pelaksanaan mekanisme kepangkatan pegawai negeri sipil

88
i PELAKSANAAN MEKANISME KEPANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM RANGKA OTONOMI DAERAH (Studi pada Kantor Badan kepegawaian Daerah Kabupaten Kolaka) Tesis Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Magister Program Studi Magister Ilmu Hukum Oleh : MUHAMMAD TAUFAN No. Induk Mahasiswa : PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Upload: faizal

Post on 02-Jul-2015

384 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

iPELAKSANAAN MEKANISME KEPANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM RANGKA OTONOMI DAERAH (Studi pada Kantor Badan kepegawaian Daerah Kabupaten Kolaka)TesisUntuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat MagisterProgram Studi Magister Ilmu HukumOleh : MUHAMMAD TAUFAN No. Induk Mahasiswa :PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR 2007iiPELAKSANAAN MEKANISME KEPANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM RANGKA OTONOMI DAERAH (studi Pada Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kab

TRANSCRIPT

Page 1: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

i

PELAKSANAAN MEKANISME KEPANGKATAN PEGAWAI

NEGERI SIPIL DALAM RANGKA OTONOMI DAERAH

(Studi pada Kantor Badan kepegawaian Daerah Kabupaten Kolaka)

Tesis

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Mencapai derajat Magister

Program Studi Magister Ilmu Hukum

Oleh :

MUHAMMAD TAUFAN

No. Induk Mahasiswa :

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2007

Page 2: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

ii

PELAKSANAAN MEKANISME KEPANGKATAN PEGAWAI

NEGERI SIPIL DALAM RANGKA OTONOMI DAERAH

(studi Pada Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kolaka)

Oleh :

MUHAMMAD TAUFAN

No. Induk Mahasiswa :

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Pada tanggal 06 Januari 2007

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

susunan Tim Penguji

Ketua

Hamzah Baharuddin, S.H.,M.H.

DR. H. La Ode Husen, S.H.,M.H. DR.H.Muh. Syarief Nuh, S.H.,M.H.

Said Sampara, S.H.,M.H. H.Hasbi Ali, S.H.,M.S.

Makassar………………..Program Pascasarjana UMI

Direktur,

Prof. DR. H. Hambali Thalib, S.H.,M.H.

Page 3: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

ii

Tesis

PELAKSANAN MEKANISME KEPANGKATAN PEGAWAI

NEGERI SIPIL DALAM RANGKA OTONOMI DAERAH

(Studi pada Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kolaka)

Oleh :

MUHAMMAD TAUFAN

No. Induk Mahasiswa :

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Pada tanggal 06 Januari 2007

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

DR. H. La Ode Husen, S.H.,M.H. Said Sampara, S.H.,M.H.

Makassar………………..Program Pascasarjana UMI

Direktur,

Hamzah Baharuddin,S.H.,M.H.

Page 4: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

iii

ABSTRAK

Muhammad Taufan, Nim : ……………………….., Judul Tesis

Pelaksanaan Mekanisme Administrasi Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

dalam kerangka Otonomi Daerah (Studi pada Kantor Badan kepegawaian

Daerah Kabupaten Kolaka), dibimbing oleh Bapak DR. H. LAODE

HUSEN, SH.MH dan Bapak SAID SAMPARA, SH.MH.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis

Pelaksanaan Mekanisme Administrasi Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan dalam kerangka Otonomi

Daerah atau belum serta mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhinya.

Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Badan Kepegawaian Daerah

Kabupaten Kolaka dengan populasi seluruh Pegawai Negeri Sipil yang

melakukan pengurusan Administrasi kepangkatan dan penentuan sample

dilakukan secara purposive dengan jumlah 40 responden.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis kualitatif dan kuantatif. Analisis kualitatif digunakan untuk data

yang tidak dapat dikuantifikasi berupa studi liberatur, dokumen-dokumen

dan peraturan perundang-undangan,. Sedangkan analisis kuantitatif

dipergunakan untuk ditabulasi dengan angka-angka dan pengujiannya

menggunakan model distribusi frekuensi.

Page 5: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

iv

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan Mekanisme

Administrasi Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Kerangka otonomi

Daerah pada Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kolaka

kurang terlaksana secara efektif, karena dipengaruhi oleh beberapa factor

antara lain factor perundang-undangan yang mengatur Mekanisme

Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil belum dilaksanakan sebagaimana

mestinya. Prosedur kepangkatan belum diarahkan untuk peningkatan

kualitas Pegawai Negeri Sipil dan syarat Kepangkatan masih dipandang

prosedurnya berbelit-belit dan terkesan sangat birokratis

Penelitian ini pada akhirnya menyarankan agar dalam pelaksanaan

Administrasi Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil senantiasa lebih

menitikberatkan kepada kemampuan dan system prestasi kerja pegawai

Negeri Sipil. Pelaksanaan pendidikan dan latihan bagi Pegawai Negeri

Sipil secara teratur dan berkesinambungan diadakan dengan anggaran

yang cukup dalam menunjang pelaksanaan kegiatan tersebut. Demikia

pula persyaratan mengenai prosedur Administrasi Kepangkatan

hendaknya lebih efisien.

Page 6: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

v

ABSTRACT

Muhammad Taufan, Nim : ………, Thesis Title The implementation of judul tesis Pelaksanaan Mekanisme Administrasi of civil servant hierarchy administration merchanism (Case Study on Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kolaka), Supervisor Dr.H. la Ode Husen, SH.,MH and Said Sampara, SH.MH.

The aims of this research are to investigation and analyse whether the implementation of civil servant hierarchy administration mechanism in “Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kolaka” by using all civil servants which do the hierarchy which and determined by using purposive sampling method.

Qualitative and quantitative analysis technique are employed in this research. Qualitative analysis is used for un-quantified data which include literature studies, documents and legal documents . meanwhile, Quantitative analysis is applied for quantifield data in the form of empirical data which can be numbered and tabulated. Further analysis is conducted by using frequency distribution model.

The reseult show that the implementation of hirerchhy of civil servant administration mechanism based on regional autonomy framework in kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kolaka is not effective. This is influenced by several factor. First is the implementation of regulations which related to the hierarchy of civil servant administration mechanism not optimimum. Second factors is the hierarchy procedure is not directed towards the civil servant quality improvement. The last factors is the uncertainty and too bureactic procedures that applied

The results of the research suggest that the civil servant hierarchy administration must be emphasised on capabilities and ferpormance based Moreover, it is necessary to imply regular education and training which is sustained and supported by appropriate budget. In addition, the effective and efficient requirement hiierarchy administration procedure must also be applied.

Page 7: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirahim.

Segala puji hanya dipersembahkan bagi ALLAH SWT, Tuhan seru

sekalian alam, yang hanya dengan kekuasaan-Nya lah hamba yang dhoif

ini bisa menikmati indahnya kehidupan jagad raya. Ucapan Alhamdulillah

dan Allahu Akbar, penulis sampaikan kepada ILLAHI ROBBY yang telah

memberi petunjuk dan bimbingan-Nya, sehingga dengan upaya yang

terus menerus dan optimal penulis telah bisa merampungkan penulisan

tesis ini sebagai syarat guna memperoleh Kesarjanaan Strata Dua (S2)

Magister Ilmu Hukum pada Universitas Muslim Indonesia Makassar.

Kekkurangan dan kekeliruan dalam penulisan tesis yang menjadi

kritikan dari berbagai pihak, penulis senantiasa mengucapkan terima

kasih.

Dalam penyelesaian tesis ini tidak terlepas bantuan dan bimbingan

dari berbagai pihak, untuk itu dengan penuh ketawadhu’an,

perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih dan perhargaan yang

tinggi kepada :

1. Prof. DR. H. M. Nasir Hamzah, SE., MSi. Selaku Rektor UMI Makassar

2. Prof. DR. H. Hambali Thalib, S.H.,M.H. Direktur Program Pascasarjana

UMI Makassar

3. DR. H. La Ode Husen, S.H.,M.H. selaku Ketua, yang senantiasa

mendorong penulis untuk berfikir secara komprehensif dalam mengkaji

Page 8: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

vii

permasalahan hukum. Pola berpikir seperti itu, sangat mempengaruhi

kajian dan tulisan yang disusun dalam tesis ini

4. Bapak Said Sampara, S.H.,M.H, sebagai pembimbing Kedua yang

telah memberikan masukan konseptual dalam proses penyelesaian

Tesis in.

5. Ucapan terim kasih kepada Bapak DR.H. MUH. SYARIF NUH,SH.MH,

bapak H. HASBI ALI, SH.MSi dan Bapak HAMZA BAHARUDDIN,

SH.MH sebagai Tim Penilai yang memberikan masukan dan koreksi

atas penulisan tesis ini dimulai sejak seminar proposal, seminar hasil

sampai pada ujian tutup.

6. Semua Dosen pada program Studi Ilmu-ilmu Hukum dan Staf pasca

Sarjana Universitas Muslim Indonesia Makassar.

7. Bapak Drs. H. Buhari Hatta, M.Si, Selaku Bupati Kolaka yang telah

memberikan peluang kepada penulis untuk melanjutkan studi

8. Bapak Drs. Khaerun, MM, selaku Kepala Badan Kepegawaian Daerah

Kabupaten Kolaka yang memberi peluang kepada penulis untuk

mendapatkan informasi berkenaan dengan pelaksanaan Administrasi

Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil.

