bab 11 - maha karya hanafi | this wordpress.com … · web viewkeadaan alat genetalia 9 ekstermitas...
TRANSCRIPT
BAB 11
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR MEDIS
1. Pengertian
Labio palato schisis adalah malformasi yang disebabkan oleh gagalnya
prosesus nasal median dan maksilaris untuk menyatu selama perkembangan
embrionik (kapita selekta,jilid 2 ).
Labio palato schisis adalah isura garis tengah pada palatum yang terjadi karena
kegagalan dua sisi untuk menyatu selama perkembangan embrionik.
(www geogle.com)
2. Klasifikasi
Berdasarkan organ terlihat :
Celah bibir (labioschisis)
Celah gusi (gratoschisis)
Langit-langit ( palatoschisis )
Tingkat kelahiran biasa bervariasi mulai dari ringan sampai parah (celah bias
sampai hidung).
Beberapa jenis bibir sumbing yang di ketahui yaitu :
1. Unilateral Inkomplete
Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu sisi bibir dan tidak
memanjang hingga ke hidung.
2. Unilateral Complete
Apabila celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang hingga
ke hidung.
3. Bilateral Complete
Apabila celah sumbing terjadi di ke dua sisi bibir dan memanjang hingga
ke hidung.
3
3. Etiologi
Belum di ketahui pasti. Hipotesis yang di ajukan antara lain :
a) Insufisiensi zat untuk tumbuh kembang organ selama embrional dalam hal
kuatitas (pada gangguan sirkulasi feto-maternal) dan kualitas (defisiensi asam
folat, vitamin C dan zn).
b) Pengaruh obat teratologik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal.
c) Infeksi,khususnya viral ( toksoplasma ) dan klamidal
d) Faktor genetik
e) Kelainan ini juga diduga terjadi akibat lnfeksi virus yang di derita ibu pada
kehamilan trimester pertama.
4. Pathofisiologi
Cacat terbentuk pada trimester pertama kehamilan, prosesnya karena tidak
terbentuknya mesoderm pada daerah tersebut sehingga kembali juga oleh
beberapa etiologi.prosesnya karena kegagalan fusi palatum pada garis tengah dan
kegagalan fusi dengan septum nasi.
4
PATWAY
Insufisiensi zat toksikosis selama infeksi genetik Untuk tumbuh kembang kehamilan
Kegagalan fungsi palatum kegagalan fungsi palatum Pada garis tengah dengan septum nasi
refleks mengisap Asi, yang bayi rewel, adanya sumbing adanya disfungsi adanya terganggu akibat adanya menangis, pada bibir dan tuba eustachi gangguan patologis, pucat, turgor kulit tidak dapat palatum yang dapat me- pertumbuhan jelek, kulit kering, perut beristirahat ngakibatkan ter- anatomi nasokembung, BB menurun. Dengan tenang, jadinya otitis faring, adanya
dan nyaman, media serta garis jahitan sulit mengisap gangguan pada daerah dan menelan Asi resti pendengaran, mulut.
trauma adanya sifat sisi pembedahan kurang me-
Perubahan nutrisi kurang resti trauma sisi nerima,sensitif, dari kebutuhan tubuh pembedahan adanya sumbing gangguan rasa
pada bibir dan nyaman nyeri palatum.
Resti perubahan Menjadi orangtua
Referensi : 1. Ngastinya. 2005. Perawatan anak sakit edisi 2. Jakarta : EGC 2. Doengoes Marlin. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC
5
5. Manifestasi Klinis
a) Refleks mengisap Asi yang terganggu, akibat adanya kondisi pathologis
b) Adanya gangguan pertumbuhan anatomi nasofaring
c) Adanya disfungsi tuba eustachius yang dapat mengakibatkan terjadinya otitis
media, serta gangguan pendengaran.
6. Penatalaksanaan
Keperawatan
- Masalah yang dapat terjadi adalah resiko tersedak
- Ibu harus dilatih untuk memberikan Asi, yang harus diberikan secara hati
– hati dan sering beristirahat jika tetap mengalami kesukaran. Asi dapat di
pompa dan diberikan dengan sedotan sedikit – sedikit. Perhatikan agar
pompa payudara dan gelas penampung Asi selalu diseduh agar tidak
terjadi terkontaminasi.
