pre planing - · pdf filetentang cara pe rawatan lansia ... tonus vaskular dan penanganan...
TRANSCRIPT
Dewi, Lila, Liska, Rifqa, Rep, Irma, Friska, Muryati, Pitri, Yeni, Arny, Deko, Andria, Teguh, Baihaki.
1
PRE PLANING
PENYULUHAN HIPERTENSI DAN TERAPI HUMOR
PADA LANJUT USIA (LANSIA)
DI RW XIV PUSKESMAS NANGGALO – PADANG
A. Latar Belakang
Seiring dengan meningkatnya umur harapan hidup yang ditandai
dengan banyaknya lanjut usia (lansia) yang hidup di tahun 2000 sebanyak 9,99 %
dari 22.277.700 jiwa penduduk Indonesia dan diperkirakannya umur harapan
hidup tersebut akan meningkat pada tahun 2020 bagi kelompok umur 65 – 70
tahun menjadi 11,09 % dari 29.120.000 jiwa penduduk Indonesia.
Sesuai dengan program pemerintah yang menetapkan umur harapan
hidup yaitu 65 tahun diharapkan lansia dapat tetap mempertahankan
kesehatannya agar tetap produktif dalam kehidupannya.
Secara individu, pada usia di atas 55 tahun terjadi proses penuaan secara
alamiah. Hal ini tentu saja menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi
dan psikologis. Dengan bergesernya pola perekonomian dari pertanian ke industri
maka pola penyakit juga bergeser dari penyakit menular menjadi penyakit tidak
menular (degeneratif ) (Nugroho, 2000).
Menurut (Applegate, 2002) terapi yang sangat dianjurkan untuk
dilaksanakan pada penderita hipertensi yang berusia lanjut adalah terapi
nonfarmakologis, yaitu dengan mengadopsi gaya hidup sehat, salah satunya yaitu
dengan aerobik. Namun karena keterbatasan fisik yang dimiliki, kebanyakan
lansia mengatasi tingginya tekanan darah dengan terapi farmakologis dan dengan
banyak beristirahat saja. Padahal terapi farmakologis tidak dianjurkan bagi lansia
karena efek polifarmasi, sementara dari penelitian ini dengan beristirahat saja
ternyata tidak mampu merubah tekanan darah lansia.
Di zaman modern ini, biaya pengobatan menjadi sangat mahal, apalagi
untuk penyakit yang berhubungan dengan stress, seperti penyakit jantung dan
hipertensi. Sebuah pengobatan yang direkomendasikan untuk lansia, yang mudah
Dewi, Lila, Liska, Rifqa, Rep, Irma, Friska, Muryati, Pitri, Yeni, Arny, Deko, Andria, Teguh, Baihaki.
2
serta dapat menghemat pengelaran biaya medis dan memperkuat sistem
kekebalan, serta yang memainkan peranan penting dalam pencegahan sejumlah
besar penyakit adalah dengan tertawa (Kataria, 2004).
Dari Pengkajian terhadap lansia yang ada di RW XIV Puskesmas
Nanggalo terdapat kurang lebih 50% diantaranya mempunyai penyakit
hipertensi. Sehubungan dengan permasalahan diatas maka kami kelompok P
Praktek Profesi Keperawatan Gerontik PSIK FK UNAND tertarik untuk
memberikan penyuluhan tentang hipertensi dan terapi humor yang berguna untuk
menambah pengetahuan lansia tentang manfaat dan pelaksanaan terapi humor
terhadap penurunan hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta mengetahui perawatan
hipertensi.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan lansia mampu:
Menyebutkan pengertian penyakit hipertensi.
Mampu menyebutkan klasifikasi hipertensi.
Menyebutkan penyebab dari hipertensi.
Menyebutkan tanda dan gejala hipertensi.
Menyebutkan akibat lanjut hipertensi
Menyebutkan cara perawatan hipertensi (terapi humor)
Menyebutkan pengertian terapi humor
Menyebutkan kelebihan terapi
Menyebutkan manfaat dari terapi humor (tertawa)
Mampu menyebutkan bagaimana tertawa menjadi sebuah terapi
Menyebutkan kontraindikasi dari terapi humor
Dewi, Lila, Liska, Rifqa, Rep, Irma, Friska, Muryati, Pitri, Yeni, Arny, Deko, Andria, Teguh, Baihaki.
3
B. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik
Perawatan lansia dengan hipertensi.
