aparatur pemerintah - kementerian … · web viewkeadaan tersebut dan perkembangan komposisi...

98
APARATUR PEMERINTAH

Upload: vananh

Post on 09-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

APARATUR PEMERINTAH

Page 2: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat
Page 3: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

BAB XXII

APARATUR PEMERINTAH

A. PENDAHULUAN

Sasaran upaya pendayagunaan aparatur pemerintah pada tahun keempat Repelita V terarah pada penyempurnaan seluruh unsur sistem administrasi pemerintahan, baik aspek kelembagaan, aspek kepegawaian maupun aspek ketatalaksanaannya, termasuk sistem dan administrasi perencanaan, pembiayaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengawasan. Upaya tersebut merupakan kelanjutan dari langkah-langkah tahun-tahun sebelumnya; bertujuan untuk menciptakan aparatur yang lebih berdaya guna, berhasil guna, bersih dan berwibawa; mampu melaksanakan tugas-tugas pemerintahan umum dan pembangunan yang dilandasi semangat dan sikap pengabdian bagi negara dan masyarakat, serta sanggup menum-buhkan prakarsa dan peran serta aktif masyarakat. Keseluruhannya itu merupakan bagian tak terpisah dari keseluruhan strategi, kebijaksanaan dan rencana pembangunan nasional yang didasarkan dan merupakan pengamalan Pancasila dan UUD 1945.

XXII/3

Page 4: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

B. PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PENDAYA-GUNAAN APARATUR PEMERINTAH

Langkah-langkah pendayagunaan aparatur Pemerintah dalam tahun keempat Repelita V didasarkan pada Keputusan Presiden No. 13 Tahun 1989 tentang Rencana Pembangunan Lima Tahun Kelima (Repelita V). Rencana tersebut secara operasional kemudian dituangkan antara lain ke dalam Keputusan Menteri Negara Pendaya-gunaan Aparatur Negara No. 90 Tahun 1989 tanggal 7 Juni 1989 sebagai pemacu prioritas program Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN). Keputusan tersebut menetapkan 8 sasaran pokok (1) Pelaksanaan Pengawasan Melekat; (2) Penerapan Analisis Jabatan; (3) Penyusunan Jabatan Fungsional; (4) Peningkatan Mutu Kepemimpinan Aparatur; (5) Penyederhanaan Prosedur Kepegawaian; (6) Penyederhanaan Tatalaksana Pelayanan Umum; (7) Sistem Informasi Administrasi Pemerintahan; (8) Penitikberatan Otonomi di Daerah Tingkat II. Dalam pada itu langkah-langkah pendayagunaan dalam bidang kelembagaan, kepegawaian, ketatalaksanaan, sistem perencanaan dan pemantauan, badan usaha milik negara, pengawasan dan penertiban operasional, disiplin aparatur dan tertib hukum, serta kearsipan dan penelitian aparatur terus direncanakan secara konsisten.

1. Pendayagunaan Kelembagaan

Pendayagunaan kelembagaan meliputi langkah-langkah penataan kembali susunan organisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Desa, hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah, serta perwakilan Republik Indonesia di luar negeri. Semuanya ini bertujuan agar wewenang, tanggung jawab, tugas dan fungsi dari setiap urusan lembaga-lembaga pemerintahan menjadi lebih jelas dan tidak tumpang tindih. Dengan langkah-langkah tersebut diharapkan aparatur Pemerintah benar-benar dapat menampung beban dan tuntutan kerja, dalam rangka melaksanakan pembangunan dan meningkatkan pelayanan bagi masyarakat secara lebih berdaya guna dan berhasil guna.

XXII/4

Page 5: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

a. Aparatur Pemerintah Pusat

Dalam tahun keempat Repelita V, susunan beberapa organisasi pemerintahan telah mengalami penataan kembali. Langkah tersebut berupa pembentukan baru, penghapusan ataupun penyempurnaan organisasi yang didasarkan pada Keppres No. 44 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Organisasi Departemen. Penataan organisasi yang telah dilakukan dalam tahun keempat Repelita V meliputi antara lain penyempurnaan organisasi Departemen Dalam Negeri (Keppres No. 27 Tahun 1992); pembentukan pengadilan Tata Usaha Negara (TUN) di Pontianak, Banjarmasin dan Manado (Keppres No. 41 Tahun 1992); pembukaan Konsulat RI di Ho Chi Minh, Vietnam (Keppres No. 45 Tahun 1992); penyempurnaan Organisasi Departemen Pertambangan dan Energi (Keppres No. 67 Tahun 1992); pembentukan Pengadilan Negeri di Maliana (Keppres No. 15 Tahun 1993), dan pembentukan pengadilan Tata Usaha Negara (TUN) di Kupang, Ambon dan Jayapura (Keppres No. 16 Tahun 1993).

Tabel XXII-1 memuat sejumlah Departemen dan Lembaga Pemerintah non Departemen (LPND) yang selama jangka waktu 1988/894992/93 telah melakukan penataan organisasi, disertai keterangan tentang dasar hukum penataan organisasi tersebut.

b. Aparatur Pemerintah Daerah dan Desa

Pendayagunaan aparatur Pemerintah Daerah dimaksudkan untuk, pertama, mewujudkan aparatur daerah yang mampu, efektif, efisien, bersih dan berwibawa dalam melaksanakan tugas pemerintahan umum .dan pembangunan daerah. Kedua, untuk mewujudkan keserasian dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban pemerintahan dan pembangunan di daerah, sesuai dengan asas-asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan (medebewind). Dalam rangka pelaksanaan Undang-undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, telah dilakukan berbagai langkah pemantapan organisasi, antara lain dengan

XXII/5

Page 6: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

TABEL XXII – 1

PENATAAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJAAPARATUR PEMERINTAH,

1988/89 – 1992/93

XXII/6

Page 7: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

(Lanjutan Tabel XXII-1)

XXII/7

Page 8: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

(Lanjutan Tabel XXII-1)

XXII/8

Page 9: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

(Lanjutan Tabel XXII-1)

XXII/9

Page 10: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

XXII/10

Page 11: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

(Lanjutan Tabel XXII-1)

XXII/11

Page 12: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

(Lanjutan Tabel XXII-1)

XXII/12

Page 13: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

dibentuknya Sekretariat Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tingkat I dan II, Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah, serta Dinas-dinas Daerah. Telah ditetapkan pula Organisasi Kecamatan serta Organisasi Sekretariat Wilayah Pemerintah Kecamatan berdasarkan tipe-tipe kecamatan, sesuai dengan kondisi kecamatan bersangkutan. Pada tahun keempat Repelita V, perencanaan pembangunan daerah lebih didayagunakan dengan meningkatkan hubungan konsultatif fungsional antara Bappenas dengan Bappeda melalui beberapa pertemuan langsung baik dalam Konsultasi Nasional (Konas) maupun dalam pertemuan-pertemuan lainnya. Dalam pertemuan tersebut dilakukan pembahasan mengenai masalah, prioritas serta sasaran-sasaran pembangunan di tiap daerah.

Sementara itu, untuk mendukung pembinaan pendapatan daerah, telah dikembangkan Manual Pendapatan Daerah (MAPATDA) di 26 Propinsi, meliputi 293 Dati II dan 34 Kota Administratip (Kotip), sebagai realisasi Kepmendagri No. 23/1989 dan No. 102/1990. Pelaksanaan MAPATDA tersebut ditindaklanjuti dengan penggunaan komputer untuk Tahap I di 22 Dati I, 42 Dati II dan 2 Kotip. Dalam rangka pembinaan kekayaan daerah, telah ditetapkan berbagai Keputusan Mendagri mengenai barang daerah. Kemudian, dalam rangka menyusun Buku Induk Inventarisasi B-I dan B-II telah dilakukan langkah-langkah untuk memanfaatkan hasil inventarisasi barang-barang Daerah I, II, Kelurahan/Desa, Depdagri dan barang-barang Departemen lainnya yang digunakan oleh Pemerintah Daerah. Dalam hubungan itu, pembinaan terhadap bendaharawan umum dan barang di Dati I dan II terus ditingkatkan antara lain dengan penataran sensus barang daerah di 21 Propinsi dan penyediaan tenaga pengajar/penatar yang bermutu.

Dalam rangka pendayagunaan administrasi Pemerintahan Desa, sejak diterbitkannya Undang-undang No. 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, telah diambil langkah-langkah yang bertujuan meningkatkan kemampuan aparatur pemerintah desa dalam rangka pelaksanaan tugas pembangunan desa, termasuk peningkatan

XXII/13

Page 14: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

sumber keuangan asli desa dan pengelolaannya serta penyusunan Anggaran Penerimaan dan Pengeluaran Keuangan Desa (APPKD). Hal tersebut dilakukan antara lain dengan kegiatan pelatihan pengurus Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), pelatihan Kader Pembangunan Desa dan Pelatihan Kepala Desa. Tidak diabaikan pula pembinaan Unit Daerah Kerja Pembangunan (UDKP) dalam rangka pendayagunaan aparatur kecamatan.

Hasil-hasil lain yang telah dicapai dalam bidang pembangunan daerah dan desa sampai dengan tahun keempat Repelita V dapat dilihat dalam Bab XIV tentang Pembangunan Daerah, Desa dan Kota dalam Lampiran Pidato ini.

c. Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah

Saling hubungan dan kerja sama aparatur Pemerintah Pusat dan Daerah dalam menyelenggarakan berbagai urusan makin serasi dan meningkat. Peranan Pemerintah Daerah dalam mengelola keuangan dan pendapatan daerah terus ditingkatkan dan disempurnakan, antara lain dalam hal: (a) mobilisasi dana yang digali dari potensi daerah sendiri secara wajar dan tertib serta dengan berwawasan kesatuan yang berlandaskan prinsip otonomi daerah yang lebih nyata dan bertanggung jawab; (b) penyempurnaan kebijaksanaan subsidi bantuan pinjaman yang dapat mendorong peningkatan pendapatan Pemerintah Daerah dan masyarakat daerah setempat; (c) peningkatan kemampuan organisasi; (d) desentralisasi dalam perencanaan program serta pengambilan keputusan dalam memilih proyek-proyek daerah dan pelaksanaannya; dan (e) perbaikan sistem pemantauan agar pelaksanaan dan hasil-hasil pembangunan dapat dioptimalkan.