Medis
- Tindakan operasi pertama di kerjakan untuk menutup celah bibir
berdasarkan kriteria tube of ten yaitu umur > 10 minggu (3 bulan) > 10
pon (5 kg), > 10 gr/dl, leukosit > 10.000/ui.
- Tindakan operasi selanjutnya adalah menutup langitan (palatolasti0. di
kerjakan sedini mungkin (15-24bulan) sebelum anak mampu bicara
lengkap sehingga pusat bicara di otak belum membentuk cara bicara.
- Setelah operasi, anak dapat belajar dari orang lain atau melakukan spech
therapist untuk melatih atau mengajar anak bicara dengan normal.
- Pada umur 8-9 tahun dilakukan operasi penambahan tulang pada celah
alveolus / maksila untuk memungkinkan ablioefodenti mengatur
pertumbuhan gigi di kanan-kiri celah supaya normal.
Pencegahan infeksi.
Menaati praktek pencegahan infeksi terutama kebersihan tangan serta
memakai sarung tangan.
6
Memperhatikan dengan seksam proses yang telah terbukti bermanfaat
untuk dekontaminasi dan pencucian peralatan dan benda kotor,ikuti
dengan sterilisasi dan desinfeksi tingkat tinggi.
Selalu memoerhatikan teknik aseptik sewaktu melakukan tindakan yang
bersifat infasif seperti : suction endotracheal,melakukan penyuntikan obat-
obat pada akses perifer maupun vena central, pemasangan kateter
urine,dll.
B. KONSEP DASAR ASKEP
1. Pengkajian
a) Biodata pasien dan biodata penanggung jawab
b) Riwayat kesehatan masa lalu
Pasien menderita insufisiensi zat untuk tumbuh kembang organ selama masa
embrional.
c) Riwayat kesehatan sekarang
Pengaruh obat tetatologik termasuk jamu dan kontrasepsi
hormonal,kecanduan alkohol.
d) Riwayat keluarga
Anggota keluarga ada yang bibir sumbing.
e) Pemeriksaan Fisik
1 Mata
Keadaan konjungtiva
Keadaan sclera
Keadaan lensa
2 Hidung
Kemampuan penglihatankepekaan penciuman
Adanya polip/hambatan lain pada hidung, adanya pilek.
3 Mulut dan Bibir
Warna bibir
Apakah ada luka
7
Apakah ada kelainan
4 Leher
Keadaan vena jugularis
Apakah ada pembesaran kelenjar.
5 Telinga
Bentuk telinga
Kepekaan pendengaran
Kebersihan telinga
6 Dada
Bentuk dan irama napas
Keadaan jantung dan paru-paru
7 Abdomen
Ada kelainan atau tidak
Bentuknya supel atau tidak
8 Genitalia
Kebersihan daerah genetalia
Ada edema atau tidak
Keadaan alat genetalia
9 Ekstermitas atas dan bawah
Bentuknya normal atau tidak
Tonus otot kuat atau lemah
10 Kulit
Warna kulit
Turgor kulit
f) Pengkajian Perpola
a. Aktivitas / istirahat
Sulit mengisap Asi
Sulit menelan Asi
8
Bayi rewel,menangis
Tidak dapat beristirahat dengan tenang dan nyaman
b. Sirkulasi
Pucat
Turgor kulit jelek
c. Makanan / cairan
Berat badan menurun
Perut kembung
Turgor kulit jelek, kulit kering
d. Neurosensori
Adanya trauma psikologi pada orang tua
Adanya sifat kurang menerima, sensitif
e. Nyaman / nyeri
Adanya resiko tersedak
Disfungsi tuba eustachi
Adanya garis jahitan pada daerah mulut
Tabulasi Data
Sulit mengisap Asi, sulit menelan Asi, bayi rewel,menangis,tidak dapat beristirahat
dengan tenang dan nyaman, pucat,turgor kulit jelek, berat badan menurun, perut
kembung, kulit kering, adanya trauma psikologi pada orang tua,danya sifat menerima
sensitif, adanya resiko tersedak, disfungsi tuba eustachi,adanya garis jahitan pada daerah
mulut, adanya sumbing bibir dan sumbing palatum.