2. Sasaran dan Target
Sasaran : Seluruh lansia yang ada di RW XIV Puskesmas Nanggalo Padang
3. Metode
Ceramah
Tanya jawab
Diskusi
4. Media dan alat
LCD atau Flip chart
Leaflet
5. Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Jum’at / 11 Maret 2011
Waktu : 09.00 WIB s.d
Tempat :
6. Pengorganisasian
1. Penanggung Jawab : Kelompok P
2. Moderator : Rifqa Sopia, S.Kep
3. Pemateri : Irma Pidora, S.Kep
4. Observer : Muryati, S.Kep, Friska Wulandari, S. Kep,
Teguh Kurniawan,S. Kep
5. Fasilitator :Dewi,S. Kep, Lila Prima Setia,S. Kep,
Liska Putri Yendra,S. Kep,
Replindawati,S. Kep, Deko Handoko,S.
Kep, Andria Eko Putra,S. Kep, Pitri Yanti,
Dewi, Lila, Liska, Rifqa, Rep, Irma, Friska, Muryati, Pitri, Yeni, Arny, Deko, Andria, Teguh, Baihaki.
4
S. Kep, Suwarni,S. Kep, Yeni Fitria,S.
Kep, Baihaki,S. Kep
7. Setting Tempat
Keterangan :
: Pembimbing
: Pemateri
: Moderator
: Peserta
: Fasilitator dan observer
C. Kegiatan Penyuluhan
No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. 5 menit Pembukaan
- Perkenalan mahasiswa
- Perkenalan dengan Dosen / CI
- Menjelaskan tujuan
- Menjelaskan kontrak waktu
- Memperhatikan
- Memperhatikan
- Memperhatikan
- Memperhatikan
2. 30 menit Pelaksanaan
- Menggali kepada peserta tentang
pengertian hipertensi
- Memberikan reinforcement positif
atas jawaban peserta
- Memberikan tanggapan
- Mendengarkan
Dewi, Lila, Liska, Rifqa, Rep, Irma, Friska, Muryati, Pitri, Yeni, Arny, Deko, Andria, Teguh, Baihaki.
5
- Menjelaskan tentang pengertian
hipertensi.
- Memotivasi untuk mengulang
kembali
- Memberi reinforcement positif
- Menggali pengetahuan peserta
tentang klasifikasi hipertensi
- Memberi reinforcement positif
- Menjelaskan tentang klasifikasi
hipertensi
- Memotivasi peserta untuk
mengulang kembali
- Memberi reinforcement positif
- Menggali pengetahuan peserta
tentang penyebab hipertensi
- Memberikan reinforcement positif
atas jawaban peserta
- Menjelaskan penyebab hipertensi.
- Memotivasi peserta untuk
mengulang kembali
- Memberi reinforcement positif
- Menggali pengetahuan peserta
tentang tanda dan gejala hipertensi
- Memberikan reinforcement positif
atas jawaban peserta
- Menjelaskan tanda / gejala
hipertensi
- Memotivasi peserta untuk
mengulang kembali
- Memberi reinforcement positif
- Menggali pengetahuan peserta
tentang akibat lanjut hipertensi
- Memberi reinforcement positif
- Menjelaskan tentang akibat lanjut
dari hipertensi.
- Memotivasi peserta untuk
mengulang kembali
- Memberi reinforcement positif
- Menggali pengetahuan peserta
tentang cara perawatan lansia
dengan hipertensi
- Memberikan reinforcement positif
atas jawaban peserta
- Menjelaskan lebih lanjut tentang
- Memperhatikan
- Memperhatikan
- Mendengarkan
- Memberikan tanggapan
- Mendengarkan
- Memperhatikan
- Memberikan tanggapan
- Mendengarkan
- Memberikan tanggapan
- Mendengarkan
- Memperhatikan
- Memberikan tanggapan
-Mendengarkan
- memberikan tanggapan
-Mendengarkan
- Memperhatikan
- Memberikan tanggapan
- Mendengarkan
-Memberikan tanggapan
-Mendengarkan
-Memperhatikan
-Memberikan tanggapan
- Mendengarkan
- Memberikan tanggapan
-Mendengarkan
-Memperhatikan
Dewi, Lila, Liska, Rifqa, Rep, Irma, Friska, Muryati, Pitri, Yeni, Arny, Deko, Andria, Teguh, Baihaki.