9. Ayahanda

10. Istri tercinta

Semoga Allah SWT, memberikan balasan yang setimpal terhadapa

pihak-pihak tersebut diatas, dan tentunya harapan penulis semoga karya

ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu hukum. Amin.

Page 9: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

viii

Penulis

Muhammad Taufan

Page 10: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN....................................................................

ABSTRAK...............................................................................................

ABSTRAC...............................................................................................

KATA PENGANTAR...............................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN....................................................................

A. Latar Belakang Masalah....................................................

B. Rumusan Masalah............................................................

C. Tujuan Manfaat Penelitian.................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................

A. Otonomi Daerah................................................................

B. Pengembangan Otonomi Daerah......................................

C. Pembinaan Pegawai Negeri Sipil......................................

D. Dasar Hukum Mekanisme Administrasi Kepangkatan......

E. Mekanisme Administrasi Kepangkatan.............................

F. Kewenangan Otonomi Daerah Dalam fungsi ...................

Administrasi.......................................................................

G. Kerangka Konseptual........................................................

H. Hipotesis...........................................................................

I. Defenisi operasional..........................................................

Page 11: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

x

BAB III METODE PENELITIAN..........................................................

A. Lokasi Penelitian...............................................................

B. Populasi dan sampel.........................................................

C. Jenis dan sumber data......................................................

D. Teknik pengumpulan data.................................................

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................

A. Gambaran lokasi penelitian...............................................

B. Pelaksanaan Mekanisme Administrasi Kepangkatan........

Pada Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten.....

Kolaka...............................................................................

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan ..............

Mekanisme Administrasi Kepangkatan pada Kantor.........

Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kolaka..............

BAB V PENUTUP..............................................................................

A. Kesimpulan.......................................................................

B. Saran-saran......................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................

Page 12: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam bidang kepegawaian selain ditaur oleh Undang-undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah juga ditaur

Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang perubahan Undang-

undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang pokok-pokok Kepegawaian.

Kebijakan kepegawaian dalam undang-undang ini dianut

kebijakan yang mendorong pembangunan Otonomi Daerah, sehingga

kebijakan kepegawaian di daerah yang dilaksanakan oleh daerah

otonom sesuai dengan kebutuhannya.

Sastra Djatmiko (1995 : 28) menyebutkan bahwa yang

dimaksud dengan kebijaksanaan dalam penyelenggaraan

kepegawaian adlah kebijaksanaan dalam arti garis-garis pada

ketentuan pokok (policy) dalam bidang kepegawaian, adalah

pengangkatan, pemberhentian, pemindahan, kenaikan pangkat dan

sebagainya.

Penentuan dan penetapan kebijaksanaan itu dalam peraturan

perundang-undangan, presiden dibantu oleh Menteri negara

Pendayagunaan Aparatur Negara, Kepala Badan Kepegawaian

Negara dan Menteri-menteri lainnya seperti Menteri Keuangan dan

sebagainya.

Page 13: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

2

Selanjutnya tugas Badan Kepegawaian Negara (BKN) adalah

membantu Presiden dalam menetapkan kebijaksanaan kepegawaian,

merencanakan peraturan perundang-undangan, merencanakan

pembinaan kepegawaian sesuai dengan kebijaksanaan Presiden.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah sekarang merupakan landasan formal penyelenggaraan

Pemerintah daerah dengan mengutamakan asas otonomi atau

desentralisasi. Dangan berlakunya Undang-undang tersebut terjadi

perubahan secara menyeluruh baik di pusat maupun di daerah yang

harus diikuti oleh negara, penataan personil dan kelembagaan antara

instansi dari Pegawai Negeri Sipil Pusat yang diperbantukan dan atau

dipekerjakan menjadi Pegawai Negeri Sipil Daerah.

Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999, meletakkan dasar bagi

desentralisasi kepegawaian dengan tetao mempertahankan standar,

kualitas dan fungsi Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur perekat

pemersatu bangsa, sehingga dalam pelaksanaan fungsi tersebut,

kepegawaian diserahkan sebagian kepada daerah sebagaimana

dalam penjelasan Umum Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintah Daerah :

“sejalan dengan kebijakan desentralisiai dalam penyelenggaraan pemerintahan, maka ada sebaian kewenagan dibidang kepegawaian untuk diserahkan kepada daerah yang dikelola dalam sistem kepegawaian”.

Page 14: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

3

Walaupun undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 telah

meletakkan dasar bagi desentralisasi kepegawaian, tetapi menjadi

mengambang, ketika kewenangan daerah yang diatur dalam undang-

undang Nomor 32 Tahun 2004 dihadapkan pada kewenangan

kepegawaian yang diatur dalam Undang-undang Nomor 43 Tahun

1999 Pasal 25, yang menyebutkan bahwa pengangkatan,

pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil dilakukan oleh

presiden. Disinilah terjadi inkonsistensi antara undang-undang Nomor

32 Tahun 2004 dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 yang

mengakibatkan kurang efektif dalam mewujudkan kepastian

hukumnya.

Landasan yuridis pelaksanaan otonomi daerah adalah dari TAP

MPR No.XV/MPR/1998, dalam pasal 1 yang dinyatakan :

“penyelenggaraan otonomi daerah dengan memberikan kewenangan yang luas dan nyata, serta bertanggung jawab di daerah secara profesional, diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat daerah”.

Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan

prinsip-prinsip demokrasi dan memperhatikan keanekaragaman

daerah.

Bahkan begitu kuat keinginan terhadap pelaksanaan otonomi

daerah ini maka Sidang Tahunan MPR tahun 2000, yaitu TAP MPR

No.IV/MPR/2000, dalam konsididaran huruf (b) mengemukakan

bahwa :

Page 15: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

4

“pelaksanaan otonomi daerah selama ini belum dilaksanakan

sebagaimana yang diharapkan sehingga banyak mengalami

kegagalan dan tidak mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

Kegagalan itu menimbulkan ketidakpuasan dan

ketersinggungan rasa keadilan yang melahirkan antara lain

tuntutan untuk memisahkan diri dan tuntutan keras agar

otonomi daeah ditingkatkan pelaksanaannya”.

Pembangunan daerah sebagai bagaian integral dari

pembangunan nasional dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi

daerah dan pengaturan sumber daya nasional yang memberikan

kesempatan bagi peningkatan demokrasi dan kinerja daerah untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat menunju masyarakat

madani yang bebas korupsi, kolusi dan nepotisme. Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah sebagai subsistem pemerintahan negara

dimaksudkan untuk meningkatkan daya guna penyelenggaraan

pemrintahan dan pelayanan masyarakat.

Sebagai daerah otonom, daerah mempunyai kewenangan dan

tanggung jawab menyelengarakan kepentingan masyarakat

berdasarkan prinsip-prinsip keterbukaan, partisipasi masyarakat, dan

pertanggung jawaban kepada masyarakat.

Undang-undang Nomor 32 Tahhun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah dan Undang-undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan Undang-undang

Page 16: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

5

No 43 Tahun 1999 tentang pokok-pokok Kepegawaian yang memberi

kewenangan yang luas pada daerah untuk menggali dan

mengembangkan segala potensi yang dimiliki daerah dalam upaya

penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.

Misi utama dari ketiga Undang-undang tersebut, bukan hanya

pada keinginan untuk melimpahkan kewenangan dan pembiayaan

dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah, tetapi yang lebih

penting adalah untuk meningkatkan efesiensi dan efektifitas

pengelolaan sumber daya termasuk Sistem Administrasi Kepangkatan

kepada masyarakat.

Untuk itu semangat desentralisasi, demokrasi, transparansi,

dan akuntabilitas menjadi sangat dominan dalam mewarnai proses

penyelenggaraan pemerintahan pada umumnya dan proses

pengelolaan kepegawaian di daerah pada khususnya.

Disamping itu, dalam pelaksanaan desentralisasi pemerintahan

kepada daerah, Pegawai Negeri Sipil berkewajiban untuk tetap

menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan harus melaksanakan

tugasnya secara profesional dan bertanggung jawab dalam

menyelenggarakan tugas pemerintahan serta bersih dan bebas dari

korupsi, kolusi dan nepotisme.

Mekanisme Administrasi Kepangkatan yang merupakan bagian

yang integral dari pembinaan Pegawai Negeri Sipil perlu dilakukan

sebaik-baiknya dengan berdasarkan pada perpaduain sistem prestasi

Page 17: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

6

kerja dan sistem karie yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja

untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia secara menyeluruh

dan efektif terlepas dari berbagai penafsiran yang berbeda tentang

perangkat Undang-undang yang mengatur tentang Pegawai Negeri

Sipil.

Hal ini dimaksudkan untuk memberi peluang bagi Pegawai

Negeri Sipil yang berprestasi untuk meningkatkan kemampuannya

secara profesional dan berkopetisi secara sehat. Dengan demikian,

peningkatan dalam jabatan harus didasarkan atas penilaian objektif

terhadapa prestasi, kompetensi dan pelatihan Pegawai Negeri Sipil,

serta kenaikan pangkat, d an juga harus diperhatikan system karir di

Kabupaten Kolaka.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah

yang diidentifikasi adalah sebagai berikut :

1. Apakah mekanisme administrasi Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

pada Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kolaka telah

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan mekanisme

administrasi kepangkatan Pegawai Negeri Sipil pada Kantor Badan

Kepegawaian Daerah Kabupaten Kolaka?

Page 18: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

7

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini pada dasarnya bertujuan untuk ?

1. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah pelaksanaan

Mekanisme Administrasi Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil pada

Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kolaka sudah

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah faktor-faktor yang

mempengaruhi pelaksanaan mekanisme Administrasi Kepangkatan

PNS di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kolaka.

Disamping itu diharapkan pula penelitian ini bermanfaat antara

lain :

1. Secara teoritis, penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan

ilmu hukum pada umumnya, dan Hukum Kepegawaian pada

khususnya

2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran bagi Pemerintah Daerah khususnya Kantor

Badan Kepegawian Daerah Kabupaten Kolaka terhadap pelayanan

Administrasi kepegawaian baik kenaikan Pangkat Pegawai Negeri

Sipil maupun berbagai kegiatan administrasi kepegawaian.

Page 19: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Otonomi Daerah

Menurut pendapat Koesoemaatmaja (1979 : 15) bahwa :

“isitilah otonomi daeri penggalan dua kata bahasa Yunani, yaitu autos berarti sendiri, nomos berarti undang-undang. Berarti otonomi bermakna membuat perundang-undangan sendiri, namun dalam pengembangannya, konsep otonomi daerah, selain mengandung arti membuat Peraturan Daerah, selain mengandung arti membuat Peraturan Daerah juga utamanya mencakupi pemerintahan sendiri”.

Otonomi daerah dilihat dari sudut wilayahnya dilakukan

penyelenggaraan dalam batas-batas wilayah yang dilakukan

Pemerintah Pusat. Di lihat dari sudut substansi atau materi

penyelengaraan otonomi daerah ditentukan oleh sistem rumah tangga

otonomi daerah yang digunakan.

Rumah tangga otonomi daerah materinya memuat pembagian

tugas yang tegas dan terperinci antara kewenangan Pemerintah

Daerah dan Pemerintahan Pusat, materi yang tidak tercantum dalam

undang-undang tersebut tidak termasuk kewenangan rumah tangga,

tetapi berada dalam rumah tangga Pemerintah pusat.

Adapun dalam rumah tangga otonomi daerah secara formal,

kewenangan rumah tangga otonomi daerah tidak ditentukan secara

apriori, Pemerintah Daerah bebas mengatur dan mengurus rumah

tangganya sendiri sepanjang dipandang bermanfaat bagi

Page 20: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

9

kepentingannya guna kemajuan dan perkembangan daerah yang

bersangkutan.

Rumah tangga otonomi daerah secara rill didasarkan kepada

keadaan dan faktor-faktor yang nyata, sehingga tercapai harmonisasi

antara tugas , kemampuan dan kekuatan kondusif, baik ditingkat

Pemerintah Daerah, maupun ditingkat Pemerintah Pusat.

Menurut Tresna (Laica Marzuki,2000 : 2) bahwa : “Rumah

tangga otonomi rill merupakan jalan tengah, tidak melepaskan

kewenangan rumaha tangga otonomi daerah secara formal”.

Sedangkan pengertian otonomi daerah sebagai mana

dijelaskan dalam pasal 1 butir 5 dalam undang-undang Nomor 32

Tahun 2004 bahwa :

“Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.

Otonomi daerah merupakan wujud kehidupan demokrasi dalam

konteks penyelenggaraan negera kesatuan, otonomi daerah

merupakan wadah kehidupan demokrasi rakyat melalui para wakilnya

(DPRD) turut serta dalam penyelenggaraan pemerintahan,

berdasarkan otonomi daerah yang dibangun dalam sistem

pemerintahan desentralisasi, rakyat mengatur rumah tangga mereka

sendiri dalam rangka penyelengaran otonomi daerah.

Suatu negara kesatua baru merupakan wujud pemerintahan

demokrasi bila otonomi daerah dijalankan secara efektif guna

Page 21: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

10

pemberdayaan kemaslahatan rakyat, meliputi kewenangan peraturan

Daerah-peraturan Daerah yang mengakomodir kepentingan rakyat dan

penyelenggaraan pemerintahan yang diemban secara demokratis.

Winarya Surya Adisubrata (1999 : 11), mengemukakan

prinsip-prinsip pemberian otonomi daerah dalam undang-undang

nomor 32 tahun 2004 sebagai berikut :

a. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan prinsip

demokrasi dan dengan memperhatikan keanekaragaman daerah.

b. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas dalam

arti penyaluran kewenangan pemerintah yang secara nyata

dilaksanakan di daerah.

c. Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan di

kabupaten dan kota, sedangkan otonomi daerah propinsi dalah

otonomi terbatas.

d. Pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan konstitusi negara,

sehingga tetap terjamin hubungan yang serasi antara Pemerintah

pusat dan Daerah.

e. Pelaksanaan otonomi daerah lebih mengutamakan kemandirian

otonom sehingga dalam kabupaten dan kota tidak ada lagi wilayah

administrasi atau kawasan khusus.

B. Pengembangan Otonomi Daerah

Otonomi daerha yang dilaksanakan dalam Negara Republik

Indonesia telah diatur kerangka landasannya dalam Undang-undang

Page 22: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

11

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu pasal 18 ayat (1)

dan ayat (2) dijelaskan bahwa :

Ayat (1) : “Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi dan daerah propinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap propinsi, kabupaten dan kota itu mempunyai Pemerintah Daerah, yang diatur dengan undang-undang”

Ayat (2) : “pemerintah daerah Propinsi, Daerah Kabupaten, dan kota mengatur dan mengurusi sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan”.

Maksud otonomi daerah ialah untuk memberikan status atau

kedudukan yang lebih demokratis kepada Pemerintah Daerah

Kabupaten dan kkota. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, diharapkan akan mampu mengakomodasikan

perkembangan yang mengacu ke masa depan, lebih-lebih dalam

menghadapi abad ke 21 dan era globalisasi yang bersifat perdamaian

dan persaiangan.

Asas dari pelaksanaan otonomi daerah keseimbangan

desentralisasi, dekonsentralisasi dan asas pembantuan. Undang-

undang nomor 32 Tahun 2004 memberikan ruang gerak kepada

Pemerintah Daerah untuk dapat melaksanakan tugas-tugasnya.

Prinsip penyelenggaraan pemerintahan di daerah harus serasi dengan

pembinaan politik dalam rangka membina persatuan dan kesatuan

bangsa.

Titik berat otonomi pada daerah menurut H.A.W. Widjaja

(1998 : 139) mempunyai tujuan yaitu :

Page 23: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

12

“untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, serta meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, membina tingkat kestabilan politik dan membina persatuan dan kesatuan”.

Selain itu, otonomi daerah juga bertujuan agar daerah dapat

meningkatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan pembangunan

nasional, dengan demikian daerah kabupatenn dan daerah kota

memiliki kesempatan untuk mengatur rumah tangganya sendiri

menurut pelaksanaan secara nyata, dinamis, serasi dan bertanggung

jawab.

Titik berat otonomi di daeah, karena merupakan yang paling

dekat bersentuhan dengan masyarakat dalam berinteraksi secara

inisiatif dengan masyarakat setempat, dan merupakan ujung tombak

dari Pemerintah Pusat dalam melaksanakan pembangunan.

Dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah penting melakukan

pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai pembangunan

daerah yang diperlukan aparat Pegawai Negeri Sipil sebagai pelaku

penyelenggaraan pemerintahan yang benar-benar mampu mengajak

masyarkat berpartisipasi dalam pembangunan.

C. Pembinaan Pegawai Negeri Sipil

Pembinaan Pegawai Negeri Sipil, sebagai bagian dari tugas

Badan Kepegawaian Daerah sangat luas, maka pembinaan Pegawai

Negeri Sipil yang menjadi dasar pembahasan dalam tesis ini meliputi :

Page 24: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

13

1. Penggajian

Perubahan peraturan gaji Pegawai Negeri Sipil sejak Tahun

1984 sampai tahun 2000 dimaksudkan untuk mengadakan

perbaikan terhadap pendapatan Pegawai Negeri Sipil. Dalam

peraturan-peraturan gaji tersebut dasar penggajian yang dipakai

adalah tetap yaitu berdasar atas pengangkatan pertama sesuai

dengan derajat pendidikan yang dicapai oleh seorang (skala gaji

pemulaan), dan selanjutnya gaji didasarkan atas masa kerja dan

pangkat lanjutan.

Dalam setiap aturan tentang gaji selalu disertakan aturan

tentang pemberian tunjangan sebagai komponen dari pendapatan.

Ada 2 jenis tunjangan, pertama tunjangan yang bersifat sosial yaitu

tunjangan istri/suami dan tunjangan anak; kedua tunjangan kerja

dngan bermacam-macam istilah, seperti tunjangan pelaksana,

tunjangan pejabat, tunjangan khusus pegawai yang bekerja di

tempat terpencil atau di tempat yang berbahaya, tunjangan jabatan

peneliti.

Tunjangan kerja tersebut sifatnya menyeluruh tanpa

membedakan departemen atau lembaga tempat kerja, asal

memenuhi ketentuan pemberian tunjangan tersebut. Ada

tunjanggan kerja yang sifatnya seperti tunjangan khusus Irian Jaya,

tunjangan jabatan bagi pegawai negeri tertentu di bidang

pendidikan, tunjangan jabatan bagi Hakim dan Mahkamah Agung

Page 25: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

14

dan Peradilan Umum, tunjangan jabatan Hakim pada peradilan

Agama, tunjangan jabatan Jaksa, tunjangan jabatan bagi Ketua dan

Anggota Mahkamah Pelayaran, tunjangan jabatan bagi pejabat

tertentu yang ditugaskan pada BPK, tunjangan jabatan bagai

pegawai negeri Sipil yang ditugaskan dibidang persandian.