Klasifikasi Data
DS : sulit mengisap Asi, sulit menelan Asi, bayi rewel, menangis, tidak dapat beristirahat
dengan tenang dan nyaman.
DO : pucat, turgor kulit jelek, bert badan menurun, perut kembung, kulit kering, adanya
trauma psikologi padaa orang tua, adanya siat kurang menerima, sensitif, adanya
esiko tersedak, disfungsi tuba eustachi, adanya garis jahitan pada daerah mulut,
adanya sumbing bibir dan sumbing palatum. 9
Analisa Data
No Symptom Etiologi Problem
1
Pre op
DS : sulit mengisap dan menelan
Asi.
DO: pucat, turgor kulit jelek, kulit
kering, perut kembung,BB
menurun
Defek fisik
Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
2 DS: -
DO: adanya trauma psikologi pada
orang tua, adanya sifat kurang
menerima, sensitif, adanya
sumbing pada bibir dan
palatum
Bayi dengan defek
fisisk yang sangat
terlihat
Resiko tinggi
perubahan
menjadi orang tua
3 DS: bayi rewel, menangis, tidak
dapat beristirahat dengan
tenang dan nyaman, sulit
mengisao dan menelan Asi.
DO: adanya garis jahitan pada
daerah mulut
Prosedur
pembedahan,
disfungsi menelan
Resiko tinggi
trauma sisi
pembedan
4
Post op
DS: bayi rewel,menangis
DO: adanya garis jahitan pada
daerah mulut
Insisi bedah
Gangguan
5 DS : -
DO : adanya luka operasi tertutup
kasa
Terpaparnya
lingkungan dan
prosedur invasi
Resti infeksi
PRIORITAS MASALAH
PRE OP : - Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- resti perubahan menjadi orang tua
- resti trauma sisi
pembedahan
POST OP : - gangguan rasa nyaman nyeri
- resti infeksi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
PRE OP
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d defek fisik yang di
tandai dengan :
DS : Sulit mengisap dan menelan Asi
DO : Pucat, turgor kulit jelek, kulit kering,perut kembung, BB menurun
b. Resiko tinggi perubahan menjadi orang tua b/d bayi dengan defek fisik
yang sangat terlihat yang di tandai dengan :
DS : -
DO : Adanya trauma psikologipada orang tua, adanya sifat kurang menerima,
sensitif, adanya sumbing pada bibir dan palatum
c. Resiko tinggi trauma sisi pembedahan b/d prosedur pembedahan,
disfungsi menelan, yang di tandai dengan :
DS : Bayi rewel, menangis, tidak dapat beristirahat dengan tenang dan
nyaman, sulit mengisap dan menelan Asi.
DO : adanya garis jahitan pada daerah mulut
POST OP
d. gangguan rasa nyaman nyeri b/d insisi bedah yang di tandai dengan :
DS : Bayi rewel, menangis
DO : Adanya garis jahitan pada daerah mulut
e. resti infeksi b/d terpaparnya linkungan dan prosedur invasi, yang di tandai
dengan :
DS : -
DO : Adanya luka operasi tertutup kasa 11
No
1
Diagnosa Keperawatan Rencana KeperawatanTujuan Intervensi Rasional
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubah b/d defek fisik yang di tandai : DS: Sulit mengisap dan
menelan Asi DO: Pucat, turgor kulit
jelek,kulit kering, perut kembung, BB menurun
Setelah mendapatkan tindakan keperawatan di harapkan perubahan nutrisi dapat teratasi dengan kriteria : tidak pucat turgor kulit
membaik kulit lembab,
perut tidak kembung
bayi menunjukan penambahan berat badan yang tepat.
1. Bantu ibu dalam menyusui, bila ini adalah keinginan ibu. Posisikan dan stabilkan puting susu dengan baik di dalam rongga mulut.
2. Bantu menstimulasi refleks ejeksi Asi secara manual / dengan pompa payudara sebelum menyusui
3. Gunakan alat makan khusus, bila menggunakan alat tanpa puting. (dot, spuit asepto) letakan formula di belakang lidah
4. Melatih ibu untuk memberikan Asi yang baik bagi bayinya
5. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan, apabila di pulangkan
6. kolborasi dengan ahli gizi.