Sampai dengan tahun keempat Repelita V, langkah pendayagu-naan mengenai hubungan pusat dan daerah terus ditingkatkan, antara lain berupa penyerahan beberapa urusan kepada daerah seperti Urusan Lalu Lintas Angkutan Jalan (PP No. 22 Tahun 1990). Sistem koordinasi penyelenggaraan pemerintahan di daerah yang dituangkan

XXII/14

Page 15: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

dalam PP No. 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi kegiatan Instansi Vertikal di Daerah, dimaksudkan untuk meningkatkan keserasian pelaksanaan serta keberhasilan pembangunan. Selanjutnya, telah ditetapkan pula PP No. 45 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah dengan titik berat pada Daerah Tingkat II, yang merupakan langkah maju untuk lebih memantapkan penyelenggaraan otonomi daerah yang nyata, dinamis dan bertanggung jawab. Menurut PP tersebut semua urusan pemerintahan dapat diserahkan kepada Pemerintah Daerah; kecuali bidang pertahanan keamanan, bidang peradilan, bidang luar negeri, bidang moneter, sebagian urusan pemerintahan umum yang menjadi wewenang, tugas dan kewajiban Kepala Wilayah, serta urusan pemerintahan lainnya yang secara nasional akan lebih berdaya guna dan berhasil guna apabila tetap diurus oleh Pemerintah Pusat. Sebelum itu, dalam rangka pelaksanaan UU No. 5 Tahun 1974, telah dilakukan pula penyerahan sebagian urusan pemerintahan kepada Pemerintah Daerah sehingga menjadi urusan rumah tangganya, antara lain mengenai: (1) Urusan Perkebunan Besar (PP No. 22 Tahun 1979); (2) Urusan Pariwisata (PP No. 24 Tahun 1979); (3) Urusan Pekerjaan Umum (PP No. 14 Tahun 1987); (4) Urusan Pertambangan Bahan galian Golongan C (PP No. 57 Tahun 1986) dan (5) Urusan Kesehatan (PP No. 7 Tahun 1987).

Dalam rangka pembinaan keuangan daerah telah diambil langkah-langkah untuk meningkatkan kemampuan daerah dalam menggali dan mengelola sumber dana untuk membiayai urusan pemerintahan daerah, termasuk sumber pendapatan yang berdasarkan hubungan pusat dan daerah. Untuk itu telah ditetapkan antara lain beberapa ketentuan tentang Pajak Bumi dan Bangunan (UU No. 12 Tahun 1985) dan Pembagian Hasil Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (PP No. 47 Tahun 1985), Pedoman Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (Permendagri No. 3 Tahun 1991), Pedoman Pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (Permendagri No. 4 Tahun 1991), Sumbangan Sebagian Hasil Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor kepada Dati II (Kepmendagri No. 30 Tahun 1991), Tarip Kendaraan

XXII/15

Page 16: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

Bermotor (Kepmendagri No. 97 Tahun 1991), serta Pedoman Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C (Kepmendagri No. 32 Tahun 1991), pembagian hasil iuran kepada daerah berupa Iuran Hasil Hutan/IHH (Kepmendagri No. 90/1991) dan iuran pertambangan (Kepmendagri No. 73-161 dan Inmendagri No. 2 Tahun 1992). Selain itu, telah diupayakan pula peningkatan retribusi daerah, antara lain retribusi sumber air (Keputusan Bersama Dirjen PUOD, Dirjen Minyak dan Gas Bumi, dan Dirjen Pengairan No. KEP-4802/M/1991; 97 4-7 18 .10 7 .K/1 01 /DDJM /91 ; 137/KPTS/A/1991) dan retribusi terminal angkutan penumpang (Kepmendagri No. 82 Tahun 1992).

Langkah-langkah tersebut telah berhasil meningkatkan jumlah maupun komposisi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Jumlah PAD seluruh Daerah Tingkat I terus meningkat, masing-masing Rp 814,156 miliar TA 1988/89, Rp 1.041,487 miliar TA 1989/9.0, Rp 1.438,308 miliar TA 1990/91, Rp 1.604,037 miliar TA 1991/92. Penghitungan PAD TA 1992/93 masih dalam proses penyelesaian.

2. Pendayagunaan Kepegawaian

Pendayagunaan kepegawaian dalam tahun keempat Repelita V tetap ditujukan pada penyempurnaan sistem administrasi, kesejahteraan dan peningkatan kualitas unsur sumber daya manusia dalam seluruh sistem aparatur pemerintahan. Kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut :

a. Penetapan Formasi dan Pengadaan Pegawai Negeri Sipil

Tujuan penetapan formasi pegawai adalah agar satuan-satuan organisasi pemerintah mempunyai jumlah dan mutu pegawai yang cukup, sesuai dengan beban kerja satuan organisasi tersebut. Sebelum Repelita V, penyusunan formasi didasarkan pada kemam-puan keuangan negara sehingga kurang memperhatikan asas efisiensi

XXII/16

Page 17: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

dan efektifitas. Sejak tahun pertama Repelita V, penetapan formasi pegawai tidak hanya didasarkan pada kemampuan keuangan negara, tetapi sudah mulai didasarkan pada kebutuhan nyata satuan unit kerja sesuai dengan hasil analisis jabatan. Dengan demikian dapat diharapkan formasi pegawai benar-benar mencerminkan kebutuhan nyata sehingga efisiensi penggunaan keuangan negara juga dapat ditingkatkan. Untuk mendukung kebijaksanaan di atas, pelatihan mengenai analisis jabatan terus ditingkatkan dan diikuti instansi Pemerintah yang semakin luas. Adapun perkembangan tambahan formasi pegawai negeri sipil pada tahun 1989/90 164.173 orang, tahun 1990/91 89.598 orang, tahun 1991/92 sebanyak 90.000 orang, dan tahun 1992/93 sebanyak 84.000 orang. Dengan penambahan formasi tersebut, maka jumlah pegawai negeri sipil pada tahun keempat Repelita V adalah sebanyak 4.009.347 orang, terdiri dari golongan I, II, III, dan IV masing-masing sejumlah 616.502 orang (15,4%), 2.704.470 orang (67,4%), 652.959 orang (16,3%), dan 35.41¢ orang (0.9%). Sedangkan komposisi menurut pendidikan pada tahun keempat Repelita V terdiri dari SD, SLTP, SLTA, Sarjana Muda/DII-DIII, dan Sarjana (S1, S2, S3) masing-masing sejumlah 548.623 orang (13,7%), 406.746 orang (10,1%), 2.355.576 orang (58,8%), 396.343 orang (9,9%) dan 302.059 orang (7,5%). Keadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat dilihat lebih jauh pada Tabel XXII-4.

b. Pembinaan Karier Pegawai Negeri Sipil

Tujuan pembinaan karier pegawai negeri sipil adalah untuk menempatkan pegawai yang sesuai, pada jabatan yang tepat berdasar-kan sistem karier dan sistem prestasi kerja, sehingga dapat dicapai produktivitas yang optimal. Pelaksanaan pembinaan karier ini dilakukan melalui kenaikan pangkat, penilaian pelaksanaan pekerja-an, penerapan disiplin pegawai, pengembangan jabatan fungsional serta pendidikan dan pelatihan pegawai.

XXII/17

Page 18: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

(1) Kenaikan Pangkat Otomatis

Sejak Repelita IV telah dilaksanakan Kenaikan Pangkat Otomatis (KPO), khususnya untuk pegawai yang menjabat tenaga pendidik dan tenaga pelayan kesehatan. Dalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah ditetapkan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga SD; 488:315 guru TK, SMTP, SMTA, Penilik dan Pengawas; 234.885 guru agama, penjaga Madrasah Ibtidaiyah, Penilik dan Pengawas; serta 211.249 tenaga medis dan paramedis. Pada tahun ketiga Repelita V jumlah KPO mengalami kenaikan menjadi 2.882.287 meliputi 1.911.699 Guru dan Penjaga SD; 505.733 Guru, Penilik dan Pengawas TK/SMTP/SMTA; 242.111 Guru Agama, Penilik/Pengawas dan Penjaga MI/MTS/MA; serta 222.744 tenaga medis dan paramedis. Sedangkan pada tahun keempat Repelita V pegawai yang memperoleh KPO meningkat lagi menjadi sebanyak 3.351.630 pegawai meliputi 2.216.721 Guru dan penjaga SD; 605.396 Guru, Penilik/Pengawas dan Penjaga TK/SMTP/SMTA; 273.516 Guru Agama, Penilik/Pengawas dan Penjaga MI/MTS/MA; serta 255.997 tenaga medis dan paramedis.

(2) Pengembangan Jabatan Fungsional

Pengembangan jabatan fungsional terus dilakukan, agar karier pegawai negeri sipil tidak terhambat karena terbatasnya jabatan struktural. Dengan adanya jabatan fungsional, para pegawai negeri sipil yang bertugas dalam bidang bukan struktural tertentu juga akan memperoleh kepastian dalam kariernya. Dengan demikian diharapkan mereka akan terdorong untuk terus meningkatkan prestasi dan kemampuan profesionalnya.

Pengangkatan pegawai yang menduduki jabatan fungsional didasarkan pada persyaratan dan peraturan yang juga berlaku bagi pegawai negeri sipil lainnya. Sedangkan kenaikan pangkatnya, sesuai dengan Pasal 12 PP No. 3 Tahun 1980, selain didasarkan pada persyaratan yang telah ditentukan, juga harus didasarkan pada

XXII/18

Page 19: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

pemenuhan angka kredit yang ditetapkan oleh Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dengan memperhatikan usulan pimpinan instansi yang bersangkutan setelah mendengar pertimbangan Kepala BAKN.

Sampai dengan akhir Repelita IV telah dikembangkan 20 jabatan fungsional. Kemudian dalam tahun pertama, kedua, dan ketiga Repelita V telah dikembangkan masing-masing sebanyak 18, 10 dan 2 jabatan fungsional. Sedangkan pada tahun keempat Repe-lita V dikembangkan sebanyak 2 jabatan fungsional, yaitu Pemeriksa Paten (Kep. MENPAN No. 133/1992) dan Pemeriksa Merek (Kep. MENPAN No. 03/1993). Dengan demikian hingga tahun keempat Repelita V secara keseluruhan telah dikembangkan sebanyak 52 jabatan fungsional.

Dari 52 jabatan fungsional tersebut, 27 di antaranya telah mendapat tunjangan jabatan fungsional dari Departemen Keuangan, dan sisanya sebanyak 25 masih dalam proses penyelesaian.

(3) Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan (Diklat) pegawai negeri sipil bertujuan untuk: (a) meningkatkan kemampuan dan keterampilan pegawai agar dapat melaksanakan tugasnya secara lebih efisien dan efektif; (b) mengembangkan kesatuan berpikir dan kesatuan bahasa guna menimbulkan kesatuan langkah, kegiatan dan kerja sama dalam menanggapi masalah-masalah dan melaksanakan pekerjaan. Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 1972 mengatur ruang lingkup tugas dan tanggung jawab pelaksanaan pembinaan pendidikan dan pelatihan antara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Tenaga Kerja dan Lembaga Administrasi Negara. Kemudian dengan Instruksi Presiden No. 15 Tahun 1974 yang disempurnakan dengan Keppres No. 20 Tahun 1989, Lembaga Administrasi Negara diberi tugas dan tanggung jawab pembinaan pendidikan dan pelatihan khusus untuk pegawai negeri sipil.