6
cara perawatan lansia dengan
hipertensi.
- Memotivasi peserta untuk
mengulang kembali
- Memberi reinforcement positif
- Menggali pengetahuan peserta
tentang terapi humor
- Memberi reinforcement positif
- Menjelaskan tentang terapi humor
dan manfaatnya
- Motivasi peserta untuk mengulangi
kembali
- Beri reinforcement positif atas
jawaban peserta
- Menggali pengetahuan peserta
tentang kelebihan terapi humor
- Memberi reinforcement positif
- Menjelaskan kepada peserta tentang
kelebihan dari terapi humor dan
yang tidak boleh dianjurkan ikut
terapi humor
- Motivasi peserta untuk mengulangi
kembali penjelasan yang telah
diberikan
- Beri reinforcement positif atas
jawaban peserta
- Memperlihatkan salah satu contoh
atau video terapi humor
-Memberikan tanggapan
-Mendengarkan
-Memberikan tanggapan
-Mendengarkan
-Memperhatikan
-Memberikan tanggapan
-Mendengarkan
-Memberikan tanggapan
-Mendengarkan
-Memperhatikan
-Memberikan tanggapan
-Mendengarkan
-Memperhatikan
3. 5 menit Penutup
- Menyimpulkan diskusi
- Melakukan evaluasi
- Mengucapkan salam
- Berpartisipasi
- Menjawab pertanyaan
- Menjawab salam
D. Uraian Tugas
1. Penanggung Jawab
Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan penyuluhan.
2. Moderator
Membuka acara
Memperkenalkan mahasiswa dan dosen pembimbing
Menjelaskan tujuan dan topik
Dewi, Lila, Liska, Rifqa, Rep, Irma, Friska, Muryati, Pitri, Yeni, Arny, Deko, Andria, Teguh, Baihaki.
7
Menjelaskan kontrak waktu
Menyerahkan jalannya penyuluhan kepada pemateri
Mengarahkan alur diskusi
Memimpin jalannya diskusi
Menutup acara
3. Pemateri
Mempresentasikan materi untuk penyuluhan.
4. Fasilitator
Memotivasi lansia untuk berperan aktif dalam jalannya penyuluhan.
Membantu dalam menanggapi pertanyaan dari lansia.
5. Observer
Mengamati proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir.
E. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Laporan telah dikoordinasikan sesuai perencanaan.
100 % peserta menghadiri penyuluhan.
Tempat dan media serta alat penyuluhan sesuai rencana.
2. Evaluasi Proses
Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan.
Waktu yang direncanakan sesuai pelaksanaan.
70 % peserta aktif dalam kegiatan penyuluhan hipertensi.
85 % peserta tidak meninggalkan ruangan selama penyuluhan.
3. Evaluasi Hasil
Menyebutkan pengertian penyakit hipertensi dengan bahasa sendiri.
Mampu menyebutkan klasifikasi hipertensi.
Menyebutkan 5 dari 8 penyebab dari hipertensi.
Menyebutkan 5 dari 8 tanda dan gejala hipertensi.
Menyebutkan 2 dari 3 akibat lanjut hipertensi
Dewi, Lila, Liska, Rifqa, Rep, Irma, Friska, Muryati, Pitri, Yeni, Arny, Deko, Andria, Teguh, Baihaki.
8
Menyebutkan 4 dari 7 cara perawatan lansia dengan hipertensi
Menyebutkan 3 dari 5 manfaat terapi humor
Menyebutkan 3dari 5 kelebihan dari terapi humor
Menyebutkan 6 dari 9 yang tidak dianjurkan ikut terapi humor
.
Padang, 03 Maret 2011
Mengetahui,
Pembimbing Akademik Ketua Kelompok
(Gusti Sumarsih, S.Kp) (Teguh Kurniawan,
S.Kep)
Dewi, Lila, Liska, Rifqa, Rep, Irma, Friska, Muryati, Pitri, Yeni, Arny, Deko, Andria, Teguh, Baihaki.
9
Materi Penyuluhan
HIPERTENSI
1. Pengertian
Hipertensi (tekanan darah tinggi) atau sering dikenal dengan ”
Silent Killer” adalah tekanan darah yang lebih tinggi dari normal.
Dimana tekanan darah normal antara 140/90 mmHg
Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan
tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau
tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ).
Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda, paling tinggi di waktu pagi
hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari
Jadi, Hipertensi adalah Gangguan sistem peredaran darah yang
menyebabkan kenaikan tekanan darah diatas nilai normal.