1. Membantu ibu dalam memberikan Asi dan posisi puting yang stabil membentuk kerja lidah dalam pemerasan susu.
2. Karena pengisapan di perlukan untuk menstimulasi susu yang pada awalnya mungkin tidak ada
3. Membantu kesulitan makan bayi, mempermudah menelan da mencegah aspirasi
4. Mempermudah dalam pemberian Asi
5. Untuk mencegah terjadinya mikroorganisme yang masuk
6. Untuk mendapatkan nutrisi yang seimbang
11
No
2
Diagnosa Keperawatan Rencana KeperawatanTujuan Intervensi Rasional
Cemas / resiko tinggi perubahan menjadi orang tua b/d bayi dengan defek fisik yang sangat terlihat, yang di tandai dengan : DS : -DO : Adanya trauma
psikologi pada orang tua, adanya sifat kurang menerima, sensitif, adanya sumbing pada bibir dan palatum
Setelah mendapatkan tindakan keperawatan di harapkan resti perubahan menjadi orang tua tidak terjadi dengan kriteria : pasien dan
keluarga menunjukan penerimaan terhadap bayi
keluarga mendiskusikan perasaan dan kekhawatiran mengenai defek anak, perbaikannyadan proses masa depan
1. Berikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan
2. tunjukan sikap penerimaan terhadap bayi dan keluarga
3. tunjukan dengan perilaku bahwa anak adalah manusia yang berharga
4. gambarkan hasil perbaikan bedah terhadap defek,gunakan foto hasil yang memuaskan
5. anjurkan pertemuan dengan orang tua lain yang mempunyai pengalaman serupa dan dapat menghadapinya dengan baik.
6. menganjurkan orangtua untuk selalu menjaga kesehatan bayinya
1. Mendorong koping keluarga
2. Meredam sikap sensitif orangtua terhadap sikap sensitif orang lain
3. Mendorong penerimaan terhadap bayi
4. Untuk mendorong adanya pengharapan
5. Membantu orangtua mendiskusikan kekhawatirannya, berbagi pengalaman swehingga timbulnya sifat menerima terhadap bayi
6. Untuk mencegah terjadinya defek pada bayi
12
No
3
Diagnosa Keperawatan Rencana KeperawatanTujuan Intervensi Rasional
Resiko tinggi trauma sisi pembedahan b/d prosedur pembedahan, disfungsi menelan, yang di tandai dengan : DS : Bayi rewel,
menangis,tidak dapat beristirahat dengan tenang dan nyaman, sulit mengisap dan menelan Asi.
DO : adanya garis jahitan pada daerah mulut
Setelah mendapatkan tindakan keperawatan di harapkan trauma sisi pembedahan tidak terjadi dengan kriteria : bayi tidak rewel
dan menangis Bayi dapat
beristirahat dengan tenang dan nyaman, dapat menelan Asi denagan baik.
1. Beri posisi leher yang miring atau duduk
2. Pertahankan alat pelindung bibir. Gunakan teknik pemberian makan nontraumatik.
3. Gunakan paket restrain pada bayi
4. Hindarkan menempatkan objek di dalam mulut setelah perbaikan kateter mengisap. Spatel lidah sedalam dot atau pendek kecil.
5. Jaga agar bayi tidak menangis dengan jelas dan terus menerus
6. Bersihkan garis jahitan dengan perlahan setelah memberi makan dan jika perlu sesuai instruksi dokter
7. Ajar tentang pembersihan dan prosedur restrain khususnya bila bila bayi akan di pulangkan sebelum jahitan di lepas.
1. Mencegah trauma pada sisi operasi
2. Melindungi garis jahitan dan meminimalkan resiko trauma.
3. Mencegahnya agr tidak berulang dan menggaruk wajahnya
4. Mencegah trauma pada sisi operasi
5. Menangis dapat menyebabkan tegangan pada jahitan
6. Mencegah terjadinya infeksi dan inflamasi yang mempengaruhi penyembuhan
7. Meminimalkan terjadinya
komplikasi setelah pulang.
13
No
4
Diagnosa Keperawatan Rencana KeperawatanTujuan Intervensi Rasional
gangguan rasa nyaman nyeri b/d insisi bedah yang di tandai dengan : DS : Bayi rewel dan
menangis DO : Adanya garis jahitan
pada daerah mulut
Setelah mendapatkan tindakan keperawatan di harapkan masalah nyeri dapat terkontrol dengan kriteria : Bayi tidak rewel Tidak menangis Bayi mengalami
tingkat kenyamana yang optimal
Bayi tampak nyaman dan istirahat dengan tenang.