XXII/19

Page 20: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

Berbagai jenis diklat pegawai negeri sipil yang dikembangkan dan terus ditingkatkan meliputi diklat prajabatan dan diklat dalam jabatan. Penyelenggaraan diklat prajabatan bagi calon pegawai negeri telah dilakukan secara makin teratur sejalan dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 30 Tahun 1981. Sementara itu, diklat dalam jabatan yang diperuntukkan bagi pegawai negeri terdiri dari diklat penjenjangan dan diklat non penjenjangan atau diklat khusus. Diklat penjenjangan terdiri dari Sekolah Pimpinan Administrasi Tingkat Dasar (SEPADA), Sekolah Pimpinan Administrasi Tingkat Lanjutan (SEPALA), Sekolah Pimpinan Administrasi Tingkat Madya (SEPA-DYA), Sekolah Staf dan Pimpinan Administrasi/Nasional (SESPA/ SESPANAS). Sedangkan diklat non penjenjangan meliputi antara lain kursus-kursus organisasi dan metode, teknik-teknik manajemen, perencanaan pembangunan, manajemen proyek, manajemen perusahaan negara, pengawasan, analisis jabatan, analisis kebijak-sanaan dan diklat khusus lainnya. Di samping diklat penjenjangan dan diklat non penjenjangan, bagi pegawai negeri dimungkinkan pula untuk mengikuti program pendidikan S-2 dan S-3 secara selektif di dalam atau di luar negeri.

(a) Diklat Prajabatan

Selama tahun keempat Repelita V, Diklat Prajabatan ini di-ikuti oleh 21.481 orang; terdiri dari Prajabatan tingkat I , II dan III masing-masing sebanyak 2.099 orang, 15.225 orang, dan 4.157 orang. Dengan demikian, sejak tahun pertama hingga tahun keempat Repelita V Diklat Prajabatan telah diikuti oleh 82.028 orang, terdiri dari Prajabatan Tingkat I sebanyak 15.019 orang, Tingkat II 41.563 orang, dan Tingkat III sebanyak 25.446 orang. Pelaksanaan Diklat Prajabatan didasarkan pada Keputusan Presiden No. 30 Tahun 1981 tentang Latihan Prajabatan, yang mewajibkan setiap Calon Pegawai Negeri Sipil mengikuti Diktat Prajabatan tersebut.

(b) Diklat Dalam Jabatan

Pelaksanaan diklat dalam jabatan baik yang bersifat

XXII/20

Page 21: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

penjenjangan maupun yang non penjenjangan terus ditingkatkan. SESPA/SESPANAS diselenggarakan oleh Lembaga Administrasi Negara (LAN), diikuti peserta dari Departemen, LPND, BUMN/D, dan Pemerintah Daerah. Penyelenggaraan SESPA termasuk SESPANAS pada tahun keempat Repelita V mencakup 8 angkatan dan seluruhnya diikuti oleh 356 orang. Sehingga sejak tahun pertama hingga tahun keempat Repelita V telah diselenggarakan sebanyak 65 angkatan yang diikuti oleh 2.333 orang seperti tampak dalam Tabel XXII-2.

Pada tahun keempat Repelita V, telah diselenggarakan SEPADYA sebanyak 101 angkatan dengan jumlah peserta 3.243 orang, SEPALA diikuti oleh 5.219 orang yang terbagi dalam 164 angkatan, sedangkan diktat tingkat SEPADA sebanyak 35 angkatan dengan jumlah peserta sebesar 1.144 orang. Dengan demikian, sejak tahun pertama hingga tahun keempat Repelita V Diktat SEPADYA, SEPALA dan SEPADA diselenggarakan sebanyak masing-masing 273 angkatan diikuti 8.803 peserta, 511 angkatan diikuti 15.748 peserta, dan 177 angkatan diikuti 5.430 peserta. Para peserta SESPA/SESPANAS, SEPADYA, SEPALA, dan SEPADA berasal dari berbagai departemen dan Lembaga Pemerintah Non Departemen. Diktat non penjenjangan selain dilaksanakan oleh LAN juga dilakukan oleh departemen atau instansi tempat pegawai bersangkutan bertugas. Dalam tahun keempat Repelita V pelaksanaan diktat non penjenjangan terus ditingkatkan dan mencakup sebanyak 2.061 angkatan yang diikuti 77.531 peserta. Dengan demikian sejak tahun pertama hingga tahun keempat Repelita V telah terselenggara sebanyak 2.564 angkatan yang seluruhnya diikuti oleh 108.337 peserta. Sementara itu, dalam tahun keempat Repelita V dilaksanakan pula Diktat Teknik Manajemen meliputi antara lain diktat manajemen proyek, analisis jabatan, analisis kebijaksanaan dan analisis manajemen. Seluruh peserta diktat teknik manajemen tersebut berjumlah 1.684 orang. Dengan demikian, sejak tahun pertama hingga tahun keempat Repelita V, diktat teknik manajemen telah diikuti sebanyak 4.444 peserta.

XXII/21

Page 22: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

TABEL XXII – 2

JUMLAH LULUSAN SESPA,1988/89 – 1992/93

*) Angka tahunan sementara per Maret 1993

XXII/22

Page 23: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

Selain itu, sejak Repelita I telah pula dikembangkan berbagai kursus Program Perencanaan Nasional (PPN) bagi para perencana dari instansi baik Pusat maupun Daerah, antara lain meliputi kursus perencanaan jangka panjang, perencanaan proyek-proyek pembangunan, perencanaan proyek-proyek pertanian dan agro industri, dan perencanaan proyek-proyek transportasi. Kemudian pada tahun 1991 OTO-Bappenas melakukan langkah terobosan, dengan mendesain dan melaksanakan Program Diklat di bidang Teknik dan Manajemen Perencanaan Pembangunan (TMPP) Dasar yang pesertanya adalah Staf Perencana pada Bappeda Ting- kat II di seluruh Indonesia yang direncanakan akan berlangsung selama 3,5 tahun, dengan target sekitar 1.200 peserta. Hal tersebut dilakukan dalam rangka pembangunan dan pemantapan kemampuan lembaga perencanaan pembangunan daerah. Program TMPP ini diselenggarakan OTO-Bappenas melalui kerja sama dengan 4 Universitas di Indonesia (Unsyiah, UI, UGM, dan UNHAS) dan Departemen Dalam Negeri. Dalam tahun keempat Repelita V, jumlah peserta kursus PPN termasuk TMPP mencapai sebanyak 477 orang, seperti tampak dalam Tabel XXII-3. Khusus peserta kursus TMPP, pada tahun keempat Repelita V diikuti sebanyak 352 orang. Dengan demikian sejak Januari 1991 sampai dengan Akhir Maret 1993, jumlah peserta yang telah mengikuti kursus TMPP sebanyak 835 orang. Dengan langkah-langkah tersebut dasar-dasar pengetahuan dan kemampuan profesional perencana pembangunan daerah lebih mantap dalam melaksanakan kegiatan pekerjaan perencanaan pembangunan.

c. Penghasilan Pegawai Negeri Sipil

Pentingnya unsur gaji dan penghasilan dalam rangka pening-katan kesejahteraan, motivasi dan produktivitas pegawai negeri mendorong Pemerintah untuk sejak Repelita I berupaya melakukan perbaikan sistem penggajian dan penghasilan pegawai negeri baik dalam tingkat gaji pokok, besarnya tunjangan, maupun cara penyalurannya.

Menjelang Repelita V sesuai dengan kemampuan keuangan

XXII/23

Page 24: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

TABEL XXII – 3

JUMLAH KURSUS-KURSUS PROGRAM PERENCANAAN NASIONAL, 1988/89 – 1992/93

*) Angka tahunan sementara per Maret 199

XXII/24

Page 25: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

negara dan disebabkan semakin beratnya tugas dan tanggung jawab yang harus dipikul pegawai negeri, Pemerintah kembali meningkatkan gaji pegawai negeri sipil dan anggota ABRI sebesar 10% dari penghasilan yang diterima pada bulan Desember 1988, berlaku mulai bulan Januari 1989. Upaya tersebut terus dilanjutkan dalam empat tahun. terakhir ini. Dalam tahun pertama Repelita V, mulai April 1989 gaji pegawai negeri dan anggota ABRI ditingkatkan sebesar 15% dari penghasilan yang diterima pada bulan Desember 1988. Selanjutnya pada bulan Januari 1990 dilakukan pula peningkatan gaji pegawai negeri dan anggota ABRI sebesar 10% dari penghasilan yang diterima pada bulan Desember 1989. Dengan demikian, sesuai dengan PP Nomor 50 Tahun 1990 tanggal 29 September 1990, dalam tahun pertama Repelita V Pemerintah telah menaikan gaji pegawai negeri sipil dan anggota ABRI sebanyak 25% (PP No. 50 Tahun 1990). Kemudian, berdasarkan PP No. 51 Tahun 1992 tentang Perubahan No. 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah terakhir dengan PP No. 15 Tahun 1985, sejak 1 April 1992 Pemerintah kembali menaikkan gaji pokok dan tunjangan istri/suami pegawai negeri sipil. Menurut PP No. 51 Tahun 1992 ini gaji terendah berubah dari Rp 33.000,- menjadi Rp 51.000,- atau naik 54,5% dan gaji tertinggi berubah dari Rp 265.600,- menjadi Rp 399.200,- atau naik 50,3%. Perbandingan antara gaji terendah dan tertinggi tetap sama yaitu 1 banding 8.

Pada tahun keempat Repelita V, kembali Pemerintah secara progresif melakukan perbaikan struktur penghasilan pegawai negeri dan ABRI serta tunjangan jabatan struktural pegawai negeri sipil. Berdasarkan PP 15 Tahun 1993 gaji terendah ' meningkat dari Rp 51.000,- menjadi Rp 78.000,-, dan gaji tertinggi meningkat dari Rp 399.200,- menjadi Rp 537.600,-, sehingga perbandingan gaji terendah dengan gaji tertinggi menjadi 1:7. Sedangkan perbaikan tunjangan struktural antara lain Eselon terendah (Vb) meningkat dari Rp 14.000,- menjadi Rp 50.000,- dan Eselon tertinggi (la) dari Rp 166.000,- menjadi Rp 500.000,-. Kecuali untuk jabatan struktural, tunjangan jabatan fungsional juga mengalami perbaikan struktur antara lain untuk dosen perguruan tinggi, peneliti,

XXII/25

Page 26: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

Widyaiswara, tenaga kesehatan, tenaga persandian, penyuluh keluarga berencana, Hakim dan Panitera pada Peradilan Tata Usaha Negara serta Peradilan Agama. Selain itu, telah ditetapkan pula tunjangan bahaya nuklir bagi PNS di lingkungan BATAN, dan tunjangan pengabdian PNS yang bekerja dan bertempat tinggal di wilayah terpencil. Kemudian, telah pula dilakukan perbaikan tunjangan Istri/Suami dari 5% menjadi 10% yang berlaku mulai 1 April 1992 dan perbaikan Tabungan Hari Tua (THT) dari PT TASPEN sebesar 17% yang dibayarkan terhitung mulai tanggal 1 Juli 1991.