2. Pengembangan pegawai

Pengembangan pegawai terdiri atas 3 jenis, yaitu : (1)

pendidikan dan latihan; (2) kenaikan pangkat atau jabatan dan; (3)

perpindahan/mutasi

3. Pendidikan dan Latihan

Landasan hukum untuk pembinaan Pegawai Negeri Sipil

jenis ini adalah undang-undang No 8 Tahun 1974 yang telah diubah

dengan undang-undang No. 43 Tahun1999 tentang pokok-pokok

kepegawian, yaitu pada psal 31 jo Peraturan Pemrintah No. 100

Tahun 2000 yang berbunyi sebagai berikut :

“untuk mencapai daya guna dan hasil yang sebesar-besarnya, diadakan pengaturan pendidikan serta pengaturan dan penyelenggaran latihan jabatan Pegawai Negeri Sipil yang bertujuan untuk meningkatkan pengabdian, mutu, keahlian dan keterampilan”.

Namun berhubung dengan kompleksitas pendidikan dan

latiha bagi pegawai negeri yang meliputi berbagai macam keahlian

dan keterampilan, maka Pendidikan dan Latihan pegawai negeri

yang dapat ditangani langsung oleh lembaga Administrasi Negara

barulah pendidikan dan latihan yang mengenai bidang administrasi

Page 26: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

15

dan manajemen, yaitu untuk jenis Pendidikan dan Latihan dengn

istilah Diklatpim, yang terdiri dari Diklatpim IV adalah Diklatpim

untuk jabatan Struktural Eselon IV; Diklatpim Tinggakt III adalah

Diklatpim untuk jabatan Struktural Eselon III; Diklatpim Tinggakt II

adalah Diklatpim untuk jabatan Struktural Eselon II; Diklatpim

Tinggakt I adalah Diklatpim untuk jabatan Struktural Eselon I;

Diklatpim Fungsional

Diklatpim fungsional dilaksanakan untuk mencapai

persyaratan fungsional yang sesuai dengan jenis dan jenjang

jabatan fungsional masing-masing

Jenis dan jenjang Diklat Fungsional untuk masing-masing

jabatan fungsional sebagaimana dimaskud pada poin (a)

ditetapkan oleh masing-masing Pembina Jabatan Fungsional

yang bersangkutan.

Diklat Teknis

Diklat Teknis dilaksanakan untuk mencapai persayaratan

kompetensi yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas Pegawai

Negeri Sipil

Diklat Teknis sebagaimana dimaksud dalam poin (a)

dapat dilaksanakan secara berjenjang. Jenis dan jenjang diklat

teknis ditetapkan oleh isntansi teknis yang bersangkutan.

Pendidikan dan latihan dengan tingkat-tingkat seperti

tersebut diatas adalah merupakan Pendidikan dan Latihan yang

Page 27: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

16

bersifat penjenjangan yang ditujuakan untuk meningkatkan dan

mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan

kepribadian guan memenuhi persyaratan jabatan struktural

dalam pekerjaannya.

Mengenai Pendidikan dan Latihan Pegawai Negeri Sipil

yang sifatnya khusus dan teknis sesuai bidang dan tugas

sektoral pemerintah, pada umumnya dilaksanakan sendiri oleh

masing-masing departemen. Penanggung jawab penyelenggara

Pendidikan dan Latihan ialah Pusat Pendidikan dan Latihan

(PUSDIKLAT), atau apabila di suatu departemen tidak terdapat

unit seperti itu, penyelenggara Pendidikan dan Latihan

dipertanggunga jawabkan kepada beberapa unit misalnya kalau

Departemen Pertambangan dan Energi unit Biro Kepegawaian,

Biro Keuangan,Direktorat Teknik Pertambangan, Pusat

Pengembangan Tekhnologi Minyak dan Gas Bumi (PPTMGB)

“LEMIGAS”. Apabila di BPS ditangani oleh PUSDIKLATKOM,

baik secara langsung maupun dalam bentuk kerjasama dengan

LAN Perwakilan Daerah.

4. Kenaikan Pangkat dan Jabatan

a. Masa kenaikan Pangkat

Masa kenaikan pangkat pegawai Negeri Sipil ditetapkan

tanggal 1 April dan 1 Oktober setiap tahun, kecuali kenaikan

Anumerta dan kenaikan pangkat pengabdian.

Page 28: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

17

Masa kerja untuk kenaikan pangkat pertama Pegawai

Negeri Sipil dihitung sejak pengangkatan sebagai Calon

Pegawai Negeri Sipil.

b. Kenaikan pangkat

Berdasarkan Peraturan No. 12 Tahun 2002 ditegaskan

beberapa hal antara lain :

1. Kenaikan Pangkat Reguler

Kenaikan pangkat reguler kepada Pegawai Negeri

Sipil yang tidak menduduki jabatan fungsional tertentu, dan

melaksanakan tugas belajar dan sebelumnya tidak

menduduki jabatan pimpinan yang telah ditetapkan

persamaan eseonnya atau jabatan fungsional tertentu.

Kenaikan pangkat reguler diberikan sepanjang tidak

melampaui pangkat atasan langsungnya. Kenaikan pangkat

reguler diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil sampai

dengan :

Pengatur muda, golongan Ruang II/a bagi yang

memiliki Surat Tanda Tamat Belajar Sekolah Dasar.

Pengatur, Golongan Ruang II/c, bagi yang memiliki

surat Tanda Tamat Belajar Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama.

Page 29: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

18

Pengatur Tingkkat I, Golongan Ruang II/d, bagi yang

memiliki Surat Tanda Tamat Belajar Sekolah Lanjutan

Kejuruan Tingkat Pertama.

Penata Muda Tingkat I, Golongan Ruang III/b, bagi

yang memiliki Surat Tanda Tamat Belajar Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas, Sekolah Lanjutan Kejuruan Tingkat Atas 3

Tahun, Sekolah Lanjutan Kejuruan Tingkat Atas 4 tahun,

ijazah Diploma I atau Ijazah diploma II.

Penata, Golongan Ruang III/c, bagi yang memiliki

ijazah Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa, Ijazah Diploma

III, ijazah Sarjana Muda, Ijazah Akademi dan Ijazah

Bakaloreat.

Penata Tingkat I, Golongan Ruang III/d, bagi yang

memiliki ijazah Sarjana (S1) atau Ijazah Diploma IV.

Pembina, Golongan Ruang IV/a, bagi yang memiliki

Ijazah Apoteker dan Ijazah Magister (S2) atau ijazah yang

setara.

Ijazah Dokter, Ijazah Apoteker dan Ijazah Magister

(S2) yang penetapan kesetaraannya dilaksanakan oleh

Menteri yang bertanggung jawab di Bidang Pendidikan

Nasionala atau Menteri Agama sesuai bidang masing-

masing.

Page 30: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

19

Pembina tingkat I, Golongan Ruang IV/b, bagi yang

memiliki ijazah Doktor (S3).

Kenaikan pangkat reguler dapat diberikan kepada

Pegawai Negeri Sipil setingkat lebih tinggi apabila yang

bersangkutan sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun dalam

pangkat terakhir, dan setiap unnsur penilaian prestasi kerja

sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 (dua) tahun

terakhir.

Pegawai negeri sipil yang kenaikan pangkatnya

mengakibatkan pindah golongan dari golongan II menjadi

Golongan III dan Golongan III menjadi Golongan IV, harus

telah mengikuti dan lulus ujian dinas yang ditentukan, kecuali

bagi kenaikan pangkat yang dibebaskan dari ujian dinas

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pegawai Negeri Sipil yang diperkejakan atau

diperbantukan di luar instansi induk secara penuh pada

proyek pemerintah, organisasi profesi, nnegara sahabat,

badan internasional atau badan swasta yang ditentukan

dapat diberikan kenaikan pangkat regule sebanyak 3 (tiga)

kali selama dalam penugasan/diperbantukan, kecuali yang

dipekerjakan atau diperbantukan pada lembaga pendidikan

sosial, kesehatan dan perusahaan jawatan.

Page 31: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

20

Bagi Pegawai Negeri Sipil yang dipekerjaan atau

diperbantukan di luar instansi induknya pada Departemen,

Kantor Menteri Negara, Kantor Menteri Koordinasi,

Sekretariat Presiden, Sekretariat Wakil Presiden, Kepolisian

Negara, Kejaksaan Agung, Kesekretariatan Lembaga

Tinggi/Tertinggi Negara, Lembaga Pemerintah Non

Departemen/Pemerintah Daerah, Propinsi/Kabupaten,

kenaikan pangkatnya tidak di batasi 3 (tiga) kali.

2. Kenaikan pangkat Pilihan

Kenaikan pangkat pilihan diberikan kepada pegawai

Negeri Sipil yang :

a. Menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional

tertentu.

b. Menduduki jabatan tertentu yang kepangkatannya

ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

c. Menunjukkan prestasi kerja yang luar biasa

d. Diangkat menjadi pejabat negara

e. Menemukan penemuan baru yang bermanfaat bagi

negara

f. Memperoleh Surat Tanda Tamat Belajar atau Ijazah

g. Melaksanakan tugas belajar dan sebelumnya menduduki

jabatan struktural atau jabatan struktural tertentu

h. Telah selesai mengikuti dan lulus tugas belajar

Page 32: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

21

i. Dipekerjakan atau diperbantukan secara penuh diluar

instansi induknya yang diangkat dan ditetapkan

eselonnya atau jabatan fungsional tertentu.