2. Klasifikasi
- Hipertensi ringan
Sistole 140-160, diastole 90-95 mmHg
- Hipertensi Sedang
Sistole 160-179, diastole 100-109 mmHg
- Hipertensi Berat
Sistole , ≥180, diastole ≥110 mmHg
3. Penyebab
Penyebab hipertensi 90% tidak diketahui dengan pasti, tetapi biasanya
dipengaruhi oleh:
Dewi, Lila, Liska, Rifqa, Rep, Irma, Friska, Muryati, Pitri, Yeni, Arny, Deko, Andria, Teguh, Baihaki.
10
1. Keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya
adalah penderita hipertensi. orang tuanya menderita tekanan darah tinggi
akan beresiko dua kali lipat menderita penyakit yang sama. Hal ini
berkaitan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya
rasio antara potassium terhadap sodium. Seseorang dengan orangtua
penderita hipertensi mempunyai resiko 2 kali lebih besar untuk menderita
hipertensi daripada orang yang tidak mempunyai keluarga denga riwayat
hipertensi.
2. Kegemukan
Umumnya akan berdampak pada hiperinsulinemia sehingga dapat
menyebabkan hipertensi. Berat Badan yang berlebihan akan membuat
seseorang susah bergerak dengan bebas, jantungnya harus bekerja lebih
keras untuk memompa darah agar bisa menggerakkan badan berlebihan
dari tubuh tersebut, karena itu obesitas termasuk salah satu faktor yang
meningkatkan resiko terjadinya hipertensi. berdasarkan penyelidikan,
kegemukan merupakan ciri khas dari populasi hipertensi
3. Kebiasaan merokok
Zat kimia berbahaya yang terkandung dalam rokok dapat merusak
sel endotel pembuluh darah sehingga terjadi jejas dalam pembuluh
darah, yang akan meningkatkan tahanan perifer dan menyebabkan
Dewi, Lila, Liska, Rifqa, Rep, Irma, Friska, Muryati, Pitri, Yeni, Arny, Deko, Andria, Teguh, Baihaki.
11
naiknya tekanan darah. Hipertensi juga dapat terjadi karena adanya
nikotin dalam batang rokok yang dihisap seseorang. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa nikotin dapat meningkatkan penggumpalan darah
dalam pembuluh darah. Selain itu nikotin juga dapat menyebabkan
terjadinya pengapuran pada dinding pembuluh darah.
4. Memakan makanan yang banyak mengandung tinggi garam, kolesterol
dan lemak
Makanan tinggi lemak jenuh, garam dan kolesterol sangat
beresiko tinggi terjadinya aterosklerosis yang merupakan pemicu
meningkatnya tekanan darah. Garam berhubungan berat dengan
terjadinya tekanan darah tinggi (hipertensi). Menurut Graham
Mc.Gregor dari Cash dalam Wiryowidagdo (2008) menyatakan bahwa
tingginya kadar garam di dalam cairan tubuh akan mempengaruhi
fungsi organ tubuh yang lain atau otak, kadar garam yang berlebihan
menyebabkan melebarnya pembuluh darah sehingga dapat
mengakibatkan pecahnya pembuluh darah dan terjadilah stroke dan
hipertensi serta Penyakit Jantung Koroner (PJK) .
Selain garam, lemak dan kolesterol apabila dikonsumsi secara
berlebihan juga dapat menyebabkan hipertensi karena dapat terjadi
penimbunan lemak pada dinding pembuluh darah sehingga pembuluh
darah mengalami penyempitan.
Dewi, Lila, Liska, Rifqa, Rep, Irma, Friska, Muryati, Pitri, Yeni, Arny, Deko, Andria, Teguh, Baihaki.
12
Contoh makanan tinggi lemak : jeroan (hati, otak, ginjal), selai,
makanan tinggi garam ( ikan asin, telur asin, mentega atau margarin)
5. Stress
Stres adalah respon seseorang terhadap sesuatu hal yang
menyebabkan stres (stresor) yang melibatkan semua sistem tubuh,
termasuk sistem kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah),
cenderung menyebabkan peningkatan tekanan darah.