Di samping itu untuk meningkatkan kesejahteraan para pensiunan, Pemerintah juga mengadakan penyesuaian atas tunjangan perbaikan penghasilan pensiun bagi penerima pensiun/tunjangan yang bersifat pensiun. Dalam rangka peningkatan efisiensi. pelayanan pembayaran gaji pegawai, sekaligus untuk mendorong semangat menabung dan peningkatan tabungan masyarakat, telah pula dilakukan perbaikan sistem pembayaran gaji PNS melalui Bank, khususnya untuk Gol. III dan IV. Hal tersebut telah dapat dilaksanakan di 12 Propinsi. Selanjutnya, Pemerintah juga meningkatkan kesejahteraan PNS yang dituangkan d a l a m Keppres No. 14 Tahun 1993 tentang Tabungan Perumahan Pegawai Negeri Sipil untuk memiliki rumah yang layak.

d. Manajemen Informasi Kepegawaian

Untuk mendukung langkah-langkah kebi jaksanaan pembangunan di bidang kepegawaian telah dilakukan penyempurnaan sistem informasi kepegawaian secara tents menerus, dimulai dengan antara lain: (1) Penataan Nomor Induk PNS;' (2) Pemberian Kartu PNS; (3) Perekaman data PNS berikut perkembangannya dalam pita magnetik; (4) Penyusunan berkas PNS ke dalam almari khusus; (5) Penyusunan nama PNS menurut abjad; (6) Pemberian kartu istri/suami (KARIS/KARSU) PNS; (7) Penyajian jumlah PNS menurut kepangkatan dan golongan ruang, kedudukan, wilayah kerja sebagai bahan informasi untuk perencanaan anggaran belanja pegawai.

XXII/26

Page 27: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

Di samping itu untuk mendukung proses pengolahan data dan informasi kepegawaian di atas, sejak tahun 1983 Badan Administrasi Kepegawaian Negara (BAKN) telah dilengkapi dengan perangkat komputer dan terminal. Kemudian dalam Repelita V, BAKN menyusun rencana pengembangan Sistem Informasi Kepegawaian Republik Indonesia (SIMKRI) yang dapat menghubungkan BAKN Pusat di Jakarta dengan Kanwil BAKN di Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan Ujung Pandang serta dengan berbagai instansi terkait antara lain Kantor Menpan, LAN, Departemen Keuangan, PT Taspen, Sekretariat Kabinet, Bappenas, dan Perum Husada Bhakti. Dengan komputerisasi ini, diharapkan akan terwujud hubungan langsung dan pemutakhiran informasi kepegawaian pada masing-masing instansi secara• otomatis dan terus menerus antara BAKN dengan semua instansi Pemerintah baik Pusat maupun Daerah.

Agar pembinaan dan administrasi kepegawaian dapat dilaksanakan dengan lebih baik, pada tahun ketiga Repelita V telah pula dibangun Kantor Perwakilan BAKN Ujung Pandang. Dengan demikian, sampai dengan tahun keempat Repelita V, BAKN Pusat telah memiliki 4 Kantor Perwakilan yaitu di Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan Ujung Pandang. Sedangkan pembangunan Kanwil BAKN di Medan masih dalam proses persiapan. Diharapkan dengan pembangunan kanwil-kanwil baru tersebut, pengelolaan administrasi dan pembinaan pegawai negeri yang sekarang ini telah mencapai jumlah 4.009.347 orang dapat lebih didesentralisasikan sehingga dapat meningkatkan efisiensi pelayanan kepegawaian antara lain untuk mempercepat proses kenaikan pangkat, pensiun dan mutasi pegawai.

e. Pensiun Otomatis

Untuk meningkatkan efisiensi dan kelancaran pelayanan bagi para pensiunan pegawai negeri sipil telah dilakukan penetapan pensiun secara otomatis. Hal tersebut telah dapat dilaksanakan bagi yang berpangkat Pembina Golongan ruang IV/a ke bawah yang telah mencapai batas usia pensiun. Pensiun otomatis ini diatur dalam PP

XXII/27

Page 28: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

TABEL XXII – 4

KOMPOSISI PEGAWAI NEGERI PUSAT DAN DAERAH,1988/89 – 1992/93

*) Angka sementara

XXII/28

Page 29: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

No. 8 Tahun 1989, dan berlaku sejak 1 Agustus 1989. Dengan langkah otomatisasi penetapan pensiun ini, diharapkan kesejahteraan para pensiunan dapat meningkat, sekaligus mendorong gairah kerja dan meningkatkan motivasi pegawai negeri yang masih aktif.

Pada tahun pertama, kedua, dan ketiga Repelita V telah berhasil diselesaikan surat keputusan pensiun secara otomatis untuk sebanyak 11.582 pegawai (1989/90), 32.222 pegawai (1990/91), dan 80.614 pegawai (1991/92). Sedangkan pada tahun keempat Repe-lita V telah berhasil diselesaikan untuk sebanyak 32.746 orang. Sejak bulan Maret 1992, sesuai dengan Keputusan Kepala BAKN Nomor 18 Tahun 1992, telah pula dilaksanakan pensiun otomatis untuk PNS golongan/ruang IV/b ke atas.

f. Penyempurnaan Peraturan Perundang-undangan

Untuk lebih memantapkan pembinaan Pegawai Negeri Sipil, langkah-langkah penyempurnaan peraturan-peraturan bidang kepegawaian terus diupayakan, sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan yang dihadapi. Pelaksanaan pembinaan Pegawai Negeri Sipil didasarkan pada Undang-undang No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian beserta peraturan pelaksanaannya. Dalam rangka pelaksanaan undang-undang tersebut telah diterbitkan berbagai peraturan. Pada tahun pertama Repelita V telah ditetapkan sebanyak 8 peraturan yang terdiri dari 4 Peraturan Pemerintah dan 4 Keputusan Presiden; tahun kedua Repelita V telah ditetapkan sebanyak 6 (enam) Peraturan Pemerintah; dan pada tahun ketiga Repelita V telah ditetapkan 1 (satu) Peraturan Pemerintah dan 6 (enam) Keputusan Presiden. Sedangkan pada tahun keempat Repelita V telah ditetapkan sebanyak 26 peraturan yang terdiri dari 19 Peraturan Pemerintah dan 7 Keputusan Presiden, sebagaimana tercantum dalam Tabel XXII-5.

3. Pendayagunaan Ketatalaksanaan

Upaya pendayagunaan ketatalaksanaan mencakup administrasi

XXII/29

Page 30: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

TABEL XXII – 5

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TELAH DITETAPKANSEBAGAI PERATURAN PELAKSANA DARIUNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974,

1988/89 – 1992/93

XXII/30

Page 31: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

XXII/31

Page 32: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

(Lanjutan Tabel XXII-5)

XXII/32

Page 33: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

(Lanjutan Tabel XXII-5)

XXII/33

Page 34: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

(Lanjutan Tabel XXII-5)

XXII/34

Page 35: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

(Lanjutan Tabel XXII-5)

XXII/35

Page 36: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

umum dan administrasi kebijaksanaan pembangunan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kelancaran dan efisiensi kegiatan pekerjaan di dalam dan antar lembaga pemerintah. Selain itu juga dimaksudkan untuk meningkatkan kelancaran dan efisiensi pelayanan aparatur pemerintah bagi masyarakat dan dunia usaha agar tercipta iklim yang lebih mendorong dan meningkatkan prakarsa dan peran serta aktif masyarakat dan dunia usaha dalam kegiatan pem-bangunan.

a. Administrasi Umum

Dalam tahun keempat Repelita V penggunaan sarana komputer makin diperluas sampai ke daerah-daerah dengan tujuan untuk meningkatkan kelancaran Baling hubungan dan efisiensi pelaksanaan pekerjaan lembaga-lembaga pemerintah; dan dalam menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat. Penggunaan komputer tersebut dapat lebih menunjang peningkatan efisiensi penyelesaian pekerjaan, antara lain dalam hal surat menyurat, pengelolaan keuangan, pengadaan, pemeliharaan dan inventarisasi barang milik pemerintah, termasuk sistem pembukuan dan akuntansi pemerintah serta pelaksanaan inventarisasi kekayaan milik negara. Selain itu, dapat ditingkatkan pula ketepatan, kelancaran dan efisiensi pelayanan kepada masyarakat, seperti dalam penyaluran Kartu Tanda Penduduk (KTP), pemberian Surat Izin Mengemudi (SIM), Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), pencatatan sipil, pengelolaan PBB, pajak dan lain sebagainya.

Mutu dan efisiensi pelayanan telah ditingkatkan pula dengan perbaikan tatalaksana pengelolaan keuangan dengan lebih memberikan otonomi kepada unit-unit pelayanan masyarakat, seperti rumah sakit, perguruan tinggi, Puskesmas dan lembaga-lembaga penelitian. Langkah tersebut telah lebih ditingkatkan dengan dikeluarkannya Keppres No. 38 Tahun 1991 tentang Pemantapan Unit Swadana dan Tata Pengelolaannya, yang memberikan otonomi kepada Unit Pelayanan Teknis (UPT) maupun non UPT dalam mengelola manajemen keuangan dan administrasinya sendiri.

XXII/36

Page 37: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

b. Administrasi Kebijaksanaan Pembangunan

Pendayagunaan administrasi kebijaksanaan pembangunan untuk meningkatkan efisiensi dan memperlancar pelayanan bagi masyarakat dan dunia usaha makin ditingkatkan, sebagai bagian dari langkah-langkah deregulasi dan debirokratisasi yang pada dasarnya merupakan penyederhanaan s t ruktu r , prosedur dan ketentuan-ketentuan pelaksanaan pelayanan aparatur. Dengan langkah-langkah tersebut pelayanan aparatur dapat dilakukan secara lebih mudah, murah dan cepat.