Observasi 1. Kaji tanda-tanda vital,
perhatikan tackikardi dan peningkatan pernapasan.
2. Kaji penyebab ketidaknyamanan yang mungkin selain dari prosedur operasi
3. Kaji skala nyeri, catat lokasi, intensitas nyeri
Mandiri 4. Anjurkan keluarga untuk
melakukan masase ringan
Penkes5. Jelaskan orangtua atau
keluarga untuk terlibat dalam perawatan bayi
6. Kolaborasi, berikan analgesik / sedatif sesuai instruksi.
1. Dapat menidentifikasikan rasa sakit akut dan ketidak nyamanan
2. Ketidak nyamanan mungkin di sebabkan oleh adanya proses inflamasi
3. Membantu mengetahui derajat ketidak nyamana dan keefektifan analgesik sehingga memudah dalam memberi tindakan
4. Mengurangi rasa nyeri
5. Memberi rasa aman dan nyaman
6. Analgesik menelan SSP yang memberi respon pada observasi nyeri
14
No
5
Diagnosa Keperawatan Rencana KeperawatanTujuan Intervensi Rasional
Resti infeksi b/d terpaparnya lingkungan dan prosedur invasi yang di tandai dengan : DS : - DO : Adanya luka operasi
tertutup kasa
Setelah mendapatkan tindakan keperawatan diharapkan masalah resti infeksi tidak terjadi dengan kriteria : - luka sembuh dan
tidak tertutup kasa
Observasi 1. Kaji tanda-tanda vital.
2. Kaji tanda-tanda infeksi
Mandiri3. Jaga area kesterilan luka
operasi
4. Lakukan aseptik dan desinfeksidalam perawatan luka
5. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan perawatan luka.
Penkes6. Menjelaskan kepada
keluarga untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan bebas dari kontaminasi dari luar
7. Menjelaskan kepada keluarga untuk menjaga kebersihan luka
Kolaborasi 8. Kolaborasi dengan
medis untuk pemberian obat yang sesuai
(antibiotik )
1. Menentukan intervensi selanjutnya.
2. Membantu tindakan yang tepat
3. Mencegah dan mengurangi transmisi kuman
4. Mencegah kontaminasi patogen
5. Melindungi dari sumber infeksi, mencegah infeksi silang
6. Mengurangi kontaminasi pasien dari agen infeksius
7. Menjaga kesterilan luka
8. Membantu mencegah infeksi.
15
MAKALAH KEPERAWATAN ANAK
LABIO PALATO SCHISIS
OLEH :
MARTA PAULIN MUDAJ TINGKAT II. B
DEPARTEMEN KESEHATAN RIPOLITEKNIK KESEHATAN DEPKES KUPANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ENDE 2010
Kata pengantar
Puji dan syukur, penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul ”LABIO
PALATO SCHISIS” Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak terlepas dari
beberapa hambatan dan kesulitan akibat kurangnya tersedia literatur yang mendukung
sebagai acuan penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, oleh karena
itu penulis mengucapkan limpah terima kasih kepada :
1. Stanislaus Nong Selung,spd.Amk. selaku PJS studi keperawatan Ende yang
memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun menyelesaikan
makalah ini.
2. Ns. Raimunda Woga S. Kep M, Kep, selaku Dosen Mata Kuliah Keperawatan
Medikal Bedah 3.
3. Teman-teman kelompok yang telah membantu dalam penusunn makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka segala kritik
dan saran yang membangun sangat penulis harapkan guna penyempurnaan isi makalah
ini.
Akhirnya penulis harapkan agar makalah ini dapat bermanfaat.
Ende, Mei 2010
Penulis
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kasus bibir sumbing dan celah langit-langit merupakan cacat bawaan yang
masih menjadi masalah di tengah masyarakat. Di lakukan penelitian pada 126
penderita yang di lakukan operasi secara gratis pada bayi, anak maupun dewasa.