3. Kenaikan Pangkat Anumerta

Pegawai Negeri Sipil yang dinyatakan tewas,

diberikan kenaikan pangkat anumerta setingkat lebih tinggi.

Dalam ketentuan ini, yang dimaksud dengan tewas adalah :

a. Meninggal dunia karena menjalankan tugas dan

kewajibannya

b. Meninggal dunia dalam keadaan lain yang ada

hubungannya dengan dinasnya

c. Meninggal dunia yang langsung diakibatkan oleh luka

atau cacat jasmani atau cacat rohani yang di dapat dalam

dan karena menjalankan tugas dan kewajibannya.

d. Meninggal dunia karena perbuatan anasir yang tidak

bertanggung jawab ataupun sebagai akibat tindakan

terhadap anasir itu.

4. Kenaikan Pangkat Pengabdian

Kenaikan pangkat pengabdian bagi Pegawai Negeri

Sipil yang meninggal dunia tau akan diberhentikkan dengan

karena mencapai batas usia pensiun.

Pegawai Negeri Sipil yang meninggal dunia atau akan

diberhentikan dengan hormat dengan hak pensiun karena

Page 33: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

22

mencapai batas usia pensiun, dapat diberikan kenaikan

pangkat pengabdian setingkat lebih tinggi, apabila :

a. Sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun secara terus

menerus dan sekurang-kurangnya telah 1 (satu) bulan

dalam pangkat terakhir.

b. Sekurang-kurangnya 20 (dua Puluh) tahun secara terus

menerus dan sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun

dalam pangkat terakhir.

c. Sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun secara terus

menerus dan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dalam

pangkat terakhir

d. Setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya

bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir.

e. Tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang

atau berat dalam 1 (satu) tahun terakhir.

5. Jabatan

Selanjutnya persyaratan untuk dapat diangkat dalam

jabatan struktural adalah :

1. Berstatus Pegawai Negeri Sipil

2. Serendah-rendahnya menduduki pangkat 1 (satu) tingkat

di bawah jenjang pangkat yang ditentukan

3. Semua unsur penilaian prestasi kerja sekurang-

kurangnya bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir

Page 34: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

23

4. Memiliki kompetensi jabatan yang diperlukan

5. Sehat jasmani dan rohani

Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan

struktural tidak dapat menduduki jabatan rangkap, baik

dengan jabatan struktural maupun dengan jabatan

fungsional.

D. Dasar Hukum Mekanisme Administrasi Kepangkatan

Mekanisme Administrasi Kepangkatan merupakan suatu

problem hukum, makanya harus didasarkan pada berbagai peraturan

perundang-undangan yang berlaku, meliputi :

a. UU Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-

undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang pokok-pokok Kepegawaian.

b. UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

c. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pusat dan Pemerintahan Daerah.

d. PP Nomor 3 Tahun 1980 tentang Pengangkatan dalam Pangkat

Pegawai Negeri Sipil

e. PP Nomor 20 Tahun 1991 tentang Kenaikan Pangkat Secara

Langsung

f. PP Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil

g. PP Nomor 11 Tahun 2002 tentang Pengadaan Pegawai Negeri

Sipil

Page 35: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

24

h. PP Nomor 12 Tahun 2002 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai

Negeri Sipil

i. PP Nomor 13 Tahun 2000 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri

Sipil

j. PP Nomor 101 Tahun 2000 tentang pendidikan dan Pelatihan

Jabatan Pegawai Negeri Sipil.

k. PP Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan,

Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.

l. PP Nomor 159 Tahun 2000 tentang pedoman Pembentukan Badan

Kepegawaian Daerah.

E. Mekanisme Administrasi Kepangkatan

Kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil sebelum berlakunya

otonomi daerah diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun

1980 yang memuat 11 (sebelas) jenis kenaikan pangkat, yaitu

kenaikan pangkat reguler, kenaikan pangkat pilihan, kenaikan pangkat

istimewa, kenaikan pangkat pengabdian, kenaikan pangkat anumerta,

kenaikan pangkat dalam tugas belajar, kenaikan pangkat selama

menjadi pejabat negara, kenaikan pangkat selama penugasan diluar

instansi induk, kenaikan pangkat selama menjalankan wajib militer,

kenaikan pangkat sebagai penyesuian ijazah, kenaikan pangkat lain-

lain. Selain itu, diatur pula kenaikan pangkat secara langsung bagi

Pegawai Negeri Sipil yang memegang jabatan fungsional tertentu yang

meliputi guru pada Departemen Pendidikan, Departermen Agama dan

Page 36: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

25

Medis paramedis pada Departemen Kesehatan, serta Pegawai Negeri

Sipil yang berpangkat Guru Muda Tingkat I Golongan Ruang I/b

samapai pengatur Tingkat I Golongan Ruang II/d yang ditetapkan

Surat Kepetusannya secara langsung olehBadan Kepegawaian

Negara, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1991

Mekanisme Administrasi Kepangkatan di dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 adalah ususl Kenaikan Pangkat

tersebut terlebih dahulu diusulkan oleh instanso masing-masing ke

Badan Kepegawaian Negara atau Kantor Regional Badan

Kepegawaian Negara sesuai denga wilayah kerjanya, yang meliputi

Propinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah,

Sulawesi Utara, Propinsi Gorontalo serta Propinsi Maluku dan Maluku

Utara.

Berkas usulan Kenaikan Pangkat diterima di sub Bagian Umum

dan Rumah Tangga, selanjutnya didistribusikan ke Bidang Mutasi yang

kemudian diterima dan disortir pada Sub Bidang Mutasi berdasarkan

wilayah kerja kemudian diteruskan ke Unit Tekhnis atau seksi untuk

ditetapkan menjadi Surat Keputusan. Surat Keputusan tersebut setelah

ditandatangani oleh pejabat yang berwenang dikembalikan ke Unit Sub

Bidang Mutasi untuk dibuatkan pengantar dan tanda terima ke instansi

masing-masing.

Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah, maka terjadi perubahan di bidang

Page 37: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

26

kepegawaian termasuk Mekanisme Kepangkatan, Peraturan

Pemerintah dibidang kepegawaian termasuk Mekanisme Kepangkatan,

Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980 diganti dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 yang kemudian dilakukan

perubahan dengan peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002

tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil.

Jenis kenaikan pangkat yang diatur dalam Peraturan

Pemerintah ini hanya ada 4 (empat), yaitu kenaikan pangkat reguler,

kenaikan pangkat pilihan, kenaikan pangkat pengabdian dan kenaikan

pangkat anumerta. Meskipun hanya dibatasi empat jenis kenaikan

pangkat yang ditaur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980.

Kenaikan pangkat yang diatur oleh Peraturan Pemerintah

Nomor 99 Tahun 2000 jo Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002

tidak lagi mengenal adanya kenaikan pangkat secara langsung dan

penetapan Surat Keputusannya pun tidak lagi ditetapkan oleh Badan

Kepegawaian Negara, akan tetapi ditetapkan oleh Pejabat Pembina

Kepegawaian Daerah setelah mendapat pertimbangan teknis dari

Badan Kepegawaian Negara.

Usul penetapan kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil terlebih

dahulu dibuatkan Usul Pertimbangan Teknis yang ditandatangani oleh

Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota atau

pejabat yang didelegasikan untuk menandatangani usul bagi pegawai

Negeri Sipil Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota, sedangkan bagi

Page 38: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

27

Pegawai Negeri Sipil Pusat yang ada di daerah diusulkan oleh

Pimpinan Instansi sesuai dengan pendelegasian kewenangan masing-

masing instansi.

Usul Nota Pertimbangan Teknis yang telah ditandatangani

disampaikan ke Badan Kepegawaian Negara/Kantor Regional Badan

Kepegawaian Negara untuk mendapatkan pertimbangan teknis apakah

memenuhi syarat atau tidak untuk ditetapkan kenaikan pangkatnya.

Mekanisme/alur berkas tidak mengalami perubahan pada Kantor

Regional IV Badan Kepegawaian Negara yaitu berkas masuk melalui

Sub Bagian Tata Usaha dan Rumah Tangga, selanjutnya diteruskan ke

Bidang Mutasi, Berkas Usul Pertimbangan Teknis yang diterima oleh

Sub Bagian Mutasi didistribusikan ke masing-masing seksi sesuai

dengan wilayah kerja masing-masing. Setelah mendapat pertimbangan

teknis, maka berkas tersebut dikembalikan ke Sub Bidang Mutasi

beserta berkas yang tidak memenuhi syarat bila ada, untuk dibuatkan

pengantar ke instansi masing-masing.

Pertimbangan teknis yang telah ditetapkan oleh Badan

Kepegawian Negara/Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara

belum bisa dijadikan sebagai dasar untuk penggajian sebelum

ditetapkan Surat Keputusan Kenaikan Pangkatnya. Pertimbangan

teknis yang telah ditetapkan oleh Badan Kepegawaian Negara

selanjutnya dikirim ke instansi masing-masing melalui petugas yang

telah ditunjuk untuk kemudian ditetapkan Surat Keputusannya oleh

Page 39: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

28

Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah/Propinsi/Kabupaten/Kota atau

Pimpinan Instansi bagi Instansi Vertikal.