Sampai dengan tahun keempat Repelita V langkah-langkah deregulasi dan debirokratisasi yang telah dilakukan meliputi antara lain Paket 25 Maret 1989 yang isinya merupakan penyempurnaan dari Paket 27 Oktober 1988 berisi tentang peleburan usaha dan penggabungan usaha bank, penyempurnaan ketentuan pendirian dan usaha BPR, pemilikan modal bank campuran, penjelasan mengenai kredit ekspor dan modal sendiri serta penjelasan tentang batas maksimum pemberian kredit. Paket 29 April 1989 merupakan penyempurnaan Paket 25 Maret 1989 di bidang perbankan; Paket 5 Oktober 1989 mengenai ketentuan jual beli valuta asing; Paket 29 Januari 1990 mengatur mengenai langkah-langkah untuk mengurangi ketergantungan bank dan lembaga keuangan secara bertahap pada peranan Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) yang dimaksudkan untuk mengendalikan salah satu sumber inflasi. Paket 28 Mei 1990 merupakan deregulasi di bidang usaha peternakan, perikanan, apotek dan perdagangan obat, usaha farmasi dan obat tradisional, tata niaga impor/ekspor berbagai komoditi pertanian dan industri, serta tarif bea masuk dan bea masuk tambahan komoditi-komoditi pertanian, obat-obatan dan sejumlah komoditi industri manufaktur. Di bidang ekspor, Paket Mei 1990 meliputi langkah-langkah penghapusan tata niaga komoditi ekspor, dimana dengan adanya pembebasan tata niaga ini barang-barang dapat langsung diekspor oleh eksportir umum yang telah mempunyai SIUP. Di bidang impor, Paket Mei 1990 juga menyempurnakan mekanisme bea masuk dan bea masuk tambahan serta tata niaga impor atas sejumlah bahan baku/penolong yang

XXII/37

Page 38: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

sudah dapat diproduksi di dalam negeri, dimana tata niaga impor untuk 371 jenis produk industri disederhanakan, demikian juga jumlah pos tarif bea masuk disederhanakan dari 3.006 pos menjadi 2.827 pos. Paket 28 Pebruari 1991 mengatur mengenai penyem-purnaan atas ketentuan pengawasan dan pembinaan bank, termasuk penyempurnaan atas ketentuan di bidang perkreditan, dengan ketentuan bahwa bank tidak diperkenankan memberikan kredit untuk pembelian saham dan kredit modal kerja dalam rangka jual beli saham dan ketentuan tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) kepada debitur dan debitur group serta pengurus, pemegang saham dan keluarganya. Paket 3 Juni 1991 mengatur mengenai tata niaga, penurunan dan penghapusan bea masuk tambahan komoditi tertentu, serta peninjauan kembali daftar bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal, dimana di bidang ekspor dilakukan penghapusan tata niaga komoditi kopra, minyak kelapa, minyak kelapa sawit kasar dan minyak inti sawit. Di bidang impor, telah dilakukan penyederhanaan antara lain meningkatkan jumlah barang yang dapat diimpor oleh impotir umum dan agen tunggal yang men-cakup 185 pos tarif, mengurangi jumlah barang yang impornya dilarang dengan 43 pos tarif dan mengurangi 94 pos tarif terhadap jumlah barang yang impornya hanya dapat dilakukan oleh importir terdaftar. Penyederhanaan juga dilakukan terhadap bea masuk dan bea masuk tambahan; untuk bea masuk sebanyak 562 pos tarif diturunkan dan 71 pos tarif dinaikkan, sedang untuk bea masuk tambahan sebanyak 365 pos tarif diturunkan, 39 pos tarif dinaikkan, dan sebanyak 137 pos tarif dihapuskan. Pada tahun keempat Repelita V dikeluarkan Paket Juli 1992 yang mengatur tentang investasi, perdagangan, keuangan, tenaga kerja, pertanian, IMB, dan UUG/ HO. Tujuan dari Paket Juli 1992 tersebut adalah untuk meningkatkan arus penanaman modal, dan pengembangan ekspor lebih cepat dan lebih besar lagi.

4. Sistem Perencanaan, Pelaksanaan, Pemantauan dan Pengendalian Proyek Pembangunan

Pendayagunaan di bidang sistem perencanaan, pelaksanaan,

XXII/38

Page 39: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

pemantauan dan pengendalian proyek pembangunan difokuskan pada berbagai aspek administrasi untuk menunjang proses perencanaan dan penganggaran, pembiayaan, pemantauan dan pengendalian pelaksanaan.

a. Administrasi Perencanaan dan Penganggaran

Upaya pendayagunaan administrasi perencanaan dan penganggaran pertama-tama ditujukan pada penyederhanaan Daftar Isian Proyek (DIP), sehingga dewasa ini DIP sudah cukup sederhana yaitu hanya terdiri dari 2 halaman yang menggambarkan kegiatan pokok yang akan dilakukan dan dana yang diperlukan. DIP dilengkapi dengan Lembaran Kerja (LK) yang memuat rincian kegiatan dan jumlah pengeluaran yang tercantum dalam DIP dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari DIP. LK ini dijadikan informasi dasar oleh Bappenas dan Direktorat Jenderal Anggaran dalam melakukan pertimbangan dan memberikan persetujuan atas DIP yang diajukan. Langkah-langkah lainnya adalah penajaman prioritas dan perbaikan perencanaan proyek, serta tata cara penganggarannya. Untuk memperlancar pelaksanaan, DIP yang telah disahkan oleh Bappenas dan Direktorat Jenderal Anggaran diberlakukan sebagai Surat Keputusan Otorisasi (SKO).

Dalam rangka pelaksanaan proyek terdapat Petunjuk Operasional (PO) yang merupakan bagian kelengkapan dari DIP dan LK. PO diterbitkan oleh Direktur Jenderal atau pejabat setingkat pada Departemen/Lembaga yang bersangkutan dan isinya merupakan pedoman yang harus ditaati oleh Pemimpin Proyek. PO merupakan tolok ukur dan alat pengawasan atas pelaksanaan proyek, baik dalam rangka pelaksanaan pengawasan fungsional maupun pengawasan melekat.

Untuk lebih mendayagunakan sistem perencanaan, khususnya proses perencanaan dari bawah, dalam tahun keempat Repelita V, kegiatan-kegiatan konsultasi pembangunan daerah baik di tingkat II, I maupun tingkat nasional terus ditingkatkan dan disempurnakan.

XXII/39

Page 40: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

Titik berat pembicaraan lebih ditekankan pada pengenalan secara lebih tepat permasalahan dan aspirasi daerah, termasuk identifikasi prioritas sektoral di daerah oleh Bappeda. Dengan demikian konsistensi antara perencanaan sektoral dan daerah dapat lebih ditingkatkan, sekaligus mendorong perencanaan dari bawah. Selain itu dalam rangka penyempurnaan administrasi perencanaan ini, terus diupayakan pula percepatan pengajuan usulan proyek dan penyusunan perkiraan APBN.

b. Administrasi Pembiayaan dan Pelaksanaan

Penyempurnaan administrasi anggaran dan pembiayaan pelaksanaan pembangunan bertujuan untuk meningkatkan mutu, ketertiban dan kelancaran pengelolaan penerimaan dan pengeluaran keuangan negara. Selain itu, penyempurnaan tersebut juga dimaksudkan untuk memperbaiki sistem dan meningkatkan keserasian dalam menyusun APBN dan APBD, memperbaiki sistem dan prosedur pengeluaran biaya operasional dan pemeliharaan serta biaya rutin. Perbaikan tersebut antara lain dilaksanakan dengan perbaikan .proses penentuan satuan harga, serta pemantapan standar dan tolok ukur berbagai kegiatan.

Prosedur pelaksanaan APBN yang telah berulangkali mengalami perbaikan dan terakhir dituangkan dalam Keputusan Presiden No. 29 Tahun 1984, yang berisi antara lain: Tata cara pengusulan proyek, sistem dan persyaratan pelelangan, peran serta golongan ekonomi lemah dan penggunaan basil produksi dalam negeri; penyederhanaan revisi DIP, pemantauan dan pelaporan pelaksanaan proyek, serta prosedur pengadaan barang dan jasa Pemerintah.

Khusus mengenai pengadaan barang dan jasa, telah diterbitkan Instruksi Presiden No. 1/1988. Inpres ini merupakan perbaikan atas Keppres No. 10/1980 tentang Tim Pengendali Pengadaan Barang/ Peralatan Pemerintah yang dilakukan secara terpusat Inpres No. 1/1988 ini menetapkan batas wewenang barn dalam penetapan

XXII/40

Page 41: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

pemenang lelang. Adapun pejabat yang berwenang mengambil keputusan mengenai penetapan pemenang lelang, adalah: (1) Kepala Kantor, Satuan Kerja, atau Pemimpin Proyek untuk pengadaan yang bernilai sampai Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah); (2) Direktur Jenderal atau Pejabat setingkat, untuk pengadaan yang bernilai Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp 1.000.000.000,-(satu miliar rupiah); (3) Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen atau Pejabat yang setingkat, untuk pengadaan yang bernilai di atas Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) sampai dengan Rp 3.000.000.000,- (tiga miliar rupiah); (4) Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Depar-temen setelah mendapat persetujuan dari Menteri Koodinator Bidang Ekonomi, Keuangan, Industri dan Pengawasan Pembangunan (Menko Ekuin & Wasbang) untuk pengadaan yang bernilai di atas Rp 3.000.000.000,- (tiga miliar rupiah).

Dalam pada itu, ketentuan yang berlaku bagi Badan Usaha Milik Negara dan Milik Daerah adalah: Pengambilan keputusan mengenai penetapan pemenang pelelangan sampai dengan Rp 3.000.000.000,- (tiga miliar rupiah) ditetapkan oleh BUMN/BUMD. Untuk penentuan penetapan lelang di atas Rp 3.000.000.000,- (tiga miliar rupiah), BUMN/BUMD harus mengajukan permohonan persetujuan langsung kepada Menko Ekuin & Wasbang. Sedangkan untuk kewenangan penunjukkan langsung sampai dengan Rp 3.000.000.000,- (tiga miliar rupiah) ditetapkan oleh Direksi BUMN/BUMD dan untuk penunjukkan langsung di atas Rp 3.000.000.000,- (tiga miliar rupiah) dilakukan oleh Direksi BUMN/BUMD setelah mendapat persetujuan dari Menko Ekuin & Wasbang.

c. Administrasi Pemantauan dan Pengendalian Pelaksanaan

Penyempurnaan-penyempurnaan administrasi pemantauan dan pelaporan pelaksanaan dimaksudkan agar proses pengendalian dapat berjalan mantap, sehingga sasaran pembangunan dapat dicapai

XXII/41

Page 42: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

secara efektif dan efisien. Hasil pemantauan pertama-tama merupakan alat untuk mengetahui tingkat pelaksanaan suatu proyek dan langkah apa, apabila ada, yang perlu diambil untuk mengusahakan agar pelaksanaan proyek yang bersangkutan dapat terselesaikan sesuai dengan rencana. Di samping itu, hasil pemantauan tersebut juga merupakan umpan balik untuk perbaikan rencana, kebijaksanaan, program dan proyek pembangunan.

