan dalam satuan seperti jam, hari, bulan, tahun. Dalam praktek, diantara pengertian-pengertian kapasitas di atas, perusahaan biasanya menggunakan tingkat kapasitas nyata atau kapasitas pengoperasian yang ditentukan dari laporan-laporan atau catatan-catatan pusat kerja. Bila informasi ini tidak tersedia, rated capacity dapat diperkirakan dan dirumuskan dengan rumusan :

(2.2.)

(2.3.)

Kapasitas yang dinyatakan sebagai suatu rate tersebut (missal jam standar per minggu) diperngaruhi oleh berbagai macam faktor, baik faktor yang dapat dikendalikan seperti tanah, tenaga kerja, fasilitas, alternative urutan pekerjaan, maupun faktor yang tidak dapat dikendalikan sereti kerusakan mesin, tingkat absensi, kekurangan bahan, dan masalah-masalah peralatan yang tidak biasa. Manajemen operasi juga menekan pentingnya dimensi waktu kapasitas. Dari sudut pandang ini kapasitas dapat dibedakan atas perencanaan kapasitas jangka panjang, perencanaan kapasitas jangka, perencanaan kapasitas jangka pendek. Secara terperinci, pembedaan perencanaan kapasitas atas dasar lama waktu dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Perencanaan kapasitas jangka panjang (lebih dari 1 tahun). Dimana sumberdaya-sumberdaya produksif memakan waktu lama untuk memperoleh atau menyelesaikannya, seperti bangunan, peralatan atau fasilitas. Perencanaan kapasitas jangka panjang memerlukan partisipasi dan persetujuan top manajemen. 2. Perencanaan kapasitas jangka menengah (perencanaan bulanan) adalah perencanaan bulanan atau kuartalan untuk 6 sampai 18 bulan yang akan dating. Dalam hal ini, kapasitas dapat bervariasi karena alternative-alternatif seperti penarikan tenaga kerja, pemutusan kerja, dan peralatan-peralatan baru. 3. Perencanaan kapasitas jangka pendek adalah perencanaan kurang dari satu bulan. Ini dikaitkan pada proses penjadwalan harian atau mingguan dan menyangkut pembuatan penyesuaian-penyesuaian untuk menghapuskan variance antara keluaran yang direncanakan dan keluaran nyata. Keputusan perencanaan mencakup alternative-alternatif seperti kerja lembur, pemindahan personalia, dan penggantian routing produksi.

2.7. OptimisasiOptimisasi merupakan suatu proses untuk mencapai hasil yang ideal atau optimal (nilai efektif yang dapat dicapai). Dalam disiplin matematika optimisasi merujuk pada studi permasalahan yang mencoba untuk mencari nilai minimal atau maximal dari suatu fungsi nyata. Untuk dapat mencapai nilai optimal baik minimal atau maximal tersebut, secara sistimatis dilakukan pemilihan nilai variabel integer atau nyata yang akan memberikan solusi optimal.[footnoteRef:9] [9: http//:www.wikipedia.com]

Permasalahan ini dapat direpresentasikan dalam notasi matematis sebagai berikut : Berdasarkan: a fungsi f : A R dari himpunan A ke himpunan bilangan nyata Cari: sebuah elemen x0 dalam A sedemikian sehingga : f(x0) f(x) untuk semua x dalam A, untuk proses minimalisasi f(x0) f(x) untuk semua x dalam A, untuk proses maximalisasi

Formulasi yang telah diuraikan diatas adalah formulasi permasalahan optimisasi, atau sering disebut juga permasalahan pemrograman matematis, salah satu bentuk dari pemrograman linear. Banyak masalah dalam dunia nyata yang dapat direpresentasikan dalam kerangka permasalah ini. Pada umumnya A adalah himpunan bagian dari Ruang Euclid Rn. Biasanya juga ada syarat-syarat tertentu (constraint) berupa persamaan atau ketidak samaan yang harus dipenuhi oleh elemen dari A. Elemen dari A biasa disebut sebagai solusi yang mungkin (feasible solution), sementara fungsi f biasa disebut sebagai fungsi objektif atau fungsi biaya. Diantara solusi yang mungkin, terdapat solusi yang dapat meminimalkan atau memaksimalkan fungsi objektif, solusi yang demikian ini disebut sebagai solusi optimal.