6. Sakit gula/kencing manis
7. Sakit ginjal
4. Tanda dan Gejala
Sebagian besar (lebih 60%) penderita hipertensi tidak mengeluh namun
tanda dan gejala umum yang sering ditemukan, yaitu:
1. Sakit kepala
2. Rasa berat di tengkuk
3. Mudah emosi/marah
4. Jantung berdebar-debar
5. Sesak napas
6. Keletihan
7. Mata berkunang-kunang
8. Sukar tidur
5. PATOFISIOLOGI
Banyak faktor yang mengontrol tekanan darah berkontribusi secara
potensial dalam terbentuknya hipertensi; faktor-faktor tersebut adalah:
Dewi, Lila, Liska, Rifqa, Rep, Irma, Friska, Muryati, Pitri, Yeni, Arny, Deko, Andria, Teguh, Baihaki.
13
1. Meningkatnya aktifitas sistem saraf simpatik (tonus simpatis dan/atau
variasi diurnal), mungkin berhubungan dengan meningkatnya respons
terhadap stress psikososial dll
2. Produksi berlebihan hormon yang menahan natrium dan
vasokonstriktor
3. Asupan natrium (garam) berlebihan
4. Tidak cukupnya asupan kalium dan kalsium
5. Meningkatnya sekresi renin sehingga mengakibatkan meningkatnya
produksi angiotensin II dan aldosteron
6. Defisiensi vasodilator seperti prostasiklin, nitrik oxida (NO), dan
peptide natriuretik
7. Perubahan dalam ekspresi sistem kallikrein-kinin yang mempengaruhi
tonus vaskular dan penanganan garam oleh ginjal
8. Abnormalitas tahanan pembuluh darah, termasuk gangguan pada
pembuluh darah kecil di ginjal
9. Diabetes mellitus
10. Resistensi insulin
11. Obesitas
12. Meningkatnya aktivitas vascular growth factors
13. Perubahan reseptor adrenergik yang mempengaruhi denyut jantung,
karakteristik inotropik dari jantung, dan tonus vaskular
14. Berubahnya transpor ion dalam sel
6. Akibat Lanjut
1. Payah Jantung
Sesak nafas setelah bekerja atau melakukan kegiatan, lekas lelah, kaki
bengkak, lama kelamaan akan menyebabkan penurunan curah
jantung
2. Stroke
Dewi, Lila, Liska, Rifqa, Rep, Irma, Friska, Muryati, Pitri, Yeni, Arny, Deko, Andria, Teguh, Baihaki.
14
Gangguan peredaran darah di otak
3. Penyakit Ginjal
Gangguan saluran kencing dan lain-lain
7. Cara Perawatan Lansia dengan Hipertensi
1. Pengaturan makanan
a. Mengurangi makanan yang bergaram tinggi seperti ikan asin,
makanan kaleng, keju dan lain-lain
b. Mengurangi makanan yang berlemak seperti gajeboh, usus, hati,
jantung, otak, serta makanan yang bersantan
2. Olahraga ringan
Dengan olahraga teratur dapat meningkatkan kebugaran tubuh, seperti
jalan kaki, bersepeda santai dan lain-lain
3. Berhenti merokok
4. Istirahat yang cukup
5. Menghindari minuman beralkohol
6. Mengendalikan berat badan
7. Periksakan kesehatan secara teratur ke pelayanan kesehatan
Dewi, Lila, Liska, Rifqa, Rep, Irma, Friska, Muryati, Pitri, Yeni, Arny, Deko, Andria, Teguh, Baihaki.
15
TERAPI HUMOR (TERTAWA)
1. Defenisi Terapi Humor (Tertawa)
Tertawa merupakan aksi tubuh secara ritmis, bersuara,
ekspiratoris, dan involunter sebagai respon fisiologis terhadap krisis
(humor) (Rikara, 2007). Tertawa terdiri atas dua bagian: pertama adalah
serangkaian gerak, dan kedua adalah pengeluaran suara. Pada saat
tertawa, otak secara simultan akan memerintahkan untuk melakukan
kedua aktivitas tersebut (Korantempo, 2005)
Terapi humor (tertawa)
Terapi humor adalah metode terapi dengan menggunakan humor
dan tawa dalam rangka membantu individu dalam menyelesaikan
masalahnya baik dalam bentuk gangguan fisik maupun mental (Wells,
K.R, 2005)
Pemberian stimulus humor dalam pelaksanaan terapi diperlukan
karena beberapa individu mengalami kesulitan untuk memulai tertawa
tanpa adanya alasan yang jelas. Stimulus humor yang dimaksud dapat
diberikan melalui berbagai bentuk media, seperti VCD, notes, badut dan
komik (Wells, K.R, 2005)
Apabila humor diberikan sebagai satu-satunya stimulus untuk
menghasilkan tawa, dalam setting terapi akan disebut sebagai terapi
humor, namun jika dikombinasikan dengan hal-hal dalam rangka untuk
menciptakan tawa alami (misalnya dengan yoga atau meditasi) maka akan
disebut sebagai terapi tertawa (hartanti, 2002). Karena itu untuk dapat
menerapkan terapi tertawa maka diperlukan seorang terapis yang telah
mempunyai pemahaman yang tepat dan mendapatkan pelatihan dari klub
tawa internasional (Kataria, 2004). Sedangkan terapi humor tidak
membutuhkan hal tersebut.