Sesuai dengan Pasal 70 ayat (3) Keppres No. 29 Tahun 1984 pemantauan proyek pembangunan yang dibiayai dari APBN dilakukan dalam bentuk laporan berkala dari Pemimpin Proyek kepada pejabat yang telah ditentukan. Khusus untuk pemantauan proyek pembangunan yang menggunakan bantuan luar negeri telah dibentuk Tim P4DLN (Tim Pendayagunaan Pelaksanaan Proyek-proyek dengan Dana Luar Negeri) berdasarkan Keppres No. 2 Tahun 1986. Tim ini kemudian disempurnakan dengan Keppres No. 10 Tahun 1988, dengan tugas pokok meningkatkan kelancaran pelaksanaan proyek-proyek pembangunan yang sebagian dibiayai dengan dana luar negeri. Kemudian dalam tahun 1990 sistem pemantauan proyek-proyek dengan dana rupiah murni disempurnakan dengan laporan realisasi keuangan dengan meng-gunakan SPM dan formulir B-1.

Dalam tahun keempat Repelita V telah dilakukan pemantauan atas 3.988 proyek. Dari hasil pemantauan telah ditemukan 4.837 masalah pada sejumlah 3.031 proyek. Permasalahan tersebut meliputi: (1) 1.390 masalah administrasi proyek (28,74%); (2) 809 masalah kualifikasi rekanan (16,73%); (3) 554 masalah pelaksanaan lelang (11,45%); (4) 584 masalah pelaksanaan proyek (gangguan cuaca/alam) (12,09%); (5) 835, revisi DIP/PO masalah (17,26%); (6) 665 masalah lain-lain (13,73%). Untuk mengatasi permasalahan di atas telah dilakukan langkah-langkah antara lain dengan cara meningkatkan pelaporan dengan menggunakan SPM dan form B-1. Sedangkan untuk permasalahan yang berada di luar jangkauan proyek telah dilakukan peningkatan koordinasi dan komunikasi secara periodik antara Bappenas dengan instansi terkait.

XXII/42

Page 43: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

Dalam pada itu, dalam rangka pemantapan sistem pemantauan dan pelaporan pelaksanaan proyek dengan dana luar negeri telah dikembangkan sistem informasi mengenai pelaksanaan proyek, baik yang menggunakan bantuan bilateral maupun bantuan multilateral. Dengan sistem informasi tersebut perkiraan dana dan pembayarannya (disbursement) dari sumber masing-masing dapat diperoleh secara cepat. Dalam rangka ini pemantauan perkembangan pelaksanaan diarahkan pada penyelesaian form-II dari kontrak proyek dengan bantuan luar negeri. Langkah ini telah dapat lebih mendayagunakan pengendalian pelaksanaan proyek dengan dana luar negeri, sehingga dapat lebih meningkatkan kelancaran pelaksanaan proyek-proyek dengan dana luar negeri dan daya serap bantuan luar negeri.

Dalam rangka mengamankan neraca pembayaran dan memelihara stabilitas ekonomi, dalam tahun ketiga Repelita V telah dibentuk Tim Koordinasi Pengelolaan Pinjaman Komersial Luar Negeri (Keppres No. 39/1991) yang bertugas mengkoordinasikan pengelolaan semua pinjaman komersial luar negeri agar tidak terlalu membebani neraca pembayaran internasional Indonesia dan agar beban pembayaran kembali pinjaman luar negeri tetap dalam batas kemampuan ekonomi Indonesia. Pinjaman yang dikoordinasikan tersebut adalah pinjaman komersial luar negeri yang diperlukan oleh Pemerintah, BUMN (termasuk Bank Pemerintah dan Pertamina) dan badan usaha milik swasta (termasuk Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank).

5. Aparatur Badan Usaha Milik Negara

Dalam upaya mendorong peningkatan efisiensi dan peranan BUMN, telah dilakukan langkah-langkah pendayagunaan yang diarahkan untuk meningkatkan kemampuannya dalam menunjang pelaksanaan kebijaksanaan Pemerintah di bidang ekonomi dan keuangan atas dasar prinsip-prinsip ekonomi dan manajemen yang sehat. Dengan langkah tersebut diharapkan BUMN mampu melaksanakan fungsinya secara lebih berdaya guna dan berhasil guna, sehingga dapat membantu mensukseskan kebijaksanaan-

XXII/43

Page 44: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

kebijaksanaan pemerintah termasuk peningkatan sumbangannya dalam penerimaan negara. Di samping itu, sesuai SK Menteri Keuangan No. 1232/KMK.013/1989, BUMN terus meningkatkan peranannya dalam pembinaan atas pengusaha golongan ekonomi lemah dan koperasi dengan cara: (1) pemberian bantuan modal antara lain melalui penyisihan dana sebesar 1% sampai dengan 5% dari laba setelah pajak dan penyediaan bahan baku, (2) pembinaan kemampuan manajerial, (3) pembinaan keterampilan teknik produksi, dan (4) pembinaan kemampuan pemasaran. Sebelumnya, Pemerintah telah mengeluarkan kebijaksanaan yang dituangkan dalam Instruksi Presiden No. 5 Tahun 1988 tentang Pedoman Penyehatan dan Pengelolaan BUMN. Atas dasar kebijaksanaan tersebut telah dikeluarkan petunjuk teknis yang dituangkan dalam Kepmen Keuangan No. 741/KMK.00/1989 tentang Rencana Jangka Panjang, Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan serta Pelimpahan Kewenangan Pengambilan Keputusan, dan Kepmen Keuangan No. 826/KMK.013/1992 tentang Penyehatan BUMN. Kebijaksanaan ini turut mendorong peningkatan efisiensi BUMN yang terlihat pada peningkatan sumbangan mereka dalam bentuk pajak dan dividen yang dibayarkan kepada negara. Dalam Tabel III-12 pada Bab III dapat dilihat hasil-hasil usaha BUMN yang semakin meningkat dari tahun ke tahun sebagaimana tercermin dalam perkembangan nilai aktiva, penjualan dan laba BUMN.

Dalam tahun keempat Repelita V telah dilakukan langkah-langkah perbaikan struktur permodalan beberapa BUMN yang antara lain meliputi: (1) Penambahan Penyertaan Modal Negara yang berasal dari kekayaan Negara hasil likuidasi perusahaan (Persero) PT Gita Karya ke dalam modal Perusahaan (Perum) Percetakan Negara RI dan ke dalam modal Perusahaan (Persero) PT Pradnya Paramita (PP No. 47/1991); (2) Penambahan Penyertaan Modal Negara RI ke dalam modal (Perum) Angkasa Pura II (PP No. 7/1992); (3) Penambahan Penyertaan Modal Negara RI ke dalam modal (Perum) Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (PP No. 8/1992); (4) Penambahan Penyertaan Modal Negara RI ke

XXII/44

Page 45: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

dalam modal (Persero) PT Rajawali Nusantara Indonesia (PP No. 10/1992); (5) Penambahan Penyertaan Modal RI ke dalam modal (Perum) Gas Negara (PP No. 12/1992).

Langkah penyempurnaan dan peningkatan peranan BUMN dalam pembangunan ekonomi juga mencakup perubahan status dan atau pembubaran badan usaha, antara lain: (1) Pengalihan bentuk perusahaan Perum Telekomunikasi menjadi Persero (PP No. 25/1991); (2) Pengalihan bentuk Perusahaan Negara Padalarang menjadi Persero (PP No. 29/91); (3) Pengalihan bentuk perusahaan Negara Percetakan Negara RI menjadi Perum (PP No. 46/91); (4) Pengalihan bentuk Perum Pelabuhan I menjadi Persero (PP No. 56/91); (5) Pengalihan bentuk Perum Husada Bhakti menjadi Persero (PP No. 6/92); (6) Penggabungan perusahaan (Persero) PT Dok dan Galangan Kapal Nusantara ke dalam perusahaan (Persero) PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari (PP No. 13/92).

Pada tahun keempat Repelita V jumlah BUMN secara keseluruhan adalah 184 buah, berkurang dibandingkan dengan. jumlah BUMN tahun-tahun sebelumnya sebagaimana terlihat pada Tabel XXII-6. Pengurangan jumlah ini terjadi karena dilakukannya konsolidasi/penggabungan beberapa BUMN dan likuidasi/penjualan terhadap BUMN yang keberadaannya dianggap tidak perlu dipertahankan serta adanya beberapa BUMN yang tidak dapat dikate-gorikan sebagai BUMN sebagaimana diatur dalam Lampiran Inpres No. 5 Tahun 1988.

Dari 184 buah BUMN tersebut, yang berbentuk persero tunggal dan persero patungan berjumlah 161 buah, berbentuk Perum 20 buah, sedangkan yang berbentuk Perjan sudah tidak ada lagi. Sementara itu, BUMN yang berstatus khusus karena dibentuk berdasarkan Undang-undang tersendiri berjumlah 1 buah. Sedangkan BUMN yang belum diubah ke dalam bentuk yang ditetapkan dengan Undang-undang No. 9/1969 terdiri atas 1 buah PN dan 1 buah PT lama.

XXII/45

Page 46: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

TABEL XXII - 6

STATUS BADAN USAHA MILIK NEGARA, 1988/89 - 1992/93

*) Angka tahunan sementara per Maret 1993

XXII/46

Page 47: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

6. Pengawasan dan Penertiban Operasional

Dalam tahun keempat Repelita V terus ditingkatkan upaya-upaya pengawasan dan penertiban operasional. Hal tersebut dilakukan untuk mewujudkan Pemerintah yang bersih dan berwibawa. Upaya tersebut meliputi pengembangan sistem, kebijaksanaan, sarana dan kemampuan profesional tenaga pengawas, penyempurnaan dalam bidang kelembagaan, serta pemantapan langkah tindak lanjut berupa penertiban-penertiban. Sistem pengawasan yang dikembangkan mencakup pengawasan fungsional, pengawasan melekat, pengawasan legislatif, pengawasan masyarakat dan pengawasan yustisial. Adapun langkah-langkah yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Pengawasan Keuangan Negara

Untuk lebih mendayagunakan pelaksanaan pengawasan dengan Keppres No. 31 Tahun 1983 Pemerintah membentuk Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Kemudian, dengan Inpres No. 15/1983 Pemerintah telah menetapkan pedoman pengawasan yang memungkinkan seluruh pengawasan dilaksanakan secara lebih terpadu dan terarah, baik dalam perumusan kebijaksanaan dan penyusunan rencana maupun dalam pembidangan kewenangan pelaksanaan pengawasan. Sesuai Inpres No. 15/1983 tersebut, pengawasan fungsional yang dilakukan harus didasarkan pada Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) nasional yang disusun oleh BPKP dan disahkan oleh Menko Ekuin dan Wasbang. Dengan cara ini dapat dihindari tumpang tindih pemeriksaan antara aparat pengawasan pusat dan daerah serta aparat pengawasan fungsional lainnya.