2.8. Analisa Kecukupan DataUntuk menetapkan berapa jumlah observasi yang seharusnya dibuat maka disini harus diputuskan terlebih dahulu berapa tingkat kepercayaan (convidence level) dan derajat ketelitian (degree of accuracy) untuk pengukuran kerja ini. Di dalam aktivitas pengukuran kerja biasanya akan diambil 95 % tingkat kepercayaan dan 5% tingkat ketelitian. Hal ini berarti bahwa sekurang-kurangnya 95 dari 100 harga rata-rata dari waktu yang dicatat untuk suatu elemen kerja yang memiliki penyimpangan tidak lebih dari 5 %. Dengan demikian dapat ditulis persamaa[footnoteRef:10]n : [10: Ralph M. Barnes, Motion and Time Study : Design and Measurement of Work, Sixth Edition, Wiley International Edition, 1968, p. 362]

(2.4.)

Dimana : N = jumlah pengukuran yang seharusnya dilaksanakan N = jumlah pengamatan yang dilakukan X = data waktu yang dibaca oleh stopwatch untuk tiap-tiap individu pengamatan.

2.9. Peta KontrolPeta kontrol merupakan penggambaran secara visual mengenai mutu barang atau jasa. Sebagai tambahan, peta kontrol dapat disajikan untuk masing-masing karakteristik atau atribut mutu. Ordinat sebagai sumbu tegak merupakan peta kontrol yang mewakili pengukuran dimensi mutu keseluruhan untuk suatu dimensi mutu tertentu. Absis sebagai sumbu datar (horizontal) mewakili, baik banyaknya elemen sampel (sample number) atau waktu. Peta kontrol meliputi suatu garis pusat (central line) mewakili nilai rata-rata dimensi mutu yang meliputi seluruh kisaran (range sample)[footnoteRef:11]. [11: GrantLeavenworth, Statistical Quality Control, Seventh Edition, McGraw-Hill, 1996, p. 37]

Ada dua jenis Peta Kontrol, yakni : 1. Peta Kontrol Variabel Peta kontrol variabel adalah peta kontrol yang menggambarkan karakteristik mutu yang dapat diukur secara numerik. Peta kontrol ini meliputi : a. Peta untuk rata-rata (X chart) b. Peta untuk rentang (R chart) c. Peta untuk standar deviasi (S chart) d. Peta untuk nilai tengah (Md chart) 2. Peta Kontrol Atribut Peta kontrol atribut adalah peta kontrol yang menggambarkan karakteristik mutu yang tidak dapat diukur secara numerik. Peta kontrol ini meliputi : a. Peta p, yaitu peta kontrol proporsi atau perbandingan antara produk yang cacat dengan seluruh produksi. b. Peta c, yaitu peta kontrol untuk jumlah yang cacat per total produksi. c. Peta u, yaitu peta kontrol untuk jumlah yang cacat per unit produksi. Peta kontrol tersebut dapat dipakai pada proses berulang. Peta kontrol merupakan salah satu cara/teknik kontrol kualitas statistik. Teknik yang lain adalah : 1. Distribusi frekuensi 2. Tabel sampling 3. Metode khusus, yakni menggunakan analisa-analisa seperti analisa korelasi, analisa variansi, dan analisa toleransi. Keuntungan-keuntungan pengendalian kualitas statistik : 1. Menggunakan rasio, dimana rasio adalah perbandingan antara kualitas dan biaya (semakin baik kualitas, maka semakin tinggi pula rasio) 2. Tingkat kualitas lebih baik 3. Penyediaan bahan baku yang lebih baik 4. Pengunaan alat produksi yang lebih efisien 5. Mengurangi kerja ulang atau pembuangan 6. Inspeksi yang lebih baik Teknik yang paling umum dilakukan dalam pengontrolan kualitas adalah dengan menggunakan peta kontrol shewart. Peta ini bentuknya sangat sederhana sekali, yaitu terdiri dari tiga buah garis mendatar yang sejajar. Garis yang menyatakan sampel yang diselidiki, sumbu tegak menyatakan karateristik yang sangat teliti. Garis sentral melukiskan nilai baku yang akan menjadi pangkal perhitungan terjadinya penyimpangan hasil hasil pengamatan untuk tiap sampel. Garis atas yang sejajar dengan garis sentral yang merupakan penyimpangan yang paling tinggi dari nilai baku dinamakan Batas Kontrol Atas (BKA) dan garis bawah yang sejajar garis sentral yang merupaka penyimpangan paling rendah dari garis sentral dinamakan Batas Kontrol Bawah (BKB).