F. Kewenangan Otonomi Daerah dalam Fungsi Administrasi

Mencermati permasalahan otonomi daerah yang terkait dengan

fungsi administrasi pemerintahan di daerah otonom, maka dapat

dikatakan pula bahwa kewenangan tersebut mencakup pula

kewenangan dalam bidang pemerintahan dalam lingkup administrasi

daerah sebagai mana dimaksud dalam pasal 9 Undang-undang Nomor

32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Secara garis besar, kewenangan otonomi daerah dalam lingkup

administrasi kepegawaian adalah mencakup ke dalam norma, standar

dan prosedur mengenai pengangkatan, pemindahan, pemberhentian,

penetapan pensiun, gaji, tunjangan kesejahteraan, hak dan kewajiban

serta kedudukan hukum Pegawai Negeri Sipil di daerah.

Daerah mempunyai kewenangan untuk melakukan pengangkatan,

pemindahan, pemberhentian, penetapan pensiun, gaji, tunjangan dan

kesejahteraan pegawai serta pendidikan dan pelatihan sesuai dengan

kebutuhan dan kemampuan daerah yang ditetapkan dengan peraturan

Daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pemindahan

pegawai antar daerah kabupaten/kota dan atau antar daerah

kabupaten/kota dan daerah propinsi dilakukan oleh Gubernur setelah

berkonsultasi dengan Bupati/walikota dan pemindahan pegawai antar

daerah propinsi dan pusat pemindahan pegawai daerah antar daerah

Page 40: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

29

kabupaten/kota dan daerah kabupaten/kota di daerah propinsi lainnya

ditetapkan oleh pemerintah setelah berkonsultasi dengan Kepala

Daerah.

Pemerintah wilayah propinsi melakukan pengawasan

pelaksanaan administrasi kepegawaian dan karier pegawai di

wilyahnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Oleh karena itu, secara garis besar maka dapat dikatakan

bahwa kewenangan otonomi daerah dalam fungsi administrasi

kepangkatan adalah seluruh kewenangan-kewenagan Pemerintah

Daerah dalam menjalankan Administrasi Kepangkatan sebagai

pencerminan otonomi daerah seperti yang telah dijelaskan di atas.

G. Kerangka Konseptual

Landasan hukum dalam pelaksanaan Mekanisme Administrasi

Kepangkatan diatur melalui undang-undang Nomor 43 Tahun 1999

tentang Perubahan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang

pokok-pokok kepegawaian. Disamping itu, terdapat pula dalam

undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah

yang pengaturannya ditetapkan dalam penjelasan umum bahwa

sejalan dengan kebijakan desentralisasi dalam penyelenggaraan

pemerintahan, maka ada sebagian kewenangan di bidang

kepegawaian untnuk di serahkan kepada daerah yang dikelola dalam

sistem kepegawaian daerah.

Page 41: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

30

Kendati pun demikian, telah ada undang-undang Nomor 43

Tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 yang

mengatur secara konkrit mengenai mekanisme administrasi

kepangkatan, namun dalam realitasnya masih ditemukan kendala-

kendala dalam pelaksanaannya, sehingga berakibat konstribusinya

masih belum memadai guna menunjang terwujudnya otonomi daerah.

Adapun kendala-kendala yang dihadapi Pemerintah Daerah

Kabupaten Kolaka Khususnya Badan Kepegawaian Daerah dalam

melaksanakan Mekanisme Administrasi Kepangkatan ialah :

1. Kurangnya pemahaman tentang substansi hukum yang mengatur

mekanisme Administrasi kepangkatan

2. Biaya administrasi pengurusan yang memberatkan

3. Pengawasan sistem administrasi kepangkatan

4. Penempatan yang tidak disesuaikan dengan jabatan yang

dipangku.

Kendala-kendala tersebut diatas, dapat membawa konsekuensi

terhadap pelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten Kolaka.

Page 42: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

UU No. 43 Tahun 1999UU No. 32 Tahun 2004

PP No. 25 Tahun 2000PP No 3 Tahun 1980 joPP No. 12 Tahun 2000PP No. 100 Tahun 2000PP No. 97 Tahun 2000PP No. 98 Tahun 2000PP No. 97 Tahun 2000 joPP No. 9 Tahun 2003

Pelaksanaan MekanismeAdministrasi Kepangkatan

Substansi HukumBiaya AdministrasiPengawasan Sistem AdministrasiPenempatan dalam suatu jabatan

SudahOptimal

KuarangOptimal

TidakOptimal

31

Diagram Kerangka Konseptual

Page 43: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

32

H. Hipotesis

Bertolak dari permasalahan diatas, maka hipotesis yang dapat

dikemukakan sebagai berikut :

a. Pelaksanaan Mekanisme Administrasi Kepangkatan di Kantor

Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kolaka kurang optimal

mendukung pelaksanaan otonomi daerah.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan Mekanisme

Administrasi Kepangkatan di Kantor Badan Kepegawaian Daerah

Kabupaten Kolaka, antara lain :

1. Substans Hukum Administrasi Kepangkatan

2. Biaya administrasi

3. Pengawasan sistem administrasi kepangkatan

4. Penempatan yang tidak disesuaikan dengan jabatan yang

dipangku

I. Defenisi Operasional

Untuk memudahkan pemahaman dalam penelitian ini, beberapa

istilah diberi batasan pengertian sebagai berikut :

- Mekanisme adalah keseluruhan daru sistem fungsi dan tugas

organisasi Kantor Badan Kepegaawaian Daerah Kabupaten

Kolaka.

- Administrasi adalah kegiatan yang berkaitan dengan

penyelenggaraan pemerintahan.

Page 44: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

33

- Pangkat adalah kedudukan yang menunjukkan tingkat seseorang

Pegawai Negeri Sipil berdasarkan jabatannya dalamm rangkaian

susunan kepegawaian dan digunakan sebagai dasar penggajian

- Kenaikan pangkat adalah penghargaan yang diberikan atas

prestasi kerja dan pengabdian Pegawai Negeri Sipil terhadap

Negara.

- Mekanisme Administrasi Kepangkatan adalah kegiatan, cara atau

alur kerja mulai dari pengusulan nota pertimbangan dari daerah

sampai kepada pemberian pertimbangan teknis, kenaikan pangkat

Pegawai Negeri Sipil pada Kantor Badan Kepegawaian Daerah

Kabupaten Kolaka.

- Otonomi Daerah adalah kewenangan daerah otonomi untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat

menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi ketentuan

perundang-undangan yang berlaku.

- Eselon adalah tingkat jabatan struktural

- Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang berwewenang

mengangkat, memindahkan atau memberhentikan Pegawai Negeri

Sipil dalam dan dari jabatan struktural sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

- Pegawai negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia

yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat

yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri,

Page 45: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

34

atau diserahi tugas negara lainnya dan di gaji berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

- Pegawai Negeri Sipil adalah Pegawai Negeri Sipil yang gajinya

dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan

bekerja pada Departemen, Kejaksaaan Agung, Sekretariat Negara,

Sekretariat Kabinet, Sekretariat Militer, Sekretariat Presiden,

Sekretariat Wakil Presiden, Kantor Menteri Koordinasi, kantor

Menteri Negara, Kepolisian Negara, Lembaga Pemerintah Non

Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara,

Instansi Vertikal di Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota, kepaniteraan

Pengadilan atau dipekerjakan untuk menyelenggarakan tugas

negara lainnya.

- Pegawai Negeri sipil Daerah dalah Pegawai Negeri Sipil Daerah

Propinsi/Kabupaten/Kota yang gajinya pada Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah dan bekerja pada Pemerintah Daerah atau

dipekerjakan diluar instansi induknya.

- Badan kepegawain daerah yang selanjutnya disingkat BKD adalah

perangkat daerah yang melaksanakan manajemen pegawai negeri

sipil daerah dalam membantu tugas pokok Pejabat Pembina

Kepegawaian Daerah.

- Jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung

jawab, wewenang dan hak seorang pegawai negeri sipil dalam

suatu satuan organisasi negara.

Page 46: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

35

- Jabatan struktural adalah kedudukan yang menunjukkan tugas,

tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang Pegawai Negeri

Sipil dalam rangka memimpin suatu satuan organisasi negara.

- Jabtan fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas,

tanggung jawab, wewenang dan hak seseorangg Pegawai negeri

sipil dalam rangka menjalankan tugas pokok keahlian dan/atau

keterampilan untuk mencapai tujuan organisasi.

- Golongan ruang adalah golongan ruang gaji yang diatur dalam

perundang-undangan yang berlaku.

- Sudah optimal adalah mekanisme administrasi kepangkatan sudah

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

- Kurang optimal adalah Mekanisme Administrasi Kepangkatan

kurang dilaksanakan sebagaimana ketentuan yang berlaku

- Tidak optimal adalah Mekanisme Administrasi Kepangkatan tidak

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Page 47: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kantor Badan

Kepegawaian Daerah Kabupaten Kolaka. Pemilihan lokasi ini

didasarkan pada pertimbangan bahwa Mekanisme Administrasi

Kepangkatan di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabuaten Kolaka

belum menunjang dalam meningkatkan peranan Pegawai Negeri Sipil.