Dewi, Lila, Liska, Rifqa, Rep, Irma, Friska, Muryati, Pitri, Yeni, Arny, Deko, Andria, Teguh, Baihaki.
16
Ada cukup banyak data dari penelitian medis yang menunjukan
bahwa kendati seseorang hanya berpura-pura tertawa atau bersikap
gembira, tubuh telah menghasilkan zat-zat kebahagiaan. Menurut prinsip
Neurolinguistic Programming apapun yang terkait dengan usaha
memunculkan tawa, baik itu tertawa spontan karena lelucon maupun
merangsang tawa dengan sukarela, hal tersebut tetap merupakan suatu
bentuk latihan. Tubuh kita tidak mengetahui perbedaan antara berfikir
mengenai melakukan sesuatu dengan benar-benar melakukannya. Maka
apapun sumbernya, tertawa menimbulkan serangkaian perubahan
fisiologis yang sama di dalam tubuh kita (Kataria, 2004)
2. Kelebihan terapi humor (Atika, 2005)
1. Terapi humor merupakan terapi yang tidak membutuhkan banyak
peralatan. Terapi ini dapat dilakukan dengan menggunakan media
VCD, majalah, televisi, atau tidak menggunakan peralatan sama
sekali, yaitu dengan saling berbagi cerita lucu dengan orang lain.
2. Terapi humor tidak memiliki batasan ruang dan waktu dalam
pelaksanaanya. Ini dapat diterapkan di kamar, kelas maupun di ruang
terbuka.
3. Terapi humor tidak menuntut kehadiran seorang terapis professional
dan dapat diterapkan secara mandiri oleh individu atau kelompok
yang menginginkanya.
4. Terapi humor dapat dilakukan dalam kelompok maupun individual.
Namun untuk mendapatkan manfaat yang lebih banyak, biasanya
cenderung dilakukan dalam kelompok kecil.
5. Tidak ada ketentuan dalam materi yang digunakan sebagai stimulus
humor. Masing-masing individu bebas memilih jenis humor sesuai
dengan minat dan keinginannya.
Dewi, Lila, Liska, Rifqa, Rep, Irma, Friska, Muryati, Pitri, Yeni, Arny, Deko, Andria, Teguh, Baihaki.
17
3 . Apa yang terjadi pada tubuh saat tertawa
Pada saat tertawa terjadi kontraksi 15 otot wajah dan terjadi
stimulasi otot zygomatikus mayor. Apabila tertawa lebih keras, beberapa
bagian tubuh seperti otot-otot lengan , tungkai dan penyangga tubuh akan
ikut terlibat (Rikara, 2007). Apabila tertawa merupakan harmonisasi 15
otot wajah yang dapat ikut menghambat proses pengerutan wajah pada
usia lanjut, tertawa juga memberikan latihan ringan bagi tubuh, karena
otot dilatih berdenyut di atas rata-rata, khususnya otot-otot wajah sebagai
pelaku utama tertawa.
4. Manfaat tertawa
Tawa mempunyai sebuah mekanisme bawaan yang mendorong
dua langkah stimulasi dan relaksasi karena pelepasan zat-zat adrenalin
dan noradrenalin. Hal ini menciptakan perasaan sejahtera dengan
menghilangkan stress dan ketegangan kecil dalam kehidupan sehari-hari.