2.10. Peta X dan R15Untuk hasil pengamatan yang berbentuk variabel, pertama akan dibicarakan diagram kontrol untuk rata-rata x. Peta ini antara lain dapat digunakan untuk menganalisa proses yang ditinjau dari harga rata-rata variabel hasil proses dengan tujuan menyimpulkan keterangan untuk[footnoteRef:12] : [12: Ibid]

1. Membuat atau mengubah spesifikasiMembuat atau mengubah spesifikasi yaitu syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh produk yang dihasilkan atau untuk menentukan apakah proses yang sedang berlangsung dapat memenuhi spesifikasi.2. Mengubah atau membuat cara produksiMengubah atau membuat cara produksi merupakan Peta yang sering digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan mengenai penolakan atau penerimaan produk yang dihasilkan atau diteliti. Untuk membuat peta kontrol Shewart menggunakan rata-rata yaitu rata-rata i berdistribusi normal untuk ukuran sampel g cukup besar dengan rata-rata dan simpangan baku . Ternyata bahwa untuk g kecil, distribusi sudah mendekati distribusi normal. Nilai rata-rata yang juga merupakan garis sentral didapatkan dengan rumus : (2.5.)

Dimana : = Jumlah rata-rata dari nilai rata-rata subgroup i = nilai rata-rata subgroup ke-i g = jumlah subgroup Karena inilah biasanya untuk melakukan pengontrolan kualitas sering digunakan sampel-sampel berukuran empat atau lima.

UCLx = + 3x xxxxx Jika diketahui, penentuan batas kontrol bergantung pada berapa besar peluang yang diinginkan untuk mendapatkan produk dalam kontrol. Jika populasinya berdistribusi normal dengan simpangan baku yang diketahui dan menginginkan peluang produk dalam kontrol sebesar 1 - , maka :

LCLx = - 3x xxxxx

Dimana : UCL = batas kontrol atas LCL = batas kontrol bawah = standar deviasi dari rata-rata subgroup x Sedangkan peta kontrol R merupakan peta untuk menggambarkan rentang data dari suatu subgroup, yaitu data terbesar dikurangi data terkecil. Penetuan garis sentral, yakni rentang rata-rata adalah sebagai berikut :

(2.6.)

Dimana : = jumlah rata-rata rentang subgroup Ri = nilai rentang subgroup ke-i

UCLR= + 3R xxxxx Batas kontrol untuk peta R dengan menggunakan standar deviasi ditentukan dengan rumus :

LCLR= - 3R xxxxx

Penggunaan peta x dan R secara bersama-sama dapat dilakukan tanpa menggunakan standar deviasi, sehingga rumus batas kontrol atas dan batas kontrol bawah menjadi :

UCLR= D4 xxxxx UCL = + A2 xxxxx

LCLR= D3 xxxxx LCL = - A2 xxxxx

2.11. Perencanaan Kebutuhan Kapasitas2.11.1. Defenisi KapasitasKapasitas mengukur kemampuan dari suatu fasilitas produksi untuk mencapai jumlah kerja tertentu dalam periode waktu tertentu dan merupakan fungsi dari banyaknya sumberdaya yang tersedia, seperti : peralatan, mesin, personel, ruang, dan jadwal kerja. Berbagai definisi kapasitas secara umum antara lain adalah : [footnoteRef:13] [13: Gaspersz, Vincent, Production Planning and Inventory Control, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1998, p. 120 ]