Pertimbangan lain dipilihnya lokasi ini karena Kantor Badan

Kepegawaian Daerah Kabupaten Kolaka adalah salah satu Kantor

BKD yang tidak tertutup kemungkinannya mempunyai kendala-kendala

dalam peningkatan pelayanan administrasi kepegawaian dalam rangka

pelaksanaan otonomi daerah.

B. Populasi dan Sampel

- Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pegawai Negeri

Sipil yang ditempatkan pada Kantor Badan Kepegawaian Daerah

Kabupaten Kolaka

- Sampel

Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah

ditetapkan berdasarkan golongan kepangkatan Pegawai Negeri

Sipil di BKD Kabupaten Kolaka dengan jumlah sampel sebanyak 40

Orang dengan rincian sebagai berikut :

Page 48: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

37

1. Golongan IV = 10 orang

2. Golongan III = 10 orang

3. Golongan II = 10 orang

4. Golongan I = 10 orang

Penempatan jumlah sampel di atas didasarkan atas teknik

penarikan sampel secara purposive sampling.

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

- Data primer, yaitu data empirik yang sumbernya diperoleh secara

langsung dari responden

- Data sekunder, yaitu data yang sumbernya diperoleh dari bahan

jurnal, referensi hukum, dokumentasi hukum yang diperoleh dari

instansi pemerintah dan peraturan perundang-undangan yang

relevan dengan permasalahan penelitian ini.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian

ini adalah :

1. Wawancara, yakni dilakukan langsung dengan para responden,

Pegawai Negeri Sipil pada kantor BKD pada kabupaten kolaka,

yaitu :

a. Pejabat Eselon III di Kantor BKD Kabupaten Kolaka 1 orang

b. Pejabat Eselon IV Kantor BKD Kabupaten Kolaka 4 orang

Page 49: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

38

2. Kuisener yakni pengumpulan data melalui teknik pengedaran

pertanyaan dalam bentuk kuisioner kepada para responden yang

telah ditetapkan.

E. Analisis Data

Dalam penelitian ini, analisis data yang dipergunakan adalah

analisis kualitatif dan kuantitatif.

Analisis kualitatif dipergunakan untuk menganalisis data yang

sukar untuk dikuantifikasikan, sedangkan analisis kuantitatif

dipergunakan terhadap data yang telah dikuantifikasikan.

Untuk analisis kuantitaif, dibuktikan dengan menggunakan

teknik pengujian, yaitu : Model distribusi frekuensi dengan rumus :

P= FN×100%

Dimana :

P : Persentase

F : Frekuensi

N : Jumlah Sample

100 % : Angka Pembulat

Page 50: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

1. Wilayah Hukum Kabupaten Kolaka

Kabupeten Kolaka sebagai salah satu daerah kabupaten /

kota yang ada pada Propinsi Sulawesi Tenggara di Jazirah

Tenggara Pulau Sulawesi dan secara geografis terletak pada

bagian barat Propinsi Sulawesi Tenggara, memanjang dari utara ke

selatan berada diantara 2’ – 5’ Lintang Selatan dan membentang

dari Barat ke Timur diantara 120’ 45’ – 120’ 30’ Bujur Timur,

dengan batasan wilayah kabupaten sebagai berikut.

- Sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Luwu Timur

Propinsi Sulawesi Selatan

- Sebelah barat berbatasan dengan Teluk Bone

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Buton Propinsi

Sulawesi Tenggara

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kendari Propinsi

Sulawesi Tenggara.

Adapun luas wilayah Kabupaten Kolaka adalah 6.918,33

Km2 atau sama dengan 21,78 persen dari luas wilayah Propinsi

Sulawesi Tenggara yang didistribusikan pad 14 kecamatan.

Page 51: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

40

Jika dilihat dari segi luasnya wilayah khususnya per

Kecamatan yang ada, dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1

Luas Wilayah Kabupaten Kolakadirinci Menurut Kecamatan

No Kecamatan Luas (Km2)Persentase

Terhadapap Luas1 wolo 646,64 9,342 Samaturu 543,90 7,863 Latambaga 297,10 4,294 Kolaka 218,38 3,155 Uluiwoi 120,03 1,756 Baula 170,44 2,467 Pamolaa 333,82 4,828 Tanggetada 409,91 5,929 Watubangga 507,68 7,3410 Mowewe 387,08 5,5911 Wunduloka 2.249,06 32,5112 Tirawuta 381,14 5,5113 Landongi 368,34 3,8714 Lambandia 384,86 5,56

Jumlah 6.918,33 100Sumber data : Kantor BPS Kabupaten Kolaka, 2006

Berdasarkan pada tabel 1 diatas, maka luas wilayah

Kabupaten Kolaka meliputi 14 kecamatan denga luas keseluruhan

6.918,33 Km2, dimana wilayah kecamatan yang paling luas adalah

Kecamatan Wunduloka dan terkecil Kecamatan Uluiwoi.

Selanjutnya, jumlah penduduk Kabupaten Kolaka sebagai

potensi besar masyarakat yang perlu diberdayakan, dimana

berdasarkan hasil registrasi tahun 2003 berjumlah 237,208 jiwa.

Jumlah penduduk per kecamatan di Kabupaten Kolaka

dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 52: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

41

Tabel 2

Jumlah Penduduk Kabupaten Kolakadirinci Menurut Kecamatan

No KecamatanJumlah Jiwa

Frekuensi Presentase1 wolo 19.950 8,412 Samaturu 14.950 6,303 Latambaga 21.277 8,964 Kolaka 25.567 10,775 Uluiwoi 15.224 6,416 Baula 7.499 3,167 Pamolaa 21.636 9,128 Tanggetada 8.919 3,759 Watubangga 22.872 9,6410 Mowewe 6.483 2,7311 Wunduloka 11.342 4,7812 Tirawuta 17.342 7,5713 Landongi 17.971 9,3314 Lambandia 21.366 9,01

Jumlah 6.918,33 100Sumber data: Kantor BPS Kabupaten Kolaka

Data tersebut di atas menunjukka bahwa potensi produk

yang ada di Kabupaten Kolaka cukup besar untuk diperdayakan.

Hal ini dapat dilihat dari cukup banyaknya populasi penduduk lokasi

disetiap kecamatan tersebut. Ini tentunya menjadi tantangan

tersendiri bagi pemerintahan Daerah Kabupaten Kolaka khususnya

aparaturnya diman dengan jumlah penduduk yang cukup besar

tersebut memerlukan perhatian dan kemampuan untuk diberikan

pelayanan yang sebaik-baiknya.

Dalam kaitan ini, pelaksanaan pemberdayaan aparatur

pemerintah yang mengalami pengalihan status dari Pegawai Negeri

Sipil pusat menjadi Pegawai Negeri Sipil Daerah, karenna dapat

Page 53: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

42

dipastikan akan terjadi berbagai perubahan yang berkenaan

dengan Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, termasuk dalam

pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil.

2. Aparatur Pemerintah Daerah Kabupaten Kolaka

Kabupaten Kolaka sebagai salah satu daerah kabupaten

yang ada di Propinsi Sulawesi Tenggara, mempunyai kewenangan

sebagai pelaksana otonomi daerah sebagaimana yang diatur

dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2004.

Untuk melaksanakan kewenangan yang dimiliki tersebut,

ternyata pihak Pemerintah Kabupaten Kolaka harus memiliki input

berupa aparatur, pembiayaan dan peralatan (Sarana dan

Prasarana). Dalam penyelengaraan, kewenangan pemerintah

tersebut, maka kondisi objektif aparatur pemerintah yang dimiliki

oleh Kabupaten Kolaka termasuk dalam konteks Pelaksanaan

Mekanisme Administrasi Kepangkatan aparatur Pemerintah Daerah

Kabupaten Kolaka.

Menurut data yang ada pada Badan Kepegawaian Daerah

dan Diklat (BKD) Kabuapaten Kolaka, maka aparatur pemerintah

Daerah ini berdasarkan hasil pendaftaran ulang Pegawai Tahun

2006 sebanyak 5.678 orang, yang tersebar diseluruh Dinas,

Instansi/Kantor, Sekretariat Daerah, Sekretariat Dewan, Kecamatan

dan Kelurahan.

Page 54: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

43

Dari jumlah keseluruhan aparatur Pemerintah Kabupaten

Kolaka tersebut, bila dilihat dari tingkat pendidikan formal maka

ternyata hampir semua aparatur berada pada tingkat pendidikan

menengah (SLTP dan SMU), hanya sebagian kecil yang lulusan S1

dan S2.

Memang pada dasarnya selama ini baik di Pemerintah Pusat

maupun di Pemerintah Daerah, di dalam kerangka melakukan

rekruitmen pegawai atau aparatur senantiasa diarahkan pada

lulusan menengah (SLTA dan Sederajat), walaupun untuk lulusan

pendidikan menengah kebawah dan pendidikan tinggi tetap

dibutuhkan, tetapi jumlahnya relatif lebih sedikit jika dibandingkan

dengan kebutuhan akan tenaga lulusan pendidikan menengah.

Mengenai tingkat pendidikan aparatur pemerintah Kabupaten

kolaka dapat dilihat pada :

Tabel 3

Tingkat Pendidikan Formasi Aparatur Pemerintah Kabu. KolakaKondisi sampai dengan tahun 2006

No Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase

1 SD 8 0,12 SLTP 53 0,93 SMU 2.755 48,64 D1, D2, D3 709 12,55 Sarjana 2.055 36,26 Magister 96 1,77 Doktor - -

Jumlah 5.678 100

Sumber data : Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kolaka, 2006

Page 55: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

44

Bila diperhatikan tabel di atas, tampak bahwa pada tingkat

pendidikan menengah, yakni sebanyak 2.755 orang atau 48,6%

dari jumlah keseluruhan aparatur pemerintah sebanyak 5,676

orang.