Tawa mengurangi kecemasan, ketegangan dan depresi. Dengan demikian,
tawa membantu meringankan berbagai penyakit serius, seperti tekanan
darah tinggi, sakit jantung, diabetes, dan sebagainya, di mana kecemasan
dan ketegangan sebagai pemicunya (kataria, 2004)
Tawa juga memicu pelepasan catecholamine, yang merupakan zat
yang dapat melancarkan aliran darah, mengurangi infeksi, mempercepat
proses penyembuhan, dan meningkatkan keaktifan seluruh tubuh. Dengan
demikian tawa akan membantu mengurangi radang sendi, radang tulang
belakang, radang jaringan ikat, dan penyakit infeksi lainnya ( Kataria,
2004)
Selain itu, tawa juga melepaskan dua neuropeptide yaitu
Endorphin dan Enkephalin. Keduanya zat penenang yang merupakan
agen penghilang rasa sakit yang secara alami dihasilkan oleh tubuh.
Kemampuan tawa meredakan ketegangan otot dan menenangkan sistim
saraf sympathetic, juga membantu mengendalikan rasa sakit seperti
Dewi, Lila, Liska, Rifqa, Rep, Irma, Friska, Muryati, Pitri, Yeni, Arny, Deko, Andria, Teguh, Baihaki.
18
halnya peningkatan sirkulasi. Dengan demikian tawa berdampak ganda
sebagai penghilang rasa sakit dalam kondisi radang sendi, radang tulang
belakang, dan sebagainya ( Kataria, 2004)
5. Bagaimana tertawa bisa menurunkan hipertensi??
Tawa adalah kombinasi tarikan dan hembusan nafas panjang, yang
memberikan pertukaran udara yang bagus. Pergantian ini akan
memperkaya darah dengan oksigen serta membersihkan organ respirasi.
Dengan demikian tawa meningkatkan kapasitas vital dan oksidari paru
(kataria, 2004). Nafas kuat juga ikut melatih otot jantung dan
memperbaiki sirkualsi darah serta mempercepat aliran oksigen dan
nutrisi. Artinya dengan bernafas kuat, kontraksi otot jantung akan lebih
terlatih dalam hal irama ritmik otomatisnya, sehingga aliran darah
menjadi lebih baik. Darah dalam pembuluh akan lebih cepat mengangkut
oksigen dan nutrisi untuk memenuhi kebutuhannya ke seluruh tubuh serta
memperbaiki fungsi nutrisi sirkulasi tubuh (Wells, K.R, 2005)
6. Cara menjadikan tertawa menjadi sebuah terapi
Stimulus humor yang dimaksud dapat diberikan melalui berbagai
bentuk media, seperti VCD atau video lucu, notes, badut dan komik
(Wells, K.R, 2005). Terserah dilakukan dan distimulus dengan cara apa,
30 menit tertawa akan menimbulkan efek terapi bagi tubuh anda.
7. Kontraindikasi
Terapi humor tidak dapat diterapkan pada individu dengan
beberapa gangguan kesehatan, seperti hernia, wasir parah, penyakit
jantung dengan sesak nafas, pasca operasi, peranakan turun, kehamilan,
serangan flu, TBC, dan komplikasi mata (Kataria, 2004). Hal ini
dikarenakan produksi tawa dikhawatirkan akan mengganggu proses
penyembuhan serta dapat menularkan beberapa penyakit tertentu bila
dilakukan dalam kelompok. Namun, kekurangan ini dapat dikendalikan
jika individu yang bergabung dapat menguasai dirinya sendiri, sehingga
Dewi, Lila, Liska, Rifqa, Rep, Irma, Friska, Muryati, Pitri, Yeni, Arny, Deko, Andria, Teguh, Baihaki.
19
tidak melakukan aktivitas tertawa yang berlebihan selama sesi terapi
berlangsung.
Dewi, Lila, Liska, Rifqa, Rep, Irma, Friska, Muryati, Pitri, Yeni, Arny, Deko, Andria, Teguh, Baihaki.
20
DAFTAR PUSTAKA
Sjaifoellah Noer. (1996). Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Jakarta: FKUI
Wahyudi Nugroho. (2000). Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC
Adib, M. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung
dan Stroke. Dianloka. Yogyakarta.
Beevers,DG. Prof. 2002. Bimbingan Dokter Pada Tekanan Darah . Dian Rakyat.
Jakarta.
Brunner & Suddart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah.Vol 2. EGC. Jakarta.
Dalimarta, Setiawan. 2008. Care Your Self Hipertensi. Penebar plus. Jakarta.
Eharmayaku. 2008. Penatalaksanaan Hipertensi Terkini. Http://www. Blogspot.
Com.