1. Theoretical Capacity (synonim : Maximum Capacity, Design Capacity) merupakan kapasitas maksimum dari sistem manufacturing yang diukur berdasarkan pada jam kerja yang tersedia untuk melakukan pekerjaan, tanpa suatu kesempatan untuk berhenti dan istirahat. Sebagai contoh : jika suatu pusat kerja memiliki 4 mesin dan dijadwalkan untuk beroperasi dalam satu sift selama 8 jam, dalam periode 5 hari per minggu, maka kapasitas teoritis adalah : 4 x 8 x 5 = 160 jam/minggu. Jam kerja ini selanjutnya diterjemahkan ke dalam unti produksi dengan menggunakan jam kerja standar. Misal, untuk memperoduksi 1 unit produk membutuhkan waktu standar 0,2 jam (12 menit), maka secara teoritis 160 jam kerja/minggu akan menghasilkan 160 jam/minggu x 1 unit / 0,2 jam = 800 unit/minggu. Kapasitas teoritis tidak pernah dapat tercapai, dan karena itu tidak umum dipergunakan dalam penentuan kapasitas.2. Demonstrated Capacity (synonim : Actual Capacity, effective Capacity) merupakan tingkat output yang dapat diharapkan berdasarkan pada pengalaman, yang mengukur produksi secara actual dari pusat kerja diwaktu lalu, yang biasanya diukur menggunakan angka rata-rata berdasarkan beban kerja normal, sebagai contoh : jika suatu pusat kerja menghasilkan rata-rata 650 unit per periode kerja, sedangkan jam kerja standar adalah 0,2 jam per unit produk, maka demonstrated Capacity dihitung sebagai : 650 unit/periode x 0,2 jam standar/unit = 130 jam standar/peride waktu. 3. Rate Capacity (synonim : Calculated Capacity, Nominal Capacity) diukur berdasarkan penyesuaian kapasitis teoritis dengan faktor produktivitas yang telah ditentukan oleh demonstrated capacity dan dihitung melalui penggandaan waktu kerja yang tersedia dengan faktor utilisasi dan efisiensi.

2.11.2. Penentuan Kebutuhan KapasitasPenentuan kebutuhan kapasitas dapat dievaluasi dari tiga segi perencanaan yaitu: 1. Perencanaan Kebutuhan Kapasitas Jangka Panjang Perencanaan kebutuhan kapasitas jangka panjang didasarkan kepada rencana strategi yang diterapkan oleh manjemen puncak dari suatu perusahaan. Perencanaan ini meliputi pengembangan kapital baru (seperti bangunan pabrik, mesin/peralatan, areal gudang dan sebagainya), perencanaan kebutuhan kapasitas jangka panjang sering disebut juga sebagai perencanaan sumberdaya (Resource Planning). 2. Perencanaan Kebutuhan Kapasitas Jangka Menengah Perencanaan kebutuhan kapasitas jangka menengah merupakan suatu langkah diantara rencana produksi dan jadwal induk produksi (JIP), yaitu suatu perencanaan kebutuhan kapasitas secara kasar (Rough Cut Capacity Planning).3. Perencanaan Kebutuhan Kapasitas Jangka Pendek Perencanaan ini merupakan kebutuhan kapasitas yang lebih mendetail untuk setiap stasiun kerja (work center) dalm jangka waktu perencanaan yang singkat. [footnoteRef:14] [14: Ibid p 124]

2.12. Rough Cut Capacity Planning (RCCP)Rough Cut Capacity Planning (RCCP) merupakan urutan kedua dari hierarki perencanaan prioritas kapasitas yang berperan dalam mengembangkan MPS. RCCP melakukan validisasi terhadap MPS yang juga menempati urutan kedua dalam hierarki perencanaan prioritas produksi. Pada dasarnya RCCP didefinisikan sebagai proses konversi dari rencana produksi dan MPS ke dalam kebutuhan kapasitas yang berkaitan dengan sumberdaya kritis seperti : tenaga kerja, mesin, peralatan dan kapasitas gudang. Apabila kapasitas yang dibutuhkan tidak dapat dipenuhi oleh kapasitas yang tersedia, maka ditinjau dahulu kapasitas work center terdebut.[footnoteRef:15] [15: Gasperzs Vincent, . . ., ibid, p. 134 ]

Penanggulangannya dapat dilakukan dengan menjawab pertanyaan di bawah ini : - Apakah kerja lembur diperlukan ? - Apakah penambahan shift perlu dilakukan ? - Apakah sebagian dari pekerjaan disubkontrakkan ? - Apakah penambahan jumlah tenaga kerja atau peralatan produksi diperlukan ? Untuk menghitung jumlah kapasitas yang tersedia dalam satu bulan, dapat dihitung dengan rumus : Kapasitas Stasiun/hari = Jumlah Mesin x Jam Kerja/hari x Utilitas x Efesiensi

10