Sedangkan aparatur pemerintah berpendidikan tinggi (tamat

sarjana, Magister dan Doktor) sebanyak 2.151 orang atau 37,8 %

jumlah ini belum dihitung yang tamatan sarjana muda/D3 sebanyak

709 orang. Hal ini menunjukkan bahwa sudah tersedia tenaga yang

handal, walaupun masih belum mencukupi jika benar-benar

diharapkan terjadi peningkatan kualitas sumber daya aparatur,

termasuk dalam kerangka memberikan pelayanan guna

pemberdayaan masyarakat.

Kondisi dari tingkat formal ini, walaupun masih memerlukan

peningkatan, tetapi kalau dapat diberdayakan secara optimal, akan

mampu meningkatkan kinerja Pemerintah Kabupaten Kolaka, baik

untuk tugas dibidang pemerintahan, pembangunan maupun

kemasyarakatan.

Selanjutnya, akan diketengahkan kondisi aparatur

pemerintah Kabupaten Kolaka menurut Pendidikan dan latihan

yang sudah diikuti baik yang merupakan pendidikan penjenjangan

yang sekarang disebut dengan diklat Kepemimpinan, maupun

Diklat Teknis dan Administrasi yang disesuaikan dengan tugas dari

Page 56: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

45

masing-masing aparatur bersangkutan. Untuk lebih jelasnya, dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4

Pendidikan dan Latihan yang diikuti olehAparatur Pemerintah Kabupaten Kolaka

No Jenis Diklat Jumlah Persentase1 Kepemimpinan (Struktural) 457 17,972 Teknis 1.096 43,083 Administrasi 991 38,95

Jumlah 2.544 100

Sumber Data : Badan Kepegawaian dan Diklat Daerah Kabupaten Kolaka, Tahun 2006

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa jumlah aparatur yang

mengikuti pendidikan perjenjangan (struktural) dalam bentuk Diklat

kepemimpinan Tingkat IV, III, II, dan I relatif masih kurang jika

dibandingkan dengan jumlah aparatur yang ada, karena hanya 477

orang atau sekitar 17,97 % sedangkan kalau dibandingkan dengan

aparatur yang pernah mengikuti diklat, sebanyak 2.544 orang atau

sekitar 38,72 dari keseluruhan aparatur tersebut sebanyak 5.676

orang.

Kondisi aparatur bila dilihat dari pendekatan diklat, masih

lebih dari setengah aparatur Pemerintah Daerah Kabupaten Kolaka

belum pernah mengikuti Diklat, yakni sebanyak 3.132 orang atau

sekitar 55,2 % dari 5.676 orang. Bila dikaji dari segi penempatan

tugas, maka dapat diketahui bahwa masih sangat besar

penempatannya pada kegiatan administrasi dari pada kegiatan

Page 57: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

46

teknis, sehingga kondisi tersebut dapat menggambarkan bahwa

banyak aparatur tidak bisa bekerja optimal. Untuk jelasnya dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5

Penempatan Tugas Aparatur Pemerintah Kabupaten KolakaKondisi Sampai dengan Bulan Maret 2004

No Jenis Diklat Jumlah Persentase1 Jabatan Struktural 808 14,22 Jabatan Fungsional 1.072 18,93 Staf Administrasi 3.796 66,9

Jumlah 5.676 100

Sumber Data : Badan Kepegawaian dan Diklat Daerah Kabupaten Kolaka, Tahun 2006

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa jumlah

aparatur yang ditugaskan pada bidang teknis sebagai pegawai atau

pejabat fungsional sangat sedikit bila dibandingkan dengan uraian

jabatan yang tersedia karena hanya 1.072 orang atau sekitar

18,9%.

Hal ini mengandung arti bahwa perencanaannya belum

dilakukan dengan baik penempatan aparatur dan penataan jabatan

fungsional ini, sehingga penempatan aparatur Pemerintah

Kabupaten Kolaka pada jabatan administrasi (staff) yang kurang

jelas tugas dan fungsinya (job description) konseksuensinya

banyak kalangan aparatur pemerintah tersebut menjadi tidak punya

pekerjaan.

Page 58: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

47

Upaya pemerintah untuk melakukan penataan kepegawaian

secara terencana agar dapat memberikan pelayanan secara

optimal kepada masyarakat, sesungguhnya telah mulai dirintis

dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun

2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah, dimana

menurut ketentuan ini kedudukan, tugas dan fungsu dari aparatur

harus ditata dengan baik dan berkualitas yang disesuaikan dengan

kebutuhan masing-masing.

Dengan peraturan pemerintah ini, diharapkan akan terwujud

suatu penataan organisasi dan kepegawaian secara baik, yang

selanjutnya akan terwujud suatu link dan match antara aparatur

dengan bidang tugasnya. Hal ini sejalan dengan pendapat dari

HAW. Wijaya (1998 : 20-23) yang menyatakan bahwa apabila kita

berbicara tentang sumber daya manusia aparatur Pemerintah

Daerah Maka tidak terlepas dari pembicaraan link dan match yaitu

Pemerataan, kualitas, relevansi dan efesiensi.

Konsekuensi logis dengan berlakunya Peraturan Pemerintah

Nomor 8 Tahun 2003, adalah terjadinya efesiensi organisasi

kepegawaian yang diarahkan pada kualitas dan profesionalisme

akan lebih banyak dijadikan sebagai pejabat fungsional daripada

pejabat struktural maupun staf administrasi.

Page 59: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

48

B. Pelaksanaan Mekanisme Administrasi Kepangkatan pada Kantor

Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kolaka.

1. Inventarisasi Hukum

Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang

kepegawaian dalam penyelenggaraan otonomi daerah adalah :

a. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah

b. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 jo undang-undang Nomor

43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian

c. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pusat dan Pemerintah Daerah.

d. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang

Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan propinsi sebagai

Daerah otonom.

e. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980 jo Peraturan

Pemerintah Nomor 12 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat

Pegawai Negeri Sipil

f. Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang

Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural.

g. Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi

Pegawai Negeri Sipil

h. Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang

Pengadaan Pegawai Negeri Sipil

Page 60: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

49

i. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2000 jo Peraturan

Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Kewenangan

Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai

Negeri Sipil.

j. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2003 tentang Peraturan

Gaji Pegawai Negeri Sipil.

k. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang

Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil.

l. Keputusan Presiden Nomor 159 Tahun 2000 tentang Pedoman

Pembentukan Badan Kepegawaian Daerah.

2. Sinkronisasi Hukum

Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, peranan

daerah diharapkan mampu memahami perubahan yang terjadi

secara cepat dan tepat dalam arti prospektif nasional maupun

internasional. Keberhasilan untuk menyesuaikan perubahan

tersebut sangat ditentukan oleh aparatur yang memimpin, sejauh

mana dapat mengembangkan misi dan visi organisasi.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah memberikan kewenangan kepad daerah

yang mencakup kewenangan diseluruh bidang pemerintahan,

termasuk kewenangan di bidang kepegawaian sebagaimana diatur

dalam penjelasan umum undang-undang Nomor 32 Tahun 2004.

Page 61: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

50

Sebagai konsekuensi dari pemberlakuan otonomi daerah,

wajar saja apabila kewenangan itu dilaksanakan oleh daerah.

Hanya saja, bahwa masalah kepegawaian juga diatur oleh satu

undang-undang tersendiri, yaitu Undang-undang tersendiri Nomor 8

Tahun 1974 jo Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang

Pokok-pokok Kepegawaian.

Jika kita mencermati kewenangan yang dimiliki oleh daerah

menurut undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 pada pasal 76

yang menyatakan bahwa “Daerah mempunyai kewenangan untuk

melakukan pengangkatan, pemindahan, pemberhentian, penetapan

pensiun, gaji, tunjangan dan kesejahteraan pegawai serta

pendidikan dan latiha sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan

daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah, berdasarkan

peraturan perundang-undangan terjadi ketidak singkronan dengan

pasal 25 ayat (3) Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang

pokok-pokok kepegawaian dimana dalam pasal tersebut dijelaskan

bahwa pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian Pegawai

Negeri Sipil dilakukan oleh Presiden walaupun dalam ayat (2) pasal

25 Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999, presiden dapat

menyerahkan wewenangnya kepada pejababt pembina

Kepegawaian Daerah. Dengan demikian antara pusat dan daerah

terjadi tarik ulur, masing-masing ingin mempertahankan

Page 62: Pelaksanaan Mekanisme Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil

51

kewenangan. Namun dundangkannya Undang-undang Nomor 32

Tahun 2004, tidak ada lagi hal seperti itu.

Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 menginginkan

Pegawai Negeri Sipil dalam melayani masyarakat bersifat netral

dan tidak dipengaruhi oleh partai politik tetapi Peraturan

Pemerintah Nomor 96 Tahun 2000 tidak jelas memisahkan antara

kewenangan jabatan politik dan jabatan karier karena yang

memegang wewenang pengangkatan, Pemberhentian Pegawai

Negeri Sipil adalah pejabat politik

3.

C.