Pada dasarnya kelainan bawaan dapat terjadi pada mulut, yang biasa di sebut
labio palato schisis. Kelainan di duga terjadi akibat infeksi virus yang di derita ibu
pada kehamilan trimester 1. jika hanya terjadi sumbing pada bibir, bayi tidak akan
banyak mengalami gangguan karena masih dapat diberi minum dengan dot biasa.
Bayi dapat mengisap dot dengan baik asal dotnya diletakan di bagian bibir yang tidak
sumbing.
Kelaianan bibir ini dapat segera di perbaiki dengan pembedahan. Bila sumbing
mencakup pula palatum mole / palatum durum, bayi akan mengalami kesukaran
minum, walau[pun bayi dapat mengisap namun bahaya tersedak mengancam. Bayi
dengan kelainan bawaan ini akan mengalami gangguan pertumbuhan karena sering
menderita infeksi saluran pernapasan akibat aspirasi. Keadan umur yang kurang baik
juga akan menunda tindakan untuk memperbaiki kelainan tersebut.
B. TUJUAN PENULISAN
1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa/i dapat mengetahui dan memahami tentang konsep medik
serta dapat memberikan pelayanan keperawatan dengan baik dan benar melalui
pendekatan proses keperawatan
2 Tujuan Khusus
Agar mahasiswa/i mampu :
2.1 menjelaskan pengertian, patofisiologi, pemeriksaan fisisk serta
Penatalaksanaan1
2.2 menyebutkan etiologi, manifestasi klinis dan komplikasi
2.3 menyusun pengkajian dan merumuskan diagnosa keperawatan
C. METODE PENULISAN
Adapun metode penulisan yang di gunakan dalam penyususnan laporan ini yaitu :
a. Metode kepustakaan
Yaitu : dengan refrensi dari berbagai sumber baik itu dari buku maupun materi
yang di peroleh dari internet
b. Metode konsultasi
Yaitu : konsultasi dengan dosen pembimbing untuk penyempurnaan laporan ini
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun metode penulisan yang di gunakan dalam oenyusuna laporan ini yaitu :
BAB 1 : PENDAHULUAN
Terdiri atas : latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika
penulisan.
BAB 2 : ISI
Terdiri atas : konsep dasar medis dan konsep dasar askep
BAB 3 : PENUTUP
Terdiri atas : kesimpulan dan saran
2 BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Labio palato schisis merupakan kongenital anamali yang berupa adanya kelainan
bentuk pada stuktur wajah. Kelainan sumbing selain mengenai bibir juga bisa
mengenai langit-langit. Berbeda pada kelainan bibir yang terlihat secara estefik,
kelainan sumbing langit-langit lebih berefek kepada fungsi mulut seperti menelan,
makan,minum dan bicara. Keadaan ini menyebabkan intake minum / makanan yang
masuk menjadi kurang dan jelas berefek terhadap pertumbuhan dan
perkembangannya, selanjutnya mudah terkena infeksi saluran nafas atas ksrena
terbukanya palatum tidak ada batas antara hidung dan mulut, bahkan infeksi bisa
menyebar sampai ke telinga.
B. SARAN
1. Bagi perawat
Agar dapat memberi ASKEP pada klien labio palato schisis melalui pendekatan
proses keperawatan semaksimal mungkin
2. Bagi masyarakat
Agar selalu memperhatikan kesehatan diri dan lingkungan apabila di temukan
tanda dan gejala labio palati schisis, maka segera memeriksakan diri ke fasilitas
kesehatan terdekat sehingga dapat di obati segera.
16DAFTAR ISI
Halaman judul .....................................................................................................................I
Kata pengantar ....................................................................................................................II
Daftar isi ............................................................................................................................III
BAB I: PENDAHULUAN
A.Latar belakang .................................................................................................................1
B.Tujuan penulisan .............................................................................................................1
C.Metode penulisan ............................................................................................................2
D.Sistematika penulisan .....................................................................................................2
BAB II: TINJAUAN TEORITIS
A.Konsep dasar Medis ........................................................................................................3
B.Konsep dasar ASKEP .....................................................................................................7
BAB III: PENUTUP
A.Kesimpulan ...................................................................................................................16
B.Saran ..............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer Arif.2001.Kapita selekta kedokteran,edisi ketiga jilid I.
Jakarta:EGC
Dongoes Marylin.1999.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC
WWW.geogle.com