Gambaran mengenai perkembangan pemeriksaan tahunan oleh aparatur pengawas fungsional hingga tahun keempat Repelita V dapat dilihat pada tabel XXII-7. Mengingat pentingnya aspek kualitas pengawasan keuangan negara, maka pada tahun keempat Repelita V kebijaksanaan pengawasan fungsional yang lebih ditekankan pada

XXII/47

Page 48: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

TABEL XXII - 7

KEGIATAN PEMERIKSAANOLEH APARATUR PENGAWASAN FUNGSIONAL,

1988/89 - 1992/93 1)

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki

XXII/48

Page 49: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

aspek kualitas pengawasan terus dilanjutkan. Kebijaksanaan yang ditempuh diarahkan pada identifikasi dan kajian mengenai faktor-faktor penyebab hambatan dengan tujuan lebih meningkatkan pendayagunaan manajemen keuangan dan pembangunan.

Dalam rangka pelaksanaan pengawasan, pada tahun keempat Repelita V aparat pengawasan fungsional (BPKP, Departemen, LPND, dan Pemda) melaporkan hasil pemeriksaannya kepada aparat penegak hukum (Kejaksaan dan Kepolisian) sebanyak 28 kasus. Dengan demikian, sejak tahun 1989/90 hingga tahun 1992/93 jumlah kasus yang diserahkan aparat pengawasan fungsional kepada aparat penegak hukum mencapai sebanyak 311 kasus, terdiri dari penyerah-an 187 kasus oleh BPKP dan 124 kasus oleh instansi lainnya.

Tindak lanjut atas temuan-temuan aparat pengawasan fungsional pada tahun 1992/93 telah berhasil menyelamatkan uang negara sebanyak Rp 174,943 miliar. Selain itu, BPKP juga ,

melakukan koreksi-koreksi auditnya yang mengakibatkan penambahan penerimaan negara pada tahun 1992/93 sebanyak Rp 18,224 miliar. Dengan demikian uang negara yang berhasil diselamatkan dan penambahan penerimaan negara sejak tahun 1989/90 sampai dengan tahun 1992/93 masing-masing sebanyak Rp 920,540 miliar dan Rp 105,447 miliar.

Pendayagunaan pengawasan ditingkatkan lagi dengan lebih dikembangkannya pengawasan melekat. Dalam hubungan ini telah diterbitkan Instruksi Presiden No. 2 Tahun 1988 tentang Penataran Pengawasan Melekat dan Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1989 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Melekat (P3 Waskat). Dari seluruh instansi Pemerintah yang wajib membuat serta mengirim Laporan P3 Waskat, yang telah diterima laporannya pada tahun 1989/90, 1990/91, 1991/92 dan 1992/93 berturut-turut masing-masing mencapai 34,08%, 55,87%, 72,30%, dan 73,03%. Sedangkan tindak lanjut pelaksanaan Waskat yang telah dilakukan oleh instansi yang bersangkutan pada tahun 1988/89, 1990/91 dan 1991/92 masing-masing berjumlah 48,60%, 66,85%, 82,76%.

XXII/49

Page 50: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

Pada tahun 1992/93 hingga semester I tindak lanjut Waskat sudah mencapai 53,64%; pelaksanaannya dalam semester II diperkirakan akan meningkatkan kinerja tersebut.

Selain pendayagunaan pengawasan fungsional dan pengawasan melekat tersebut di atas, telah dilaksanakan pula pengawasan legislatif, pengawasan masyarakat dan pengawasan yustisial. Pengawasan legislatif dilakukan oleh DPR dan DPRD melalui pelaksanaan hak budget dan pelaksanaan kunjungan kerja komisi-komisi DPR ke daerah-daerah untuk melihat secara nyata proses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Hasil kunjungan kerja tersebut dilaporkan kepada Sidang Pleno DPR, dan selanjutnya disampaikan kepada Pemerintah untuk mendapatkan perhatian dan tanggapan. Pengawasan masyarakat dilaksanakan melalui berbagai cara, antara lain melalui media massa dan surat terbuka kepada instansi terkait. Sejak tahun 1988 telah dibuka pula kesempatan bagi masyarakat untuk menyampaikan informasi langsung kepada Wakil Presiden melalui Kotak Pos 5000 mengenai tindakan yang tidak wajar oleh unsur aparatur pemerintah. Sampai dengan tahun keempat Repelita V informasi yang diterima berjumlah 80.767 surat. Keluhan dan pengaduan masyarakat ini diteruskan kepada instansi yang berwenang untuk diadakan penyelidikan kebenaran serta penyelesaian masalahnya. Sedangkan pengawasan yustisial ditujukan dalam rangka penertiban aparatur pemerintah, didukung oleh peradilan Tata Usaha Negara (TUN) yang dibentuk berdasarkan UU No. 5 Tahun 1986 dan mulai efektif dilaksanakan pada tanggal 29 Desember 1991 melalui PP No. 7 Tahun 1991. Pada tahun keempat Repelita V jumlah perkara yang masuk pada Pengadilan TUN dan Pengadilan Tinggi TUN sebanyak 1.078 perkara, jumlah perkara yang telah diputus sebanyak 434 perkara (40,3%).

b. Penertiban Operasional

Sebagai tindak lanjut pengawasan dilaksanakan penertiban operasional di -lingkungan aparatur pemerintah pusat dan daerah dan

XXII/50

Page 51: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

BUMN. Hasil pengawasan dan penertiban operasional yang telah dicapai dapat diikuti pada Tabel XXII-8. Pada tahun keempat Repelita V ditemukan sebanyak 2.805 peristiwa pelanggaran disiplin, yang melibatkan 3.388 pegawai, dan pegawai negeri yang dikenakan sanksi administratif berjumlah 3.352 orang, sedangkan yang dikenakan sanksi hukum berjumlah 36 orang. Dengan demikian sejak tahun pertama sampai dengan tahun keempat Repelita V, aparatur pemerintah yang ditindak adalah sebanyak 15.135 orang, mereka tersangkut dalam 12.525 peristiwa. Dari jumlah tersebut, 14.927 orang dikenakan tindakan administratif; dan 208 orang dikenakan tindakan hukum.

7. Disiplin Aparatur dan Tertib Hukum

Peningkatan disiplin aparatur merupakan unsur penting dalam upaya peningkatan disiplin nasional. Sesuai dengan Krida Kedua dari Panca Krida Kabinet Pembangunan V, langkah-langkah untuk meningkatkan disiplin dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa lebih diintensifkan. Dalam penegakan disiplin aparatur, di samping langkah-langkah penertiban operasional tersebut di atas, ditempuh pula langkah-langkah peningkatan berupa pengembangan dan penegakan hukum serta aturan perundangan lainnya. Berbagai peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan untuk menegakkan disiplin tersebut antara lain: (1) Larangan judi bagi pegawai negeri/anggota ABRI (Inpres No. 13/ 1973); (2) Pola hidup sederhana (Keppres No. 10/1974); (3) Pembatasan kegiatan pegawai negeri dalam usaha swasta (PP No. 6/1974); (4) Peraturan yang mengatur kewajiban, larangan dan sanksi atas pelanggarannya (PP No. 30 Tahun 1980); serta (5) pengaturan tentang izin perkawinan dan perceraian bagi pegawai negeri sipil (PP No. 45 Tahun 1990 tentang Perubahan Atas PP No. 10/1983). PP No. 30 Tahun 1980 tersebut menguraikan adanya 26 kewajiban dan 18 larangan bagi pegawai negeri sipil serta 3 jenis sanksi bagi mereka yang melakukan pelanggaran, yaitu hukuman disiplin ringan, hukuman disiplin sedang dan hukuman disiplin berat.

XXII/51

Page 52: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

TABEL XXII - 8LANGKAH-LANGKAH PENERTIBAN DI LINGKUNGAN APARATUR NEGARA,

1988/89 - 1992/93

*) Angka tahunan sementara per Maret 1993

Page 53: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

XXII/52

Page 54: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

Dalam rangka peningkatan disiplin tersebut, sesuai Pasal 4 Undang-undang Nomor 8/1974, dengan Instruksi Presiden No. 10/1978 kepada segenap pegawai negeri diwajibkan mengikuti penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4). Dalam tahun keempat Repelita V pelaksanaan Penataran P-4 lebih ditingkatkan antara lain dengan dilaksanakannya penataran P-4 Terpadu Bagi Pegawai Republik Indonesia dengan SK Kepala BP-7 Nomor KEP-106/BP-7/XI/ 1990. Selain itu, untuk lebih meningkatkan disiplin nasional, Penataran P-4 juga diikuti oleh berbagai kelompok dalam masyarakat, seperti pemuda, pelajar, dan pemuka agama. Di daerah Kotamadya/Kabupaten seluruh Indonesia telah dilakukan pula Pelaksanaan Penataran P4 yang pelaksanaannya berdasarkan Instruksi Mendagri No. 6 Tahun 1992. Dengan dilakukannya penataran P4 ini diharapkan akan semakin terwujud kemantapan tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang selalu mengacu kepada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Penataran P4 yang dilakukan BP-7 meliputi penataran tipe A, B, C, Pola 144 Jam/Calon Penatar Tingkat I, Pola Pendukung 45 Jam, dan Pola Terpadu 100 Jam. Jumlah peserta Penataran P-4 untuk seluruh tipe, termasuk Tipe A-B-C dari tahun pertama sampai dengan tahun keempat Repelita V sebanyak 21.481.657 orang, terdiri dari tahun 1989/90 sebanyak 13.752.953 orang, tahun 1990/91 4.190.384 orang, tahun 1991/92 sebanyak 4.574.035 orang, dan tahun 1992/93 sebanyak 3.084.285 orang.

Dalam rangka peningkatan disiplin pegawai negeri sipil secara berkeadilan, berdasarkan PP No. 30 Tahun 1980, telah dibentuk Badan Pertimbangan Kepegawaian yang dituangkan dalam Keppres No. 67 Tahun 1980. Badan tersebut bertugas: Memeriksa dan mengambil keputusan mengenai keberatan yang diajukan oleh PNS golongan/ruang IV/a ke bawah, memberikan pertimbangan kepada Presiden mengenai usul penjatuhan hukuman disiplin, pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri, dan pemberhentian

XXII/53

Page 55: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

tidak dengan hormat sebagai PNS golongan/ruang IV/b ke atas, dan mengenai usul pembebasan dari jabatan bagi pejabat eselon I.

Sejak dibentuknya sampai dengan tahun keempat Repelita V Badan Pertimbangan Kepegawaian telah memeriksa dan mengambil keputusan mengenai keberatan yang diajukan dan pengusulan pemberhentian sebanyak 1.981 orang, terdiri 1.958 PNS golongan/ruang IV/a ke bawah dan 23 PNS golongan/ruang IV/b ke atas. Dari jumlah tersebut, telah diputuskan sebanyak 1.531 PNS terdiri dari 1.509 PNS golongan/ruang IV/a ke bawah dan 22 PNS golongan/ruang IV/b ke atas. Sedangkan yang belum diputuskan berjumlah 450 orang, terdiri dari 449 PNS golongan/ruang IV/a ke bawah dan 1 PNS golongan/ruang IV/b ke atas. Di antara kasus-kasus ini ada yang masih dalam proses di Badan Pertimbangan Kepegawaian, ada pula yang masih menunggu bahan kelengkapan yang diperlukan dari instansi terkait.

Langkah lain yang ditempuh dalam rangka peningkatan disiplin PNS adalah pelaksanaan Peradilan Tata Usaha Negara. Peradilan tersebut dibentuk dengan UU No. 5 Tahun 1986,, diikuti penerapannya dengan UU No. 10 Tahun 1990 tentang Pembentukan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara, PP No. 10 Tahun 1991 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Keppres No. 52 Tahun 1990 tentang Pembentukan Pengadilan Tata Usaha Negara di Jakarta, Medan, Palembang, Surabaya dan Ujung Pandang, Keppres No. 16 Tahun 1992 tentang Pembentukan Pengadilan Tata Usaha Negara di Bandung, Semarang dan Padang, dan Keppres No. 17 Tahun 1993 tentang Pembentukan Pengadilan Tata Usaha Negara di Kupang, Ambon dan Jayapura. Pada tahun 1991/92 telah pula diterbitkan PP No. 43 Tahun 1991 tentang Ganti Rugi dan Tata Cara Pelaksanaannya pada Peradilan Tata Usaha Negara. Pada tahun 1992/93 jumlah perkara yang disampaikan kepada Pengadilan TUN dan Pengadilan Tinggi TUN meningkat dibandingkan dari tahun 1992/93 yaitu dari 597 perkara menjadi 1.078 perkara. Demikian pula perkara yang berhasil diselesaikan pada tahun 1992/93

XXII/54

Page 56: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

meningkat dari tahun 1991/92 yaitu dari 193 perkara (32,3%) menjadi 434 perkara (40,3%).

Bersamaan dengan langkah-langkah pendayagunaan sistem pengawasan, sistem pemantauan dan pengendalian, dan langkah-langkah penertiban operasional, telah diselenggarakan penataran, bimbingan teknis dan ceramah tentang UU PERATUN di instansi-instansi pemerintah, baik di Pusat maupun di Daerah, termasuk di perguruan tinggi serta lembaga swasta yang dikoordinasikan oleh Kantor MENPAN.

Sementara itu, untuk meningkatkan disiplin pegawai negeri sipil juga dilakukan penyelenggaraan upacara bendera, kegiatan KORPRI, pertemuan sosia l , penyempurnaan p e ra t u ra n perundang-undangan dan pemantapan pelaksanaan da r i ketentuan-ketentuan yang berlaku , pembudayaan pengawasan melekat dan pengawasan lainnya.

8. Pendayagunaan Administrasi Kearsipan

Fungsi dan kedudukan Arsip Nasional telah disempurnakan berdasarkan Keppres No. 26/1974; sebagai pelaksanaan UU No. 7/1971 tentang ketentuan Pokok Kearsipan. Atas dasar fungsi dan kedudukan Arsip Nasional tersebut, telah dilaksanakan langkah-langkah pendayagunaan kearsipan yang mencakup: pembinaan kearsipan dinamis dan kearsipan statis di seluruh aparatur pemerintah Pusat dan Daerah, pengembangan sistem kearsipan dengan kartu kendali, peningkatan penyimpanan, dan penataan serta pengawetan arsip statis. Hal ini dimaksudkan agar dokumen-dokumen pemerintah yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan terpelihara secara baik dan tertib. Pembinaan kearsipan dinamis meliputi kegiatan penataran, bimbingan teknis, konsultasi dalam penataan dan penyusutan arsip inaktif dan penyiapan jadwal retensi arsip. Sedangkan pembinaan kearsipan statis menyangkut pelatihan di bidang konservasi dan

XXII/55

Page 57: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

preservasi, pembuatan dan perawatan mikrofilm untuk lebih mening-katkan pendayagunaan kearsipan.

Dalam tahun keempat Repelita V telah ditempuh langkah-langkah pembinaan kearsipan dalam bentuk upaya peningkatan keterampilan baik bagi tenaga di Kantor Arsip Nasional sendiri maupun bagi tenaga bidang kearsipan di instansi-instansi lainnya baik di Pusat maupun di Daerah, seperti Departemen Kesehatan, Departemen Sosial, BAKN, LIPI, Pemda Tingkat I Bengkulu, Pemda Tingkat I Sumatera Barat, Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Pemda Tingkat I Jawa Barat. Hal ini dimaksudkan agar dokumen-dokumen pemerintah sebagai hasil penyelenggaraan pemerintahan dan . pembangunan dapat terpelihara secara baik dan tertib. Selain itu upaya memantapkan sistem dan tata kerja kearsipan juga dilakukan pada lembaga-lembaga Pemerintah Pusat dan Daerah, seperti Sekretariat Jenderal MPR, Sekretariat Jenderal DPR, Departemen Kesehatan, Departemen Tenaga Kerja, Departemen Sosial, BATAN, BKKBN, Pemda Tingkat I Bengkulu, Pemda Tingkat I Lampung, Pemda Tingkat I Sulawesi Selatan, Pemda Tingkat I Jawa Barat, Pemda Tingkat I Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Pemda Tingkat I Nusa Tenggara Barat. Dalam rangka pembinaan kearsipan tersebut untuk periode 1990-1993 telah diadakan kerja sama dengan Lembaga Arsip Kerajaan Belanda dalam penyelengaraan pelatihan dan penyediaan bantuan tenaga-tenaga ahli.

9. Peran Serta Masyarakat Dalam Pembangunan

Aparatur Pemerintah juga dituntut untuk mampu melayani, mengayomi serta menumbuhkan prakarsa dan peran serta aktif masyarakat dalam pembangunan. Sejak Repelita I ditempuh langkah-langkah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan proyek-proyek pembangunan, antara lain melalui proyek padat karya, PKK, program bantuan pembangunan kepada daerah, melalui Inpres Desa, dan Inpres Dati II. Dalam Repelita II ditempuh

XXII/56

Page 58: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

pula langkah-langkah pengembangan unit usaha kecil melalui kebijaksanaan perkreditan, seperti KIK, KMKP, Kredit Mini, Kredit Candak Kulak, dan Kredit Pembangunan dan Pemugaran Pasar.

Pada Repelita III peran serta masyarakat ditingkatkan dengan memperluas proyek-proyek pembangunan yang dapat menumbuhkan peran serta masyarakat, seperti pemugaran perumahan dan lingkungan desa, serta Inpres Penghijauan dan Reboisasi. Selan-jutnya dikembangkan pula proses perencanaan pembangunan dari bawah melalui LKMD dan UDKP serta langkah-langkah deregulasi dan debirokratisasi sebagai upaya mencapai efisiensi pembangunan secara menyeluruh. Pada Repelita IV upaya tersebut diperluas lagi melalui langkah-langkah deregulasi dan debirokratisasi secara lebih menyeluruh; dan melalui upaya peningkatan pengawasan masyarakat; serta kerja sama antara usaha besar, menengah dan kecil khususnya dengan koperasi; dan peningkatan peran serta lembaga swadaya masyarakat khususnya dalam usaha-usaha lokal dalam pelaksanaan berbagai proyek pembangunan.

Hingga tahun keempat Repelita V langkah-langkah deregulasi dan debirokratisasi dilanjutkan dan ditingkatkan dengan tujuan menciptakan iklim yang mendorong prakarsa dan peran serta dunia usaha dan masyarakat pada umumnya dalam berbagai kegiatan pembangunan di bidang ekonomi, sosial, ilmu pengetahuan dan teknologi; peningkatan program-program Inpres Desa, Dati II dan Dati I; peningkatan kualitas dan kemampuan masyarakat dalam berbagai bidang kegiatan sehingga dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna dengan daya saing serta nilai tambah yang meningkat. Selain itu deregulasi dan debirokratisasi yang dikeluarkan pemerintah selama ini memberikan dampak makin meningkatkan prakarsa dan peran serta masyarakat, antara lain dengan: (1) membuka kesempatan untuk memungkinkan peningkatan pengawasan oleh masyarakat dalam rangka menunjang terciptanya iklim usaha yang lebih baik, (2) mendorong kerja sama antara usaha besar, menengah dan kecil, termasuk koperasi, dan (3) meningkatkan peran serta lembaga

XXII/57

Page 59: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

swadaya masyarakat, khususnya dalam pelaksanaan proyek pembangunan dari program-program pembangunan di bidang kesejahteraan sosial.

10. Penelitian Aparatur Pemerintah ,

Penelitian aparatur pemerintah diarahkan pada hal-hal yang berkaitan dengan upaya memantapkan sistem administrasi pembangunan dan menghasilkan saran mengenai langkah-langkah kebijaksanaan dalam pendayagunaan aparatur pemerintah, serta diarahkan pula pada pengembangan antar disiplin ilmu yang diperlukan guna menunjang langkah-langkah kebijaksanaan pembangunan. Kegiatan penelitian tersebut dilaksanakan oleh berbagai pusat penelitian di lingkungan Departemen Dalam Negeri, Lembaga Administrasi Negara, Arsip Nasional, dan perguruan tinggi.

Penelitian-penelitian di bidang aparatur pemerintah yang telah dilaksanakan selama tahun keempat Repelita V antara lain meliputi: (1) Penelitian tentang Mekanisme Koordinasi Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II, (2) Penelitian tentang Analisa Penyerahan Kewenangan Pemerintahan Daerah Tingkat I ke Daerah Tingkat II, (3) Penelitian tentang Dampak Inpres Bantuan Desa, (4) Penelitian tentang Bantuan Inpres Dalam kesenjangan Pertumbuhan Kemam-puan Daerah, (5) Penelitian tentang Efisiensi Penyelenggaraan Pemerintahan, (6) Penelitian tentang Pengkajian Masalah Peme-rintahan, (7) Penelitian tentang Mekanisme Mutasi pegawai dalam rangka pembangunan aparatur Daerah Tingkat II, (8) Penyusunan mengenai Rancangan Isi Bab tentang Aparatur Pemerintah Dalam Repelita VI, (9) Penelitian tentang Daya Saing BUMN dan Swasta, (10) Penelitian tentang Sistem Perizinan di Kawasan Industri, (11) Penelitian tentang Mekanisme Pelaksanaan Koordinasi Antar Instan-si, (12) Penelitian tentang Pemantauan dan Evaluasi Waskat, (13) Penelitian tentang Pelaksanaan Kebijaksanaan Pusat di Daerah, (14) Penelitian tentang Manajemen Pemerintah Daerah Tingkat II,

XXII/58

Page 60: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat

(15) Penelitian tentang Pengembangan Jaringan/Informasi Kearsipan Statis, (16) Penelitian tentang Pengkajian dan Pemantapan Sistem Kearsipan Dinamis, (17) Penelitian tentang Penyusunan Tipologi Formasi Daerah Tingkat II seluruh Indonesia.

XXII/59

Page 61: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewKeadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, daerah dan sebagainya dapat